KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis...

88
KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN DALAM PERADILAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Studi kasus Setya Novanto ketua DPR RI periode 2014-2019) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : Renaldi Hendryan NIM : 1112048000043 KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435H/2016

Transcript of KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis...

Page 1: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN DALAM PERADILAN

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

(Studi kasus Setya Novanto ketua DPR RI periode 2014-2019)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Renaldi Hendryan

NIM : 1112048000043

KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435H/2016

Page 2: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

i

KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN DALAM PERADILAN

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

(Studi kasus Setya Novanto ketua DPR RI periode 2014-2019)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Renaldi Hendryan

NIM: 1112048000043

Pembimbing I Pembimbing II

Dedy Nursamsi, S.H., M.Hum. Ismail Hasani, S.H., MH.

NIP. 196111011993031002 NIP. 197712172007101002

KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1437 H/ 2016 M

Page 3: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN

DEWAN DALAM PERADILAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (STUDI KASUS SETYA NOVANTO

KETUA DPR RI PERIODE 2014-2019) telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Ilmu Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2016. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata

Satu (S-1) pada program studi Ilmu Hukum.

Jakarta, 30 September 2016

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A.

NIP: 19691216 199603 1 001

PANITIA UJIAN:

Ketua : Dr. H. Asep Syarifuddin Hidayat, SH, MH (……………….)

NIP: 196911211994031001

Sekretaris : Nur Rohim Yunus, L.L.M (……………….)

NIP: 197904162011011004

Pembimbing I : Dedy Nursamsi, S.H., M.Hum. (……………….)

NIP: 196111011993031002

Pembimbing II: Ismail Hasani, S.H, M.H (……………….)

NIP: 197712172007101002

Penguji I : Dr. Kamarusdiana, S.Ag., M.H. (……………….)

NIP: 197202241998031003

Penguji II : Nur Rohim Yunus, L.L.M. (……………….)

NIP: 197904162011011004

Page 4: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar strata I (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan

ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2016

Renaldi Hendryan

Page 5: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

iv

ABSTRAK

RENALDI HENDRYAN. NIM 1112048000043. KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN DALAM PERADILAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (STUDI KASUS SETYA NOVANTO KETUA DPR RI PERIODE 2014-2019). PROGRAM STUDI Ilmu Hukum, konsentrasi Kelembagaan Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1437 H/ 2016 M. x + 73 halaman + 4 halaman Daftar Pustaka.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada kasus Setya Novanto ketua DPR RI periode 2014-2019. Kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam menyelesaikan kasus ini yang mana seharusnya mengeluarkan putusan terkait kasus tersebut. Sebagaimana sudah tertuang dalam undang-undang MD3 Tahun 2014 Pasal 146 ayat (1) dan (2) yang menyebutkan putusan dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat (1). Dalam hal pengambilan putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, putusan diambil berdasarkan suara terbanyak (2). Skripsi ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara ilmiah yaitu dalam ranah kajian ilmu hukum, maupun secara praktis dan akademis.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan normatif empiris. pendekatan ini pada dasarnya merupakan penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan berbagai unsur empiris. Metode penelitian normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif (undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat. Bahan hukum yang digunakan penulis ada tiga yaitu bahan hukum primer, sekunder dan bahan non hukum. Hasil dari analisis dan penelitian ini mengungkap bahwa Mahkamah Kehormatan Dewan selaku lembaga yang berwenang mengadili kasus pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota DPR tak dapat memenuhi kewenangan nya sesuai yang telah diatur dalam UU MD3 atau peraturan DPR RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Beracara MKD. Karena pada penyelesaian kasus ini MKD tidak mengeluarkan putusan apapun.

Kata Kunci : DPR, Anggota DPR, Mahkamah Kehormatan Dewan, Kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014.

Page 6: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam atas

segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN DALAM PERADILAN

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Studi kasus

Setya Novanto ketua DPR RI periode 2014-2019)” dengan lancar dan baik. Shalawat serta

salam semoga senantiasa tercurahkankan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta para

keluarga, sahabat dan juga bagi kita selaku pengikut setia beliau hingga akhir hayat.

Tidak lupa ucapan terima kasih dan cinta yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang

tua tercinta ibunda Rosidah Nursa’at dan ayahanda John Hendry. Skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak

yang telah membantu penulis baik secara materiil maupun immateriil. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan

Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Page 7: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

vi

3. Dedy Nursamsi, S.H., M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktunya dan memberikan arahan serta bimbingannya dengan sabar kepada penulis

selama ini sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

4. Ismail Hasani, S.H., MH. Selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing

akademik yang telah bersedia memberikan waktu dan arahan serta masukan kepada

penulis disela-sela kesibukannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik dan benar.

5. Segenap Dosen serta staf Fakultas Syariah dan Hukum yang dengan ikhlas mendidik dan

membimbing penuliis dari semester 1 hingga selesai penulisan skripsi ini.

6. Adik tercinta Relby Reynanda Azzahra, kakak-kakak Rossiana Deniari dan Aditya

Pradana Putra yang telah memberikan dukungan dan semangatnya serta yang telah

menemani penulis sejak kecil hingga selesainya penulisan skripsi ini.

7. Kekasih tercinta Lisa Fauziah Putri, S.pd atas dukungan moril, cinta dan kasih sayangnya

kepada penulis selama ini dan tanpa lelah menemani penulis sejak penyusunan skripsi

hingga selesai.

8. Teman-teman dan sahabat-sahabat tercinta dari Ilmu Hukum Angkatan 2012 Muhammad

Yusuf, Sigit Ganda P, Dimas Anggri, Agie Zaky, Ade Kurniawan, Said Agung Sedayu,

Muchtar Ramadhan, Muhammad Ansyori, Muhammad Raziv, Bagdhady Zanjani, Irvan

Zidniy, M. Ariq Siregar, Murtadlo, Alif, Denny Fernandes, Farid Muhajir, dan teman-

teman lainnya terimakasih atas kebersamaan dan keceriaannya selama ini.

9. Kelompok KKN Kayu Alyasa Gustiyono, Raka Dewo, Nadhira Gofur, Alvina

Rahmawati, Pinto dan lainnya yang telah memberikan kesan dan persahabatan kepada

penulis.

Page 8: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

vii

10. Sahabat-sahabat penulis yaitu Irsal Mujiardi, Januar Fauzi Nasution, Danoe Octavian,

Fiqih Wicaksono, Arif Setiawan, Teddy Erlangga, Hafidz Hurairah, Rendy Iswiyandito,

Rifky Oktaviansyah, M. Ikhwanuddin dan yang lainnya terimakasih atas segala waktu,

dukungan serta motivasi dan juga atas kebersamaan dan pelajaran yang bisa penulis petik

dari kalian semoga kita sukses bersama.

11. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis sejauh ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, semoga senantiasa dalam perlindungan dan keberkahan dari Allah

SWT.

Demikian penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 29 September 2016

Penulis

Renaldi Hendryan

Page 9: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................ iii

ABSTRAK ........................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah...................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 7

D. Tinjauan Kajian Terdahulu ..................................................................... 9

E. Kerangka Konseptual .............................................................................. 12

F. Metode Penelitian.................................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 15

BAB II DPR SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DALAM

SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

A. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ........................................................... 17

Page 10: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

ix

B. DPR Menurut Undang-Undang Dasar 1945 ........................................... 22

1. DPR Sebelum Amandemen UUD 1945 ............................................ 22

2. DPR Sesudah Amandemen UUD 1945............................................. 26

C. Teori Perwakilan ..................................................................................... 32

D. Teori Mandat ........................................................................................... 35

BAB III MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN SEBAGAI ALAT

KELENGKAPAN DPR RI

A. Alat Kelengkapan DPR RI ..................................................................... 38

B. Latar Belakang Mahkamah Kehormatan Dewan ................................... 50

C. Keanggotaan Mahkamah Kehormatan Dewan....................................... 53

D. Tugas, Fungsi dan Wewenang Mahkamah Kehormatan Dewan ........... 54

BAB IV KASUS SETYA NOVANTO DAN PENYELESAIAN OLEH

MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN

A. Duduk Perkara Kasus Setya Novanto ..................................................... 57

B. Mekanisme Penyelesaian Kasus Oleh MKD .......................................... 60

C. Analisis Penyelesaian MKD Terhadap Kasus Setya Novanto ................ 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 77

B. Saran ........................................................................................................ 78

Page 11: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

x

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 81

Page 12: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum dalam arti luas meliputi keseluruhan aturan normatif yang mengatur

dan menjadi pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara

dengan didukung oleh sistem sanksi tertentu terhadap setiap penyimpangan di

dalamnya.1 Hukum sendiri ada di dalam sebuah masyarakat yang berfungsi untuk

menciptakan keamanan, ketentraman dan keteraturan di dalam berkehidupan dan

hukum sendiri memiliki mekanisme untuk saling mengawasi.2 Sedangkan sanksi atau

hukuman ada karena adanya hukum sebagai akibat dari perilaku yang melanggar

aturan.

Negara adalah suatu organisasi yang hidup yang harus mengalami segala

peristiwa yang menjadi pengalamannya tiap-tiap benda yang hidup. Plato (348-427

S.M.) mengatakan bahwa negara adalah suatu tubuh yang senantiasa maju, berevolusi

terdiri dari orang-orang. Adapun menurut Grotius atau Hugo De Groot (1438-1645)

bahwa negara adalah ibarat suatu perkakas yang dibuat manusia untuk melahirkan

keberuntungan dan kesejahteraan umum. Berbeda dengan kedua pendapat tersebut,

Karl Marx (1818-1883) berpendirian lain lagi, mengatakan bahwa negara adalah

1Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara & Pilar_Pilar Demokrasi, (Jakarta: Sinar Grafika,

2011), h. 1 2 Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 2006), h. 10

Page 13: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

2

suatu alat kekuasaan bagi manusia (penguasa) untuk menindas kelas manusia yang

lainnya.3

Indonesia termasuk salah satu negara kesatuan. Negara kesatuan disebut juga

dengan uniterisme atau eenbeistaat, ialah suatu negara merdeka dan berdaulat,

dimana di seluruh negara yang berkuasa hanyalah satu pemerintah (pusat) yang

mengatur seluruh daerah, jadi tidak terdiri dari beberapa daerah yang berstatus negara

bagian (deelstaat) atau negara dalam negara. Dengan demikian dalam negara

kesatuan hanya ada satu pemerintahan, yaitu pemerintah pusat yang mempunyai

kekuasaaan serta wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan negara,

menetapkan kebijakan pemerintahan dan melaksanakan pemerintahan negara baik di

pusat maupun di daerah-daerah, di dalam maupun di luar negeri.4

Pemerintahan merupakan alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin

organisasi negara untuk mencapai tujuan. Oleh karenanya, pemerintah seringkali

menjadi personifikasi sebuah negara. Pemerintah menegakkan hukum dan

memberantas kekacauan, mengadakan perdamaian dan menyelaraskan kepentingan-

kepentingan yang bertentangan. Pemerintah yang menetapkan, menyatakan dan

menjalankan kemauan individu-individu yang tergabung dalam organisasi politik

yang disebut negara, pemerintah adalah badan yang mengatur urusan sehari-hari,

3 Trianto dkk, Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Prestasi

Pustaka 2007), h. 118 4 Trianto dkk, Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan……….. h. 139

Page 14: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

3

yang menjalankan kepentingan-kepentingan bersama. Pemerintah melaksanakan

tujuan-tujuan negara, menjalankan fungsi-fungsi kesejahteraan bersama.5

Indonesia membagi 3 kekuasaan untuk menjalankan tata pemerintahan. Yaitu

lembaga eksekutif (Presiden), lembaga legislatif (MPR, DPR & DPD), serta lembaga

yudikatif (MK, MA. dll). Ketiga lembaga negara ini memiliki tugas dan fungsi yang

saling berkaitan satu sama lain. Sehingga ketiga lembaga negara ini tetap

menjalankan tugas dan fungsinya tanpa ada tumpang tindih jabatan atau memiliki

kekuasaan berlebihan dari apa yang telah diatur dan ditetapkan oleh Undang-Undang.

Lembaga-lembaga tersebut dalam praktik dan implementasi nya juga

membutuhkan pengawasan agar tidak menyalahi peraturan yang ada dan agar tetap

dalam jalur yang benar dalam menjalankan tugas nya sebagai lembaga perwakilan

rakyat. Setiap lembaga-lembaga mempunyai Tupoksi (Tugas pokok dan Fungsi) nya

masing-masing, dimana semua nya telah diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan

Perwakilat Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah atau yang lebih dikenal dengan singkatan Undang-Undang MD3.

Setiap lembaga-lembaga negara memiliki alat kelengkapan, dimana alat

kelengkapan ini dibentuk dan dijalankan oleh anggota dari setiap lembaga-lembaga

negara tersebut untuk membantu setiap lembaga negara dalam menjalankan peran dan

fungsinya dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia. MPR memiliki alat kelengkapan

Pimpinan dan Panitia ad hoc. Sedangkan alat kelengkapam DPR terdiri atas

5 Trianto dkk, Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan….. h. 123-124

Page 15: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

4

Pimpinan, Badan Musyawarah (Bamus), Komisi, Badan Legislasi, Badan Anggaran,

Badan Kerjasama Antar-Parlemen, Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), Badan

Urusan Rumah Tangga (BURT), Panitia Khusus (Pansus) dan alat kelengkapan lain

yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna. Dalam menjalankan tugasnya,

alat kelengkapan dibantu oleh unit pendukung yang tugasnya diatur dalam peraturan

DPR tentang Tata Tertib.6

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memiliki satu alat kelengkapan yang

bertujuan untuk menjaga kehormatan dan keluhuran para wakil rakyat yang duduk di

kursi Dewan Perwakilan Rakyat. Alat kelengkapan itu adalah Mahkamah

Kehormatan Dewan (selanjutnya disingkat MKD). Sesuai dengan Pasal 19 ayat 1 & 2

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2014 tentang MD3 yang

berbunyi: “Mahkamah Kehormatan Dewan dibentuk oleh DPR dan merupakan alat

kelengkapan DPR yang bersifat tetap. Mahkamah Kehormatan Dewan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) bertujuan menjaga serta menegakkan kehormatan dan

keluhuran martabat DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat.”

Dari pengertian pasal 119 ayat 1 & 2 dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3 tadi dapat diketahui dengan jelas dan pasti apa

tujuan utama dibentuknya alat kelengkapan DPR yang bernama Mahkamah

Kehormatan Dewan ini. Tujuan utama dari dibentuknya MKD ini adalah untuk

menjaga serta menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat DPR sebagai

lembaga perwakilan rakyat. Oleh karena itu, setiap anggota DPR (termasuk juga

6 www.id.m.wikipedia.org diakses pada 12 Februari 2016 pukul 20:20

Page 16: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

5

ketua DPR) dalam menjalankan tugas nya tidak bisa bertindak diluar batas yang telah

di tetapkan oleh Undang-Undang atau peraturan lain mengenai DPR.

Sehubungan dengan peran dan tugas MKD dalam menjaga serta menegakkan

kehormatan dan keluhuran martabat DPR RI sebagai lembaga perwakilan rakyat.

Penulis tertarik untuk meneliti sebuah kasus yang berkaitan dengan Ketua DPR RI

Periode 2014-2019 yaitu Setya Novanto dalam kasus dugaan pelanggaran kode etik

lantaran diduga meminta sejumlah saham kepada PT Freeport Indonesia dengan

mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia beberapa waktu lalu.

Menanggapi kasus Setya Novanto MKD selaku alat kelengkapan DPR RI

yang memiliki peran dan tugas untuk menjaga serta menegakkan kehormatan dan

keluhuran martabat DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat. Dan memiliki tugas,

fungsi dan wewenang yang salah satunya untuk memutus suatu perkara yang diduga

dilakukan oleh anggota DPR yang tidak melaksanakan salah satu kewajiban atau

melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang

MPR, DPR, DPD dan DPD (UU MD3) yang mengatur tentang Tata Tertib dan Kode

Etik. MKD justru menutup kasus tersebut tanpa memberikan putusan apapun. Ini

kiranya bertentangan dengan Tugas, Fungsi dan Wewenang yang dimiliki oleh MKD

sebagai salah satu alat kelengkapan yang dimiliki oleh DPR.

