KIMIA ANORGANIK II - · PDF filePenentuan bilangan koordinasi Ion Kompleks Dengan metode...
Transcript of KIMIA ANORGANIK II - · PDF filePenentuan bilangan koordinasi Ion Kompleks Dengan metode...
1
PETUNJUK PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK II
OLEH
TIM
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2009
2
DAFTAR ISI
No. Judul Percobaan Halaman
1. Kekuatan Ligan Amonia dan Air pada kompleks Ni (II) dan Cu (II) 3-9 2. Pengaruh Kekuatan Ligan Terhadap Spektra Kompleks Cu (II) 10-11 3. Penentuan bilangan koordinasi Ion Kompleks Dengan metode JOB’S 12-15 4. Spektra berbagai Ion Logam Transisi 16-17 5. Kimia Magnet (Magneto Chemistry) 18-26 6. Electrogrowth 27-30 7. Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks Cu2+ 31-32
8. Penentuan daya hantar suatu senyawa 33-35
3
KEKUATAN LIGAN AMONIA DAN AIR PADA KOMPLEKS Ni(II) DAN Cu(II)
Maksud Percobaan :
- Mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonia dan air
Pendahuluan
Jika kristal Ni(NO3)2 dilarutkan dalam air maka zat tersebut terionisasi menghasilkan ion
kompleks [Ni(H2O)6]2+. Molekul air yang terkoordinasi (disebut ligan) dalam kesetimbangan
dinamik dengan molekul air yang tidak terkoordinasi (molekul air yang bebas). Enam molekul
air yang terkoordinasi dapat diganti oleh ligan-ligan lain dalam larutan yang dapat terikat lebih
kuat. Sebagai contoh penukaran H2O oleh NH3.
[Ni(H2O)6]2+ + NH3 [Ni(H2O)5(NH3)]2+
[Ni(H2O)5(NH3)]2+ + NH3 [Ni(H2O)4(NH3)2]2+
[Ni(H2O)4(NH3)2]2+ + NH3 [Ni(H2O)3(NH3)3]2+
[Ni(H2O)5(NH3)3]2+ + NH3 [Ni(H2O)2(NH3)4]2+
[Ni(H2O)2(NH3)4]2+ + NH3 [Ni(H2O) (NH3)5]2+
[Ni(H2O)(NH3)5]2+ + NH3 [Ni(NH3)6]2+
Dengan adanya kelebihan NH3 dalam penukaran ini akan menghasilkan ion kompleks
[Ni(NH3)6]2+. Perubahan warna larutan kompleks [Ni(H2O)6]2+ dari hijau ke biru menunjukkan
adanya perubahan kimia.
Warna karakteristik ion nikel dan ion logam transisi lain (ion-ion dengan tingkat elektron d
terisi sebagian) diterangkan dengan istilah energi relatif elektron dalam tingkat elektron d yang
terisi sebagian.
Kelima orbital d (dx2-y2, dz2, dxy, dyz dan dxz) dalam ion logam bentuk gas mempunyai
tingkat energi yang sama, karenanya mempunyai kesamaan kemungkinan yang sama untuk
mendapatkan elektron dalam kelima orbital tersebut.. Gambar 1 menunjukkan pendekatan teori
medan kristal tentang perubahan yang terjadi pada ion logam karena suatu ligan mendekati ion
logam untuk membentuk suatu ion kompleks.
4
dz2 dx2-y2
Δo
Energi dxy dyz dxz
dxy dyz dxz dz2 dx2-y2
\
Gambar 1. Pemisahan tingkat energi elektron orbital d oleh medan kristal oktahedral
Dalam teori medan kristal, ligan-ligan direduksi menjadi titik yang bermuatan. Interaksi
muatan-muatan titik ini dengan elektron dalam orbital d ion logam akan menaikkan energi semua
orbital d, tetapi mereka tidak lagi memiliki energi yang sama. Elektron-elektron dalam orbital dz2
dan dx2-y2 akan mengalami interaksi yang lebih besar dengan muatan-muatan ligan yang
mendekatinya daripada elektron-elektron dalam orbital dxy , dxz dyz. Pertimbangan simetri juga
menghasilkan kesimpulan yang sama terhadap orbital-orbital d lainnya
Pola pemisahan tersebut berlaku untuk semua ion kompleks yang terkoordinasi secara
oktahedral. Δo (didefinisikan sebagai 10 Dq) menunjukkan perbedaan energi antara tiga orbital
setingkat dxy, dyz, dxz dengan dua orbital setingkat dx2-y2 , dz2.
Spektrum oktahedral [Ti(H2O)6]3+ dengan elektron d tunggal dapat ditemukan dalam salah
satu orbital dxy, dyz, dxz. Pada absorpsi suatu photon ekivalen energi dengan Δo, elektron dalam
salah satu orbital d dengan energi lebih rendah akan dinaikkan ke orbital d dengan energi lebih
tinggi dx2-y2 atau dz2. Suatu harga yang khas untuk Δo, perbedaan energi antara dua tingkat energi
dalam gambar 1 adalah 5,8 x 104 kalori/mol (frekuensi 20.300 cm-1)
20.300 cm 1 kkal / mol349,75 cm
58,04 kkal / mol1-1
− = =
Ini sesuai dengan radiasi sebesar 6,1 x 1014 Hz atau panjang gelombang 490 nm. Besarnya 10
Dq tersebut dipengaruhi oleh jenis ion logam, bilangan oksidasi dan ligan yang terlibat. Transisi
elektrinik dari tingkat energi pertama ke tingkat energi yang lain jatuh pada daerah sinar tampak
atau spektrum elektromagnetik. Warna yang nampak adalah komplemen warna cahaya yang
diserap, sebagai contoh kompleks [Ti(H2O)6]3+ berwarna violet berarti warna yang diserap adalah
5
komplemen warna violet yaitu hijau kekuningan. Hubungan antara daerah panjang gelombang
yang diabsorbsi dan warna yang nampak ditunjukkan oleh Tabel 1.
Tabel 1. Hubungan antara daerah panjang gelombang yang diserap dan warna komplemennya
λ (nm) Warna yang diserap sistem Warna komplemen 380 - 435 violet (merah kebiruan) hijau kekuningan 435 - 480 biru kuning 480 - 490 biru kehijauan orange (kuning - merah) 490 - 500 hijau kebiruan merah 500 - 560 hijau purple (campuran merah dan biru)560 - 580 hijau kekuningan violet 580 - 595 kuning biru 595 - 650 orange biru kehijauan 650 - 780 merah hijau kebiruan
Ligan yang berbeda berinteraksi secara berbeda dengan orbital-orbital d ion logam pusat.
