kista.docx

download kista.docx

of 39

Transcript of kista.docx

LAPORAN STUDI KASUS STASE OBSTETRIRUMAH SAKIT ISLAM UNISMA

UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP Ny.SDALAM MENANGANI PERMASALAHANCystoma ovarii

Disusun untuk Memenuhi Tugas Clerkship

Oleh:Indri Ari Ningtyas, S.Ked.(209.121.0034)

Pembimbing:dr. V.H Pratomo

KEPANITERAAN KLINIK MADYAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG2013

38

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga Laporan Studi Kasus Stase Bedah yang berjudul Upaya Pendekatan Kedokteran Keluarga terhadap Ny.S dalam Menangani Permasalahan Cystoma ovarii ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai ujian kasus guna memenuhi tugas Clerkship serta melatih keterampilan klinis dan komunikasi dalam menangani kasus kedokteran keluarga secara holistik dan komprehensif.Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran dan kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca, penyusun ucapkan terima kasih.Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun, pembaca serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.

Penyusun

Indri Ari Ningtyas, S.Ked.DAFTAR ISI1. Judul 2. Kata Pengantar 13. Daftar Isi 24. BAB I : Pendahuluan Latar Belakang3Tujuan3Manfaat35. BAB II : Laporan KasusIdentitas Penderita4Anamnesa4Anamnesa Sistem6Pemeriksaan Fisik6Pemeriksaan Penunjang8Resume8Diagnosis Holistik9Penatalaksanaan Holistik9Follow Up dan Flow Sheet136. BAB III : Pembahasan Aspek Kedokteran KeluargaIdentifikasi Keluarga15Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan21Daftar Masalah217. BAB IV : Tinjauan PustakaAnatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Wanita22Kista Ovarium248. BAB V : PembahasanDasar Penegakan Diagnosa33Dasar Rencana Penatalaksanaan349. BAB VI : Penutup Kesimpulan Holistik3710. Daftar Pustaka38

LAPORAN STUDI KASUS STASE OBGYN

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGKista ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Terdapat variasi yang luas insidensi keganasan ovarium, rata-rata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi).4Di Amerika insidensi kista ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 1991. Sebagian besar kista adalah kista fungsional dan jinak. Di Amerika karsinoma ovarium didiagnosa pada kira-kira 22.000 wanita, kematian sebanyak 16.000 orang.4Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat kasus ini sebagai pembelajaran dalam upaya pendekatan kedokteran keluarga terhadap penanganan permasalahan penyakit kista ovarium

1.2 TUJUANTujuan penyusunan laporan ini adalah untuk melatih keterampilan klinis dan komunikasi dalam menangani kasus kehamilan, khususnya kista ovarium yang terjadi pada Ny.S, dengan upaya pendekatan kedokteran keluarga yang bersifat holistik dan komprehensif.

1.3 MANFAATManfaat laporan ini adalah sebagai media pembelajaran dan evaluasi dalam penanganan serta pencegahan kasus kista ovarium serta pencegahan terhadap terjadinya komplikasi yaitu mengancam keselamatan pasien.

LAPORAN STUDI KASUS STASE OBGYN

BAB IILAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PENDERITANama: Ny.S Usia : 42 tahunJenis kelamin: PerempuanStatus: MenikahPekerjaan: Ibu Rumah TanggaPendidikan: S1Agama: IslamAlamat: Jl.Simpang Tondano Barat IV/A-307 MalangSuku: JawaNama suami: Tn.IUsia suami: 50 tahunPekerjaan: Karyawan perusahaanTanggal periksa: 23-11-2013Nomor RM: 15-89-71

2.2 ANAMNESA1. Keluhan utama : nyeri datang bulanHarapan: nyeri segera menghilangKekhawatiran: nyeri menetapRiwayat penyakit sekarang: Ny.S datang ke poli kandungan RSI diantar oleh suaminya dengan keluhan nyeri pada perut bawah sejak 2 hari yang lalu. Ny.S mengatakan bahwa kemarin dirinya telah menstruasi, namun hanya muncul bercak cokelat saja. Ny.S juga mengeluhkan nyeri setiap berhubungan dengan suami. Nyeri datang bulan juga sering dirasakan sebelum dan sesudah menstruasi.Ny.S juga merasakan mual.1. Riwayat menstruasi: pasien menstruasi pertama kali saat usia 15tahun. Siklus menstruasi 28 hari, namun tidak teratur setiap bulan. Sampai saat ini Ny.S mengeluh menstruasi tidak teratur, dan setiap menstruasi, darah yang dikeluarkan hanya berupa bercak cokelat saja. 1. Riwayat seksual dan kontrasepsi: Ny.S mengaku merasakan nyeri setiap berhubungan seksual dengan suami. Ny.S menyangkal pernah menggunakan kontrasepsi, karena Ny.S, dan Tn.I tidak mempunyai rencana untuk membatasi jumlah keturunan.1. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat MRS (+), pasien pernah mengalami keguguran 4 tahun yang lalu, pada kehamilan ketiga, kemudian pada saat yang bersamaan, dokter juga menemukan adanya kista ovarium pada keduaindung telur pasien. Saat itu dokter menyarankan pasien untuk melakukan operasi, namun pasien memilih untuk menunda operasi dengan alasan masih belum berani. Riwayat darah tinggi(-), kencing manis (-), penyakit jantung (-) 1. Riwayat Penyakit Keluarga :Kedua orang tua pasien telah meninggal dunia. Ibu pasien meninggal pada usia 56 tahun karena kanker kelenjar getah bening. Ayah pasien meninggal pada usia 60 tahun karena kanker paru-paru. Saudara perempuan pasien juga ada yang menderita mioma, dan telah melakukan operasi pengangkatan rahim. Bibi pasien juga ada yang mengalami hal serupa seperti pasien.1. Riwayat imunisasi: imunisasi tetanus (TT) sudah dilakukan.1. Riwayat pengobatan: setiap merasakan nyeri, dan tidak menahan nyeri, pasien mengkonsumsi obat anti nyeri datang bulan yang dijual bebas di pasaran1. Riwayat Gizi : pasien makan secara rutin 3x sehari dengan lauk pauk yang bervariasi setiap harinya yaitu telor, tahu atau tempe, ayam dan kadang daging. Namun pasien mengaku selalu menambahkan penyedap masakan di setiap masaknnya.1. Riwayat Kebiasaan dan gaya hidup :Riwayat merokok (-)Riwayat minum alkohol, berkarbonasi, dan kopi (-)Riwayat olahraga: jarang berolahragaRiwayat pengisian waktu luang: menonton televisi dan kadang-kadang jalan-jalan.Riwayat sehari-hari: selama hamil, Ny.S masih menjalankan pekerjaan rumah seperti mencuci baju, menyapu, dan terkadang memasak.1. Riwayat Sosial Ekonomi : biaya hidup dan rumah sakit ditanggung sacara mandiri oleh suami pasien. Penghasilan Tn.I dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga mereka. Interaksi dengan tetangga juga sangat baik.1. Keadaan lingkungan: keadaan rumah dan lingkungan rumah Ny.S terkesan bagus dan bersih, berjarak dekat dengan rumah tetangganya.

