Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

39
TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL PHOTOGRAPH A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH VAN ZUIDAM KLASIFIKASI MEDAN UNTUK MATERIAL PERMUKAAN (SIRTU) Sebuah peta dan daftar keterangannya dapat berupa suatu gabungan dari bentuk wilayah atau hasil inverntarisasi geomorfologi dimana beberapa bentuk material permukaan dapat ditemukan seperti material permukaan yang dapat digunakan untuk kontruksi bangunan, jembatan, dan jalan. Material- material tersebut antara lain: 1. Material lempung berdebu (sandy silts) dan material lempung (clay) dapat dimanfaatkan untuk pembuatan batu bata 2. Batu pasir (sandstone) dapat digunakan sebagai material pembangunan gedung. 3. Jenis batuan dolorite (batuan basalt) dapat digunakan untuk pembangunan permukaan jalan. 4. Bahan sedimen dari fluvial, fluvio-glasial, dan bahan deposit laut dapat digunakan untuk pembuatan trotoar dan beton 5. Sumber daya mineral lainnya. Ketersediaan atau ketidakketersediaan material tertentu untuk pembangunan akan mempengaruhi pemilihan perencanaan karena tipe dari material bahan bangunan dan karakternya menentukkan kesesuaian untuk tujuan rekasa tertentu. Survei lokasi material dalam konstruksi bangunan erat kaitannya dengan pendekatan geomorfologi karena material bangunan pada umumnya berasosiasi dengan bentuk lahan KLASIFIKASI MEDAN UNTUK MATERIAL GEOMORFOLOG MATERIAL BAHAN BANGUNAN KERJA REKAYASA :

description

sirtu

Transcript of Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

Page 1: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

KLASIFIKASI MEDAN UNTUK MATERIAL PERMUKAAN (SIRTU)

Sebuah peta dan daftar keterangannya dapat berupa suatu gabungan dari bentuk wilayah atau hasil inverntarisasi geomorfologi dimana beberapa bentuk material permukaan dapat ditemukan seperti material permukaan yang dapat digunakan untuk kontruksi bangunan, jembatan, dan jalan. Material-material tersebut antara lain:1. Material lempung berdebu (sandy silts) dan material lempung (clay)

dapat dimanfaatkan untuk pembuatan batu bata2. Batu pasir (sandstone) dapat digunakan sebagai material

pembangunan gedung.3. Jenis batuan dolorite (batuan basalt) dapat digunakan untuk

pembangunan permukaan jalan.4. Bahan sedimen dari fluvial, fluvio-glasial, dan bahan deposit laut dapat

digunakan untuk pembuatan trotoar dan beton5. Sumber daya mineral lainnya.

Ketersediaan atau ketidakketersediaan material tertentu untuk pembangunan akan mempengaruhi pemilihan perencanaan karena tipe dari material bahan bangunan dan karakternya menentukkan kesesuaian untuk tujuan rekasa tertentu. Survei lokasi material dalam konstruksi bangunan erat kaitannya dengan pendekatan geomorfologi karena material bangunan pada umumnya berasosiasi dengan bentuk lahan

Contoh : Teras sungai biasanya mengandung banyak material berpasir atau kerakal

KLASIFIKASI MEDAN UNTUK MATERIAL PERMUKAANGEOMORFOLOGI

MATERIAL BAHAN BANGUNAN

KERJA REKAYASA : PERANCANGAN

Page 2: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Survei lokasi material permukaan untuk bahan bangunan dilakukan dengan mendasarkan pada:

a. Peta geologikal, peta tanah dan informasi yang tersedia mengenai singkapan batuan

b. Interpretasi foto udara

Beberapa contoh dari jenis-jenis material tersebut dapat dilihat melalui keterangan berikut:1. Material lempung berdebu (sandy silts) yang berwarna kehitaman dan

material lempung yang berasal dari lapisan inter-pedimental yang mengisi lembah, yang biasanya terletak dekat dengan dongas (selokan) dapat menjadi bahan pembuatan batu bata. Cara pengolahannya dapat dilakukan dengan penyaringan dan pencucian. Selanjutnya diletakkan pada media pembuatan cetakan batu bata. Batu bata dikeringkan dengan cara oven atau dibakar sampai berubah warna menjadi kemerahan, yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai bahan material bangunan rumah.

2. Lempengan batu gamping yang kurang padat yang cenderung terdapat di dasar lembah yang biasanya lebih mudah untuk digali dan diangkut dapat juga digunakan untuk bahan kontruksi.

