KLT BAH
-
Upload
rita-hanszclar-zhentgraf -
Category
Documents
-
view
50 -
download
4
description
Transcript of KLT BAH
Identifikasi metabolit sekunder golongan kuinon
Pengujian pertama yaitu uji adanya senyawa kuinon dalam bunga kembang
sepatu. Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti
kromofor pada benzokuinon yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi
dengan dua ikatan rangkap karbon. Kuinon bersifat mudah larut dalam pelarut lemak
dan akan tereksitasi bersama-sama dengan karotenoid dan klorofil. Kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L) merupakan jenis tanaman hias yang memiliki bunga
tunggal berbentuk terompet, berwarna merah dan memiliki bau khas bunga serta
memiliki rasa yang pahit. Bunga kembang sepatu bermanfaat sebagai antiradang,
antidiuretik dan antibakteri. Kandungan kimia dalam bunga kembang sepatu antara
lain golongan flavonoid, sponin dan antosianin. Selain itu, bunga kembang sepatu
juga mengandung polifenol, diglukosida, sianidin, asam askorbat, serat, sianin dan
alkaloid. Pengujian ini dilakukan dengan ekstraksi sampel terlebih dahulu dengan
menggunakan pelarut metanol. Lalu diuapkan hingga dihasilkan ekstrak kering.
Identifikasi dengan KLT terlebih dahulu dilakukan dengan pembuatan eluen yang
dibuat dengan mencampurkan heksana dan etil asetat dengan perbandingan 6 : 4.
Heksana merupakan pelarut yang bersifat non polar dengan konstanta dielektrik
sebesar 2,0. Etil asetat merupakan pelarut yang bersifat semipolar dengan konstanta
dielektrik sebesar 6,0. Eluen yang telah dibuat dimasukkan ke dalam chamber untuk
dijenuhkan. Penjenuhan dilakukan dengan menggunakan kertas saring yang
dimasukkan ke dalam chamber, dan dtunggu hingga kertas saring basah oleh eluen
yang menandakan bahwa eluen telah jenuh. Penjenuhan eluen bertujuan untuk
menghilangkan uap air dan gas lain yang akan menghalangi laju eluen pada plat KLT.
Selanjutnya, ditotolkan ekstrak metanol bunga kembang sepatu yang telah diuapkan
di atas plat KLT tepat pada bagian tengah plat KLT dengan tujuan agar hasil totolan
dapat teramati dengan baik. Dimasukkan plat yang telah ditotolkan oeh ekstrak
metanol kedalam chamber dengan posisi yang tegak agar laju kenaikan eluen di garis
akhir pada plat KLT sama. Diambil plat KLT dan dikeringkan, kemudian diamati di
sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Diberi penampak noda KOH
10 % dalam metanol dengan tujuan untuk menampakkan noda ekstrak pada plat KLT
karena KOH berfungsi sebagai pemberi suasana basa. Hasil yang diperoleh setelah
plat dimasukkan ke dalam chamber adalah noda tidak naik bersama dengan
kenaikkan eluen hinnga garis akhir. Hal ini kemungkinan dikarenakan pelarut yang
digunakan sebagai eluen kurang polar, sehingga eluen yang digunakan dalam
pengujian ini diganti dengan toluen dan asam asetat dengan perbandingan 99 : 1.
Toluen merupakan pelarut organik dengan konstanta dielektrik sebesar 2,4.
Sedangkan asam asetat merupakan pelarut polar dengan konstanta dielektrik sebesar
6,2. Hasil yang diperoleh pada plat KLT adalah noda tetap idak mengalami kenaikan
setelah eluen diganti. Hal ini kemungkinan terjadi karena pelarut yang digunakan
sebagai eluen kepolarannya kurang untuk meningkatkan pergerakkan noda, sehingga
dapat dilakukan penggantian pelarut dengan meningkatkan kepolaran pelarut.
Misalnya dengan mengkombinasikan antara pelarut etil asetat dan metanol dengan
perbandingan 100 : 16. Setelah dikeringkan plat KLT dilihat pada sinar UV pada
panjang gelombang 254 nm dan 366 nm dan terlihat warna merah. Hal ini
menandakan bahwa bunga kembang sepatu mengandung kuinon. Selanjutnya
disemprot plat KLT dengan KOH 10 % dalam metanol dengan tujuan untuk melihat
bercak noda pada plat KLT dan diperoleh hasil berupa perubahan noda menjadi hijau.
Hasil ini menandakan bahwa bunga kembang sepatu positif mengandung kuinon.
Berdasarkan literatur yang ada, kuinon merupakan senyawa yang memiliki gugus
kromofor sehingga saat disinari dengan sinar UV 254 nm akan menghasilkan warna
merah kecoklatan dan pada sinar UV 366 nm akan menghasilkan warna merah.
Identifikasi metabolit sekunder senyawa sponin pada kulit manggis
Pengujian kedua yaitu uji adanya senyawa saponin dalam kulit manggis.
Senyawa saponin merupakan senyawa yang mengandung gula dan steroid atau
triterpenoid sapogenin. Manggis merupakan tanaman tahunan dari hutan tropis yang
memiliki rasa khas. Perpaduan antara rasa asam. Manis dan sedikit sepat. Manggis
mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin dan steroid. Senyawa xantrone
yang terdapat dalam kulit manggis memiliki sifat sebagai antidiabetes, antikanker,
antiperadangan, antifungi, antibakteri dan sebagai pewarna alami. Pengujian ini
dilakukan dengan terlebih dahulu mengekstraksi sampel dengan menggunakan
pelarut metanol. Lalu diuapkan ekstrak hingga dihasilkan ekstrak kering.
