Kewirausahaan Pesantren Maslakul Huda Kajen Pati Jawa Tengah

download Kewirausahaan Pesantren Maslakul Huda Kajen Pati Jawa Tengah

If you can't read please download the document

Transcript of Kewirausahaan Pesantren Maslakul Huda Kajen Pati Jawa Tengah

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG MASYARAKAT SEKITAR PESANTREN MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI TAPIOKA KOPERASI ESA PESANTREN MASLAKUL HUDA

LATAR BELAKANG Desa Ngemplak Kidul kecamatan Margoyoso kabupaten Pati (17 km arah utara dari Kota Pati) selama bertahun-tahun telah menjadi sentra industri rakyat (home industry) yang memproduksi tepung tapioka. Usaha ini diawali sekitar tahun 60-an. Pada saat itu permintaan pasar akan tepung tapioka cukup besar seiring dengan pertumbuhan perekonomian nasional dengan Program Repelita yang dicanangkan oleh Pemerintah. Bahkan permintaan pasar dunia akan tepung tapioka yang sebagian besar untuk bahan baku industri makanan itu juga meningkat pesat. Dengan potensi pasar yang berkembang terus maka tak pelak usaha produksi tepung tapioka di desa Ngemplak Kidul banyak bertumbuhan seperti jamur di musim hujan. Saat ini bahkan telah menjalar di desa-desa sekitar desa Ngemplak Kidul, diantaranya desa Sidomukti, Mojoagung, Waturoyo, Ketanen dan lain-lain. Selain potensi pasar yang tinggi, secara geografis desa Ngemplak Kidul memang terletak di posisi yang sangat startegis. Hal tersebut dikarenakan posisi desa Ngemplak Kidul terletak di jalur utama perekonomian kabupaten Pati yaitu jalur Pati-Tayu dan berjarak 17 km dari Pati. Dengan posisi tersebut hubungan transportasi dengan daerah-lainnya bahkan dengan jalur Pantura menjadi dekat sehingga mobilisasi bahan baku (ketela pohon) dan barang jadi (tepung tapioca) menjadi mudah dan ekonomis. Selain hal tersebut dengan terletak di kaki gunung Muria menjadikan desa Ngemplak Kidul mempunyai kandungan air tanah yang sangat berlimpah dimana air merupakan kebutuhan utama industri tapioka. Juga ditunjang kandungan air yang cukup mineral, banyaknya kandungan klorida yang sangat dibutuhkan untuk pengendapan saripati ketela pohon, maka air tanah desa Ngemplak Kidul sangat cocok untuk pembuatan tepung tapioka. Saat ini terdapat sekitar 300-an pengusaha, baik berkapasitas besar maupun kecil, yang melakukan usaha produksi tepung tapioka di desa Ngemplak Kidul dan desa-desa sekitarnya. Dengan rata-rata mempekerjakan 25 sampai 30 tenaga kerja maka tenaga kerja yang terserap di industri ini berkisar 9.000-an orang. Ratarata setiap pengusaha memproduksi 8 ton tepung tapioka per-minggu. Dengan produksi sebesar itu sentra industri tepung tapioka desa Ngemplak Kidul cukup diperhitungkan oleh pedagang-pedagang besar seperti dari Tasikmalaya (eksportir tapioka) selain podusen tepung tapioka di daerah lainnya seperti di Wonogiri, Banjarnegara, Lampung dll. Di sisi perkembangan ekonomi, sentra industri rakyat tepung tapioka desa Ngemplak Kidul memberikan andil yang cukup besar atas pertumbuhan ekonomi kabupaten Pati,

Halaman 1

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

khususnya kecamatan Margoyoso. Dengan pertambahan devisa daerah dan terserapnya angkatan kerja dapat berimbas kepada perkembangan komoditas ekonomi lainnya seperti sandang, papan dan kebutuhan-kebutuhan sekunder. LANDASAN PEMIKIRAN Banyaknya manfaat yang didapat dari sentra industri rakyat tepung tapioka ini ternyata usaha ini juga berandil besar terhadap rusaknya ekosistem (lingkungan hidup) wilayah kecamatan Margoyoso dan kecamatan sekitarnya yang diakibatkan oleh polusi dari limbah industri tapioka tersebut yang tidak ditangani secara baik. Sebenarnya berbagai upaya pengolahan limbah tersebut telah dilakukan baik oleh pemerintah kabupaten Pati maupun pemerintah pusat, namun sampai saat ini belum menunjukkan perbaikan yang berarti pada lingkungan hidup kecamatan Margoyoso. Memang harus diakui bahwa kebanyakan pertumbuhan industri rakyat yang berlangsung di berbagai tempat selalu tidak dibarengi dengan sistem penataan tata ruang dan pengolahan limbah yang memadai. Para pengusaha, apalagi pengusaha kecil, kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup dan ekosistem hayati disekitar tempat usahanya sangat rendah. Dengan pemikiran pragmatis yang hanya bertumpu pada peritungan-perhitungan ekonomis semata, maka hal-hal diatas sering mereka abaikan. Industri tepung tapioka desa Ngemplak Kidul mengasilkan bebarapa limbah yaitu limbah padat berupa kulit ketela dan ampas, dan juga limbah cair berupa air buangan pengendapan tapioka (lindur). Ampas ketela dan lindur bila dibiarkan dalam beberapa hari akan membusuk sehingga menimbulkan bau yang tidak enak (seperti bau tinja). Limbah-limbah tersebut oleh para pengusaha biasanya untuk limbah cair dan ampas yang tidak diolah langsung dibuang di sungaisungai sekitar desa Ngemplak Kidul, termasuk desa Kajen di mana Pesantren maslakul Huda terletak, sehingga sungai-sungai tersebut menjadi berwarna putih kecoklatan yang menimbulkan bau busuk yang sangat menyengat. Pembusukan limbah tersebut menimbulkan beberapa racun yang dihasilkan dari reaksi kimia akibat pembusukan tadi dan juga mendatangkan beberapa bakteri, maka air di sungai-sungai tersebut ikut tercemar padahal sungai-sungai tadi mengairi 1281 hektar sawah dan 768 hektar tambak di wilayah kecamatan Margoyoso dan sekitarnya. Kerusakan yang paling parah adalah budi daya udang windu di pertambakan kecamatan Margoyoso dan sekitarnya selalu gagal panen karena banyak udang yang mati sebelum usia panen. Hal tersebut tentunya menimbulkan kerugian pada petani tambak dan sawah yang sangat besar. Selain hal tersebut penyedotan air tanah yang sangat tinggi lambat laun dapat mengurangi kandungan air tanah dan apabila menipis, maka akan terjadi perembesan air laut karena desa Ngemplak Kidul hanya berjarak 5 km dari garis pantai. Untuk mengasilkan 1 kilogram tepung tapioka maka prosesnya membutuhkan air sebanyak 7 liter. Dengan perhitungan tersebut, apabila setiap minggu mengasilkan 8 ton kali 300 pengusaha atau sama dengan 2400