3. Material lapukan dolorit terdiri dari ukuran kecil dan sedang. Batu tersebut dapat diangkat, disaring, dan dihancurkan, sehingga dapat berfungsi sebagai materal pembangunan permukaan jalan. Biasanya, melalui tinjauan lapangan dan hasil analisis laboratorium, dapat ditentukan lokasi yang memiliki banyak kandungan material tersebut.

4. Material dari fluvial, fluvio-glasial, dan lapisan deposit laut terdiri dari pasir dan kerikil dapat berfungsi untuk bahan kontruksi. Percampuran antara kerikil, pasir dan kuarsa ukuran sedang dalam rasio 40-60% sangat cocok untuk pembuatan beton, deviasi dari rasio tersebut mengahsilkan limbah. Material fluvio-glasial yang angular juga berfungsi untuk penggunaan lain.

Page 3: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

5. Sumber daya mineral biasanya berada dipermukaan yang dapat diidentifikasi melalui foto udara. Keberadaannya biasanya berhubungan bentuk topografi. Contohnya adalah:a. Pada daerah endapan terdapat serbuk emas pada deposit teras

fluvial.b. Bahan hasil pelapukan contohnya bauksit dan kaolin berada di

daerah lapisan tua.c. Pada basin deposit terdapat gambut dan batuan garam.d. Daerah vulkanik mengandung sulfure. Daerah patahan dan pengayaan mengandung aspal dan besi.

A. SIRTUSirtu adalah singkatan dari pasir batu. Sirtu terjadi karena

akumulasi pasir dan batuan yang terendapkan di daerah-daerah relatif rendah atau lembah. Sirtu biasanya merupakan bahan yang belum terpadukan dan biasanya tersebar di daerah aliran sungai. Sirtu juga bisa diambil dari satuan konglomerat atau breksi yang tersebar di daerah daratan (daerah yang tinggi).

Sirtu berasal dari dua bagian yang yang berukuran besar merupakan material dari batuan beku, metamorf dan sedimen. Sedangkan berukuran halus terdiri pasir dan lempung. Seluruh material tersebut tererosi dari batuan induknya bercampur menjadi satu dengan material halus. Kuatnya proses ubahan atau pelapukan batuan dan jauhnya transportasi sehingga material batuan berbentuk elip atau bulat dengan ukuran mulai kerikil sampai bongkah.

Penggunaan sirtu terbatas sebagai bahan bangunan terutama untuk campuran beton, sedang penggalian sering dilakukan dengan secara tradisional tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Sirtu yang lepas sangat baik untuk bahan pengeras jalan biasa maupun jalan tol, dan airport. Selain itu dapat pula dipergunakan dalam campuran beton, aspal/hotmix, plester, bahan bangunan dan tanah urug.

A.1. Asal MulaSirtu adalah singkatan dari pasir batu, karena komposisi ukuran

butir yang tidak seragam. Sirtu terjadi karena akumulasi pasir dan batuan yang terendapkan di daerah-daerah relatif rendah atau lembah. Sirtu yang terdapat di beberapa wilayah umumnya berasal dari pasir dan batuan gunungapi, bersifat andesitik dan sering bercampur dengan pasir batu apung.

Sirtu biasanya merupakan bahan yang belum terpadukan dan biasanya tersebar di daerah aliran sungai. Sirtu juga bisa diambil dari

Page 4: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

satuan konglomerat atau breksi yang tersebar di daerah daratan (daerah yang tinggi).

Sirtu berasal dari dua bagian yang yang berukuran besar merupakan material dari batuan beku, metamorf dan sedimen. Sedangkan berukuran halus terdiri pasir dan lempung. Seluruh material tersebut tererosi dari batuan induknya bercampur menjadi satu dengan material halus. Kuatnya proses ubahan atau pelapukan batuan dan jauhnya transportasi sehingga material batuan berbentuk elip atau bulat dengan ukuran mulai kerikil sampai bongkah.

Biasanya sirtu diendapkan pada lingkungan air seperti sungai, danau maupun laut dikenal dengan sebutan aluvium. Kenampakan sirtu saat ini adalah sesuatu yang tidak padu antara meterial batuan dengan halusnya. Bila endapan aluvium ini sudah terbentuk dengan ketebalan dan penyebaran yang sangat luas, bersamaan dengan berjalannya waktu dan proses geologi yang berkerja sehingga kenampakan batuan ini sudah berada pada daerah ketinggian atau bukit. Nama sirtu pun beralih menjadi konglomerat karena batuan tersebut sudah padu menjadi satu antara material batuan dengan material halusnya.

