KLT BAH

8
Identifikasi metabolit sekunder golongan kuinon Pengujian pertama yaitu uji adanya senyawa kuinon dalam bunga kembang sepatu. Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon. Kuinon bersifat mudah larut dalam pelarut lemak dan akan tereksitasi bersama-sama dengan karotenoid dan klorofil. Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) merupakan jenis tanaman hias yang memiliki bunga tunggal berbentuk terompet, berwarna merah dan memiliki bau khas bunga serta memiliki rasa yang pahit. Bunga kembang sepatu bermanfaat sebagai antiradang, antidiuretik dan antibakteri. Kandungan kimia dalam bunga kembang sepatu antara lain golongan flavonoid, sponin dan antosianin. Selain itu, bunga kembang sepatu juga mengandung polifenol, diglukosida, sianidin, asam askorbat, serat, sianin dan alkaloid. Pengujian ini dilakukan dengan ekstraksi sampel terlebih dahulu dengan menggunakan pelarut metanol. Lalu diuapkan hingga dihasilkan ekstrak kering. Identifikasi dengan KLT terlebih dahulu dilakukan dengan pembuatan eluen yang dibuat dengan mencampurkan heksana dan etil asetat dengan perbandingan 6 : 4.

description

Pengujian pertama yaitu uji adanya senyawa kuinon dalam bunga kembang sepatu. Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon.

Transcript of KLT BAH

Page 1: KLT BAH

Identifikasi metabolit sekunder golongan kuinon

Pengujian pertama yaitu uji adanya senyawa kuinon dalam bunga kembang

sepatu. Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti

kromofor pada benzokuinon yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi

dengan dua ikatan rangkap karbon. Kuinon bersifat mudah larut dalam pelarut lemak

dan akan tereksitasi bersama-sama dengan karotenoid dan klorofil. Kembang sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis L) merupakan jenis tanaman hias yang memiliki bunga

tunggal berbentuk terompet, berwarna merah dan memiliki bau khas bunga serta

memiliki rasa yang pahit. Bunga kembang sepatu bermanfaat sebagai antiradang,

antidiuretik dan antibakteri. Kandungan kimia dalam bunga kembang sepatu antara

lain golongan flavonoid, sponin dan antosianin. Selain itu, bunga kembang sepatu

juga mengandung polifenol, diglukosida, sianidin, asam askorbat, serat, sianin dan

alkaloid. Pengujian ini dilakukan dengan ekstraksi sampel terlebih dahulu dengan

menggunakan pelarut metanol. Lalu diuapkan hingga dihasilkan ekstrak kering.

Identifikasi dengan KLT terlebih dahulu dilakukan dengan pembuatan eluen yang

dibuat dengan mencampurkan heksana dan etil asetat dengan perbandingan 6 : 4.

Heksana merupakan pelarut yang bersifat non polar dengan konstanta dielektrik

sebesar 2,0. Etil asetat merupakan pelarut yang bersifat semipolar dengan konstanta

dielektrik sebesar 6,0. Eluen yang telah dibuat dimasukkan ke dalam chamber untuk

dijenuhkan. Penjenuhan dilakukan dengan menggunakan kertas saring yang

dimasukkan ke dalam chamber, dan dtunggu hingga kertas saring basah oleh eluen

yang menandakan bahwa eluen telah jenuh. Penjenuhan eluen bertujuan untuk

menghilangkan uap air dan gas lain yang akan menghalangi laju eluen pada plat KLT.

Selanjutnya, ditotolkan ekstrak metanol bunga kembang sepatu yang telah diuapkan

di atas plat KLT tepat pada bagian tengah plat KLT dengan tujuan agar hasil totolan

dapat teramati dengan baik. Dimasukkan plat yang telah ditotolkan oeh ekstrak

metanol kedalam chamber dengan posisi yang tegak agar laju kenaikan eluen di garis

akhir pada plat KLT sama. Diambil plat KLT dan dikeringkan, kemudian diamati di

sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Diberi penampak noda KOH

Page 2: KLT BAH

10 % dalam metanol dengan tujuan untuk menampakkan noda ekstrak pada plat KLT

karena KOH berfungsi sebagai pemberi suasana basa. Hasil yang diperoleh setelah

plat dimasukkan ke dalam chamber adalah noda tidak naik bersama dengan

kenaikkan eluen hinnga garis akhir. Hal ini kemungkinan dikarenakan pelarut yang

digunakan sebagai eluen kurang polar, sehingga eluen yang digunakan dalam

pengujian ini diganti dengan toluen dan asam asetat dengan perbandingan 99 : 1.

