Kinerja Guru PNS

download Kinerja Guru PNS

of 8

description

kinerja guru PNS ditentukan oleh prestasi kerja

Transcript of Kinerja Guru PNS

  • dikenal dalam pengoperasian data dengan menggunakan LISREL. Atau mengkin juga lebih dikenal dengan analisis Structural Equation Modelling (SEM). Adapun uji validitas adalah salah satu cara untuk mengetahui kemampuan instrumen penelitian (atau juga dikenal dengan item pertanyaan kuesioner) mengukur dengan tepat atau benar apa yang hendak diukur. Dan metode yang sering digunakan adalah korelasi item total. Definisi tersebut juga bisa dipakai untuk mendefinisikan CFA. Trus bedanya apa kalau gitu?Yang membedakan antara keduanya adalah tingkat keakuratan dalam menguji valid atau tidaknya. Sebagaimana disebutkan oleh Long (1983) dalam bukunya yang berjudul Confirmatory Factor Analysis A Preface to LISREL halaman 79 mengatakan bahwa :The confirmatory factor model is a powerful statistical model. Its ability to test structures suggested by substantive theory..Apakah ada perbedaan yang lain? Ya tentu masih ada. Sama sebagaimana disebutkan oleh Long (1983) di atas, bahwa CFA digunakan untuk menguji hipotesa dengan dasar teori yang sudah ada. Sedangkan uji validitas kebanyakan adalah untuk menguji hipotesa yang belum diketahui teori yang melatarbelakanginya. Contoh, kriteria isteri idaman laki-laki itu seperti apa sih? He..he..he. saya akan ambil salah satu contoh kriteria seperti yang disebutkan oleh Rasulullah saja ya. Nih dia teorinya.Rasulullah Shallalahualaihi wa sallam bersabda : Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya. (HR. Abu Dawud no. 1417)Nah ternyata ada 3 indikator yang disebutkan di atas yaitu BILA DIPANDANG MENYENANGKAN, BILA DIPERINTAH MENTAATINYA dan BILA SUAMI PERGI SI ISTERI MENJAGA KEHORMATAN DIRINYA dan HARTA SUAMI. Hipotesanya adalah : Bagaimana pandangan para suami terhadap isterinya apakah sudah menjadi isteri idamannya selama ini?Hmm.jadi analisa apa yang akan kita pakai? Yup contoh di atas lebih cocok kalau kita pakai CFA untuk menguji valid tidaknya ketiga indikator Langsung ke praktek! Kita buat kuesionernya dengan ketiga indikator di atas, kemudian kita lempar ke 195 responden yakni para suami di daerah Surabaya. Dengan skala pengukuran Likert 1 7. Kodingnya sebagai berikut :X1 = BILA DIPANDANG MENYENANGKANX2 = BILA DIPERINTAH MENTAATINYAX3 = BILA SUAMI PERGI SI ISTERI MENJAGA KEHORMATAN DIRINYA dan HARTA SUAMI.Sebelum mencoba contoh kasus di bawah ini, silahkan unduh datanya (contoh.xls) dulu di sinii. Buka aplikasi LISREL versi student edition. Silahkan download aplikasinya di sini bagi yang belum ada.ii. Klik File > Import External Data in Other Format. Pilih pada files of type Excel 97/2000. Kemudian cari file dimana anda simpan file dengan nama contoh.xls. kemudian akan mucul kotak dialog lainnya kemudian klik OK saja dan OK lagi.Menurut Toto Suharto (2006: 123) peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang belum tercaapi taraf kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun psikologinya. Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju kedewasaan. Potensi dasar yang dimiliki peserta didik, kiranya tidak akan berkembang secara maksimal tanpa melalui proses pendidikan.Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Siti Hartinah : 2008). Manusia diciptakan sebagai makhluk yang unik. Masing-masing diberi kelebihan dan kekurangan. Tidak ada satu pun manusia yang hanya memiliki sisi positif. Sebaliknya, tidak ada manusia yang hanya memiliki sisi negatif. Keinginan untuk menjadi diri sendiri itu ada pada setiap manusia. Maka setiap peserta didik yang berada dalam ikatan pendidikan dengan pendidiknya, adalah mereka yang kebebasannya ingin menjadi diri sendiri.Uraian tentang manusia dengan kedudukannya sebagai peserta didik haruslah menempatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan hakikat manusia sebagai kesatuan sifat makhluk ind