A.2. NamaSirtu merupakan singkatan dari pasir diambil sir dan batu

diambiltu sehingga singkatannya menjadi sirtu. Istilah sirtu telah dikenal oleh orang teknik terutama yang berkecimpung dan bidang fisik jalan maupun pembangunan gedung. Sirtu biasanya diambil dari endapan sungai atau yang terdapat digunung tetapi materialnya sudah berkomposisi seperti sirtu dari sungai.

A.3. Sifat Fisik Sirtua. Agregat pasir memenuhi persyaratan di bawah ini :

Agregat pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras dengan indikasi  kekerasan

Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal Agregat pasir tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak

beton, seperti zat-zat yang reaktif alkalib. Agregat lempung memenuhi persyaratan di bawah ini :

Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak

Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat kering)

c. Agregat batuan memenuhi persyaratan di bawah ini :

Page 5: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Ukuran maksimum, ft2            : 75 (ASTM C615-80) Densitas lbs/ ft2                       : (ASTM C-97)

- Rendah                              : 150- Minimal diinginkan  : 160- Tinggi                                : 190

Paduan antara material yang besar-besar seperti material batuan dan material pasir serta material lempung. Material batuan beku sangat baik untuk bahan pondasi bangunan ringan - sedang, sedangkan material halus sangat baik untuk pengisi celah dan batuan bangunan.

A.4. PenyebaranSirtu tersebar luas di wilayah Indonesia, terutama di sekitar daerah

aliran sungai dan pedataran. Daerah penyebaran sirtu dapat di lihat pada Tabel 3.

Tabel 1. Lokasi keterdapatan sirtu di IndonesiaProvinsi Lokasi

Sumatera Utara S. Alasa. S. Bogali, S. Moi, S. Oyo,  S. LoouDI. Aceh Samadua, Sawang, Labuhan Haji Barat, Kluet

Utara, Pasie Raja, Kluet Selatan, Kluet Tengah, Kluet TimurDesa Kampung Baru, Desa Sikoran, Desa Biskang, Desa Sianjo-anjo, Desa Lae Sipola, Desa Lae Raso, Desa Kuala Makmur, Desa Luan Balu, Desa Lasingalu, Desa Simpang Abail, Desa Suak Bulu, Desa Enao, Desa Lataling, Desa Labuan Bakti

Lampung Way Seputih, Way Saru Balah, Way Bambang, S. Semaka, Way Bandung, Way Laay/Menterang, Waigalih, Merbau, Mataram Way Tenumbang, Way Pedada, Way Laay, Dusun Tembaka, Way Gedau, Way Baturaja, Way Melesom, Way Kenda way, Desa Bambang, Way Malaya, Way Halami, Sungai Manula, Way Mincang, Desa Putih Doh, Way Cangkanan, Way Semaka, Way Semuong, Desa Siring Betah, Way Belu, Desa Belu, Way Maja II, Way Lalaan, Desa Piabung, Way Tebu, Desa Purwodadi

Riau Rantau Kasai, Bangun Purba Timur Jaya, Sungai Napal, Menaming, Ujungbatu, Rokan, Batulangkah

Banten S. Cisimeut, S. Ciujung, S. Cidikit, Cimandur, Cihara, Cileles, S. Cilembar, S. Cibubgur, S. Ciliman, Cikapar, Teluk Naga, Curug, Cikupa, Pasir Keris, Jatiuwung, Balaraja, Sepatan, Legok, Serpong, Ciputat, S. Ciujung, S. Cisadane, G.

Page 6: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Provinsi LokasiKarang, G. Gede, Cimarga, Rajeg, Benda, Curug, Cipondoh

Jawa Barat Lembang, Nanjung, Banjaran, Cililin, Garut, Tarogong, Cileungsi, Cicurug, Cibatu, Cimalaka, Cibulu, Cipeles, Tomo, Sinar Galih, Cikondang, Cimarta, Wirareja, Purwakarta, Pacing, Kalimanti, S. Cisanggarung, S. Cilutung, S. Cisadane, Cibarusah, Toklet, Cisereh, Sekitar kawasan sayap Gn. Galunggung, Cipatujah, Cianjur, Sukabumi, Bogor, Purwakarta, Karawang, Subang, Tasikmalaya

