Klasifikasi Resin Komposit

10
1.4. Klasifikasi Resin Komposit Klasifikasi resin komposit berdasarkan bahan activator- inisiator: 1. Resin yang diatifkan secara kimia Bahan yang diaktifkan secara kimia dipasok dalam 2 pasta, satu mengandung inisiator benzoil peroksida dan lainnya activator amin tersier (N,N-dimetil-p-toluidin). Bila kedua pasta diaduk, amin bereaksi dengan benzoil peroksida untuk membentuk radikal bebas, dan polimerisasi tambahan dimulai. Bahan-bahan ini biasanya digunakan untuk restorasi dan pembuatan inti yang pengerasannya tidak dengan sumber sinar. 2. Resin yang diakifkan dengan sinar Sinar tampak digunakan untuk mengaktifkan polimerisasi dari resin komposit. Komposit yang diaktifkan dengan sinar tampak lebih luas penggunaannya dibandingkan bahan yang diaktifkan secara kimia. Komposit gigi mengeras dengan sinar dipasok sebagai pasta tunggal dalam suatu semprit. Radikal bebas pemulai reaksi, terdiri atas molekul fotoinisiator dan activator amin, terdapat dalam pasta ini. Bila kedua komponen dibiarkan tidak terpapar sinar, komponen tersebut tidak berinteraksi. Namun, pemaparan terhadap sinar dengan panjang gelombang yang tepat (468 nm) merangsang fotoinisiator dan interaksi dengan amin untuk membentuk radikal bebas yang mengawali polimerisasi tambahan. Fotoinisiator yang umum digunakan adalah champoroquinone, yang memiliki penyerapan berkisar 400 dan 500 nm yang berada pada region dari spectrum sinar tampak.

description

klasifikasi serta indikasi dan kontraindikasi RESIN KOMPOSIT

Transcript of Klasifikasi Resin Komposit

Page 1: Klasifikasi Resin Komposit

1.4. Klasifikasi Resin Komposit

Klasifikasi resin komposit berdasarkan bahan activator-inisiator:

1. Resin yang diatifkan secara kimia

Bahan yang diaktifkan secara kimia dipasok dalam 2 pasta, satu mengandung inisiator

benzoil peroksida dan lainnya activator amin tersier (N,N-dimetil-p-toluidin). Bila kedua

pasta diaduk, amin bereaksi dengan benzoil peroksida untuk membentuk radikal bebas,

dan polimerisasi tambahan dimulai. Bahan-bahan ini biasanya digunakan untuk restorasi

dan pembuatan inti yang pengerasannya tidak dengan sumber sinar.

2. Resin yang diakifkan dengan sinar

Sinar tampak digunakan untuk mengaktifkan polimerisasi dari resin komposit.

Komposit yang diaktifkan dengan sinar tampak lebih luas penggunaannya dibandingkan

bahan yang diaktifkan secara kimia. Komposit gigi mengeras dengan sinar dipasok

sebagai pasta tunggal dalam suatu semprit. Radikal bebas pemulai reaksi, terdiri atas

molekul fotoinisiator dan activator amin, terdapat dalam pasta ini. Bila kedua komponen

dibiarkan tidak terpapar sinar, komponen tersebut tidak berinteraksi. Namun, pemaparan

terhadap sinar dengan panjang gelombang yang tepat (468 nm) merangsang fotoinisiator

dan interaksi dengan amin untuk membentuk radikal bebas yang mengawali polimerisasi

tambahan.

Fotoinisiator yang umum digunakan adalah champoroquinone, yang memiliki

penyerapan berkisar 400 dan 500 nm yang berada pada region dari spectrum sinar

tampak. Inisiator ini ada dalam pasta sebesar 0,2% berat. Juga ada sejumlah akselerator

amin yang cocok untuk berinteraksi dengan cchamproroquinone seperti dimetilaminoetil

metakrilat 0,15% berat, yang ada dalam pasta.

