kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

193
KINERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENANGANI PENDAPATAN PAJAK AIR TANAH DI KOTA SERANG TAHUN 2011-2013 SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh Rizqi Nurjanah 6661111897 PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, JANUARI 2016

Transcript of kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

Page 1: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

1

KINERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN

DAERAH DALAM MENANGANI PENDAPATAN

PAJAK AIR TANAH DI KOTA SERANG

TAHUN 2011-2013

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

Rizqi Nurjanah

6661111897

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, JANUARI 2016

Page 2: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

2

Page 3: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

3

Page 4: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

4

Page 5: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

5

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“ Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal

yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka

menyukainya atau tidak “ (Aldus Huxley)

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit kembali setiap kali kita jatuh” (Confusius)

“ kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena

hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan dimanapun kita

berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon”.

Persembahan

Skripsi ini saya peruntukkan kepada:

1. Ibu (Kartini) dan Bapak (Usman Bakoran) yang selalu menjadi inspirasi dan

kekuatan di setiap langkahku.

2. Kakak tercinta Ade Putra Firdaus, Briptu Aryo Gunawan Fermadi, Kartika

Mawar P.S., S.Pd, Keluarga besar tercinta dan teman dekat tercinta Agus Budi

Prasetyo.

3. Bapak dan Ibu Dosen FISIP UNTIRTA.

4. Sahabat-sahabatku Erin Nurfajriah, Yenita Nurmala sari., S.Sos, Ririn Amelia,

Mayola Shifani, Wa ode Nusa I.K, Nurlita Amaniyah., S.Sos, dan R.R

Devanita Indria R yang telah memberikan dukungannya.

5. Teman-teman Administrasi Negara 2011, terima kasih atas solidaritasnya

selama ini.

6. UNTIRTA tercinta.

v

Page 6: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

6

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya

yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada

junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta tak lupa juga kita

yang senantiasa selalu istiqomah dan ikhlas untuk menjadi umatnya. Serta berkat Rahmat,

Karunia dan Ridho-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

Proposal skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk melaksanakan

penelitian dengan judul “KINERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DALAM

MENANGANI PENDAPATAN PAJAK AIR TANAH DI KOTA SERANG TAHUN 2011-2013”. Proposal

skripsi ini tentunya tak lepas dari bantuan banyak pihak yang selalu mendukung peneliti secara

moril dan materil. Maka dengan ketulusan hati, peneliti ingin mengucapkan rasa terimakasih

kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Kandung Sapto Nugroho, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Iman Nurokhman, M.I.kom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

vi

Page 7: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

7

5. Rahmawati, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Listyaningsih, M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Riswanda., Ph.D Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Pembimbing I Skripsi yang senantiasa ramah dan sabar

dalam memberikan saran serta bimbingan kepada peneliti.

9. Rahmawati, S.Sos.,M.Si., Pembimbing II Skripsi yang senantiasa ramah dan sabar

dalam memberikan saran serta bimbingan kepada peneliti.

10. Semua Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah membekali peneliti

dengan ilmu yang bermanfaat.

11. Bapak Adang Darmawan selaku Kepala DPKD Kota Serang.

12. Bapak Dede Kurnia, SE.,MM., selaku Kepala SeksiPenetapan dan Penagihan DPKD

Kota Serang yang telah memberikan bantuan kepada peneliti.

13. Seluruh Pegawai DPKD Kota Serang atas kerjasamanya saat penelitian.

14. Kedua orang tua, Ibu Kartini dan Bapak Usman yang senantiasa selalu memberikan

do’a, perhatian dan limpahan kasih sayang yang takkan terbalas. Terimakasih atas

segala dukungan dan ilmu yang telah diberikan selama ini.

vii

Page 8: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

8

15. Kakak tercintaKartika Mawar Permata Sari, S.Pd., Briptu Aryo Gunawan Permadi,

dan Ade Putra Firdaus serta teman dekat tercinta Agus Budi Prasetyo yang telah

memotivasi peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

16. Teman-teman terbaikku Yenita Nurmalasari.,S,Sos, Erin Nurfajriah, Ririn Amelia,

Mayola Shifani, Wa ode N.I.K, Nurlita Amaniyah.,S,Sos, R.R. Devanita Indria R dan

yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membuat cerita dan

kenangan manis serta sepenggal perjalanan kehidupan yang takkan pernah terlupakan.

17. Teman-teman FISIP-ANE kelas D dan E angkatan 2011 yang selama empat tahun ini

menemani hari-hari perkuliahan di kampus dengan penuh canda tawa.

18. Semua pihak yang telah membantu peneliti untuk membuat skripsi ini, terima kasih

untuk segalanya.

Selain itu, peneliti menyadari pula banyaknya kekurangan dari apa yang telah dipaparkan dan

dibahas dalam skripsi ini. Maka dari itu peneliti dengan segala keterbukaan, kerendahan hati, dan

juga kelapangan dada bersedia menerima segala masukan baik itu saran maupun kritik yang

dapat membangun penulis dalam melangkah dan memutuskan, serta membuat karya lebih baik

dan lebih bermanfaat lagi untuk kemudian hari.

Serang, Januari 2016

Peneliti

viii

Page 9: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

9

ABSTRAK

Rizqi Nurjanah. 6661111897, Tahun 2015. Skripsi. Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah

dalam Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013. Program Studi

Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Pembimbing I : Dr. Agus Sjafari., M.Si dan Pembimbing II : Rahmawati., M.Si.

Air tanah adalah sumber daya yang sangat berguna dan melimpah. Namun, selama

pemakaian atau galian dilakukan secara berlebihandapat menyebabkan persediaan air

bawah tanah semakin menipis dan akan mengancam kerusakan lingkungan. Dinas

Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) sebagai pengelola keuangan daerah menetapkan

pajak pengambilan air bawah tanah kepada masyarakat untuk membatasi penggunaan air

tanah yang berlebihan demi menjaga kondisi dan kestabilan lingkungan. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui tingkat kinerja DPKD dalam menangani pajak air tanah di

kota Serang. Penelitian ini menggunakan teori Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(AKIP) dalam Moeheriono, yang mengidentifikasi indikator masukan, keluaran, hasil,

manfaatdan dampak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh wajib pajak air tanah yang berjumlah

200 wajib pajak dan sampel yang diambil sebanyak 67 wajib pajak dengan menggunakan

teknik sampel cluster. Hasil dari penelitian ini adalah kinerja DPKD dalam meningkatkan

pajak air tanah di kota Serang termasuk kedalam kategori Baik yaitu dengan nilai rata-rata

70,79% dari angka minimal yaitu 65%. Saran peneliti dalam penelitian ini adalah

melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada wajib pajak air tanah, menyediakan kotak

saran di dalam kantor pelayanan DPKD dan memberikan arahan kepada wajib pajak air

tanah untuk menggunakan alat ukur meter air.

Kata kunci : Kinerja, DPKD, Pajak air tanah, Pendapatan daerah

ix

Page 10: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

10

ABSTRACT

Rizqi Nurjanah. 6661111897, Year 2015, Thesis. Performance of the Department of Regional

Financial Management in handling the ground-water tax income in the city of Serang 2011-

2013. Public Administration Department, Faculty of Social and Political Sciences, Sultan Ageng

Tirtayasa University. Advisor I :Dr. Agus Sjafari.,M.Si and Advisor II : Rahmawati.,M.Si.

Ground water resources are very useful and abundant. Yet if excavation is conducted excessively,

it can caused underground water supplies depleted and will threaten environmental damage.

Department of Regional Financial Management (DPKD) as regional financial management assign

tax about excavation of underground water for citizen to limit the use of ground water for the

sake of maintaining the stability of the condition and the environment. The aim of this research is

to know the level of performance of DPKD in improving the water tax in the city of Serang. This

research used the theory of the accountability of government agency performance (AKIP) in

Moeheriono, who had indicators such as Input, Output, Outcomes, Benefit and Impact. This

research used descriptive quantitative method. The population of this research is allground-water

tax payers which totaled 200 tax payers. The sample taken in this research was 67 tax payers by

using a cluster samplingtechnique. The result showed that performance of DPKD in improving the

water tax in the city of Serang was categorized as good with average value 70,79% from the

minimal score 65%. This research also suggested is socialized and development to ground water

tax payers, providing a suggestion box in the office DPKD services and give directions to ground

water tax payers to use water mater.

Key word: Performance, DPKD, Ground Water Tax, Regional Income

x

Page 11: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………. i

LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………… . ii

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………. . iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS……………………… iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………… v

KATAPENGANTAR……………………………………………….. .. vi

ABSTRAK …………………………………………………………… ix

ABSTRACT ........................................................................................... x

DAFTARISI........................................................................................... xi

DAFTARTABEL .................................................................................. xv

DAFTARGAMBAR .............................................................................. xvi

DAFTARDIAGRAM ............................................................................ xvii

DAFTARLAMPIRAN .......................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 14

1.2 Batasan Masalah ...................................................................... 14

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 14

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 15

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 15

1.5 Sistematika Penelitian .............................................................. 16 xi

Page 12: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

12

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Kinerja Organisasi ......................................... 20

2.1.2 Dimensi dan Indikator Kinerja ........................................ 23

2.1.3 Manfaat Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik.. 28

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi .. 29

2.1.5 Organisasi Publik............................ ................................. 30

2.1.6 Pengertian Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah

(DPKD)............................ ................................................ 33

2.1.7 Pengertian Pajak Daerah............................ ...................... 33

2.1.8 Sistem Pemungutan Pajak Daerah............................ ....... 37

2.1.9 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)..................... 38

2.1.10 Pengertian Pajak Air Tanah............................ ............... 40

2.2 Penelitian Terdahulu.................................................... .............. 45

2.3 Kerangka Berpikir....................................................................... 48

2.4Hipotesis Penelitian.......................................................................50

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan atau Metode Penelitian ......................................... 53

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ............................................. 54

3.3 Lokasi Penelitian ...................................................................... 54

3.4 Variabel Penelitian ................................................................... 55

xii

Page 13: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

13

3.4.1 Definisi Konsep ............................................................. 55

3.4.2Definisi Operasional ......................................................... 56

3.5 Instrumen Penelitian ................................................................ 57

3.5.1 Uji Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas ...................... 57

3.5.1.1 Uji Validitas ............................................................. 57

3.5.1.2 Uji Reliabilitas ........................................................... 59

3.5.1.1 Uji Normalitas .......................................................... 60

3.5.2Jenis dan Sumber Data ..................................................... 61

3.5.2.1 Jenis Data ................................................................. 61

3.5.2.2 Sumber Data ............................................................. 61

3.5.3Teknik Pengumpulan Data ............................................... 61

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 63

3.6.1 Populasi ............................................................................ 63

3.6.2 Sampel .............................................................................. 64

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 66

3.8 Jadwal Penelitian ............................................................................ 68

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ..................................................... 70

4.1.1Deskripsi Kota Serang .................................................... 70

4.1.2Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD)

................................................................................................... 72

4.1.2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi DPKD ........ 73

4.1.2.2 Struktur Organisasi ................................................... 75

xiii

Page 14: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

14

4.1.2.3 Tupoksi Satuan Organisasi DPKD Kota Serang ...... 76

4.1.2.4 Visi dan Misi DPKD Kota Serang ........................... 81

4.1.2.5 Tujuan dan Sasaran DPKD Kota Serang .................. 82

4.1.2.6 Strategi dan Kebijakan SPKD Kota Serang ............. 83

4.1.2.7 Susunan Kepegawaian DPKD Kota Serang ............. 84

4.2 Pengujian Persyaratan Statistik ................................................ 88

4.2.2Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ....................... 88

4.2.3Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ..................... 91

4.2.4Hasil Uji Normalitas Data .............................................. 92

4.3 Deskripsi Data .......................................................................... 93

4.3.1Identitas Responden ....................................................... 93

4.3.2Analisis Data .................................................................. 97

4.4 Pengujian Hipotesis ................................................................. 122

4.5 Interpretasi Hasil Penelitian ..................................................... 125

4.6 Pembahasan.............................................................................. 130

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 137

5.2 Saran ......................................................................................... 138

DAFTAR PUSTAKA

xiv

Page 15: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

15

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1Jumlah Penduduk Kota Serang .......................................................... 3

1.2Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun

2011 s/d2013 .......................................................................................... 8

3.1Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 56

3.2Skoring Nilai ...................................................................................... 57

3.3 Kriteria Penilaian Validitas Butir Soal ............................................. 59

3.4Kriteria Acuan Reliabilitas Butir Soal............................................... 60

3.5 Penentuan Teknik Sampling (cluster sampling) ............................... 65

3.6 Waktu Kegiatan ................................................................................ 69

4.1 Data Dasar Kepegawaian Berdasarkan Jenis Kelamin Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah Kota Serang Keadaan Per Maret 2015.............. 84

4.2Data Dasar Kepegawaian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah Kota Serang Keadaan Per Maret 2015.................. 85

4.3Data Dasar Kepegawaian Berdasarkan Golongan Dinas Pengelolaan Keuangan

Daerah Kota Serang Keadaan Per Maret 2015.................. 87

4.4Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ........................................... 89

4.5Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ........................................................ 91

4.6Hasil Uji Normalitas Data .................................................................. 92

4.7 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Usaha ................................. 94

4.8 Identitas Responden Berdasarkan Lama Usaha…………………….. 96

4.9 Skoring Skala Data ........................................................................... 126

4.10 Interpretasi Persentasi Skor……………………………………… 129 xv

Page 16: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

16

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Kerangka Berpikir .............................................................. 50

4.1 Peta Kota Serang ............................. .............................................. 71

4.2 Struktur Organisasi DPKD Kota Serang ...................................... 75

4.3 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Uji Hipotesis Pihak

Kanan..................................................... .............................................. 124

xvi

Page 17: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

17

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1Persepsi Responden Tentang Wajib Pajak Membayar Setoran Pajak Air

Tanah Melalui DPKD .................................................................... 98

4.2Persepsi Responden Tentang Jumlah setoran pajak yang dibayar

sudah sesuai dengan penggunaan meter air tanah................................... 99

4.3Persepsi Responden Tentang Pegawai DPKD yang menangani pajak air

tanah memiliki kompetensi dalam bekerja……………………. 100

4.4Persepsi Responden Tentang Sarana dan prasarana yang diberikan

DPKD dalam pelayanan pembayaran pajak air tanah sudah baik… ...... 101

4.5Persepsi Responden Tentang Jumlah jam kerja yang digunakan

DPKD untuk menangani pajak air tanah sudahefektif………….… ....... 102

4.6Persepsi Responden Tentang DPKD menggunakan media cetak dan

elektronik (misal, Iklanpajak melalui Radio, TV, internet, Koran

dan Majalah) sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran wajib

pajak air tanah……………………………………………............... 103

4.7Persepsi Responden Tentang DPKD memberikan sosialisasi kepada

wajib pajak air tanah secara langsung………………………….…. 104

4.8Persepsi Responden Tentang DPKD melakukan pembinaan kepada

wajib pajak air tanah dengan rutin……………………………..…. ....... 105

4.9Persepsi Responden Tentang Pegawai DPKD yang menangani

pajak air tanah menyelesaikan tugas dengan tepatwaktu….......... .......... 106

4.10Persepsi Responden Tentang DPKD melakukan pendekatan secara

persuasif kepada wajib pajak air tanah terkait pentingnya pajak air

tanah…………………………………………………………...…. ....... 107

xvii

Page 18: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

18

4.11Persepsi Responden Tentang Pegawai DPKD yang menangani

pajak air tanah melakukan kegiatan pemeriksaanmonitoring untuk

menguji kepatuhan wajib pajak air tanah…………………………........ 108

4.12Persepsi Responden Pegawai DPKD yang menangani

pajak air tanah melakukan penagihan aktif secaraterus menerus

kepada wajib pajak air tanahyang menunggak………………….. ......... 109

4.13Persepsi Responden Tentang Pegawai DPKD memiliki kemampuan

berkomunikasi yang baik dengan wajib pajak air tanah………….. ....... 110

4.14Persepsi Responden Tentang TentangDPKD menerapkan prinsip Self

Assessment System (menghitung, menyetor sendiri) kepada wajib

pajak air tanah secara akuntabel……………………………….. 111

4.15Persepsi Responden Tentang Pegawai DPKD yang menangani

pajak air tanah melaksanakan tugas dan fungsinyasesuai dengan

visi dan misi organisasi ........................................................................... 112

4.16Persepsi Responden TentangPegawai DPKD cekatan dalam

menangani kebutuhan wajib pajak air tanah .......................................... 113

4.17Persepsi Responden Tentang Pegawai DPKD memiliki

pengetahuan yang baik tentang pajak airtanah ....................................... 114

4.18Persepsi Responden Tentang DPKD memberikan pelayanan yang

berkualitas guna memenuhi kepuasan wajibpajak air tanah ................... 115

4.19Persepsi Responden Tentang DPKD memiliki kotak saran untuk

kepuasan wajib pajak air tanah ............................................................... 116

4.20Persepsi Responden Tentang Semua wajib pajak air tanah sudah

menggunakan water meter sebagai alat ukurmeter air guna

memudahkan pegawai DPKD dalam menghitung pajak air tanah…. 117

4.21Persepsi Responden Tentang Hasil kegiatan dari sosialisasi dan

pembinaan yang dilaksanakanDPKDmemudahkan wajib pajak air

tanah dalam membayarkewajibannya ..................................................... 119

xviii

Page 19: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

19

4.22Persepsi Responden Tentang Pajak air tanah menjadi salah satu

pendapatan utama DPKD yang diperuntukkanguna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat ............................................................................... 120

4.23Persepsi Responden Tentang DPKD menetapkan sanksi hukum

yang tegas kepada wajib pajakair tanahyang melakukan

penyalahgunaan pemakaian airtanah .............................................................. 121

xix

Page 20: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

20

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner Penelitian

2. Kuesioner Data Hasil Penelitian

3. Tabel Nilai-nilai r Product Moment

4. Tabel Nilai-nilai dalam Distribusi t

5. Hasil Perhitungan Uji Validitas Korelasi Pearson Product Moment

6. Surat Permohonan Ijin Mencari Data Di Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah

(DPKD) Kota Serang

7. Surat Persetujuan Ijin Penelitian/Observasi dari Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah

(DPKD) Kota Serang

8. Surat Permohonan Ijin Mencari Data Di Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik

(KESBANGPOL) Kota Serang

9. Surat Rekomendasi Penelitian Dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik

(KESBANGPOL) Kota Serang

10. Surat Permohonan Ijin Mencari Data Di Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Serang

11. Surat Permohonan Ijin Mencari Data Di Kantor Badan Pelayanan Terpadu dan

Penanaman Modal (BPTPM) Kota Serang

12. Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Serang

13. Catatan Hasil Bimbingan Skripsi

14. Dokumentasi

15. Daftar Riwayat Hidup

xx

Page 21: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tanah dan air pada dasarnya merupakan sumberdaya yang dimiliki oleh manusia.

Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan,

sandang, papan, tambang dan tempat dilaksanakannya berbagai aktivitas, sedangkan

Air merupakan zat kehidupan dimana tidak satupun makhluk hidup di bumi ini yang

tidak membutuhkan air. Secara kuantitas sumberdaya tanah dan air di bumi relatif

tetap, sedangkan kualitasnya makin hari makin menurun (Suripin, 2004:1). Air dalam

pengertian ini adalah semua air yang terdapat diatas maupun dibawah permukaan

tanah, yaitu air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang dimanfaatkan di

darat (Harnanto.,dkk, 2007:19). Lapisan air yang ada di permukaan bumi ini

dibedakan menjadi dua yaitu, air tanah dan air permukaan. Air tanah adalah air yang

terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah

merupakan sumber air tawar terbesar di bumi, yaitu sekitar 30% dari total air tawar

atau 10,5 juta km3. Saat ini pemanfaatan air tanah meningkat dengan cepat, bahkan di

beberapa tempat tingkat eksploitasinya sudah sampai tingkat yang membahayakan.

Air tanah biasanya diambil baik untuk sumber air bersih maupun untuk irigasi melalui

sumur terbuka, sumur tabung, spring atau sumur horizontal (Suripin, 2004:141).

Page 22: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

2

Sedangkan air permukaan adalah perairan yang terdapat di permukaan tanah atau di

mata air, sungai, danau, lahan basah, atau laut.

Air tanah adalah sumber daya yang sangat berguna dan melimpah. Namun,

selama pemakaian atau galian dilakukan secara berlebihan dapat menyebabkan

masalah besar untuk pengguna manusia dan lingkungan. Pemakaian air bawah tanah

yang besar dan berlebihan dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan

persediaan air bawah tanah semakin menipis dan akan mengancam kerusakan

lingkungan. Kerusakan itu berupa permukaan air akan menurun, akibatnya masyarakat

setempat mengalami kesulitan air bersih. Seperti yang diungkapkan dari media online

Net Tv bahwa :

Kesulitan air bersih yang dialami masyarakat Kota Serang khususnya warga

Kilasah Dua Serang yaitu Pengadaan air bersih belum sepenuhnya dinikmati

warga Serang Banten, buktinya warga Kilasah Dua Serang masih ada yang

memanfaatkan air sungai sebagai kebutuhan hidup sehari-hari, seperti untuk

mandi dan mencuci pakaian. Tidak semua warga di desa Kilasah yang

berpenghasilan lumayan, sebagian warga tidak mampu bahkan memilih

menggunakan air sungai untuk memasak. Alasannya, mereka tidak mampu

membeli air bersih. Program pemasangan air bersih di desa Kilasah Dua Serang

sudah berjalan selama 1 tahun. Namun karena biaya yang tergolong mahal

sebagian warga desa ini tidak bisa memasang fasilitas ini dari PDAM

(Perusahaan Daerah Air Minum) setempat. Untuk biaya pemasangan tarifnya

Rp. 1.300.000/1 rumah. Warga bisa membayar dengan cara mencicil, tetapi itu

pun masih dirasakan sangat berat bagi warga desa Kilasah Dua Serang.

(Laporan dari Susmiyatun Hayati Diterbitkan tanggal 16 Juli 2014 Net Tv,

http://www.youtube.com/netmediatama).

Page 23: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

3

Kota Serang adalah sebuah kota yang berada di Provinsi Banten. Dahulu Serang

merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Serang, kemudian ditetapkan sebagai kota

pada tanggal 2 November 2007. Secara geografis Kota Serang terletak diantara 5050’-

6021’ LS dan 105

07’-106

022’ BT dan memiliki batas-batas wilayah diantaranya sebelah

Utara Laut Jawa, sebelah Timur Kabupaten Tangerang, sebelah Selatan Kabupaten

Pandeglang dan Lebak, dan sebelah Barat Kota Serang dan Selat Sunda. Kota Serang

memiliki Luas wilayah sekitar 188,70 km2 terdiri atas 6 kecamatan, yang dibagi lagi

atas sejumlah kelurahan yaitu Serang, Cipocok jaya, Curug, Kasemen, Taktakan, dan

Walantaka dengan jumlah penduduk 618.802 jiwa pada tahun 2013.

Tabel 1.1.