Jawa Tengah Bantar Kawung, Kaligung, Sendang, Bantir, K. Pemali, K. Serayu, K. Patebon, K. Progo, Tegarejo, K. Pabean, Mojosari, K. Jebol, Sungai Tajum, Logawa, Krukut, Banjaran

Jawa Timur K. Perang, K. Bangkok, K. Lesti, Pronojiwo, Petajun, Penanggal, Jaglo, K. Mujur, Padang Sari, K. Porong, K. Bengawan Solo, K. Musir, K. Brantas, K. Gumbalo, K. Porong, K. Baru

Kalimantan Tengah

S. Kahayang, Tewah

Kalimantan Selatan

Beroyong, Pagar, Padang Batung, S. Kentep, Binuang, S. Batang Alai

Kalimantan Barat

Sungai Kelewai, Sungai Pinoh bagian hulu, Desa Ambayo Selatan, Desa Keranji Panjang, Desa Anik, Desa Muara Behe, Sungai Tayan, Sei Ilai

Bali GumaksaNusa Tenggara Timur

Sungai Kadengar, Desa Kananggar, Desa Hambautang

Sulawesi Tenggara

Ranomuto, S. Koneweha, Unaaha

Sulawesi Selatan

S. Minahasa, Babru, Mangassa, Tompobulu, Logora, Bikeru, Labettang, Lembang Lohe Biroro, Bonto, Kanrung, Bongki Batumimbalo, Biringere, Sungai Bone-Bone, Sungai Kanjiro, Sungai  Uraso,  Mata air panas Pincara, Sungai Baliase, Sungai  Radda, Sungai Rongkong, Sungai Tomoni, Sungai  Kalaena,  Sungai Singgeni, Sungai  Bambalu,

Sulawesi Utara Ratatotok, Donowudu, Marisa, Lamilo, BulantioSulawesi Barat Tallu Banua, Pu Awang, GentunganGorontalo Leatu Utara, Sungai Paguyaman, Sungai Bone,

Sungai Bilonga, Sungai Bone, Muara Sungai Bilungala, Patilanggio

Maluku S. Takoma, Susupu, S. Sidangol, S. Loko, P.

Page 7: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Provinsi LokasiSeram

Maluku Utara Jiku Merasa, Batunuhan, Wae Poti, Wae Nibe, Wae Sepait, Wae Tabi, Wamlana, Wae Mana, Wae Puda Liku Hoson, Wae Mangi Fena Kute, Wae Ili Waha Wahi, Wae Langa Walnetata, Wae Bebek, Wae Duma, Wae Apu, Wae Lata, Wae Kajeli, Wae Kawa, Wae Fana, Wae Hanua, Wae Sapalewa, Wae Mala, Wae Kaputih, Wae Uli, Wae Hau, Wae Marina, Wae Ela, Wae Sarisa, Wae Samu, Wae Hatu, Wae Mital, Wae Ira, Wae Ama, Wae Tala

Papua Remu, Holmaffin, S. Woske, SewanPapua Barat P. Waigeo, P. Batanta, P. Salawati, Desa Aman,

Distrik Timbuni, Distrik Maskona, Distrik Jagiro, Distrik Bintuni, Distrik Bintuni

Page 8: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

B. MODEL STEREO

B.1. Model Stereo XIIISubjek :Klasifikasi medan terkait material permukaan

untuk konstruksi bangunan rumah dan jalanLokasi :Roma, Lesotho, Afrika SelatanKarakteristikfoto :

Tanggal : 10 Oktober 1974Skala : ± 1:5.000Kamera : f:152,12 mmKetinggianterbang: ± 11.000 kaki

Karakteristik medan:

Model stereo ini menunjukkan bentuk mesa (plato) yang masih bertahan, lapisan dasar tersusun secara horizontal oleh batu pasir (FormasiStormberg), yang sebagian tertutupi oleh sisa batuan basalt yang telah lapuk (FormasiDrakens-berg) dan dipisahkan oleh dike dolerit. Dike ini sebagian lapuk dan sangat rekat. Sifat ini membuat dolerite berguna untuk digali, karena setelah dipecahkan dan diayak maka bagian-bagian dolerite sangat bagus untuk digunakan sebagai bahan konstruksi jalan, missal untuk pengerasan jalan.

Berbagai singkapan batu pasir, maupun blok-blok batu pasir yang telah jatuh dari tebing dapat digali dan kemudian diproduksi menjadi balok-balok yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Lokasi bahan galian ini mudah untuk diakses, jalan setapak yang sudah ada dapat digunakan untuk transportasi mengangkut batu pasir atau jalan yang sudah ada tersebut dapat dikembangkan lagi. Hanya beberapa tambahan jalan yang perlu dibangun untuk meningkatkan produksi bahan galian tersebut secara kuantitas dan ekonomi.

