Kewarganegraan

download Kewarganegraan

of 32

description

PKN

Transcript of Kewarganegraan

BAB 1 PLURALIRSME AGAMA

1. Pengertian Pluralisme Pengertian pluralisme merupakan suatu gagasan yang mengakui kemajuan realistis. Pluralisme mendorong setiap orang untuk menyadari dan mengenal keberagaman di segala bidang kehidupan, seperti agama, social, budaya, sistem politik, etnisitas, tradisi lokal, dan sebagainya. Pluralisme bukanlah paham yang secara tiba-tiba muncul dari ruang hampa, akan tetapi disitu terdapat penghubung yang kokoh antara diskursus sekularisme, liberalisme yang kemudian lahirlah pluralisme.Pengertianpluralismedalamkontekskontemporerbisadinyatakansebagai keterlibatan aktif dalam keragaman dan perbedaannya untuk membangun peradaban bersama. Menurut Nurcholis Madjid pluralisme itu tidak sekadar mengakui pluralitas keragaman danperbedaan akan tetapi gerakan yang aktif merangkai keragaman tersebut untuk tujuan-tujuansosial yang luhur yaitu untuk kebersamaan dan peradaban.

2. Pengertian Pluralisme AgamaPengertian Pluralisme Agama secara etimologis berasal dari dua kata, yaitu pluralisme dan agama. Dalam bahasa Arab diterjemahkan al-taddudiyyah al-diniyyah dan dalam bahasa Inggris religious pluralism. Istilah pluralism agama berasal dari bahasa Inggris, Pluralism berarti jama atau lebih dari satu.

Dalam kamus Oxford, pluralisme ditafsirkan dalam bentuk seperti berikut ini :1. Suatu kehidupan dalam sebuah masyarakat yang dibentuk oleh kelompok-kelompok suku-bangsa yang berbeda-beda, di mana kelompok-kelompok ini mempunyai kehidupan politik dan agama yang berbeda. Definisi ini bentuknya menjelaskan suatu fenomena kemasyarakatan.2. Menerima prinsip bahwa kelompok-kelompok suku bangsa yang berbeda-beda dapat hidup secara rukun dan damai dalam suatu masyarakat. Definisi ini mengandung suatu ide dan maktab pemikiran.

Pengertian secara istilah, pluralisme secara istilah minimal memiliki empat macam pengguna :1. Pluralisme disamakan dengan toleransi, yakni bermakna toleran dan hidup bersama secara rukun untuk mencegah dan mengantisipasi pertikaian dan peperangan.2. Pluralisme yang bermakna agama adalah satu. Semua agama datang dari sisi Tuhan, tetapi mempunyai wajah yang berbeda-beda. Perbedaan agama-agama tidak pada tataran substansi agama, akan tetapi pada arasy pemahaman agama.3. Bentuk ketiga makna dari pluralisme adalah bahwa terdapat hakikat yang banyak dan hanya satu hakikat. Berbagai akidah dan keyakinan yang saling bertentangan, terlepas dari perbedaan pemahaman kita, semuanya adalah hakikat dan benar.4. Hakikat, merupakan totalitas dari bagian-bagian dan unsur-unsur, di mana masing-masing dari setiap unsur dan bagian ini ditemukan dalam setiap agama-agama. Oleh karena itu, kita tidak memiliki satu agama yang komprehensip dan utuh, tetapi kita mempunyai keseluruhan agama-agama yang setiap dari mereka memiliki saham hakikat.Definisi agama yang paling tepat menurut Anis Malik Thoha adalah yang mencakup semua agama, kepercayaan, maupun berbagai jenis ideologi modern seperti komunisme, humanisme, sekularisme, nasionalisme, dan lainnya.Pengertian pluralisme jika dirangkai dengan agama maka pluralisme agama adalah kondisi hidup bersama antar agama (dalam arti luas) yang berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran masing masing agama (Thoha, 2005: 14).Menurut MUI dalam Keputusan Fatwanya No. 7/Munas VII/MUI/11/2005 tentang pluralisme, liberalisme dan sekularisme agama, pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain adalah salah.

3. Sejarah Munculnya Pluralisme Agamaa. Menurut John Hick Dari sejarahnya di Barat, pluralisme agama lahir sebagai sebuah reaksi atas eksklusivisme Katolik yang menurut John Hick menjadi sebab utama konfilk antar umat beragama ketika itu. Karena dianggap fanatisme agama adalah sebab timbulnya konflik, maka tercetuslah ide bagaimana agar seluruh umat beragama, khususnya katolik dan kristen, dapat lebih menghormati dan menghargai agama lain yang tak sejalan. Paham ini pun semakin digencarkan persebarannya, terlebih ketika realita berbicara tentang rentannya praktik kekerasan atas nama agama. Yang kalau dulu hanya dimonopoli oleh Gereja dengan inkuisisinya, maka dewasa ini, praktik kekerasan atas nama agama lebih sering dituduhkan kepada umat Islam. Baik itu dengan tuduhan teroris, fundamentalis, maupun ekstrimis.b. Menurut Dr. Anis Malik toha

Pada dasarnya munculnya ide pluralisme agama dilatar belakangi oleh menghebatnya pertikaian antara madzhab-madzhab dalam agama Kristen yang terjadi pada akhir abad ke-19 hingga sampai pada tingkatan mutual exclusion (saling mengkafirkan)

c. Pendapat Karen Amstrong

Menurut Karen Amstrong, di masa kejayaan kerajaan-kerajaan Islam, tidak ada tekanan pada kaum Yahudi, Kristen, atau Zoroaster agar beralih ke Islam. Kaum Muslim tetap menjaga apa yang diistilahkan oleh Karen pluralisme agama di Timur Tengah dan belajar hidup berdampingan dengan anggota-anggota agama lain, yang menurut Alquran, merupakan pewahyuan awal yang valid.Jauh sebelum masa Renaisans di Eropa ketika istilah pluralisme agama belum muncul, selama 600 tahun, para penganut tiga agama monoteis (Yahudi, Kristen dan Islam) yang bersejarah itu dapat hidup bersama dalam harmoni yang relatif damai di Spanyol yang Muslim. Kaum Yahudi, yang diburu-buru kematiannya di seantero Eropa, dapat menikmati kebangkitan budaya mereka yang kaya.

4. Tiga Kategori Pemahaman Pluralisme Agamaa. Kategori Sosial Semua agama berhak ada dan hidup. Karena itu harus ada toleransi, menghormati Iman/ Kepercayaan dari penganut agama lain.b. Kategori Etika atau MoralSemua pandangan moral dari masing-masing agama bersifat relatif dan sah. Karena itu, tidak menghakimi jika memiliki pandangan moral yang berbeda. Misalnya pernikahan, aborsi, hukuman gantung, dll.c. Kategori Teologo - Filosofi Agama pada hakikatnya setara, sama benar dan sama menyelamatkan. Banyak jalan menuju kepada tuhan hanya jalannya yang berbeda.