Permasalahan tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut

dan memahami bagaimana kewenangan MKD selaku alat kelengkapan DPR RI

dalam menyelesaikan kasus pelanggaran kode etik yang menyangkut anggota DPR

RI. Oleh karena itu, penulis mengambil judul tentang Kewenangan Mahkamah

Page 17: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

6

Kehormatan Dewan dalam sidang etik anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia (studi kasus Setya Novanto).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang akan penulis bahas tidak terlalu melebar maka penulis hanya

membatasi masalah pada Kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan sebagai alat

kelengkapan DPR RI dalam sidang etik anggota DPR RI terkait kasus pelanggaran

kode etik anggota DPR RI dalam studi kasus Setya Novanto hanya pada aspek

Hukum Tata Negara.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan di atas, maka perumusan masalahnya akan dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana kedudukan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam penyelesaian

kasus dugaan pelanggaran Kode Etik anggota DPR?

b. Bagaimana mekanisme Mahkamah Kehormatan Dewan dalam penyelesaian

kasus pelanggaran kode etik anggota DPR RI Setya Novanto?

c. Apakah penyelesaian kasus Setya Novanto sudah sejalan dengan kewenangan

dan tujuan Mahkamah Kehormatan Dewan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas, tulisan ini bertujuan

untuk:

Page 18: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

7

a. Mengetahui kedudukan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam penyelesaian

kasus dugaan pelanggaran Kode Etik anggota DPR.

b. Mengetahui mekanisme Mahkamah Kehormatan Dewan dalam penyelesaian

kasus pelanggaran Kode Etik anggota DPR RI Setya Novanto.

c. Mengetahui apakah penyelesaian kasus Setya Novanto telah sesuai dengan

kewenangan dan tujuan Mahkamah Kehormatan Dewan.

2. Manfaat Penulisan

a. Manfaat Teoritis

1) Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah dan

menuangkan hasil-hasil penulisan tersebut dalam tulisan;

2) Menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dari bangku kuliah untuk

diaplikasikan dalam praktik di lapangan;

3) Untuk memperoleh manfaat di bidang hukum pada umumnya, maupun

dalam bidang ketatanegaraan khususnya yakni dengan mempelajari

literatur yang ada serta perkembangan hukum yang timbul dalam

masyarakat.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis tulisan ini bertujuan menggali lebih dalam, serta

sebagai bahan rujukan di masa yang akan datang tentang alat kelengkapan

DPR RI. Selain itu, di dalam tulisan ini juga terdapat kasus-kasus terkini

yang akan menambah pengetahuan serta kepekaan terhadap situasi hukum

yang ada dalam masyarakat.

Page 19: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

8

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam penelitian skripsi ini penulis merujuk kepada buku serta skripsi

terdahulu dengan membedakan apa yang menjadi fokus masalah dalam rujukan

dengan fokus masalah yang penulis terbitkan, diantaranya:

No Nama / Judul

skripsi, tesis, dan

buku / Tahun

Subtansi Perbedaan dengan

penulis

1. Muhammad Iqbal

Hidayatullah,

Problematika

pemberi izin

penyidikan oleh

mahkamah

kehormatan dewan

terhadap anggota

DPR yang diduga

melakukan tindak

pidana

Skripsi ini

membahas tentang

pemanggilan dan

permintaan

keterangan untuk

penyidikan

terhadap anggota

DPR harus

mendapat

persetujuan tertulis

dari MKD

Skripsi ini berbeda

dengan penelitian

penulis yang

menitik-beratkan

kepada

Kewenangan MKD

duntuk tidak

memberikan

putusan dalam

sidang etik,

berbeda dengan

skripsi ini yang

membahas tentang

penyidikan

Page 20: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

9

2. Rizqi Ramadhani,

Dilema badan

kehormatan DPR

antara penegak

etika anggota

dewan dan

kepentingan fraksi

(studi kasus video

pornografi

Karolina Margaret

Natasa dan kasus

upaya pemerasan

BUMN)

Skripsi ini

menganalisa

mengenai

penegakkan kode

etik oleh alat

kelengkapan tetap

DPR yang bernama

Badan Kehormatan

(BK DPR)

Perbedaan antara

skripsi ini dengan

Penulis adalah

bahwa yang

menjadi objek

utama dalam

skripsi ini adalah

Badan Kehormatan

(BK DPR).

Berbeda dengan

penulis yang

mengangkat

tentang Mahkamah

Kehormatan

Dewan (MKD).

3. Jimly Asshiddiqie,

perkembangan dan

konsolidasi

lembaga negara

pasca reformasi

Buku ini

menjelaskan

tentang kedudukan

lembaga negara,

termasuk

kedudukan DPR RI

Perbedaan dengan

skripsi penulis

yaitu buku ini

membahasa tentang

kedudukan

Lembaga Negara

Page 21: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

10

Pasca reformasi

berdasarkan UUD

1945 dan juga

Fungsi dan tugas

DPR RI

pasca reformasi,

sedangkan penulis

hanya berfokus

pada DPR RI nya

saja.

4. Bivitri Susanti,

Mahkamah

Kehormatan

Dewan Dalam

Konteks Negara

Hukum

Jurnal ini lebih

menjelaskan

tentang posisi atau

kedudukan

Mahkamah

Kehormatan

Dewan dalam

sebuah negara

hukum secara

umum.

Perbedaan jurnal

ini dengan skripsi

penulis adalah

dalam skripsi

penulis lebih

menekankan

tentang

kewenangan

Mahkamah

Kehormatan

Dewan dalam

mengadili sidang

Anggota DPR RI

tidak hanya

kedudukan MKD

secara umum.

Page 22: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

11

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual

Penulis dalam pembahasan skripsi memakai teori dan konsep terkait istilah yang

akan sering digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Teori Perwakilan

Teori yang diartikan sebagai hubungan diantara dua pihak, yaitu wakil

dengan terwakil.

2. Teori Mandat

Teori ini lebih mengajarkan sistem keterwakilan melalui sebuah lembaga

atau parlemen. Yaitu rakyat sebagai pihak terwakil dan lembaga parlemen

sebagai pihak wakil.

3. Alat kelengkapan

Adalah sebuah unit kerja yang dibentuk untuk membantu menjalankan

tugas dan fungsi DPR RI.

4. Mahkamah Kehormatan Dewan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2014

tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 119 Mahkamah

Kehormatan Dewan dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR

yang bersifat tetap.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Page 23: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

12

Menurut Peraturan Tata Tertib (Tatib) DPR RI Pasal 1 DPR RI adalah

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah:

1. Tipe Penelitian

Studi ini menggunakan studi penelitian yuridis normatif dengan judul Hukum

Lembaga Negara terkait dengan Kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan

untuk tidak memberikan putusan dalam sidang etik anggota DPR RI (studi kasus

Setya Novanto). Dalam kaitan nya, penulis mengacu pada peraturan perundang-

undangan, gejala hukum serta norma-norma yang ada dalam masyarakat.

2. Pendekatan Masalah

Dalam hal ini penulis melakukan pendekatan normatif empiris, pendekatan ini

pada dasarnya merupakan penggabungan antara pendekatan hukum normatif

dengan adanya penambahan berbagai unsur empiris. Metode penelitian normatif-

empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif (undang-undang)

dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu

masyarakat.7

3. Bahan Hukum

7 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta: Rajawali Pers, 2011) h. 14-15

Page 24: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

13

Bahan hukum yang di gunakan antara lain:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif yang artinya memiliki otoritas. Bahan-bahan hukum primer

meliputi perundang-undangan, catataan-catatan resmi atau risalah dalam

pembuatan perundang-undangan atau putusan-putusan hukum.8 Bahan hukum

yang terdapat di tulisan ini antara lain UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR,

DPR, DPD dan DPRD (MD3) dan Tata Tertib (Tatib) DPR RI.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang penulis gunakan dalam penulisan ini

terdiri dari buku-buku yang berkaitan dengan Hukum Tata Negara, Konstitusi,

Negara, Lembaga Legislatif, Skripsi tentang Hukum Tata Negara, Jurnal-

Jurnal atau materi hukum lain nya yang mendukung penulisan ini.

c. Bahan non Hukum

Merupakan bahan atau rujukan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Seperti

kamus hukum, ensiklopedia, berita hukum dan lain-lain.

4. Metode Pengumpulan Data

8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana 2010) h. 141

Page 25: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

14

Metode pengumpulan data dalam penulisan ini terdiri dari bahan hukum

primer, sekunder, serta bahan non hukum yang telah di dapatkan kemudian

dipadukan dan disusun sesuai dengan hierarkinya.

5. Analisis Data

Teknis analisis data dalam penelitian ini diawali dengan mengkompilasi

berbagai dokumen peraturan perundang-undangan serta bahan hukum lainnya

yang berhubungan dengan judul yang penulis ambil. Kemudian dari hasil

tersebut, dikaji isi (content), baik terkait kata-kata (word), makna (meaning),

simbol, ide, tema-tema dan berbagai pesan lainnya yang dimaksudkan dalam isi

undang-undang tersebut.

Secara detail langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis

tersebut adalah: pertama, semua bahan-bahan hukum yang diperoleh melalui

normatif disistematisir dan diklasifikasikan menurut objek bahasannya. Kedua,

setelah disistematisir dan diklasifikasikan kemudian dilakukan eksplikasi, yakni

diuraikan dan dijelaskan tentang objek yang diteliti berdasarkan teori. Ketiga,

bahan yang dilakukan evaluasi, yakni dinilai dengan menggunakan ukuran

ketentuan hukum yang berlaku.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan penulis dalam skripsi ini

disesuaikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah dan buku “Pedoman Penulisan

Page 26: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

15

Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2012”

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan penjelasan menyeluruh tentang isi skripsi, maka

sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

BAB I, Pendahuluan. Dalam bab ini dijelasakan latar belakang masalah,

perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan

(review) kajian terdahulu, kerangka teoritis dan konseptual, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II, Dewan Perwakilan Rakyat Sebagai Lembaga Perwakilan Rakyat

Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Dalam bab ini dijelaskan mengenai Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat sebelum dan sesudah amandemen

Undang-Undang Dasar 1945, Teori Perwakilan, dan Teori Mandat.

BAB III, Mahkamah Kehormatan Dewan sebagai alat kelengkapan DPR RI.

Dalam bab ini, akan dijelaskan tentang alat kelengkapan DPR RI, latar belakang

pembentukan MKD, Keanggotaan Mahkamah Kehormatan Dewan serta Tugas,

Fungsi dan Wewenang Mahkamah Kehormatan Dewan.

BAB IV, Kasus Setya Novanto dan Penyelesaian Oleh Mahkamah

Kehormatan Dewan. Bab ini merupakan inti dari penelitian skripsi, dalam bab ini

akan dibahas duduk perkara, Penyelesaian oleh MKD, analisis penyelesaian MKD

terhadap kasus dugaan pelanggaran kode etik oleh anggota DPR RI.

Page 27: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

16

BAB V, Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir dalam penelitian

skripsi ini, dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran.

Page 28: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

17

BAB II

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT SEBAGAI LEMBAGA

PERWAKILAN RAKYAT DALAM SISTEM KETATANEGARAAN

INDONESIA

A. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ialah salah satu lembaga negara dalam

struktur ketatangeraan Indonesia. DPR merupakan lembaga pemegang kekuasaan

membentuk undang-undang, atau sebagai lembaga legislatif. Fungsi DPR,

sebagaimana ketentuan Pasal 20A Ayat (1), adalah fungsi legislasi, fungsi anggaran,

dan fungsi pengawasan.9 Diantara ketiga fungsi DPR itu, fungsi pengawasan bagi

DPR dapat menjadi fungsi yang sangat vital diantara fungsi-fungsi lainnya, sebab

melalui fungsi pengawasan ini lembaga ini sebenarnya dapat melindungi kepentingan

rakyat. Dengan fungsi ini DPR dapat mengawasi pelaksanaan kewajiban yang

diemban oleh lembaga negara lainnya yaitu lembaga eksekutif.

Selain itu, dalam sistem negara yang demokratis fungsi kontrol (pengawasan)

merupakan konsekuensi logis dalam memperbaiki diri.10 Karena keseimbangan

diantara cabang-cabang kekuasaan seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus

tetap terjaga agar tidak terjadi tumpang tindih kekuasaan atau bahkan dominasi yang

9 A.M. Fatwa, Potret Konstitusi Pasca Amandemen UUD 1945, (Jakarta: Kompas 2009), h.

310 10 Padmo Wahyono, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, (Jakarta: Ghalisa Indonesia,

1983), h. 82

Page 29: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

18

dimiliki oleh salah satu cabang kekuasaan diantara cabang kekuasaan yang lain. Jika

dikaitkan dengan hukum tata negara, fungsi pengawasan ini dapat berarti sebagai

penyeimbang diantara lembaga-lembaga negara demi tercapainya tujuan bernegara

sesuai dengan hukum yang berlaku. Dengan kata lain pengawasan ini berarti suatu

kegiatan yang ditujukan untuk menjamin terlaksananya penyelenggaraan negara oleh

lembaga-lembaga kenegaraan sesuai hukum yang berlaku.11

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, khususnya terkait pelaksanaan

fungsi pengawasan, DPR dibekali tiga (tiga) hak, yakni:

A. Hak Interpelasi: hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah

mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak

luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

B. Hak Angket: hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan

suatu undang-undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal

penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan.

C. Hak Menyatakan Pendapat: hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:

a. kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di

tanah air atau di dunia internasional;

b. tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket; atau

11 Sri Soemantri, dkk, Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia : 30

Tahun Kembali Ke Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 285

Page 30: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

19

c. dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan

pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara,

korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan

tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi

memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

Selain hak-hak tersebut diatas, DPR juga memiliki beberapa hak antara lain,

hak mengajukan pertanyaan yaitu hak yang dimiliki anggota DPR untuk mengajukan

pertanyaan kepada pemerintah baik secara lisan maupun tertulis terkait dengan tugas

dan wewenang DPR. Kemudian ada hak menyampaikan usul dan pendapat adalah

hak untuk menyampaikan usul dan pendapat secara leluasa baik kepada pemerintah

maupun DPR. Dan terakhir hak imunitas, yaitu kekebalan hukum dimana setiap

anggota DPR tidak dapat dituntut dihadapan dan diluar pengadilan karena pernyataan,

pertanyaan/pendapat yang dikemukakan secara lisan maupun tertulis dalam rapat-

rapat yang diadakan oleh DPR.

Biasanya, dalam berbagai konstitusi negara-negara berdaulat diadakan

perumusan mengenai tugas pembuatan undang-undang (legislasi) dan tugas

pelaksanaan undang-undang itu (eksekutif) ke dalam dua kelompok pelembagaan

yang menjalankan peranan yang berbeda. Meskipun demikian, apabila ditelaah secara

mendalam, tidak satu pun teks konstitusi maupun praktik dimanapun yang

memisahkan cabang-cabang kekuasaan legislatif dan eksekutif itu secara kaku. Baik

Page 31: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

20

dalam rumusan formal apalagi dalam kenyataan praktik, fungsi-fungsi legislatif dan

eksekutif selalu bersifat tumpang tindih.12

Selain itu, dalam menjalankan tugasnya Lembaga legislatif juga bertugas

untuk menjalankan konstitusi. Dalam pengertian sederhana, konstitusi adalah suatu

dokumen yang berisi aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi.13 Organisasi

dimaksud beragam bentuk dan kompleksitas stukturnya, mulai dari organisasi

mahasiswa, perkumpulan masyarakat di daerah tertentu, serikat buruh, organisasi-

organisasi kemasyarakatan, organisasi politik, organisasi bisnis, perkumpulan sosial

sampai ke organisasi tingkat dunia seperti, perkumpulan ASEAN, European

Communities (EC), World Trade Organization (WTO), Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB), dan sebagainya semuanya membutuhkan dokumen dasar yang disebut

konstitusi.14

Demikian pula negara, pada umumnya selalu memiliki naskah yang disebut

sebagai konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Bahkan negara yang tidak memiliki

satu naskah konstitusi seperti Inggris, tetap memiliki aturan-aturan yang tumbuh.

Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas

kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika

negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu

12 Jimly Asshidiqie, Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemen Dalam Sejarah Telaah

Perbandingan Konstitusi Berbagai Negara, (Jakarta: UI Press, 1996), h. 95 13 Brian Thompson, Textbook on Constitutional and Administrative Law, edisi ke-3, (London:

Blacksrone Press Ltd., 1997), h. 3 14Satya Arinanto & Nunuk Triyanti, ed,. memahami hukum dari konstruksi sampai

implementasi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada 2009), h.217

Page 32: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

21

adalah rakyat. Jika negara itu menganut paham kedaulatan raja, maka raja yang

menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi.15

Di Indonesia prinsip kedaulatan yang dianut adalah kedaulatan rakyat, oleh

karena itu sumber legitimasi konstitusi berasal dari rakyat. Tugas dan peran lembaga-

lembaga negara utama adalah menjalankan konstitusi berdasarkan kedaulatan rakyat

Indonesia. Ajaran kedaulatan rakyat mensyaratkan adanya pemilihan umum yang

menghasilkan dewan-dewan rakyat yang mewakili rakyat dan yang dipilih langsung

atau tidak langsung oleh seluruh warga negara yang dewasa. Para dewan inilah yang

sangat berkuasa.16

Perbincangan teoritis mengenai struktur organisasi parlemen ini biasanya

dikenal dengan adanya dua sistem, yaitu sistem unikameral dan sistem bikameral.

Sistem unikameral terdiri atas satu kamar, sedangkan sistem bikameral mempunyai

dua kamar yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri.17 Dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia menganut sistem yang agak mendekati sistem bikameral,

yaitu terdiri atas dua kamar melalui kehadiran Majelis permusyawaratan Rakyat

(MPR) yang terdiri dari Dewan Perwkilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan

Daerah (DPD), meskipun dalam praktiknya sistem ini masih dianggap tidak

sempurna karena masih terbatasnya DPD dalam dunia perpolitikan di Indonesia.

15 Satya Arinanto dkk, memahami hukum………. h. 218 16 Ni’matul Huda, Ilmu Negara, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1992), h. 108 17 Reni Dwi Purnomowati, Implementasi Sistem Bikameral………. h. 11

Page 33: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

22

B. DPR Menurut Undang-Undang Dasar 1945

1. DPR Sebelum Amandemen UUD 1945

DPR sebagai salah satu cabang kekuasaan dalam sistem ketatanegaraan

Indonesia sejatinya mengalami beberapa perubahan sebelum akhirnya dapat berdiri

dan dipandang sebagai salah satu lembaga perwakilan rakyat yang penting dewasa

ini. Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 oleh Presiden Soekarno untuk

memberlakukan kembali UUD 1945 tentu saja memberikan kesempatan sekali lagi

bagi pemerintah Indonesia untuk menggunakan sistem presidensial. Sistem yang

berlaku hingga pemerintahan orde baru selama 32 tahun.18

Kedudukan serta peran parlemen selama pemerintahan orde baru yang

dipimpin oleh presiden Soeharto selama 32 tahun dinilai sangat lemah. Seperti apa

yang diungkapkan oleh Dahlan Ranuwihardjo, menurutnya untuk mengukur atau

menilai peran dan kedudukan lembaga legislatif ini baik sebelum maupun pasca

amandemen hanya ada satu tolak ukur yang pantas dijadikan acuan, yaitu UUD 1945.

“untuk membahas dan menilai praktek-praktek ketatanegaraan pada masa lalu

dan masa pasca orde baru, kita harus mempergunakan kriteria atau tolak ukur yang

sama. Menurutnya kriteria itu adalah UUD 1945.”19

Menurut UUD 1945 sebelum amandemen, peran dan fungsi DPR hanya

terbatas pada hak mengajukan rancangan undang-undang. Bunyi pasal 21 ayat (1)

18 Moch. Nurhasim & Ikrar Nusa Bakti, Sistem Presidensial dan Sosok Presiden Ideal,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 23 19 A. Dahlan Ranuwihardjo, Seminar Nasional, Format Lembaga Kepresidenan Menuju

Demokratisasi Kehidupan Politik Dimasa Depan, (September 1998), h. 5

Page 34: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

23

UUD 1945, misalnya, mengatakan bahwa anggota-anggota Dewan Perwakilan

Rakyat berhak mengajukan rancangan undang-undang. Ketentuan tersebut tentu saja

menumpulkan peran legislasi dan dinamisasi fungsi lembaga legislatif ini selama

kurang lebih 32 (tiga puluh dua) tahun. Peran DPR selama masa itu (sebelum

amandemen UUD 1945) tampaknya hanya menjadi lembaga pelengkap dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia, unuk melengkapi teori trias politica yang dianut oleh

negara ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa DPR pada masa itu tidak lebih dari sekedar

corong bagi lembga eksekutif.20

Latar belakang keanggotaan DPR hasil pemilu selama Orde Baru mudah

diidentifikasi.sebab untuk setiap pemilihan umum, anggota DPR selalu dipilih dari

organisasi atau kelompok yang sama, yakni birokrasi, partai politik, pimpinan

organisasi kemasyarakatan dan kalangan ABRI. Pada masa pemerintahan Soeharto,

semua calon anggota DPR wajib mengikuti proses seleksi yang dikenal dengan istilah

Litsus atau Penelitian Khusus. Litsus diberlakukan untuk semua calon anggota DPR

dari partai politik maupun anggota DPR yang diangkat dari kalangan ABRI dan

golongan non ABRI.21

Berdasarkan UUD 1945, lembaga DPR RI memiliki tiga fungsi utama yakni,

fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Pelaksanaan ketiga fungsi ini mengalami

proses pasang surut sesuai dengan sistem dan situasi politik secara nasional. Pada

20 Formappi, Lembaga Perwakilan Rakyat dI Indonesia : Studi dan Analisis Sebelum dan

Setelah Perubahan UUD 1945, (Jakarta: Formappi, 2005), h. 75 21 Formappi, Lembaga Perwakilan.......... h. 79

Page 35: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

24

masa Presiden Soekarno misalnya, Konstituante dibubarkan karena dinilai tidak

mampu menyusun UUD. Sedangkan pada masa Presiden Soeharto, DPR berada di

bawah dominasi eksekutif sehingga ketiga fungsinya tidak dapat berjalan secara

efektif..22

Dominasi eksekutif begitu terasa pada masa orde baru sehingga melumpuhkan

tugas, fungsi dan wewenang DPR yang sejatinya merupakan sebuah lembaga

perwakilan rakyat. namun pada masa ini DPR seakan tidak berkutik di bawah

Eksekutif. Bahkan pemilihan anggota DPR pun ikut didominasi oleh eksekutif yang

pada saat itu terkesan sangat superior. Seakan tak bernyali, peran DPR pada masa ini

hanya terletak pada pengajuan rancangan undang-undang (Pasal 21 ayat (1) UUD

1945 sebelum amandemen).

Hal ini berdampak buruk bagi situasi politik dan sistem pemerintahan yang

berjalan di Indonesia. Dominasi eksekutif pada masa orde baru seakan melemahkan

peran lembaga negara lain, sehingga pemerintahan pada masa ini dapat berjalan

selama 32 tahun tanpa ada yang dapat menghentikan. Namun apakah dominasi

eksekutif yang super power terhadap lembaga negara lain bisa membawa Indonesia

menjadi lebih baik? Kenyataannya justru setelah 32 tahun dominasi itu berakhir

masih banyak hal yang dijadikan pekerjaan rumah tangga bagi bangsa Indonesia.

Mulai dari sisi ekonomi dimana Indonesia mengalami krisis moneter

(finansial), dilanjutkan pada sisi sosial budaya yang hampir musnah karena

banyaknya daerah-daerah yang memaksa ingin keluar dari bagian kekuasaan Negara

22 Formappi, Lembaga Perwakilan………. h. 81

Page 36: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

25

Republik Indonesia dan membentuk negara mereka sendiri hingga berkurangnya

kepercayaan masyarakat akan pemerintah mengakibatkan goncangan dan gejolak

yang luar biasa bagi bangsa Indonesia pada saat itu. Pemerintahan yang sudah

berjalan selama 32 tahun itu dianggap tidak lagi berpihak kepada rakyat dan lebih

mementingkan eksistensi satu pihak sehingga banyak merugikan rakyat Indonesia.

2. DPR Sesudah Amandemen UUD 1945

Orde baru berakhir setelah disampaikannya pernyataan “mundur” atau

“berhenti” dari Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 di Istana Negara,

Jakarta.23 Proses transisi politik dari masa orde baru menuju reformasi juga ditandai

dengan pembenahan institusi kelembagaan negara. Selanjutnya pelaksanaan

pemilihan umum pada tahun 1999 juga merupakan amanat dari MPR menurut

ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi

pembangunan dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional

sebagai haluan negara.24

DPR merupakan salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem

ketatanegaraan di Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat. Dalam

sistem pemerintahan yang demokratis, keberadaan lembaga perwakilan rakyat

diangggap sangat berarti dalam penyelenggaraan sistem ini. Lembaga negara ini

merupakan badan yang berwenang sebagai pelaksana kekuasaan negara dalam hal

23 A. Malik Haramain & M.F. Nurhuda, Mengawal Transisi Refleksi Atas Pemantauan Pemilu ’99, (Jakarta: Jaringan Masyarakata Pemantau Pemilu Indonesia Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (JAMPPI- PB PMII, 2000), h. 8

24 Armany Aisyah, Pasang Suurut Peran MPR-DPR 1945-2004, (Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, 2004), h. 334

Page 37: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

26

menentukan kebijakan yang mengikat seluruh rakyat. Lembaga perwakilan atau

lembaga legislatif saat ini di berbagai negara disebut dengan nama parlemen.25

Lembaga ini disebut parlemen karena kata parle berarti bicara, artinya mereka

harus menyuarakan hati nurani rakyat. Maksudnya setelah mengartikulasikan dan

mengagregasikan kepentingan rakyat, mereka harus membicarakan dalam sidang

perlemen kepada pemerintah. Oleh karena itu, DPR dibentuk di pusat untuk

mengkritisi pemerintah pusat dan dibentuk di daerah untuk mengkritisi pemerintah

daerah baik provinsi maupun kabupaten sesuai tingkatannya.26

Dewan Perwakilan Rakyat di negara demokratis disusun sedemikian rupa

sehingga ia mewakili mayoritas rakyat. Pemerintah haruslah bertanggung jawab

kepadanya. Dewasa ini, anggota parlemen umumnya mewakili rakyat melalui partai

politik, yang dinamakan perwakilan yang bersifat politik (political representation).

Dengan sistem demikian, masyarakat adalah pihak yang diwakili atau selaku pihak

yang menyerahkan kekuasaan/mandat untuk mewakili opini, sikap dan

kepentingannya kepada lembaga perwakilan politik di dalam proses politik dan

pemerintahan. Bekerjanya peran dan fungsi badan perwakilan rakyat di satu pihak

dan di pihak lain ditentukan oleh perwujudannya sebagai suatu organisasi yang

mewadahi proses politik.27

25 Reni Dwi Purnomowati, Implementasi SIstem Bikameral Dalam Parlemen Indonesia,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2005), h. 10 26 Inu Kencana Syafiie, Proses Legislatif, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 55 27 A.M. Fatwa, Melanjutkan Reformasi Membangun Demokrasi: Jejak Langkah Parlemen

Indonesia Periode 1999-2004, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004), h. 72

Page 38: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

27

Pasca orde baru, kedudukan DPR sebagai lembaga perwakilan telah diatur

dalam UUD 1945. Menurut UUD 1945 DPR mempunyai tugas yang penting di

bidang ketatanegaraan Indonesia. Tugas sekaligus fungsi itu dapat dibagi atas,

pertama, fungsi legislatif, kedua, fungsi pengawasan, dan ketiga, fungsi anggaran.

Khusus untuk fungsi pengawasan, beberapa pakar tatanegara, misalnya Ismail Suny,

membaginya dalam tiga bentuk: pertama, mengontrol eksekutif (control of

executive); kedua, mengontrol anggaran dan belanja negara (control of expenditure);

dan ketiga, mengontrol atas pajak (control of taxation).28

Penegasan pertama kali tentang tindak lanjut fungsi parlemen dalam bentuk

tugas dan wewenang diatur dalam tatib (tata tertib) DPR berdasarkan Keputusan DPR

Gotong Royong Nomor 10/DPR-RI/III/1966-1969.29 Pada hakikatnya tiga fungsi

utama DPR memiliki hubungan yang erat dan ketiga fungsi ini selalu bersentuhan

dengan fungsi lainnya, misalnya ketika DPR menghasilkan Undang-Undang yang

kemudian disetujui bersama dengan Presiden, maka DPR harus mengadakan

pengawasan terhadap pelaksanaan produk Undang-Undang oleh lembaga Eksekutif

yakni Presiden.30

Perubahan pertama terhadap UUD 1945 terjdi pada 19 Oktober 1999, dalam

Sidang Umum MPR yang berlangsung tanggal 14-21 Oktober 1999. Dalam

perubahan ini, terjadi pergeseran kekuasaan Presiden dalam membentuk Undang-

28 A.M. Fatwa, Melanjutkan Reformasi Membangun………. h. 78 29 Ronny Bako, Rancangan Disertasi Untuk Ujian Pra Promosi, 2003, h.4 30Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), h.

184

Page 39: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

28

Undang, yang diatur dalam Pasal 5, berubah menjadi Presiden berhak mengajukan

rancangan undang-undang, dan Dewan Perwakilan Rakyat memgang kekuasaan

membentuk undang-undang (Pasal 20). Perubahan pasal ini memindahkan titik berat

kekuasaan legislasi nasional yang semula berada di tangan Presiden beralih ke tangan

DPR. Rumusan Pasal 20 (baru) berbunyi sebagai berikut:

1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-

undang.

2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan

Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan

bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi

dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui

bersama untuk menjadi undang-undang.