Pada waktu dulu lembah di lokasi kajian ini tersusun oleh material silt dan tanah lempung yang banyak. Saat ini material tersebut terkena dampak dari erosi donga, tetapi material yang tersisa sangat berguna untuk pembuatan batubata. Sehingga saat ini terdapat penggalian material di donga. Material tersebut sebelum dibawa keperapian, pertama-tama diayak, kemudian dicampur air dan diaduk selanjutnya dicetak.Batubata tersebut kemudian dijemur dan setelah itu dipanggang.

Page 9: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Legenda interpretasi foto dari model stereo XIIIJalan aspalJalan tidak diaspal (yang sudahada)Jalan belum beraspal (yang sedangdibangun)Bahan konstruksi jalan (dolerite)Bahan bangunan (batupasir)Material tanah lempung yang cocok untuk batubataTempat pembuatan batu bataDongaScarp

Page 10: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

MODEL STEREO XIII

Page 11: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

MODEL STEREO XIII

Page 12: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

B.2. Model Stereo XVKarakteristik Medan:

Model stereo/stereomodel menunjukkan dari Nassau Mountains, bagian Surinam. Pada kenyataannya pegunungan terdiri dari satu mesa. Ini adalah sisa dari tingkat planasi tua, yang telah dibentuk pada awal Tersier (Raja, 1964) dibedah dan sebagian menghilang di Pleistosen dan Holosen. Pada tingkat planation ini laterit bauksit dikembangkan. Mereka adalah residu dari batuan dasar lapuk di sini terdiri dari metamorf lava basaltik Prae Cambium, Formasi Balling: Munck / Doeve, 1955). Menurut Doeve (1955) pembangunan dataran tinggi adalah sebagai berikut: A 0-1,5 m lapisan tebal tanah liat laterit (kaya humus) meliputi topi protectic. Topi ini terdiri dari laterit, ferro-bauksit dan bauksit. Di tengah dataran tinggi dengan ketebalan 2-4 m, dekat tepi 10-15 m. Di bawah penutup ini lapisan tebal 30-40 m lapuk tanah liat sisa dapat ditemukan di atas o batuan dasar. Dimana air hujan mandeg pada laterit atau di mana laterit yang terkena karena pergerakan erosi dan massa, vegetasi yang berbeda. Hal ini dapat dicatat dalam foto udara dengan nada ringan dan tekstur yang lebih halus. Mesa sangat curam dan sangat dibedah, tetapi menunjukkan beberapa platform seperti scarpzone Platform ini adalah hasil dari struktur diferensial. pelapukan (singkapan lapisan lebih tahan) atau gerakan massa. Di beberapa tempat bagian mesa telah meluncur turun karena meremehkan oleh erosi musim semi atau akibat reaktivasi sesar di mana kasus lapuk lava dan bauksit laterit telah memindahkan basis metamorf sangat lapuk atas batuan.

Dataran tinggi; permukaan terangkat planasi dikembangkan terutama pada metamorf lava basaltik

1. Dataran tinggi, rata dengan permukaan bergelombang A = Dengan laterit di dekat permukaan B = Bengan laterit-bauksit dekat dengan permukaan

2. Transisi permukaan zona dataran tinggi - Zona Kemiringan denudasional A = kemiringan yang lebih curam B = kemiringan yang lebih lembut dengan curst laterit-bauksit dekat permukaanzona Denudasi lereng dikembangkan terutama pada metamorf lava basaltik di bagian atas, dan batuan metamorf di bawah bagian yang curam, kemiringan terletak langsung di bawah dataran tinggi sangat curam Cukup curam,

3. Kemiringan sangat curam yang terletak langsung di bawah dataran tinggi

4. kemiringan cukup curam untuk lereng yang curam

Page 13: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Dataran tinggi kecil - seperti permukaan sebagai hasil dari perbedaan pelapukan atau gerakan massa.