Halaman 2

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

ton tapioka, maka air tanah yang disedot sebanyak 16.800.000 liter air per-minggu. Dapatlah dibayangkan betapa besar debit air yang dibutuhkan dalam industri tapioca tersebut. Untuk limbah padat yaitu kulit ketela dan ampas saat ini sebagian sudah termanfa'atkan walaupun belum seluruhnya. Kulit ketela biasanya ditumpuk kemudian apabila kering dibakar, sedangkan ampas oleh sebagian warga Ngemplak Kidul dikeringkan untuk kemudian dapat dijual sebagai bahan baku pakan ternak atau konsentrat. Namun apabila musim hujan ampas tersebut sedikit termanfaatkan karena pengolahan ampas sebagai bahan pakan ternak membutuhkan sinar matahari untuk pengeringan yang sangat sedikit pada waktu musim hujan. Oleh karena itu pada musim hujan banyak ampas yang terbengkelai dan kalau sudah banyak menumpuk biasanya dibuang di sungai-sungai. Dalam pembuatan tepung tapioka biasanya setiap 1 ton ketela pohon menghasilkan 300 - 350 kg tapioca, dan sisanya merupakan limbah yang mana 400 kg berupa limbah cair dan 250 kg berupa limbah padat. Bisa dibayangkan apabila seminggu desa Ngemplak Kidul memproduksi tepung tapioka sebanyak 2400 ton, maka limbah padat yang dihasilkan mencapai 9600 ton, suatu jumlah limbah yang sangat besar. Ampas dan kulit ketela pohon oleh masyarakat sekitar desa Ngemplak Kidul dimanfaatkan sebagai bahan makanan sapi ternak. Kedua bahan pakan tersebut memang sangat baik untuk pertumbuhan sapi karena kulit ketela dan ampas mempunyai kandungan kalori, protein, hidrat arang, lemak, kalsium, fosfor, zat besi yang cukup tinggi dan juga mengandung beberapa jenis vitamin, dimana kandungan tadi sangat baik untuk pertumbuhan sapi ternak tersebut. Apalagi jika ditambah bahan makanan lain seperti katul, ampas tahu, hijauan dan lain sebagainya. Melihat melimpahnya limbah tapioka dan zat-zat yang terkandung di dalamnya sebagaimana diatas, maka limbah-limbah tersebut, yakni ampas dan kulit ketela, sangat potensial untuk diolah menjadi pakan ternak sapi yang bermutu dan ekonomis. Untuk itulah beberapa waktu yang lalu Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM) Pesantren Maslakul Huda, Kajen Margoyoso Pati bekerja sama dengan Fakultas Kimia Universitas Diponegoro, Semarang menyelenggarakan pelatihan dan penelitian terhadap pengolahan limbah tapioka sebagai bahan pakan ternak sapi potong. Pelatihan tersebut mengikut sertakan kelompok-kelompok peternak di wilayah kecamatan Margoyoso. Di dalam pelatihan tersebut diajarkan tentang pembuatan pakan sapi yang dapat memberikan peningkatan berat sapi secara signifikan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Hasil pelatihan dan penelitian telah diuji cobakan pada salah satu kelompok peternak di desa Ngemplak Kidul. Dari uji coba tersebut dengan pemberian pakan tadi secara intensif, dapat menambah berat sapi sebesar 3 sampai 4 kg setiap hari sehingga proses penggemukan atau populer disebut pengereman yang biasanya dilakukan dalam jangka waktu 4 sampai 6 bulan kini cukup dilakukan dalam jangka waktu 2 sampai 2,5 bulan dan menghasilkan bobot sapi yang lebih berat. Dengan waktu pengereman yang singkat dan hasil yang lebih baik, maka biaya selama pengereman menjadi lebih ekonomis dan pendapatan penjualan menjadi lebih besar. Untuk itulah proses pengereman dengan pakan

