Kliping Ekonomi Biru 01

5
1 http://theindustrialpost.com/?p=10412 KKP Populerkan Konsep Ekonomi Biru Kembali By adminJune 6, 2012Posted in: Headline , Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan berkonsentrasi dengan menata kembali pola pembangunan kelautan dan perikanan dengan mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan yang lebih menekankan pada ‘ekonomi biru’ (blue economy). Konsep ini bertujuan memberikan keuntungan yang berkelanjutan, disamping meningkatkan kesejahteraan kepada perusahaan nasional. Ekonomi biru juga menggambarkan sebagai langkah nyata pemerintah menuju pilar pembangunan yang diterapkan secara berkesinambungan. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Gellwynn Jusuf dalam siaran persnya pada acara pembukaan ASEAN Sectoral Working Group on Fisheries (ASWGi) ke-20 di Yogjakarta, Rabu (6/6). Dikatakan Gellwynn, ekonomi biru dapat dilihat sebagai tindakan yang bertumpu pada pengembangan ekonomi rakyat secara komprehensif guna mencapai pembangunan nasional secara keseluruhan. Pendekatan pembangunan berbasis ekonomi biru akan bersinergi dengan pelaksanaan triple track strategy, yaitu program pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan tenaga kerja) dan pro-environtment (melestarikan lingkungan). Terminologi ekonomi biru juga telah diangkat dalam berbagai kerja sama internasional, seperti pada pertemuan tingkat Senior Officials Meeting (SOM) for the Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Saat ini, kata dia, sektor perikanan telah memainkan peran penting dalam memberikan kontribusi bagi perkembangan dan arah masa depan kerja sama ASEAN, khususnya dalam mempersempit kesenjangan pembangunan, mengurangi kemiskinan dan mencapai Millenium Development Goals (MDGs). Perkembangan ini menurut Gellwynn, dapat menjadi dasar penting dalam realisasi Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015, terutama melalui integrasi ekonomi regional dalam agroindustri dan perikanan, keamanan pangan terpadu (AIFS), serta rencana strategis tentang keamanan pangan di wilayah ASEAN (SPA-FS) 2006-2013. Jika dilihat, sektor perikanan dalam kawasan regional telah berkembang pesat kendati memiliki peluang dan tantangan. Apalagi hal ini dibarengi dengan tingginya permintaan yang terus tumbuh secara cepat untuk komoditi perikanan dikarenakan lonjakan pertumbuhan penduduk. Sektor perikanan dapat memainkan peran penting dalam memenuhi tuntutan baru. Namun di sisi lain, sektor ini juga mengalami tantangan besar dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, Gellwynn menekankan pentingnya sentralitas ASEAN di dalam kerangka kerja sama regional. ASEAN memiliki komitmen untuk saling memperkokoh pondasi iklim perdagangan dan investasi yang membuka peluang lebih luas bagi aktivitas ekonomi intra-ASEAN. “Hal ini membuat ASEAN memiliki daya tarik tersendiri bagi negara-negara mitra,” tutur Gellwynn. Kerja sama antar negara, menurutnya sangat penting digalakkan seperti ASWGFi, sehingga diharapkan dapat mengambil langkah strategis mengenai isu-isu kunci on-board yang dihadapi sektor ini. Termasuk mengidentifikasi cara-cara inovatif untuk mempercepat hasil penelitian perikanan dan irit biaya, mempromosikan perdagangan ikan antar dan intra-daerah, serta membantu menyelaraskan kebijakan dan strategi yang diperlukan untuk menjamin pembangunan berkelanjutan. Selain itu, isu-isu yang dibahas dalam pertemuan tersebut meliputi, rencana kerja untuk memperkuat pengembangan dan pengelolaan perikanan, pemberantasan Illegal-Unreported-Unregulated (IUU) fishing, penguatan ketahanan pangan melalui intervensi perikanan, mempromosikan produksi pangan yang berkelanjutan melalui teknologi perikanan yang berkelanjutan dan dampak perubahan iklim terhadap perikanan dan akuakultur. http://myphotovoltaicsolarpanels.com/gunter-pauli-the-blue-economy/ Gunter Pauli: The Blue Economy Gunter Pauli has a dream. The Belgian economist and entrepreneur has a plan to develop 100 manufacturing innovations with viable business models that could generate 100 million jobs in 10 years. All with zero emissions and no waste. He calls it "The Blue Economy" with innovations covering the full gamut of industrial activity, from energy to mining, from medicine to bankin g… all of it inspired by science and biometrics. And Pauli isn't all talk… there's plenty of action in the many startup-style projects around the globe funded by his organisation Zero Emissions Research and Initiative, which is now a global network. Memorable achievements include recycling coffee waste for mushroom farming, making biodegradable detergent from discarded citrus peel, and the conversion of petrol stations into 'charge stations' for electric cars. His talk at Sydney University for Sydney Ideas is titled: "The Blue Economy: 10 Years, 100 Innovations, 100 Million Jobs". ASPO-Australia's Ian Dunlop makes an appearance on this video, assisting with the Q&A session towards the end of the talk.