Jumlah Penduduk Kota Serang

Sumber data : BPS Provinsi Banten,2013

Berdasarkan tabel 1.1. diatas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kota

Serang pada tiap tahunnya terus meningkat yaitu dilihat dari tahun 2010 jumlah

penduduk Kota Serang sebanyak 557.785 penduduk, pada tahun 2011 sebanyak

598.407 penduduk, pada tahun 2012 sebanyak 611.897 penduduk dan pada tahun 2013

jumlah penduduk menjadi semakin meningkat yaitu sebanyak 618.802 penduduk. Hal

ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan air untuk berbagai keperluan cenderung terus

meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan di berbagai

Tahun Jumlah Penduduk

2010 557.785

2011 598.407

2012 611.897

2013 618.802

Page 24: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

4

sektor baik untuk air minum, air rumah tangga dan pertanian. Industri, pertambangan,

pariwisata dan berbagai keperluan lainnya telah mendorong lebih menguatnya nilai

ekonomi dibandingkan nilai sosialnya. Di sisi lain, potensi sumber air untuk memenuhi

kebutuhan pokok dan berbagai kegiatan pembangunan tersebut semakin mengalami

kemerosotan. Air tanah sebagai salah satu sumber daya air yang merupakan pemasok

kebutuhan akan air yang melimpah.

Pengguna air bersih dapat dikategorikan atas rumah tangga dan non rumah

tangga. Air bersih untuk rumah tangga dapat bersumber dari PAM, air tanah dangkal

(sumur galian) dan dengan cara membeli. Sedangkan untuk non rumah tangga biasanya

bersumber dari PAM, dan air tanah dalam (sumur bor). Setiap pengambilan air bawah

tanah untuk keperluan air minum, rumah tangga, industri, peternakan, pertanian, irigasi,

pertambangan, usaha perkotaan, dan untuk kepentingan lainnya. Di kota besar

umumnya penggunaan air tanah dan air permukaan oleh kalangan bisnis dikenakan

pajak pengambilan air bawah tanah dan air permukaan untuk membatasi penggunaan

air yang membabi-buta demi menjaga kondisi dan kestabilan lingkungan. Untuk itu,

diharapkan masyarakat yang menggunakan atau memanfaatkan air tanah maupun air

permukaan harus dapat berkontribusi dalam membayar pajak khususnya pajak daerah.

Sesuai dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, pengertian Pajak Daerah merupakan sumber pendapatan daerah agar

daerah tersebut dapat melaksanakan otonominya yaitu mampu mengatur dan mengurus

rumah tangganya sendiri, di samping penerimaan yang berasal dari pemerintah berupa

subsidi/ bantuan, bagi hasil pajak dan bukan pajak. Sumber pendapatan daerah tersebut

Page 25: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

5

dapat diharapkan menjadi sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan

pelaksanaan pembangunan, dan juga kegiatan kemasyarakatan di daerah untuk

meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan rakyat. Peraturan Pemerintah ini berisi

ketetapan tentang pajak yang dipungut oleh pemerintah provinsi antara lain Pajak

Kendaran Bermotor, Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (BBKB), Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok.

Sedangkan pajak yang dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota antara lain Pajak

Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak

Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang

Burung Walet, PBB Perkotaan dan Pedesaan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB).

Jenis-jenis pajak daerah yang ada di Kota Serang antara lain Pajak Hotel, Pajak

Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak

Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB). Dari sembilan jenis pajak daerah yang yang ada di Kota Serang,

salah satu komponen pajak daerah yang juga memiliki kontribusi penting terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pajak air tanah.

Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah adalah pajak atas

pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah untuk digunakan bagi orang pribadi

atau badan untuk berbagai macam keperluan. Air bawah tanah adalah air yang berada

di perut bumi, termasuk mata air yang muncul secara alamiah di atas permukaan tanah

(Siahaan, 2006:217). Dasar pengenaan pajak air tanah adalah Nilai Perolehan Air

Page 26: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

6

(NPA) (Pasal 40 ayat 1). Nilai perolehan air sebagaimana dimaksud dinyatakan dalam

rupiah yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor

sebagai berikut : (i) Jenis sumber air, (ii) Lokasi sumber air, (iii) Tujuan pengambilan

dan/atau pemanfaatan air, (iv) Volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan, (v)

Kualitas air, (vi) Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan

dan/atau pemanfaatan air (Pasal 40 ayat 2). Untuk tarif pajak air tanah ditetapkan

sebesar 20 % (Pasal 41). Wajib pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan yang

melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah (Pasal 39 ayat 2). Objek pajak

air tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah (Pasal 38 ayat 2). Tujuan

pemungutan pajak air bawah tanah adalah untuk pengendalian pengembalian dan atau

pemanfaatan air bawah tanah / air permukaan dalam rangka konservasi sumberdaya air

sekaligus untuk menggerakkan peran masyarakat dalam membiayai penyelenggaraan

pembangunan daerah.

Pajak air tanah merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dapat digunakan

sebagai alat kontrol di dalam pengambilan air tanah dari sisi kebutuhan. Pajak air tanah

yang terlalu murah, akan mendorong perilaku pemanfaatan air tanah yang cenderung

eksploitatif dan tidak efisien. Jika pemanfaatan air tanah tidak dipergunakan dengan

baik maka cadangan sumber daya air juga akan terjadi kerusakan dan semakin

minimnya kualitas air bersih, dan jika hal ini terjadi maka air tanah akan mengalami

ancaman pada mutu air tersebut yang dapat menyebabkan ketidaktersediaan air bersih

yang memadai dan otomatis pasokan air bersih berkurang sehingga berdampak pada

kehidupan dikarenakan air merupakan sumber daya untuk kehidupan manusia.

Page 27: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

7

Penerimaan pajak daerah memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap

perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu daerah. Salah satunya adalah

kontribusi penerimaan pajak daerah terhadap perolehan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) di Kota Serang. Pengelolaan pajak daerah merupakan bagian dari pada sistem

pengelolaan keuangan daerah. Untuk mengelola keuangan daerah termasuk di

dalamnya pajak daerah, pemerintah daerah kota Serang membentuk Dinas

Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD).

Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Serang adalah Perangkat

Daerah/Institusi yang membantu Walikota dalam rangka melaksanakan manajemen

keuangan daerah. Adapun yang menjadi dasar dibentuknya Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah (DPKD) Kota Serang adalah Peraturan Daerah Serang Nomor 9

Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Serang.

DPKD Kota Serang mengelola beberapa jenis pajak daerah, Dari beberapa jenis pajak

daerah yang ada di Kota Serang, salah satu komponen pajak daerah yang juga

memiliki kontribusi penting terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pajak air

tanah. Dapat dilihat pada tabel 1.2. berikut :

Page 28: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

8

Tabel 1.2.

Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun

2011 s/d 2013

Jenis Pajak

Target Realisasi Kontribusi terhadap

PAD

Target Realisasi Kontribusi terhadap

PAD

Target Realisasi Kontribusi terhadap

PAD 2011 2012 2013

Pajak Hotel 700.000.000 821.434.825 117,34 % 1.280.000.000 1.156.981.438 90,38 % 1.679.500.000 1.546.053.667 92,05 %

Pajak Restoran

3.399.000.000

4.192.836.381 123,35 % 4.300.000.000 5.660.644.574 131,36 % 6.395.450.000 8.353.056.474 130,60 %

Pajak Hiburan

341.000.000 346.358.469 101,57 % 405.000.000 440.100.852 108,66 % 482.200.000 502.439.957 104,19 %

Pajak Reklame

2.250.000.000

2.126.527.479 94,51 % 2.800.000.000 2.625.427.746 93,76 % 3.028.375.000 2.686.966.236 (88,72) %

Pajak Penerangan Jalan

6.537.000.000

7.129.517.436 109,06% 12.500.000.00

0 12.963.242.48

6 103,70 %

13.977.500.000

15.791.957.897 112,98 %

Pajak Parkir 280.000.000 345.844.700 123,51 % 500.000.000 477.788.560 (95,55) % 605.000.000 575.31.6174 (95,09) %

Pajak Air Tanah

150.000.000 169.533.959 113,02 % 160.000.000 219.474.555 133,42 % 216.000.000 264.507.297 122,45 %

Pajak Sarang Burung Walet

0 0 0 0 0 0 10.000.000 0 0

Pajak BPHTB 8.253.000.0

00 13.823.864.00

0 167,50 9.055.000.000

17.574.476.546

194,08 % 13.100.000.00

0 15.227.681.491 116,24 %

Sumber : Laporan Pemerintah Keuangan Daerah (LKPD) Realisasi Pajak Daerah terhadap

PAD Kota Serang Tahun 2011 s/d 2013 (data diolah peneliti)

Dengan memperhatikan tabel 1.2 di atas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2011

pajak air tanah di kota Serang menyumbang kontribusi terhadap perolehan PAD sebesar

113,02 % dan pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 133,42 %. Namun, pada tahun

2013 kontribusi pajak air tanah terhadap perolehan PAD menjadi menurun yaitu sebesar

122,45 %. Dalam kenyataan persentase kontribusi tersebut ternyata belum bisa dikatakan

dapat meningkatkan pajak air tanah di Kota Serang, hal ini terlihat dari persentase

kontribusi pajak daerah terhadap PAD yang masih fluktuasi (naik-turun) dan juga dilihat

dari target pajak air tanah yang dicapai lebih kecil dibandingkan pajak yang lainnya.

Page 29: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

9

Sehingga, dari persentase tersebut juga belum bisa dikatakan signifikan jika dibandingkan

dengan potensi pajak air tanah di kota Serang. Potensi pajak air tanah dapat dilihat dari

banyaknya pengguna atau wajib pajak yang memanfaatkan air tanah tersebut seperti

Hotel, Mall, Perusahaan-perusahaan, dan sebagainya. Dinas Pengelolaan Keuangan

Daerah (DPKD) Kota Serang melakukan upaya-upaya peningkatan kontribusi pajak air

tanah melalui berbagai strategi. Strategi yang diterapkan diantaranya:

1. Pemuktahiran dan pendokumentasian data wajib pajak daerah

Kegiatan ini dilaksanakan dengan melakukan pendataan dan pendaftaran wajib pajak

baru melalui kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi.

2. Pemeriksaan monitoring

Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pajak air tanah di Kota Serang dengan cara

melakukan uji kepatuhan kepada wajib pajak. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

apakah wajib pajak membayar pajak sesuai dengan jumlah transaksi atau tidak.

3. Penagihan aktif pajak daerah secara terus-menerus

Penagihan aktif merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Petugas Dinas Luar (PDL)

secara langsung kepada wajib pajak yang menunggak. Tujuannya agar pembayaran

pajak berjalan dengan lancar.

4. Penyuluhan/sosialiasi kepada wajib pajak daerah

Penyuluhan dilakukan dengan cara memberikan informasi kepada wajib pajak tentang

perolehan pajak selama satu tahun terakhir dan kontribusi pajak terhadap pembangunan

daerah Kota Serang.

Page 30: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

10

Selain itu juga, strategi yang dilakukan melalui cara Intensifikasi dan Ekstensifikasi.

Intensifikasi itu dilihat dari wajib pajak yang sudah ada kemudian petugas lapangan

melakukan observasi ke lapangan dan memberikan pembinaan kepada masing-masing

wajib pajak sehingga diharapkan mereka dapat memenuhi kewajiban dalam hal

perpajakan, kemudian juga melakukan pendekatan dengan 2 cara yaitu pendekatan secara

persuasif dan administrasi. Sedangkan ekstensifikasi yaitu menambah wajib pajak dengan

melakukan sensus kepada wajib pajak baru yang sudah mempunyai surat ijin. kalaupun

sudah mempunyai ijin tetapi belum melapor kepada bidang pajak daerah maka belum bisa

terdaftar menjadi wajib pajak baru (Wawancara langsung dengan Kepala Seksi Penagihan

Bidang Pajak Daerah Bpk. Dede Kurnia, SE., MM. pada tanggal 10 Februari 2015 pukul

09.21 WIB).

Setiap organisasi atau instansi dalam melaksanakan program selalu diarahkan untuk

mencapai tujuannya. Salah satu faktor yang menjadi kriteria untuk mencapai kelancaran

tujuan suatu organisasi atau instansi adalah mengidentifikasi dan mengukur kinerja.

Kinerja merupakan keberhasilan individu atau organisasi dalam mencapai target atau

sasaran yang telah ditentukan. Apabila suatu organisasi mampu mencapai tujuan yang

telah ditetapkan, maka dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut efektif. Berbicara

mengenai kinerja dan pencapaian tujuan organisasi tidak terlepas dari siapa yang ada dan

menjalankan organisasi tersebut, tidak lain adalah manusia itu sendiri. Sebagai unsur

organisasi, manusia memiliki peran yang sangat penting dalam menjalankan fungsinya

dalam rangka kemajuan organisasi. Potensi setiap individu yang ada dalam organisasi

Page 31: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

11

harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga mampu memberikan hasil yang

maksimal.

Berdasarkan observasi awal peneliti, dijumpai berbagai masalah yang terjadi dalam

Kinerja DPKD (Dinas Pengelolaan dan Keuangan Daerah) dalam Meningkatkan Pajak Air

Tanah di Kota Serang.

Pertama, kurang koordinasi antara 3 (Tiga) Dinas Pemerintah Kota Serang dalam

pemuktahiran dan pendokumentasian data pengguna air tanah. Berdasarkan data yang

diperoleh dari Dinas Pertambangan dan Energi ditemukan ada 200 pengguna air tanah,

Dinas BPTPM 17 pengguna air tanah yang memiliki ijin dan Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah (DPKD) ada 152 Wajib pajak atau pengguna air tanah. Pengguna atau

pemakai air tanah yang di data adalah pengguna atau pemakai air tanah yang berada di 6

kecamatan yaitu Taktakan, Walantaka, Serang, Cipocok, Curug dan Kasemen. Sehingga,

dapat dikatakan pemuktahiran dan pendokumentasian data pengguna air tanah yang

dilakukan ketiga Dinas tersebut belum optimal.

Kedua, adanya penyalahgunaan pemakaian air tanah yang dilakukan oleh salah satu

wajib pajak dalam membayar kewajibannya. Berdasarkan data yang diperoleh dari berita

online Indopos (http://www.indopos.co.id/2014/01/pajak-air-bawah-tanah-tidak-

maksimal.html pada hari Minggu 19 Januari 2014 pukul 05:37 WIB menjelaskan bahwa :

Komisi III DPRD Kota Serang menilai pajak air bawah tanah tidak maksimal.

Pasalnya, ada perusahaan yang seharusnya membayar pajak tiga titik, tetapi

hanya membayar satu struk saja secara global. Ketua Komisi III DPRD Kota

Serang Sukara mengatakan, beberapa waktu lalu, pihaknya melakukan sidak ke

salah satu perusahaan peternakan di daerah Kecamatan Curug, terkait pajak air

bawah tanah. Perusahaan itu tidak hanya satu, tetapi ada tiga perusahaan yang

menggunakan nama yang sama. Tapi, pas bayar pajak air bawah tanahnya hanya

Page 32: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

12

satu. Hal itu juga diketahui saat pihaknya berkoordinasi dengan Dinas

Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Serang.

Ketiga, masih banyak pengguna air tanah yang membayar pajak dengan flat

(pembayaran dilakukan setiap bulannya tetap/sama) dan tidak mempunyai alat ukur meter

air. Hal ini pun dibenarkan oleh pihak stakeholders DPKD yaitu Bpk. Miftah selaku

Pelaksana Teknis Air Bawah Tanah Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang ditemui pada hari

Rabu 21 Januari 2015 menjelaskan bahwa masih banyak pengguna air bawah tanah

khususnya menengah kebawah tidak menggunakan alat ukur meter air dan membayar

dengan flat. Padahal, sebagai tolak ukur pemakaian air wajib menggunakan water meter.

jika pada izin wajib pajak tersebut sudah tertulis bahwa wajib menggunakan water meter

sedangkan tidak digunakan, maka perhitungannya akan menggunakan flat maksimal. Flat

maksimal artinya pembayaran pajak setiap bulan nya selalu tetap dengan persetujuan

kedua belah pihak yaitu petugas DPKD dengan wajib pajak air tanah. Contoh, Sebuah

Bengkel menggunakan pemakaian air tanah sebanyak 500 m3 dan dari pemakaian air

tersebut dikenakan harga dasar air sebesar Rp. 1.911, kemudian dikali dengan tarif pajak

air tanah yaitu sebesar 20 %. Maka penghitungannya sebagai berikut :

FNA (Faktor Nilai Air) = 500 m3 x Rp. 1.911

= Rp. 955.550 x 20 %

= Rp. 191.110

Berdasarkan penghitungan yang telah dijelaskan diatas, maka bengkel sebagai

wajib pajak air tanah tersebut harus membayar pajak sebesar Rp. 191.110 setiap bulannya.

Dan bulan berikutnya pun akan membayar pajak air tanah yang sama. Tentu saja hal ini

Page 33: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

13

akan merugikan pendapatan kota Serang, yang seharusnya pengguna air bawah tanah

dikenakan pajak besar tetapi karena tidak mempunyai alat ukur meter air menjadi bayar

pajaknya flat. Sebenarnya pihak Dinas PU sudah melakukan sosialisasi kepada pengguna

air tanah untuk memasang alat ukur meter air tetapi kebanyakan pengguna air tanah

menolak dengan alasan baru mendirikan bangunan dan belum cukup uang untuk membeli

alat ukur meter air tersebut.

Melihat permasalahan sebagaimana diuraikan diatas, DPKD (Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah) Kota Serang sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD), berpeluang besar untuk mengoptimalkan hasil penerimaan sumber pendapatan

daerah dari sumber-sumber PAD. Dalam hal ini, dituntut efektifitas dan efisiensi

pelaksanaan kinerja DPKD dalam menangani pendapatan pajak air tanah Kota Serang

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Kecerdasan pengelolaan penerimaan keuangan

dibutuhkan untuk memastikan semua pos anggaran pembelanjaan daerah dalam setiap

tahun anggaran mendapat bagian secara proporsional. Selain itu, DPKD (Dinas Pengelola

Keuangan Daerah) Kota Serang sebagai pengelola pajak daerah juga dapat melakukan

perannya guna meningkatkan pendapatan dari sektor pajak daerah khususnya dalam

penelitian ini adalah pajak air tanah.

Berdasarkan masalah yang peneliti deskripsikan di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang ”Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menangani

Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013”.

Page 34: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

14

1.2. Identifikasi Masalah

Atas dasar permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti dapat

mengidentifikasi permasalahan tersebut sebagai berikut :

1. Pemuktahiran dan pendokumentasian data wajib pajak air tanah belum

dilakukan secara optimal.

2. Lemahnya kinerja DPKD dalam melakukan pengawasan terhadap wajib pajak

air tanah.

3. Masih kurangnya pemantauan langsung dan pembinaan terhadap perilaku

wajib pajak air tanah.

1.3. Batasan Masalah

Peneliti memberi batasan pada penelitian ini, yaitu hanya pada ”Kinerja Dinas

Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota

Serang Tahun 2011-2013”. Sedangkan, lokus penelitiannya adalah Kantor DPKD

Kota Serang Provinsi Banten.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan

permasalahan yang terkait dengan ”Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah

dalam Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013”.

Rumusan masalah penelitian ini adalah Seberapa Besar Kinerja Dinas Pengelolaan

Page 35: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

15

Keuangan Daerah dalam Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang

Tahun 2011-2013?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui Seberapa Besar Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam

Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara teoritis

maupun praktis, antara lain :

1. Manfaat secara teoritis, yaitu :

Dalam penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengetahui kinerja (Dinas

Pengelolaan Keuangan Daerah dalam menangani pendapatan pajak daerah

umumnya dan pajak air tanah di Kota Serang khususnya.

2. Manfaat secara praktis, yaitu :

Manfaat praktis penelitian tentang kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan

Daerah dalam meningkatkan pendapatan pajak air tanah di Kota Serang adalah

memberikan umpan balik (feedback) kepada DPKD Kota Serang mengenai

peningkatan pendapatan pajak daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan

asli daerah (PAD) dari sektor pajak air tanah di Kota Serang.

Page 36: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

16

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah yakni ruang lingkup dan kedudukan masalah yang

akan diteliti dalam bentuk uraian secara umum lalu merujuk ke masalah yang lebih

khusus.

1.2.Identifikasi Masalah yakni mengidentifikasi masalah dalam bentuk poin-poin

yang berkaitan dengan judul penelitian berdasarkan latar belakang masalah yang

telah digambarkan.

1.3. Batasan Masalah yakni pembatasan fokus penelitian berupa pernyataan yang

akan diajukan dalam rumusan masalah yang akan diteliti.

1.4. Tujuan Penelitian yakni berisikan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan

dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan.

1.5. Rumusan Masalah yakni memilih dan menetapkan masalah inti dari masalah

yang akan diteliti yang berkaitan dengan judul penelitian.

1.6. Manfaat Penelitian yakni menjelaskan manfaat teoritis dan praktis temuan dari

penelitian.

1.7. Sistematika Penulisan yakni tata cara penulisan/pengetikan penelitian.

Page 37: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1.Landasan Teori yakni mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan

dengan permasalahan, kemudian disusun rapi dan teratur sebagai konsep penelitian

yang jelas.

2.2. Penelitian Terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi,

Tesis, Disertasi atau Jurnal Penelitian.

2.3.Kerangka Pemikiran adalah penjelasan secara sistematis tentang hubungan

antar variabel penelitian yang dituangkan dalam bentuk bagan atau tabel.

2.2.Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan

yang diteliti, dan akan diuji kebenarannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Pendekatan dan Metode Penelitian yakni metode/cara yang digunakan peneliti.

3.2.Ruang lingkup/Fokus Penelitian yaitu membatasi dan menjelaskan substansi

materi kajian penelitian yang akan dilakukan.

3.3. Variabel Penelitian/Fenomena yang diamati

3.3.1. Definisi Konsep memberikan penjelasan tentang konsep dari

variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan

kerangka teori yang digunakan.

3.3.2. Definisi Operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel

penelitian dalam rincian yang terukur (indikator Penelitian).

Page 38: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

18

3.4. Instrumen Penelitian yakni alat pengumpul data, proses pengumpulan data,

dan teknik penentuan kualitas instrument penelitian, dalam hal ini peneliti sebagai

instrumen.

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian menjelaskan wilayah generalisasi atau

populasi penelitian, penetapan besar sampel, dengan teknik pengambilan sampel

serta rasionalisasinya.

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data yakni cara untuk mengolah dan

menganalisis data yang diperoleh dengan melakukan kategorisasi data, interpretasi,

dan keabsahan data serta laporan hasil penelitian.

3.7.Lokasi dan Jadwal Penelitian yaitu tempat penelitian dilaksanakan serta

menjelaskan jadwal penelitian secara rinci beserta tahapan penelitian yang akan

dilakukan dan ditulis dalam bentuk tabel.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1.Deskripsi Obyek Penelitian berupa penjelasan lokasi yang dijadikan penelitian,

struktur organisasi, serta hal lain yang berhubungan dengan obyek penelitian.

4.2.Deskripsi Data yakni menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data

mentah dengan teknik analisis data yang sudah ditentukan.

4.3.Pengujian Persyaratan Statistik ini dengan menggunakan uji statistik tertentu.

Yaitu, uji validitas dan uji rehabilitas.

4.4.Pengujian Hipotesis dengan menggunakan teknik analisis statistik yang sudah

ditentukan semula, seperti korelasi atau regresi, baik sederhana maupun ganda.

Page 39: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

19

4.5.Interpretasi hasil penellitian yaitu melakukan penafsiran terhadap hasil akhir

pengujian hipotesis.

4.6.Pembahasan berupa pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data. Pada

akhir pembahasan dapat dikemukakan keterbatasan penelitian.

BAB V PENUTUP

5.1.Kesimpulan berupa kesimpulan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas,

singkat dan mudah dipahami. Juga harus sejalan dan sesuai dengan permasalahan

yang ada.