Halaman 3

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

tadi menjadi usaha yang sangat prospektif dan menguntungkan. Sapi merupakan hewan yang paling banyak diternakkan oleh penduduk Kabupaten Pati. Hampir semua wilayah kecamatan di kabupaten Pati mulai dari ujung selatan yakni kecamatan Pucakwangi hingga ujung utara yakni kecamatan Dukuhseti penduduknya banyak memelihara sapi. Menurut data dari Kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati hewan-hewan yang diternakkan masyarakat setempat adalah sapi (37%), kerbau (10%) kambing (18%), ayam (9%), itik (17%) dan selebihnya hewan ternak lain. Umumnya yang mereka lakukan adalah penggemukan sapi. Sedangkan pembibitan melalui inseminasi buatan (kawin suntik) atau cara konvensional. Sedangkan cara berternak ada yang dilakukan sendiri atau bersama-sama dengan membentuk kelompok-kelompok. POTENSI PASAR Indonesia merupakan negara pengimpor sapi dan daging sapi guna memenuhi permintaan daging sapi dalam negeri yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Apalagi pada bulan-bulan tertentu seperti hari Lebaran dan Lebaran Qurban permintaan daging sapi sangat tinggi sehingga harga daging sapi melonjak. Produksi daging sapi dalam negeri selama 5 tahun terakhir selalu terjadi peningkatan rata-rata 7,6 % per-tahun (data Biro Pusat Statistik 2001). Hal tersebut dikarenakan jumlah rumah pemotongan hewan yang meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan kebutuhan konsumsi daging sapi yang cukup tinggi. Selain itu permintaan akan kualitas produksi daging juga semakin beragam, hal itu ditandai dengan impor daging untuk restoran-restoran internasional yang semakin banyak dengan meminta kualitas tertentu, seperti warna, keempukan, marbling atau pelemakan daging yang sesuai. Dengan peningkatan permintaan tersebut tak pelak harga daging sapi menjadi cukup tinggi yaitu berkisar Rp 40.000,- sampai Rp 45.000,- per-kilogram. Melihat keadaan pasar tersebut pengembangbiakan sapi (penggemukan) menjadi potensi bisnis yang cukup menjanjikan. TUJUAN Tujuan dari kegiatan ini adalah ; 1. Memulihkan keberdayaan masyarakat sasaran. 2. Menciptakan lapangan kerja baru yang berbasis potensi lokal. 3. Meningkatkan pendapatan / penghasilan masyarakat sasaran. 4. Menggerakkan roda perekonomian daerah. 5. Mengelola lingkungan lokal secara berkelanjutan 6. Meningkatkan peran pesantren di masyarakat. OUT PUT (DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI) Dengan usaha kegiatan penggemukan sapi ini diharapkan mempunyai dampak positif berupa:

Halaman 4

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

1. Tergarapnya potensi dan sumber daya lokal untuk dikembangkan menjadi kegiatan usaha yang produktif dan konstruktif. 2. Kestabilan lingkungan sosial dan keamanan karena masyarakat sasaran (anggota) mempunyai lahan ekonomi secara mandiri. 3. Termanfaatkannya limbah padat home industri tapioka (kulit dan ampas ketela) menjadi bahan pakan sapi bermutu dan ekonomis. 4. Dengan tergarapnya limbah industri tapioka dapat mengurangi polusi lingkungan hidup masyarakat kecamatan Margoyoso akibat industri tapioka. 5. Secara makro, akan terpenuhinya kebutuhan daging dalam negeri dengan pasokan lokal, meminimalisir impor sehingga menghemat devisa. BENTUK KEGIATAN Dalam proyek ini bentuk kegiatannya adalah penggemukan sapi potong secara intensif yang dilakukan oleh kelompok-kelompok peternak yang dikoordinir oleh Koperasi ESA (Eka Serba Abadi) Tehnik penggemukan yang biasa disebut kereman yaitu sapi dipelihara dengan cara dikerem (disekap) dalam kandang pada jangka waktu 2 bulan, tanpa dipekerjakan sama sekali, namun diberikan makanan yang dibuat dari limbah tapioca tadi. Makanan yang diberikan terdiri dari ampas ketela pohon, kulit ketela pohon, dedak (katul), ampas tahu, hijau-hijauan (rumput atau perdu), konsentrat, ditambah dengan pupuk KCL, SP36, dicampur zat pengurai yaitu NOPKOR dan zat penghilang bau yaitu MOFU. Banyaknya makanan yang diberikan kurang lebih 10 % dari berat badan sapi, contohnya, apabila berat sapi 300 kg, maka makanan yang diberikan secara berangsur-angsur adalah 30 kg sehari (pagi dan sore). Selama pemeliharaan agar sapi senantiasa sehat maka dilakukan pengobatan, pemberian vitamin, jamu-jamuan dan vaksinasi. Vaksinasi yang perlu diberikan biasanya vaksin penyakit mulut, kuku anthrax dan lainnya. Sedangkan penimbangan dan pemantauan dilakukan secara reguler 1 bulan sekali. Dengan demikian dalam waktu yang relatif singkat (2 bulan) dapat memberikan berat badan seperti yang diharapkan diatas tadi. STRATEGI DAN TEHNIS PELAKSANAAN Tehnis pelaksanaan kegiatan ini adalah : A. Sosialisasi Sebelum Proyek Penggemukan Sapi ini dilakukan maka langkah pertama yang diupayakan adalah melakukan sosialisasi atas proyek ini kepada masyarakat sasaran. Hal tersebut dimaksudkan agar proyek ini betul-betul dapat diterima masyarakat sehingga mereka akan antusias untuk mendukungnya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam program sosialisasi ini adalah : 1) Menghubungi masyarakat peternak lingkungan proyek sebagai studi kasus

