KISSUMBAR_1

23
ROADMAP INDUSTRI SEMEN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN JAKARTA, 2009

description

aws

Transcript of KISSUMBAR_1

ROADMAP INDUSTRI SEMEN

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN

JAKARTA, 2009

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Ruang Lingkup Industri Semen

1. Semen merupakan komoditi strategis yang memanfaatkan potensi sumber

daya alam bahan galian non logam berupa batu kapur, tanah liat, pasir besi

dan gipsum (diimpor) melalui proses pembakaran temperatur tinggi (di atas

1.000 0C).

2. Industri semen mempunyai karakteristik :

a) Padat modal (capital intensive);

b) Padat energi berupa batubara dalam proses pembakaran dan energi

listrik;

c) Bersifat padat (bulky) dalam volume besar sehingga biaya transportasi

tinggi.

3. Produsen semen nasional telah mampu memproduksi 11 jenis semen

menurut kegunaannya, namun yang paling banyak digunakan adalah semen

Portland (tipe I – V), semen komposit/campur dan semen putih.

4. Hasil produksi diutamakan untuk memenuhi kebutuhan nasional untuk

mendukung pembangunan infrastruktur dan perumahan, sedangkan

kelebihan produksi diekspor agar proses produksi berkesinambungan dan

silo-silo tidak penuh.

5. Industri semen nasional mempunyai daya saing yang tinggi dan termasuk

kelompok komoditi yang diperdagangkan tanpa hambatan tarif (BM = 0%)

sesuai dengan kesepakatan perdagangan bebas hambatan (FTA).

1.2. Pengelompokan Industri Semen

1. Produsen semen mampu memproduksi berbagai jenis (saat ini ada 11)

semen menurut kegunaannya;

2. Tarif Bea Masuk semen sejak tahun 1995 adalah 0% dan mulai tahun 2010

akan menjadi 5%;

3. Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk semen telah direvisi dan akan

dinotifikasikan ke Sekretariat WTO bidang standardisasi untuk diberlakukan

secara wajib.

Tabel 1. Tarif Bea Masuk Produk Semen Berdasarkan HS Tahun 2008

HS DESKRIPSI BM PPN (%) SNI

2523.21.00.00 Portlan Putih 0 10 15-0129-2004

2523.29.90.00 Portland Pozoland 0 10 15-0302-2004

2523.29.10.00 Portland Type I – V 0 10 15-2049-2004

2523.29.29.00 Portland Campur 0 10 15-3500-2004

2523.90.00.00 Masonry 0 10 15-3758-2004

2523.29.29.00 Semen Portland Komposit 0 10 15-7064-2004

2523.90.00.00 Oil Well Cement (OWC) 0 10 15.3044-1992

Sumber : Buku Tarif Bea Masuk Indonesia Tahun 2008

1.3. Kecenderungan Global Industri Semen

1.3.1. Kecenderungan Yang Telah Terjadi

Sejak tahun 2000 hingga 2009 kapasitas semen berada pada posisi 44,8 juta

ton dan tidak ada pembangunan pabrik baru kecuali upaya optimalisasi yang

dilakukan oleh beberapa pabrikan. Hal ini disebabkan utilisasi produksi masih

berada pada kisaran 70%, yang berarti kebutuhan domestik masih dapat

dipenuhi oleh industri semen dalam negeri. Selain itu pembangunan pabrik

semen pada kapasitas minimum 1 juta ton membutuhkan investasi minimum

Rp. 1,5 trilyun dengan ROI sekitar 15 tahun, sehingga hal ini menjadi faktor

pertimbangan bagi produsen semen dalam melakukan ekspansi maupun bagi

calon investor baru bidang persemenan.

Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Semen Tahun 2000 - 2009

1.3.2. Kecenderungan Yang Akan Terjadi

2

Meskipun dengan laju pertumbuhan yang fluktuatif, namun kebutuhan semen

terus meningkat terutama di Jawa dan Sumatera. Peningkatan kebutuhan

semen diasumsikan 5%/tahun didasarkan pada 2 faktor penting yaitu:

• Pertumbuhan Ekonomi Nasional (PDB) yang diestimasi sekitar 4 – 5%;

• Kebutuhan semen per kapita masih relatif rendah (150 kg/kapita) di

antara negara ASEAN.

