Klasifikasi Kejang Demam Ratih

7
Klasifikasi Kejang Demam Dahulu Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana (simple febrile convulsion) dan epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered of by fever). Defenisi ini tidak lagi digunakan karena studi propekstif epidemiologi membuktikan bahwa risiko berkembangnya epilepsi atau berulangnya kejang tanpa demam tidak sebanyak yang diinginkan. 3 Akhir-akhir ini, kejang demam diklarifikasikan menjadi 2, yaitu kejang demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit (singkat), bersifat umum dan hanya terjadi sekali dalam 12 jam, dan kejang demam kompleks yang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal dan serangan kejang yang terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Disini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurologi atau riwayat kejang demam atau kejang tanpa demam dalam keluarga. Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang, tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekam otak dan lainnya. 3,4 Ikatan Dokter Anak Indonesia membagi kejang demam menjadi dua, yaitu : 4,12 1. Kejang demam sederhana (harus memenuhi semua kriteria berikut): Berlangsung singkat, kurang dari 15 menit Umumnya serangan berhenti sendiri dalam dalam waktu < 10 menit

Transcript of Klasifikasi Kejang Demam Ratih

Page 1: Klasifikasi Kejang Demam Ratih

Klasifikasi Kejang Demam

Dahulu Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu kejang

demam sederhana (simple febrile convulsion) dan epilepsi yang diprovokasi oleh demam

(epilepsi triggered of by fever). Defenisi ini tidak lagi digunakan karena studi propekstif

epidemiologi membuktikan bahwa risiko berkembangnya epilepsi atau berulangnya kejang

tanpa demam tidak sebanyak yang diinginkan. 3

Akhir-akhir ini, kejang demam diklarifikasikan menjadi 2, yaitu kejang demam

sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit (singkat), bersifat umum dan hanya terjadi

sekali dalam 12 jam, dan kejang demam kompleks yang berlangsung lebih dari 15 menit,

bersifat fokal dan serangan kejang yang terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Disini anak

sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurologi atau riwayat kejang demam atau kejang

tanpa demam dalam keluarga. Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan kecil dalam

penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang, tingginya demam, usia penderita, lamanya

kejang berlangsung, gambaran rekam otak dan lainnya. 3,4

Ikatan Dokter Anak Indonesia membagi kejang demam menjadi dua, yaitu : 4,12

1. Kejang demam sederhana (harus memenuhi semua kriteria berikut):

Berlangsung singkat, kurang dari 15 menit

Umumnya serangan berhenti sendiri dalam dalam waktu < 10 menit

Bangkitan kejang tonik-klonik tanpa gerakan fokal

Tidak berulang dalam waktu 24 jam

2. Kejang demam kompleks (hanya dengan salah satu kriteria berikut) :

Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit

Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului dengan kejang

parsial

Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam, anak sadar kembali antara

bangkitan kejang

Faktor Resiko

Page 2: Klasifikasi Kejang Demam Ratih

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejang demam antara lain :

1. Umur

Insiden kejang demam tertinggi terjadi pada usia 2 tahun, tidak terjadi pada anak di

bawah usia 6 bulan atau lebih dari 5 tahun. Serangan pertama biasanya terjadi dalam

waktu 2 tahun pertama dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur terutama

setelah usia 4 tahun.

2. Jenis Kelamin

Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan

dengan perbandingan 1,25 : 1. Hal ini terkait dengan pematangan sel otak pada anak

laki-laki lebih lambat dibandingkan anak perempuan.

3. Suhu Tubuh

Kenaikan suhu tubuh adalah syarata mutlak terjadinya kejang demam. Tinggi suhu

tubuh pada saat timbul serangan merupakan nilai ambang kejang. Ambang kejang

berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara 38,30C – 41,40C (suhu rektal).

4. Faktor Keturunan

Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam.

Beberapa penulis mendapatkan bahwa 8 – 22% anak yang mengalami kejang demam

mempunyai orang tua dengan riwayat kejang demam pada masa kecilnya dan pada

saudara kandungnya antara 9 – 17% yang pernah mengalami kejang demam

sekurang-kurangnya sekali.

