kista paru

11
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimp Rahmat dan Karunia- Nya sehingga referat yang berjudul “Kista Paru” ini bisa selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan. Referat ini disusun untuk memenuhi tugas di stase Radiologi pada Kepaniter Klinik Senior di RSUD Waled-Cirebon. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada dr. Farida Yunus, Sp.Rad selaku dosen pembimbing sekaligus penga stase Radiologi yang telah memberikan bimbinganya, sehingga saya dapat menyelesa referat ini dengan baik. Dan tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada pih turut membantu secara moril maupun spiritual dalam pembuatan referat ini. Referat ini tentunya tidak luput dari kesalahan ataupun kekeurangan, oleh kritik dan saran yang sangat membangun sangat saya harapkan demi perbaikan kedep Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas kedokteran khu dan bagi pembaca serta masyarakat pada umumnya. Waled, 28 juli 2011 Penyusun

Transcript of kista paru

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga referat yang berjudul Kista Paru ini bisa selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan. Referat ini disusun untuk memenuhi tugas di stase Radiologi pada Kepaniteraan Klinik Senior di RSUD Waled-Cirebon. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada dr. Farida Yunus, Sp.Rad selaku dosen pembimbing sekaligus pengajar di stase Radiologi yang telah memberikan bimbinganya, sehingga saya dapat menyelesaikan referat ini dengan baik. Dan tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut membantu secara moril maupun spiritual dalam pembuatan referat ini. Referat ini tentunya tidak luput dari kesalahan ataupun kekeurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sangat membangun sangat saya harapkan demi perbaikan kedepannya. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas kedokteran khususnya dan bagi pembaca serta masyarakat pada umumnya.

Waled, 28 juli 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Batasan Masalah BAB II ISI II. 1

PENDAHULUAN

Kista, menurut DR. dr. T. Z.Jacoeb, SpOG-KF, berarti kantong abnormal yang berisi cairan abnormal di seluruh tubuh. Jadi sebenarnya kista tak hanya bisa tumbuh di indung telur atau di ujung saluran telur (fimbria) namun juga di kulit, paru-paru, usus bahkan otak. Bila produksi cairan di dalam kantong kista bertambah maka kista pun akan membesar. Lambat laun kantong kista menipis dan sangat mungkin pecah. Sama halnya dengan balon yang rawan pecah saat ditiup semakin besar, tambah Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Klinik Fertilitas & Menoandropause, SamMarie, Jakarta ini. Faktor pemicu kista saat ini banyak sekali, di antaranya pencemaran udara akibat debu dan asap pembakaran kendaraan atau pabrik. Asap kendaraan, misalnya, mengandung dioksin yang dapat memperlemah daya tahan tubuh, termasuk daya tahan seluruh selnya. Kondisi ini merupakan pemicu munculnya kista. Kalau dalam satu keluarga ada kerabat dekat, seperti adik ibu, yang mengidap kista paru, maka gampang ditebak bahwa yang bersangkutan punya bakat kista di parunya. Makanan yang mengandung lemak tinggi pun bisa menjadi zat penyubur tumbuhnya kista. Itu terjadi karena adanya zat-zat lemak dalam makanan tersebut yang tidak dipecah dalam proses metabolisme tubuh. Kelainan kongenital kista paru sering dijumpai secara tidak sengaja. Biasanya pada janin kelainan ini ditemukan pada pemeriksaan ultrasonografi. Gejala yang ditemukan intrauterin berupa hidrop fetalis, kelainan jantung, polihidramion dan adanya kelainan kongenital lain. Insiden secara pasti tidak diketahui, di duga sebesar 25% dari keseluruhan kelainan kongenital paru janin Kista paru merupakan salah satu penyakit yang cukup sering terjadi. Di kalangan perokok khususnya, penyakit ganas ini telah menjadi ancaman utama. Kista paru ditandai oleh adanya pertumbuhan jaringan abnormal pada paru-paru.

AnatomiParu-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar. Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus.

Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus). Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.

DEFINISI Kista paru adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh abnormal di paru-paru. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau bahan-bahan lain. Para dokter memperkirakan adanya hubungan antara gen dengan kista paru. Untuk

membuktikannya, kemudian dilakukan berbagai penelitian baik berupa riset epidemiologik sampai percobaan binatang.

PATOFISIOLOGI Banyak jenis penyakit paru-paru mengarah ke pembentukan kista di paru-paru. Kelainan yang ditandai adanya udara dalam rongga dada bisa berkembang menjadi penyakit termasuk Langerhans sel histiocytosis, lymphaniomyomatosis, kista bronkiectasis, honeycombing dan confluent centrilobular empisema, paraseptal empisema dan bullae. Berbagai mekanisme pembentukan kista susulan, termasuk penyumbatan pembuluh darah atau ischemic necrosis, dilatation bronchi, gangguan jaringan elastik paru, remodeling paru-paru, refractile fibrosis, dan check-valve effect stenosis bronchiolar. Perbandingan perubahan ukuran kista selama pernapasan, perlu untuk mem pertimbangkan apakah ekspirasi memadai, dan akhirnya, intrathoracic anteroposterior atau garis tengah melintang sudah teratur.

KLASIFIKASI 1. Soliter : 1. Kista kongenital 2. Kista infeksi 3. Kista neoplastik

Gambar 1 : Kista Kongenital 2. Multiple Letak di apex :

-

Bleb Bulla

Letak di basal : Kista bronchiectasis Kista pneumatocoele

Letak tidak menentu : Komplikasi Tuberculosa Komplikasi infiltrasi proses yang lain

ETIOLOGI Penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Kemungkinan penyebabnya adalah suatu respon hipersensitivitas, keturunan, infeksi maupun bahan kimia. Biasanya muncul pada usia 30-50 tahun dan sangat jarang ditemukan pada anak.

MANIFESTASI KLINIS Banyak penderita yang tidak menunjukkan gejala dan penyakitnya ditemukan pada saat menjalani pemeriksaan foto dada untuk keperluan lain. Jarang sampai terjadi gejala yang serus. Gejala kista paru tergantung kepada luas dan cara penyebarannya. Biasanya gejala utama adalah batuk yang menetap. Penderita kista paru seringkali menyadari bahwa batuknya semakin memburuk. Jika kista tumbuh ke dalam dinding dada, bisa menyebabkan nyeri dada yang menetap. Gejala yang timbul kemudian adalah hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan dan kelemahan. Kanker paru seringkali menyebabkan penimbunan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura), sehingga penderita mengalami sesak nafas. Jika kista menyebar di dalam paru-paru, bisa terjadi sesak nafas yang hebat, kadar oksigen darah yang rendah dan gagal jantung.

Gejala kista paru tergantung dari luasnya penyakit :

Batuk

sesak nafas Rasa tidak enak badan Demam luka di kulit ruam kulit sakit kepala gangguan penglihatan perubahan neurologis pembesaran kelenjar getah bening (benjolan di ketiak) pembesaran hati pembesaran limpa cepat lelah penurunan berat badan.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan :

pembentukan air mata berkurang kejang perdarahan hidung kekakuan persendian rambut rontok mata terasa pedih, gatal dan belekan

Pada 15% penderita, penyakit ini menyerang mata. Uveitis (peradangan pada struktur internal mata tertentu) menimbulkan kemerahan pada mata, nyeri dan mempengaruhi penglihatan. Peradangan yang menetap untuk waktu yang lama, akan menyumbat aliran cairan untuk mata dan menyebabkan glaukoma, yang dapat menyebabkan kebutaan. Granuloma bisa terbentuk di konjungtiva (selaput bola mata dan kelopak mata). Kista ini sering tidak menyebabkan gejala. Kista yang terbentuk di dekat sistem konduksi jantung dapat memicu terjadinya gangguan irama jantung.

