Khalifah Rasyidah

10
KHALIFAH RASYIDAH By Novia Nur Fadhila JAN 2015 MSI UMJ 2014 | 1 KHALIFAH RASYIDAH Novia Nur Fadhila Magister Studi Islam, Sekolah Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Jakarta [email protected] PENDAHULUAN Masa Khilafah Rasyidah merupakan masa kepemimpinan setelah Nabi Muhammad saw wafat., yaitu mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada „Ali ibn Abi Thalib. Para khalifahnya disebut Al-Khulafa’ Al-Rasyidun (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). 1 Al-Khulafa’ Al-Rasyidun bertugas menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad saw dalam masalah kenegaraan yaitu sebagai kepala Negara atau kepala pemerintahan dan pemimpin agama. Tugas Al-Khulafa’ Al-Rasyidun sebagai kepala negara adalah mengatur kehidupan rakyatnya agar tercipta kehidupan yang damai, adil, makmur, aman, dan sentosa. Sedangkan sebagai tugas sebagai pemimpin agama adalah mengatur hal-hal yang berhubungan dengan masalah keagamaan. Jika terjadi perselisihan pendapat Al-Khulafa’ Al-Rasyidun maka khalifah berhak mengambil keputusan. Namun demikian Al-Khulafa’ Al-Rasyidun tetap melakukan musyawarah kepada para sahabat. Setelah Nabi Muhammad saw. wafat, sebagai pemimpin pemerintahan, beliau tidak pernah meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan dipilih tidak harus berasal dari keluarga atau keturunannya. Namun berdasarkan sikap kepemimpinan, kedalaman ilmu dan akhlaknya. Karena itulah tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di Balai Kota 1 Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 2008. h.42

description

Sejarah singkat tentang Khalifah Rasyidah atau Khulafaurrasyidin.

Transcript of Khalifah Rasyidah

  • K H A L I F A H R A S Y I D A H B y N o v i a N u r F a d h i l a

    J A N 2 0 1 5 M S I U M J 2 0 1 4 | 1

    KHALIFAH RASYIDAH

    Novia Nur Fadhila

    Magister Studi Islam, Sekolah Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Jakarta

    [email protected]

    PENDAHULUAN

    Masa Khilafah Rasyidah merupakan masa kepemimpinan setelah Nabi

    Muhammad saw wafat., yaitu mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali ibn

    Abi Thalib. Para khalifahnya disebut Al-Khulafa Al-Rasyidun (khalifah-khalifah

    yang mendapat petunjuk).1 Al-Khulafa Al-Rasyidun bertugas menggantikan

    kepemimpinan Nabi Muhammad saw dalam masalah kenegaraan yaitu sebagai

    kepala Negara atau kepala pemerintahan dan pemimpin agama.

    Tugas Al-Khulafa Al-Rasyidun sebagai kepala negara adalah mengatur

    kehidupan rakyatnya agar tercipta kehidupan yang damai, adil, makmur, aman,

    dan sentosa. Sedangkan sebagai tugas sebagai pemimpin agama adalah mengatur

    hal-hal yang berhubungan dengan masalah keagamaan. Jika terjadi perselisihan

    pendapat Al-Khulafa Al-Rasyidun maka khalifah berhak mengambil keputusan.

    Namun demikian Al-Khulafa Al-Rasyidun tetap melakukan musyawarah kepada

    para sahabat.

    Setelah Nabi Muhammad saw. wafat, sebagai pemimpin pemerintahan,

    beliau tidak pernah meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan

    beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau

    tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk

    menentukannya. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan dipilih tidak harus

    berasal dari keluarga atau keturunannya. Namun berdasarkan sikap

    kepemimpinan, kedalaman ilmu dan akhlaknya.

    Karena itulah tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya

    dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di Balai Kota

    1 Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 2008. h.42

    mailto:[email protected]

  • K H A L I F A H R A S Y I D A H B y N o v i a N u r F a d h i l a

    J A N 2 0 1 5 M S I U M J 2 0 1 4 | 2

    Bani Saidah, Madinah.2 Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih

    menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing

    pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi

    pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi,

    akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar

    mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing

    pihak menerima dan membaiatnya.3

    Abu Bakar adalah khalifah pertama di masa khilafah rasyidah atau setelah

    wafatnya Nabi Muhammad. Dan masih ada tiga khalifah lainnya yaitu Umar ibn

    Khathab, Utsman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Thalib. Sehingga diperlukan

    penjelasan lebih lanjut tentang sejarah dari tiap-tiap masa khalifah.