5. Faktor - Faktor Pendorong Pluralisme Agamaa. Iklim Demokrasi Sejak kecil kita diajarkan untuk saling menghormati kemajemukan suku, bahasa, agama. Walau berbeda tetapi tetap satu. Toleransi akhirnya menyebabkan penyamarataan semua agama.b. Pragmatisme Seringnya terjadi konflik antar pemeluk agama, keharmonisan menjadi tema yang digemakan dimana-mana. Orang mulai muak dan lebih mendukung pluralisme agama yang seharusnya tidak membuat seseorang fanatik dengan agamanya.c. Relativisme Kebenaran itu relatif, tergantung siapa yang melihatnya. Masing2 agama benar menurut penganut/ komunitasnya, kita sama2 benar.d. Perenialisme Mengutip Komarudin Hidayat, filsafat perennial adalah kepercayaan bahwa Kebenaran Mutlak (The Truth) hanyalah satu, tidak terbagi, tetapi dari Yang Satu ini memancar berbagai kebenaran (truths).Sederhananya, tuhan itu satu, tetapi masing-masing agama meresponinya dan membahasakannya secara berbeda-beda, maka muncullah banyak agama. Hakekat dari semua agama adalah sama, hanya tampilan luarnya yang berbeda.

6. Manfaat Keragaman Agamaa. Berbagai agama yang ada di Indonesia akanberkembang, bila setiap orang mau menghargai perbedaan tersebut. b. Terjalinnya persatuan dan kesatuan antar agamac. Adanya toleransi umat beragama d. Adanya tenggang rasaa. Terciptanya masyarakat yang kompleks

7. Dampak Negatif Keberagamana. Mudah menimbulkan konflik b. Kurang memahami perbedaan c. Sikap Fanatisme yang tinggi d. Politisasi agama

8. Penyebab Konflik AgamaSebagaimana dikemukakan oleh Wim Beuken dan Kar- Josef Kusc bahwa konflik yang disebabkan oleh agama karena adanya :1. Klaim sebuah agama sebagai satu satunya agama yang benar 2. Agama dianggap jaminan langsung kesejahteraan masyarakat 3. Agama yang dianut dianggap sebagai perjanjian dan pilihan Tuhan. Pada intinya, agama menjadi sumber konflik dan kekerasan disebabkan oleh ekslusivitas dan fanatisme agama sehingga menyebabkan suatu agama merasa paling benar dan merasa berhak memperlakukan agama lain.

9. Prinsip Dasar Yang Harus Dibangun Dalam Pluralismea. Membangun tanpa perbedaan b. Kebersamaan dalam perbedaan c. Hidup tanpa kekerasan d. Hidup toleran e. Tidak mengukur keyakinan orang lain dengan keyakinan diri sendiri f. Tidak mudah tersinggung g. Mudah menata hati dan pikiran h. Hidup harmonis berdampingan satu sama lain secara damaiKESIMPULANPluralisme agama adalah paham yang mengajarkan bahwa semua agama itu sama. Karena itu, kebenaran setiap agama adalah relatif. Setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar, agama lain adalah salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan. Pluralisme Agama berasumsi bahwa semua agama adalah jalan yang sama-sama sah menuju Tuhan yang sama. Menurut penganut paham ini, semua agama (bisa jadi) punya jalan yang berbeda-beda tetapi menuju Tuhan yang sama. Maka setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim atau meyakini bahwa agamanya lebih benar atau lebih baik dari agama lain atau mengklaim bahwa hanya agamanya sendiri yang benar.

BAB II HUMANISME RELIGIUS

1. Pengertian HumanismeHumanisme berasal dari kata Latin humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti manusia. Humanus berarti berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia. (A.Mangunhardjana dalam Haryanto Al-Fandi, 2011:71). Adapun secara terminologi, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya (fisik nonfisik) secara penuh. (Hasan Hanafi dalam Haryanto Al-Fandi, 2011:71).

2. Pengertian ReligiusReligius atau religion berasal dari kata relegere dalam bahasa Latin. Artinya berpegang kepada norma-norma. Istilah religion sekarang diindonesiakan menjadi religi, menguasai dan dipergunakan oleh kaum intelektual kita terutama ahli antropologi dan sosiologi. Perkataan religi yang berasal dari bahasa Latin itu erat hubungannya dengan sistem dan ruang lingkup agama Nasrani yang menunjukkan hubungan tetap antara manusia dengan Tuhan saja.

3. Humanisme ReligiusHumanisme-religius di mana pengembangan kehidupan (ilmu pengetahuan) tidak terlepas dari nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan. Masyarakat di negara ini menghargai nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan sebagai sumber membangun kehidupan yang harmonis di antara bermacam-macam etnik, kelompok, sosial, agama, dan daerah Menggembangkan humanisme religius, yaitu suatu humanisme yang di satu sisi mengakui otonomi dan potensi manusia dan di sisi lain mengakui bahwa martabat, otonomi, dan potensinya itu berakar pada hakekat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang dicintai-Nya.

4. Pancasila dan hubungan dengan humanisme religiusNilai ketuhanan dan kemanusiaan mengisyaratkan bahwa aktivitas kehidupan dan pendidikan harus bersifat humanis dan religius, di mana kegiatan pendidikan harus bertujuan pada pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan religiusitas (keberagaman) peserta didiknya. Sedangkan sila ketiga mengisyaratkan pada pengembangan nilai-nilai kebangsaan (persatuan) dibangun di atas pondasi nilai keberagamaan dan kemanusiaan. Sila keempat mengisyaratkan pengembangan nilai demokrasi yang dibangun berdasarkan pada nilai keberagamaan,kemanusiaan, dan kesatuan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkedilan dan sejahtera. Sila kelim mengisyaratkan bahwa pengembangan masyarakat yang berkeadilan dan sejahtera menjadi wujud masyarakat yang dicita-citakan, masyarakat yang humanis-religius, bersatu secara nasional dan demokratis.

5. Pendidikan Humanisme ReligiusIstilah pendidikan humanis-religius mengandung dua konsep pendidikan yang ingin diintegrasikan,yaitu pendidikan humanis dan pendidikan religius. Pengintegrasian dua kosep pendidikan ini dengan tujuan untuk dapat membangun sistem pendidikan yang dapat mengintegrasikan keduanya. Pendidikan humanis yang menekankan aspek kemerdekaan individu diintegrasikan dengan pendidikan religius agar dapat membangun kehidupan individu (sosial) yang memiliki kemerdekaan, tetapi dengan tidak meninggalkan (sekuler) nilai-nilai keagamaan yang diikuti masyarakat atau menolak nilai ketuhanan (ateisme).

5a. Pendidikan HumanismePrinsip-prinsip pendidikan ini adalah sebagai reaksi terhadap pendidikan tradisional yang menekankan pada metode pengajaran formal yang kurang memberi kebebasan pada siswa sehingga siswa menjadi tidak kreatif yang sekadar mengikuti program pendidikan yang ditetapkan oleh orang dewasa.Prinsip pendidikan tradisional yang ditolak humanis:(1) Guru yang otoriter, (2) Mmetode pengajaran yang menekankan pada buku teks semata, (3) Belajar pasif yang menekankan mengingat data atau informasi yang diberikan guru(4) Pendidikan yang membatasi pada ruang kelas sehingga terasing dari realita kehidupan sosial,(5) Penggunaan hukuman fisik atau rasa takut sebagai bentuk pembangun disiplin.

