KNOWLEDGE SHARING KARYAWAN SEKRETARIAT …/Peran...i peran teknologi informasi pada niat untuk...

158
i PERAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA NIAT UNTUK MENDORONG KNOWLEDGE SHARING KARYAWAN SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA ( SEBUAH PENGUJIAN TERHADAP TEORI DIFUSI INOVASI ) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : NUR MAFLIKHAH NIM. F. 0206094 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of KNOWLEDGE SHARING KARYAWAN SEKRETARIAT …/Peran...i peran teknologi informasi pada niat untuk...

i

PERAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA NIAT UNTUK MENDORONG

KNOWLEDGE SHARING KARYAWAN SEKRETARIAT DAERAH

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

( SEBUAH PENGUJIAN TERHADAP TEORI DIFUSI INOVASI )

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Syarat-Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh :

NUR MAFLIKHAH

NIM. F. 0206094

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

PERAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA NIAT UNTUK MENDORONG

KNOWLEDGE SHARING KARYAWAN SEKRETARIAT DAERAH

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

( SEBUAH PENGUJIAN TERHADAP TEORI DIFUSI INOVASI )

iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk melengkapi tugas-tugas dan

memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Manajemen

iv

MOTTO

“ Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhan-nya ada

dua surge, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu

dustakan ? “

QS. Ar-Rahman 55 : 46 -47

“ Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat,

yang memuji ( Allah ), yang mengembara ( demi ilmu dan agama

), yang rukuk, yang sujud, menyuruh berbuat makruf dan

mencegah berbuat mungkar, dan yang memelihara hokum-hukum

Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu “

QS. At-Taubah 9 : 112

“ Kadangkala Allah menganugerahkan nikmat dengan cobaan, dan

menguji sebagian kaum dengan kenikmatan “

‘Aidh al-Qarni

v

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk

· Allah SWT yang selalu bersamaku dan menaungiku

· Suri Tauladanku dan berharap atas syafaatnya kelak…..Rasulullah SAW

· Ibu, ayah, kakak dan adikku tercinta yang selalu mendukungku

· Sahabat-sahabat terbaikku disini dan yang telah berada di sisi terbaikNya yang selalu mengingatkanku ketika aku berbelok arah

· Semua pembimbingku selama ini yang selalu mengarahkanku

· Teman-teman seperjuanganku yang sedang dan selalu berusaha menjadi manusia bermanfaat

· almamaterku

vi

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’almin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “PERAN TEKNOLOGI INFORMASI

PADA KEINGINAN ORANG UNTUK MENINGKATKAN KNOWLEDGE

SHARING KARYAWAN SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH

KOTA SURAKARTA (Sebuah pengujian terhadap teori difusi inovasi) ini

dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurah pada junjungan dan teladan

seluruh umat manusia Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan umatnya

yang beristiqomah di jalan-Nya.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak, baik bantuan moral maupun material. Dengan segala kerendahan hati

penulis menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian

dan pemberian ilmunya baik akademis maupun non akademis.

2. Dra. Endang Suhari , M. Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi UNS.

3. Sinto Sunaryo, SE, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu di sela-sela kesibukkannya untuk memberikan arahan

dan bimbingan sejak awal hingga akhir penulisan skripsi.

4. Dra. Sri Suwarsi, SE, M. Si, selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan arahan dan bantuan selama berada di Fakultas Ekonomi UNS.

vii

5. Dr. Mugi Harsono, SE, MM, selaku pembimbing magang yang telah

memberikan bimbingan selama proses Kuliah Magang Manajerial.

6. Drs. Karsono, MM, dan Haryanto, SE, M.Si yang telah memberikan

motivasi, kepercayaan, dan pembelajaran selama ini

7. Bapak dan Ibu Staf pengajar Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan

bimbingan selama penulis menempuh studi.

8. Staff dan karyawan Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan

kenyamanan dan kemudahan selama penulis menempuh proses studi.

9. Teman-teman Manajemen angkatan 2006, adek-adek dan kakak-kakak

tingkatku dan Durenz Family yang telah memberikan bantuan, semangat

dan doa.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan ke depan. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat kepada penulis dan semua yang membacanya.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu baik selama masa

perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini semoga mendapatkan balasan dari

Allah SWT, amin……..

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Mei 2010

Penulis,

Nur Maflikhah

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i

PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………… ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI………………………………………….. iii

MOTTO…………………………………………………………………… iv

PERSEMBAHAN…………………………………………………………. v

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. vi

DAFTAR ISI……………………………………………………………… vii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xi

DAFTAR TABEL………………………………………………………… xii

ABSTRAK………………………………………………………………… xiv

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………… 1

A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 7

C. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 8

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 10

A. Knowledge Sharing………………………………………………… 10

ix

B. Teknologi Informasi………………………………………………. 26

C. Diffusion of Innovation Theory…………………………………… 32

D. Penelitian Terdahulu..……………………………………………... 39

E. Rerangka Pemikiran………………………………………………. 44

F. Hipotesis Penelitian……………………………………………….. 45

BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………… 49

A. Desain Penelitian…………………………………………………… 49

B. Jenis Data…………………………………………...……………… 50

C. Teknik Pengumpulan Data…………………….…………………… 50

D. Operasionalisasi Variabel...………………………………………… 51

E. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling.…………………………… 52

F. Metode Analisis……………….……………………………………. 54

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……………………… 58

A. Gambaran Umum Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Surakarta.... 59

B. Analisis Deskriptif Responden..…………………………………….. 60

C. Tanggapan Responden…. ………………………………………….. 65

D. Uji Instrumen Penelitian……………………………………………. 78

E. Karakteristik Data……...…………………………………………… 82

x

F. Kesesuaian Goodness of Fit……………………………………….. 88

G. Modifikasi Model …………………………………………………. 90

H. Analisis Koefisien Jalur dan Uji Hipotesis ……………………….. 91

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………… 98

A. Kesimpulan………………………………………………………… 98

B. Keterbatasan Penelitian………………………...………………….. 102

C. Saran dan Implikasi Manajerial...…………………………………. 102

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

II.1 Gambar I.1 Hirarkri DIKW : dari Data ke Wisdom ……………` 13

II.2 Model Teoritis Aspek Perilaku dalam TI .................................... 31

II.3 Kurva Difusi Inovasi ................................................................. 34

II.4 Rerangka Pemikiran .................................................................. 45

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Studi Empiris tentang Dampak TI terhadap Kinerja/Produktifitas.. 40

III.1 Tabel Penentuan Sampel dengan

Proportional Random Sampling .......................................... ..... 54

IV.1 Deskripsi Distribusi Pegawai Sekretariat Daerah Pemerintah

Kota Surakarta ………………………………………………….. 59

IV.2 Deskripsi Responden Berdasar Unit Kerja Responden .............. 61

IV.3 Deskripsi Responden Berdasar Jenis Kelamin Responden.......... 62

IV.4 Deskripsi Responden Berdasar Usia Responden......................... 62

IV.5 Deskripsi Responden Berdasar Tingkat Pendidikan Responden...` 63

IV.6 Deskripsi Responden Berdasar Jabatan Responden..................... 64

IV.7 Deskripsi Responden Berdasar Masa Kerja Responden…………. 65

IV.8 Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Peran Teknologi

Informasi…………………………………………………………. 66

IV.9 Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Keunggulan Relatif

dari Knowledge Sharing………………………………………….. 69

xiii

IV.10 Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Kesesuaian dari

Knowledge Sharing ……………………………………………… 72

IV.11 Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Kompleksitas dari

Knowledge Sharing………………………………………………. 74

IV.12 Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Dukungan Organisasi

terhadap Knowledge Sharing…………………………………….. 77

IV.13 Uji Validitas Instrumen……………………………………………. 79

IV.14 Hasil Revisi Uji Validitas Instrumen……………………………… 80

IV.15 Uji Realibiltas Variabel……………………………………………. 81

IV.16 Uji Normalitas…………………………………………………….. 84

IV.17 Mahalanobis Distance Square…………………………………….. 86

IV.18 Hasil Revisi Uji Normalitas………………………………………. 87

IV.19 Revisi Mahalanobis Distance Square……………………………... 88

IV.20 Kriteria Goodness of Fit…………………………………………... 89

IV.21 Kriteria Goodness of Fit Sebelum dan Sesudah Modifikasi……… 91

IV.22 Hasil Uji Hipotesis Sesudah Modifikasi………………………….. 92

xiv

ABSTRACT

THE ROLE OF INFORMATION TECHNOLOGY AT INTENTION TO

ENCOURAGE KNOWLEDGE SHARING IN GOVERNMENT REGENCY

CLERK OF SURAKARTA

(A TESTING OF THE THREE DIFFUSION INOVATION THEORY)

By :

Nur Maflikhah

F 0206094

This study aims to determine the influence of information technology on knowledge sharing processes with the diffusion of innovation theory as pemediasi. Characteristics of innovation diffusion include relative advantage, compatibility, complexity, ability to be tested and the ability to observe. In this study, taken three characteristics of the diffusion of innovation, namely relative advantage, compatibility and complexity. The third characteristic of this diffusion would mediate the relationship between information technology and knowledge sharing.

Research conducted on Surakarta city government employees who work at the regional secretariat of the city of Surakarta. Determination of total respondent sample for each part based on proportional random sampling technique. Independent variables in this research is information technology, the dependent variable is knowledge sharing and innovation diffusion theory as three antecedent variables.

The results of this study based on the method of structural equation modeling (SEM) stated that there was no influence of relative advantage and complexity of knowledge sharing and information technology to the complexity. This is caused by a third this relationship does not have a significant probability.

Keywords: information technology, knowledge sharing, innovation diffusion theory.

xv

ABSTRAK

PERAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA KEINGINAN ORANG UNTUK

MENINGKATKAN KNOWLEDGE SHARING KARYAWAN

SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

( SEBUAH PENGUJIAN TERHADAP TEORI DIFUSI INOVASI )

Oleh :

Nur Maflikhah

F 0206094

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi terhadap proses knowledge sharing dengan teori difusi inovasi sebagai pemediasi. Karakteristik difusi inovasi meliputi keunggulan relatif, kesesuaian, kompleksitas, kemampuan untuk diujicobakan dan kemampuan untuk diamati. Dalam penelitian ini diambil 3 karakteristik dari difusi inovasi, yakni keunggulan relatif, kesesuaian dan kompleksitas. Ketiga karakteristik difusi inilah yang akan memediasi hubungan antara teknologi informasi dan knowledge sharing.

Penelitian dilakukan terhadap pegawai pemerintah kota Surakarta yang bekerja di bagian sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta. Penentuan jumlah responden sampel untuk setiap bagian didasarkan pada teknik proportional random sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah teknologi informasi, variabel dependennya adalah knowledge sharing dan three diffusion innovation theory sebagai variabel anteseden.

Hasil penelitian ini berdasarkan metode structural equation modelling (SEM) menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara keunggulan relatif dan kompleksitas terhadap knowledge sharing serta teknologi informasi terhadap kompleksitas. Hal ini disebabkan ketiga hubungan ini mempunyai probabilitas yang tidak signifikan.

Kata kunci : teknologi informasi, knowledge sharing, teori difusi inovasi.

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan zaman dan teknologi saat ini menuntut organisasi untuk

memiliki sumber daya dalam bentuk pengetahuan / teknologi yang memadai. Upaya

untuk meningkatkan kemampuan mengelola pengetahuan / teknologi intra organisasi

bahkan antar organisasi merupakan tantangan utama yang harus dihadapi organisasi

saat ini (Davenport dan Prusak dalam Lin dan Lee, 2005). Hal ini akan berkaitan dengan

apa yang disebut sebagai knowledge sharing. Dyer dan Nobeoka (2000) mendefinisikan

bahwa knowledge sharing merupakan kegiatan bagaimana membantu komunitas

orang-orang yang bekerja bersama, memfasilitasi pertukaran pengetahuan di antara

mereka, menciptakan learning-oriented dan meningkatkan kemampuan mereka untuk

mencapai tujuan individu dan organisasi.

Berbagai studi membuktikan bahwa knowledge sharing merupakan pengaruh

penting bagi keberhasilan upaya untuk mengelola pengetahuan (Lin dan Lee, 2005).

Menurut Dalkir terdapat empat alasan utama mengapa knowledge sharing menjadi

sangat penting dalam menjalankan organisasi :

1. Globalization of business, yang menyebabkan organisasi harus menerapkan segala

sesuatu yang bersifat global dalam lingkungan kerjanya, seperti multisite,

multilanguage dan multicultural.

17

17

2. Learner organizations. Globalisasi menuntut organisasi untuk bergerak lebih cepat,

namun juga membutuhkan pekerja yang cerdas, yang mau belajar untuk maju dan

memperbaiki diri.

3. Corporate amnesia. Pada masa dimana segalanya menjadi lebih mudah dan dekat,

membuat seseorang dapat hidup dalam berbagai macam komunitas, dalam jangka

waktu yang berbeda. Keadaaan ini menyebabkan menurunnya kemampuan

pembelajaran dalam organisasi, jika pengetahuan tersebut tidak diolah dengan

baik.

4. Technological advanced. Teknologi membuat komunikasi menjadi semakin mudah,

menyebabkan ekspektasi seseorang terhadap sesuatu berubah, misalnya laporan

yang dulu diterbitkan setiap bulan, dituntut untuk diterbitkan setiap minggu, atau

setiap hari dengan adanya kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi. Hal ini

menyebabkan seseorang dituntut untuk terus belajar (Inspire, Juli 2009).

Selain itu, Dalkir beranggapan bahwa knowledge sharing juga memiliki

manfaat bagi setiap individu yang ada dalam organisasi tersebut, antara lain :

1. Meningkatkan kinerja individu tersebut, karena dengan adanya knowledge

sharing, banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan tanpa menunggu pihak

lain.

2. Meningkatknya sense of belonging terhadap organisasi, karena dengan

adanya kegiatan knowledge sharing, pemberian penghargaan dan lain

sebagainya, menjadikan hubungan antar karyawan dan karyawan dengan

organisasi menjadi lebih baik.

3. Dengan adanya ‘paksaan’ untuk belajar, membuat seseorang memiliki

pengatahuan yang up-to-date (Inspire, Juli 2009).

18

18

Dengan terbentuknya individu yang mau belajar dan berbagi, secara

otomatis akan terbentuk suasana kerja yang nyaman dan produktif, yang

berdampak positif bagi kelangsungan hidup organisasi tersebut. Oleh karena itu

pemahaman terhadap faktor-faktor penentu keinginan organisasi untuk

mendorong knowledge sharing penting dikaji lebih dalam.

Knowledge sharing dapat dipandang sebagai inovasi organisasi, merujuk

pada perannya yang penting dalam menghasilkan ide-ide baru dan

mengembangkan kesempatan bisnis baru melalui sosialisasi dan proses

pembelajaran oleh karyawan. Lin dan Lee (2005) mengemukakan bahwa level

budaya inovasi dalam sebuah perusahaan, dikombinasikan dengan sumber daya

organisasional dan dukungan teknologi informasi, menciptakan kapasitas besar

untuk inovasi. Lebih lanjut, Lin dan Lee (2005) menjelaskan bahwa karakteristik

organisasi dan teknologi informasi memainkan peran penting dan strategis dalam

mempengaruhi perubahan organisasi, inovasi dan outcomes yang lain, terutama

bidang pengembangan pengetahuan.

Adopsi inovasi oleh organisasi pada dasarnya adalah segala bentuk ide, praktek,

metode, proses, kesempatan pasar atau produk yang dipersepsikan oleh manajer

sebagai sesuatu yang baru (Rogers dalam Lin dan Lee, 2005). Kanter dalam Lin dan Lee

(2005) memandang inovasi organisasi sebagai proses mengimplementasikan ide baru

dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian organisasi dipandang peduli pada

perilaku inovasi, ketika organisasi tersebut memperkenalkan praktek pengelolaan SDM

yang baru atau mengubah cara kerja karyawan yang lebih menguntungkan individu,

kelompok atau organisasi. Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide,

praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu

19

19

atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland dalam Plomp, Tjeerd dan Donald

(1996) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang

digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan

suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi

dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam penerapannya, inovasi tidak terlepas dari proses difusi. Difusi didefinisikan

sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu

selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial (Fullan,1996). Lebih

lanjut, Fullan (1996) mengatakan bahwa difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe

komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat

diangap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi

dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas

dari kata inovasi. Tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh

anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok

informal, organisasi dan atau sub sistem.

Pada dasarnya difusi inovasi tidak dapat terlepas dari pengaruh teknologi

informasi (TI) yang dapat diartikan secara umum sebagai suatu subyek yang luas

berkenaan tentang teknologi dan aspek lainnya tentang bagaimana melakukan

manajemen dan perosesan pengolahan data menjadi informasi (Jogiyanto, 2003: 25).

Lebih lanjut, Jogiyanto (2003: 32) mengatakan bahwa teknologi informasi ini

merupakan subsistem dari sistem informasi terutama dalam tinjauan dari sudut

pandang teknologinya. TI dapat dipergunakan untuk menggantikan peran manusia,

memperkuat peran manusia, serta berperan dalam melakukan perubahan–perubahan

20

20

terhadap sekumpulan tugas atau proses. Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada

teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk

memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi

untuk mengirimkan informasi (Jogiyanto, 2003: 32). Cakupan TI dan pertukaran

pengetahuan dapat dilihat dari beberapa hal antara lain komunitas TI menjadi

knowledge network online yang pertama berfungsi. Dengan adanya TI kita dapat

mengefektifkan waktu, suatu pekerjaan yang membutuhkan waktu lama dengan

adanya TI maka pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan cepat. Dengan adanya

komunitas TI akan terjadi knowledge sharing sehingga dapat menimbulkan knowledge

network.

Pemanfaatan teknologi informasi juga digunakan di lingkungan pemerintah kota

Surakarta untuk mendukung aktifitas pemerintahan. Di sisi lain, teknologi informasi

juga merupakan salah satu faktor kunci tercapai progam dari pemerintah kota

Surakarta dalam menciptakan Surakarta sebagai cyber city tahun 2010 (Solopos, 19

Desember 2009) . Oleh karena itu, pemerintah kota Surakarta dituntut atas

kesiapannya dalam berbagai aspek, mulai dari sumber daya manusia hingga

infrastrukturnya. Mendukung slogan “Solo Central of Java”, sudah seharusnya kota

Surakarta berbenah dan terus-menerus melakukan pembangunan di segala bidang.

Perkembangan teknologi informasi (TI) di kota Surakarta sudah menunjukkan kemajuan

yang sangat berarti.

Banyaknya peminat dan pengguna yang mengakses internet di beberapa hotspot

yang dipasang bisa menjadi tolak ukur bahwa konsumsi internet warga Kota Surakarta

semakin meningkat. Pada dasarnya, cyber city merupakan salah satu konsep kota

21

21

modern berbasis TI yang kini banyak diterapkan di sejumlah kota besar di seluruh

dunia. Ini adalah konsekuensi logis dari meningkatnya kebutuhan masyarakat yang

ingin mengakses informasi dan berkomunikasi dengan mudah dan cepat. Sebagai

bagian dari masyarakat modern, sudah saatnya Surakarta menerapkan konsep cyber

city untuk memenuhi kebutuhan warganya dalam mengakses internet secara lebih luas

dan tidak lagi terbatas pada kalangan tertentu. Bagaimanapun juga, masyarakat Kota

Surakarta kini berada dalam abad informasi, setiap orang memiliki peluang yang sama

untuk menjalin pergaulan secara luas baik nasional maupun internasional.

Implementasi cyber city juga bisa membantu masyarakat dalam memanfaatkan

kecanggihan teknologi informasi. Pemasangan hotspot di sejumlah tempat terbuka

seperti taman-taman kota, tempat-tempat olahraga, lokasi bandara, pelabuhan,

terminal bus, pusat-pusat perbelanjaan modern dan tempat-tempat wisata lainnya

akan semakin memudahkan masyarakat untuk beraktivitas secara lebih leluasa dalam

satu waktu secara bersamaan (Solopos, 19 Desember 2009).

Sugiyati, Direktur Center of Indonesia Future Studies mengemukakan perlunya

lima langkah yang harus dilakukan yaitu sosialisasi mengenai teknologi informasi untuk

menyamakan persepsi mengenai manfaatnya, menyiapkan SDM berwawasan TI,

memetakan kebutuhan penggunaan TI, menyiapkan infrastruktur handal dan membuat

aplikasi TI sesuai potensi daerah (Pelita, 3 Juli 2009).

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, penulis bermaksud untuk melakukan

penelitian, dengan judul :

22

22

PERAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA NIAT UNTUK MENDORONG KNOWLEDGE

SHARING KARYAWAN SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

(SEBUAH PENGUJIAN TERHADAP TEORI DIFUSI INOVASI)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang yang telah dikemukakan, masalah penelitian

dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah persepsi karyawan mengenai relative advantage dari knowledge sharing

berpengaruh terhadap dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge

sharing tersebut ?

2. Apakah persepsi karyawan mengenai compatibility dari knowledge sharing

berpengaruh terhadap dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge

sharing tersebut?

3. Apakah persepsi karyawan mengenai complexity dari knowledge sharing

berpengaruh terhadap dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge

sharing tersebut?

4. a. Apakah dukungan teknologi informasi berpengaruh terhadap persepsi karyawan

mengenai relative advantage dari knowledge sharing ?

b.Apakah dukungan teknologi informasi berpengaruh terhadap persepsi karyawan

mengenai compatibility dari knowledge sharing ?

c. Apakah dukungan teknologi informasi berpengaruh terhadap persepsi karyawan

mengenai complexity dari knowledge sharing ?

23

23

C. Tujuan Penelitian

Selaras dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka penelitian ini

mempunyai beberapa tujuan yang akan dicapai, yaitu :

1. Mengetahui pengaruh persepsi karyawan mengenai relative advantage dari

knowledge sharing terhadap dukungan organisasi pada niat untuk mendorong

knowledge sharing tersebut

2. Mengetahui pengaruh persepsi karyawan mengenai compatibility dari knowledge

sharing terhadap dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge

sharing tersebut

3. Mengetahui pengaruh persepsi karyawan mengenai complexity dari knowledge

sharing terhadap dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge

sharing tersebut

4. a. Mengetahui pengaruh dukungan teknologi informasi terhadap persepsi

karyawan mengenai relative advantage dari knowledge sharing

b. Mengetahui pengaruh dukungan teknologi informasi terhadap persepsi

karyawan mengenai compatibility dari knowledge sharing

c. Mengetahui pengaruh dukungan teknologi informasi terhadap persepsi

karyawan mengenai complexity dari knowledge sharing

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

24

24

Hasil penelitian dapat menjadi bahan pemikiran yang memperkaya khasanah

penelusuran dan pengembangan riset perilaku organisasional dan manajemen

sumber daya manusia, terutama pembahasan mengenai teknologi informasi dan

Innovation Diffusion Theory dalam penerapannya di organisasi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan juga dapat menjadi menjadi bahan masukan bagi

pimpinan terkait dengan pembentukan sikap karyawan, terutama dalam

mengadopsi inovasi teknologi informasi yang dapat mendorong proses knowledge

sharing. Dengan knowledge sharing dan adopsi inovasi teknologi, diharapkan

karyawan mampu memberikan kemampuan optimalnya dalam melaksanakan

pekerjaan di organisasi.

25

25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Knowledge Sharing

Knowledge sharing didefinisikan sebagai suatu aktivitas bagaimana membuat

suatu komunitas manusia untuk dapat bekerjasama, memfasilitasi pertukaran

pengetahuan mereka, memberi kesempatan belajar dan meningkatkan kemampuan

mereka untuk mencapai tujuan individu dan organisasi (Dyer dan Nobeoka, 2000).

