kijhg

35
INFARK MIOKARD Pengertian Infark Miokard Akut ( IMA ) adalah suatu keadaan dimana otot jantung tiba-tiba tidak mendapat suplai darah akibat penyumbatan mendadak arteri koroner oleh gumpalan darah karena pecahnya plak. ( Kabo, 2008 ) IMA adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan oksigen berkepanjangan. ( Corwin, 2009 ) Infark Miokard Akut adalah kematian jaringan miokard akibat oklusi akut pembuluh darah koroner. ( Suryono, Bambang dkk. 2005 : 120 ) Menurut Smeltzer dan Bare ( 2008 : 788 ) Infark Miokard Akut mengacu pada proses masuknya proses rusak jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atai trombus. 1. Etiologi Terlepasnya suatu plak aterosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian tersangkut dibagian hilir yang menyumbat aliran darah keseluruh miokardium yang diperdarahi oleh pembuluh tersebut, dapat menyebabkan infark miokardium. Infark miokardium juga dapat terjadi apabila lesi trombotik yang melekat ke suatu arte yang rusak menjadi cukup besar untuk menyumbat secara total aliran darah ke bagian hilir, atau apabila suatu ruang jantung

description

khhfc

Transcript of kijhg

Page 1: kijhg

INFARK MIOKARDPengertian

Infark Miokard Akut ( IMA ) adalah suatu keadaan dimana otot jantung tiba-tiba tidak

mendapat suplai darah akibat penyumbatan mendadak arteri koroner oleh gumpalan darah karena

pecahnya plak. ( Kabo, 2008 )

IMA adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan oksigen

berkepanjangan. ( Corwin, 2009 )

Infark Miokard Akut adalah kematian jaringan miokard akibat oklusi akut pembuluh

darah koroner. ( Suryono, Bambang dkk. 2005 : 120 )

Menurut Smeltzer dan Bare ( 2008 : 788 ) Infark Miokard Akut mengacu pada proses

masuknya proses rusak jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran

darah koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis

arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atai trombus.

1.       Etiologi

Terlepasnya suatu plak aterosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian

tersangkut dibagian hilir yang menyumbat aliran darah keseluruh miokardium yang diperdarahi

oleh pembuluh tersebut, dapat menyebabkan infark miokardium. Infark miokardium juga dapat

terjadi apabila lesi trombotik yang melekat ke suatu arte yang rusak menjadi cukup besar untuk

menyumbat secara total aliran darah ke bagian hilir, atau apabila suatu ruang jantung mengalami

hipertfrofi berat sehingga kebutuhan oksigen tidak dapat terpenuhi. ( corwin, 2000 ).

Infark miokard dapat disebabkan oleh :

a.       Penyempitan kritis arteri koroner,

b.      Oklusi arteri komplit,

c.       Syok hemoragik,

d.      Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen,

e.      Stenosis aorta/aorta inufisiensi,

f.        Hipertensi,

g.       Lesi trombolik,

h.      Hipertrofi ruang jantung.

( Suryono, bambang dkk. 2005 : 119 )

Page 2: kijhg

2.       Patofisiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2002 : 7776-777) Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol

berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini dinamakan ateroma atau plaqul yang

akan mengganggu absorpsi nutrien oleh sel-sel endotal yang menyusun lapisan dinding dalam

pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh

darah. Endotel pembuluh darah terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut,

selanjutnya lumen akan menjadi sempit dan kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan

darah terjadi koagulasi intravaskuler.

Iskemia miokard bermanifestasi berupa angina pektoris yaitu dengan gejala perasaan

tertekan dan penuh atau nyeri substernal. Ini akibat kurangnya oksigen untuk miokard agar dapat

bekerja efektif, penyebabnya hampir selalu penyempitan yang disebabkan aterosklerosis,

perubahan ini masih reversible dan fungsi sel-sel kembali normal bila oksigenasinya kembali

mencukupi (Tambayong, 2000:90).

Infark miokardium jelas akan menurunkan fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis

kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia disekitarnya juga mengalami daya

kontraksi.Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti

pada iskemia :daya kontraksi menurun,gerakan dinding abnormal,perubahan daya kembang

dinding ventrikel,pengurangan volume sekuncup,pengurangan fraksi injeksi,peningkatan volume

akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel dan peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri .

(Price & Wilson “Patofisiologi” Ed:6,2005.

3.       Manifestasi Klinis

Walaupun sebagian individu tidak memperlihatkan tanda-tanda jelas infark miokardium

(suatu serangan jantung tersamar), biasanya timbul manifestasi klinis yang bermakna:

a.       Nyeri dengan awitan yang (biasanya) mendadak, sering digambarkan memiliki sifat meremukan

dan parah. Nyeri dapat menyebar kebagian atas tubuh mana saja, tapi sebagian besar menyebar

Page 3: kijhg

ke lengan kiri, leher, atau rahang. Nitrat dan istirahat dapat menghilangkan iskemia di luar zona

nekrotik dengan menurunkan beban kerja jantung.

b.      Timbul mual dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri yang hebat.

c.       Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot-otot rangka.

d.      Kulit yang dingin, pucat akibat vasokontriksi simpatis.

e.      Pengeluaran urin berkurang karena penurunan aliran darah ginjal serta peningkatan aldosteron

dan ADH.

f.        Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung.

g.       Keadaan mental berupa rasa cemas besar disertai perasaan mendekati kematian. (Corwin, 2000).

AMI biasanya disertai nyeri dada substernum yang parah dan terasa menekan, yang

mungkin menyebar keleher, rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri. Pada sekitar 50%

pasien, AMI didahului oleh serangan-serangan angina pektoris. Namun, berbeda pada nyeri dada

angina pektoris, nyeri dada AMI biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari dan tidak

banyak berkurang dengan nitrogliserin. Nadi biasanya cepat dan lemah, dan pasien sering

mengalami diaforesis. Sering timbul sesak dan hal ini diakibatkan oleh gangguan kontraktilitas

miokardium yang iskemik, yang menyebabkan kongesti dan edema paru. Pada AMI masif yang

mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri, timbul syok kardiogenik. Pada sebagian kecil pasien

(20% sampai 30%), AMI tidak menimbulkan nyeri dada. AMI “silent” ini terutama terjadi pada

pasien dengan diabetes melitus dan hipertensi serta pada pasien berusia lanjut. (Kumar, Cortan,

& Robins, 2007).

4.       Pathway

( terlampir )

5.       Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :

a.       Creatinin Posfakinase

b.      SGOT

c.       Laju Endap Darah

d.      Leukosit

Page 4: kijhg

e.      Kolesterol

f.        Trigliserida

g.       Kardiak iso-enzim

h.      Analisa Gas Darah

Diagnostik :

a.       Elektrokardiogram ( EKG )

b.      Foto Thorax

c.       Tes Treadmill

d.      Echocardiography

e.      Angiografy coroner

f.        Multyslice Computed Tomografhy Scanning

g.       Cardiac Magnetic Resonance Imaging

h.      Radionuclear Medicine

i.         Vektocardiography

j.        Scintygraphy Talium

( Kabo, 2008 )

6.       Penatalaksanaan Medik / Terapi Pengobatan

a.       Bedrest total

b.      Diit makanan lunak / saring serta rendah garam ( bila gagal jantung ).

c.       Pasang infus Dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat IV.

d.      Atasi nyeri :

1)      Morfin 2,5 – 5 Mg IV atau Petidin 25 – 50 Mg IM.

2)      Lain-lain : Nitrat, Antagonis Kalsium, dan Beta Bloker.

3)      Oksigen 2 – 4 liter / hari.

4)      Sedatif sedang seperti Diazepam 3 -4 x 2,5 Mg / oral. Pada insomnia dapat ditambah

Flurazepam 15 – 30 Mg.

e.      Antikoagulan :

Page 5: kijhg

1)      Heparin 20.000 – 40.000 U/24 Jam IV, tiap 4 – 6 jam atau drip IV dilakukan atas indikasi.

2)      Asetakumoral dan atau Warparin.

3)      Streptokinase / Trombolisis.

f.        Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran pembuluh darah koroner.

Bila ada tenaga terlatih, trombolisis dapat dibesrikan sebelum dibawa ke RS. Dengan

trombolisis, kematian dapat diturunkan sebesar 40 %.