Δo , merupakan ukuran interaksi yang dapat membedakan komplek-komplek yang berbeda dari
ion logam. Sebagai contoh, telah diteliti bahwa Δo umumnya bertambah menurut urutan Cl- <
H2O < NH3 < CN- , ini merupakan ukuran spektrokimia sejumlah ligan. Jika Δo bertambah,
absorpsi maksimum akan memiliki panjang gelombang yang lebih pendek. sesuai dengan
bertambahnya energi orbital dxy, dyz atau dxz untuk menaikkannya ke orbital dx2-y2 atau dz2. Makin
pendek absorpsi maksimum panjang gelombang, makin besar perbedaan energi antara tingkat
energi awal dan akhir.
Gambar 2 merupakan rangkuman dari gejala spektroskopik dari konfigurasi [Ar] 3d1 yang
ditemukan pada Ti3+. 2D merupakan simbol untuk tingkat energi dari orbital d yang setingkat
dengan tidak adanya medan kristal. Bila medan kristal naik, 2D yang setingkat membelah
menjadi tiga tingkat 2T yang setingkat dan lebih stabil serta dua tingkat 2E yang setingkat dan
kurang stabil. Informasi yang diberikan oleh penyimbulan 2D, 2E dan 2T tidak penting untuk
pemahaman spektra. Simbol-simbol tersebut digunakan sebagai nama untuk tingkat energi yang
bervariasi. Dalam beberapa penetapan Δo, perbedaan energi antara tingkat 2T dan 2E sesuai
dengan energi yang diinginkan untuk menaikkan konfigurasi [Ar] 3d1 dari tingkat energi 2T
6
menjadi tingkat energi 2E. Karena Δo bertambah, pemisahan energi 2T - 2E bertambah. Hal ini
mengakibatkan pembagian absorpsi maksimum menjadi panjang gelombang yang lebih pendek.
2E
ΔE untuk 2T 2E
Energi 2D
2T
0 Δo
Gambar 2. Diagram yang Menunjukkan Tingkat Energi dari Konfigurasi Elektron d1 pada Suatu Kompleks Oktahedral
Diagram energi untuk konfigurasi elektron d8 (Ni2+) dalam kompleks oktahedral
ditunjukkan oleh Gambar 3.
3T1g (P) 3P 3T1g (F) 3F 3T2g (F) Energi 3A2g (F) Δ0 0 Gambar 3. Diagram yang menunjukkan tingkat energi untuk konfigurasi elektron d8 dalam kompleks oktahedral
7
Tingkat energi 3A2g (F) merupakan tingkat energi yang paling stabil untuk elektron 3d nikel.
Dari tingkat energi tersebut akan didapatkan tiga keadaan transisi. Untuk kompleks [Ni(H2O)6]2+
dan [Ni(NH3)6]2+ telah dilaporkan oleh Jorgensen1 :
[Ni(H2O)6]2+ [Ni(NH3)6]2+ Ditandai transisi 1180 nm 935 nm 3A2g (F) 3T2g (F)
746 nm 572 nm 3A2g (F) 3T1g (F)
395 nm 354 nm 3A2g (F) 3T1g (P)
Ligan NH3 akan memberikan harga Δ0 yang lebih besar daripada H2O, ini sesuai dengan gerakan
ke kanan dalam Gambar 3. Perbedaan energi tersebut mengakibatkan masing-masing transisi
akan dinaikkan dan akan menghasilkan pergeseran ketiga absorbsi nikel ke panjang gelombang
yang lebih pendek (ΔE = hc(1/λ)
A. KOMPLEKS Ni2+
Alat dan Bahan
Alat : - Labu ukur 10 ml 4 buah - Pipet gondok 2 ml, 5 ml dan 10 ml masing-masing 1 buah - Gelas beaker 100 ml 2 buah - Gelas beaker 250 ml - Spektrofotometer - Gelas ukur 25 mL atau 50 mL Bahan : 1) Ni2+ 0,1 M {15 gram Ni(NO3)2.6H2O (berat molekul 290,8) dalam 500 ml larutan. Perlu ditambah 1 tetes HNO3 untuk mencegah hidrolisis ion Ni2+} 2) NH3 pekat.
Cara Kerja
1. Siapakan 2 buah gelas beker ukuran 50 mL.
2. Gelas beker I dituangi dengan 10 mL larutan induk Ni2+ 0,1 M (lakukan dengan gelas ukur).
Ion Ni2+ dalam larutan ini sebagai [Ni(H2O)6]2+.
3. Gelas beker II dituangi dengan 10 mL larutan induk Ni2+ 0,1 M, 2 mL NH4OH pekat dan 7 mL
air. Amati perubahan warna yang terjadi.
1 C. K. Jorgensen, Acta Chem. Scan., Vol. 9, (1957), p. 1362.
8
4. Amati serapan kedua larutan tersebut dengan spektrofotometer yang dapat mengabsorbsi
panjang gelombang antara 300 - 900 nm.
5. Bandingkan hasil pengamtan saudara dengan hasil Jorgensen !
Tugas :
1. Dapat ditunjukkan bahwa transisi 3A2g (F) 3T2g (F) sesuai dengan Δ0 dan transisi 3A2g (F) 3T1g (F) sesuai dengan perbedaan energi 9/5 Δ0. Berdasar eksperimen saudara
hitung Δ0 (satuan m-1) untuk [Ni(H2O)6]2+ dan [Ni(NH3)6]2+. Bandingkan harga perkiraan Δ0
rata-rata untuk masing-masing ion dengan hasil hitungan ion Ti3+.
2. Energi untuk transisi 3A2g (F) 3T1g (P) sesuai dengan 6/5 Δ0 + ΔE(3F 3P).
ΔE(3F 3P) merupakan perbedaan tingkat energi 3F dan 3P dalam ion Ni2+ dalam keadaan
gas. Jika spektrofotometer yang anda gunakan tidak dapat menghasilkan data untuk ini, maka
gunakan pengamatan Jorgensen (m-1) untuk menghitung dua perkiraan pemisahan 3F 3P.
B. KOMPLEKS Cu2+
Alat dan Bahan
Alat : - Labu ukur 10 ml 4 buah
- Pipet gondok 2 ml, 5 ml dan 10 ml masing-masing 1 buah
- Gelas beaker 100 ml 2 buah
- Gelas beaker 250 ml
- Gelas ukur 25 mL atau 50 mL
- Spektrofotometer
Bahan :
1) Cu2+ 0,1 M (6,242 gram CuSO4.5H2O dalam 250 ml larutan). Perlu ditambah 1 tetes H2SO4
untuk mencegah terbentuknya endapan Cu(OH)2
2) NH3 pekat.
9
Cara Kerja :
1. Siapkan 2 buah gelas beker ukuran 50 mL.
2. Gelas beker I dituangi dengan 10 mL (menggunakan gelas ukur) larutan induk Cu2+ 0,1 M. Ion
Cu2+ dalam larutan ini sebagai [Cu(H2O)4]2+.
