KINERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURAKARTA …/Kinerja...memberikan gambaran tentang kegiatan...

152
KINERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURAKARTA DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN SUNGAI AKIBAT LIMBAH INDUSTRI Disusun Oleh : Ali Haryanto D 0104020 Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Transcript of KINERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURAKARTA …/Kinerja...memberikan gambaran tentang kegiatan...

KINERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA

SURAKARTA DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN

SUNGAI AKIBAT LIMBAH INDUSTRI

Disusun Oleh : Ali Haryanto

D 0104020

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

KINERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA

SURAKARTA DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN

SUNGAI AKIBAT LIMBAH INDUSTRI

Surakarta, April 2009

Disetujui dan diterima oleh

Dosen Pembimbing untuk diuji

Drs. Sudarmo, M.A. Ph.D NIP. 196311011990031002

HALAMAN PENGESAHAN

Telah diterima dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi, Program Studi Administrasi Negara,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Pada hari : Tanggal :

Panitia Penguji

Ketua : Drs. Susartono, SU ( ) NIP. 19460714 197903 1 001 Sekretaris : Drs. Sudarto, M.Si ( ) NIP. 19550202 198503 1 006 Penguji : Drs. Sudarmo, MA. Ph.D ( ) NIP. 19631101 199003 1 002

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dekan

Drs. Supriyadi SN, SU NIP 19530128 198103 1 001

MOTTO

Dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Al Insyiroh)

Setiap benih yang tumbuh selalu akan mencari matahari sampai dia mati

(penulis)

Tidak perlu menjadi bintang, menjadi kunang-kunang pun sudah cukup bukankah

semuanya mengindahkan malam.

(penulis)

PERSEMBAHAN

Karya Kecil ini saya persembahkan kepada :

1. Ibu dan Bapak tercinta.

2. Kakakku

3. My All Mistery

4. Keluargaku

5. Guru-guru dan Dosenku yang telah mendidik dan

membimbingku dengan penuh kesabaran.

6. Semua orang yang pernah mengenalku

ABSTRAKSI

Ali Haryanto. D0104020. Kinerja Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta Dalam Pengendalian Pencemaran Sungai Akibat Libah Industri. skripsi, Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. 2009 Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kinerja pelaksanaan program pengendalian pencemaran air sungai oleh limbah industri di Kota Surakarta dengan memberikan gambaran tentang kegiatan pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta dimana kegiatan ini terdiri dari kegiatan penyuluhan, pengawasan, dan penertiban. Kinerja dilihat dengan mengunakan beberapa indikator sebagai tolok ukur kegiatan, selain itu penelitian ini juga melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan kegiatan. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Surakarta dan dilakukan di Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha untuk menggambarkan tentang suatu keadaan atau fenomena sosial tertentu dan melakukan penilaian mengenai permasalahan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik dokumentasi dan wawancara. Data mengunakan data primer dan data sekunder, data primer didapatkan langsung dari dari informan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan pengendalian baik dari Kantor Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku, dokumen dan sumber informasi lain yang terkait dengan penelitian. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum pelaksanaan kegiatan pengendalian telah dilaksanakan. Namun dari hasil yang dicapai dari pelaksanaan pengendalian belum menunjukan hasil yang maksimal dan efektif mencapai tujuan, dimana tingkat pencemaran air sungai yang terjadi masih menunjukan diatas baku mutu yang ditetapkan dan masih banyak industri yang belum memiliki IPAL. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yang berasal dari aparat pelaksana maupun dari pelaku industri diantaranya adalah sumber daya manusia, dana, sarana dan prasarana. Namun demikian KLH sebagai aparat pelaksana sudah berusaha untuk melaksanakan seluruh kegiatan. Berdasarkan hasil penelitian maka KLH perlu meningkatkan produktivitasnya untuk mengoptimalkan kegiatan pengendalian terutama pada kegiatan pengawasan dan pemantauan terhadap industri, selain itu perlu tindakan yang lebih tegas terhadap industri-indutri yang melanggar peraturan sehingga ada efek jera dari masyarakat.

ABSTRACTION Ali Haryanto. D0104020. Environment Office Performance Controlling Rivers Pollution by Industrial Disposal. skripsi, Administrative science, Social and Politics Science Faculty Sebelas Maret University. 2009 This research aim to discriptt execution performance of control of contamination program of river water by industrial disposal in Surakarta by giving picture about operation activity done by local government through Surakarta environmental office where this activity consisted of counselling activity, observation, and publisher. Performance is seen with use some indicators as activity measuring rod, besides this research also sees factors influencing execution performance of activity This research takes location in Surakarta and done in Surakarta environmental office. Research type is qualitative descriptive, where this research tries to depict about a certain situation or social phenomenon and does assessment about research problems. Data collecting is done technicsly documentation and interview. This research using primary data and secondary data, primary data is got directly from from informan related to execution of activity of operation of either from Surakarta environmental office nor public. While secondary data is coming from books, document and information source related to research. From result of research can be taken conclusion that in general execution of activity of operation has been executed. But result has reached from execution of operation show that the result has not effective and maximum reachs purpose, where level of water pollution of river happened still be to quality standard specified and still many industries which has not owned IPAL. This thing is because of by some factors coming from industrial executor government officer nor perpetrator between it is human resource, fund, facilities and basic facilities. However enviromental office as executor government officer have tried to execute all activity. Based on result of research hence enviromental office need to increase productivity by it to optimal of operation activity especially at observation activity and watcher to industry, besides needing action which more assertive to industri-indutri impinging regulation so that there are effect discourages from public. Key words: performance, controlling, river pollutions,and industrial disposal.

KATA PENGANTAR

ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§•9$# ÉOŠÏm§•9$#

Assalammulaikum.Wr.Wb.

Segala puji hanya untuk ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat,

hidayah, dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi “ Kinerja

Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta Dalam Pengendalian Pencemaran Sungai

Akibat Limbah Industri.”

Tidak lupa penulis ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuannya

sehingga skripsi ini bisa diselesaikan, Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan

ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Sudarmo,MA. Ph.D. selaku pembimbing skripsi yang selama ini

telah meluangkan waktu, memberikan arahan, masukan, dan perhatian yang

sangat besar dalam penulisan skripsi ini

2. Bapak Drs. Marsudi, MS, selaku Pembimbing Akademik

3. Bapak Drs. Supriyadi.SN.SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs.Sudarto, M.si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

5. Seluruh Dosen pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu

Administrasi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan banyak

ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis..

6. Ibu dan Bapak terima kasih atas segala doa, kasih sayang, dan perhatiannya.

7. Bapak Supono, Ibu Sri Sulistyawati, Bapak Edy, seluruh staff dan karyawan

Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta yang telah banyak membantu penulis

dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.

8. Keluarga besar D’Papaya: mas Abe, Om Iwan, mas Feri, mas Herman, mas

Rendra, mas Agus, mas Andika, mas Rudi, mas Oday, mas Pentoel, mas Candra,

dan keluarga X’ Papaya semuanya.

9. Teman-teman AN'04 terimakasih atas segala kebaikannya

10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis berharap semoga Allah S.W.T memberi balasan dan pahala atas budi

baik beliau semua.

Wasalammulaikum.Wr.Wb

Surakarta, April 2009

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

PERSETUJUAN......................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii

HALAMAN MOTO .................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ v

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................ vi

KATA PENGANTAR................................................................................ vii

DAFTAR ISI............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xiii

BAB

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 9

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10

E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 11

1. Kinerja.......................................................................................... 11

1.1 Faktor yang mempengaruhi kinerja ....................................... 13

1.2 Indikator Penilaian Kinerja .................................................... 16

2. Pengendalian ................................................................................ 22

2.1 Penyuluhan............................................................................. 23

2.2 Pengawasan............................................................................ 24

2.3 Penertiban............................................................................... 26

3. Pencemaran Sungai ...................................................................... 27

3.1 Pencemaran ............................................................................ 27

F. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 29

G. Definisi Konseptual dan Operasional.................................................. 32

H. Metode Penelitian................................................................................ 33

II. DESKRIPSI LOKASI .......................................................................... 40

A. Gambaran umum Kota Surakarta ....................................................... 40

1. Letak dan Luas Wilayah .............................................................. 41

2. Kondisi Topografi ........................................................................ 41

3. Kondisi Geologi ........................................................................... 41

4. Kondisi Hidrologi ........................................................................ 41

B Kantor Lingkungan Hidup.................................................................... 44

1. Umum........................................................................................... 44

2. Visi ............................................................................................... 45

3. Misi .............................................................................................. 46

4. Tujuan dan Sasaran ...................................................................... 47

5. Tugas Pokok dan Fungsi .............................................................. 49

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 65

A. Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Sungai................................. 65

1. Kegiatan Penyuluhan .................................................................... 66

2. Kegiatan Pengawasan ................................................................... 72

3. Kegiatan Penertiban ...................................................................... 78

B. Kinerja Pengendalian Pencenaran sungai ......................................... 82

1. Tolok Ukur Kinerja....................................................................... 82

a. Responsifitas ............................................................................. 82

b. Responbilitas............................................................................. 83

c. Produktifitas .............................................................................. 85

d. Efektivitas ................................................................................. 88

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi................................................. 99

a. Pelaksana................................................................................... 99

b. Komunikasi ............................................................................... 101

c. Dukungan Masyarakat sasaran.................................................. 102

3. Kendala yang dihadapi................................................................... 103

a. Pendanaan.................................................................................. 103

b. Sumber Daya Manusia .............................................................. 104

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 109

A. Kesimpulan ........................................................................................ 109

B. Saran................................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 1.1 Kondisi sungai Jenes di Kelurahan sangkrah .............................. 6

Tabel 1.2 Kondisi air sumur di kelurahan Sangkrah.................................... 7

Tabel 2.1 Sungai yang ada di Surakarta ...................................................... 43

Tabel 3.1 Penyuluhan Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian

Kerusakan Sumber-Sumber Air Kota Surakarta Tahun 2008..................... 68

Tabel 3.2 Baku mutu air berdasarkan PP no 82 tahun 2001 ....................... 89

Tabel 3.3 Monitoring keadaan sungai tahun 2005 ..................................... 91

Tabel 3.3 Monitoring keadaan sungai tahun 2006 ..................................... 92

Tabel 3.3 Monitoring keadaan sungai tahun 2007 ..................................... 93

Tabel 3.3 Monitoring keadaan sungai tahun 2008 ..................................... 94

DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar 1.1 Kerangka pemikiran ................................................................ 32

Ganbar 1.2 Model analitis Interaktif .......................................................... 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan upaya sadar dan terencana dalam rangka

mengelola dan memanfaatkan sumber daya, guna mencapai tujuan pembangunan

yakni meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia.

Pembangunan tersebut dari masa ke masa terus berlanjut dan berkesinambungan

serta selalu ditingkatkan pelaksanaannya, guna memenuhi dan meningkatkan

kebutuhan penduduk tersebut berjalan seiring dengan pertumbuhan penduduk.

Pembangunan yang selama ini dilaksanakan dalam kenyataanya seringkali

tidak atau kurang memperhatikan aspek lingkungan dalam pelaksanaanya. Kita

keliru memandang dan menempatkan diri dalam konteks lingkungan hidup secara

holistik. Ini bersumber dari kesalahan/kebablasan memahami etika

antroposentrisme, yang menempatkan manusia sebagai pusat dari alam, bahkan

dipahami sebagai penguasa atas alam yang boleh melakukan apa saja. Sehingga

melahirkan sikap-perilaku eksploitatif yang cenderung memarginalkan kelestarian

lingkungan.( Hery Susanto, Sinar Harapan )

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan. Tidak akan ada

kehidupan jika tidak ada air. Air yang bersih sangat didambakan oleh manusia,

balik untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri, pertanian dan lain

sebagainya. Saat ini air menjadi masalah yang perlu mendapatkan perhatian

khusus. Untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar tertentu

sekarang bukanlah suatu yang mudah karena air sudah banyak tercemar oleh

berbagai macam limbah dari kegiatan manusia, baik itu limbah dari industri,

limbah dari kegiatan rumah tangga, maupun limbah dari kegiatan yang lainya.

Pembuangan limbah secara langsung ke lingkungan inilah yang menjadi

penyebab utama terjadinya pencemaran air. Limbah ( baik berupa zat padat

maupun zat cair ) yang masuk ke air akan menyebabkan terjadinya penyimpangan

dari keadaan normal air dan ini berarti adalah suatu pencemaran

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya

makhluk hidup,zat,energi dan ataukomponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh

kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya (Undang-

Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 angka 12)

Pencemaran air adalah masuknya limbah ke dalam air yang

mengakibatkan fungsi air turun, sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas

manusia dan menyebabkan timbulnya masalah penyediaan air bersih. Bagian

terbesar yang menyebabkan pencemaran air adalah limbah cair dari industri,di

samping limbah padat berupa sampah domestik.

Pencemaran air yang terus meningkat telah menurunkan kualitas air

diseluruh dunia. Jika pencemaran terus berlanjut tanpa perbaikan pengolahan

limbah yang dibuang, tidak ada lagi air bersih yang tersediadan seluruh bentuk

kehidupan terancam punah karena keracunan zat toksik yang mencemari. Untuk

menghindari hal itu diperlukan pengawasan yang ketat dari instansi yang

berwenang dalam pengelolaan lingkungan. Monitoring sangat diperlukan untuk

memantau keadaan dan tingkat pencemaran yang telah terjadi serta efektivitas

pengolahan limbah,sehingga efek negatif dari pencemaran dapat dihindari dan

diantisipasi sebelum terjadi pencemaran yang lebih parah.

Hampir semua sungai yang ada di Indonesia tercemar kualitasnya

akibat aktivitas industri, kuantitas dan kualitas limbah yang dibuang kesungai

seringkali tidak terkontrol. Sungai sungai yang ada didaerah pedalamanpun tidak

terbebas dari pencemaran hasil riset dari Takanobu Inoue, Department of

Architecture and Civil Engineering, Toyohashi University of Technology bahwa

tingkat pencemaran di Sungai Kahayan telah menunjukan tingkat kandungan

logam berat ( merkuri) sudah sangat tinggi. (Takanobu Inoue, 2007: 6)

Hal serupa juga terjadi di sungai sungai di Bali pencemaran timbal

(Pb) dan krom (Cr) juga menunjukan kadar yang sangat berbahaya. Dari hasil

penelitian menunjukan bahwa kandungan kedua bahan tersebut dimuara sungai

Badung telah melebihi kelayakan sebagai bahan pangan berkisar 0,14-0,96 mg/l

Pb 0.09-0,056 mg/l Cr. Dan hasil dari kandungan ikan nila yang hidup ditempat

tersebutkadar Pb berkisar 10,1910- 10,7710mg/kgdan kadar Cr 1,3460-2,9640

mg/kg jauh dari keputusan badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) No

03725/B/sk/VII/89 batas maksimum cemaran logam berat pada makanan,

khususnya daging dan hasil olahanya, ditentukan batas maksimumya adalah

untuk Pb = 2,0 mg/kg , sedangkan menurut Zook(1976)batas maksimum Cr pada

makanan (daging) adalah 0,4 mg/kg berat basah.(Bogoriani,2007: 4-7 )

Surakarta ada di titik persimpangan antara Jawa Timur, Jawa Tengah, dan

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan lokasi yang sangat strategis, ini tentunya

memberikan suatu keuntungan yang sangat menggiurkan bagi para pelaku usaha

untuk menanamkan modalnya di daerah ini. Keadaan seperti tentunya

menyemarakan kegiatan perindustrian di kota ini.

Namun perlu ada yang disayangkan dengan pesatnya pertumbuhan

industri ini. Pertumbuhan industri juga membawa pengaruh buruk terhadap

lingkungan kota, terutama pada sungai-sungai yang ada di kota Surakarta. Sungai-

sungai yang mengalir di sini mengalami pencemaran yang sudah sangat

mengkawatirkan. Sedikitnya ada sembilan sungai yang melewati wilayah

Surakarta sudah dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Sebut saja Sungai Jenes

Sungai Pepe Sungai Wingko, Sungai Gajah Putih, Sungai Premulung, Sungai

Boro, Kali Anyar, Sungai Brojo dan bahkan Sungai Bengawa Solo yang

legendaris itupun tidak luput dari dampak buruk pencemaran ini. Tingginya

tingkat pencemaran membuat sungai ini keruh dan berbau. Nasib yang serupa

juga dialami oleh sungai-sungai lain yang menjadi alirannya, penyebabnya tentu

saja tidak lain adalah karena pembuangan limbah secara serampangan.

Sungai-sungai yang mengalami pencemaran terparah di Surakarta ada di

wilayah Kecamatan Laweyan dan Pasar Kliwon. Hal ini dikarenakan di kedua

wilayah ini terdapat banyak industri rumah tangga. Banyaknya pengusaha yang

tidak melakukan pengolahan limbah merupakan penyumbang terbesar dari

pencemaran sungai yang terjadi. Bahkan dari 27 pengusaha batik yang

tergabung dalam Forum Pengembangan Kampeong Batik laweyan hanya satu

yang membuang limbahnya melalui Istalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).( Visi

2006:33).

Susilo seorang pengusaha batik mengaku telah membuang limbahnya

langsung ke sungai tanpa terlebih dahulu melakukan pengolahan melalui IPAL

” Dari dulu saya membuang limbah melalui gorong-gorong ke sungai, warnanya

memang agak buthek tapi tidak apa-apa”. ( Visi 2006:37 )

Tentunya hal tersebut telah menyalahi PP No 82 Tahun 2001.karena dalam

peraturan ini jelas telah ditetapkan bahwa setiap penanggung jawab usaha atau

kegiatan yang membuang limbahya ke air atau sumber air wajib mencegah dan

menanggulangi terjadinya pencemaran air.( PP No 82 Tahun 2001 pasal 37 ) dan

setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan yang membuang limbahya ke air

atau sumber air wajib mentaati persyaratan yang ditetapkan salam izin. ( PP No

82 Tahun 2001 pasal 38 angka 1 )

Berdasarkan data Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Surakarta, setelah

dilakukan pengujian di beberapa titik sungai, menunjukan bahwa ternyata semua

sungai telah mendalami pencemaran yang telah melebihi ambang batas baku mutu

pencemaran yang ditolerir.

Hasil riset dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Sebelas

Maret ( PPLH UNS) dalam Visi (2006:38) mengenai pencemaran sungai Jenes

di kelurahan Sangkrah menunjukan bahwa kadar BOD (Biochemical Oxygent

Demand), COD ( Chemical Oxygent Demand), Amoniak, Besi, dan Sulfat sudah

menunjukan angka yang sangat mengkawatirkan. Untuk BOD dan COD telah

melebihi baku mutu sebagai mana yang telah ditetapkan berdasarkan PP No 82

Tahun 2001. Untuk kadar kandungan Amoniaknya juga telah melebihi Baku

Mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Jawa Tengah No 10 Tahun 2004.

Untuk Besi dan dan Sulfat memang belum ada peraturan yang mengatur

mengenai Baku Mutu keduanya. Namun berdasarkan hasil penelitian tersebut

kadarnya sudah dalam tingkat yang mengkawatirkan sehingga sangat perlu untuk

mendapatkan perhatian dari pemerintah

Tabel 1.1

Hasil Penelitian Air Sungai Jenes di Kelurahan Sangkrah.

Hasil Analisa Sungai No Parameter Satuan Pagi Siang Sore

Baku Mutu

1 BOD mg/L 75.2 114.2 120.67 12 2 COD mg/L 211 331 407 100 3 Amoniak mg/L 0.800 0.740 0.443 - 4 Besi mg/L 2.94 4.63 1.06 - 5 Sulfat mg/L 69 43 100 -

Sumber : Hasil Penelitian PPLH UNS dalam (Visi 2006:38).

Keterangan: Baku Mutu Berdasarkan PP No 82 Tahun 2001.

Pencemaran Sungai Jenes ini telah berdampak terhadap kualitas air sumur

yang dimiliki oleh warga yang bertempat tinhhal di bantaran sungai ini. Penelitian

yang dilakukan oleh PPLH UNS ini juga mendapatkan bahwa kadar sulfat pada

air sumur di Kelurahan Sangkrah sudah dalam tingkat yang mengkawatirkan.

Bahkan sumur-sumur yang berjarak kurang dati 25 meter dari Sungai Jenes

ini memiliki kadar COD yang melebihi Baku Mutu yang ditetapkan PP No 82

Tahun 2001.

Tabel 1.2

Hasil Penelitian Air Sumur di Kelurahan Sangkrah.

Hasil Analisis Sumur No Parameter Satuan 1 2 3 4 5 6

Baku Mutu

1 BOD mg/L 0.21 0.08 0.07 0.64 0.23 0.13 2 2 COD mg/L 7.78 22.1 15.8 8.79 6.92 3.75 10 3 Amoniak mg/L 0.01 ttd ttd ttd 0.01 0.1 0.5 4 Besi mg/L 0.69

9 0.86

3 0.48

4 0.10

5 0.05 0.18 0.3

5 Sulfat mg/L 75.1 182 121 100 44 123.17 - Sumber: Hasil Penelitian PPLH UNS. dalam (Visi 2006:38)

Keterangan: Sumur 1, 2, 3 berjarak < 25 meter dari Sungai Jenes Sumur 4, 5, 6 berjarak > 25 meter dari Sungai Jenes ttd: tidak terdeteksi Baku Mutu yang ditetapkan PP No 82 Tahun 2001 Dalam rangka melaksanakan program pengendalian pensemaran air,

Pemerintah telah membuat beberapa peraturan perundang-undangan antara lain

UU no 23 Tahun 1997 tentang lingkungan hidup; UU No 7 Tahun 2004 tentang

Sumberdaya Air; dan PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan kualitas air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

Berdasarkan UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, upaya

konservasi sumberdaya air khususnya yang terkait dengan pengelolaan kualitas

air dan pengendalian pencemaran air yang juga dimuat dalam PP No 82 Tahun

2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian pencemaran air, bahwa

upaya pengendalian pencemaran air yaitu mengendalikan kualitas masukan ke

badan air penampung yang dalam hal ini sungai, danau, dan waduk serta air tanah

akifer

Pemerintah dalam hal ini adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap

penanggulangan pencemaran ini. Pemerintah memiliki kewenangan untuk

melakukan kegiatan-kegiatan pengendalian pencemaran.

Pemerintah dan pemerintah propisi, pemerintah kabupaten/kota sesuai

dengan kewenangan masing-masing dalam rangka pengendalian air pada sumber

air berwenang:

1. Menetapkan daya tampung pencemaran.

2. Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemaran.

3. Menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada air tanah.

4. Menetapkan persyaratan pembuanga air limbah ke air atau sumber air.

5. Memantau kualitas air pada sumber air, dan

6. Memantau faktor-faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air.

(PP No 82 Tahun 2001 Pasal 20 ).