2.3 ANAMNESA SISTEM1. Kulit: kulit gatal (-), bintik merah di kulit (-)2. Kepala: sakit kepala (-), rombut rontok (-), luka (-), benjolan (-)3. Mata: merah (-/-)4. Hidung: tersumbat (-/-), mimisan (-/-), cairan (-/-)5. Telinga: cairan (-/-), nyeri(-/-)6. Mulut: sariawan (-), mulut kering (-)7. Tenggorokan: nyeri menelan (-), suara serak (-)8. Pernafasan: sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)9. Kardiovaskuler: nyeri dada (-), berdebar-debar (-)10. Gastrointestinal: mual (-), muntah (-), diare (-), nyeri perut bawah (+), BAB lancar11. Genitourinaria: menstruasi (+), nyeri kencing (-)12. Neurologik: lumpuh (-),kaki kesemutan(-),kejang (-)13. Psikiatrik: emosi stabil (+), mudah marah (-)14. Muskolokeletal: kaku sendi (-), nyeri sendi pinggul (-), nyeri otot (-)15. Ekstremitas atas: bengkak (-/-), sakit (-/-), telapak pucat (-/-), kebiruan (-/-), luka (-/-)Ekstremitas bawah : bengkak(-/-), sakit(-/-), telapak pucat (-/-), kebiruan (-/-), luka (-/-)

2.4 PEMERIKSAAN FISIK0. Keadaan umum: keadaan umum tampak kesakitan dan lemas, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan baik.0. Atropometri: BB = 50 kg TB = 158 cm BMI = 20,24 normoweight0. Tanda vital: BP = 110/80 mmHg To = 36,5 oC HR = 80 x/mnt RR = 24x/mnt 0. Kepala dan wajah: bentuk kepala mesocephal, luka (-), keriput (-), warna kulit kuning, papul (-), nodul (-), makula (-)0. Mata: warna kelopak putih, radang (-/-), eksoftalmus (-), strabismus (-)0. Hidung: nafas cuping hidung (-/-), rhinorrhea (-/-), epistaksis (-), deformitas hidung(-)0. Mulut: mukosa bibir pucat (-), sianosis bibir (-)0. Telinga: otorrhea (-/-), kedua cuping teling normal0. Leher: lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)0. Thorax: bentuk normal, simetrisCor : Inspeksi: ictus cordis tidak tampakPalpasi: ictus cordis kuat angkatPerkusi: batas kiri atas: SIC II LPSS Batas kanan atas: SIC II LPSD Batas kiri bawah: SIC V 1 cm lateral LMCS Batas kanan bawah: SIC IV LPSDBatas jantung kesan tidak melebarAuskultasi: bunyi jantung I-II intensitas normal, regularPulmo :Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiriPalpasi: fremitus taktil kiri sama dengan kananPerkusi: sonor di seluruh lapang paruAuskultasi :++-- - -suara dasar vesikuler + wheezing- ronkhi basah & kering - ++ - - - -1. Abdomen Inspeksi : bentuk simetris, tidak terlihat cembungPalpasi : supel, hepar dan lien tdk teraba, turgor baik, nyeri tekan suprapubic (+), nyeri tekan mc burney (-)Perkusi : timpani seluruh lapangan perutAuskultasi : peristaltik (+) normal1. System Collumna Vertebralis:Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)13. Ekstremitas : palmar eritem (-) Akral dingin Oedem--

--

--

--

L : deformitas (-), luka (-)F : nyeri tekan (-), krepitasi (-)M: normal1. Sistem genitalia : menstruasi (+), DBN1. Pemeriksaan neurologis:kesadaran : composmentisNN

NN

fungsi sensorik

fungsi motorik 55

55

NN

NN

NN

NN

--

--

Kekuatan tonus Ref.Fisiologi Ref.Patologis1. Pemeriksaan Gynekologi : tidak di evaluasi1. Pemeriksaan ObstetriTFU : tidak teraba2.5 DIFFERENTIAL DIAGNOSE Cysta Ovarium Apendisitis Cystitis

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG USG: Didapatkan gambaran Cystoma Ovarii Bilateral Darah lengkap : leukositosis (hari Rabu tanggal 13 Oktober 2013, pukul 17:29)PemeriksaanHasil UnitNilai Normal

24-11-2013 (pagi)24-11-2013 (pagi)

HematologiHb HCTLeukositTrombositEritrositPDWMPV10,131,212,922433,6411,87,5510,432,510,772543,7710,57,3

g/dl%Ribu/ulRibu/ulJuta/ulFl Fl 12,0-16,035-473,8-10,6150-4403,6-5,89-137,2-11,1

IndexMCVMCHMCHC85,627,832,486,327,632,0FlPg%80-10026-3432-36

DifferentialBasofilEosinofilLimfositMonositNetrofil0,01,112,87,578,60,10,716,88,074,4%%%%%0-11-630-452-850-70

2.7 RESUMEa) Anamnesis : Ny.S datang ke poli kandungan RSI diantar oleh suaminya dengan keluhan nyeri pada perut bawah sejak 2 hari yang lalu. Ny.S mengatakan bahwa kemarin dirinya telah menstruasi, namun hanya muncul bercak cokelat saja. Ny.S juga mengeluhkan nyeri setiap berhubungan dengan suami. Nyeri datang bulan juga sering dirasakan sebelum dan sesudah menstruasi.Ny.S juga merasakan mual.b) Pemeriksaan Fisik : Abdomen : nyeri tekan suprapubic (+)c) Pemeriksaan Penunjang : USG: Didapatkan gambaran Cystoma Ovarii bilateral

2.6. DIAGNOSA HOLISTIK1. Diagnosis dari segi biologis : Cystoma Ovarii bilateral2. Diagnosis dari segi psikologis :Ny.S dan suami merasa sedih atas sakit yang serig dialami Ny.S. Namun setelah dialkukan operasi pengangkatan kista, diharapkan kondisi Ny.S jauh lebih baik dari keadaan sbelumnya.3. Diagnosis dari segi sosial dan ekonomi :Kondisi ekonomi termasuk dalam keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Biaya hidup dan rumah sakit di tanggung secara mandiri oleh suaminya yang bekerja sebagai wiraswasta. Penghasilan Ny.S dan suami cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan dalam aspek sosial Ny.S dan keluarga tidak didapatkan masalah. Ny.S tinggal bersama suami dan kedua anaknya di lingkungan yang bersih dan memiliki interaksi baik antar tetangga.

2.7 PENATALAKSANAAN HOLISTIKPenatalaksanaan cystoma ovarii bilateralLaparotomi, cystectomi bilateral

Pada kasus ini diberikan terapi :Farmakoterapi untuk cystoma ovarii bilateral

a. Infus RL 90 cc/jam (20 tpm) Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30 mEq/l.Kemasan : 500, 1000 ml.Cara Kerja: keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.Adverse Reaction: edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-paru.Peringatan dan Perhatian : Not for use in the treatment of lactic acidosis. Hati-hati pemberian pada penderita edema perifer pulmoner,heart failure/impaired renal function& pre-eklamsia.