5.2.Saran sebagai tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang

diteliti dan saran praktis lebih ke operasional.

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang dipergunakan dalam penelitian

LAMPIRAN

Menyajikan lampiran-lampiran yang dianggap perlu oleh peneliti, yang

berhubungan dengan data penelitian, dan tersusun secara berurutan.

Page 40: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Kinerja Organisasi

Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak

dapat dipisahkan dalam suatu lembaga organisasi, baik itu lembaga pemerintahan

maupun lembaga swasta. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau

Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi yang sesungguhnya yang dicapai

oleh seseorang). Beberapa pengertian kinerja menurut beberapa ahli. Kinerja

(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2009:67).

Secara etimologis, Kinerja Adalah sebuah kata yang dalam bahasa

Indonesia berasal dari kata dasar “kerja” yang menerjemahkan kata dari bahasa

asing prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam

organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang

telah ditetapkan (www.wikipedia.com).

Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan

dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil

suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau

perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan

20

Page 41: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

21

operasional. Kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja

pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja

perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas

hasil kerja yang dicapai suatu organisasi.

Samsudin (2005:159) menyebutkan bahwa: “Kinerja adalah tingkat

pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit atau divisi dengan

menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan

untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan”. Setiap individu atau organisasi

tentu memiliki tujuan yang akan dicapai dengan menetapkan target atau sasaran.

Keberhasilan individu atau organisasi dalam mencapai target atau sasaran tersebut

merupakan kinerja.

Wirawan (2009:5) mengemukakan “keluaran yang dihasilkan oleh fungsi -

fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu

tertentu”.

Sebuah organisasi dapat berjalan karena ada orang-orang yang

menjalankannya, karena itu manusia merupakan elemen utama yang dibutuhkan

sebuah organisasi untuk dapat menjalankan visi misinya. Begitu juga sebaliknya

orang-orang membutuhkan organisasi sebagai alat untuk mencapai tujuannya.

Untuk mencapai tujuan yang maksimal diperlukan orang-orang yang mampu

bekerja dengan baik. Kinerja organisasi pada dasarnya merupakan tanggung jawab

setiap individu yang bekerja dalam organisasi. Apabila dalam organisasi setiap

individu bekerja dengan baik, berprestasi, bersemangat dan memberikan kontribusi

Page 42: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

22

terbaik mereka terhadap organisasi, maka kinerja organisasi secara keseluruhan

akan baik. Dengan demikian kinerja organisasi merupakan cermin dari kinerja

individu (Mahmudi, 2005:22).

Atmosudirjo, mengemukakan bahwa kinerja organisasi adalah sebagai

efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yang

ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan melalui usaha-usaha yang sistemik

dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus mencapai secara

efektif (Pasolong, 2007:177).

Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi

dalam mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengeruhi oleh sumber daya yang

dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa fisik

seperti sumber daya manusia maupun nonfisik seperti peraturan, informasi, dan

kebijakan.

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan

tanggungjawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi, tidak

melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan etika. Selain itu, Konsep kinerja

organisasi juga menggambarkan bahwa setiap organisasi publik memberikan

pelayanan kepada masyarakat dan dapat dilakukan pengukuran kinerjanya dengan

menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada untuk melihat apakah organisasi

Page 43: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

23

tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan untuk mengetahui

tujuannya sudah tercapai atau belum.

2.1.2. Dimensi dan Indikator Kinerja

Perlu adanya indikator kinerja yang digunakan untuk meyakinkan bahwa

kinerja hari demi hari menunjukkan kemajuan dalam rangka mewujudkan

tercapainya sasaran maupun tujuan organisasi yang bersangkutan. Terdapat lima

indikator yang umum digunakan yaitu : (i) indikator kinerja input. Indikator

kinerja input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan

dapat menghasilkan keluaran yang ditentukan, misalnya dana, SDM informasi,

serta kebijakan. (ii) Indikator kinerja output, Indikator kinerja output merupakan

sesuatu yang diharapkan lansung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik

maupun nonfisik. (iii) Indikator kinerja outcome. Indikator kinerja outcome adalah

segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya penyelenggaraan kegiatan pada

jangka waktu menengah. (iv) Indikator kinerja manfaat. Indikator kinerja manfaat

yaitu sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Dan (v)

indikator kinerja dampak. Indikator kinerja dampak merupakan pengaruh yang

ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap indikator berdasarkan asumsi

yang telah ditetapkan.

Mangkunegara (2009:67) kinerja karyawan dapat dinilai dari :

1. Kualitas Kerja

Menunjukkan kerapihan, ketelitian, keterkaitan hasil kerja dengan tidak

mengabaikan volume pekerjaan. Adanya kualitas kerja yang baik dapat

Page 44: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

24

menghindari tingkat kesalahan, dalam penyelesaian suatu pekerjaan yang dapat

bermanfaat bagi kemajuan perusahaan.

2. Kuantitas kerja

Menunjukkan banyaknya jumlah jenis pekerjaan yang dilakukan dalam

suatu waktu sehingga efisiensi dan efektifitas dapat terlaksana sesuai dengan

tujuan perusahaan.

3. Tanggung jawab

Menunjukkan seberapa besar karyawan dalam menerima dan

melaksanakan pekerjaannya, mempertanggung jawabkan hasil kerja serta sarana

dan prasaranan yang digunakan dan perilaku kerjanya setiap hari.

4. Kerjasama

Kesediaan karyawan untuk berprestasi dengan karyawan yang lain secara

vertikal dan horizontal baik di dalam maupun diluar pekerjaan akan semakin baik.

5. Inisiatif

Adanya inisiatif dari dalam diri anggota organisasi untuk melakukan

pekerjaan serta mengatasi masalah dalam pekerjaan tanpa menunggu perintah.

Beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja

birokrasi publik menurut Agus Dwiyanto dalam bukunya Reformasi kebijakan

Publik. Indikator-indikator atau kriteria-kriteria kinerja organisasi publik adalah

produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas.

Indikator-Indikator atau kriteria-kriteria tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

Page 45: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

25

a. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga

efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara

input dengan output.

b. Kualitas Layanan

Kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan

kinerja organisasi pelayanan publik. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter

untuk menilai kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan

kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai

kepuasan masyarakat sering kali tersedia secara mudah dan murah yang dapat

diperoleh dari media massa dan diskusi publik.

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan

program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat. Responsivitas dimasukan sebagai salah satu indikator kinerja

organisasi publik karena responsivitas secara langsung menggambarkan

kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama

dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Responsivitas sangat diperlukan dalam pelayanan publik karena hal tersebut

merupakan bukti kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,

Page 46: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

26

menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan program-

program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

d. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik

itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai

dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjukan pada seberapa besar kebijakan dan

kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh

rakyat, asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh

rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat

(Dwiyanto, 2008 : 50-51).

Kinerja pada tingkat organisasi berkaitan dengan usaha mewujudkan visi

organisasi, dimana visi organisasi merupakan arah yang menentukan kemana

organisasi akan dibawa dan apa yang akan dicapai oleh organisasi untuk masa

depan. Oleh karena itu, faktor yang paling penting dalam organisasi adalah figure

seorang ketua atau pemimpin, seorang pemimpin harus memiliki agenda yang jelas

yang didasarkan pada kepedulian yang besar terhadap hasil.

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), dalam Moeheriono

(2009:82) indikator kinerja dapat dilihat dari :

Page 47: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

27

1. Indikator masukan (inputs), yaitu ukuran tingkat pengaruh sosial ekonomi,

lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian

indikator kinerja dalam suatu kegiatan.

2. Indikator keluaran (outputs), yaitu kegunaan suatu keluaran (outputs) yang

dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang

dapat diakses atau dinikmati oleh publik.

3. Indikator hasil (outcomes), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (outcomes) yang

merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi

kebutuhan dan harapan masyarakat.

4. Indikator manfaat (benefits), yaitu segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan

nonfisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program

berdasarkan masukan yang digunakan.

5. Indikator dampak (impacts), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka

menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu

dan teknologi.

Berdasarkan pengertian kinerja organisasi dan indikator kinerja yang

disampaikan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa Dimensi-dimensi

didalam mengukur indikator kinerja organisasi pada dasarnya memiliki kesamaan

substansial yakni untuk melihat seberapa jauh tingkat pencapaian hasil yang telah

dilakukan oleh birokrasi pelayanan atau instansi tersebut apakah sesuai atau tidak

Page 48: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

28

dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja organisasi merupakan

suatu konsep yang disusun dari berbagai indikator yang sangat bervariasi sesuai

dengan fokus dan konteks penggunaannya untuk mencapai tujuan yang telah atau

ingin dicapai oleh suatu organisasi atau instansi.

2.1.3. Manfaat Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik

Sektor publik tidak bisa lepas dari kepentingan umum sehingga

pengukuran kinerja mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa berhasil misi

sektor publik tersebut dapat dicapai penyedia jasa dan barang-barang publik.

Pengukuran kinerja juga sangat bermanfaat untuk membantu kegiatan manajerial

keorganisasian. Berikut manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun

eksternal organisasi sektor publik :

1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang

digunakan untuk pencapaian kinerja.

2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.

3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan

membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan

tindakan untuk memperbaiki kinerja.

4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas

prestasi pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem

pengukuran kinerja yang telah disepakati.

5. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dna pimpinan dalam

upaya memperbaiki kinerja organisasi.

Page 49: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

29

6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintahan.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara

obyektif.

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi

Yuwono dkk (2005:53) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja suatu organisasi meliputi upaya manajemen dalam

menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas

sumber daya manusia dan kepemimpinan yang efektif. Di setiap organisasi

pemerintahan (publik), setiap institusi yang ada juga memiliki karakteristik yang

berbeda sesuai dengan visi dan misi yang dimilikinya. Sebuah organisasi yang

berkarakter BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) lazimnya memiliki misi untuk

memberikan pelayanan publik yang optimal pada bidang-bidang langsung yang

berhubungan dengan kesejahteraan rakyat yang sesuai dengan Undang-Undang

Dasar 1945 bahwa air dan semua kekayaan yang dimiliki negara diperuntukkan

bagi kesejahteraan rakyat secara luas. BUMD diharapkan mampu memberikan

kontribusi sebagai salah satu komponen bagi pemasukan kas daerah dari

keuntungan yang diperolehnya.

Kinerja yang selama ini belum optimal pada dasarnya dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang berasal dari dalam maupun luar organisasi. Ada tiga faktor

penting antara lain faktor sumber daya manusia, faktor struktur organisasi dan

faktor kepemimpinan yang ada. Sumber daya manusia adalah faktor penggerak

Page 50: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

30

organisasi sekaligus instrument hidup yang berhubungan dengan pelanggan dan

berhubungan dengan tingkat kinerja organisasi. Kemudian kinerja organisasi yang

rendah disebabkan oleh desain struktur organisasi yang kurang tepat, sehingga

memberi fungsi dalam organisasi tidak berjalan dengan lancar. Bahkan beberapa

struktur yang ada menjadi beban atau tidak memperlihatkan kinerja yang positif.

Kinerja suatu organisasi yang timpang dan tidak optimal disebabkan oleh

tidak efektifnya pola dan gaya kepemimpinan, yang pada akhirnya bermuara pada

rendahnya kinerja organisasi secara keseluruhan. Kepemimpinan dianggap sebagai

faktor yang mengisi kekosongan struktur yang ada, memperlancar mekanisme

kerja, dan mampu memberikan motivasi yang efektif bagi karyawan untuk

berkarya dan memberikan prestasi kerja yang tinggi.

2.1.5. Organisasi Publik

Organisasi pada dasarnya seperti sebuah organisme yang memiliki siklus

hidup. Organisasi dalam siklus hidupnya mengalami masa-masa layaknya manusia

seperti lahir, tumbuh, dewasa tua dan mati. Namun agak berbeda sedikit dengan

manusia, organisasi dapat senantiasa diperbaharui. Ketika siklusnya mulai

menurun, organisasi harus segera berbenah dan menyesuaikan dengan

lingkungannya agar dapat sejalan dengan perkembangan zaman. Di Indonesia,

berbagai organisasi termasuk dalam cakupan sektor publik antara lain

pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, sejumlah perusahaan dimana

pemerintah mempunyai saham (BUMN dan BUMD), organisasi bidang

pendidikan, organisasi bidang kesehatan, dan organisasi massa. Organisasi sering

Page 51: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

31

dipahami sebagai kelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama dengan cara

yang terstruktur untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran tertentu yang telah

ditetapkan bersama. Organisasi dapat berbentuk perusahaan, divisi, departemen,

group atau tim. Organisasi adalah suatu wadah atau tempat untuk melakukan

kegiatan bersama, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Publik berasal dari bahasa latin “Public” yang berarti “of people” berkenaan

dengan masyarakat.

Organisasi sektor publik bukan semata-mata organisasi sosial yang non

profit oriented. Banyak yang menganggap organisasi sektor publik pasti non

profit. Anggapan ini kurang tepat, karena organisasi sektor publik ada yang bertipe

quasi non profit. Quasi non profit bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan motif surplus (laba) agar terjadi keberlangsungan organisasi

dan memberikan kontribusi pendapatan Negara atau daerah, misalnya BUMN dan

BUMD. Jadi perlu ditegaskan bahwa organisasi sektor publik bukan hanya

organisasi sosial, bukan hanya organisasi non profit, dan juga bukan hanya

organisasi pemerintahan. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang

berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada

publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan Negara yang diatur dengan

hukum (Mahsun, 2006:14).

Dalam Pajak daerah umumnya dan pajak air tanah khususnya merupakan

bagian dari administrasi keuangan daerah yang tidak bisa dilepaskan dari lingkup

kajian administrasi negara atau administrasi publik. Pengertian organisasi publik

Page 52: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

32

merupakan wadah bagi administrasi publik melaksanakan tugas dan fungsinya.

Organisasi publik adalah organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh lapisan

masyarakat dengan ruang lingkup negara mempunyai kewenangan yang absah

(terlegitimasi) di bidang politik, administrasi pemerintahan, dan hukum secara

terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi warga negaranya, dan

melayani keperluannya, sebaliknya berhak pula memungut pajak untuk pendanaan,

serta menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan peraturan.

Organisasi publik sering dilihat pada bentuk organisasi pemerintah yang

dikenal sebagai birokrasi pemerintah (organisasi pemerintahan) atau satu-satunya

organisasi didunia yang mempunyai wewenang merampok harta rakyat (pajak),

membunuh rakyat (hukuman mati), dan memenjarakan rakyat. Organisasi publik

adalah organisasi yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa

dan layanan publik. Sebuah peran bagi organisasi publik adalah suatu hal yang

sangat penting, karena organisasi publik didirikan untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Dan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersama dibutuhkan aktifitas,

kerja sama, dan tentu saja orang yang melakukan aktifitas tersebut atau sumber

daya manusia yang terdapat dalam sebuah organisasi publik. Organisasi ini

bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat demi kesejahteraan sebagaimana

diamanatkan oleh konstitusi sebagai pijakan dalam operasionalnya. Organisasi

publik berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat tidak pada

profit/laba/untung.

Page 53: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

33

2.1.6. Pengertian Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD)

Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Serang adalah

perangkat daerah/institusi yang membantu walikota dalam rangka melaksanakan

manajemen keuangan daerah. Adapun yang menjadi dasar dibentuknya Dinas

Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Serang adalah Peraturan Daerah

Nomor 9 Tahun 2008 tentang pembentukan dan susunan organisasi dinas daerah

Kota Serang. Tugas pokok dan fungsi berdasarkan peraturan walikota Serang

nomor 36 tahun 2008 yaitu Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai

tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang pengelolaan keuangan

dan pendapatan berdasarkan atas otonomi dan tugas pembantuan. Sedangkan

fungsinya yaitu (i) penyusunan perencanaan bidang pengelolaan keuangan dan

pendapatan, (ii) perumusan kebijakan teknis bidang pengelolaan keuangan dan

pendapatan, (iii) pelaksanaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang

pengelolaan keuangan dan pendapatan, (iv) pembinaan, koordinasi, pengendalian,

dan fasilitasi pelaksanaan kegiatan bidang keuangan dan pendapatan, (v)

pelaksanaan kegiatan penatausahaan dinas, (vi) pembinaan terhadap unit pelaksana

teknis dinas, (vii) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

2.1.7. Pengertian Pajak Daerah

Ada bermacam-macam batasan atau definisi tentang pajak yang

dikemukakan oleh para ahli, menurut Soemitro pajak adalah :

Page 54: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

34

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra

prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum” (Mardiasmo, 2006:1).

Kemudian menurut Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara

(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut

peraturan-peraturan umum(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi

kembali yang langsung dapat ditunuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan (Zain, 2008:10).

Berdasarkan kewenangan pemungutannya, di Indonesia pajak dapat dibagi

menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi, Pajak daerah adalah iuran wajib yang

dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung

yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pajak daerah merupakan pajak yang

ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (perda), yang

wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya

digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah, karena pemerintah

daerah di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu pemerintah provinsi dan pemerintah

Page 55: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

35

kabupaten/kota. Maka wewenang pemungutan nya di tetapkan oleh pemerintah

daerah masing-masing yang diatur dalam undang-undang.

Disamping pemungutan berbagai macam pajak, pemerintah masih dapat

kewenangan untuk melakukan berbagai pungutan lainnya, antara lain :

1. Retribusi, menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa

atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan kepada pemerintah

daerah. Jenis pos retribusi daerah dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

a. Retribusi Jasa Umum

i. Retribusi pelayanan kesehatan

ii. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan

iii. Retribusi penggantian biaya cetak kartyu tanda penduduk dan akta

catatan sipil

iv. Retribusi pelayanan pemakaman mayat

v. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum

vi. Retribusi pelayanan pasar

vii. Retribusi penngujian kendaraan bermotor

viii. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran

ix. Retribusi penggantian biaya cetak peta

x. Retribusi penyediaan dan atau penyedotan kakus

xi. Retribusi pengolahan limbah cair

xii. Retribusi pelayanan tera ulang

xiii. Retribusi pelayanan pendidikan

xiv. Retribusi pengendalian menara telekomunikasi

b. Retribusi Jasa Usaha

i. Retribusi pemakaian kekayaan daerah

ii. Retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan

iii. Retribusi tempat pelelangan

iv. Retribusi terminal

v. Retribusi tempat khusus parkir

Page 56: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

36

vi. Retribusi tempat penginapan/pesanggahan/villa

vii. Retribusi rumah potong hewan

viii. Retribusi pelayanan kepelabuhan

ix. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga

x. Retribusi penyebrangan di air

xi. Retribusi penjualan produksi usaha daerah

c. Retribusi Perijinan

i. Retribusi izin mendirikan bangunan

ii. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol

iii. Retribusi izin gangguan

iv. Retribusi izin trayek

v. Retribusi izin usaha perikanan

2. Sumbangan atau iuran yaitu pungutan yang dilakukan sehubungan

dengan sesuatu jasa atau fasilitas yang diberikan pemerintah secara langsung dan

nyata kepada sekelompok atau golongan pembayarnya atau golongan tertentu.

Misalnya : SWP3D (Sumbangan Wajib Pembangunan dan Pemeliharaan Prasarana

Daerah).

3. Cukai yaitu pungutan yang dikenakan atas barang-barang tertentu.

Misalnya : cukai terhadap tembakau, cukai gula, cukai bensin, cukai minuman

keras.

4. Bea Materai yaitu pajak yang dikenakan atas dokumen dengan

menggunakan benda materai ataupun cara lainnya (menggunakan mesin teraan

atau pemateraian kemudian).

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retbusi Daerah, berikut jenis-jenis Pajak Daerah :

Page 57: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

37

1. Pajak Provinsi terdiri dari :

a. Pajak Kendaraan Bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Air Permukaan

e. Pajak Rokok

2. Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas :

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

g. Pajak Parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan perkotaan; dan

k. BeaPerolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat dimaknai bahwa pajak

daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam undang-undang dan hasilnya

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah itu sendiri.

2.1.8. Sistem Pemungutan Pajak Daerah

Tata cara pemungutan pajak daerah atau sistem pemungutan pajak daerah

berdasarkan ketentuan dalam undang-undang pajak daerah yang menegaskan

mekanismenya sebagai berikut:

a. Pajak yang terutang dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah

Dalam mekanisme pertama, pajak dibayar oleh wajib pajak setelah ditetapkan

oleh kepala daerah melalui surat ketetapan pajak daerah atau dokumen lain yang

disamakan dengan itu. Mekanisme pertama tersebut dalam sistem pemungutan

Page 58: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

38

pajak dikenal sebagai official assessment system, yakni sistem pemungutan pajak

untuk menentukan besarnya pajak terutang ditentukan oleh fiskus/aparat pajak.

Wajib pajak bersifat pasif menunggu surat ketetapan pajak dari fiskus.

b. Pajak yang terutang dibayar sendiri oleh wajib pajak

Dalam mekanisme kedua pajak dibayar sendiri oleh wajib pajak, wajib pajak

mendaftarkan diri, menghitung, memperhitungkan, membayar/menyetor dan

melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang dengan surat pemberitahuan pajak

daerah. Dalam sistem pemungutan pajak, mekanisme ini dikenal sebagai self

assessment system, wajib pajak harus bersifat aktif dan fiskus bersifat pasif, yakni

hanya melakukan penyuluhan, pengawasan, dan pemeriksaan dalam rangka uji

kepatuhan dari laporan wajib pajak atas jumlah pajak yang terutang. Wajib pajak

diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan menggunakan surat

pemberitahuan pajak daerah. Apabila wajib pajak tidak melaksanakan

kewajibannya, maka dapat diterbitkan surat ketetapan pajak daerah kurang bayar

sebagai sarana untuk melakukan penagihan pajak yang terutang (Panca Kurniawan

dan Agus Purwanto, 2006:126).

2.1.9. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Dalam mengurus dan menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri,

propinsi/kabupaten/kota memiliki sumber-sumber pembiayaan. Menurut Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sumber-sumber

pembiayaan tersebut antara lain:

Page 59: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

39

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

1) Pajak Daerah;

2) Retribusi Daerah;

3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

4) Lain-lain PAD yang sah.

b. Dana Perimbangan

c. Pinjaman Daerah

d. Lain-lain Pendapatan daerah yang sah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber keuangan daerah

yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari pajak

daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

lain-lain PAD yang sah (Solihin dan Brajakusumah, 2004:169). Pendapatan Asli

Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan PAD pada dasarnya ditempuh

melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi adalah suatu tindakan atau

usaha-usaha untuk memperbesar penerimaan dengan cara melakukan pemungutan

yang lebih giat, ketat, dan teliti. Dalam upaya intensifikasi akan mencakup aspek

kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek personalianya (Halim, 2004:109).

Ekstensifikasi adalah usaha-usaha untuk menggali sumber-sumber PAD yang baru,

namun tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan PAD yang baik adalah pengelolaan PAD yang mampu

meningkatkan penerimaan daerah secara berkesinambungan seiring dengan

perkembangan perekonomian dan tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor

Page 60: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

40

produksi dan keadilan, sehingga setiap pungutan PAD perlu diadakan penilaian

penerimaan sesuai dengan kriteria hasil dan elastisitas, keadilan, efisiensi ekonomi,

kemampuan melaksanakannya, dan kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah.

Setiap daerah memiliki potensi PAD yang berbeda-beda. Potensi PAD adalah

kekuatan yang ada di suatu daerah untuk menghasilkan sejumlah penerimaan PAD.

