kewenangan desa
Transcript of kewenangan desa
-
8/10/2019 kewenangan desa
1/18
-
8/10/2019 kewenangan desa
2/18
Kewenangan merupakan hal yang penting dalam otonomi, yaitu
kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam
undang-undang ini disebutkan, bahwa pemerintah desa adalah penyelenggara
urusan pemerintahan desa, pelaksana pembangunan desa, pelaku pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pelaku pemberdayaan terhadap masyarakat desa
berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika serta
kepentingan masya rakat setempat. Esensi dari undang-undang ini sangat cocok
dengan apa yang sudah diterapkan di Malinau dalam program Gerakan Desa
Membangun (GERDEMA). Dalam konsep GERDEMA, masyarakat ditempatkan
sebagai kekuatan utama dalam pembangunan. Prinsip dasar GERDEMA adalah
memberi kepercayaan penuh kepada masyarakat, dalam hal ini pemerintah desa,
untuk mengelola dan mengurus rumah tangga desa untuk kesejahteraan rakyatnya.
Semangatnya sangat jelas, yaitu pemerintahan desa adalah otonom berdasarkan
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Bhinneka Tunggal Ika. Praktik otonomi inilah yang sebenarnya menunjukkan
semangat pembangunan yang sering disuarakan oleh para pemimpin dan
kebanyakan orang, yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Maka dari dalam makalah yang berjudul Pelaksanaan Kewenangan Desa
dalam Rangka mewujudkan Otonomi Desa (Implementasi Gerakan Desa
Membangun di kabupaten Malinau),saya akan membahas mengenai implementasi
pelaksanaan gerakan desa membangun yang merupakan salah satu kewenangan
pemerintah desa di kabupaten Malinau sebagai bentuk pelaksanaan otonomi desa,
dan sejauh mana program tersebut telah berjalan, sukses atau tidak.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi program Gerakan Desa Membangun di kabupaten
Malinau sebagai wujud otonomi desa?
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui implementasi pelaksanaan Gerakan Desa Membangun di Kabupaten
Malinau sebagai wujud otonomi desa.
-
8/10/2019 kewenangan desa
3/18
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Otonomi Daerah
Menurut asal katanya dalam Widjaya (2002 : 76) menyatakan bahwa :
Otonomi berasal dari bahasa yunani yaitu auto dan nomous yang berarti hak
untuk mengatur kepentingan sendiri dan urusan intern daerah atau organisasinya
menurut hokum sendiri dalam negeri, yaitu dalam hukum tata negara, otonomi
dalam batas tertentu dapat dimiliki wilayah-wilayah dari suatu negara.Pengertian
otonomi tersebut sangat mudah untuk dipahami menurut asal katanya
mengandung makna hak untuk mengatur pemerintahan sendiri.
Pengertian sederhana tentang otonomi daerah itu dijabarkan secara lebih
jelas dalam paparan Widjaya (2002 : 76) yaitu: Dalam bahasa Inggris, otonomi
atau autonomy berasal dari dua kata yaitu auto yang berarti sendiri dan nomoi
adalah undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi berarti mengatur
sendiri, sedangkan dalam bidang pemerintahan, otonomi diartikan mengatur dan
mengurus rumah tangga sendiri. Berdasarkan dua pengertian tentang otonomidaerah tersebut semakin memperjelas pemahaman terhadap makna otonomi
daerah.
Jadi dalam makalah ini yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah
kewenangan yang dimiliki oleh setiap daerah untuk mengatur dan mengelola
rumah tangganya sendiri sesuai kemampuan daerah dan peraturan perundang-
undangannya.
2.2 Desa
Menurut Undang Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah
desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional
-
8/10/2019 kewenangan desa
4/18
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalahkesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP 72/2005)
Desa, atau sebutan-sebutan lain yang sangat beragam di Indonesia, pada
awalnya merupakan organisasi komunitas lokal yang mempunyai batas-ba-tas
wilayah, dihuni oleh sejumlah penduduk, dan mempunyai adat-istiadat untuk
mengelola dirinya sendiri disebut denganself-governing community (Eko, 2008)
Dalam sistem pemerintahan yang diatur dalam Undang- Undang Nomor
32 Tahun 2004, digambarkan bahwa desa merupakan bagian dari struktur
pemerintahan daerah yang terbawah atau terendah yang berposisi sebagai daerah
otonom (dalam makna kewenangan mengatur dan mengurus rumah tangga
desanya).