b. CeftriaxonDosis dewasa:Infeksi: IV/IM 1-2 g/hari atau dalam dosis terbagi sama tiap 12 jam (max. 4 g / hari).Bedah profilaksis: IV/IM 1 gram sebagai dosis tunggal -2 jam sebelum operasi. Indikasi: pengobatan infeksi saluran pernafasan bawah, kulit dan struktur kulit, tulang dan sendi, saluran kemih; pengobatan penyakit radang panggul, infeksi intra-abdomen, gonore, meningitis dan septicemia karena rentan mikroorganisme; profilaksis sebelum operasi. Kontraindikasi: hipersensitifitas terhadap golongan sefalosporinEfek samping Gastrointestinal: mual, muntah, diare, kolitis, termasuk pseudomembranosa kolitis. Saluran kemih: ginjal disfungsi, piuria, disuria, reversibel nefritis interstisial, hematuria, beracun nefropati, kencing gips. Darah: eosinophilia, neutropenia, lymphocytosis, leukositosis, trombositopenia, penurunan fungsi platelet, anemia, aplastic anemia, perdarahan. Hepar: hepatic disfungsi, penyakit kuning, abnormal hasil tes fungsi hati. Lain-lain: Hipersensitivitas, termasuk sindrom Stevens-Johnson, eritema multiforme, toksik epidermal necrolysis; Candida berlebih; serum penyakit-seperti reaksi (misalnya, ruam kulit, polyarthritis; arthralgia, demam); radang urat darah, thrombophlebitis dan nyeri di tempat injeksi. Mekanisme kerja:Menghambat sintesis mukopeptide di dinding sel bakteri.Parameter monitoring: Monitor fungsi ginjal selama pengobatan. Monitor tanda-tanda infeksi, terutama demam, dan respon positif terapi antibiotik. Monitor untuk kelainan koagulasi. Peningkatan prothrombin waktu atau platelet abnormal dapat terjadi. Jika terjadi pendarahan dan PT berkepanjangan, vitamin K dapat diindikasikan. Monitor pemakaian IV untuk infiltrasi, infeksi, thrombophlebitis dan berdarah.

c. R/ Inj. iv Ranitidin 25mg 2x1 ampDosis:Injeksi i.m.: 50 mg (tanpa pengenceran) tiap 6 8 jam.Injeksi i.v. : intermittent. Ranitidine 25 mg/mL injeksi (1 box berisi 10 ampul @ 2 mL), No. Reg. : GKL0608513443A1 Intermittent bolus : 50 mg (2 mL) tiap 6 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan NaCl 0,9% atau larutan injeksi i.v. lain yang cocok sampai diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL (total volume 20 mL). Kecepatan injeksi tidak lebih dari 4 mL/menit (dengan waktu 5 menit). Intermittent infusion : 50 mg (2 mL) tiap 6 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok sampai didapat konsentrasi tidak lebih besar dari 0,5 mg/mL (total volume 100 mL). Kecepatan infus tidak lebih dari 5 7 mL/menit (dengan waktu 15 20 menit). Infus kontinyu : 150 mg Ranitidine diencerkan dalam 250 mL dekstrosa atau larutan i.v. lain yang cocok dan diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama 24 jam.

Farmakologi:

Histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam lambung adalah 3694 mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama 68 jam. Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma dicapai 23 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan antasida. Waktu paruh 2 3 jam pada pemberian oral, Ranitidine diekskresi melalui urin.

Indikasi:

Pengobatan jangka pendek tukak duodenum aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis. Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak duodenum, tukak lambung. Pengobatan keadaan hipersekresi patologis (misal : sindroma Zollinger Ellison dan mastositosis sistemik). Ranitidine injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dengan keadaan hipersekresi patologis atau ulkus duodenum yang sulit diatasi atau sebagai pengobatan alternatif jangka pendek pemberian oral pada pasien yang tidak bisa diberi Ranitidine oral.

Kontra Indikasi : penderita yang hipersensitif terhadap Ranitidine.

Efek Samping :

Sakit kepala Susunan saraf pusat, jarang terjadi : malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi. Kardiovaskular, jarang dilaporkan : aritmia seperti takikardia, bradikardia, atrioventricular block, premature ventricular beats. Gastrointestinal : konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut. Jarang dilaporkan : pankreatitis. Muskuloskeletal, jarang dilaporkan : artralgia dan mialgia. Hematologik : leukopenia, granulositopenia, pansitopenia, trombositopenia (pada beberapa penderita). Kasus jarang terjadi seperti agranulositopenia, trombositopenia, anemia aplastik pernah dilaporkan. Lain-lain, kasus hipersensitivitas yang jarang (contoh : bronkospasme, demam, eosinofilia), anafilaksis, edema angioneurotik, sedikit peningkatan kadar dalam kreatinin serum.

d. Ondansetron Komposisi: Kotak, 2 ampul @ 4 ml dan 2 ampul @ 2 ml.Dosis dewasa: Pengobatan mual dan muntah pasca bedah: IM 4 mg sebagai dosis tunggal dan IV 4 mg secara perlahan-lahan.Indikasi: Penanggulangan mual dan muntah karena kemoterapi, radioterapi dan operasi.Kontra indikasi: Penderita yang hipersensitif terhadap ondansetron.Efek samping: Sakit kepala, konstipasi, rasa panas pada kepala dan epigastrum, sedasi dan diare.

e. KetorolacSediaan : Ketorolac 10 mg injeksi (1 box berisi 6 ampul @ 1 mL), Ketorolac 30 mg injeksi (1 box berisi 6 ampul @ 1 mL), Efek samping di bawah ini terjadi pada uji klinis dengan Ketorolac IM 20 dosis dalam 5 hari. Insiden antara 1 hingga 9% :Saluran cerna : diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal, nausea.Susunan Saraf Pusat : sakit kepala, pusing, mengantuk, berkeringat.Indikasi : Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum diadakan penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek menghambat biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi fetusDosis dewasa: Ampul : Dosis awal Ketorolac yang dianjurkan adalah 10 mg diikuti dengan 1030 mg tiap 4 sampai 6 jam bila diperlukan. Harus diberikan dosis efektif terendah. Dosis harian total tidak boleh lebih dari 90 mg untuk orang dewasa dan 60 mg untuk orang lanjut usia, pasien gangguan ginjal dan pasien yang berat badannya kurang dari 50 kg. Lamanya terapi tidak boleh lebih dari 2 hari. Pada seluruh populasi, gunakan dosis efektif terendah dan sesingkat mungkin. Untuk pasien yang diberi Ketorolac ampul, dosis harian total kombinasi tidak boleh lebih dari 90 mg (60 mg untuk pasien lanjut usia, gangguan ginjal dan pasien yang berat badannya kurang dari 50 kg)..

f. KetoprofenSediaan : Ketoprofen 50 mg tablet , Ketoprofen 100 mg supositoria, Ketoprofen 50 mg/mL injeksi Indikasi : Untuk mengobati gejala-gejala artritis rematoid, ankilosing spondilitis, gout akut dan osteoartritis serta kontrol nyeri dan inflamasi akibat operasi ortopedik.Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ketoprofen, aspirin dan AINS lain. Gangguan fungsi ginjal dan hati yang beratDosis : Dosis awal yang dianjurkan : 75 mg 3 kali sehari atau 50 mg 4 kali sehari.Dosis maksimum 300 mg sehari. Sebaiknya digunakan bersama dengan makanan atau susu.Injeksi IM :50100 mg tiap 4 jam. Dosis maksimum 200 mg/hari, tidak lebih dari 3 hari.2.8 FOLLOW UP DAN FLOW SHEETNama: Ny.SDiagnosis: Cystoma Ovarii Bilateral

Tabel: Flow SheetNoTanggalSOAP

1.Sabtu 23-11-13Keluhan utama: nyeri perut bawahRPS : menstruasi hanya berupa bercak cokelat, nyeri saat berhubungan seksual , mual (+)KU tampak kesakitan, compos mentis GCS 456, gizi kesan normalVital sign:TD: 110/80 mmHg,RR: 24 x/menit,HR: 80 x/menitT: 36,5 oCStatus generalis: nyeri tekan suprapubic (+)Pemeriksaan Penunjang: USG : didapatkan Cystoma Ovarii Bilateral