Gambar 2. Proyeksi Kapasitas, Produksi dan Konsumsi Tahun 2010 – 2020

Untuk mengantisipasi kenaikan kebutuhan semen maka beberapa produsen

telah menyiapkan program perluasan.

Tabel 2. Program Perluasan Industri Semen Nasional

No. Perusahaan Kapasitas (000 Ton)

Selesai

1. PT. S. Andalas 1.800 2010

2. PT. S. Tonasa 2.300 2012

3. PT. S. Gresik 2.300 2013

4. PT. S. Padang 2.300 2013

5. PT. Indocement 2.400 2014

6. PT. Holcim 2.400 2014

Total 13.500

Pada jangka panjang, maka dengan laju pertumbuhan kebutuhan 5% per

tahun diprediksi akan terjadi kondisi marginal antara pasokan dan kebutuhan

semen pada tahun 2018. Dengan demikian perlu dilakukan upaya perluasan

atau pembangunan pabrik baru pada tahun 2015.

3

4

1.3.3. Analisis Terhadap Kecenderungan Yang Telah dan Akan Terjadi Dalam

Perkembangan Industri Semen

Pengembangan industri semen perlu segera diambil langkah-langkah

pengamanan sejak dini, supaya kemungkinan terjadinya kekurangan suplai

semen pada tahun 2018 bisa dihindari. Meskipun pada saat ini utilisasi

pemanfaatan kapasitas pabrik baru mencapai sekitar 70 %, dengan

memperhatikan pertumbuhan permintaan yang diperkirakan mencapai sekitar 5

% akan menyebabkan terjadinya kekurangan pasokan semen bila tidak ada

penambahan kapasitas/pembangunan pabrik baru.

1.4. Permasalahan Yang Dihadapi Industri Semen

1. Mulai terbatasnya potensi batu kapur di lokasi pabrik di Jawa yang

mengkonsumsi semen paling banyak (lebih dari 60 persen);

2. Kontinuitas pasokan batubara yang tidak terjamin untuk waktu jangka

panjang;

3. Kemungkinan masuknya impor semen dari RRC dalam jumlah besar;

4. Masih terdapatnya masalah pengamanan bahan baku jangka menengah dan

jangka panjang;

5. Efisiensi energi pada proses pembuatan klinker belum optimal;

6. Terdapat beberapa pabrik yang sudah tua dan perlu pembaharuan teknologi

yang disesuaikan dengan ketersediaan kualitas bahan baku , energi dan

bahan bakar;

7. Bahan bakar batu bara dan energi lainnya untuk jangka panjang perlu

diperlukan pengamanan;

8. Kemampuan penanganan/pengelolaan gas buang/emisi perlu terus

ditingkatkan untuk menekan pencemaran lingkungan; dan

9. Fasilitas pelabuhan khususnya di wilayah KTI yang belum memadai

mengakibatkan sering terjadinya demorage bagi kapal pengangkut semen

yang sandar, sehingga berakibat tingginya biaya distribusi.

5

BAB II

FAKTOR DAYA SAING

2.1. Permintaan dan Penawaran

2.1.1. Permintaan Dunia, Regional dan Domestik

1. Dalam Negeri

Pemasaran semen sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan dalam

negeri yaitu pada tahun 2008 sebesar 38.087 ribu ton atau mengalami

peningkatan 11,4% dari tahun 2007 yaitu 34.172 ribu ton.

6

Tabel 3. Perkembangan Konsumsi Semen Tahun 2000-2008

Konsumsi Semen Tahun Jumlah

(Ton) Per Kapita (Kg/Tahun)

Pertumbuhan Konsumsi Semen

(%)

2000 22.331.000 110 18,67

2001 25.744.000 125 15,28

2002 27.233.000 130 5,78

2003 27.539.000 130 1,12

2004 30.208.000 140 9,69

2005 31.487.000 144 4,23

2006 31.975.265 145 1,55

2007 34.172.456 152 6,87

2008 38.087.741 168 11,45

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

2. Ekspor dan Impor

Ekspor semen Indonesia tahun 2008 sebesar 1.640.991 ton dengan

negara-negara tujuan ekspor dominan Srilanka, Bangladesh dan Ghana.