Transcript of Kliping Ekonomi Biru 01

Page 1: Kliping Ekonomi Biru 01

1

http://theindustrialpost.com/?p=10412

KKP Populerkan Konsep Ekonomi Biru Kembali

By admin– June 6, 2012Posted in: Headline, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan berkonsentrasi dengan menata kembali pola pembangunan kelautan dan perikanan dengan mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan yang lebih menekankan pada ‘ekonomi biru’ (blue economy).

Konsep ini bertujuan memberikan keuntungan yang berkelanjutan, disamping meningkatkan kesejahteraan kepada perusahaan nasional. Ekonomi biru juga menggambarkan sebagai langkah nyata pemerintah menuju pilar pembangunan yang diterapkan secara berkesinambungan.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Gellwynn Jusuf dalam siaran persnya pada acara pembukaan ASEAN Sectoral Working Group on Fisheries (ASWGi) ke-20 di Yogjakarta, Rabu (6/6).

Dikatakan Gellwynn, ekonomi biru dapat dilihat sebagai tindakan yang bertumpu pada pengembangan ekonomi rakyat secara komprehensif guna mencapai pembangunan nasional secara keseluruhan. Pendekatan pembangunan berbasis ekonomi biru akan bersinergi dengan pelaksanaan triple track strategy, yaitu program pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan tenaga kerja) dan pro-environtment (melestarikan lingkungan).

Terminologi ekonomi biru juga telah diangkat dalam berbagai kerja sama internasional, seperti pada pertemuan tingkat Senior Officials Meeting (SOM) for the Asia Pacific Economic Cooperation (APEC).

Saat ini, kata dia, sektor perikanan telah memainkan peran penting dalam memberikan kontribusi bagi perkembangan dan arah masa depan kerja sama ASEAN, khususnya dalam mempersempit kesenjangan pembangunan, mengurangi kemiskinan dan mencapai Millenium Development Goals (MDGs).

Perkembangan ini menurut Gellwynn, dapat menjadi dasar penting dalam realisasi Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015, terutama melalui integrasi ekonomi regional dalam agroindustri dan perikanan, keamanan pangan terpadu (AIFS), serta rencana strategis tentang keamanan pangan di wilayah ASEAN (SPA-FS) 2006-2013.

Jika dilihat, sektor perikanan dalam kawasan regional telah berkembang pesat kendati memiliki peluang dan tantangan. Apalagi hal ini dibarengi dengan tingginya permintaan yang terus tumbuh secara cepat untuk komoditi perikanan dikarenakan lonjakan pertumbuhan penduduk.

Sektor perikanan dapat memainkan peran penting dalam memenuhi tuntutan baru. Namun di sisi lain, sektor ini juga mengalami tantangan besar dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, Gellwynn menekankan pentingnya sentralitas ASEAN di dalam kerangka kerja sama regional. ASEAN memiliki komitmen untuk saling memperkokoh pondasi iklim perdagangan dan investasi yang membuka peluang lebih luas bagi aktivitas ekonomi intra-ASEAN. “Hal ini membuat ASEAN memiliki daya tarik tersendiri bagi negara-negara mitra,” tutur Gellwynn.