SANDSTONE

Jenis Batuan : SedimenNama Batuan : Batu Pasir (Sandstone)Warna Batuan : kremTekstur             : KlastikStruktur             : Non StratifiedKomposisi       : Butir kuarsa

Batupasir adalah suatu batuan sedimen bertekstur clastic yang dimana partikel penyusunya kebanyakan berupa butiran berukuran pasir. Kebanyakan batupasir dibentuk dari butiran-butiran yang terbawa oleh bergerakan air, seperti ombak pada suatu pantai atau saluran di suatu sungai. Butirannya secara khas di semen bersama-sama oleh tanah kerikil atau kalsit untuk membentuk batu batupasir tersebut. Batupasir paling umum terdiri atas butir kwarsa sebab kwarsa adalah suatu mineral yang umum yang bersifat menentang laju arus.Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi

Batupasir mempunyai banyak kegunaan didalam industri konstruksi sebagai suatu kumpulan dan batu-tembok. batupasir hasil galian dapat digunakan sebagai material di dalam pembuatan gelas/kaca. Batu pasir umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan Graywacke.

Page 14: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

KLASIFIKASI TESKTUR DAN BUTIRAN TANAH (Unified Soil Clasification System):

Partikel Proses Terbentuk Gambar

Ukuran Partikel

Keterangan

Gravel/ Batu Kerikil(G)

a. terbentuk sebagai hasil dari pelapukan dan erosi batuan.

b. aktivitas sungai dan gelombang cenderung menumpuk kerikil di akumulasi besar, kadang dapat menyebabkan kerikil menjadi dipadatkan ke batuan sedimen yang disebut konglomerat.

Gambar 1. Batuan kerikil

>2 mm

Berkembang pada daerah lereng lurus miring atau daerah teras sungai

Sand/ Pasir (S)

Pasir merupakan material granular yang terbentuk secara alami dan terdiri dari partikel batuan halus dan mineral. Ukurannya lebih halus dari kerikil dan kasar dari lumpur

Gambar 2. Material pasir

0,062-2 mm

Page 15: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Partikel Proses Terbentuk Gambar

Ukuran Partikel

Keterangan

Silt/ Lanau (M)

Lumpur adalah material granular yang ukurannya berada di antara pasir dan tanah liat/lempung.

Gambar 3. Lumpur cair yang keluar dari situs konstruksi

0,002 – 0,062 mm

Contoh : sandy silt berasal drai longsoran dapat digunakan untuk pembuatan batu bata

Clay/ Lempung (C)

Mineral lempung biasanya terbentuk selama jangka waktu yang lama dari pelapukan kimia atau fisik batuan, mengandung mineral silikat dengan konsentrasi asam karbonat yang rendah. Lempung juga terbentuk melalui proses hidrotermal.

Bersifat : plastisitas dan cohesive

Gambar 4. Lempung kuarter di Estonia

<0,002 mm

Ditemukan pada daerah lembah lebar dengan penampang cembung cekung

Page 16: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

B.3. Beberapa variasi material permukaan yang biasa digunakan adalah:

1. Tanah yang bertekstur pasir debu dan mengandung liat dapat

dimanfaatkan untuk pembuatan batu bata.

2. Batu pasir untuk pembangunan material gedung.

 Batupasir adalah suatu batuan sedimen klastik yang dimana partikel penyusunya kebanyakan berupa butiran berukuran pasir. Kebanyakan batupasir dibentuk dari butiran-butiran yang terbawa oleh pergerakan air, seperti ombak pada suatu pantai atau saluran di suatu sungai. Butirannya secara khas di semen bersama-sama oleh tanah kerikil atau kalsit untuk membentuk batupasir tersebut. Batupasir paling umum terdiri atas butir kwarsa sebab kwarsa adalah suatu mineral yang umum yang bersifat menentang laju arus.Warna                       : Coklat dan putihManfaat                      : Batupasir mempunyai banyak kegunaan didalam industri konstruksi sebagai suatu kumpulan dan batu-tembok. batupasir hasil galian dapat digunakan sebagai material di dalam pembuatan gelas/kaca.

Page 17: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Batupasir (sandstone) merupakan suatu kategori batuan sedimen yang penting. Batupasir membentuk sekitar 1/4 volume batuan sedimen, belum termasuk pasir karbonat (carbonate sand) dan pasir vulkanik (volcanic sand). 

Pasir dapat digolongkan menjadi tiga kategori utama: (1) pasir terigen(terrigeneous sand); (2) pasir karbonat (carbonate sand); dan (3) pasir piroklastik (pyroclastic sand).

1. Pasir terigen adalah pasir yang terbentuk akibat pelapukan dan penghancuran batuan tua. Pasir itu diangkut, dipilah, dan diubah oleh aliran fluida (air atau udara) serta berasal dari daerah sumber yang terletak di luar cekungan pengendapannya.