5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama

tersebut disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak

rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan

wajib diundangkan.31

Pergeseran kewenangan membentuk undang-undang dari sebelumnya di

tangan Presiden dan dialhikan kepada DPR merupakan langkah konstitusional untuk

31 Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010),

h. 166-167

Page 40: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

29

meletakkan secara tepat fungsi-fungsi lembaga negara sesuai bidang tugasnya

masing-masing yakni DPR sebagai lembaga pembentuk undang-undang (kekuasaan

legislatif) dan Presiden sebagai lembaga pelaksana undang-undang (kekuasaan

eksekutif). Perubahan UUD 1945 yang tercakup dalam materi tentang Dewan

Perwakilan Rakyat dimaksudkan untuk memberdayakan DPR dalam menjalankan

fungsinya sebagai lembaga perwakilan yang dipilih oleh rakyat untuk

memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya.32

Untuk melaksanakan fungsinya tersebut, sesuai dengan amanat UUD 1945

setelah diamandemen, parlemen mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

1) Membentuk Undang-Undang;

2) Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);

3) Melaksanakan pengawsan terhadap pelaksanaan Undang-Undang,

pelaksanaan APBN dan kebijakan Pemerintah sesuai dengan jiwa

UUD 1945 dan Ketetapan MPR RI;

4) Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal pengangkatan

duta besar dan penerimaan duta negara lain;

5) Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal pemberian

amnesti dan abolisi

6) Membahas hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan

negara yang diberitahukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),

32 Ni’matul Huda, Hukum Tata…………………….. h. 169

Page 41: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

30

yang disampaikan dalam Rapat Paripurna DPR untuk dipergunakan

sebagai bahan pengawasan;

7) Memberikan persetujuan atas pernyataan perang, pembuatan

perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain serta meratifikasi

perjanjian internasional yang dilakukan oleh Preiden;

8) Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat;

9) Melaksanakan hal-hal yang ditugaskan kepada DPR oleh Ketetapan

MPR RI dan/atau Undang-Undang.33

C. Teori Perwakilan

Perwakilan diartikan sebagai hubungan diantara dua pihak, yaitu wakil

dengan terwakil dimana wakil memegang kewenangan untuk melakukan berbagai

tindakan yang berkenaan dengan kesepakatan yang dibuatnya dengan terwakil.34

perwakilan dalam konteks teori modern merupakan mekanisme hubungan antara

penguasa dan rakyat. Maka hubungan antara penguasa dan rakyat harus harmonis

serta harus memiliki tanggungjawab penuh kepada seluruh masyarakat dalam

menjalankan roda pemerintahan, guna terciptanya keseimbangan dalam menjalankan

roda pemerintahannya.35

Pada dasarnya, teori perwakilan amat erat kaitannya dengan prinsip

kedaulatan rakyat dan demokrasi. Dalam zaman modern kekuasaan rakyat tidak lagi

33 A.M. Fatwa, Melanjutkan Reformasi Membangun………. h.77 34 Arbi Sanit, Perwakilan Politik Indonesia, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), h. 1 35 Rusadi Kantaparwira, dkk, Perihal Ilmu Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007) h. 93

Page 42: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

31

dilaksanakan secara langsung, tetapi disalurkan melalui lembaga perwakilan. Sebagai

realisasi sistem demokrasi tidak langsung. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan ketika

pengkajian difokuskan pada masalah perwakilan ini, pertama menyangkut pihak yang

diwakili, kedua berkenaan dengan pihak yang mewakili, dan ketiga berkaitan dengan

bagaimana hubungan serta kedudukannya.36

Tata pemerintahan perwakilan demokratis meniscayakan hubungan fungsional

yang harus terjalin antara (anggota) dewan perwakilan rakyat dengan pemerintah

terpilih, yakni dewan menyuarakan aspirasi dan kepentingan rakyat, pemerintah

memenuhi kepentingan dan kebutuhan rakyat yang terpantulkan dari aspirasi dan

kepentingan yang disuarakan perwakilan politik, kemudian pemerintah terpilih

mengakomodasi hsil pengawasan dan koreksi dewan untuk menyempurnakan

kebijakan pemenuhan kebutuhan masyarakat.37

Secara singkat dalam teori perwakilan ini, rakyat bertindak selaku pihak

terwakil memberikan aspirasi serta kepercayaan mereka akan kebutuhan dalam hidup

bernegara dan berbangsa kepada para anggota dewan melalui lembaga perwakilan

rakyat sebagai wakil yang dipilih oleh rakyat secara demokratis. Perjanjian yang

terjadi antara kedua belah pihak didasarkan atas kepentingan masyarakat secara

menyeluruh bukan untuk kepentingan sepihak baik untuk si terwakil maupun si

36 Eddy Purnama, Lembaga Perwakilan Rakyat, (Medan: Syah Kuala University Press, 2008),

h. 41 37 Sebastian Salang, dkk, Menghindari Jeratan Hukum Bagi Anggota Dewan, (Jakarta: Forum

Sahabat, 2009), h. 195

Page 43: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

32

wakil. Melalui teori ini diharapkan terjadi keseimbangan dan keselarasan antara

rakyat dan lembaga perwakilan rakyat dalam menjalankan roda pemerintahan.

Dalam dunia Islam istilah perwakilan atau sebagaimana yang kita ketahui

sebagai kepemimpinan dalam suatu masyarakat telah dijelaskan dalam Al-Qur’an

surat As-Sajdah (32) ayat 24 seperti dikutip sebagai berikut:

وجعلنا صبـروالمابأمرنايـهدونأئمةمنـهم ◌ يوقنونتنابآيانواوكا“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi

petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar . Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah (32) :24).

Perwakilan atau kepemimpinan telah disebutkan dalam Al-Qur’an oleh karena

itu, untuk menjaga kestabilan dan kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat, perlu

adanya keselarasan antara rakyat dan pemimpin atau perwakilan. rakyat yang

dipimpin harus mentaati segala bentuk peraturan dan kebajikan yang dibuat oleh

pemimpin untuk masyarakat. Ketaatan terhadap pemimpin juga telah disebutkan

dalam Al-Qur’an surat An-Nisa (4) ayat 59 sebagai berikut:

سول وأولي األمر منكم فإن تنازعتم وأطيعوا الر يا أيها الذين آمنوا أطيعوا هللالك خير و أحسن واليوم اآلخر ذ سول نن ننتم تممنون اال والر و نلهللا هللا في يي ف فرو

تأويال

“Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.An-Nisa (4):59).

Page 44: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

33

D. Teori Mandat

Cara melaksanakan kekuasaan negara ialah senantiasa mengingat kehendak

dan keinginan rakyat. Jadi, tiap tindakan dalam melaksanakan kekuasaan negara tidak

bertentangan dengan kehendak dan kepentingan rakyat, bahwa sedapat mungkin

berusaha memenuhi segala keinginan rakyat.38 Dalam pelaksanaannya Lembaga

Perwakilan Rakyat atau parlemen atau dalam hal ini DPR berperan sebagai lembaga

yang menampung aspirasi rakyat dan menyuarakan aspirasi tersebut kepada

pemerintah. Hal ini berarti ada satu keterkaitan antara rakyat sebagai pihak yang

memberi amanat atau mandat dan parlemen sebagai pihak yang menerima dan

menjalankan amanat atau mandat tersebut.

Partisipasi masyarakat dalam perwakilan politik berawal dari ide atau

konsepsi demokrasi sebagai gambaran tata kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dalam teori mandat, wakil dilihat sebagai penerima mandat untuk merealisasikan

kekuasaan terwakil dalam proses kehidupan politik. Oleh karena itu, wakil hendaknya

selalu berpandangan, bertindak dan bersikap sejalan dengan mandat yang diberikan

terwakil dalam melaksanakan tugasnya.39 Dalam hubungan antara rakyat dan

pemerintah atau sebagai pihak yang terwakili dengan pihak yang mewakili terdapat

beberapa teori mandat yaitu:

38 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia 2,

(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 43-44 39 Lili Romli, ed., DPR RI Periode 2009-2014: Catatan Akhir Masa Bakti, (Jakarta: Pusat

Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jendral DPR Republik Indonesia, 2013), h. 22

Page 45: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

34

1. Mandat Imperatif

Menurut ajaran ini si wakil bertugas dan bertindak di lembaga perwakilan

sesuai dengan instruksi yang telah diberikan oleh yang diwakilinya. Si wakil tidak

boleh bertindak diluar instruksi tersebut dn apabila ada hal-hal baru yang tidak

terdapat dalam instruksi tersebut maka si wakil harus mendapat instruksi baru

yang diwakilinya baru dapat melaksanakannya.

2. Mandat Bebas

Ajaran ini dipelopori oleh Abbe Sieyes di Prancis dan Black Stone di

Inggris. Ajaran ini berpendapat si wakil dapat bertindak tanpa bergantung

instruksi dari yang diwakilinya. Menurut ajaran ini si wakil adalah orang-orang

terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum masyarakat yang

diwakilinya, sehingga si wakil dapat bertindak atas nama mereka yang

diwakilinya atas nama rakyat.

3. Mandat Representatif

Dalam teori ini, sang w akil dianggap tergbung dalam lembaga perwakilan

(parlemen). Dalam teori ini sang terwakil (rakyat) memilih wakil (anggota

parlemen) melalui lembaga perwakilan. Sehingga tidak ada hubungan pasti atau

keterikatan dalam bentuk apapun antara wakil dan yang terwakili apalagi

pertanggungjawaban dari sang wakil terhadap yang terwakili. Teori ini pada

hakikatnya benar-benar mengajarkan bentuk atau sistem keterwakilan secara

Page 46: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

35

murni. Karena tidak ada hubungan yang pasti antara wakil dan terwakili, maka

lembaga perwakilan lah (parlemen) yang mempunyai tanggung jawab terhadap

sang terwakil (rakyat).40

Melihat berbagai bentuk dari teori mandat tersebut, teori mandat hampir

menuangkan atau menyatakan hal yang sama dengan teori perwakilan, namun dengan

bentuk dan sistem yang lebih berbeda. Jadi, menurut kedua teori ini ada suatu

hubungan antara rakyat dan wakil rakyat untuk menjalankan suatu roda pemerintahan

meskipun hanya mengandalkan sebuah teori tanpa ada suatu peraturan tertulis.

40 Sri Andriyani, “Kewenangan Legislasi Dewan Perwakilan Daerah Pasca Berlakunya

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD DAN DPRD.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitasa Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. H. 20

Page 47: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

36

BAB III

MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN SEBAGAI

ALAT KELENGKAPAN DPR RI

A. Alat Kelengkapan DPR RI

Dalam menjalankan tugasnya DPR memiliki satuan atau unit kerja yang

disebut dengan Alat Kelengkapan DPR RI. Berdasarkan undang-undang Nomor 17

Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyata Daerah (UU MD3) DPR

memiliki alat kelengkapan yang bertugas sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenang

mereka masing-masing. Untuk mendukung kinerja setiap Alat Kelengkapan dibantu

oleh unit pendukung. Unit pendukung yang dimaksud terdiri dari tenaga administrasi

dan tenaga ahli.

Alat kelengkapan DPR RI juga beragam kedudukannya. Ada alat kelengkapan

yang bersifat tetap dan ada juga yang bersifat sementara. Alat kelengkapan yang

bersifat tetap adalah alat kelengkapan yang sudah sejak lama terbentuk dan

menjalankan tugasnya secara terus-menerus dan berkelanjutan. Sementara alat

kelengkapan yang bersifat sementara adalah alat kelengkapan yang dibentuk hanya

untuk menyelesaikan suatu isu atau kasus yang sedang terjadi dan menjadi

kewenangan DPR untuk menyelesaikannya dan alat kelengkapan ini bubar setelah

selesai menjalankan tugas yang diberikan kepadanya. Selain kedudukannya

Page 48: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

37

perbedaan satu sama lain dari alat kelengkapan DPR ini terletak pada fungsi dan

tugas masing-masing alat kelengkapan.41

1. Pimpinan

Pimpinan DPR terdiri dari 1 ketua dan 4 orang wakil ketua yang mana dipilih

dari dan oleh anggota DPR. Ketua dan wakil ketua pimpinan dipilih dalam satu paket

dan bersifat tetap untuk satu masa periode kepemimpinan DPR (5 tahun). Pemilihan

ketua dan wakil ketua pimpinan dipilih secara musyawarah untuk mufakat dan

ditetapkan dalam sidang paripurna DPR. Pimpinan DPR memiliki tugas yang diatur

melalui Pasal 31 ayat (1) Tata Tertib (tatib) DPR RI, sebagai berikut:

1) Pimpinan DPR bertugas:

a. memimpin sidang DPR dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan;

b. menyusun rencana kerja pimpinan DPR; c. melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan

agenda dan materi kegiatan dari alat kelengkapan DPR; d. menjadi juru bicara DPR; e. melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPR; f. mewakili DPR dalam berhubungan dengan lembaga negara lainnya; g. mengadakan konsultasi dengan Presiden dan pimpinan lembaga

negara lainnya sesuai dengan keputusan DPR; h. mewakili DPR di pengadilan; i. melaksanakan keputusan DPR berkenaan dengan penetapan sanksi

atau rehabilitasi Anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

j. menyusun rencana kerja dan anggaran DPR bersama Badan Urusan Rumah Tangga yang pengesahannya dilakukan dalam rapat paripurna DPR;

k. menyampaikan laporan kinerja dalam rapat paripurna DPR yang khusus diadakan untuk itu;

41 Riris Katharina, ed., Kajian Terhadap Tata Tertib DPR RI, (Jakarta: Pusat Pengkajian,

Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jendral DPR Republik Indonesia, 2008), h. 41

Page 49: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

38

l. menindaklanjuti usulan Mahkamah Kehormatan Dewan untuk membentuk panel sidang dalam hal pelanggaran kode etik yang bersifat berat dan berdampak pada sanksi pemberhentian; dan

m. menindaklanjuti aspirasi yang disampaikan oleh Anggota dalam rapat paripurna DPR.

2. Badan Musyawarah

Badan Musyawarah merupakan salah satu alat kelengkapan DPR yang bersifat

tetap. Susunan keanggotan alat kelengkapan ini ditetapkan DPR pada masa

permulaan keanggotaan dan permulaan tahun sidang. Pimpinan Badan Musyawarah

merupakan Pimpinan DPR juga karena jabatannya. Dan oleh karena itu pula,

Pimpinan DPR tidak boleh merangkap sebagai anggota atau mewakili fraksi

manapun. Menurut peraturan Tata Tertib DPR RI Pasal 50 Badan Musyawarah

memiliki tugas yang antara lain:

a. menetapkan agenda DPR untuk 1 (satu) tahun sidang, 1 (satu) masa persidangan, atau sebagian dari suatu masa sidang, perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah, dan jangka waktu penyelesaian rancangan undang-undang dengan tidak mengurangi kewenangan rapat paripurna DPR untuk mengubahnya;

b. memberikan pendapat kepada pimpinan DPR dalam menentukan garis kebijakan yang menyangkut pelaksanaan wewenang dan tugas DPR;

c. meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPR yang lain untuk memberikan keterangan/penjelasan mengenai pelaksanaan tugas masing-masing;

d. mengatur lebih lanjut penanganan suatu masalah dalam hal undang-undang mengharuskan Pemerintah atau pihak lainnya melakukan konsultasi dan koordinasi dengan DPR;

e. menentukan penanganan suatu rancangan undang-undang atau pelaksanaan tugas DPR lainnya oleh alat kelengkapan DPR;

f. mengusulkan kepada rapat paripurna DPR mengenai jumlah komisi, ruang lingkup tugas komisi, dan mitra kerja komisi yang telah dibahas dalam konsultasi pada awal masa keanggotaan DPR; dan

g. melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh rapat paripurna DPR kepada Badan Musyawarah.

Page 50: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

39

3. Komisi

Komisi merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR

menetapkan jumlah Komisi pada awal masa keanggotaan DPR dan pada masa awal

permulaan tahun sidang. Susunan keanggotaan Komisi ditetapkan dalam rapat

paripurna DPR sesuai dengan perimbangan dan pemerataan jumlah Anggota tiap-tiap

fraksi. berdasarkan Pasal 58 peraturan DPR RI tentang Tata Tertib. Tugas dari

Komisi sebagai alat kelengkapan antara lain:

1) Tugas komisi dalam bidang pembentukan undang-undang adalah mengadakan persiapan, penyusunan, pembahasan, dan penyempurnaan rancangan undang-undang.

2) Tugas Komisi dalam bidang anggaran adalah: a) mengadakan pembicaraan pendahuluan rancangan anggaran

pendapatan dan belanja negara yang meliputi rencana kerja pemerintah (RKP) serta rencana kerja dan anggaran kementerian dan lembaga (RKAKL) dalam ruang lingkup tugas komisi dan usulan Anggota mengenai program pembangunan daerah pemilihan bersama dengan Pemerintah;

b) mengadakan pembahasan dan mengajukan usul penyempurnaan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara serta mengusulkan perubahan rencana kerja dan anggaran kementerian dan lembaga (RKAKL) yang termasuk dalam ruang lingkup tugas komisi dan usulan Anggota mengenai program pembangunan daerah pemilihan bersama dengan Pemerintah;

c) membahas dan menetapkan alokasi anggaran untuk fungsi dan program kementerian/lembaga yang menjadi mitra kerja komisi;

d) menyampaikan hasil pembicaraan pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan menyampaikan hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, dan huruf c kepada Badan Anggaran untuk disinkronisasi;

e) membahas dan menetapkan alokasi anggaran untuk fungsi dan program kementerian/lembaga yang menjadi mitra kerja komisi berdasarkan hasil sinkronisasi alokasi anggaran kementerian/lembaga oleh Badan Anggaran;

Page 51: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

40

f) menyerahkan kembali kepada Badan Anggaran hasil pembahasan komisi sebagaimana dimaksud dalam huruf e untuk bahan akhir penetapan APBN;

g) membahas dan menetapkan alokasi anggaran per program yang bersifat tahunan dan tahun jamak yang menjadi mitra komisi bersangkutan;

h) mengadakan pembahasan laporan keuangan negara dan pelaksanaan APBN; dan

i) membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugas komisi.