Menurut Tejani13 faktor risiko berkembangnya / terjadinya kejang demam adalah :

1. Ada riwayat keluarga yang menderita kejang demam

2. Suhu tinggi

3. Laporan orang tua tentang keterlambatan perkembangan anak

4. Riwayat pulang dari perawatan neonatus pada usia lebih dari 28 hari

5. Keterlibatan orang tua secara langsung dalam mengasuh dan merawat anak.

Faktor resiko berulangnya kejang pada kejang demam adalah : 8

1. Ada (anggota) keluarga dengan riwayat kejang demam.

2. Usia < 18 bulan

3. Temperatur yang rendah saat kejang.

Page 3: Klasifikasi Kejang Demam Ratih

4. Lama demam sebelum kejang. Makin pendek jarak antara mulainya demam dengan

terjadinya kejang demam, makin besar resiko berulangnya kejang demam. Kejang

demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan demam.

Penilaian :

a. Bila ada 3 faktor diatas, kemungkinan kejang demam berulang kembali adalah 80%.

b. Bila sama sekali tidak ada faktor diatas, kemungkinan kejang demam berulang

kembali adalah 10 – 15 %

Etiologi

Etiologi kejang demam sampai saat ini belum diketahui. Dari penelitian yang telah dilakukan

pada 297 penderita kejang demam, 66 (22,2%) penderita tidak diketahui penyebabnya.

Penyebab utama didasarkan atas bagian tubuh yang terlibat peradangan. 1 Ada pendrita yang

mengalami kelainan pada lebih dari satu bagian tubuhnya, misalnya tonsilo-faringitis dan

otitis media akut.

Berikut tabel penyebab demam pada 297 penderita kejang demam berdasarkan penelitian

lumbantobing. Tabel ....

Pernah dilaporkan bahwa infeksi tertentu lebih sering disertai KD dari pada infeksi lainnya.

Sekitar 4,8 – 45% penderita gastroenteritis oleh kuman Shigella mengalami KD dibanding

gastroenteritis oleh kuman penyebab lainnya dimana angka KD hanya sekitar 1%.1

Patofisiologi

Mekanisme Chanelopati

Manifestasi Klinik

Terjadinya kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan biasanya

berkembang bila suhu tubuh (per rektal) mencapai 380C atau lebih. Umumnya kejang

Page 4: Klasifikasi Kejang Demam Ratih

berlangsung singkat, berupa serangan tonik klonik. Bentuk kejang lain dapat juga terjadi

seperti mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan

berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal. 3,6,16,18

Gambar kejang tonik klonik

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% yang

berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti anak tampak lelah, mengantuk,

tertidur pulas, dan tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak atau disebut periode

mengantuk singkat pasca kejang, tetapi setelah beberapa menit, anak terbangun dan sadar

kembali tanpa defisit neurologis.1,3

Kejang demam yang berlangsung lebih lama dari 15 menit sering bersifat fokal atau

unilateral dan kadang-kadang diikuti oleh parese tood (lumpuh sementara pasca serangan

kejang) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama

dapat diikuti oleh hemisparesis yang menetap. Bangikatan kejang yang berlangsung lama

biasanya lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama.1,3

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan standar pelayanan medis kesehatan anak IDAI :4

1. Anamnesis

a. Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat

kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam diluar susunan

saraf pusat.

b. Riwayat kejang sebelumnya, riwayat kejang dalam keluarga, epilepsi dalam

keluarga.

c. Singkirkan penyebab kejang lainnya.

2. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan tekanan

intrakranial, tanda infeksi diluar sistem saraf pusat

3. Pemeriksaan penunjang

Page 5: Klasifikasi Kejang Demam Ratih

a. Dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang demam,

pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit,

kalsium serum, urinalisis dan biakan darah, urin atau feses

b. Pungsi lumbal sangat dianjurkan untuk anak usia 12 bulan, dianjurkan pada

usia 12-18 bulan, dan dipertimbangkan pada anak berusia diatas 18 bulan yang

dicerugia menderita meningitis.

c. Pemeriksaan CT Scan atau MRI dapat diindikasikan pada keadaan adanya

riwayat dan tanda klinis trauma kepala, kemungkinan adanya lesi struktural

diotak, dan adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran

menurun, muntah berulang, fontanela anterior membonjol, paresis saraf otak

VI, edema papil.

d. EEG dipertimbangkam pada kejang demam kompleks.

Diagnosa Banding

Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang

berulang tanpa demam. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam kemudian kejang

demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi

berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang

dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, kemungkinan lain

harus dipertimbangkan misalnya infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama

demam. Defenisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti

meningitis, ensefalitis atau ensefalopati. 3,19