3. Gelas beker II dituangi 10 mL (menggunakan gelas ukur) larutan induk Cu2+ 0,1 M dan 2 mL
NH4OH pekat
4. Amati serapan larutan tersebut menggunakan spektrofotometer dengan air sebagai blankonya
pada λ : 660 – 850 nm.
5. Bandingkan kekuatan ligan antara air dan ammonia dalam ion kompleks [Cu(H2O)4]2+ dan
[Cu(NH3)4]2+ (dapat diketahui dengan membandingkan absorbansi panjang gelombang
maksimumnya).
10
PENGARUH KEKUATAN LIGAN TERHADAP SPEKTRA KOMPLEKS Cu (II)
Maksud Percobaan :
Mempelajari pengaruh kekuatan ligan NH3 terhadap spektra kompleks Cu2+.
Pendahuluan
Spektra visible pada larutan yang mengandung Cu2+ berbentuk pita tunggal asimetris yang
melebar. Ini adalah merupakan spektra karena transisi elektronik pada kompleks tetrahedral
[Cu(H2O)6]2+ .
Jika ammonia ditambahkan ke dalam larutan kompleks [Cu(H2O)6]2+, maka molekul air
akan disubsitusi oleh ammonia menjadi ion kompleks [Cu(H2O)n(NH3)6-n]2+ ( n = 1 6 ).
Substitusi molekul air oleh molekul ammonia ditentukan oleh kekuatan ligan NH3 . Kekuatan
ligan NH3 lebih besar dibandingkan dengan H2O. Substitusi H2O oleh ammonia ditunjukkan
dengan pergeseran λ max ke λ lebih pendek.
ALAT :
- Gelas ukur 5 mL 1 buah
- Spektrofotometer 1 buah
- Gelas beaker (50 mL) 5 buah
- Pengaduk 1 buah
- Labu ukur 50 mL 1 buah
BAHAN :
(a) Larutan CuSO4.5H2O 1 M
(b) Larutan NH4Cl 2M
(c) Larutan NH4OH 1M, 2M, 3M
(d) NH4Cl padat
CARA KERJA :
11
1. NH4Cl padat ditambahkan pada 0,5 ml larutan CuSO4.5H2O sampai jenuh. Kemudian
tambahkan perlahan-lahan 0,5 ml NH4OH 1M. Tambahkan lagi padatan NH4Cl untuk
menjenuhkan kembali. Diamkan sebentar sampai diperoleh dua lapisan. (Jika anda salah
melakukan prosedur ini akan diperoleh Cu(OH)2 dan harus diulang lagi). Biarkan
sebentar hingga didapatkan dua lapisan cair dan padat.
Larutkan 1 ml larutan jenuh tersebut kedalam 5 ml NH4Cl 2M sehingga terbentuk
[Cu(H2O)5(NH3)]2+ dalam larutan.
Ukurlah lamda maksimum larutan tersebut.
2. Ulangi point 1 dua kali lagi tetapi larutan NH4OH 1 M diganti dengan larutan NH4OH 2M
dan 3M sehingga akan terbentuk kompleks [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ dan [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ .
Ukurlah lamda maksimum untuk masing-masing larutan tersebut.
3. Tambahkan 3 mL larutan NH4OH 3M kedalam 1 mL larutan CuSO4 1 M.
Ukurlah lamda maksimum larutan tersebut. Apabila absorbansi terlalu besar (>1), maka
encerkan dahulu sehingga absorbansi larutan <1.
4. Encerkan 1 mL larutan CuSO4 1 M sehingga volumenya 50 mL.
Ukurlah lamda maksimum larutan tersebut.
REFFERENSI :
Cotton & Wilkinson, Advance inorganic Chemistry, 5thed, p.770.
PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI ION KOMPLEKS DENGAN METODE JOB’S
12
MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CNS)n]3-n
PENDAHULUAN
Suatu kompleks yang terbentuk antara logam M dengan ligan X sesuai persamaan :
M2+ + aX [MXa]2+
dapat ditentukan nilai anya dengan metode Job’s atau metode variasi kontinue.
Jika a memiliki harga satu, maka larutan dengan konsentrasi sama dari logam dan ligan
akan bereaksi dengan perbandingan mol yang sama dan akan didapatkan konsentrasi kompleks
yang relatif tinggi dalam larutan. Akan tetapi jika dibuat larutan dengan mencampurkan dengan
perbandingan [M] : [X] = 1 : 2 maka logam yang tersedia tidak akan cukup untuk bereaksi
dengan ligan yang tersedia dan akibatnya hanya memberikan konsentrasi kompleks yang relatif
rendah.
Jika perbandingan stoikiometri kompleks yang terbentuk [M] : [X] = 1 : 2 (bentuk
kompleks MX2), maka konsentrasi maksimum kompleks akan diperoleh jika larutan dibuat
dengan mencampurkan logam dan ligan dengan perbandingan [M] : [X] = 1 : 2.
Untuk menentukan perbandingan stoikiometri tersebut dapat digunakan metode Job’s.
Dibuat sejumlah larutan ion logam dan larutan ligan dengan perbandingan tertentu. Tiap-tiap
larutan ion logam dan ligan mencerminkan sifat karakteristik kompleks tertentu MXa. Dalam
percobaan ini akan ditentukan banykanya mol ion ligan CNS- dalam ion kompleks Fe(CNS)63-
yang menunjukkan serapan maksimum pada λmaks 480 nm.
Ion Fe3+ dengan ion CNS- dalam suasana asam membentuk ion kompleks yang stabil
berwarna merah sesuai dengan reaksi :
Fe3+ + n CNS- + H+ [Fe(CNS)n]3-n
dengan n = 1, 2, 3, ……….. 6 tergantung perbandingan konsentrasi ion-ion Fe3+ dan ion CNS-
nya.
Dari perbandingan fraksi mol M2+ dan fraksi mol L serta absorbansi campuran larutan
dapat dibuat suatu grafik yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan perbandingan mol
M2+ dan mol L, misalnya seperti ditunjukkan oleh Grafik berikut :
13
λmaks
0,33
| | | | | |
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 fraksi mol M2+
1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 fraksi mol L
1. Menentukan banyaknya mol ion ligan CNS- dalam ion kompleks [Fe(CNS)6]3- dengan
metode variasi kontinue.
Dengan metode ini, perlu dibuat suatu seri larutan ion kompleks yang konsentrasi masing-
masing penyusunnya yaitu larutan ion Fe3+ dan larutan KCNS divariasi, tetapi jumlahnya
dibuat tetap; kemudian masing-masing serapannya diukur pada panjang gelombang tetap =
480 nm, dan pada temperatur tetap ( suhu kamar)
Selanjutnya dibuat grafik peradaan antara serapan yang diukur dan serapan campuran jika
tidak terjadi reaksi vs mol - fraksi salah satu pereaksi. Oleh karena dalam hal ini mol -faksi
dengan fraksi volume yaitu VM/(VM+VL), dimana VM adalah larutan kation, sedang VL adalah
volume larutan ligan, maka grafik tersebut akan menunjukkan suatu maksimum (atau suatu
minimum jika serapan kompleks lebih kecil daripada serapan campuran) pada perbandingan
volume VM/VL, sesuai dengan perbandingan mol antara kation dan anion dalam kompleks.