Adanya ekspor lebih disebabkan oleh tersedianya pasokan semen di silo–

silo yang tidak dapat disimpan lama (lebih dari 3 bulan).

Impor yang dilakukan sebenarnya relatif kecil sekitar 70.000 ton, kecuali 3

tahun terakhir yang mencapai 1 juta ton oleh PT. S. Andalas yang

mengalami musibah tsunami pada tahun 2004 untuk memenuhi pangsa

pasar perusahaan tersebut.

Tabel 4. Perkembangan Ekspor Impor Semen Tahun 2000-2008

Tahun Ekspor (Ton) Nilai Ekspor (USD) Impor (Ton) Nilai Impor (USD)

2000 4,903,000 263,536,250 24,000 1,290,000

2001 5,750,000 263,888,889 44,000 2,019,324

2002 3,791,000 198,375,694 60,000 3,139,684

2003 3,073,000 189,030,873 11,000 676,648

2004 2,946,000 190,297,361 77,000 4,973,828

7

2005 3,289,000 225,781,762 1,055,000 72,423,156

2006 2,245,000 182,412,343 1,213,000 98,559,542

2007 2,500,000 244,500,109 1,200,000 117,360,052

2008 1,640,991 168,908,174 0 0

Sumber : Biro Pusat Statistik

2.1.2. Analisis GAP

1. Apabila dibandingkan antara kondisi yang diinginkan dan kondisi saat ini,

maka dapat dilihat masih adanya kesenjangan berupa :

a. Masih tingginya konsumsi energi;

b. Masih ditemui adanya keterlambatan pendistribusian semen terutama

di daerah kawasan timur Indonesia.

2. Apabila ditinjau dari aspek suplai dan kebutuhan semen, ditemui bahwa

industri nasional yang mempunyai kapasitas 44,89 juta ton telah mampu

memenuhi kebutuhan domestik yaitu 32 juta ton (2008). Meskipun

kebutuhan semen akan meningkat, namun hal tersebut telah diantisipasi

oleh pabrikan semen melalui program optimalisasi maupun perluasan.

Dengan demikian maka dalam hal pengamanan kebutuhan semen di

dalam negeri akan dapat dipenuhi oleh produsen nasional.

3. Apabila ditinjau dari aspek penguasaan teknologi, maka kemampuan

sumber daya manusia sebenarnya telah mampu dalam desain dan

pabrikasi untuk mesin/peralatan tertentu. Meskipun demikian secara

keseluruhan ketergantungan pada perkembangan teknologi yang makin

modern dan efisien masih tinggi. Sebagai contoh bahwa saat ini telah

digunakan cement mill vertikal yang lebih efisien dan hemat energi

2.1.3. Perilaku Pasar

1. Permintaan terhadap semen cenderung dipengaruhi oleh pertumbuhan

ekonomi, perencanaan pemerintah pusat dan daerah yang terkait dengan

sarana prasarana / infrastruktur, kebijakan pengembangan perumahan

serta daya beli masyarakat.

8

2. Mengingat pertumbuhan permintaan semen terus mengalami peningkatan,

maka perlu diupayakan peningkatan kapasitas nasional melalui

optimalisasi maupun pembangunan pabrik baru supaya suplai semen ke

pasar tetap terjaga, sehingga kemungkinan terjadinya gejolak harga bisa

dihindari.

2.2. Faktor Kondisi (Input)

2.2.1. Sumber Daya Alam

Bahan baku semen terdiri dari beberapa jenis bahan galian non logam.

Berikut komposisi bahan baku dan energi yang digunakan untuk memproduksi

per ton semen dan kebutuhan per tahun.

Tabel 5. Kebutuhan Bahan Baku/Penolong

Kebutuhan Bahan Baku/Penolong

Per ton semen Tahun 2007 (000 ton)

I. Batu kapur 1,30 45.537

II. Tanah liat 0,20 7.005

III. Pasir silika 0,07 2.542

IV. Pasir besi 0,01 350

V. Gipsum 0,05 1.751

VI. Batu bara 0,14 4.904

Bahan baku utama industri semen adalah batu kapur yang banyak terdapat di

luar Pulau Jawa seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan

demikian dalam penyebaran industri semen perlu dipertimbangkan potensi

dan kontinuitas bahan baku.