2.3 Teori implementasi
Teor i M eril ee S. Grindle (1980 )
Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle ( 1980 ) dipengaruhi oleh
dua variabel besar, yakni isi kebijakan dan lingkungan implementasi.variabel isi
kebijakan ini mencakup:
Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat
dalam isi kebijakan.
Jenis manfaat yang diterima oleh target group.
Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan.
Apakah letak sebuah program sudah tepat.
Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan
rinci, dan
Apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.
-
8/10/2019 kewenangan desa
5/18
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pelaksanaan Kewenangan Desa dalam Rangka Mewujudkan Otonomi Desa
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dengan tegas
menempatkan pemerintahan desa sebagai penyelenggara kepentingan rakyat.
Sebuah formulasi hukum yang tepat untuk memosisikan pemerintahan desa pada
tempat yang tepat. Namun, harus dicermati pula peraturan di bawahnya yang
menjadi pedoman pelaksanaan undang-undang tersebut. Dalam pasal 18
disebutkan bahwa kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.
Kewenangan inilah hal yang penting dalam otonomi, kewenangan desa
merupakan hak yang dimiliki desa untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri. Di berbagai daerah banyak permasalahan yang muncul terkait
kewenangan. Selain itu kondisi daerah pun juga terkadang menjadi hambatandalam pelaksanaan kewenangan desa.
Dengan disahkannya UU desa yang baru pada tahun 2014 ini maka
kewenangan desa dalam mengelola desanya sendiri menjadi semakin kiat karena
telah ada UU khusus yang mrngaturnya. Maka dari itu banyak desa atau daerah
yang mulai melakukan inovasi kebijakan pembangunan yang mana hal tersebut
tentunya harus disesuaikan dengan potensi desa masing masing. Hal inilah yang
mulai diterapkan di desa- desa kabupaten Malinau. Dengan mengeluarkan
program GERDEMA (Gerakan Desa Membangun). GERDEMA juga merupakan
suara dan cermin ketulusan hati dan itikad positif seorang pemimpin yang percaya
kepada rakyatnya. Percaya dengan menyerahkan urusan dan kewenangan kepada
masyarakat atau pemerintah desa untuk mengubah nasib mereka sendiri, dengan
tangan mereka sendiri.
-
8/10/2019 kewenangan desa
6/18
Apa yang dilakukan oleh pemerintah Malinau ini merupakan cerminan
pelaksanaan kewenangan desa dalam rangka mewujudkan otonomi desa.
3.2 Program Gerakan Desa Membangun
GERDEMA (Gerakan Desa Membangun) tergolong sebuah inovasi karena
belum pernah dilakukan sebelumnya oleh pemerintahan manapun. Itulah
sebabnya, pada 2013 lalu, konsep GERDEMA di Malinau termasuk dalam
penerima penghargaan Innovative Government Award dari Kementerian Dalam
Negeri. GERDEMA memang berbeda dibanding konsep pembangunan selama ini.
GERDEMA menjadikan desa sebagai pusat aktivitas pemerintahan, kegiatan
pembangunan, dan pelayanan publik. Pemerintah Kabupaten Malinau membangun
dan membentuk sumber daya manusia desa, menyerahkan berbagai urusan kepada
desa dan menyediakan dana untuk dikelola desa dengan nominal sebesar Rp1,2
miliar pada 2014. Pemda juga memberikan kesempatan secara luas kepada desa
untuk menggali sumber pendapatan asli desa untuk kepentingan desa mereka.
Prinsip dasar GERDEMA bertumpu pada kekuatan rakyat, yaitu
bertumbuhnya gerakan masyarakat, yang lahir dari masyarakat desa. Wujud dari
harapan dan kehendak rakyat yang diformulasikan dalam langkah kebijakan
strategis desa.