HUMANISME menandang, setiap siswa dipandang sebagai individu yang memiliki keunikan yang berbeda dengan siswa lain. Perbedaan keunikan individu siswa dalam kegiatan pendidikan dan belajar harus dapat tampak dan dihargai oleh pendidik atau guru. Adanya kemerdekaan atau kebebasan dalam diri individu untuk memilih apa yang dianggap benar bagi dirinya untuk dapat membangun dirinya menjadi seperti apa yang diinginkan. Kelahiran sebagai wujud keberadaan (eksistensi) individu di dunia adalah titik awal bagi individu untuk mengembangkan esensi dirinya. Esensi diri manusia dibangun melalui proses kehidupan di mana individu memiliki kebebasan untuk memilih dan dia harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilih. Individu akan terbentuk menjadi apa adalah sesuai dengan pilihan bebasyang diambil, yang selanjutnya terbentuk menjadi siapa dirinya, sebagai dokter, insinyur, atau guru adalah sebagai akibat dan pilihan bebas yang dia lakukan.

5b. Pendidikan religiusNilai-nilai keagamaan sering secara tidak sadar tetap menjadi kekuatan yang laten bagi pilihan tindakan atau perilaku manusia dan masyarakat. Karenanya, pandangan keagamaan memancarkan tatanan kehidupan sosial seperti keadilan, keterbukaan, dan demokrasi. Religius diberikan untuk pembentukan moral individu, religius memiliki cara yang berbeda-beda yang juga terpengaruh pada budaya masyarakat sekitar itu sendiri dan disesuaikan dengan kecocokan antara keyakinan individu terhadap agama.Walau pada kenyataan agama tidak hanya satu, namun secara tujuan global adalah sama yaitu memberikan rasa aman dan menanamkan nilai-nilai keagamaan karena Tuhan adalah sebab pertama adanya kehidupan