Tabel 6. Potensi Batu Kapur

No Lokasi Cadangan (Juta Ton) No Lokasi Cadangan

(Juta Ton)

1 DI Aceh • • Kab. Aceh Besar Ratusan 9 Kalimantan Timur

Kab. Pasir

Ratusan

2 Sumatera Utara • • • Kab. Bohorok

Balige

Puluhan Puluhan

10 Kalimantan Selatan Padangbatung

Ribuan

3 Sumatera Barat 11 Nusa Tenggara Barat

9

No Lokasi Cadangan (Juta Ton) No Lokasi Cadangan

(Juta Ton) • •

• Indarung Kab. Tanah Datar

Ratusan Ribuan

Kab.Lombok Tengah Ratusan

4 Jambi Ratusan 5 Sumatera Selatan Puluhan

12 Nusa Tenggara Timur • Kab. Kupang

Puluhan

6 Jawa Barat • •

Cibinong Cibalong,Tasikmalaya

Ratusan Ratusan

13

Sulawesi Selatan • Kab. Pangkep • Kab. Sopeng • Kab. Barru

Ribuan Ratusan Ratusan

7 Jawa Tengah • •

Kab. Cilacap Kab. Kebumen

Ratusan 14 Sulawesi Utara

• Kab. Bolang Mangondow Ribuan

8

Jawa Timur • • • •

• • •

Kab. Tuban Kab. Lamongan Kab. Bojonegoro Kab. Bangkalan

Puluhan Ratusan Ratusan Ratusan

15

Irian Jaya Kab. Sorong Kab. Jayapura Kab. Biak

Ratusan Ratusan Ratusan

Gambar 3. Peta Lokasi Potensi Batu Kapur

2.2.2. Sumber Daya Modal

1. Pembangunan pabrik semen membutuhkan dana/investasi yang cukup

besar (capital intensive), supaya layak secara ekonomi maka dibutuhkan

dana antara US $ 150 hingga US $ 200 per ton semen, sehingga untuk

membangun pabrik baru (di luar prasarana) dengan kapasitas minimal 1

juta ton, dibutuhkan dana sekitar Rp. 1,7 trilyun;

10

2. Berbagai sumber pendanaan seperti perbankan maupun penerbitan saham

seperti yang saat ini dilakukan oleh PT. Semen Gresik Group, PT. Holcim

Indonesia dan PT. Indocement Tunggal Prakarsa yang sudah go public;

3. Pada kondisi khusus masih diperlukan pendanaan yang bersumber dari

Pemerintah seperti untuk PT. Semen Kupang.

2.2.3. Sumber Daya Manusia

1. Penyerapan tenaga kerja (SDM) pada industri semen tidak mengalami

perubahan yang mendasar sejak 3 tahun terakhir. Adapun posisi

penyerapan tenaga kerja tahun 2008 sebanyak 15.667 orang.

Tabel 7. Penyerapan Tenaga Kerja, 2008

No Nama Perusahaan Tenaga Kerja (orang)

1 PT. S. Andalas Indonesia 625 2 PT. S. Padang 2.464 3 PT. S. Baturaja 436 4 PT. Indocement T.P. 7.401 5 PT. S. Holcim Indonesia 2.258 6 PT. S. Gresik 2.377 7 PT. S. Tonasa 1.727 8 PT. S. Bosowa Maros 800 9 PT. S. Kupang 251 Total 15.667

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

2. Sebagian SDM bidang persemenan telah mempunyai kemampuan dalam

pengoperasian maupun pemeliharaan (maintenance) mesin/peralatan

utama.

3. Keberadaan Institut Semen Beton Indonesia (ISBI) telah mampu

meningkatkan kompetensi SDM persemenan melalui program–program

pendidikan dan pelatihan tingkat operator hingga diploma (D1).

4. Selain itu SDM Indonesia telah mampu melakukan kegiatan pabrikasi

peralatan tertentu termasuk dalam hal pemeliharaan (maintenance).