  • ividu dan makhluk sosial, sebagai kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk Tuhan dengan menempatkan hidupnya didunia sebagai persiapan kehidupannya diakhirat. Dalam kegiatan kependidikan, sasaran yang kita harapkan akan menjadi orang dewasa adalah peserta didik, mereka menjadi tumpuan harapan agar menjadi manusi yang utuh, manusia bersusila dan bermoral, bertanggung jawab bagi kehidupan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari sutu lembaga pendidikan. Peserta didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat.Peserta didik merupakan seseorang yang sedang berkembang memiliki potensi tertentu dengan bantuan pendidik (guru), ia mengembangkan potensinya tersebut secara optimal . Istilah peserta didik merupakan sebutan bagi semua orang yang mengikuti pendidikan dilihat dari tatanan makro. Menurut UU no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik (Yusrina, 2006)Peserta didik menunjukkan seseorang manusia yang belum dewasa yang akan dibimbing oleh pendidiknya untuk menuju kedewasaan. Peserta didik adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah individu manusia yang secara sadar berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan ruhani) melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tersedia pada jenjang atau tingkat dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik dalam kegiatan pendidikan merupakan obyek utama (central object), yang kepadanya lah segala yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan dirujukkan.Hakekat pendidikDikutip dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang yang mendidik.Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan.Pendidik adalah orang yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya demi mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk tuhan, makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.Guru merupakan jabatan profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Dalam undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan BAB XI pasal 39 ayat 2 disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat, terutama bagi pendidik perguruan tinggi.Hakekat belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara sadar dan terus menerus melalui bermacam-macam aktivitas dan pengalaman guna memperoleh pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang lebih baik. Perubahan tersebut bisa ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan dalam hal pemahaman, pengetahuan, perubahan sikap, tingkah laku dan daya penerimaan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk mendapatkan suatu perubahan yang baru sebagai akibat pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Hubungan belajar dengan perubahan tingkah laku terhadap suatu situasi tertentu yang berulang-ulang dalam suatu situasi. Dari pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa hakekat belajar adalah perubahan dan meningkatnya kualitas dan