Untuk mengetahui potensi sumber-sumber PAD dibutuhkan analisis perkembangan

beberapa variabel yang dapat mempengaruhi kekuatan sumber-sumber penerimaan

PAD. Variabel yang perlu di analisa adalah:

a. Kondisi awal suatu daerah. Keadaan struktur ekonomi dan sosial suatu daerah

b. Intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan PAD.

c. Perkembangan pendapatan perkapita riil

d. Pertumbuhan penduduk

e. Tingkat inflasi

f. Penyesuaian tarif

g. Pembangunan baru

h. Sumber pendapatan baru

i. Perubahan peraturan

2.1.10. Pengertian Pajak Air Tanah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau

pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah

atau batuan di bawah permukaan tanah. Objek pajak air tanah adalah Pengambilan

dan atau pemanfaatan air tanah yang digunakan oleh orang pribadi atau badan

untuk berbagai keperluan, antara lain konsumsi perusahaan, perkantoran dan

rumah tangga. Sedangkan untuk bukan objek pajak air tanah diantaranya (i)

Page 61: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

41

Pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga,

pengairan pertanian dan perikanan rakyat serta peribadatan, (ii) Pengambilan dan

atau pemanfaatan air tanah lainnya yang di atur dengan peraturan daerah. Misalnya

pengambilan air tanah dan atau air permukaan oleh pemerintah pusat dan

pemerintah daerah, serta untuk keperluan pemadaman kebakaran, tambak rakyat,

riset atau penelitian, dan sebagainya.

Subjek dan wajib pajak air tanah yaitu orang pribadi atau badan yang

melakukan pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah. Pemerintah

kabupaten/kota dapat melakukan pengaturan dan pemberian izin bagi orang atau

badan yang akan mengambil dan atau memanfaatkan air tanah untuk keperluan air

minum, rumah tangga, industri, peternakan, pertanian, irigasi, pertambangan,

usaha pekotaan, dan untuk kepentingan lainnya, hanya dapat dilaksanakan setelah

mendapat izin dari bupati/walikota. Izin tersebut adalah:

a. Izin pengeboran air tanah

b. Izin pemanfaatan air tanah

c. Izin pemanfaatan air tanah untuk sumur bor

d. Izin pemanfaatan air tanah untuk sumur pantek/pasak atau sumur gali.

Izin yang diberikan oleh bupati/walikota tidak dapat dipindahtangankan tanpa

persetujuan tertulis dari bupati/walikota dan perubahan izin harus dengan

persetujuan bupati/walikota. Permohonan untuk mendapatkan izin adalah

Disampaikan secara tertulis kepada bupati/walikota dalam jangka waktu tertentu

yang ditetapkan dan izin tersebut diberikan oleh bupati/walikota setelah hasil

Page 62: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

42

pemeriksaan laboratories kualitas air tanah berdasarkan kebutuhan yang

bersangkutan telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Peraturan daerah tentang izin pemanfaatan air tanah dapat menetapkan izin

pemanfaatan air tanah tidak diperlukan dalam hal pengambilan air dilakukan untuk

keperluan:

a. Air minum dan atau dasar rumah tangga

b. Penelitian dan atau penyelidikan yang dilakukan oleh instansi/lembaga

pemerintah atau swasta yang telah mendapat pengakuan pemerintah dengan

memberikan laporan penelitian kepada gubernur

c. Rumah ibadah, panti asuhan, dan bangunan sosial

Izin pemanfaatan air tanah dapat dicabut apabila:

a. Pemegang izin tidak melakukan kegiatan selama jangka waktu tertentu,

misalnya tiga bulan sejak izin dikeluarkan

b. Kualitas air tanah tidak memenuhi persyaratan

c. Pemegang izin tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam surat

izin

d. Bertentangan dengaan keperntingan umum dan atau mengganggu

keseimbangan air atau menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan hidup

e. Atas dasar permintaan pemegang izin

Dasar pengenaan pajak air tanah adalah nilai perolehan air tanah (NPAT).

Besarnya NPAT ditetapakan dengan peraturan bupati/walikota. NPAT dinyatakan

Page 63: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

43

dalam rupiah yang dihitung dengan mempertimbankan sebagian atau seluruh

faktor-faktor berikut:

a. Jenis sumber air

b. Lokasi sumber air

c. Tujuan pengambilan dan atau pemanfaatan air

d. Volume air yang diambil dan atau dimanfaatkan

e. Kualitas air

f. Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan atau

pemanfaatan air

Cara menghitung NPAT (Nilai Perolehan Air Tanah) adalah dengan

mengalikan volume air yang diambil dengan harga dasar air. Harga dasar air

ditetapkan secara periodik oleh bupati/walikota denga persetujuan DPRD dan

memperhatikan faktor-faktor diatas. Harga dasar air yang ditetapkan oleh

bupati/walikota dapat mengacu antara lain tarif air yang ditetapkan oleh

perusahaan daerah air minum (PDAM).

Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (Pasal 70 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009). Tarif yang digunakan dalam pajak air tanah yaitu

tarif progresif yang artinya tarif pajak akan semakin naik sebanding dengan

naiknya dasar pengenaan pajak. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan

keleluasaan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak yang

dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah kabupaten/kota. Dengan

demikian, setiap daerah kota/kabupaten diberi kewenangan untuk menetapkan

Page 64: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

44

besarnya tarif pajak yang mungkin berbeda dengan kota/kabupaten lainnya,

asalkan tidak lebih dari dua puluh persen. Contoh perhitungan pajak air tanah :

PABT = f x NPA

= f x { NPA = Q ( m3 ) x fn air x HDA) }

= 20% x { NPA = 2.400 x 6 x Rp.2.750) }

= 20% x Rp.39.600.000,00

PABT = Rp.7.920.000,00

Keterangan :

F = Tarif Pajak yang dikenakan

NPA = Nilai Perolehan Air

HDA = Harga Dasar Air

Q (m3) = Pemakaian Air

Fn Air = Faktor Nilai Air

Page 65: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

45

2.2. Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang analisis dan landasan teori yang ada, maka diperlukan

penelitian terdahulu sebagai pendukung bagi penelitian ini. Berkaitan dengan

pendapatan pajak air tanah terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya.

1. Cipta Wayan, Suwendra Wayan, dkk. (2014). Dalam penelitiannya mengkaji

tentang Analisis Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Berdasarkan Value

For Money Audit Atas Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2007-

2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja pada Dinas Pendapatan

Daerah Kabupaten Buleleng berdasarkan nilai untuk uang yang merupakan konsep

pengelolaan organisasi sektor publik yang didasarkan pada tiga elemen utama

yaitu: (i) ekonomi, (ii) efisiensi, dan (iii) efektivitas. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kuantitatif yang difokuskan pada kinerja dalam memungut

PAD.

a) Secara total kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng berada pada

kategori sangat baik. Hal ini disebabkan karena pada rasio ekonomi berada

pada kategori sangat ekonomis, rasio efisiensi berada pada kriteria cukup

efisien, dan pada rasio efektivitas.

b) Pada rasio efisiensi berada pada kriteria cukup efisien. Dispenda Kabupaten

Buleleng belum menggunakan sumber dana yang ada untuk memenuhi kriteria

efisiensi.

Page 66: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

46

c) Pada rasio efektivitas berada pada kriteria sangat efektif. Dari hasil penelitian

dapat diketahui bahwa target penerimaan PAD dan realisasi penerimaan PAD

dari tahun 2007-2011 terus mengalami peningkatan dari tahun 2007-2011

persentase efektivitas tergolong sangat efektif karena realisasi penerimaan

PAD dapat melampaui target yang telah ditetapkan.

2. Lestari Hesti, Suwitri Sri, dkk. (2014). Dalam penelitiannya mengkaji tentang

Implementasi Kebijakan Pajak Air Tanah di Kota Tegal (Kajian Perda Nomor 2

tahun 2011 Tentang Pajak Air Tanah). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan

bagaimana kebijakan pajak manajemen pelaksanaan air tanah di Tegal dan

mengidentifikasi aspek-aspek yang mendukung dan menghambat pelaksanaan

kebijakan pajak air tanah yang dikelola oleh DPPKAD Tegal dan diharapkan

menjadi masukan untuk menerapkan kebijakan ini. Adapun hasil penelitiannya

sebagai berikut :

a) Studi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Pajak air tanah sudah baik terbukti

dengan keberhasilan pencapaian pendapatan pajak air tanah, tetapi ada

beberapa kendala dalam pelaksanaannya.

b) Banyak faktor penghambat yang mempengaruhi pelaksanaan pemungutan

pajak air tanah, ada anggaran yang terbatas, namun Tingkat komprehensif

kesadaran oleh wajib pajak, dan kurangnya partisipasi wajib pajak dan

kurangnya sosialisasi karena DPPKAD tidak pernah mengadakan sosialisasi

formal.

Page 67: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

47

3. South, M.P (2013), dalam penelitiannya mengkaji tentang Kinerja Dinas

Pendapatan Daerah dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah di Kota Bitung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja dari pemerintah daerah

dalam pengelolaan pendapatan asli daerah. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kualitatif, yaitu mengumpulkan dan mengolah data. Adapun hasil

penelitian sebagai berikut :

a) Hasil penelitian dengan menggunakan rasio efektifitas, pendapatan asli daerah

kota Bitung terus mengalami peningkatan.

b) Hasil penelitian dengan menggunakan rasio efisiensi, anggaran yang

dikeluarkan oleh pemerintah untuk memungut pendapatan asli daerah masih

terlalu besar.

c) Secara umum Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Bitung yang diukur dari

kinerja keuangan selama 5 tahun terakhir menggunakan Rasio Efektifitas

adalah baik dan menggunakan Rasio Efisiensi, belum efisien.

Page 68: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

48

2.3. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alat berfikir peneliti dalam penelitian. Dari Teori-

teori diatas peneliti menyimpulkan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dapat

dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan

wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan

organisasi, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja di

dalam suatu organisasi dilakukan oleh segenap sumber daya manusia dan sumber daya

non manusia yang ada dalam organisasi tersebut, serta terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Selain itu juga dibutuhkan strategi-strategi atau tindakan yang

tepat untuk mencapai kinerja yang baik agar tidak terjadi tumpang tindih atau tidak

seimbang beban kerja yang ditanggung sehingga menyebabkan kinerja organisasi

menjadi rendah dan lambat dalam pelaksanaan operasional. Untuk mengukur Kinerja

Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah, peneliti menggunakan wajib pajak air tanah

untuk mendukung pencapaian jawaban yang terbaik atas Kinerja Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah tersebut.

Masalah yang saat ini dirasakan yaitu Pemuktahiran dan pendokumentasian data

wajib pajak air tanah belum dilakukan secara optimal. Lemahnya kinerja DPKD dalam

melakukan pengawasan terhadap wajib pajak air tanah. Dan masih kurangnya

pemantauan langsung dan pembinaan terhadap perilaku wajib pajak air tanah.

Dari berbagai masalah diatas, maka dibutuhkan Kinerja Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah yang maksimal dalam menangani pendapatan pajak air tanah di

Page 69: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

49

Kota Serang tahun 2011-2013. Dibawah ini terdapat beberapa poin yang menjadi

titik acuan untuk mengetahui Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dengan

menggunakan indikator kinerja menurut Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(AKIP), dalam Moeheriono (2009:82) indikator kinerja dapat dilihat dari :

1. Indikator masukan (inputs), yaitu ukuran tingkat pengaruh sosial ekonomi,

lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian

indikator kinerja dalam suatu kegiatan.

2. Indikator keluaran (outputs), yaitu kegunaan suatu keluaran (outputs) yang

dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang

dapat diakses atau dinikmati oleh publik.

3. Indikator hasil (outcomes), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (outcomes) yang

merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi

kebutuhan dan harapan masyarakat.

4. Indikator manfaat (benefits), yaitu segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan

nonfisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program

berdasarkan masukan yang digunakan.

5. Indikator dampak (impacts), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka

menghasilkan output.

Dari kelima indikator Kinerja Organisasi diatas diharapkan dapat memberikan

output yang positif bagi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah.

Untuk mengetahui bagaimana alur berfikir peneliti dalam menjelaskan

permasalahan penelitian, maka dibuatlah kerangka berfikir sebagai berikut:

Page 70: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

50

Sumber : Peneliti, 2015

2.4. Hipotesis Penelitian

Secara etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu kata hypo dan kata

thesis. Hypo berarti kurang dan thesis adalah pendapat. Jadi, hipotesis merupakan

sebagai kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan

dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian. Selain itu juga,

hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir

Masalah dalam Penanganan

Pendapatan Pajak Air Tanah :

1. Pemuktahiran dan

pendokumentasian data wajib pajak

air tanah belum dilakukan secara

optimal 2. Lemahnya kinerja DPKD dalam

melakukan pengawasan terhadap

wajib pajak air tanah 3. Masih kurangnya pemantauan

langsung dan pembinaan terhadap

perilaku wajib pajak air tanah

Output

Terciptanya Kinerja

Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah

yang baik

Indikator Kinerja

menurt Akuntabilitas

Kinerja Instansi

Pemerintah (AKIP),

dalam Moeheriono

(2009;82) :

1. Indikator Masukan

(input)

2. Indikator Pengeluaran

(output)

3. Indikator Hasil

(outcomes)

4. Indikator Manfaat

(benerfit)

5. Indikator dampak

(impact)

Page 71: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

51

rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data (Sugiyono, 2008:64).

Ada beberapa pembagian jenis hipotesis pada penelitian yaitu Hipotesis nol (Ho),

Hipotesis alternatif (Ha), dan Hipotesis kerja (Hk). Ketiga jenis hipotesis ini dijelaskan

sebagai berikut :

a. Hipotesis nol (Ho) disebut juga dengan Hipotesis statistik yaitu hipotesis

yang diuji dengan statistik. Hipotesis ini mempunyai bentuk dasar yang

menyatakan tidak ada hubungan antara variabel X dan Variabel Y yang akan

diteliti.

b. Hipotesis alternatif (Ha) yaitu apabila ternyata pada suatu penelitian,

hipotesis nol ditolak. Hipotesis ini menyatakan ada hubungan, yang berarti

ada signifikansi hubungan antara variabel independen (X) dan variabel

dependen (Y).

c. Hipotesis kerja (Hk) adalah hipotesis spesifik yang dibangun berdasarkan

masalah-masalah khusus yang akan diuji. Hipotesis kerja ini digunakan

untuk mempertegas Hipotesis nol (Ho) atau Hipotesis alternatif (Ha) dalam

pernyataan yang lebih spesifik pada indikator tertentu dari variabel yang

dihipotesiskan (Burhan, 2009:79-81).

Peneliti merumuskan hipotesis berdasarkan pengamatan dilapangan,

pengumpulan data di lapangan, landasan teori yang digunakan sebagai dasar

Page 72: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

52

argumentasi. Hipotesis menggambarkan keyakinan peneliti tentang jawaban dari

masalah yang akan ditelitinya. Dengan hipotesis, penelitian menjadi jelas arah

pengujiannya dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan

penelitian di lapangan, baik sebagai objek pengujian maupun pengumpulan data

(Burhan, 2009:75).

Uji hipotesa dilakukan dengan berbagai macam uji statistik yang pada dasarnya

menerima atau menolak Ho. jika Ho diterima maka hipotesa peneliti benar, sedangkan

jika Ho ditolak maka hipotesa peneliti ditolak dan Ha yang diterima.

Berdasarkan latar belakang masalah yang diperoleh dari observasi peneliti dan

pengumpulan data di lapangan, serta berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka

peneliti dapat merumuskan Hipotesis nol (Ho) dalam penelitian ini, yaitu :

1. Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Serang dikatakan berhasil

apabila lebih kecil atau sama dengan 65%. Hipotesis nol dalam bentuk statistik

dapat ditulis sebagai berikut :

H0: µ ≤ 65%

2. Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Serang dikatakan kurang

berhasil apabila mencapai angka diatas 65%. Hipotesis alternatif dalam bentuk

statistik dapat ditulis sebagai berikut :

Ha: µ > 65%

Page 73: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan atau Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya adalah merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode Penelitian yang

digunakan dalam Penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif, sesuai

dengan rumusan masalah yang bersifat deskriptif. Metode penelitian kuantitatif dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan

sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012:7).

Selain itu, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang benar-benar hanya

memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan atau

wilayah tertentu. Data yang terkumpul diklasifikasikan atau dikelompok-

kelompokkan menurut jenis, sifat dan kondisinya. Sesudah datanya lengkap,

kemudian dibuat kesimpulan (Arikunto, 2010:3).

53

Page 74: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

54

3.2. Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Fokus pada penelitian ini adalah Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah

dalam Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013.

Fokus penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan penelitian yang

sedang dilakukan. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan salah satu SKPD

yang berada di Kota Serang Provinsi Banten dan memiliki fungsi sebagai pelaksana

urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang pengelolaan keuangan dan

pendapatan. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dibentuk bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat akan jasa dan layanan publik demi kesejahteraan daerahnya.

Fokus penelitian harus diungkapkan secara eksplisit untuk mempermudah peneliti

sebelum melaksanakan observasi. Fokus penelitian adalah garis besar dari penelitian,

jadi observasi serta analisa hasil penelitian akan lebih terarah. Dalam penelitian

kuantitatif, peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel.

Pembatasan dalam penelitian kuantitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan,

urgensi, dan feasibilitas yang akan dipecahkan, selain itu juga faktor keterbatasan

tenaga, dana dan waktu (Sugiyono, 2008:207).

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini diteliti pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota

Serang dengan alamat Jalan Jenderal Sudirman No. 5 Kota Serang-Banten.

Page 75: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

55

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Definisi Konsep

Definisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Indikator masukan (inputs), yaitu ukuran tingkat pengaruh sosial ekonomi,

lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian

indikator kinerja dalam suatu kegiatan.

2. Indikator keluaran (outputs), yaitu kegunaan suatu keluaran (outputs) yang

dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang

dapat diakses atau dinikmati oleh publik.

3. Indikator hasil (outcomes), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (outcomes) yang

merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi

kebutuhan dan harapan masyarakat.

4. Indikator manfaat (benefits), yaitu segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik

dan nonfisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan

program berdasarkan masukan yang digunakan.

5. Indikator dampak (impacts), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka

menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu

dan teknologi.

Page 76: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

56

3.4.2. Definisi Operasional

Berdasarkan teori yang melandasi dan definisi konsep yang telah

dibuat, maka dirumuskan suatu variabel penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Indikator Sub-Indikator No. Item

Instrumen

Kinerja Dinas

Pengelolaan

Keuangan Daerah

dalam Menangani

Pendapatan Pajak

Air Tanah di Kota

Serang Tahun 2011-

2013

Indikator

masukan

(inputs)

a. Anggaran

b. SDM

c. Sarana prasarana

d. Waktu

e. Informasi

1,2,3

4,5

6,7

8,9

10,11

Indikator

keluaran

(outputs)

a. Tepat Waktu

b. Tepat Sasaran

12,13,14

15,16,17

Indikator hasil

(outcomes)

a. Kualitas layanan

b. Produktivitas

pegawai.

18,19

20,21,22

Indikator

manfaat

(benefits)

a. Kepuasan

masyarakat

b. Partisipasi

masyarakat.

23,24

25,26

Indikator

dampak

(impacts)

a. Dampak Positif

b. Dampak Negatif

27,28,

29,30

Sumber : Peneliti, 2015

Page 77: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

57

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berupa angket dengan jumlah variabel sebanyak 1 variabel, dan menggunakan skala

likert dalam pengukuran jawaban dari responden. Variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai

titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau

pertanyaan. Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai

gradasi sangat positif sampai sangat negatif yang berupa kata-kata antara lain seperti :

Tabel 3.2

Skoring / Nilai

Pilihan Jawaban Skor

Sangat Setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

4

3

2

1

Sumber : Sugiyono, 2012

3.5.1. Uji Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas

3.5.1.1. Uji Validitas

Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.

Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan

Page 78: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

58

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2007:137). Maka dari

itu untuk menguji instrument penelitian ini agar data yang didapat valid,

peneliti menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan bantuan

perangkat lunak Statistic Program For Social Science (SPSS) 16.

Uji validitas digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Kevaliditasan instrumen menggambarkan bahwa suatu instrumen

benar-benar mampu mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam

penelitian serta mampu menunjukkan tingkat kesesuaian antar konsep dan hasil

penelitian.

Rumus uji validitas ini adalah :

Dimana :

r = Koefisien Korelasi Product Moment

∑Х = Jumlah skor dalam sebaran X

∑Y = Jumlah skor dalam sebaran Y

∑ХY = Jumlah hasil skor X dan Y yang berpasangan

∑Х² = Jumlah skor yang di kuadratkan dalam sebaran X

∑Y² = Jumlah skor yang di kuadratkan dalam sebaran Y

N = Jumlah sampel

Page 79: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

59

Nilai Validitas yang diperoleh kemudian ditafsirkan kedalam kriteria seperti

pada tabel 3.3. berikut :

Tabel 3.3.

Kriteria Penilaian Validitas Butir Soal

(Arikunto, 2010:319)

3.5.1.2. Uji Reliabilitas

Tahap selanjutnya adalah uji reliabilitas. Hasil penelitian dikatakan

reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Instrumen

yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk

mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,

2007:137). Pendekatan yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah pendekatan

reliabilitas konsistensi internal. Adapun teknik yang digunakan untuk

mengukur konsistensi internal adalah Cronbach’s Alpha. Variabel dikatakan

reliabel jika nila alphanya lebih dari 0,60. Dengan dilakukannya uji reliabilitas

maka akan menghasilkan suatu instrumen yang benar-benar tepat atau akurat

dan mantap. Pengujian relliabilitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan

bantuan perangkat lunak Statistic Program For Social Science (SPSS) 16.

Rumus Alpha Cronbach’s adalah sebagai berikut :

Koefisien Korelasi Klasifikasi Keputusan

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi Valid

0,60 – 0,80 Tinggi Valid

0,40 – 0,60 Cukup Valid

0,20 – 0,40 Rendah Tidak Valid

0,00 – 0,20 Sangat Rendah Tidak Valid

Page 80: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

60

Dimana :

r11 = Koefisien reliabilitas

k = Jumlah item pertanyaan

∑σt2 = Variasi butir

σt2 = Varians Total

Kriteria acuan untuk reliabilitas menggunakan kriteria nilai reliabilitas pada

tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4.

Kriteria Acuan Reliabilitas Butir Soal

(Arikunto, 2010:75)

3.5.1.3. Uji Normalitas

Guna memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data hasil

penelitian, normalitas data digunakan untuk menjaga ketetapan metode statistik

yang digunakan, Karena apabila data yang dihasilkan tidak normal, maka

statistika yang digunakan adalah statistika non parametric sedangkan apabila

data yang dihasilkan adalah normal maka statistika yang digunakan adalah

statistic parametric.

Koefisien Korelasi Klasifikasi Keputusan

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi Reliabel

0,60 – 0,80 Tinggi Reliabel

0,40 – 0,60 Cukup Reliabel

0,20 – 0,40 Rendah Tidak Reliabel

0,00 – 0,20 Sangat Rendah Tidak Reliabel

Page 81: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

61

3.5.2. Jenis dan Sumber Data

3.5.2.1. Jenis Data

1. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh peneliti melalui kuesioner

(angket), wawancara (interview), dan observasi (pengamatan).

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua, yang dapat

berbentuk buku-buku ilmiah, dokumen administrasi, atau bahan lain yang

sudah merupakan data hasil olahan yang digunakan sebagai data awal

maupun data pendukung dalam penelitian.