Untuk membuat iklim knowledge sharing di dalam suatu organisasi, organisasi harus

mendorong orang untuk bekerjasama agar lebih efisien, berkolaborasi dan berbagi

untuk membuat pengetahuan organisasional lebih produktif (Gurten dalam Malhotra,

2005). Menurut McDermott and O'Dell (2001) hasil dari knowledge sharing yang terbaik

adalah saat orang mencari informasi terus menerus dan paham luar dan dalam

organisasi atau tim mereka dan orang yang paling berbakat di dalam orgaisasi mereka

pada umummnya memberikan kontribusi yang paling besar. Geppert and Clark (2003)

menyadari bahwa knowledge sharing menjadi pengaruh penting di dalam kesuksesan

suatu usaha manajemen pengetahuan.

26

26

Knowledge sharing dapat dilihat sebagai suatu pembaharuan dalam organisasi.

Suatu inovasi organisasi diadopsi dari banyak ide, praktek, metode atau proses, produk

atau kesempatan pasar dimana manajer berinovasi terhadap suatu unit yang baru

(Inspire, Juli 2009). Kanter dalam Hammel (2006) berpandangan bahwa suatu inovasi

organisasi dianggap oleh organisasi itu sebagai suatu proses implementasi dengan ide

baru dalam pemecahan suatu masalah. Darroch dan McNaughton (2002) mengatakan

bawah promosi organisasional terhadap knowledge sharing adalah mengubah ide

tradisional tentang mengatur sumber kecerdasan dan gaya kerja pegawai dengan

meningkatkan proses, disiplin dan budaya baru, hal inilah yang membentuk suatu

pembaharuan organisasi.

Inti dari knowledge sharing (knowledge management) adalah knowledge /

pengetahuan itu sendiri. Dasar pengetahuan adalah informasi, dimana informasi

merupakan suatu data. Data adalah fakta objektif mengenai kejadian atau objek

tertentu. Dan informasi merupakan data yang memiliki nilai tertentu karena telah

diolah dan disampaikan pada waktu yang tepat (Tjakraatmadja, 2006).

Sedangkan pengetahuan merupakan sesuatu yang lebih kompleks dari data dan

informasi, dimana pengetahuan merupakan gabungan dari pengalaman, nilai,

informasi kontekstual, dan pandangan para ahli yang menciptakan kerangka

untuk mengevaluasi suatu kondisi dan menghubungkannya dengan pengalaman

dan informasi baru (Inspire, Juli 2009). Oleh karena itu, pada umumnya

pengetahuan bersifat subjektif. Lebih jauh lagi, ketika pengetahuan diolah dengan

baik, ia dapat berubah menjadi kebijakan yang digunakan sebagai dasar

penyusunan norma yang ada dalam organisasi.

27

27

Knowledge merupakan sumber daya utama yang dikelola dalam organisasi yang

menerapkan knowledge management (KM) atau knowledge sharing. Untuk itu,

knowledge perlu lebih tegas didefinisikan, khususnya tentang perbedaanya dengan

data dan informasi. Sebelum munculnya KM, pembedaan antara data, informasi,

knowledge dan wisdom tidak begitu menyita perhatian para praktisi bisnis, walaupun

sebenarnya proses distilasi data menjadi informasi dan informasi menjadi knowledge

sudah menjadi bagian dai rutinitas mereka. Pembedaan data, informasi, knowledge dan

wisdom menjadi penting dalam KM, sebab ketidakjelasan pembedaan berpotensi

menimbulkan inefisiensi dan kesalahan dalam penerapan KM. Ada kemungkinan suatu

organisasi menyatakan telah menerapkan KM, tetapi pada kenyataanya yang terjadi

baru sampai kepada tahap manajemen data atau informasi (Lumbatobing, 2009).

Russel Ackoff (1989) seorang pakar sistem dan guru besar bidang perubahan

organisasi mengatakan, isi atau kandungan intelektual dan mentalitas manusia dapat

diklasifikasikan dalam lima kategori, yaitu :

1. Data : berupa simbol-simbol

2. Informasi : data yang diproses agar dapat dimanfaatkan (informasi yang menjawab

pertanyaan tentang “who”, “what”, “where”, dan “when”)

3. Knowledge : merupakan aplikasi dari data dan informasi dan menjawab pertanyaan

“how”

4. Understanding : mengapresiasi pertanyaan “why”

5. Wisdom : evaluasi dan understanding

28

28

Gambar II.1 Hirarkri DIKW : Dari Data ke Wisdom (Belliner et al. dalam Inspire, Juli 2009)

Ackoff mengindikasikan bahwa empat kategori konten yang pertama

berhubungan dengan masa lalu : keempat kategori tersebut berurusan dengan apa

yang telah terjadi dan apa yang telah diketahui. Sedangkan kategori konten yang

kelima, wisdom, berkaitan dan berurusan dengan masa depan, dimana visi dan

rancangan dimasukkan sebagai bagian dari wisdom. Dengan wisdom, manusia tidak

hanya memahamai masa kini dan masa lalu, tetapi manusia akan mampu

merencanakan masa depannya. Transisi dari data ke wisdom digambarkan dala bentuk

connectedness

data

information

understanding

patterns

understanding

principles

wisdom

understanding

relations understanding

29

29

hirarki seperti Gambar II.1, Understanding mendukung transisi tersebut namun

merupakan level tersendiri dalam hirarki DIKW.

Dalam piramida pengetahuan seperti ditunjukkan pada Gambar II.1

digambarkan bahwa knowledge lebih dalam, lebih luas dan lebih kaya daripada data

dan informasi. Menurut Davenport dan Prusak (1996), proses transformasi informasi

menjadi knowledge juga melalui empat tahap yaitu :

· Comparison : membandingkan informasi pada situasi tertentu dengan situasi-situasi

lain yang telah diketahui.

· Consequences : menemukan implikasi-implikasi dari informasi yang bermanfaat

untuk pengambilan keputusan dan tindakan.

· Connection : menemukan hubungan-hubungan bagian-bagian kecil dari informasi

dengan hal-hal lainnya.

· Conversation : membicarakan pandangan, pendapat, serta tindakan orang lain

terkait informasi tersebut.

Knowledge dihasilkan dan berkembang di dalam pikiran para knowledge worker. Dalam

organisasi, knowledge tidak hanya melekat pada dokumen-dokumen, tetapi juga ada di

dalam rutinitas, proses-proses, praktek-praktek dan norma-norma organisasi.

Knowledge terdiri dari dua jenis yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge.

Tacit knowledge merupakan knowledge yang diam di dalam benak manusia dalam

bentuk perasaan, keputusan, kemampuan, nilai dan kepercayaan yang sangat sulit

diformalisasikan dan dibagi dengan orang lain. Sedangkan explicit knowledge adalah

knowledge yang dapat atau sudah terkodifikasi dalam bentuk dokumen atau bentuk

30

30

berwujud lainnya sehingga dapat dengan mudah ditransfer dan didistribusikan dengan

menggunakan berbagai media (Inspire, Juli 2009).

Kedua jenis knowledge tersebut, oleh Nonaka dan Takeuchi (1995) dapat

dikonversi melalui empat jenis proses konversi, yaitu sosialisasi, eksternalisasi,

kombinasi dan internalisasi. Keempat jenis proses konversi ini disebut SECI Process

(S:Socialization, E: Externalization, C: Combnation, dan I: Internalization).

· Sosialisasi merupakan proses berbagi dan penciptaan tacit knowledge melalui

interaksi dan pengalaman langsung.

· Eksternalisasi merupakan pengartikulasian tacit knowledge menjadi explicit

knowledge melalui proses dialog dan refleksi.

· Kombinasi merupakan proses konversi explicit knowledge menjadi explicit

knowledge yang baru melalui sistemisasi dan pengaplikasian explicit knowledge dan

informasi.

· Internalisasi merupakan proses pembelajaran dan akuisisi knowledge yang

dilakukan oleh anggota organisasi terhadap explicit knowledge yang disebarkan ke

seluruh organisasi melalui pengalaman sendiri sehingga menjadi tacit knowledge

anggota organisasi.

Repsol (2007) mendefinisikan KM kegiatan mengelola pengetahuan, mengimplikasikan

suatu konteks (manusia, proses, konten, teknologi dan semantik) yang

mengembangkan dan menfasilitasi proses kreasi, pertukaran, belajar, akses,

pengorganisasian dan pemanfaatan pengetahuan untuk keuntungan dari organisasi dan

stakeholder-nya (pekerja, pemegang saham, klien, pemasok dan masyarakat).

31

31

Knowledge merupakan aset kunci agar suatu perusahaan memiliki keunggulan

kompetitif yang berkelanjutan. Saat ini, keunggulan sebuah perusahaan bukan lagi

disebabkan mesin dan fasilitas fisik produksi yang dimilikinya, tetapi oleh asset

knowledge-nya. Aset knowledge dapat berupa keterampilan dan bakat karyawan,

strategi dan paket-paket produk serta layanan, proses bisnis dan jaringan. Aset

knowledge inilah yang memberikan kontribusi utama dalam menciptakan kekayaan dan

daya saing perusahaan. Untuk mengelola aset knowledge inilah KM lahir dan perlu

diterapkan (Inspire, Juli 2009).

Menurut Lumbatobing (2009), keunggulan kompetitif diperoleh dari dampak

implementasi KM terhadap berbagai bidang berikut :

a. Bidang operasi dan pelayanan

Saat ini telah terjadi perubahan dari industri manufaktur ke industri jasa yang

berimplikasi terhadap karakteristik pekerjaan. Dalam industri manufaktur, pekerja

melakukan aktivitas yang sifatnya berulang sesuai intruksi kerja yang ketat dan

menghasilkan suatu barang yang berwujud (tangible). Sedangkan dalam industri

jasa, tindakan-tindakan yang dilakukan pekerja bersifat unik yang membutuhkan

proses pengambilan keputusan yang kompleks berdasarkan pengertian dan

pengetahuan yang dimiliki oleh pekerja. Pekerjaan ini disebut knowledge work dan

pekerjanya disebut knowledge worker, istilah ini pertama kali dikemukakan oleh F.

Drucker.

Perusahaan yang memiliki knowledge worker adalah perusahaan yang

memiliki basis customer knowledge yang terkelola dengan baik. Customer

32

32

knowledge ini dapat diakses oleh pekerjanya serta dapat membantu mereka untuk

memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggannya.

Akibat logis dari dari kondisi tersebut adalah knowledge worker dapat

memberikan respon yang lebih cepat, penanganan klaim pelanggan yang lebih baik,

serta pelayanan yang lebih proaktif.

b. Bidang pengembangan kompetensi personil.

Knowledge transfer/sharing sebagai salah satu proses utama dalam KM

pada hakikatnya adalah penciptaan kesempatan yang luas untuk belajar (learning)

bagi seluruh anggota organisasi sehingga dapat meningkatkan kompetensinya

secara mandiri. Namun demikian, tersedianya bahan ajar atau knowledge dalam

KM yang disimpan dalam memory perusahaan belum tentu akan mendorong minat

belajar karyawan. Hal ini dapat terjadi karena dua faktor. Pertama, knowledge yang

tersedia kurang relevan dengan tugas sehari-hari dari para pekerja. Kedua, para

pekerja memang tidak memiliki motivasi dan daya yang memadai untuk belajar

secara mandiri.

Untuk mengatasi faktor penghambat belajar yang pertama, perusahaan

perlu secara terus-menerus mengamati perkembangan kebutuhan knowledge yang

sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan memperbaharui knowledge yang tersimpan

di dalam memory perusahaan.

Untuk mengatasi faktor penghambat yang kedua, pekerja perlu didorong

untuk memanfaatkan knowledge yang sudah tersedia di memory perusahaan

melalui pembelajaran mandiri. Berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk

33

33

meningkatkan motivasi belajar dalam bentuk tatap muka. Kemudian, proses belajar

mandiri ini perlu dievaluasi sekaligus dihargai melalui tindak lanjut.

c. Bidang pemeliharaan ketersediaan knowledge

Kemampuan dan knowledge yang dimiliki oleh pekerja dalam sebuah

perusahaan perlu dikelola oleh perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya

knowledge loss, yaitu suatu kondisi di mana perusahaan kehilangan knowledge

yang dibutuhkannya walau knowledge tersebut sebenarnya sudah pernah dimiliki

dan dipergunakan oleh perusahaan tersebut. Knowledge loss dapat terjadi ketika

seorang pekerja keluar dari perusahaan, baik karena alasan pensiun atau pindah ke

perusahaan lain sementara knowledge yang dimiliki pekerja tersebut belum

ditransfer kepada memory perusahaan atau pekerja lainnya di dalam perusahaan.

Knowledge loss dapat mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan, bahkan

dapat mengakibatkan gangguan yang lebih serius jika perpindahan atau keluarnya

pekerja tersebut diikuti dengan berpindahnya beberapa pelanggan.

d. Bidang inovasi dan pengembangan produk.

Salah satu produk KM adalah proses pembelajaran yang berimplikasi terhadap

peningkatan kemampuan inovasi, yaitu terciptanya knowledge baru. Inovasi yang

dikombinasikan dengan kebutuhan pelanggan akan menjadi solusi atau produk

yang efektif dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi pelanggan.

Proses pengembangan produk merupakan proses yang bersifat kolaboratif dan

lintas fungsi. Artinya, produk baru tidak dihasilkan oleh unit atau fungsi tertentu

dalam perusahaan, tetapi melibatkan berbagai unit untuk menjamin bahwa produk

yang dihasilkan tidak sekedar baru tetapi juga harus laku dan dapat diproduksi

34

34

semestinya. KM dapat mengakselerasi proses pengembangan produk baru, karena

KM mempromosikan dan meyediakan media untuk kolaborasidan knowledge

sharing.

KM adalah inisitif korporasi, bukan inisiatif unit atau sekumpulan orang

tertentu pada suatu perusahaan. Sebagai inisiatif korporasi, penerapan KM harus

melibatkan komponen-komponen strategis organisasi, antara lain :

a. Manusia

Sebagian besar knowledge yang ada dalam pikiran manusia berupa tacit

knowledge. Carla O’Dell mengatakan, 80% knowledge berupa tacit knowledge

dan hanya 20% berupa explicit knowledge. Di samping sebagai sumber

knowledge, manusia juga merupakan pelaku dalam proses-proses yang ada di

KM. Jika proses knowledge sharing dan knowledge creation tidak dapat

berjalan, maka persoalan utamanya adalah karena rendahnya kemauan dan

kemampuan manusia untuk melakukannya. Semua proses tersebut dapat

berjalan selama manusia memang terdorong untuk melakukannya, walaupun

dengan bantuan teknologi yang minimal.

Meningkatkan motivasi dan membangkitkan partisipasi anggota organisasi

dalam implementasi KM memerlukan penedekatan manajemen modal

manusia.

b. Leadership

Peran kritis yang harus dijalankan oleh pemimpin adalah membangun visi yang

kuat, yaitu visi yang dapat menggerakkan semua anggota organisasi untuk

35

35

mencapai visi tersebut. Visi tidak hanya sekedar pernyataan yang bersifat

retorik, tetapi harus diikuti oleh tindakan nyata dari pemimpin itu sendiri dalam

memberikan teladan dan keyakinan kepada seluruh anggota organisasi, bahwa

organisasi sungguh-sungguh digerakkan menuju visi yang ditetapkan. Sebaik-

baiknya visi, jika tidak ditindaklanjuti akan segera kehilangan efektivitasnya dan

akan menjadi ilusi yang berbahaya bagi sebuah organisasi.

Untuk suksesnya implementasi KM, para pemimpin harus mengerahkan

kapasitas intelektual dan sumber daya yang berada di bawah kendalinya dalam

menginspirasi dan terjun langsung mengonduktori implementasi KM untuk

mewujudkan visinya. Pada hakekatnya pemimpin mempunnyai kemampuan

untuk memulai pembentukan budaya atau tradisi baru dengan menggalang dan

mengarahkan partisipasi semua anggota organisasi dalam mewujudkan visinya.

Untuk melengkapi kemampuan itu seorang pemimpin memiliki intensi dan

determinasi yang kuat.

Selain hal-hal yang terkait dengan visi dan keterlibatan pemimpin dalam

implementasi KM, kepemimpinan juga berkaitan dengan proses pengambilan

keputusan strategis, termasuk keputusan yang menyangkut nilai-nilai, obyektif,

persyaratan knowledge, sumber knowledge, prioritasi dan alokasi aset

knowledge organisasi. Para pemimpin juga sangat berperan dalam menerapkan

prinsip dan teknik manajemen yang integratif berbasis knowledge.

c. Teknologi

Perkembangan teknologi informasi (TI) yang sudah merasuk ke semua aspek

kegiatan manusia membuat penggunaan teknologi informasi menjadi salah satu

36

36

fungsi dari KM. Perkembangan TI berdampak pada semakin banyaknya proses

yang diotomasi dan juga semakin banyaknya pekerja yang menghabiskan waktu

di depan komputer, baik untuk melakukan pekerjaan analisis, mengeksekusi

proses bisnis, maupun untuk berkomunikasi. Internet saat ini sudah menjadi

interface dan sekaligus integrator antara manusia dan manusia lainnya.

Perkembangan teknologi internet dengan berbagai aplikasi di dalamnya

membuat teknologi ini menjadi basis utama pengembangan KM tool. Tujuan

utama penggunaan teknologi internet dalam KM adalah untuk

mendistribusikan knowledge melalui internet/intranet yang memungkinkan

knowledge yang dimiliki perusahaan dan karyawannya tersebar secara

corporate wide dan menjadi milik kolektif perusahaan atau organisasi.

Selain berfungis sebagai media utama pendistribusian knowledge,

penggunaan teknologi informasi dalam KM juga sangat berperan dalam

menyediakan media untuk berkolaborasi secara virtual. Kolaborasi virtual akhir-

akhir ini marak dengan berkembangnya teknologi social networking seperti

myspace, facebook dan lain-lain.

d. Organisasi

Organisasi berkaitan dengan penanganan aspek operasional dari aspek-aspek

knowledge, termasuk fungsi-fungsi, proses-proses, struktur organisasi formal

37

37

dan informal, ukuran dan indikator pengendalian, proses penyempurnaan dan

rekayasa proses bisnis.

Organisasi yang mendukukung KM adalah organisasi yang menghargai

knowledge dan yang memilikinya. Organisasi ini sangat fleksibel dan sangat

mudah menyesesuaikan diri dengan perubahan. Galbraith menyatakan bahwa

reconfigurable organization adalah organisasi yang mampu mengombinasikan

dan mengombinasikan ulang kemampuan, kompetensi dan sumber daya

organisasi untuk merespon perubahan lingkungan.

Agar lebih kondusif terhadap implementasi KM, fungsi-fungsi

pengelolaan knowledge, seperti fungsi pengelola penelitian , pengelola KM

Tool, fungsi komunikasi dan lainnya sebaiknya dimunculkan. Fungsi-fungsi KM

tersebut akan menjadi integrator dari fungsi-fungsi lainnya seperti fungsi

pengelola SDM, pengelola produk, pengelola operasi atau alat produksi dan

pengelola pelanggan serta fungsi-fungsi pendukung lainnya dalam suatu

organisasi.

Organisasi tradisional tidak mengenal posisi baru yang bernama CKO

(Chief of Knowledge Officer) atau Officer KM. Posisi-posisi ini berkaitan dengan

KM dan cakupan tugasnya bersifa lintas fungsi, lintas unt dan lintas disiplin

bahkan lintas hirarkri. Perusahaan yang berkeinginan untuk menerapkan KM

harus mempersiapkan diri agar terbiasa dengan posisi-posisi baru tersebut dan

merancang fungsi, proses, struktur serta menata ulang mekanisme koordinasi,

interaksi dan aliran informasi dengan posisi-posisi tersebut.

38

38

Hal lain yang juga penting diperhatikan dengan adanya implementasi KM

dalam suatu organisasi adalah perubahan sistem kompensasi. Galbraith

memperkenalkan adanya pergeseran dalam sistem kompensasi dari pay for a

job ke knowledge based pay. Knowledge based pay menghargai kemampuan

dan knowledge seseorang yang mampu memberikan kontribusi kepada

organisasi. Sistem kompensasi ini menghargai learning dan kemampuan

seseorang untuk dapat menguasai knowledge baru.

e. Learning

Garvin mendefinisikan learning organization sebagai keterampilan organisasi

dalam lima aktifitas utama, yaitu :

· Penyelesaian masalah secara sistematis, di mana anggota organisasi selalu

berpikir secara system dalam menyelesaikan masalah (dalam mengambil

keputusan lebih bersandar kepada data dari pada asumsi)

· Pengujicobaan pendekatan baru, di mana organisasi menjamin mengalirnya

ide-ide baru dan memberi insentif kepada anggota organisasi dalam

mengambil resiko.

· Belajar dari pengalaman masa lalu (lebih menghargai nilai-nilai kegagalan

dari pada keberhasilan tidak produktif)

· Belajar dari praktek terbaik (proakif dan antusias dalam mempelajari dan

mengadopsi praktek-praktek terbaik dari manapun.

· Transfer / sharing knowledge secara tepat dan efisien ke seluruh organisasi

(mendistribusikan laporan dan melakukan progam rotasi personil)

39

39

Learning merupakan kekuatan yang dibutukan setiap perusahaan sebagai

prasyarat untuk mampu beradaptasi dan bertahan dalam lingkungan bisnis

yang senantiasa berubah. De Geus menyatakan bahwa karakteristik

perusahaan yang berumur panjang sebagai the living company adalah yang

memiliki kualitas makhluk hidup seperti kecerdasan dan karakter. De Geus

menjelaskan ada korelasi antara perusahaan yang berumur panajnag dengan

kemampuannya sebagai sebuah learning organization (Inspire, Juli 2009).

Lumbatobing (2009) menjelaskan bahwa KM buhkan hanya sekedar

management tool yang baru atau mode manajemen terbaru. Tetapi, organisasi

yang ingin menerapkan KM harus memperlakukannya sebagai inisiatif korporasi

yang melibatkan semua komponen strategis di dalam sebuah perusahaan

seperti manusia, kepemimpinan, teknologi, organisasi dan budaya learning.

Komponen-komponen strategis inilah yang menggerakkan proses-proses yang

terjadi dalam KM seperti proses kreasi, akuisisi, sharing, retensi dan

pemanfaatan knowledge. Terabaikannya salah satu faktor tersebut akan

membuat penerapan KM tidak efektif.

Knowledge sharing yang merupakan suatu sistem yang tidak memiliki

akhir, karena knowledge sharing akan selalu dikembangkan oleh orang dalam

organisasi, dan tidak dapat dibuat dengan cara yang instan. Keputusan

penyusunan knowledge sharing dalam perusahaan harus didasari dengan

pertanyaan sebagai berikut :

1. Who, berkaitan dengan orang yang akan menjalankan knowledge sharing tersebut.

Ketika sumber daya manusia yang ada tidak memadai atau tidak siap, maka

40

40

knowledge sharing dapat dipastikan tidak dapat berjalan dengan baik. Pertanyaan

ini merupakan prioritas utama yang harus diperhatikan oleh organisasi dalam

pengambilan keputusan untuk penerapan knowledge sharing.

2. What, berkaitan dengan pengetahuan (knowledge) apa yang akan disimpan, dan

harus disesuaikan dengan core business perusahaan. Ketika penentuan core

business ini tidak tepat sasaran, dapat dipastikan knowledge sharing tidak dapat

berjalan dengan baik.