Terhadap masalah pencemaran sungai ini Kantor Lingkungan Hidup Kota

Surakarta pun mengaku telah melakukan berbagai kegiatan untuk menanggulangi

pencemaran ini baik melalui tindakan preventif maupun tindakan represif. Dalam

hal ini tindakan preventif dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota

Surakarta dengan melakukan pemantauan minimal dua bulan sekalimelalui Seksi

Pemantauan dan Pemulihan lingkungan serta Seksi Penanggulangan Pencemaran

dan Kerusakan Lingkungan. Untuk upaya represif, dilakuakan dengan jalan

menutup saluran pembuangan limbah badi perusahaan yang tidak mengindahkan

peringatan dari KLH.baik berupa peringatan lisan maupun peringatan tertulis.

Berangkat dari situasi dan kondisi inilah yang mendorong peneliti untuk

mengadakan penelitian tentang penengdalian pencemaran air khusunya pada

pengendalian pencemaran sungai di wilayah Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka dapat ditarik rumusan masalah

yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana kinerja kegiatan pengendalian pencemaran sungai oleh Kantor

Lingkungan Hidup Kota Surakarta?

2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian

pencemaran sungai ini?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengendalian pencemaran sungai oleh Kantor

Lingkungan Hidup Kota Surakarta ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Operasional

a. Menggambarkan kinerja kegiatan pengendalian pencemaran sungai di

Surakarta.

b. Mencari dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan kegiatan penendalian pencemaran sungai.

2. Tujuan Fungsional

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,

sebagai bahan pemikiran dalam melanjutkan dan meningkatkan kualitas

kinerja pelaksanaan Program Pengendalian Pencemaran Sungai Kota

Surakarta oleh KantorLingkungan Hidup Kota Surakarta maupun didaerah

Lainnya.

3. Tujuan Individual

Untuk memenuhi persyaratan guna meraih gelar sarjana S-1 di jurusan

Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas

Maret, Surakarta

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain sebagai

berikut :

1. Dapat digunakan sebagai perbendaharaan penelitian deskriptif yang dapat

digunakan sebagai gambaran mengenai pelaksanaan pengendalian

pencemaran sungai di Surakarta.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta

dalam melaksanakan kegiatan pengendalian pencemaran di wilayah Surakarta.

3. Dengan hasil penelitian ini dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan lebih lanjut

dalam melaksanakan kegiatan pengendalian pencemaran di wilayah Surakarta

4. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, pembaca, dan

pihak-pihak yang terkait dalam masalah penelitian kegiatan pengendalian

pencemaran di wilayah Surakarta.

E. Tinjauan Pustaka

1. Kinerja

Achmad S. Ruky ( 2004:14 ) mengatakan bahwa kinerja atau prestasi

sebenarnya adalah pengalihbahasaan dari kata Inggris “performance”, kata

performance itu sendiri mempunyai tiga arti kata yaitu: “prestasi”,

“pertunjukan”, dan “pelaksanaan tugas.” Sementara itu menurut pendapat

Mahsun ( 2006:25 ) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat

pencapaian suatu kegiatan / program / kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategik planning

organisasi.

Bernadin dan Rusel dalam Ruky (2002:15) memberikan definisi

tentang performance seperti berikut:

“Performance is definied as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time periode ( prestasi adalah catatan dari hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan dalam kurun waktu tertentu.).”

Sementara itu Otley dalam Mahmudi (2001: 15) mengatakan “

Kinerja mengacu pada suatu yang terkait dengan kegiatan melakukan

pekerjaan, dalam hal ini meliputi hasil yang dicapai kerja tersebut.”

Jakson dan Morgan dalam Riawan (2005:38) mengemukakan

pendapat bahwa kinerja pada umumnya menunjukan tingkat tujuan yang ingin

dicapai. Sementara Pamungkas juga masih dalam buku yang sama

menjelaskan bahwa kinerja adalah penampilan cara-cara untuk menghasilkan

sesuatu hasil yang diperoleh dengan aktivitas yang dicapai dengan suatu

unjuk kerja. Dengan demikian dari konsep tersebut dapat dipahami bahwa

kinerja adalah konsep utama organisasi yang menunjukan seberapa jauh

tingkat kemampuan pelaksanaan tujuan organisasi dalam rangka pencapaian

tujuan orgaisasi.

Kinerja oleh Lembaga Administrasi Negara dalam Joko Widodo

(2001:60) diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan / program / kebijakan dalam mewujudkan

sasaran/ visi/ misi organisasi.

Sementara itu Suyadi Prawirosentono (1999:2) mengatakan bahwa

kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok

orang dlam suatu organisasi yang sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral

maupun etika.

Suatu kinerja sangat penting untuk dinilai atau diukur agar suatu

organisasi atau program dapat diketahui keberhasilanya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Mahmudi ( 2005: 6 ) bahwa pengukuran kinerja digunakan

sebagai dasar untuk melakukan penilaian kinerja, yaitu untuk menilai sukses

atau tidaknya suatu organisasi, program atau kegiatan.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas maka dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa kinerja adalah kemampuan seseorang atau sekelompok

orang dalam organisasi untuk melaksanakan tugasnya

1.1 Faktor yang mempengaruhi kinerja.

Kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada

di dalam maupun di luar organisasi. Yuwono dkk dalam Tangkilisan

(2005: 178-179) mengemukakan pendapat bahwa kinerja organisasi

berhubungan dengan berbagai aktivitas dalam rantai nilai (value chain)

yang ada pada organisasi.

Soesilo dalam Zainal Syafrudin (2003:31-32) mengemukakan

kinerja suatu organisasi dipengaruhi:

1. Struktur organisasi sebadai hubungan interval yang terkait dengan

fungsi menjalankan aktivitas organisasi.

2. Kebijakan penggelolaan, berupa visi dan misi.

3. Sumber Daya Manusia, yang berkaitan dengan kualitas

karyawanuntuk bekerja dan berkarya secara optimal.

4. Sistem Informasi Manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan

data base untuk digunakan dalam mempertiggi kierja organisasi.

5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan

penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap

aktivitas organisasi.

Sementara Atmosoeprapto dalam Zainal Syafrudin ( 2003:32-33 )

mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi

oleh faktor internal dan eksternal sebagai berikut ini:

a. Faktor eksternal terdiri dari

§ Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan

kekuasaan negara yang berpengaruh pada keamanandan ketertiban

yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya

secara maksimal.

§ Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang

berpengaruh pada tingkat pendapatan massyarakat sebagai daya beli

untuk menggerakan sektor-sektor lainya sebagai suatu system

ekonomi yanglebih besar.

§ Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di masyarakat

yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap erot kerja yang

dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.

b. Faktor internal terdiri dari

§ Tujuan organisasi,yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang inhin

diproduksi oleh suatu organisasi.

§ Struktur organisasi,sebagai hasil desain antara funsi yang akan

dijalankan oleh unit organisasi dengan stuktur formal yang ada.

§ Sumber Daya Manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota

orgaisasi secara keseluruhan.

§ Budaya Organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam

pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang

bersangkutan.

Brison dalam Riawan (2005 :48-49) menjelaskan bahwa untuk

lebih meningkatkan kinerja organisasi publik perlu diperhatikan seluruh

aspek-aspek yang berpengaruh dalam kierja organisasi public, yakni:

1) Aspek-aspek input atau sumber daya (resources) antara lain:

pengawasan, sumberdaya manusia, anggaran, sarana dan prasarana,

informadsi dan budaya organisasi.

2) Hal yang berkaitan dengan proses manajemen dalam dinas seperti:

proses perencanaan, proses pengorganisasian, proses pelaksanaan,

proses penganggaran, proses pengawasan dan proses evaluasi dan

sebagainya.

Setiap aspek memiliki kemungkinan yang sama untuk muncul

sebagai faktor dominan yang mempengaruhi kinerja organisasi, baik

pengaruh positif ( meningkatkan kinerja ) ataupun negatif ( melemahkan

kinerja ). Disamping faktor internal tersebut perlu juga diperhatikan

aspek-aspek linhkunggan eksternal yang secara langsung maupun tidak

ikut dalam menpengaruhi kinerja organisasi, seperti perubahan kondisi

sosial, ekonomi,politik dan teknologi.

Dari pendapat–pendapat tersebut diatas dapat dibuat kesimpulan

bahwa ada begitu banyak sekali faktor yang domiinan yang

mempengaruhi kinerja yang akan dicapai oleh suatu organisasi. Faktor itu

dapat berasal dari lingkungan dalam organisasi itu sendiri ( internal )

maupun berasal dari lingkungan luar organisasi tersebut ( eksternal ).

1.2 Indikator penilaian kinerja

Penilaian kinerja adalah hal yang sangat penting karena dengan itu

dapat digunakan untuk mengetahui kinerja organisasi. Dengan melakukan

penilaian terhadap kinerja maka upaya untuk mememperbaiki kinerja

dapat dilakukan dengan lebih terarah dan sistematis.

Pada dasarya terdapat beberapa indikator yang biasanya

digunakan dalam mengukur kinerja. Agus Dwiyanto (2002:48-49)

mengemukakan indikator-indikator yang biasa digunakan dalam menilai

kinerja organisasi publik antara lain:

a. Produktifitas

Produktifitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga

efektifitas pelayanan. Produktifitas pada umumnya dipahami sebagai

rasio antara input dan output. Konsep produktifitas dirasa terlalui

sempit dan kemudian General Accaunting Office (GAO) mencoba

mengembangkan satu ukuran produktifitas yang lenih luas dengan

memasukan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang

diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting. Indikator

produktifitas secara luas digunakan untuk mengukur dan mengetahui

output atau keluaran yang dihasilkan oleh suatu organisasi pada suatu

periode waktu tertentu.

b. Orientasi kualitas layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting

dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak

pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi muncul karena

ketidak puasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang iterima dari

organisasi publik. Dengan demikian, kepuasn masyarakat terhadap

layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi public.

Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai

indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat

tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan

terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media

massa atau diskusi public. Akibat akses informasi mengenai kepuasan

masyarakat terhadap kualitas layanan relative sangat tinggi, maka bisa

menjadi satu ukuran kinerja organisasi public yang mudah dan murah

dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk

untuk menilai kinerja organisasi publik.

c. Responsifitas

Responsivitas adalah kemanpuan organisasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sessuai dengan

kebutuhandan aspirasi masyarakat Responsivitas disini menunjukan

keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan

dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukan kedalam salah satu

indikator kinerja karena responsivitas secara langsung

menggambarkan kemampuan organisasi pulik dalam menjalankan misi

dan tujuanya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Responsivitas yang rendah ditunjukan dengan ketidak selarasan antara

pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut menunjukan

kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi

publik. organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan

sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.

d. Responsibilitas

Lenvine dalam Agus Dwiyanto (2002:49) menyatakan bahwa

responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang

benar atau sesuai sengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit

maupun implisit. Oleh karena itu responsibilitas bisa saja pada suatu

ketika berbenturan dengan responsivitas.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas berhubugan dengan seberapa besar kebijakan dan

kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang

dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik

tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu

merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep

akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar

kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan

kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya

bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi

publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya

harus dinialai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang

berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki

akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai

dengan norma yang berkembang dalam masyarakat.

Menurut Lembaga Administrasi Negara dalam Riawan (2005: 40)

pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan metode AKIP (Akuntabilitas

Kinerja Organisasi Publik). metode ini menggunakan indikataor kinerja

sebagai dasar penetapan pencapaian kinerja. Pengukuran kinerja

menggunakan formulir Pengukuran Kinerja (PK), penetapan indikator

didasarkan pada masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome),

manfaat (benefit), dan dampak (impact).

Mardiasmo dalam Riawan (2005: 41-42) menerangkan lebih lanjut

mengenai kelima indikator tersebut sebagai berikut:

a. Indikator masukan (inputs) yang mengukur sumber daya yang

diinvestasikan dalam suatu proses, program maupun aktivitas untuk

menghasilkan keluaran (output maupun outcome ) indikator ini

mengukur jumlah sumber daya seperti anggaran, sumber daya

manusia, informasi,, kebijaksanaan,atau peraturan perundangan dan

sebagainya yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. Dengan

meninjau distribusi sumber daya suatu lembaga dapat menganalisais

apakah alokasi sumbsrdaya yang dimiliki sudah sesuai dengan rencana

yang tellah ditetapkan.

b. Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan langsung

dicapai dari suatu kegiatanyang dapat berupa fisik maupun non fisik.

Indicator ini digunakan untuk mengukur output yang dihasilkan dari

suatu kegiatan. Dengan membandingkan output yanmg direncanakan

dan yang betul-betul terealisir, instansi dapat menganalisis sejauh maa

kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, indicator output hanya

dapat menjadilandasan untuk menialai kemajuan suatu kegiatan

aopabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran kegiatan yang

terdefinisai dengan baik dan terukur. Oleh sebab itu indikator output

harus sesuai dengan lingkup dan kegiatan instansi.

c. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya output (efek langsung) pada jangka menengah. Dalam

banyak hal informasi yang diperlukan untuk mengukur hasil (outcome)

seringkali tudak lengkap dan tidak mudah diperoleh. Oleh karena itu

setiap instansi perlu mengkaji berbagai pendekatan untuk mengukur

outcopme dari output suatu kegiatan.

d. Indikator manfaat (benefits) menggambarkan manfaat yang diperoleh

dari indikator outcpme. Manfaat tersebut pada umumnya tidak segera

tampak. Setelah beberapa waktu kemudian yaitu dalam jangka

menengah atau jangka panjangdari manfaatnya tampak. Indicator

benefit menunjukan hal-hal yang diharapkan untuk dicapai bila output

dapat diselesaikan dan berfungsi dengan optimal (tepat lokasi dan

waktu).

e. Indikator dampak (impacts) memperlihatkan pengaruh yang

ditimbulkandari manfaat yanmg diperoleh. Indikator dampak

menunjukan dasar pemikiran dilaksanakan kegiatan yang

menggambarkanaspaek makro pelaksanaan kegiatan , tujuan kegiatan

secara sektoral regiomal dan nasional.

Lenvine dalam Riawan (2005: 43) mengemukakan tiga konsep

yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur kinerja organisasi publik,

yakni responsifitas (responsiveness), responsibilitas (responsibillity),

dan akuntabilitas (accountabillity). Responsivitas mengacu pada

keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan yanag diberikan

oleh organisasi publik dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Semakin banyak kebutuhan dan atau aspirasi masyarakat yang

diprogramkan oleh organisasi publik maka kinerja organisasi tersebut

akan semakin baik Responsivitas dalam pelayanan publik adalah

merupakan suatu yang sangat penting dalam suatu kegiatan pelayanan

public, responsivitas disini merupakan satu dari lima dimensi seperti

yang dikatakan oleh McKoy ( 2008 ) the standard instrument focuse

on five service quality dimentions, tangibles, realibility, responsivness,

and empaty.

Responsibilitas menjelaskan sejauh mana pelaksanan kegiatan

orhganisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang

implisit ataupun eksplisit. Semakin kegiatan organisasi publik itu

dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi dan peraturan

serta kebijakan organisasi, maka kinerjanya akan dinilai semakin baik.

Akuntabilitas mengacu pada seberapa besar pejabat politik yang

dipilih oleh rakyat. Dalam konteks ini kinerja organisasi publik dinilai

baik apabila seluruh atau setidaknya sebagian besar kegiatanya

didasarkan pada upaya-upaya untuk memenuhi harapan dan keinginan

para wakil rakyat. Semakin banyak tindak lanjut organisasi atas

harapan dan aspirasi pejabat politik , maka kinerja organisasi tersebut

dinilai semakin baik

Dalam penelitian ini indikator-indikator yang akan digunakan

dalam mengukur kinerja pengendalalian adalah produktifitas, efektivitas,

responbilitas, dan responsivitas.

2. Pengendalian

Pengendalian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) adalah

proses atau perbuatan mengendalikan,atau pengawasan atas dasar kemajuan

(tugas) dengan membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta

menyesuaikan usaha dengan hasil pengawasan.

Pengendalian menurut Ibnu Syamsi (1988) adalah fungsi manejemen

yang mengusahakan agar pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan

rencana, instruksi, pedoman, patokan atau peraturan yang telah di tetapkan

dalam sebelumnya.

Sementara itu Koesnadi Harjo Sumantri (1991:122) mengemukakan

bahwa istilah pengendalian mencakup dua kegiatan, yaitu kegiatan

pencegahan dan penanggulangan.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengendalian adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan.

Beberapa ahli ada yang menyamakan pengendalian dengan

pengawasan atau controlling. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa

terdapat perbedaan antara pengendalian dengan pengawasan. Dalam

penelitian ini, dalam kegiatan pengendalian terdiri dari beberapa kegiatan

yaitu kediatan sosialisasi, kegiatan pengawasan dan kegiatan penertiban.

2.1 Penyuluhan atau Sosialisasi

Menurut kamus istilah manejemen (1981), penyuluhan adalah

tehnik memberikan nasihat atau pertimbangan kepada orang lain yang

memiliki masalah. Sedangkan menurut kamus istilah manejemen susunan

BN. Marbun (2001), penyuluhan atau conseling adalah proses dalam

belajar secara organis, dimana seseorang membuat orang lain mengubah

perilaku mereka. Segangkan definisi penyuluhan berdasarkan Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penyuluhan terdiri dari tiga makna yaitu

proses, cara, perbuatan menyuluh; penerangan; dan penyelidikan.

Sedangkan istilah sosialisasi menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), adalah upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga

menjadi sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayatkan oleh

masyarakat atau pemasyarakatan.

Sementara itu Warsito Utomo (2003:120) memberikan pengertian

bahwa sosialisasi pada hakekatnya, adalah mengubah cara berfikir,

winning minds, perubahan sikap, dan tingkah laku.

Jadi dalam hal ini, sosialisasi yang dilakukan adalah upaya untuk

memasyarakatkan peraturan pengendalian pencemaran air (PP No 82

Tahun 2001) kepada masyarakat.

3.2 Pengawasan

Sujamto (1989:53-54) menbedakan antara pengendalaian dan

pengawasan. Pengawasan adalah pengawasan dalam arti sempit yang

didefinisikan sebagai segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan

menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanan tugas atau

pekerjaan, apakah sudah sesuai dengan semestinya atau tidak. Pengawasan

dalam arti sempit ini biasanya disebut pengawasan fungsional.

Sementara itu pengendalian memiliki arti yang lebih forcefull

daripada pengawasan yaitu bawa pengendalian merupakan segala usaha

atau kegiatan yang menjamin dan menggarahkan agar pelaksanaan tugas

atau pekerjaan berjalan dengan semestinya.

Jadi disini perbedaan antara pengawasan ( dalam arti sempit) dan

pengendalian adalah pada kewenangan korektif. Dari hal ini dapat

disimpulkan bahwa fungsi pengawasan dalam arti luas adalah pengawasan

dalam arti sempit dan pengendalian,jika digambarkan dalam rumus adalah

sebagai berikut:

DAL=WAS+TK Keterangan:

DAL : Pengendalian

WAS : Pengawasan

TK : Tindakan Korektif

Manullang (1988:176-179) menggolongkan jenis pengawasan

berdasarkan waktu (preventif dan represif) obyek (produksi, keuangan,

waktu dan manusia), subyek (intern dan ekstern), dan cara mengumpulkan

fakta-fakta guna pengawasan. Dari penggolongan tersebut, pengertian

pengendalian dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan jenis

pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup Surakarta

yaitu pengawasan pereventif, represif, pengawasan terhadap manusia dan

kegiatan-kegiatanya dan pengawasan ekstern. Jenis-jenis pengawasan

tersenut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan untuk

mencegah atau sebelum terjadi penyelewengan, kesalahan atau

deviation

2. Pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum

terjadinya penyelewengan, kesalahan atau deviation

3. Pengawasan terhadap manusia dan kegiatan-kegiatanya adalah

pengawasan yang bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan-

kegiatan yang dilakukan sesuai dengan instruksi atau tata kerja

4. Pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang-

orang di luar organisasi yang bersangkutan. Dalam hal ini Kantor

Lingkungan Hidup Surakarta adalah organisasi pemerintah yang

memiliki kewenangan untuk mengawasi dan mengendalikan kegiatan-

kegiatan yang berkenaan dengan pencemaran air oleh masyarakat.

3.3 Penertiban

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penertiban

adalah proses, cara, perbuatan untuk menertibkan

Jadi penertiban pencemaran air sungai adalah kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah kota Surakarta untuk menertibkan kegiatan-

kegiatan masyarakat dan industri yang dilakukan dan dapat

menyebabkan terjadinya pencemaran air khususnya pencemaran sungai.

3. Pencemaran air sungai

3.1 Pencemaran

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke

dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun

sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak dapat

berfungsi sesuai peruntukkannya (Undang-Undang Pengelolaan

Lingkungan Hidup Ps 1 angka 12).

Jadi disini pernasalahan pencemaran akan sangat berkaitan dengan

masuknya komponen asing kedalam lingkungan yang menyebabkan

turunya kualitas dan menyebabkan terganggunya fungsi sebagai keadaan

biasanya. Pencemaran dapat dikategorikan menjadi :

a. Pencemaran tanah

Pencemaran tanah adalah masuknya limbah kedalam tanah

yang mengakibatkan fungsi tanah turun (menjadi keras atau tidak

subur) sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia

b. Pencemaran udara

Pencemaran udara adalah masuknya limbah ke dalam udara

yang mengakibatkan fungsi udara turun sehingga tidak mampu lagi

mendukung aktifitas manusia.

c. Pencemaran air

Pencemaran air adalah masuknya limbah ke dalam air yang

mengakibatkan kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang

menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukanya.

sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar

adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui:

1. Adanya perubahan suhu air

2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen

3. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air

4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut

5. Adanya mikro organisme

6. Meningkatnya radio aktifitas air lingkungan. (Wisnu Arya Wardana,

1995:74)

Walaupun penetapan standar air yang bersih tidak mudah

namun ada kesepakatan bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada

kemurnian air, akan tetapi didasarkan pada keadaan normalnya.

Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka hal itu

berarti air tersebut telah mengalami pencemaran.( Wisnu A. Wardana

1995: 72)

Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah

langsung dibuang ke badan air ataupun ke tanah tanpa mengalami

proses pengolahan terlebih dulu, atau proses pengolahan yang

dilakukan belum memadai. Pengolahan limbah bertujuan memperkecil

tingkat pencemaran yang ada agar tidak membahayakan lingkungan

hidup Banyak penyebab pencemaran air tetapi secara umum dapat

dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak

langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri,

TPA (tempat Pembuangan Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber

tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah,

air tanah, atau atmosfer berupa hujan.

F. Kerangka Pemikiran.

Sesuai dengan isi PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Maka pemerintah adalah pihak yang

memiliki wewenang untuk melakukan pengendalian pencemaran air. Pemerintah

kabupaten atau kota memiliki kewenangan untuk melakukan pengendalian

pencemaran air yang berada pada sumber air yang berada didaerah kabupaten atau

kota. Berdasarkan hal tersebut tentunya pemerintah Kota Surakarta adalah pihak

yang berwenang dalam pengendalian pencemaran air termasuk didalamya sungai-

sungai yang ada di wilayah ini. Namun dalam kenyataaanya di lapangan

menunjukan bahwa masih banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan permasalahan pengelolaan kualitas air

ini sehingga diperlukan adanya pegendalian dari pemerintah Kota Surakarta.