Toluen merupakan pelarut organik dengan konstanta dielektrik sebesar 2,4.

Sedangkan asam asetat merupakan pelarut polar dengan konstanta dielektrik sebesar

6,2. Hasil yang diperoleh pada plat KLT adalah noda tetap idak mengalami kenaikan

setelah eluen diganti. Hal ini kemungkinan terjadi karena pelarut yang digunakan

sebagai eluen kepolarannya kurang untuk meningkatkan pergerakkan noda, sehingga

dapat dilakukan penggantian pelarut dengan meningkatkan kepolaran pelarut.

Misalnya dengan mengkombinasikan antara pelarut etil asetat dan metanol dengan

perbandingan 100 : 16. Setelah dikeringkan plat KLT dilihat pada sinar UV pada

panjang gelombang 254 nm dan 366 nm dan terlihat warna merah. Hal ini

menandakan bahwa bunga kembang sepatu mengandung kuinon. Selanjutnya

disemprot plat KLT dengan KOH 10 % dalam metanol dengan tujuan untuk melihat

bercak noda pada plat KLT dan diperoleh hasil berupa perubahan noda menjadi hijau.

Hasil ini menandakan bahwa bunga kembang sepatu positif mengandung kuinon.

Berdasarkan literatur yang ada, kuinon merupakan senyawa yang memiliki gugus

kromofor sehingga saat disinari dengan sinar UV 254 nm akan menghasilkan warna

merah kecoklatan dan pada sinar UV 366 nm akan menghasilkan warna merah.

Identifikasi metabolit sekunder senyawa sponin pada kulit manggis

Pengujian kedua yaitu uji adanya senyawa saponin dalam kulit manggis.

Senyawa saponin merupakan senyawa yang mengandung gula dan steroid atau

triterpenoid sapogenin. Manggis merupakan tanaman tahunan dari hutan tropis yang

memiliki rasa khas. Perpaduan antara rasa asam. Manis dan sedikit sepat. Manggis

mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin dan steroid. Senyawa xantrone

Page 3: KLT BAH

yang terdapat dalam kulit manggis memiliki sifat sebagai antidiabetes, antikanker,

antiperadangan, antifungi, antibakteri dan sebagai pewarna alami. Pengujian ini

dilakukan dengan terlebih dahulu mengekstraksi sampel dengan menggunakan

pelarut metanol. Lalu diuapkan ekstrak hingga dihasilkan ekstrak kering.

Identifikasi senyawa saponin dengan metode KLT dilakukan dengan terlebih

dahulu membuat eluen. Eluen yang digunakan merupakan campuran antara klorofrom

dengan aseton dengan perbandingan 4 : 1. Perbandingan pelarut yang digunakan inin

dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan polaritas pelarut, sehingga dapat menarik

senyawa yang diinginkan. Lalu dilakukan penjenuhan eluen di dalam chamber

dengan kertas saring. Ekstrak metanol kulit manggis yang telah diuapkan ditotolkan

pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler. Kemudian dimasukkan plat ke

dalam chamber dengan posisi plat berdiri dengan kemiringan 5° dari dinding

chamber. Eluen yang merupakan fase gerak akan melarutkan komponen zat

campuran yang ditotolkan pada plat KLT. Komponen yang mudah tertahan pada fase

diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan

bergerak lebih cepat. Suatu pelarut yang bersifat polar akan tertahan pada silika gel

yang bersifat polar sedangkan komponen yang bersifat non polar akan tertarik oleh

eluen. Semakin dekat kepolaran antara senyawa dengan eluen maka senyawa akan

semakin terbawa oleh fase gerak . Hal ini berdasarkan prinsip like dissolve like.