    PEMBAHASAN

    A. Abu Bakar

    Abu Bakar merupakan seorang pendukung dan teman setia Nabi

    Muhammad saw paling awal, yang percaya kepada Nabi Muhammad saw, dan

    memimpin shalat jamaah selama sakit terakhir yang diderita Nabi Muhammad

    saw. bahkan Abu Bakar diberi gelar Ash-Shiddiq (yang percaya). Abu Bakar

    melaksanakan semua tugas dan meneladani semua keistimewaan Nabi

    Muhammad saw. Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar

    disebut Khalifah Rasulillah.4

    Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun5. Dalam kurun dua tahun

    tersebut beliau habiskan untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama

    tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa arab yang tidak mau

    2 Ibid. h.35.

    3 Hasan Ibrahim Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta:Kota Kembang. 1989. h.34

    4 Khalifah Rasulillah berarti pengganti rasul, yang dalam perkembangan selanjutnya disebut

    khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah Nabi Muhammad saw wafat untuk

    menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.

    (Badri Yatim. Op. cit. H.35.) 5 Abu Bakr (632-634 M), pada tahun 634 M, Abu Bakar wafat. (Philip. K. Hitti. History of the

    Arabs; From The Earliest Times To The Present. New York: Palgrave Macmillan. Edisi revisi ke-

    10. 2002. Diterjemahkan oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. Jakarta: PT

    Serambi Ilmu Semesta. h.218)

  • K H A L I F A H R A S Y I D A H B y N o v i a N u r F a d h i l a

    J A N 2 0 1 5 M S I U M J 2 0 1 4 | 3

    tunduk lagi kepada pemerintahan Madinah. Mereka menganggap, bahwa

    perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad saw, dengan sendirinya telah

    batal setelah Nabi Muhammad saw wafat. Karena itu mereka menentang Abu

    Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat

    membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan

    ini dengan apa yang disebut Perang Riddah.6 Dan Khalid ibn Al-Walid adalah

    jenderal yang banyak berjasa dalam perang Riddah ini.

    Kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, dijalankan

    sebagaimana pada masa Nabi Muhammad saw, bersifat central, kekuasaan

    legislatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain

    menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum.

    Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad saw, Abu Bakar selalu

    mengajak sahabat-sahabt besarnya untuk bermusyawarah.

    Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar

    mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Irak dan

    dapat menguasai Al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di

    bawah pimpinan empat jenderal yaitu, Abu Ubaidah, Amr ibn Ash, Yazid ubn

    Abi Sufyan, dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang

    masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid

    diperintahkan meninggalkan Irak dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani,

    dia sampai ke Syria.

    Pada tahun 634 M pula Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan

    depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah.

    Abu Bakar perannya sebagai khalifah diganti oleh tangan kanannya, yaitu

    Umar ibn Khathab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia

    bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar

    sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan

    terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.7 Kebijaksanaan

    6 Perang Riddah adalah perang melawan kemurtadan. (Badri Yatim. Op. cit. h.36)

    7 Hasan Ibrahim Hasan. Op.cit.h.38

  • K H A L I F A H R A S Y I D A H B y N o v i a N u r F a d h i l a

    J A N 2 0 1 5 M S I U M J 2 0 1 4 | 4

    Abu Bakar tersebut ternyata diterima oleh masyarakat yang segera secara

    beramai-ramai membaiat Umar.

    B. Umar ibn Khathab

    Umar pernah menggunakan gelar Khalifah khalifati Rasulillah.

    Namun dalam perkembangannya menggunakan istilah khalifah kedua. Selain

    gelar tersebut, Umar juga menperoleh gelar Amir Al-Muminin, karena ia

    seorang khalifah yang juga menjabat panglima tertingggi pasukan Islam.8

    Umar menjabat sebagai khalifah kedua selama 10 tahun (634-644 M)9.

