Kgd Diare Dehidrasi 1

download Kgd Diare Dehidrasi 1

of 17

description

cover

Transcript of Kgd Diare Dehidrasi 1

Lampiran 1

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG

A. KONSEP PENYAKIT

1. DefinisiDiare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai sensasi ingin defekasi yang tidak dapat ditunda. (Grace, Pierce A &Borley, Neil R, 2006).

Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi (Wong, 2001).Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi dengan bagian feses tidak terbentuk (Nethina, 2001).

Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behrman, 1999).Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.Diare dibagi menjadi dua yaitu:a. Diare AkutDiare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan kualitas defekasi.b. Diare KronisDiare kronis yaitu diare yang lebih dari dua minggu.2. EtiologiTerdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari, 2005).a. Diare AkutDiare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun adanya infeksi.1) Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat diberikan terapi antibiotik.2) Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling sering.3) Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus urinarius dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin yang teringesti, iriitable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi terhadap laktosa.

b. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:

1) Sindrom malabsorpsi2) Defek anatomis

3) Reaksi alergik

4) Intoleransi laktosa

5) Respons inflamasi6) Imunodefisiensi

7) Gangguan motilitas

8) Gangguan endokrin

9) Parasit

10) Diare nonspesifik kronis

Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk, pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat3. Manifestasi KlinikGejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul). Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria atau anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.Kehilangan cairan akibat diare menyebabkan dehidrasi yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat (Suharyono, 1986).Tingkat Dehidrasi a. Dehidrasi RinganKehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum pada keadaan syok.b. Dehidrasi SedangKehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.c. Dehidrasi BeratKehilangan cairan 8 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.4. KomplikasiSebagai akibat diare baik yang akut maupun khronis, maka akan terjadi:a. Kehilangan air dan elektrolit sehingga timbul dehidrasi dan keseimbangan asam basa.

b. Gangguan gizi.Gangguan gizi pada penderita diare dapat terjadi karena:

1) Masukan makanan berkurang karena adanya anoreksia (sebagai gejala penyakit) atau dihentikannya beberapa macam makanan o1eh orang tua, karena ketidaktahuan. Muntah juga merupakan salah satu penyebab dari berkurangnya masukan makanan2) Gangguan absorpsiPada diare akut sering terjadi malabsorpsi dari nutrien mikro maupun makro. Malabsorpsi karbohidrat (laktosa, glukosa dan fruktosa) dan lemak yang kemudian dapat berkembang menjadi malabsorpsi asarn amino dan protein. Juga kadang-kadang akan terjadi malabsorpsi vitamin baik yang larut dalam air maupun yang larut dalam lemak (vitamin B12, asam folat dan vitamin A) dan mineral trace (Mg dan Zn).Selama diare akut karena kolera dan E. coli terjadi penurunan absorpsi karbohidrat, lemak dan nitrogen. Pemberian masukan makan makanan diperbanyak akan dapat memperbaiki aborpsi absolut sampai meningkat dalam batas kecukupan walaupun diarenya sendiri bertambah banyak. Metabolisme dan absorpsi nitrogen hanya akan mencapai 76% dan absorpsi lemak hanya 50%.3) KatabolismePada umumnya infeksi sistemik akan mempengaruhi metabolisme dan fungsi endokrin, pada penderita infeksi sistemik terjadi kenaikan panas badan. Akan memberikan dampak peningkatan glikogenesis, glikolisis, peningkatan sekresi glukagon, serta aldosteron, hormon anti diuretik (ADH) dan hormon tiroid. Dalam darah akan terjadi peningkatan jumlah kholesterol, trigliserida dan lipoprotein. Proses tersebut dapat memberi peningkatan kebutuhan energi dari penderita dan akan selalu disertai kehilangan nitrogen dan elektrolit intrasel melalui ekskresi urine, peluh dan tinja4) Kehilangan langsungKehilangan protein selama diare melalui saluran cerna sebagai Protein loosing enteropathy dapat terjadi pada penderita campak dengan diare, penderita kolera dan diare karena E. coli. Dapat disimpulkan bahwa diare mempunyai dampak negatif terhadap status gizi penderita

c. Perubahan ekologik lumen usus dan mekanisme ketahanan isi usus.Kejadian diare akut pada umumnya disertai dengan kerusakan mukosa usus keadaan ini dapat diikuti dengan gangguan pencernaan karena deplesi enzim. Akibat lebih lanjut adalah timbulnya hidrolisis nutrien yang kurang tercerna sehingga dapat menimbulkan peningkatan hasil metabolit yang berupa substansi karbohidrat dan asam hidrolisatnya. Keadaan ini akan merubah ekologi kimiawi isi lumen usus, yang dapat menimbulkan keadaan bakteri tumbuh lampau, yang berarti merubah ekologi mikroba isi usus. Bakteri tumbuh lampau akan memberi kemungkinan terjadinya dekonjugasi garam empedu sehingga terjadi peningkatan asam empedu yang dapat menimbulkan kerusakan mukosa usus lebih lanjut. Keadaan tersebut dapat pula disertai dengan gangguan mekanisme ketahanan lokal pada usus, baik yang disebabkan oleh kerusakan mukosa usus maupun perubaban ekologi isi usus5. Patofisiologi dan PathwayPATOFISIOLOGI

Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005)

a. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus, menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.

b. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan kapasitas untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus yang lebih kecil.

c. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh gangguan malabsorpsi.

Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis ulserativ dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikogenik (Elizabeth J. Corwin, 2007)PATHWAY

Pathway diare

6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)

Penatalaksanaan diare:

a. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapiAda 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:1) Jenis cairan yang hendak digunakanPada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya2) Jumlah cairan yang hendak diberikanPada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:Mengukur BJ PlasmaKebutuhan cairan dihitung dengan rumus:BJ Plasma 1,025 x BB x 4 ml

0,001

Metode PierceBerdasarkan keadaan klinis, yakni:a) Diare ringan, kebutuhan cairan= 5% x kg BBb) Diare sedang, kebutuhan cairan= 8% x kg BB

c) Diare ringan, kebutuhan cairan= 10% x kg BBMetode Perbandingan BB dan Umur

BB (kg)UmurPWLNWLCWLTotal Kehilangan Cairan

< 3

3-10

10-15

15-25< 1 bln

1 bln-2 thn

2-5 thn

5-10 thn150

125

100

080125

100

080

02525

25

25

25300

250

205

130

Sumber: Ngastiyah (1997)

Keterangan:PWL: Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah.NWL: Normal Water Lose(ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan, pernapasan

CWL: Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus menerus3) Cairan per oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa4) Cairan parentral

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:a) Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg:(1) 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).(2) 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).(3) 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit

b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).c) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg(1) 2 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).(2) 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

(3) 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral

d) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kgKebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %.

Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).e) Untuk bayi berat badan lahir rendahKebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 %).b. DietetikUntuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:1) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh.2) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuhStandar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas kebutuhan kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.Kebutuhan kaloria. BBLR : 150 Kkal/ Kg BBb. BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulanc. BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BBd. BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)e. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB 20)Kebutuhan Asam amino

a. BBLR 2,5 3/ Kg BB

b. Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB

c. Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB

Kebutuhan Mikronutrien

a. Kalium 1,5 2,5 meq/ kg BBb. Natrium 2,5 3,5 meq/ kg BB

c. Obat-obatanObatDosisPemakaian dan pertimbangan

Opiat

Tingfur opiumTR: D: PQ: 0,6 mL atau 10 tts, q.i.d. dicampur dengan air

Camphorated: 5-10 mL, 1-4 kali/ hariUntuk diare akut dan nonspesifik. Obat golongan II

ParegorikD: PO: 5-10 mL, 1-4 kali/ hari

A: PO: 0,25-0,5 mL, 1-4 kali/ hariUntuk diare. Obat golongan III

KodeinD: PO: 15-30 mg, q.i.d.Untuk diare

Agen-agen opiat related

Difenoksilat dengan atropin (Lomotil)D: PO: 2,5-5 mg, b.i.d,q.i.d.

Anak >2 thn: 0,3-0,4 mg/kg, setiap hari dalam dosis terbagi 4 atau 2 mg, 3-5 kali setiap hariUntuk diare akut, nonspesifik. Obat golongan V.

Dosis untuk anak bervariasi sesuai dengan umur.

Loperamid (Imodium)D: PO: M: 4 mg, kemudian 2 mg setelah buang air cair. Tidak melebihi 16 mg/ hari.

A (5-8 thn) PO: 2 mgg, dosis dapat diulangi, tidak melebihi 4 mg/ hariUntuk diare. Obat bebas terbaru. Kategori kehamilan B. Tidak mempengaruhi SSP. Kurang dari 1% yang mencapai sirkulasi sistemik.

Adsorben

Kaolin-Pektin (Kaopectate)Sesuai dengan labelUntuk diare. Diberikan setelah setiap kali buang air cair. Obat bebas.

Garam-garam bismut (Pepto-Bismol)Sesuai dengan labelUntuk diare, gangguan lambung. Dalam bentuk cair atau tablet.

Kombinasi

Difenoksilat dengan atropin (Lomotil)Lihat agen-agen opiat relatedLihat agen-agen opiat related

ParepektolinSesuai dengan labelMengandung paregorik dan kaopecatate

DonnagelD: PO: M: 30 mg, kemudian 15-30 mg setelah setiap kali buang air cair

A: PO: 5-10 mg setelah setiap kali buang air cairMengandung atropin dan kaopectate

Donnagel P-GD: PO: 15 mg, setiap 3 jamMengandung opium, atropin, dan kaopectate

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Pengkajian primer

1) Airway

Kaji adanya obstruksi jalan napas antara lain suara stridor, gelisah karena hipoksia, penggunaan otot bantu pernafasan, sianosis.