3. Why, berkaitan dengan alasan dibalik keputusan penerapan knowledge sharing,

yang harus disesuaikan dengan tujuan bisnis organisasi.

4. How, berkaitan dengan teknologi apa yang akan digunakan. Banyak organisasi

memilih untuk menggunakan aplikasi knowledge sharing sesederhana mungkin

pada awalnya, dengan harapan mereka akan mengganti sistem ini dengan yang

lebih kompleks ketika kultur sudah terbentuk sesuai harapan organisasi. Pemikiran

ini sangat salah, karena dapat menimbulkan rasa frustasi pada diri staf (Inspire, Juli

2009).

B. Teknologi Informasi (TI)

Peranan TI dalam berbagai aspek kegiatan organisasi dapat dipahami

sebagai sebuah teknologi yang menitik beratkan pada pengaturan sistem

informasi dengan penggunaan komputer, TI dapat memenuhi kebutuhan

informasi dunia bisnis dengan sangat cepat, tepat waktu, relevan, dan akurat

(Wilkinson dan Cerullo, 1997). Ahadiat dalam Bakos (1998) mencoba

menjelaskan bahwa investasi pada teknologi informasi sendiri merupakan

investasi pada sesuatu yang mudah menjadi usang (obsolete) sehingga terdapat

41

41

kesulitan untuk menampakkan manfaatnya dalam skala pengukuran kinerja atau

produktifitas yang telah umum digunakan.

Perkembangan terbaru dari studi empiris tentang dampak teknologi informasi

saat ini tidak hanya mencoba untuk mengkaitkan investasi teknologi informasi dengan

tangible benefit, namun juga intangible benefit. Hal ini terutama terus mengemuka

sejalan dengan makin maraknya implementasi knowledge sharing di sejumlah

organisasi bisnis. Knowledge sharing merupakan upaya organisasi dalam mengelola

aktiva intelektual yang dimilikinya melalui praktek-praktek pendokumentasian dan

knowledge sharing diantara anggota organisasi. Untuk melakukan pendokumentasian

dan berbagi pengetahuan ini diperlukan teknologi informasi untuk mewujudkannya,

yaitu dalam bentuk pengembangan intranet, extranet dan perangkat pendukung

lainnya berupa hardware, software dan telekomunikasi yang dikenal sebagai teknologi

knowledge management. Meski praktek knowledge sharing diyakini dapat

meningkatkan intangible asset bagi organisasi, namun Maholtra (2005) mencoba

menyoroti penggunaan istilah teknologi knowledge management dari sisi lain, yaitu

hanyalah sebagai perkembangan terbaru atau penamaaan ulang yang dilakukan oleh

para vendor teknologi informasi setelah selama dua dekade terakhir istilah teknologi

informasi telah banyak digunakan.

Peran TI di berbagai bidang kehidupan memang tidak diragukan lagi Banyak

peneliti mengemukakan manfaat komputer untuk berbagai macam keperluan (Igbaria,

1994). Sementara itu beberapa peneliti menemukan adanya beberapa hambatan dan

bahkan kegagalan dalam penerapan teknologi informasi berbasis komputer (Igbaria,

1994; Swanson, 1982).

42

42

Penelitian yang dilakukan oleh Igbaria (1994) menemukan berbagai masalah yang

dapat mengganggu keberhasilan penerapan komputer mikro pada suatu organisasi.

Masalah-masalah tersebut antara lain kompleksitas, tidak adanya dukungan

manajemen puncak, kurangnya pengalaman, dan sikap negatif pemakai. Swanson

(1982) dalam penelitiannya menemukan bahwa rendahnya penerimaan pemakai (user

acceptance) juga berpengaruh pada pemanfaatan TI. User acceptance adalah seberapa

jauh individu merasa nyaman ketika menggunakan atau terlibat dalam suatu lingkungan

baru.

Iqbaria (1994) menyebutkan bahwa secara individu maupun kolektif penerimaan

penggunaan dapat dijelaskan dari variasi penggunaan suatu sistem, karena diyakini

penggunaan suatu sistem yang berbasis TI dapat mengembangkan kinerja individu atau

kinerja organisasi. Beberapa penelitian lain telah mengidentifikasi indikator

penerimaan TI, dimana secara umum diketahui bahwa penerimaan TI dilihat dari

penggunaan sistem dan frekuensi pengunaan komputer DeLone dalam Iqbaria (1997)

dan ada juga yang melihat dari aspek kepuasan pengguna (Montazemi dalam Iqbaria,

1997)

Davis (1989) mendefinisikan kemanfaatan (usefulness) sebagai suatu tingkatan

dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu subyek tertentu akan dapat

meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Berdasarkan definisi tersebut dapat

diartikan bahwa kemanfaatan dari penggunaan komputer dapat meningkatkan kinerja,

prestasi kerja orang yang menggunakannya. Menurut Thompson (1991) kemanfaatan TI

merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna TI dalam melaksanakan tugasnya.

Pengukuran kemanfaatan tersebut berdasarkan frekuensi penggunaan dan

43

43

diversitas/keragaman aplikasi yang dijalankan. Thompson (1991) juga menyebutkan

bahwa individu akan menggunakan TI jika mengetahui manfaat positif atas

penggunaannya. Chin dan Todd (1995) memberikan beberapa dimensi tentang

kemanfaatan TI.

Kemanfaatan dengan estimasi dua faktor oleh Chin dan Todd (1995) dibagi

menjadi dua kategori lagi yaitu kemanfaatan dan efektifitas, dengan dimensi-dimensi

masing-masing yang dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kemanfaatan meliputi dimensi

· menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier)

· Bermanfaat (usefull)

· Menambah produktifitas (increase productivity).

2. Efektifitas meliputi dimensi

· mempertinggi efektifitas (enchance effectiveness)

· mengembangkan kinerja pekerjaan (improve the job performance)

Berdasarkan beberapa definisi dan telaah literatur diatas dapat disimpulkan

bahwa kemanfaatan penggunaan TI dapat diketahui dari kepercayaan pengguna TI

Berdasarkan beberapa definisi dan telaah literatur diatas dapat disimpulkan bahwa

kemanfaatan penggunaan TI dapat diketahui dari kepercayaan pengguna TI dalam

memutuskan penerimaan TI dengan satu kepercayaan bahwa penggunaan TI tersebut

memberikan kontribusi positif bagi penggunanya. Seseorang mempercayai dan

merasakan dengan menggunakan komputer sangat membantu dan mempertinggi

prestasi kerja yang akan dicapainya, atau dengan kata lain orang tersebut

mempercayai penggunaan TI telah memberikan manfaat terhadap pekerjaan dan

44

44

pencapaian prestasi kerjanya. Kemanfaatan penggunaan TI tersebut menjadi sebuah

variabel tersendiri yang diteliti oleh peneliti (Iqbaria, 1994;1997), khususnya untuk

melihat penerimaan penggunaan TI bagi organisasi perusahaan. Iqbaria (1994) dalam

studinya menguji apakah penerimaan penggunaan mikro komputer dipengaruhi oleh

kemanfaatan yang diharapkan oleh si pengguna atau karena tekanan sosial. Tekanan

sosial yang dimaksudkan seperti tekanan dari seorang supervisor kepada bawahannya

untuk menggunakan TI. Temuan studi Iqbaria (1994) membuktikan bahwa TI digunakan

bukan mutlak karena adanya tekanan sosial, sehingga dapat disimpulkan penerimaan

penggunaan TI tersebut dipengaruhi oleh kemanfaatan penggunaan penggunaan TI.

Davis (1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan (easy of use) sebagai suatu

tingkatan dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemudahan penggunaan akan

mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) seseorang di dalam mempelajari komputer.

Perbandingan kemudahan tersebut memberikan indikasi bahwa orang yang

menggunakan TI bekerja lebih mudah dibandingkan dengan orang yang bekerja tanpa

menggunakan TI (secara manual). Pengguna TI mempercayai bahwa TI yang lebih

fleksibel, mudah dipahami dan mudah pengoperasiannya (compartible) sebagai

karakteristik kemudahan penggunaan. Davis (1989) memberikan beberapa indikator

kemudahan penggunaan TI antara lain meliputi

(1) Komputer sangat mudah dipelajari

(2) Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna

(3) Keterampilan pengguna bertambah dengan menggunakan komputer

(4) Komputer sangat mudah untuk dioperasikan.

45

45

Iqbaria (1994) membuktikan bahwa TI digunakan bukan mutlak karena adanya

tekanan sosial, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan TI bukan karena

adanya unsur tekanan, tetapi karena memang mudah digunakan. Berdasarkan telaah

teoritis dan hasil-hasil pengujian empiris diatas, dapat disimpulkan bahwa penerimaan

penggunaan TI juga turut dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan TI, ini merupakan

refleksi psikologis pengguna yang lebih bersikap terbuka terhadap sesuatu yang sesuai

dengan apa yang dipahaminya dengan mudah. Kemudahan tersebut dapat mendorong

seseorang untuk menerima menggunakan TI.

Model Teoritis Davis 1989 dapat digambarkan pada gambar II.2 berikut ini :

Gambar II.2

Model Teoritis aspek perilaku dalam TI (Davis, 1989)

Kemudahan

Kemanfaatan

Penerimaan

Pengguna

46

46

Menurut Iqbaria (1997), faktor-faktor interen dan eksteren organisasi

berpengaruh terhadap penerimaan penggunaan TI. Iqbaria (1997) secara mendetail

mengemukakan faktor-faktor tersebut meliputi :

1. Dukungan pengetahuan komputer secara interen organisasi (internal support),

merupakan dukungan pengetahuan teknis yang dimiliki secara individual maupun

kelompok mengenai pengetahuan komputer

2. Pengalaman pelatihan interen organisasi (internal training), merupakan sejumlah

pelatihan yang sudah pernah diperoleh pemakai (user) dari pemakai lainnya (other

user) atau dari spesialisasi komputer yang ada di dalam organisasi perusahaan

3. Dukungan manajemen (management support), merupakan tingkat dukungan

secara umum yang diberikan oleh manajemen puncak dalam perusahaan

4. Pengetahuan komputer secara ekteren organisasi (external support) , merupakan

dukungan pengerahuan teknis dari pihak luar yang dimiliki secara individual

maupun kelompok mengenai pengetahuan komputer untuk perusahaan kecil.

5. Pengalaman pelatihan eksteren organisasi (external training), merupakan sejumlah

pelatihan yang sudah pernah diperoleh pemakai (user) dari pemakai lainnya (other

user) atau spesialisasi komputer dari pihak luar perusahaan

C. Diffusion of Innovation Theory (DOI)

Teori difusi inovasi menggambarkan proses sisi baru, praktek atau teknologi yang

disebar ke dalam suatu sistem sosial (Rogers dalam Murray, 2009). Difusi inovasi adalah

suatu proses umum yang tidak terbatas pada tipe inovasi tertentu, siapa yang

mengadopsi dan bagaimana budayanya, seperti proses inovasi yang berdifusi sehingga

47

47

mengimplementasi secara keseluruhan yang dapat mengembangkan inovasi tersebut.

Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui

saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial

(Rogers dalam Murray, 2009). Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe

komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat

dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang

terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak

terlepas dari kata inovasi (Murray, 2009). Karena tujuan utama proses difusi adalah

diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu (Rogers dalam Murray,

2009). Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan

atau sub sistem.

Rogers dalam Murray (2009) mengemukakan bahawa proses difusi inovasi

melibatkan empat unsur utama, meliputi :

1) inovasi

2) saluran komunikasi

3) kurun waktu tertentu

4) sistem sosial

Rogers dalam Murray (2009) mengemukakan lima karakteristik Teori Difusi Inovasi,

meliputi :

1) Keunggulan (relative advantage)

Adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah

ada sebelumnya. Semakin besar relative advantage dirasakan oleh pengadopsi,

semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.

48

48

2) Kompatibilitas (compatibility)

Adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang

berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika

suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang

berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya

dengan inovasi yang sesuai (compatible).

3) Kerumitan (complexity)

Adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami

dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat

dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin

mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu

inovasi dapat diadopsi.

4) Kemampuan diuji cobakan (trialability)

Adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi

yang dapat di uji cobakan dalam tatanan sesungguhnya akan lebih cepat diadopsi.

5) Kemampuan diamati (observability).

Adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin

mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan

orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi.

Kurve Adopsi Inovasi

49

49

Gambar II.3 Kurva Adopsi Inovasi

Adopsi inovasi yang melengkung dari Rogers dalam Murray (2009) adalah model

yang terklasifikasi dari inovai dalam berbagai kategori, berdasarkan gagasan bahwa

individu tertentu yang pasti lebih terbuka untuk adaptasi dari orang lain yang terbagi

menjadi :

1. Innovators : seseorang yang menjadi pelopor dalam perubahan. Inovator sangat

membutuhkan komunikasi.

2. Early adopter : seorang pemimpin yang mampu mencoba ide-ide baru tetapi

dengan cara teliti dan seksama.

3. Early majority : seseorang yang berhati-hati menerima perubahan yang cepat.

4. Late majority : seseorang yang tidak percaya, akan menggunakan ide-ide baru

apabila banyak orang lain yang menggunakan ide-ide tersebut.

50

50

5. Laggards : masyarakat tradisional, masih menggunakan cara-cara lama di mana

hanya akan menerima suatu ide baru jika ide tersebut telah menjadi tradisi.

Rogers dalam Murray (2009) fokus penelitian difusi terletak pada lima elemen :

a. karakteristik dari suatu inovasi yang dapat mempengaruhi dengan adopsi;

b. proses pengambilan keputusan yang terjadi ketika individu mempertimbangkan

mengadopsi ide baru, produk atau praktek.

c. karakteristik dari orang-orang yang membuat mereka cenderung untuk mengadopsi

suatu inovasi

d. konsekuensi bagi individu dan masyarakat yang mengadopsi suatu inovasi,

e. saluran komunikasi yang digunakan dalam proses adopsi

Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi

satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diungkapkan

sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus

dimana informasi yang dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian,

esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu

mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain (Rogers

dalam Murray, 2009). Rogers dalam Murray (2009) mengemukakan ada empat unsur

dari proses komunikasi meliputi :

a. inovasi itu sendiri

b. seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau

pengalaman dalam menggunakan inovasi

c. orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan

pengalaman dalam menggunakan inovasi

51

51

d. saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya

mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah

mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut

(innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan

pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi

tertentu (Rogers dalam Murray, 2009)

Rogers dalam Murray (2009) mengatakan ada 5 tahap dalam proses pembuatan

keputusan difusi, yaitu :

1) mencari knowledge tentang inovasi tersebut

2) yakin dalam membentuk gagasan tentang inovasi tersebut

3) membuat keputusan untuk menolak atau menerima adopsi tersebut

4) menerima konfirmasi tentang keputusan tersebut

Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa tujuan utama proses difusi adalah

agar diadopsinya suatu inovasi. Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu

pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan

komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran

komunikasi tertentu. Dengan demikian diadopsinya suatu ide baru (inovasi)

dipengaruhi oleh partisipan komunikasi dan saluran komunikasi. Dari sisi partisipan

komunikasi, Rogers dalam Murray (2009) mengungkapkan bahwa derajat kesamaan

atribut (seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain) antara individu

yang berinteraksi (partisipan) berpengaruh terhadap proses difusi. Semakin besar

derajat kesamaan atribut partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif komuniksi

52

52

terjadi. Begitu pula sebaliknya. Semakin besar derajat perbedaan atribut partisipan

(heterophily), semakin tidak efektif komunikasi terjadi. Oleh karenanya, dalam proses

difusi inovasi, penting sekali untuk memahami betul karakteristik adopter potensialnya

untuk memperkecil “heterophily” (Murray, 2009). Sementara itu, saluran komunikasi

juga perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap tertentu dari proses pengambilan

keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu memainkan peranan lebih

penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi lain.

Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial

terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan norma-norma tertentu.

Berkaitan dengan hal ini, Rogers dalam Murray (2009) menyebutkan adanya empat

faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah

a. Struktur sosial (social structure)

Adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Struktur ini

memberikan suatu keteraturan dan stabilitas perilaku setiap individu (unit) dalam

suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar

anggota dari sistem sosial. Rogers dan Kincaid dalam Murrary (2009) mengatakan

bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri dan

juga sistem social dimana individu tersebut berada.

b. Norma sistem (system norms)

Adalah suatu pola perilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem sosial

yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem sosial.

Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai

53

53

yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem sosial

berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.

c. Pemimpin opini (opinion leaders)

dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yaitu orang-orang tertentu yang

mampu mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial.

Opinion leaders memainkan peran dalam proses keputusan inovasi .

d. Agen perubah (change agent).

adalah orang-orang professional yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan

tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Dengan demikian, kemampuan dan

keterampilan agen perubah berperan besar terhadap diterima atau ditolaknya

inovasi tertentu.

D. Penelitian Terdahulu

Sejumlah studi empiris tentang dampak TI bagi organisasi bisnis itu sendiri

sebenarnya telah banyak dilakukan sejak pertengahan era 1980’an. Penelitian tentang

dampak TI pada organisasi bisnis berakar pada topik penelitian mengenai information

technology investment and firm performance yang selama bertahun-tahun telah

menjadi perdebatan mengenai apakah investasi pada TI memiliki dampak yang positif

dengan ukuran-ukuran kinerja ataupun produktifitas. Penelitian yang dilakukan sejak

dua dekade lalu menghasilkan temuan yang cocok tentang manfaat TI tersebut. Ketika

TI diyakini memberi manfaat bagi organisasi bisnis yang memilikinya, sejumlah

penelitian justru menghasilkan temuan berupa ketiadaan hubungan antara investasi

54

54

perusahaan pada TI dengan peningkatan produktifitas, suatu situasi yang disebut

sebagai productivity paradoks (Dedrick, Gurbaxani & Kraemer, 2002). Penelitian yang

dilakukan tersebut, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu studi yang

dilakukan pada level perusahaan dan studi yang dilakukan pada level negara. Hasil dari

sejumlah penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel II.1, yang memperlihatkan bahwa

investasi perusahaan bagi TI tidaklah selalu diikuti dengan peningkatan

kinerja/produktifitas.

Tabel II.1. Studi Empiris tentang Dampak TI terhadap Kinerja/Produktifitas (Studi pada

perusahaan sektor jasa hingga manufaktur)

Peneliti Sumber Data Temuan

Strassmann (1985)

Strassmann (1990)

Computerworld, survei

terhadap 38 perusahaan

tidak ada korelasi antara investasi

pada TI dengan ukuran-ukuran

kinerja, semisal ROI

Bender (1986) LOMA insurance data

Dari 132 perusahaan

korelasi lemah antara TI dengan

berbagai rasio kinerja

Franke (1987) Data industri keuangan

investasi pada TI berhubungan dengan

penurunan tajam pada capital

productivity dan tidak ada dampak

pada labor productivity

Dudley & Lasserre TI dan komunikasi mengurangi biaya

55

55

(1989) yang berkaitan dengan inventory

Parsons, Gottlieb dan

Denny (1990)

perbankan dampak yang rendah dari teknologi

informasi terhadap produktifitas

Alpar & Kim (1991) perbankan

TI mengakibatkan pengurangan biaya

10%. peningkatan pada nvestasi TI

membawa dampak pada 1.9%

penurunan total cost.

Harris & Katz (19 91) 40 perusahaan anggota

LOMA

Hubungan positif yang lemah antara TI

dengan berbagai rasio kinerja

Barua, Kriebel &

Mukhopadhyay

(1991)

manufaktur Investasi pada TI

berhubungan dengan sejumlah

intermediate performance measure

yang kemudian berhubungan dengan

ukuran-ukuran kinerja yang lebih

tinggi seperti revenue, ROA & market

share

Mahmood & Mann

(1993)

Computerworld data

pada 100 perusahaan

investasi pada TI memiliki hubungan

yang lemah dengan

56

56

pencapaian strategi organisasi dan

kinerja secara ekonomi. Namun

memiliki hubungan yang signifikan bila

diuji dengan canonical analysis yang

dapat mengukur efek kombinasi dari

variabel-variabel investasi TI

Diewert & Smith

(1994)

Perusahaan ritel

Kanada

peningkatan produktifitas melalui

pengelolaan inventory yang lebih baik

dengan TI

Brynjolfsson & Hitt

(1994)

IDG, Compustat, Bureau

of Economics Analysis

(BEA)

TI membawa dampak pada

peningkatan produktifitas dan

menciptakan value bagi

Customer

Loveman (1994) PIMS/MPIT invetasi pada TI tidak membawa

dampak apapun terhadap output

Kwon & Stoneman

(1995)

UK Based survey TI memiliki dampak positif terhadap

output dan produktifitas

Sircar, Turnbow &

Bordoloi (2001)

Perusahaan yang

tercantum pada Fortune

500 dan Fortune Service

investasi pada TI memiliki hubungan

positif dengan sejumlah ukuran

kinerja, seperti penjualan, asset &

57

57

500 ekuitas

Sumber : Barua, Kriebel & Mukhopadhyay (1995), Brynjolfsson &Yang (1996), Mahmood & Mann

(2000),Sircar, Turnbow & Bordoloi (2001)

Pada studi level negara, di Amerika Serikat, Oliner dan Sichel dalam Brynjolfsson

&Yang (1996) menemukan bahwa penggunaan teknologi informasi seperti computer

hardware, software dan perangkat komunikasi berkontribusi terhadap pesatnya

pertumbuhan produk-tifitas pada era pertengahan tahun 90’an. Namun demikian,

Gordon dalam Simon dan Wardop (2002) mengemukakan bahwa teknologi informasi di

AS tidak membawa dampak yang luas terhadap pertumbuhan output, sebagaimana

yang ditimbulkan oleh gelombang inovasi besar pada abad lalu seperti ditemukannya

listrik dan mesin dengan pembakaran internal. Di Australia sendiri, penelitian oleh

Simon dan Wardop (2002) menunjukkan Australia mengalami peningkatan

pertumbuhan output yang signifikan sehubungan dengan penggunaan teknologi

informasi dalam organisasi. Lebih jauh lagi, Jorgenson (2004) mencoba untuk melihat

dampak TI pada pertumbuhan ekonomi negara-negara G7. Ia menyatakan bahwa sejak

1995, terdapat investasi yang besar terhadap perangkat TI pada negara-negara G7

dimana hal ini membawa kontribusi terhadap pertumbuhann ekonomi negara-negara

tersebut.

Penjelasan tentang productivity paradoks pernah dilakukan oleh Brynjolfsson dan

Yang (1996) yang mengemukakan bahwa terdapat 4 aspek untuk menjelaskan terjadinya

productivity paradoks. Keempatnya adalah

58

58

(1) Kesalahan pengukuran. Terjadi pada kemungkinan terjadinya kesalahan

pengukuran input dan output akibat masih digunakannya pende-katan tradisional

dalam pengukurannya.

(2) Adanya waktu tunda atau lags. Waktu tunda disini timbul dari perbedaan waktu

dari analisa tentang payoff dari biaya versus manfaat.

(3) Redistribution : TI digunakan dalam aktifitas redistribusi antar perusahaan. Hal ini

menjadikan TI bermanfaat, namun manfaat ini tidak dapat diukur pada total

output.

(4) Mismanagement, kesalahan dalam pengelolaan TI dapat membuat TI terlihat tidak

produktif bila diukur secara statistik. Lebih lanjut, Ahadiat (2006) mencoba

menjelaskan tentang hal tersebut dengan mengutip Bakos (1998) bahwa investasi

pada TI sendiri merupakan investasi pada sesuatu yang mudah menjadi usang

(obsolete) sehingga terdapat kesulitan untuk menampakkan manfaatnya dalam

skala pengukuran kinerja atau produktifitas yang telah umum digunakan.