Kerja sama antar negara, menurutnya sangat penting digalakkan seperti ASWGFi, sehingga diharapkan dapat mengambil langkah strategis mengenai isu-isu kunci on-board yang dihadapi sektor ini. Termasuk mengidentifikasi cara-cara inovatif untuk mempercepat hasil penelitian perikanan dan irit biaya, mempromosikan perdagangan ikan antar dan intra-daerah, serta membantu menyelaraskan kebijakan dan strategi yang diperlukan untuk menjamin pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, isu-isu yang dibahas dalam pertemuan tersebut meliputi, rencana kerja untuk memperkuat pengembangan dan pengelolaan perikanan, pemberantasan Illegal-Unreported-Unregulated (IUU) fishing, penguatan ketahanan pangan melalui intervensi perikanan, mempromosikan produksi pangan yang berkelanjutan melalui teknologi perikanan yang berkelanjutan dan dampak perubahan iklim terhadap perikanan dan akuakultur.

http://myphotovoltaicsolarpanels.com/gunter-pauli-the-blue-economy/

Gunter Pauli: The Blue Economy

Gunter Pauli has a dream. The Belgian economist and entrepreneur has a plan to develop 100 manufacturing innovations with viable business models that could generate 100 million jobs in 10 years. All with zero emissions and no waste. He calls it "The Blue Economy" with innovations covering the full gamut of industrial activity, from energy to mining, from medicine to banking… all of it inspired by science and biometrics. And Pauli isn't all talk… there's plenty of action in the many startup-style projects around the globe funded by his organisation Zero Emissions Research and Initiative, which is now a global network. Memorable achievements include recycling coffee waste for mushroom farming, making biodegradable detergent from discarded citrus peel, and the conversion of petrol stations into 'charge stations' for electric cars. His talk at Sydney University for Sydney Ideas is titled: "The Blue Economy: 10 Years, 100 Innovations, 100 Million Jobs". ASPO-Australia's Ian Dunlop makes an appearance on this video, assisting with the Q&A session towards the end of the talk.

Page 2: Kliping Ekonomi Biru 01

2

Gunter Pauli was born in Antwerp, Belgium. His entrepreneurial activities span business, culture, science, politics and the environment. He founded Zero Emissions Research Initiative (ZERI) and the subsequent Global ZERI Network which uses science and publicly available information to find and develop sustainable business solutions.

http://myphotovoltaicsolarpanels.com/blue-economy-world-summit-2012-english/

Blue Economy World Summit 2012 (English)

To celebrate the publication of 100 business models, Blue Economy is hosting an international summit for business(wo)men, politicians, investors, start-ups and promoters of sustainability, set to take place October 15 through 17: The „Blue Economy World Summit". The summit is an invitation to a joint unique excursion. Join us in discovering Blue Economy innovations from the areas of energy, e-mobility, food, water, materials and health. We especially want to empower the entrepreneurs of tomorrow to take their personal inspiration from our innovations and build network partnerships to design their own sustainable business concept. The Blue Economy World Summit 2012 is the third conference after Hawaii (2010) and Bhutan (2011). Each conference had its own and independent focus and fascination. Visit us at www.blueeconomy.eu (Sources World map by NASA visibleearth.nasa.gov

http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/7842/EKONOMI-BIRU-MENJADI-ARAH-KEBIJAKAN-PEMBANGUNAN-PERIKANAN/?category_id=34

06/06/2012 SIARAN PERS

No.B.75/PDSI/HM.310/VI/2012 EKONOMI BIRU MENJADI ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERIKANAN

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan berkonsentrasi dengan menata kembali pola pembangunan kelautan dan perikanan dengan mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan yang lebih menekankan pada “Ekonomi Biru (Blue Economy”). Konsep ini bertujuan untuk memberikan keuntungan yang berkelanjutan, disamping meningkatkan kesejahteraan kepada perusahaan nasional. Ekonomi biru juga menggambarkan sebagai langkah nyata pemerintah menuju pilar pembangunan yang berkelanjutan. Untuk itu, perlu melibatkan inovasi dalam melakukan bisnis pengembangan sumber daya laut Indonesia. Disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Gellwynn Jusuf dalam sidang pembukaan ASEAN Sectoral Working Group on Fisheries (ASWGi) ke-20 di Yogjakarta, Rabu(6/6). Dikatakan Gellwynn, ekonomi biru dapat dilihat sebagai tindakan yang bertumpu pada pengembangan ekonomi rakyat secara komprehensif guna mencapai pembangunan nasional secara keseluruhan. Pendekatan pembangunan berbasis ekonomi biru akan bersinergi dengan pelaksanaan triple track strategy, yaitu program pro- poor (pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan tenaga kerja) dan pro-environtment (melestarikan lingkungan). Terminologi ekonomi biru telah diangkat dalam berbagai kerjasama internasional, seperti pada pertemuan tingkat Senior Officials Meeting (SOM) for the Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Saat ini, sektor perikanan telah memainkan peran penting dalam memberikan kontribusi bagi perkembangan dan arah masa depan kerjasama ASEAN, khususnya dalam mempersempit kesenjangan pembangunan, mengurangi kemiskinan dan mencapai Millenium Development Goals (MDGs). Perkembangan ini dapat menjadi dasar penting dalam realisasi Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015, terutama melalui integrasi ekonomi regional dalam agroindustri dan perikanan, Keamanan Pangan Terpadu (AIFS), serta Rencana Strategis tentang Keamanan Pangan di Wilayah ASEAN (SPA-FS) 2006-2013. Jika ditilik, sektor perikanan dalam kawasan regional telah berkembang pesat kendati memiliki peluang dan tantangan. Apalagi hal ini dibarengi dengan tingginya permintaan yang terus tumbuh secara cepat untuk komoditi perikanan dikarenakan lonjakan pertumbuhan penduduk. Sektor perikanan dapat memainkan peran penting dalam memenuhi tuntutan baru. Namun di sisi lain, sektor ini juga mengalami tantangan besar dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, Sekjen menekankan pentingnya sentralitas ASEAN di dalam kerangka kerja sama regional. ASEAN memiliki komitmen untuk saling memperkokoh pondasi iklim perdagangan dan investasi yang membuka peluang lebih luas bagi aktivitas ekonomi intra-ASEAN. “Hal ini membuat ASEAN memiliki daya tarik tersendiri bagi negara-negara mitra,” tutur Gellwynn. Terkait hal itu, Gellwynn menekankan pentingnya kerjasama antar negara, seperti ASWGFi, sehingga diharapkan dapat mengambil langkah strategis mengenai isu-isu kunci on-board yang dihadapi sektor ini. Termasuk mengidentifikasi cara-cara inovatif untuk mempercepat hasil penelitian perikanan dan irit biaya, mempromosikan perdagangan ikan antar dan intra-daerah, serta membantu menyelaraskan kebijakan dan strategi yang diperlukan untuk menjamin pembangunan berkelanjutan. Selain itu, isu-isu yang dibahas dalam pertemuan tersebut meliputi, rencana kerja untuk memperkuat pengembangan dan pengelolaan perikanan, pemberantasan Illegal-Unreported-Unregulated (IUU) fishing, penguatan ketahanan pangan melalui intervensi perikanan, mempromosikan produksi pangan yang berkelanjutan melalui teknologi perikanan yang berkelanjutan dan dampak perubahan iklim terhadap perikanan dan akuakultur.