Halaman 5

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

untuk mengetahui secara dekat kebutuhan dan harapan mereka. 2) Menghubungi lembaga kemasyarakatan yang ada di masyarakat sasaran, dalam hal ini BPD, RW, RT, pemuka masyarakat dan tokoh agama. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui respon mereka dan juga mendapatkan input-input yang dapat mendukung proyek ini serta sesuai dengan kondisi dan harapan masyarakat sasaran. 3) Menghubungi tokoh formal di kecamatan dan desa masyarakat sasaran (Camat, Kepala desa dan perangkatnya). Pada tingkat ini dimaksudkan untuk mencari dukungan terhadap proyek. 4) Melakukan pendekatan dengan dinas-dinas terkait, dalam hal ini adalah Dinas Peternakan Kabupaten Pati dll. B. Pelaksanaan a) Kegaiatan usaha dilakukan secara kelompok. b) Sebelum diberikan hewan ternak, anggota diberikan diklat yang diadakan oleh Koperasi ESA bekerjasama dengan Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM) Pesantren Maslakul Huda, Kajen agar anggota peternak memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang baik atas hewan ternaknya dan cara pengolahan pakan sehingga proses penggemukannnya akan dilakukan secara benar. c) Setiap anggota kelompok memperoleh 2 ekor sapi dewasa yang akan digemukkan. d) Peternak anggota harus mempunyai tabungan minimal sebesar Rp. 1.000.000,- di Koperasi ESA. Tabungan ini dimaksudkan agar setiap anggota mempunyai rasa andarbeni (ikut memiliki) terhadap program ini sehingga mereka dapat komitmen dan konsisten dalam bekerja. e) Sapi yang akan digemukkan adalah sapi bakalan jenis lokal berumur sekitar 2-3 tahun dengan kondisi sehat dan postur yang baik. Ciri-ciri sapi bakalan yang baik antara lain; mempunyai kerangka yang besar, tulang iga kuwung, pantat tidak lancip, kaki besar dan kuat, kuku papak dan sejajar, mulut berujung papak, pelupuk mata tebal, mempunyai nafsu makan besar, bulu bersinar, bersih. Sapi bakalan tersebut diperoleh dari pasar setempat kemudian diserahkan kepada anggota kelompok untuk digemukkan. Proses penggemukan menurut perhitungan ekonomis dilakukan selama 2 bulan. Selama masa penggemukan peternak anggota akan disuplai makanan dan suplemen (jamu/vitamin) hewan ternaknya sebagaimana anggaran dibawah nanti. f) Pakan diupayakan dan diolah secara kolektif dalam satu kelompok dan didistribusikan kepada anggota kelompoknya masing-masing. g) Peternak anggota berkewajiban menjaga dan merawat sapi-sapi tersebut agar

Halaman 6

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

sanantiasa dalam pertumbuhan dan kesehatan yang stabil. Juga mengupayakan hijahijauan sebagai salah satu bahan pakan ternak tersebut. h) Untuk perkandangan akan dibebankan kepada peternak anggota. Adapun pembuatan kandang dan pengelolaan sapi-sapi tersebut akan dibimbing oleh Koperasi ESA melalui pelatihan. i) Setiap kelompok harus menyelenggarakan kegiatan administrasi yang tertib dan terkontrol serta diakhir periode ketua kelompok harus membuat laporan kegiatan dan keuangan. j) Selama masa penggemukan tersebut hewan-hewan ternak tadi akan dikontrol secara berkala, yakni 1 bulan sekali. Kontrol dilakukan untuk mengukur kesehatan dan tingkat pertumbuhannya agar tetap dalam grafik pertumbuhan sesuai program. Kontrol akan dilakukan oleh seorang mantri hewan yang ditunjuk. k) Setelah 2 bulan sapi-sapi tersebut kemudian dijual dengan harga penawaran tertinggi. Harga penjualan diprediksikan sesuai harga pasar saat ini adalah Rp 7.600.000,- perekor . l) Pendapatan penjualan kemudian dikurangi oleh harga pokok produksi selama proses penggemukan berlangsung. Selanjutnya harga pokok produksi tadi dipergunakan untuk dibelikan lagi sapi yang akan dilakukan proses penggemukan periode II, begitu seterusnya. m) Saldo dari pengurangan biaya pokok produksi menjadi laba kotor yang akan dikurangi dengan : Tabungan anggota sebesar 10% Dana Sosial sebesar 3% PPh Pasal 25 sebesar 5 % n) Setelah pengurangan tersebut diperoleh laba bersih yang akan dibagi dua yakni : Untuk cicilan pengembalian Revolving Fund sebesar 35 % Untuk Anggota peternak sebagai pendapatan mereka sebesar 65 % MANFAAT PROYEK Proyek ini selesai dalam 36 periode atau selama 3 tahun. Setelah periode ke-36 tersebut setiap kelompok dan anggotanya diharapkan : a. Setiap anggota mempunyai masing-masing minimal 1 ekor sapi. b. Kelompok berkembang secara dinamis yang memungkinkan mereka melakukan usahausaha lain yang menguntungkan. c. Setiap kelompok mampu mengelola kegiatan usaha dan keuangannya secara mandiri.