2. Pasir karbonat merupakan endapan bahari dan terutama disusun oleh rangka binatang, oolit, serta intraklas yang terbentuk pada tempat yang relatif berdekatan dengan lokasi pengendapannya (partikel intraformasional). Material penyusun pasir karbonat terbentuk dalam cekungan pengendapan serta bukan merupakan material rombakan yang merupakan produk penghancuran batuan tua.

3. Pasir piroklastik adalah pasir yang terbentuk akibat letusan gunungapi. Pasir piroklastik dapat diendapkan dalam lingkungan yang beragam, baik lingkungan terestris maupun lingkungan akuatis. Istilah vulkaniklastik (volcaniclastic) juga diterapkan pada sebagian pasir, yakni pasir yang kaya akan material vulkanik. Pasir vulkaniklastik dapat berupa pasir piroklastik maupun pasir terigen (jika berasal dari volcanic terrane).Note:

a) Pasir aluvial mencakup pasir yang ditemukan pada kipas aluvial, alur sungai, dataran banjir, delta danau, dan delta laut. Sebagian besar pasir sungai berasosiasi dengan alur sungai, meskipun sebagian diantaranya dapat keluar dari alur dan mem-bentuk endapan limpah banjir pada dataran banjir.

b) Pasir pesisir tidak hanya mencakup gisik, namun juga gosong lepas pantai, delta pasut, dan (pada beberapa kasus) pasir dataran pasut.

c) Pasir eolus mencakup gumuk pantai dan medan gumuk di gurun.

d) Pasir laut umumnya berupa pasir paparan. Walau demikian, sebagian pasir diangkut melewati tepi paparan oleh arus turbid

Page 18: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

untuk kemudian diendapkan pada tonjolan benua serta lekukan-lekukan terisolasi yang ada di laut-dalam.

3. Jenis batuan dolorite (batuan basalt) digunakan untuk material

permukaan jalan, seperti aspal.

4. Bahan sedimen dari fluvial, fluvio-glasial, dan marine (laut)

digunakan untuk pengerasan beton.

5. Material sandy silt yang berwarna kehitaman berasal dari longsoran

dapat dibuat untuk pembuatan batu bata.

Page 19: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

6. Batuan gamping sangat bernilai untuk material pembangunan

rumah. Patahan atau lempengan batu gamping yang kurang padat

cenderung terdapat di dasar lembah dan lebih mudah untuk digali.

Batu Gamping merupakan batuan carbonat yang paling banyak

terdapat, demngan kenampakan textur aphanitik sampai phanero-

cristalin. Warna putih keabu-abuan, abu-abu, abu-abu gelap, hitam,

kuning, coklat, dan lainnya oleh adanya kotoran-kotoran, oksid besi

dan zat-zat organik. Limestone berbutir mulus, pecahannya

conchoidal. Bila ditetesi HCL memercik/berbuih. Mudah larut

terutama dalam air yang mengandung CO2 sehingga terjadi

7. Batuan dolorite terdiri dari ukuran kecil dan sedang. Batu tersebut

dapat dipindahkan, disaring, dan dihancurkan, sehingga dapat

berfungsi sebagai materal pembangunan jalan.

8. Material dari fluvial, fluvio-glasial, dan marine deposit terdiri dari

pasir dan kerikil yang berfungsi untuk bahan kontruksi. Percampuran

Page 20: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

antara kerikil, pasir dan kuarsa ukuran sedang dalam rasio 40-60%

sangat cocok untuk pembuatan beton. Deviasi dari rasio tersebut

mengahsilkan limbah. Material fluvio-glasial yang angular berfungsi

untuk penggunaan lain.

9. Batu Lempung

 Type utama batulempung menurut terjadinya terdiri dari

lempung residu dan lempung letakan (sedimen), lempung residu

adalah sejenis lempung yang terbentuk karena proses pelapukan

(alterasi) batuan beku dan ditemukan disekitar batuan induknya.

Kemudian material lempung ini mengalami proses diagenesa

sehingga membentuk batu lempung.

Warna : Coklat, keemasan, coklat, merah, abu-abu

Manfaat : Dapat dijadikan kerajinan, seperti asbak, patung,

celengan, dll.

Tempat : Sering ditemukan di Pinggiran Sungai ataupun

pinggiran danau.