Page 3: Kliping Ekonomi Biru 01

3

Sebagai langkah nyata, KKP telah melaksanakan pelatihan “Regional Training Course for Capacity Building in Laboratory Diagnosis and Surveilance for IMNV in ASEAN Member Countries” bagi 12 negara anggota ASEAN pada 17 Oktober 2011 lalu di Serang. Pelatihan tersebut telah diikuti sebanyak 12 orang peserta perwakilan negara dari ASEAN, 2 orang pelatih (trainer), serta 1 orang staf ahli dari Indonesia. Negara-negara ASEAN yang mengikuti pelatihan tersebut meliputi Brunei, Kamboja, Laos, Vietnam, Indonesia, Myanmar, Filipina, Singapura, Indonesia dengan sumber pendanaan dari FAO Regional Asia Pacific. Terkait pengendalian penggunaan bahan kimia dan obat-obatan pada produk akuakultur asal Indonesia sudah sejalan dan sesuai dengan standar yang diberlakukan Uni Eropa. “Produk akuakultur Indonesia telah menjadi sebuah kebijakan nasional (National Residue Control Plan) yang tentunya sesuai dengan standar Uni Eropa,” jelas gellwynn. Indonesia telah mengharmonisasikan standar Good Aquaculture Practice National dengan standar Internasional yang tidak hanya dilihat dari aspek keamanan pangan tetapi juga memperhatikan aspek lainnya seperti aspek lingkungan, sosial dan kesejahteraan hewan dengan rujukan FAO dan ASEAN Shrimp Alliance (ASA). Disamping itu, pertemuan di tingkat ASEAN juga membahas perubahan iklim dan dampaknya terhadap perikanan berkelanjutan dan budidaya serta adaptasi dan mitigasi terhadap ketahanan pangan dalam mendukung perikanan dalam memberikan kontribusi untuk ASEAN Integrated Food Security (AIFS). Rencananya hasil pertemuan itu akan diserahkan ke Amerika Serikat, sebagai bahan informasi dan diskusi. Dijelaskan Gellwynn, untuk memperkuat keamanan dan sistem jaminan kualitas atas produk perikanan dapat dicapai melalui, kolaborasi kemitraan sehingga sektor perikanan dapat diarahkan dan dikembangkan bagi kepentingan masyarakat di ASEAN. Disamping itu, KKP tetap berkomitmen untuk memerangi maraknya IUU Fishing yakni, dengan meningkatkan kinerja operasional pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. Komitmen ini diwujudkan melalui pembenahan dan penguatan kelembagaan pengawasan di lokasi industrialisasi perikanan dan di daerah dengan tingkat kerawanan dan pelanggaran perikanan yang terbilang cukup tinggi. Hasilnya, pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan yang terus gencar dilaksanakan KKP berhasil menyelamatkan potensi kerugian negara sebanyak Rp 912 miliar dalam setahun (data Balitbang-KP tahun 2010). Belum lagi potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diperoleh dari kapal-kapal pelaku illegal fishing serta barang bukti ikan yang berhasil dirampas untuk negara. Kegiatan ASEAN Sectoral Working Group on Fisheries (ASWGi) sedianya akan dilaksanakan pada tanggal 4 hingga 8 Juni 2012. Kegiatan yang dihadiri 8 negara anggota ASEAN ini selama lima hari diyakini mampu menghasilkan rumusan dalam meningkatan peran ASEAN dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan di kawasannya, disamping meningkatkan perannya dalam percaturan pembangunan perikanan di tataran global.

Jakarta, 6 Juni 2012

Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi Indra Sakti, S.E, M.M Narasumber :

1. Dr. Gellwynn Jusuf Sekretaris Jenderal KKP (HP. 0816768499)

2. Indra Sakti, SE, MM Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi (HP.0818159705)

http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/7770/PERKUAT-EKSISTENSI-INDONESIA-IKUTI-PAMERAN-KELAUTAN-INTERNASIONAL-DI-KORSEL/?category_id=34