    Pada zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan)

    pertama terjadi, ibu kota Syria, Damaskus, jatuh pada tahun 635 M dan setahun

    kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh

    daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai

    basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr ibn Ash dan ke

    Irak di bawah pimpinan Saad ibn Abi Waqqash. Iskandaria, ibu kta Mesir,

    ditaklukkan pada tahun 641 M. dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota

    Persia, Al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M pula,

    Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa Umar, wilayah Islam

    sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia,

    dan Mesir.10

    Perluaasan daerah kekuasaan yang terjadi dengan cepat menyebabkan

    Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi

    yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur

    menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah, Basrah,

    Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan

    sistempembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka

    memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga

    8 Diriwayatkan Umar pernah menggunakan gelar Khalifah khalifati Rasulillah (pengganti dari

    pengganti Rasulullah). Karena terdengar terlalu panjang maka diperpendek menjadi khalifah

    kedua. Umar dinobatkan sebagai khalifah pertama yang sekaligus memangku jabatan penglima

    tertinggi pasukan Islam, dengan gelar khusus Amir Al-Muminin (Komandan/Panglima orang-

    orang beriman. (Philip. K. Hitti. Op.cit.h.222 dan Badri Yatim. Op.cit.h.37) 9 Ibid.h 222 dan Ibid.h.38

    10 Harun Nasution. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid 1. Jakarta: UI Press. 1985.h.58

  • K H A L I F A H R A S Y I D A H B y N o v i a N u r F a d h i l a

    J A N 2 0 1 5 M S I U M J 2 0 1 4 | 5

    keamanan dan ketertiban, maka dibentuklah jawatan kepolisian. Demikian pula

    jawatan pekerjaan umum.11

    Umar juga mendirikan Bait Al-Mal, menempa

    mata uang, dan menciptakan tahun hijriyah.12

    Umar memerintah selama sepuluh tahun. Masa jabatannya berakhir

    dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu

    Luluah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang

    dilakukan oleh Abu Bakar. Menjelang wafatnya Umar telah membentuk

    sebuah dewan formatur yang beranggotakan enam orang; ali ibn Abi Thalib,

    Utsman ibn Affan, Zubayr ibn Al-Awwam, Thalhah ibn Abdullah, Saad

    ibn Abi Waqqas, dan Abdurrahman ibn Auf. 13

    Dewan formatur tersebut meliputi para sahabat tertua dan terkemuka,

    hal ini menunjukkan bahwa gagasan Arab kuno tentang kepala suku telah

    mengalahkan gagasan tentang kerajaan turun temurun. Setelah Umar wafat,

    dewan formatur tersebut bermusyawarah dan menghasilkan mufakat bahwa

    khalifah pengganti setelah Umar adalah Utsman ibn Affan.

    C. Utsman ibn Affan

    Kesenioritasan kesukuan Utsman menjadi penentu terpilihnya Utsman

    sebagai khalifah ketiga yang mengungguli ali ibn Abi Thalib. Utsman

    mewakili aristokrat Umayyah, berbeda dengan Abu Bakar dan Umar yang

    mewakili kalangan Muhajirin.14

    Pemerintahan Utsman berlangsung selama

    dua belas tahun (644-655 M).15

    Pada masa pemerintahan Utsman, wilayah Armenia, Tunisia, Cyprus,

    Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan

    berhasil dikuasai16

    . Ekspansi Islam pertama berhenti sampai disini. Dan sangat

    disayangkan karena belum selesai perjuangan jihad ekspansi, kaum muslimin

    ditimpa bencana besar, yaitu pecahnya pemberontakan melawan Amirul

    11

    Syibli Numan. Umar yang Agung. Bandung: Penertbit Pustaka. 1981. H.246-276 dan 324-418 12

    A. Syalabi. Sejarah dan kebudayaan Islam. Jilid 1. Jakarta: Pustaka Al-Husna. 1987. H.263 13

    Ibid. h.267 dan Philip. K. Hitti. Op.cit.h.223. 14

    Ibid. Philip. K. Hitti. h.223. 15

    Badri Yatim. Op. cit. h.38. 16

    Ibid.

  • K H A L I F A H R A S Y I D A H B y N o v i a N u r F a d h i l a

    J A N 2 0 1 5 M S I U M J 2 0 1 4 | 6

    Muminin, Khalifah Utsman. Hal ini bermula dari perasaan tidak puas dan

    kecewa di kalangan umat Islam terhadap Utsman.17

    Pemberontakan dimulai dari sejumlah orang yang tidak puas dan

    kecewa serta dendam terhadap Utsman, sehingga meluas ke kota-kota besar

    Islam dan akhirnya sampai ke Madinah sendiri. Kepemimpinan Utsman

    memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar, salah satunya mungkin

    karena Utsman diangkat menjadi khalifah ketika usianya sudah lanjut yaitu 70

    tahun, dan sifatnya yang lemah lembut. Pada tahun 655 M Utsman dibunuh

    oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.