Alat dan bahan-bahan
Alat-alat dan bahan-bahan yang dipergunakan dalam perconbaan ini, sama dengan alat-alat
dan bahan-bahan yang dipergunakan dalam percobaan 1)
Alat : gelas beker Bahan : FeCl310-2 M
14
Gelas ukur HNO3 4 M
Pengaduk KCNS
Spectronic 20 K3 Fe (CNS)3
Cara Kerja
1. Buatlah masing-masing 7 (tujuh) buah seri larutan dari larutan-larutan ion Fe +++, larutan
KCNS dan larutan ion kompleks seperti cara contoh dalam tabel : 1 ; 2
2. Aduklah larutan-larutan tersebut sehingga homogen, kemudian masing-masing larutan
berilah tanda (misalnya A1, A2, ………A7 ; B1, B2, ………..B7; dan C1, C2, ………..C7).
3. Tentukan dan catatlah serapan-serapan dari masing-masing larutan pada panjang
gelombang tetap = 480 nm.
4. Hitung Δ A untuk satu seri larutan, yaitu selisih dari serapan (A) larutan ion kompleks
(tabel 3) dengan jumlah serapan dari larautan ion Fe3+ (tabel 1) dan lauran KCNS (tabel 2)
5. Buatlah grafik antara Δ A sebagai ordinat, dan buatlah mol-faksi (fraksi volume) salah
satu pereaksi sebagai absisnya; kemudian dari grafik tersebut tentukan perbandingan
banyaknya mol antara ion Fe+++ dan ion CNS - dalam ion kompleks [Fe(CNS)n]3-n pada
titik setaranya.
Tabel 1 seri larutan-larutan ion Fe+++
No. Larutan ion
Fe3+ 10-2 M
HNO3
4 M
H2O [Fe+++] Serapan (A)
1. 0 ml 1 ml 9 ml 0
2. 1 ml 1 ml 8 ml 1 x 10-3
3. 2 ml 1 ml 7 ml 2 x 10-3
4. 3 ml 1 ml 6 ml 3 x 10-3
5. 4 ml 1 ml 5 ml 4 x 10-3
6. 5 ml 1 ml 4 ml 5 x 10-3
7. 6 ml 1 ml 3 ml 6 x 10-3
Tabel : 2. Seri larutan-larutan ion CNS -
No. Larutan ion
CNS- 10-2 M
HNO3
4 M
H2O [ CNS- ] Serapan (A)
1. 6 ml 1 ml 3 ml 6 x 10-3
15
2. 5 ml 1 ml 4 ml 5 x 10-3
3. 4 ml 1 ml 5 ml 4 x 10-3
4. 3 ml 1 ml 6 ml 3 x 10-3
5. 2 ml 1 ml 7 ml 2 x 10-3
6. 1 ml 1 ml 8 ml 1 x 10-3
7. 0 ml 1 ml 9 ml 0
Tabel : 3. Seri larutan-larutan ion kompleks [Fe(CNS)n]3-n
No. Larutan ion
Fe3= 10-2F
HNO3
4 M
H2O
ml
Larutan ion
CNS- 10-2F
Serapan Δ A
1. 6 ml 1 ml 3 0 ml
2. 5 ml 1 ml 3 1 ml
3. 4 ml 1 ml 3 2 ml
4. 3 ml 1 ml 3 3 ml
5. 2 ml 1 ml 3 4 ml
6. 1 ml 1 ml 3 5 ml
7. 0 ml 1 ml 3 6 ml
16
SPEKTRA BERBAGAI ION LOGAM TRANSISI
MAKSUD PERCOBAAN :
Mempelajari spektra berbagai ion kompleks PENDAHULUAN :
Kebanyakan senyawa kompleks dapat mengabsorpsi radiasi elektromagnetik pada daerah
UV/VIS (daerah 190 – 800 nm). Jika sejumlah radiasi terabsorp oleh senyawa kompleks, maka
energi adsorpsi tersebut menyebabkan terjadinya transisi elektronik dari keadaan dasar ke
keadaan eksitasi. Pada proses eksitasi, radiasi elektromagnetik yang terabsorp memiliki energi
yang tepat sama dengan perbedaan antara energi keadaan eksitasi dengan energi keadaan dasar.
E (eksitasi)
ΔE = hν
E (keadaan dasar)
Tidak semua transisi elektronik yang terjadi pada suatu senyawa kompleks yang terkena
radiasi dapat teramati pada spektra absorpsinya. Hal ini karena intensitas yang dihasilkan
berbeda-beda. Transisi dari n (nonbonding) ke π*, misalnya, adalah transisi “forbidden” yang
biasanya menghasilkan spektra UV dengan intensitas rendah. Spektra absorpsi yang dihasilkan
oleh molekul sunyawa kompleks biasanya terjadi pada panjang gelombang yang lebar karena
molekul senyawa kompleks biasanya memiliki banyak tingkatan “keadaan eksitasi”
Secara empiris, hubungan antara intensitas absorpsi dengan konsentarsi ditunjukkan oleh
persamaan Lambert Beer :
( ) C b IIo Log ε=
17
Log (Io/I) disebut sebagai densitas optikal atau sering disebut absorbansi (A), ε adalah
panjang sel dalam cm. ε adalah besaran yang dapat menunjukkan adanya transisi elektronik tanpa
dipengaruhi oleh preparasi sampel. Harga ε setara dengan harga absorbansi (A) pada konsentrasi
larutan yang sama. Puncak spektra dengan harga ε besar akan menghasilkan intensitas yang
tinggi untuk konsentrasi tertentu jika dibandingkan dengan puncak spektra dengan harga ε lebih
kecil.
Alat dan Bahan
Alat :
- Spektrofotometer UV/VIS
Bahan :
Larutan berbagai ion logam transisi
antara lain :
- Larutan Ni(NO3)2
- Larutan FeSO4
- Larutan KMnO4
- Larutan Co(NO3)2
- Larutan K2Cr2O7
- Larutan CuSO4
Cara Kerja :
1. Siapkan spektrometer UV/VIS, atur λ.
2. Masukkan blanko, klik “read blank”.
3. keluarkan blanko, masukkan sampel.
4. Klik “read sample” hingga keluar grafik absorbansinya.
5. Perbaiki spektrum bila kurva kurang baik.
6. Cetak grafik.
7. Pelajari spektra tersebut (meliputi puncak maksimum utama dan sekunder yang berasal dari
pergeseran elektronik utama).