BAB III SEPARATISME DAN INTEGRASI BANGSAA. Separatisme1. Pengertian SeparatismeSeparatisme menurut kamus besar bahasa Indonesia memunyai makna paham atau gerakan untuk memisahkan diri (mendirikan negara sendiri). Separatis atau lebih dikenal dengan gerakan separatisme merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran nasional yang tajam) dari satu sama lain.Gerakan ini muncul dari berbagai aspek kehidupan dalam kehidupan manusia, misalnya :1. Ketidakpuasaan akan kinerja pemerintahan maka munculah ide-ide untuk membentuk suatu gerakan yang memilik misi dan visi yang berbeda dalam menyaingi keadaan yang sudah ada dalam birokrasi dan tatanan yang sudah ada sebelumnya2. Kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya yang dalam pemikiran sejumlah kelompok diangap tidak wajar, maka mereka cendrung ingin bebas dan keluar dari aturan itu dan memilih untuk membrontak dari kebijakan yang ada dan ingin merdeka dengan caranya sendiri3. Pemahaman terhadap suatu keyakinan yang cendrung mengarah pada paham separatism dan merusak tatanan nilai dan moral yang ada serta dapat menimbulkan perpecahan2. Timbulnya Gerakan SeparatisGerakan separatis yang ada di Indonesia dipengaruhi oleh sua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal merupakan pengaruh kuat timbulnya gerakan separatisme di Indonesia, kasus gerakan separatis di Papua misalnya sebagian besar karena dipengaruhi pihak asing. Menanggapi surat dari 40 anggota kongres Amerika Serikat kepada Presiden Susilo Bambang Yudoyono yang isinya, antara lain meminta kepastian pembebasan segera dan tanpa syarat atas dua separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) yaitu, Filep Karma dan Yusak Pakage. Selain itu juga akibat adanya provokasi terhadap ketidakadilan dalam menikmati hasil sumber daya alam yang melimpah, maka ada upaya beberapa orang yang belum memahami situasi, terjebak sehingga membentuk suatu gerakan separatis menentang pemerintah Indonesia.Faktor internal juga sangat mempengaruhi munculnya gerakan ini, dan lebih menekankan pada kajian historis. Karena ada beberapa alasan sejarah yang melatarbelakangi terbentuknya gerakan ini. Pada umumnya akibat dari rasa ketidakadilan, kesejahteraan yang tidak merata, intimidasi oleh aparat pemerintah dan janji-janji pemerintah pusat yang tidak terealisasi membuat sekelompok masyarakat membuat suatu gerakan menentang pemerintah yang di anggap menerbelakangi mereka. Serta keyakinan bahwa mereka mampu hidup/mengurus diri sendiri tanpa harus bargantung pada pemerintah Indonesia.Contoh real dari gerakan separatisme antara lain :a. Peristiwa pengibaran bendera organisasi RMS (Republik Maluku Selatan)b. Peristiwa pengibaran bendera organisasi OPM (Organisasi Papua Merdeka) oleh sejumlah aktivisnya yang dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan Abepura, Papua, dalam rangka HUT OPM (1 Juli 1969-2007).B. Integrasi Bangsa1. Pengertian Integrasi BangsaIntegrasi mempunyai arti pembauran/penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang utuh/bulat. Bangsa mempunyai arti kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu. Hal-hal yang menyangkut bangsa dapat berupa adat istiadat, suku, warna kulit, keturunan, agama, budaya,wilayah/daerah dan sebagainya. Sehingga integritas bangsa mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek sosial budaya ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa (Kamus Besar BahasaIndonesia: 1989 dalam Suhady 2006: 36-37) yang harus dapat menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian dan kesimbangan dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa.2. NasionalismeNasionalisme adalah suatu paham yang mengajarkan suatu bangsa yang terdiri dari masyarakat majemuk dan masyarakatnya tersebut sungguh-sungguh bertekad untuk membangun masa depannya secara bersama, terlepas dari perbedaan ras, etnik dan agama. Misalnya rasa kesetiaan yang melekat sejak lahir terhadap tanah kelahirannya. Suatu negara akan berfungsi dengan baik apabila memiliki dukungan ideologi nasionalisme dan demokrasi.Nasionalisme dibangun dari semangat rakyat untuk bersatu, sedangkan demokrasi menjamin jati diri rakyat, penghormatan dan perlindungnya. Dalam hal ini keikutsertaan masyarakat dalam kehidupan bernegara sangat diwajibkan, sehingga semangat nasionalisme dan demokrasi dapat dibangun dengan baik. Dengan demikian diharapkan akan tercipta suatu stabilitas nasional yang tangguh, sekalipun dalam negara demokrasi berbagai kepentingan tidak akan hilang tetapi dapat ditekan atau larut dalam berbagai organisasi politik yang ada.Hal itu dapat tercapai apabila pemerintahan dipimpin dengan baik, seperti menegakkan keadilan dalam mengalokasikan sumberdaya nasional, baik antar sektor maupun antar wilayah, sehingga rakyat diperlakukan dengan adil , dapat hidup dengan tenang, aman, serta dapat melaksanakan seluruh kegiatan kehidupan sosial dengan baik. Tetapi sebaliknya bila pemerintah mengalami kemunduran dalam kinerjanya, maka masing-masing golongan yang ada dalam masyarakat akan berjuang untuk memperoleh hak, serta akan memenuhi aspirasi sebagai kepentingan yang syah, maka demikian akan timbul kebangkitan etnik, dan lebih jauhnya lagi akan terjadi suatu gejolak di masyarakat.Berikut ini beberapa pengertian tantang integrasi menurut Claude Ake (dlm Nazaruddin Syamsuddin, Integrasi dan Ketahanan Nasional di Indonesia (Lemhanas,Jakarta1994,hal3) integrasi nasional pada dasarnya mencakup dua masalah pokok , yaitu :1) bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh kepada tuntutan-tuntutan negara, yang mencakup perkara pengakuan rakyat terhadap hak-hak yang dimiliki negara;2) bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang mengatur perilaku politik setiap anggota masyarakat, konsensus ini tumbuh dan berkembang diatas nilai-nilai dasar yang dimiliki bangsa secara keseluruhan.Sedangkan menurut pakar sosiologi, Manrice Duverger dalam bukunya, mengatakan sebagai berikut: Integrasi didefinisikan sebagai pembentukan interdependensi yang lebih rapat antar bagian antara organisme hidup atau antar anggota dalam masarakat, sehingga integrasi adalah proses mempersatukan masyarakat, yang cenderung membuatnya menjadi suatu kata yang harmonis yang didasarkan pada tatanan yang oleh angota-anggotanya dianggap sama harmonisnya.Dari dua pengertian tersebut diatas pada hakekatnya integrasi merupakan upaya politik/ kekuasaan untuk menyatukan semua unsur masyarakat yang majemuk. Mereka harus tunduk kepada aturan-aturan dan kebijakan politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur yang ada dalam masyarakat majemuk tadi, sehingga terjadi kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan nasional di masa depan untuk kepentingan bersama.Proses integrasi disebabkan adanya, kesamaan sejarah, adanya ancaman dari luar yang dapat mengganggu keutuhan NKRI, adanya kesepakatan pemimpin, homogenitas sosial budaya serta agama, dan adanya saling ketergantungan dalam bidang politik dan ekonomi. Nazarudin berpendapat istilah integrasi nasional merujuk kepada perpaduan seluruh unsur dalam rangka melaksanakan kehidupan bangsa, meliputi sosial, budaya dan ekononi, maka pengertian integrasi nasional adalah menekankan pada persatuan persepsi dan perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.Integrasi mempunyai dua dimensi, antara lain: integrasi vertikal dan integrasi horizontal. Dimensi vertikal dalam integrasi nasional bertujuan untuk mengintegrasikan persepsi dan prilaku elite dan masa dengan cara menghilangkan atau mengurangi perbedaan kesenjangan antar kelompok yang berpengaruh dengan yang dipengaruhi. Sedangkan dimensi horizontal mengintegrasikan antara kelompok-kelompok dalam masyarakat, dengan cara menjembatani perbedaan perbedaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor teritorial/ kultur dengan mengurangi kesenjangan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor tersebut.Nazaruddin Sjamsudin mengatakan Integrasi lazim dikonsepsikan sebagai suatu proses ketika kelompok sosial tertentu dalam masyarakat saling menjaga keseimbangan untuk mewujudkan kedekatan hubungan-hubungan social, ekonomi dan politik. Kelompok-kelompok sosial tersebut bisa terwujud atas dasar agama dan kepercayaan, suku, ras dan kelas. Konsepsi tersebut mengisyaratkan bahwa integrasi tercipta melalui proses interaksidan komunikasi yang intensif dengan tetap mengakui adanya perbedaan. Kemudian jalan menuju proses integrasi tidak selalu lancar atau mulus. Seringkali menemukan hambatan. Hambatan itujelas ada seperti adanya primordialisme, suku, ras, agama dan bahasa.3. Pengertian Identitas NasionalIstilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Jadi Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan selalu memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistem hukum / perundang-undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi.Hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagaimana dijelaskan diatas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagaikepribadian suatu bangsa.4. Unsur-unsur Pembentuk Identitas NasionalIdentitas nasional merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas yaitu: suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa. Suku bangsa adalah golongan yang bersifatas kriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. AgamaSesuai dengan fundamental falsafah Indonesia yakni Pancasila, silapertama Ketuhanan yang Maha Esa dalam sila ini terkandung bahwa negara kita didirikan atas dasar agama dan warga negaranya pun wajib memilih satu diantara lima agama yang ada di Indonesia. Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektifdigunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk berkelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya.Salah satu contoh identitas bangsa Indonesia adalah bahasa. Di Indonesia terdapat beragam bahasa beserta logatnya. Kita ingat dengan peristitwa historis pada tahun 1928 golongan pemuda Indonesia menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan melalui peristiwa historis yang disebut sumpah pemuda..Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Integrasi NasionalA. Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut: 1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.6. Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut: 1. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.5. Adanya paham etnosentrisme di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.6. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun kontak tidak langsung.7. Kontak langsung, antara lain melalui unsur-unsur pariwisata, sedangkan kontak tidak langsung, antara lain melalui media cetak (majalah, tabloid), atau media elektronik (televisi, radio, film, internet, telepon seluler yang mempunyai fitur atau fasilitas lengkap).

C.Problematika dan solusi dalam integrasi nasional1)ProblematikaMasalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional.Disintegrasi bangsa dapat terjadi karena adanya konflik vertikal danhorizontalsebagai akibat tuntutan demokrasi yang melampaui batas, konflik antara elite politik, lambatnya pemulihan ekonomi, lemahnya penegakan hukum dan HAM serta kesiapan pelaksanaan Otonomi Daerah.Problematikadalamintegrasi nasional dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut :a) Geografi. Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah perbatasan, daerah yang mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata, atau daerah yang memiliki kakayaan alam yang berlimpah.b) Demografi. Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran penduduk yang tidak merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa, selain masih rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.c) Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan penyebarannya yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa, karena hal ini meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan apabila terjadi kerusakan akibat dari pengelolaan.d) Ideologi. Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik di negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama yang dianut dan agama lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya penanganan khusus dari para tokoh agama mengenai pendalaman masalah agama dan komunikasi antar pimpinan umat beragama secara berkesinambungan.e) Politik. Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai ketidak nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat dan sering mengakibatkan konflik antar masyarakat yang berbeda faham apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan menyebabkan konflik sosial di dalam masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada pemerintah daerah juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang akhirnya timbul konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain seperti perasaan pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet koalisi yang melemahkan ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak adil akibat ketidak pastian hukum.f) Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar penduduk hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang semakin lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk mendapatkan kekayaan dengan tidak wajar yaitu melalui KKN.g) Sosial Budaya. Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik apabila tidak ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak selalu sama dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara kelompok yang keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif terbelakang.h) Pertahanan Keamanan.Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini menjadi bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, hal ini seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,informasidan komunikasi. Serta sarana dan prasarana pendukung didalam pengamanan bentuk ancaman yang bersifat multi dimensional yang bersumber dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.[6]

2)SolusiUntuk mewujudkanintegrasi nasional diperlukan keadilan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa, gender, dan sebagainya. Sebenarnya upaya membangun keadilan, kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan membina stabilitas politik disamping upaya lain seperti banyaknya keterlibatan pemerintah dalam menentukan komposisi dan mekanisme parlemen.