Dalam penelitian ini, pengedalian pencemaran air sungai terdiri dari

beberapa kegiatan yaitu penyuluhan, pengawasan dan penertiban. Sedangkan

evaluasi kinerja pengendalian pencemaran air sungai oleh Kantor Lingkungan

Hidup Kota Surakarta dilihat dari indikator-indikator produktifitas, responsivitas,

responbilitas, dan efektifitas kegiatan serta beberapa faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan kegiatan tersebut, yaitu pelaksana kegiatan, komunikasi, sumber

daya, dan dukungan dari masyarakat.

Pengendalian pencemaran air sungai ini dikatakan berhasil apabila:

§ Pemerintah sebagai pelaksana kegiatan memiliki kinerja yang baik yaitu

melaksanakan semua kegiatan sesuai dengan posedur kegiatan yang berlaku.

§ Komunikasi dan koordinasi antara pihak-pihak yng berwenang terjalin dalam

semuake giatan yang dilakukan.

§ Sumber daya yang tersedia memadai dalam menukung setiap pelaksanaan

kegiatan.

§ Masyarakat sasaran mendukung, berupa adanya tanggapan positif terhadap

pelaksanaan kegiatan tersebut

Dalam penelitian ini digunakan juga tolak ukur untuk mengukur

keberhasilan kinerja pengendalian pencemaran sungai yaitu:

1. Tingkat kondisi pencemaran sungai-sungai yang ada apakah sudah sesuai

dengan baku mutu air yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

2. Tingkat perkembangan pengelolaan limbah industri, yaitu keberhasilan

dilihat dari banyakya industri yang melakukan pengolahan limbah

industri sebelum dibuang ke badan sungai.

Berdasarkan faktor-faktor dan tolok ukur tersebut, maka dapat dilakukan

evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kinerja pengendalian pencemaran ini

telah berhasil untuk mencapai tujuan, serta kendala-kendala apa saja yang

dihadapi saat pelaksanaan kegiatan pengendalian.

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran.

G. Definisi Konseptual dan Operasional

Definisi konseptual dan operasional dalam penelitian diperlukan untuk

memberikan batasan-batasan yang jelas terhadap objek yang akan diteliti.

1. Definisi konseptual:.

a. Kinerja adalah kemampuan organisasi untuk melaksanakan tugasnya

b. Pengendalian adalah usaha yang dilakukan agar suatu kegiatan

teerlaksana sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

c. Pencemaran air sungai adalah masuknya limbah kedalam badan

sungai oleh karena kegiatan manusia.

2. Definisi Operasional

Pengendalian Pencemaran Sungai

Kinerja Pengendalian

Tolak Ukur Kinerja

Rekomendasi

Faktor yang mempengaruhi (hambatan & dorongan): Pelaksana, Masyarakat Sasaran, Komunikasi, dan Sumber daya

Kinerja pengendalian pencemaran air sungai adalah kegiatan penilaian

terhadap usaha pemerintah khususnya Kantor Lingkungan Hidup Kota

Surakarta dalam melaksanakan pengendalian terhadap pencemaran air sungai

yang terjadi di Surakarta.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bermaksud

menberikan gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-

fakta tertentu. Arah kajian penelitian kualitatif adalah pada perilaku manusia

sehari-hari dalam keadaan rutin secara apa adanya. Berdasarkan arah kajianya

penelitia ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai

kinerja Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam pelaksanaan kegiatan

pengendalian pencenaran air sungai di Wilayah Surakarta.

Karena penelitian ini berusaha untuk menggambarkan, menafsirkan

dan menganalisis kinerja Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam

melaksanaan kegiatan pengendalian pencemaran air sungai di Wilayah

Surakarta. Maka penelitian ini diketegorikan sebagai bentuk penelitian

deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menggambarkan keadaan

fenomena sosial tertentu.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Kota Surakarta dan

dilakukan di Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta. Pertimbangan

mendasar pemilihan lokasi ini adalah;

a. Banyaknya industri di daerah ini yang membuang limbahya kesungai-

sungai yag ada di wilayah ini yang telah menyebabkan terjadinya

pencemaran yang sudah pada tingkatan yang mengkawatirkan yang

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

b. Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta adalah istansi yang

memiliki kewenangan dan bertanggung jawab dalam pengendalian

pencemaran air di Surakarta

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari informan yang memahami

permasalahan penelitian.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang diperoleh

selain dari sumber data primer. Penelitian yang memanfaatkan data

sekunder ini tidak perlu hadir, kapan, dan dimanapun data tersebut

dikumpulkan (tidak dibatasi oleh ruang dan waktu).

4. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Wawancara

Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik

wawancara, yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam

bentuk wawancara mendalam dengan cara mengajukan pertanyaan

langsung kepada informan. Disini peneliti menggunakan pedoman

wawancara sebagai kegiatan bertanya lebih terarah.

b. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang

berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda, serta rekaman gambar.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mencari,

mengumpulkan, dan mempelajari dokumen yang relevan dengan

penelitian berupa arsip, laporan, peraturan, dokumen, dan literatur lainnya.

5. Teknik Pengambilan Sampel

Karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, maka teknik

pengambilan sampel yang dilakukan secara selektif dengan menggunakan

pertimbangan secara teoritis, keinginan dari peneliti, karakteristik empiris,

serta kebutuhan dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan

metode penarikan sampel yang lebih tepat adalah purposive sampling atau

sampel bertujuan, dimana peneliti cenderung menggunakan atau memilih

informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data

yang mantap dan mengetahui permasalahannya secara lengkap tanpa

didasarkan pada strata maupun random, tetapi lebih ditekankan pada tujuan

tertentu.( HB. Sutopo: 2002:56)

6. Validitas Data

Dalam menentukan keabsahan data atau validitas data, peneliti

menggunakan teknik pemeriksaan trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan yang

lain untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada 4

macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini

menggunakan trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini menurut Lexy J.

Moleong (2002 : 178) dapat dicapai dengan langkah :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan orang

pemerintahan.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Berdasarkan langkah di atas maka dalam penelitian ini pengunpukan

data dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan

data hasil wawancara dari berbagai sumber yang berbeda yang tersedia.

Dengan demikian data yang satu akan dikontrol oleh data yang lain dari

sumber yang berbeda.

7. Tehnik Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data model interaktif, yang terdiri dari tiga komponen analisis data

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

a. Reduksi data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan

abstraksi data yang ada dalam fieldnote. Proses ini berlangsung terus

sepanjang pelaksanaan riset yang dimulai bahkan sebelum pengumpulan

data dilakukan. Reduksi dimulai sejak peneliti mengambil keputusan

tentang kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan, dan tentang cara pengumpulan data yang

dipakai. Pada saat pengumpulan data berlangsung, reduksi data berupa

membuat singkatan, coding, memusatkan tema, membuat batas

permasalahan, dan menulis memo. Proses reduksi ini berlangsung sampai

penelitian berakhir.

b. Penyajian data

Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang

memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Dengan melihat suatu

penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan

memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun

tindakan lain berdasarkan penelitian tersebut. Susunan penyajian data

yang baik dan jelas sistematikanya akan banyak menolong peneliti sendiri.

c. Penarikan kesimpulan

Pada awal pengumpulan data, peneliti harus sudah mengerti apa

arti dan hal-hal yang ia temui dalam melakukan pencatatan peraturan,

pokok pernyataan konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan

proposi-proposisi.

Aktivitas diantara ketiga komponen tersebut dilaksanakan dalam

bentuk interaktif dalam proses pengumpulan data dalam suatu proses

siklus. Dalam bentuk ini penelitian berlangsung. Kemudian peneliti

bergerak diantara 3 (tiga) kompenen analisis yaitu reduksi data, sajian

data, dan penarikan kesimpulan.

Ketiga komponen tersebut di atas, yaitu reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin-

menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam

bentuk sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis.

Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dengan model

interaktif ini dapat digambarkan sebagai beriku

Gambar 1.2

Model Analisis Interaktif (H. B Sutopo, 2002 : 96)

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Verifikasi

Penyajian data

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

A. Gambaran Umum Kota Surakarta.

1. Letak dan Luas Wilayah

Kota Surakarta terletak antara 1100 , 45’15’’ Bujur Timur dan 70 ,

35’dan 70 , 56’ Lintang Selatan.

Wilayah Kota Surakarta merupakan daratan rendah dengan

ketinggian rata-rata 92 meter dari permukaan air laut dengan batas-batas

administrasi sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali dan Karanganyar

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali, Karanganyar dan Sukoharjo

Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo

Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,0406 km2 , Secara

administratif Kota Surakarta terbagi menjadi 51 kelurahan dari 5 kecamatan

yaitu; Kecamatan Jebres, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Pasar Kliwon,

Kecamatan Banjarsari, dan Kecamatan Serengan. Kecamatan terluas adalah

Kecamatan Banjarsari dengan luas 14,81 km2 , dan wilayah dengan luas

terkecil adalah Kecamatan Serengan dengan luas 3,19 km2 , . kepadatan

penduduk tertinggi berada di daerah Kecamatan Serengan dan kepadatan

penduduk terendah ada di Kecamatan Banjarsari.

2. Kondisi Topografi

Secara geografis wilayah Kota Surakarta terlatak diantara gunung-

gunung berapi. Susebelah Timur asa Gunung Lawu dan disebelah barat

terdapat Gunung Merapi san Gunung Merbabu. Wilayah kota surakarta

terletak pada cekungan diantara gunung sehingga mempunyai topografi ryang

relatuf datar antara 0%-15%. Keadaan ini menyebabkan bangyak sungai yang

mengalir di daerah ini.

3. Kondisi Geologi

Stuktur tanah di Kota Surakarta seagian besar merupakan tanah liat

nerpasir , termasuk jenis tanah regodolkelabudan alluvial. Di daerah utara

Kota Surakarta memiliki jenistanah liat grumosol dan bagian timur memiliki

tanah berjenis tanah litosol mediteran.

4. Kondisi Hidrologi

Kondisi hidrologi di wilayah Kota Surakarta mencakup air

permukaan yang berupa air tanah (dangkal dan dalam) dan air sungai. Di Kota

surakarta terdapat beberapa sungai yang merupakan bagian dari drainase

Kota Surakarta, yaitu:

1. Bengawan Solo

Terletak di perbatasan Kota Surakarta bagian timur, sungai ini menjadi

muara semua sungai yang mengalir di wilayah Surakarta. sungai ini

mengalirr melalui wilayah Kecamatan Jebres.

2. Sungai Gajah Putih

Terletak di bagian tengah Kota Surakarta yang mengalir melewati

kecamatan Banjarsari bermuara di Bengawan Solo

3. Sungai Pepe

Terletak di bagian tengah Kota Surakarta dan merupakn anak Kali

Anyar yang berfungsi sebagai jaringan drainase dan penggelontor yang

bermuara di Bengawan Solo. Sungai ini melaui wilayah Kecamatan

Banjarsari, Kecamatan Pasar Kliwon dan kecamatan Jebres

4. Sungai Kali Anyar

Terletak di bagian tengah Kota Surakarta yang mengalir dari wilayah

barat menuju timur yang bernuara di Bengawan Solo. Kondisi air Sungai

Anyar mengalir sepanjang tahun, namun pada Sungai Anyar hilir pada

musim kemarau tidak ada aliran air karena dari Sungai Anyar hulu

dialirkan menuju Sungai Pepe sebagai gelontoran.

5. Sungai Boro

Terletak dibagian timur Kota Surakarta. Sungai ini mengalir melewati

wilayah Kecamatan Jebres dan bermuara di Bengawan Solo

6. Sungai Jenes

Sungai jenes terletak di bagian selatan Kota Surakarta yang merupakan

anak sungai Sungai Premulung yang mengalir menuju muara Sungai

Pepe

7. Sungai Wingko

Terletak di bagian selatan Kota Surakarta yang merupakan anak sungai

Sungai Premulung yang mengalir dan bermuara di Sungai Pepe

8. Sungai Premulung

Terletak di bagian selatan Kota Surakarta. Sungai ini merupakan induk

dari beberapa sungai yang mengalir di bagian selatan Kota Surakarta.

Sungai ini bermuara pada Sungai Pepe

9. Sungai Brojo

Terletak di bagian barat Kota Surakarta. Sungai ini adalah anak sungai

dari sungai Premulung.

Tabel 2.1

Sungai di Surakarta

No Nama

Kecamatan

Nama Sungai Kelurahan yang dilewati

Sungai Anyar Gilingan

Sungai Pepe Gilingan, Punggawan, Manahan,

Mangkubumen, Ketelan,

Kestalan,Stabelan.

Sungai Gajah Sumber

1 Banjarsari

Sungai Putih Sumber

Sungai Premulung Tipes

Sungai Tanggul Serengan, Joyotakan

Sungai Jenes Serengan, Danukusuman

2 Serengan

Sungai Wingko Danukesuman, Joyotakan

Sungai Pepe Kepatihan Wetan, Kepatihan Kulon,

Sudiroprajan, Gandekan, Kampung Sewu.

Sungai Buntung Gandekan

Sungai Boro Jagalan, Pucang Sawit.

Sungai Mojosongo Mojosongo

3 Jebres

Sungai Bengawan Solo Kampong Sewu, Pucang Sawit

Sungai Jenes Bumi, Panularan, Sondakan, Laweyan,

Sungai Brojo Pajang

4 Laweyan

Sungai Premulung Pajang

Sungai Jenes Sangkrah, Kedung Lumbu, Semanggi,

Joyosuran, Pasar Kliwon

5 Pasar Kliwon

Sungai Pepe Kampong sewu, Kedung lumbu.

Sedangkan kondisi air tanah dangkal di wilayah Surakarta memiliki

kedalaman yang relatif dangkal, yaitu antara 5-10 meter di Surakarta bagian

selatan, 10-20 meter di Surakarta bagian utara. Di sebagian wilayah,

masyarakat masih menggunakan air tanah dangkal untukl memenuhi

kebutuhan air bersih. Sedangkan air tanah dalam (> 100 m) dimanfaatkan oleh

PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersuh masyarakat, serta sebagian oleh

perusahaan swasta (industri) untuk memenuhi kebutuhan produksinya.

dengan luas wilayah dan kepadatan penduduk yang beragam.

B. Kantor Lingkungan Hidup

1. Umum

Dengan berlakunya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah maka terjadi perubahan pemerintahan yang semula

sentralistik menjadi pemerintahan desentralistik dan demokratis serta

sekaligus mendorong pada usaha untuk mewujudkan sitem pemerintahan yang

Good Governance. Kewenangan berdasarkan Undang-Undang No 32 Tahun

2004 tentang pemerintahan daerah menegaskan bahwa urusan pengendalian

lingkungan hidup merupakan urusan wajib daerah. Inti yang terkandung

dalam pengendalian lingkungan hidup ini adalah adanya upaya pencegahan,

penanggulangan dan pemulihan pencemaran atau kerusakan lingkungan

melalui kegiatan perencanaan, pengawasan dan pemeliharaan.

Semenjak memasuki era otonomi daerah yang salah satu tujuanya

adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan.

KLH sebagai slah satu unsure pelaksana pemrintahan daerah mempunyai

tugas pokok menyelenggarakan urusan pemeruntahan di bidang lingkungan

hidup. Terlebih lagi pada saat ini dimana kita berada pada era globalisasi yang

menuntut selalu peka terhadap perubahan lingkungan dan pembangunan.

Untuk menghadapi tantangan tersebut dengan mendasarkam pada visi Kota

Surakarta demi terwujudnya Kota Surakarta sebagai kota budaya yang

bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pariwisata, dan olah raga maka

KLH senantiasa berusaha memberikan pendampingan dalam rangka

menggendaklikan lingkungan hidup di Surakarta agar tidak terjadi kerusakan

lingkungan.

2. Visi

Visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau

impian sebuah organisasi yang ingin dicapai di masa depan. Secara singkat

dapat diyatakan, bahwa visi adalah pernyataan want to be dari suatu

organisasi.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka Kantor Lingkungan Hidup

Kota Surakarta merumuskan visinya sebagai berikut

“Pengelolaan Lingkungan Hidup yang diselaraskan dengan asas

tanggung jawab Negara, asas berkelamjutan, dan asas manfaat untuk

mewujudkan pembangunan Kota Surakarta yang berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan hidup untuk meningkatkan derajat kesehatan

dan kesejahteraan masyarakat.”

3. Misi

Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau

alasan eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh organisasi

kepada masyarakat baik berupa produk atau jasa. Tujuan dari peryataan misi

adalah untuk mengkomunikasikan kepada stakeholder, di dalam maupun

diluar organisasi tentang alasan pendirian organisasi dan kearah mana

organisasi akan dibawa.

Dengan demikian misi merupakan sesuatu yang harus dijalankan agar

tujuan organisasi dapat tercapai dan berhasil baik sesuai dengan visi yang

telah ditetapkan. Sejalan dengan tupoksi kantor Lingkungan Hidup maka misi

yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

1. Penggelolaan Lingkungan Hidup yang bertumpu pada keselarasan,

keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan

2. Pengelolaan sumberdaya alam secara bijaksana dan terkendali dengan

tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan.

3. Peningkatan akses Sistem Informasi Lingkungan.

4. Peningkatan pengendalian dan pemantauan sumber-sumber pencemaran

lingkungan.

5. Penataan dan penambahan vegetasi kota diruang terbuka hijau.

6. Peningkatan dan pengembangan pelayanan prima dalam rangka

penggalian potensi sumber-sumber PAD.

4. Tujuan dan Sasaran

Berdasarkan karakteristik dari Visi dan Misi yang telah ditetapkan

maka tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh Kantor Lingkungan Hidup

Kota Surakarta adalah ;

Misi 1 : Penggelolaan Lingkungan Hidup yang bertumpu pada

keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia

dan lingkungan

Tujuan : 1. Tertanamya pola hidup bersih dan sehat pada masyarakat serta

terciptanya kota yang tertata rapi.

2. Terciptanya masyarakat taat hukum dan meminimalisasi konflik

lingkungan

3. Terciptanya system drainase alami (sungai) untuk mencegah

banjir.

4. Terlaksananya pembangunan perluasan terminal yang

berwawasan lingkungan.

5. Peningkatan gerakan pelestarian lingkungan di kota Surakarta.

Sasaran: 1. Meningkatan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan dan

keindahan kota

2. - Peningkatan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan dan

keindahan kota.

- Adanya dasar hukum bagi aparat untuk menagani persoalan

prokasih, resapan air dan AMDAL.

3. Peningkatan fungsi dan kualitas air sungai dan badan sungai.

4. Membantu kelancaran pelaksanaan pembangunan perluasan

terminal Tirtonadi.

5. Peningkatan kepedulian masyarakat pada lingkungannya.

Misi 2 : Penggelolaan limgkungan hidup yang bertumpu pada

keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia

dan lingkungan hidup.

Tujuan : 1. Terciptanya Kota yang rapi, indah dan tertata sesuai kaidah

lingkungan dan pendayagunaan fungsi bantaran sungai sesuai

peruntukanya.

2. Terciptanya kota dengan cadangan air tanah yang cukup untuk

masyarakat.

3. Terciptanya kota yang sehat dengan udara yang bebas polusi.

Sasaran : 1. Terwujudnya taman kota yang indah dan berfungsi ganda sebagai

resapan air

2. Meningkatnya pengetahuan peserta sosialisasi akan hak dan

kewajibanya dalam upaya pengelolaan lingkungan.

3. Tertahanya limpasan air hujan menjadi air tanah sehingga

menambah cadangan air tanah.

4. Pembangunan jalur hijau berfungsi sebagai paru-paru kota untuk

meminimalisasi pencemaran udara.

Misi 3 : Peningkatan akses Sistem Informasi Lingkungan

Tujuan.: Peningkatan wawasan masyarakat dan aparatur pemerintah

terhadap informasi dan teknologi lingkungan

Sasaran: Akses informasi lingkungan yang lebih kepada masyarakat

sehingga mempermudah program lingkungan hidup.

Misi 4: Peningkatan pengendalian dan pemantauan sumber-sumber

pencemaran lingkungan

Tujuan; Terciptanya kota yang sehat dengan udara yang bebas polusi.

Sasaran: Peningkatan kualitas udara ambient di kota Surakarta

Misi 5 : Penataan dan penambahan vegetasi kota diruang terbuka

hijau.

Tujuan: Terciptanya ruang terbuka hijau yang luas dan koridor kota yang

rapi.

Sasaran: Terciptanya kawasan perkotaan yang sejuk dan nyaman.

Misi 6 : Peningkatan dan pengembangan pelayanan prima dalam

rangka penggalian potensi sumber-sumber PAD.

Tujuan: Peningkatan PAD kota Surakarta.

Sasaran: Penggalian sumber-sumber pendapatan dari sektor perijinan HO.

5. Tugas pokok dan fungsi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomer: 6 Tahun 2001

Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota

Surakarta, kantor Lingkungan Hidup mempunyai tugas menyelenggarakan

urusan pemerintahan dibidang lingkungan hidup. Dan dalam melaksanakan

tugas tersebut Kantor Lingkungan Hidup mempunyai fungsi :

1. Penyelengaraan tata usaha kantor.

2. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.

3. Pengawasn dan pengendalian dampak lingkungan.

4. Pemantauan dan pemulihan lingkungan.

5. Penyelenggaran penyuluhan

6. Pembinaan jabatan

Adapun susunan organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta

terdiri dari :

v Kepala Kantor

v Sub Bagian Tata Usaha

v Seksi Perencanaan

v Seksi pengembangan Kapasitas.

v Seksi Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan lingkungan

v Seksi Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan

v Seksi Penegakan Hukum Lingkungan

v Kelompok Jabatan Struktural

Rincian tugas dari masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Kepala Kantor

Kepala Kantor mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan

di bidang lingkungan hidup.

Uraian tugas tersebut adalah:

§ Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan kantor sesuai

dengan Program Pembangunan daerah (propeda)

§ Membagi tugas kepada bawahan agar tercipta pemerataan tugas

§ Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

peelaksanaan tugas.

§ Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan.

§ Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan

serta memberikan jalan keluarnya.

§ Menilai hasil kerja bawahan secara periadik guna bahan peningkatan

kinerja

§ Merumuskan kebijakan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan

terhadap urusan perencanaan, pengembangan kapasitas, penanggulangan

pencemaran dan kerusakan lingkungan , pemantauan kualitas lingkungan ,

penegakan hukum lingkungan.

§ Menyusun program pengegahan dan penenggulangan pencemaran derta

kerusakan lingkungan

§ Melaksanakan koordinasipelaksanaan pencegahan dam penanggulangan

pencemaran, kerusakan lingkungan serta pengawasan dan pemantauan

pelaksanaan Analisi Dampak Lingkungan (AMDAL)

§ Memproses pengesahan dokumen Rencana Pengelalaan lingkungan

(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan(RPL), Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (AMDAL) derta Upaya Pengelolaan

Lingkungan(UPL) dan Upaya Pemamtauan lingkungan.