Halaman 7

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

d. Setiap kelompok dapat berkembang menjadi lembaga ekonomi masyarakat yang mandiri. e. Pesantren melalui Koperasi ESA dapat menjalin kerjasama imbal balik yang secara sosial dan ekonomi dengan masyarakat sekitar, sehingga memperkuat posisi pesantren sebagai agen perubahan dan pengembangan masyarakat. f. Permasalahan limbah tapioka dapat sedikit terkurangi sehingga membantu terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat. STRUKTUR DAN MANAJEMEN Pelaksana program ini adalah Koperasi ESA (Eka Serba Abadi) Pesantren Maslakul huda desa Kajen kecamatan Margoyoso kabupaten Pati. Sedangkan struktur organisasi dan personalia proyek ini adalah: Pengarah : 1. Kadinas Pertanian dan Peternakan Pati 2. Kabag Sosial Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Sosial (BPMS) kabupaten Pati. Penasehat Tim monitoring / evaluasi : Camat Margoyoso : Dinas Sosial dan Instansi terkait

Pen. Jawab/Manajer Proyek : Ketua Koperasi ESA Staff : 1. Keuangan 2. Mantri hewan Dinas Peternakan Kawedanan Tayu-Pati Koordinator kelompok I Koordinator kelompok II Koordinator kelompok III Kontak person : Sholihin : Arwani Kohlejo : Sholhan Syadzali : Maslahul Fuad 0295-4150066

Halaman 8

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

Halaman 9

Keterangan :

MANAJER PROYEK TIM MONITOR DAN STAF : Garis Koordinasi EVALUASI : Created on 2/18/2009 3:26:00 PM KEUANGAN PEMBANTU UMUM DINAS SOSIAL DAN MANTRI HEWAN INSTANSI TERKAIT

Garis Pembinaan / Pengarahan

KELOMPOK III:: KELOMPOK II : KELOMPOK I KETUA / ADM. KETUA / ADM. ANGGOTA ANGGOTA

STRUKTUR MANAJEMEN USAHA PENGGEMUKAN SAPI KOPERASI

Deskripsi kerja: Untuk mengoptimalkan kinerja pengelola proyek tersebut, maka masing-masing elemen dalam struktur manajemen diatas mempunyai tugas dan kewenangan yang tercover dalam deskripsi kerja sebagai berikut :

JABATAN Manajer Proyek

OPERASIONALHARIAN KHUSUS

MANAJERIALHARIAN KHUSUS

1. Melakukan sosialisasi proyek ini kepada pihak-pihak terkait. 2. Memimpin seluruh kegiatan operasional harian proyek. 3. Melakukan

1. Membuat laporan kegiatan setiap periode. 2. Melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait. 3. Menjaga/me ngamankan aset-aset

1. Mengkoordini r pelaksanaan kegiatan proyek. 2. Menyelengga rakan rapatrapat koordinasi dan evaluasi. 3. Melakukan pengarahan dan

1. Mengkon sep dan membuat perencan aan kegiatan. 2. Membuat keputusa nkeputusa n atas kebijakan usaha.

Halaman 10

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

kegiatan administrasi proyek.

proyek.

pengawasan kepada staf dan pembantu umum. MANAJERIAL

3. Mempert anggungjawabkan pelaksan aanproye kKHUSUS

JABATAN Staf Keuangan

OPERASIONALHARIAN KHUSUS

HARIAN

1 .M 2 .M 3 .M

1. Mengatur, mencatat danmenjaga/ mengamanka n kelancaran arus kas. 2. Membuat laporan keuangan bulanan dan tiap periode.

1.

1.

Halaman 11

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

2.

2.

3.

Halaman 12

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

Staf Kesehatan hewan

1. Meng ontrol , meng awasi dan meng evalu asi bobot pertu mbuh an dan keseh atan sapisapi terna k.

1. Memb uat lapora n pertu mbuh an dan keseh atan sapisapi ternak tiap bulan.

1. Melak ukan pendid ikan, penga rahan dan pembi naan cara betern ak kepad a petern ak.

1. M e m p e rt a n g g u n g ja w a b k a n h a si l k e rj

Halaman 13

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

Pembantu Umum

Ketua Kelompok

1. Men distri busi kan paka n (kom bora n) dan supl eme n ke guda ng trans it masi ng2 kelo mpo k. 2. Mem bant u tuga s2 man ajer. 1. Meng atur, mem bagi dan men distri busik an paka n dan suple men kpd. angg otan ya. 2. Meny elen ggar akan kegia tan admi nistr asi pada kelo mpo

1. Memb uat admisi ntrasi distib usi pakan dan suple men. 2. Meraw at kenda raan invent aris.

1 .K

a n y a. 1. M e m p er ta n g g u n gja w a bk a n h as il ke rj a ny a.

1. Bersa ma Manaj er mela kuka n pemb elian dan penju alan sapi2 terna k angg otany a. 2. Mem buat lapor an pemb elian dan penju alan. 3. Mem buat lapor

1. Meng koord inir angg otany a. 2. Memb erika n peng araha n dan peng awas an kepad a angg otany a

1. M e m p er ta n g g u n gja w a bk a n h as il ke rj a ny a.

Halaman 14

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

knya.

an hasil kerja kelo mpok nya setia p perio de. 4. Menja ga keper cayaa n angg otany a. 1. Bers ama ketu a kelo mpok mela kuka n penc atata n atas sirkul asi paka n dan suple men. 1. Koordi nsi denga n ketua kelomp oknya. 1. M e m p er ta n g g u n gja w a bk a n h as il ke rj a ny a.