Klasifikasi resin berdasarkan ukuran rata-rata bahan pengisi partikel utama.

1. Komposit Tradisional

Komposit tradisional juga disebut komposit konvensional atau komposit berbahan

pengisi makro karena ukuran partikel bahan pengisi relative besar. Karena bahan-bahan

ini bukanlah bahan yang biasa digunakan lagi, istilah konvensional harus diganti dengan

tradisional. Bahan pengisi yang paling sering digunakan untuk bahan komposit ini adalah

quartz giling. Meskipun ukuran rata-rat partikel 8-12 µm, partikel sebesar 50 µm

mungkin juga ada. Banyaknya bahan pengisi umumnya 70-80% berat atau 60-65%

Page 2: Klasifikasi Resin Komposit

volume. Partikel pengisi terpapar, beberapa cukup besar, dikelilingin oleh sejumlah besar

matriks resin.

2. Komposit Berbahan Pengisi Partikel Kecil

Komposit berbahan pengisi kecil dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan

permukaan dari komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan atau

bahkan meningkatkan sifat mekanis dan fisik komposit tradisional. Untuk tujuan ini,

bahan pengisi anorganik ditumbuk menjadi ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan

yang biasa digunakan dalam komposit tradisional.

Rata-rata ukuran bahan pengisi komposit berukuran 1-5 µm, tetapi penyebaran ukuran

amat besar. Distribusi ukuran partikel yang luas ini memungkinkan tingginya muatan

bahan pengisi, dan komposit berbahan pengisi partikel kecil umumnya mengandung

bahan pengisi anorganik yang lebih banyak (80% berat dan 60-65% volume)

dibandingkan dengan komposit tradisional. Ini khususnya berlaku untuk bahan yang

dirancang bagi restorasi posterior.

Beberapa komposit berbahan pengisi partikel kecil menggunakan quartz sebagai

bahan pengisi, tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat. Matriks

resin dari bahan ini serupa dengan komposit berbahan pengisi mikro dan tradisional.

Bahan pengisi utama terdiri atas partikel tumbuk dilapisi silane. Silica koloidal umumnya

ditambahkan dalam jumlah sekitar 5% berat untuk menyesuaikan kekentalan pasta.

3. Komposit Berbahan Pengisi Mikro

Dalam usaha mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit tradisional,

dikembangkan suatu bahan yang menggunakan partikel silica koloidal sebagai bahan

pengisi anorganik. Partikel individu berukuran 0,04 µm. Konsep komposit dengan bahan

pengisi mikro mendukung pengikatan resin dengan bantuan bahan pengisi, sehingga

komposit ini menunjukkan suatu permukaan yang halus serupa denan yang diperoleh dari

tambalan resin akrilik langsung tanpa bahan pengisi.

Partikel silica koloidal yang kecil ini cenderung menggumpal. Selama pengadukan,

sebagian penggumpalan pecah. Secara tidak sengaja, penggumpalan membentuk ukuran

sebesar 0,04-0,4 µm.

Amatlah ideal bila bahan pengisi silica koloidal ini dapat ditambahkan dalam jumlah

besar secara langsung terhadap matriks resin. Namun, ini adalah tidak mungkin, karena

Page 3: Klasifikasi Resin Komposit

besarnya areas permukaan yang harus dibasahi oleh matriks resin dapat menyebabkan

penebalan yang tidak semestinya meskipun dengan penambahan bahan pengisi yang amat

sedikit. Meskipun beberapa pendekatan dapat digunakan untuk meningkatkan muatan

bahan pengisi, masing-masing mengorbankan konsep ideal dari suatu resin yang diisi

dengan hamburan silica koloidal. Salah satu pendekatan adalah melelehkan silica koloidal

sehingga diperoleh partikel sebesar sepersepuluh micron. Penggumpalan yang lebih besar

ini menyebabkan penurunan area permukaan, memungkinkan lebih banyak bahan pengisi

menyatu dengan tanpa terlalu banyak mempengaruhi daya aliran bahan (reologi).