Page 21: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

C. Jenis Pasir dan Batu yang ada di Yogyakarta :1. Pasir piroklastik: pasir yang terbentuk akibat letusan gunungapi.

2. Pasir besi.

3. Pasir alluvial: mencakup pasir yang ditemukan pada kipas aluvial,

alur sungai, dataran banjir, delta danau, dan delta laut.

4. Pasir eolus, contoh: gumuk pasir

5. Pasir laut: umumnya berupa pasir paparan.

D. Foto Klasifikasi Medan untuk Material Permukaan (Sirtu)

D.1. Foto material

Page 22: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Material Pasir

Gambar 3. Material Batu Kerikil

Page 23: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Gambar 4. Material Lanau

Gambar 5. Material Lanau

Page 24: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Gambar 6. Material Lempung

Gambar 7. Material Lempung

Page 25: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

D.2. Foto material dalam bentuklahan

Kenampakan material pasir dan batu kerikil di Sungai Progo Kabupaten Kulon Progo

Kenampakan material pasir dan batu kerikil di Sungai Progo Kabupaten Kulon Progo

Page 26: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Kenampakan material pasir dan kerikil di Kali Boyong Kabupaten Sleman

Kenampakan Endapan Lempung di Sungai Oyo Kabupaten Gunung Kidul

Page 27: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Gambar 12. Kenampakan bentanglahan di sekitar Sungai Progo

Page 28: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Identifikasi Kenampakan Sirtu di Yogyakarta

Page 29: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Page 30: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

E. Pemanfaatan Sirtu (Pasir dan Batuan)Sampai saat ini penggunaan sirtu terbatas sebagai bahan

bangunan terutama untuk campuran beton, sedang penggalian sering dilakukan dengan secara tradisional tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Sirtu yang lepas sangat baik untuk bahan pengeras jalan biasa maupun jalan tol, dan airport. Selain itu dapat pula dipergunakan dalam campuran beton, aspal/hotmix, plester, bahan bangunan dan tanah urug.

Sesuai dengan pemakaiannya serta harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Untuk dipakai sebagai agregat beton, sirtu harus bebas dari bahan-bahan organis, kotoran-kotoran, lempung atau bahan lainnya merugikan mutu beton;

Dalam pemakaiannya untuk konstruksi jalan sirtu/agregat terbagi dalam 3 kelas (A,B dan C) dengan persyaratan yang berbeda baik untuk di bawah lapisan dasar maupun untuk lapisan dasar;

Agregat untuk lapisan dasar harus memenuhi persyaratan umum sebagai  berikut:o Kekerasan minimum 6o Kehilangan berat dengan percobaan sodium sulfat, % maksimum

10o Kehilangan berat dengan percobaan magnesium sulfate soundness

test, % maks. 12o Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 100 putaran, % maksimum

10o Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 500 putaran, % maksimum

40o Partikel - partikel tipis, memanjang, prosentase berat (partike lebih

besar dari 1”  dengan ketebalan kurang dari 1/5 panjang) , maks 5 %

o Bagian-bagian batu yang lunak, maksimum 5 %o Gumpalan-gumpalan lempung % maksimum. 0,25 %

1. Sebagai bahan bangunan

a. Tanah yang mengandung lanau dan lempung biasanya digunakan

sebagai salah satu komponen pembuat semen, bahan baku

pembuatan genteng, batu bata dan roster.

Page 31: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Proses pembuatan bata

Proses pembuatan genteng Proses pembuatan roster

Proses pembuatan semen

b. Campuran pasir dan gravel digunakan sebagai campuran beton

yang digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan. Untuk dapat

mencapai mutu beton yang baik, sirtu yang digunakan harus bebas

dari lanau, lempung dan bahan organis lain.

Page 32: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

Pasir dan gravel digunakan dalam pembuatan beton

c. Pasir digunakan sebagai salah satu bahan dalam pembuatan

komponen bangunan seperti batako, konblok, grassblok.

Pasir sebagai bahan baku pembuatan batako

Pasir sebagai bahan baku pembuatan konblok dan

grassblok

Page 33: Klasifikasi Medan Untuk Material Permukaan

TERRAIN ANALYSIS AND CLASSIFICATION USING AERIAL

PHOTOGRAPH

A GEOMOORPHOLOGICAL APPROACH

VAN ZUIDAM

d. Gravel digunakan sebagai salah satu komponen dalam perkerasan

jalan menggunakan aspal

Gravel sebagai salahsatu bahan dalam perkerasan jalan

2. Sebagai bahan baku kerajinan

Lempung digunakan dalam pembuatan gerabah dan keramik

Pembuatan gabah dan keramik