Peternak Anggota

1. Meny edia kan rump ut paka n untu k sapi terna k sesu ai deng an porsi yang ditet apka n. 2. Menj aga dan mera wat sapi terna k.

Pengarah

1. Mem berik an infor masi dan peng araha n atas pelak sana

Halaman 15

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

Penasehat

an proye k. 1. Mem berik an advi s dan duku ngan moril atas pela ksan aan proy ek ini.

ANGGARAN BIAYA Proyek penggemukan sapi Koperasi ESA Pesantren Malakul Huda ini menelan biaya sebesar Rp 544.200.000,- (terbilang; lima ratus empat puluh empat juta dua rtaus ribu rupiah)1 yang mana biaya tersebut dialokasikan dari:

a. Modal iuran anggota sebesar b. Dana bantuan guliran

Rp

40.000.000,-

Rp 504.200.000,-

Untuk dana bantuan guliran (Revolving Fund) diajukan kepada Gubernur Jawa Tengah (APBD 2009), dan pihak-pihak penyandang dana lain yang berkepentingan.

Adapun perincian anggaran biaya adalah sebagai berikut :

KOMPONEN1. 2. 3. 4. 5. AKTIVA TETAP (SARANA) : Gudang transit pakan Komputer + printer Meja, kursi dan ATK: Lemari arsip Mobil pick-up (second) 6. Timbangan sapi 7. Mesin pengolah pakan AKTIVA LANCAR (MODAL KERJA) : 1.Sosialisasi program 2.Diklat / bina anggota 3.Pembelian sapi

URAIAN3 unit 1 set 1 paket 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit

BIAYARp 2.000.000 Rp 5.000.000 Rp 1.000.000 Rp 700.000 Rp 45.000.000 Rp 5.000.000 Rp 10.000.000

WAKTURp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Jumlah Rp

JUMLAH6.000.000 5.000.000 1.000.000 700.000 45.000.000 5.000.000 10.000.000 72.700.000

1 kali 1 kali 80 ekor

Rp 3.000.000 Rp 4.000.000 Rp 5.000.000

Rp 3.000.000 Rp 4.000.000 Rp 400.000.000

Halaman 16

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

4.Pakan 5.Suplemen 6.Honorarium : a. Manajer proyek b. Staff : 1. Keuangan 2. Pemb. Umum c. Koord. Kel/adm. 7.Chek-up dan timbang badan sapi 8.Operasional: a. Manajer b. Staff c. Pembantu Umum 9.Operasional kelom. : a. Pengadaan pakan b. Pembelian c. Penjualan d. Rapat kelompok e. Lain-lain 10. Perawatan kendaraan 11. Adm. dan telepon 12. Biaya lain-lain Biaya Keseluruhan: AKTIVA TETAP AKTIVA LANCAR JUMLAH SEMUA Keterangan ;

80 ekor 80 ekor 1 orang 1 orang 1 orang 3 orang 80 ekor 1 orang 1 orang 1 orang 2 X 3 X 3 gudang 80 kali angkutan 80 kali angkutan 3 kelompok 3 kelompok

Rp Rp

10.000 2.500

61 hari 8 kali 2 bulan 2 bulan 2 bulan 2 bulan 2 bulan 2 bulan 2 bulan 2 bulan 2 bulan 1 kali 1 kali 2 bulan 2 bulan 2 bulan 2 bulan Jumlah

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

48.800.000 1.600.000 2.000.000 1.200.000 600.000 1.800.000 1.600.000 400.000 300.000 300.000 900.000 2.000.000 2.000.000 300.000 300.000 400.000 400.000 600.000

Rp 1.000.000 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 600.000 300.000 300.000 10.000 200.000 150.000 150.000 25.000 25.000 25.000 50.000 50.000 400.000 200.000 300.000

Rp 472.500.000 Rp 72.700.000 Rp 472.500.000 Rp 544.200.000

I.AKTIVA TETAP (SARANA) : 1. Gudang transit, untuk tempat transit pakan pada kelompok-kelompok peternak. Setiap kelompok disediakan 1 gudang dan diupayakan berlokasi di areal dekat domisili kelompok hingga memudahkan anggota kelompok untuk mengaksesnya. 2. 1 set perangkat komputer, untuk memudahkan kegiatan bank data dan administrasi selama proyek ini berlangsung. 3. Meja, kursi dan alat tulis kantor (ATK), sebagai sarana pendukung untuk kegiatan administrasi proyek dan kelompok-kelompok peternak. 4. Lemari arsip, untuk menyimpan dan menjaga arsip-arsip selama pelaksanaan proyek ini berlangsung. 5. Mobil pick-up, sebagai sarana kerja untuk mendistribusikan kebutuhan-kebutuhan kelompok (angkutan pembelian dan penjualan sapi-sapi, pakan, suplemen, dll) agar kinerja pelaksanaan proyek ini menjadi lebih efektif dan optimal. Mobil jenis Kijang/L 300 pick-up dalam keadaan second dan kondisi baik.