E. Rerangka Pemikiran

Untuk memudahkan pemahaman alur pemikiran dalam penelitian ini, berikut

disusun suatu kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan variabel-variabel

yang diteliti :

Niat untuk mendorong Knowledge

Sharing

Teknologi Informasi

Relative advantage

Compatibility

Complexity

59

59

Gambar II.4 Rerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut dukungan teknologi informasi

diprediksikan berpengaruh terhadap dukungan organisasi pada knowledge sharing.

Beberapa penelitian mengidentifikasi adanya pengaruh faktor tersebut seperti di dalam

penelitian Stoddart dalam Lin dan Lee (2005) mengkaji pengaruh faktor teknologi dalam

knowledge sharing.

Faktor lain yang juga dikaji pengaruhnya adalah tiga karakteristik inovasi, yaitu

relative advantage, compatibility dan complexity. Ketiga karakteristik tersebut

diturunkan dari Innovation Diffusion Theory yang dikemukakan oleh Rogers (1995).

Rogers mengemukakan lima karakteristik inovasi yang mempengaruhi proses adopsi,

yaitu : relative advantage, compatibility, complexity, observability dan trialability. Dari

kelima karakteristik tersebut, hanya tiga karakteristik yaitu relative advantage,

compatibility dan complexity yang telah terbukti konsisten dalam berbagai penelitian

memberikan pengaruh pada behavioral intention.

60

60

F. Hipotesis Penelitian

Sebagai bagian dari upaya menjawab rumusan masalah penelitian, akan

dikemukakan hipotesis yang merupakan jawaban sementara yang harus diuji

kebenarannya. Hipotesis dikembangkan dengan menggunakan teori yang relevan atau

dengan logika dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.

1. Karakteristik Inovasi dan Behavioral Intention

Relative advantage mengacu pada tingkatan sejauh mana inovasi memberikan

keuntungan lebih dari kondisi sebelumnya. Relative advantage ditunjukkan melalui

efisiensi dan efektifitas yang meningkat, keuntungan ekonomis dan status yang makin

tinggi (Rogers, 1995). Hasil penelitian Moore dan Benbasat dalam Lin dan Lee (2005)

membuktikan bahwa relative advantage dari inovasi berhubungan positif dengan tingkat

adopsi. Lebih lanjut, Kaser dan Miles dalam Lin dan Lee (2005) mengemukakan secara

umum ketika pembuat keputusan dalam organisasi menerima keuntungan bagi

organisasi secara keseluruhan dari penerapan knowledege sharing, maka mereka akan

cenderung mendorong budaya knowledge sharing dalam organisasi. Dalam penelitian

Ling dan Lee (2005) menunjukkan bahwa relative advantage dari knowledge sharing

berpengaruh positif terhadap niat untuk mendorong knowledge sharing itu sendiri.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut :

H1 : Relative advantage dari knowledge sharing berpengaruh positif terhadap

dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing

61

61

Compatibility mencerminkan tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai-nilai

organisasi, pengalaman sebelumnya dan kebutuhan saat ini (Rogers, 1995). Lebih lanjut

Rogers menjelaskan bahwa compatibility yang semakin besar antara kebijakan

organisasi dengan inovasi lebih diutamakan karena kondisi tersebut memungkinkan

inovasi lebih dipahami dalam konteks yang lebih familiar. Selanjutnya semakin besar

kesesuaian antar komponen knowledege sharing, termasuk kegiatan knowledge sharing

dan pengelolaan SDM, menjadi hal yang diharapkan karena dapat memotivasi karyawan

untuk mengembangkan ide-ide baru (Hislop dalam Lin dan Lee, 2005). Dalam penelitian

Ling dan Lee (2005) menunjukkan bahwa compatible dari knowledge sharing

berpengaruh positif terhadap dukungan organisasi terhadap niat untuk mendorong

knowledge sharing. Dengan demikian ketika organisasi beranggapan knowledge sharing

semakin compatible dengan kebijakan organisasi, mereka cenderung akan

mendukungnya. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, hipotesis penelitian

dirumuskan :

H2 : Compatibility dari knowledge sharing berpengaruh positif terhadap dukungan

organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing

Complexity adalah tingkatan sejauh mana inovasi dipandang sulit untuk dipahami,

dipelajari atau dilakukan (Rogers, 1995). Penelitian-penelitian terdahulu

mengindikasikan bahwa inovasi yang kompleks membutuhkan sumber daya yang lebih

besar dan ketrampilan untuk mengadopsi serta membutuhkan upaya yang lebih besar

dari pengadopsi potensial, sehingga mengurangi kemungkinan untuk mengadopsi

Verhoef dan Langerak; Sia et.al dalam Lin dan Lee (2005). Dalam penelitian Ling dan Lee

(2005) menunjukkan bahwa complexity dari knowledge sharing berpengaruh negatif

62

62

terhadap niat untuk mendorong knowledge sharing itu sendiri. Secara umum Rogers

dalam Lin dan Lee (2005) mengemukakan bahwa kompleksitas diakui sebagai hambatan

penting pada keinginan untuk bertindak. Berdasarkan telaah-telaah tersebut, hipotesis

penelitian dirumuskan :

H3 : Complexity dari knowledge sharing berpengaruh negatif terhadap dukungan

organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing

2. Faktor Sosio-Teknis dan Karakteristik Inovasi

Berbagai penelitian Pan; Damodaran; Barret; Koh dalam Lin dan Lee (2005)

membuktikan peran faktor sosio-teknis dalam mendukung kolaborasi dalam organisasi

dan niat untuk mendorong knowledge sharing. Knowledge sharing sering kali melekat

pada interaksi yang kompleks dari aspek sosial dan teknis yang melibatkan individu,

kelompok atau organisasi yang berupaya untuk menciptakan sebuah inovasi. Beberapa

penelitian (e.g Pan dan Scarbrough; Song; Koh dan Kim; Bock et.al dalam Lin dan Lee

(2005) mengidentifikasi dukungan teknologi informasi sebagai salah satu faktor sosio-

teknis yang mendukung niat untuk mendorong knowledge sharing.

Peneliti telah mengidentifikasi bahwa penggunaan teknologi informasi sangat

penting dalam proses adopsi inovasi di organisasi karena membantu karyawan dalam

mempelajari hal-hal baru Bergeron; Fuller dan Swanson (dalam Lin dan Lee, 2005).

Dalam penelitian Ling dan Lee (2005) menunjukkan bahwa dukungan teknologi

informasi tidak berpengaruh terhadap relative advantage, compatibility dan complexity

dari knowledge sharing. Knowledge sharing sering dikaitkan dengan pertukaran

pengetahuan dengan menggunakan kemampuan teknologi informasi, seperti e-mail,

63

63

internet, dan sebagainya untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam merespon

perkembangan teknologi dan pengetahuan baru. Fasilitas teknologi informasi untuk

meningkatkan pengetahuan tersedia bagi karyawan dan memudahkan karyawan dalam

bekerja serta memungkinkan organisasi meningkatkan produktivitas karyawan.

Berdasarkan telaah-telaah tersebut, hipotesis penelitian dirumuskan :

H4a : Dukungan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap relative

advantage dari knowledge sharing

H4b : Dukungan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap compatibility

dari knowledge sharing

H4c : Dukungan teknologi informasi berpengaruh negatif terhadap complexity

dari knowledge sharing

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

a. Jenis Riset

Penelitian ini merupakan descriptive dan explanatory research. Menurut

Jogiyanto (2004:32), descriptive research merupakan riset yang bertujuan

untuk menggambarkan suatu peristiwa, siapa yang terlibat, apa yang

64

64

dilakukan, kapan dilakukan, di mana dan bagaimana melakukannya. Adapun

explanatory research merupakan riset yang mencoba menjelaskan fenomena

yang ada.

b. Dimensi Waktu Riset

Dilihat dari dimensi waktunya, penelitian ini adalah penelitian cross-

sectional. Jogiyanto (2004:43) mengemukakan bahwa penelitian cross-

sectional melibatkan satu waktu tertentu dengan banyak sampel.

c. Setting Riset

Berdasarkan setting-nya, penelitian ini melibatkan lingkungan non contrived

setting, yaitu lingkungan riil (field setting).

d. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah individual, di mana individu

responden akan diminta tanggapannya mengenai variabel-variabel yang

diteliti.

B. Jenis Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi :

a. Data Primer

65

65

Data primer diperoleh dari responden penelitian melalui kuesioner sebagai

alat pengumpulan data. Data yang dikumpulkan mencakup profil responden

serta tanggapan responden mengenai variabel-variabel yang diteliti

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data-data dokumentasi yang

terkait dengan obyek penelitian, seperti profil organisasi, deskripsi SDM, dan

data-data lain yang dibutuhkan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data di sini ditujukan untuk memperoleh skor yang berfungsi

sebagai arah pengaruh teknologi informasi (TI) terhadap knowledge sharing dengan

Diffusion of Innovation Theory sebagai anteseden.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari :

1. Kuesioner, dengan membuat daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden.

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang mencakup semua pernyataan dan

pertanyaan yang akan digunakan untuk mendapatkan data, baik yang dilakukan

melalui telepon, surat atau bertatap muka (Ferdinand, 2006 : 28).

2. Observasi, dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek

penelitian.

Penekanan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah memberikan daftar

pertanyaan dengan kuesioner, sedangkan metode pengumpulan lain digunakan penulis

seperlunya.

66

66

D. Operasionalisasi Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Teknologi Informasi

Teknologi informasi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkatan

sejauhmana kapabilitas dan kemanfaatan teknologi dalam proses knowledge

sharing. Variabel tersebut diukur dengan pertanyaan-pertanyaan yang

menyangkut sejauh mana penggunaan teknologi informasi dapat

mempengaruhi karyawan dalam proses knowledge sharing dengan karyawan

yang lain. Kuesioner yang digunakan diadaptasi dari kuesioner Lin dan Lee

tahun 2005.

b. Relative Advantage dari Knowledge Sharing

Variabel ini didefinisikan sebagai tingkatan sejauh mana proses knowledge

sharing dianggap menguntungkan bagi organisasi. Relative advantage ini

diukur dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai sejauh mana knowledge

sharing dapat meningkatkan penyelesaian masalah, memperbaiki kinerja

karyawan dan efektivitas pekerjaan, dan kemungkinan respon cepat terhadap

informasi baru. Kuesioner yang digunakan diadaptasi dari kuesioner Lin dan

Lee tahun 2005.

c. Compatibility dari Knowledge Sharing

Compatibility dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkatan sejauh

mana proses knowledge sharing sesuai dengan proses yang terjadi dalam

67

67

organisasi. Compatibility diukur dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai

kesesuaian proses knowledge sharing dengan kebijakan organisasi,

penerimaannya pada manajemen organisasi serta konsistensinya dengan

kebijakan SDM. Kuesioner yang digunakan diadaptasi dari kuesioner Lin dan

Lee tahun 2005.

d. Complexity dari Knowledge Sharing

Complexity didefinisikan sebagai tingkatan sejauh mana proses knowledge

sharing sulit diterapkan. Complexity diukur dengan pertanyaan-pertanyaan

mengenai sejauh mana proses knowledge sharing memunculkan kesulitan

pada organisasi untuk membangun komitmen karyawan, mengendalikan

kualitas kerja serta dukungan pada proses pembelajaran dalam organisasi.

Kuesioner yang digunakan diadaptasi dari kuesioner Lin dan Lee tahun

2005.

e. Dukungan pada Niat untuk Meningkatkan Knowledge Sharing

Variabel ini didefinisikan sebagai tingkatan sejauh mana organisasi

mendukung proses knowledge sharing. Kuesioner yang digunakan diadaptasi

dari kuesioner Bock dan Kim dalam Lin dan Lee tahun 2005.

E. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

a. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan di Sekretariat Daerah

Pemerintah Kota Surakarta yang berjumlah 246 orang.

68

68

b. Sampel dan Teknik Sampling

Dari populasi penelitian akan ditentukan sampel yang akan diteliti lebih lanjut

berdasarkan data yang diperoleh. Pada penelitian ini direncanakan menggunakan

alat analisis Structural Equation Modelling (SEM). Hair, et.al (dalam Ghozali dan

Fuad, 2005: 36) mengemukakan bahwa ukuran sampel yang disarankan untuk

penggunaan estimasi Maximum Likelihood adalah sebesar 100 – 200. Di samping itu

Hair et.al (dalam Ferdinand, 2002: 51) juga menyarankan bahwa ukuran sampel

minimum adalah sebanyak 5 observasi untuk setiap estimated parameter. Dalam

penelitian ini item pertanyaan yang digunakan seluruhnya berjumlah 17 item

Dengan demikian minimum sampel yang akan digunakan sebanyak 85 responden (5

kali 17 item) tetapi karena pada penelitian ini menggunakan alat analisis SEM maka

ukuran sampel yang digunakan untuk estimasi Maximum Likelihood adalah

minimum 100 responden. Sehingga kuesioner yang disebar kepada para responden

sejumlah 150 kuesioner. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi kuesioner yang

tidak kembali sehingga minimum sampel dapat diperoleh.

Untuk mendapatkan sampel dari populasi, teknik sampling yang digunakan

adalah Proportional Random Sampling. Dengan teknik ini, banyaknya pengambilan

sampel proporsional dengan jumlah elemen setiap unit pemilihan sampel,

kemudian dari unit pemilihan tersebut, sampel dipilih secara acak. Berikut adalah

penentuan sampel dari tiap bagian di Sekretariat Daerah Pemerintah Kota

Surakarta :

69

69

Tabel III.1

Penentuan Sampel dengan Proportional Random Sampling

Nama Bagian Populasi Sampel

Bagian Pemerintahan Umum 22 13

Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia 26 16

Bagian Kerjasama 12 7

Bagain Administrasi Perekonomian 19 12

Bagian Administrasi Pembangunan 15 9

Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat 18 11

Bagian Organisasi 22 13

Bagian Humas dan Protokol 23 14

Jumlah 246 150

Sumber : Bag. Kepegawaian Daerah Pemkot Surakarta, 2009

F. Metode Analisis

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk menginterpretasikan tanggapan responden

terhadap item-item pertanyaan dalam kuesioner, sehingga dapat diketahui

respon karyawan dalam tiap variabel yang diteliti.

b. Uji Validitas Instrumen

70

70

Uji validitas dalam penelitian ini akan dijalankan dengan Confirmatory Factor

Analysis (CFA). Pada CFA, jika masing-masing indikator merupakan indikator

pengukur konstruk, maka akan memiliki factor loading yang tinggi. Menurut Hair,

et. al (1998), factor loading lebih besar ± 0.30 dianggap memenuhi level minimal,

sangat disarankan besarnya factor loading adalah ± 0.40, jika factor loading

mencapai ± 0.50 maka item tersebut sangat penting dalam menginterpretasikan

konstruk yang diukur. Pedoman umum untuk analisis factor adalah nilai lambda

atau loading factor ≥ 0.40 (Ferdinand, 2002: 180).

c. Uji Reliabilitas Instrumen

Dalam penelitian ini reliabilitas dilakukan dengan metode one shot, di mana

pengukuran hanya sekali dilakukan dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan

pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban. Dalam pengukurannya, one

shot akan dilakukan dengan analisis Cronbach Alpha (Nunnally, dalam Ghozali,

2005: 46). Menurut Nunnally (1960, dalam Ghozali, 2005: 46), suatu instrumen

dinyatakan reliable jika hasil Cronbach Alpha menunjukkan nilai ≥ 0.60. Kriteria

Cronbach Alpha yang lain dikemukakan oleh Sekaran (2000: 51) sebagai berikut :

(1) Nilai Alpha 0.8 – 1.0 dikategorikan reliabilitas baik

(2) Nilai Alpha 0.6 – 0.79 dikategorikan reliabilitas diterima

(3) Nilai Alpha ≤ 0.6 dikategorikan reliabilitas kurang baik

d. Analisis Structural Equation Modelling (SEM)

Model SEM merupakan teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti

untuk menguji hubungan antar variabel yang kompleks untuk memperoleh

gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model (Ghozali, 2005: 11). Lebih

71

71

lanjut Bollen (1989, dalam Ghozali, 2005: 14) menjelaskan bahwa SEM dapat

menguji secara bersama-sama :

1) Model struktural : hubungan antara konstruk independen dan dependen

2) Model measurement : hubungan antara indikator dengan konstruk

SEM memiliki dua tujuan utama dalam analisisnya. Tujuan pertama adalah

untuk menentukan apakah model fit berdasarkan data yang dimiliki. Sedangkan

tujuan ke dua adalah menguji berbagai hipotesis yang telah dibangun sebelumnya

(Ghozali, 2005: 65) . Dalam konteks penilaian model fit, Ghozali (2005: 66)

menjelaskan bahwa secara keseluruhan goodness of fit dari suatu model dapat

dinilai berdasarkan beberapa ukuran fit, yaitu :

1) Chi-Square dan Probabilitas

Chi-Square merupakan ukuran mengenai buruknya fit suatu model. Nilai chi-

square sebesar 0 menunjukkan model memiliki fit yang sempurna. Probabilitas

chi-square diharapkan tidak signifikan. Probabilitas menunjukkan

penyimpangan (deviasi) besar sebagaimana ditunjukkan nilai chi-square.

Sehingga nilai chi-square yang signifikan (< 0.05) menunjukkan data empiris

yang diperoleh memiliki perbedaan dengan teori yang dibangun.Sedangkan

nilai probabilitas yang tidak signifikan adalah yang diharapkan, yang

menunjukkan data empiris sesuai dengan model.

2) Goodness of Fit Indices (GFI)

GFI merupakan ukuran mengenai ketepatan model dalam menghasilkan

observed matriks kovarians. Nilai GFI harus berkisar antara 0 dan 1.

72

72

3) Adjusted Goodness of Fit Index ( AGFI)

AGFI sama seperti GFI tetapi telah menyesuaikan dengan pengaruh degrees of

freedom.

4) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

RMSEA mengukur penyimpangan nilai parameter pada suatu model dengan

matriks kovarians populasi. Nilai RMSEA < 0.05 mengindikasikan model fit, dan

nilai RMSEA yang berkisar antara 0.08 menyatakan model memiliki perkiraan

kesalahan yang reasonable. Pendapat MacCallum et.al dalam Ghozali (2005 :

54) menyatakan RMSEA berkisar 0.08 sampai dengan 0.1 menunjukkan model

memiliki fit yang cukup (mediocre), sedangkan RMSEA > 0,1 mengindikasikan

model fit yang sangat jelek.

5) Expected Cross Validation Index (ECVI)

ECVI mengukur penyimpangan antara fitted (model) covarians matrik pada

sampel yang dianalisis dan covarians matrik yang akan diperoleh pada sampel

lain tetapi memiliki ukuran sampel yang sama besar. Model yang memiliki ECVI

terendah berarti model tersebut sangat potensial untuk direplikasi. Menurut

Byrne, nilai ECVI model yang lebih rendah dari ECVI pada satured model dan

independence model, mengindikasikan bahwa model adalah fit.

6) Akaike’s Information Criterion AIC dan CAIC

AIC dan CAIC digunakan dalam perbandingan dari dua atau lebih model, dimana

nilai AIC dan CAIC yang lebih kecil dari AIC model satured dan independence

berarti memiliki model fit yang lebih baik

73

73

7) Fit Index

Normed Fit Index (NFI) dan Comparative Fit Index (CFI) merupakan

altenatif lain untuk menilai model fit. Suatu model dikatakan fit apabila

memiliki nilai NFI dan CFI > 0.9.

Untuk mengoperasionalkan analisis SEM ini akan digunakan komputer

dengan Program Amos Versi 6.00

BAB IV

74

74

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Surakarta

Sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta mempunyai tugas pokok

membantu walikota dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan inspektorat,

sekretariat daerah, sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dinas daerah,

lembaga teknis daerah, satuan polisi pamong praja, rumah sakit daerah, lembaga

lain daerah, kecamatan dan kelurahan.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, sekretariat

daerah menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan kebijakan pemerintahan daerah

b. pengkoordinasian pelaksanaan tugas inspektorat, sekretariat daerah, sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dinas daerah, lembaga teknis daerah, satuan

polisi pamong praja, rumah sakit daerah, lembaga lain daerah, kecamatan dan

kelurahan.

c. pelaksanaan sebagian urusan otonomi daerah, pemerintahan umum, hukum

dan HAM, kerja sama, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, dan

persandian.

d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah

e. pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

75

75

Kemudian, gambaran umum tentang pegawai setda pemerintah kota Surakarta

diperoleh dari daftar pegawai yang didapat dari Badan Kepegawaian Daerah

Pemerintah kota Surakarta. Adapun gambaran umum pegawai setda pemerintah kota

Surakarta sebagai berikut :

1. Deskripsi Distribusi Pegawai Setda Pemerintah Kota Surakarta

Tabel IV.1

Deskripsi Distribusi

Pegawai Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Surakarta

Nama Bagian Populasi Presentase

Bagian Pemerintahan Umum 22 8,94%

Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia 26 10,57%

Bagian Kerjasama 12 4,88%

Bagain Administrasi Perekonomian 19 7,72%

Bagian Administrasi Pembangunan 15 6,10%

Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat 18 7,32%

Bagian Organisasi 22 8,94%

Bagian Humas dan Protokol 23 9,35%

Bagian Umum 89 36,18%

Jumlah 246 100%

Sumber :data primer yang diolah (2010)

Berdasarkan tabel IV.1 dapat diketahui bahwa pegawai Sekretariat Daerah

Pemerintah Kota Surakarta sebanyak 22 pegawai (8,94%) di bagian Pemerintahan

Umum, 26 pegawai (10,57%) di bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 12 pegawai

76

76

(4,88%) di bagian Kerjasama, 19 pegawai (7,72%) di bagian Administrasi

Perekonomian, 15 pegawai (6,10%) di bagian Administrasi Pembangunan, 18

pegawai (7,32%) di bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat, 22 pegawai (8,94%)

di bagian Organisasi, 23 pegawai (9,35%) di bagian Humas dan Protokol dan 89

pegawai (36,18%) di bagian umum.

Berdasarkan tabel IV.1 dapat dinyatakan bahwa sebagian besar pegawai

Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Surakarta berada di bagian Umum yakni 89

pegawai atau 36,18% .

B. Analisis Deskripsi Reponden

Responden dalam penelitian ini adalah pegawai sekretariat daerah pemerintah

kota Surakarta yang sudah menjadi pegawai tetap di lingkungan sekretariat daerah

pemerintah kota Surakarta. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan

kuesioner sebagai acuannya.

Kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 150 kuesioner

untuk menanggulangi kuesioner yang tidak kembali ataupun tidak layak olah. Adapun di

akhir penyebaran kuesioner, kuesioner yang kembali sebanyak 135 kuesioner,

kuesioner yang tidak kembali adalah sebanyak 15 kuesioner. Sedangkan dari 135

kuesioner yang kembali, 12 kuesioner di antaranya tidak layak olah karena tidak

terlengkapi pada beberapa item pertanyaan sehingga kuesioner yang layak olah

sebanyak 123 kuesioner. Dengan demikian respond rate dalam penelitian ini adalah 82

%.