Adapunkebijakanyang diperlukan guna memperkukuh upaya integrasi nasional adalah sebagai berikut :a) Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.b) Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya tindakan KKN.c) Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-usaha pemecahbelahan dari ancaman luar.d) Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir-butir Pancasila, dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa.e) Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.f) Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan Polri dalam memerangi separatis.

IV.KESIMPULAN1. Disintegrasi bangsa, separatisme merupakan permasalahan kompleks, akibat akumulasi permasalahan politik, ekonomi dan keamanan yang saling tumpang tindih sehingga perlu penanganan khusus dengan pendekatan yang arif serta mengutamakan aspek hukum, keadilan, sosial budaya.2. Pemberlakuan Otonomi Daerah merupakan implikasi positif bagi masa depan daerah di Indonesia namun juga berpotensi untuk menciptakan mengentalnya heterogental dibidang SARA.3. Pertarungan elit politik yang diimplementasikan kepada penggalangan massa yang dapat menciptakan konflik horizintal maupun vertical harus dapat diantisipasi.4. Kepemimpinan dari elit politik nasional hingga kepemimpinan daerah sangat menentukan meredamnya konflik pada skala dini. Namun pada skala kejadian diperlukan profesionalisme aparat kemanan secara terpadu.5. Efek global, regional dengan faham demokrasi yang bergulir saat ini perlu diantisipasi dengan penghayatan wawasan kebangsaan melalui edukasi dan sosialisasi.6. Integrasi nasional dapat diartikan penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa.7. Problematikadalamintegrasi nasional dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut :geografi, demografi, kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.8. Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh upaya integrasi nasional adalah sebagai berikut :a) Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraanb) Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya tindakan KKN.c) Meningkatkan ketahanan rakyatd) Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir-butir Pancasilae) Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.f) Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan Polri dalam memerangi separatis.

BAB IV Komparasi Demokrasi Pancasila dengan Ideologi-Ideologi Lain

Pengertian Ideologi Menurut Para Ahli1.Karl MarxIdeologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraanbersama dalam masyarakat.2.Notonegoro mengemukakan, bahwa Ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian. ===============================================Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu edios yang artinya gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu

Mengambil dari pengertian tentang ideologi menurut Karl Marx dan Notonegoro, bisa disimpulkan bahwa :Ideologi adalah pedoman normative yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi.

Ideologi Kapitalis Kapitalis Awal (Merkantilisme) (1500-1750) Kapitalisme Fase Klasik (1750-1914) Kapitalisme Lanjut (1914-1945) Ideologi Sosialis-Komunis Ideologi Fasisme

CIRI-CIRI MASING MASING IDEOLOGI1.KAPITALIS Sistem ekonomi kapitalisme mentasbihkan kebebasan individu untuk melihat alat-alat produksi dan modal, bukan oleh negara . Ekonomi Pasar (market economy) pereknomian pasar berdasar pada prinsip spesialisasi kerja dan hal itu tidak diatur oleh siapapun. Persaingan (competition) sebagai konsekuensi logis dari berkembangnya ekonomi pasar. Keuntungan (profit) prinsip keuntungan.

2.FASISME Berkuasa habis-habisan atas semua gerak hidup masayarakat di dalamnya. Semuanya masuk dalam bingkai yang telah ditentukan negara.3.Pancasila. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.2. Hormat-menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.B. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.2. Saling mencintai sesama manusia.3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.7. Berani membela kebenaran dan keadilan.8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.C. SILA PERSATUAN INDONESIA1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal IkaD. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.E. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.2. Bersikap adil.3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.4. Menghormati hak-hak orang lain.5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.7. Tidak bersifat boros.8. Tidak bergaya hidup mewah.9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.10. Suka bekerja keras.11. Menghargai hasil karya orang lain.12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

4.Idiologi SosialismeSosialisme sebagai ideologi, telah lama berkembang sejak ratusan tahun yang lalu.Sosialisme sendiri berasal dari bahasa Latin yakni socius (teman).Jadi sosialisme merujuk kepada pengaturan atas dasar prinsip pengendalian modal, produksi, dan kekayaan oleh kelompok.Istilah sosialisme pertama kali dipakai di Prancis pada tahun 1831 dalam sebuah artikel tanpa judul oleh Alexander Vinet.Pada masa ini istilah sosialisme digunakan untuk pembedaan dengan indvidualisme, terutama oleh pengikut-pengikut Saint-Simon, bapak pendiri sosialisme Prancis.Saint-Simon lah yang menganjurkan pembaruan pemerintahan yang bermaksud mengembalikan harmoni pada masyarakat.Pada akhir abad ke-19, Karl Marx dan Friedrich Engels mencetuskan apa yang disebut sebagai sosialisme ilmiah. Ini untuk membedakan diri dengan sosialisme yang berkembang sebelumnya. Marx dan Engels menyebut sosialisme tersebut dengan sosialisme utopia, artinya sosialisme yang hanya didasari impian belaka tanpa kerangka rasional untuk menjalankan dan mencapai apa yang disebut sosialisme. Oleh karena itu Marx dan Engels mengembangkan beberapa tesis untuk membedakan antara sosialisme dan komunisme.Menurut mereka, sosialisme adalah tahap yang harus dilalui masyarakat untuk mencapai komunisme.Dengan demikian komunisme atau masyarakat tanpa kelas adalah tujuan akhir sejarah.Konsekuensinya, tahap sosialisme adalah tahap kediktatoran rakyat untuk mencapai komunisme, seperti halnya pendapat Lenin yang mengatakan bahwa Uni Sovyet berada dalam tahap sosialisme.Dalam perkembangannya hingga pertengahan abad ke-20, sosialisme memiliki beberapa cabang gagasan.Secara kasar pembagian tersebut terdiri dari pertama adalah Sosialisme Demokrasi, kedua adalah Marxisme Leninisme, Ketiga adalah anarkisme dan sindikalisme [lihat tabel].Harus diakui bahwa pembagian ini sangatlah sederhana mengingat begitu banyak varian sosialisme yang tumbuh dan berkembang hingga saat ini.Sebagai contoh Marxisme yang di satu sisi dalam penafsiran Lenin menjadi Komunisme dan berkembang menjadi Stalinisme dan Maoisme.Disisi lain Marxisme berkembang menjadi gerakan Kiri Baru dalam pemahaman para pemikir seperti Herbert Marcuse di era 1970-an. Sama halnya dengan anarkisme yang terpecah menjadi beberapa aliran besar seperti anarkisme mutualis dengan bapak pendirinya yakni P J Proudhon dan anarkis kolektivis seperti Mikhail Bakunin.Anarkisme juga memberi angin bagi tumbuhnya gerakan-gerakan sindikalis yang menguasai banyak pabrik di Barcelona semasa Perang Saudara Spanyol 1936-1939.