Cystoma Ovarii BilateralPasienMRSPersiapan laparotomi, cystectomi bilateral

Terapi:R/ Ceftriaxon 2x1gr Inj IVR/ Infus RL 20 tpmR/ Ketorolac 1 ampR/ Ranitidin 1 amp IVR/ondancetron 4mg po

2. Minggu24-11-13Keluhan utama: nyeri perut bawah (-)RPS : mual (+) kembung (+, susah tidur, nyeri luka operasi (+)KU tampak baikcompos mentis GCS 456, gizi kesan normalVital sign:TD: 110/70 mmHg,RR: 20 x/menit,HR: 90 x/menitT: 36,5 oCStatus generalis: nyeri luka post laparotomi (+)

Cystoma Ovarii BilateralTerapi:R/ Cefadroxil 2x500mg.poR/ Infus RL 20 tpmR/ondancetron 4mg poR/ Profenid supp

3.Senin ,25-11-13Keluhan utama: nyeri perut bawah (-)RPS : mual (-) kembung (-),nyeri luka operasi (+)KU tampak baikcompos mentis GCS 456, gizi kesan normalVital sign:TD: 120/50 mmHg,RR: 24 x/menit,HR: 96 x/menitT: 37,2 oCStatus generalis: nyeri luka post laparotomi (+)

Cystoma Ovarii BilateralTerapi:R/ Cefadroxil 2x500mg.poR/ Infus RL 20 tpmR/paracetamol 3x500mg poR/ ketoprofen supp

PMo:Imobilisasi pasien untuk duduk

4.Selasa26-11-13Keluhan utama: nyeri perut bawah (-)RPS : mual (-) kembung (-),nyeri luka operasi (+)KU tampak baik compos mentis GCS 456, gizi kesan normalVital sign:TD: 110/80 mmHg,RR: 20 x/menit,HR: 88 x/menitT: 36, oCStatus generalis: nyeri luka post laparotomi (+)

Cystoma Ovarii BilateralInfuse off

R/cefadroxil 2x500mg po

Pasien rawat jalan, control 1 minggu lagi untuk rawat luka

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB IIIPEMBAHASAN ASPEK KEDOKTERAN KELUARGA

5.1 IDENTIFIKASI KELUARGA5.1.1 Profil KeluargaA. Karakteristik Demografi KeluargaTanggal kunjungan MRS pertama: 23-11-2013Nama kepala keluarga: Tn.IAlamat: Jl.Simpang Tondano Barat IV/A-307 MalangBentuk Keluarga: nuclear familyStruktur Komposisi Keluarga :Tabel: Daftar anggota keluargaNoNamaKedudukanL/PUmur PendidikanPekerjaanPasien klinikKet.

1Tn.IKepala keluargaL50 thS1Karyawan wiraswastaTidak

2Ny.SIbuP42 th S1Ibu rumah tanggaYaCystoma ovarii bilateral

3

An.BAnak ke-1L15thSMPPelajar Tidak

4An.HAnak ke-2P13thSMPPelajar Tidak

Sumber: data primer, 25 November 2013Kesimpulan: Keluarga Tn.I adalah nuclear family yang terdiri atas 4 orang dan tinggal dalam satu rumah. Terdapat satu orang yang sakit yaitu Ny.S usia 42 tahun yang mengalami Cystoma ovarii bilateral. Dalam hal ini, pembiayaan kesehatan Ny.S bersifat mandiri tanpa jaminan kesehatan.

B. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup Lingkungan tempat tinggal Tabel: Lingkungan tempat tinggalStatus kepemilikan rumah : menumpang/kontrak/hibah/milik sendiri Daerah perumahan : kumuh/padat bersih/berjauhan/mewah

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan

Luas tanah : 10x12 m2, luas bangunan: 8 x 10 m2 Keadaan rumah Ny.S tergolong baik dan sehat. Memiliki halaman yang cukup luas dan pencahayaan serta ventilasi yang memadai.

Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4orang

Jarak antar rumah : 3m (depan), 0,5m (samping), 0,5m (belakang)

Rumah 1 lantai

Lantai rumah: berubin

Dinding rumah: tembok bata, tinggi, dicat

Jamban keluarga : ada 1Kamar mandi : ada 1Dapur : ada 1, di bagian belakang

Tempat bermain : teras depan rumah

Penerangan listrik : lampu @ 25 watt x 8 buah lampu = 200 wattPencahayaan : cukup (terdapat minimal 2 jendela di setiap kamar, ruang tamu ada 4 jendela)

Ketersediaan air bersih : PDAM

Kondisi umum rumah : kondisi rumah terkesan cukup mewah dan bersih dengan halaman yang cukup luas.

Tempat pembuangan sampah : di depan rumah dan setiap pagi dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) oleh petugas kebersihan

Denah rumah keluarga Ny.S :

5.1.2 Identifikasi Fungsi-Fungsi dalam Keluarga1. Fungsi Holistik1. Fungsi biologisNy.S mengalami Cystoma Ovarii Bilateral1. Fungsi PsikologisNy.S dan suami merasa sedih atas sakit yang serig dialami Ny.S. Namun setelah dialkukan operasi pengangkatan kista, diharapkan kondisi Ny.S jauh lebih baik dari keadaan sbelumnya.1. Fungsi Sosial dan EkonomiKondisi ekonomi termasuk dalam keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Biaya hidup dan rumah sakit di tanggung secara mandiri oleh suaminya yang bekerja sebagai wiraswasta. Penghasilan Ny.S dan suami cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan dalam aspek sosial Ny.S dan keluarga tidak didapatkan masalah. Ny.S tinggal bersama suami dan kedua anaknya di lingkungan yang bersih dan memiliki interaksi baik antar tetangga.

1. Fungsi Fisiologis dengan APGAR Score Adaptation : kemampuan anggota keluarga beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota keluarga yang lain. Partnership : menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut Growth : menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut Affection : menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi anggota keluarga Resolve : menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Penilaian : Hampir selalu: 2 poin Kadang kadang : 1 poin Hampir tak pernah: 0 poin Penyimpulan : Nilai rata-rata < 5: kurang Nilai rata-rata 6-7: cukup/sedang Nilai rata-rata 8-10: baik

Tabel: APGAR score Tn.I (50tahun)APGAR Tn.I terhadap keluarga210

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga bila menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Tabel: APGAR score Ny.S (42 tahun)APGAR Ny. S terhadap keluarga210

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga bila menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Tabel: APGAR score An.B (15 tahun)APGAR An.B terhadap keluarga210

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga bila menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Tabel: APGAR score An.H (13 tahun)APGAR Ny. S terhadap keluarga210

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga bila menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total APGAR score keluarga Ny.S = 40Total APGAR score keluarga Ny.S = (40) : 2 = 10Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Ny.S baik

1. Fungsi Patologis dengan Alat SCREEM ScoreFungsi patologis keluarga Ny.S dinilai menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut:Tabel: SCREEM keluarga Ny.SSumberPatologis

SocialFungsi sosial Ny.S dan keluarga tidak terdapat masalah. Ny.S tinggal bersama suami di lingkungan perumahan yang padat dan bersih. Ny.S dan keluarga sering berinteraksi denga baik dengan keluarga-

CultureMenggunakan adat-istiadat Jawa, bahasa Jawa, serta bahasa Indonesia secara sopan dengan sesama anggota keluarga dan orang lain dikehidupan sehari-hari. Anggota keluarga juga telah mengikuti perubahan zaman dan tergolong modern.-

ReligiousFungsi agama keluarga Ny.S tergolong bagus. -

EconomicPenghasilan keluarga yang relatif cukup dan tergolong menengah ke atas.-

EducationalNy.S dan suaminya juga mengaku kurang pengetahuan, pemahaman dan pengalaman mengenai permasalahan yang saat ini dihadapi. +

MedicalDalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga Ny.S pergi ke RSI UM dan sering memeriksakan diri jika sakit. Keluarga Ny.S termasuk keluarga dengan tingkat ekonomi yang cukup, sehingga dalam membiayai pelayanan kesehatan masih mudah untuk dijangkau secara mandiri.-

Kesimpulan : Terdapat fungsi dalam keluarga Ny.S yang masih dalam keadaan kurang baik yaitu fungsi edukasional.