( Punsalan, 2009 )

B.      Asuhan Keperawatan

1.       Pengkajian

a.       Identitas

b.      Riwayat Kesehatan

1)      Riwayat Kesehatan Sekarang

2)      Riwayat Kesehatan Dahulu

3)      Riwayat Kesehatan Keluarga

4)      Riwayat Psikososial

Page 6: kijhg

c.       Pola Fungsi Kesehatan

1)      Pola Persepsi

2)      Pola Aktivitas – Latihan

3)      Pola Nutrisi

4)      Pola Sirkulasi

5)      Pola Eliminasi

6)      Pola Penafasan

7)      Pola Tidur – Istirahat

8)      Pola Kognitif

9)      Pola Toleransi

10)   Pola Persepsi Diri

11)   Pola Hubungan-Peran

d.      Observasi dan Pemeriksaan Fisik

1)      Keadaan Umum

2)      Tanda – tanda Vital

e.      Hasil Pemeriksaan Penunjang

1)      Laboratorium

2)      Diagnostik

f.        Terapi

2.       Diagnosa Keperawatan

a.       Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.

b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbanmgan antara suplai oksigen miokard

dengan kebutuhan.

c.       Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan.

d.      Resiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuenasi, irama,

konduksilektrikal.

e.      Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan ferfusi organ.

Page 7: kijhg

3.       Perencanaan dan Implementasi

Diagnosa Tujuan- Kriteria Intervensi Rasional

Nyeri akut b/d

iskemia jaringan

sekunder terhadap

sumbatan arteri

koroner.

Tujuan :

Nyeri dada

hilang/terkontrol

Kriteria:

Klien menyatakan

nyeri dada hilang

/berkurang

Mendemonstrasikan

tehnik penggunaan

relaksasi.

Klien terlihat rileks.

Catat karakteristik nyeri,

lokasi, intensitas, lamanya

dan penyebaran.

Anjurkan kepada klien

untuk melaporkan nyeri

dengan segera

Berikan lingkungan yang

tenang, aktivitas perlahan

dan tindakan nyaman,

dekati pasien, berikan

sentuhan.

Bantu melakukan tehnik

relaksasi.

Berikan oksigen tambahan

dengan kanula nasal atau

masker sesuai dengan

indikasi

Kolaborasi :

Berikan obat sesuai

Variasi pemampilan

dan perilaku pasien

karena nyeri terjadi

sebagai temuan

pengkajian.

Nyeri berat dapat

menyebabkan syok.

Menurunkan

rangsangan eksternal,

Membantu dalam

penurunan persepsi

respon nyeri

Meningkatkan jumlah

oksigen yang ada

untuk pemakaian

miokard sekaligus

mengurangi

ketidaknyamanan s/d

iskemia.

Page 8: kijhg

dengan indikasi :

Antiangina

( nitroglyserin,)

Penyekat 8 ( contoh,

atenolol ,Tonormin,

pindolol, ( Visken )

propanolol ( inderal )

Analgesik, contoh

morphin meperidin

( demerol

Penyekat saluran kalsium

contoh, verafamil,

( calan )diltiazem

( prokardia )

Nitrat berguna untuk

kontrol nyeri dengan

efek vasodilatasi

koroner.

Agen ke 2 untuk

pengontrol nyeri

melalui efek

hambatan

rangsanggsimpatis

sehingga menurunkan

TD.( sistolik )

Fibrilasi jantung,dan

kebutuhan oksigen

miokard .

Menurunkan nyeri

hebat, memberikan

sedasi, dan

mengurangi kerja

miokard.

Efek vasodilatasi

dapat meningkatkan

aliran darah koroner,

sirkulasi kolateral

dan menurunkan

preload.

Intoleransi aktivitas Tujuan : Catat frekuensi jantung, Respon pasien

Page 9: kijhg

b/d

ketidakseimbanmgan

antara suplai oksigen

miokard dan

kebutuhan

Meningkatkan

toleransi aktiviitas

Kriteria ;

Frekuensi jantung,

irama dan tekanan

darah dalam batas

normal

Kulit hangat, merah

muda dan kering.

irama dan perubahan TD.,

selama dan sesudah

aktivitas

Tingkatkan istirahat, batasi

aktivitas , dan berikan

aktivitas senggang yang

tidak berat.