Gerakan Itu Berasal dari Rakyat
Masyarakat terlibat langsung melakukan evaluasi, pemetaan, dan
mengartikulasikan potensi serta permasalahan di desa untuk ditetapkan sebagai
materi perencanaan melalui mekanisme kerja Lembaga Pemberdayaan dan
Partisipasi Pembangunan Masyarakat Desa (LP3MD). Masyarakat Desa dalam
filosofi pembangunan nasional merupakan objek pembangunan, sehingga
sesungguhnya mereka menjadi titik awal yang baik untuk memulai sebuah upaya
untuk mewujudkan pembangunan nasional. Benang merah dari sasaran
pembangunan yang akan dilaksanakan haruslah konsisten berkorelasi kuat dengan
proses untuk mencapai tujuan. Prinsip dasarnya adalah bahwa yang ingin kita
capai harus menjadi bagian dari proses. Rakyat adalah objek dari pembangunan
dan oleh karenanya harus menjadi titik awal dari semua gerak dan proses yang
-
8/10/2019 kewenangan desa
7/18
akan dilakukan dan terpelihara secara baik dalam mekanisme perencanaan dan
pelaksanaannya.
Gerakan Itu Dilakukan oleh Rakyat
Apa yang direncanakan dan ditetapkan sebagai kegiatan pembangunan
desa, semuanya dilakukan oleh seluruh masyarakat desa. Mereka memahami
konteks masalahnya, maka dengan mudah mereka memahami kekuatan dan
kelemahannya. Mereka juga akan mudah menanganinya sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, tentu akan sangat mudah pula
untuk menggugah semangat mereka melibatkan diri dan lebih mudah bagi mereka
untuk turut berpartisipasi secara langsung dan aktif dalam pelaksanaannya.
Gerakan Itu Menghasilkan Manfaat untuk Masyarakat Desa
Seluruh perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat desa sendiri. Mereka sangat paham dan
mengerti terhadap kebutuhan dasarnya, sehingga perencanaan yang dilakukan
tentu di arahkan untuk menangani dan mengeksplorasi kebutuhan mereka.
Semuanya pasti dapat dinikmati secara langsung oleh rakyat Kabupaten Malinausendiri. Setiap desa memiliki kebutuhan yang beragam dan sering kali tidak sama
antara satu desa dengan desa lainnya. Maka, hasil pembangunan tidak bisa diukur
dengan indikator sama. Masyarakat setempatlah yang dapat mengukur tingkat
keberhasilan pembangunan yang sudah mereka jalankan. Mereka tahu dan
merasakan sendiri, sehingga jika ada kekeliruan mereka bisa langsung
memperbaikinya pada perencanaan pembangunan berikutnya.
Ukuran keberhasilan GERDEMA di Malinau yaitu terpenuhinya kebutuhan
dan keinginan warga sebenarnya, keinginan warga desa sangat sederhana, yaitu
pemenuhan kebutuhan dasar. Secara umum, penentuan strategi pembangunan
harus berdasarkan pada tingkat kepuasan dasar masyarakat, yaitu:
Rasa bangga
Rasa senang
Rasa nyaman
-
8/10/2019 kewenangan desa
8/18
Rasa keindahan
Rasa sehat (kesehatan)
Rasa pintar (pendidikan)
Rasa tertib (keamanan).
Nilai-nilai utama yang menciptakan dan memperkuat kepemimpinan GERDEMA
adalah:
1. Nilai Kecerdasan Spiritual
Mengandung makna kesempurnaan akal budi seseorang dan kepedulian
antar sesama manusia serta alam sekitarnya berdasarkan keyakinan akan adanya
Tuhan Yang Maha Esa. Nilai kerohanian dilandasi oleh keyakinan dankepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mengajarkan hakikat
kebenaran, cinta kasih, damai sejahtera, dan keilahian.GERDEMA merupakan
aktivitas masyarakat yang memerlukan arahan dan binaan dari pemimpin yang
memiliki kecerdasan spiritual. Sebuah kecerdasan yang harus diimplementasikan
sebagaimana yang tersirat dalam sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha
Esa. Kesadaran akan kebesaran Tuhan inilah yang sesungguhnya menjadi
kekuatan membangun kapasitas diri seseorang. Seorang pemimpin harus sadar
sepenuhnya bahwa apa yang ada pada dirinya adalah anugerah dari Tuhan.
Dengan demikian, gerak dan langkah pembangunan akan menjadi lebih positif,
kuat, dan terarah kepada harapan dan tujuan yang ingin diwujudkan secara
bersama.
2. Nilai Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional menyangkut tingkat kesempurnaan hati dan
kepedulian terhadap sesama manusia dan alam sekitarnya. Nilai ini menjadi
kekuatan yang sangat besar dan penting pada
diri seorang pemimpin untuk membangun komunikasi antar personal. Kecerdasan
emosional memiliki dampak yang sangat besar dalam memengaruhi tingkat
kinerja.