§ Menyelenggarakan penerapan dan pengenbangan fungsi informasi

lingkungan

§ Menyusunkebijakan teknis pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan

hidup.

§ Memproses permohonan ijin gangguan

§ Menyelenggarakan urusan tata usaha kantor

§ Menyelenggarakan pembinaan kelompok jabatan fungsional

§ Menyelenggarakan Sistem Jaringan dokumentasi dan informasi hukum

§ Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan bahan

petunjk pemecahan masalah

§ Menyelenggarakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

tahunam

§ Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait guma kelancaran

pelaksanaan tugas

§ Memberi usul dan sran kepada atasan dalam rangka kelamcaan

pelaksanaan tugas.

§ Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai pertanggung

jawaban pelaksanaan tugas

§ Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

2. Sub Bagian Tata Usaha

Kepala Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan

administrasi umum, kepegawaian dan keuangan sesuai dengan kebijakan

teknisyang ditetapkan oleh Kepala Kantor.

Uraian tugasnya adalah sebagai berikut:

§ Menyusun program da rincian merja Sub bagian Tata Usaha berdasarkan

rencana strategis dan program kerja tahunan kantor

§ Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna

kejelasan peelaksanaan tugas.

§ Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan.

§ Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan

serta memberikan jalan keluarnya.

§ Menilai hasil kerja bawahan secara periadik guna bahan peningkatan

kinerja

§ Menyusun program dan rincian kerja sub bagian Tata Usaha berdasarkan

rencana strategis dan program kerja tahunan Kantor.

§ Mengelola administrasi surat menyurat, perlengkapan kantor, rumah

tangga, perjalanan dinas, dokumentasidan perpudtakaan serta hubungan

masyarakat dan protokol

§ Mengelola administrasi kepegawaian meliputi pengangkatan, kenaikan

pangkat, perpindahan, pemberhentian, pensiun, kenaukan gaji berkala dan

tunjangan serta presensi atau saftar hadirpegawai. Melaporkan hasil

pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai pertanggung jawaban

pelaksanaan tugas

§ Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

3. Seksi Perencanaan

Kepala seksi perencanaan mempunyai tugas menyusun rencana

strategis dan program kerja tahunan kantor, monitoring pengendalian, evaluasi

dan pelaporan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh kepala

kantor.

Uraian tugasnya adalah sebagai berikut:

§ Menyusun program dan rincian kerja Seksi Perencanaan berdasarkan

rencana strategis dan program kerja tahunan kantor

§ Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

§ Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

peelaksanaan tugas.

§ Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan.

§ Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan

serta memberikan jalan keluarnya.

§ Menilai hasil kerja bawahan secara periadik guna bahan peningkatan

kinerja.

§ Menghimpun, mengolah dan menyajikan data data dan informasi untuk

menyusun rencana dtrategis dan program kerja tahunan kantor

§ Melaksanakan monitoring dan pengendalian pelaksanaan rencana strategis

dan program kerja tahunan kantor

§ Melaksanakan evaluasi dan analisa hasil kerja guna pengembangan

rencana stategis dan program kerja tahunan kantor

§ Menyediakan data publikasi sistin informasi lingkungan pengembangan

rekayasa teknologi

§ Melaporkan hasil pelaksanaan program kerja

§ Menginventaris permasalahan-permasalahan guna menyiapkan bahan

petunjuk pemecahan masalah

§ Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala san

tahunan

§ Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

§ Memberi usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran

pelaksanaan tugas

§ Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

§ Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

4. Seksi Pengembangan Kapasitas

Kepala seksi Pengembangan Kapasitas mempunyai tugas

melaksanakan pembinaan pengenbangn kelembagaan dan kapasitas

pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan kebijakan teknis yang

ditetapkan oleh kepala kantor.

Uraian tugasnya adalah sebagai berikut:

§ Menyusun program dan rincian kerja Seksi Pengembangan Kapasitas

berdasarkan rencana strategis dan program kerja tahunan kantor

§ Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

§ Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

peelaksanaan tugas.

§ Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan.

§ Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan

serta memberikan jalan keluarnya.

§ Menilai hasil kerja bawahan secara periadik guna bahan peningkatan

kinerja

§ Melaksanakan pembinaan pengembangan kelembagaan dan kapasitas

pengendalian dampak lingkungan.

§ Menyiapkan dan memprosespemberian rekomendasi air bawah tanah dan

bahan baku golomgan C

§ Melaksanakan pengawasan peklaksanaan dan menilai penerapan Rencana

Pengelalaan lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan

Lingkungan(RPL), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

dan Upaya Pengelolaan Lingkungan(UKL) serta Upaya Pemamtauan

lingkungan(UPL).

§ Memproses Rencana Pengelolaan lingkungan (RKL) dan Rencana

Pemantauan Lingkungan(RPL), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan(UPL) serta Upaya

Pemantauan lingkungan(UKL).

§ Pelaksanaan pencegahan danpenanggulangan kerusakan lingkungan.

§ Pengawasan dan pengendalian pembuangan limbah

§ Pengawasan dan pengendalian penerapan pelaksanaan Rencana

Pengelolaan lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan(RPL),

dam pengendalian teknis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL)

§ Melaksanakan penyuluhan dalam rangka meningkatkan peran serta

masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan lingkunagan hidup

§ Menginventaris permasalahan-permasalahan guna menyiapkan bahan

petunjuk pemecahan masalah

§ Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala san

tahunan

§ Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

§ Memberi usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran

pelaksanaan tugas

§ Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

§ Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

5. Seksi Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan lingkungan

Kepala Seksi Penanggulangan Pencemaranmempunyai tugas

melaksanakan pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan

lingkungan sesuai dengan kebijakan teknis yng sitetapkan oleh kepala kantor.

Uraian tugasnya adalah sebagai berikut:

§ Menyusun program dan rincian kerja Seksi Penanggulangan Pencemaran

dan Kerusakan Lingkungan berdasarkan rencana strategis dan program

kerja tahunan kantor

§ Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

§ Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

peelaksanaan tugas.

§ Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan.

§ Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan

serta memberikan jalan keluarnya.

§ Menilai hasil kerja bawahan secara periadik guna bahan peningkatan

kinerja

§ Mencegah dan menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan

§ Memproses permohonan ijin gangguan

§ Memproses permohonan ijin pengelolaan limbah air dan padat

§ Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi maupun swasta

dalam pencegahan dan penanggulanganpencemaran serta kerusakan

lingkungan

§ Menginventaris permasalahan-permasalahan guna menyiapkan bahan

petunjuk pemecahan masalah

§ Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala san

tahunan

§ Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

§ Memberi usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran

pelaksanaan tugas

§ Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

§ Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

6. Seksi Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan

Kepala Seksi Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan

mempunyai tugas melaksanakan pemantauan dan pemulihan kualitas

limgkungan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh kepala

kantor

Uraian tugasnya adalah sebagai berikut :

§ Menyusun program dan rincian kerja Seksi Penanggulangan Pencemaran

dan Kerusakan Lingkungan berdasarkan rencana strategis dan program

kerja tahunan kantor

§ Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

§ Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

peelaksanaan tugas.

§ Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan.

§ Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan

serta memberikan jalan keluarnya.

§ Menilai hasil kerja bawahan secara periadik guna bahan peningkatan

kinerja

§ Mengamati dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian lingkungan,

pemantauan dan pemulihan kualitas lingkungan

§ Mengkoordinasi pelaksanaan pemantauan kialitas lingkungan

§ Melaksanakan analisis data hasil pemantauan lingkingan atau kegiatan

usaha

§ Melaksanakan pengoperasian labolatorium dan penataan baku mutu

lingkungan bagi kegiatan usaha yang menimbulkan pencemaran atau

kerusakan lingkungan

§ Menginventaris permasalahan-permasalahan guna menyiapkan bahan

petunjuk pemecahan masalah

§ Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala san

tahunan

§ Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

§ Memberi usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran

pelaksanaan tugas

§ Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

§ Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

7. Seksi Penegakan Hukum Lingkungan

Kepala Seksi Penegakn Hukum LIngkungan mempunyai tugas

menghimpun, mendokumentasikan, mempelajari peraturan perundang-

undangan, penyrluhan dan penegakan hukum lingkungan seduai dengan

kebijakan teknis yang ditetapkan oleh kepala kantor

Uraian tugasnya adalah sebagai berikut :

§ Menyusun program dan rincian kerja Seksi Penegakan Hukum

Lingkungan berdasarkan rencana strategis dan program kerja tahunan

kantor

§ Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

§ Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

peelaksanaan tugas.

§ Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan.

§ Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan

serta memberikan jalan keluarnya.

§ Menilai hasil kerja bawahan secara periadik guna bahan peningkatan

kinerja

§ Mengadakan pengawasan dan penegakan hukum lingkungan

§ Melaksanakan penyuluhan hukum lingkungan

§ Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan

teknis serta bahan-bahan lain yang berhubungan sengan lingkungan hisup

§ Menyimpan dokumentasi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL), Rencana Pengelolaan lingkungan (RKL) dan Rencana

Pemantauan Lingkungan(RPL), Rencana Pemantauan Lingkungan(RPL)

serta Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL), dan Upaya Pengelolaan

Lingkungan (UPL)

§ Menyelesaikan kasus-kasus sengketa lingkungan

§ Menginventaris permasalahan-permasalahan guna menyiapkan bahan

petunjuk pemecahan masalah

§ Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala san

tahunan

§ Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

§ Memberi usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran

pelaksanaan tugas

§ Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

§ Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Tugas kelompok jabatan fungsional mengikuti pedoman uraian tugas

sesuai ketentuan perundangan yang berlaku

Gambar.2.1 Bagan Susunan Organisasi

Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta

Seksi Penanggulangan Pemcemaran &

Kerusakan Lingkungan

Jabatan Fungsional

Seksi Pemantauan &

pemulihan Kualitas Lingkungan

Seksi Pengembangan

Kapasitas

Seksi Perencanaan

Sub-Bagian Tata Usaha

Kepala KLH

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan pengendalian pencemaran sungai

Sektor industri merupakan salah satu sektor usaha yang sangat penting

dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat di Kota Surakarta. Sektor

industri memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap penyerapan tenaga

kerja di Kota Surakarta sehinggan sektor ini menjadi sektor yang perlu untuk

dikembangkan. Namun disamping dampak positif yang ditimbulkan sektor ini

juga memiliki dampak negatif dari pelaksanaan aktivitas yang dilakukan.

Kegiatan pada sektor ini mempunyai dampak yang sangat besar, terutama dampak

yang berhubungan dengan ancaman terhadap kelestarian lingkungan hidup.

Guna untuk mengatur dan mencegah agar supaya kegiatan industri

yang dilaksanakan oleh masyarakat tidak menyebabkan kerusakan terhadap

lingkungan hidup maka pemerintah mengeluarkan UU No 23 Tahun 1997 tentang

Lingkungan Hidup yang mengatur segala aktifitas yang berkaitan dengan

lingkungan hidap. UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Dalam hal

pencemaran terhadap air pemerintah mengeluarkan PP No 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dimana dalam

peraturan pemerintah ini memuat persyaratan yang sangat ketat yang harus

dipenuhi oleh pelaku kegiatan industri selama melakukan aktivitas industri.

Tujuan dari dikeluarkanya PP ini oleh pemerintah untuk mencegah atau

meminimalisir terjadinya pencemaran terhadap sumber air yang diakibatkan oleh

pembuangan limbah dari aktivitas industri.

Terhadap permasalahan pencemaran air khususnya pencemaran air

sungai yang diakibatkan banyaknya industri yang ada di Kota ini, pemerintanh

Kota Surakarta melalui Kantor Lingkungan Hidup melakukan berbagai usaha

untuk mengendalikan pencemaran sungai ini. Sebagai instansi yang berwenang

dalam kegiatan pengendalaian pencemaran sungai ini Kantor Lingkungan Hidup

melakukan beberapa kegiatan dalam pelaksanaanya Usaha yang dilakukan

diantaranya adalah dengan melakukan kegiatan penyuluhan terhadap masyarakat,

kegiatan pengawasan dan kegiatan penertiban pencemaran sungai. Berikut ini

adalah penjabaran pelaksanaan kegiatan pengendalian pencemaran sungai oleh

Kantor Lingkungan Hudup Kota Surakarta.

1. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan pencemaran sungai adalah kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta yakni melalui Kantor Lingkungan

Hidup dalam rangka untuk meningkatkan pengertian, pengetahuan, dan

kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 82

Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Perda No 2 Tahun 2006

Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup khususnya terhadap Pencemaran

Air. Selain untuk bertujuan untuk memasyarakatkan peraturan ini kegiatan

penyuluhan yang dilakukan ini juga dimaksudkan untuk menggugah

kesadaran masyarakat agar tetap menjaga kelestarian lingkungan sungai dan

mencegah terjadinya pencemaran sungai yang diakibatkan oleh kegiatan

industri yang membuang limbahnya tanpa melalui Instalasi Pengolahan

Limbah (IPAL) terlabih dahulu. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan

oleh Bapak Edi Puryanto selaku staf dari Seksi Penanggulangan Pencemaran

dan Kerusakan lingkungan Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta

“Tujuan dari kegiatan penyuluhan ini adalah untuk memberikan pemahaman dan penjelasan kepada para pelaku industri tentang PP no 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Perda No 2 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup.” (wawancara, 12 01 09)

Kegiatan penyuluhan ini diselenggarakan setiap tahun mulai tahun

2002. pada tahun 2002 kegiatan penyuluhan dilakukan hanya untuk

mensosialisasikan permasalahan pengelolaan kialitas air dan Sedangkan pada

tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 kegiatan penyuluhan ini dilakukan

selain untuk mensosialisasikan PP No 82 tahun 2001 juga disosialisasikan

tentang Perda No 2006 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup yang

didalamya berisi tengtang hal-hal yang lebih mendetil tentang kegiatan

pengendalian ini yang tidak terdapat dalam PP No 82 Tahun 2001.

Terkait dengan kegiatan penyuluhan yang dilakukan ini, tingkat

partisipasi dari masyarakat untuk mengikuti kegiatan sangat tinggi dari

undangan yang diberikan kepada masyarakat sasaran kegiatan semua mau

menghadiri kegiatan penyuluhan tersebut.

` Tingginya persentase kehadiran dari masyarakat yang diundang dalam

kegiatan ini menunjukan bahwa masyarakat di Kota Surakarta ini sebenarnya

sangat sadar terhadap kondisi lingkungan yang ada dan betapa pentingnya

pemeliharan lingkungan. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Bapak Edy

sebagai berikut.

“ Sebenarnya tingkat kesadaran masyarakat tentang permasalahan lingkungan hidup ini sangat besar, mereka mengetahui bahwa kondisi lingkungan di Kota Solo ini sudah sangat mengkawatirkan. Setiap masyarakat yang kami undang untuk mengikuti kegiatan penyuluhan selalu menghadiri.”( wawancara 12 01 09)

Untuk kegiatan pelaksanan sosialisasi 2008 dilakukan pada

Kecamatan Laweyan, Banjarsari, Pasar Kliwon, Serengan, dan Jebres dimana

kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan dari tanggal 2 Juli 2008 sampai dengan

8 Juli 2008.

Tabel. 3.1

Penyuluhan Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian Kerusakan

Sumber-Sumber Air Kota Surakarta Tahun 2008

Waktu Sosialisasi No

Kecamatan Tempat Hari/Tanggal

1 Laweyan Kantor kecamatan Rabu, 2 Juli 2008 2 Banjarsari Kantor kecamatan Kamis, 3 Juli 2008 3 Pasar Kliwon Kantor kecamatan Jumat, 4 Juli 2008 4 Serengan Kantor kecamatan Senin, 7 Juli 2008 5 Jebres Kantor kecamatan Selasa, 8 Juli 2008 Sumber: KLH

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini adalah merupakan suatu bentuk

sosialisaasi secara langsung kepada masyarakat . selain melalui kegiatan ini,

sosialisasi juga dilaksanakan secara tidak langsung yaitu melalui brosur, atau

selebaran. Secara umum isi brosur hampir sama dengan materi yang

disampaikan pada penyuluhan kegiatan pengendalian pencemaran air,namun

dalam brosur ini isinya lebih umumyaitu mengenai pengendalian lingkungan

hidup, yang berisi segala hal yang berhubungan dengan lingkunga hidup

mulai dari kebijakan pengendalian lingkungan hidup sampai dengan ketentuan

pidana terhadap pelanggaran yang terjadi.

Dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan ini untuk menarik minat

dari masyarakat untuk mengikuti kegiatan ini adalah dengan menyampaikan

kepada masyarakat tentang arti pentingnya kegiatan tersebut bagi usaha

industri yang mereka lakukan . upaya ini dirasakan sangat berhasil hal ini

terbukti dengan persentase kehadiran dari masyarakat yang diundang

menunjukan kehadiran 100% ( lihat tabel 3). Seperti yang ditegaskan oleh

Bapak Edy dari Kantor Lingkungan Hidup, sebagai berikut:

“Kesadaran masyarakat sangat besar terhadap kegiatan ini. Dari undangan yang kami kirimkan kepada para pelaku industri untuk mengikuti kegiatan penyuluhan semua industri menghadiri kegiatan ini.” (wawancar 12 01 09)

Dalam pelaksanan kegiatan penyuluhan ini, kegiatan penyuluhan yang

dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup pelaksananya dilaksanakan sesuai

dengan jenis sosialisasi dan target kegiatan sosialisasi itu sendiri, hal ini

seperti dari penjelasan Bapak Edy Puryanto sepserti berikut ini:

“Tergantung dari jenis sosialisasi dan targetnya kemarin kita juga pernah melakukan sosialisasi perkecamatan kemudian satu kota juga pernah dibalikota, kalau targetnya bersifat umun kita bisa pecah-pecah

ke perkecamatan sehinga nanti pesertanya bisa banyak, kalau tergetnya sepesifik kita lakukan perkota sehingga pesertanya juga banyak takutnya nanti kaluau dilakukan perkecamatan cuma sedikit yang bisa ikut.” (wawancara, 14 01 09)

Secara umum para peserta kegiatan penyuluhan ini menyambut baik

dan mendukung terhadap pelaksanaan kegiatan ini, karena masyarakat dengan

diadakanya penyuluhan ini bisa mengetahui dan memahami peraturan

perundang-undangan dan hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan dan

pengendalian lingkungan hidup. Tanggapan positif ini seperti yang

dikemukakan oleh Bapak Sukino selaku pelaku industri , sebagai berikut

”Saya sangat mendukung sekali kegiatan ini karena dengan kegiatan ini kami sebagai pelaku usaha industri mendapatkan pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan ,dengan masukan-masukan yang diberikan itu kami tentunya tidak akan sembarangan dalam membuang limbah dari sisa aktifitas usaha kami.” (wawancara, 15 01 09)

Hal serupa juga diungkapkan oleh oleh bapak Bambang selaku

pengusaha batik di kampung Laweyan.

“Saya secara pribadi mendukung kegiatan penyuluhan ini yang mana materi dari kegiatan ini cukup jelas dalam mengarahkan para pelaku industri untuk mengikuti aturan yang benar dalam melaksanakan usahanya.” ( Wawancara 15 01 09 )

Dalam hal petugas penyuluhan, petugas penyuluhan berasal dari staf

Seksi Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, kantor

Lingkungan Hidup kota Surakarta dan terkadang ditambah juga dengan

praktisi maupun akademisi yang diundang untuk memberikan penyuluhan

kepada para peserta, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Edy

Puryanto seperti berikut ini:

“Mengenai petugas dalam pelaksanan kegiatan sosialisi tergantung dari apa yang menjadi sasaran dari sosialisasi tersebut, terkadang ada dua sampai tiga orang dalam sosialisasi dan latarbelakangnya pun berbeda-beda ada yang praktisi dan akademis, beberapa kali kita bekerjasama dengan mengundang akademisi Pak Sentot dari hukum lingkungan UNS.”.( wawancara, 14 01 09)

Secara kualitas petugas pelaksana penyuluhan tesebut sudah cukup

memadai hal ini di dukung oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta

yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dari petugasnya dengan

mengirimkan mereka jika ada pelatihan–pelatihan yang dilakukan baik oleh

pemeriantah maupun instansi non pemerintah. Namun kalu dilihat dari segi

kuantitas atau jumlah petugas penyuluhan dirasakan masih sangat kurang.

Dengan jumlah petugas penyuluhan yang tidak lebih dari dua petugas tiap

penyuluhan tentunya hal ini sangat tidak sebanding dengan jumlah peserta

yang begitu banyak yaitu 50 orang. Seperti pendapat dari Bapak Bambang

selaku pelaku industri di Kecamatan Laweyan berikut ini.

“Kalau masalah petugas penyuluhan menurut saya dengan jumlah petugas penyuluhan yang hanya dua orang tentunya saya rasa masih sangat kurang.” ( wawancara 04 02 09)

Secara umum pelaksanaan kegiatan penyuluhan terhadap pengendalian

pencemaran air yang dilakukan oleh kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta

ini telah berjalan dengan baik dan lancer, tidak ditemui kendala-kendala yang

berarti. Keberhasilan kegiatan ini didukung oleh peran serta dari masyarakat

industri. Hal ini ditunjukan dengan besarnya animo masyarakat pelaku

industri yang sangat besar dalam meminta penjelasan tentang kegiatan

industri mereka yang berkaitan dengan peraturan-peraturan yang ada terutama

berkaitan dengan permasalahan pengelolaan dan pengendalian pencemaran

air. Hasil langsung tersebut dapat dirasakan dalam setiap sesi tanya jawab atau

diskusi yang dilaksanakan selama kegiatan penyuluhan berlangsung. Selaku

instansi pelaksana kegiatan penyuluhan petugas Kantor Lingkungan Hidup

sendiri mengharapkan supaya pemahaman yang masyarakat ini telah terima

pada saat kegiatan penyuluhan ini tidak hanya dipahami namun juga dapat

diterapkan semaksimal mungkin dalam pelaksanaan kegiatan industri mereka.

Berikut ini adalah harapan dari bapak Edy

“ Setelah kegiatan penyuluhan , kegiatan yang selanjutnya diadakan adalah kegiatan pengawasan. Kegiatan pegawasan yang dilakukan ini bersifat pembinaan terhadap masyarakat pelaku industri. Dari kegiatan pengawasan ini diharapkan ara pelaku kegiatan industri melaksanakan semua prosedur yang telah ditetapkan.”( wawancara, 12 02 09)

2. Kegiatan Pengawasan

Kegiatan pengawasan pengendalian pencemaran air adalah kegiatan

yang dilakukan oleh pemeritah Kota Surakarta melalui Kantor Lingkungan

Hidup untuk menjamin dan mengarahkan agar dalam pelaksanaan aktivitas

industri yang dijalankan oleh masyarakat berjalan sesuai dengan yang telah

ditentukan. Tujuan utama dilakukanya kegiatan pengawasan pengendalian

pencemaran air adalah untuk melakukan pengawasan terhadap aspek-aspek

kegiatan industri dalam kegiatan yang berhubungan dengan limbah yang

dihasilkan agar sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan

Pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup disini

ada dua aspek yang dilakukan pengawasan, pertama pengawasan yang terkait

dengan penegakan hukum dan yang kedua pengawasan yang terkait dengan

administrasi perijinan seperti yang dijelaskan oleh Bapak Bambang Wijayani

seperti beriut ini:

“Dalam pengawasan itu minimal ada dua item pokok, yang pertama yang terkait dengan penegakan hukum artinya kaidah kidah peraturan perundangan yang mereka lakukan sesuai dengan ketentuan yang ada ataupun sesuai kesepakatan yanga ada, yang kedua kaidah –kaidah yang terkait dengan administrasi perijinan.kira-kira begitu.” (wawancara, 04 02 09)

Mengenai pengawasan terhadap penegakan hukum lingkungan ini

beliau menjelaskan bahwa pengawasan ini bertujuan untuk memangawasi

terhadap pelaksanan ketentuan ketentuan yang ada dalam peraturan

perundang-undangan apakah industri sudah melaksanakan sesuai dengan

ketentuan ketentuan yang berlaku.