Identifikasi senyawa saponin dengan metode KLT dilakukan dengan terlebih
dahulu membuat eluen. Eluen yang digunakan merupakan campuran antara klorofrom
dengan aseton dengan perbandingan 4 : 1. Perbandingan pelarut yang digunakan inin
dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan polaritas pelarut, sehingga dapat menarik
senyawa yang diinginkan. Lalu dilakukan penjenuhan eluen di dalam chamber
dengan kertas saring. Ekstrak metanol kulit manggis yang telah diuapkan ditotolkan
pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler. Kemudian dimasukkan plat ke
dalam chamber dengan posisi plat berdiri dengan kemiringan 5° dari dinding
chamber. Eluen yang merupakan fase gerak akan melarutkan komponen zat
campuran yang ditotolkan pada plat KLT. Komponen yang mudah tertahan pada fase
diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan
bergerak lebih cepat. Suatu pelarut yang bersifat polar akan tertahan pada silika gel
yang bersifat polar sedangkan komponen yang bersifat non polar akan tertarik oleh
eluen. Semakin dekat kepolaran antara senyawa dengan eluen maka senyawa akan
semakin terbawa oleh fase gerak . Hal ini berdasarkan prinsip like dissolve like.
Setelah eluen mencapai batas atas plat diambil dan disemprotkan menggunakan
H2SO4. Tujuan penyemprotan dengan H2SO4 adalah untuk memperkuat fluoresensi
warna yang terlihat bila diamati di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm
dan 366 nm. Pengamtan pada sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm
menunjukkan adanya fluoresensi dengan noda berbentuk ekor berwarna kuning. Hal
ini karena plat KLT dilengkapi oleh indikator-fluoresensi pada sinar UV
bergelombang pendek. Sedangkan, pada panjang gelombang 366 nm warna noda
berubah menjadi jingga. Mekanisme penampakkan noda pada sinar UV yaitu suatu
molekul yang mengabsorbsi cahaya ultraviolet akan mencapai keadaan tereksitasi dan
kemudian memancarkan cahaya tampak pada saat kembali ke tingkat dasar (emisi),
emisi inilah yang digambarkan sebagai fluoresensi (cahay berwarna). Noda yang
terbentuk pada pengujian ini seharusnya tidak berekor dan jarak antara noda satu
dengan yang lainnya jelas. Hal ini disebabkan karena pemilihan eluen yang kurang
tepat, penotolan berulang dan letaknya yang kurang tepat. Nilai Rf yang diperoleh
yaitu 0,48. Rf (retention factor) merupakan nilai jarak relatif f pada pelarut. Harga Rf
dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh eluen. Senyawa yang memiliki nilai RF
lebih besar, berarti memilki kepolaran yang rendah dan sebaliknya. Hal tersebut
karena fase diam bersifat polar, dimana senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat
pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah.
Pengujian ketiga yaitu uji adanya komponen minyak atsiri dalam daun jeruk
nipis. Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan memiliki
komponen volatif pada beberpa tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Pengujian
dilakukan dengan terlebih dahulu mengekstrasi sampel dengan menggunakan pelarut
metanol. Lalu diuapkan hingga dihasilkan ekstrak kering. Jeruk nipis (Citrus
aurantilofia) Jeruk nipis termasuk salah satu jenis citrus Geruk. Jeruk nipis termasuk
jenis tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting.Tingginya sekitar 0,5-
3,5 m. Batang pohonnya berkayu ulet, berduri, dan keras. Sedang permukaan kulit
luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya majemuk, berbentuk ellips dengan
pangkal membulat, ujung tumpul, dan tepi beringgit. Panjang daunyya mencapai 2,5-
9 cm dan lebarnya 2-5 cm. Sedangkan tulang daunnya menyirip dengan tangkai
bersayap, hijau dan lebar 5-25 mm. Jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa
kimia yang bemanfaat, misalnya: asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak
atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat,
aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi,
belerang vitamin B1 dan C. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung senyawa saponin
dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-rutinosida), tangeretin, naringin,
eriocitrin, eriocitrocide. Hesperidin bermanfaat untuk antiinflamasi, antioksidan, dan
menghambat sintesis prostaglandin.
Identifikasi senyawa dengan menggunakan metode KLT yaitu dilakukan dengan
pembuatan eluen terlebih dahulu. Eluen yang digunakan dalam pengujian ini
menggunakan campuran pelarut organik toluen dan etil asetat dengan perbandingan
93 : 7. Lalu dilakukan penjunahan eluen dalam chamber dengan menggunakan kertas
saring. Kemudian ditotolkan ekstrak metanol daun jeruk purut pada plat KLT yang
telah diberi tandadengan menggunakan pipa kapiler. Dimasukkan plat yang telah
ditotoli ekstak metanol ke dalam chamber yang berisi eluen dan diamati kenaikkan
cuplikan atau sampel bersama dengan kenaikkan eluen pada plat KLT hingga batas
akhir. Selanjutnya dikeringkan plat KLT dan diidentifikasi dibawah sinar UV pada
panjang gelombang 254 nm teramati 3 noda yang berpendar dan 366 nm teramati 1
noda yang berpijar. Kemudian dsemprot plat KLT dengan asam sufat pekat H2SO4
10% dan dipanaskan di atas Hot Plate untuk menampakkan noda. Hasil yang
diperoleh pada pengujian ini adalah dalam daun jeruk purut positif mengandung
minyak atsiri.