18
KIMIA MAGNET (MAGNETO CHEMISTRY)
MAKSUD PERCOBAAN
Menunjukkan sifat momen magnet suatu ion logam dalam berbagai garam.
PENDAHULUAN
Zat yang dapat ditarik oleh suatu medan magnet kuat disebut paramagnetik sedang zat
yang ditolak oleh medan magnet kuat disebut diamagnetik. Sifat-sifat suatu zat paramagnetik
sering dinyatakan dengan istilah μe (momen magnet efektif).
kTN e
Xg 3
22
μβ
=
χg = sensitivitas massa (per gram atom, 1 s/d 100 x 10-6 c.g.s., dapat diperoleh dari
hasil eksperimen yang akan saudara lakukan)
N = bilangan Avogadro (6,02 x 1023)
β = Bohr magneton (0,9273 x 10-20 erg/gauss)
k = tetapan Boltzman (1,381 x 10-16 erg/der.)
T = temperatur (oK)
μ = (2,828 χe . T) BM (Bohr magneton)g
Untuk 1 mol zat (sensitivitas molar) digunakan istilah χm,
χm = χg x berat molekul
Dalam suatu senyawa juga terdapat gugus atau ligan yang bersifat diamagnetik, ini juga perlu
diperhitungkan sebagai faktor koreksi diamagnetik, untuk mendapatkan sensitivitas paramagnetik
murni χA :
χA = χm - ΣχL χL = faktor korekasi diamagnetik
Harga momen magnet suatu ion tergantung dari banyaknya elektron yang tidak
berpasangan.
19
m spin only 2 S(S + 1) BM (Bohr magneton) ( ) = S = jumlah elektron tak berpasangan (= n x ½)
Jumlah elektron tak berpasangan
S μ (BM)
1 2 3 4 5
½ 1
3/2 2
5/2
1,73 2,83 3,87 4,90 5,92
*μ (spin only) < μe
Contoh :
Pengukuran sensitivitas massa (χg) senyawa Ni(C17H38N4O3)(ClO4)2 = 5,4968 x 10-6 c.g.s.
pada 20,1 oC, berapa BM harga μe ?
Jawab :
χg = 5,4968 x 10-6 c.g.s.
χm = χg x berat molekul.
= 5,4968 x 10-6 x 604,1134
= 3,3207 x 10-3 c.g.s.
Kontribusi (koreksi diamagnetik, χL ) :
Ni = 1 x (-12,8 x 10-6) = -12,8 x 10-6
ClO4 = 2 x (-32,0 x 10-6) = -64,0 x 10-6
C = 17 x (-6,0 x 10-6) = -102,0 x 10-6
H = 38 x (-2,93 x 10-6) = -111,34 x 10-6
N = 4 x (-4,61 x 10-6) = -18,44 x 10-6
O = 3 x (-4,61 x 10-6) = -13,83 x 10-6
χL = -322,41 x 10-6.
χA = χm - χL
χA = 3,3207 x 10-3 c.g.s. - (-322,41 x 10-6 c.g.s.)
χA = 3,6431 x 10-3 c.g.s.
μ = (2,828 χe . T) BM (Bohr magneton)A
20
μe = 2,828 (3,6431 x 10-3)(273 + 20,1)1/2 BM
μe = 2,922 BM
Faktor koreksi diamagnetik untuk bebrapa ion dan molekul (x10-6 c.g.s.)
KATION ANION MOLEKUL
Li+ -1 F- -9 H2O -13
Na+ -7 Cl- -23 NH3 -16
K+ -15 Br- -34 etilendiamin -47
Rb+ -22 I- -50 piridin -49
Cs+ -33 CH3COO- 29 (C6H5)3P -167
NH4+ -13 C6H5COO- -71
Mg2+ -4 CN- -13
Ca2+ -9 CNO- -23
Sr2+ -16 CNS- -4
Ba2+ -26 ClO4- -32
Cu+ -15 CO32- -28
Ag+ -27 C2O42- -28
Zn2+ -13 HCOO- -17
Cd2+ -20 NO3- -19
Hg2+ -36 O2- -6
Tl+ -36 OH- -11
Pb2+ -32 S2- -28
Logam-logam SO42- -38
transisi periode 4 -13 S2O32- -46
Bahan : NaCl FeCl3 ZnSO4
Ni(ClO3)2 K4Fe(CN)6 MgCl2
FeCl2 K3Fe(CN)6 Cu(NH3)4SO4
KMnO4 CuSO4 MnSO4
K2Cr2O7 CuSO4.5H2O Cu(CH3COO)2. H2O
21
Alat : Magnetic Susceptibility Balance (MSB - AUTO)
Cara Kerja :
Sebelum anda terbiasa menggunakan alat Magnetic Susceptibility Balance (MSB - AUTO), ikuti
petunjuk cara pemakaian alat berikut ini.
A. Pengenalan Magnetic Susceptibility Balance (MSB - AUTO)
1. Menghidupkan instrumen
Tekan kunci on/of pada posisi on
V1.6.1
2. Autozeroing
Ikuti kursor software, alat mulai auto zero ditandai munculnya “Z” pada akhir posisi
penampilan. Penampilan berubah setiap tiga detik, menunjukkan posisi beam sedang
mencari posisi nol. Tampilan khas menunjukkan out put setiap tiga detik.
1 V1.6.1
2 +0,011 E-5Z
3 -0,017 E-5Z
4 -0,064 E-5Z
5 -0,022 E-5Z
6 -0,008 E-5Z
7 -0,002 E-5Z
8 -0,001 E-5Z
22
9 -0,001 E-5Z
10 -0,000 E-5Z
Empat bilangan digit “x,xxx” dapat dibaca plus (+) atau minus (-), diikuti oleh “E-5”
(berarti x 10-5) yang menunjukkan gain setting. Empat gain seting yang mungkin adalah :
10-4, 10-5, 10-6 dan 10-7. Auto zeroing selalu terjadi pada gain 10-5. Pada akhir penampilan
pembacaan tetap tidak berubah, biasanya memerlukan waktu 30 - 45 detik untuk
mendapatkan nilai nol. Angka-angka penampilan dalam proses zeroing dapat sangat berbeda
dengan tampilan yang ditunjukkan di atas, tetapi ia akan selalu mendekati nol. Jika telah
ditunjukkan angka nol, neraca siap digunakan.
3. Pengukuran suatu Sampel
Masukkan tabung sampel kosong ke dalam neraca. Pemasukan tabung sampel ini secara
otomatis mengubah tampilan dari auto-zeroing ke “Processing”. Setelah beberapa detik,
tampilan berubah ke harga bilangan yang diikuti “V” yang menunjukkan pengukuran sedang
berlangsung dan dilaporkan dalam unit sensitivitas volume.
1 -0,000 E-5Z
2 Tabung dimasukkan Processing
3 -0,006 E-4V
4 -0,005 E-4V
5 -0,004 E-4V
6 -0,005 E-4V Tampilan “E-4” menunjukkan gain paling rendah yang sedang diukur pada tabung kosong.