2.2.4. Infrastruktur

11

1. Kondisi infrastruktur memegang peranan penting dalam pembangunan

pabrik semen, karena prasarana pelabuhan dan jalan, maupun sarana

transportasi sangat dibutuhkan dalam pengangkutan bahan baku,

batubara maupun produk jadi semen. Hal ini merupakan salah satu

pertimbangan utama bagi calon investor dalam rangka pembangunan

pabrik baru;

2. Kondisi prasarana di Jawa, Sumatera dan Sulawesi sudah baik dan relatif

memenuhi syarat untuk transportasi sektor semen. Itulah sebabnya

pembangunan pabrik baru cenderung berlokasi di ketiga pulau tersebut;

3. Dalam hal administrasi bidang investasi semen telah diserahkan

sepenuhnya kepada Badan koordinasi Penanaman Modal baik Pusat dan

Daerah, termasuk Pemerintah Daerah;

4. Dokumen penting lain yang dibutuhkan adalah Analisis Dampak

Lingkungan dan kegiatan pengawasan (UKL/UPL) yang dipersyaratkan

dalam kegiatan pembangunan dan pengoperasian pabrik semen,

mengingat industri semen menggunakan sumber daya alam yang tidak

dapat diperbarui yaitu pemanfaatan gunung batu kapur dan batubara,

serta dampak polusi CO2 yang ditimbulkan akibat pembakaran batubara;

5. Teknologi industri semen pada umumnya masih mengacu pada FL Smidth,

namun terus mengalami inovasi–inovasi terutama berkaitan dengan

diversifikasi produk, efisiensi energi, penggunaan alternatif bahan bakar

selain batubara kalori tinggi dan inovasi teknologi pada peralatan giling

semen (cement mill).

2.3. Industri Inti, Pendukung dan Terkait

2.3.1. Industri Inti

Yang menjadi industri inti adalah semen terutama jenis Portland Tipe 1,

namun telah dikembangkan beberapa produk sesuai kegunaannya seperti

tahan terhadap air laut, tahan terhadap cairan asam, maupun jenis semen

campur. Khusus semen campur terus dikembangkan jenis–jenis yang lebih

ekonomis, namun tetap memenuhi persyaratan keamanan.

2.3.2. Industri Pendukung

12

1. Yang menjadi industri pendukung adalah industri pengolahan bahan baku

yang sebenarnya sudah terintegrasi dalam satu unit proses produksi

semen. Bahan baku dan bahan penolong yang digunakan adalah batu

kapur, tanah liat, pasir silika, pasir besi dan gipsum. Khusus gipsum

sampai saat ini masih diimpor dari Thailand;

2. Sebagai bahan bakar digunakan batubara kalori tinggi (6.000 kkal/kg),

namun telah mengalami inovasi menjadi batubara kalori rendah (4.000

kkal/kg) bahkan sebagian sudah disubstitusi oleh ban bekas;

3. Bahan penolong lain adalah kertas kraft yang dulu sepenuhnya dipasok

oleh PT. Kertas Kraft Aceh, namun tidak beroperasi lagi sehingga

pemenuhan kebutuhan kertas kraft adalah melalui impor.

2.4. Strategi Pengusaha dan Perusahaan

1. Produsen semen nasional harus berdaya saing tinggi agar mampu

menguasai pasar dalam negeri, atau paling tidak di wilayah sekitar pabrik

semen tersebut berada. Pada kenyataannya kondisi menguntungkan adalah

adanya pengenalan terhadap produk tertentu di wilayah tersebut atau brand

image, seperti halnya merek Tiga Roda di Jawa bagian Barat dan merek

Semen Gresik di Jawa Timur;

2. Untuk mempertahankan pangsa pasar, maka setiap perusahaan semen

terus melakukan efisiensi dalam penggunaan energi maupun penghematan

lainnya;

3. Dalam hal pengembangan kapasitas, maka setiap perusahaan terus

melakukan kajian dan pengamatan mengenai saat yang tepat untuk

membangun pabrik semen dengan tetap memperhatikan bahwa

pembangunan pabrik semen membutuhkan dana besar (capital intensive),

waktu pengembalian modal (ROI) sekitar 15 tahun dan waktu konstruksi

paling cepat 3 (tiga) tahun.