“Kalau mengenai pengawasan yang terkait dengan penegakan hukum itu kita melihat terhadap ketentuan-ketentuan yang ada di dalam undang-undang, apakah sudah sesuai apa belum sudah dilaksanakan atau belum.”(wawancara, 04 02 09)

Pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup adalah

pengawasan terhadap industri dalam pelaksanan undang-undang lingkungan

hidup dalam kegiatan industri mereka, hal ini seperti yang dijelaskan oleh

bapak Edy Puryanto, seperti berikut ini;

“Dalam hal ini pengawasan dilakukan untuk mengawasi pelaksanan terhadap hal-hal yang ada didalam peraturan undang-undang lingkugan hidup. itu yang menjadi fokus dari kita, jadi berdasarkan

peraturan perundang- undangan itu ada beberapa hal yang harus ditaati oleh perusahaan dan itu yang menjadi fokus dari pengawasan yang kita lakukan, semuanya berdasarkan itu karena memang kewenangan dari kita kita juga bersumber dari itu.”(wawancara, 04 02 09)

Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian pencemaran ini aspek-

aspek yang diawasi meliputi kegiatan pengawasan terhadap daya tampung

beban pencemaran; inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar;

persyaratan air limbah untuk aplikasi pada tanah; persyaratan pembuangan air

limbah ke air atau sumber air; kualitas air pada sumber air; dan faktor lain

yang menyebabkan perubahan mutu air. Hal ini sesuai dengan pasal 20 PP

No 82 tahun 2001 Pemerintah dan Pemerintah Propinsi, Pemerintah

Kabupaten/ Kota sesuai dengan kewenangan masing-masing dalam rangka

pengendalian pencemaran air pada sumber air berwenang :

1. Menetapkan daya tampung beban pencemaran

2. Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar

3. Menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada tanah

4. Menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau sumber air

5. Memantau kualitas air pada sumber air

6. Memantau faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air.

Dalam usaha untuk mengendalikan permasalahan lingkungan hidup

Pemerintahan Daerah Kota Surakarta membentuk Instansi Pengendalian

Lingkungan Hidup.

Instansi Pengendalian Lingkungan Hidup melakukan pengawasan

terhadap penaatan pengendalian lingkungan hidup yang dilakukan oleh

penanggujawab usaha dan/atau kegiatan Dalam melaksanakan tugasnya PPLH

Daerah berwenang:

a. melakukan pemantauan yang meliputi pengamatan, pemotretan, perekaman,

audio visual, dan pengukuran;

b. meminta keterangan kepada masyarakat yang berkepentingan, karyawan yang

bersangkutan, konsultan, kontraktor, dan perangkat pemerintah setempat;

c. membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan,

yang meliputi dokumen perizinan dokumen AMDAL, UKL, UPL, data hasil

swapantau, dokumen surat keputusan organisasi perusahaan serta dokumen

lainnya yang berkaitan dengan kepentingan pengawasan;

d. memasuki tempat tertentu;

e. mengambil contoh dari limbah yang dihasilkan, limbah yang dibuang, bahan

baku, dan bahan penolong;

f. memeriksa peralatan yang digunakan dalam proses produksi, utilities, dan

instalasi pengolah limbah;

g. memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi;

h. meminta keterangan dari pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan/atau

kegiatan; dan

i. wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Instansi Pengendalian Lingkungan Hidup wajib melakukan pemantauan

terhadap setiap usaha dan/atau kegiatan secara periodik dan sewaktu-waktu

sesuai dengan kebutuhan.

a. Penaatan persyaratan yang dicantumkan dalam izin melakukan usaha

dan/atau kegiatan;

b. Proses produksi yang diperkirakan dapat menjadi sumber pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan hidup;

c. Penggunaan instalasi pengolah limbah;

d. Penggunaan sistem pencegahan dini; dan

e. Hal-hal lainnya yang diperkirakan mempunyai keterkaitan terhadap

kemungkinan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

Selain tujuan tersebut diatas , tujuan lain dari pelaksanaan kegiatan

pengawasan ini adalah untuk memberikan bimbingan dan pembinaan kepada

masyarakat pelaku industri tentang ketentuan dan hal-hal yang berkaitan

dengan usaha untuk meminimalisir kemungkinan pencemaran yang mungkin

diakibatkan dari aktivitas industri yang dilakukan. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Edy,dari KLH seperti beriokut ini:.

“Sifat dari kegiatan pengawasan yang dilakukan adalah pembinaan, jadi ababila terjadi hambatan-hambatan ataupun kesalahan dari pelaku industri dalam kegiatanya. Kantor Lingkungan Hidup disini memberikan pembinaan agar dalam pengelolaan limbah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan .”( wawancara, 15 01 09)

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Bapak Bambang Wijayani

selaku staf dari Kantor Lingkungan Hidup,sebagai berikut;

“Dalam pengawasan ini selain pengawasan dilakukan terhadap hal-hal yang terkait secara umum dengan permasalahan perizinan yang berkaitan dengan permasalahan pegelolaan limbah, kegiatan pengawasan ini juga bertujuan memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap para pelaku industri supaya mengetahui tatacara pengelolaan limbah yang baik dan menerapkan dalam aktivitas industri mereka.” (wawancara, 15 01 09 )

Dalam pelaksanan kegiatan pengawasan terhadap pengendalian

pencemaran air sungai yang terjadi di Kota Surakarta ini pelaksanan kegiatan

pengawasan ini tidak dapat mencakup semua industri yang ada, namun hanya

sebagian kecil saja industri yang mampu untuk dipantau. Hal ini dikarenakan

jumlah dari petugas yang dimiliki oleh Kantor Lingkungan Hidup sendiri

yang sangat tidak sebanding dengan jumlah industri yang ada di Kota

Surakarta. Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta sendiri hanya memiliki

jumlah petugas pengawas sebanyak lima orang. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Bapak Edy sebagai berikut:

“Dalam kegiatan pengawasan ini kami memang tidak dapat secara maksimal dalam melakukan pengawasan. Karena jumlah petugas yang kita miliki memang sangat tidak memadahi, di sini kami hanya memiliki petugas pengawas sejumlah lima sampai dengan enam orang. Jumlah sebanyak itu tentunya tidak sebanding dengan jumlah industri yang ada di Kota Surakarta ini, disini ada sekitar sepuluh perusahan besar dan ada ratuasan industri kecil dan menengah yang berjumlah ratusan.” (Wawancara 15 01 09)

Namun dalam pelaksanan kegiatan pengawasan ini dalam melakukan

kegiatanya pengawasan tidak hanya dilakukan sendiri oleh Kantor

Lingkungan Hidup tetapi juga dilaksanakan bersama dengan instansi yang

terkait lainya.hal ini disampaikan oleh Bapak Edy sebagai berikut ini;

“Dalam kegiatan pengawasani ini kami tidak melakukanya sendiri tetapi kami juga berkerjasma dan berkoordinasi dengan instansi-instansi lainya yang terkait seperti dengan Dinas Industri Usaha kecil dan menengah dan juga Balai Pengembangan Sumber Daya Air.”( Wawancara 15 01 09)

Dalam kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh KLH dalam hal

pelaksananya dilakukan secara terjadwal sebanyak tiga sampai empat bulan

sekali. hal ini sebagaimana yang diutarakan oleh bapak Edi seperti berikut ini:

“Pengawasan terjadwal dilakukan secara langsung ke industri-industri untuk melihat bagaimana pengolahan limbah dilaksanakan di industri tersebut setiap tiga sampai dengan empat bulan sekali.”( Wawancara, 15 01 09)

Dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan ini terdiri dari tiga tahapan ,

yaitu tahapan persiapan, tahapan kegiatan pengawasan dan pemantauan, dan

yang terakhir tahap pelaporan. Tahapan-tahapan ini seperti yang digambarkan

oleh bapak Edy Puryanto seperti berikut ini:

“Dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan ini terdapat tiga tahapan yaitu, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahapan pelaporan. Pada saat persiapan petugas pelaksana pengawasan mempersiapkan terlebih dahulu hal-hal yang diperlukan,seperti peralatan pendukung kegiatan. Pada tahapan selanjutnya petugas menyusun program pengawasan, melakukan pemeriksaan dan membuat laporan dari hasil.”( wawancara, 10 02 09)

3. Kegiatan Penertiban

Kegiatan penertiban pengendalian pencemaran air adalah suatu

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta untuk menertibkan

kegiatan industri di Kota Surakarta yang dalam pelaksanan aktivitas usahanya

telah melanggar ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam kaitan ini adalah

PP No 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air dan Perda No 2 Tahun 2006 tentang Pengendalian

Lingkungan Hidup. Dari pengertian ini terkandung tujuan diadakanya

kegiatan tersebut, sebagai mana yang dikemukakan oleh bapak Edy sebagai

berikut ini:

“Tujuan dari kegiatan penertiban yang dilakukan ini adalah untuk menertibkan industri yang dalam melaksanakan kegiatannya telah menyalahi peraturan-peraturan yang telah ada, terutama terhadap permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan dengan limbah yang dibuang yang kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.” (wawancara, 15 01 09)

Penertiban dalam rangka pengendalian pencemaran air di Kota

Surakarta dilaksanakan berdasarkan hasil laporan dari kegiatan pengawasan

dan pemantauan yang telah dilakukan sebelumnya, untuk mewujudkan

kondisi lingkungan yang optimal dan dapat untuk mendukung dalam kegiatan

sehari-hari masyarakat.

Bentuk dari penertiban yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup

Kota Surakarta ini disesuaikan dengan tingkatan dari pelanggaran yang

dilaklukan oleh industri seperti yang diungkapkan oleh Bapak Edy sebagai

berikut ini.

“Kalau jenis penertiban yang kita lakukan terhadap industri yang melanggar peraturan yang ada itu kita sesuaikan dengan jenis pelangaranya, kita lihat pelanggaranya berat atau tidak.”( wawancara, 03 03 09)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Supono Kepala Kantor

Lingkungan Hidup Kota Surakarta yang menggungkapkan bahwa KLH

Surakarta akan melihat bentuk pelanggaran dan tingkat pencemarannya.

"Tidak bisa serta-merta ditutup," ujarnya (Tempo interaktif, diakses 10 02 09)

Terhadap pelanggaran yang terjadi penertiban dapat dilalukan dari

pencabutan ijin (operasi) sementara maupun pencabutan ijin secara permanen

tergantung dari pelanggaranya.

Penanggungjawab kegiatan (industri) dapat dikenakan sanksi berupa

penghentian atau penutupan sementara usaha dan/atau kegiatan. Pengenaan

sanksi penghentian atau penutupan sementara dilakukan apabila :

a. sifat dan bobot pelanggaran pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup belum menimbulkan dampak yang besar;

b. belum terpenuhi persyaratan pokok perizinan yang telah ditentukan;

c. terdapat keberatan atau pengaduan dari pihak ketiga;

d. pelanggaran atau kesalahan yang bersifat teknis.

Sementara itu Pengenaan sanksi pencabutan izin permanen Pengenaan

sanksi penghentian dilakukan terhadap pelanggaran:

a. persyaratan pokok yang diajukan ternyata mengandung cacat, masih dalam

sengketa, kekeliruan, penyalahgunaan, ketidakbenaran, ketidakakuratan,

kebohongan dan/ atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku;

b. pelaksanaan izin telah menyimpang dari ketentuan dan persyaratan yang

tercantum dalam izin;

c. dalam waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan ternyata tidak terpenuhinya

suatu keharusan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

d. usaha dan/atau kegiatan telah dihentikan selama 12 (dua belas) bulan

berturut-turut dan tidak diajukan lagi.

Tata cara pengenaan sanksi pencabutan izin dilakukan dengan tahapan

sebagai berikut:

a. kepada penanggung jawab diberikan teguran pertama secara tertulis dalam

jangka waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari untuk segera

menghentikan pelanggaran;

b. apabila teguran pertama sebagaimana dimaksud belum diindahkan oleh

penanggung jawab, dikenakan teguran kedua secara tertulis dalam jangka

waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari untuk segera menghentikan

pelanggaran;

c. apabila teguran kedua sebagaimana dimaksud belum diindahkan oleh

penanggung jawab, dikenakan teguran ketiga secara tertulis dalam jangka

waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari untuk segera menghentikan

pelanggaran;

d. apabila teguran ketiga sebagaimana dimaksud belum diindahkan oleh

penanggung jawab, dikenakan pencabutan izin sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlakku

Pada setiap tahapan sebagaimana dimaksud pemberi izin ( pemerintah)

wajib memberikan kesempatan seluas mungkin kepada pemegang izin untuk

memberikan penjelasan.

Apabila peringatan tersebut tidak diindahkan maka pemerintah dapat

melakukan tindakan paksaan terhadap industri. Bentuk sanksi paksaan

pemerintah sebagaimana dimaksud dapat dilakukan berupa:

a. penghentian mesin;

b. pemindahan sarana produksi;

c. penutupan saluran pembuangan limbah;

d. melakukan pembongkaran;

e. melakukan penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan

pelanggaran; dan

f. tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran serta

tindakan memulihkan lingkungan hidup pada keadaan semula

B. Kinerja Pengendalian Pencemaran Air Sungai Oleh Kantor Lingkungan

Hidup Kota Surakarta

1. Tolak ukur kinerja.

untuk dapat mengetahui seberapa besar kinerja kegiatan

pengendalian pencemaran air sungai oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota

Surakarta yang telah dicapai selama ini, berikut ini dapat dijelaskan melalui

indikator kinerja yang meliputi

a) Responsivitas.

Responsivitas disini dilihat dari tanggapan Kantor Lingkungan

Hidup terhadap keinginan-keinginan dari masyarakat baik masyarakat

umum maupun masyarakat pelaku industri. Terhadap keinginan dari

masyarakat industri responsivitas KLH dapat dikatakan baik, hal ini dapat

dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan seperti dalam kegiatan

sosialisasi jika ada masyarakat yang belum mengetahui suatu

permasalahan petugas akan memberikan informasi yang dibutuhkan,

dalam kegiatan pengawasan KLH juga memberikan bantuan terhadap

pelaksanan pengolahan limbah di industri yang belum atau tidak sesuai

dengan yang ditetapkan. Sementara itu terkait dengan penertiban yang

dilakukan petugas pun juga memberikan waktu industri untuk

memperbaiki apa yang tidak sesuai tersebut sebelum diberikan surat

peringatan tertulis. Dalam tahapan ini pula pelaku industri juga diberikan

kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi

“ Kalau masalah responsifitas KLH sudah cukup baik dalam menanggapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para pengusaha terkait dengan permasalahan kami dalam mengolah limbah.”(wawancara, 27 01 2009)

Sementara itu responsivitas terhadap masyarakat umum juga

cukup baik dengan adanya Tata cara peran serta masyarakat dilaksanakan

dengan pemberian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan

masukan terhadap informasi tentang arah pengembangan, potensi dan

masalah pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Responsifitas terhadap

laporan dari masyarakat ini seperti yang dikatakan oleh bapak Edy seperti

berikut ini:

“Kalau pengawasan secara periodik sih kita lakunkan tiga sampai dengan empat bulan sekali.tetapi kalau ada laporan dari masyarakat kita juga akan mengadakan pengecekan kelokasi tersebut.”(wawancara, 03 03 09)

b) Responsibilitas.

Responbilitas disini dilihat dari bagai mana pelaksanan

pengendalian pencemaran sungai ini dalam pelaksananya sudah dilakukan

sesuai dengan dengan prinsip- prinsip administrasi yang benar ataupun

sesuai dengan kebijakan organisasi,baik yang eksplisit maupun yang

implisit.

Dalam pengendalian ini responsibilitas dilihat dari pelaksanan

kegiatan-kegiatan pengendalian pencemaran yaitu sosialisasi, pengawasan

dan penertiban.

Dalam kegiatan sosialisasi, responbilitas KLH sudah

menunjukan optimal yaitu ditandai dengan pelaksanan sosialisasi yang

dilaksanakan sudah mengakup semua aspek dan target dari kegiatan yaitu

permasalahan umum dan spesifik.

Terhadap petugas pelaksana kegiatan sosialisasipun petugas

yang melaksanakan telah memiliki kompetensi yang sesuai dengan

kebutuhanya dan KLH selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dari

petugas-petugasnya.

Dalam hal pengawasan, pengawasan yang dilakukan sudah

mengakup semua hal, baik pengawasan terkait dengan permasalahan

perijinan maupun pengawasan terhadap kegiatan industri yang dilakukan

yang terkait dengan produksi dan limbah yang dihasilkan.

Terhadap jumlah dari petugas pelaksana pengawasan ini jumlah

dari petugas dirasakan masih sangat kurang untuk mengawasi semua

indutri yang ada. Dengan jumlah petugas pengawas yang hanya enam

orang dan jumlah industri yang ada mencapai ratusan menunjukan

perbandingan yang sangat tidak maksimal.

Dalam hal penertiban yang dilakukan oleh KLH penertiban yang

dilakukan sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan tentang mekanisme dari penertiban, yaitu

mulai dari penemuan pelanggaran oleh petugas kemudian diberikan

peringatan tertulis pertama, apabila dalam kurun waktu yang telah

ditentukan ( 30 hari ) tidak mengindahkan akan diberikan peringatan

tertulis yang kedua dan apabila tidak mengindahkan lagi akan diberikan

peringatan yang ketiga, dan apabila tetap tidak mengindahkan peringatan

tersebut maka akan dicabut izin perusahaan yang bersangkutan

c) Produktifitas

Produktifitas dapat digunakan sebagai salah satu indikator dalam

menilai kinerja dari suatu organisasi, dalam permasalahan ini adalah

Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta.

Berkitan dengan produktifitas ini kinerja KLH dapat diukur dari

pencapian target yang telah ditetapkan dengan hasil realisasi. Berdasarkan

itu produktifitas dalam pengendalian pencemaran sugai ini dapat dilihat

dari kegiatan sosialisasi dan kegiatan pengawasan ataupun pemantauan.

Dalam kegiatan sosialisasi produktifitas kegiatan yang dilakukan

oleh KLH dapat dikatakan sudah maksimal hal ini dikarenakan

pengapaian pelaksanan kegiatan sudah sesuai dengan yang direncanakan.

Pencapaian target tersebut dapat dilihat pada Tabel. 3.1. dari tabel

tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun 2002-2008 kegiatan sosialisasi

yang dilakukan oleh KLH sudah mencapai target yang ditetapkan

Sementara itu untuk kegiatan pengawasan produktifitasnya bisa

dikatakan masih kurang, karena kegiatan pengawasan yang dilakukan

hanya dalam periode tiga sampai dengan empat bulan sekali. hal ini

tentunya sangat kurang sekali untuk dapat mengetahui keadaan sungai

yang ada. Mengenai kurangnya produktifitas dari kegiatan pengawasan ini

diakui oleh Bapak Edy.

“Kalau pengawasan secara periodik sih kita lakunkan tiga sampai dengan empat bulan sekali.tetapi kalau ada laporan dari masyarakat kita juga akan mengadakan pengecekan kelokasi tersebut.”(wawancara, 03 03 09)

Terkait dengan produktifitas dalam pengawasan ini faktor jumlah

petugas pelaksana menjadi faktor utama yang mempengaruhinya, hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Edy sebagai berikut:

“Dalam kegiatan pengawasan ini kami memang tidak dapat secara maksimal dalam melakukan pengawasan. Karena jumlah petugas yang kita miliki memang sangat tidak memadahi, di sini kami hanya memiliki petugas pengawas sejumlah lima sampai dengan enam orang. Jumlah sebanyak itu tentunya tidak sebanding dengan jumlah industri yang ada di Kota Surakarta ini, disini ada sekitar sepuluh perusahan besar dan ada ratuasan industri kecil dan menengah yang berjumlah ratusan.” (Wawancara 15 01 09)

Mengenai keterbatasan jumlah dari petugas pengawasan ini juga

diakui oleh Bapak Supono Kepala KLH Kota Surakarta: “ Kalau

mengenai jumlah petugas memang terlalu sedikit untuk mengawasi semua

industri yang ada.”( wawancara, 03 03 09)

Sementara itu untuk kegiatan penertiban produktifitas ini dalam

kegiatan ini dapat dikatakan masih kurang jika dibandingkan dengan

jumlah pelanggaran yang terjadi. Terkait dengan keadaan ini Bapak Edy

Puryanto mengatakan bahwa kalau masalah penertiban ini juga harus

dilihat dari tujuan kegiatan pengandalian ini yaitu untuk membina para

pelaku industri.

“Tujuan dari kegiatan inikan selain untuk menaggulangi pencemaran yang terjadi kan juga untuk membina masyarakat pelaklu industri untuk lebih peduli terhadap lingkungan hidup maka kalau terjadi pelanggaran-pelanggaran pertama-tamakan kita menberikan kesempatan kepada mereka untuk memperbaikinya dulu”( wawancara, 10 02 09)

Namun kalau dilihat dari kondisi pencemaran yang terjadi di

sungai sungai yang ada menunjukan bahwa pelanggaran itu masih terus

terjadi dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada jelas meyebutkan

sanki yang dapat dilakukan oleh pemerintah yang berupa pencabutan izin

operasi dari industri tersebut baik itu pencabutan izin semsntara maupun

pencabutan permanen sesuai dengan pelanggaranya. Terkait dengan

dengan permasalahan sangsi pencabutan izin ataupun penutupan operasi

industri belum pernah dilakukan oleh KLH, hal ini seperti yang yang

diungkapkan oleh Bapak Edy, sebagai berikut ini:

“Kalau masalah penertiban terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam kaitan dengan pengendalian pencemaran air ini, yang berupa pencabutan izin atau penutupan seingat saya belum pernah dilakukan selama saya bekerja disini, tetapi kalau sebelum-sebelumnya saya tidak tahu, tapi berdasarkan data yang ada belum ada.” ( wawancara, 03 03 09)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas dapat diketahui

bahwa dalam hal produktifitas kegiatan sosialisasi yang dilakukan, sudah

mencapai target yang direncanakan. Sementara itu untuk kegiatan

pengawasan dapat disebut belum maksimal dikarenakan jumlah petugas

yang kurang memadai, dan dalam kegiatan penertiban kurang berani

memberikan sangsi yang tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang

terjadi.

d) Efektivitas.