3.5.2.2. Sumber Data

1. Responden yaitu Daftar Wajib Pajak Air Tanah Kota Serang yang

dilibatkan secara langsung di dalam kegiatan penelitian ini, untuk

memperoleh gambaran atau materi yang dijadikan objek penelitian.

2. Literatur, yaitu data kepustakaan yang memiliki hubungan dengan

penelitian.

3.5.3. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2012:137) berdasarkan teknik pengumpulan data

penelitian kuantitatif dapat dilakukan dengan cara:

1. Kuesioner / Angket

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab

Page 82: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

62

dengan alternatif jawaban yang telah tersedia. Sehingga responden tinggal memilih

jawaban yang sesuai dengan aspirasi, persepsi, sikap, keadaan, atau pendapat

pribadinya. Data yang akan diperoleh akan lebih efisien apabila peneliti tahu

dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan.

2. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data diperoleh melalui pengumpulan peraturan, Undang-

Undang, Laporan-laporan, catatan serta dokumen-dokumen yang relevan

mengenai masalah penelitian ini.

3. Studi Literatur atau Studi Kepustakaan

Pengumpulan data diperoleh dari berbagai referensi yang relevan mengenai

penelitian ini berdasarkan teks books maupun jurnal ilmiah.

4. Pengamatan/observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung

terhadap objek yang diteliti.

Alat pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Kuesioner: untuk memperoleh informasi yang bersifat rahasia dari

responden dengan memberikan seperangkat pernyataan

tertulis untuk dijawab.

Page 83: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

63

b. Buku catatan penelitian : untuk mencatat setiap percakapan dengan sumber

data pada saat wawancara dengan sumber data dan mencatat perkembangan

penelitian di lapangan.

c. Tape recorder : untuk merekam semua percakapan karena jika hanya

mencatat dengan buku catatan, peneliti sulit mendapatkan informasi secara

lengkap.

d. Camera : untuk memotret kegiatan yang berkaitan dengan penelitian, Hal

ini dimaksudkan untuk meningkatkan keasbsahan penelitian.

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1. Populasi

Populasi berasal dari kata bahasa Inggris Population, yang berarti jumlah

penduduk. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:80).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Wajib Pajak Air Tanah di Kota

Serang, dengan jumlah 200 Wajib Pajak Air Tanah yang memiliki badan hukum

(Laporan Rekapitulasi Perusahaan Pengguna/Pemakai Air Tanah di Kota Serang

Tahun 2014, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten).

Page 84: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

64

3.6.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2008:81). Sedangkan teknik sampling

adalah merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan

sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik sampling yang

digunakan oleh peneliti adalah probability Sampling.

Menurut Sugiyono (2008:84) probability Sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian

ini jenis teknik sampling yang digunakan adalah dengan menggunakan Cluster

Sampling (Sampel Klaster) karena pengambilan anggota sampel dari populasi

dilakukan secara acak yang bersifat kelompok bukan individual karena dilihat dari

kategori responden yang berasal dari 6 kecamatan, terdiri dari Kecamatan Curug,

Kasemen, Serang, Cipocok Jaya, Taktakan, dan Walantaka. Jadi, dari populasi

wajib pajak air tanah yang berjumlah 200 responden (Laporan Rekapitulasi

Perusahaan Pengguna/Pemakai Air Tanah di Kota Serang Tahun 2014, Dinas

Pertambangan dan Energi Provinsi Banten) akan diambil 67 responden untuk

dijadikan sampel yaitu dengan menggunakan Rumus Taro Yamane dalam

Riduwan (2007:65) ,

Page 85: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

65

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d² = Tingkat Presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 90 %)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

Berikut ini tabel penentuan jumlah sampel dengan menggunakan teknik Cluster

Sampling :

Tabel 3.5.

Penentuan Teknik Sampling (Cluster Sampling)

No Kecamatan Jumlah Populasi

Cara hitung

penentuan

sampel

Jumlah Sampel

1 Serang 101 101 x 67

200 34

2 Curug 36 36 x 67

200 12

3 Walantaka 5 5 x 67

200 2

4 Kasemen 3 3 x 67

200 1

5 Taktakan 21 21 x 67

200 7

6 Cipocok Jaya 34 34 x 67

200 11

Jumlah Wajib Pajak Air

Tanah 200

67

Page 86: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

66

Berdasarkan tabel 3.3. diatas, dapat diketahui bahwa untuk penentuan

teknik sampling yaitu teknik Cluster Sampling, peneliti mengambil jumlah sampel

yang telah dihitung dari jumlah populasi masing-masing kecamatan dikali dengan

hasil hitung rumus Taro Yamane dibagi jumlah populasi keseluruhan. Kemudian,

seluruh jumlah sampel tersebut akan diambil secara acak oleh peneliti dengan cara

sistem Random Sampling. Dimana, peneliti nantinya akan turun ke lapangan

langsung dan membagi kuesioner kepada masing-masing responden pajak air

tanah yang berasal dari berbagai kecamatan yang berbeda diantaranya kecamatan

Serang terdapat 34 Responden, Curug 12 Responden, Walantaka 2 Responden,

Kasemen 1 Responden, Taktakan 7 Responden, dan Cipocok Jaya 11 Responden.

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data dikumpulkan maka tahap selanjutnya adalah pengolahan data.

Tahap ini merupakan tahap yang sangat penting dan menentukan. Pada tahap ini

data diolah sedemikian rupa sehingga berhasil disimpulkan kebenaran-kebenaran

yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam

penelitian. Teknik pengolahan data dalam Bungin (2009:165-168) tersebut

mennggunakan cara sebagai berikut :

1. Editing data, adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai

menghimpun data dilapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena

kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadang kala belum memenuhi

Page 87: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

67

harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang tindih,

berlebihan akan terlupakan. Oleh karena itu, keadaan tersebut harus diperbaiki

melalui editing ini. Proses editing dimulai dengan memberi identitas pada

instrument penelitian yang telah terjawab. Kemudian memeriksa satu persatu

lembaran instrument dan poin yang janggal tersebut.

2. Coding data, setelah tahap editing selesai dilakukan, kegiatan berikutnya

adalah mengklasifikasi data-data tersebut melalui tahap koding. Maksudnya

bahwa data yang telah diedit tersebut diberi identitas sehingga memiliki arti

tertentu pada saat dianalisis, kemudian diberi skor dengan menggunakan skala

Likert.

3. Tabulating data, adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan

mengatur angka-angka serta menghitungnya. Penyusunan data dalam tabel-

tabel yang mudah dibaca dan tabel tersebut disiapkan untuk dianalisis. Setelah

pengolahan data dilakukan, tahap selanjutnya adalah analisis data. Dimana

analisis itu dilakukan untuk membahas masalah yang terdapat dalam masalah.

Analisis data dilakukan dalam usaha untuk menyederhanakan data yang di

dapat agar mudah dipahami oleh pembaca. Metode analisis yang digunakan

oleh peneliti adalah metode penelitian kuantitatif. Kegiatan dalam analisis data

adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dari jenis responden,

mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data

dari setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab

Page 88: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

68

rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang

telah diajukan. Berikut merupakan rumus pengujian hipotesis deskriptif yang

diajukan dalam penelitian ini menggunakan rumus T-Test (Uji T) sebagai

berikut :

Keterangan :

t = Nilai t yang dihitung

= Nilai Rata-rata

µ˳ = Nilai yang dihipotesiskan

s = Simpangan baku sampel

n = Jumlah anggota sampel

3.8. Jadwal Penelitian

3.8. Jadwal Kegiatan Penelitian

Jadwal kegiatan di dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Sumber : Sugiyono 2007: 207

Page 89: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

69

Tabel 3.6.

Sumber : Peneliti, 2015

No Kegiatan

Waktu Pelaksanaan

Tahun 2014-2015

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des Jan

1 Pengajuan Judul

Skripsi

2 Observasi Awal

3 Penyusunan

Proposal

4

Bimbingan dan

Perbaikan

Proposal

5

Seminar

Proposal

6 Revisi Proposal

7

Penyusunan

Bab IV

8

Penyebaran

Kuesioner

9

Penyusunan

Hasil Penelitian

10 Sidang Skripsi

Waktu Kegiatan

Page 90: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

70

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Deskripsi Kota Serang

Kota Serang Merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Banten. Kota

Serang terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan

pada tanggal 10 bulan Agustus tahun 2007 dan diresmikan menjadi Kota Serang pada

tanggal 10 November tahun 2007. Kota Serang mempunyai kedudukan sebagai pusat

pemerintahan provinsi Banten, juga sebagai daerah alternative dan penyangga (hinterland)

Ibukota Negara. Secara administratif Kota Serang yang merupakan Ibukota Provinsi

Banten memiliki total luas wilayah sebesar 266,74 Km2. Luas wilayah tersebut terbagi

atas 20 kelurahan dan 46 desa, yang termasuk dalam 6 (enam) Kecamatan, yakni

Kecamatan Serang, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Curug, Kecamatan Walantaka,

Kecamatan Taktakan dan Kecamatan Kasemen. Secara geografis batas-batas wilayah

Kota Serang adalah sebagai berikut :

a. Batas Utara : Teluk Banten

b. Batas Selatan : Cikeusal, Petir dan Baros Kabupaten Serang

c. Batas Timur : Pontang, Ciruas, dan Kragilan Kabupaten Serang

d. Batas Barat : Pabuaran, Waringin Kurung, dan Kramatwatu Kabupaten

Serang

70

Page 91: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

71

Gambar 4.1

Peta Kota Serang

Sumber: Profil Kota Serang

Jumlah penduduk Kota Serang tahun 2013 adalah 317.501 jiwa dan tahun 2014

adalah 631.101 jiwa. Jumlah ini terus bertambah seiring dengan berkembangnya Kota

Serang, dimana sebagian besar penduduknya mendiami daerah perkotaan. Selain itu,

kepadatan penduduk di Kota Serang terbilang cukup tinggi, yang rata-rata mencapai 2.365

jiwa per km2

yaitu pada tahun 2014 Kecamatan Serang merupakan kepadatan penduduk

paling tinggi sementara Kecamatan Curug merupakan kepadatan penduduk paling rendah .

Sejak berdiri sebagai daerah otonom, Kota Serang terus tumbuh dan berkembang secara

dinamis, termasuk pada aspek kesejahteraan yang terus meningkat. Berdasarkan data BPS

pertumbuhan ekonomi Kota Serang tahun 2014 mencapai angka diatas 6,46%, yang

berarti berhasil mencapai pertumbuhan di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi

yang hanya pada kisaran 5%. Pertumbuhan ekonomi tersebut banyak dikontribusi oleh

sektor tersier, khususnya sektor jasa-jasa yang dalam kurun waktu lima tahun terakhir

rata-rata berkontribusi sebesar 25,14%, diikuti dengan perdagangan, hotel dan restoran

yang kontribusinya rata-rata mencapai 23,16%, serta bangunan yang mencapai 21,17%

Page 92: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

72

dari rata-rata nilai total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2008-2014.

Sementara sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memberikan kontribusi

sekitar 10,14%,diikuti dengan sektor pertanian sebesar 8,06%, transportasi dan

komunikasi sebesar 6,42%, industri pengolahan sebesar 4,33% listrik, gas dan air bersih

sebesar 1,57% serta pertambangan dan galian sebesar 0,02%.

4.1.2. Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah

Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah lahir sebagai konsekwensi pelaksanaan

otonomi daerah dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008

Tentang Pemerintah Daerah, dimana dalam salah satu pasalnya mengisyaratkan adanya

kewenangan pelaksanaan manajemen keuangan daerah di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Awalnya, lembaga yang menangani pendapatan daerah merupakan Dinas Pendapatan

Daerah Kota Serang, sedangkan lembaga pengelola keuangan daerah merupakan bagian

keuangan pada Sekretariat Daerah Kota Serang. Atas dasar Peraturan Pemerintah Nomor

8 Tahun 2003 tentang pedoman Organisasi Perangkat Daerah dan ditindaklanjuti dengan

Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 2 Tahun 2007, tentang Pembentukan Organisasi

dan Tata Kerja Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Serang, sebagai implementasi

dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

dan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman Pengelolaan

Keuangan maka disatukanlah kedua lembaga itu menjadi Dinas Pengelolaan Keuangan

Daerah.

Page 93: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

73

Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah dan ditindaklanjuti oleh Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 7 Tahun

2008, tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kota Keuangan Daerah dibentuk

menjadi lembaga baru dengan nama Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah.

4.1.2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi DPKD

Terbentuknya Dinas Pengelolaan Keuangan Kota Serang sebagai Satuan Kerja

Perangkat Daerah berdasarkan Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 14 Tahun 2011

Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Pemerintah Kota Serang Nomor 9 Tahun

2008, Tentang Pembentukan dan Penyusunan Susunan Organisasi Lembaga Teknis

Daerah Kota Serang. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Serang sebagai

lembaga pengelolaan keuangan lingkup pemerintahan Kota Serang menyusun program

pengelolaan sekaligus koordinator pendapatan daerah melaksanakan kegiatan mulai dari

Perencanaan, pelaksanaan hingga pelaporan yang berorientasi kepada hasil yang akan

dicapai.

a. Kedudukan

Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Serang adalah Perangkat

Daerah/Institusi yang membantu Walikota dalam rangka melaksanakan manajemen

keuangan daerah. Adapun yang menjadi dasar dibentuknya Dinas Pengelolaan Keuangan

Daerah (DPKD) Kota Serang adalah Peraturan Daerah Serang Nomor 9 Tahun 2008

tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Serang dan Peraturan

Daerah Pemerintah Kota Serang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua atas

Page 94: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

74

Peraturan Daerah Pemerintah Kota Serang Nomor 9 Tahun 2008, Tentang Pembentukan

dan Penyusunan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Serang.

b. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok dan fungsi berdasarkan Peraturan Walikota Serang Nomor 32 Tahun

2013 Tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Dinas Pengelolaan Keuangan

Daerah Kota Serang adalah sebagai berikut :

1. Tugas Pokok

Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan

pemerintahan daerah bidang pengelolaan keuangan dan pendapatan berdasarkan asas

otonomi dan tugas pembantuan.

2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugasnya, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah

menyelenggarakan fungsi :

a) Penyusunan Perencanaan bidang pengelolaan keuangan dan pendapatan;

b) Perumusan kebijakan teknis bidang pengelolaan dan pendapatan;

c) Pelaksanaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang pengelolaan

keuangan dan pendapatan;

d) Pembinaan, koordinasi, pengendalian dan fasilitasi pelaksanaan kegiatan

bidang keuangan dan pendapatan;

e) Pelaksanaan kegiatan penatausahaan Dinas;

f) Pembinaan terhadap Unit Pelaksanaan Teknis Dinas;

g) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan

fungsinya;

Page 95: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

75

4.1.2.2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi DPKD sesuai Peraturan Daerah Pemerintah Kota

Serang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah

Pemerintah Kota Serang Nomor 9 Tahun 2008, Tentang Pembentukan dan Susunan

Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Serang, sebagai berikut:

Gambar 4.2.

Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD)

Kota Serang

KUPT PBB P2

KECAMATAN

CIPOCOK JAYA

KUPT PBB P2

KECAMATAN

CIPOCOK

SERANG

UNIT

PELAKSANA

TEKNIS (UPT)

KASUBAG UMUM

DAN

KEPEGAWAIAN

KASUBAG

KEUANGAN

KASUBAG

PROGRAM DAN

PELAPORAN

KEPALA DINAS

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

SEKRETARIS

KABID

ANGGARAN

KABID

AKUNTANSI

KABID

PERBENDAHARAA

N

KABID

PENDAPATAN

DAERAH NON

PBB P2 DAN

BPHTB

KABID

PENDAPATAN

DAERAH PBB P2

DAN BPHTB

KASI PERUMUSAN

KEBIJAKAN

KASI PENYUSUNAN

ANGGARAN

KASI EVALUASI &

DOKUMENTASI

ANGGARAN

KASI KAS DAERAH

KASI BELANJA

TIDAK LANGSUNG

KASI BELANJA

LANGSUNG &

PEMBAYARAN

KASI DANA

PERIMBANGAN,

RETRIBUSI &

LAIN-LAIN

KASI

PENETAPAN &

PENAGIHAN

KASI

PENDATAAN,

PENDAFTARAN

& PENILAIAN

KASI PELAPORAN

KASI AKUNTASI

PENGELUARAN

KASI AKUNTASI

PENERIMAAN KASI PENDATAAN

DAN PENILAIAN

KASI PENETAPAN

DAN PENAGIHAN

KASI PELAYANAN

PBB P2

Page 96: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

76

4.1.2.3. Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi DPKD Kota

Serang

a) Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, mengatur,

mengendalikan dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan penyelenggaraan

urusan daerah yang berkenaan dengan Pengelolaan Keuangan Daerah.

b) Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang mempunyai tugas pokok

membantu Kepala Dinas dalam pengkoordinasian pelaksanaan kebijakan

penyelenggaraan tugas dan fungsi dinas serta menyelenggarakan kegiatan

di bidang administrasi umum, keuangan, kepegawaian, dan program,

evaluasi dan pelaporan.

c) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala Sub

Bagian yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan

fungsi secretariat di bidang administrasi umum dan administrasi

kepegawaian.

d) Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan fungsi

secretariat di bidang administrasi keuangan.

Page 97: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

77

e) Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan

Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan dipimpin oleh seorang kepala

sub bagian yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan

fungsi Sekretariat di bidang Program, Evaluasi dan Pelaporan.

f) Bidang Anggaran

Bidang Anggaran dipimpin oleh Seorang Kepala Bidang yang mempunyai

tugas pokok memimpin, merencanakan, mengatur dan mengendalikan

kegiatan penyelenggaraan sebagian tugas Dinas dalam lingkup penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

g) Seksi Perumusan Kebijakan Anggaran

Seksi Perumusan Kebijakan Anggaran dipimpin oleh Seorang Kepala Seksi

yang mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan

sebagian tugas Bidang Anggaran yang berkenaan dengan perumusan

kebijakan penyusunan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah serta Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

h) Seksi Penyusunan Anggaran

Seksi Penyusunan Anggaran dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang

mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian

tugas Bidang Anggaran yang berkenaan dengan penyusunan Rancangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah serta Rancangan tentang

Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Page 98: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

78

i) Seksi Evaluasi dan Dokumentasi Anggaran

Seksi Evaluasi dan Dokumentasi Anggaran dipimpin oleh seorang Kepala

Seksi yang mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan

sebagian tugas Bidang Anggaran yang berkenaan dengan evaluasi atas

laporan keuangan dan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah.

j) Bidang Akuntansi

Bidang Akuntansi dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai

tugas pokok memimpin, merencanakan, mengatur dan mengendalikan

kegiatan penyelenggaraan sebagaian tugas Dinas dalam lingkup penelitian

terhadap permintaan pembayaran atas beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah.

k) Seksi Pelaporan

Seksi pelaporan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai

tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas Bidang

Akuntansi yang berkenaan dengan pelaksanaan.

l) Bidang Perbendaharaan

Bidang Perbendaharaan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang

mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, mengatur, dan

mengendalikan kegiatan penyelenggaraan sebagian tugas Dinas dalam

lingkup Perbendaharaan.

Page 99: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

79

m) Seksi Belanja Langsung dan Pembiayaan

Seksi Belanja Langsung dan Pembiayaan dipimpin oleh seorang Kepala

Seksi yang mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan

sebagian tugas Bidang Perbendaharaan yang berkenaan dengan laporan

Bendahara Pengeluaran Belanja Langsung dan Pembiayaan.

n) Seksi Belanja Tidak Langsung

Seksi Belanja Tidak Langsung dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang

mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian

tugas Bidang Perbendaharaan yang berkenaan dengan laporan Bendahara

Pengeluaran Belanja Tidak Langsung.

o) Seksi Kas Daerah

Seksi Kas Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai

tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas Bidang

Perbendaharaan yang berkenaan dengan pengelolaan Kas Daerah.

p) Bidang Pendapatan Daerah Non PBBP2 dan BPHTB

Bidang Pendapatan Daerah Non PBBP2 dan BPHTB dipimpin oleh

seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok memimpin,

merencanakan, mengatur dan mengendalikan kegiatan penyelenggaraan

sebagian tugas Dinas dalam lingkup pendapatan daerah bukan PBBP2 dan

BPHTB.

Page 100: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

80

q) Seksi Pendataan, Pendaftaran, dan Penilaian

Seksi Pendataan, Pendaftaran, dan Penilaian dipimpin oleh seorang Kepala

Seksi yang mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan

sebagian tugas Bidang Pendapatan Daerah Non PBBP2 dan BPHTB yang

berkenaan dengan pendataan, pendaftaran dan penilaian Pajak Non PBBP2

dan BPHTB.

r) Seksi Penetapan, Penagihan dan Pelayanan

Seksi Penetapan, Penagihan dan Pelayanan dipimpin oleh seorang Kepala

Seksi yang mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan

sebagian tugas Bidang Pendapatan Daerah Non PBBP2 dan BPHTB yang

berkenaan dengan penetapan, Penagihan dan Pelayanan Pajak Non PBBP2

dan BPHTB.

s) Seksi Perimbangan Retribusi dan Lain-lain Pendapatan

Seksi Perimbangan Retribusi dan Lain-lain Pendapatan dipimpin oleh

seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok memimpin dan

mengatur pelaksanaan sebagian tugas Bidang Pendapatan Daerah Non

PBBP2 dan BPHTB yang berkenaan dengan rencana perolehan pendapatan

daerah yang bersumber dari retribusi dan dana perimbangan lain-lain.

t) Bidang Pendapatan Daerah PBBP2 dan BPHTB

Bidang Pendapatan Daerah PBBP2 dan BPHTB dipimpin oleh seorang

Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan,

mengatur dan mengendalikan kegiatan penyelenggaraan sebagian tugas

Page 101: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

81

Dinas dalam lingkup pendapatan daerah yang berasal dari PBBP2 dan

BPHTB.

u) Seksi Penetapan dan Penagihan

Seksi Penetapan dan Penagihan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang

mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian

tugas Bidang Pendapatan Daerah PBBP2 dan BPHTB yang berkenaan

dengan Penetapan dan Penagihan PBBP2 dan BPHTB.

v) Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai

tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas Bidang

Pendapatan Daerah PBBP2 dan BPHTB yang berkenaan dengan Pelayanan

kepada wajib Pajak PBBP2 dan BPHTB.