Gambaran umum responden dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini :

77

77

1. Unit Kerja Responden

Dari data yang terkumpul, diperoleh distribusi responden sampel

berdasarkan unit kerja yang dapat dilihat pada tabel IV.2

Tabel IV. 2

Deskripsi Responden Berdasar

Unit Kerja Responden

Nama Bagian JUMLAH

Bagian Pemerintahan Umum 11

Bagian Hukum dan HAM 16

Bagian Kerjasama 5

Bagain AdmPerekonomian 10

Bagian AdmPembangunan 8

Bagian AdmKesejahteraan Rakyat 6

Bagian Organisasi 11

Bagian Humas dan Protokol 9

Bagian Umum 47

Jumlah 123

Sumber :data primer yang diolah (2010)

78

78

Dari tabel IV. 2 dapat diketahui bahwa dari 123 responden, 8,9% atau 11

orang berasal dari unit kerja pemerintahan umum, 13% atau 16 orang berasal dari

unit kerja hukum dan HAM, 4,1% atau 5 orang berasal dari unit kerja kerjasama,

8,13% atau 10 orang berasal dari unit kerja administrasi perekonomian, 6,5% atau 8

orang berasal dari unit kerja administrasi pembangunan, 4,9% atau 8 orang berasal

dari unit kerja administrasi kesejahteraan rakyat, 8,9% atau 11 orang berasal dari

unit kerja organisasi, 7,34% atau 9 orang berasal dari unit kerja humas dan protokol

dan 38,2% atau 47 orang berasal dari unit kerja umum. Dengan demikian dapat

disimpulkan responden sampel terbanyak berasal dari unit kerja umum sebesar 47

orang.

2. Jenis Kelamin Responden

Dari data yang terkumpul, diperoleh distribusi responden sampel

berdasarkan jenis kelamin yang dapat dilihat pada tabel IV. 3

Tabel IV. 3

Deskripsi Responden Berdasar

Jenis Kelamin Responden

Nama Bagian Pria Wanita Jumlah

Bagian Pemerintahan Umum 4 7 11

Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia 6 10 16

Bagian Kerjasama 5 0 5

Bagain Administrasi Perekonomian 5 5 10

Bagian Administrasi Pembangunan 2 6 8

79

79

Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat 2 4 6

Bagian Organisasi 3 8 11

Bagian Humas dan Protokol 5 4 9

Bagian Umum 27 20 47

Jumlah 59 64 123

Sumber :data primer yang diolah (2010)

Dari tabel IV. 3 dapat diketahui bahwa dari 123 responden, 47,97% atau 59

orang berjenis kelamin pria dan 52,03% atau 64 orang berjenis kelamin wanita

sehingga sampel terbanyak adalah wanita.

3. Usia Responden

Dari data yang terkumpul, diperoleh distribusi responden sampel

berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel IV.4

Tabel IV. 4

Deskripsi Responden Berdasar

Usia Responden

Nama Bagian 21 – 35 36 - 45 46 – 55 >55 Jumlah

Bagian Pemerintahan Umum 4 3 4 - 11

Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia 5

5

6 - 16

Bagian Kerjasama 1 3 1 - 5

Bagain Administrasi Perekonomian 4 - 6 - 10

Bagian Administrasi Pembangunan 3 2 3 1 8

Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat 3

2

1 - 6

80

80

Bagian Organisasi 2 6 3 - 11

Bagian Humas dan Protokol 1 4 4 - 9

Bagian Umum 10 21 16 - 47

Jumlah 33 46 44 1 123

Sumber : data primer yang diolah (2010)

Dari tabel IV. 3 dapat dilihat bahwa dari 123 responden, 26,83% atau 33

responden berusia sekitar 21-35 tahun, 37,4% atau 46 responden berusia sekitar

36-45 tahun, 35,7% atau 44 responden berusia sekitar 46-55 tahun dan 0,8% atau

hanya 1 responden yang berusia di atas 55 tahun sehingga sampel yang terbanyak

berusia sekitar 36-45 tahun.

4. Tingkat Pendidikan Responden

Dari data yang terkumpul, diperoleh distribusi responden sampel

berdasarkan tingkat pendidikan yang dapat dilihat pada tabel IV. 5

Tabel IV. 5

Deskripsi Responden Berdasar

Tingkat Pendidikan Responden

Nama Bagian SMA Diploma S1 S2 S3 Lainnya Total

Bagian Pemerintahan Umum 1

1

7 2 - - 11

Bagian Hukum dan HAM 5 4 5 2 - - 16

Bagian Kerjasama 1 2 2 - - - 5

Bagiann AdmPerekonomian 4 - - - 10

81

81

1 5

Bagian AdmPembangunan 1

-

6 1 - - 8

Bagian AdmKesejahteraan Rakyat 1 1 4 - - - 6

Bagian Organisasi 4 5 1 1 11

Bagian Humas dan Protokol 3

1

4 1 - - 9

Bagian Umum 16 9 18 3 - 1 47

Jumlah 36 19 56 10 - 2 123

Sumber : data primer yang diolah (2010)

Dari tabel IV. 5 dapat dilihat dari123 responden dapat diketahui responden

dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 36 orang atau 29,27%, Diploma sebanyak

19 orang atau 15,45%, S1 sebanyak 56 orang atau 45,53%, S2 sebanyak 10 orang

atau 8,13% dan lainnya sebanyak 2 orang atau 1,63%. Dengan demikian diketahu

responden terbanyak dengan pendidikan terakhir S1.

5. Jabatan Responden

Dari data yang terkumpul, diperoleh distribusi responden sampel

berdasarkan jabatan yang dapat dilihat pada tabel IV. 6

Tabel IV. 6

Deskripsi Responden Berdasar

Jabatan Responden

82

82

Nama Bagian Kabag Kasubag Staff Total

Bagian Pemerintahan Umum - 2 9 11

Bagian Hukum dan HAM - 1 15 16

Bagian Kerjasama - - 5 5

Bagain AdmPerekonomian 1 1 8 10

Bagian AdmPembangunan 1 7 8

Bagian AdmKesejahteraan Rakyat - - 6 6

Bagian Organisasi - 1 10 11

Bagian Humas dan Protokol - - 9 9

Bagian Umum 2 45 47

Jumlah 1 8 114 123

Sumber : data primer yang diolah (2010)

Dari tabel IV.5 dapat dilihat dari 123 responden 0,8% atau 1 orang menjabat

sebagai kepala bagian, 6,5% atau sebanyak 8 orang menjabat sebagai kepala sub

bagian dan 92,68% atau sebanyak 114 orang menjabat sebagai staf sehingga

sampel yang terbanyak menjabat sebagai staf.

6. Masa Kerja Responden

Dari data yang terkumpul, diperoleh distribusi responden sampel

berdasarkan jabatan yang dapat dilihat pada tabel IV. 7

Tabel IV. 7

Deskripsi Responden Berdasar

83

83

Masa Kerja Responden

Nama Bagian 1-10 th 10-20 th 20-30 th >30 th Total

Bagian Pemerintahan Umum 5 5 - 1 11

Bagian Hukum dan HAM 8 5 3 - 16

Bagian Kerjasama 1 3 1 - 5

Bagian AdmPerekonomian 4 3 3 - 10

Bagian AdmPembangunan - 5 3 - 8

Bagian AdmKesejahteraan Rakyat 2 4 - - 6

Bagian Organisasi 4 6 1 - 11

Bagian Humas dan Protokol 2 3 4 - 9

Bagian Umum 11 20 16 - 47

Jumlah 37 54 31 1 123

Sumber :data primer yang diolah (2010)

Dari tabel IV. 7 dapat dilihat dari 123 responden 30,1% atau 37 orang

mempunyai masa masa kerja antara 1-10 tahun, 43,9% atau 54 orang mempunyai

masa kerja antara 10-20 tahun, 25,2% atau 31 orang mempunyai masa kerja antara

20-30 tahun dan hanya 0,8% atau 1 orang yang mempunyai masa kerja lebih dari 30

tahun. Jadi dapat disimpulkan responden sampel terbanyak adalah responden

dengan masa kerja antara 10-20 tahun.

C. Tanggapan Responden

Tanggapan responden merupakan pernyataan, pendapat, maupun tanggapan

responden mengenai variabel penelitian yang dapat dilihat pada jawaban responden

84

84

pada kuesioner yang diberikan peneliti. Analisis ini mendeskripsikan mengenai

kecenderungan pendapat dan tanggapan dari para pegawai Sekretariat Daerah

Pemerintah Kota Surakarta selaku responden penelitian ini. Mengingat kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif maka data, informasi, dan keterangan

yang diberikan oleh responden harus dikuantitatifkan dengan menggunakan format

alternatif jawaban dengan dengan skala likert 4 point. Pernyataan-pernyataan

responden mengenai variabel penelitian dapat dilihat pada jawaban responden

terhadap kuesioner yang diberikan peneliti dan pernyataan ini membentuk skala

itemized rating scale, dimana skala itemized rating scale ini dapat digunakan untuk

mengukur sikap.

a. Tanggapan Responden Mengenai Peran Teknologi Informasi

Deskripsi tanggapan responden sebanyak 123 orang terhadap item pernyataan

peran teknologi informasi sebanyak 4 item. Dari data kuesioner yang terdapat pada

lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap item pernyataan

adalah sebagai berikut :

Tabel IV.8

Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai

PERNYATAAN Jumlah Jawaban Total

85

85

Teknologi Informasi

Sumber : data primer yang diolah (2010)

1. Dari tabel IV. 8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 64 orang atau

52,03% menyatakan setuju atas item pertanyaan di dalam organisasi saya, pegawai

sangat terlibat dengan penggunaan teknologi informasi (seperti email, blog,

website/internet, microsoft office, faximile, mesin fotocopy) untuk meningkatkan

pengetahuan. Artinya, mayoritas pegawai sekretariat daerah pemerintah kota

Surakarta terlibat dalam penggunaan teknologi informasi dalam rangka

meningkatkan pengetahuan mereka. Jadi, sekretariat daerah pemerintah kota

Surakarta dapat dikatakan berhasil menerapkan peran teknologi informasi menjadi

salah satu fasilitas pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta dalam

rangka meningkatkan pengetahuan pegawai.

2. Dari tabel IV.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 79 orang atau

64,23% menyatakan setuju atas item pertanyaan di dalam organisasi saya, pegawai

SS S TS STS

1 Di dalam organisasi saya, pegawai sangat terlibat dengan penggunaan teknologi informasi (seperti email, blog, website/internet, microsoft office, faximile, mesin fotocopy) untuk meningkatkan pengetahuan 46 64 13 0 123

2 Di dalam organisasi saya, pegawai menggunakan keahliannya dalam pemanfaatan informasi teknologi untuk berkomunikasi dengan rekan kerja (seperti email, intranet, facebook, friendster, blog, website dan sebagainya) 28 79 16 0 123

3 Organisasi saya menggunakan teknologi yang memungkinkan pegawai membagi pengetahuannya dengan orang lain di dalam organisasi (seperti internet, faximile, microsoft office) 25 79 19 0 123

4 Organisasi saya menggunakan teknologi yang memungkinkan pegawai membagi pengetahuannya dengan orang lain di luar organisasi (seperti facebook, friendster, email, blog) 20 72 31 0 123

86

86

menggunakan keahliannya dalam pemanfaatan informasi teknologi untuk

berkomunikasi dengan rekan kerja (seperti email, intranet, facebook, friendster,

blog, website dan sebagainya). Artinya, pegawai sekretariat daerah pemerintah

kota Surakarta tidak menyia-nyiakan keahlian mereka dalam pemanfaatan

teknologi informasi yang telah disediakan oleh organisasi untuk berkomunikasi

dengan rekan kerja mereka. Jadi, disimpulkan bahwa pengadaan teknologi

informasi di bagian sekretariat daerah pemkot Surakarta untuk menyalurkan

keahlian pegawai dalam hal berkomunikasi dengan rekan kerja dapat dikatakan

berhasil.

3. Dari tabel IV.8 dapat menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 79 orang

atau 64,23% menyatakan setuju atas item pertanyaan organisasi saya

menggunakan teknologi yang memungkinkan pegawai membagi pengetahuannya

dengan orang lain di dalam organisasi (seperti internet, faximile, microsoft office).

Dapat disimpulkan bahwa pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta

merasakan bahwa organisasi telah menerapkan peran teknologi informasi secara

tepat sehingga memungkinkan mereka membagi pengetahuan dengan orang lain

yang berada di dalam satu organisasi

4. Dari tabel IV.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 72 orang atau

58,54% menyatakan setuju atas item pertanyaan organisasi saya menggunakan

teknologi yang memungkinkan pegawai membagi pengetahuannya dengan orang

lain di luar organisasi (seperti internet, faximile, microsoft office). Dapat

disimpulkan bahwa pegawai sekretariat daerah merasakan bahwa organisasi

menerapkan peran teknologi informasi secara tepat sehingga memungkinkan

mereka membagi pengetahuan dengan orang lain yang berada di luar organisasi.

87

87

Hal ini berarti tingkat berbagi pengetahuan pegawai sekretariat daerah pemerintah

kota Surakarta tidak hanya diperoleh dari dalam organisasi tetapi juga dari luar

organisasi sehingga pengetahuan yang didapat lebih luas.

Dari keseluruhan deskripsi di atas dapat disimpulkan secara umum bahwa

sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta telah memanfaatkan teknologi informasi.

Dimana pemanfaatan tersebut mempunyai peranan yang penting dalam proses berbagi

pengetahuan. Hal ini seperti yang dirasakan oleh pegawai sekretariat daerah sendiri

bahwa dengan adanya teknologi informasi, kemampuan mereka di dalam

berkomunikasi serta berbagi pengetahuan dengan yang lain dapat terfasilitasi dengan

baik karena mereka juga terlibat langsung di dalam penggunaan teknologi informasi

tersebut.

b. Tanggapan Responden Mengenai Relative advantage dari Knowledge Sharing

Deskripsi tanggapan responden sebanyak 123 orang terhadap item pernyataan

relative advantage dari knowledge sharing sebanyak 4 item. Dari data kuesioner yang

terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap item

pernyataan adalah sebagai berikut :

Tabel IV.9

Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai

Relative advantage dari Knowledge Sharing

PERNYATAAN

Jumlah Jawaban

Total SS S TS STS

1 Di dalam organisasi, pegawai yang mau membagi pegetahuan dengan rekan kerja akan meningkatkan kemampuan dalam memecahkan suatu masalah 56 61 6 0 123

88

88

2 Di dalam organisasi, pegawai yang mau membagi pegetahuan dengan rekan kerja akan meningkatkan kinerja tim kerja 47 72 4 0 123

3 Di dalam organisasi, pegawai yang mau membagi pegetahuan dengan rekan kerja akan lebih cepat dalam menanggapi informasi baru dari luar 44 72 7 0 123

4 Di dalam organisasi, pegawai yang mau membagi pegetahuan dengan rekan kerja akan lebih efektif dalam pekerjaan mereka 42 78 3 0 123

Sumber : data primer yang diolah (2010)

1. Berdasarkan tabel IV.9 dapat diambil suatu kesimpulan bahwa mayoritas

responden sebanyak 61 orang atau 49,6% menyatakan setuju atas item pertanyaan

di dalam organisasi, pegawai yang mau membagi pegetahuan dengan rekan kerja

akan meningkatkan kemampuan dalam memecahkan suatu masalah. Jadi, pegawai

sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta mayoritas mau membagi

pengetahuan dengan rekan kerja karena mereka setuju dengan membagi

pengetahuan dengan rekan kerja maka akan dapat meningkatkan kemampuan

mereka dalam memecahkan suatu masalah yang terjadi di dalam organisasi.

2. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 72 orang atau

58,54% menyatakan setuju atas item pertanyaan di dalam organisasi, pegawai yang

mau membagi pegetahuan dengan rekan kerja akan meningkatkan kinerja tim

kerja. Jadi pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menganggap

bahwa salah satu cara dalam meningkatkan kinerja tim kerja mereka adalah dengan

saling berbagi pengetahuan. Dengan saling berbagi pengetahuan, pegawai yang

berada dalam satu tim kerja akan meningkatkan kesolidan dan kekompakan serta

mempunyai pandangan yang sama terhadap suatu masalah. Dan akhirnya akan

meningkatkan kualitas kinerja tim kerja mereka di dalam organisasi.

89

89

3. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 72 orang atau

58,54% menyatakan setuju atas item pertanyaan di dalam organisasi, pegawai yang

mau membagi pengetahuan dengan rekan kerja akan lebih cepat dalam

menanggapi informasi baru dari luar. Artinya, pegawai sekretariat daerah

pemerintah kota Surakarta akan lebih cepat dalam menanggapi informasi baru dari

luar dengan membagi pengetahuan dengan rekan kerja. Karena tingkat

pengetahuan serta pengalaman kerja dalam menghadapi suatu masalah akan lebih

banyak sehingga pegawai menjadi lebih tanggap dalam menerima informasi-

informasi baru.

4. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 78 orang atau

63,41% menyatakan setuju atas item pertanyaan di dalam organisasi, pegawai yang

mau membagi pengetahuan dengan rekan kerja akan lebih efektif dalam pekerjaan

mereka. Jadi, pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta beranggapan

bahwa dengan membagi pengetahuan dengan rekan kerja, pekerjaan mereka akan

lebih efektif sehingga hal ini akan sangat membantu organisasi di dalam

menyelesaikan tugas-tugas pemerintahan.

Bila ditarik kesimpulan secara umum, pada dasarnya pegawai sekretariat daerah

pemerintah kota Surakarta merasakan relative advantage dari knowledge sharing akan

meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah, meningkatkan kinerja

tim kerja, lebih cepat dalam menanggapi informasi baru dari luar dan lebih efektif

dalam pekerjaan mereka. Hal ini dapat difasilitasi organisasi dengan mengadakan

diskusi-diskusi kecil antar pegawai yang mengarahkan mereka secara tidak langsung ke

permasalahan organisasi yang sedang dialami. Diharapkan dari diskusi-diskusi kecil

90

90

tersebut, mereka dapat saling bertukar pengetahuan dan pemikiran sehingga akan

muncul solusi-solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

c. Tanggapan Responden Mengenai Kesesuaian dari Knowledge Sharing

Deskripsi tanggapan responden sebanyak 123 orang terhadap item pernyataan

kesesuaian dari knowledge sharing sebanyak 3 item. Dari data kuesioner yang terdapat

pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap item

pernyataan adalah sebagai berikut:

Tabel IV. 10

Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai

Kesesuaian dari Knowledge Sharing

PERNYATAAN

Jumlah Jawaban

Total SS S TS STS

1 Di dalam organisasi, sikap pegawai yang mau membagi pengetahuan dengan rekan kerjanya sesuai dengan situasi organisasional 16 99 8 0 123

2 Di dalam organisasi, sikap pegawai yang mau membagi pengetahuan dengan rekan kerjanya tidak bertentangan dengan kebijakan organisasi 21 92 9 1 123

3 Di dalam organisasi, sikap pegawai yang mau membagi pengetahuan dengan rekan kerjanya sesuai dengan gaya kerja mereka 6 86 29 2 123

Sumber : data primer yang diolah (2010)

1. Berdasarkan tabel IV.10 dapat diambil suatu kesimpulan bahwa mayoritas

responden sebanyak 99 orang atau 80,49% menyatakan setuju atas item

pertanyaan di dalam organisasi, sikap pegawai yang mau membagi pengetahuan

91

91

dengan rekan kerjanya sesuai dengan situasi organisasional. Dapat disimpulkan

proses berbagi pengetahuan pegawai dengan rekan kerja yang dirasakan pegawai

sesuai dengan dukungan organisasional dari pemerintah kota Surakarta.

2. Berdasarkan tabel IV.10 dapat diambil suatu kesimpulan bahwa mayoritas

responden sebanyak 92 orang atau 74,80% menyatakan setuju atas item

pertanyaan di dalam organisasi, sikap pegawai yang mau membagi pengetahuan

dengan rekan kerjanya tidak bertentangan dengan kebijakan organisasi. Jadi,

pembuatan kebijakan organisasi dari pemerintah kota Surakarta tidak menghalangi

proses berbagi pengetahuan para pegawai sekretariah daerah dengan rekan

kerjanya. Dalam hal ini kebijakan yang dibentuk sudah tepat karena pegawai

merasakan kebijakan tersebut tidak bertentangan dengan sikap mereka yang mau

membagi pengetahuannya.

3. Berdasarkan tabel IV.10 dapat diambil suatu kesimpulan bahwa mayoritas

responden sebanyak 86 orang atau 65,04% menyatakan setuju atas item

pertanyaan di dalam organisasi, sikap pegawai yang mau membagi pengetahuan

dengan rekan kerjanya sesuai dengan gaya kerja mereka. Dapat disimpulkan gaya

kerja pegawai sekretariat daerah pemerintah Surakarta cocok dengan sikap

pegawai yang mau membagi pengetahuan mereka. Jadi, sikap berbagi pengetahuan

sudah menjadi gaya kerja mereka sehingga akan memudahkan mereka dalam

meningkatkan pengetahuan mereka. Dan jika sikap berbagi pengetahuan sudah

menjadi suatu gaya kerja, maka hal ini akan sangat menguntungkan organisasi

karena akan memberi banyak sekali keuntungan bagi organisasi. Misalnya kinerja

tim meningkat dan menjadi lebih efektif dalam menyelesaikan pekerjaan mereka di

dalam organisasi.

92

92

Dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa pegawai merasakan bahwa situasi

organisasional serta kebijakan sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta

mendukung mereka dalam proses berbagi pengetahuan dengan rekan kerja mereka.

Dan sikap berbagi pengetahuan dengan rekan kerja mereka sejalan dengan gaya kerja

yang dimiliki oleh pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta.

d. Tanggapan Responden Mengenai Kompleksitas dari Knowledge Sharing

Deskripsi tanggapan responden sebanyak 123 orang terhadap item pernyataan

kompleksitas dari knowledge sharing sebanyak 3 item. Dari data kuesioner yang

terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap item

pernyataan adalah sebagai berikut :

Tabel IV. 11

Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai

Kompleksitas dari Knowledge Sharing

PERNYATAAN

Jumlah Jawaban

Total SS S TS STS

1 Penerapan teknologi informasi (seperti email, intranet, facebook, blog, website dan sebagainya) dalam organisasi saya, akan menimbulkan kesulitan pegawai dalam membangun komitmen pegawai kepada organisasi 6 26 81 10 123

2 Penerapan teknologi informasi (seperti email, intranet, facebook, blog, website dan sebagainya) dalam organisasi saya, akan menimbulkan kesulitan bagi pegawai dalam mengendalikan kualitas kerja karena pegawai kesulitan menggunakan teknologi yang ada 5 23 74 11 123

3 Penerapan teknologi informasi (seperti email, intranet, facebook, blog, website dan sebagainya) dalam organisasi saya, akan menimbulkan kesulitan pegawai dalam mendukung proses pembelajaran karena pegawai tidak menguasai teknologi yang ada 10 28 75 10 123

93

93

Sumber : data primer yang diolah (2010)

1. Dari tabel IV.11 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 81 orang atau

65,85% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan penerapan teknologi

informasi (seperti email, intranet, facebook, blog, website dan sebagainya) dalam

organisasi saya, akan menimbulkan kesulitan pegawai dalam membangun

komitmen pegawai kepada organisasi. Jadi, penerapan teknologi informasi di

pemerintah kota Surakarta sudah tepat karena tidak akan menimbulkan kesulitan

pegawai dalam membangun komitmen organisasi. Pegawai sekretariat daerah tidak

merasakan kesulitan dalam menggunakan teknologi informasi mereka yang akan

mempengaruhi komitmen mereka kepada organisasi. Kompleksitas dari teknologi

informasi tidak menghambat mereka, tetapi sebaliknya penerapan teknologi

informasi mendukung komitmen mereka kepada organisasi.