20/05/2012 - Kategori : Siaran Pers

No. B.71/PDSI/HM.310/V/2012

Siaran Pers

PERKUAT EKSISTENSI, INDONESIA IKUTI PAMERAN KELAUTAN INTERNASIONAL DI KORSEL

Pemerintah Indonesia terus berupaya mempertahankan ekstensinya di mata dunia internasional sebagai sebuah negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia serta memiliki keanekaragaman hayati laut terbesar (mega marine biodiversity) di dunia. Untuk itu, dibutuhkan sebuah strategi yang tepat dalam mempromosikan potensi laut Indonesia, disamping merebut peluang pasar produk perikanan di dunia internasional, salah satunya melalui keikutsertaan Indonesia dalam perhelatan akbar Expo 2012 Yeosu, Korea Selatan. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo yang diwakili oleh Inspektur Jenderal KKP, Andha Fauzie Miraza pada saat menghadiri dan merayakan Nasional Day Indonesia hari ini (20/5) di Paviliun Indonesia, mengatakan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam ajang ini adalah untuk membangun sebuah hubungan dan jejaring kerja sama internasional serta semua unsur yang terkait didalamnya. Ia juga berharap potensi sektor kelautan dan perikanan Indonesia dapat menjadi arus utama pertumbuhan ekonomi nasional dalam mendukung keamanan pangan.

Page 4: Kliping Ekonomi Biru 01

4

Sejalan dengan itu, maka ajang ini dirasa tepat sebagai sebuah sarana efektif dan efisien di dunia kelautan dan perikanan dalam mempercepat laju pertumbuhan pariwisata bahari. Keikutsertaan Indonesia dalam ajang ini juga bertujuan untuk mengangkat isu-isu kelautan ke kancah internasional serta dalam upaya memperkuat kapasitas Indonesia sebagai suatu bangsa yang tidak bisa dipisahkan dari sumberdaya alam yang ada, khususnya sumberdaya kelautan. Event yang akan berlangsung selama tiga bulan, dimulai tanggal 12 Mei hingga 12 agustus mendatang mengusung tema “Keindahan Indonesia : Memelihara Keragaman Tropis” (wonderful Indonesia : Sustaining Tropical Diversity).

Dalam kesempatan tersebut, Indonesia kembali menegaskan komitmennya terhadap kebijakan baru pembangunan ekonomi nasional, blue economy. Blue economy merupakan kebijakan yang berbeda dengan green economy yang lebih menekankan aspek lingkungan. Dalam blue economy, sumberdaya laut yang diolah akan dimanfaatkan secara optimal sebagai mainstream pembangunan ekonomi nasional. Dalam blue ekonomy, diperlukan inovasi, teknologi, dan pengetahuan sehingga sektor ini meningkatkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Dalam blue economy terdapat tiga pilar yang harus berjalan secara terintegrasi, yaitu ekosistem, ekonomi dan sosial sambung Andha.

Dalam upaya mempercepat pembangunan kelautan, salah satu caranya yakni dengan menarik para investor luar negeri agar mau menanamkan investasinya di sektor pariwisata bahari. Tak hanya itu, melalui partisipasi Indonesia pada pameran skala dunia ini akan memperkuat peran kebijakan politik kelautan Indonesia. Disamping itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan menekankan pentingnya keikutsertaan Indonesia dalam mengangkat konservasi sumberdaya kelautan dan pengembangan teknologi kelautan.

Dalam event akbar kali pertama di dunia ini, Pemerintah Indonesia akan mengemas event secara menarik dan unik. Untuk menyemarakkan anjungan tersebut, akan dilengkapi dengan teater D-MAX yang memiliki kapasitas 150 kursi serta menampilkan film yang bercerita tentang kekayaan biodiversitas laut Indonesia. Sehingga para pengunjung dapat menikmati pengalaman audio visual tentang Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia yang berada pada lintasan perairan strategis di kawasan asia pasifik. Sementara itu, berbagai kegiatan di anjungan Indonesia akan disesuaikan dengan visi Expo 2012 Yeosu. Dalam kegiatan ini, Paviliun Indonesia hingga hari ini telah dikunjungi sebanyak 28 ribu orang semenjak dibuka tanggal 12 Mei 2012 atau rata-rata pengunjung adalah 3-4 ribu orang per hari. Indonesia sendiri menargetkan sebanyak 300 ribu orang yang akan berkunjung ke paviliun selama berlangsungnya pameran ini.