  • kuantitas tingkah laku seseorang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus.Wawasan KependidikanPendidikan berusaha untuk meningkatkan kemampuan peserta didik pada taraf tertentu.Untuk itu dibutuhkan tekhnologi yang sesuai.Seorang guru dituntut untuk penguasaan terhadap berbagai kemampuan sebagai guru yang professional terhadap bidangnya.Dalam perkembangan yang demikian, ada kecendrungan bahwa guru lebih mementingkan hal-hal yang bersifat tekhnis mekanis belaka, seperti teknik perumusan tujuan pengajaran, teknik penyusunan satuan pelajaran, dan teknik evaluasi.Kecendrungan seperti ini menghasilkan hal-hal yang lebih prinsipil yang merupakan misi dari pendidikan itu sendiri, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya. Proses pendidikan cenderung menjadi usaha merekayasa manusia yang mengarah pada domestikasi (penjinakan). Peran guru dalam kegiatan belajar mengajar tidaklah hanya sekedar menjalankan proses belajar mengajar secara tekhnis mekanis menurut ketentuan yang ada, tetapi seorang guru adalah seorang yang melaksanakan suatu tugas dan memiliki tanggung jjawab atas tugas tersebut, dan terganntung pada sikap dan pandangannnya secara pribadi terhadap tugas yang dihadapinya. Dengan kata lain tergantung pada wawasan kependidikan yang dimilikinya.Wawasan kependidikan guru pada hakikatnya menunjuk pada cara seorang guru melihat dirinya sendiri dan tugas-tugasnya itu bersumber pada pandangan hidup yang dimiliki olehnya. Dari pernyataan diatas, wawasan kependidikan seorang guru yaitu bagaimana ia melihat hakikat dirinya dan tugas-tugasnya,tergantung pada pandangannya terhadap teos, kosmos dan antropos.Wawasan pendidikan adalah wawasan yang dibutuhkan oleh seorang guru dalam memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang berkenaan dengan memandang serta cara bersikap yang lebih umum yang dimiliki setiap guru di dalam menghadapi tugas-tugasnya dalam arti yang lebih mendasar, yaitu seperti wawasan dalam hal belajar mengajar.Pentingnya wawasan pendidikan bagi calon guru yaitu akan memberikan asumsi-asumsi atau pertanyaan-pertanyaan yang dianggap benar untuk menjadi landasan untuk setiap calon guru dalam memandang, menyikapi, serta melaksanakan tugasnya. Dengan kata lain setiap guru harus melaksanakan tugasnya yang sesuai dengan konteks kependidikan. Sehingga muncul harapan apapun yang dilakukan guru dapat dipertanggung jawabkan secara profesional khususnya di lingkungan masyarakat.Konsepsi hakikat manusia adalah sebagai suatu objek yang dapat dibentuk sesuka hati atau yang menekankan kebaikan hakiki manusia. Di negara kita, Indonesia telah dikenal konsepsi manusia yang dipergunakan adalah penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila yang menyoroti kaitan fungsional individu dengan sosial masyarakat. Pada hakikatnya manusia memiliki potensi baik, namuan semua itu tergantung dari faktor lingkungannya.Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan karena seorang guru harus mampu melihat pendidikan sebagai suatu proses sekaliagus sebagai tujuan. Asumsi dasar yang memandang pendidikan sebagai suatu kegiatan kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia sutuhnya di lingkungan masyarakat. Sehingga dengan demikian, guru mampu menjalankan tugas dan peranannya dalam mendidik manusia menjadi manusia yang seutuhnya atau memanusiakan manusia secara profesional dan bertanggung jawab. Didalam proses belajar terjadi proses mengajar karena usaha untuk mencapai tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan atau kondisi belajar yang lebih kondusif, hal ini berkaitan dengan mengajar karena mengajar adalah sebuah usaha penciptaan sistem lingkungan yang menungkinkan terjadinya proses belajar. Dalam proses belajar mengajar guru harus merangsang siswa sedemikian rupa, agar :a. siswa mampu mengeluarkan kemampuannyab. pengetahuan yang diberikan oleh guru mampu diserap oleh siswac. sikap siswa dapat tercermin sesuai dengan harapand. siswa mampu mengeksplor bakatnya secara optimale. siswa mampu memahami pelajaran dan mampu memecahkan masalah pelajaran dengan menggunakan pemikirannya

  • f. siswa mampu mengeluarkan pendapat atau memperlihatkan pemikirannya

    2. Kemukakan salah satu masalah aktual pendidikan di Indonesia sebagai akibat dari implementasi Undang-Undang. Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, atau peraturan lainnya (terutama yang berkaitan dengan rnanajemen pendidikan).a. Lakukan analisis terhadap masalah tersebut?b. Bagaimana solusi yang dilakukan agar memberi urunan yang nyata terhadap pencapaian mutu proses dan mutu output pendidikan?3. Era kesejagatan atau sering disebut dengan era global akan membawa dampak terhadap semua aspek kehidupan termasuk pendidikan.a. Identifikasi dampak globalisasi terhadap sistem pendidikan (dampak positif dan negatif) ?b. Bagaimana upaya yang perlu dilakukan satuan pendidikan (sekolah) agar dampak positif yang sudara sebut dapat menunjang peningkatan mutu pembelajaran?4. Standar kompetensi lulusan domain sikap pada kurikulum 2013 adalah perrbentukan pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri. dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar serta dunia dan peradabannya. Standar kompetensi lulusan yang demikian rnenandakan bahwa pengembangan karakter peserta didik merupakan hal yang sangat penting.a. Mengapa penanaman karakter peserta didik harus rnenjadi muatan penting dalam pendidikan di sekolah ?b. Bagaimana cara menanamkan karakter kepada peserta didik di lingkungan sekolah?5. Tiga hal yang menirnbulkan perubahan kebudayaan yaitu: (a) originasi atau penemuan baru, (b) difersi atau percampuran budaya baru dengan budaya lama, dan (c) reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan agar sesuai dengan keadaan zaman.a. Kemukakan pandangan saudara tentang peran pendidikan delete mengembangkan kebudayaan melalui ketiga hal tersebut ?b. Bagaimana pendekatan dan strategi yang perlu dilakukan agar landasan kultural dapat memperkokoh sistem pendidikan Indonesia sehingga output pendidikan memiliki daya saing global.