4. Komposit Hibrid

Katagori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperoleh kehalusan

permukaan yang lebih baik daripada komposit partikel kecil sementara mempertahankan

sifat komposit partikel kecil tersebut. Komposit hybrid dipandang sebagai bahan yang

memiliki estetika setara dengan komposit berbahan pengisi mikro untuk penggunaan

restorasi anterior.

Seperti yang terlihat dari namanya, ada 2 jenis partikel pengisi dalam komposit

hybrid. Kebanyakan bahan pengisi hybrid modern terdiri atas silica koloidal dan partikel

kaca yang dihaluskan, yang mengandung logam berat, yang mengisi kandungan bahan

pengisi sebesar 75-80% berat. Kaca mempunyai ukuran partikel rata-rata 0,6-1 µm. Pada

distribusi yang tipikal, 75% dari partikel yang dihaluskan lebih kecil dari 1,0 µm. Silika

koloidal membentuk 10-20% berat dari seluruh kandungan bahan pengisi. Dalam keadaan

ini, bahan pengisi mikro juga berpengaruh nyata pada sifat bahan. Partikel pengisi yang

lebih kecil, begitu juga sejumlah besar bahan pengisi mikro, akan meningkatkan daerah

permukaan. Jadi, seluruh muatan pengisi tidak sebanyak muatan pengisi pada beberapa

komposit berbahan pengisi partikel kecil.

1.5. Keuntungan dan kerugian Resin Komposit

1) Kelebihan Resin Komposit

Daya tahan 3,3 – 16 tahun (Crim, ‘91)

Pengantar panas yang buruk

Tidak menimbulkan arus galvanis

Biokompatibel. Ditinjau darisegi iriyasi pulpa komposit lebih baik dari semen silikat

maupun akrilik tanpa bahan pengisis

Pembuangan jaringan sehat tidak banyak

Estetik memuaskan

Page 4: Klasifikasi Resin Komposit

Mempunyai ekspansi termis lebih kecil dari pada unfilled resin

Kebanyakan komposir adalah radiopak

2) Kekurangan Resin Komposit

Mengkerut (kontraksi) saat reaksi polimerisasi volume menyusut 2,6 – 7 % akibatnya

adalah:

Timbul celah / gap antara tumpatan & jaringan gigi sehingga pada tumpatan

terjadi kebocoran mikro secara klinis terlihat perubahan warna dan timbul

rasa sakit (sensitif) setelah penumpatan

Tepi tumpatan akan retak & terlepas dari dinding email sehingga timbul celah

mikro dengan akibat :

mudah menimbulkan kepekaan

perubahan warna

invasi bakteri

karies sekunder

Koefisien muai resin komposit 6 kali lebih. besar dari jaringan gigi (Craig ’96) pada

perubahan suhu resin komposit akan mengembang atau menyusut dalam proporsi

lebih besar daripada jaringan gigi.

Mekipun memiliki estetis yang sangant baik pada mulanya, bahan ini dapat berubah

warna setelah pemakaian yang lama. Juga adanya penumpukan plak dapat

menyebabkan terjadinya perubahan warna.

Pada kebanyakan komposit sukar mendapatkan hasil permukaan yang halus dengan

memakai teknik aberasi dan pemolesan. Juga terjadi aberasi pada saat pemakaian

sehingga membuat permukaan restorasi menjadi kasar.

