Kim Klin
description
Transcript of Kim Klin
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr.Wb
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadiran Allah SWT.
Yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas penyusunan hasil laporan uji coba
urin dengan baik dan sesuai dengan apa yang kita inginkan,
tepat waktu, yang saat ini bisa berada di tangan pembaca yang
budiman.
Sebab, sebesar apapun keinginan dan semangat seseorang
untuk melakukan suatu pekerjaan, tapi tanpa pertolongan dan
hidayah- Nya mustahil untuk terwujud dengan baik dan sesuai
dengan apa yang kita inginkan. Karena pada khakikat segala
daya dan upaya hanya milik Allah SWT.
Adapun tujuan kami membuat Makalah hasil laporan uji
coba urin ini adalah untuk Meneliti dan menyelesaikan tugas
dengan baik. Yang berisi tentang beberapa hasil Laporan Hasil
Pemeriksaan Kualitatif dan Semi Kuantitatif terhadap
Urin (Protein Urin) yang telah kita dapatkan dari sumber yang
terpercaya, yang sudah kami renofasi oleh kelompok kami, untuk
mencapai kepuasan dan tingkat keberhasilan.
Akhirnya, kami memohon kepada Allah SWT semoga selalu
melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin,
dan memberikan manfaat dan motifasi bagi kita semua yang
mebacanya. Sekian dan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 4
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Devinisi Urin................................................................................ 7
2.2 Pandangan Awal Mengenai
Warna............................................... 8
2.3. Pemeriksaan
Urine....................................................................... 9
2.4 Zat yang Terkandung dalam Urin.................................................
12
2.5 Kegunaan Tes Urin....................................................................... 13
2.6 Pengertian Analisa Kuantitatif...................................................... 14
2.7 Macam-macam Analisa
Kuantitatif.............................................. 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampling................................................................. 16
3.2 Metode penelitian......................................................................... 16
3.3 Tempat penelitian ........................................................................ 16
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Cara penelitian.........................................................................
17
4.2 Tabel Hasil
Pengamatan............................................................ 18
4.3
Pembahasan..............................................................................
18
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................ 19
5.2 Saran........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang unik. Dari setiap sisi
dari tubuh manusia menjadi sebuah hal yang menarik untuk
dipelajari. Kita juga mengenal berbagai sistem organ yang
mempunyai peran yang sangat penting sesuai dengan peran
fungsinya. Sistem organ dengan sistem kerja masing – masing
saling berinteraksi dan menjadikan satu kesatuan yang utuh.
Dari berbagai sistem, kita mengenal sistem perkemihan
dimana dari organ-nya dan fungsinya. Adapun hal yang menarik
bahwa zat yang dikeluarkan atau yang dikenal dengan nama
urine dapat menjadi sebuah penelitian akan kondisi kesehatan
tubuh seseorang. Disini telah disusun berbagai hal menarik
mengenai urine.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh. Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin
sangat penting, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh
adalah melalui sekresi urin
Dalam praktikum uji urin, peneliti dapat mengetahui
kandungan yang ada dalam urin. Begitu pula dapat mengetahui
zat-zat yang seharusnya tidak terkandung dalam urin. Apabila
zat yang seharusnya tidak terkandung dalam urin itu ada maka
kita dapat mengetahui secara lebih cepat.
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat-zat sisa
metabolisme yang sudah tidak digunakan oleh tubuh. Salah satu
bentuk ekskresi adalah buang air kecil, hasil buangan itu antara
lain berupa urine. Akan tetapi, sebenarnya hasil buangan tidak
hanya berupa urine saja. Zat buangan lainnya dapat berupa
keringat, gas karbon dioksida,serta zat warna empedu.
Adapun alasan lain ialah karena dengan meakukan
percobaan ini kami dapat lebih memahami penyakit gangguan
ginjal, penyebab dan cara mencegahnya. Karena dengan
melakukan percobaan ini kami dapat lebih mudah mengingat
dan memahami materi yang di ajarkan dibandingkan dengan
hanya membaca di buku.
1.2 Tujuan Percobaan
1.2.1 Mengetahui zat-zat yang terkandung dalam urin.
1.2.2 Mengetahui PH urin .
1.2.3 Mengetahui urin bersifat basa atau asam
1.2.4 Memeriksa kandungan glukosa, albumin, klorida, dalam urin
1.2.5 Mengenal bau ammonia dari hasil penguraian urea dalam urin
1.2.6 Membuktikan kandungan urea dalam urin
Dengan membaca makalah ini diharapkan kita mengetahui
lebih banyak akan kandungan urine, dan fungsi urine sebagai
petunjuk akan cermin kesehatan seseorang dan mampu
melakukan uji coba mengenai urine.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Devinisi Urin
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik.
Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi
ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang
tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang
keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat
diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat
menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat
digunakan untuk mempercepat
pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang
dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes
akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin
orang yang sehat.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti
racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum
menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan
dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau
saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan
mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan
saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup
steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea.
Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang
steril
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak
menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti
air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning
pekat atau cokelat.
http://id.wikipedia.org/wiki/Urin
Diakses pada hari Jum’at,12 September 2014
Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa Urin atau air
seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses urinasi. Pengeluaran urin diperlukan untuk membuang
molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
2.2 Pandangan Awal Mengenai Warna
1. Kuning jernih
Urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh
Anda sehat. Urin ini tidak berbau. Hanya saja, beberapa saat
setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin
dan mengubah zat dalam urin sehingga menghasilkan bau yang
khas.
2. Kuning tua atau pekat
Warna ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan
cairan. Namun bila terjadi terus, segera periksakan diri Anda ke
dokter karena merupakan tahap awal penyakit liver.
3. Kemerahan
Urin merah. Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal
dan kandung kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat
pencahar maupun rifampisin secara berlebihan.
4. Oranye
Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium,
antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih
dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadi
oranye.
Selain warna, bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi
penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dan busung lapar,
urin cenderung berbau manis, sementara jika seseorang
mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau
menyengat.
2.3 Pemeriksaan Urine
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah
pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang
meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang
dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan
urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton,
bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
1. Pemeriksaan Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat
jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk
menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif
suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam
keseimbangan cairan badan.
Pemeriksaan Makroskopik adalah pemeriksaan yang meliputi :
a. Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti
umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu
badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata
didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml
untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam
lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini
dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea,
muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun.
Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24
jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock
dan kegagalan ginjal
b. Warna urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena
kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin
dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning
tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu
dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin,
obat yang dimakan maupun makanan. Warna normal urin
berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan
oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan
porphyrin.
c. Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan
ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan
memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter,
refraktometer dan reagens 'pita'
d. Bau urin
Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan
seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-
buahan seperti pada ketonuria.
e. pH urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan
asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan
dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu
penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi
petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli
biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan
kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak
akan menyebabkan urin bersifat basa
2. Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu
pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya
kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya
penyakit
3. Pemeriksaan Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin
dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil
cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita.
Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di
Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH,
protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.
a. Pemeriksaan glukosa
Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai
reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan
dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara
reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang
mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa,
fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan
seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih
sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat
mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan
pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
b. Benda- benda keton
Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan
asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka
urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton
dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat
lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton
dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil
positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung
bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-
quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton
dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan
metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan
metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam
jumlah yang tinggi.
c. Pemeriksaan bilirubin
Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium
dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna
biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene
diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang
dipakai adalah asam sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil
positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran
empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat
mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi
sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung
metabolit pyridium atau serenium.
d. Pemeriksaan urobilinogen
Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal
kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl
urin. Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan
oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang
berlebihan di dalam tubuh.
Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin,
adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan
saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan
pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin
per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada
eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan
mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengandung
vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila
urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase
dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat
pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.
http://www.smallcrab.com/kesehatan/795-penilaian-hasil-
pemeriksaan-urine
2.4 Zat yang Terkandung dalam Urin
2.4.1. Air. Kandungan air dalam darah dikeluarkan dari tubuh jika
konsentrasinya terlalu tinggi.
2.4.2. Empedu. Berasal dari hasil perombakan sel darah merah di
hati dan memberi warna kekuningan pada urine
2.4.3. Garam. Garam dikeluarkan untuk menjaga konsentrasi garam
di darah supaya tidak berlebih.
2.4.4. Urea (9,3 g/L). Merupakan hasil dari perombakan protein.
2.4.5. Asam urat. Merupakan hasil dari perombakan protein.
2.4.6. Amonia. Merupakan hasil dari perombakan protein. Amonia
memberi bau pada urine.
2.4.7. Obat-obatan. Obat-obatan dibuang supaya tidak menjadi
racun dalam tubuh. Itulah sebab mengapa sehabis minum obat
urine kita menjadi berbau seperti obat.
2.4.8. Asam klorida (1,87 g/L)
2.4.9. Sodium (1,17 g/L)
2.4.10. Potasium (0,75 g/L)
2.4.11. Gula. Gula ditemukan pada urine penderita diabetes dan tidak
akan ditemukan pada urine orang yang sehat.