Hingga saat ini, partai-partai Sosial Demokrat masih tetap berdiri seperti halnya di Eropa seperti Jerman, Belanda, Norwegia dan Prancis.Beberapa yang menganut sosialisme juga seperti halnya partai-partai buruh seperti di Inggris dan Itali. Partai-partai Komunis banyak yang membubarkan diri atau bertahan dengan berganti nama dan mencoba untuk tetap hidup dengan ikut pemilu di negara-negara Eropa Timur setelah runtuhnya Uni Sovyet. Beberapa diantaranya bahkan bisa berkuasa kembali seperti di Polandia dan Ceko dengan jalan yang demokratis.Uraian diatas menimbulkan banyak pertanyaan diantara kita, apakah Marxisme sebagai dasar sosialisme yang mengklaim dirinya ilmiah masih layak dipakai? Bagaimanakah masa depan sosialisme nantinya? Bagaimanakah peran ideologi dalam sebuah perjalanan bangsa?

PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN IDEOLOGI LAIN

1.ASPEK POLITIK HUKUM:AGAMA-Teokrasi-Kitab Suci sebagai dasar hukum-Pemaksaan agama penguasa terhadap individuLIBERALISME-Demokrasi liberal-Hukum untuk melindungi individu-Dalam politik mementingkan individuKOMUNISME-Demokrasi rakyat- Berkuasa mutlak satu parpol-Hukum untuk melanggeng kan komunis

SOSIALISME-Demok rasi untuk kolektivitas-Diutamakan kebersamaan-Masyarakat sama dengan Negara-Tidak setuju dengan demokrasiFASISME-Kekuasaan ada ditangan pemimpin yang dijalankan dengan militerisme-Hukum untuk melindungi pemimpin/kekuasaanPANCASILA- Demokrasi pancasila-Hukum untuk menjunjung tinggi keadilan dan keberadaan individu dan masyarakat

2.ASPEK EKONOMIAGAMA-Tergantung pada pertanian/perdagangan yang ditentukan oleh alam dan keadaan alam ditentukan oleh TuhanLIBERALISME- Peran Negara kecil- Swasta mendominasi-Kapitalisme-Monopolisme-Persaingan bebasKOMUNISME-Peran Negara dominan-Demi kolektivitas berarti demi Negara-Monopoli NegaraSOSIALISME-Peran Negara ada untuk pemerataan- Keadilan distributi yang diutamakanFASISME-Peran Negara kecil-Kapitalisme-MonopolismePANCASILA-Peran negara ada untuk tidak terjadi monopoli dll yang merugikan rakyat

3.ASPEK AGAMAAGAMA-Setiap individu harus ber agama dan menjalan kan ibadah agama kepada Tuhannya karena Tuhan adalah tempat berganTung Semua makhlukLIBERALISME-Agama urusan pribadi-Bebas beragama (bebas memilih agama dan bebas tidak beragama)KOMUNISME-Agama candu masyarakat- Agama harus dijauhkan dari masyarakat-AtheisSOSIALISME-Agama harus mendorong berkembang nya kebersamaan-Diutamakan kebersamaan-Masyarakat sama dengan negaraFASISME-Agama candu masyarakat-Agama harus dijauhkan dari masyarakat-AtheisPANCASILA-Bebas memilih salah satu agama-Agama harus menjiwai dalam kehidupan bermasyara kat, berbangsa dan bernegara

4.PANDANGAN TERHADAP INDIVIDU DAN MASYARAKATAGAMA-Kemulia an individu dan masyara kat dinilai dari tingkat keimanannya dimata Tuhan sebagai mana diamanah kan lewat kitab-NyaLIBERALISME-Individu lebih penting dari pada masyara katKOMUNISME-Masyarakat di abdikan untuk individu- Individu tidak penting dan masyarakat tidak pentingSOSIALISME-Kolektivitas yang dibentuk negara lebih penting-Masyarakat lebih penting dari pada individu-Individu tidak pentingFASISME-Masyarakat tidak penting-Sosial budaya ditentukan oleh propaganda penguasa sehingga daya kritis masyarakat menjadi mundurPANCASILA- Individu diakui keberadaan nya- Hubungan individu dan masyarakat dilandasi 3S (selaras, seimbang, serasi)-Masyarakat ada karena ada individu-individu