1.6. Indikasi dan Kotraindikasi Resin Komposit

Menurut ADA (american dental associaton), Indikasi Resin Komposit adalah :

1) Resin preventive pada pit dan fisur

Preventive resin restoration merupakan suatu prosedur klinik yang digunakan

untuk mengisolasi pit dan fisur dan sekaligus mencegah terjadinya karies pada pit

dan fisur dengan memakai tehnik etsa asam. Tehnik ini diperkenalkan pertama

kali oleh Simonsen pada tahun 1977, meliputi pelebaran daerah pit dan fisur

kemudian pembuangan email dan dentin yang telah terkena karies sepanjang pit

dan fisur. Tujuan dari restorasi pencegahan (resin preventive) adalah untuk

menghentikan proses karies awal yang terdapat pada pit dan fisur, terutama pada

gigi molar permanen yang memiliki pit dan fisur, seklaigus melakukan tindakan

pencegahan terhadap karies pada pit dan fisur yang belum terkena karies pada

gigi yang sama. Pit dan fisur yang dalam dan sempit atau pit dan fisur yang

Page 5: Klasifikasi Resin Komposit

memiliki bentuk seperti leher botol, secara klinis merupakan daerah yang sangat

mudah terserang karies, karena sewaktu gigi disikat bagian dalam pit dan fisur

tidak dapat dijangkau oleh bulu sikat gigi (Yoga, 1997).

2) Lesi awal kelas I dan II yang menggunakan modifikasi preparasi konservatif

Restorasi yang berukuran kecil dan sedang, terutama dengan margin email

Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama ketika

mempertimbangkan segi estetik

Restorasi yang tidak menyediakan seluruh kontak oklusal

Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang berat

Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan

Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan mahkota

Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa struktur gigi

yang melemah

Jarak faciolingual preparasi kavitas tidak melebihi 1/3 jarak intercuspal.

(Summit dkk, 2001)

3) Restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika

Sejalan dengan kesadaran pasien akan pentingnya faktor estetika suatu

restorasi gigi, penggunaan bahan restorasi estetik mengalami peningkatan. Resin

komposit merupakan material restorasi yang paling pesat perkembangannya

dibandingkan material restorasi sewarna gigi lainnya, seperti : silikat, resin akrilik

dan semen ionomer kaca. Hal ini dikarenakan karakteristik tertentu dari resin

komposit seperti warnanya yang hampir menyerupai warna gigi, tidak larut dalam

cairan mulut, dan kemampuannya berikatan dengan gigi secara mikromekanis.

4) Restorasi pada pasien yang alergi atau sensitivitas terhadap logam

Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam

yang terkandung dalam bahan tambal seperti amalgam. Selain itu, beberapa waktu

setelah penambalan, pasien seringkali mengeluhkan rasa sensitif terhadap rangsang

panas atau dingin.

Menurut ADA(American Dental Assosiciaton) kontraindikasi dari Resin

Komposit adalah:

1) Tekanan oklusal yang besar

Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin komposit

sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit mempunyai kekuatan

menahan tekanan oklusi lebih rendah dibandingkan amalgam. Tumpatan

Page 6: Klasifikasi Resin Komposit

menggunakan komposit pada gigi posterior akan cepat rusak pada pasien dengan

tenaga pengunyahan yang besar atau bruxism.

2) Tempat atau area yang diisolasi

Resin komposit tidak dianjurkan untuk diaplikasikan pada dinding kavitas

yang hanya terdapat sedikit, atau sama sekali tidak ada email. Lalu, pada penggunaan

bahan restorasi resin komposit, daerah operasi harus sama sekali terbebas dari

kontaminasi cairan seperti saliva atau darah.

3) Pasien dengan alergi atau sensitivitas terhadap material komposit.

Reaksi alergi yang dilaporkan akibat penggunaan bahan resin komposit sangat

sedikit. Sensitifitas setelah pembuatan restorasi gigi dengan bahan resin komposit

jarang ditemui. Namun, perlekatan monomer resin pada beberapa individu dapat

menyebabkan reaksi alergi. Selain itu, beberapa laporan menyebutkan bahwa sering

terjadi reaksi alergi berupa dermatitis pada jari dokter gigi yang berkontak langsung

dengan monomer yang tidak bereaksi.