Anjurkan menghindari

peningkatan tekanan

abdomen misal, mengejan

saat defekasi

Jelaskan pola peningkatan

bertahap dari tingkat

aktivitas , contoh bangun

dari kursi, bila tak ada

nyeri, ambulasi, dan

istirahat selama 1 jam

setelah makan.

Rujuk ke program

rehabilitasi jantung..

terhadap aktivitas

dapat

mengindikasikan

penurunan oksigen

miokard.

Menurunkan kerja 

miokard/konsumsi

oksigen

Dengan mengejan

dapat mengakibatkan

bradikardi,

menurunkan curah

jantung, dan

takhicardia serta

peningkatan TD

Aktivitas yang maju

memberikan kontrol

jantung,

meningkatkan

regangan dan

mencegah aktovitas

berlebihan.

Ansietas b/d

ancaman atau

perubahan

kesehatan.

Tujuan

Ansietas hilang

/berkurang

Bantu klien

mengekspresikan perasaan

marah, kehilangan dan

Cemas berkelanjutan

memberikan dampak

serangan jantung

Page 10: kijhg

Kriteria :

Mengenal

perasaannya

Dapat

mengidentifikasi

penyebab atau

faktor yang

mempengaruhi

nya.

Menyatakan

ansietas

berkurang /hilang.

takut.

Kaji tanda verbal dan non

verbal kecemasan,

dampingi klien dan

lakukan tindakan bila

menunjukan perilaku

merusak.

Hindari konfrantasi

Orientasikan klien

terhadap prosedur rutin

dan aktifitas yang

diharapkan.

Beri kesempatan kepada

klien untuk

mengungkapkan

ansietasnya.

Berikan privasi untuk

klien dan orang terdekat.

Kolaborasi : berikan anti

cemas / hipnotik sesuai

selanjutnya.

Reaksi verbal/non

verbal dapat

menunjukan rasa

agitasi, marah dan

gelisah

Konfrontasi dapat

meningkatkan rasa

marah, menurunkan

kerja sama dan

mungkin

memperlambat

penyembuhan

Orientasi dapat

menurunkan

kecemasan.

Dapat menghilangkan

ketegangan terhadap

kehawatiran yang

tidak diekspresikan

Memberi waktu

untuk

mengekspresikan

perasaan,

menghilangkan

cemas dan perilaku

adaptasi.

Meningkatkan

relaksasi dan

menurunkan

Page 11: kijhg

indikasi contohnya

diazepam

kecemasan

Resiko tinggi

terhadap penurunan

curah jantung b/d

perubahan frekuensi,

irama dan konduksi

elektrikel.

Tujuan :

Penurunan curah

jantung tidak

terjadi.

Kriteria :

Stabilitas

hemodinamik baik

(tekanan darah

dbn., curah jantung

drn.intake dan

output sesuai, tidak

menunjukan tanda –

tanda disritmia)

Auskultasi TD.

Bandingkan kedua lengan,

ukur dalam keadaan

berbaring, duduk, atau

berdiri bila

memungkinkan.

Evaluasi kualitas dan

kesamaan nadi.

Catat terjadinya S3/S4.

Catat Murmur

Hipotensi dapat

terjadi s/d disfungsi

ventrikel, hipertensi

juga fenomena umum

b/d nyeri cemas

pengeluaran

katekolamin

Penurunan curah

jantung

mengakibatkan

menurunnya

kekuatan nadi.

S3 b/d gjk atau gagal

mitral yang disertai

infark berat.

S4 b/d iskemia,

kekakuan ventrikel

atau hypertensi

pulmonal.

Menunjukan

gangguan aliran

darah dalam jantung,

(kelainan katup,

kerusakan septum,

atau vibrasi otot

papilar

Perubahan frekuensi

dan irama jantung

Page 12: kijhg

Pantau frekuensi jantung

dan irama

Berikan makanan kecil /

mudah dikunyah, batasi

asupan kafein.