2.4.12. Nitrogen
2.4.13. Fosfor
2.4.14. Kreatinin (0,67 g/L)
2.4.15. Asam sulfat
http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/09/15-zat-yang-
terkandung-dalam-urine.html
2.5 Kegunaan Tes Urin
Tes urine biasanya digunakan perusahaan bagi para karyawan
baru untuk menjalani prosedur penerimaan karyawan baru. Pada
umumnya, tes urine meliputi deteksi keberadaan zat-zat yang
seharusnya tidak terdapat dalam urine. Misalnya, protein, zat
gula, bakteri, kristal-kristal tertentu dalam jumlah yang besar.
Tes urine juga digunakan untuk mendeteksi kehamilan serta zat-
zat narkoba.
Penyakit yang dapat dideteksi melalui tes urine cukup banyak,
antara lain penyakit ginjal,diabetes (kencing manis),
gangguan hati (lever), eklampsia (pada wanita hamil), dan
beberapa lagi lainnya. Pada penyakit-penyakit tersebut, tes urine
tetap harus didampingi dengan pemeriksaan fisik. Sebab, tes
urine hanyalah pelengkap atau penguat dugaan adanya penyakit
dalam tubuh. Setelah menjalani tes, maka sebagai pemilik tubuh,
Anda berhak menanyakan tujuan tes urine tersebut serta hasil
yang didapat kepada petugas yang memeriksa atau perusahaan
tempat Anda bekerja.
http://www.femina.co.id/isu.wanita/kesehatan/
kegunaan.tes.urine/005/005/226
2.6 Pengertian Analisa Kuantitatif
Analisa dapat diartikan sebagai usaha pemisahan suatu kesatuan ilmiah (dalam
ilmu sosial) atau suatu kesatuan materi bahan menjadi komponen penyusunnya
sehingga dapat dikaji secara langsung (Sudarmadji et al, 1989). Zat yang
ditetapkan tersebut seringkali dinyatakan sebagai konstituen/analit yang
menyusun sebagian besar atau sebagian kecil dari sample yang dianalisis
(Underwood, 2002).
Kata analisa (analisis) berasal dari bahasa Yunani kuno yang masuk kedalam
bahasa Latin modern yaitu kata analusis yang berarti melepaskan. Kata analusis
sendiri terdiri atas dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali dan luein yang
berarti melepas sehingga analuein berarti melepas kembali atau mengurai
(Sudarmadji et al,. 1989). Analisa kuantitatif adalah analisis kimia yang mencari
kadar kandungan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu cuplikan atau
sampel (Pudjaatmaka, 2002). Analisa kuantitatif bertujuan menentukan kadar ion
atau molekul suatu sampel (Sumardjo, 2006).
Data yang diperoleh dapat ditinjau lebih lanjut dan data yang diperoleh juga
dapat digunakan untuk menetapkan komponen atau penyusun bahan tersebut
(Haryadi, 1993). Prinsipnya adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai
kesetimbangan pada penambahan tiap titrasi, tidak ada pengotor yang
mengganggu dan diperkirakan indikator/diperlukan indicator untuk melihat titik
akhir titrasi (Khopkar, 2003).
2.7 Macam-macam Analisa Kuantitatif
1. Analisa Titrimetri
Analisis titrimetri dianggap lebih baik dalam menunjukkan proses titrasi
dibandingkan dengan analisis volumetri (Pudjaatmaka dan Setiono,
1994). Analisa titrimetri adalah pemeriksaan jumlah zat yang didasarkan pada
pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara
stoikiometri dengan zat yang ditentukan (Rivai, 2006)
2. Analisa Gravimetri
Analisa gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling
tua dan sederhana dibandingkan dengan pemeriksaan zat lainnya. Analisa
gravimetri adalah analisa yang menyangkut pengukuran berat (Rivai, 2006).
Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna hingga kualitas analit yang tak
terendapkan secara analitis tak dapat terdeteksi (Day dan Underwood, 2002).
3. Analisa Instrumental
Analisa kuantitatif instrumental didasarkan pada interaksi energy dengan
materi(matter- energy interaction). Juga didasarkan pada pengukuran
besaran fisik untuk menetukan jumlah zat atau komponen yang dicari atau non-
stoikhiometri. Diatas disebutkan interaksi materi energy. Energy ada bermacam-
macam antara lain cahaya, listrik, panas, maka instrumental ini juga bermacam-
macam menurut macam energy yang digunakan dan dalam penggunaan energy
tertentu. Istilah instrumental merujuk pada suatu instrumen yang khusus dalam
tahap-tahap pengukuran suatu sampel (Day dan Underwood, 2002).
http://dessdonndinn.wordpress.com/2012/05/20/analisa-kualitatif-
kuantitatif/
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi dan sampling
Yang kami jadikan sebagai sampling dalam penelitian ini adalah urin siswa siswi
SMK Kesehatan Insan Bhakti Husada Lamongan.