4.1.2.4. Visi dan Misi DPKD Kota Serang

Sebuah organisasi tentunya harus memiliki Visi dan Misi dalam

menjalankan arah dan tujuan organisasi tersebut. Perbedaan antara Visi dan Misi

adalah bahwa Visi merupakan pandangan kedepan yang dapat diyakini oleh banyak

orang untuk saling bekerjasama dalam mencapai sasaran ataupun tujuan yang telah

ditetapkannya tersebut. sedangkan Misi adalah sesuatu yang disusun agar dapat

mensukseskan visi yang telah didapatkan. Adapun Visi dan Misi Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah Kota Serang 2014-2018 adalah :

Page 102: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

82

Visi

“Terwujudnya Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah 2014-2018”

Untuk dapat mendukung program dari Visi yang telah ditetapkan maka sebagai

pendukung Visi tersebut Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Serang

menetapkan Misi nya sebagai berikut :

1. Penguatan Organisasi/Kelembagaan

2. Meningkatkan Pelayanan Masyarakat

3. Meningkatkan Sistem Informasi dan Komunikasi Keuangan Daerah

4. Meningkatkan Pendapatan Daerah

4.1.2.5. Tujuan dan Sasaran DPKD Kota Serang

Untuk mencapai Visi dan Misi DPKD Kota Serang yang telah ditetapkan,

maka adapun tujuan umum yang ingin dicapai DPKD Kota Serang adalah:

1. Meningkatkan kualitas / profesionalitas dan akuntabilitas sumber daya

manussia (SDM) yang didukungn dengan sarana dan prasarana yang

lebih baik sesuai dengan kebutuhan

2. Meningkatkan kualitas pelayanan yang bertumpu pada standar pelayanan

3. Meningkatkan Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah

4. Meningkatkan Pendapatan Daerah

Adapun sasaran yang hendak dicapai sesuai dengan visi dan misi DPKD Kota

Serang adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya SDM pengelola keuangan yang terampil dan berdedikasi

dengan sarana dan prasarana yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan

Page 103: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

83

2. Meningkatnya kualitas pelayanan yang bertumpu pada standar pelayanan

3. Terciptanya sistem informasi keuangan yang selaras dengan peraturan

perundang-undangan

4. Meningkatnya Pendapatan Daerah

4.1.2.6. Strategi dan Kebijakan DPKD Kota Serang

Perencanaan ataupun proses perencanaan yang telah disusun tentunya

harus memiliki strategi sebagai aplikasi langsung dilapangan. Strategi ini kemudian

diperkuat dengan kebijakan yang diambil oleh organisasi tersebut sebagai langkah

penguatan terhadap Visi dan Misi yang telah ditetapkan. Baik penetapan strategi

maupun kebijakan yang diambil oleh Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD)

Kota Serang akan mempertimbangkan keadaan baik Internal taupun Eksternal.

Adapun Strategi DPKD Kota Serang sebagai berikut :

1. Memberikan pelatihan dan pendidikan mengenai pengelolaan keuangan

daerah dan membangun sarana dan prasarana pendukung yang lebih baik

sesuai dengan kebutuhan

2. Penyusunan Standar Operasional Pelayanan

3. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pajak Daerah

4. Bekerjasama dengan Stakeholders

Sedangkan, Kebijakan yang digunakan oleh DPKD Kota Serang sebagai berikut :

1. Peningkatan profesionalisme SDM dan pelayanan administrasi perkantoran

dan penyediaan Sarana dan Prasarana penunjang sesuai dengan kebutuhan

Page 104: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

84

2. Peningkatan kualitas pelayanan umum yang bertumpu kepada standar

pelayanan dengan SOP yang telah ditentukan

3. Optimalisasi Sumber-sumber Pendapatan Daerah

4.1.2.7. Susunan Kepegawaian DPKD Kota Serang

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah Kota Serang didukung dengan komposisi Sumber Daya Manusia

sebanyak 75 (Tujuh Puluh Lima) Pegawai. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya

diklasifikasikan berdasarkan Golongan, Jenis Kelamin dan Pendidikan :

Tabel 4.1.

Data Dasar Kepegawaian Berdasarkan Jenis Kelamin Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah Kota Serang Keadaan Per Maret 2015

No Nama Bidang

Jenis Kelamin Jumlah

Perempuan Laki-laki

1 Kepala dinas - 1

1

2 Sekretariat 13 5

18

3 Perbendaharaan 5 3

8

4 Anggaran 3 4

7

5 Akuntansi 5 2

7

6 Pendapatan 4 8

12

7 PBB dan BPHTB 4 10

14

Page 105: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

85

8 UPT PBB Cipocok Jaya 3 -

3

9 UPT PBB Kec. Serang 4 1

5

JUMLAH 41 34 75

Berdasarkan tabel 4.1 mengenai data dasar kepegawaian Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa pegawai yang

memiliki jenis kelamin laki-laki sebesar 34 (45,3%) pegawai dan jenis kelamin

perempuan sebesar 41 (54,6%) pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai

yang bekerja di Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah di Kota Serang lebih banyak

perempuan dibandingkan laki-laki.

Tabel 4.2.

Data Dasar Kepegawaian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dinas

Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Serang Keadaan Per Maret 2015

No Nama Bidang

Pendidikan Jumlah

SLTA D.II D.III S1 S2

1 Kepala dinas

- - - - 1 1

2 Sekretariat

1 1 1 10 5 18

3 Perbendaharaan

- - 1 5 2 8

4 Anggaran

- - - 4 3 7

5 Akuntansi

- - - 4 3 7

Page 106: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

86

6 Pendapatan

- - - 5 7 12

7 PBB dan BPHTB

2 - - 5 7 14

8 UPT PBB Cipocok Jaya

- - - 1 2 3

9 UPT PBB Kec. Serang

1 - - 3 1 5

JUMLAH 4 1 2 37 31 75

Berdasarkan tabel 4.2 mengenai data dasar kepegawaian Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah berdasarkan tingkat pendidikan, diketahui bahwa pegawai yang

memiliki tingkat pendidikan SLTA sebesar 4 (5,3%) pegawai, untuk D2 sebesar 1

(1,3%) pegawai, 2 (2,6%) pegawai yang memiliki tingkat pendidikan D3, 37 (49,3%)

pegawai yang memiliki tingkat pendidikan S1 dan 34 (45,3%) pegawai yang

memiliki tingkat pendidikan S2. Secara mayoritas pegawai memiliki tingkat

pendidikan S1, hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki tingkat yang lebih

tinggi akan lebih paham dan mengerti dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan

tugas, pokok dan fungsinya (tupoksi).

Tabel 4.3.

Data Dasar Kepegawaian Berdasarkan Golongan Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah Kota Serang Keadaan Per Maret 2015

Page 107: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

87

No Nama Bidang

Pendidikan

Jumlah II

a

II

b

II

c

II

d

III

a

III

b

IIIc III

d

IV

a

IV

b

1 Kepala dinas

- - - - - - - - - 1 1

2 Sekretariat

1 - 2 - 2 8 2 2 - 1 18

3 Perbendaharaan

- - - 1 3 1 1 2 - - 8

4 Anggaran

- - - - 1 2 1 3 - - 7

5 Akuntansi

- - - - 1 2 - 3 1 - 7

6 Pendapatan

- - - - 2 5 2 3 - - 12

7 PBB dan BPHTB

- 1 - 1 - 7 2 2 1 - 14

8

UPT PBB Cipocok

Jaya - - - - - 3 - - - - 3

9

UPT PBB Kec.

Serang - 1 - - 1 - 2 - 1 -

5

JUMLAH 1 2 2 2 10 28 10 15 3 2 75

Berdasarkan tabel 4.2 mengenai data dasar kepegawaian Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah berdasarkan golongan, diketahui bahwa pegawai yang memiliki

golongan IIa sebesar 1 (1,3%), pegawai yang memiliki golongan IIb, IIc, IId, dan IVb

Page 108: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

88

sebesar 2 (2,6%) pegawai, 10 (13,3%) pegawai yang memiliki golongan IIIa dan IIIc, 28

(37,3%) pegawai yang memiliki golongan IIIb, untuk golongan IIId sebesar 15 (20%) dan

2 (2,6%) pegawai yang memiliki golongan IVb. Secara mayoritas pegawai memiliki

golongan IIIb yaitu sebesar 28 (37,3%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki

golongan IIIb atau mereka yang memiliki pendidikan formal jenjang S1 atau yang

setingkat lebih paham dan mengerti tentang pengeloaan keuangan daerah khususnya di

Kota Serang.

4.2. Pengujian Persyaratan Statistik

4.2.1.Hasil Uji Validitas

Dalam penelitian ini, hal yang pertama kali dilakukan adalah melakukan uji

validitas instrument. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sah

atau valid tidaknya suatu kuesioner. Pengujian validitas tiap butir pernyataan digunakan

analisis item. Yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan

jumlah tiap skor butir. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kevalidan suatu data sebelum

data tersebut diolah secara keseluruhan. Untuk menguji validitas instrument digunakan

rumus pearson product moment dengan bantuan SPSS Statistic versi 16.

\

Tabel 4.4.

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Page 109: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

89

No Item Koefisien Korelasi

(r hitung) rtabel Keputusan

1 0,452 0,463 Tidak Valid

2 0,501 0,463 Valid

3 0,580 0,463 Valid

4 0,393 0,463 Tidak Valid

5 0,548 0,463 Valid

6 0,350 0,463 Tidak Valid

7 0,684 0,463 Valid

8 0,285 0,463 Tidak Valid

9 0,512 0,463 Valid

10 0,778 0,463 Valid

11 0,124 0,463 Tidak Valid

12 0,778 0,463 Valid

13 0,609 0,463 Valid

14 0,616 0,463 Valid

15 0,639 0,463 Valid

16 0,776 0,463 Valid

17 0,638 0,463 Valid

18 0,621 0,463 Valid

19 0,587 0,463 Valid

20 0,487 0,463 Valid

Page 110: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

90

21 0,765 0,463 Valid

22 0,673 0,463 Valid

23 0,751 0,463 Valid

24 0,551 0,463 Valid

25 0,441 0,463 Tidak Valid

26 0,621 0,463 Valid

27 0,675 0,463 Valid

28 0,738 0,463 Valid

29 0,551 0,463 Valid

30 0,313 0,463 Tidak Valid

Kriteria item atau butir instrumen yang digunakan adalah apabila r hitung > r tabel,

berarti item atau butir instrument dinyatakan valid. Jika r hitung ≤ r tabel, berarti item atau

butir instrument dinyatakan tidak valid. Perolehan nilai r hitung diperoleh dari

perhitungan statistik korelasi Product Moment dengan bantuan SPSS statistic versi 16.

Perolehan nilai 0,463 dari r tabel merupakan perolehan dari Product Moment dengan

tingkat kesalahan 10% tingkat signifikansi untuk uji satu arah. Berdasarkan tabel diatas,

dapat diketahui bahwa seluruh item atau butir instrument dinyatakan sebanyak 23 item

valid namun 7 item dinyatakan tidak valid, diketahui instrument nomor 1, 4, 6, 8, 11, 25,

dan 30 pada taraf signifikansi 10%. Dengan kata lain memiliki tingkat kesalahan 10%,

Sumber : Hasil SPSS 16 For windows, 2015

Page 111: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

91

artinya ketujuh instrument tersebut dihilangkan dan tidak perlu diganti karena indikator

sudah terwakili dari instrument lainnya.

4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrument dilakukan dengan internal konsistensi dengan

menggunakan teknik Cronbach Alpha. Cronbach Alpha yaitu perhitungan yang dilakukan

dengan menghitung rata-rata interkorelasi diantara butir-butir pernyataan dalam kuesioner,

adapun hasil dari reliabilitas yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah nilai

Cronbach Alpha sebesar 0,910. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya lebih

dari 0,60. Maka hal ini dapat diartikan bahwa 0,910 > 0,60 sehingga instrument yang diuji

bisa reliabel. Pengujian reliabilitas dibantu dengan perangkat lunak SPSS versi 16. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.5.

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Sumber : Hasil SPSS 16 For windows, 2015

Cronbach's Alpha N of Items

.910 23

Page 112: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

92

4.2.3. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau

tidak. Tes normalitas dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dengan

kriteria pengujian adalah jika nilai signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal,

sedangkan jika nilai signifikansi < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal (Sudjana,

2009: 261).

Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorof-

Smirnov dibantu dengan perangkat lunak SPSS versi 16 pada Kinerja Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah diperoleh hasil signifikasinya sebesar 0,060. Hal ini menunjukkan

bahwa hasil signifikansi lebih besar dari nilai signifikansi yaitu 0,060 > 0,05 maka dapat

dikatakan bahwa distribusi skor pada Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah pada

sampel yang telah diambil adalah normal.

Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KINERJA

N 67

Normal Parameters(a,b) Mean 65.13 Std. Deviation 7.507

Most Extreme Differences Absolute .164 Positive .164 Negative -.097

Kolmogorov-Smirnov Z 1.341 Asymp. Sig. (2-tailed) .060

Page 113: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

93

4.3. Deskripsi Data

4.3.1. Identitas Responden

Responden pada penelitian yang berjudul “Kinerja Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah dalam Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang

Tahun 2011-2013” ini terdiri dari 67 Wajib Pajak Air Tanah di Kota Serang. Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability Sampling yaitu

dengan menggunakan Cluster Sampling (Sampel Klaster) dimana pengambilan

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak yang bersifat kelompok bukan

Sumber : Hasil SPSS 16 For windows, 2015

90 80 70 60 50

Observed Value

4

2

0

-2

-4

Normal Q-Q Plot of KINERJA

Page 114: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

94

individual. Berikut ini adalah data responden dalam penelitian Kinerja Dinas

Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota

Serang Tahun 2011-2013 :

Tabel 4.6.

Identitas Responden Berdasarkan Jenis Usaha

No Jenis Usaha Jumlah

1 Rumah Makan 7

2 Penginapan 3

3 Dealer 2

4 Hotel 4

5 SPBU 4

6 Service Mobil 3

7 Jasa Kelistrikan 1

8 Jasa Pembiayaan 1

9 Perbankan 2

10 Pencucian Motor 2

11 Klinik 3

12 Industri Makanan 2

13 Bubut Logam 1

14 Distributor Cat 1

15 Olahraga 1

16 Gudang 2

Page 115: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

95

17 Jasa Kesehatan 2

18 Perdagangan 6

19 Pengelola Jalan Tol 1

20 Peternakan Ayam 13

21 Pencucian Mobil 1

22 Jasa Asuransi 2

23 Bengkel 2

24 Jasa Kontraktor 1

JUMLAH 67

Berdasarkan tabel 4.4 mengenai identitas responden berdasarkan jenis usaha,

diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jenis usaha peternakan ayam yaitu

sebesar 13 (19,4%), hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki jenis usaha

peternakan ayam dalam bidang pajak air tanah lebih banyak dibandingkan jenis usaha

lainnya dikarenakan pegawai DPKD melakukan pendataan objek usaha di daerah yang

sebagian besarnya memiliki jenis usaha peternakan ayam yaitu di Kecamatan Curug.

Sementara di daerah lainnya yaitu Kecamatan Serang, Kasemen, Cipocok Jaya, Taktakan,

dan Walantaka memiliki jenis usaha rumah makan, bengkel, perdagangan, hotel,

penginapan, dan lain sebagainya.

Sumber : Data Kuesioner, 2015

Sumber : Data Kuesioner, 2015

Page 116: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

96

Tabel 4.8.

Identitas Responden Berdasarkan Lamanya Usaha

No Jenis Usaha 5-10

Tahun

15-25

Tahun

35-60

Tahun Jumlah

1 Rumah Makan 5 2 - 7

2 Penginapan - 3 - 3

3 Dealer 2 - - 2

4 Hotel - 2 2 4

5 SPBU - 4 - 4

6 Service Mobil - 3 - 3

7 Jasa Kelistrikan - 1 - 1

8 Jasa Pembiayaan - 1 - 1

9 Perbankan - 2 - 2

10 Pencucian Motor 1 1 - 2

11 Klinik 1 2 - 3

12 Industri Makanan 2 - - 2

13 Bubut Logam - 1 - 1

14 Distributor Cat 1 - - 1

15 Olahraga 1 - - 1

16 Gudang 1 1 - 2

17 Jasa Kesehatan 2 - - 2

18 Perdagangan 4 2 - 6

19 Pengelola Jalan

Tol - 1 - 1

20 Peternakan

Ayam - 13 - 13

21 Pencucian Mobil 1 - - 1

22 Jasa Asuransi - 2 - 2

23 Bengkel 1 1 - 2

24 Jasa Kontraktor - 1 - 1

JUMLAH 22 43 2 67

Sumber : Data Kuesioner, 2015

Page 117: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

97

Berdasarkan tabel 4.5 mengenai identitas responden berdasarkan lamanya usaha

diketahui bahwa responden yang memiliki rata-rata 5-10 tahun sebesar 22 (32%)

responden, 15-25 tahun sebesar 43 (64%) responden, dan 2 (3%) responden memiliki rata-

rata 35-60 tahun. Hal ini dapat terlihat responden yang memiliki lamanya usaha rata-rata

15-25 tahun lebih banyak dari usaha yang lainnya yaitu sebesar 43 (64%) diantaranya

jenis usaha rumah makan sebesar 2 (3%), penginapan 3 (4%), hotel 2 (3%), SPBU 4 (6%),

service mobil 3 (4%), jasa kelistrikan 1 (2%), jasa pembiayaan 1 (2%), perbankan 2 (3%),

pencucian motor 1 (2%), klinik 2 (3%), bubut logam 1 (2%), gudang 1 (2%), perdagangan

2 (3%), pengelola jalan tol 1 (2%), peternakan ayam 13 (19%), jasa asuransi 2 (3%),

bengkel 1 (2%) dan jasa kontraktor 1 (2%).

4.3.2. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses analisis yang dilakukan peneliti dengan cara

mendeskripsikan data hasil penyebaran kuesioner yang diajukan kepada seluruh wajib

pajak air tanah Kota Serang dan kuesioner diajukan kepada 67 responden yang menjadi

sampel penelitian. Dalam penelitian ini , peneliti menggunakan teori menurut

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dalam Moeheriono (2009:82).

Dalam teori tersebut ada 5 indikator kinerja organisasi yaitu Indikator masukan

(inputs), Indikator keluaran (outputs), Indikator hasil (outcomes), Indikator manfaat

(benefits) dan Indikator dampak (impacts). Skala yang digunakan dalam kuesioner ini

adalah skala Likert, dengan pilihan jawaban terdiri dari sangat setuju dengan nilai 4, setuju

dengan nilai 3, tidak setuju dengan nilai 2, dan sangat tidak setuju dengan nilai 1.

Page 118: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

98

Berdasarkan dengan nilai jawaban, peneliti menggunakan kuesioner berbentuk

pernyataan. Pemaparan tanggapan responden atas kuesioner ini akan digambarkan dalam

bentuk diagram pie disertai dengan pemaparan dan kesimpulan hasil jawaban dari

pernyataan yang diajukan melalui kuesioner. Adapun pemaparan jawaban atas kuesioner

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Indikator Masukan (input)

Diagram 4.1

Persepsi Responden Tentang

Wajib pajak membayar setoran pajak air tanah melalui DPKD

Berdasarkan diagram 4.1 mengenai tanggapan responden atas jawaban wajib

pajak membayar setoran pajak air tanah melalui DPKD di dapatkan jawaban sangat setuju

sebanyak 9 (13%), jawaban setuju sebanyak 35 (52%), jawaban tidak setuju sebanyak 23

(34%), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 119: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

99

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa sebagian

wajib pajak air tanah lebih memilih membayar setoran pajak melalui DPKD dibandingkan

dengan bank, alasannya yaitu walaupun letaknya agak jauh tetapi wajib pajak tidak perlu

bolak-balik lagi untuk memberikan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Kemudian, ada

responden yang menjawab tidak setuju hal ini dapat diartikan bahwa beberapa responden

keberatan membayar setoran pajak air tanah melalui DPKD dengan alasan letaknya jauh.

Diagram 4.2

Persepsi Responden Tentang

Jumlah setoran pajak yang dibayar sudah sesuai dengan penggunaan meter air

tanah

Berdasarkan diagram 4.2 mengenai tanggapan responden atas jawaban jumlah

setoran pajak yang dibayar sudah sesuai dengan penggunaan meter air tanah di dapatkan

jawaban sangat setuju sebanyak 14 (21%), jawaban setuju sebanyak 50 (75%), jawaban

tidak setuju sebanyak 3 (4 %), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

2015

Page 120: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

100

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa wajib

pajak air tanah sudah membayar pajak sesuai dengan penggunaan meter air tanah, dimana

jumlah pajak yang harus dibayar sudah tertera di Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD),

sehingga memudahkan wajib pajak air tanah dalam membayar pajak. Dan masih ada

responden menjawab tidak setuju, hal ini dapat diartikan bahwa masih ada beberapa wajib

pajak air tanah belum membayar pajak sesuai dengan penggunaan meter air tanah

dikarenakan mereka tidak mempunyai alat ukur meter air atau water meter.

Diagram 4.3

Persepsi Responden Tentang

Pegawai DPKD yang menangani pajak air tanah memiliki kompetensi dalam

bekerja

Berdasarkan diagram 4.3 mengenai tanggapan responden atas jawaban pegawai

DPKD yang menangani pajak air tanah memiliki kompetensi dalam bekerja di dapatkan

jawaban sangat setuju sebanyak 1 (2%), jawaban setuju sebanyak 58 (86%), jawaban tidak

setuju sebanyak 8 (12 %), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan,2015

2015

Page 121: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

101

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa pegawai

DPKD yang menangani pajak air tanah memiliki kompetensi dalam bekerja. Dan masih

ada responden yang menjawab tidak setuju hal ini dapat diartikan bahwa sebagian

pegawai DPKD di Kota Serang belum memiliki kompetensi dalam bekerja karena

kemampuan dalam menangani pajak air tanah nya dianggap kurang. Dengan begitu

diharapkan di dalam organisasi perlu adanya pelatihan bagi para pegawai baik bimbingan

teknis dan diklat yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam memberikan

pelayanan kepada wajib pajak air tanah.

Diagram 4.4

Persepsi Responden Tentang

Sarana dan prasarana yang diberikan DPKD dalam pelayanan pembayaran pajak

air tanah sudah baik

Berdasarkan diagram 4.4 mengenai tanggapan responden atas jawaban Sarana

dan prasarana yang diberikan DPKD dalam pelayanan pembayaran pajak air tanah sudah

baik di dapatkan jawaban sangat setuju sebanyak 10 (15%), jawaban setuju sebanyak 53

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

2015

Page 122: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

102

(79%), jawaban tidak setuju sebanyak 4 (6 %), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak

0 (0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa Sarana dan

prasarana yang diberikan DPKD dalam pelayanan pembayaran pajak air tanah sudah baik.

Sehingga wajib pajak merasa mendapat pelayanan yang optimal dari DPKD. Dan masih

ada responden yang menjawab tidak setuju hal ini dapat diartikan bahwa Sarana dan

prasarana yang diberikan DPKD dalam pelayanan pembayaran pajak air tanah belum baik

dikarenakan masih ada beberapa sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Diagram 4.5

Persepsi Responden Tentang

Jumlah jam kerja yang digunakan DPKD untuk menangani pajak air tanah sudah

efektif

Berdasarkan diagram 4.5 mengenai tanggapan responden atas jawaban jumlah

jam kerja yang digunakan DPKD untuk menangani pajak air tanah sudah efektif di

dapatkan jawaban sangat setuju sebanyak 1 (2%), jawaban setuju sebanyak 46 (69%),

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 123: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

103

jawaban tidak setuju sebanyak 20 (30 %), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0

(0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa jumlah jam

kerja yang digunakan DPKD untuk menangani pajak air tanah sudah efektif tetapi ada

juga responden yang menjawab tidak setuju hal ini dapat diartikan bahwa jumlah jam

kerja yang digunakan DPKD untuk menangani pajak air tanah belum efektif dikarenakan

masih ada jam kerja pegawai DPKD yang ngaret dalam melayani wajib pajak air tanah.