Pameran berskala international yang diperkirakan dapat menampung hingga 8 juta pengunjung ini, diikuti lebih dari 130 negara. Adapun tujuan pameran ini adalah untuk mengajak manusia agar dapat membina hubungan yang harmonis dengan laut dan ekosistem secara keseluruhan. Sehingga pameran internasional itu sangat potensial bagi pasar produk Indonesia yang memang memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara lain. Sehingga tepat bila dikatakan ajang ini sebagai jendela bagi Indonesia yang dikenal memiliki potensi sumber daya kelautan dan perikanan kaya dan beranekaragam, agar dapat mendongkrak pemasaran produk unggulan kelautan dan perikanan yang dihasilkan sektor kelautan dan perikanan.

Perlu diketahui sebagai ciri khas dari anjungan Indonesia, maka Indonesia memilih Ikan purba Coelacanth menjadi sebuah maskot. Coecalanth yang dikenal dengan sebutan ikan raja laut yang terdaftar dalam spesies dilindungi pada CITES Appendix 1. Ikan raja laut diduga punah sejak 80 tahun lalu yang ditemukan di dekat Pantai Malalayang, Manado, Sulawesi Utara. Maskot tersebut dipilih dalam rangka memperkenalkan keindahan alam laut, kekayaan samudera beserta ragam budayanya dan peninggalan tradisinya.

Pameran berskala internasional ini juga dapat sebagai akses terhadap informasi pasar, teknologi, dan modal, sehingga Indonesia mampu memenuhi permintaan pasar khususnya pasar global. Selain itu, Pemerintah Indonesia akan bekerja sama melalui badan-badan riset di Indonesia dengan para pakar internasional yang memungkinkan untuk melakukan alih teknologi dan konsolidasi nasional, demi mengembangkan kapasitas dan kepakaran bidang kelautan di seluruh tanah air. Indonesia juga berharap usai pelaksanaan expo ini, kerjasama kelautan Indonesia dengan dunia internasional, khususnya dengan Korea Selatan akan semakin meningkat ucap Fauzi.

Selain itu, pada Expo Yeousu 2012 di Korea Selatan diharapkan akan melahirkan Yeousu Declaration bersama komunitas international sebagai bentuk penegasan terhadap kesepakatan bersama untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Indonesia sendiri memiliki posisi sebagai produsen hasil perikanan sekaligus juga konsumen produk perikanan dunia. Posisi Indonesia sebagai negara konsumen besar ini, dengan penduduk yang saat ini sekitar 240 juta orang, adalah pasar potensial bagi berbagai produk dunia, termasuk produk perikanan. Oleh karena itu, jaminan mutu dan peningkatan nilai tambah produk menjadi salah satu kunci dalam memenangkan persaingan di era perdagangan global. Produk perikanan nasional harus memiliki kualitas yang baik dan seragam, juga produk harus tersedia secara teratur, berkesinambungan dan dapat disediakan secara massal.

Seperti diketahui Indonesia memiliki wilayah pesisir yang paling rumit (kompleks) di dunia, mulai dari geologi, oseanografi, sampai kekayaan keanekaragaman hayati. Maka dari itu, Partisipasi Indonesia dalam ajang ini sangat potensial sebagai tempat bertukar informasi dan teknologi mengenai pengembangan teknologi kelautan untuk masa depan yang lebih canggih dan ramah lingkungan. Sejalan dengan itu, Indonesia berkesempatan untuk menjual produk-produk andalan. Oleh karena itu, sepatutnya ajang ini dapat menjadi kesempatan emas.

Pameran ini juga dapat menjadi sebuah media strategis dalam membangun citra positif bagi Indonesia sekaligus turut mendukung kelestarian di bidang kelautan dan pesisir dunia. Pada expo 2012 Yeosu telah dibangun Anjungan Indonesia di blok

Page 5: Kliping Ekonomi Biru 01

5

pasifik untuk memamerkan berbagai sisi kebaharian serta perkembangan kelautan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Selain kekayaan kelautan dan perikanan, Indonesia kaya akan 500 ragam suku bangsa yang berbicara dalam 730 bahasa, keunikan budaya ini menjadi daya tarik serta menjadi identitas Indonesia di kancah dunia.