3) Tugas komisi dalam bidang pengawasan meliputi: a) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang,

termasuk APBN, serta peraturan pelaksanaannya yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya;

b) membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;

c) memberikan masukan kepada BPK dalam hal rencana kerja pemeriksaan tahunan, hambatan pemeriksaan, serta penyajian dan kualitas laporan berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;

d) melakukan pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah; e) membahas dan menindaklanjuti usulan DPD; dan f) menjalin hubungan luar negeri, baik dengan institusi negara

maupun swasta, sesuai dengan bidang tugas setiap komisi dan dikoordinasikan oleh Badan Kerjasama Antar-Parlemen.

4. Badan Legislasi

Badan Legislasi merupakan alat kelengkapan bentukkan DPR RI yang bersifat

tetap. Keanggotan Badan Legislasi berjumlah paling banyak 2 (dua) kali lipat dari

jumlah anggota Komisi yang mencerminkan Fraksi dan Komisi. Susunan

keanggotaan Badan Legislasi ditetapkan pada masa permulaan keanggotaan DPR,

permulaan tahun sidang, dan setiap masa sidang. Badan Legislasi mempunyai tugas

yang tertuang dalam Pasal 65 Tata Tertib DPR RI, yaitu sebagai berikut:

a. menyusun rancangan Prolegnas yang memuat daftar urutan rancangan undang-undang beserta alasannya untuk 5 (lima) tahun dan prioritas tahunan di lingkungan DPR;

Page 52: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

41

b. mengoordinasikan penyusunan Prolegnas yang memuat daftar urutan rancangan undang-undang beserta alasannya untuk 5 (lima) tahun dan prioritas tahunan antara DPR, Pemerintah, dan DPD;

c. melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsep rancangan undang-undang yang diajukan Anggota, komisi, atau gabungan komisi sebelum rancangan undang-undang tersebut disampaikan kepada Pimpinan DPR;

d. memberikan pertimbangan terhadap rancangan undang-undang yang diajukan oleh Anggota, komisi, atau gabungan komisi di luar prioritas rancangan undang-undang atau di luar rancangan undang-undang yang terdaftar dalam Prolegnas;

e. melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan undang-undang yang secara khusus ditugasi oleh Badan Musyawarah;

f. melakukan pemantauan dan peninjauan terhadap undang-undang; g. menyusun, melakukan evaluasi, dan menyempurnakan peraturan DPR; h. mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap

pembahasan materi muatan rancangan undang-undang melalui koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus;

i. melakukan sosialisasi Prolegnas; dan j. membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di bidang

perundang-undangan pada akhir masa keanggotaan DPR untuk dapat digunakan oleh Badan Legislasi pada masa keanggotaan berikutnya.

5. Badan Anggaran

Badan Anggaran dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR

yang bersifat tetap. Keanggotaan DPR ditetapkan berdasarkan representasi Anggota

dari setiap Provinsi sesuai perimbangan dan pemerataan jumlah anggota setiap fraksi

pada masa permulaan keanggotaan DPR dan pada masa awal tahun sidang. Susunan

keanggotaan terdiri atas Anggota dari tiap-tiap komisi dengan perimbangan jumlah

anggota dan usulan fraksi. Sesuai Pasal 70 peraturan DPR RI tentang Tata Tertib,

Badan Anggaran mempunyai tugas:

1) Badan Anggaran Bertugas: a) membahas bersama Pemerintah yang diwakili oleh menteri

untuk menentukan pokok-pokok kebijakan fiskal secara umum

Page 53: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

42

dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian/lembaga dalam menyusun usulan anggaran;

b) menetapkan pendapatan negara bersama Pemerintah dengan mengacu pada usulan komisi yang berkaitan;

c) membahas rancangan undang-undang tentang APBN bersama Presiden yang dapat diwakili oleh menteri mengenai alokasi anggaran untuk fungsi dan program Pemerintah dan dana alokasi transfer daerah dengan mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintah;

d) melakukan sinkronisasi hasil pembahasan di komisi dan alat kelengkapan DPR lainnya mengenai rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga;

e) melakukan sinkronisasi terhadap usulan program pembangunan daerah pemilihan yang diusulkan komisi;

f) membahas laporan realisasi dan perkiraan realisasi yang berkaitan dengan APBN; dan

g) membahas pokok-pokok penjelasan atas rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

2) Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh komisi.

3) Anggota komisi dalam Badan Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) harus mengupayakan alokasi anggaran yang diputuskan komisi dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada komisi melalui rapat komisi.

6. Badan Kerjasama Antar-Parlemen

Badan Kerjasama Antar-Parlemen (selanjutnya disingkat BKSAP) dibentuk

oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan yang bersifat tetap. Jumlah anggota

BKSAP ditetapkan saat sidang paripurna DPR dan menurut perimbangan dan

pemerataan jumlahh anggota dari tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan

dan pada permulaan tahun sidang. Dalam peraturan DPR RI tentang Tata Tertib tugas

BKSAP tertuang dalam Pasal 75, yang antara lain:

a. mengembangkan, membina, dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerja sama antara DPR dan parlemen negara lain, baik secara bilateral maupun multilateral, termasuk organisasi

Page 54: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

43

internasional yang menghimpun parlemen dan/atau anggota parlemen negara lain;

b. menerima kunjungan delegasi parlemen negara lain yang menjadi tamu DPR;

c. mengoordinasikan kunjungan kerja alat kelengkapan DPR ke luar negeri; dan

d. memberikan saran atau usul kepada pimpinan DPR tentang masalah kerja sama antarparlemen.

7. Badan Urusan Rumah Tangga

Badan urusan rumah tangga (selanjutnya disingkat BURT) dibentuk oleh DPR

dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap. Jumlah anggota BURT

paling banyak adalah 25 (dua puluh lima) orang atas usul dari komisi dan fraksi

berdasarkan perimbangan dan pemerataan jumlah anggota setiap fraksi di komisi.

Anggota BURT ditetapkan pada saat sidang paripurna DPR pada permulaan tahun

sidang. Dalam Pasal 90 perauran Tata Tertib DPR menyebutkan tugas-tugas BURT

yang antara lain:

a. menetapkan arah kebijakan umum pengelolaan anggaran DPR untuk setiap tahun anggaran dan menyerahkannya kepada Sekretaris Jenderal DPR untuk dilaksanakan;

b. menyusun rencana kerja dan anggaran DPR secara mandiri yang dituangkan dalam program dan kegiatan setiap tahun berdasarkan usulan dari alat kelengkapan DPR dan Fraksi;

c. dalam menyusun program dan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, BURT memperhatikan geografis daerah pemilihan Anggota;

d. dalam menyusun program dan kegiatan DPR sebagaimana dimaksud dalam huruf b, BURT dapat menyusun standar biaya khusus dan mengajukannya kepada Pemerintah untuk dibahas bersama;

e. melakukan pengawasan terhadap Sekretariat Jenderal DPR dalam pelaksanaan kebijakan kerumahtanggaan DPR sebagaimana dimaksud dalam huruf a, termasuk pelaksanaan dan pengelolaan anggaran DPR;

f. melakukan koordinasi dengan alat kelengkapan DPD dan alat kelengkapan MPR yang berhubungan dengan kerumahtanggaan DPR, DPD, dan MPR yang ditugasi oleh pimpinan DPR berdasarkan hasil rapat Badan Musyawarah;

Page 55: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

44

g. menyampaikan hasil keputusan dan arah kebijakan umum anggaran tahunan DPR sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam rapat paripurna DPR untuk mendapatkan persetujuan;

h. menyampaikan laporan kinerja dalam rapat paripurna DPR yang khusus diadakan untuk itu; dan

i. mengatur alokasi anggaran untuk kunjungan kerja Anggota atau sekelompok anggota komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (4).

8. Panitia Khusus & Panitia Kerja

Panitia Khusus adalah alat kelengkapan yang dibentuk oleh DPR dan bersifat

sementara. Jumlah anggota Panitia Khusus paling banyak adalah 30 (tiga puluh)

orang yang ditetapkan pada saat sidang paripurna DPR. DPR menetapkan susunan

dan keanggotaan Panitia Khusus berdasarkan perimbangan dan pemerataan jumlah

anggota dari tiap-tiap fraksi. dalam melaksanakan tugasnya peraturan Tata Tertib

DPR Pasal 96 menyebutkan:

1) Panitia khusus bertugas melaksanakan tugas tertentu dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh rapat paripurna DPR.

2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang oleh Badan Musyawarah apabila panitia khusus belum dapat menyelesaikan tugasnya.

3) Panitia khusus dibubarkan oleh DPR setelah jangka waktu penugasannya berakhir atau karena tugasnya dinyatakan selesai.

Selain panitia khusus DPR juga memiliki panitia kerja (panja). Panja

merupakan alat kelengkapan yang dapat dibentuk oleh alat kelengkapan DPR lainnya

kecuali pimpinan DPR. Oleh karena itu, susunan keanggotaan panja juga ditetapkan

oleh alat kelengkapan DPR yang membentuknya, keanggotaan panja paling banyak

berjumlah separuh dari jumlah alat kelengkapan DPR yang membentuknya. Panja

Page 56: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

45

dipimpin oleh seorang pimpinan alat kelengkapan DPR. Tugas yang diemban oleh

panja beserta hal-hal lainnya diatur

9. Mahkamah Kehormatan Dewan

Mahkamah Kehormatan Dewan (selanjutnya disingkat MKD) dibentuk oleh

DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR RI yang bersifat tetap. Tujuan dari

dibentuknya alat kelengkapan ini adalah untuk menjaga serta menegakkan

kehormatan serta keluhuran martabat DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat. MKD

memliki tugas yang tertulis dalam Pasal 2 ayat (2) peraturan DPR Nomor 2 Tahun

2015 tentang tata cara beracara MKD yang menyebutkan tugas MKD antara lain:

a. melakukan pemantauan dalam rangka fungsi pencegahan terhadap perilaku Anggota agar tidak melakukan pelanggaran atas kewajiban Anggota sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta peraturan DPR yang mengatur mengenai Tata Tertib dan Kode Etik;

b. melakukan penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap Anggota karena:

1) tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

2) tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Anggota selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan yang sah;

3) tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota sebagaimana ketentuan mengenai syarat calon Anggota yang diatur dalam undang–undang mengenai pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan/atau

4) melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam undang-undang yang mengatur mengenai Majelis

Page 57: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

46

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

c. mengadakan sidang untuk menerima tindakan dan/atau peristiwa yang patut diduga dilakukan oleh Anggota sebagai pelanggaran terhadap undang-undang yang mengatur mengenai Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, serta peraturan DPR yang mengatur mengenai Tata Tertib dan Kode Etik;

d. menerima surat dari pihak penegak hukum tentang pemberitahuan dan/atau pemanggilan dan/atau penyidikan kepada Anggota atas dugaan melakukan tindak pidana;

e. meminta keterangan dari pihak penegak hukum tentang pemberitahuan dan/atau pemanggilan dan/atau penyidikan kepada Anggota atas dugaan melakukan tindak pidana;

f. meminta keterangan dari Anggota yang diduga melakukan tindak pidana;

g. memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan secara tertulis mengenai pemanggilan dan permintaan keterangan dari pihak penegak hukum kepada Anggota yang diduga melakukan tindak pidana; dan

h. mendampingi penegak hukum dalam melakukan penggeledahan dan penyitaan di tempat Anggota yang diduga melakukan tindak pidana.

B. Latar Belakang Mahkamah Kehormatan Dewan

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (MD3) Posisi Mahkamah Kehormatan Dewan

sudah tercantum jelas yaitu sebagai unit kerja atau alat kelengkapan DPR RI. Latar

belakang pembentukan Mahkamah Kehormatan Dewan ini tidak lepas dari berbagai

sorotan atau opini publik yang tidak puas atas kinerja dan kapasitas anggota dewan

dalam melaksanakan tugasnya. Publik menilai maraknya perilaku yang

mencerminkan sifat buruk dari para anggota dewan seperti korupsi, kolusi dan

nepotisme (KKN) menjadikan masyarakat seakan tidak percaya atau kehilangan

Page 58: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

47

harapan mereka terhadap para anggota dewan yang mengatasnamakan diri mereka

sebagai para wakil rakyat.

Hal ini menjadi tuntutan rakyat untuk melakukan reformasi. Mengingat begitu

pentingnya posisi dan peran dari anggota DPR sebagai representasi rakyat tidak

menjamin bahwa kinerja dari anggota DPR sudah memuaskan. Banyak anggota DPR

yang pernah terjerat kasus hukum ditambah dengan terlalu mudahnya anggota DPR

untuk menjadi saksi dalam sebuah kasus, korupsi misalnya. Hal ini menjadikan

pandangan rakyat terhadap anggota DPR semakin buruk. Hal tersebut juga diakui

oleh wakil Ketua Umum PPP Lukman Hakim Saifuddin, bahwa saat ini parlemen

sudah kehilangan kepercayaan rakyat. Karena itu, DPR hasil pemilu 2014 harus lebih

baik dari pada sebelumnya42.

Pembentukan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam lembaga negara ini

merupakan respons atas sorotan publik akan kinerja para anggota dewan yang dinilai

buruk tersebut. Bagaimanapun, pada awalnya lembaga ini bernama Dewan

Kehormatan (DK) sebelum diresmikan sebagai alat kelengkapan yang bersifat tetap

dan berganti nama menjadi Badan Kehormatan (BK) pada tahun 2003 dan kemudian

diubah menjadi Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) seperti saat ini.43 Suatu hak

dan (sekaligus) kewajiban memang melekat dan dilekatkan dalam diri anggota

42 Tinjauan Kompas, Menatap Indonesia 2014 : Tantangan, Prospek Politik Dan Ekonomi

Indoneisa, (Jakarta:Buku Kompas, 2014), h. 131 43 Nur Habibi, “Praktik Pengawasan Etika Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia”

Jurnal Cita Hukum, Vol. 1 (Juni 2014) h. 47

Page 59: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

48

legislatif, dan keduanya harus dijalankan secara proporsional ketika seorang anggota

legislatif menjalankan perannya di lembaga perwakilan rakyat.44

Pantangan atau larangan-larangan bagi para anggota parlemen telah ada untuk

menunjang kinerja MKD dalam menyelidiki dugaan pelanggaran kode etik yang

dilakukan oleh anggota DPR. Larangan-larangan tersebut tertuang dalam Keputusan

DPR RI tentang Kode Etik DPR RI antara lain pasal 9 ayat (1) dan (2) yang

menyatakan bahwa anggota tidak diperkenankan menggunakan fasilitas perjalanan

dinas untuk kepentingan di luar tugas kedewanan; anggota tidak dapat membawa

keluarga dalam suatu perjalanan dinas, kecuali dimungkinkan oleh peraturan

perundang-undangan atau atas biaya sendiri.