Setelah eluen mencapai batas atas plat diambil dan disemprotkan menggunakan

H2SO4. Tujuan penyemprotan dengan H2SO4 adalah untuk memperkuat fluoresensi

warna yang terlihat bila diamati di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm

dan 366 nm. Pengamtan pada sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm

menunjukkan adanya fluoresensi dengan noda berbentuk ekor berwarna kuning. Hal

ini karena plat KLT dilengkapi oleh indikator-fluoresensi pada sinar UV

bergelombang pendek. Sedangkan, pada panjang gelombang 366 nm warna noda

berubah menjadi jingga. Mekanisme penampakkan noda pada sinar UV yaitu suatu

molekul yang mengabsorbsi cahaya ultraviolet akan mencapai keadaan tereksitasi dan

kemudian memancarkan cahaya tampak pada saat kembali ke tingkat dasar (emisi),

Page 4: KLT BAH

emisi inilah yang digambarkan sebagai fluoresensi (cahay berwarna). Noda yang

terbentuk pada pengujian ini seharusnya tidak berekor dan jarak antara noda satu

dengan yang lainnya jelas. Hal ini disebabkan karena pemilihan eluen yang kurang

tepat, penotolan berulang dan letaknya yang kurang tepat. Nilai Rf yang diperoleh

yaitu 0,48. Rf (retention factor) merupakan nilai jarak relatif f pada pelarut. Harga Rf

dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh eluen. Senyawa yang memiliki nilai RF

lebih besar, berarti memilki kepolaran yang rendah dan sebaliknya. Hal tersebut

karena fase diam bersifat polar, dimana senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat

pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah.

Pengujian ketiga yaitu uji adanya komponen minyak atsiri dalam daun jeruk

nipis. Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan memiliki

komponen volatif pada beberpa tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Pengujian

dilakukan dengan terlebih dahulu mengekstrasi sampel dengan menggunakan pelarut

metanol. Lalu diuapkan hingga dihasilkan ekstrak kering. Jeruk nipis (Citrus

aurantilofia) Jeruk nipis termasuk salah satu jenis citrus Geruk. Jeruk nipis termasuk

jenis tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting.Tingginya sekitar 0,5-

3,5 m. Batang pohonnya berkayu ulet, berduri, dan keras. Sedang permukaan kulit

luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya majemuk, berbentuk ellips dengan

pangkal membulat, ujung tumpul, dan tepi beringgit. Panjang daunyya mencapai 2,5-

9 cm dan lebarnya 2-5 cm. Sedangkan tulang daunnya menyirip dengan tangkai

bersayap, hijau dan lebar 5-25 mm. Jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa

kimia yang bemanfaat, misalnya: asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak

atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat,

aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi,

belerang vitamin B1 dan C. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung senyawa saponin

dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-rutinosida), tangeretin, naringin,

eriocitrin, eriocitrocide. Hesperidin bermanfaat untuk antiinflamasi, antioksidan, dan

menghambat sintesis prostaglandin.

Page 5: KLT BAH

Identifikasi senyawa dengan menggunakan metode KLT yaitu dilakukan dengan

pembuatan eluen terlebih dahulu. Eluen yang digunakan dalam pengujian ini

menggunakan campuran pelarut organik toluen dan etil asetat dengan perbandingan

93 : 7. Lalu dilakukan penjunahan eluen dalam chamber dengan menggunakan kertas

saring. Kemudian ditotolkan ekstrak metanol daun jeruk purut pada plat KLT yang

telah diberi tandadengan menggunakan pipa kapiler. Dimasukkan plat yang telah

ditotoli ekstak metanol ke dalam chamber yang berisi eluen dan diamati kenaikkan

cuplikan atau sampel bersama dengan kenaikkan eluen pada plat KLT hingga batas

akhir. Selanjutnya dikeringkan plat KLT dan diidentifikasi dibawah sinar UV pada

panjang gelombang 254 nm teramati 3 noda yang berpendar dan 366 nm teramati 1

noda yang berpijar. Kemudian dsemprot plat KLT dengan asam sufat pekat H2SO4

10% dan dipanaskan di atas Hot Plate untuk menampakkan noda. Hasil yang

diperoleh pada pengujian ini adalah dalam daun jeruk purut positif mengandung

minyak atsiri.