    PANITIA UJIAN KOMPREHENSIF TAHUN AJARAN 2014/2015 PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN S2

    PetunjukBerikut ini terdapat sejumlah persoalan yang harus Saudara bahas secara komprehensif dengan memperhatikan beberapa rujukan. Pergunakan bahasa keilmuan dengan gramatika yang baik. Jawaban ditulis secara jelas dan rapi.

    Mata Uji Kepengawasan Sekolah1. Pengawas sekolah atau pengawas satuan pendidikan adalah seseorang melaksanakan tugas supervisi, bukan melaksanakan inspeksi, juga bukan seseorang yang melaksanakan kontrol.a. Mengapa pengawas disebut sebagai supervisor pendidikan, bukan sebagai inspektor dan bukan sebagai pengontrol.b. Ada dua jenis supervisi yang terkait dengan tugas pengawas sekolah sebagai supervisor pendidikan, sebutkan dan uraikan jawaban saudara dengan jelas.c. Jelaskan pula, kedudukan dan fungsi supervisi klinis sebagai bagian dari supervisi pendidikan.Jawaban 1a

    Istilah Supervisi yang kita kenal dan gunaka sehari-hari dalam bahasa kita, sebenarnya berasal dari bahasa Inggeris Supervision. Perkataan Supervisi

  • on secara etimologis terdiri dari kata Super an kata Vision (Visi). Kata Super mempunyai arti yang sama dengan kata atas atau di atas, sedangkan kata Vision (visi) mempunyai arti yang sama dengan kata lihat, atau tilik, atau amati (awasi). Jadi supervisi berarti lihat dari atas, atau tilik dari atas, atau amati dari atas, atau awasi dari atas.

    Orang yang melakukan kegiatan supervisi ini disebut supervisor, yaitu orang mempunyai posisi atau kedudukan di atas atau lebih daripada orang-orang yang disupervisi. Kelebihan mana tidak hanya karena posisi atau kedudukan yang ditempati lebih tinggi daripada orang yang disupervisi tetapi juga karena pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya atau ketrampilannya, kepemimpinannya, dan juga karena sifat-sifat kepribadiannyayang lebih menonjol sehingga disukai dan menarik simpati sebagai orang yang paling tepat untuk pekerjaan sebagai supervisor tersebut.

    Pengertian tersebut di atas membawa konsekuensi disamakannya pengertian supervisi (supervision) dengan pengawasan dalam pengertian lain, berupa inspeksi sebagai kegiatan kontrol yang otoriter. Orang yang melakukan pekerjaan inspeksi itu disebut Inspecteur (Belanda) yang bertugas mengadakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap tugas-tugas yang telah ditetapkan oleh atasan yang berwewenang (pimpinan). Inspeksi adalah kegiatan pengawasan untuk memeriksa atau menyelidiki bawahannya dalam melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan, atau diinstruksikan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh atasan. Kelalaian, kesalahan dan ketidak patuhan dalam menjalankan instruksi atau perintah yang telah ditetapkan, dipandang perlu mendapat hukuman administratif, yang biasanya dalam bentuk penundaan, kenaikan pangkat, pemindahan bahkan penahanan gaji dsb. Kegiatan inspeksi semacam itu didasarkan pada pandangan bahwa setiap instruksi atau perintah untuk suatu pekerjaan serta peraturan-peraturan yang dibuat oleh atasan adalah merupakan keputusan yang terbaik, karena itu perlu ditaati dan harus dilaksanakan tanpa alasan apapun untuk tidak mengerjakannya.

    Pengawasan (kontrol) terhadap pekerjaan mengajar guru-guru adalah atas pandangan yang ekstrim dan otoriter, sehingga akibatnya inisiatif dan kreativitas guru-guru tidak dapat berkembang (mematikan).