    Salah satu factor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap

    kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam

    kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam.

    Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman

    hanya menyandang gelar khalifah.18

    Setelah banyak anggota keluarganya yang

    duduk dalam jabatan-jabatan penting, Utsman laksana boneka di hadapan

    kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap

    keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap bawahan. Harta kekayaan negara,

    oleh kerabatnya dibagikan tanpa kontrol oleh Utsman sendiri.

    Merskipun demikian tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada

    kegiatan-kegiatan yang penting. Utsman berjasa membangun bendungan

    untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-

    kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid, dan

    memperluas masjid Nabi Muhammad di Madinah.

    D. Ali ibn Abi Thalib

    Setelah Utsman wafat, masyarakat yang dendam terhadap Utsman

    mengangkat Ali sebagai khalifah pada tahun 656 M. Sementara masyarakat

    yang dendam terhadap pembunuh-pembunuh Utsman mengikuti Muawiyah

    17

    Ahmad Hasjmy. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang. h.126. 18

    Ahmad Amin, Islam dari Masa ke Masa. Bandung: CV. Rusyda. 1987. h.87

  • K H A L I F A H R A S Y I D A H B y N o v i a N u r F a d h i l a

    J A N 2 0 1 5 M S I U M J 2 0 1 4 | 7

    ibn Abi Suyfan. Masa pemerintahan Ali tidak lebih lama dari Utsman, yaitu

    hanya enam tahun (656-661 M).19

    Selama masa pemerintahan, Ali mengahadapi berbagai macam

    pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat

    dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan sebagai khalifah, Ali memecat

    gubernur yang diangkat oleh Utsman. Ali meyakini bahwa

    pemberontakanterjadi karena keteledoran mereka. Ali juga menarik kembali

    tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil

    pendappatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak

    tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.20

    Kemudian, tidak lama setelah itu, Ali menghadapi pemberontakan

    Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para

    pembunuh Utsman dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang

    telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari

    perang, kemudian dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar

    keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai.

    Namun, ajakan tersebut ditolak. Akhirnya pertempuran yang dahsyat pun

    berkobar. Perang ini dikenal dengan nama perang jamal (unta) karena

    Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta. Ali berhasil mengalahkan

    lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri,

    sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.21

    Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga

    mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Muawiyah,

    yang didukung oelh sejumlah mantan pejabat tinggi yang merasa kehilangan

    kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan

    Zubair, Thalhah dan Aisyah. Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus

    dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan

    Muawiyah di Shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi

    tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya

    19

    Philip. K. Hitti. Op.cit.h.224 dan 227 20

    Hasan Ibrahim Hasan. Op.cit.h.62. 21

    Philip. K. Hitti. Op.cit.h.224.

  • K H A L I F A H R A S Y I D A H B y N o v i a N u r F a d h i l a

    J A N 2 0 1 5 M S I U M J 2 0 1 4 | 8

    golongan ketiga, al-khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali.

    Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali, umat Islam terpecah menjadi tiga

    kekuatan politik, yaitu Muawiyah, Syiah (pengikut Ali), dan Al-khawarij

    (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan

    Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah,

    sementara posisi Muawiyah semakin kuat.22

    Pada tahun 661 M, ketika Ali sedang dalam perjalanan menuju masjid

    Kufah, Ali terkena hantaman pedang beracun di dahinya. Pedang tersebut,

    yang mengenai otaknya, diayunkan oleh seorang pengikut kelompok Khawarij,

    Abd al-Rahman ibn Muljam, yang ingin membalas dendam atas kematiaan

    keluarga seorang wanita, temannya, yang terbunuh di Nahrawan.23

    Dan dengan

    meninggalnya Ali maka masa Khilafah Rasyidah pun telah berakhir.