Efektivitas kegiatan dapat dilihat dari tercapainya pemenuhan

tujuan atau target kegiatan yang telah ditentukan. Dalam kegiatan

pengendalian pencemaran air oleh KLH Kota Surakata ini efektivitas

kegiatan dapat dilihat dari tingkat pencemaran air sungai dan Instalasi

Pengolahan Air limbah (IPAL).

1.Tingkat pencemaran air sungai

Tingkat pencemaran merupakan ukuran dari keberhasilan yang

paling penting dalam kegiatan pengendalian pencemaran sungai oleh

limbah Industri ini. Pemerintah telah menetapkan baku mutu air yang

dalam baku mutu tersebut telah disesuaikan dengan keperluan dari

penggunaan air tersebut. Berdasarkan baku mutu yang telah ditetapkan

dalam PP No 82 tahun 2001 ini jelas memberikan gambaran yang jelas

tentang batas maksimal kandungan zat- zat kimia yang boleh

terkandung dalam air. Berikut ini adalah baku mutu air sesuai dengan

peruntukanya.

Tabel 3.2

Baku mutu air berdasarkan PP No 82 Tahun 2001

Baku Mutu No Kelas

BO D COD pH Seng Tembaga Krom Nikel Timbal Nitrit Nitrat kadmium

1 Kelas I 2 - 6-9 0.05 0.02 0.05 - 0.03 0.06 10 0.01

2 Kelas II 3 25 6-9 0.05 0.02 0.05 10 0.03 0.06 10 0.01

3 Kelas III 6 50 6-9 0.05 0.02 0.05 20 0.03 0.06 20 0.01

4 Kelas IV 12 100 5-9 2 0.2 1 20 1 - 20 0.01

Keterangan: Kelas I : air yang peruntukanya dapat digunakan untuk air minum Kelas II : air yang peruntukanya dapat digunakan untuk sarana/prasarana rekreasi air,

pengelolaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman. Kelas III : air yang peruntukanya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakanair untuk mengairi pertanaman. Kelas IV : air yang peruntukanya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman.

Terkait dengan kondisi pencemaran sungai yang terjadi di

beberapa sungai dari tahun 2005-2008 dapat dilihat bahwa pencemaran

masih terjadi terjadi . Dari hasil monitoring yang dilakukan oleh Kantor

Lingkungan Hidup dapat dilihat jika kondisi perairan sungai yang ada

masih banyak yang kandungan zat-zat kimia yang ada masih diatas

ambang batas baku mutu yang ditetapkan dalam PP No 82 Tahun 2001.

Dari monitoring keadaan sungai-sungai yang ini menunjukan

bahwa ada juga terjadi fluktuasi kondisi pencemaran yang ada

dibeberapa sungai yang menunjukan kenaikan dan penurunan beberapa

kandungan zat kimia dalam air. Fluktuasi yang begitu terlihat terjadi

pada seng, tembaga dan nitrit yang perubahan kandunganya terjadi

relatif signifikan. Kondisi beberapa sungai yang ada di Kota Surakarta

dari tahun 2002-2008 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini :

Terkait dengan permasalahan fluktuasi ini KLH memberikan

alasan bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh aktifitas kegiatan industri

yang juga mengalami fluktuasi dimana ada masa-masa perusahan

memiliki aktifitas yang sangat intensif sekali sehingga limbah yang

dihasilkanya pun banyak dan ada masa-masa dimana industri hanya

berproduksi sedikit atau bahkan tidak berproduksi sehingga limbah yang

dihasilkanpun juga sedikit. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Bapak

Edy:

“Kalau mengenai pencemaran yang terjadi, disini juga dipengaruhi dari aktifitas industri-industri yang ada, kalau aktifitas industri tinggi tentunya beban pengeluara pencemaranya juga tinggi jika aktifitasnya rendah tentunya beban pencemaranya juga rendah, misalnya pada saat sibuk suatu industri dalam operasional menghasilkan 100 m3 , (meter kubik) limbah cair dan pada masa sepi tentunya kurang dari itu terkadang hanya 10 m3 , atau bahkan kegiatan industri berhenti total sehingga tidak menghasilkan limbah.” (wawancara, 10 02 09)

Terkait dengan jumlah limbah yang dihasilkan oleh industri ini

juga dibenarkan oleh bapak Bambang seorang penggusaha batik di

laweyan sebagai berikut:

“Kalau limbah yang dihasilkan dari usaha pembatikan ini tergantung dari kegiatan kita juga, ya mas. Kalau lagi rame ya kegiatanya produksinya banyak tentunya limbah yang di hasilkan juga banyak.” (wawancara, 11 02 09).

Mengenai kondisi pencemaran yang terjadi dibeberapa titik

sungai yang dipantau itupun juga tidak bisa ditetapkan bahwa

pencemaran yang itu disebabkan industri yang disekitar situ. Hal itu

seperti yang dijelaskan oleh bapak Edy, sebagai berikut ini:

“Kalau masalah pencemaran yang terjadi di suatu titik ini bisa saja akumulasi dari pencemaran-pengemaran yang terjadi di hulu yang kemudian menumpuk di titik tersebut.” ( wawancara 03 03 09)

Hal inipun senada dengan apa yang diungkapkan oleh Alfa

Fabela Ketua Forum Pengembangan Kampung Batik

Laweyan.Persoalan limbah di Laweyan disebut Alfa bukan semata-mata

salah pengusaha batik. Limbah, menurut dia, juga berasal dari kampung-

kampung di utara Laweyan "Geografis yang rendah membuat limbah

tersebut terakumulasi di Laweyan sehingga seolah-olah kamilah

penghasil limbah di Kali Premulung," ( Tempo interktif, diakses 10 01

09)

Satu hal yang patut untuk disayangkan dari hasil data

monitoring ini adalah bahwa limbah yang telah mengalami proses

pengolahan limbah yang dimiliki pemerintahpun menunjukan data

keadaan yang masih mengandung bahan-bahan kimia yang diatas dari

baku mutu yang telah ditetapkan. Dari hasil monitoring tahun 2005

menunjukan bahwa outlet IPAL Semangi menunjukan kandungan seng

(0,206), tembaga (0,037), krom (0,093), BOD (31,63), COD (155), pada

tahun 2006 kandungan seng (0,015), tembaga (0,052), krom (ttd), BOD

(23,90), COD (83,93). Sementara kondisi di outlet Kedungtungkul

Mojosongo menunjukan hal yang lebih baik, limbah yang diolah

ditempat ini hanya menunjukan tembaga (0,056), Nitrit (0,179), BOD

(18,06), dan COD ( 70,96) yang melampaui baku mutu yang telah

ditetapkan. Dari hal ini menunjukan bahwa IPAL yang dimiliki

Pemerintahpun belum mampu untuk mengolah limbah supaya limbah

yang dibuang kesungai tidak lagi berbahaya bagi lingkungan.

Terkait dengan hal tersebut Bapak Edy memberikan pendapat

bahwa hal tersebut dikarenakan outlet IPAL yang ada di kedua tempat

tersebut di Semanggi dan Mojosongo digunakan secara komunal bagi

industri –industri yang ada di daerah tersebut sehingga hasilya tidak

maksimal. Seperti yang dikatannya sebagai berikut ini:

“IPAL yang ada di Semangi dan di Mojosongo itu penggunanya memang untuk mengolah limbah-limbah yang dihasilkan oleh industri-industri yang ada disekitar kawasan tersebut sehingga memang hasilnya tidak maksimal karena walaupun dalam satu jenis industri yang sama namun tingkat pencemaran limbah yang dihasilkan oleh industri itu berbeda-beda Kadarnya.”(wawancara, 03 03 09)

2.Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 pasal 37 ayat (1)

menyebutkan bahwa Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan

yang membuang air limbah ke air atau sumber air wajib mentaati

persyaratan yang ditetapkan dalam izin. Salah satu dari persyaratan yang

harus dipenuhi dalam izin pembuangan limbah adalah ketentuan

kewajiban untuk mengolah limbah, sebagaimana yang dimaksud dalam

pasal 37 ayat (2) point pertama.

Dari sini jelas bahwa setiap industri yang dalam melakukan

kegiatan usahanya menghasilkan limbah dan membuangnya ke air atau

sumber air wajib untuk mengolah limbahnya terlebih dahulu sebelum di

buang ke air atau sumber air. Hal ini memberikan pengertian bahwa

setiap industri harus memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

untuk mengolah limbah yang dihasilkannya.

Namun dalam kenyataanya masih banyak industri yang tidak

memiliki IPAL dalam menjalamkan usahanya. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Edy Puryanto,seperti berikut ini:

“Kalau dilihat dari jumlah persentase industri yang sudah memiliki Istalasi Pengolahan Air limbah dengan jumlah perusahaan yang belum memiliki di Surakarta ini masih banyak peruisahaan yang belum memiliki Istalasi Pengolahan Air limbah.”(wawancara, 12 01 09 )

Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang ditemukan oleh

LSM Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro) Lembaga Swadaya

Masyarakat di Surakarta dan masyarakat sekitar Laweyan, Surakarta,

mengeluhkan pembuangan limbah industri batik di Laweyan langsung

ke sungai. Sungai yang biasa dijadikan tempat pembuangan limbah

adalah Kali Premulung, yang melewati sisi selatan Surakarta dan

berakhir di Sungai Bengawan Solo.

“Dari hasil penelusuran kami sepanjang 2008 ini, ternyata banyak industri batik yang membuang limbah ke sungai tanpa melewati proses pengolahan," ujar Setyo Dwi Herwanto, koordinator Pattiro.( Tempo interaktif, diakses 10 02 09)

Tentang pembuangan limbah langsung ke sungai tanpa melalui

instalasi pengolahan limbah terlebih dahulu ini juga diakui oleh para

pelaku industri itu sendiri. Seperti pengakuan dari Bapak Susilo seorang

pengusaha batik yang membuang limbahnya langsung ke sungai seperti

berikut ini, “Dari dulu saya membuang limbah melalui gorong-gorong

ke sungai, warnanya memang buthek tapi tidak apa-apa.” ( wawancara,

15 02 09)

Ketika ditanya alasan mengapa mereka tidak membuat dan

mengolah limbahnya terlebih dahulu, alasan ekonomi menjadi alasan

yang sering kali dipakai oleh mereka, hal ini seperti yang diungkapkan

oleh Bapak Edy , sebagai berikut ini:

“Pengusaha masih banyak yang engan untuk membuat IPAL sendiri karena memang dalam hal ini membutukkan biaya yang tidak sedikit,bisa mencapai ratusan juta rupiah, itu saja baru dalam pembuatanya tidak lagi nanti dalam operasionalnya tiap bulan juga membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk mengolah limbahya.”( wawancara, 10 02 09)

Hal ini seperti juga penuturan dari bapak Susilo , seorang

pengusaha batik dilaweyan,seperti berikut ini; “Kalau harus membuat

pengolahan limbah, ya butuh dana yang banyak mas, ngaksangup untuk

bikin bisa-bisa malah duitnya habis.”( wawancara, 15 02 09)

Hal yang samapun diungkapkan oleh Setyo Dwi Herwanto,

koordinator Pattiro yang mengungkapakan bahwa banyak perusahaan

yang menggunakan satu IPAL dipakai beramai-ramai. Bahkan banyak

industri rumah tangga tidak memiliki IPAL. "Alasannya klasik: dana,"

kata Setyo ( Tempo Interaktif,diakses 01 02 09)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan pengendalian

pencemaran air sungai oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta

a. Pelaksana

Dalam hal kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh pelaksana

kegiatan sudah menunjukan kinerja yang sangat baik dalam hal usaha

untuk memberikan pengetahuan dan pengertian kepada masyarakat

terutama kepada para pelaku industri. Kegiatan penyuluihan ini telah

dilakukan secara berkesinambungan setiap tahunya mulai dari tahun 2002

sampai dengan tahun 2008 dan akan terus dilakukan pada tahun-tahun

berikutnya. Namun dalam pelaksanan penyuluhan ini belum dapat untuk

mencakup keseluruhan semua pelaku industri yang ada di kota ini,

padahal masih banyak pelaku industri yang tidak mengetahui dan

memahami tentang peraturan pengelolaan dan pnegndalian pencemaran

ini. Dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan para petugas bersikap

terbuka, atas tanggapan dari para peserta penyuluhan.

Dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan terutama dalam hal

pembinaan terhadap pelaku industri dalam pelaksanan kegiatan

pengawasan ini produktifitas dari petugas pelaksana dapat dikatakan

kurang begitu maksimal, karena kegiatan pengawasan hanya dilakukan

setiap tiga sampai dengan empat bulan sekali. Di sini pengawasan

tentunya tidak dapat memantau perubahan yang terjadi dilapangan apabila

terjadi kegiatan yang meyalahi aturan-aturan yang telah ditetapkan

sehingga nantinya dalam melakukan kegiatan penertibanpun tidak dapat

dilakukan secara cepat untuk meminimalisr kemungkinan pencemaran

yang terjadi. Walaupun demikian adanya terhadap pelaksanaan kegiatan

pengawasan yang berkitan dengan usaha untuk mengendalikan pencenaran

air sungai di Kota Surakarta telah menunjukan kinerja yang cukup baik,

dengan menberikan pembinan kepada masyarakat pelaku industri tentang

hal-hal yang berkaitan dengan usaha untuk mengendalikan pencemaran

sungai ini. Dengan adanya kegiatan ini jelas bahwa pemerintah memiliki

perhatian terhadap lingkungan hidup.

Sedangkan untuk kegiatan penertiban, pelaksanaanya menunjukan

kinerja yang yang kurang baik dalam melakukan penertiban terhadap

industri-industri yang melakukan pelanggaran, baik melalui kegiatan

terjadwal maupun melalui laporan masyarakat. Dalam pelaksanan

kegiatan penertiban ini kadangkala petugas kurang bersikap tegas dengan

masih memberikan toleransi kepada industri yang menyalahi peraturan

yang telah ditetapkan.

Dari peraturan yang ada menunjukan secara jelas bahwa bila terjadi

pelanggaran dapat di ambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah

terjadinya pencemaran.

b. Komunikasi

Selain melalalui kegiatan penyuluhan, sosialisasi tentang

pengendalian pencemaran lingkungan ini juga dilakukan dengan

menggunakan berbagai media komunikasi, seperti dengan penyebaran

brosur dan selebaran. Dalam pelaksanaan sosialisasi secara langsung yaitu

pada saat penyuluhan , komunikasi antara aparat pelaksana dengan

masyarakat sasaran dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik.

Komunikasi sudah dilakukan dengan secara dua arah dengan adanya sesi

Tanya jawab dan diskusi, dimana banyak peserta penyuluhan yang

antusias dalam menayakan atau meminta penjelasan lebih lanjut tentang

hal-hal yang kurang mereka mengerti.

Dalam tahapan pengawasan komunikasi yang terjalin dengan

masyarakat umum dan masyarakat pelaku kegiatan industri adalah hal

yang sangat penting yang harus diperhatikan dlam kegiatan ini. Hal ini

dikarenakan dalam pelaksanan kegiatan pengawasan juga sangat

bergantung pada laporan dari masyarakat jika terjadi adanya pelanggaran

dalam kegiatan usaha industri yang menyebabkan terjadinya pencemaran

air sungai. Selama ini komunikasi yang terjalin antara masyarakat dengan

petugas KLH sudah cukup baik dengan adanya partisipasi aktif dari

masyarakat terhadap permasalahan pencemaran air sungai ini. Sedangkan

dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan dilapangan KLH sebagai salah

satu dari Instansi Pengendalian Lingkungan telah melakukan koordinasi

dengan instansi –instansi yang terkait dengan permasalahan ini seperti

Balai Pengembangan Sumberdaya Air (BPSDA) Kota Surakarta dan juga

koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait seperti aparat pemerintahan

baik itu ditingkat desa maupun ditingkat kecamatan. Dalam

memperlancar komunikasi ini kegiatan koordinasi antara KLH dengan

instansi dilakukan melalui kegiatan surat menyurat, maupun telepon.

Pada kegiatan penertiban, komunikasi dan koordinasi antara

petugas pelaksana juga sudah dapat dikatakan berjalan dengan baik.

Selain melalui kegiatan koordinasi antara instansi terkait, kegiatan

penertiban ini juga diawali dengan adanya pelaporan dari masyarakat.

Sama halnya dengan kegiatan pengawasan, masyarakat umumnya juga

berpartisipasi dengan memberikan laporan terhadap kegiatan industri yang

melanggar peraturan untuk segara ditertibkan. Dengan adanya laporan dari

masyarakat ini, tugas dari aparat pelaksana kegiatan menjadi lebih mudah.

Dalam pelaksanan penertiban ini pun KLH tidak berkerja sendiri

melainkan dengan kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait.

c. Dukungan masyarakat sasaran

Dalam kegiatan penyuluhan, dukungan masyarakat pelaku

industri sebagai kelompok sasaran kegiatan penyuluhan dapat dikatakan

sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta yang

mendapatkan undangan untuk menghadiri kegiatan menunjukan bahwa

jumlah kehadiran peserta telah mencapai 100%

Dalam hal kegiatan pengawasan, dukungan dari masyarakat

pelaku industri dapat dikatakan masih kurang. Namun demikian tidak

semua pelaku industri bersikap tidak mendukung, tetapi hanya para pelaku

industri yang tidak mengerti tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini saja.

Sementara dukungan dari masyarakat umum dalam kegiatan pengawasan

dan pemantauan pencemaran ini cukup baik hal ini terlihat dari adanya

LSM yang turut memantau keadaan sungai-sungai yang ada.

3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengendalian pencemaran

air sungai oleh KLH Kota Surakarta.

3.1 Pendanaan

Sumber dana dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian

pencemaran air sungai ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Kota Surakarta yang dianggarakan setiap tahunya untuk

kegiatan ini. Alokasi dana yang ada dalam pelaksanaan kegiatan ini

dirasakan masih sangat tidak memadai untuk mendapatkan hasil yang

maksimal, sehingga Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta sebagai

organisasi pemerintah yang memiliki kewenangan dalam permasalahan

kegiatan pengendalian ini berusaha mendayagunakan sumberdaya yang

ada ini dengan seefektifdan seefisien mungkin. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh bapak Edy Puryanto sebagi berikut:

“Masalah dana memang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian ini. Bahkan untuk meningkatkan kualitas dari petugas pelaksana saja seperti jika ada kegiatan seminar dan lain sebagainya yang dilakukan dimana kegiatan itu ada kontribusinya kita harus berfikir terlebih dahulu apakah ada alokasi dana untuk megikuti kegiatan tersebut.” (wawancara, 27 01 09)

Dari penuturan tersebut diatas, bisa kita ketahui bahwa minimya

anggaran yang dimiliki merupakan salah suatu kendala yang dihadapi

dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian yang dilakukan oleh

kantorLingkungan Hidup Kota Surakarta. Sementara itu kegiatan industri

di Kota Surakarta terus berjalan dan memiliki kecenderungan peningkatan.

Akibatya adalah kegiatan penyuluhan, pengawasan, dan kegiatan

penertiban sangat minim dilakukan.

3.2 Sumber Daya Manusia

Dalam setiap pelaksanan suatu kegiatan peranan Sumber Daya

Manusia yang terlibat adalah faktor yang paling dominan dalam

menentukan tingkat keberhasilan dalam kegiatan tersebut. Berikut ini

adalah kendala yang muncul dalam pelaksanan kegiatan pengendalian

yang berhubungan dengan sumber daya manusia.

a. Organisasi pelaksana

Sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang harus

dipersiapkan dan dipenuhi oleh Kantor Lingkungan Hidup dalam

setiap kegiatan yang akan dilaksanakan untuk melakukan

pengendalian pencenaran air sungai ini. Dari tentang permasalahan

lingkungan hidup. Namun kalau sumber daya manusia yang ada ini

dilihat dari sisi kuantitas, jumlah dari petugas pengendalian gambaran

yang ada di Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta tentang sumber

daya manusia oleh kantor ini relative telah memiliki pengetahuan yang

memadai masih sangat jauh dari kata memadai. Sehinga dalam

pelaksanan kegiatan pengendalian pengemaran air sungai ini Kantor

Lingkungan Hidup Kota Surakarta tentunya tidak dapat melaksanakan

tugasnya dengan semaksimal mungkin.

b. Pelaku industri

Dalam pelaksanan kegiatan pengendalian pencemaran sungai

yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup, baik dalam kegiatan

penyuluhan, kegiatan pengawasan dan kegiatan penertiban, petugas

tidak jarang menjumpai kendala-kendala yang bersumber dari

masyarakat industri itu sendiri. Kendala-kendala itu sangat beragam,

sebagai berikut:

1. Kesadaran pelaku industri

Kesadaran dan peran serta masyarakat terhadap kegiatan

pengendalian yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup

dapat dikatakan masih sangat rendah. Masyarakat pelaku industri

seringkali tidak memperdulikan permasalahan lingkungan hidup

dalam pelaksanan kegiatan industri mereka. Mereka seringkali

menganggap bahwa sungai adalah tempat untuk menbuang sampah

tanpa menghiraukan akibat yang dapat timbul. Hal ini seperti yang

dituturkan oleh Bapak Edy Puryanto, ST dari KLH seperti berikut

ini:

“Kesadaran masyarakat pelaku industri disini masih sangat kurang, kebanyakan mereka masih memganggap bahwa sungai adalah tempat untuk menbuang sampah sehingga mereka juga membuang limbah ke sungai dengan begitu saja.” (wawancara 27 01 09)

Hal senada juga diungkapkan oleh Ir. Paryanto, Dosen

Tehnik Pengolahan Limbah, Fakultas Tehnik Universitas

Sebelasmaret Surakarta. Yang menyayangkan masih rendahnya

budaya peduli lingkungan yang dimiliki oleh para pelaku industri.

“Mental pengusaha kita kita adalah mental pedagang, bukan mental industrialis yang memperhatikan segala aspek dalam mendirikan pabrik, misalnya aspek lingkungan.” ( Visi, 2006)

Pencemaran dan perusakan lingkungan bisa diminimalisir

apabila perusahaan industri menggunakan alat-alat pegendali

pencemaran. Namun dalam prakteknya pengunaan alat-alat ini

akan menyebabkan kenaikan ongkos investasi yang harus

dikeluarkan oleh penggusaha. Hal ini lah yang menyebabkan

banyak pelaku industri tidak menggunakan pengendali

pencemaran. Selama ini pelaku industri menganggap bahwa biaya

yang dikeluarkan olehnya untuk mendirikan Istalasi Pengolahan

Limbah tidak akan kembali. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh

bapak Edy Puryanto, seperti berikut ini.