Kolaborasi

Berikan O² tambahan

sesuai indikasi

Pertahankan cara masuk

heparin (IV) sesuai

indikasi

Pantau data laboratorium

enzim jantung, GDA. Dan

elektrolit.

Berikan obat antidisritmia

s/d indikasi.

menunjukan

komplikasi disritmia.

Makanan besar dapat

meningkatkan kerja

miokard.

Kafein dapat

merangsang langsung

ke jantung sehingga

meningkatkan

frekuensi jantung.

Meningkatkan

kebutuhan miokard

Jalur yang paten

pentying untuk

pemberian obat

darurat.

Enzim memantau

perluasan infark,

elektrolit

berpengaruh terhadap

irama jantung.

Resiko tinggi

terhadap kelebihan

volume cairan b/d

penurunan ferfusi

organ

Tujuan

Kelebihan volume

cairan tidak terjadi

Kriteria :

TD.  Dbn.

Auskultasi bunyi nafas

( krekels )

Kaji adanya edema

Indikasi edema paru,

sekunder akibat

dekompensasi

jantung.

Curiga gagal

kongestif/kelebihan

Page 13: kijhg

Tidak ada edema,

tidak ada distensi

vena, paru bersih

berat badan stabil.

Ukur intake dan output

Timbang berat badan

Pertahankan pemasukan

total cairan 2000ml/24 jam

dalam toleransi

kardiovaskuler.

 Kolaborasi

Berikan diet natrium

rendah

Berikan diuretik, contoh :

Lasix atau hidralazin,

sprinolakton,hidronolakton

Pantau Kalium sesuai

dengan indikasi

volume cairan

Penurunan curah

jantung,

mengakibatkan

gangguan ferfusi

ginjal, retensi 

natrium/air, dan

penurunan haluaran

urine.

Perubahan tiba-tiba

dari berat badan

menunjukan

gangguan

keseimbangan cairan

Memenuhi kebutuhan

cairan tubuh orang

dewasa, tepai

memerlukan

pembatasan dengan

adanya dekompensasi

jantung

Natrium

meningkatkan retensi

cairan dan harus

dibatasai.

Memperbaiki

kelebihan cairan.

Page 14: kijhg

Hipokalemia dapat

membatasi

keefeftifan terapi.

4.       Evaluasi

Setelah tindakan pengkajian, merumuskan diagnosa, menentukan intervensi, serta

melakukan tindakan maka langkah selanjutnya tahap evaluasi dilakukan. Tahap evaluasi

dilakukan agar setiap tindakan yang dilakukan dapat diketahui sejauh mana tingkat

keberhasilannya. Tahap ini juga dilakukan guna mengetahui tingkat kompetensi yang telah

dicapai selama proses tindakan. Kriteria hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :

a.       Nyeri tidak ada atau hilang.

b.      Aktivitas mobilisasi meningkat.

c.       Perasaan cemas berkurang atau hilang.

d.      Peningkatan curah jantung.

e.      Resiko kelebihan volume cairan terhindari.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A.      Tinajaun Kasus

FORMATASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal Pengkajian : 05 Februari 2013 Pukul : 09.30 WIBNama Mahasiswa : Brilian Samuel Dehes

A.      PENGKAJIAN

Page 15: kijhg

1.       Identitasa.       Klien b. Penanggung Jawab

Inisial Klien : Tn. D Nama : FatmawatiUmur : 65 Tahun Umur : 45 TahunJenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : PNSSuku/Bangsa : Dayak/Indonesia Pendidikan : S-1Agama : Kristen Alamat : Jln. Hiu Putih VII BPekerjaan : Pensiunan PNS No. 22Pendidikan : SPG / SMA HubunganAlamat : Tewah keluarga : Anak

Tanggal Masuk RS : 01 Februari 2013 Diagnosa Medis :No. MR : 11.45.10 Infark Miokard Akut ( IMA )

2.       Riwayat Perawatana.       Keluhan Utama : Nyeri dada bagian kanan dan kiri, sesak nafas.b.      Riwayat Penyakit1)      Riwayat Kesehatan / Keperawatan Sekarang

Pasien MRS 4 hari yang lalu dengan keluhan nyeri dada dan sesak nafas. Pasien pernah dirawat di Puskesmas Tewah namun dirujuk karena keterbatasan alat dan oksigen serta Tekanan Darah Tinggi. Terpasang Infus NaCl 10 tetes/menit. Oksigen lewat Nasal Kanul 4 Liter/menit.