Pada saat diubah ke pengukuran, Auto akan mulai dari gain paling rendah terlebih dahulu.
Harga negatip (-) pada tampilan menunjukkan sifat diamagnetik gelas (tabung kosong). Jika
tabung sampel diambil, instrumen akan menunjukkan auto zero, setelah beberapa tahap ia
akan mendapatkan angka nol kembali dan siap untuk digunakan pengukuran selanjutnya.
23
3. Mematikan instrumen
Tekan kunci on/of pada posisi of. Biarkan sumber listrik pada instrumen tetap hidup jika
anda bermaksud mengisi baterai dalam alat tersebut.
B. Operasi Magnetic Susceptibility Balance (MSB - AUTO)
1. Operasi umum
Unit yang dioperasikan oleh tangan terdapat di bagian depan. Kunci fungsi (hijau) dan kunci
angka-angka (putih) ditunjukkan di bawah kunci. Semua operasi kontrol dilakukan disini.
lll
k
keypad
Kembali pada cara kerja permulaan, telah dikenalkan suatu tabung dan cara pembacaan dengan
tampilan sebagai berikut :
1 Tabung dimasukkan Processing
2 -0,006 E-4V
3 -0,005 E-4V
4 -0,004 E-4V
24
5 -0,005 E-4VUntuk melipatkan pengukuran, tekan kunci “Range” pada keypad dan amati penampilan.
Range X 10
Processing
-0,042 E-5V Sekarang tampilan menunjukkan pembacaan pada gain yang lebih tinggi, 10-5.
Range X 100
Processing
-0,428 E-6V
Tabung blangko biasanya berharga : -0,410 sampai -0,430 E-6
Auto zero beroperasi pada gain E-5. Jika operasi pada gain yang lebih tinggi, harus
menggunakan fungsi “TARE”. Fungsi tare penting untuk mendapatkan harga tabung,
disarankan menggunakan tabung yang sama untuk pembacaan blangko sebagai sampel.
Suatu contoh penimbangan tabung, sesudah diatur sampai E-6.
Range X 100
Processing
-0,423 E-6V
Tekan tombol tare +0,001 E-6V TARE
+0,000 E-6V TARE
Pada saat tabung diambil, tampilan berubah untuk menunjukkan harga negatip dari tabung
yang tersimpan dalam memory. Harga tersebut merupakan koreksi yang akan digunakan
pada saat tabung dimasukkan. Pembacaan yang akan ditampilkan hanya dari sampel.
25
Tabung kosong diambil +0,422 E-6V TARE
Pemasukan suatu tabung yang sesuai pada tahap ini, tetapi salah satu mengandung air suling,
akan tampil pembacaan :
-0,720 E-6V TARE
Pembacaan yang tampak hanya untuk air saja. Ini penting sebagai harga standar untuk
sensitivitas volume air
2. Sensitivitas Volume
Semua pembacaan tampilan di atas merupakan sensitivitas Volume, karenanya semuanya
menunjukkan tampilan “V”
3. Sensitivitas Massa
Sensitivitas volume dapat diubah menjadi sensitivitas massa dengan memasukkan faktor
densitas sampel. Ini dapat dilakukan relatif mudah dengan cara sebagai berikut :
{Panjang sampel, cairan atau padatan harus diukur dalam milimeter sedang berat sampel
dalam satuan gram (dapat sampai empat angka dibelakang koma, x,xxxx)}.
1. Tunggu hingga diperoleh harga nol selama auto zeroing.
2. Timbang tabung kosong dan catat beratnya. Masukkan tabung kosong tersebut ke dalam
detektor dan atur gain yang diinginkan (mis. 10-6 dengan cara menekan kunci Range,
untuk ion yang diperkirakan jumlah elektron tak berpasangan >1 gain 10-5 atau 10-
4).
3. Tekan fungsi Tare dan amati tampilan untuk memastikan bahwa muncul angka nol. (Jika
tidak, ulangi lagi).
4. Ambil tabung kosong dan masukkan kembali setelah diisi dengan sampel (sebelum
tabung yang berisi sampel dimasukkan, timbang berat tabung dan sampel. Berat
sampel dapat diperoleh dengan cara mengurangkan tabung + sampel dikurangi
tabung kosong. Ukur juga panjang sampel dalam tabung dengan penggaris dan catat
panjangnya dalam satuan mm).
26
5. Tekan fungsi “Length” dan amati tampilannya.
Length = --.- mm
6. Masukkan panjang sampel dengan cara menekan kunci angka, dua angka didepan koma
dan satu angka di belakang koma. Panjang harus pada atau antara 15,0 dan 75,0 mm atau
angka akan ditolak dan tampilan menunjukkan “Out of Range” , panjang tabung sampel
maksimum disini kurang lebih 45 mm. Jika fungsi “Length” ditekan lagi maka tampilan
akan kembali ke Xv-Tare. Pemasukan panjang yang benar, tampilan menunjukkan
“Processing” dan kemudian kembali ke tampilan Xv-Tare.
7. Tekan fungsi “Weight” dan amati tampilan :
Weight = -.---- mm
(Diharapkan berharga antara 0,0010 dan 0,9999 gram, atau akan muncul tampilan “Out of
Range”). Pemasukan berat sampel yang benar, tampilan akan kembali ke Xv-Tare.
8. Tekan fungsi “Mag Sus” dan amati tampilan :
Mass Suscept.
#.### E-5M TARE
Sekarang anda telah mengubah tampilan ke sensitivitas massa sebagaimana ditunjukkan
oleh “M”. Dengan menekan kunci “Mag Sus” lagi, anda akan kembali ke sensitivitas
volume.
9. Tentukan harga momen magnet (dalam satuan BM) senyawa-senyawa di atas.
27
ELECTROGROWTH
MAKSUD PERCOBAAN: Mempelajari pengaruh ligan terhadap pengendapan ion logam
secara elektrokimia
PENDAHULUAN
Pembentukan kristal pada suatu logam dengan pengaruh medan listrik disebut
electrogrowth. Electrogrowth merupakan suatu gerakan dan perpindahan permukaan yang dapat
dikontrol oleh suatu potensial (Bard, A.J. and L.R.Faulkner, 1980).
Permukaan kristal yang kontak dengan larutan tidak pernah sempurna otomatis halus,
tetapi selalu tersusun dari bidang atom yang belum selesai seperti ditunjukkan oleh Gambar 1
(Bockris, J.O’M and D. M. Drazic, 1972).
Gambar 1. Bidang permukaan ikatan atom-atom
Dalam sel elektroplating ion-ion logam terendapkan pada katoda, pengendapan tersebut
dapat dibayangkan dengan 2 cara, yaitu :
1. ion mengendap pada titik permukaan dimana ion lain telah mengendap
28
2. ion akan mencari jalan sampai didapatkan titik yang cocok pada permukaan logam. Ion-ion
bergerak secara random seperti ditunjukkan oleh Gambar 2 sampai didapatkan titik yang
cocok untuknya.