“Penggusaha enggan untuk menggeluarkan biaya lagi untuk membuat pengolahan limbah karena hal ini akan menambah pengeluaran mereka. Selama ini pengusaha hanya mau mengeluarkan dana pada hal yang berhubungan dengan kegiatan poduksi saja.” (wawancara, 27 01 09)

2. Pelaksanaan pengolahan limbah

Pencemaran dan perusakan lingkungan bisa diminimalisir

apabila perusahaan industri menggunakan alat-alat pegendali

pencemaran. Namun dalam prakteknya pengunaan alat-alat ini

akan menyebabkan kenaikan ongkos invesstasi yang harus

dikeluarkan oleh penggusaha. Hal ini lah yang menyebabkan

banyak pelaku industri tidak menggunakan pengendali pencemaran

Kendala lain yang dihadapi dalam pengendalian

pencemaran sungai ini adalah dalam pelaksanan pengolahan

limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri. Industri-industri

yang telah melaksanakan pengolahan limbah yang dihasilkan

sebelum dibuang ke sungai masih belum memperhatikan

kesesuaian antara tugas yang harus dilakuka oleh orang tersebut

dengan pengetahuanya. Seringkali pelaksana pengolahan limbah

tersebut hanya asal saja. Hal tersebut sesperti yang diungkapkan

oleh Bapak Edy Puryanto, berikut ini:

“Orang- orang yang bertanggung jawab sebagai pelaksana dalam pengolahan limbah di sebagian yang industri adapun seringkali tidak memiliki pengetahuan yang memadahi terhadap permasalahan limbah, ada lulusan dari ilmu sosial yang menjadi pelaksana bahkan ada yang hanya lulusan SMA yang dijadikan penaggung jawab kegiatan yang secara basik tidak mengetahui tentang cara pengolahan limbah yang akibatnya tidak optimal.” (Wawancara, 15 01 09)

Keadaan ini tentunya menyebabkan kurang atau tidak

optimalnya dalam pengendalian pencemaran sungai ini karena dari

awal kegiatan yang dilakukan oleh industri untuk meminimalisir

pencemaran itu sendiri sudah tidak optimal.

Tabel 3.3 MONITORING SUNGAI KOTA SURAKARTA KANTOR LINGKUNGAN

HIDUP KOTA SURAKARTA tahun 2008

Parameter Fisika Parameter Kimia Temp TSS TDS pH Seng Tembaga Mangan Kadmium Besi Timbal Krom Klorida

No

Lokasi

(oC) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)

1 S.Brojo Hulu 27.8 53.0 677 7.59 0.055 ttd 0.014 ttd 0.579 ttd ttd 113.50

2 S.Brojo Tengah 27.8 50.0 458 7.25 0.038 ttd 0.188 ttd 0.126 ttd ttd 76.98

3 S Brojo Hilir 28.0 51.5 451 7.27 0.037 ttd 0.203 ttd 0.267 ttd ttd 72.97

4 S.Gajah Putih Hulu 27.4 51.0 273 7.15 ttd ttd 0.008 ttd 0.047 ttd ttd 25.60

5 S.Gajah Putih Tengah 27.6 56.0 317 7.32 ttd ttd 0.009 ttd 0.076 ttd ttd 29.30

6 S. Gajah Putih Hilir 27.5 54.0 297 7.21 0.004 ttd 0.003 ttd 0.067 ttd ttd 30.10

7 S.Kalianyar Hilir 28.2 59 475 7.61 0.029 ttd 0.754 ttd 0.286 ttd ttd 59.00

8 S.Kalianyar Tengah 28.1 61 301 7.47 0.030 ttd 0.007 ttd 0.051 ttd ttd 29.50

9 S.Kalianyar Hulu 28.2 53.2 252 7.66 0.032 ttd 0.001 ttd 0.059 ttd ttd 23.20

10 S.Pepe Hilir 27.8 49.5 248 7.13 ttd ttd 0.003 ttd 0.098 ttd ttd 26.65

11 S.Pepe Tengah 28.0 47.5 309 6.27 ttd ttd 0.008 ttd 0.051 ttd ttd 33.86

12 S.Pepe Hulu 28.1 48.0 345 7.04 ttd ttd ttd ttd 0.076 ttd ttd 41.03

13 S.Jenes Hulu 28.1 59.0 554 7.57 0.058 ttd 0.339 ttd 0.247 ttd ttd 77.20

14 S.Jenes Tengah 28.2 82 447 7.63 0.051 0.012 0.165 ttd 0.059 ttd ttd 62.40

15 S.Jenes Hilir 28.0 80.0 452 7.38 0.065 ttd 0.181 ttd 0.041 ttd ttd 58.00

Sumber: Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta

Tabel 3.4 MONITORING SUNGAI KOTA SURAKARTA KANTOR LINGKUNGAN

HIDUP KOTA SURAKARTA tahun 2007

Parameter Fisika Parameter Kimia Temp TSS TDS pH Seng Tembaga Mangan Kadmium Besi Timbal Krom Klorida

No

Lokasi

(oC) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) 1 S.Brojo Hulu 28.0 119.0 2207 8.19 2.948 ttd 0.840 ttd 0.840 ttd ttd 173.90

2 S.Brojo Tengah 28.4 102.0 1981 8.38 1.179 ttd 0.413 ttd 8.066 ttd ttd 195.82

3 S Brojo Hilir 28.5 111.0 1475 7095 0.725 ttd 0.622 ttd 5.773 ttd ttd 211.10

4 S.Gajah Putih Hulu 29.1 42.0 401 7.03 ttd ttd 1.545 ttd 0.860 ttd ttd 35.10

5 S.Gajah Putih Tengah 29.3 62.0 626 7.84 0.016 ttd 1.631 ttd 0.431 ttd ttd 63.80

6 S. Gajah Putih Hilir 29.2 71.0 637 7.63 0.003 ttd 1.026 ttd 0.435 ttd ttd 64.40

7 S.Kalianyar Hilir 28.8 71.0 485 6.93 0.004 ttd 0.015 ttd 0.125 ttd ttd 53.90

8 S.Kalianyar Tengah 29.0 69.0 543 6.81 0.010 ttd 0.026 ttd 0.182 ttd ttd 57.00

9 S.PepeHulu(Gilingan) 28.7 81.0 526 8.13 ttd ttd 0.508 ttd ttd ttd ttd 30.60

10 S.Pepe Hilir 28.4 61.0 244 7.04 ttd ttd ttt ttd 1.068 ttd ttd 25.50

11 S.Pepe Tengah 28.6 46.5 351 6.99 ttd ttd ttt ttd 0.067 ttd ttd 39.90

12 S.Pepe Hulu 29.0 48.0 395 6.93 ttd ttd ttt ttd 0.030 ttd ttd 39.40

13 S.Jenes Hulu 29.2 55.0 668 7.38 0.030 ttd 0.922 ttd 0.491 ttd ttd 84.80

14 S.Jenes Tengah 29.4 62.0 618 7.14 0.032 ttd 0.507 ttd 0.283 ttd ttd 79.30

15 S.Jenes Hilir 29.2 69.0 591 6.81 0.017 ttd 0.780 ttd 0.428 ttd ttd 66.90

Sumber: Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta

Tabel 3.5 MONITORING SUNGAI KOTA SURAKARTA KANTOR LINGKUNGAN

HIDUP KOTA SURAKARTA tahun 2005

Parameter Fisika Temp TSS TDS pH Seng Tembaga Mangan Kadmium Besi Timbal Krom Klorida

No

Lokasi

(oC) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) 1 S. tangul, sltn laweyan 28.2 48.0 471 7.56 0.068 0.004 0.039 ttd 0.193 0.016 0201 184.7

2 S. Brojo, pajang indah 28.8 55.5 523 7.05 0.175 0.009 0.037 ttd 3.999 0.139 0.179 208.01

3 S. Premulung Pajang 27.0 42.0 681 7.50 0.073 0.002 0.024 ttd 0.177 0.05 0.145 41.25

4 Jembatan kleco 26.5 43.0 830 7.60 0.051 0.005 0.027 ttd 0.154 0.102 0.145 43.35

5 S. Baturan,Sumber 28.7 46.0 367 7.84 0.072 0.106 1.225 ttd 0.635 ttd 0.170 27.93

6 S.komplang, Nusukan 28.1 48.0 381 8.98 0.079 0.022 0.508 ttd 0.466 ttd 0.134 30.13

7 Barat bdgan tirtonadi 30.5 50.0 581 8.81 0.082 0.001 0.023 ttd 0.178 0.113 0.142 48.15

8 S. Mojosongo 28.9 47.0 538 7.50 0.089 0.007 0.023 ttd 0.151 0.011 0.112 51.26

9 Jembatan palur 27.5 48.0 221 7.48 0.116 0.026 0.304 ttd 3.792 ttd 0.079 21.22

10 Jembatan jongke 28.3 45.0 392 7.63 0.020 0.005 0.032 ttd 0.148 0.011 0.177 44.85

11 Plesungan, B. Solo 30.4 54.0 387 7.15 0.104 0.013 0.473 ttd 0.750 0.065 0.106 23.93

12 Kali Pepe, Sangkrah 27.9 58.5 781 8.07 0.014 0.011 0.027 ttd 0.106 ttd 0.0603 79.09

13 Inlet Semanggi 28.6 65.0 936 7.70 0.017 0.009 0.141 ttd 0.284 0.032 0.091 220.84

14 Outlet Semanggi,B.Solo

29.8 69.0 876 7.91 0.114 0.021 0.045 ttd 0.183 ttd 0.074 128.64

15 Outlet IPALSemangi 28.4 66.0 504 6.75 0.206 0.037 0.615 ttd 1.796 0.016 0.093 64.07

16 K. Tanggul, Jogonalan 27.0 52.0 1210 7.50 2.799 0.045 0.713 ttd 46.94 ttd 0.091 256.88

17 S.Jenes, Danukusuman 27.3 42.0 510 5.67 0.086 0.260 0.758 ttd 0.792 ttd 0.101 55.56

18 S.Jenes,Joyontakan 28.6 47.0 480 7.25 0.136 0.269 0.022 ttd 0.167 0.016 0.116 57.56

19 S.Sangkrah 28.0 69.0 620 6.19 0.141 0.045 0.045 ttd 0.144 ttd 0.113 95.2

20 S.Pepe 26.8 54.0 354 7.78 0.008 0.029 0.064 ttd 0.085 ttd 0.103 114.93

Sumber: Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta

Tabel 3.6 MONITORING SUNGAI KOTA SURAKARTA KANTOR LINGKUNGAN

HIDUP KOTA SURAKARTA tahun 2006

Parameter Fisika Parameter Kimia Temp TSS TDS pH Seng Tembaga Mangan Kadmium Besi Timbal Krom Klorida

No

Lokasi

(oC) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) 1 S.Premulung, Jbt

laweyan 27.4 61.0 436 6.88 0.068 0.064 0.046 0.006 0.052 ttd ttd 43.84

2 S.Bayangkara 26.6 50.0 307 6.85 0.007 0.074 ttd ttd 0.064 ttd ttd 122.11

3 S.Premulung, Jbt Kleco

28.8 44.0 254 6.60 0.015 0.072 ttd ttd 0.084 ttd ttd 133.26

4 S.Brojo, Pajang 28.2 59.0 412 6.77 0.025 0.041 ttd ttd 1.157 ttd ttd 83.87

5 S.Premulung, Jongke 28.0 51.0 258 6.99 0.015 0.043 ttd ttd 0.169 ttd ttd 43.41

6 S.Premulung, Serengan 27.8 50.0 524 6.69 0.037 0.052 0.348 ttd 0.126 ttd ttd 82.06

7 S.Premulung,semanggi 27.4 51.5 361 7.05 0.022 0.040 0.282 ttd 0.168 0.053 ttd 165.50

8 Outlet IPAL Semanggi 27.7 49.5 342 7.09 0.015 0.052 0.006 ttd 0.292 0.074 ttd 205.02

9 B.Solo Hulu,Semanggi 29.2 43.0 275 7.42 0.059 0.033 0.020 ttd 0.260 ttd ttd 28.30

10 S.Jenes,Hilir,Sangkrah 28.6 58.0 417 7.07 0.049 0.048 0.441 ttd 0.295 ttd ttd 78.68

11 S.Pepe,Hilir,Kp Sewu 27.7 51.0 332 7.17 0.047 0.071 0.487 ttd 0.212 ttd ttd 60.83

12 B.Solo, KP Sewu 27.2 47.0 312 7.13 0.048 0.062 0.242 ttd 0.139 ttd ttd 50.32

13 B.Solo, Jbt Jurug 27.8 47.0 346 6.44 0.046 0.037 0.207 ttd 0.260 ttd ttd 38.52

14 Tempuran Kali Anyar 28.0 48.5 297 6.86 0.041 0.042 0.240 ttd 0.192 ttd ttd 39.81

15 Kali Anyar,(Tengah) Ngemplak

28.2 52.0 598 7.29 0.044 0.049 0.587 ttd 0.212 ttd ttd 137.45

16 S.Gajah Putih,Utar Fajar Indah

27.4 41.0 263 6.65 0.043 0.052 0.706 ttd 0.147 ttd ttd 29.65

17 S.Sumber 27.8 44.0 230 6.57 0.044 0.450 0.225 ttd 0.217 ttd ttd 30.52

18 S.Komplang,B. Anyar 27.2 48.5 225 6.98 0.045 0.054 0.105 ttd 0.109 ttd ttd 28.18

19 S.Pepe Hulu Gilingan 27.5 49.0 268 6.89 0.047 0.055 0.070 ttd 0.138 ttd ttd 38.37

20 Outlet IPAL Mojosongo

27.0 59.0 467 8.44 0.044 0.056 0.020 ttd 0.094 ttd ttd 74.10

Sumber: Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengendalian pencemaran sungai oleh limbah industri adalah usaha

yang dilakukan oleh pemerintah kota Surakarta dalam upaya untuk

mengendalikan tingkat pencemaran yang ditimbulkan oleh industri. Dalam proses

kegiatan pengendalian ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu kegiatan

penyuluhan terkait dengan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan usaha

untuk mengegah terjadinya pengemaran, kegiatan pengawasan yang berkaitan

dengan operasional aktivitas industri, dan kegiatan penertiban yang berkaitan

dengan usaha untuk menertibkan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.

Pelaksanan kegiatan pengendalian pencemaran sungai oleh limbah industri ini

meemiliki tujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran air sungai oleh limbah

industri yang menyebabkan terjadinya penurunan mutu air. Dalam pelaksanan

kegiatan pengendalian ini pemerintah daerah khususnya Kantor Lingkungan

Hidup memegang peranan yang sangat besar terhadap keberhasilan program

dikarenakan sebagai aparat pelaksana kegiatan pengendalian yang secara

langsung berhubungan dengan kelompok sasaran.

Secara umum dari hasil evaluasi pelaksanan kegiatan pengendalian

pencemaran sungai dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan

pengedalian ini telah dilaksanakan secara baik akan tetapi pelaksanan kegiatan

yang telah dijalankan belum efektif dalam mencapai tujuan yang ditetapkan yang

dikarenakan oleh beberapa hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan

kegiatan,namun Kantor Lingkungan Hidup sebagai instansi yang melaksanakan

kegiatan telah berusaha untuk melaksanakan seluruh kegiatan secara optimal

Kinerja pelaksanaan pengendalian pencemaran sungai oleh limbah

industri Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta dilihat dari faktor-faktor yang

mempengaruhi dan indikator-indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja

pelaksanan kegiatan ini, dapat diuraikan sebagai berikut;

1. Produktifitas

Dilihat dari dari segi produktifitas dari pelaksanan kegiatan

pengendalian ini dapat dikatakan bahwa produktifitas dari kegiatan

pengawasan terhadap industri masih relative rendah hal ini dikarenakan

jumlah dari petugas pengawas yang dimiliki oleh Kantor Lingkungan Hidup

kota Surakarta yang terbatas. Dengan keterbatasan jumlah petugas ini

pelaksanan kegiatan pengawasan berkala yang telah direncanakan hanya

dapat dilakukan ddalam kurun waktu empat bulan sekali. tentunya dengan

jangka waktu yang begitu lama tersebut akan mengakibatkan tidak akuratnya

data yang diperoleh dari lapangan tentang terjadinya pencemaran, kurangnya

pengawasan ini juga dapat dimanfaatkan oleh para pelaku industri yang nakal

saat tidak ada pengawasan limbah yang dihasilkan tidak diolah dahulu dalam

Instalasi Pengolahan Limbah tetapi langsung dibuang kesungai

2. Efektifitas

Dilihat dari efektifitas kegiatan pengendalian pencemaran yang telah

dilakukan menunjukan bahwa kegiatan ini belum cukup efektif untuk dapat

mencegah terjadinya pencemaran sungai oleh limbah industri. Hal ini terlihat

dari masih banyaknya sungai yang mengandung zat-zat kimia dari limbah

industri yang masih diatas ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan

oleh pemerintah. Selain itu juga jumlah industri yang telah melengkapi

kegiatan operasionalnya dengan Instalasi Pengolahan Limbah sebagai suatu

syarat izin operasional industri, tetapi dariperusahan-perusahaan yang ada di

Surakarta sebagian besar malah belum memiliki Instalasi Pengolahan Limbah

3. Responsifitas

Dilihat dari responsifitas dalam pelaksanan kegiatan pengendalian ini

telah menunjukan hal yang optimal. Terhadap keinginan dari masyarakat

industri responsifitas KLH dapat dikatakan baik, hal ini dapat dilihat dari

kegiatan-kegiatan yang dilakukan seperti dalam kegiatan sosialisasi jika ada

masyarakat yang belum mengetahui suatu permasalahan petugas akan

memberikan informasi yang dibutuhkan, dalam kegiatan pengawasan KLH

juga memberikan bantuan terhadap pelaksanan pengolahan limbah di industri

yang belum atau tidak sesuai dengan yang ditetapkan. Sementara itu terkait

dengan penertiban yang dilakukan petugaspun juga memberikan waktu

industri untuk memperbaiki apa yang tidak sesuai tersebut sebelum diberikan

surat peringatan tertulis. Dalam tahapan ini pula pelaku industri juga

diberikan kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi

Sementara itu responsivitas terhadap masyarakat umum juga cukup

baik dengan adanya Tata cara peran serta masyarakat dilaksanakan dengan

pemberian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan masukan

terhadap informasi tentang arah pengembangan, potensi dan masalah

pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Selain itu petugaspun juga akan

menindak lanjuti lapiran dari masyarakat tentang pencemaran yang terjadi dan

kemudian akan mengadakan pemantauan.

4. Responsibilitas

Dilihat dari responbilitas, responsibilitas dalam pelaksanan kegiatan

pengendalian pencemaran ini kantor lingkungan hidup telah berusaha untuk

memenuhi kompetensi dari para petugas pelaksana. Dalam rangka menagani

masalah pencemaran ini pemerintah telah berusaha untuk menyesuaikan dan

meningkatkan Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan. Kompetensi yang

Sumber Daya Manusia dalam pelaksanan kegiatan pengendalian pencemaran

sungai ini dapat dilihat dari para petugas pengawas dan pemantau yang

berasal dari disiplin ilmu yang sesuai.

Untuk pelaksanaan kegiatanpun telah dilaksanakan sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan terutama pada kegiatan pengawasan,

pemantauan dan juga pada penertiban.

Dari hasil penelitian di atas juga ditemukan adanya faktor-faktor yang

mendukung maupun menghambat dalam kinerja pelaksanan pengendalian

pencemaran yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta.

Faktor-faktor itu adalah:

a. Sumber Daya Manusia

Ketersediaan Sumber Daya Manusia ( aparat pelaksana) kegiatan

pengendalian pencemaran air sungai oleh limbah industri baik secara

kualitas dan kuantitas akan sangat mempengaruhi kinerja pelaksanan

kegiatan pengendalaian pencemaran. Dalam hal kualitas petugas

pelaksana kegiatan, petugas yang dimiliki telah memiliki ketrampilan dan

kompeten terhadap permasal;ahan diseputar pencemaran, hal ini

dikarenakan para petugas telah memiliki bekal pendidikan yang cukupdan

pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan masalah pencemaeran

lingkungan

Namun dalam hal kuantitas petugas yang dimiliki oleh Kantor

Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan pengendalian masih sangat kurang

dalam hal jumlah. Jumlah petugas sangat tidak sebanding dengan

kebutuhan yang dibituhkan untuk mengawasi industri-industri yang ada.

Dengan sumber daya yang dimiliki yang secara kualitas memenuhi

kompetensi yang diperlukan namun secara kuantitas jumlahnya tidak

sesuai tentunyasulit untuk mewujudkan kinerja pengendalian pencemaran

sungai yang maksimal dalam hasil dan mampu untuk

dipertanggungjawabkan baik kepada atasan maupun kepada masyarakat

umum.

b. Dukungan masyarakat sasaran

Dukungan dari kelompok sasaran merupakan salah satu hal yang

mutlak harus ada untuk mewujudkan keberhasilan dari kegiatan

pengendalian. Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian pencemaran

sungai ini. Dukungan masyarakat pelaku industri optimal hanya pada

kegiatan sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah dengan menunjukan

tingkat kehadiran 100% dari semua yang diundang. Untuk kegiatan

pengawasan dan penertiban menunjukan kurangnya dukungan untuk

memperbaiki kondisi yang telah ada seperti untuk memperbaiki ataupun

membangun instalasi pengolahan limbah.

c. Komunikasi

Komunikasi yang ada dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian

dilakukan melalui komunikasi satu arah ( brosur dan selebaran) dan dua

arah (penyuluhan). Dalam hal ini komunikasi telah dilaksanakan dengan

baik untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pengendalian

pencemaran air dan kualitas air. Selain itu komunikasi dengan instansi-

instansi lain yang terkaitpun telah terjalin dengan dengan baik untuk

mengawasi kegiatan-kegiatan industri maupun untuk memantau keadaan

pencemaran sungai-sungai di Surakarta

Dari keseluruhan hal tersebut diatas dapat diambil beberapa

kesimpulan antara lain:

1. Sikap pelaksana sudah cukup baik dalam melaksanakan kegiatan

pengendalian, namun masih terdapat pelaku ijndustri yang menggapi kegitan

ini secara negatif atau menunjukan sikap tidak pedulu terhadap kegiatan.

Sebagai contohnya masih banyak para pengusaha yang tidal memiliki

Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL) dan membuang limbahnya secara

langsung kebadan sungai tampa lebih dahulu menjalani proses pengolahan

2. Secara umum pelaksanaan kegiatan pengendalian sudah baik. Seluruh

rangkaian kegiatan pengendalian sudah dilaksanakan dengan cukup baik,

namun masih banyak pelaku industri yang melakukan pelanggaran. Hal ini

dikarenakan dari pelaksanaan kegiatan pengawasan masih terkendala dengan

jumlah petugas pelaksana sehingga pelaknsanaanya belum dapat dilaksanakan

secara menyeluruh dan dalam jangka waktu yang relatif singkat

3. Penegakan terhadap PP No. 82 Tahun 2001 belum dilaksanakan secara

optimal oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanan kegiatan

penertiban, dimana belum diterapkanya sanksi atas pelanggaran yang

dilakukan oleh pelaku industri. Dalam peraturan ini tertulis bahwa setiap

“Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang membuang air

limbah ke air atau sumber air wajib mentaati persyaratan yang ditetapkan

dalam izin” pasal 38 ayat 1 dan salah satu syarat yang terdapat dalam

perijinan adalah kewajiban iuntuk mengolah limbah. Sebagaimana yang

tertulis “Dalam persyaratan izin pembuangan air limbah sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) wajib dicantumkan kewajiban untuk mengolah

limbah” Pasal 38 ayat 2 (1).