2)      Riwayat Kesehatan / Keperawatan DahuluPasien menyatakan bahwa keluhan nyeri dada dan sesak nafas sudah muncul sejak 1 tahun yang lalu. Pasien hanya sesekali berobat ke Puskesmas dan lebih rutin menggunakan obat tradisional.

3)      Riwayat Kesehatan / Keperawatan KeluargaPasien menyatakan tidak ada keluarga yang memilki penyakit sama seperti yang dialami pasien.

Genogram Keluarga 

Keterangan :

Perempuan

Laki-laki

Page 16: kijhg

Meninggal

Pasien

SerumahBercerai

4)      Riwayat Kesehatan LingkunganPasien menyatakan bahwa dirinya tinggal di lingkungan dengan kondisi yang baik.

5)      Riwayat PsikososialPasien tidak mengalami gangguan dalam hubungan keluarga. Pasien berinteraksi terhadap lingkungan dengan baik.

c.       Pola Fungsi Kesehatan1)      Pola Persepsi – Pemeliharaan Kesehatan

Pasien memiliki lingkungan yang bersih. Lantai rumah terbuat dari kayu. Tersedia tempat pembuangan sampah dan WC di rumah pasien. Rumah selalu dobersihkan secara teratur.

2)      Pola Aktivitas – LatihanPasien tidak memiliki aktivitas yang berat / keras. Pasien jarang olahraga.

3)      Pola Nutrisi – MetabolikPasien mengalami penurunan nafsu makan.Sebelum MRS : Makan 1 piring nasi + lauk. Minum 7 – 10 gelas per hari.Sesudah MRS : Makan ½ porsi yang diberikan. Minum 2 – 3 gelas per hari.

4)      Pola EliminasiTidak ada gangguan pada pola eliminasi pasien.BAK Warna : Kuning, Bau : Amoniak, Frekuensi : 3 Kali / hari.BABWarna :Kuning, Konsistensi : Lunak, Frekuensi : 1 kali / hari.

5)      Pola Tidur – IstirahatPasien tidur 6 – 8 jam / hari sebelum MRS. Sesudah MRS pasien hanya tidur 3 – 4 jam per hari.

6)      Pola Persepsi – PerseptualPasien tidak mengalami gangguan citra diri maupun sistem indera. Pasien merespon secara kooperatif.

7)      Pola Toleransi – Koping SressPasien dapat menerima apa yang dialaminya sekarang, klien menghadapi masalah dan penyakitnya dengan baik.

8)      Pola Persepsi Diri / Konsep DiriPasien mengetahui penyakitnya cukup parah dan menyatakan akan berobat secara teratur serta akan mulai berolahraga.

9)      Pola Seksual – Reproduktif

Page 17: kijhg

Pasien tidak mengalami gangguan pada pola seksual dan reproduktif.

10)   Pola Hubungan – PeranPasien memiliki hubungan yang baik terhadap lingkungan dan keluarga. Pasien berperan sebagai kepala rumah tangga dan seorang ayah.

11)   Pola Nilai dan KeyakinanPasien menyatakan memiliki kepercayaan dan berjanji akan merubah pola hidup dengan olahraga ringan secara teratur dan menghindari konsumsi daging.

d.      Observasi dan Pemeriksaan Fisik1)      Keadaan Umum : Pasien tampak lemah, Kesadaran Compos Mentis ( CM ),

Terpasang Infus NaCl 10 Tetes / menit di tangan kiri.

2)      Tanda – tanda Vital : TD : 104/64 mmHg, N : 70 x/m , S : 36,2 °C, RR : 26 x/m.

3)      Pemeriksaan Kulit, Rambut, dan Kelenjar Getah BeningKulit berwarna sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada edema dan asites. Rambut lurus dan lembab. Tidak ada gangguan / pembengkakkan pada kelenjar getah bening.