1. Genogram dalam Keluarga

1. Ny.STn.IInformasi Pola Interaksi Keluarga

An.HAn.B

Keterangan: : hubungan baik: laki-laki: pasien: hubungan kurang baik: perempuanKesimpulan : Hubungan antara Ny.S dengan keluarganya berjalan baik.

3.2 IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN3.2.1 Diagram Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Faktor NonPerilakuFaktor Perilaku

Pengetahuan: Ny.S & suami mengaku kurang pengetahuan, pemahaman & pengalaman mengenai permasalahan yang saat ini dihadapiLingkungan: Lingkungan tergolong bersih dan sehat. Ny.S tinggal bersama suami dan jarang sering berinteraksi dengan baik dengan tetangganya.

Ny.S dan Keluarga

Pelayanan kesehatan: Ny.S dan keluarga pergi ke RSI & sering memeriksakan diri jika sakit. Keluarga Ny.S masih dpt menjangkau pembiayaan pelayanan kesehatan secara mandiri.

Sikap: Sikap keluarga terhadap kondisi Ny.S cukup baik. Keluarga sangat memperhatikan keluhan yg dirasakan Ny.S..

Usia dan keturunan: Ny.S memiliki keturunan untuk menderita penyakit-penyakit keganasanTindakan: Keluarga Ny.S termasuk cepat tanggap & siaga sehingga Ny.S dapat segera diantar ke RS ketika mengalami perdarahan. Tetapi, selama kehamilan Ny.S masih aktif menjalani pekerjaannya, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai karyawan swasta. Ny.S juga tetap mengkonsumsi makanan pedas selama hamil.

5.3 DAFTAR MASALAH

5.3.1 Diagram Permasalahan Keluarga

Pasien kurang memiliki pengetahuan mengenai penyakit keturunan yang dideritanya.Pasien selalu menambahkan bumbu penyedap masakan. Di setiap masakannya..

Ny.S (42 tahun) dengan diagnosis Cystoma Ovarii Bilateral

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB IVTINJAUAN PUSTAKA

1.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN GENETALIA WANITA1.1.1 UterusUterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah avokat atau buah peer yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus 7-7,5 cm, lebar ditempat yang paling lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus terdiri dari corpus uteri (2/3 bagian atas) dan serviks uteri (1/3 bagian bawah). Didalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka keluar melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak diserviks. Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan portio uteri (pars vaginalis servisis uteri), sedangkan yang berada diatas vagina disebut pars supravaginalis servisis uteri. Antara korpus dan serviks masih ada bagian yang disebut isthmus uteri. Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ tuba fallopi kanan dan kiri masuk ke uterus. Dinding uterus terutama terdiri terutama atas miometrium, yang merupakan otot polos berlapis tiga, yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini beranyaman. Miometrium dan keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi.Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut endometrium. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan stroma dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkelok-kelok, kelenjar-kelenjar itu bermuara di kanalis servikalis (arbor vitae). Pertumbuhan dan fungsi endometrium dipengaruhi sekali oleh hormon ovarium.Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam anteversiofleksio (serviks ke depan ke atas) dan membentuk sudut dengan vagina, sedang korpus uteri berarah ke depan dan membentuk sudut 120-130 dengan serviks uteri. Di Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri berarah ke belakang) yang pada umumnya tidak memerlukan pengobatan.Perbandingan antara korpus uteri dan serviks berbeda-beda dalam pertumbuhan. Pada bayi perbandingan itu adalah 1:2, sedangkan pada wanita dewasa 2:1. Diluar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Jadi dari luar ke dalam ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium, miometrium, dan endometrium. Uterus mendapatkan darah dari arteri uterina, ranting dari arteri iliaca interna, dan dari arteria ovarika.1.1.2 TubaTuba fallopi adalah saluran telur yang berasal dari duktus mulleri. Rata-rata panjangnya tuba 11-14 cm. Bagian yang berada di dinding uterus dinamakan pars interstitialis, lateral dari itu (3-6 cm) terdapat pars isthmika yang masih sempit (diameter 2-3 mm), dan lebih ke arah lateral lagi pars ampullaris yang lebih besar (4-10 mm) dan memiliki ujung terbuka seperti anemon yang disebut infundibulum. Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viserale, yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Otot di dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan sirkuler. Lebih dalam lagi terdapat mukosa yang berlipat-lipat ke arah longitudinal dan terutama dapat ditemukan di bagian ampulla. Mukosa tuba terdiri atas epitel kubik sampai silindrik, yang mempunyai bagian-bagian getah, sedangkan yang berserabut dengan getarannya menimbulkan suatu arus ke kavum uteri.1.1.3 OvariumIndung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, terletak dikiri dan kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovarii proprium. Pembuluh darah ke ovarium melalui ligamentum suspensorium ovarii (ligamentum infundibulopelvikum).Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Disitu masuk pembuluh-pembuluh darah dan saraf ovarii. Lipatan yang menghubungakan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesofarium.Bagian ovarium yang berada pada cavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik-silindrik, disebut epithelium germinativum. Dibawah epitel ini terdapat tunika albuginea dan dibawahnya lagi terletak folikel-folikel primordial. Pada wanita memiliki banyak folikel. Tiap bulan kadang 1 folikel kadang 2 folikel, berkembang menjadi folikel de graff. Folikel-folikel ini merupakan bagian ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan dikorteks ovarii dengan berbagai tingkat perkembangan tertentu. Satu sel telur dikelilingi satu lapisan sel saja sampai folikel de graff yang matang. Folikel yang matang ini terisi dengan likuor follikuli yang mengandung esterogen dan siap untuk berovulasi.1.1.4 Jaringan penunjang alat genitalUterus berada pada rongga panggul dalam anteversiofleksio sedemikian rupa sehingga bagian depannya setinggi simfisis pubis, dan bagian belakang setinggi artikulasio sakrokoksigea. Jaringan ikat di parametrium dan ligamentum-ligamentum membentuk suatu sistem penunjang uterus terfiksasi relatif cukup baik.

2 KISTA OVARIUM1.1.5 Definisi kista OvariumOvarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium.3Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ini disebabkan oleh karena kegagalan folikel untuk pecah atau regresi.3Secara umum kista ovarium fisiologis ukurannya kurang dari 6 cm, permukaan rata,dan konsistensi kistik. Keluhan yang dapat terjadi selain adanya massa di daerah pelvik dapat juga terjadi haid yang tidak teratur.3

1.1.6 Patomekanisme Kista ovariumBilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain dimulai. Folikel kemudian beraksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk pembuahan. Perubahan dalam folikel ini disebut sebagai korpus luteum. Tetapi kadang-kadang setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum membesar dan menjadi kista. Meski kista ini biasanya hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu, tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4-9 inci (10 cm) diameternya dan berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang menyebabkan nyeri panggul atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista ini dapat pecah dan menyebabkan perdarahan intestinal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.Gambar. Patogenesis Kista Ovarium Skema diatas menunjukkan pathogenesis kista ovarium dan kemungkinan jalur yang terlibat. Lonjakan FSH menstimulasi munculnya folikel baru, dari salah satu folikel dominan yang dipilih saat deviasi. Melalui umpan balik positif estradiol menstimulasi pulsatilitas GnRH dan LH, yang akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan folikel yang dominan. Saat mencapai ukuran preovulasi, aktivitas steroigenik folikel mencapai puncak dan memproduksi lonjakan estradiol preovulasi. Lonjakan ini gagal terjadi pada GnRH dan LH atau lonjakan GnRH tertunda. Folikel dominan tidak mengalami ovulasi berhubungan dengan pulsatilitas LH yang terus-menerus, berlanjut sampai tumbuh menjadi kista.