    Pengertian supervisi berupa inspeksi tidak tepat mengenai sasaran yang sesungguhnya dari pengertian yang menunjukkan pada hakekat supervisi. Pada dasarnya supervisi pendidikan adalah kegiatan yang menunjukkan arti pelayanan yang disediakan oleh pimpinan (supervisor) dalam membimbing atau membina guru-guru agar mereka mampu meningkatkan efektivitas PBM yang lebih baik di sekolah. Karena itu, supervisi tidak dapat diartikan atau disamakan dengan pengertian inspeksi yang otoriter, karena supervisi lebih cenderung demokratis dalam usaha membina dan mengembangkan kemampuan profesional guru-guru dalam proses belajar mengajarnya di sekolah.Sejak adanya kebijaksanaan mengenai perubahan kurikulum tahun 1968 dengan kurikulum yang dibakukan tahun 1975 dan 1976, saat itu pula istilah inspeksi dan inspektur cenderung tidak digunakan lagi di lingkungan pendidikan dan persekolahan. Para petugas (Penilik, Pengawas dan Kepala Sekolah) nampaknya tidak senang menggunakan istilah tersebut, karena mereka menganggap inspeksi terlalu bersifat kolonial dan otoriter, yang tidak layak lagi dilaksanakan dalam situasi demokratisasi dalam dunia pendidikan modern dewasa ini.Disadari atau tidak, dalam kenyataannya inspeksi masih diperlukan dalam pelaksanaan supervisi pendidikan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan guru dan kemudian berusaha untuk memperbaikinya. Demikian pula dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, contoh yang dapat kita ambil untuk membuktikan uraian tersebut di atas. Misalnya seorang Penilik, Pengawas atau Kepala Sekolah sering mengatakan bahwa ia akan mengadakan supervisi, namun yang dilaksanakan ialah mengadakan pemeriksaan tentang kehadiran guru, pemeriksaan satuan pelajaran (SAP), pengecekan tugas-tugas guru dalam PBM, pemeriksaan tentang cara guru menyusun alat-alat tes dan penggunaannya, pemeriksaan terhadap target pencapaian kurikulum, dan lain sebagainya, yang pada dasarnya kegiatan tersebut lebih tepat kita sebut sebagai kegiatan inspeksi.Kalau inspeksi diartikan sebagai pengawasan atau pemeriksaan (kontrol) memang benar dan dapat dipertanggungjawabkan, sebab sejak dahulu (di pusat maupun daerah)

  • pelaksanaan inspeksi tidak semata-mata mengadakan pemeriksaan saja, tetapi meliputi pula usaha-usaha pembinaan dan pengembangan. Kita dapat saja menerima alasan bahwa inspeksi mempunyai arti yang mencakup di dalamnya kegiatan-kegiatan pengawasan atau pemeriksaan, tetapi sama sekali tidak beralasan untuk menganggap bahwa inspeksi itu sifatnya kolonial atau otoriter yang hanya mencari-cari kesalahan saja. Melaksanakan suatu usaha yang sudah direncanakan dengan seksama dan teliti tanpa ada pengawasan atau pemeriksaan, apa yang sudah dilaksanakan dan apa yang belum, apa yang sudah berjalan baik dan apa yang masih perlu ditingkatkan, tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Karena itu, dalam setiap usaha selalu diperlukan suatu saat dimana kita mengadakan pemeriksaan mengenai jalannya usaha itu. Pengawasan (kontrol) atau pemeriksaan tidak dapat dihubung-hubungkan dengan kolonial, demokrasi atau otoriter, baik di lingkungan masyarakat yang demokratis, otokratis ataupun liberal, kontrol atau pemeriksaan selalu diperlukan. Demikian pula dalam supervisi pendidikan. Efektivitas dan efisiensi kerja dapat dinilai atau ditentukan keberhasilannya harus diawali/ dimulai dengan pemeriksaan terlebih dahulu. Misalnya, seorang guru yang ingin diketahui kemampuannya dalam melaksanakan kurikulum sesuai dengan petunjuk (pedoman) kurikulum yaitu apakah GBPP diikuti dan PPSI diterapkan, maka akan diadakan pemeriksaan terhadap : Satuan pelajaran yang disusun guru, penampilan guru di kelas, serta hasil belajar murid-murid yang mengikuti kgiatan belajar mengajar dari guru tersebut. Dari hasil pemeriksaan itu akan diperoleh data-data tentang : Keteraturan, kelengkapan dan kematangan penyusunan Satuan Pelajaran yang dibuat guru; interaksi belajar mengajar antara guru dan murid; cara guru membimbing murid; ketrampilan menggunakan alat-alat pelajaran; ketrampilan dalam mengharapkan metode mengajar; strategi belajar mengajar dan hasil tes terhadap murid mengenai penguasaan materi yang telah diajarkan. Berdasarkan uraian di atas, maka pemeriksaan (inspeksi) perlu dilaksanakan dalam rangka supervisi pendidikan dan pula dalam rangka administrasi pendidikan. Karena itu, jangan kita salah tafsirkan istilah inspeksi dengan mengaitkan sikap atau perilaku petugas/pelaksana tugas inspeksi itu. Kalau ada yang mengatakan bahwa inspeksi bersifat kolonial atau otoriter, mencari-cari kesalahan bahannya (guru-guru) dan sebagainya, sebenarnya bukanlah inspeksi yang bersifat demikian, tetapi orang yang melaksanakan inpseksi itulah yang bersifat otoriter, pelaksana dari inspeksi itu yang bersifat kolonial atau orang yang melaksanakan inspeksi itulah yang selalu mencari-cari kesalahan bawahannya. Inspeksi dalam rangka supervisi pendidikan dalam pemeriksaannya bersifat obyektif dan faktual sesuai dengan kenyataan yang riil. Artinya, kriteria (ukuran) yang dipakai tidak didasarkan atas kehendak supervisor atau inspektur dan juga tidak didasarkan atas anggapan atau kepentingan pribadi, tetapi didasarkan atas ketentuan-ketentuan yang telah digariskan atau ditetapkan oleh berwewenang (atasan).Sebagai bahan komparasi dan untuk kepentingan teoritis, dapat dikemukakan beberapa persamaan dan perbedaan antara inspeksi dan supervisi sesuai dengan arti dan maksud yang sebenarnya. Pada garis besarnya perbedaan yang jelas nampak dalam tujuan, sasaran serta fungsinya masing-masing, sedangkan persamaan hanya nampak dalam teknik pelaksanaannya.I n s p e k s i S u p e r v i s iPerbedaannya1)