4)      Pemeriksaan Kepala dan LeherBentuk kepala oval. Ada bekas luka 6 jahitan pada kepala bagian kiri dan 14 jahitan pada kepala bagian kanan. Tidak ada cacat atau gangguan pada leher.

5)      Pemeriksaan DadaBentuk dada simetris. Pola nafas normal setelah 2 hari MRS. Sebelum MRS pasien mengaku sesak nafas. ( Normal frekuensi nafas : 16 – 20 kali/menit ).Bunyi jantung I : LupBunyi jantung II : Dup

6)      Pemeriksaan AbdomenBentuk dan ukuran perut normal. Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada bising usus. Tidak ada asites.

7)      Pemeriksaan Anggota Gerak dan Neurologis

Respon Motorik : 6 ( menurut perintah )

Respon Verbal : 5 ( orientasi baik ) Jumlah : 15Respon Membuka Mata : 4 ( spontan )

e.      Hasil Pemeriksaan Penunjang1)      Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Tanggal 02 Februari 2013 Glukosa S : 253 ( N : < 200 ),Trigliserida : 54 ( N : < 165 ),Glukosa N : 189 ( N : 65 – 110 ), HDL-CHOL : 94 ( N : < 180 ),Glukosa PP : 217 ( N : < 140 ),SGOT : 90 ( N : < 31°C, 37°C )Asam Urat : 2,8 ( N : 4 – 7,0 ), SGPT : 60 ( N : < 42°C, 37°C)

Page 18: kijhg

Cholesterol : 168 ( N : < 200 ),Creatinin : 0,72 ( N : 0,17 – 1,5 ).

2)      Pemeriksaan DiagnostikEKG dan Foto Thorax.

f.        TerapiOksigen 4 Liter/Menit, Vaclo Tablet 1 x 1, Lipnoav 2 x 1,Infus NaCl 500cc/24 Jam, Aspirel Tablet 1 x 1, Sucralfat 3 x 1 SM,Injeksi Ranitidin 2 x 1 ampul, Suenalfar 3 x 1 SM, Codipron k/pSimvastatin 20mg 1 x 1, I S D N 3 x 1.

Nama dan Tanda Tangan Mahasisa

Brilian Samuel Dehes NIM. PO. 62. 20. 1. 11. 006

B.      Analisis Masalah

Data Fokus( Subyektif dan Obyektif )

Masalah Kemungkinan Penyebab

Data Obyektif :-         TTV :

TD : 104/64 mmHgN : 70 kali / menitS : 36,2 °CRR : 26 kali/menit

-         Nyeri dada-         Skala nyeri 4 ( 1 – 10 )

Data Subyektif :        Pasien menyatakan nyeri pada

bagian dada kanan dan kiri.        Pasien menyatakan nyeri

seperti ditusuk-tusuk.

Data Obyektif :        Sesak nafas ( dispnea )        Oksigen 4 Liter/menit

Nyeri

Gangguan PertukaranGas

Kurang Suplai Oksigen ke Infark Miokard

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Page 19: kijhg

        Posisi semifowler        RR : 26 kali / menit

Data Subyektif :        Pasien menyatakan sesak

nafas saat melakukan aktivitas yang berat.

C.      Diagnosa Keperawatan

No.

Diagnosa Keperawatan ( Secara Prioritas )

1.

2.

Nyeri berhubungan dengan kurang suplai oksigen ke infark miokard.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bersihan jalan nafas tidak efektif.

Page 20: kijhg
Page 21: kijhg

No DiagnosaKeperawatan

Tujuan danKriteria Hasil

Intervensi Keperawatan

Rasionalisasi Nama dan

Paraf1.

2.

Diagnosa I

Diagnosa II

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam diharapkan nyeri berkurang / hilang dengan Kriteria Hasil :

1.       Tidak ada nyeri dada

2.       Pasien tidak gelisah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam diharapkan sesak nafas berkurang / hilang dengan kriteria hasil :

1.       Tidak ada sesak nafas

2.       Respirasi 16 – 20 x / menit

Mandiri :1.       Kaji TTV pasien2.       Observasi skala

nyeri.3.       Observasi jenis

nyeri.4.       Kaji keluhan pasien

terhadap lokasi nyeri.