Diagram 4.6

Persepsi Responden Tentang

DPKD menggunakan media cetak dan elektronik (misal, Iklan pajak melalui Radio,

TV, internet, Koran dan Majalah) sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran

wajib pajak air tanah

Berdasarkan diagram 4.6 mengenai tanggapan responden atas jawaban DPKD

menggunakan media cetak dan elektronik (misal, Iklan pajak melalui Radio, TV, internet,

Koran dan Majalah) sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak air tanah

di dapatkan jawaban sangat setuju sebanyak 7 (10%), jawaban setuju sebanyak 32 (47 %),

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 124: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

104

jawaban tidak setuju sebanyak 28 (41%), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0

(0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa DPKD

sudah menggunakan media cetak dan elektronik sebagai sarana untuk meningkatkan

kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak air tanah yaitu salah satunya dengan

menggunakan media melalui Koran dan internet. Selain itu, ada juga responden yang

menjawab tidak setuju hal ini dapat diartikan bahwa masih ada beberapa responden yang

belum mengetahui penggunaan media cetak dan elektronik yang digunakan DPKD

sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak air tanah. Maka hal ini

dianggap penting karena sarana yang digunakan dapat menunjang pegawai dalam

melakukan aktifitas kerjanya dengan baik serta dapat memberikan informasi terkait

pentingnya pajak air tanah kepada wajib pajak air tanah.

2. Indikator Keluaran (Output)

Diagram 4.7

Persepsi Responden Tentang

Page 125: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

105

DPKD memberikan sosialisasi kepada wajib pajak air tanah secara langsung

Berdasarkan diagram 4.7 mengenai tanggapan responden atas jawaban DPKD

memberikan sosialisasi kepada wajib pajak air tanah secara langsung di dapatkan jawaban

sangat setuju sebanyak 7 (10%), jawaban setuju sebanyak 39 (58%), jawaban tidak setuju

sebanyak 21 (31 %), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa DPKD

memberikan sosialisasi kepada wajib pajak air tanah secara langsung yaitu dengan

memberikan materi berupa tata cara pembayaran pajak air tanah. Dan masih ada juga

responden yang menjawab tidak setuju, hal ini dapat diartikan bahwa sebagian responden

banyak yang tidak mengikuti sosialisasi secara langsung dikarenakan tidak adanya

pemberitahuan yang diberikan dari DPKD kepada wajib pajak.

Diagram 4.8

Persepsi Responden Tentang

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 126: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

106

DPKD melakukan pembinaan kepada wajib pajak air tanah secara rutin

Berdasarkan diagram 4.8 mengenai tanggapan responden atas jawaban DPKD

melakukan pembinaan kepada wajib pajak air tanah secara rutin di dapatkan jawaban

sangat setuju sebanyak 4 (6%), jawaban setuju sebanyak 37 (55%), jawaban tidak setuju

sebanyak 26 (38 %), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa DPKD

sudah melakukan pembinaan kepada wajib pajak air tanah secara rutin yaitu dengan cara

terjun langsung ke lapangan untuk memberikan pembinaan mengenai pajak air tanah. Dan

masih ada juga responden yang menjawab tidak setuju, hal ini dapat diartikan bahwa

sebagian responden banyak yang tidak mendapatkan pembinaan secara rutin dari pegawai

DPKD dikarenakan tidak adanya informasi yang diberikan dari DPKD kepada wajib

pajak.

Diagram 4.9

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 127: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

107

Persepsi Responden Tentang

Pegawai DPKD yang menangani pajak air tanah menyelesaikan tugas dengan tepat

waktu

Berdasarkan diagram 4.9 mengenai tanggapan responden atas jawaban Pegawai

DPKD yang menangani pajak air tanah menyelesaikan tugas dengan tepat waktu di

dapatkan jawaban sangat setuju sebanyak 7 (10%), jawaban setuju sebanyak 53 (79%),

jawaban tidak setuju sebanyak 7 (10%), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa Pegawai

DPKD dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sesuai dengan tupoksinya. Dan

masih ada responden yang menjawab tidak setuju hal ini dapat diartikan bahwa proses

penanganan pajak air tanah yang ditangani pegawai DPKD dianggap masih kurang,

Sehingga dibutuhkan kerjasama antar pegawai DPKD agar lebih tepat waktu dalam

menyelesaikan tugas terkait dengan pajak air tanah.

Diagram 4.10

Persepsi Responden Tentang

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 128: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

108

DPKD melakukan pendekatan secara persuasif kepada wajib pajak air tanah

terkait pentingnya pajak air tanah

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Berdasarkan diagram 4.10 mengenai tanggapan responden atas jawaban DPKD

melakukan pendekatan secara persuasif kepada wajib pajak air tanah terkait pentingnya

pajak air tanah di dapatkan jawaban sangat setuju sebanyak 11 (16%), jawaban setuju

sebanyak 26 (39%), jawaban tidak setuju sebanyak 30 (45%), dan jawaban sangat tidak

setuju sebanyak 0 (0%).

Mayoritas responden menjawab tidak setuju, hal ini dapat diartikan bahwa

DPKD tidak melakukan pendekatan secara persuasif kepada wajib pajak air tanah terkait

pentingnya pajak air tanah dengan alasan yaitu pegawai DPKD yang datang ke lokasi

wajib pajak hanya sekedar memberi formulir SSPD saja dan setelah itu mereka langsung

pergi ke lokasi lain tanpa memberikan pendekatan apapun. Dan masih ada responden yang

menjawab sangat setuju dan setuju dapat diartikan bahwa DPKD sudah melakukan

Page 129: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

109

pendekatan secara persuasif kepada beberapa wajib pajak air tanah terkait pentingnya

pajak air tanah.

Diagram 4.11

Persepsi Responden Tentang

Pegawai DPKD yang menangani pajak air tanah melakukan kegiatan pemeriksaan

monitoring untuk menguji kepatuhan wajib pajak air tanah

Berdasarkan diagram 4.11 mengenai tanggapan responden atas jawaban

Pegawai DPKD yang menangani pajak air tanah melakukan kegiatan pemeriksaan

monitoring untuk menguji kepatuhan wajib pajak air tanah di dapatkan jawaban sangat

setuju sebanyak 2 (3%), jawaban setuju sebanyak 34 (50%), jawaban tidak setuju

sebanyak 30 (44%), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 1 (2%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa Pegawai

DPKD yang menangani pajak air tanah sudah melakukan kegiatan pemeriksaan

monitoring untuk menguji kepatuhan wajib pajak air tanah yang bertujuan untuk

mengetahui apakah wajib pajak membayar pajak sesuai dengan jumlah transaksi atau

tidak. Dan masih ada responden yang menjawab tidak setuju hal ini dapat diartikan bahwa

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 130: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

110

Pegawai DPKD yang menangani pajak air tanah belum melakukan kegiatan pemeriksaan

monitoring untuk menguji kepatuhan wajib pajak air tanah tersebut.

Diagram 4.12

Persepsi Responden Tentang

Pegawai DPKD yang menangani pajak air tanah melakukan penagihan aktif secara

terus menerus kepada wajib pajak air tanah yang menunggak

Berdasarkan diagram 4.12 mengenai tanggapan responden atas jawaban

Pegawai DPKD yang menangani pajak air tanah melakukan penagihan aktif secara terus

menerus kepada wajib pajak air tanah yang menunggak di dapatkan jawaban sangat setuju

sebanyak 3 (4%), jawaban setuju sebanyak 34 (50%), jawaban tidak setuju sebanyak 30

(45%), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa Pegawai

DPKD yang menangani pajak air tanah sudah melakukan penagihan aktif secara terus

menerus kepada wajib pajak air tanah yang menunggak yang bertujuan agar pembayaran

pajak berjalan dengan lancar. Dan masih ada responden yang menjawab tidak setuju hal

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 131: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

111

ini dapat diartikan bahwa wajib pajak air tanah sudah membayar pajak nya dengan rutin

dan tidak menunggak.

3. Indikator Hasil (Outcomes)

Diagram 4.13

Persepsi Responden Tentang

Pegawai DPKD memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan wajib pajak

air tanah

Berdasarkan diagram 4.13 mengenai tanggapan responden atas jawaban

Pegawai DPKD memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan wajib pajak air

tanah di dapatkan jawaban sangat setuju sebanyak 8 (12%), jawaban setuju sebanyak 54

(80%), jawaban tidak setuju sebanyak 5 (7%), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0

(0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa Pegawai

DPKD memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan wajib pajak air tanah

dilihat dari cara keramah-tamahan pegawai DPKD dalam memberikan pelayanan kepada

wajib pajak air tanah. Dan masih ada responden yang menjawab tidak setuju hal ini dapat

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 132: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

112

diartikan bahwa sebagian pegawai DPKD belum melakukan komunikasi yang baik

dengan wajib pajak air tanah dikarenakan pekerjaan pegawai DPKD yang tidak maksimal.

Diagram 4.14

Persepsi Responden Tentang

DPKD menerapkan prinsip Self Assessment System (menghitung, menyetor sendiri)

kepada wajib pajak air tanah secara akuntabel

Berdasarkan diagram 4.14 mengenai tanggapan responden atas jawaban DPKD

menerapkan prinsip Self Assessment System (menghitung, menyetor sendiri) kepada wajib

pajak air tanah secara akuntabel di dapatkan jawaban sangat setuju sebanyak 6 (9%),

jawaban setuju sebanyak 35 (52%), jawaban tidak setuju sebanyak 26 (39%), dan jawaban

sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa DPKD

sudah menerapkan prinsip Self Assessment System (menghitung, menyetor sendiri) kepada

wajib pajak air tanah secara akuntabel dilihat dari wajib pajak air tanah yang menyetor

langsung sendiri SSPD nya baik melalui Bank maupun DPKD. Dan masih ada responden

yang menjawab tidak setuju hal ini dapat diartikan bahwa sebagian wajib pajak air tanah

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 133: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

113

hanya menitipkan jumlah setoran kepada pegawai DPKD tanpa menyetor langsung sendiri

dan wajib pajak air tanah pun langsung menerima kuitansi SSPD tersebut.

Diagram 4.15

Persepsi Responden Tentang

Pegawai DPKD yang menangani pajak air tanah melaksanakan tugas dan fungsinya

sesuai dengan visi dan misi organisasi

Berdasarkan diagram 4.15 mengenai tanggapan responden atas jawaban

Pegawai DPKD yang menangani pajak air tanah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai

dengan visi dan misi organisasi di dapatkan jawaban sangat setuju sebanyak 2 (3%),

jawaban setuju sebanyak 54 (81%), jawaban tidak setuju sebanyak 11 (16%), dan jawaban

sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa Pegawai

DPKD yang menangani pajak air tanah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan

visi dan misi organisasi. Dan masih ada responden yang menjawab tidak setuju hal ini

dapat diartikan bahwa masih ada pegawai yang dalam menyelesaikan tupoksinya tidak

tepat waktu sehingga beban pekerjaannya dibebankan atau dibantu oleh rekan kerjanya,

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 134: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

114

selain itu juga wajib pajak air tanah masih banyak yang tidak tahu mengenai visi dan misi

dari organisasi DPKD tersebut.

Diagram 4.16

Persepsi Responden Tentang

Pegawai DPKD cekatan dalam menangani kebutuhan wajib pajak air tanah

Berdasarkan diagram 4.16 mengenai tanggapan responden atas jawaban Pegawai

DPKD cekatan dalam menangani kebutuhan wajib pajak air tanah di dapatkan jawaban

sangat setuju sebanyak 4 (6%), jawaban setuju sebanyak 48 (72%), jawaban tidak setuju

sebanyak 14 (21%), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 1 (2%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa Pegawai

DPKD cekatan dalam menangani kebutuhan wajib pajak air tanah. Dan masih ada

responden yang menjawab tidak setuju hal ini dapat diartikan bahwa masih banyak

pegawai yang belum cekatan dalam menangani kebutuhan wajib pajak air tanah

dikarenakan organisasi terutama pegawai/petugas pelayanan pajak air tanah belum

memahami tahapan-tahapan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 135: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

115

Diagram 4.17

Persepsi Responden Tentang

Pegawai DPKD memiliki pengetahuan yang baik tentang pajak air tanah

Berdasarkan diagram 4.17 mengenai tanggapan responden atas jawaban

Pegawai DPKD memiliki pengetahuan yang baik tentang pajak air tanah di dapatkan

jawaban sangat setuju sebanyak 6 (9%), jawaban setuju sebanyak 51 (76%), jawaban tidak

setuju sebanyak 10 (15%), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa Pegawai

DPKD Pegawai DPKD sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang pajak air tanah,

dari pengertian pajak air tanah itu sendiri sampai tahapan-tahapan tentang pajak air tanah

yang sudah tertuang di Standar Operasional Prosedur (SOP) organisasi. Dan masih ada

responden yang menjawab tidak setuju hal ini dapat diartikan bahwa masih ada beberapa

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 136: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

116

pegawai yang belum memiliki pengetahuan yang baik tentang pajak air tanah dikarenakan

mereka tidak ditempatkan dibagian bidang pajak air tanah.

4. Indikator Manfaat (Benefits)

Diagram 4.18

Persepsi Responden Tentang

DPKD memberikan pelayanan yang berkualitas guna memenuhi kepuasan wajib

pajak air tanah

Berdasarkan diagram 4.18 mengenai tanggapan responden atas jawaban DPKD

memberikan pelayanan yang berkualitas guna memenuhi kepuasan wajib pajak air tanah

di dapatkan jawaban sangat setuju sebanyak 10 (15%), jawaban setuju sebanyak 45

(67%), jawaban tidak setuju sebanyak 12 (18%), dan jawaban sangat tidak setuju

sebanyak 0 (0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa DPKD

memberikan pelayanan yang berkualitas guna memenuhi kepuasan wajib pajak air tanah,

Namun masih ada responden yang menjawab tidak setuju hal ini dapat diartikan bahwa

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 137: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

117

pelayanan yang diberikan DPKD guna memenuhi kepuasan wajib pajak air tanah belum

dilakukan secara optimal.

Diagram 4.19

Persepsi Responden Tentang

DPKD memiliki kotak saran untuk kepuasan wajib pajak air tanah

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Berdasarkan diagram 4.19 mengenai tanggapan responden atas jawaban DPKD

memiliki kotak saran untuk kepuasan wajib pajak air tanah di dapatkan jawaban sangat

setuju sebanyak 4 (6%), jawaban setuju sebanyak 27 (40%), jawaban tidak setuju

sebanyak 37 (55%), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Mayoritas responden menjawab tidak setuju, hal ini dapat diartikan bahwa

DPKD tidak memiliki kotak saran untuk kepuasan wajib pajak air tanah dengan alasan

wajib pajak yang hendak membayar setoran pajak ke DPKD tidak melihat satu pun kotak

saran yang ada di dalam ruangan DPKD tersebut. Dan masih ada responden yang

Page 138: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

118

menjawab sangat setuju dan setuju dapat diartikan bahwa wajib pajak masih belum

memahami pernyataan mengenai kotak saran yang dimaksud.

Diagram 4.20

Persepsi Responden Tentang

Semua wajib pajak air tanah sudah menggunakan water meter sebagai alat ukur

meter air guna memudahkan pegawai DPKD dalam menghitung pajak air tanah

Berdasarkan diagram 4.20 mengenai tanggapan responden atas jawaban semua

wajib pajak air tanah sudah menggunakan water meter sebagai alat ukur meter air guna

memudahkan pegawai DPKD dalam menghitung pajak air tanah di dapatkan jawaban

sangat setuju sebanyak 5 (7%), jawaban setuju sebanyak 44 (65%), jawaban tidak setuju

sebanyak 18 (26%), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa semua

wajib pajak air tanah sudah menggunakan water meter sebagai alat ukur meter air guna

memudahkan pegawai DPKD dalam menghitung pajak air tanah, Namun masih ada

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 139: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

119

responden yang menjawab tidak setuju hal ini dapat diartikan bahwa beberapa dari wajib

pajak air tanah masih belum memiliki water meter sebagai alat ukur penggunaan air tanah

dengan alasan mereka tidak mempunyai uang untuk membeli alat ukur meter air tersebut

dan ada juga yang beralasan sudah memiliki tetapi rusak. Padahal sebagai tolak ukur

pemakaian air wajib menggunakan water meter. Sehingga, dalam pembayaran pajak air

tanah masih banyak wajib pajak yang membayar dengan flat setiap bulannya.

5. Indikator Dampak (Impacts)

Diagram 4.21

Persepsi Responden Tentang

Hasil kegiatan dari sosialisasi dan pembinaan yang dilaksanakan DPKD

memudahkan wajib pajak air tanah dalam membayar kewajibannya

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Berdasarkan diagram 4.23 mengenai tanggapan responden atas jawaban hasil

kegiatan dari sosialisasi dan pembinaan yang dilaksanakan DPKD memudahkan wajib

pajak air tanah dalam membayar kewajibannya di dapatkan jawaban sangat setuju

Page 140: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

120

sebanyak 8 (12%), jawaban setuju sebanyak 50 (75%), jawaban tidak setuju sebanyak 9

(13%), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa hasil

kegiatan dari sosialisasi dan pembinaan yang dilaksanakan DPKD memudahkan wajib

pajak air tanah dalam membayar kewajibannya yaitu dilihat dari kontribusi wajib pajak

dalam membayar pajak air tanah meningkat setiap tahunnya. Namun masih ada responden

yang menjawab tidak setuju hal ini dapat diartikan bahwa masih ada beberapa dari wajib

pajak air tanah yang tidak mengikuti kegiatan sosialisasi dan pembinaan sehingga

menghambat dalam membayar kewajibannya.

Diagram 4.22

Persepsi Responden Tentang

Pajak air tanah menjadi salah satu pendapatan utama DPKD yang diperuntukkan

guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 141: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

121

Berdasarkan diagram 4.22 mengenai tanggapan responden atas jawaban pajak

air tanah menjadi salah satu pendapatan utama DPKD yang diperuntukkan guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dapatkan jawaban sangat setuju sebanyak 10

(14%), jawaban setuju sebanyak 31 (46%), jawaban tidak setuju sebanyak 26 (39%), dan

jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa pajak

air tanah menjadi salah satu pendapatan utama DPKD yang diperuntukkan guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dan masih ada responden yang menjawab tidak

setuju hal ini dapat diartikan bahwa beberapa responden menganggap pajak air tanah

bukanlah salah satu pendapatan utama DPKD yang diperuntukkan guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat karena masih banyak pendapatan utama DPKD yang lainnya

seperti pajak hotel dan restoran.

Diagram 4.23

Persepsi Responden Tentang

DPKD menetapkan sanksi hukum yang tegas kepada wajib pajak air tanah yang

melakukan penyalahgunaan pemakaian air tanah

Page 142: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

122

Berdasarkan diagram 4.23 mengenai tanggapan responden atas jawaban

DPKD menetapkan sanksi hukum yang tegas kepada wajib pajak air tanah yang

melakukan penyalahgunaan pemakaian air tanah di dapatkan jawaban sangat setuju

sebanyak 16 (23%), jawaban setuju sebanyak 38 (56%), jawaban tidak setuju sebanyak 13

(19%), dan jawaban sangat tidak setuju sebanyak 0 (0%).

Mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dapat diartikan bahwa DPKD

menetapkan sanksi hukum yang tegas kepada wajib pajak air tanah yang melakukan

penyalahgunaan pemakaian air tanah , yang mana tindakan tersebut benar dilakukan

bertujuan untuk menghindari oknum-oknum yang menyeleweng dalam menggunakan

pemakaian air tanah. Sanksi hukum yang diberikan yaitu berupa peringatan sampai 3 kali

dan jika peringatan tersebut diabaikan maka usaha yang sudah dibangun akan dicabut

perijinannya oleh DPKD serta bisa dimasukkan ke dalam proses jalur hukum.

16

38

13

JAWABAN "SS"

JAWABAN "S"

JAWABAN "TS"

JAWABAN "STS"

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2015

Page 143: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

123

4.4. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian mengenai Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam

Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013, peneliti

memiliki hipotesis sebagai berikut:

“Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Serang dikatakan

berhasil apabila lebih kecil atau sama dengan 65%”

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikansi dari

hipotesis yang diajukan. Berdasarkan metode penelitian, maka pada tahap pengujian

hipotesis penelitian ini peneliti menggunakan rumus t-test satu sampel. Adapun

perhitungan pengujian hipotesis tersebut yaitu sebagai berikut:

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, maka skor ideal yang diperoleh

adalah 4 x 23 x 67 = 6164 (4 = nilai tertinggi dari item pernyataan yang ada menurut

skala likert, 23 = jumlah item pernyataan yang ada,dan 67 = jumlah responden yang

ada). Sehingga mean atau rata-rata pada skor ideal instrument adalah 6164 : 67 = 92.

Sehingga untuk Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menangani

Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013, nilai yang

dihipotesiskan tertinggi mencapai 65% dari yang diharapkan, ini berarti bahwa 65% =

0,65 x 92 = 59,8.

Hipotesis statistiknya dapat ditulis dengan rumus :

Page 144: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

124

H0 = µ ≤ 65% ≤ 0,65 x 6164 : 67 = 59,8

Ha = µ > 65% > 0,65 x 6164 : 67 = 59,8

Diketahui:

= 4364 : 67 = 65,13

µ0 = 59,8

s = 7,507

Ditanya: t?

Jawab: t = – 0

S

= 65,13 – 59,8

7,507

√67

= 5,33

0,91

t = 5,857

Nilai thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai ttabel dengan derajat

kebebasan (dk) = (n-1) = (67-1) = 66 dan taraf kesalahan α = 10% untuk uji satu pihak

kanan, di dapat nilai ttabel yaitu 1,294. Karena nilai thitung lebih besar dibandingkan dengan

Page 145: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

125

nilai ttabel (5,857 > 1,294) dan jatuh pada daerah penerimaan Ha, maka hipotesis nol (H0)

ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima.

Dari perbandingan jumlah data yang terkumpul dengan skor ideal, ditemukan

bahwa Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menangani Pendapatan Pajak

Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013, adalah :

4364 x 100% = 70%

6164

Jadi, telah diketahui bahwa Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam

Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013 adalah sebesar

70%.

Gambar 4.3

Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Uji Hipotesis Pihak Kanan

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho

4.6. Interpretasi Hasil Penelitian

5,857 1,294

Sumber : Sugiyono,2005

Page 146: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

126

Penelitian dengan judul Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam

Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013 bahwa hal

yang paling penting dan utama adalah menjawab rumusan masalah yang telah dibuat

oleh peneliti pada awal penelitian. Rumusan masalah tersebut adalah “Bagaimana

Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menangani Pendapatan Pajak Air

Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013”.

