Khutbah Jumat - Pandangan Islam Dalam Pengelolaan Milik Umum
-
Upload
hudzaifah-abdurrahman -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
Transcript of Khutbah Jumat - Pandangan Islam Dalam Pengelolaan Milik Umum
-
Khutbah Jum'at - Pandangan Islam dalam Pengelolaan Milik Umum
http://mtaufiknt.wordpress.com
. . .
. : .
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dengan
iradah-Nya, Allah memberikan pilihan kepada kita mau taat atau durhaka. Allah
tidak memerlukan ketaatan kita, justru kitalah yang beruntung kalau kita
mentaati-Nya. Sebaiknya kedurhakaan manusia kepada-Nya tidak mengurangi
kemuliaan-Nya, justru kedurhakaan akan berakibat buruk bagi pelakunya. Allah
SWT berfirman:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika
kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri (QS. Al Isra : 7) Kedurhakaan seseorang dalam perintah yang berkenaan dengan individu akan berakibat
rusaknya kehidupan individu tersebut dan orang-orang yang berkaitan dengannya, begitu
pula kedurhakaan dalam perintah yang menyangkut masyarakat, akan mengakibatkan
rusaknya kehidupan masyarakat tersebut.
Masyirol Muslimn Rahimakumullh
Salah satu perintah syariat yang saat ini sedang dilanggar, dan telah nampak nyata
kerusakan akibat pelanggarannya, adalah perintah berkaitan dengan pengelolaan
kepemilikan umum. Dari Ibnu al-Mutawakkil bin Abdul-Madn, dari Abyadl bin Hamml
r.a, bahwasanya ia berkata:
Sesungguhnya dia (Abyadl bin Hamml) mendatangi Rasulullah saw, dan meminta beliau
saw agar memberikan tambang garam kepadanya. Ibnu al-Mutawakkil berkata,Yakni
tambang garam yang ada di daerah Marib. Nabi saw pun memberikan tambang itu
kepadanya. Ketika, Abyad bin Hamal ra telah pergi, ada seorang laki-laki yang ada di
majelis itu berkata, Tahukan Anda, apa yang telah Anda berikat
kepadanya?Sesungguhnya, Anda telah memberikan kepadanya sesuatu yang seperti air
mengalir. Ibnu al-Mutawakkil berkata, Lalu Rasulullah saw mencabut kembali
pemberian tambang garam itu darinya (Abyadl bin Hamml). (HR Abu Dawud, at-
Tirmidzi, Ibn Majah, Ibn Hibban)1.
Dalam hadits ini, Rasulullah saw menarik kembali tambang garam yang telah
diberikannya, padahal dalam riwayat Imam Bukhory, dari jalur Ibnu Abbas, Rasulullah
bersabda:
Tidak ada bagi kami perumpamaan yang lebih buruk bagi orang yang menarik kembali
hadiahnya, seperti anjing yang menjilat muntahannya kembali.
Masyirol Muslimn Rahimakumullh
Syaikh Abdurrahman Al Maliki, dalam kitab beliau, As Siysah al Iqtishdiyyatu al Mutsla,
hal. 65 menyatakan:
Hadits tersebut (yakni riw. Dari Abyadl bin Hamml) merupakan dalil bahwa
sesungguhnya tambang (yang depositnya besar(pent)) merupakan bagian dari
kepemilikan umum, dan tidak boleh dijadikan sebagai kepemilikan individu (swasta
(pent)).
Masyirol Muslimn Rahimakumullh
Saat ini kita melihat bahwa sebagian besar SDA di negeri ini, yang seharusnya adalah milik
rakyat, justru diberikan kepada asing; di bidang perminyakan, penghasil minyak utama
didominasi oleh asing, diantaranya, Chevron 44%, Total E&P 10%, Conoco Phill ip 8%,
Medco 6%, CNOOC 5%, Petrochina 3%,dll2. Di bidang pertambangan, lebih dari 70%
dikuasai asing. Asing juga menguasai 50,6% aset perbankan nasional per Maret 2011.
Total kepemilikan investor asing 60-70 persen dari semua saham perusahaan yang
dicatatkan dan diperdagangkan di bursa efek.
Masyirol Muslimn Rahimakumullh
1 At Tirmidzi menghasankannya, Ibnu Hibban mensahihkan, Ibnul Qaththan mendloifkan
[as Shonny(w. 1276 H), Fathul Ghaffr, 3/1284], Al Albani menyatakan hadits ini hasan
lighairihi. Hadits ini diamalkan ahlul i lmi dari kalangan sahabat [Tahqiq Abdul Qadir
Arnauth atas kitab Jmiul Ushul, 10/578 karya Ibnul Atsr (w. 606 H)] 2 Sumber data: Dirjen Migas, 2009
-
Tidak cukup disektor pertambangan, asing juga berusaha mengangkangi bisnis eceran
minyak, dan sayangnya penguasa negeri ini justru memuluskan jalan mereka. Kata
Revrisond Baswir, pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), 800.000 SPBU
milik asing akan menguasai Indonesia3. Dampaknya harga BBM harus dinaikkan, sebab
kalau harga BBM masih rendah karena disubsidi, pemain asing enggan masuk.'4
Masyirol Muslimn Rahimakumullh
Sungguh benar sabda Rasulullah saw:
... Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum
Allah dan mereka memilih-milih apa yang diturunkan Allah (sebagian diambil,
sebagian dibuang), kecuali Allah akan menjadikan bencana di antara mereka."
(HR. Ibnu Majah no. 4009 dengan sanad hasan). Akibat enggannya menerapkan hukum Allah berkaitan dengan kepemilikan umum
ini, negeri yang sejatinya kaya raya ini, bukan hanya harus kehlangan sebagian
besar SDAnya, namun masih lagi harus menanggung utang yang senantiasa
meningkat, utang pada akhir pemerintahan Soekarno 2,17 miliar dollar AS, pada
akhir pemerintahan Soeharto naik 25 kali lipat menjadi 54 miliar dollar AS, dan
pada akhir 2010 angka itu sudah membengkak lebih dari 50 kali lipat menjadi 116
miliar dollar AS5. Bunga utang yg harus dibayar 2012 saja mencapai bunga Rp
122,13 triliun6. Sementara lebih dari 30 juta penduduk negeri ini hidup dibawah
garis kemiskinan, padahal kemiskinan bisa memicu orang untuk melakukan
kekufuran.
Masyirol Muslimn Rahimakumullh
3 http://www.suarapembaruan.com///ekonomidanbisnis/inilah-ekspansi-kapitalisme-
besar-besaran-800000-spbu-asing-akan-kuasai-indonesia/18587 30 Maret 2012, diakses
13 April 2012 4 Kompas, 14 Mei 2003
5 http://cetak.kompas.com/read/2011/06/03/04174268/selamatkan.ekonomi.indonesia,
diakses 15 Juli 2011 6 http://www.indonesiamedia.com/2012/04/08/opini-wakil-menteri-esdm-widjajono-
partowidagdo/ diakses 13 April 2012
Sungguh keberkahan hidup hanya ada ketika kita menjadikan syariah Allah sebagai aturan
hidup keseharian kita, aturan yang mengatur individu, masyarakat maupun bangsa.
Sebaliknya kedurhakaan manusia kepada-Nya tidak mengurangi kemuliaan-Nya, justru
kedurhakaan akan berakibat buruk bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat.
Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang selalu punya kekuatan tekad, semangat
dan keseriusan dalam upaya untuk mentaati Allah dalam setiap aspek kehidupan kita,
tidak merasa cukup telah melaksanakan satu kewajiban namun abai terhadap kewajiban
yang lain.
-