DIAGNOSA

Alat utama untuk mendiagnosa kista paru adalah radiology, bronkoskopi dan sitologi. Jika seseorang mengalami batuk yang menetap atau semakin memburuk atau gejala paru-paru lainnya, maka terdapat kemungkinan terjadinya kista paru-paru. Kadang petunjuk awalnya berupa ditemukannya bayangan pada rontgen dada dari seseorang yang tidak menunjukkan gejala. Rontgen dada bisa menemukan sebagian besar kista paru, meskipun tidak semua bayangan yang terlihat merupakan kista. Pengambilan foto dada serial setiap 6 bulan ternyata dapat mendiagnosa secara dini adanya kista paru, dengan minimal lesi mempunyai ukuran cm untuk dapat terlihat secara radiologis. Tomografi yang dilengkapi dengan computer membantu untuk membedakan lebih lanjut lesi yang dicurigai. Bronkoskopi dengan biopsi merupakan teknik yang paling berhasil untuk mendiagnosa karsinoma sel skuamosa yang umumnya terletak sentral. Biopsi kelenjar getah bening skalenus paling berhasil untuk diagnosis kanker yang tidak tercapai oleh bronkoskopi. CT scan bisa menunjukkan bayangan kecil yang tidak tampak pada foto rontgen dada dan bisa menunjukkan adanya pembesaran kelenjar getah bening dan penyebarannya. Prinsipnya adalah : Menggunakan berkas tipis sinar X untuk membuat potongan axial dari tubuh. Sinar X menembus tubuh, ditangkap detector. Detektor bersifat sebagai scintillation counter, menangkap data-data koefisien attenuasi tubuh. Ada 2 macam detector: Xenon dan Solid state Data-data ini diubah oleh komputer menjadi gambar. Penegakan diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan USG.

Gambaran radiologik yang ditemukan : 1. Bayangan rongga spheris dalam semua proyeksi kecuali karena letaknya sehingga harus terjepit menjadi pipih, misalnya dekat diafragma atau dinding thorax. 2. Bila berisi air dan penuh akan tampak bayangan radio-opaque spheris dan circumscript. Bila ruptur ke bronchus, sebagian terisi udara yang pada foto berdiri tampak sebagai bayangan bulat spheris dan circumscript dengan fluid level. 3. Bila ada infeksi, dinding menjadi lebih tebal, batas tegas menghilang dan bergabung dalam paru. 4. Komunikasi yang intermiten dengan bronchus memberikan Crescentik Airshadow. 5. Letak sering di dekat carina, trachea atau bronchus utama. 6. Lesi kistik Multipel 7. Mendesak struktur sekitar

Gambar 2 : Kista Hydatid

Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis kista paru : 1. Hitung jenis darah 2. Tes fungsi paru (bila di paru-paru terbentuk jaringan parut, maka hasilnya akan menunjukkan bahwa jumlah udara yang dapat ditahan paru-paru berada di bawah normal) 3. Rontgen dada untuk mencari adanya pembesaran kelenjar getah bening 4. Kadar enzim ACE (pada banyak penderita, kadar enzim pengubah angiotensin dalam darah adalah tinggi) 5. Bronkoskopi Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul Morfologi 6. Biopsi paru terbuka 7. EKG untuk mencari kelainan jantung. 8. Tes kulit tuberkulin (tuberkulosis dapat menyebabkan banyak perubahan yang mirip dengan sarkoidosis, karena itu dilakukan tes kulit tuberkulin untuk memastikan bahwa penyakitnya bukan tuberkulosis) 9. Skening galium (kadang dilakukan jika diagnosis masih meragukan, karena skening galium akan menunjukkan pola yang abnormal pada paru-paru atau kelenjar getah bening penderita) 10. MRI: Salah satu pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, khususnya radiologi yang menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet tanpa menggunakan sinar X. Keuntungannya tidak menggunakan sinar X, tidak merusak kesehatan pada penggunaan yang tepat. Banyak pemeriksaan tanpa memerlukan zat kontras. Dapat menunjukkan parameter biologik (spektroskopi). Potongan dapat 3 dimensi. Kerugiannya alat mahal Pemeriksaan cukup lama. Pasien yang mengandung metal tak dapat diperiksa (alat pacu jantung, protese)