BAB V Negara, Sumber Daya Alam, dan KesejahteraanI. Sumber daya alam di Indonesia dikuasai oleh negaraKonsep dasar hak menguasai sumber daya alam oleh negara termuat dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yang berbunyi : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sebelum amandemen, dalam Penjelasan Pasal 33 alinia 4 dijelaskan bahwa: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.Dari ketentuan Pasal 33 ayat 3 dan penjelasannya tersebut tampak bahwa, hubungan antara negara dengan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah hubungan penguasan. Artinya, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Apa yang dimaksud dengan dikuasai oleh negara, dalam UUD 1945 tidak ada penjelasan.Pejelasan otentik tentang pengertian bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya (Sumber daya alam) dikuasai oleh negara, termuat dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (LN. 1960-104, TLN. 2043) atau lebih terkenal dengan nama Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) yang mulai berlaku pada tanggal 24 September 1960. Pasal 2 UUPA merupakan aturan pelaksanaan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang menjelaskan pengertian SDA dikuasai oleh negara sebagai berikut:(1) Atas dasar ketentuan Pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkat tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.(2) Hak menguasai dari Negara tersebut dalam ayat 1 pasal ini memberi wewenang untuk :1. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;2. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;3. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa;(3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari negara tersebut pada ayat (2) pasal ini dipergunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.(4) Hak menguasai dari negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah.Dalam Penjelasaan Umum Nomor II/2 UUPA dijelaskan bahwa : Undang-undang Pokok Agraria berpangkal pada pendirian, bahwa untuk mencapai apa yang ditentukan dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar tidak perlu dan tidak pula pada tempatnya, bahwa bangsa Indonesia ataupun negara bertindak sebagai pemilik tanah, adalah lebih tepat jika negara, sebagai organisasi kekuasan seluruh rakyat (bangsa) bertindak selaku Badan Penguasa. Dari sudut inilah harus dilihat arti ketentuan Pasal 2 ayat (1) yang mengatakan bahwa, Bumi air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara. Sesuai dengan pangkal pendirian tersebut di atas perkataan dikuasai dalam pasal ini bukanlah berarti dimiliki akan tetapi adalah pengertian yang memberi wewenang kepada negara, sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia itu, untuk pada tingkat tertinggi:1. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaannya.2. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa itu.3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.Segala sesuatu dengan tujuan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur.Dari Pasal 2 dan penjelasannya tersebut, menurut konsep UUPA, pengertian dikuasai oleh negara bukan berarti dimiliki, tetapi hak yang memberi wewenang kepada negara untuk mengatur 3 hal tersebut di atas. Isi wewenang negara yang bersumber pada hak menguasai SDA tersebut semata-mata bersifat publik yaitu wewenang untuk mengatur (regulasi) dan bukan wewenang untuk menguasai tanah secara pisik dan menggunakan tanahnya sebagaimana wewenang pemegang hak atas tanah yang bersifat privat. Oleh karena itu, apabila negara memerlukan tanah untuk membangun kantor-kantor pemerintah, ditempuh cara dengan memberi suatu hak atas tanah (hak pakai atau hak pengelolaan) kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah itu.Menurut Pasal 2 ayat 3 UUPA, wewenang negara yang bersumber pada hak menguasai SDA itu digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Semua kebijakan pemerintah di bidang agraria yang dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan, harus dapat meningkatkan kemakmuran, kesejahteraan rakyat Indonesia. Kebijakan pemerintah di bidang agraria yang hanya menguntungkan segelintir orang (investor) dan merugikan rakyat banyak, tidak dapat dibenarkan.Hutan merupakan salah satu sumber daya alam di samping sumber daya alam yang lain, seperti bahan tambang, laut dan lain-lain. Oleh karena itu, peraturan-peratutan yang mengatur tentang hutan termasuk dalam bidang hukum agraria. UUPA tidak mengatur secara khusus mengenai hukum kehutanan ini, hanya dalam Pasal 46 menyebut dua macam hak yang berkaitan dengan hutan yaitu, hak membuka hutan dan hak memungut hasil hutan. Bunyi selengkapnya Pasal 46 tersebut adalah:(1) Hak membuka hutan dan memungut hasil hutan hanya dapat dipunyai oleh warganegara Indonesia dan diatur dengan Peraturan Pemerintah.(2) Dengan mempergunakan hak memungut hasil hutan secara sah tidak dengan sendirinya diperoleh hak milik atas tanah itu.Menurut Pasal 46 ayat 1 tersebut, aturan lebih lanjut mengenai hak membuka tanah dan memungu hasil hutan diatur dalam bentuk peratutan pemerintah. Namun aturan lebih lanjut dari kedua hak tersebut diatur dalam bentuk undang-undang yaitu, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan (LN. 1967-8, TLN. 2823) yang diganti oleh Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (LN. 1999-167, TLN. 3888).Dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999, dijelaskan beberapa definisi tentang:1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persatuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. (Pasal 1 nomor 2)2. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. (Pasal 1 nomor 4)3. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah (Pasal 1 nomor 5)4. Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.Dalam pasal 4 undang-undang tersebut menyatakan bahwa, semua hutan dalam wilayah Republik Indonesia dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara. Bunyi selengkapnya pasal 4 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 sebagai berikut:(1) Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.(2) Penguasaan hutan oleh negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberi wewenang kepada pemerintah untuk:1. Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, dan hasil hutan;2. Menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau bukan kawasan hutan; dan3. Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan.Dalam Penjelasan Umum antara lain dijelaskan bahwa: Penguasaan hutan oleh negara bukan merupakan pemilikan, tetapi negara memberi wewenang kepada pemerintah untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan; menetapkam kawasan hutan dan atau mengubah status kawasan hutan; mengatur dan menetapkan hubungan hukum antara orang dengan hutan atau kawasan hutan dan hasil hutan, serta mengatur perbuatan hukum mengenai hutan. Selanjutnya pemerintah mempunyai wewenang untuk memberikan izin dan hak kepada pihak lain untuk melakukan kegiatan di bidang kehutanan.Konsep dan asas hukum kehutanan nasional yang termuat dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999, sama dengan konsep dan asas hukum agraria nasional yang termuat dalam UUPA, yaitu: Hutan di Indonesia dan segenap isinya merupakan karunia Tuhan YME sebagai sumber daya alam yang memberi manfaat serta guna yang mutlak dibutuhkan oleh umat manusia, dengan amanat harus dilindungi dan dimanfaatkan guna kesejahteraan rakyat secara lestari. (Konsideran Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999). Menurut konsep dan asas tersebut, jelas bahwa pengaturan hukum kehutanan di Indonesia harus memperhatikan manfaat dan lestari dengan tujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.II. Kebijakan pemerintah dalam menerapkan asas manfaat dan lestariTampaknya asas manfaat dan lestari ini belum dapat diterapkan secara penuh. Hal ini terbukti dengan adanya kerusakan hutan yang sudah mencapai titik kulminasi yang sangat memprihatinkan. Departemen Kehutanan Republik Indonesia telah menyatakan bahwa, laju kerusakan hutan pada kurun waktu 1998-2000 telah mencapai angka 3,8 juta hektar pertahun. Berdasar data Forest Watch Indonesia (FWI) laju kerusakan hutan dalam 3 tahun terakhir yaitu tahun 2001-2003 telah mencapai 4,1 juta hektar pertahun. (www.gatra.com). Laju Kerusakan Hutan di Indonesia Terparah di Planet Ini, dikutip dari Henri