3.2 Metode Penelitian
Dalam penelitian kali ini metode yang kami gunakan ialah metode uji coba
lapangan atau eksperimen. Metode eksperimen kami gunakan untuk uji coba
penelitian. Di samping itu, kami juga menggunakan metode kepustakaan
khususnya untuk mengetahui zat yang terkandung dalam urin tersebut.
3.3 Tempat Penelitian
Agar kami lebih mudah melakukan Eksperimen penelitian kali ini.Maka
dalam penelitian kali ini kami menggunakan laboratorium SMK Kesehatan Insan
Bhakti Husada Lamongan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN
PENGAMATAN
4.1 Cara penelitian :
a. Alat :
1. Tabung reaksi
2. Penjepit tabung reaksi
3. Rak tabung
4. Pipet tetes
5. Corong
6. Pipet volume
7. Lampu spiritus/ bunsen
8. Beker glass
b. Bahan :
Urin patologis
c. Reagen :
Asam Asetat 6%
d. Cara kerja
1. Menyediakan alat dan bahan
2. Mengambil urin dari beberapa siswa
3. Isi urine normal pada tabung 1 dan urin patologis pada tabung 2
hingga dua per tiga tabung
4. Kedua tabung di miringkan, panaskan bagian atas urin sampai
mendidih
5. Perhatikan apakah terjadi kekeruhan dibagian atas urin tersebut
dengan cara membandingkan dengan urin bagian bawah.
6. Jika urine dalam tabung tidak terjadi kekeruahn maka hasilnya
negatif
7. jika urin dalam dalam tabung terjadi kekeruhan maka
tambahkan asam asetat 6% sebanyak 3-5 tetes.
8. Panaskan lagi sampai mendidih, Jika urine kembali
bening/kekeruahn menghilang maka hasilnya negatif. Jika
kekeruahn urin tetap ada maka hasilnya positif.
4.2 Tabel Hasil Pengamatan
Tabung Warna/
bentuk
Penelitian Kadar
I Kuning,
bening
Negatif Tidak ada kekeruhan
II Kuning, keruh Positif Kekeruhan ringan tanpa
butiran
III Kuning,
bening
Negatif Tidak ada kekeruhan
4.3 Pembahasan
Percobaan urin Tabung I awalnya berwarna kuning, encer.
Setelah dibakar warna urin masih tetap kuning dan bening.
Kemudian ditetesi dengan Asam Asetat 2-3 tetes, warnanya
tetap kuning dan bening. Dengan hasil Negatif (-) yang
mengandung kadar tidak ada kekeruhan.
Percobaan urin Tabung II awalnya berwarna kuning, encer.
Setelah dibakar warna urin masih tetap kuning dan bening.
Kemudian ditetesi dengan Asam Asetat 2-3 tetes, warnanya
berubah kuning dan agak keruh. Dengan hasil Positif+(+) yang
kekeruhan ringan tanpa butiran.
Percobaan urin Tabung III awalnya berwarna kuning, encer.
Setelah dibakar warna urin masih tetap kuning dan bening.
Kemudian ditetesi dengan Asam Asetat 2-3 tetes, warnanya
tetap kuning dan bening. Dengan hasil Negatif (-) yang
mengandung kadar tidak ada kekeruhan.
Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya
adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam
hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat
sisa metabolisme lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium,
sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat
kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal
kapur dsb).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan
melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli
permenit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut
akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal
yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin
selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga
bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan diberbagai organ
tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal,
uterus dan lain-lain.
Salah satu komponen urine adalah indikan yang merupakan
bagian terpenting dari sulfat eterial urine. Indikan berasal dari
pembusukan priptofan dalam usus. Triptofan oleh bakteri usus
diubah menjadi indol yang kemudian mengalami penyerapan
kembali kedalam darah dan dibawa ke hati. Di dalam hati indol
mengalami oksidasi dan konjugasi menjadi indoksil sulfat
( indikan ). Jumlah indikan urine menggambarkan proses
pembusukan dalam usus.
Dalam uji coba ada beberapa cara misalnya uji benedict
untuk menguji adanya glukosa urin dan uji heller untuk
mengetahui adanya protein ataupun garam urea urine.
5.2. Saran
Setiap hari orang harus mengeluarkan berbagai zat yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh. Tapi terkadang urin yang
dikeluarkan menimbulkan bau yang tidak sedap, kebanyakan
bau dari urin hanya bersifat sementara. Tapi jika hal tersebut
terus berlanjut selama beberapa hari sebaiknya melakukan
pemeriksaan kedokter.