Gangguan axis hipotalamus-pituitari-gonad dapat disebabkan oleh:(1)faktor yang mempengaruhi mekanisme umpan balik estradiol dan release GnRH/LH pada hipotalamus-pituitari(2)dan/atau oleh penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan folikel dengan perubahan pada ekspresi reseptor dan steroidogenesis(3)yang mengarah ke perubahan lonjakan dan umpan balik estradiol.Fungsi hipotalamus-pituitari dan pertumbuhan/perkembangan folikel mungkin juga dipengaruhi oleh NEB (Negative Energy Balance) melalui adaptasi metabolik/hormonal. Pada situasi NEB, ekspresi faktor genetik yang berhubungan dengan kista folikuler dapat mempengaruhi pertumbuhan folikel dan fungsi hipotalamus-pituitari.7

Gambar. Pembentukan KistaSkema diatas menunjukkan kadar insulin dan/atau IGF-1 yang rendah dapat menyebabkan pembentukan kista. Kadar insulin/IGF-1 yang rendah menstimulasi proliferasi sel folikel dan produksi estradiol-17. Penurunan umpan balik estradiol-17 bersama dengan kadar insulin/IGF-1 yang rendah menyebabkan penurunan pelepasan gonadotropin. Pertumbuhan folikel dominan menjadi lambat dan perubahan pertumbuhan folikel serta produksi estradiol-17 mengganggu axis hipotalamus-pituitari. Hasil akhirnya berupa penyimpangan lonjakan LH daN berkembangnya kistik folikel.

2.1.1 Faktor resikoFaktor risiko pembentukan kista ovarium meliputi : Pengobatan infertilitas:Pasien dirawat karena infertilitas dengan induksi ovulasi dengan gonadotropin atau agen lainnya, seperti clomiphene citrate atau letrozole, dapat mengembangkan kista sebagai bagian dari sindrom hiperstimulasi ovarium. Tamoxifen :Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional jinak yang biasanya menyelesaikan penghentian pengobatan ini. Kehamilan:Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua, ketika kadar hCG puncak. Hypothyroidism :Karena kesamaan antara subunitalpha thyroid-stimulating hormone(TSH) dan hCG, hipotiroidisme dapat merangsang ovarium dan kista pertumbuhan. Gonadotropin ibu:Efek transplasental gonadotropin ibu dapat menyebabkan perkembangan janin dan neonatal kista ovarium. Rokok:Risiko kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok, resiko dari merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa tubuh menurun (BMI). Ligasi tuba:Kista fungsional telah dikaitkan dengan sterilisasi tubal ligation.1,2

9.1.1 Komplikasi Kista ovarium yang besar bisa mengakibatkan ketidaknyamanan pada ovarium. Jika kista yang besar menekan kandung kemih akan mangakibatkan seseorang menjadi sering berkemih karena kapasitas kandung kemih menjadi berkurang. Beberapa wanita dengan kista ovarium tidak menimbulkan keluhan, tapi dokterlah yang menemukan pada pemeriksaan pelvis. Masa kista ovarium yang berkembang setelah menopause mungkin akan menjadi suatu keganasan (kanker).9Beberapa komplikasi dari kista ovarium antara lain:a.Torsio Kista Ovarium.Komplikasi kista ovarium bisa berat. Komplikasi paling sering dan paling berbahaya adalah torsio dari kista ovarium yang merupakan kegawatdaruratan medis yang menyebabkan tuba falopi berotasi, situasi ini bisa menyebabkan nekrosis. Kondisi ini sering menyebabkan infertilitas. Manifestasi dari torsio kista ovarium adalah nyeri perut unilateral yang biasanya menyebar turun ke kaki. Pada kondisi ini pasien harus segera di bawa ke rumah sakit. Jika pembedahan selesai pada 6 jam pertama setelah onset krisis, intervensi pada kista torsio bisa dilakukan. Ovariancyst torisionis manifested by atrocious stomach pain, unilateral,that usually radiates. Jika torsio lebih dari 6 jam dan tuba falopi sudah nekrosis, pasien akan kehilangan tuba falopinya.10 Gambar. Torsio Kista Ovariumb.Perdarahan dan ruptur kista.Komplikasi lain adalah perdarahan atau rupturnya kista yang ditandai dengan ascites dan sering sulit untuk dibedakan dari kehamilan ektopik. Situasi ini juga perlu pembedahan darurat. Gejala dominan dari komplikasi ini adalah nyeri kuat yang berlokasi di salah satu sisi dari abdomen (pada ovarium yang mengandung kista). Ruptur kista ovarium juga mengakibatkan anemia. Ruptur kista ovarium sulit dikenali karena pada beberapa kasus tidak ditemukan gejala. Tanda pertama yang bisa terjadi adalah terasa nyeri di abdomen bagian bawah, mual, muntah dan demam.10c.Infeksi.Infeksi bisa mengikuti komplikasi dari kista ovarium. Kista ovarium yang tidak terdeteksi dan susah untuk didiagnosis bisa mengakibatkan kematian akibat septikemia. Gejala infeksi pertama adalah demam, malaise, menggigil dan nyeri pelvis.10PrognosisPrognosis untuk kista yang jinak baik. Walaupun penanganan dan pengobatan kista ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang benar namun hasil pengobatannya sampai sekarang ini belum sangat menggembirakan termasuk pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun. Angka kelangsungan hidup 5 tahun penderita kista ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%, sedangkan sebagian penderita 60-70% ditemukan dalam keadaan stadium lanjut sehingga penyakit ini disebut dengansilent killer. Prognosis dari kista ovarium juga tergantung dari beberapa hal: stadium, jenis histologis, derajat diferensiasi kista, residu kista, umur penderita, ukuran kista danfree disease interval. Kista yang timbul pada wanita usia reproduktif umumnya baik dan tidak menimbulkan dampak. Kista yang timbul pada wanita menopause tidak boleh diabaikan karena merupakan gejala dari adanya tumor patologis maupun ganas. Dari tipe kista: kalau kista jinak umumnya tidak berbahaya namun, sebagian kecil berpotensi untuk menjadi ganas. Sedangkan , kista ganas berbahaya, bila kista ganas terdeteksi pada stadium lanjut makasurvival rateakan semakin kecil.7,8