Oleh karena itu, kondisi emosional ini sangat penting untuk dimiliki,
dibangun, dan dikuasai dengan baik oleh para pemimpin dan bahkan segenap
anggota. Tingkat kecerdasan emosional akan menciptakan perilaku bijak dan
mendorong semangat produktif setiap individu dalam organisasi. Terlebih
-
8/10/2019 kewenangan desa
9/18
terhadap masyarakat yang berbudaya dan beradab, setiap pemimpin mutlak harus
memiliki kekuatan emosional yang baik dan humanis, karena hanya dengan
kekuatan kecerdasan emosional yang baiklah akan lahir dan mampu
menggerakkan spontanitas serta ketulusan dari masyarakatuntuk berpartisipasi
dalam pembangunan.
3. Nilai Kecedasan Intelektual
Aktivitas suatu organisasi sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh tingkat
intelektualitas anggota organisasi tersebut. Sama halnya dengan masyarakat yang
level aktivitasnya sangat ditentukan oleh kemampuan inteletual yang dimilikinya.
Kemampuan rekayasa dan desain struktur, bahkan terbentuknya suatu tatanan
serta sistem sosial yang baik, sangat ditentukan oleh kapasitas intelektual dalam
organisasi dan masyarakat. Kecerdasan intelektual ini juga sangat penting dalam
mewujudkan keberhasilan GERDEMA. Kondisi ketidakmampuan intelektual
inilah yang selama ini menjadi keraguan dan ketidakyakinan pemerintah tingkat
atas kepada desa untuk menjalankan program pembangunan. Apalagi untuk
memberikan kepercayaan berupa tanggung jawab pengelolaan dana dalam jumlah
besar. Kondisi masyarakat yang tidak mampu ini sebenarnya sudah berlangsung
lama. Walaupun sangat sadar akan kondisi ini, kita tidak pernah berupaya secara
serius untuk mengatasai permasalahan ketidakmampuan ini dengan cara yang
tepat.
Hal inilah yang dengan tegas dan serius dilakukan dalam GERDEMA,
yaitu semangat pemberdayaan untuk memampukan masyarakat desa. Pemerintah
daerah melalui Satuan Kerja Perngkat Daerah dan lembaga terkait serta Satuan
Tugas (satgas) GERDEMA, memberikan pembinaan, bimbingan, dan berbagai
kemampuan teknis administratif dan kepemerintahan serta keterampilan lainnyaagar masyarakat desa menguasai dan mampu melaksanakan tugas pembangunan,
agar mereka lebih percaya diri untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
GERDEMA berprinsip bahwa pembangunan harus melibatkan
masyarakat. Pemerintah harus memberikan kepercayaan kepada rakyat.
Pemerintah Kabupaten Malinau berjuang keras untuk membantu masyarakat dan
pemerintahan desa melalui pendampingan secara sistematis. Seperti mengerti
tentang pemerintahan, mengerti tentang fungsi dan tanggung jawab tugas pokok,
-
8/10/2019 kewenangan desa
10/18
mengerti hakikat pembangunan dan menjalankan pemerintahan desa sebagai
pemegang amanat dalam menangani kepentingan rakyat sebagaimana disyaratkan
oleh Undang-Undang Desa, agar mereka siap menerima kepercayaan itu. Terbukti
dalam waktu yang relatif singkat, GERDEMA dapat berjalan dengan baik dan
terus meningkat. Setiap waktu terbentuk pola kesadaran dan kemampuan desa
dalam menjalankan pemerintahan desa.
4. Nilai Kecerdasan Ekonomi
Aspek kecerdasan ekonomi ini adalah kemampuan dalam memaksimalkan
dan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, sekecil apapun, agar bernilai
strategis dalam organisasi.
Kecerdasan mengelola ekonomi menjadi hal yang amat mendasar karena menjadi
satu strategi dasar dalam aspek kehidupan umat manusia.
kecerdasan ini berkaitan dengan:
1. Keberanian dalam mengambil langkah strategis untuk mengelola secara
mandiri potensi ekonomi dengan kekuatan bangsa sendiri.
2. Rendahnya pemikiran kreatif dan inovatif, sehingga banyak peluang besar yang
terlewat atau tidak diberdayakan secara optimal.