13

BAB III

ANALISA SWOT

3.1. Kekuatan

1. Tersedianya potensi bahan baku terutama batu kapur di hampir setiap

provinsi di tanah air. Hal ini tercermin dari persebaran lokasi pabrik semen

yang mendekati bahan baku yang jumlahnya memadai dan kualitasnya

memenuhi persyaratan;

2. Cukup prospektifnya pengembangan industri semen di tanah air yang

didukung oleh tendensi meningkatnya konsumsi per kapita dan program–

program pembangunan infrastruktur serta pembangunan perumahan

rakyat;

3. Tersedianya batubara dalam jumlah yang cukup besar yang produksinya

rata–rata 110 juta ton per tahun, sedangkan industri semen hanya

membutuhkan sekitar 6 juta ton per tahun atau 120 kg per ton klinker;

4. Adanya kekuatan “brand image” bagi produk semen nasional yang selalu

diingat oleh tukang–tukang bangunan;

5. Adanya kemampuan desain pabrik baru oleh PT. Rekayasa Industri dan

kemampuan pabrikasi oleh PT. Semen Padang;

14

6. Tingginya biaya transportasi semen terutama impor yang menyebabkan

tingginya harga jual semen impor yang kualitasnya tidak lebih baik dari

semen yang diproduksi di dalam negeri.

3.2. Kelemahan

1. Tingginya ketergantungan pada transportasi darat dan laut untuk

mengangkut semen, sehingga pada kondisi cuaca tidak bersahabat

(terutama musim hujan) sulit melakukan distribusi semen seperti ke wilayah

Kalimantan Barat, Kalimantan timur, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua;

2. Belum adanya jaminan pasokan batubara mengingat posisi ekspor yang

cukup menguntungkan.

3.3. Peluang

1. Masih rendahnya konsumsi semen per kapita yaitu sekitar 150

kg/kapita/tahun jika dibandingkan dengan negara–negara Asia seperti

Singapore, Jepang, Korea (rata–rata di atas 600 kg/kapita);

2. Mulai jenuhnya keberadaan pabrik semen di negara Asia seperti China

(sudah melampaui 1 milyar ton), Jepang (lahan terbatas) dan negara

ASEAN lain terutama yang lahannya terbatas.

3.4. Ancaman/Tantangan

1. Adanya isu lingkungan terutama karena Indonesia telah meratifikasi “Kyoto

Protocol” berkenaan dengan pencemaran CO2;

2. Tidak adanya hambatan tarif Bea Masuk (BM=0%) terutama setelah

ditandatangninya kesepakatan perdagangan bebas hambatan tarif (FTA)

antara ASEAN–China di mana semen termasuk di dalamnya.

15

BAB IV

SASARAN

4.1. Sasaran Jangka Menengah (2010-2014)

1. Meningkatnya utilitas produksi dari 70% menjadi 80% yang didukung

kemampuan produksi berbagai jenis semen dengan spesifikasi khusus;

2. Terpenuhinya kebutuhan semen nasional;

3. Diterapkannya secara wajib SNI No. 35/M-IND/PER/4/2007 tanggal 31

Agustus 2007 terhadap produk semen.

4.2. Sasaran Jangka Panjang (2010-2025)

1. Terpenuhinya kebutuhan semen nasional di seluruh pelosok tanah air

dengan harga jual yang tidak jauh berbeda di masing-masing daerah;

2. Terjaminnya pasokan energi khususnya batubara untuk periode jangka

panjang;

3. Tersedianya tenaga kerja operator pabrik yang kompeten;

4. Makin menguatnya daya saing industri semen;

5. Terwujudnya kemampuan rekayasa dan fabrikasi pembangunan pabrik

semen.

16

BAB V

STRATEGI DAN KEBIJAKAN

5.1. Visi dan Arah Pengembangan Industri Semen

Visi pengembangan industri semen adalah menjadikan industri semen nasional

berdaya saing tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Arah pengembangan industri semen adalah meningkatkan daya saing melalui

efisiensi penggunaan energi dan diversifikasi produk semen.