9.1.2 Jenis-jenis Kista ovarium Berikut adalah jenis-jenis kista ovarium yang sering dialami oleh perempuan yang masih aktif secara reproduksi, yaitu:1. Kista FolikulerKista folikuler merupakan jenis kista sederhana yang terbentuk jika proses ovulasi tidak terjadi atau ketika folikel matang pecah dengan sendirinya. Kista folikuler biasanya terbentuk pada masa ovulasi dan bisa tumbuh hingga mencapai diameter 5-6 cm. Pecahnya kista folikuler bisa menimbulkan rasa sakit tajam yang cukup parah pada bagian ovarium yang ditumbuhi kista. Nyeri tajam ini, yang disebut juga mittelschmerz, muncul di tengah-tengah siklus mentruasi, pada saat ovulasi. Seperempat dari jumlah perempuan yang memiliki kista folikuler pernah merasakan nyeri. Biasanya tidak ada gejalabersamaan dengan munculnyakista folikuler. Kistainidan akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan.2. Kista Corpus LuteumJenis kista ovarium fungsional ini terjadi setelah sel telur dilepaskan dari folikel. Setelah pelepasan telur, folikel akan berubah menjadi corpus luteum. Jika kehamilan tidak terjadi, maka corpus luteum akan rusak dan hilang. Tapi bisa jadi corpus luteum tersebut diisi oleh cairan atau darah dan tetap tinggal di ovarium. Pada kista corpus luteum biasanya tidak ada gejala yang muncul dan hanya terjadi pada salah satu sisi ovarium saja.3. Kista Hemoragik (Hemorrhagic Cyst)Kista hemoragik merupakan jenis kista ovarium fungsional yang terjadi jika ada perdarahan yang muncul pada kista. Gejala yang mungkin muncul adalah adanya sakit pada perut di salah satu sisi tubuh.4. Kista DermoidKista dermoid merupakan jenis tumor jinak yang kadang-kadang disebut sebagai teratoma kistikmatang (mature cystic teratoma).Kista dermoid merupakan kista abnormal yang biasanya memengaruhi perempuan muda dan bisa tumbuh hingga mencapai diameter 15 cm. Kista dermatoid bisa berisi jaringan tubuh lain seperti lemak, kadang-kadang tulang, rambut, dan tulang rawan. Hasil pemeriksaan USG dari jenis kista ini bisa bervariasi karena tergantung dari spektrum isinya. Tapi, pemeriksaan CT scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) bisa menunjukkan adanya lemak dan kalsifikasi yang padat (dense calcifications). Kista dermoid bisa menimbulkan peradangan. Kista dermoid juga bisa berputar (berubah posisi), kondisi ini disebut torsi ovarium (ovarian torsion), sehingga bisa membahayakan suplai darah pada ovarium dan menyebabkannyeri perut yang hebat.5. Endometrioma atau Kista endometrioidEndometrioma atau Kista Endometrioid merupakan bagian dari kondisi yang dikenal dengan nama endometriosis. Kista endometrioid terbentuk ketika jaringan endometrium muncul di ovarium. Kista endometrioid memengaruhi perempuan selama masa reproduksi dan bisa menyebabkan nyeri kronis pada panggul yang berhubungan dengan menstruasi. Endometriasis adalah kondisi dimanaterdapat kelenjar dan jaringan endometrium di luar uterus. Perempuan yang mengalami endometriosis mungkin akan memiliki masalah dengan kesuburan. Kista endometrioid seringkali berisi darah gelap atau merah kecoklatan. Ukuran diameternya bervariasi yaitu antara 2-20 cm.6. Polycystic-appearing OvaryPolycystic-appearing ovary didiagnosis berdasarkan besarnya ukuran. Kista ini bisa berukurandua kali lipat dari ukuran normal, ditandaidengan hadirnya kista kecil di sekitar bagian luar ovarium. Kondisi ini bisa ditemukan pada perempuan sehat dan pada perempuan yang memiliki gangguan hormon endokrin. Pemeriksaan USG digunakan untuk mendeteksi jenis kistaini. Polycystic-appearing ovary berbeda dari polycystic ovarian syndrome (PCOS). PCOSmerupakan gejala dan kelainan fisiologisyang timbul akibatadanya kista ovarium. Polycystic ovarian syndrome melibatkan risiko metabolik dan kardiovaskular terkait dengan resistensi insulin. Termasuk diantaranya peningkatan toleransi glukosa, diabetes tipe-2, dan tekanan darah tinggi. Polycystic ovarian syndrome berkaitan dengan ketidaksuburan, perdarahan abnormal, peningkatan insiden keguguran, dan komplikasi dalam kehamilan. Polycystic ovarian syndrome sangat umum terjadi dan diperkirakan dialami oleh 4-7 % dari jumlah perempuan dalamusia aktif reproduksi. Polycystic ovarian syndrome juga berhubungan dengan peningkatan risiko kanker endometrium. Pemeriksaan selain USG diperlukan juga untuk mendiagnosis adanya polycystic ovarian syndrome.7. CystadenomaCystadenoma merupakan salah satu jenis tumor jinak yang berkembang dari jaringan ovarium. Cystadenoma ini bisa berisi sejenis cairan lendir atau mukus. Cystadenoma bisa tumbuh menjadi sangat besar, ukurannya diameternya bisa mencapai 60 cm

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB VPEMBAHASAN

3.3 DASAR PENEGAKAN DIAGNOSA3.3.1 Diagnosis Kista OvariumDiagnosisDiagnosis tentang adanya kista di ovarium umumnya ditemukan setelah melakukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan ginekologis) serta pemeriksaan ultrasonografi. Temuanmengenaiadanya kista ovarium baik kista fisiologis maupun patologis kadangkala merupakan temuan yang tidak disengaja ketika melakukan pemeriksaan ginekologis atau pemeriksaan ultrasonografi. Adanya kista di ovarium baik yang bersifat fisiologis maupun patologis pada umumnya tidak disadari oleh seorang wanita, kecuali kista tersebut membesar, menekan organ lain atau melintir (torsi), sehingga menimbulkan berbagai keluhan.a. Pemeriksaan FisikPemeriksaan luar: dengan melihat, meraba, mengetuk juga mendengar apakah ada benjolan, nyeri dan ketidaknormalan disekitar organ reproduksi wanita.Pemeriksaan dalam: pasien diposisikan dalam posisi litotomi. Jari dimasukkan ke dalam vagina. Bila terdapat tumor, dapat teraba benjolan atau masa dari dalam.Bila ukuran kista cukup besar (15 cm), benjolan dapat teraba dari luar maupun dari dalam. Untuk itu, harus dipastikan apakah benjolan tersebut merupakan kista atau bukan.3,4

b. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis kista ovarium adalah pemeriksaan ultrasonografi (USG).Pemeriksaan ultrasonografi dapat melihatpencitraanadanya kistapadaovarium.Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.Citra kista hasil USG dapat berupa: Kista sederhana (simple cyst): hanya berisi cairan tanpa masa yang solid, umumnya merupakan kista yang jinak seperti kista fisiologis (kista folikel dan kista luteal). Kista kompleks (compount cyst): kista berisi campuran cairan dan masa solid, perlu observasi lebih lanjut akan kemungkinan menghilang atau tidak. Kista solid (solid cyst): kista berisi masa solid tanpa cairan, perlu dievaluasi apakah merupakan tumor ganas atau tumor jinak.7Diagnosis BandingDiagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala saja. Karena banyak penyakit dengan gejala yang sama pada kista ovarium, adalah :-Penyakit diverticula-EndometriosisPada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.-Apendisitis akut-IBD (Inflammatory Bowel Disease)-Kehamilan Ektopik Pada pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba,dengan dinding yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada pembuahan intrauterine.-Kanker Ovarium Pada pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan dinding tebal dan ireguler.-Abses Ovarium.5