4. Hasil dari pelaksanan monitoring terhadap sungai-sungai yang dari tahun

2005 sampai dengan tahun 2008 di kota Surakarta menunjukan terjadainya

tingkat pencemaran yang masih tinggi terhadap kandungan-kandungan zat

kimia yang ada dalam air sungai, dan terjadi fluktuasi tingkat pencemaranya.

Apabila dilihat dari tingkat pencemaran yang terjadi disungai-sungai yang

masih terjadi, tentunya hal ini menunjukan bahwa upaya pengendalian

pencemaran yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Solo belum

menunjukan hasil yang optimal. Namun walaupun demikian hal ini bukan saja

dikarenakan kinerja Kantor Lingkungan Hidup dalam pelaksanan kegiatan

pengendalian pencemaran ini kurang, namun juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang berasal dari luar organisasi. Diantaranya adalah dari kesadaran

para pelaku industri. Pelaku industri masih banyak yang tidak memiliki

kepedulian terhadap kelestaraian lingkungan hidup. Banyak yang

menganggap bahwa sungai adalah tempat untuk membuang limbah mereka

tampa harus mengolahnya terlebih dahulu yang tentunya menbutuhkan proses

yang rumit dan dana yang besar.

B. Saran

Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa

masukan sebagai rekomendasi terhadap pelaksanan kegiatan pengendalian

pencemaran sungai di Kota Surakarta yang disebabkan oleh limbah industri di

waktu-waktu berikutnya. Antara lain adalah sebagai berikut:

1. Perlu ditingkatnya produktifitas dari petugas pelaksana karena selama ini

produktifitas untuk kegiatan pengawasan terhadap industri dan monitoring

kondisi sungai masih sangat rendah

2. Untuk pelaksanan kegiatan pengawasan dan pemantauan terhadap industri

perlu untuk ditingkatkan, selama ini kegiatan pengawasan yang terjadwal

dilakukan selama empat bulan sekali tenyunya hal ini tidak efektif dalam

mengawasai industri secara maksimal karena itu pengawasanya perlu

diintensifkan dngan menjadwalkan pengawasan yang lebih sering terhadap

industri-industri yang ada.

3. Untuk pelaksanan kegiatan penertiban perlu tindakan yang lebih tegas

terhadap para pelanggar sesuai dengan ketentuan yang ada dalam peraturan-

peraturan yang ada.

4. Perlu adanya kerjasama dengan lembaga-lembaga diluar pemerintah (LSM)

untuk turut serta dalam kegiatan pengawasan dan pemantauan terhadap

pencemaran lingkungan sungai yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA Dwiyanto, Agus. 1995. Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Mahmudi. 2005. Manejemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Mahsun, Muhammad. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta :BPFE Sarana Indonesia Maleong, Lexy.J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Manulang. 1988. Asas- Asas Manejemen. Jakarta: Ghalia Indonesia Marbun, B.N. 2003. Kamus Manejemen. Jakarta: CV Mulia Sari. Poerwodarminto, W.J.S.. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Prawirosentono, Suyadi.1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Karyawan. Yogyakarta:BPFI Riawan, Tjandra dkk.2005. Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Publik. Yogyakarta: PT. Pembaharuan Ruky,. Achmad.S. 2002. Sistem Manejemen Kinerja. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama Sujamto. 1989. Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Sumantri, Koesnadi Harjo.1991.HukumPerlindunganLingkungan:konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Sutopo, H.B.. 2002. Metode Penelitian Kualitatif; Dasar Teori dan Terapanya Dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press Syamsi, Ibnu. 1998. Pokok-Pokok Organisasi dan Pengendalian Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manejemen Publik. Jakarta : PT. Gramedia Widia Utomo, Warsito.2003. Dinamika Administrasi Publik, Analisis Empiris Sepitar Isu- Isu Kontemporer dalam Administrasi Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Wardana, Wisnu Arya. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan.Yogyakarta: Andi Offset.. Widodo, Joko. 2001. Good Governance: Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi. Surabaya. PT Insan Cendekia. Sumber lain: Mckoy, Derrick.V. (2008). Measuring the Utility of Institutional Reform The Public Service. Journal University of The West Indies. N.W Bogoriani.2007. Penetapan Kadar Pencemaranran Logam Pb dan Cr Pada Ikan Nila (Oreochremis niloticus) Di Muara Sungai Badung. Jurusan MIPA Universitas Udayana Rosana Elvince, Takanobu Inoue, Kouji Tsushima et al. 2008. Assessment of Mercury Contamination in the Kahayan River, Central Kalimantan, Indonesia. Journal of Water and Environment Technology, Vol. 6, No.2, UU No 23 Tahun 1997 PP No 82 Tahun 2001 Perda No 2 tahun 2006 http: //www.menlh.go.id/popup.php?cat=201&id=2549 http://www.inawater.com/news LAKIP Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta 2008 Majalah Visi .

FIELD NOTE

Nama : Edy Puryanto

Jenis kelamin : Pria

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

Jabatan : Petugas pengendalian kerusakan lingkungan

1. Tanggal wawancara :12 01 09

Tempat wawancara : KLH

Waktu wawancara. : 09.00-10.00

Peneliti terlebih dahulu menggutarakan naksud dan tujuan dari wawancara yang

dilakukan, yaitu untuk menggali dan mendapatkan data guna penyusunan skripsi

jurusan Ilmu administrasi Program Studi Administrasi Negara Universitas Sebelas

Maret. Setelah kedatangan, maksud dan tujuan peneliti dipahami maka informan

bersedia untuk membantu dan memberikan data serta informasi yang dibutuhkan

dalam penelitian yang dibutuhkan dala penelitian yang dilakukan oleh peneliti

. Pertama-tama informan memberikan penjelasan tentang kegiatan pengendalian

pencemaran sungai akibat limbah industri ini sesuai dengan PP No 82 Th 2001.

kemudian informan menerangkan bahwa kegiatan yang dilakuakan terdiri dari

tiga tahapan yaitu; penyuluhan, pengawasan dan penertiban. Selain itu informan

juga memberikan informasi tentang keadaan pencemaran lingkungan yang terjadi

di Surakarta dan tentanmg bagaimana tingkat kesadaran dari masyarakat itu

sendiri.

2. Tanggal wawancara : 14 01 09

Tempat wawancara : KLH

Waktu wawancara. : 09.00-10.00

Kedatangan peneliti untuk mewawancarai informan terlebih dahulu peneliti

menjelaskan bahwa peneliti sekali lagi membutuhkan tambahan informasi dari

wawancara terdahulu. Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, informan

tidak keberatan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti untuk

melakukan penelitian.

Informan kali ini menjelaskan tentang pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang

dilakukan. Di sini kegiatan penyuluhan dapat dilakukan perkecamatan maupun

satu kota tergantung dari target dari sosialisasi yang dilakukan apakah bersifat

umum ataupun spesifik. Selain itu informan juga menjelaskan tentang pelaksana

kegiatan yang berasal dari petugas kantor lingkungan hidup sendiri danjuga

terkadang mendatangkan para praktisi dan akadenisi yang memiliki kompetensi

terkait degan permasalahan lingkugan ini.

3. Tanggal wawancara : 15 01 09

Tempat wawancara : KLH

Waktu wawancara. : 09.00-10.00

Kedatangan peneliti untuk mewawancarai informan terlebih dahulu peneliti

menjelaskan bahwa peneliti sekali lagi membutuhkan tambahan informasi dari

wawancara terdahulu. Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, informan

tidak keberatan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti untuk

melakukan penelitian.

Kali ini peneliti menbutuhkan informasi tentang pelaksanaan kegiatan

pengawasan yang dilakukan. Informan menerangkan bahwa pengawasan yang

dilakukan ini juga bersifat pembinaan, apabila ada kesalahan-kesalahan dan

hambatan dalam pelaksanan pengolahan limbah petugas dapat menberikan

masukan agar sesuai dengan apa yang seharusnya. Selain itu imforman juga

memberikan informasi bahwa pelaksanaan kegiatan pengawasan yang dilakukan

tidak haya dilakukan oleh petugas KLH tetapi pengawasan juga dilakukan dengan

melakukan koordinasi dengan instansi-instasi lain yang terkait seperti BPSDA.

Selain itu informan memberikan keterangan bahwa pelaksanan kegiatan

pengawasan yang dilakukan oleh petugas KLH memang tidak dapat maksimalkan

dilakukan karena keterbatasan dari jumlah petugas pengawas yang dimiliki.

Petugas pengawas yang hanya berjumlah 6 orang diakuinya tidak sebanding

dengan jumlah industri yang harus diawasi. Informan memberikan informasi

bahwa pengawasan yang dilakukan secara terjadwal hanya dilakukan setiap 3-4

bulan sekali. selain itu beliau juga menerangkan tentang kegiatan penertiban yang

dilakukan KLH adalah untuk menertibkan industri yang dalam melaksanakan

kegiatannya telah menyalahi peraturan-peraturan yang telah ada, terutama

terhadap permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan

dengan limbah yang dibuang yang kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya

pencemaran air

4. Tanggal wawancara : 27 01 09

Tempat wawancara : KLH

Waktu wawancara. : 09.30-10.00

Kedatangan peneliti untuk mewawancarai informan terlebih dahulu peneliti

menjelaskan bahwa peneliti sekali lagi membutuhkan tambahan informasi dari

wawancara terdahulu. Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, informan

tidak keberatan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti untuk

melakukan penelitian.

Infornan menberikan informasi bahwa masih banyak pemgusaha yang enggan

untuk harus mengeluarkan biaya lagi untuk mengolah limbah mereka karena akan

menambah jumlah pengeluaran mereka. Terkait dengan hal itu ketika peneliti

meminta data tentang industri-industri yang sudah memiliki IPAL dan yang

belum beliau mengatakan bahwa beliau tidak memiliki data tersebut

5. Tanggal wawancara : 04 02 09

Tempat wawancara : KLH

Waktu wawancara. : 09.30-10.00

Kedatangan peneliti untuk mewawancarai informan terlebih dahulu peneliti

menjelaskan bahwa peneliti sekali lagi membutuhkan tambahan informasi dari

wawancara terdahulu. Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, informan

tidak keberatan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti untuk

melakukan penelitian.

Informan menerangkan bahwa dalam hal ini pengawasan dilakukan untuk

mengawasi pelaksanan terhadap hal-hal yang ada didalam peraturan undang-

undang lingkungan hidup itu sendiri yang menjadi fokus utama , selain itu juga

beliau menerangkan bahwa kewengangan petugas bersumber dari peraturan-

peraturan yang ada tersebut

6. Tanggal wawancara : 10 02 09

Tempat wawancara : KLH

Waktu wawancara. : 09.30-10.00

Kedatangan peneliti untuk mewawancarai informan terlebih dahulu peneliti

menjelaskan bahwa peneliti sekali lagi membutuhkan tambahan informasi dari

wawancara terdahulu. Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, informan

tidak keberatan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti untuk

melakukan penelitian.

Informan memberikan keterangan bahwa Pelaksanaan pengawasan dilakukan

dalam tiga tahapan yaitu; tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahapan

pelaporan. Pada saat persiapan petugas pelaksana pengawasan mempersiapkan

terlebih dahulu hal-hal yang diperlukan,seperti peralatan pendukung kegiatan.

Pada tahapan selanjutnya petugas menyusun program pengawasan, melakukan

pemeriksaan dan membuat laporan dari hasil pengawasan sebagai bahan laporan

bagi atasan. Selain itu informan juga memberikan penjelasan tentang kegiatan

penertiban yang dilakukan Informan juga menmberikan informasi bahwa masih

banyak industri yang tidak nau untuk membuat istalasi pengolahan limbah

7. Tanggal wawancara : 10 02 09

Tempat wawancara : KLH

Waktu wawancara. : 09.30-10.00

Kedatangan peneliti untuk mewawancarai informan terlebih dahulu peneliti

menjelaskan bahwa peneliti sekali lagi membutuhkan tambahan informasi dari

wawancara terdahulu. Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, informan

tidak keberatan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti untuk

melakukan penelitian.

Informan menberikan informasi bahwa selama ini dalam pelaksanaan kegiatan

penertiban yang dilakukan oleh KLH belum pernah menutup atau mencabut izin

dri perusahan yang melanggar peraturan. Beliau juga menerangkan bahwa IPAL

yang dimiliki penerintah di Mojosongo dan Semanggi yang outputnya masih

belum maksimal dikarenakan walaupun dalam satu jenis industri namun kadar

pencemaranya berbeda beda.

FIELD NOTE

Nama : Bambang Wijayani

Jenis kelamin : Pria

Pendidikan : S2

Pekerjaan : PNS

Jabatan : Kepala seksi pengembangan kapasiatas

1. Tanggal wawancara :04 02 09

Tempat wawancara : KLH

Waktu wawancara. : 09.00-10.00

Peneliti terlebih dahulu menggutarakan naksud dan tujuan dari wawancara yang

dilakukan, yaitu untuk menggali dan mendapatkan data guna penyusunan skripsi

jurusan Ilmu administrasi Program Studi Administrasi Negara Universitas Sebelas

Maret. Setelah kedatangan, maksud dan tujuan peneliti dipahami maka informan

bersedia untuk membantu dan memberikan data serta informasi yang dibutuhkan

dalam penelitian yang dibutuhkan dala penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Informan memberikan informasi tentang pelaksanaan kegiatan pengawasan yang

dilakukan oleh KLH ini pada dasarnya terdiri dari dua kegiatan pengawasan

pertama yang terkait dengan penegakan hukum yang berhubungan dengan

peraturan perundangan ataupun sesuai kesepakatan yanga ada, yang kedua kaidah

–kaidah yang terkait dengan administrasi perijinan. pengawasan yang terkait

dengan penegakan hukum adalah pengawasan yang bertujuan untuk melihat

apakah apa yang dilakukan oleh industri itu sesuai dengan ketentuan-ketentuan

dalam perundang-undangan dan juga apakah ketentuan-ketentuan yang ada dalam

perundang-undangan itu sudah dilaksanakan oleh industri. Selain itu informan

juga menerangkan bahwa kegiatan pengawasan yang dilakukan juga untuk

memberikan pembinaan terhadap pelaku industri terkait dengan kegiatan industri

mereka.

FIELD NOTE

Nama : Bambang

Jenis kelamin : Pria

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pengusaha

1. Tanggal wawancara :05 01 09

Tempat wawancara : Laweyan

Waktu wawancara. : 09.00-10.00

Peneliti terlebih dahulu menggutarakan naksud dan tujuan dari wawancara yang

dilakukan, yaitu untuk menggali dan mendapatkan data guna penyusunan skripsi

jurusan Ilmu administrasi Program Studi Administrasi Negara Universitas Sebelas

Maret. Setelah kedatangan, maksud dan tujuan peneliti dipahami maka informan

bersedia untuk membantu dan memberikan data serta informasi yang dibutuhkan

dalam penelitian yang dibutuhkan dala penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Informan memberikan keterangan bahwa ia sangat mendukung kegiatan yang

dilakukan oleh KLH ini dan mengatakan bahwa materi yang disampaikan sangat

jelas

2. Tanggal wawancara :27 01 09

Tempat wawancara : Laweyan

Waktu wawancara. : 09.00-10.00

Peneliti terlebih dahulu menggutarakan naksud dan tujuan dari wawancara yang

dilakukan, yaitu untuk menggali dan mendapatkan data guna penyusunan skripsi

jurusan Ilmu administrasi Program Studi Administrasi Negara Universitas Sebelas

Maret. Setelah kedatangan, maksud dan tujuan peneliti dipahami maka informan

bersedia untuk membantu dan memberikan data serta informasi yang dibutuhkan

dalam penelitian yang dibutuhkan dala penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Informan mengutarakan pendapatnya bahwa petugas dari KLH sudah cukup responsive dalam menagani permasalahan-pernasalahan yang dihadapi oleh pera pengusaha dan dirinya.

3. Tanggal wawancara :15 01 09

Tempat wawancara : Laweyan

Waktu wawancara. : 09.00-10.00

Peneliti terlebih dahulu menggutarakan naksud dan tujuan dari wawancara yang

dilakukan, yaitu untuk menggali dan mendapatkan data guna penyusunan skripsi

jurusan Ilmu administrasi Program Studi Administrasi Negara Universitas Sebelas

Maret. Setelah kedatangan, maksud dan tujuan peneliti dipahami maka informan

bersedia untuk membantu dan memberikan data serta informasi yang dibutuhkan

dalam penelitian yang dibutuhkan dala penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Informan mengutarakan pendapatnya bahwa petugas penyuluhan menurutnya

jumlah petugas penyuluhan yang hanya dua orang dirasanya masih sangat kurang.

FIELD NOTE

Nama : Sukino

Jenis kelamin : Pria

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pengusaha

1. Tanggal wawancara :15 01 09

Tempat wawancara : Laweyan

Waktu wawancara. : 09.00-10.00

Peneliti terlebih dahulu menggutarakan naksud dan tujuan dari wawancara yang

dilakukan, yaitu untuk menggali dan mendapatkan data guna penyusunan skripsi

jurusan Ilmu administrasi Program Studi Administrasi Negara Universitas Sebelas

Maret. Setelah kedatangan, maksud dan tujuan peneliti dipahami maka informan

bersedia untuk membantu dan memberikan data serta informasi yang dibutuhkan

dalam penelitian yang dibutuhkan dala penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Informan menberikan keterangan bahwa ia sangat mendukung kegiatan

penyuluhan yang dilakukan oleh KLH karena dengan itu beliau dapat lebih

mengerti tentang pengelolaan lingkungan sehingga tidak sembarangan lagi

membuang limbahnya.

REFLEKSI

Dalam kegiatan pengendalian pencemaran sungai khususnya pada kegiatan

pengendalian pencemaran sungai akibat dari limbah industri yang dibuang

kebadan sungai kantor lingkungan hidup mengalami dilemma berkaitan dengan

pelaksanaan kegiatan pengendalian pencemaran ini. Dari Segi Sumberdaya

manusia Jumlah petugas pelaksana yang tidak cukup memadai mempegaruhi

dalam produktifitas terhadap beberapa kegiatan yang harus dilakukan. Selain itu

juga sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Kantor Lingkungan Hidup juga

nasih kurang IPAL yang dimiliki juga belum mampu umtuk menekan tingkat

pencemaran yang dikehendaki yaitu dibawah baku mutu yang ditetapkan.

Partisipasi dari masyarakat industri dalam pengendalian pencemaran ini juga

nasih terbatas terhadap kegiatan –kegiatan tertentu saja (sosialisasi) sementara

untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada dalam peraturan perundangan

masih belum.

Pedoman Wawancara A. Kegiatan Penyuluhan

1. Apa tujuan dari kegiatan ini? 2. Kapan dan dimana kegiatan penyuluhan iniu dilakukan? 3. Siapa sajakah yang menjadi sasaran penyuluhan ini? 4. Bagaimana tanggapan dari peserta penyuluhan atas kegiatan ini?(mendukung

atau tidak) 5. Hal-hal apa saja yang disampaikan saat penyuluhan? 6. Bagaimana pemahaman masyarakat tentang pengendalian pencemaran sungai

ini? 7. Bagaimana kesadaran masyarakat untuk mengikuti penyuluhan? 8. Bagaimana cara menarik minat masyarakat untuk mengikuti penyuluhan? 9. Bagaimana pemahaman peserta penyuluhan setelah diadakan kegiatan

penyuluhan? 10. Manfaat apa yang secara langsung dapat dirasakan setelah diadakanya

penyuluhan? 11. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan? 12. Kondisi apa saja yang mendukung keberhasilan kegiatan?

B. Kegiatan Pengawasan 1. Apa tujuan dari kegiatan pengawasan ini? 2. Kapan dan dimana kegiatan pengawasan dilaksanakan? 3. Bagaimanakah mekanisme pengawasannya? 4. Hal-hal apa sajakah yang menjadi focus dari pengawasan ini? 5. Apakah kegiatan pengawasan dilakukan terhadap seluruh kegiata industri

yang ada di sini? 6. Apakah jumlah dan kualitas petugas sudah memadai dalam melakukan

pengawasan? 7. Bagaimana tanggapan pelaku industri terhadap kegiatan pengawasan ini? 8. Bagaimanakah hasil dari kegiatan pengawasan ini? 9. Kondisi apa yang menunjang keberhasilan kegiatan ini? 10. Kendala apa yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini?

C. Kegiatan Penertiban 1. Apakah tujuan kegiatan penertiban ini? 2. Kapan dan dimana kegiatan penertiban ini dilakukan? 3. Bagaimanakah mekanisme kegiatan penertibanpengendalian pencemaran ini

dilakukan? 4. Hal-hal apa saja yang menjadi focus kegiatan penertiban? 5. Apa yang menjadi sebab industri ditertibkan? 6. Selama berlakunya peraturan sudahkah ada industri yang ditertibkan? 7. Pelanggaran apa saja yang akan mendapatkan sanksi/ 8. Bagaumana hasil dari penertiban ini? 9. Apakah hasil yang dicapai sudah sesuai dengan yang diharapkan? 10. Sanksi apa sajakan yang dikenakan untuk setiapo pelanggaran?

11. Apakah sanksi yang diberikan sudah dilaksanakan secara tegas? 12. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam penertiban ini?

Pertanyaan Umum

1. Seberapa efektif dan efisienkah kegiatan pengendalian pencemaran air ini terhadap kondisi pencemaran air sungai di surakarta ini?

2. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan sudah mecukupi? 3. Bagaimanaklah sikap pelaksana dalam pengendalian pencemaran sungai ini? 4. Bagaimanakah komunikasi dan koordinasi dalam pengendalian ini? 5. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap kegiatan ini? 6. Bagaimanakah perkembangan industri setelah diadakanya kegiatan

pengendalian ini?

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Jl. Ir. Sutami No.36 Kentingan Surakarta Telp. 648379

============================================== Nomor : /H27.1.13/PL/

Lampiran : 1 (satu) bendel

Hal : Permohonan Ijin Penelitian

Kepada : Yth. Bpk/Ibu/Sdr

Kepala Kantor Lingkungan hidup Surakarta

Dalam rangka menyelesaikan studi tingkat sarjana, (S1) kami mohon

perkenan Bapak/Ibu/ Saudara memberi ijin untuk mengadakan

penelitian bagi mahasiswa:

Nama : Ali Haryanto

NIM : D0104020

Jurusan : Ilmu Administrasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas

Maret

Judul Skipsi : EVALUASI KINERJA PENGENDALIAN

PENCEMARAN SUNGAI OLEH KANTOR LINGKUNGAN

HIDUP SURAKARTA.

Tempat penelitian : Kantor Lingkungan Hidup Surakarta

Jangka waktu penelitian : Desember 2008- selesai

Tujuan penelitian : Periksa proposal terlampir

Atas bantuan dan kerjasama yang terjalian diucapkan terimakasih

Surakarta ,

a.n.Dekan

Pembantu Dekan I

Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si

NIP. 131 570 157