2. Dari tabel IV.11 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 74 orang atau

60,16% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan penerapan teknologi

informasi (seperti email, intranet, facebook, blog, website dan sebagainya) dalam

organisasi saya, akan menimbulkan kesulitan bagi pegawai dalam mengendalikan

kualitas kerja karena pegawai kesulitan menggunakan teknologi yang ada.

Penerapan teknologi informasi di sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta

membantu kualitas kerja pegawai karena pegawai mampu dan tidak kesulitan

dalam menggunakan teknologi informasi yang dapat menyelesaikan tugas mereka

menjadi lebih efektif dan efisien sehingga meningkatkan kualitas kerja mereka. Hal

ini akan lebih menguntungkan organisasi jika organisasi mampu menyediakan

fasilitas teknologi informasi yang update karena sifat teknologi yang obsolete

(mudah usang) sehingga membutuhkan pembaharuan.

94

94

3. Dari tabel IV.11 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 75 orang atau

60,96% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan penerapan teknologi

informasi (seperti email, intranet, facebook, blog, website dan sebagainya) dalam

organisasi saya, akan menimbulkan kesulitan pegawai dalam mendukung proses

pembelajaran karena pegawai tidak menguasai teknologi yang ada. Sebaliknya,

teknologi informasi di sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menjadi

sarana pembelajaran pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta karena

pegawai paham serta menguasai teknologi informasi yang disediakan oleh

organisasi. Sehingga semakin sering pegawai berinteraksi dengan teknologi

informasi, berarti proses pembelajaran mereka semakin baik. Karena dengan

teknologi informasi banyak sekali hal-hal baru (lebih update) yang dapat mereka

pelajari secara tak terbatas daripada tanpa menggunakan sarana teknologi

informasi yang mempunyai keterbatasan informasi.

Jadi, dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa kompleksitas (kesulitan)

yang ditimbulkan atas penerapan teknologi informasi di sekretariat daerah pemerintah

kota Surakarta tidak menjadi penghambat pegawai dalam membangun komitmen serta

mengendalikan kualitas kerja mereka. Bahkan, kompleksitas teknologi informasi yang

timbul menjadi bahan mereka dalam proses pembelajaran karena pegawai sekretariat

daerah pemerintah kota Surakarta mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang

teknologi informasi sehingga mereka tidak merasa kesulitan atas kompleksitas tersebut.

e. Tanggapan Responden Mengenai Dukungan Organisasi terhadap Niat untuk

mendorong Knowledge Sharing

Deskripsi tanggapan responden sebanyak 123 orang terhadap 3 item pernyataan

mengenai dukungan organisasi. Dari data kuesioner yang terdapat pada lampiran

95

95

dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap item pernyataan adalah

sebagai berikut:

Tabel IV. 12

Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai

Dukungan Organisasi terhadap Knowledge Sharing

PERNYATAAN

Jumlah Jawaban

Total SM M TM STM

1 Menurut Anda, bagaimana dukungan organisasi terhadap budaya berbagi pengetahuan dan wawasan di antara pegawai 66 52 5 0 123

2 Menurut Anda, bagaimana tingkat penerimaan pegawai terhadap dukungan organisasi di dalam budaya berbagi pengetahuan dan wawasan

Jumlah Jawaban

123

SD D TD STD

39 77 7 0

3 Menurut Anda, sejauhmana kebutuhan Anda atas dukungan organisasi terhadap budaya berbagi pengetahuan dan keahlian

Jumlah Jawaban

123

SDB DB TDB STDB

66 52 5 0

Sumber : data primer yang diolah (2010)

1. Dari tabel IV.12.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 66 orang

atau 42,28% menyatakan bahwa dukungan organisasi terhadap budaya berbagi

pengetahuan dan wawasan di antara pegawai sangat membantu mereka. Berarti

peran dukungan sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta terhadap budaya

berbagi pengetahuan dan wawasan dirasakan pegawai sangat membantu mereka.

96

96

Dengan kata lain, dukungan sekretariat daerah terhadap budaya berbagi

pengetahuan sangat membantu pegawai dalam niat untuk mendorong knowledge

sharing di antara mereka.

2. Dari tabel IV.12.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 77 orang

atau 62,60% menyatakan bahwa tingkat penerimaan pegawai terhadap dukungan

organisasi di dalam budaya berbagi pengetahuan dan wawasan diterima dengan

baik. Artinya peran sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta dalam

mendukung budaya berbagi pengetahuan dan wawasan dalam penerapannya

sudah tepat dan mampu diterima pegawai dengan baik. Bahkan bisa dikatakan

sangat baik karena ada 37 pegawai (30,10%) menyatakan sangat diterima.

3. Dari tabel IV.12.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 66 orang

atau 53,66% menyatakan bahwa pegawai sekretariat daerah pemerintah kota

Surakarta sangat membutuhkan dukungan organisasi atas budaya berbagi

pengetahuan dan keahlian. Bisa disimpulkan bahwa pegawai merasakan dalam

proses berbagi pengetahuan dan keahlian sangat dibutuhkan adanya dukungan

atau campur tangan dari organisasi. Misalnya saja organisasi menyediakan sarana

atau progam lain yang memfasilitasi pegawai untuk saling bertukar pengetahuan

dan keahlian. Seperti dengan adanya pelatihan-pelatihan hardskill dalam

penggunaan teknologi informasi.

Dapat ditarik kesimpulan secara keseluruhan bahwa dukungan sekretariat

daerah selama ini sangat membantu dan diterima pegawai dalam proses berbagi

pengetahuan dan wawasan di antara mereka. Dan untuk ke depannya, pegawai

mengharap lebih atas dukungan organisasi terhadap budaya berbagi pengetahuan dan

keahlian karena mereka membutuhkannya.

97

97

D. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah instrumen penelitian

benar-benar mampu mengukur konstruk yang digunakan (Sekaran, 2003:206).

Untuk memperoleh validitas kuesioner usaha dititikberatkan pada pencapaian

validitas isi. Validitas tersebut menunjukkan sejauh mana perbedaan yang

diperoleh dengan instrumen pengukuran merefleksikan perbedaan

sesungguhnya pada responden yang diteliti. Untuk uji validitas ini

menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) bantuan program SPSS

11.5. Pedoman umum untuk analisis faktor adalah output rotated component

matrix yang terekstrak sempurna (Gozali, 2005:50).

Hasil uji validitas dengan bantuan program SPSS 11.5 dapat dilihat pada tabel

IV.13.

Tabel IV. 13

Uji Validitas Instrumen

Variabel

Faktor

Keterangan Instrumen 1 2 3 4 5

Pengaruh TI1 0.835 Tidak Valid

Teknologi TI2 0.557 0.589 Tidak Valid

Informasi TI3 0.543 Valid

TI4 0.564 Valid

Keunggulan RA1 0.767 Valid

98

98

Relatif RA2 0.831 Valid

RA3 0.831 Valid

RA4 0.848 Valid

Kesesuaian CPB1 Tidak Valid

CPB2 Tidak Valid

CPB3 0.760 Valid

Kompleksitas CPX1 0.910 Valid

CPX2 0.904 Valid

CPX3 0.906 Valid

Knowledge KS1 0.782 Valid

Sharing KS2 0.723 Valid

KS3 0.726 Valid

Sumber : data primer yang diolah (2010)

Dari hasil uji validitas yang terdapat pada tabel tersebut dapat disimpulkan

bahwa variabel relative advantage , complexity serta knowledge sharing secara

keseluruhan telah terekstrak secara sempurna sehingga keseluruhannya dapat

dinyatakan valid. Sedangkan untuk variabel pengaruh teknologi informasi dan

kesesuaian tidak terekstrak sempurna sehingga dapat disimpulkan ada instrumen

pertanyaan yang tidak valid yakni TI1, TI2, CPB1 dan CPB 2. Mengingat ada

instrumen pertanyaan yang tidak valid yakni TI1, TI2, CPB1 dan CPB2 maka variabel

pengaruh teknologi informasi dan kesesuaian harus diuji validitas kembali (direvisi)

dengan menggunakan trial and erorr untuk mendapatkan hasil yang terekstrak

sempurna.

99

99

Adapun hasil uji validitas yang kedua dapat dilihat pada tabel IV.14 dimana

instrumen pertanyaan yang tidak valid maka tidak lagi diikutsertakan dalam analisis.

Tabel IV. 14

Hasil Revisi Uji Validitas Instrumen

Variabel

Faktor

Instrumen 1 2 3 4 5 Keterangan

Teknologi TI2 0.688 Valid

Informasi TI3 0.639 Valid

(TI) TI4 0.787 Valid

Keunggulan RA1 0.776 Valid

Relatif (RA) RA2 0.817 Valid

RA3 0.834 Valid

RA4 0.853 Valid

Kesesuaian CPB1 0.556 Valid

(CPB) CPB3 0.800 Valid

Kompleksitas CPX1 0.922 Valid

(CPX) CPX2 0.900 Valid

CPX3 0.912 Valid

Knowledge KS1 0.795 Valid

Sharing KS2 0.758 Valid

(KS) KS3 0.695 Valid

Sumber : data primer yang diolah (2010)

Pada tabel IV.14 dapat dilihat bahwa ternyata setelah dilakukan revisi

terdapat perubahan instrumen, dimana pertanyaan TI1 dan CPB2 tidak

100

100

diikutsertakan dalam analisis. Dengan demikian revisi uji validitas telah

menghasilkan item-item pertanyaan yang valid.

2. Uji Reliabilitas

Setelah pengujian validitas, maka tahap selanjutnya adalah pengujian

reliabilitas. Reliabilitas adalah pengukuran yang menunjukkan lebih jauh bahwa

pengukuran tersebut tidak bias (error free) dan konsisten diterapkan pada waktu

dan item yang berbeda pada instrumen pengujian (Sekaran, 2003:203). Uji ini

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat relatif

konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Teknik pengujian yang

digunakan adalah teknik alpha cronbach. Sekaran (2003:203) mengklasifikasi nilai

cronbach’s alpha, sebagai berikut :

a) Koefisien antara 0.80-1.00 menunjukkan reliabilitas yang baik.

b) Koefisien antara 0.60-0.79 menunjukkan reliabilitas yang dapat diterima.

c) Koefisien < 0.60 menunjukkan reliabilitas yang kurang baik.

Dari hasil pengujian reliabilitas variabel dengan menggunakan bantuan

program SPSS 11.50 sehingga didapatkan nilai Cronbach’s alpha masing-masing

variabel dapat dilihat pada tabel IV. 15

Tabel IV. 15

Uji Reliabilitas Variabel

101

101

Variabel Cronbach’s

Alpha

Keterangan

Pengaruh Teknologi Informasi (TI) 0.6557 Dapat Diterima

Relative advantage (RA) 0.8621 Baik

Kesesuaian (CPB) 0.3195 Kurang Baik

Kompleksitas (CPX) 0.9068 Baik

Knowledge Sharing (KS) 0.6514 Dapat Diterima

Sumber : data primer yang diolah (2010)

Dari tabel IV.15 dapat diketahui bahwa variabel keunggulan relative,

kompleksitas mempunyai reliabilitas yang baik karena koefisien cronbach’s alpha-nya

lebih dari 0,80 yakni RA (0.8621) dan CPX (0.9068). Untuk variabel pengaruh teknologi

informasi dan knowledge sharing mempunyai reliabilitas yang dapat diterima karena

nilai cronbach’s alpha-nya ada diantara 0,60 sampai 0,79 yakni TI (0.6557) dan KS

(0.6514). Sedangkan untuk variabel kesesuaian mempunyai realibilitas yang kurang

baik karena nilai cronbach’s alpha-nya kurang dari 0.6 yakni CPB (0.3195).

E. Karakteristik Data

Sebelum pengujian kesesuaian model dan hipotesis dalam penelitian ini, terlebih

dahulu akan dilihat karakteristik data yang akan digunakan dalam analisis ini. Pengujian

terhadap karakteristik data yang dimaksud, meliputi : normalitas data, evaluasi outliers

dan evaluasi multikolinearitas.

1. Normalitas Data

102

102

Asumsi yang paling fundamental dalam analisis multivariate adalah

normalitas, yang merupakan bentuk suatu distribusi data pada suatu variabel

matrik tunggal dalam menghasilkan distribusi normal (Hair et.al. dalam Ghozali dan

Fuad, 2005:36). Apabila asumsi normalitas tidak dipenuhi dan penyimpangan

normalitas tersebut besar, maka akan mengakibatkan hasil uji statistik yang bias.

Normalitas dibagi menjadi dua yaitu : univariate normality dan multivariate

normality. Untuk menguji asumsi normalitas dengan membandingkan nilai critical

ratio skewness dan kurtosis dengan nilai kritis pada tingkat signifikansi tertentu.

Rules of thumb yang digunakan adalah apabila nilai critical ratio skewness

dan kurtosis lebih dari + 2.58 pada tingkat 0.01 berarti distribusi data tidak normal.

Dalam output Amos 6.00, uji normalitas dilakukan dengan membandingkan nilai C.r.

dengan nilai kritis + 2.58 pada tingkat 0.01. Jika terdapat nilai C.r yang lebih besar

dari nilai kritis maka distribusi datanya adalah tidak normal (Ferdinand, 2005 : 25).

Disamping itu, Curran et.al. (dalam Ghozali dan Fuad, 2005:37-38) membagi

distribusi data menjadi tiga bagian :

a) Normal, apabila nilai z statistik (critical ratio atau C.r.) skewness < 2 dan nilai

C.r. kurtosis < 7.

b) Moderately non-normal, apabila nilai C.r. skewness berkisar antara 2-3 dan nilai

C.r. kurtosis berkisar antara 7-21.

c) Extremely non-normal, apabila nilai C.r. skewness >3 dan nilai C.r. kurtosis >21.

Hasilnya adalah seperti yang disajikan dalam tabel IV.16. adalah sebagai berikut:

103

103

Tabel IV.16

Uji Normalitas

Variable Min Max Skew c.r. kurtosis c.r.

KS3 2 4 -0.603 -2.73 -1.185 -2.682

KS2 2 4 0.021 0.093 -0.427 -0.967

KS1 2 4 -0.624 -2.824 -0.596 -1.35

CPX3 1 4 0.678 3.069 0.311 0.705

CPX2 1 4 0.437 1.98 0.325 0.735

CPX1 1 4 0.732 3.315 0.909 2.057

CPB3 1 4 -0.653 -2.955 0.967 2.19

CPB1 2 4 0.33 1.494 2.025 4.584

TI2 2 4 -0.026 -0.116 -0.197 -0.447

TI3 2 4 -0.016 -0.071 -0.202 -0.457

TI4 2 4 0.079 0.356 -0.567 -1.283

RA4 2 4 0.24 1.087 -0.811 -1.836

RA3 2 4 -0.103 -0.464 -0.59 -1.335

RA2 2 4 0.001 0.005 -0.836 -1.893

RA1 2 4 -0.375 -1.696 -0.727 -1.646

104

104

Multivariate 58.124 14.272

Sumber : data primer yang diolah (2010)

Dari IV.16 dapat dilihat evaluasi normalitas pada responden yang

diidentifikasi baik secara univariate maupun multivariate. Terlihat secara

univariate untuk nilai-nilai dalam C.r. skewness, terdapat 5 instrumen

pertanyaan yang memliki nilai C.r. skewness lebih dari 2.58 yakni KS3, KS1,

CPX3, CPX1 dan CPB3. Kemudian, secara univariate untuk nilai-nilai dalam

C.r kurtosis semua variabel memiliki nilai C.r. kurtosis kurang dari 2.58

kecuali CPB1. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa data tidak

terdistribusi normal secara univariate. Sementara nilai yang tertera di pojok

kanan bawah pada tabel IV. 16 menandakan bahwa data dalam penelitian ini

juga tidak terdistribusi normal secara multivariate, karena nilai 14.272 lebih

besar dari harga mutlak 2,58.

Data yang tidak normal dapat mengakibatkan pembiasan intrepretasi

karena nilai chi-square hasil analisis cenderung meningkat sehingga nilai

probability level akan mengecil.

Untuk data yang tidak normal secara multivariate, Ghozali (2004)

menyarankan dengan menggunakan prosedur yang dikenal dengan

“bootstrap”. Namun, hal tersebut tidak perlu dilakukan karena nilai C.r.

kurtosis multivariate masih kurang dari 21.00. Disamping itu, teknik

Maximum Likelihood Estimates (MLE) yang digunakan dalam penelitian ini

105

105

tidak terlalu terpengaruh (robust) terhadap data yang tidak normal (Ghozali

dan Fuad, 2005:35-36) sehingga analisis selanjutnya masih dapat dilakukan.

2. Evaluasi Outliers

Outliers adalah data atau observasi yang memiliki karakteristik unik yang

terlihat sangat jauh dari obserasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai

ekstrim. Uji outliers dalam penelitian ini menggunakan multivariate outliers.

Dimana dapat ditunjukkan dengan jarak mahalanobis untuk tiap observasi dapat

dihitung dan akan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua

variabel dalam sebuah ruang multidimensional. Identifikasi adanya multivariate

outliers pada penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan nilai mahalanobis

distance (Ghozali, 2004 : 228). Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai chi-

square pada derajat bebas (degree of freedom) 17 yaitu jumlah variabel indikator

pada tingkat signifikansi p < 0.001. Dalam penelitian ini setelah menggunakan uji

validitas maka indikator yang awalnya 17 item telah disederhanakan sehingga

menjadi 15 item saja. Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai Chi Squares

pada derajat kebebasan (degree of freedom) 15. Oleh karena itu, nilai mahalanobis

distance (15, 0.001) = 37,6973. Hal ini berarti semua kasus yang mempunyai

mahalanobis distance yang lebih besar dari 37,6973 akan dikategorikan sebagai

multivariate outliers. Mahalanobis distance dapat dilihat pada tabel IV. 17.

Tabel IV.17

Mahalanobis Distance Square

Data Mahalanobis Distance Square

Mahalanobis Distance Square yang diharapkan

106

106

Mahalanobis distance square

(df = 15,p<0,001) Mahalanobis

< 37,6973

86 47.456

43 42.068

66 38.761

89 37.770

93 35.140

- -

- -

- -

- -

33 6.870

82 6.823

97 6.291

Sumber : data primer yang diolah (2010)

Dari tabel IV.17 terlihat adanya outliers pada data observasi ke-86, 43 66 dan

89 yang memiliki nilai mahalanobis distance yang lebih besar dari 37,6973 yakni

memiliki nilai mahalanobis distance square sebesar 47.456, 42.068, 38.761 dan

37.770 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat multivariate outliers. Jika

terjadi multivariate outliers, maka sebaiknya data observasi yang mengalami

outliers dikeluarkan dari analisis selanjutnya (Ghozali, 2005 : 228).

107

107

Oleh karena itu, peneliti tidak mengikutsertakan lagi observasi ke-86, 43, 66

dan 89 dalam analisis selanjutnya sehingga hanya 119 data responden yang bisa

diolah pada analisis selanjutnya.

Setelah keempat observasi tersebut dikeluarkan, pada tabel IV.18 terlihat

bahwa nilai C.r. multivariate kurtosis pada uji normalitas mengalami penurunan

dari nilai 14.272 menjadi 10.840.

Tabel IV.18

Hasil Revisi Uji Normalitas

Variable Min max Skew c.r. kurtosis c.r.

KS3 2 4 -0.662 -2.949 -1.09 -2.426

KS2 2 4 0.085 0.377 -0.409 -0.91

KS1 2 4 -0.669 -2.981 -0.538 -1.197

CPX3 1 4 0.676 3.008 0.484 1.078

CPX2 1 4 0.45 2.006 0.466 1.037

CPX1 1 4 0.737 3.281 1.088 2.423

CPB3 1 4 -0.84 -3.739 1.109 2.469

CPB1 2 4 0.292 1.299 2.339 5.209

TI2 2 4 -0.008 -0.035 -0.096 -0.214

TI3 2 4 -0.016 -0.07 -0.23 -0.513

TI4 2 4 0.066 0.294 -0.504 -1.122

RA4 2 4 0.335 1.492 -0.984 -2.192

RA3 2 4 -0.047 -0.209 -0.597 -1.33

RA2 2 4 0.063 0.279 -0.965 -2.148

108

108

RA1 2 4 -0.264 -1.178 -0.889 -1.979

Multivariate 44.882 10.840

Sumber : data primer yang diolah (2010)

Selain itu, tidak terlihat lagi adanya outliers pada hasil revisi mahalanobis

distance square. Dengan demikian, langkah yang diambil adalah tepat karena

mampu membuat data menjadi lebih baik. Adapun hasil revisi uji revisi outliers

dapat dilihat pada tabel IV.19

Tabel IV.19

Revisi Mahalanobis Distance Square

Data Mahalanobis Distance Square

Mahalanobis Distance Square yang diharapkan

Mahalanobis distance square

(df = 15,p<0,001) Mahalanobis

< 37,6973

42 37.327

41 36.931

46 35.338

89 34.895

- -

109

109

- -

- -

- -

- -

105 6.243

71 6.027

13 6.027

Sumber : data primer yang diolah (2010)

F. Kesesuaian Goodness of Fit

Sebelum melakukan teknik pengujian hipotesis, langkah yang pertama adalah

menilai kesesuaian goodness of fit. Kriteria penilaian untuk goodness of fit pada model

tertera pada tabel IV.20. Sementara itu, kriteria untuk uji hipotesis adalah hipotesis

mengenai hubungan kausal dalam model akan diterima jika mempunyai nilai C.r ≥ t

tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 adalah 1,96

Tabel IV.20

Kriteria Goodness of Fit

110

110

Goodness of Fit indeks

Nilai yang Diharapkan

Hasil Evaluasi

X

- Chi Square

Diharapkan rendah

109.190

Buruk

Probabilitas > 0,05 0.034 Buruk

CMIN/df ≤ 5 1.300 Baik

RMR Diharapkan rendah 0.023 Baik

GFI ≥ 0,90 0.890 Marginal

AGFI ≥ 0,90 0.843 Marginal

TLI ≥ 0,90 0.961 Baik

CFI ≥ 0,90 0.952 Baik

RMSEA ≤ 0,08 0.050 Baik

Sumber data : data primer yang diolah (2010)

Pada tabel IV.20 dapat dilihat bahwa chi-square yang bernilai 109.190 adalah

signifikan secara statistik pada level signifikansi 0,01. Probabilitas sebesar 0.034 lebih

kecil dari 0.05 hal ini merupakan indikasi yang sangat buruk. Dengan demikian, terdapat

perbedaan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian populasi yang

diamati. Nilai GFI sebesar 0.890 merupakan indikasi yang marginal.

Nilai RMSEA sebesar 0.050 merupakan indikasi yang baik. Sementara dari indeks

incremental fit measures didapat nilai AGFI sebesar 0.843 merupakan indikasi yang

marginal. Nilai TLI sebesar 0.961 merupakan indikasi yang baik. Kemudian, nilai CFI

sebesar 0.952 merupakan indikasi yang baik. Nilai RMR adalah 0.023 merupakan

indikasi yang baik. Sebagai tambahan dari indeks parsimony fit measures didapat nilai

2

111

111

CMIN/df sebesar 1.300 merupakan indikasi baik karena mempunyai nilai kurang dari

5.00. Dari keseluruhan pengukuran goodness of fit tersebut di atas diindikasikan bahwa

model dalam penelitian ini belum dapat diterima. Selain itu, nilai probabilitas juga

belum memenuhi syarat.