Gambar 2. Gerakan ion secara random pada permukaan bidang
Adanya molekul/ion disekitar ion logam atau ligam dalam senyawa kompleks dapat
mempengaruhi bentuk permukaan endapan yang terbentuk (akan terlihat jelas jika dilihat dengan
stereomicroscope).
Alat-alat yang digunakan :
1. Electrolytic Analyzer AES - 2D
2. oven
3. stop watch
4. UV-Vis spektrofotometer
5. neraca analitik
6. labu ukur 100 ml
7. gelas ukur 100 ml
29
8. gelas beaker
9. stereomikroskop
Bahan-bahan yang digunakan :
1. CuSO4.5H2O
2. EDTA
3. KCN
4. kawat tembaga (Cu)
5. NH4OH
Cara Kerja
1. Penyediaan Larutan
a. Larutan CuSO4 0,1 M
2,495 g CuSO4.5H2O dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah air hingga
tepat tanda.
b. Larutan CuSO4 0,1 M dan EDTA 0,1 M
2,495 g CuSO4.5H2O dan 2,92 g EDTA dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
kemudian ditambah air hingga tepat tanda.
c. Larutan CuSO4 0,1 M dan KCN 0,1 M
Sama seperti 1.b tetapi digunakan KCN 0,65 g
d. .Larutan CuSO4 0,1 M dan NH4OH 0,1 M
Sama seperti 1.b tetapi digunakan NH4OH 0,35 g.
2. Elektrolisis
Elektroda Cu diampelas hingga bersih dan ditimbang. Kedua elektroda dicelupkan ke
dalam gelas beaker yang berisi larutan CuSO4 0,1 M (40 mL) dan dipasang pada alat electrolytic
analyzer. Arus listrik diatur agar konstan 0,025 A. Elektrolisis dilakukan dalam selang waktu 10
menit, dan 20 menit. Setelah selang waktu tertentu tersebut, kedua elektroda Cu diambil,
dikeringkan dalam oven (suhu 100 oC). Setelah dingin ditimbang dan diamati permukaan
endapan.
Elektrolisis selanjutnya dilakukan dengan elektrolit CuSO4 yang mengandung EDTA,
KCN,dan NH4OH masing-masing 0,1M. Untuk mengetahui terbentuknya kompleks Cu2+ dengan
30
EDTA, KCN, dan NH4OH maka masing-masing larutan diukur absorbansi maksimumnya. Ada
tidaknya perubahan konsentrasi ion Cu2+ sebelum dan sesudah elektrolisis dilakukan dengan
mengukur absorbansi pada λ maksimumnya.
31
PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI KOMPLEKS Cu2+
MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan bilangan koordinasi Cu2+ pada kompleks Amin-
Tembaga(II) secara spektrofotometri.
Pendahuluan
Ion Cu2+ dalam air berupa kompleks [Cu(H2O)n]2+. Molekul amoniak (NH3) dapat
mengganti kedudukan H2O sebagai ligan sehingga warna kompleksnya juga berbeda. Perubahan
warna tersebut sesuai dengan reaksi :
[Cu(H2O)n]2+ + NH3 [Cu(H2O)n-1NH3]2+ + H2O
[Cu(H2O)n-1 NH3]2+ + NH3 [Cu(H2O)n-2NH3]2+ + H2O
atau secara total
[Cu(H2O)n ]2+ + n NH3 [Cu(NH3)n]2+ + H2O
Dengan diketahuinya perbandingan mol [Cu(H2O)n ]2+ dan NH3 maka dapatlah ditentukan
bilangan koordinasi Cu2+.
Alat
1. spektrofotometer
2. erlenmeyer/gelas beaker 50 mL (6)
3. buret (1)
Bahan
1. larutan NH3 0,05 M
2. larutan CuSO4 0,05 M
Cara Kerja
A. Penentuan λ maksimum
1. Ke dalam labu erlenmeyer 50 mL, campurkan 5 mL larutan CuSO4 0,05 M dan 25 mL larutan
NH3 0,05 M
2. Ukur absorbansi maksimumnya
32
B. Pembentukan Kompleks
1. Masukkan 5 mL larutan CuSO4 0,05 M ke dalam erlenmeyer 50 mL
2. Tambahkan 5 mL larutan NH3 0,05 M ke dalamnya
3. Ukur absorbansinya pada λ maksimum (A.2)
4. Ulangi cara kerja B.1 - B1.3, tetapi volume NH3 0,05 M berturut-turut 1,0 mL; 1,5 mL; 2,0
mL; 2,5 mL; 3,0 mL; 3,5 m; 4,0 mL, 4,5 mL dan 5,0 mL.
5. Buat grafik Absorbansi vs volume NH3.
6. Tentukan perbandingan volume NH3 dan volume CuSO4 pada absorbansi maksimum.
7. Hitung perbandingan mol NH3 dan mol CuSO4 pada absorbansi maksimum.
8. Tentukan bilangan koordinasi [Cu(NH3)n]2+.
33
PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA
Maksud Percobaan : Menentukan jumlah muatan larutan sampel
Pendahuluan
Daya hantar listrik (DHL) adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat menghantar
listrik. DHL merupakan kebalikan dari hambatan listrik, R, dimana:
R = ρ(L/A)
R = Hambatan jenis
A = Luas penampang
L = Panjang konduktor
Suatu hambatan dinyatakan dalam ohm disingkat Ω, oleh karena itu DHL dapat
dinyatakan :
DHL = 1/R= κ.(A/L)
dimana κ= 1/R= ( L/A ) DHL disebut konduktivitas. Satuan DHL dikenal dengan ohm-1,
disingkat Ω-1, tetapi secara resmi satuan yang digunakan adalah Siemen , disingkat S, dimana S =
Ω-1, maka satuan κ adalah Sm-1(atau Scm-1)
Konduktivitas digunakan untuk ukuran larutan atau cairan elektrolit . Konsentrasi
elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas, sedang konduktivitas sendiri tidak dapat
digunakan untuk ukuran suatu larutan, ukuran yang lebih spesifik yaitu konduktivitas molar Λm.
Konduktivitas molar adalah konduktivitas suatu larutan apabila konsentrasi larutan sebesar satu
molar, yang dirumuskan sebagai :
Λm=K/C
dimana:
Λm = hantaran molar (Scm2mol-1)
K = konduktivitas spesifik (Scm-1)
C = konsentrasi larutan (mol/L)
Jika satuan volume yang digunakan adalah cm3 maka persamaan yang digunakan adalah :
Λm=1000K/C dimana:
34
Λm = hantaran molar (Scm2mol-1)
K = konduktivitas spesifik (Scm-1)
C = Konsentrasi larutan (mol.cm-3)
Alat dan bahan
Conductivitymeter
Seperangkat alat gelas
Larutan KCl, NaCl, KNO3, CuSO4.5H2O, NiSO4.6H2O, CuCl2.2H2O, MgCl2 dan
ALCl3.6H2O masing-masing sebesar 5.10-3 M.