Kemudian pada pasal 11 dinyatakan bahwa anggota dilarang menerima

imbalan atau hadiah dari pihak lain sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 13

menyatakan bahwa anggota dilarang menggunakan jabatannya untuk mempengaruhi

proses peradilan untuk kepentingan pribadi dan/atau pihak lain. Pada pasal 14

dinyatakan bahwa anggota dilarang menggunakan jabatannya untuk mencari

kemudahan dan keuntungan pribadi, keluarga, sanak famili, dan kroninya yang

mempunyai usaha atau melakukan penanaman dalam suatu bidang usaha. Dan yang

terakhir, pada pasal 17 ayat (2) dinyatakan bahwa anggota tidak diperkenankan

melakukan hubungan dengan mitra kerjanya dengan maksud meminta atau menerima

imbalan atau hadiah untuk kepentingan pribadi.

44 Satya Arinanto & Nunuk Triyanti, ed,. memahami hukum..... h.487

Page 60: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

49

Sebagai alat kelengkapan parlemen yang bertugas dan memiliki kewenangan

untuk mengawasi sekaligus menindak segala pelanggaran etik yang diduga dilakukan

oleh anggota DPR MKD tentu butuh peran serta masyarakat atau warga sipil dalam

menjaga kehormatan dan keluhuran citra para wakil rakyat. Peran masyarakat dalam

membantu tugas MKD adalah dengan cara melapor segala tindakan anggota parlemen

yang dianggap melanggar kode etik. Karena dengan adanya laporan ini MKD akan

melakukan penyelidikan dan verifikasi sehingga fungsinya dapat bekerja sebagai

sebuah alat kelengkapan dewan. Oleh karena itu mengapa alat kelengkapan yang

bernaung di bawah DPR ini tidak dapat bekerja sendiri melainkan dengan keikut

sertaan masyarakat sebagai penunjang. Namun laporan yang dilaporkan masyarakat

terhadap MKD akan adanya dugaan pelanggaran kode etik oleh anggota DPR

haruslah memenuhi ketentuan-ketentuan yang sudah tertuang dalam Undang-undang

atau tata tertib DPR dan peraturan lainnya yang mengatur tentang kode etik DPR RI.

C. Keanggotaan Mahkamah Kehormatan Dewan

Susunan keanggotaan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) tertuang dalam

pasal 79 peraturan Tata Tertib DPR (Tatib) yang menyebutkan bahwa:

1) DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Mahkamah Kehormatan Dewan yang terdiri atas semua Fraksi dengan memperhatikan perimbangan dan pemerataan jumlah anggota setiap Fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.

2) Anggota Mahkamah Kehormatan Dewan berjumlah 17 (tujuh belas) orang dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPR.

3) Pimpinan DPR mengadakan konsultasi dengan pimpinan Fraksi untuk menentukan komposisi keanggotaan Mahkamah Kehormatan Dewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat.

Page 61: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

50

4) Dalam hal musyawarah untuk mufakat tidak tercapai dalam penentuan komposisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak dalam rapat paripurna DPR.

5) Fraksi mengusulkan nama anggota Mahkamah Kehormatan Dewan kepada pimpinan DPR sesuai dengan perimbangan jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk selanjutnya ditetapkan dalam rapat paripurna DPR.

6) Penggantian anggota Mahkamah Kehormatan Dewan dapat dilakukan oleh Fraksinya apabila anggota Mahkamah Kehormatan Dewan yang bersangkutan berhalangan tetap atau ada pertimbangan lain dari Fraksinya.

D. Tugas, Fungsi dan Wewenang Mahkamah Kehormatan Dewan

Dalam menjalankan tugasnya sebagai sebuah alat kelengkapan DPR yang

bersifat tetap, Mahkamah Kehormatan Dewan memiliki tugas, fungsi dan wewenang

yang diatur dalam Peraturan DPR RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara

Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Pasal 2 yaitu:

1. MKD dibentuk oleh DPR yang merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap dan bertujuan menjaga serta menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat.

2. MKD bertugas: a) melakukan pemantauan dalam rangka fungsi pencegahan

terhadap perilaku Anggota agar tidak melakukan pelanggaran atas kewajiban Anggota sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta peraturan DPR yang mengatur mengenai Tata Tertib dan Kode Etik;

b) melakukan penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap Anggota karena:

1) tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

Page 62: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

51

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

2) tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Anggota selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan yang sah;

3) tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota sebagaimana ketentuan mengenai syarat calon Anggota yang diatur dalam undang–undang mengenai pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan/atau

4) melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam undang-undang yang mengatur mengenai Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

c) mengadakan sidang untuk menerima tindakan dan/atau peristiwa yang patut diduga dilakukan oleh Anggota sebagai pelanggaran terhadap undang-undang yang mengatur mengenai Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, serta peraturan DPR yang mengatur mengenai Tata Tertib dan Kode Etik;

d) menerima surat dari pihak penegak hukum tentang pemberitahuan dan/atau pemanggilan dan/atau penyidikan kepada Anggota atas dugaan melakukan tindak pidana;

e) meminta keterangan dari pihak penegak hukum tentang pemberitahuan dan/atau pemanggilan dan/atau penyidikan kepada Anggota atas dugaan melakukan tindak pidana;

f) meminta keterangan dari Anggota yang diduga melakukan tindak pidana;

g) memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan secara tertulis mengenai pemanggilan dan permintaan keterangan dari pihak penegak hukum kepada Anggota yang diduga melakukan tindak pidana; dan

h) mendampingi penegak hukum dalam melakukan penggeledahan dan penyitaan di tempat Anggota yang diduga melakukan tindak pidana.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya tersebut MKD berwenang untuk:

Page 63: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

52

a) menerbitkan surat edaran mengenai anjuran untuk menaati Tata Tertib serta mencegah pelanggaran Kode Etik kepada seluruh Anggota;

b) memantau perilaku dan kehadiran Anggota dalam rapat DPR; c) memberikan rekomendasi kepada pihak terkait untuk

mencegah terjadinya pelanggaran Kode Etik dan menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPR;

d) melakukan tindak lanjut atas dugaan pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh Anggota, baik berdasarkan Pengaduan maupun tanpa Pengaduan;

e) memanggil dan memeriksa setiap orang yang terkait tindakan dan/atau peristiwa yang patut diduga dilakukan oleh Anggota yang tidak melaksanakan salah satu kewajiban atau lebih dan/atau melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan DPR tentang Tata Tertib dalam Sidang MKD;

f) melakukan kerja sama dengan lembaga lain; g) memanggil pihak terkait; h) menghentikan proses pemeriksaan perkara dalam setiap

persidangan dalam hal Pengadu mencabut aduannya atau diputuskan oleh Rapat MKD;

i) memutus perkara pelanggaran yang patut diduga dilakukan oleh Anggota yang tidak melaksanakan salah satu kewajiban atau lebih dan/atau melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Peraturan DPR yang mengatur tentang Tata Tertib dan Kode Etik;

j) menyusun rancangan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada badan urusan rumah tangga; dan

k) melakukan evaluasi dan penyempurnaan Peraturan DPR yang mengatur tentang Kode Etik.

Tugas, Fungsi dan Wewenang Mahkamah Kehormatan Dewan serta

pengertian lain tentang MKD selain tertulis dalam Peraturan DPR RI Nomor 2 Tahun

2015 tentang Tata Cara Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia juga terdapat pada Tata Tertib DPR

Page 64: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

53

BAB IV

KASUS SETYA NOVANTO DAN PENYELESAIAN OLEH MAHKAMAH

KEHORMATAN DEWAN

A. Duduk Perkara Kasus Setya Novanto

Setya Novanto diketahui sebagai seorang politikus asal Bandung, Jawa Barat

yang diusung oleh sebuah partai politik di Indonesia yaitu partai Golongan Karya

atau yang lazim disebut dengan “Golkar”. Setya Novanto menjabat posisi sebagai

ketua DPR RI pada masa periode 2014-2019.45 Namun perjalanan karirnya sebagai

seorang ketua salah satu lembaga tinggi negara ini tidak berjalan dengan mulus.

Setelah hanya berselang satu tahun masa jabatannya sebagai ketua DPR RI Setya

Novanto tersandung kasus pelanggaran kode etik, yaitu pemufakatan jahat yang

diduga dilakukan olehnya dengan mencatut nama presiden JokoWidodo dengan

sebuah perusahaan asing besar di Indonesia yakni PT. Freeport Indonesia, bersama

dengan seorang pengusaha M. Riza Chalid.

Duduk perkara kasus Setya Novanto atau yang lebih dikenal masyarakat luas

dengan kasus “papa minta saham” ini bermula ketika adanya laporan dugaan

pelanggaran etik yang dilakukan oleh ketua DPR RI saat itu Setya Novanto oleh

menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said kepada

Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Laporan yang berisi tentang rekaman

perbincangan antara presiden direktur PT Freeport Indonesia Ma’roef Sjamsoeddin

45 Dikutip dari artikel pada https://id.wikipedia.org/wiki/Setya_Novanto diakses pada 30 Juli

2016 pukul 01:22 wib

Page 65: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

54

dengan ketua DPR Setya Novanto dan pengusaha Riza Chalid. Dalam rekaman

tersebut terungkap bahwa Setya Novanto meminta saham kosong kepada Ma’roef

dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo.46

Kronologi kejadian itu terjadi pada tanggal 16 November 2015, menteri

ESDM Sudirman Said melaporkan Setya Novanto secara tertulis kepada MKD.

Dalam kejadian itu Sudirman Said membeberkan kronologis kejadian anggota DPR

pencatut nama presiden dan wakil presiden terkait perpanjangan kontrak PTFI (PT

Freeport Indonesia). Dalam penjelasan tersebut Sudirman mengatakan bahwa anggota

DPR tersebut bersama dengan seorang pengusaha dan telah beberapa kali memanggil

serta melakukan pertemuan dengan pimpinan PTFI. 47 Dalam lobi-lobi Setya

meminta saham melalui presiden direktur PT. Freeport Indonesia. Setya juga

meminta PT. Freeport berinvestasi dalam pembangunan proyek Pembangkit Listrik

Tenaga Air (PLTA) di Urumuka, Papua.48

Kasus ini berawal dari pertemuan antara presiden direktur PT. Freeport

Indonesia, Ma’roef Sjamsoeddin dengan Setya Novanto pada bulan April 2015.

Ma’roef Sjamsoeddin melakukan pertemuan tidak hanya dengan Setya Novanto.

Namun diketahui Ma’roef pun bertemu dengan pimpinan lembaga negara lain seperti

MPR dan DPD, dasar pertemuan yang dilakukan oleh Presiden Direktur PT. Freeport

itu adalah untuk membahas perpanjangan kontrak perusahaan asing asal Amerika

46 “Papa Minta Saham Topik Terpanas 2015”, Republika. 23 Desember 2015, h. 3 47 www.merdeka.com diakses pada 29 Juli 2016 pukul 00:55 WIB 48 “Kejaksaan Berharap Setya Berubah Pikiran”, Koran Tempo. 13 Januari 2016, h. 4

Page 66: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

55

Serikat yang bergerak dibidang pertambangan itu dengan pemerintah Indonesia.

Namun hasil pertemuan Ma’roef dengan para petinggi lembaga Negara tersebut

berbeda cerita antara satu lembaga dengan yang lain. Pada saat Ma’roef melakukan

rangkaian kunjungan dengan MPR dan DPD Ma’roef membawa staf dan diterima

oleh sejumlah pimpinan lain. Namun, khusus saat berkunjung ke ruangan Setya

Novanto, beliau diminta untuk masuk sendiri.49

Pada 13 Mei Setya Novanto kembali mengadakan pertemuan dengan Ma’roef

di hotel Ritz Carlton Jakarta, pada pertemuan yang kedua ini Setya Novanto tidak

sendiri, beliau juga merangkai pertemuan tersebut dengan mengundang seorang

pengusaha minyak M. Reza Chalid. Kemudian pada tanggal 8 Juni Ma’roef menerima

pesan singkat dari Reza Chalid untuk mengadakan pertemuan dengan Setya Novanto.

Sebelum pertemuan dimulai Ma’roef merasa aneh mengapa Reza kembali ikut

bertemu, beliaupun berinisiatif untuk merekam pertemuan tersebut. 50

Setelah pertemuan itu, Ma’roef melaporkan hasil pertemuannya dengan Setya

Novanto dan Reza Chalid tersebut kepada atasannya Jim Bob. Namun reaksi sang

atasan terlihat begitu jelas tidak suka ketika mengetahui apa yang disampaikan

Ma’roef terkait hasil pertemuannya dengan Setya dan Reza, seraya berkata “Kalau

kamu mau masukkan saya ke penjara, lakukan.”51 Setelah menerima reaksi yang

49 Artikel dikutip dari http://news.detik.com/berita/3087343/kronologi-pertemuan-maroef-

sjamsoeddin-setya-novanto-dan-reza-chalid diakses pada 30 Juli 2016 pukul 01:51 WIB 50 Artikel dikutip dari http://news.detik.com/berita/3087343/kronologi-pertemuan-maroef-

sjamsoeddin-setya-novanto-dan-reza-chalid diakses pada 30 Juli 2016 pukul 05:27 WIB 51 Artikel dikutip dari http://news.detik.com/berita/3087343/kronologi-pertemuan-maroef-

sjamsoeddin-setya-novanto-dan-reza-chalid diakses pada 30 Juli 2016 pukul 05:39 WIB

Page 67: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

56

cukup keras dari atasannya Ma’roef melapor kepada Sudirman Said selaku menteri

ESDM dan menyerahkan rekaman itu seutuhnya pada bulan Oktober 2015.

B. Mekanisme Penyelesaian Kasus Oleh Mahkamah Kehormatan Dewan

Setelah menerima laporan dari menteri ESDM Sudirman Said terkait dugaan

pelanggaran kode etik oleh Setya Novanto. Tanggal 23 November Mahkamah

Kehormatan Dewan (MKD) selaku alat kelengkapan DPR yang berwenang

menangani kasus pelnggaran kode etik oleh anggota DPR menggelar rapat internal.

Rapat pertama ini hanya beragenda untuk menetapkan hasil verifikasi apakah sudah

bisa dilanjutkan ke tahap persidangan dan yang kedua menentukan tentang

bagaimana sidang akan berjalan, terbuka atau tertutup jelas wakil ketua MKD

Junimart Girsang.52

Pada 2 Desember 2015 sidang MKD dimulai, pada saat itu MKD memeriksa

Sudirman sebagai pihak pelapor. Sudirman Said memberikan rekaman utuh dan

transkip percakapan antara Setya Novanto, pengusaha Reza Chalid dan Prsiden

Direktur PT. Freeport Indonesia Ma’roef Sjamsoeddin kepada MKD sebagai alat

bukti.53 Setelah menerima laporan dan rekaman percakapan sebagai alat bukti. MKD

kembali menggelar sidang dan memeriksa Setya Novanto pada tanggal 7 Desember

2015.

52 Artikel dikutip dari http://www.merdeka.com/peristiwa/kronologis-lengkap-kasus-papa-

minta-saham-sampai-bikin-setnov-mundur.html diakses pada 31 Juli 2016 pukul 03:43 WIB 53 Artikel dikutip dari

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151202_indonesia_mkd_sudirman_said diakses pada 31 Juli 2016 pukul 03:55 WIB

Page 68: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

57

Pada sidang yang tertutup ini Setya sebagai pihak terlapor sempat

mempertanyakan legalitas Sudirman Said sebagai pelapor, selain itu Setya juga

memprotes pembicaraannya yang direkam saat bertemu dengan pengusaha M. Riza

Chalid dan Presiden Direktur PT. Freeport Indonesia Ma’roef Sjamsoeddin. 54 Sidang

kembali tertunda tanpa ada putusan yang diambil, pada tanggal 14 Desember menteri

koordinator bidang politik, hokum dan HAM (Menkopolhukam) Luhut Binsar

Pandjaitan diperiksa oleh Majelis MKD karena namanya juga ikut disebut sebanyak

66 kali dalam rekaman percakapan antara Setya Novanto, M. Riza Chalid dan

Ma’roef Sjamsoeddin.