3. Kebijakan yang tidak mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Otonomi yang dijalankan masih setengah hati. Isunya memang otonomi yang
seluasluasnya, namun pada praktiknya tidak demikian. Masih terlalu banyak
regulasi yang dikeluarkan dan dikendalikan oleh pusat. Begitu pula
pembiayaannya. Masih terlalu banyak yang dikelola oleh berbagai instansi dan
kementerian pusat.
5. Nilai Kecerdasan Nasionalis Kebangsaan
Aspek kecerdasan nasionalis kebangsaan ini berkaitan dengan kesadaranhidup berbangsa dan bernegara. Seorang pemimpin haruslah menunjukkan jati diri
sebagai seorang yang berjiwa nasionalis. Pemimpin dengan kecerdasan ini akan
sangat penting
perannya dalam mewujudkan tujuan GERDEMA.
Dalam GERDEMA, terdapat tiga belas nilai
keberhasilan, yaitu:
1. Kepemimpinan
-
8/10/2019 kewenangan desa
11/18
2. Demokrasi
3. Keterbukaan
4. Keberpihakan
5. Toleransi
6. Efisien
7. Efektif
8. Partisipasi
9. Swadaya
10. Pertanggungjawaban
11. Pemberdayaan
12. Inovasi
13. Produktivitas
Dengan demikian, GERDEMA bukan hanya melulu menghasilkan pembangunan
secara fisik, melainkan juga membentuk nilai hakiki yang berkaitan pada hal-hal
di bawah ini:
Nilai persatuan semakin kokoh
Perilaku toleransi menjadi norma hidup yang konsisten
Perilaku saling menghormati harus menjadi gaya hidup
Gotong royong menjadi perilaku dalam pembangunan
Semua itu akan menjadi modal utama bangsa kita dalam mempertahankan
keutuhan dan kedaulatan negara. Ketahanan masyarakat yang kuat menjadi titik
awal dari ketahanan nasional yang kokoh. Menjadi tanggung jawab kita untuk
meletakan landasan kepemerintahan yang kuat.
Ketika GERDEMA akan dijalankan, kondisi kemiskinan di Malinau
merupakan masalah terbesar, jumlahnya mencapai 26%, hampir dua kali lipat
lebih tinggi dari persentase jumlah kemiskinan nasional. Dengan modal
kesungguhan, tekad maka
pemerintah Kabupaten Malinau mencanangkan Gerakan Desa
Membangun (GERDEMA) sebagai jawaban atas kondisi tersebut.
GERDEMA merupakan konsepsi dari peran masyarakat dalam
pembangunan.
-
8/10/2019 kewenangan desa
12/18
GERDEMA merupakan suara hati masyarakat.
GERDEMA merupakan tekad dari masyarakat untuk mengubah hidup
mereka menjadi lebih baik dan memenuhi standar hidup yang layak.
GERDEMA merupakan kekuatan, peluang, dan harapan masyarakat desa
untuk Berubah Maju dan Sejahtera.
GERDEMA juga merupakan suara dan cermin ketulusan hati dan itikad positif
seorang pemimpin yang percaya kepada rakyatnya. Percaya dengan menyerahkan
urusan dan kewenangan kepada masyarakat atau pemerintah desa untuk
mengubah nasib mereka sendiri, dengan tangan mereka sendiri.
Dengan tekad tersebut di atas, maka desa di Kabupaten Malinau adalah desa yang
memiliki kapasitas dan kompetensi yang kuat untuk menjalankan roda
pemerintahan. Mereka juga mampu melakukan kegiatan pembangunan dan
pelayanan umum kepada seluruh masyarakat desanya. Sebagai bagian dari sistem
pemerintahan di Indonesia, maka desa harus kuat dalam menjalankan fungsi-
fungsi kepemerintahan secara konsisten, bertanggung jawab, dan peduli serta
tanggap menangani berbagai persoalan pembangunan dan kemasyarakatan.