    Setelah Ali wafat, maka sebagian besar kaum muslimin bersepakat

    mendukung Muawiyah menjadi khalifah. Setelah masa Khilafah Rasyidah

    berakhir, kaum muslimin terpecah ke dalam tiga kelompok besar24

    , yaitu:

    1. Jumhurul Muslimin, yang mendukung Muawiyah dan pemerintahannya

    2. Syiah, yang tetap mencintai Ali dan ahli bait-nya serta menentang keras

    regim Muawiyah

    3. Khawarij, yang marah mendendam kepada Utsman, Ali, dan

    Muawiyah

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Masa Khilafah Rasyidah merupakan masa kepemimpinan setelah Nabi

    Muhammad saw wafat., yaitu mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali

    ibn Abi Thalib. Para khalifahnya disebut Al-Khulafa Al-Rasyidun (khalifah-

    khalifah yang mendapat petunjuk). Al-Khulafa Al-Rasyidun bertugas

    22

    Ibid. 225-226. 23

    Ibn Muljam adalah salah satu dari tiga orang yang bersumpah di depan Kabah bahwa pada hari

    yang sama mereka akan membersihkan komunitas Islam dari tiga tokoh pengacau: Ali,

    Muawiyah, dan Amr ibn Ash.(Ibid. 227.) 24

    Ahmad Hasjmy. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang. 1995.h.129.

  • K H A L I F A H R A S Y I D A H B y N o v i a N u r F a d h i l a

    J A N 2 0 1 5 M S I U M J 2 0 1 4 | 9

    menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad saw dalam masalah

    kenegaraan yaitu sebagai kepala Negara atau kepala pemerintahan dan

    pemimpin agama.

    Ciri masa khilafah ini adalah para khalifah betul-betul berusaha

    menurut teladan Nabi Muhammad saw. mereka dipilih melalui proses

    musyawarah. Khalifah pada masa ini tidak pernah bertindak sendiri ketika

    negara menghadapi kesulitan. Mereka selalu bermusyawarah dengan pemuka-

    pemuka atau pembesar-pembesar yang lain.

    Masa jabatan sebagai khalifah pada khilafah rasyidah tidak ada yang

    lebih dari 12 tahun, yang paling singkat adalah pada khalifah Abu Bakar yaitu

    hanya dua tahun, dan masa jabatan sebagai khalifah yang terlama adalah pada

    khalifah Utsman yaitu dua belas tahun. Setiap masa kekhalifahan memiliki

    permasalahan dan polemik yang berbeda-beda. Dan pada masa Ali-lah dikenal

    sebagai masa pemberontakan umat Islam dan perpecahan sesama umat Islam.

    Masa jabatan setiap khalifah berakhir setelah khalifah tersebut

    meninggal dunia. Abu Bakar meninggal karena sakit, sedangkan Umar,

    Utsman, dan Ali meninggal dengan cara yang zalim, yaitu dengan dibunuh.

    Umar dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Luluah.

    Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang

    selalu berhasil dihasut oleh Abdullah ibn Saba. Dan Ali dibunuh oleh

    seorang pengikut kelompok Khawarij, Abd al-Rahman ibn Muljam.

    Dan dengan wafatnya Ali maka masa Khilafah Rasyidah pun telah

    berakhir. Setelah masa Khilafah Rasyidah berakhir, kaum muslimin terpecah

    ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:

    1) Jumhurul Muslimin, yang mendukung Muawiyah dan pemerintahannya

    2) Syiah, yang tetap mencintai Ali dan ahli bait-nya serta menentang keras

    regim Muawiyah

    3) Khawarij, yang marah mendendam kepada Utsman, Ali, dan Muawiyah.

  • K H A L I F A H R A S Y I D A H B y N o v i a N u r F a d h i l a

    J A N 2 0 1 5 M S I U M J 2 0 1 4 | 10

    DAFTAR PUSTAKA

    Amin, Ahmad. 1987. Islam dari Masa ke Masa. Bandung: CV. Rusyda.

    Hasan, Hasan Ibrahim. 1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta:Kota

    Kembang.

    Hasjmy, Ahmad. 1995. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang.

    Hitti, Philip. K. 2002. History of the Arabs; From The Earliest Times To The

    Present. New York: Palgrave Macmillan. Edisi revisi ke-10. Diterjemahkan

    oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. 2006. Jakarta: PT

    Serambi Ilmu Semesta.

    Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1. Jakarta:

    UI Press.

    Numan, Syibli. 1981. Umar yang Agung. Bandung: Penertbit Pustaka.

    Syalabi, Ahmad. 1987. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jilid 1. Jakarta: Pustaka

    Al-Husna.

    Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.