Oleh karena itu, peneliti mempertimbangkan untuk melakukan modifikasi model

untuk membentuk model alternatif yang diharapkan memiliki goodness of fit yang lebih

baik. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan modification indices yang diperoleh dari

hasil output analisis menggunakan AMOS 6.00

G. Modifikasi Model

Mengingat hasil dari goodness of fit model belum diterima, maka peneliti

mempertimbangkan untuk melakukan modifikasi model guna mendapatkan model

yang fit. Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan nilai modification indices yang

dapat mengetahui ada tidaknya kemungkinan modifikasi terhadap model yang dapat

diusulkan. Modification indices dapat diketahui dari output AMOS 6.00 dimana akan

ditunjukkan hubungan-hubungan yang perlu diestimasi agar terjadi penurunan nilai chi-

square guna mendapatkan model penelitian yang lebih baik.

Untuk mendapatkan kriteria model yang dapat diterima, peneliti mencoba

mengestimasi hubungan korelasi antar error term yang tidak memerlukan justifikasi

teoritis dan yang memiliki nilai modification indices lebih besar atau sama dengan 4,0.

Dalam hal ini peneliti mengestimasi hubungan korelasi antar error term yakni e6<-->e12,

e6<-->e14, e7<-->e15, e8<-->e2, e7<-->z3 dan e5<-->e13. Adapun hasil goodness of fit

model yang telah dimodifikasi dapat dilihat pada tabel IV.21.

112

112

Pada tabel IV.21, setelah dimodifikasi maka terlihat adanya penurunan chi-square

menjadi 76.961 adalah signifikan secara statistik pada level signifikansi 0.512. Evaluasi

untuk nilai chi-square sebesar 76.961 adalah baik karena nilainya sudah mengalami

penurunan cukup banyak. Untuk indeks goodness of fit lain sudah memenuhi kriteria

yang ditentukan sehingga dari keseluruhan pengukuran tersebut diatas, diindikasikan

bahwa model akhirnya dapat diterima dengan baik.

Tabel IV.21

Kriteria Goodness of Fit Sebelum dan Sesudah Modifikasi

Goodness of Fit

indeks

Nilai yang Diharapkan

Sebelum Modifikasi Evaluasi

Sesudah Modifikasi Evaluasi

X

- Chi Square Diharapkan rendah

109.190 Buruk 76.961 Baik

Probabilitas > 0,05 0.034 Buruk 0.512 Baik

CMIN/df ≤ 5 1.300 Baik 0.987 Baik

RMR Diharapkan

rendah 0.023 Baik 0.019 Baik

GFI ≥ 0,90 0.843 Marginal 0.924 Baik

AGFI ≥ 0,90 0.890 Marginal 0.833 Marginal

TLI ≥ 0,90 0.961 Baik 1.002 Baik

CFI ≥ 0,90 0.952 Baik 1.000 Baik

RMSEA ≤ 0,08 0.050 Baik 0.000 Baik

Sumber : data primer yang diolah (2010)

113

113

H. Analisis Koefisien Jalur dan Uji Hipotesis

Setelah uji goodness of fit model, maka tahap selanjutnya adalah menguji uji

hipotesis. Tabel IV.22 berikut menunjukkan hipotesis dari model yang sudah

dimodifikasi.

Tabel IV. 22

Hasil Uji Hipotesis Setelah Modifikasi

Hipotesis Hubungan Estimate S.E. C.R. P

H1 KS <--- RA + 0.041 0.145 0.283 0.777

H2 KS <--- CPB + 0.640 0.301 2.122 0.034

H3 KS <--- CPX - 0.034 0.073 0.468 0.640

H4a RA <--- TI + 0.668 0.185 3.600 ***

H4b CPB <--- TI + 0.713 0.187 3.816 ***

H4c CPX <--- TI - -0.165 0.206 -0.804 0.421

Sumber : data primer yang diolah (2010)

Dari tabel IV.22 dapat dilihat bahwa pengaruh variabel dukungan teknologi

terhadap relative advantage dari knowledge sharing, pengaruh variabel dukungan

teknologi informasi terhadap kesesuaian dari knowledge sharing serta pengaruh

kesesuaian dari knowledge sharing terhadap dukungan organisasi pada knowledge

114

114

sharing adalah signifikan pada probabilitas P < 0,05 karena mempunyai nilai C. r lebih

besar dari t tabel yaitu 1,96.

Kemudian, pengaruh relative advantage dari knowledge sharing terhadap

dukungan organisasi pada knowledge sharing, complexity dari knowledge sharing

terhadap dukungan organisasi pada knowledge sharing dan pengaruh variabel dukungan

teknologi informasi terhadap kompleksitas dari knowledge sharing tidak signifikan

karena mempunyai nilai C. r yang lebih kecil dari t tabel 1,96 dan P > 0,05.

Adapun pembahasan untuk setiap hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Hipotesis 1

H1 : Relative advantage dari knowledge sharing berpengaruh positif terhadap

dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.22 dimana nilai C. r memiliki kurang

dari 1.96 yakni sebesar 0.283 tidak signifikan pada p<0.05 karena signifikansinya

melebihi 0.05 yakni sebesar 0.777 maka dapat disimpulkan bahwa H1 tidak didukung.

Dengan kata lain, variabel relative advantage tidak mempengaruhi dukungan organisasi

pada niat untuk mendorong knowledge sharing. Artinya relative advantage dari

knowledge sharing tidak membuat dukungan sekretariat daerah pemerintah kota

Surakarta lebih meningkat. Hal ini terjadi dimungkinkan karena meskipun relative

advantage dari knowledge sharing yang dirasakan pegawai meningkat tidak diimbangi

115

115

dengan dukungan organisasi melalui pembaharuan kebijakan-kebijakan karena dalam

menentukan kebijakannya, pemerintah kota Surakarta harus mengacu pada

pemerintahan di atasnya (tidak dapat membuat kebijakan secara otonom).

Hal ini berbeda dengan penelitian Lin dan Lee (2005) yang menunjukkan relative

advantage berpengaruh positif pada niat untuk mendorong knowledge sharing.

2. Hipotesis 2

H2 : Compatibility dari knowledge sharing berpengaruh positif terhadap dukungan

organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.22 dimana nilai C. r memiliki nilai

lebih dari 1.96 yakni sebesar 2.122 dengan signifikansi sebesar 0.034 pada p< 0.05

maka dapat disimpulkan bahwa H2 didukung. Dengan kata lain, variabel compatibility

mempengaruhi dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing.

Kesesuaian dari knowledge sharing mengandung arti kesesuaian antara penerapan

knowledege sharing dengan kebijakan organisasi. Jadi dapat diartikan bahwa

penerapan knowledge sharing di pemerintah kota Surakarta sesuai dengan kebijakan

organisasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Lin dan Lee (2005) yang menunjukkan

kesesuaian berpengaruh positif pada niat untuk mendorong knowledge sharing.

3. Hipotesis 3

H3 : Complexity dari knowledge sharing berpengaruh negatif terhadap dukungan

organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing

116

116

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.12 dimana nilai C. r memiliki nilai

kurang dari 1.96 yakni sebesar 0.468 serta tidak signifikan pada p< 0.05 karena

signifikansinya melebihi 0.05 yakni 0.640 maka dapat disimpulkan bahwa H3 tidak

didukung. Dengan kata lain, variabel kompleksitas tidak berpengaruh terhadap

dukungan organisasi pada niat untuk mendorong knowledge sharing. Hal ini

dimungkinkan karena pada dasarnya kompleksitas dari teknologi informasi tidak terlalu

dirasakan sebagai penghambat bagi pegawai sekretariat daerah pemerintah kota

Surakarta karena penerapan teknologi informasi masih sederhana sehingga mudah

untuk dioperasikan. Sehingga kompleksitas atau kesulitan yang timbul dalam proses

knowledge sharing tersebut tidak akan mempengaruhi dukungan organisasi terhadap

proses knowledge sharing. Hal ini berbeda dengan penelitian Lin dan Lee (2005) yang

menunjukkan kompleksitas berpengaruh negatif pada niat untuk mendorong

knowledge sharing.

4. Hipotesis 4

H4a : Dukungan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap keunggulan relatif

dari knowledge sharing

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.22 dimana nilai C.r memiliki nilai

lebih dari 1.96 yakni sebesar 3.600 dan signifikan pada p< 0.05, sementara pengaruh

langsungnya adalah sebesar 0.668 dan maka dapat disimpulkan bahwa H4a didukung.

Dengan kata lain, variabel relative advantage dipengaruhi oleh dukungan teknologi

informasi. Artinya pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menganggap

dukungan teknologi informasi sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta berhasil

meningkatkan relative advantage dari knowledge sharing . Hal ini berbeda dengan

117

117

penelitian Lin dan Lee (2005) yang menunjukkan dukungan teknologi informasi tidak

ada hubungannya dengan relative advantage dari knowledge sharing.

H4b : Dukungan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap compatibility dari

knowledge sharing

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.22 dimana nilai C.r memiliki nilai

lebih dari 1.96 yakni sebesar 3.816 signifikan pada p< 0.05, sementara pengaruh

langsungnya adalah sebesar 0.713 dan maka dapat disimpulkan bahwa H4b didukung.

Dengan kata lain, variabel kesesuaian dipengaruhi oleh dukungan teknologi informasi.

Artinya pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menganggap dukungan

teknologi informasi sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta berhasil

mempengaruhi kesesuaian dari proses knowledge sharing pegawai. Hal ini berbeda

dengan penelitian Lin dan Lee (2005) yang menunjukkan dukungan teknologi informasi

tidak ada hubungannya dengan kesesuaian dari knowledge sharing.

H4c : Dukungan teknologi informasi berpengaruh negatif terhadap complexity

dari knowledge sharing

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.22 dimana nilai C.r memiliki nilai

lebih dari 1.96 yakni sebesar -0.804 dengan tidak signifikan pada p<0.05 sebesar

0.421 maka dapat disimpulkan bahwa H4c tidak didukung. Dengan kata lain,

dukungan teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap variabel kompleksitas.

Artinya pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menganggap

dukungan teknologi informasi tidak mempengaruhi kompleksitas dari proses

knowledge sharing. Hal ini dimungkinkan karena dalam penerapan teknologi

118

118

informasi di sekretariat kota Surakarta masih sederhana dan dianggap pegawai sudah

terkait dengan pelaksanaan pekerjaan mereka. Sehingga kompleksitas atau kesulitan

yang timbul akibat penerapan teknologi informasi tidak menjadi hambatan bagi

organisasi ataupun pegawai. Bahkan kompleksitas yang timbul dapat menjadi bahan

pembelajaran dalam proses knowledge sharing karena baik organisasi maupun

pegawai mempunyai kemampuan serta keahlian untuk terlibat dalam penerapan

teknologi informasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Lin dan Lee (2005) yang

menunjukkan dukungan teknologi informasi tidak ada hubungannya dengan

kompleksitas dari knowledge sharing.

BAB V

PENUTUP

Pada bagian ini akan dipaparkan kesimpulan, keterbatasan penelitian, saran dan

implikasi yang diharapkan berguna bagi semua pihak yang berkepentingan sebagai

bagian akhir dari penelitian yang telah dilakukan penulis. Kesimpulan ini didasarkan

pada hasil analisis data yang telah dilakukan dan akan menjawab permasalahan yang

telah dirumuskan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian ini. Selain kesimpulan

akan disertakan saran-saran yang diharapkan berguna bagi semua pihak yang

berkepentingan.

119

119

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai peran teknologi informasi pada proses knowledge

sharing karyawan di Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Surakarta dan berdasarkan

dari hasil analisis yang telah dilakukan peneliti pada bab IV dengan menggunakan

metode analisis Structural Equation Modelling (SEM) maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

3. Berdasarkan analisis deskriptif tanggapan responden mengenai pemanfaatan

teknologi informasi secara umum dapat dikatakan bahwa sekretariat daerah

pemerintah kota Surakarta telah memanfaatkan teknologi informasi dengan baik.

Hal ini seperti yang dirasakan oleh pegawai sekretariat daerah sendiri bahwa

dengan adanya teknologi informasi, kemampuan mereka di dalam berkomunikasi,

meningkatkan pengetahuan serta berbagi pengetahuan dengan yang lain baik di

dalam maupun di luar organisasi dapat terfasilitasi dengan baik karena mereka

terlibat di dalam penggunaan teknologi informasi tersebut.

4. Berdasarkan analisis deskriptif tanggapan responden mengenai keunggulan relatif

dari knowledge sharing dapat diambil kesimpulan bahwa pegawai sekretariat

daerah pemerintah kota Surakarta merasakan keunggulan relatif dari knowledge

sharing akan meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah,

meningkatkan kinerja tim kerja, lebih cepat dalam menanggapi informasi baru dari

luar dan lebih efektif dalam pekerjaan mereka.

5. Berdasarkan analisis deskriptif tanggapan responden mengenai kesesuaian dari

knowledge sharing dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa pegawai

120

120

sekretariat pemerintah kota Surakarta merasakan kesesuaian dari proses

knowledge sharing sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta sudah sesuai

dengan situasi organisasional, tidak bertentangan dengan kebijakan organisasi serta

sesuai dengan gaya kerja mereka.

6. Berdasarkan analisis deskriptif tanggapan responden mengenai kompleksitas

dari knowledge sharing dapat diambil kesimpulan secara keseluruhan bahwa

kompleksitas (kesulitan) yang ditimbulkan atas penerapan teknologi

informasi di sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta tidak menyulitkan

pegawai dalam membangun komitmen terhadap organisasi, mengendalikan

kualitas kerja mereka dan menghambat proses pembelajaran karena pegawai

secara umum tidak merasakan kesulitan atas penerapan teknologi informasi.

7. Berdasarkan analisis deskriptif tanggapan responden mengenai dukungan

organisasi dari knowledge sharing dapat diambil kesimpulan secara

keseluruhan bahwa dukungan sekretariat daerah selama ini sangat membantu

dan diterima pegawai dalam proses berbagi pengetahuan dan wawasan di

antara mereka. Dan pegawai menganggap dukungan organisasi terhadap

budaya berbagi pengetahuan dan keahlian sangat dibutuhkan.

8. Hasil analisis menunjukkan bahwa keunggulan relatif dari knowledge sharing

tidak berpengaruh terhadap dukungan organisasi pada niat untuk mendorong

knowledge sharing, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 tidak

didukung. Artinya Artinya keunggulan relatif dari knowledge sharing tidak

membuat dukungan sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta meningkat.

Hal ini berbeda dengan hasil penelitian terdahulu dari Ling dan Lee (2005).

121

121

9. Hasil analisis menunjukkan bahwa compatibility (kesesuaian) dari knowledge

sharing berpengaruh positif terhadap dukungan organisasi pada niat untuk

mendorong knowledge sharing, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2

didukung. Jadi dapat diartikan bahwa penerapan knowledge sharing di

pemerintah kota Surakarta sesuai dengan kebijakan organisasi. Uraian hasil

tersebut mendukung hasil penelitian dari Lin dan Lee (2005).

10. Hasil analisis menunjukkan bahwa complexity (kompleksitas) dari knowledge

sharing tidak berpengaruh terhadap dukungan organisasi pada niat untuk

mendorong knowledge sharing ,maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3

tidak didukung. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian dari Lin dan Lee

(2005).

11. Hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan teknologi informasi

berpengaruh positif terhadap keunggulan relatif dari knowledge sharing,

maka dapat disimpulkan bahwa hipotesi 4a didukung. Artinya pegawai

sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menganggap dukungan

teknologi informasi sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta berhasil

meningkatkan keunggulan relatif dari proses knowledge sharing pegawai.

Uraian tersebut mendukung hasil penelitian dari Lin dan Lee (2005).

12. Hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan teknologi informasi

berpengaruh positif terhadap compatibility (kesesuaian) dari knowledge

sharing, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 4b didukung. Artinya

pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menganggap dukungan

teknologi informasi sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta

122

122

mempengaruhi kesesuaian dari proses knowledge sharing pegawai antara

peraturan dan proses knowledge sharing itu sendiri. Uraian tersebut

mendukung hasil penelitian Lin dan Lee (2005).

13. Hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan teknologi informasi tidak

berpengaruh terhadap complexity dari knowledge sharing, maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis 4c tidak didukung. Artinya pegawai

sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta menganggap dukungan

teknologi informasi tidak mempengaruhi kompleksitas dari proses knowledge

sharing. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Lin dan Lee (2005).

B. Keterbatasan Penelitian

1. Objek amatan yang digunakan dalam studi ini difokuskan pada penggunaan

teknologi informasi sehingga berdampak pada generalisasi studi yang bersifat

terbatas. Untuk mengaplikasi studi ini pada konteks yang berbeda, diperlukan

kehati-hatian untuk mencermati jenis karakteristik variabel pada obyek yang

dipelajari. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi pembiasan hasil-hasil

pengujian yang dapat berdampak pada kekeliruan dalam merumuskan

kebijakan yang diambil.

2. Selain itu, responden sampel yang diambil dari penelitan ini adalah hanya pegawai

pada bagian sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta. Sehingga belum dapat

mewakili keadaan secara keseluruhan bagian pemerintah kota Surakarta.

3. Dalam penelitian ini juga tidak dilakukan pretest dalam penyebaran kuesioner. Hal

ini berakibat pada pertanyaan-pertanyaan yang tidak valid dalam pengukurannya

langsung dihilangkan dari analisis selanjutnya.

123

123

C. Saran dan Implikasi Manajerial

Berikut ini beberapa saran yang diberikan :

1. Saran Akademis

i. Ruang lingkup responden yang diambil hanya pada bagian sekretariat daerah

pemerintah kota Surakarta. Keterbatasan ini mengisyaratkan perlunya studi-

studi lanjutan untuk menggeneralisasi hasil-hasil yang diperoleh pada konteks

yang berbeda dan lebih luas, sehingga konsep-konsep yang diuji dalam model

dapat ditingkatkan validitas eksternalnya sehingga hasil-hasil penelitian ke

depan dapat digeneralisasi ke dalam populasi, latar penelitian dan kondisi-

kondisi lainnya yang mirip dan waktu yang berbeda yang lebih baik.

ii. Hasil pengujian yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai acuan di

bidang studi diffusion theory sebab konsep-konsep yang dikonstruksi ada yang

mendukung serta menolak model yang telah dikemukakan oleh studi-studi

terdahulu.

2. Saran Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada

pemerintah kota Surakarta agar dapat menjadi pedoman untuk meningkatkan

fungsi teknologi informasi dalam proses knowledge sharing bagi pegawai

pemerintah kota Surakarta. Implikasi manajerial dapat dilakukan melalui

upaya-upaya berikut ini:

i. Mengacu pada analisis deskriptif tanggapan responden mengenai relative

advantage dari knowledge sharing serta hasil analisis dari pengaruh

124

124

keunggulan relatif dari knowledge sharing terhadap dukungan organisasi

pada niat untuk mendorong knowledge sharing, sebaiknya sekretariat

daerah pemerintah kota Surakarta perlu adanya fasilitas untuk mewadahi

diskusi-diskusi kecil antar pegawai sekretariat daerah pemerintah kota

Surakarta mengingat mayoritas pegawai menyukai knowledge sharing

baik dengan orang dalam ataupun orang luar. Misalnya dengan

mengadakan diskusi kontemporer yang diadakan di luar jam kerja atau

bahkan bisa menjadi agenda rutinan. Diskusi kontemporer adalah suatu

bentuk diskusi yang dikonsep sedemikian rupa sehingga proses transfer

ilmu (knowledge sharing) berjalan dua arah. Artinya, interaksi antara

peserta dan narasumber (jika dibutuhkan) sangat ditekankan disini.

Penerapan teknologi informasi juga bisa digunakan dalam bentuk diskusi

kontemporer dengan menggunakan wireless conection network.

Tujuannya agar peserta diskusi yang mungkin mengikuti alur diskusi

lewat media elektronik (jejaring sosial) tetap bisa berinteraksi. Tempat

dan situasi juga disusun sesantai mungkin, mengingat agar pendapat-

pendapat dari pegawai bisa muncul tanpa ada tekanan. Sehingga di dalam

diskusi tersebut paling tidak muncul ide-ide baru (inovasi) dari pendapat

yang keluar dari pemikiran para pegawai dalam memecahkan suatu

masalah. Hal ini juga akan menguntungkan pemerintah kota Surakarta

karena akan banyak pemecahan masalah yang terbentuk dari ide-ide

tersebut sehingga membantu dalam mengatasi masalah yang sedang

125

125

dihadapi. Intinya, pegawai diikutkan dalam pengambilan keputusan atas

suatu masalah.

Selain itu juga untuk mengimbangi keunggulan relatif dari

knowledge sharing diperlukan revisi atau pembaharuan kebijakan yang

ada di sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta. Sehingga ada

perubahan yang signifikan kebijakan yang dibuat dari keadaan sebelum

dan sesudahnya sebagai akibat yang disebabkan keunggulan relatif dari

knowledge sharing.

ii. Mengacu pada analisis deskriptif tanggapan responden mengenai

kompleksitas dan peran teknologi serta hasil analisis pengaruh complexity

dari knowledge sharing terhadap dukungan organisasi pada niat untuk

mendorong knowledge sharing, sebaiknya penyediaan fasilitas yang

berkenaan dengan teknologi informasi bisa lebih ditingkatkan. Hal ini

bisa dilakukan mengingat pegawai sekretariat daerah pemerintah kota

Surakarta tidak merasakan kompleksitas (kesulitan) dari teknologi

informasi sebagai penghambat. Penerapan teknologi informasi juga

sebaiknya mengikuti perkembangan zaman mengingat teknologi selalu

berubah dan gampang usang (obselete). Misalnya saja penggunaan

microsoft office 2003 digantikan dengan microsoft office 2007. Selain itu

juga pemanfaatan fasilitas internet juga bisa lebih ditingkatkan

penggunaannya tidak hanya sekedar pada kebutuhan yang primer yakni

untuk pengelohan database saja. Sementara untuk bidang-bidang lain

seperti efisiensi dan proses kerja masih sangat terbatas pemanfaatannya.

126

126

Misalnya mengirimkan undangan serta pengumuman secara online (bisa

melalui facebook, email atau website) mengingat kondisi tempat kerja

setiap bagian dari sekretariat daerah yang terpisah-pisah jarak yang jauh

sehingga efisiensi kerja bisa dimaksimalkan. Untuk kepentingan

pelayanan masyarakat umum, website yang sudah ada sebaiknya

dimaksimalkan fungsinya serta diupdate rutin sehingga masyarakat yang

mempunyai kepentingan bisa mengetahui informasi secara cepat dengan

membuka website tanpa langsung ke kantor pemerintah Surakarta. Untuk

mempermudah dalam mengelola website bisa dibentuk tim khusus yang

bertugas untuk mengelola website tersebut sehingga fungsi dari website

tersebut tidak terbengkalai.

iii. Mengacu pada analisis deskriptif tanggapan responden mengenai

dukungan organisasi terhadap niat untuk mendorong knowledge sharing,

karena pegawai mengharap lebih atas dukungan organisasi terhadap

budaya berbagi pengetahuan dan keahlian, sebaiknya sekretariat daerah

pemerintah kota Surakarta menyediakan sarana atau progam yang

memfasilitasi pegawai untuk saling bertukar pengetahuan dan

meningkatkan keahlian. Seperti dengan adanya pelatihan-pelatihan

hardskill dalam penggunaan teknologi informasi (kursus komputer).Serta

perrlu adanya fasilitas untuk mewadahi diskusi-diskusi kecil antar

pegawai sekretariat daerah pemerintah kota Surakarta mengingat

mayoritas pegawai menyukai knowledge sharing baik dengan orang

dalam ataupun orang luar. Misalnya dengan mengadakan diskusi

127

127

kontemporer yang diadakan di luar jam kerja atau bahkan bisa menjadi

agenda rutinan. Diskusi kontemporer adalah suatu bentuk diskusi yang

dikonsep sedemikian rupa sehingga proses transfer ilmu (knowledge

sharing) berjalan dua arah. Artinya, interaksi antara peserta dan

narasumber (jika dibutuhkan) sangat ditekankan disini. Penerapan

teknologi informasi juga bisa digunakan dalam bentuk diskusi

kontemporer dengan menggunakan wireless conection network.