Setelah memeriksa dan meminta keterangan Menkopolhukam, MKD kembali

menggelar sidang pada tanggal 16 Desember 2015 dengan agenda pembacaan

putusan dari seluruh anggota MKD yang berjumlah 17 orang atas kasus “Papa Minta

Saham” di gedung DPR secara terbuka. Seluruh anggota MKD menyatakan Setya

Novanto bersalah dan telah terbukti melakukan pelanggaran etika. Namun beratnya

sanksi yang dibebankan kepada Setya Novanto bervariasi. 10 anggota MKD

memberikan sanksi sedang kepada Setnov dan sisanya 7 orang memberikan sanksi

berat. Sanksi sedang adalah pencopotan dari posisi ketua DPR dan sanksi berat yaitu

pemberhentian dari keanggotan DPR. 55

54 Artikel dikutip dari http://www.merdeka.com/peristiwa/kronologis-lengkap-kasus-papa-

minta-saham-sampai-bikin-setnov-mundur.html diakses pada 1 Agustus 2016 pukul 09:34 WIB 55 Artikel dikutip dari http://news.detik.com/berita/3097875/hasil-akhir-10-anggota-mkd-

minta-sanksi-sedang-7-sanksi-berat-untuk-novanto diakses pada 1 Agustus 2016 pukul 10:13 WIB

Page 69: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

58

No. Nama Anggota MKD Fraksi Putusan Jenis Sanksi

1. Darizal Basir Demokrat Bersalah Sedang

2. Guntur Sasono Demokrat Bersalah Sedang

3. Risa Mariska PDIP Bersalah Sedang

4. Dimyati Natakusumah PPP Bersalah Berat

5. Maman Imanulhaq PKB Bersalah Sedang

6. Viktor Lasikodat NasDem Bersalah Sedang

7. Prakosa PDIP Bersalah Berat

8. Sukiman PAN Bersalah Sedang

9. A Bakri PAN Bersalah Sedang

10. Sufmi Dasco Ahmad Gerindra Bersalah Berat

11. Supratman Gerindra Bersalah Berat

12. Adies Kadir Golkar Bersalah Berat

13. Ridwan Bae Golkar Bersalah Berat

14. Sarifuddin Sudding Hanura Bersalah Sedang

15. Junimart Girsang PDIP Bersalah Sedang

16. Surahman Hidayat PKS Bersalah Sedang

17. Kahar Muzakir Golkar Bersalah Berat

Sebelum pembacaan putusan, Setya Novanto mengirimkan surat yang

menyatakan pengunduran dirinya sebagai ketua DPR RI periode 2014-2019 dan telah

Page 70: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

59

dibacakan saat sidang pengambilan putusan oleh anggota MKD di gedung DPR RI

secara terbuka. Dengan adanya surat pengunduran diri ini MKD menutup jalannya

persidangan dan juga menutup kasus dugaan pelanggaran kode etik oleh Setya

Novanto tanpa mengeluarkan putusan apapun.

C. Analisis Penyelesaian MKD Terhadap Kasus Setya Novanto

Melihat dan memahami kasus “Papa Minta Saham” dan bagaimana MKD

bersikap dan berperan selaku alat kelengkapan DPR RI yang bertugas dan berwenang

untuk menangani kasus pelanggaran etik oleh setiap anggota DPR penulis menyimak

dan mendapati beberapa poin atau masalah yang terdapat dalam penyelesaian kasus

ini. Sebelumnya telah diketahui Setya Novanto adalah ketua DPR RI periode 2014-

2019 oleh karena statusnya sebagai ketua sudah pasti Setya Novanto juga merupakan

anggota dari DPR RI. Dalam kasus ini Setya Novanto dianggap melakukan

pelanggaran kode etik. Sebelum menganalisis lebih jauh, penulis ingin

menyampaikan apa yang dimaksud dengan kode etik. Sebagaimana pengertian yang

tertuang pada pasal 1 ayat (1) Keputusan DPR RI tentang Kode Etik DPR RI, Kode

etik DPR adalah:

Kode Etik DPR ialah norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis dengan peraturan perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh Anggota DPR RI

Kode etik adalah kristalisasi dari hal-hal yang biasanya sudah dianggap baik

menurut pendapat umum serta didasarkan atas kepentingan profesi yang

bersangkutan. Jadi kode-kode etik tersebut pada dasarnya dimaksudkan untuk

Page 71: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

60

mencegah kesalahpahaman dan konflik.56 Kaitan Kode Etik DPR RI dengan kasus ini

adalah karena Setya Novanto dianggap melakukan pelanggaran kode etik DPR RI

karena terbukti meminta sejumlah saham kepada presiden direktur PT. Freeport

Indonesia, Ma’roef Sjamsoeddin. Untuk lebih jelas apa yang dilanggar oleh Setya

Novanto, penulis memaparkan Pasal 11 Keputusan DPR RI tentang Kode Etik yang

berbunyi: “Anggota dilarang menerima imbalan atau hadiah dari pihak lain sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.”

Jika dilihat pada pasal tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang anggota

DPR dilarang menerima imbalan atau hadiah dari pihak lain. Ini tentu berlawanan

dengan apa yang telah dilakukan oleh Setya Novanto, jika dalam Pasal 11 Keputusan

DPR RI tentang Kode Etik sudah sangat jelas melarang anggota untuk menerima

imbalan atau hadiah dari lain apalagi sampai meminta jatah pada sebuah perusahaan

seperti PT. Freeport Indonesia. Untuk lebih memperjelas dan memperkuat argumen

penulis bahwa sikap Setya Novanto yang meminta jatah persenan kepada PT.

Freeport Indonesia juga menyalahi kode etik DPR RI terdapat pada Pasal 14 yang

berbunyi bahwa:

Anggota dilarang menggunakan jabatannya untuk mencari kemudahan dan keuntungan pribadi, sanak famili, dan kroninya yang mempunyai usaha atau melakukan penanaman modal dalam suatu bidang usaha.” dan Pasal 17 ayat (2) “Anggota tidak diperkenankan melakukan hubungan dengan mitra kerjanya dengan maksud meminta atau menerima imbalan atau hadiah untuk kepentngan pribadi.

56 E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum Norma-Norma Bagi Penegak Hukum, (Yogyakarta:

Kanisius, 1995), h. 36

Page 72: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

61

Setelah mengemukakan kesalahan dan pelanggaran yang telah dilakukan

Setya vc Novanto, penulis menganalisis lebih dalam lagi tentang mekanisme

penyelesaian kasus MKD terhadap kasus ini. Dalam menyelesaikan kasus Setya

Novanto MKD beberapa kali menggelar sidang, ada yang bersifat secara tertutup dan

ada pula sidang yang dilaksanakan terbuka. Pemilihan sifat sidang secara terbuka atau

tertutup memang menjadi kewenangan MKD untuk menentukan sebagaimana

tertuang dalam Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3) yang

berbunyi: “Sidang Mahkamah Kehormatan Dewan bersifat tertutup.”

MKD dalam menggelar sidang untuk memeriksa Setya Novanto selaku pihak

terlapor menggelar sidang secara tertutup, namun disisi lain MKD menggelar sidang

secara terbuka dalam memeriksa pihak lain seperti Sudirman Said yang berstatus

sebagai pelapor, Ma’roef Sjamseoddin dan Luhut Binsar sebagai saksi. Pada titik itu,

pilihan melaksanakan sidang terhadap Setya Novanto secara tertutup sangat

merugikan kepentingan masyarakat. Bagaimanapun, dengan sidang tertutup bagi

Setya Novanto, masyarakat menjadi kehilangan kesempatan mereka untuk melihat

secara langsung bagaimana pembelaan mantan ketua DPR ini terhadap laporan

Sudirman Said. Sekiranya sidang Setya Novanto dilakukan secara terbuka,

Page 73: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

62

masyarakat tentu dapat melihat bagaimana sikap anggota MKD terhadap orang

nomor satu di Senayan ini.57

Jika melihat Pasal 132 UU MD3 yang menyatakan sidang MKD dilakukan

secara tertutup maka MKD telah melakukan tugasnya dengan benar saat menggelar

sidang mendengarkan keterangan dari Setya Novanto, tetapi timbul pertanyaan saat

MKD menggelar sidang untuk memeriksa pihak-pihak lain dimana MKD menggelar

sidang secara terbuka. Dengan sikap MKD yang tidak stabil atau “plin-plan” ini dapat

kita lihat bahwa sesungguhnya MKD tidak menegakkan etika secara utuh tetapi justru

unsur politik yang dikedepankan.

Lebih dalam lagi, dalam Peraturan DPR RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang tata

cara beracara MKD pasal 15 ayat (2) tertulis dengan jelas bahwa Sidang MKD

bersifat tertutup, kecuali dinyatakan terbuka oleh Sidang MKD. Namun kemudian

kembali timbul pertanyaan kenapa hanya Setya Novanto saja yang notabene adalah

ketua DPR RI periode 2104-2019 yang sidangnya dilakukan secara tertutup

sedangkan pihak-pihak lain digelar secara terbuka? Terlihat jelas unsur-unsur lain

masih ada terlebih unsur politik masih kental dalam penegakkan hukum di negeri ini

terlebih saat para pemimpin yang berperkara. Masyarakat pada umumnya tentu ingin

melihat dan mengetahui bagaimana sidang berlangsung terhadap orang yang

memegang tampuk kekuasaan paling tinggi di lembaga legislatif itu.

57 Saldi Isra, “Manuver Mahkamah Kehormatan DPR”, artikel diakses dari

https://www.saldiisra.web.id/index.php/tulisan/artikel-koran/26-mediaindonesia/609-manuver-mahkamah-kehormatan-dpr.html pada 3 agustus 2016 pukul 02:29 WIB

Page 74: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

63

Pada dasarnya dalam menangani kasus pelanggaran kode etik yang dilakukan

oleh anggota DPR RI memang menjadi kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan

untuk memutus dan menyelesaikan perkara. Namun masyarakat secara luas tentunya

berharap dan menginginkan penyelesaian kasus yang dilakukan oleh para wakil

mereka dilaksanakan secara adil dan tanpa ada unsur-unsur lain yang

dipertimbangkan untuk menyikapi setiap kasus. Terlebih ini merupakan kasus

nasional yang melibatkan seorang ketua dari Dewan Perwakilan Rakyat.

Penulis juga tidak memungkiri bahwa selalu ada unsur politik dalam setiap

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pihak yang berwenang atau para

penguasa di negeri ini. Namun, hal itu justru menjadikan kekuasaan tidak berjalan

sepenuhnya, keadilan tidak dapat ditegakkan dengan setegak-tegaknya, dan

penyelewengan kekuasaan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan dan

akibatnya dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap MKD ataupun

penegak hukum lain di negeri ini. Dalam penyelesaian kasus nasional ini MKD pun

tak lepas dari unsur-unsur tersebut. Salah satu kata kunci yang memungkinkan MKD

berhasil: semua anggota MKD harus membuktikan diri terlepas dari kendali fraksi

dan partai politik masing-masing.58

Pada saat MKD menggelar sidang untuk meminta keterangan Setya Novanto,

Ketua DPR RI periode 2014-2019 itu juga sempat memprotes perihal pengaduan

pelanggaran kode etik terhadap dirinya dan menanyakan legal standing menteri

58 Saldi Isra, “Merusak Kehormatan DPR”, artikel diakses dari

https://www.saldiisra.web.id/index.php/tulisan/artikel-koran/11-artikelkompas/607-merusak-kehormatan-dpr.html pada 3 Agustus 2016 pukul 02:41 WIB

Page 75: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

64

ESDM Sudirman Said sebagai pihak pelapor. Untuk meluruskan hal ini peneliti

berpendapat bahwa legalitas Sudirman Said sebagai pelapor dapat dikatakan

memenuhi syarat atau sah. Jabatannya sebagai seorang menteri ESDM seharusnya tak

perlu dipertanyakan lagi. Dengan jabatan menteri memang Sudirman Said berada

dalam pihak eksekutif dalam sistem pemerintahan Indonesia.

Namun kita dapat melihat lebih dalam tentang pihak pelapor dalam setiap

kasus pelanggaran kode etik oleh setiap anggota DPR. Pasal 126 ayat (1) UU MD3

Tahun 2014 menjelaskan dengan rinci tentang siapa saja yang dapat melakukan

pengaduan kepada MKD

1) Pengaduan kepada Mahkamah Kehormatan Dewan dapat disampaikan oleh: a. pimpinan DPR atas aduan anggota DPR terhadap anggota DPR; b. anggota DPR terhadap pimpinan DPR atau pimpinan alat

kelengkapan DPR lainnya; dan c. masyarakat secara perseorangan atau kelompok terhadap anggota

DPR, pimpinan DPR, atau pimpinan alat kelengkapan DPR lainnya.

Selain itu, Peraturan DPR RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara

Beracara MKD juga menjelaskan hal yang sama pada pasal 5 ayat (1) yang berbunyi:

1) Pengaduan kepada MKD dapat disampaikan oleh: a. Pimpinan DPR atas aduan Anggota terhadap Anggota; b. Anggota terhadap Pimpinan DPR atau Pimpinan AKD; dan/atau c. masyarakat secara perseorangan atau kelompok terhadap Anggota,

Pimpinan DPR, atau Pimpinan AKD.

Dari kedua peraturan tersebut dapat kita lihat dan kita pahami bahwa legalitas

Sudirman Said sebagai pelapor seharusnya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi oleh

Setya Novanto kepada Majelis Mahkamah Kehormatan Dewan. Meskipun Sudirman

Said menampu jabatan sebagai menteri ESDM tak menghalanginya untuk

Page 76: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

65

melaporkan Setnov kepada MKD karena beliau juga merupakan masyarakat secara

perseorangan. Dengan begitu, dapatlah dikatakan atau ditentukan bahwa Sudirman

Said memegang legalitas sebagai pelapor pada kasus ini.

Dari kasus ini penulis juga mengamati dan meneliti bagaimana penyelesaian

kasus yang diambil oleh MKD. Seperti yang kita ketahui bersama dan telah penulis

sampaikan sebelumnya bahwa kasus ini diselesaikan atau ditutup oleh MKD setelah

menerima surat pengunduran diri dari pihak teradu yaitu Setya Novanto tanpa

mengeluarkan putusan apapun. Hal ini terasa aneh dan sangat mengganjal, bagaimana

mungkin sebuah alat kelengkapan dari sebuah lembaga tinggi negara tidak dapat

mengeluarkan putusan apapun terhadap kasus yang melibatkan seorang ketua DPR.

Sudah jelas tertera dalam beberapa peraturan yang mengatur kewenangan

MKD untuk mengeluarkan putusan dalam setiap kasus yang ditangani seperti UU

MD3 maupun Peraturan DPR RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Beracara

MKD. Dalam UU MD3 Tahun 2014 Pasal 146 ayat (1) dan (2) yangmenyebutkan:

1) Putusan dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat.

2) Dalam hal pengambilan putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, putusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

Atau dalam Tata Cara Beracara MKD Pasal 58 ayat (1) dan (2) yang

menyebutkan hal yang sama, yang berbunyi:

1) Pengambilan putusan dalam Rapat MKD diambil dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat.

2) Dalam hal pengambilan putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

Page 77: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

66

Dalam penjelasan kedua Pasal tersebut dapat dipahami bahwa seharusnya

MKD mengeluarkan putusan tentang kasus ini. Namun yang terjadi dalam kasus ini

tidak ada putusan apapun yang keluar oleh MKD untuk menyelesaikan kasus ini.

MKD justru menutup kasus ini setelah menerima surat pengunduran diri dari Setya

Novanto. Bagi masyarakat luas kasus ini belum selesai sampai adanya putusan yang

pasti, final dan mengikat. Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan DPR RI tentang

Tata Cara Beracara MKD Pasal 56 ayat (4): “Putusan MKD bersifat final dan

mengikat, kecuali mengenai putusan pemberhentian tetap anggota.”