5.2. Strategi Kebijakan

1. Memenuhi kebutuhan nasional;

2. Melakukan persebaran pembangunan pabrik semen ke arah luar Pulau

Jawa;

3. Meningkatkan daya saing industri semen melalui efisiensi penggunaan

energi;

4. Meningkatkan kemampuan kompetensi sumber daya manusia dalam desain

dan perekayasaan pengembangan industri semen.

5.3. Indikator Pencapaian

1. Terpenuhinya kebutuhan nasional pada tingkat harga yang kompetitif;

2. Makin efisiennya penggunaan batubara, listrik dan energi lainnya;

17

3. Makin mandirinya dalam pembangunan pabrik baru.

5.4. Tahapan Implementasi

5.4.1. Langkah-langkah yang telah dilakukan

a. Membuat estimasi kebutuhan semen dalam jangka pendek (2010 –

2014) maupun jangka panjang (2010 – 2025);

b. Meningkatkan daya saing industri semen melalui upaya efisiensi

penggunaan energi;

c. Melakukan program Diklat Standar Kompetensi SDM yang dikoordinir

oleh ISBI;

d. Menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian no. 35/M-

IND/PER/4/2007 tentang Penerapan SNI Semen secara Wajib.

5.4.2. Langkah-langkah yang sedang dan akan dilakukan

a. Membuat estimasi pemenuhan kebutuhan semen dalam jangka

pendek (2010 – 2014) maupun jangka panjang (2010 – 2025),

melalui pembangunan pabrik baru;

b. Terus melakukan upaya peningkatan daya saing terutama pada

penggunaan energi dan diversifikasi produk semen;

c. Terus melakukan program Diklat Standar Kompetensi SDM

bekerjasama dengan ISBI dan instansi terkait;

d. Menerapkan dan melakukan pengawasan serta pembinaan dalam

rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Perindustrian no. 35/M-

IND/PER/4/2007 tentang Penerapan SNI Semen secara Wajib.

18

BAB VI

PROGRAM / RENCANA AKSI

6.1. Program Jangka Menengah (2010-2014)

a. Meningkatkan kemampuan SDM persemenan melalui program pendidikan

dan pelatihan kompetensi SDM;

b. Meningkatkan penggunaan semen non Portland tipe I melalui kegiatan

sosialisasi dan kerjasama dengan pihak REI;

c. Meningkatkan penghematan dalam penggunaan energi melalui :

Kajian audit energi;

Peningkatan efisiensi energi panas dari 800 kkal per kg klinker menjadi

760 kkal per kg klinker;

Penggunaan sumber energi alternatif;

Penggunaan peralatan tambahan seperti Waste Heat Recovery Boiler.

6.2. Program Jangka Panjang (2010-2025)

a. Mengembangkan industri semen di luar Pulau Jawa khususnya Kawasan

Timur Indonesia melalui pembangunan unit pengepakan, cement mill

sampai pabrik semen secara utuh;

b. Meningkatkan kemampuan SDM dalam rekayasa dan pabrikasi melalui

kerjasama dengan Institut Semen Beton Indonesia (ISBI) dalam program

diklat dari tingkat operator hingga D3;

19

c. Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dalam penggunaan bahan

baku, emisi debu dan efisiensi energi, melalui program CDM secara

berkesinambungan;

d. Meningkatkan kerjasama kemitraan antara produsen batubara dan semen;

e. Mendorong pengembangan teknologi yang lebih efisien melalui peningkatan

kerjasama dengan NEDO maupun perusahaan permesinan dunia.

Industri Inti Industri Semen

Industri Pendukung Mesin dan Peralatan; Batubara, Kertas Kraft, Gypsum, Transportasi

Industri Terkait Bahan Bangunan

Sasaran Jangka Menengah (2010 – 2015) 1. Terpenuhinya kebutuhan semen nasional; 2. Tercapainya tingkat utilisasi rata-rata diatas 90 persen; 3. Diterapkannya Permenperin 35/2007 tentang SNI secara wajib semen; 4. Peningkatan efisiensi penggunaan energi.

Sasaran Jangka Panjang (2015 – 2025) 1. Menguatnya struktur industri semen; 2. Tingginya daya saing industri semen nasional di pasar domestik dan ekspor; 3. Makin efisiennya penggunaan energi.