DIAGNOSA BANDING

1. Amoebiasis Paru Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya entamoeba histolytica dengan atau tanpa manifestasi klinik, di paru-paru. Amoebiasis ekstra intestinalis memberikan gejala sangat tergantung kepada lokasi absesnya. Yang paling sering dijumpai adalah amoebiasis hati disebabkan metastasis dari mukosa usus melalui aliran sistem portal. Sering dijumpai pada orang-orang dewasa muda dan lebih sering pada pria daripada wanita dengan gejala berupa demam berulang, kadang-kadang disertai menggigil, icterus ringan, bagian kanan diafragma sedikit meninggi, sering ada rasa sakit sekali pada bahu kanan dan hepatomegali. Abses ini dapat meluas ke paru-paru disertai batuk dan nyeri tekan intercostal, pleural effusion dengan demam disertai dengan menggigil.

2. Ancylostoma (hookworm) Dalam daur hidupnya cacing gelang akan melewati paru-paru. Jika seseorag kemasukan telur cacing gelang dan berada di paru-paru dalam jumlah banyak, maka ia akan menampakkan gejala batuk-batuk seperti sesak napas. Ketika anak batuk-batuk, lalu diberi obat batuk tidak juga sembuh namun setelah mengonsumsi obat cacing malah batuknya sembuh, itu kemungkinan karena terinfeksi cacing gelang. Gejala ini tidak tampak pada penderita cacingan akibat cacing cambuk sebab larvanya tidak melewati paru-paru. Sementara itu, cacingan kronis karena cacing tambang menampakkan gejala berupa anemia.

3. Bronchiectasis Bronkiektasis adalah suatu perusakan dan pelebaran (dilatasi) abnormal dari saluran pernafasan yang besar. Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat terjadi melalui berbagai cara dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai dinding bronkial, baik secara langsung maupun tidak, yang mengganggu sistem pertahanannya. Keadaan ini mungkin menyebar luas, atau mungkin muncul di satu atau dua tempat. Pada bronkiektasis, daerah dinding bronkus rusak dan mengalami peradangan kronis, dimana sel bersilia rusak dan pembentukan lendir meningkat. ketegangan dinding bronkus yang normal juga hilang. Area yang terkena menjadi lebar dan lemas dan membentuk kantung yang menyerupai balon kecil.

4. Pneumonia and abcesses Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat

PENATALAKSANAAN Kista biasanya diangkat melalui pembedahan karena bisa menyumbat bronki dan lama-lama bisa menjadi ganas. Kadang dilakukan pembedahan pada kanker selain karsinoma sel kecil yang belum menyebar. Sekitar 10-35% kanker bisa diangkat melalui pembedahan, tetapi pembedahan tidak selalu membawa kesembuhan. Sekitar 25-40% penderita tumor yang terisolasi dan tumbuh secara perlahan, memiliki harapan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Penderita ini harus melakukan pemeriksaan rutin karena kanker paru-paru kambuh kembali pada 6-12% penderita yang telah menjalani pembedahan. Sebelum pembedahan, dilakukan tes fungsi paru-paru untuk menentukan apakah paruparu yang tersisa masih bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau tidak. Jika hasilnya jelek, maka tidak mungkin dilakukan pembedahan. Terapi penyinaran juga bisa mengurangi nyeri otot, sindroma vena kava superior dan penekanan saraf tulang belakang. Tetapi terapi penyinaran bisa menyebabkan peradang paruparu (pneumonitis karena penyinaran), dengan gejala berupa batuk, sesak nafas dan demam. Gejala ini bisa dikurangi dengan corticosteroid (misalnya prednisone). Untuk mengurangi gangguan pernafasan bisa diberikan terapi oksigen dan obat yang melebarkan saluran udara (bronkodilator).