Tujuannya agar peserta diskusi yang mungkin mengikuti alur diskusi

lewat media elektronik (jejaring sosial) tetap bisa berinteraksi. Tempat

dan situasi juga disusun sesantai mungkin, mengingat agar pendapat-

pendapat dari pegawai bisa muncul tanpa ada tekanan. Sehingga di dalam

diskusi tersebut paling tidak muncul ide-ide baru (inovasi) dari pendapat

yang keluar dari pemikiran para pegawai dalam memecahkan suatu

masalah. Hal ini juga akan menguntungkan pemerintah kota Surakarta

karena akan banyak pemecahan masalah yang terbentuk dari ide-ide

tersebut sehingga membantu dalam mengatasi masalah yang sedang

dihadapi. Intinya, pegawai diikutkan dalam pengambilan keputusan atas

suatu masalah.

128

128

DAFTAR PUSTAKA

Ahadiat, A. 2006. Sistem Informasi Strategik; Menunjang Strategic Agility dan Menuju Keunggulan Kompetitif. Makalah Seminar. UGM Yogyakarta

129

129

Bakos, Yannis. 1998. The Productivity Payoff of Computers. Science, pg. 52

Barua, A.; Kriebel, C.H., & Mukhopadhyay. 1995. Information Technologies and business Value : an analytical and empirical investigation. Information System Research, Vol 6. No.1

Brynjolfsson,E., & Yang, S., 1996. Information Technology and Productivity: A Review of the Literature. IT Sloan School of Management Massachusetts, Advances in Computers. Academic Press, Vol. 43

_____________; Hitt, L & ___________. 2002. Intangible Assets: Computers and Organizational Capital. MIT Sloan School of Management Massachusetts, Advances in Computers. Academic Press

Carr, N. 2003. IT Doesn’t Matter. Harvard Business Review. May 2003

Chin, W Wynne & Todd Peter.1991. On The use Usefullness,ease of use of structural equation Modeling in MIS Research : A note of Caution. Management Information System Quarterly, pg. 21(3)

Darroch and McNaughton. 2002. Knowledge Management. Majalah Inspire Juli 2009, pg 45

130

130

Davenport and Prusak. 1996. Knowledge Management. Majalah Inspire Juli 2009, pg.45

Davis, F. D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly, 13(3), pp. 319-339.

Dedrick, J.; Gurbaxani, V. & Kraemer, K.L. 2002. Information Technology & Economic Performance; A Critical Review of The Empirical Evidence. Center of Reasearch on Information Technology and Organizations. University of California

Dyer, J. dan Nobeoka, K. 2000. Creating and Managing A High Performance Knowledge Sharing Network : The Toyota Case. Strategic Management Journal, Vol. 21 No. 3, pp.345-67

Fen Lin, Hsiu dan Guang Lee, Gwo. 2005. Effects of Socio-Technical Factors on Organizational Intention to Encourage Knowledge Sharing. Management Decision, Vol. 44 No. 1, 2006 pp. 74-88

Ferdinand, Augusty. 2002. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen. Semarang : BP UNDIP

Fullan, M. G. (1996). Turning systemic thinking on its head. Phi Delta Kappan, vol.77, pp. 420-423

Geppert, Mike & Ed Clark. 2003. Knowledge and Learning in Transnational Venture : an Actor-Centred Approach. Management Discussion, pg. 433

131

131

Ghozali, Imam. 2005. Model Persamaan Struktural : Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS Ver. 16.0. Semarang : BP UNDIP

____________. 2006. Analisis Multivariate Menggunakan SPSS 12.00. Semarang : BP UNDIP

____________& Fuad. 2005. Structural Equation Modelling dengan Progam Lisrel 8.5. Semarang : BP UNDIP

Hammel, G. 2006. The Why, What, and How of Management Inovation. Harvard Business Review. February 2006

Igbaria M,.1994 .An Examination of the factors contributing to Micro Computer technology acceptance . Journal of Information System. Elsiever Science, USA

_________, Zinatelli,et.al. 1997. Personal Computing Acceptance Factors in Small Firm: A Structural Equation Modelling . Management Information System Quarterly, 21(3)

Jogiyanto. 2003. Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman – Pengalaman. Yogyakarta : BPFE

132

132

Jorgenson, W. 2004. Information Technology And The G7 Economies

Lumbatobing. 2009. Knowledge Management. Majalah Inspire Juli 2009, pg.45

Mahmood, M.A.& Mann, G.J. 2000. Impacts of Information Technology Investment on Organizational Performance. Journal of Management Information System, Vol 17. No.1

Majalah Inspire. 2009. Knowledge Manajemen. Juli 2009

Majalah Pelita. 2009. Teknologi Informasi dalam Bisnis. Jumat 03 Juli 2009

Malhotra, Y. 2005. Integrating Knowledge Management Technologies In Organizational Business Processes: Getting Real Time Enterprises To Deliver Real Business Performance. Journal of Knowledge Management , Vol. 9 No. 1

McDemmort, R & O’Dell. 2001. Overcoming Cultural Barriers to Sharing Knowledge. Journal of Knowledge Management. Kempston : 2001, Vol. 5, Iss. 1; pg. 76

Murray, E. Christine. 2009. Diffusion of Innovation Theory : A Bridge of Research Practise Gap of Counselling. Journal of Counselling and Development, pg. 108

133

133

Nonaka and Takeuchi. 1995. Knowlegde Management. Majalah Inspire Juli 2009, pg.47

Plomp, Tjeerd & Donald P. Ely. 1996. International Encyclopedia of Educational Technology. Elsevier Science Ltd

Repsol. 1997. Knowlegde Management. Majalah Inspire Juli 2009, pg.47

Rogers, E.M. 1995. Diffusion of Innovations. New York : Free Press

Russel, Ackoff. 1989. Knowledge Management. Majalah Inspire Juli 2009, pg 46

Sekaran, Uma. 2000. Research Methods For Business : A Skill Building Approach. John Willey & Sons, Inc

Simon, J. & Wardrop, S. 2002. Australian Use Of Information Technology And Its Contribution To Growth. Research Discussion Paper, Economic Research Department Reserve Bank of Australia

134

134

Sircar, S.; Turnbow, J.& Bordoloi, B. 2000. A Framework for Assesing the Relationship Between Information Technology Investments and Firm Performance. Journal of Management Information System, Vol 16. No.4

Solopos, 2009. Menyonsong Solo sebagai Cyber City. Sabtu 19 Desember 2009

Swanson, E. B., 1982. Measuring User Attitudes in MIS Research. A Review, Omega International of Journal of Management Science, Vol. 10, No. 2

Tjakraatmadja.J.H., dan D.C Lantu. 2006. Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar. Bandung : Penerbit SBM ITB

Thompson, R.L., Higgins, C.H. and Howell, J.M. 1991. Towards a Conceptual Model of Utilization, MIS Quarterly, vol. 15, pg. 125-143.

Wilkinson & Cerullo. 1997. Accounting information sistem : Essential concept and application third edition. Jhon Wiley and Sons. USA

135

135

136

136

Rotated Component Matrixa

.835

.557 .589

.543

.564

.767

.831

.831

.848

.760

.910

.904

.906

.782

.723

.726

TI1

TI2

TI3

TI4

RA1

RA2

RA3

RA4

CPB1

CPB2

CPB3

CPX1

CPX2

CPX3

KS1

KS2

KS3

1 2 3 4 5

Component

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

Rotation converged in 6 iterations.a.

137

137

Rotated Component Matrixa

.688

.639

.787

.776

.817

.834

.853

.556

.800

.922

.900

.912

.795

.758

.695

TI2

TI3

TI4

RA1

RA2

RA3

RA4

CPB1

CPB3

CPX1

CPX2

CPX3

KS1

KS2

KS3

1 2 3 4 5

Component

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

Rotation converged in 6 iterations.a.

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

_

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha

if Item if Item Total if Item

Deleted Deleted Correlation Deleted

138

138

TI2 5.9593 1.0229 .5128 .4980

TI3 6.0081 1.0573 .4655 .5604

TI4 6.1463 1.0276 .4244 .6195

Reliability Coefficients

N of Cases = 123.0 N of Items = 3

Alpha = .6557

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

_

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha

139

139

if Item if Item Total if Item

Deleted Deleted Correlation Deleted

RA1 9.9675 2.0809 .6283 .8591

RA2 10.0244 2.0568 .7258 .8175

RA3 10.0732 1.9536 .7519 .8060

RA4 10.0569 2.1033 .7407 .8131

Reliability Coefficients

N of Cases = 123.0 N of Items = 4

Alpha = .8621

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

_

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

140

140

Mean Variance Item- Alpha

if Item if Item Total if Item

Deleted Deleted Correlation Deleted

CPB1 2.7805 .3039 .1951 .

CPB3 3.0650 .1925 .1951 .

Reliability Coefficients

N of Cases = 123.0 N of Items = 2

Alpha = .3195

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

_

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Item-total Statistics

141

141

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha

if Item if Item Total if Item

Deleted Deleted Correlation Deleted

CPX1 4.5691 1.7390 .8350 .8506

CPX2 4.5366 1.7589 .7944 .8826

CPX3 4.4878 1.5798 .8182 .8658

Reliability Coefficients

N of Cases = 123.0 N of Items = 3

Alpha = .9068

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

_

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

142

142

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha

if Item if Item Total if Item

Deleted Deleted Correlation Deleted

KS1 6.8618 .7594 .4953 .5072

KS2 7.0976 .7937 .4947 .5081

KS3 6.7561 .9400 .4002 .6324

Reliability Coefficients

N of Cases = 123.0 N of Items = 3

Alpha = .6514

143

143

Descriptive Statistics

123 2 4 3.27 .641 .411

123 2 4 3.10 .593 .351

123 2 4 3.05 .599 .358

123 2 4 2.91 .640 .410

123 2 4 3.41 .584 .342

123 2 4 3.35 .543 .295

123 2 4 3.30 .572 .327

123 2 4 3.32 .517 .267

123 2 4 3.07 .439 .192

123 1 4 3.08 .522 .272

123 1 4 2.78 .551 .304

123 1 4 2.23 .663 .440

123 1 4 2.26 .676 .456

123 1 4 2.31 .737 .543

123 2 4 3.50 .578 .334

123 2 4 3.26 .556 .309

123 2 4 3.60 .508 .258

123

TI1

TI2

TI3

TI4

RA1

RA2

RA3

RA4

CPB1

CPB2

CPB3

CPX1

CPX2

CPX3

KS1

KS2

KS3

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

1 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4

2 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 3 3 4

3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 2 2 2 4 3 4

4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4

5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4

6 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 4 3 4

7 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3

8 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 2 2 2 4 3 4

9 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 2 4 3 4

10 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 4

11 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3

144

144

12 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4

13 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4

14 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4

15 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 3

16 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 1 3 2 4 3 4

17 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 3 2 2 2 4 3 3

18 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 2 2 2 4 4 4

19 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3

20 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4

21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 4

22 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 2 2 2 3 3 3

23 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 4

24 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 4

25 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 4

26 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2

27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3

28 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 4 4 4

29 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 2 2 2 4 3 4

30 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3

31 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3

32 2 2 3 3 3 4 4 4 3 3 2 2 2 3 3 3 3

33 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 4 4 4

34 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 3 4

35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 1 1 3 3 4

36 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 1 2 2 2 4 4 4

37 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 1 2 2 2 4 4 4

38 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 4 4

145

145

39 2 2 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3

40 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 4 4 2 4

41 3 4 2 4 4 3 4 3 3 2 2 3 3 3 2 4 3

42 4 2 3 3 3 4 2 4 3 3 2 3 3 4 4 3 4

43 2 4 3 4 2 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3

44 4 3 2 2 4 3 3 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3

45 3 3 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 2 4 4 3 4

46 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 2 2 2 4 4 4

47 4 2 2 4 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 4 3 3

48 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3

49 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 4 3 3

50 3 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3

51 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 3

52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4

53 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

54 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3

55 4 2 4 2 3 3 3 3 3 4 3 2 1 2 3 3 4

56 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4

57 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4

58 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3

59 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3

60 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3

61 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 2 3 3 4

62 2 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3

63 2 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 4 3 3

64 3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 3 2 1 2 2 2 3

65 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3

146

146

66 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 2 3 4 4 4 3

67 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 4 4 4

68 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 1 1 1 4 3 3

69 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 4 4 4

70 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4

71 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4

72 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 2 3 2 4 3 3

73 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4

74 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4

75 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

76 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3

77 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3

78 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 1 1 1 4 4 4

79 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 4 3

80 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4

81 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4

82 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3

83 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 4

84 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4

85 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4

86 4 4 3 2 4 2 4 3 4 1 2 3 3 4 3 3 3

87 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3

88 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 4

89 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 4

90 3 3 2 2 4 4 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 4

91 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4

92 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 1 1 1 4 4 4

147

147

93 2 2 2 3 4 4 4 4 2 3 2 1 3 1 4 3 4

94 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4

95 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4

96 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 4

97 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 4 3 4

98 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 4 4

99 2 3 4 3 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 3 3 3

100 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3

101 4 2 3 2 4 3 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3 4

102 4 3 2 2 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3

103 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 2 2 3 3 4

104 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 4

105 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3

106 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 1 1 1 4 4 4

107 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 4

108 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4

109 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4

110 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3

111 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4

112 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3

113 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4

114 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 2 2 2 4 3 4

115 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3

116 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 4 3 4

117 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4

118 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4

119 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3

148

148

120 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 1 1 4 4 4

121 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 4 2 3

122 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4

123 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4

Total Effects (Group number 1 - Default model)

Technology Information

Complexity Compatibility Relative

Advantage Knowledge

Sharing

Complexity -.165 .000 .000 .000 .000

Compatibility .713 .000 .000 .000 .000

Relative Advantage

.668 .000 .000 .000 .000

Knowledge Sharing

.478 .034 .640 .041 .000

KS3 .350 .025 .469 .030 .733

KS2 .491 .035 .658 .042 1.028

KS1 .478 .034 .640 .041 1.000

CPX3 -.187 1.128 .000 .000 .000

CPX2 -.151 .912 .000 .000 .000

CPX1 -.165 1.000 .000 .000 .000

CPB3 .556 .000 .781 .000 .000

CPB1 .713 .000 1.000 .000 .000

TI2 1.326 .000 .000 .000 .000

TI3 1.317 .000 .000 .000 .000

TI4 1.000 .000 .000 .000 .000

RA4 .671 .000 .000 1.005 .000

149

149

Technology Information

Complexity Compatibility Relative

Advantage Knowledge

Sharing

RA3 .848 .000 .000 1.271 .000

RA2 .791 .000 .000 1.185 .000

RA1 .668 .000 .000 1.000 .000

Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)

Technology Information

Complexity Compatibility Relative

Advantage Knowledge

Sharing

Complexity -.089 .000 .000 .000 .000

Compatibility .932 .000 .000 .000 .000

Relative Advantage

.546 .000 .000 .000 .000

Knowledge Sharing

.394 .052 .404 .041 .000

KS3 .218 .029 .224 .023 .554

KS2 .285 .038 .292 .030 .722

KS1 .258 .034 .265 .027 .655

CPX3 -.083 .924 .000 .000 .000

CPX2 -.073 .817 .000 .000 .000

CPX1 -.081 .905 .000 .000 .000

CPB3 .330 .000 .354 .000 .000

CPB1 .524 .000 .563 .000 .000

TI2 .710 .000 .000 .000 .000

TI3 .690 .000 .000 .000 .000

TI4 .499 .000 .000 .000 .000

150

150

Technology Information

Complexity Compatibility Relative

Advantage Knowledge

Sharing

RA4 .422 .000 .000 .774 .000

RA3 .480 .000 .000 .880 .000

RA2 .462 .000 .000 .847 .000

RA1 .380 .000 .000 .696 .000

Direct Effects (Group number 1 - Default model)

Technology Information

Complexity Compatibility Relative

Advantage Knowledge

Sharing

Complexity -.165 .000 .000 .000 .000

Compatibility .713 .000 .000 .000 .000

Relative Advantage

.668 .000 .000 .000 .000

Knowledge Sharing

.000 .034 .640 .041 .000

KS3 .000 .000 .000 .000 .733

KS2 .000 .000 .000 .000 1.028

KS1 .000 .000 .000 .000 1.000

CPX3 .000 1.128 .000 .000 .000

CPX2 .000 .912 .000 .000 .000

CPX1 .000 1.000 .000 .000 .000

CPB3 .000 .000 .781 .000 .000

CPB1 .000 .000 1.000 .000 .000

TI2 1.326 .000 .000 .000 .000

TI3 1.317 .000 .000 .000 .000

TI4 1.000 .000 .000 .000 .000

151

151

Technology Information

Complexity Compatibility Relative

Advantage Knowledge

Sharing

RA4 .000 .000 .000 1.005 .000

RA3 .000 .000 .000 1.271 .000

RA2 .000 .000 .000 1.185 .000

RA1 .000 .000 .000 1.000 .000

Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)

Technology Information

Complexity Compatibility Relative

Advantage Knowledge

Sharing

Complexity -.089 .000 .000 .000 .000

Compatibility .932 .000 .000 .000 .000

Relative Advantage

.546 .000 .000 .000 .000

Knowledge Sharing

.000 .052 .404 .041 .000

KS3 .000 .000 .000 .000 .554

KS2 .000 .000 .000 .000 .722

KS1 .000 .000 .000 .000 .655

CPX3 .000 .924 .000 .000 .000

CPX2 .000 .817 .000 .000 .000

CPX1 .000 .905 .000 .000 .000

CPB3 .000 .000 .354 .000 .000

CPB1 .000 .000 .563 .000 .000

TI2 .710 .000 .000 .000 .000

TI3 .690 .000 .000 .000 .000

152

152

Technology Information

Complexity Compatibility Relative

Advantage Knowledge

Sharing

TI4 .499 .000 .000 .000 .000

RA4 .000 .000 .000 .774 .000

RA3 .000 .000 .000 .880 .000

RA2 .000 .000 .000 .847 .000

RA1 .000 .000 .000 .696 .000

Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

Technology Information

Complexity Compatibility Relative

Advantage Knowledge

Sharing

Complexity .000 .000 .000 .000 .000

Compatibility .000 .000 .000 .000 .000

Relative Advantage

.000 .000 .000 .000 .000

Knowledge Sharing

.478 .000 .000 .000 .000

KS3 .350 .025 .469 .030 .000

KS2 .491 .035 .658 .042 .000

KS1 .478 .034 .640 .041 .000

CPX3 -.187 .000 .000 .000 .000

CPX2 -.151 .000 .000 .000 .000

CPX1 -.165 .000 .000 .000 .000

CPB3 .556 .000 .000 .000 .000

CPB1 .713 .000 .000 .000 .000

TI2 .000 .000 .000 .000 .000

TI3 .000 .000 .000 .000 .000

153

153

Technology Information

Complexity Compatibility Relative

Advantage Knowledge

Sharing

TI4 .000 .000 .000 .000 .000

RA4 .671 .000 .000 .000 .000

RA3 .848 .000 .000 .000 .000

RA2 .791 .000 .000 .000 .000

RA1 .668 .000 .000 .000 .000

Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

Technology Information

Complexity Compatibility Relative

Advantage Knowledge

Sharing

Complexity .000 .000 .000 .000 .000

Compatibility .000 .000 .000 .000 .000

Relative Advantage

.000 .000 .000 .000 .000

Knowledge Sharing

.394 .000 .000 .000 .000

KS3 .218 .029 .224 .023 .000

KS2 .285 .038 .292 .030 .000

KS1 .258 .034 .265 .027 .000

CPX3 -.083 .000 .000 .000 .000

CPX2 -.073 .000 .000 .000 .000

CPX1 -.081 .000 .000 .000 .000

CPB3 .330 .000 .000 .000 .000

CPB1 .524 .000 .000 .000 .000

TI2 .000 .000 .000 .000 .000

TI3 .000 .000 .000 .000 .000

154

154

Technology Information

Complexity Compatibility Relative

Advantage Knowledge

Sharing

TI4 .000 .000 .000 .000 .000

RA4 .422 .000 .000 .000 .000

RA3 .480 .000 .000 .000 .000

RA2 .462 .000 .000 .000 .000

RA1 .380 .000 .000 .000 .000

Analysis Summary

Date and Time

Date: Sunday, April 04, 2010

Time: 1:03:50 PM

Title

model modifie: Sunday, April 04, 2010 01:03 PM

Notes for Group (Group number 1)

The model is recursive.

Sample size = 119

Your model contains the following variables (Group number 1)

Observed, endogenous variables

RA1

RA2

RA3

RA4

TI4

TI3

155

155

TI2

CPB1

CPB3

CPX1

CPX2

CPX3

KS1

KS2

KS3

Unobserved, endogenous variables

Relative Advantage

Compatibility

Complexity

Knowledge Sharing

Unobserved, exogenous variables

e5

e6

e7

e8

Technology Information

e4

e3

e2

e9

e11

156

156

e12

e13

e14

e15

e16

e17

z4

z3

z2

z1

Parameter summary (Group number 1)

Weights Covariances Variances Means Intercepts Total

Fixed 24 0 0 0 0 24

Labeled 0 0 0 0 0 0

Unlabeled 16 0 20 0 0 36

Total 40 0 20 0 0 60

Assessment of normality (Group number 1)

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

KS3 2.000 4.000 -.662 -2.949 -1.090 -2.426

KS2 2.000 4.000 .085 .377 -.409 -.910

KS1 2.000 4.000 -.669 -2.981 -.538 -1.197

CPX3 1.000 4.000 .676 3.008 .484 1.078

CPX2 1.000 4.000 .450 2.006 .466 1.037

157

157

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

CPX1 1.000 4.000 .737 3.281 1.088 2.423

CPB3 1.000 4.000 -.840 -3.739 1.109 2.469

CPB1 2.000 4.000 .292 1.299 2.339 5.209

TI2 2.000 4.000 -.008 -.035 -.096 -.214

TI3 2.000 4.000 -.016 -.070 -.230 -.513

TI4 2.000 4.000 .066 .294 -.504 -1.122

RA4 2.000 4.000 .335 1.492 -.984 -2.192

RA3 2.000 4.000 -.047 -.209 -.597 -1.330

RA2 2.000 4.000 .063 .279 -.965 -2.148

RA1 2.000 4.000 -.264 -1.178 -.889 -1.979

Multivariate 44.882 10.840

Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group number 1)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

42 37.327 .001 .126

41 36.931 .001 .011

46 35.338 .002 .002

89 34.895 .003 .000

44 32.457 .006 .001

40 31.814 .007 .000

43 31.762 .007 .000

63 31.119 .008 .000

55 30.960 .009 .000

158

158

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

98 28.974 .016 .000

16 25.910 .039 .007

39 25.369 .045 .008

117 25.142 .048 .005

26 24.617 .055 .006

38 24.541 .056 .003

85 24.394 .059 .002

54 24.394 .059 .001

97 24.017 .065 .001

23 23.986 .065 .000

70 23.445 .075 .001

86 23.418 .076 .000

17 22.162 .104 .005

5 21.938 .109 .005

32 21.919 .110 .002

60 21.334 .126 .007

119 20.509 .153 .037

9 20.237 .163 .043

76 20.173 .165 .031

64 20.164 .166 .019

72 20.156 .166 .011

118 19.942 .174 .012