Perlu diketahui, Expo 2012 Yeosu Korea mempunyai tiga visi yakni, Visi Konservasi Samudera, Visi Pertumbuhan Hijau dan Visi Kerja sama internasionl. Pameran, yang akan diadakan pada dataran seluas 2.71 juta meter persegi (670 hektar) dari kota pelabuhan selatan di negeri ginseng, terdapat sekitar 400 pertunjukan lebih dari 8 ribu kali selama periode pameran 93 hari, yang berarti setidaknya 100 pertunjukan akan ditampilkan setiap hari. Lebih lanjut, Pameran Yeousu merupakan sarana komunikasi yang sangat efektif dengan para calon pembeli internasional. Di pameran ini memungkinkan para peserta untuk masuk kepasar global melakukan kontak dagang dengan para potensial buyers.

Sementara itu, Pemerintah Korea sendiri menargetkan penghasilan yang didapat dari Expo 2012 Yeousu Korea adalah sebesar 12,2 triliun dolar Amerika dan dari produksi nasional negara Korea sebesar 5,7 triliun dolar Amerika. Sedangkan Maskot yang dipilih yaitu Yeony dan Sunny. Yeo artinya Indah dan Su artinya air. Maskot ini adalah bentuk hidup dari plankton sebagai sumber makanan utama di laut. Biru Yeony melambangkan air laut dalam dan merah Sunny melambangkan organisme yang hidup di laut.

Indonesia Day di Yeosu Expo 2012, dijadikan sebagai momentum untuk kebangkitan kelautan Indonesia. Dalam acara ini, disamping hadir Inspektur Jenderal KKP, Andha Fauzie Miraza yang mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan, juga hadir Duta Besar Indonesia untuk Korea, Nicholas Tandi Damen; Commissioner Expo 2012 Yeosu, Lee Joon-hee; Gubernur Jeollanam-do, Joon-yung, serta perwakilan negara peserta Yeosu Expo 2012.

Jakarta, 20 Mei 2012

Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi

Indra Sakti, SE, M

Narasumber:

1. Andha Fauzie Miraza, AK., M.SIS

Inspektur Jenderal KKP (HP.081381911119)

2. Indra Sakti, SE, MM

Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi (HP.0818159705)

http://www.bbrse.kkp.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=272&Itemid=142

Pengembangan Blue Economy dalam Pembangunan Kelautan dan Perikanan

Blue economy merupakan dinamika pemikiran konsep atau pendekatan pembangunan terbaru yang kini sedang berkembang, untuk membidik paling tidak tiga kepentingan: penumbuhan ekonomi, pensejahteraan masyarakat dan penyehatan lingkungan.

Sebagai upaya untuk mengembangkan blue economy di Indonesia, Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP) Balitbang Kelautan Perikanan (KP) akan menyelenggarakan sebuah workshop yang menghubungkan sejumlah lembaga pemerintah dan organisasi yang memiliki ketertarikan terhadap isu tersebut. Pada kesempatan ini diharapkan diperoleh kesepakatan tentang konsep dan implementasi blue economy di Indonesia.

Acara Workshop “Blue Economy” BBPSEKP Balitbang KP akan di selenggarakan :

Tanggal : 23 April 2012

Tempat : IPB International Convention Center, Botanical Square Building, Bogor

Nara Sumber : 1. Prof. Rokhmin Dahuri (Institute Pertanian Bogor)

2. Dr. Agus Heri Purnomo (Kepala BBPSEKP)

3. Dr. Ir. Sri Yanti JS, MPM (Direktur Kelautan dan Perikanan, Bappenas)

4. Ina Pranoto, M.Sc (World Bank)

5. Verania Andriani, Ph. D (UNDP Indonesia)

Tujuan Workshop untuk mendapatkan masukan untuk perbaikan draft kerangka dan konsep Blue Economy sehingga dapat diimplementasikan di Indonesia dan rencana aksi untuk pilot project blue economy di Teluk Tomini.