Strategi Sektor : Mendukung upaya pemenuhan pasokan semen di seluruh tanah air pada tingkat harga yang wajar dan terjangkau. Teknologi : Pengembangan teknologi proses produksi yang efisien.

Pokok-Pokok Rencana Aksi Jangka Menengah (2010 – 2015) 1. Menjamin pemenuhan kebutuhan nasional; 2. Menerapkan secara konsisten Permenperin no. 35/2007 tentang SNI Wajib Semen; 3. Melakukan kerjasama dengan NEDO dalam pembanguan Waste Heat Recovery Power Generation

di PT. Semen Padang; 4. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan produsen semen dalam rangka

pengembangan industri inti di daerah; 5. Mempromosikan investasi industri semen di luar Jawa khususnya Papua Barat.

Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Panjang (2015 – 2025) 1. Melanjutkan program efisiensi dan diversifikasi energi; 2. Menerapkan dan pengawasan SNI sesuai dengan Permenperin no. 35/2007; 3. Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia bagi industri semen; 4. Mengembangkan industri semen yang berdaya saing tinggi; 5. Mengembangkan bidang desain, rekayasa dan fabrikasi pabrik semen yang hemat energi.

Unsur Penunjang

Periodesasi Pembinaan : a. Periode 2004 – 2009 : Pengamanan kebutuhan semen nasional; b. Periode 2010 – 2015 : Pengembangan teknologi yang makin modern dan efisien; c. Periode 2016 – 2025 : Pengembangan kemampuan rekayasa dan permesinan. Pasar : a. Membangun daya saing guna menghadapi produk impor terutama semen dari Cina; b. Meningkatkan akses & penetrasi di pasar terutama di Kawasan Timur Indonesia;

SDM : a. Meningkatkan kemampuan kompetensi SDM di bidang rekayasa dan pabrikasi melalui

pendidikan dan pelatihan singkat hingga D3; b. Melaksanakan pelatihan sistem manajemen mutu pada industri semen.

Infrastruktur : a. Peningkatan peran litbang dan perguruan tinggi; b. Pengembangan kemampuan Balai Besar Semen yang mampu melakukan desain dan

rekayasa peralatan semen.

Gambar 1. Kerangka Pengembangan Industri Semen

20

B AH AN B A K U :B a tu Ka pu rTa n ah Li atP asi r S ilik a

G y psu mK e rt as K ra ft

S e m e n P o r tla n d

S e m e n P u tih

S e m e n M a s o n d ry

M e sin d an Pe r ala tanP A S A R D A L A M

N E G E R I

P A S A RL U A R

N E G E R IE k s p o rt ir

D ist r ib u to rM ix e dc em e n t

P e m e rin ta h P us a t : De p p e r in , De p d a g , De p h u b , De p ke u , De p PU, De p

ES D M,B K P M, B S N

Le m b a g a L itb a ng /P TB B I K , B 4 T

Fo ru m Da y a S a in gW o rkin g G ro u p

Fa s ilita to r K la s te r

J A S A :Tr a n s por ta s i, P e rb a nk a n

P e m d a :Din a s In d a g

Din a sPe r ta mb a n g a n

A S I, IS BI

S e m e m P os o la n

O il We l l C em e n t

Gambar 2. Kerangka Keterkaitan Industri Semen

21

VII. KELEMBAGAAN

Perguruan Tinggi (ISBI)B4T BandungASI

Dept. Pekerjaan UmumBSN / KAN (penerapan SNI)Kement. RistekBKPM (pengadaan mesin)Dept. Perhubungan (transportasi)Dept. Keuangan (stimulus moneter)ESDM (listrik, batubara)Dept. Perdagangan (impor gypsum)Dept. Perindustrian

Eksportir Perusahaan Jasa konstruksi

Perusahaan Proses produksi

Perusahaan Penghasil Bahan Baku

Perusahaan Penyedia Industri Penunjang, Perusahaan Penyedia Mesin Peralatan, Jasa Transportasi, Jasa Keuangan, Jasa Konsultasi

Produsen

Perbankan (soft loan)

Asosiasi, Perguruan

Tinggi, Perbankan &

Lembaga Litbang

Pemerintah DaerahKementerian Perumahan Rakyat

Pemerintah

Peningkatan daya Saing

22