Dengan penerimaan surat pengunduran diri yang diterima oleh MKD dari

Setya Novanto seharusnya tidak menghalangi tugas dan kewenangan MKD untuk

menyelesaikan kasus ini dengan sebuah putusan. Karena putusan yang dikeluarkan

oleh MKD dengan surat pengunduran diri dari Setya Novanto adalah dua hal yang

berbeda, sebagaimana pendapat yang diungkapkan oleh peneliti dari Pusat Kajian

Anti Korupsi (Pukat) Hifdzi Amil.

"Saya garis bawahi, penyampaian keputusan dan pengunduran diri Setya

Novanto dari ketua DPR adalah dua hal yang sangat berbeda,"59

Lanjut, ia juga berpendapat:

"Kalau pengunduran diri dari posisi Ketua DPR itu urusan pribadi. Mau

mundur silakan, gak juga silakan. Gak ada kaitannya dengan sidang etik. Jadi tidak

pernah akan ketemu, apakah Setya Novanto melanggar etik atau tidak,"60

59 Artikel dikutip dari https://nasional.tempo.co/read/news/2015/12/17/078728457/tak-ada-

putusan-pengamat-sidang-mkd-hanya-dagelan diakses pada 3 Agustus 2016 pukul 02:17 WIB

Page 78: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

67

Selain Hifdzi Amil, pakar hukum tata negara Universitas Andalas Saldi Isra

berpendapat hal tersebut tidak dapat dijadikan sebagai putusan MKD untuk menutup

jalannya proses persidangan dari kasus “papa minta saham” ini, beliau mengatakan:

“…Meskipun semua anggota Mahkamah Kehormatan DPR (MKD)

menyatakan tokoh berpengaruh Partai Golkar itu melanggar kode etik, putusan

tersebut bukanlah sikap MKD sebagai sebuah institusi. Dalam posisi sebagai

mahkamah penegakan etik, menjadi sulit diterima akal sehat proses persidangan

selesai setelah setiap anggota membacakan pendapat masing-masing.”61

Penulis pun sependapat dengan pernyataan dari dua tokoh tersebut, karena

sejatinya dalam sebuah persidangan apapun itu jenisnya haruslah dikeluarkan sebuah

putusan untuk menyelesaikan sebuah perkara. Karena itulah hakikatnya dibentuk

sebuah persidangan yaitu untuk menentukan seseorang bersalah atau tidak dengan

sebuah putusan. Oleh karena itu, berkaca pada kasus ini, dapat dikatakan MKD tidak

menegakkan penegakkan etika secara utuh. Karena tak ada putusan apapun yang

keluar dari MKD selaku lembaga yang berwenang untuk mengadili perkara

pelanggaran kode etik seperti ini. Tak hanya MKD, sikap Setya Novanto yang

melanggar kode etik pun bukan sikap yang patut ditunjukkan oleh seorang wakil

rakyat yang mendapat amanat untuk mewakili rakyat. Karena menjadi seorang wakil

tidak hanya memegang amanat terhadap diri sendiri dan profesi nya tetapi juga

bertanggung jawab atas rakyat yang diwakilinya.

60 Artikel dikutip dari https://nasional.tempo.co/read/news/2015/12/17/078728457/tak-ada-

putusan-pengamat-sidang-mkd-hanya-dagelan diakses pada 3 agustus 2016 pukul 02:17 WIB 61 Saldi Isra, “Manuver di Penghujung Tahun”, artikel diakses dari

https://www.saldiisra.web.id/index.php/tulisan/artikel-koran/26-mediaindonesia/611-manuver-di-penghujung-tahun.html pada 3 agustus 2016 pukul 02:55 WIB

Page 79: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

68

Kiranya jelas bahwa dengan adanya amanat yang menyangkut perlindungan

nasib seseorang tadi, tanggung jawab yang berat diletakkan di atas bahu anggota

profesi hukum yang bersangkutan. Ia tidak saja menyangkut amanat kepercayaan

yang menyangkut kepentingan pribadi. Bila dilihat dalam rangka menegakkan hukum

sebagai suatu urusan yang menyangkut kepentingan umum, maka tanggung jawab itu

pada hakikatnya juga merupakan amanat kepercayaan yang menyangkut kepentingan

umum.62 Sikap Setya Novanto tersebut selaku seorang pemimpin dari lembaga

perwakilan rakyat dapat dikatakan tidak efektif. Setiap kepemimpinan yang efektif

harus memperhitungkan social basis (sandaran-sandaran kemasyarakatan atau

hubungan dengan masyarakat) apabila tidak menghendaki timbulnya ketegangan-

ketegangan atau setidak-tidaknya terhindar dari pemerintahan boneka belaka.63

Kembali kepada MKD, sikap MKD yang menutup kasus ini tanpa

mengeluarkan putusan tidak hanya menyakiti hati masyarakat secara umum, namun

juga melanggar ketentuan peradilan dalam Islam. Allah berfirman dalam Al-Qur’an

surat Al-Ma’idah ayat 42 sebagai berikut:

نـهم فاحكم جاءوك فإن للسحت أكالون للكذب مساعون أو بـيـهم أعرض فاحكم حكمت وإن شيئا يضروك فـلن عنـهم تـعرض وإن عنـ

“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka;

62 Prof. Drs. C.S.T. Kansil S.H dan Christine S.T. Kansil, S.H, M.H, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2006), H. 10-11.

63 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada: 2007), h. 255.

Page 80: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

69

jika kamu berpaling dari mereka Maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. dan jika kamu memutuskan perkara mereka, Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.”

Firman Allah tersebut seakan menguatkan dan menekankan bagi kita untuk

dapat memutuskan sebuah perkara dengan adil bukan hanya menyelesaikan perkara

tanpa ada sebuah putusan apapun. Selain itu, Allah juga berfirman kepada kita untuk

dapat memutuskan sebuah perkara secara adil karena adil adalah syarat mutlak bagi

seoang saksi. Allah berfirman tentang keadilan bagi seorang saksi:

◌ا أيـها الذين آمنوا كونوا قـوامني بالقسط شهداء لله ولو على أنـفسكم أو يا فالله أو بما فال تـتبعوا اهلوى أن تـع دلوا الوالدين واـقـربني إن يكن ننياا أو فق

اوإن تـل ووا أو تـعرضوا فإن الله كان مبا تـعملون خب Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-

benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biar pun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau pun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa [4]: 135).

Kedua firman Allah ini telah menjadi perintah bagi setiap saksi untuk dapat

memberikan kesaksiannya dan memutuskan suatu perkara secara jujur dan adil. Suatu

hal yang sepatutnya dapat dilakukan oleh setiap saksi yang memberikan kesaksiannya

dalam sebuah peradilan terlebih lagi apabila seorang wakil rakyat yang menjadi

seorang saksi tentu harus memberikan kesaksian seadil-adilnya dalam setiap

peradilan agar dapat ditiru oleh rakyatnya. Karena pada hakikatnya bertindak adil

merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Sikap tersebut wajib dilakukan terhadap

Page 81: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

70

siapapun, termasuk diri sendiri, orang tua, dan kerabat. Baik terhadap orang kaya

maupun orang miskin. Sikap ini dilakukan seorang Muslim, ketika dia menjadi saksi

maupun menjadi qadhi (hakim yang memutuskan sebuah perkara berdasarkan syariat

islam).64 Dalam semua keadaan itu, sikap adil harus tetap adil.

64 Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Qadi diakses pada 11 September 2016 pukul 09:52 WIB

Page 82: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penjelasan dari bab 1 sampai bab 4 maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Mahkamah Kehormatan Dewan merupakan alat kelengkapan DPR RI yang

bersifat tetap dan bertujuan untuk menjaga citra serta kehormatan DPR dimata

masyarakat. Oleh karena itu kedudukan dan wewenang MKD dalam

menangani kasus ini sudah jelas sebagaimana terdapat pada pasal 119 ayat (1)

dan (2) Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang

MPR, DPR, DPD dan DPRD atau UU MD3 yang menyatakan bahwa

Mahkamah Kehormatan Dewan dibentuk oleh DPR dan merupakan alat

kelengkapan yang bersifat tetap. (1) dan Mahkamah Kehormatan Dewan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan menjaga serta menegakkan

kehormatan serta keluhuran martabat DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat

(2). Dengan adanya peraturan yang memayungi kewenangan tersebut dapat

disimpulkan bahwa MKD berwenang dalam menangani dan menyelesaikan

kasus Setya Novanto.

2. Mekanisme penyelesaian yang dilakukan oleh MKD dalam kasus pelanggaran

kode etik yang menyangkut anggota DPR RI Setya Novanto adalah melalui

Page 83: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

72

beberapa kali persidangan dan pada sidang terakhir sebelum seluruh anggota

MKD mengeluarkan pendapat dan putusan masing-masing, MKD menerima

surat pengunduran diri dari Setya Novanto sebagai ketua DPR RI periode

2014-2019. Setelah menerima surat pengunduran diri tersebut MKD langsung

menutup kasus ini tanpa mengeluarkan putusan apakah Setya Novanto

bersalah dan pantas diberikan sanksi atau tidak.

3. Meskipun ada beberapa peraturan yang mengatur tentang kewenangan MKD

namun dalam implikasinya penyelesaian kasus ini masih jauh dari harapan

bahkan dapat dikatakan tidak sempurna karena tidak ada putusan yang

dikeluarkan oleh MKD mengenai kasus ini. Sehingga tidak ada bukti otentik

atau bukti nyata secara sah apakah Setya Novanto melakukan pelanggaran

etik atau tidak. Hal ini tentu tidak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang kewenangan MKD untuk memberikan

putusan.

B. Saran

Setelah melihat dan memahami kasus Setya Novanto atau kasus “papa minta

saham” ini penulis memiliki beberapa saran yang ingin disampaikan terkait dengan

Kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (Studi Kasus Setya Novanto Ketua DPR RI

periode 2014-2019). Seorang anggota DPR merupakan cerminan dari rakyat. Oleh

karena itu setiap tindakan atau tingkah laku dari seorang anggota DPR pasti menjadi

sorotan dari masyarakat. Apalagi seorang Ketua dari salah satu lembaga negara yang

Page 84: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

73

memiliki peran sentral dalam bidang legislatif ini. Tentunya dengan jabatan sebagai

seorang ketua DPR berarti memiliki tanggung jawab yang lebih besar daripada

anggota yang lain.

Penulis memberi saran dan berharap agar kedepannya tidak ada lagi kasus

pelanggaran kode etik semacam ini yang melibatkan anggota DPR ataupun Ketua

DPR. Karena bagaimanapun DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang harus

menjaga citra dan kehormatannya tanpa harus diadili terlebih dahulu. Masyarakat

akan selalu melihat dan menilai setiap kinerja anggota DPR dan sangat bergantung

pada MKD jika kasus seperti ini terulang lagi suatu saat nanti.

Page 85: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

74

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Aminy, Aisyah, Pasang Suurut Peran MPR-DPR 1945-2004, Jakarta, Yayasan Pancur Siwah, 2004.

Asshiddiqie, Jimly, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta, Setjen dan kepaniteraan MKRI, 2005.

_______, Hukum Tata Negara & Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta, Sinar Grafika, 2011.

_______, Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemen Dalam Sejarah Telaah Perbandingan Konstitusi Berbagai Negara, Jakarta, UI Press, 1996.

Ali, Ahmad, dkk. Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Jakarta, Kencana, 2012.

Arinanto, Satya dan Ninuk Triyanti, Ed, memahami hukum dari konstruksi sampai implementasi, Jakarta, Rajagrafindo persada, 2009.

Bako, Ronny, Rancangan Disertasi Untuk Ujian Pra Promosi, 2003.

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Fatwa, A.M., Potret Konstitusi Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta, Kompas, 2009.

__________, Melanjutkan Reformasi Membangun Demokrasi: Jejak Langkah Parlemen Indonesia Periode 1999-2004, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2004.

Formappi, Lembaga Perwakilan Rakyat dI Indonesia : Studi dan Analisis Sebelum dan Setelah Perubahan UUD 1945, Jakarta: Formappi, 2005.

Haramain, A. Malik & M.F. Nurhuda, Mengawal Transisi Refleksi Atas Pemantauan Pemilu ’99, Jakarta, Jaringan Masyarakata Pemantau Pemilu Indonesia Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (JAMPPI- PB PMII), 2000.

Huda, Ni’matul, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2010.

Page 86: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

75

____________, Ilmu Negara, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 1992.

Kantaparwira, Rusadi, dkk, Perihal Ilmu Politik, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007.

Katharina, Riris, ed., Kajian Terhadap Tata Tertib DPR RI, Jakarta, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jendral DPR RepublikIndonesia, 2008.

Mahmud Marzuki, Peter Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana, 2010.

Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, Jakarta, Badan Penerbit Iblam, 2006.

Muh Kusnardi, dkk. Ilmu Negara, Jakarta, Gaya Media Pratama, 1995.

Nurhasim Moch. & Ikrar Nusa Bakti, Sistem Presidensial dan Sosok Presiden Ideal, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009.

Purnama, Eddy, Lembaga Perwakilan Rakyat, Medan, Syah Kuala University Press, 2008.

Ranuwihardjo, A Dahlan, Format Lembaga Kepresidenan Menuju Demokratisasi Kehidupan Politik Dimasa Depan, Dalam Seminar Nasional, Borobudur Intel, Jakarta: Continental Hotel, 1998, h. 5

Reni Dwi Purnomowati, Implementasi SIstem Bikameral Dalam Parlemen Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers, 2005.

Romli, lili, ed., DPR RI Periode 2009-2014: Catatan Akhir Masa Bakti, Jakarta, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jendral DPR Republik Indonesia, 2013.

Salang, Sebastian, dkk, Menghindari Jeratan Hukum Bagi Anggota Dewan Jakarta, Forum Sahabat, 2009.

Sanit, Arbi, Perwakilan Politik Indonesia, Jakarta, CV. Rajawali, 1985.

Soekanto, Soerjono, dkk. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Jakarta, Rajawali Pers, 2011.

________, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2007.

Soemantri, Sri, dkk, Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia : 30 Tahun Kembali Ke Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1999.

Page 87: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

76

Sumaryono, E, Etika Profesi Hukum Norma-Norma Bagi Penegak Hukum, Yogyakarta, Kanisius, 1995.

Syafiie, Inu Kencana, Proses Legislatif, Bandung, Refika Aditama, 2014.

Tinjauan Kompas, Menatap Indonesia 2014 : Tantangan, Prospek Politik Dan Ekonomi Indoneisa. Jakarta, Buku Kompas, 2014.

Thompson, Brian, Textbook on Constitutional and Administrative Law, edisi ke-3, London, Blacksrone Press Ltd., 1997.

Wahyono, Padmo, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, Jakarta, Ghalisa Indonesia, 1983.

Yuhana, Abdy, Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945; Sistem Perwakilan di Indonesia dan Masa Depan MPR RI, Bandung, FOKUSMEDIA, 2007.

Al-Qur’an

QS. Al-Maidah (5) : 42

QS. As-Sajdah (32) :24

QS.An-Nisa (4):59

QS. An-Nisa (4): 135

Internet

www.idi.m.wikipedia.org diakses pada 12 Februari 2016

www.dpr.go.id diakses pada 29 Juli 2016

www.merdeka.com diakses pada 29 Juli 2016

www.detik.com diakses pada 30 Juli 2016

www.saldiisra.web.id diakses pada 3 agustus 2016

www.tempo.co.id diakses pada 3 Agustus 2016

Jurnal

Habibi, Nur, “Praktik Pengawasan Etika Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia” Jurnal Cita Hukum, Juni 2014.

Skripsi

Page 88: KEWENANGAN MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN ......Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam peradilan anggota DPR RI pada

77

Andriyani, Sri. “Kewenangan Legislasi Dewan Perwakilan Daerah Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD DAN DPRD.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitasa Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Berita Dalam Koran

Papa Minta Saham Topik Terpanas 2015, Republika. 23 Desember. 2015

Perundang-undangan

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Peraturan Tata Tertib (Tatib) DPR RI Tahun 2009.

Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 16/DPR RI/I/2004-2005 tentang Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (UU MD3).

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib.

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.