Perbandingan Kondisi Masyarakat dan Desa Sebelum dan Setelah
Pelaksanaan Model GERDEMA Tahun 2012
No
Indikator
Sebelum
GERDEMA
Setelah GERDEMA Keterangan
1 Perencana
an desa
a. Pelaksanaan
Musrenbang tidak
berjalan efektif
karena minimnya
keterlibatan
masyarakat serta
sifatnya yang lebih
top down
b. Tidak adanya
dokumen
perencanaan yang
jelas baik
RPJMDes maupun
RKPDes
c. Tidak satu pun
desa yg memiliki
RPJMDes
a. Pelaksanaan Pra-
Musrenbangdes/FP3D dan
Musrenbangdes berjalan
lebih efektif dengan
keterlibatan seluruh unsur
masyarakat dengan
pendampingan LP3MD, serta
hadirnya SKPD dalam
pelaksanaan Musrenbangdes.
Program-program
tahun berjalan langsung bisa
diketahui oleh
masyarakat dan
permasalahan pembangunan
juga
bisa langsung direspon
SKPD.
-
8/10/2019 kewenangan desa
13/18
b. Tersedianya dokumen
perencanaan desa
dengan baik, yaitu RPJMDes
dan RKPDes
dengan pendampingan SKPDterkait dalam
penyusunannya.
c. Pada tahun 2012 (tahun
pertama pelaksanaan
GERDEMA) sebanyak
68,60% desa telah memiliki
RPJMDes dan sisanya,
31,40%, masih dalam proses
penyusunan.
2 Alokasi
dana yanglangsung
dikelola
desa
Rp200500 juta/desa
/tahun
Rp1,2 Miliar1,3
Miliar/desa/tahun
Tahun
pertamapelaksanaan
GERDEMA
dialokasikan
Rp 0,91,2
Miliar/Desa
3 Kinerja
aparat
desa
a. Penghasilan rendah
(Rp800 ribu/
bulan)
b. Disiplin rendah
(aparat jarang
ngantor). Hanya
aparat di kota
saja yang aktif,
sedangkan daerah
pedalaman dan
perbatasan,
berkantor di rumah
masingmasing.
c. Peralatan
penunjang kerja
masihseadanya. Hanya
desa-desa di
sekitar kota saja yang
memiliki
komputer.
d. Pelayanan
masyarakat masih
seadanya karena tidak
didukung
oleh penghasilan dan
peralatan.
a. Penghasilan cukup
(Rp1,2juta/bulan belum
termasuk honor penanggung
jawab setiap
kegiatan)
b. Terjadi peningkatan
disiplin aparat (hasil
monitoring dan evaluasi
(MONEV) sebanyak
61,68% aparat desa aktif
bekerja di kantor,
sebanyak 38,32% akvitas
di kantor masih
terbatas)
c. Peralatan penunjang kerja
sudah memadai(kendaraan bermotor, ken
ng, laptop, printer,
AC, dll.) Semua desa telah
didukung oleh komputer
dan printer serta kendaraan,
baik motor maupun
untuk mendukung
kinerjanya.
d. Pelayanan masyarakat
semakin baik karena
didukung oleh penghasilan
-
8/10/2019 kewenangan desa
14/18
e. SDM aparatur
masih minim karena
frekuensi pelatihan
yang masih
terbatas (hanyadilakukan oleh
BPMD).
yang cukup dan
peralatan yang memadai.
e. SDM aparatur semakin
baik dengan seringnya
dilaksanakan pelatihan, baikdi kabupaten,
kecamatan maupun desa
(setiap tahun
diadakan pelatihan untuk
aparat desa, baik yang
dilaksanakan Bappeda,
BPMD, bagian keuangan,
bagian hukum dan bagian
Tapem)
4 Peran dan
hubungan
antar
lembaga
desa
a. Masing-masing
lembaga berjalan
sendiri-sendiri karena
pelaksanaan
pembangunan
bersifat top down
b. Fungsi lembaga
desa dak berjalan
sebagaimana mes
nya.
c. Frekuensi rapat
koordinasiantar lembaga desa
hanya pada
saat Musrenbangdes
saja (satu
kali setahun) karena
model
pembangunan yang
lebih top
down.
a. Pemerintah desa dan
lembaga desa saling
bersinergi karena
pelaksanaan pembangunan
yang bott om up, yang
mengharuskan seluruh
unsur saling bekerja sama
sejak perencanaan,
pelaksanaan, dan
pengawasan.
b. Fungsi lembaga desa dapat
berjalan dengan baikkarena fungsi masing-masing
lembaga sudah
diatur dalam pedoman
GERDEMA dan Peraturan
BupaNomor 3 Tahun 2013
Tentang Pedoman
Penyusunan APBDes.