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, kita dapat melihat dari

pembahasan yang memaparkan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus t-test

sampel dengan menguji pihak kanan bahwa nilai t-hitung lebih besar (>) dari nilai t-

tabel, dalam hal ini dapat diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Karena

menghasilkan 70% dari angka yang di hipotesiskan yaitu 65%. Sehingga dari data

pengujian hipotesis tersebut dapat dijelaskan bahwa Kinerja Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah dalam Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang

Tahun 2011-2013 mencapai angka 70% dari angka minimal yang dihipotesiskan yaitu

65%, Hal ini dapat diartikan bahwa tingkat Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan

Daerah dalam Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-

2013 baik, hal itu dapat dilihat pada tabel skoring skala kategori berikut:

Tabel 4.9

Skoring Skala Kategori

Page 147: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

127

Indikator Masukan (Input)

No Item Pernyataan Skor

Skala

Persentase Kategori

1 Wajib pajak membayar setoran pajak

air tanah melalui DPKD

187 69,77% Baik

2 Jumlah setoran pajak yang dibayar

sudah sesuai dengan penggunaan meter

air tanah

212 79,10%

Baik

3 Pegawai DPKD yang menangani

pajak air tanah memiliki kompetensi

dalam bekerja

194 72,38% Baik

4 Sarana dan prasarana yang diberikan

DPKD dalam pelayanan pembayaran

pajak air tanah sudah baik

207 77,23% Baik

5 Jumlah jam kerja yang digunakan

DPKD untuk menangani pajak air

tanah sudah efektif

182 67,91% Baik

6 DPKD menggunakan media cetak dan

elektronik (misal, Iklan pajak melalui

Radio, TV, internet, Koran dan

Majalah) sebagai sarana untuk

meningkatkan kesadaran wajib pajak

air tanah

180 67,16% Baik

Indikator Keluaran (output)

7 DPKD memberikan sosialisasi kepada

wajib pajak air tanah secara langsung 187 69,77% Baik

8 DPKD melakukan pembinaan kepada

wajib pajak air tanah dengan rutin 179 66,79% Baik

9 Pegawai DPKD yang menangani

pajak air tanah menyelesaikan tugas

dengan tepat waktu

201 75% Baik

Page 148: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

128

10 DPKD melakukan pendekatan secara

persuasif kepada wajib pajak air tanah

terkait pentingnya pajak air tanah

182 67,91% Baik

11 Pegawai DPKD yang menangani

pajak air tanah melakukan kegiatan

pemeriksaan monitoring untuk

menguji kepatuhan wajib pajak air

tanah

171 63,80% Baik

12 Pegawai DPKD yang menangani

pajak air tanah melakukan penagihan

aktif secara terus menerus kepada

wajib pajak air tanah yang menunggak

174 64,92% Baik

Indikator Hasil (outcome)

13 Pegawai DPKD memiliki kemampuan

berkomunikasi yang baik dengan

wajib pajak air tanah

204 76,11% Baik

14 DPKD menerapkan prinsip Self

Assessment System (menghitung,

menyetor sendiri) kepada wajib pajak

air tanah secara akuntabel

181 67,53% Baik

15 Pegawai DPKD yang menangani

pajak air tanah melaksanakan tugas

dan fungsinya sesuai dengan visi dan

misi organisasi

192 71,64% Baik

16 Pegawai DPKD cekatan dalam

menangani kebutuhan wajib pajak air

tanah

189 70,52% Baik

17 Pegawai DPKD memiliki

pengetahuan yang baik tentang pajak

air tanah

197 73,50% Baik

Indikator Manfaat (benefit)

18 DPKD memberikan pelayanan yang

berkualitas guna memenuhi kepuasan

wajib pajak air tanah

199 74,25% Baik

19 DPKD memiliki kotak saran untuk

kepuasan wajib pajak air tanah 169 63,05% Baik

20 Semua wajib pajak air tanah sudah

menggunakan water meter sebagai

alat ukur meter air guna memudahkan

pegawai DPKD dalam menghitung

188 70,14% Baik

Page 149: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

129

Rekapitulasi hasil jawaban responden dicari rata-ratanya dengan perhitungan

sebagai berikut :

Rata-rata skor = total skor

jumlah item

Rata-rata skor = 4364

23

= 189,7

Selanjutnya ditentukan dalam bentuk persentasi dengan perhitungan sebagai

berikut :

Persentasi skor = skor rata-rata x 100%

skor ideal

pajak air tanah

Indikator Dampak (impact)

21 Hasil kegiatan dari sosialisasi dan

pembinaan yang dilaksanakan DPKD

memudahkan wajib pajak air tanah

dalam membayar kewajibannya

200 74,62% Baik

22 Pajak air tanah menjadi salah satu

pendapatan utama DPKD yang

diperuntukkan guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat

185 69,02% Baik

23 DPKD menetapkan sanksi hukum

yang tegas kepada wajib pajak air

tanah yang melakukan

penyalahgunaan pemakaian air tanah

204 76,11% Baik

Jumlah 4364 1628,23%

Rata-rata 189,7 70,79% BAIK

Page 150: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

130

Persentasi skor = 189,7 x 100%

268

= 70,79%

Dari perhitungan tersebut diperoleh persentasi skor nilai 70,79%. Sehingga

apabila dimasukkan kedalam kategori persentase, yaitu :

Tabel 4.10

Interpretasi Persentasi Skor

N0 Interval Kategori

1 81% - 100% Sangat Baik

2 61% - 80% Baik

3 41% - 60% Cukup

4 21% - 40% Kurang

5 0% - 20% Sangat Kurang

Hasil interpretasi skor nilai menunjukkan bahwa Kinerja Dinas Pengelolaan

Keuangan Daerah dalam Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang

Tahun 2011-2013 termasuk kedalam kategori baik yaitu dengan nilai rata-rata 70,79%.

4.8. Pembahasan

Sumber : Arikunto, 2010

Page 151: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

131

Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menangani Pendapatan

Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013, menunjukkan hasil perhitungan

yang variatif. Dilihat dari teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan

teori kinerja organisasi, Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dalam

Moeheriono (2009:82) yang mempunyai lima indikator yang berguna untuk mengukur

seberapa besar Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menangani

Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013 itu sudah tinggi atau

masih rendah yang diantaranya yaitu: Indikator Masukan (input), Indikator Keluaran

(output), Indikator Hasil (outcomes), Indikator Manfaat (benefit), dan Indikator

Keluaran (impact).

1. Indikator Masukan (input)

Merupakan hal yang berkenaan dengan segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dapat berjalan. Dari hasil pengolahan data yang dalam

indikator penelitian ini memuat 11 butir instrument pernyataan untuk indikator

Masukan (input) didapatkan hasil, hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari

indikator Masukan (input) adalah 4 x 67 x 6 = 1608 (4 nilai tertinggi dari setiap

jawaban pernyataan yang diajukan pada responden, kriteria skor berdasarkan

pada skala Likert, 67 = jumlah sampel yang dijadikan responden, 6 = jumlah

pernyataan yang ada pada indikator Masukan (Input)). Setelah menemukan skor

ideal kemudian dibagikan dengan riil yang diisi oleh responden yaitu sebesar

1162 : 1608 = 0,72 x 100% = 72%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kinerja

Page 152: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

132

Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menangani Pendapatan Pajak Air

Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013 yaitu dilihat dari indikator masukan

(input) termasuk kedalam kategori Baik dengan hasil skor 72%, yang artinya

kebutuhan dalam pelaksanaan kegiatan sudah berjalan dengan baik, serta sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan diantaranya wajib pajak sudah membayar

setoran pajak air tanah melalui DPKD, jumlah setoran pajak air tanah yang

dibayar sudah sesuai dengan penggunaan meter air, pegawai DPKD memiliki

kompetensi dalam bekerja, Sarana dan Prasarana yang diberikan sudah baik,

jumlah jam kerja pegawai sudah efektif serta DPKD sudah menggunakan media

cetak dan elektronik sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak

air tanah dalam membayar pajak.

2. Indikator Keluaran (output)

Merupakan hal yang berkenaan dengan segala sesuatu yang diharapkan

langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau non-fisik. Dari

hasil pengolahan data yang dalam indikator penelitian ini memuat 6 butir

instrument pernyataan untuk indikator Keluaran (output) didapatkan hasil, hasil

tersebut diperoleh dari skor ideal dari indikator Keluaran (output) adalah 4 x 67 x

6 = 1608 (4 nilai tertinggi dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan pada

responden, kriteria skor berdasarkan pada skala Likert, 67 = jumlah sampel yang

dijadikan responden, 6 = jumlah pernyataan yang ada pada indikator Keluaran

(output) ). Setelah menemukan skor ideal kemudian dibagikan dengan riil yang

Page 153: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

133

diisi oleh responden yaitu sebesar 1094 : 1608 = 0,68 x 100% = 68%. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam

Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013 yaitu

dilihat dari indikator keluaran (output) termasuk kedalam kategori Baik dengan

hasil skor 68%, yang artinya DPKD sudah melakukan kegiatan sosialisasi dan

pembinaan kepada wajib pajak air tanah secara langsung dan rutin. Hal ini terlihat

dari pegawai DPKD yang sudah menyampaikan informasi mengenai kegiatan

sosialisasi dan pembinaan tentang pajak air tanah melalui undangan. Selain itu,

DPKD juga sudah melakukan pendekatan secara persuasif, pemeriksaan

monitoring, dan penagihan aktif kepada wajib pajak air tanah dengan baik.

Namun, masih ada beberapa responden yang belum merasakan pendekatan

tersebut dikarenakan petugas DPKD yang datang ke lokasi hanya sekedar

memberi Formulir Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) saja, dan langsung pergi

ke lokasi yang lain tanpa melakukan pendekatan apapun.

3. Indikator Hasil (outcomes)

Merupakan hal yang berkenaan dengan tingkat pencapaian atas hasil yang

lebih tinggi yang mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak. Dari hasil

pengolahan data yang dalam indikator penelitian ini memuat 5 butir instrument

pernyataan untuk indikator Hasil (outcomes) didapatkan hasil, hasil tersebut

diperoleh dari skor ideal dari indikator Hasil (outcomes) adalah 4 x 67 x 5 = 1340

(4 nilai tertinggi dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan pada responden,

Page 154: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

134

kriteria skor berdasarkan pada skala Likert, 67 = jumlah sampel yang dijadikan

responden, 5 = jumlah pernyataan yang ada pada indikator Keluaran (output) ).

Setelah menemukan skor ideal kemudian dibagikan dengan riil yang diisi oleh

responden yaitu sebesar 963 : 1340 = 0,71 x 100% = 71%. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dalam

Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013 yaitu

dilihat dari indikator hasil (outcome) termasuk kedalam kategori Baik dengan

hasil skor 71%, yang artinya tingkat pencapaian hasil yang diperoleh DPKD

sudah tercapai diantaranya pegawai DPKD memiliki komunikasi dan

pengetahuan yang baik mengenai pajak air tanah, menerapkan prinsip Self

Assessment System (menghitung, menyetor sendiri) kepada wajib pajak air tanah,

serta pegawai DPKD sudah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan visi

dan misi organisasi salah satunya yaitu meningkatkan pelayanan masyarakat.

Selain itu juga, pegawai DPKD cekatan dalam menangani kebutuhan wajib pajak

air tanah.

4. Indikator Manfaat (benefit)

Merupakan hal yang berkenaan dengan sesuatu yang terkait dengan tujuan

akhir dari pelaksanaan kegiatan. Dari hasil pengolahan data yang dalam indikator

penelitian ini memuat 3 butir instrument pernyataan untuk indikator Manfaat

(benefit) didapatkan hasil, hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari indikator

Manfaat (benefit) adalah 4 x 67 x 3 = 804 (4 nilai tertinggi dari setiap jawaban

Page 155: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

135

pernyataan yang diajukan pada responden, kriteria skor berdasarkan pada skala

Likert, 67 = jumlah sampel yang dijadikan responden, 3 = jumlah pernyataan

yang ada pada indikator Manfaat (benefit) ). Setelah menemukan skor ideal

kemudian dibagikan dengan riil yang diisi oleh responden yaitu sebesar 512 : 804

= 0,63 x 100% = 63%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kinerja Dinas

Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di

Kota Serang Tahun 2011-2013 yaitu dilihat dari indikator manfaat (benefit)

termasuk kedalam kategori Baik dengan hasil skor 63%, yang artinya pegawai

DPKD sudah memberikan pelayanan yang berkualitas kepada wajib pajak air

tanah dan sebagian wajib pajak sudah menggunakan water meter sebagai alat

ukur meter air. Namun, disisi lain terdapat kekurangan dalam pelayanan DPKD

yaitu di dalam kantor DPKD tidak memiliki kotak saran untuk mengetahui

keluhan yang dirasakan wajib pajak air tanah mengenai pelayanan pajak air tanah,

dan masih ada beberapa wajib pajak air tanah yang belum menggunakan water

meter sebagai alat ukur untuk memudahkan pegawai DPKD dalam menghitung

pajak air tanah.

5. Indikator Dampak (impact)

Merupakan hal yang berkenaan dengan pengaruh yang ditimbulkan baik

positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang

ditetapkan. Dari hasil pengolahan data yang dalam indikator penelitian ini

memuat 3 butir instrument pernyataan untuk indikator Manfaat (benefit)

Page 156: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

136

didapatkan hasil, hasil tersebut diperoleh dari skor ideal dari indikator Manfaat

(benefit) adalah 4 x 67 x 3 = 804 (4 nilai tertinggi dari setiap jawaban pernyataan

yang diajukan pada responden, kriteria skor berdasarkan pada skala Likert, 67 =

jumlah sampel yang dijadikan responden, 3 = jumlah pernyataan yang ada pada

indikator Manfaat (benefit) ). Setelah menemukan skor ideal kemudian dibagikan

dengan riil yang diisi oleh responden yaitu sebesar 589 : 804 = 0,72 x 100% =

73%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan

Daerah dalam Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun

2011-2013 yaitu dilihat dari indikator dampak (impact) termasuk kedalam

kategori Baik dengan hasil skor 73%, yang artinya pelaksanaan kegiatan yang

dilaksanakan DPKD berpengaruh positif terhadap wajib pajak air tanah

diantaranya hasil dari kegiatan sosialisasi dan pembinaan yang dijalankan DPKD

memberikan kemudahan wajib pajak dalam membayar pajak air tanah, pajak air

tanah menjadi salah satu pendapatan utama DPKD guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat khususnya wajib pajak air tanah, DPKD sudah

memberikan sanksi hukum yang tegas kepada wajib pajak air tanah yang

melakukan penyalahgunaan pemakaian air tanah yaitu berupa surat peringatan

sebanyak 3 kali dan jika surat peringatan tersebut diabaikan maka DPKD akan

melakukan tindakan pencabutan ijin usaha kepada wajib pajak air tanah dan

diberikan denda sesuai dengan pajak yang dikenakan. Selain itu, jika tindakan

peringatan dan denda tersebut masih diabaikan juga maka DPKD akan membawa

wajib pajak air tanah tersebut kedalam jalur hukum. Sehingga, penyalahgunaan

Page 157: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

137

pemakaian air tanah akan mempengaruhi tingkat pendapatan pajak air tanah itu

sendiri.

Berdasarkan hasil interpretasi penelitian diatas dengan hasil kuesioner yang

telah diolah sebelumnya terdapat hubungan antara teori yang digunakan oleh

peneliti dengan Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menangani

Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota Serang Tahun 2011-2013.

Page 158: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

138

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Seberapa Besar

Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah

di Kota Serang Tahun 2011-2013, maka peneliti menyimpulkan bahwa Kinerja

Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Menangani Pendapatan Pajak Air Tanah di Kota

Serang Tahun 2011-2013 sudah berjalan baik dengan skor perolehan nilai sebesar

70,79% dari angka minimal 65% yaitu dilihat dari lima indikator kinerja menurut

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dalam Moeheriono antara lain

Input, Output, Outcome, Benefit, dan Impact. Adapun kesimpulan yang berhasil

didapatkan dari hasil penelitian ini adalah kebutuhan dalam pelaksanaan kegiatan

sudah berjalan dengan baik serta sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, DPKD

sudah melakukan kegiatan sosialisasi dan pembinaan kepada wajib pajak air tanah

secara langsung dan rutin, tingkat pencapaian hasil yang diperoleh DPKD sudah

tercapai, pegawai DPKD sudah memberikan pelayanan yang berkualitas kepada wajib

pajak air tanah dan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan DPKD berpengaruh

positif terhadap wajib pajak air tanah. Namun, terdapat beberapa kekurangan pada

beberapa aspek yang perlu dibenahi.

137

Page 159: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

139

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang peneliti ajukan berupa

rekomendasi, berikut :

1. Pelaksanaan kegiatan yang sudah dilakukan DPKD perlu ditingkatkan lagi

diantaranya DPKD perlu melakukan integrasi dengan pihak terkait yaitu Bank

agar wajib pajak air tanah lebih baik diarahkan membayar setoran pajak

melalui Bank saja dibandingkan melalui DPKD, hal ini bertujuan agar wajib

pajak dapat membayar pajak air tanah dengan mudah dan tidak bolak-balik

untuk menyerahkan kuitansi surat setoran pajak daerah (SSPD). Kemudian,

Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) harus lebih gencar lagi dalam

memberikan informasi kepada wajib pajak air tanah melalui media cetak dan

elektronik, karena masih banyak wajib pajak air tanah yang belum mengetahui

informasi terkait pentingnya pajak air tanah sebagai sarana untuk

meningkatkan kesadaran wajib pajak air tanah.

2. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) harus melakukan pendekatan

secara persuasif kepada wajib pajak air tanah, yaitu dengan cara meningkatkan

lagi kegiatan sosialisasi dan pembinaan kepada wajib pajak air tanah berupa

turun langsung ke masing-masing lokasi kecamatan dan bekerja sama dengan

kelurahan setempat untuk mengajak masyarakat khususnya wajib pajak air

tanah agar berkontribusi dalam membayar pajak.

Page 160: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

140

3. Meningkatkan pengetahuan dan komunikasi pegawai DPKD dengan cara

mengikuti pelatihan-pelatihan terkait pentingnya pajak air tanah. Kemudian,

pegawai DPKD juga harus memberikan pengarahan kepada wajib pajak air

tanah yang masih belum tahu mengenai cara sistem pemungutan pajak yang

dilakukan yaitu dengan cara self assesment system secara akuntabel. Karena

masih ada beberapa wajib pajak air tanah yang tidak menghitung dan menyetor

sendiri ke DPKD, melainkan wajib pajak air tanah hanya menitipkan saja Surat

Setoran Pajak Daerah (SSPD) serta memberikan jumlah setoran pajak air tanah

kepada pegawai DPKD.

4. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) diharapkan dapat menyediakan

kotak saran untuk mengetahui apa saja keluhan dari wajib pajak mengenai

pelayanan DPKD itu sendiri. Dan untuk meningkatkan kualitas layanan

dilakukan rapat evaluasi baik bulanan dan tahunan agar mengetahui dan

menilai hasil yang didapat selama kegiatan itu dilaksanakan. Selain itu juga,

DPKD harus lebih gencar lagi mengajak wajib pajak air tanah untuk

menggunakan water meter sebagai alat ukur meter air guna memudahkan

pegawai DPKD dalam menghitung pajak air tanah.

5. Meningkatkan kegiatan sosialisasi dan pembinaan yang diberikan DPKD guna

memberikan kemudahan bagi wajib pajak dalam membayar pajak air tanah.

Selain itu, DPKD juga harus lebih mengedepankan tindakan sanksi hukum

yang tegas kepada wajib pajak air tanah yang melakukan penyalahgunaan

Page 161: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

141

dalam pemakaian air tanah yaitu dengan cara bekerja sama dengan pihak yang

berwajib untuk meminimalisir penyalahgunaan dalam pemakaian air tanah

tersebut.

Page 162: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

142

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdul, Halim. 2004. hal 109. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi

Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Brajakusumah dan Solihin. 2004. Hal 169. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah, Jakarta : Gramedia.

Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, ekonomi, dan

Kebijakan. Jakarta : Kencana

Dwiyanto, Agus. Dkk. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta :

Gajah Mada University Press.

Harnanto Aris, Walujo Tjoek, Sunaryo M Trie. 2007. Pengelolaan Sumber Daya Air

(Konsep dan Penerapannya). Jawa Timur : Bayumedia Publishing.

Kurniawan Panca, Purwanto Agus. 2006. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di

Indonesia. Malang : Bayumedia.

Mahsun, Mohammad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : BPFE.

Mangkunegara, Prabu Anwar. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Page 163: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

143

Mardiasmo, 2006. Perpajakan. Yokyakarta : ANDI.

Moeheriono, 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor : Ghalia Indonesia

Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta.

Riduwan, 2007. Pengantar Statistika. Untuk penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi,

Komunikasi dan Bisnis. Bandung : Alfabeta

Sadili, Samsudin. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Pustaka

Setia

Sudjana, N.2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja

Rosdakarya

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suripin, 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi.

Siahaan, P Marihot. 2006. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada.

Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia : Teori Aplikasi dan

Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.

Zain, Muhammad. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat.

Page 164: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

144

Jurnal :

Cipta Wayan, Suwendra Wayan, dkk. 2014. Analisis Kinerja Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Berdasarkan Value For Money Audit Atas Penerimaan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) Tahun 2007-2011. Jurnal Manajemen. 6-7.

Lestari Hesti, Suwitri Sri, dkk. 2014. Implementasi Kebijakan Pajak Ait Tanah di Kota

Tegal (Kajian Perda Nomor 2 tahun 2011 Tentang Pajak Air Tanah). Jurnal Of

Public Policy And Management Review. 7-8.

Listya Rahayu. 2012. Kinerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) dalam

Memberikan Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kabupaten

Tangerang. Skripsi

Muhammad Nur Alim. 2013. Kinerja Pegawai Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja &

Transmigrasi Kabupaten Polewali Mandar (Studi Kasus Pada Bidang Tenaga

Kerja). Skripsi

Reza Adinardo. 2012. Peranan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Rangka

Pembiayaan Pembangunan Daerah di Lampung Utara. Skripsi

South, M.P. 2013. Kinerja dinas pendapatan daerah dalam pengelolaan pendapatan asli

daerah di kota bitung. Jurnal EMBA. 1203-1211.

Sumber Lain :

Indopos, 2013. Pajak Air Bawah Tanah Tidak Maksimal. 19 Januari 2014 dari

http://www.indopos.co.id/2014/01/pajak-air-bawah-tanah-tidak-maksimal.html.

Page 165: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

145

Wikipedia. (2014, 14 oktober). Kinerja. Diperoleh 12 Desember 2014, dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja.

http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-pajak-daerah.html

http://130903101010.blogspot.com/2014/05/pajak-air-tanah.html

http://www.youtube.com/netmediatama

http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/08/fokus-penelitian.html

Dokumen :

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

Daerah (DPKD) Kota Serang TA 2011 s/d 2013.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Laporan Rekapitulasi Perusahaan Pengguna/Pemakai Air Tanah di Kota Serang Tahun

2014, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten.

Page 166: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

146

Page 167: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

147

Page 168: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

148

Page 169: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

149

Page 170: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

150

Page 171: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

151

Page 172: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

152

Page 173: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

153

Page 174: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

154

Page 175: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

155

Page 176: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

156

Page 177: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

157

Page 178: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

158

Page 179: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

159

Page 180: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

160

Page 181: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

161

Page 182: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

162

Page 183: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

163

Page 184: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

164

Page 185: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

165

Page 186: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

166

Page 187: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

167

Page 188: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

168

Wajib Pajak Air Tanah (Lia Motor) Wajib Pajak Air Tanah (Yumaga Sport Center)

Wajib Pajak Air Tanah (Serang Teknindo, CV) Wajib Pajak Air Tanah (RM. S “Rizki”)

Wajib Pajak Air Tanah (Abadi Hotel) Wajib Pajak Air Tanah (Penginapan Srikandi)

Page 189: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

169

Page 190: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

170

Page 191: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

171

Page 192: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

172

Page 193: kinerja dinas pengelolaan keuangan daerah dalam menangani pendapatan pajak air tanah di kota

173

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Pribadi

Nama : Rizqi Nurjanah

NIM : 6661111897

Tempat, tanggal lahir : Serang, 11 Mei 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

No. Hp : 087808945523

Alamat : Lingkungan Tegal Cabe RT 01/02 Kel. Citangkil,

Kec. Citangkil, Kota Cilegon, Provinsi Banten.

2. Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Usman Bakarani

Nama Ibu : Kartini

3. Riwayat Pendidikan

SD : SDN Tegal Cabe Kota Cilegon

SMP : SMP Madinatul Hadid Kota Cilegon

SMA : SMA Negeri 3 Kota Cilegon