5.       Berikan posisi semifowler.

Penkes :1.       Ajarkan teknik

relaksasi

Mandiri :1.       Hitung RR per

menit pasien.2.       Kaji pola nafas3.       Berikan posisi

semifowler4.       Observasi

kemampuan ekspirasi maksimal.

Kolaborasi :1.       Berikan terapi

oksigen 4 Liter/menit.

Penkes :1.       Ajarkan nafas

dalam dan batuk efektif.

Mandiri :1.       Mengontrol

perkembangan kesehatan pasien.

2.       Menentukan skala nyeri.

3.       Mengobservasi jenis nyeri.

4.       Mengkaji penyebaran lanjutan nyeri.

5.       Memberikan rasa aman dan nyaman.

Penkes :1.       Mengalihkan rasa

nyeri.

Mandiri :1.       Menentukan

perbandingan dengan kondisi abnormal.

2.       Mengkaji pola pernafasan.

3.       Memberikan rasa aman dan nyaman.

4.       Mengobservasi kemampuan ekspirasi maksimal paru-paru.

Kolaborasi :1.       Membantu

memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

Penkes :1.       Mengurangi sesak

nafas dan mengeluarkan

Page 22: kijhg

sekret.D.      Intervensi KeperawatanE.       Implementasi

No. DiagnosaKeperawatan

Tanggal dan Jam

Pelaksanaan Evaluasi Tindakan / Respon Pasien

Nama danParaf

Diagnosa I

Diagnosa II

05 Februari 2013 09.30 WIB

05 Februari 2013 10.30 WIB

1.       Menghitung TTV2.       Memberikan posisi

semifowler3.       Memberikan

pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dan hidup sehat.

4.       Mengobservasi keadaan lokasi nyeri.

5.       Mengkaji pola penanganan pasien terhadap nyeri.

1.       Menghitung RR per menit pasien

2.       Mengkaji pola nafas pasien

3.       Mengajarkan pasien latihan nafas dalam.

4.       Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penanganan sesak nafas.

5.       Melatih pasien mobilisasi ringan.

1.       TD : 104/64 mmHg, N : 70 x/menit,S : 36,2 °C, RR : 26x/menit.

2.       Pasien merasa nyaman.

3.       Pasien menyatakan mengetahui pola hidup sehat.

4.       Nyeri pada bagian dada kanan dan kiri.

5.       Pasien menyatakan mengalihkan nyeri dada dengan cara duduk di kursi.

1.       RR : 26 x/menit.2.       Pasien bernafas

dengan perut.3.       Melatih pasien

mengatasi sesak nafas.4.       Pasein menyatakan

akan menerapkan posisi duduk saat sesak nafas.

5.       Pasien mampu berjalan keliling lingkungan sekitar.

Page 23: kijhg

F.       EvaluasiNomor

DiagnosaTanggal dan

JamCatatan Perkembangan( SOAP / SOAPIER )

Nama dan

ParafDiagnosa I

Diagnosa II

05 – 02 – 2013 09.30 WIB

05 – 02 – 2013 10.30 WIB

S.       Klien menyatakan nyeri pada dada bagian kanan dan kiri

O.     Pasien tampak lemah, tidak mampu tidur terlentang.TD : 104/64 mmHGS : 36, 2 °CN : 70 x/menitRR :26 x/menit

A.      Masalah belum teratasi

P.      Lanjutkan intervensi

S.       Klien menyatakan sesak nafas saat tidur terlentang.

O.     RR : 26 x/menitPasien tampak sesak nafas.

A.      Masalah belum teratasi

P.      Lanjutkan intervensi

Diagnosa I

Diagnosa II

06 – 02 – 2013 09.00 WIB

06 – 02 – 2013 09.00 WIB

S.       Klien menyatakan nyeri telah berkurang

O.     TD : 110/70 mmHgN : 62 x/menitS : 36 °CRR : 22 x/menitPasien tampak tenang.

A.      Masalah teratasi

P.      Intervensi selesai/pasien pulang.

S.       Klien menyatakan sudah tidak sesak nafas

O.     RR : 22 x/menitPasien tampak tenang, tidak tampak sesak nafas.

A.      Masalah teratasi

P.      Intervensi selesai/pasien pulang.