    2)

  • 3)

    4)

    5)

    Bertujuan memeriksa sampai seberapa jauh rencana jauh rencana telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan.

    Sebagai hasil inspeksi disusun suatu laporan mengenai kema-juan usaha dan keadaan semua unsur-unsurnya. Jika unsur-unsur itu adalah guru/pegawai, maka laporan hasil inspeksi itu lazimnya disebut konduite.

    Sasaran inspeksi diarahkan kepada semua unsur dalam administrasi (guru, murid, pegawai, ruang belajar, alat/ fasilitas, dsb).Fungsi inspeksi:a. Memeriksa; apakah segala sesuatu telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan.b. Memvonis; mengadakan keputusan hasil penilaian sepihak dengan ukuran yang telah ditentukan sebelumnya si inspektur.c. Membetulkan ; apa yang tidak sesuai dibetulkan/ dikoreksi menurut keten-tuan yang seharusnya.d. Mengarahkan ; menjelas-kan peraturan yang perlu diperhatikan sebagai pedo-man kerja, dan memberi-kan instruksi-instruksi yang perlu untuk menjamin pe-laksanaan peraturan-pera-turan itu.

    Persamaannya terletak pada teknik pelaksanaannya:a. Observasi kelasb. Pertemuan pribadic. Studi dokumend. Rapat staf.

    1)

  • 2)

    3)

    4)

    5)Bertujuan untuk menemukan/ meng-identifikasi kemampuan/ketidak mam-puan

    guru dan personil lainnya, untuk kemudian memberikan bantuan/pela-yanan kepada mereka untuk mening-katkan kemampuan/keahliannya.

    Sebagai hasil supervisi diperoleh guru dan personil lainnya yang lebih mampu dalam profesinya.

    Sasaran supervisi sebagai usaha peningkatan kemampuan profesi, hanya ditujukan kepada guru atau personil pendidikan lainnya.

    Fungsi supervisi:a. Meneliti; mengumpulkan data secara obyektif tanpa dilatarbela-kangi oleh ukuranketentuan me-ngenai apa yang benar dan apa yang salah.b. Menilai; berdasarkan data yang dikumpulkan, menentukan ber-sama secara kooperatif apa yang baik dan apa yang kurang (lemah).c. Meningkatkan; bersama-sama berusaha menemukan cara-cara untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan.d. Membantu; dengan berbagai saran, nasihat dan informasi, guru diberi dorongan dan bantuan dalam usaha meningkatkan ke-mampuan dirinya.

    Persamaannya terletak pada teknik pelaksanaannya:a. Observasi kelasb. Pertemuan pribadic. Studi dokumend. Rapat staf.