Halaman 17

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

6. Timbangan sapi, dipergunakan untuk mengukur dan memantau pertumbuhan sapi selama masa penggemukan. 7. Mesin pengolah pakan, untuk mencacah dan mengolah pakan dimana bahan-bahan pakan tadi dilumatkan dalam mesin tersebut sehingga menghasilkan pakan yang siap saji. II.AKTIVA LANCAR (MODAL KERJA) : 1. Sosialisasi program, pengenalan dan sosialisasi kepada masyarakat sasaran. Dalam hal ini melibatkan camat Margoyoso, kepala desa lokasi proyek, Kepala BPD lokasi proyek, tokoh masyarakat, pekerja sosial masyarakat (PSM) setempat dan dinas instansi terkait. 2. Diklat, biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan diklat kepada seluruh calon anggota peternak. 3. Pembelian sapi jenis lokal berumur sekitar 2 tahun dalam keadaan normal ditetapkan sesuai harga pasar sebesar Rp. 5.000.000,-. Sebanyak 80 ekor untuk 40 peternak awal. 4. Pakan sapi berupa comboran yang terdiri dari ampas ketela pohon, kulit ketela pohon, dedak (katul), ampas tahu, hijau-hijauan (rumput atau perdu), konsentrat, ditambah dengan pupuk KCL, SP36, dicampur zat pengurai yaitu NOPKOR dan zat penghilang bau MOFU, serta tetes dan garam. Komboran diberikan 1 kali setiap hari (berangsur pagi dan sore). 5. Suplemen, selain pakan sapi-sapi tersebut, diberikan makanan suplemen berupa jamujamuan atau vitamin secara temporer, yaitu 4 kali dalam satu bulan. Hal tersebut bertujuan agar sapi-sapi selalu dalam keadaan sehat dan bertambahnya napsu makan. 6. Chek-up dan penimbangan sapi, dalam hal ini Koperasi ESA menyediakan seorang mantri hewan yang selalu memantau keadaan dan kesehatan sapi-sapi tersebut agar tetap dalam perkembangan pertumbuhan (penggemukan) sesuai program. Chek-up dan penimbangan dilakukan 1 bulan sekali. 7. Selama pelaksaan kegiatan ini, ditetapkan seorang manajer proyek sebagai koordinator proyek sekaligus pengarah lapangan dibantu dengan 2 orang staf yakni staf keuangan yang bertugas sebagai pengelola keuangan proyek dan dibantu dengan 1 orang pembantu umum yang bertugas sebagai pendistribusi pakan dan pekerjaan lainnya. Sedangkan tiap-tiap kelompok ditunjuk seorang ketua kelompok sekaligus mengurusi administrasi setiap kelompoknya. 8. Anggaran operasional pengelolaan ditetapkan dalam satu periode kegiatan ini (3 bulan) untuk : a) Operasional pengelola meliputi operasional manajer, staff, dan pembantu umum. b) Operasional kelompok meliputi operasional pengadaan pakan, pembelian dan

Halaman 18

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

penjualan sapi-sapi ternak, rapat-rapat kelompok dan lain-lain. 9. Adminstrasi dan telepon, sebagai biaya administrasi dan penggunaan sarana telepon untuk kegiatan proyek. 10. Perawatan kendaraan, sebagai biaya perawatan untuk kendaraan sarana proyek selama 1 periode agar senantiasa dalam keadaan laik pakai. 11. Biaya lain-lain, sebagai cadangan lain-lain untuk pos anggaran tak terduga.

ANALISIS KEUANGAN Analisis keuangan dan sirkulasi arus kas dapat dilihat dalam lampiran 1 proposal ini. MONITORING (PEMANTAUAN DAN EVALUASI) Selama proyek ini berjalan diadakan kegiatan monitoring secara reguler terhadap pelaksanaan proyek ini dimaksudkan untuk melihat sampai sejauh mana proyek ini berjalan sesuai rencana dan mencapai tujuan-tujuannya dan mengevaluasi kinerja pengelola proyek agar terhindar dari deviasi dan unefisiensi. Monitoring diadakan setiap 1 periode berakhir dan dilakukan oleh tim monitoring yang terdiri dari Koperasi ESA dan Instansi terkait. PENUTUP Demikian proposal usaha penggemukan sapi Koperasi ESA Pesantren Maslakul Huda. Besar harapan kami dengan terealisasinya kegiatan ini menjadi salah satu alternatif solusi yang berdampak positif terutama terhadap masyarakat sasaran dan lingkungan sosial sekitarnya. Bagaimanapun akhirnya kita sendiri yang harus berupaya mencari pemecahan atas persoalanpersoalan yang terjadi sebagaimana pesan Allah SWT dalam Al Quran surat Ar Rad ayat 11 yang artinya, Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum (komunitas masyarakat) selagi mereka tidak berusaha merubahnya sendiri. Oleh karena itu kami berharap atas dukungan dan partisipasi kongkrit British Council melalui program kewirausahaan sosial ISSN atas upaya yang akan kami lakukan ini. Akhirnya atas perhatian, dukungan dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya.