Cara Kerja
1. Membuat larutan KCl dalam aquades 10-2 M dan set alat conductivity meter pada posisi 1413
μs
2. Membuat larutan standar KCl, NaCl, KNO3, CuSO4.5H2O, NiSO4.6H2O, MgCl2,
CuCl2.2H2O, dan AlCl3.6H2O masing-masing sebesar 5.10-3M dalam aquades pada volume
100 ml
3. Mencatat nili konduktansi spesifik (κ) masing-masing larutan standar. Setiap hasil
pengukuran dikoreksi terhadap nilai konduktansi spesifik pelarut (κpel) sehingga K=Klarutan-
Kpel
4. Menghitung hantaran molar larutan standar
5. Mengulangi langkah no 3 dan 4 untuk mendapatkan hantaran molar larutan sampel
6. Menentukan jumlah muatan larutan sampel berdasarkan jumlah muatan larutan standar yang
bersesuaian nilai hantaran molarnya
35
Persamaan yang digunakan adalah:
Λm=K/C
dimana:
Λm = hantaran molar (Scm2mol-1)
K = konduktivitas spesifik ( Scm-1)
C = konsentrasi larutan (mol/L)
Referensi:
1. Pike M Ronald,dkk,1991,Microscale Inorganic Chemistry
2. Atkins,PW,1987,Physical Chemistry,3rd, p.665
36
KETENTUAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II FMIPA
Format Laporan Sementara :
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II
Nama : NIM
1
2
3. dst.
Kelompok :
Hari/Tanggal Praktikum :
No.Percobaan :
Judul Pecobaan :
Asisten :
Hasil Pengamatan :
Format Laporan Resmi :
37
Halaman Muka :
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II
( Judul percobaan )
Logo UNS
Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
Hari/Tanggal Praktikum
Asisten
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2004
______________________________________________________________________________
Halaman berikutnya:
Judul Percobaan
1. Maksud Percobaan
2. Alat
- Tulis nama,ukuran,merk dan jumlah alat yang saudara gunakan misal :
- Gelas ukur (50 ml )
- mis uv-vis spektrofotometer Shimadzu 1601 PC
- mis. Electrolytic Analyzer AES-2D
3. Bahan
38
- tulis sesuai kenyataan
contoh :
CuSO4 0,1 M ( telah tersedia )………….ml
ZnSO4 150 mg
4. Dasar teori
Tulis teori yang berkaitan dengan eksperimen saudara berdasarkan referensi sesuai tatacara
penulisan yang benar
Contoh : …………………………………1
Angka 1 merujuk referensi yang terdapat dalam daftar pustaka
5. Cara Kerja
Gunakan kalimat aktif ( Jangan kalimat perintah )
Tulis cara kerja sesuai yang saudara lakukan
6. Hasil Pengamatan
7. Pembahasan
Dari data pengamatan buat suatu pembahasan ( termasuk perhitungan ) sesuai dengan
pendapat saudara
Beri komentar/pendapat juga untuk hasil percobaan yang tidak sesuai teori
8. Kesimpulan dan Saran
Catatan :
1.Laporan dibuat diatas kertas HVS ukuran kwarto
2.Boleh ditulis tangan, mesin ketik maupun komputer
3.Jika terdapat laporan yang sama persis ( terutama pada pembahasan ) maka laporan yang sama
persis tersebut akan diberi nilai terendah
ACARA PRAKTIKUM DAN KELOMPOK MAHASISWA
39
Tgl. Praktikum ACARA PRAKTIKUM
I II III IV V VI VII
23 Maret 2005 1 2 3 4 5 6 7
30 Maret 2005 7 1 2 3 4 5 6
6 April 2005 6 7 1 2 3 4 5
13 April 2005 5 6 7 1 2 3 4
20 April 2005 4 5 6 7 1 2 3
27 April 2005 3 4 5 6 7 1 2
Keterangan :
1. Angka I, II dst menunjukkan judul praktikum :
I. Kompleks Ni2+ dan Cu2+
II. Pengaruh kekuatan ligan terhadap spektra kompleks Cu(II) dan Penentuan daya hantar
suatu senyawa.
III. Penentuan bilangan koordinasi dengan metode JOB’S
IV. Kimia Magnet ( Magneto Chemistry )
V. Elektrogrowth
VI. Spektra berbagai ion transisi dan Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks Cu2+
VII. X- Ray dan DTA
2.Angka 1,2 dst. menunjukkan kelompok
40
KELOMPOK PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II
Kelompok I Kelompok II Kelompok III
1. Achmad Nandang R 1. Galuh Kusumo W 1. M. Najmus Sakib
2. Khilya Ulin N 2. Atik Sri S 2. Evia Rina M
3. Yunida 3. Alfiyatun 3. Anita K D
4. Charisma Ganda M.S 4. Ekowati RN 4. Esti R
5. Pramesti K 5. Puri Ardiyani 5. Ria Diar Setya
6. Sunarmi 6. Tri Haryanti BS
Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
1. M. Soni Mughofir 1. Nidlom Muddin 1. Tri Hadhi Nugroho
2. Philosophia 2. Septi Puji H 2. Wanudya Anggit M
3. Anita MH 3. Ari Yusnani 3. Aris Hastuti
4. Farida Eriza 4. Laili Widianti 4. Nina Iswati
5. Rina Agustina 5. Rina Wulandari 5. Rina Apriliyani
Kelompok VII
1. Warsino
2. Yuli Anggayati
3. Aya Sofia Aziz
4. One Nuri Arika R
5. Sri Danawati
41
PENGUMUMAN
Berdasarkan seleksi yang telah dilakukan oleh koordinator praktikum kimia
AnOrganik II, maka diputuskan asisten praktikum kimia Anorganik II adalah
sebagai berikut :
1. ENDAH KUSUMAWATI (M 0301021)
2. WINARSIH (M 0300011)
3. SUWARSIH ( M 0300010)
4. IKE YUSNIATI (M 0301027)
UNDANGAN :
Bagi Assisten dan mahasiswa yang mengambil praktikum Kimia AnOrganik
II mohon Brifing besok pada :
Hari : Rabu / 17 Maret 2004
Tempat : Ruang III.13
Waktu : Jam 13.00 WIB
Keterangan : Praktikum dimulai Hari Rabu / tanggal 24 Maret 2004
Mengetahui,
Koordinator Praktikum Kimia Anorganik II,
Drs. Sentot Budi Rahardjo, PhD
NIP : 131 570 162
42