3.4 DASAR RENCANA PENATALAKSANAAN 3.4.1 Penatalaksanaan Abortus InkomplitPenanganan Jika perdarahan (pervaginam) sudah sampai menimbulkan gejala klinis syok, tindakan pertama ditujukan untuk perbaikan keadaan umum. Tindakan selanjutnya adalah untuk menghentikan sumber perdarahan. Tahap Pertama : Tujuan dari penanganan tahap pertama adalah, agar penderita tidak jatuh ke tingkat syok yang lebih berat, dan keadaan umumnya ditingkatkan menuju keadaan yang lebih balk. Dengan keadaan umum yang lebih baik (stabil), tindakan tahap ke dua umumnya akan berjalan dengan baik pula. Pada penanganan tahap pertama dilakukan berbagai kegiatan, berupa : a. Memantau tanda-tanda vital (mengukur tekanan darah, frekuensi denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan suhu badan). b. Pengawasan pernafasan (Jika ada tanda-tanda gangguan pernafasan seperti adanya takipnu, sianosis, saluran nafas harus bebas dari hambatan. Dan diberi oksigen melalui kateter nasal). c. Selama beberapa menit pertama, penderita dibaringkan dengan posisi Trendelenburg. d. Pemberian infus cairan (darah) intravena (campuran Dekstrose 5% dengan NaCl 0,9%, Ringer laktat). e. Pengawasan jantung (Fungsi jantung dapat dipantau dengan elektrokardiografi dan dengan pengukuran tekanan vena sentral). f. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, jenis Rhesus, Tes kesesuaian darah penderita dengan darah donor, pemeriksaan pH darah, pO2, pCO2 darah arterial. Jika dari pemeriksaan ini dijumpai tanda-tanda anemia sedang sampai berat, infus cairan diganti dengan transfusi darah atau infus cairan bersamaan dengan transfusi darah. Darah yang diberikan dapat berupa eritrosit, jika sudah timbul gangguan pembekuan darah, sebaiknya diberi darah segar. Jika sudah timbul tanda-tanda asidosis harus segera dikoreksi. Tahap kedua : Setelah keadaan umum penderita stabil, penanganan tahap ke dua dilakukan. Penanganan tahap ke dua meliputi menegakkan diagnosis dan tindakan menghentikan perdarahan yang mengancam jiwa ibu. Tindakan menghentikan perdarahan ini dilakukan berdasarkan etiologinya. Pada keadaan abortus inkompletus, apabila bagian hasil konsepsi telah keluar atau perdarahan menjadi berlebih, maka evakuasi hasil konsepsi segera diindikasikan untuk meminimalkan perdarahan dan risiko infeksi pelvis. Sebaiknya evakuasi dilakukan dengan aspirasi vakum, karena tidak memerlukan anestesi (Prawirohardjo, 1992). Tindakan pengobatan abortus inkompletus Setiap fasilitas kesehatan seharusnya menyediakan dan mampu melakukan tindakan pengobatan abortus inkompletus sesuai dengan kemampuannya. Biasanya tindakan evakuasi/kuretase hanya tersedia di Rumah Sakit Kabupaten. Hal ini merupakan kendala yang dapat berakibat fatal, bila Rumah Sakit tersebut sulit dicapai dengan kendaraan umum. Sehingga peningkatan kemampuan melakukan tindakan pengobatan abortus inkompletus di setiap tingkat jaringan pelayanan sesuai dengan kemampuannya akan mengurangi risiko kematian dan kesakitan. Tindakan pengobatan abortus inkompletus meliputi : 1. Membuat diagnosis abortus inkompletus 2. Melakukan konseling tentang keadaan abortus inkompletus dan rencana pengobatan. 3. Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk. 4. Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah tindakan. 5. Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim (Saifudin, 2002). 3.4.2 Teknik Pengeluaran Sisa Abortus Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun kuretPertimbanganKehamilan usia lebih dari 12 minggu sebaiknya diselesaikan dengan prostaglandin (misoprostol intravaginal) atau infus oksitosin dosis tinggi (20-50U/drip). Kini dengan alat hisap dan kanul plastik dapat dikeluarkan jaringan konsepsi dengan trauma minimal, terutama misalnya pada kasus abortus mola.Jaringan konsepsi dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi, agar dapat diidentifikasi kelainan villi. Bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi pasca mola adalah keganasan (penyakit trofoblastik gestasional ganas atau PTG). PrinsipPerdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu1. Jangan langsung dilakukan kuretase 2. Tentukan dulu, janin mati atau hidup. Jika memungkinkan,periksa dengan USG3. Jangan terpengaruh hanya pemeriksaan B-HCG yang positif, karena meskipun janin sudah mati, B-HCG mungkin masih tinggi, bisa bertahan sampai 2 bulan setelah kematian janin.

LAPORAN STUDI KASUS STASE OBGYN

BAB VIPENUTUP

1. KESIMPULAN HOLISTIKDiagnosis dari segi biologis :Ny.S dengan diagnosa Cystoma ovarii bilateralDiagnosis dari segi psikologis :Ny.S dan suami merasa sedih atas sakit yang sering dialami Ny.S. Namun setelah dialkukan operasi pengangkatan kista, diharapkan kondisi Ny.S jauh lebih baik dari keadaan sbelumnya.Diagnosis dari segi sosial dan ekonomi :Kondisi ekonomi termasuk dalam keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Biaya hidup dan rumah sakit di tanggung secara mandiri oleh suaminya yang bekerja sebagai wiraswasta. Penghasilan Ny.S dan suami cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan dalam aspek sosial Ny.S dan keluarga tidak didapatkan masalah. Ny.S tinggal bersama suami dan kedua anaknya di lingkungan yang bersih dan memiliki interaksi baik antar tetangga.. DAFTAR PUSTAKA

1.The Patient Education Institute.X-Plain Ovarian Cysts. America. The Patient Education Institute. 2011. Hal 32.Schwabe, Willmar.Ovarian Cyst. India. Lilavati Hospital and Research Centre. 2002. Hal.23.Purcell K, Wheeler JE.Benign disorders of the ovaries & oviducts. In: Current Obstetric & Gynecologic diagnosis & treatment. Decherney AH, Nathan L editors. Ninth edition. Lange Medical Books. New York, 2003.p: 708-154. Sanfilippo JS, Rock JA.Surgery of benign disease of the ovary. In: Te Lindes Operative Gynecology, Rock JA, Thompson JD editors. Lippincott-Raven Publishers, Philadelphia, 1997. P 625-445.Helm William C, MZ MBBCh, FRCS(Edin), FRCS.Ovarian Cysts. 2012. [online]. Juli 2013. Diunduh dari:http://emedicine.medscape.com/article/255865-overview#a01046.Ovarian Cysts. [online]. Juli 2013. Diunduh dari:http://www1.cgmh.org.tw/intr/intr5/c6700/obgyn/f/web/Ovarian%20tumor/index.htm7.Vanholder Tom, Opsomer Geert, Kruif Aart De.Aetiology and Pathogenesis of Cystic Ovarian Follicles in Dairy Cattle: A Riview. Reprod. Nutr. Dev. 46 (2006) 105119.8.Sindroma Ovarium Polikistik. 2007.[online]. Juli 2013.Diunduh dari:http://www.medicastore.com9.Umesh N. Jindal, Sharmishtha Patra.Ovarian Cyst. 2013. Available at http://www.whereincity.com/medical/topic/women-health/diseases/ovarian-cysts-232.htm. Cited by 11 juli 2013.10.Andrei Riciuon.Ovarian Cyst: Cause, Treatment and complication. Avalable athttp://www.doctortipster.com/2612-ovarian-cyst-causes-treatment-and-complications.html. Cited by 11 juli 2013