2) Breathing

Inspeksi frekuensi nafas, gerakan otot pernafasan tambahan. Kaji adanya suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing.

3) Circulation

Kaji adanya tanda-tanda syok seperti: hipotensi, takikardi, takipnea, hipotermi, pucat, akral dingin, kapilari refill>2 detik, penurunan produksi urin4) Disability

Kaji tingkat kesadaran pasien, ukuran dan reaksi pupil pasien.

5) Exposure

Kaji adanya injury atau kelaianan yang lain.b. Pengkajian sekunder

1) Full Set of Vital Sign

Tekanan darah dapat normal/ turun. Nadi dapat normal, cepat, tidak kuat dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia). Respirasi bisa normal maupun meningkat. Suhu bisa normal maupun meningkat.

2) Histori and Head to Toe

a) History (menggunakan prinsip SAMPLE)

S : Subyektif

Kaji keluhan utama pasien

A: allergies

Kaji apakah pasien ada alergi terhadap makanan ataupun obat obatan.M: Medikation

Kaji pada pasien setelah muntah darah apakah sudah mengkonsumsi obat obatan.

P: Past medikal Histori

Apakah pasien pernah menderita hepatitis, gastritis sebelumnya.L: Last oral intake

Masukan oral terakir, apakah benda padat atau benda cair.

E: Event

Kapan terjadi diare, tindakan apa saja yang telah dilakukan untuk pertolongan pertama.b) Head to Toe

Kepala

Ada tidaknya ikterik pada mata, conjungtiva anemis.

Leher

Ada tidaknya kaku kuduk, pembesaran kelenjar tyroid.

Dada

Inspeksi : kesimetrisan, gerakan dada, ada tidaknya retraksi dada.

Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan daerah dada.

Perkusi : ada tidaknya perubahan suara.

Auskultasi : ada tidaknya suara tambahan.

Abdomen

Adakah terjadi nyeri tekan/ distensi abdomen, peningkatan bising usus.

Ekstrimitas

Adakah kelainan pada daerah extrimitas, baik atas maupun bawah2. Diagnosa Keperawatana. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihb. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan3. Perencanaan Keperawatan No.Diagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilIntervensi

1.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebih (00027).Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil:

Input dan output cairan elektrolit seimbang.

Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor jaringan normal.Fluide management

1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan

2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

3. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan ortostatik), jika diperlukan

4. Monitor vital sign

5. Kolaborasikan cairan IV

6. Monitor status nutrisi

7. Dorong masukan oral

8. Kolaborasi dengan dokter.

Hypovolemia Management

1. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan

2. Monitor tingkat HB dan hematokrit

3. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan

4. Monitor berat badan

2.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat (00002).Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil:

Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

Tidak terjadi penurunan berat badan yang berartiNutrition management

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

3. Anjurukan pasien untuk meningkatkan intake IV

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

5. Berikan substansi gula

6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Nutrition Monitoring

1. BB pasien dalam batas normal

2. Monitor adanya penurunan berat badan

3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

4. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan

5. Monitor lingkungan selama makan

6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

8. Monitor turgor kulit

9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah

10. Monitor kadar albumin, total protein, HB, dan kadar HT

11. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

12. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

3.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan (00046)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan kerusakan integritas kulit pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil:

Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

Tidak ada luka atau lesi pada kulit

Perfusi jaringan baik

Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidere berulang

Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alamiPressure Management:1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

3. Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali

4. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah tertekan

5. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

6. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

DAFTAR PUSTAKABaughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth.Jakarta : EGC.Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti.Jakarta: EGC.Doctherman, J. McCloskey. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) & Nursing Outcomes Clasifications (NOC). USA : Mosby.

Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2006.At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : Erlangga.

Herdman, T. Heather. 2013. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Kee, Joyce L.1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.Nethina, Sandra, M. 2001.Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan, dkk.Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Wong, Donna L. dan Eaton, M. H(et all). 2001.Wongs Essentials of Pediatric Nursing. (Ed. 6). Missouri : MosbyToksik tidak dapat diserap

Hipersekresi air & elektrolit

Berkembang di usus

Ansietas

Isi usus

Psikologi

Makanan

Infeksi

Hiperperistaltik

Penyerapan makanan di usus

Diare

Kerusakan integritas kulit

Kekurangan volume cairan

Dehidrasi

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Hilang cairan & elektrolit berlebihan

Frekuensi BAB

Distensi abdomen

Nafsu makan

Mual muntah

Resiko syok (hipovolemik)

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

(Nurarif, Amin & Kusuma, H., 2013)