Halaman 19

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

LAMPIRAN 1 : ANALISIS KEUANGAN PROYEK PENGGEMUKAN SAPI KOPERASI ESA MASLAKUL HUDA

Asumsi-asumsi biaya yang dipakai di bawah ini bersifat progresif, dimana kecenderungan hargaharga selalu naik. Asumsi-asumsi tersebut selanjutnya diterangkan di bawah ini sebagi berikut : A. INVESTASI Total investasi sebesar Rp 544.200.000,- terdiri dari : I.Pengumpulan tabungan 40 anggota masing-masing @Rp 1.000.000,sehingga semuanya sebesar Rp. 40.000.000,-. II.Dana Revolving Fund sebesar Rp 504.200.000. Modal sebesar Rp 544.200.000,- selanjutnya diinvestasikan dalam proyek ini secara bergulir (revolving fund) dimana setiap periode berlangsung 3 bulan dengan interval maksimal 10 hari. Setiap satu periode ditargetkan menambah anggota peternak baru rata-rata 4-5 orang. B. PENGELUARAN Pos Anggaran Pengeluaran yang ditetapkan dalam pelaksanaan proyek ini meliputi : I. Pengadaan sarana Pengadaan sarana berupa berupa: a) Pengadaan gudang transit sebanyak 3 unit @Rp 2.000.000,- , semua senilai Rp 6.000.000,b) Pengadaan 1 set komputer senilai Rp 5.000.000,c) Pengadaan meja kursi dan ATK untuk pengelola senilai Rp 1.000.000,d) Pengadaan lemari untuk penyimpanan arsip 1 unit senilai Rp 700.000,e) Pengadaan mobil pick-up (second) 1 unit senilai Rp 45.000.000,f) Timbangan sapi 1 unit senilai Rp 5.000.000,g) Mesin pengolah pakan 1 unit senilai Rp 10.000.000,h) Biaya sosialisasi program sebesar Rp 3.000.000,Seluruh sarana tersebut didepresiasi (penyusutan) menggunakan metode straight line selama 12 periode dengan nilai residu 0% kecuali untuk kendaraan dengan nilai residu 26%. II. Modal kerja

Modal kerja dialokasikan pada 2 kelompok yakni ; Biaya Variabel

Halaman 20

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

a) Pembelian 80 ekor sapi @Rp 5.000.000,b) Pembelian pakan @Rp 10.000,- selama 61 hari (2 bulan). c) Pembelian suplemen/jamu @Rp 2.500,- , 8 kali dalam 1 periode (2 bulan). d) Cek-up dan penimbangan sapi @Rp 10.000,- satu bulan sekali selama 2 bulan. e) Operasional kelompok berupa : 1. Biaya pengadaan pakan 6 rit @Rp 25.000,- untuk 3 gudang transit selama 2 bulan. 2. Biaya angkutan pembelian 80 ekor sapi @Rp 25.000,-. 3. Biaya angkutan penjualan 80 sapi @Rp 25.000,-. 4. Biaya pertemuan 3 kelompok @Rp 50.000,- sebulan selama 2 bulan. 5. Biaya lain-lain 3 kelompok @Rp 50.000,- sebulan selama 2 bulan. f) Biaya pelatihan dan pembinaan anggota setiap anggota @Rp 100.000,-

Biaya Tetap a) Operasional pengelola proyek : 1. Manajer proyek 1 orang Rp 200.000,- sebulan selama 2 bulan. 2. Staf 1 orang dan pembantu umum 1 orang Rp 300.000 sebulan selama 2 bulan. b) Honorarium pengelola proyek : 1. Manajer proyek 1 orang Rp 1.000.000 sebulan selama 2 bulan. 2. Staf 1 orang @ Rp 600.000,- sebulan selama 2 bulan 3. Pembantu umum 1 orang Rp 300.000,- sebulan selama 2 bulan. 4. Koordinator kelompok sebagai tenaga administrasi kelompok 3 orang @Rp 300.000,- sebulan selama 2 bulan. c) Perawatan kendaraan Rp 400.000 dalam 1 periode. d) Administrasi dan telepon Rp 200.000,- sebulan selama 2 bulan. e) Monitoring dan evaluasi Rp 600.000 dalam 1 periode.

Halaman 21

Created on 2/18/2009 3:26:00 PM

f)

Pengeluaran lain-lain (tak terduga) Rp 300.000 sebulan selama 2 bulan.

g) Bagi hasil 2 % dari modal Revolving Fund selama 2 bulan. C. PENDAPATAN I.Setelah 2 bulan dilakukan penjualan 80 ekor sapi dengan harga jual pasar Rp 7.600.000,per-ekor (harga bulan Januari 2009) II.Perolehan penjualan selanjutnya dikurangi sejumlah biaya pengeluaran (biaya pokok produksi) sehingga diperoleh laba kotor . III.Laba kotor tersebut selanjutnya dikurangi : 1. Tabungan anggota sebesar 10 % dari laba kotor 2. Dana sosial (untuk keperluan sosial kelompok) sebesar 3 % dari laba kotor. 3. Pembayaran PPh Pasal 25 sebesar 5 % dari laba kotor. IV.Setelah pengurangan diatas sisa penjualan tersebut menjadi laba bersih yang menjadi laba bagi hasil (revenue sharing) dimana : 1. 65 % diberikan kepada peternak sebagai hasil kerjanya selama 6 bulan. 2. 35 % menjadi dana guliran (revolving fund) untuk modal kerja anggota baru, begitu seterusnya dalam setiap periode. D. KETERANGAN LAIN 1. Karena dana bersifat guliran (revolving), maka perhitungan Return on Invesment (ROI) dan Payback Period tidak dibuat. 2. Apabila investasi membutuhkan pengangsuran (pinjaman) pada setiap periode, maka akan terjadi perubahan-perubahan asumsi menyesuaikan pos pengembalian kredit

Halaman 22