c. Frekuensi rapat koordinasi
lebih sering dilakukan
(hasil MONEV sebanyak
23,41% desa menyatakanbahwa rapat koordinasi antar
lembaga dilakukan
secara run; 64,36%
menyatakan melakukan rapat
koordinasi sesuai kebutuhan,
dan sisanya 12,23%
belum melakukan rapat
koordinasi)
5 Partisipasi
masyaraka
t
Parspasi masih
terbatas karena
minimnya dukungan
Parsipasi masyarakat
semakin meningkat karena
dukungan dana yang
-
8/10/2019 kewenangan desa
15/18
dalam
pelaksana
an
pembangu
nan
dana dan
masih adanya
intervensi pemerintah
kabupaten dalam
perencanaan danpelaksanaan,
sehingga
programprogram
yang disusun
bukanlah
kebutuhan
sesungguhnya dari
masyarakat desa.
meningkat dan dak adanya
intervensi pemerintah
kabupaten, baik dalam
perencanaan maupun
pelaksanaan.Programprogram
yang disusun benar-benar
berdasarkan
kebutuhan masyarakat
sehingga masyarakat merasa
memiliki dan berperan aktif
melaksanakan program
tersebut. Hasil MONEV
menyatakan bahwa 74,05%
masyarakat telah terlibat
dalam pelaksanaan modelGERDEMA.
Sumber: Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan GERDEMA Tahun 2012
-
8/10/2019 kewenangan desa
16/18
BAB IV
SIMPULAN
Kewenangan merupakan hal yang penting dalam otonomi, yaitu
kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam
undang-undang ini disebutkan, bahwa pemerintah desa adalah penyelenggara
urusan pemerintahan desa, pelaksana pembangunan desa, pelaku pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pelaku pemberdayaan terhadap masyarakat desa
berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika serta
kepentingan masya rakat setempat. Esensi dari undang-undang ini sangat cocok
dengan apa yang sudah diterapkan di Malinau dalam program Gerakan Desa
Membangun (GERDEMA). Dalam konsep GERDEMA, masyarakat ditempatkan
sebagai kekuatan utama dalam pembangunan. Prinsip dasar GERDEMA adalah
memberi kepercayaan penuh kepada masyarakat, dalam hal ini pemerintah desa,
untuk mengelola dan mengurus rumah tangga desa untuk kesejahteraan rakyatnya.
GERDEMA juga merupakan suara dan cermin ketulusan hati dan itikad
positif seorang pemimpin yang percaya kepada rakyatnya. Percaya dengan
menyerahkan urusan dan kewenangan kepada masyarakat atau pemerintah desa
untuk mengubah nasib mereka sendiri, dengan tangan mereka sendiri. Dengan
tekad tersebut di atas, maka desa di Kabupaten Malinau adalah desa yang
memiliki kapasitas dan kompetensi yang kuat untuk menjalankan roda
pemerintahan. Mereka juga mampu melakukan kegiatan pembangunan dan
pelayanan umum kepada seluruh masyarakat desanya. Sebagai bagian dari sistem
pemerintahan di Indonesia, maka desa harus kuat dalam menjalankan fungsi-
fungsi kepemerintahan secara konsisten, bertanggung jawab, dan peduli serta
tanggap menangani berbagai persoalan pembangunan dan kemasyarakatan.
-
8/10/2019 kewenangan desa
17/18
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, H.A.W. 2002. Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom. Jakarta :
Raja Grafindo Persada
Eko, Sutoro dkk. 2005. Prakarsa Desentralisasi & Otonomi Desa.
Yogyakarta
T, P Yansen. 2014. Revolusi dari Desa: Saatnya dalam Pembangunan
Percaya Kepada Rakyat. Jakarta: Kompas Gramedia
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN
2014 TENTANG DESA
Innesa Destifani dkk. PELAKSANAAN KEWENANGAN DESA
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN OTONOMI DESA (Studi pada Desa
Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora) dalam Jurnal Administrasi
Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, Hal. 1239-1246
-
8/10/2019 kewenangan desa
18/18
Pelaksanaan Kewenangan Desa dalam Rangka mewujudkan Otonomi Desa
(Analisis Program Gerakan Desa Membangun di kabupaten Malinau),
MATA KULIAH FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK
Oleh :
Aisyah Mayliawati D0112003
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2014