Subagiyo, Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hak Kepemilikan Jaminan Fiducia dalam Upaya Pemberantasan Illegal Logging, dalam Jurnal Konstitusi, Volome 3 nomor 3 Mei 2006).Kerusakan hutan ini menyebabkan semakin buruknya kondisi lingkungan hidup termasuk hutan di Indonesia. Pengelolaan SDA yang tidak sesuai dengan daya dukungnya menyebabkan timbulnya kerusakan SDA yang sangat parah. Hampir semua SDA di Indonesia mengalami penurunan kualitas dan kuantitas dari waktu ke waktu karena pengelolaan yang tidak memperhatikan asas manfaat dan lestari.Untuk mengatasi degradesi kualitas dan kuantitas SDA tersebut, Pemerintah Republik Indonesia dalam Agenda Pembangunan Nasional tahun 2004-2009 menyebutkan bahwa: SDA dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup.Dengan demikian maka, pengelolaan SDA harus memperhatikan asas manfaat dan lestari serta bertujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Asas ini harus diterapkan dalam semua sektor pembangunan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup (Sustainable Development).Berkaitan dengan Agenda Pembangunan Nasional tersebut, pemerintah menentukan sasaran pembangunan di bidang kehutanan yaitu:1. Tegaknya hukum, khususnya dalam pemberantasan pembalakan liar (illegal logging) dan penyelundupan kayu;2. Penetapan kawasan hutan dalam tata-ruang seluruh propinsi di Indonesia, setidaknya 30 % dari luas hutan yang telah ditata-batas;3. Penyelesaian penetapan kesatuan pengelolaan hutan;4. Optimalisasi nilai tambah dan manfaat hasil hutan;5. Meningkatkan hasil hutan non kayu sebesar 30 % dari produksi tahun 2004;6. Bertambahnya hutan tanaman industri (HTI), minimal seluas 5 hektar, sebagai basis pengembangan ekonomi hutan;7. Konservasi hutan dan rehabilitasi lahan di 282 DAS prioritas untuk menjamin pasokan air serta sistem penopang kehidupan lainnya;8. Desentralisasi kehutanan melalui pembagian wewenang dan tanggung-jawab yang disepakati oleh Pusat dan Daerah;9. Berkembangnya kemitraan antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat dalam pengelolaan hutan lestariDalam nomor 1 Agenda Pembangunan Nasional tersebut dinyatakan bahwa, pemberantasan pembalakan liar (illegal Logging) menjadi urutan pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah. Pakar ekonomi Dr Budi P Resosudarmo mengemukakan bahwa, kerugian yang dialami oleh bangsa Indonesia akibat illegal logging ini mencapai USD 12 milliar pertahun. Departeman Kehutanan sendiri memperkirakan kerugian negara akibat illegal logging telah mencapai Rp 30,42 triliun pertahun. (Henri Subagiyo, op cit, h.85)Komitmen pemerintah untuk memberantas illegal loggong ditindak-lanjuti dengan berlakunya Instruksi Presiden Nomor. 4 Tahun 2005 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Secara Illegal di Kawasan Hutan dan Peredarannya di Seluruh Wilayah Indonesia. Dalam Instruksi Presiden itu, Presiden memberi mandat kepada 18 instansi pemerintah untuk memberantas pembalakan liar (illegal logging) beserta peredarannya, yaitu kepada : Menko Bidang Politik dan HAM (koordinator), Menteri Kehutanan, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Perhubungan, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Luar Negeri, Menteri Pertahanan, Menteri Perindustrian, Menakertrans, Menteri Lingkungan Hidup, Jaksa Agung, Kapolri, Panglima TNI, Kepala BIN, Gubernur dan Bupati/Walikota.Dalam Inspres tersebut Presiden memerintahkan kepada semua instansi pemerintah itu untuk menindak secara tegas para pelaku pembalakan liar dan peredarannya yang diharapkan dapat memberantas illegal loggong.Di samping kerusakan hutan terutama disebabkan oleh pembalakan liar, juga disebabkan oleh adanya konversi hutan menjadi perkebunan dan pemberian Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan. Pengrusakan hutan ini menyebabkan timbulnya bencana alam misalnya berupa banjir dan tanah longsor yang berkepanjangan yang sering kali memakan korban jiwa dan harta benda.III. Kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan penyelenggaraan hutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyatPengelolaan SDA termasuk hutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, secara tegas diatur dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945, Pasal 2 ayat 3 UUPA dan Pasal 3 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 sebagaimana telah dijelaskan di atas. Tampaknya dalam praktik asas ini belum diterapkan secara optimal. Hal ini terbukti dengan tingkat kemakmuran rakyat khususnya yang berdomisili di sekitar hutan masih memprihatinkan.Pemerintah Orde Baru menggunakan paradigma pengelolaan dan pengusahaan hutan yang didominasi oleh negara. Dengan paradigma ini memberi wewenang yang absolut kepada pemerintah untuk menguasai, mengatur, mengelola dan mengusahakan SDA semata-mata sebagai sumber pendapatan (devisa) negara. Melalui piranti hukum dan kebijakan yang bernuansa represif, secara sistematik negara cenderung mengabaikan dan menggusur akses, kepentingan serta hak-hak masyarakat atas sumber daya hutan, dan bahkan mengkriminalisasi masyarakat lokal yang mencoba mengakses sumber daya hutan untuk kebutuhan hidup subsistemnya. Kosekwensinya, terjadi proses marginalisasi dan viktimisasi yang tidak hanya menyangkut sumber-sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga memarginali-sasi kekayaan sosial dan kulturan masyarakat (social and cultural assets), khususnya pengetahuan, teknologi, tradisi-tradisi, dan praktik-praktik pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya hutan yang dilakukan masyarakat. (I Nyoman Nurjaya, 2001, Magersari: Studi Kasus Pola Hubungan Kerja Penduduk Setempat Dalam Pengusahaan Hutan, Disertasi, h.194)Salah satu peraturan perundang-undangan yang menggusur hak-hak masyarakat hukum adat terdadap hutannya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1970 tentang Hak Pengusahaan Hutan dan Hak Pemungutan hutan. Dalam Pasal 6 peraturan pemerintah tersebut berbunyi:(1) Hak-hak masyarakat hukum adat dan anggota-anggotanya untuk memungut hasil yang didasarkan atas suatu peraturan hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada, pelaksanaannya perlu ditertibkan sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pengusahaan hutan.(2) Pelaksanaan tersebut dalam ayat (1) pasal ini harus seizin Pemegang Hak Pengusahaan Hutan yang diwajibkan meluluskan pelaksanaan hak tersebut pada ayat (1) pasal ini yang diatur dengan suatu tata tertib sebagai hasil musyawarah antara Pemegang Hak dan Masyarakat Hukum Adat dengan bimbingan dan pengawasan Dinas Kehutanan.(3) Demi keselamatan umum, di dalam areal hutan yang sedang dikerjakan dalam rangka pengusahaan hutan, pelaksanaan hak rakyat untuk memungut hasil hutan dibekukan.Menurut Pasal 6 ayat 3 tersebut, demi keselamatan umum, di dalam areal yang sedang dikerjakan dalam rangka pengusahaan hutan, pelaksanaan hak-hak masyarakat hukum adat untuk memungut hasil hutan dibekukan. Dalam peraturan pemerintah tersebut tidak ada penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan dibekukan itu. Dibekukan artinya, dimatikan atau ditiadakan, sehingga di areal hutan yang sedang dikerjakan dalam rangka pengusahaan hutan, pelaksanaan hak-hak masyarakat hukum adat untuk memungut hasil hutan ditiadakan. Akibatnya, masysrakat hukum adat setempat tidak boleh lagi (dilarang) untuk mengambil hasil hutan di areal hutan adatnya. (Muhammad Bakri, 2007, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara Paradigma Baru Untuk Reformasi Agraria, h. 143-144)Pada dekade terakhir ini timbul gagasan untuk mengubah paradigma lama yaitu State Dominate Control and Management dengan mengenalkan paradigma baru yaitu paradigma yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat lokal yang terkenal dengan nama paradigma pengelolaan sumber daya hutan yang berbasis masyarakat (Community Based Forest Management), dengan melibatkan serta memberi peran yang lebih proporsional kepada masyarakat lokal dalam pengelolaan dan pengusahaan sumber daya hutan (I Nyoman Nurjaya, op cit, h.195)Oleh karena itu, untuk mendongkrak tingkat kemakmuran rakyat khususnya yang berdomisili di sekitar hutan, paradigma yang bertumpu pada domonasi negara harus diganti dengan paradigma yang melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan (Community Based Forest Management), dan pengingkaran hak-hak masyarakat hukum adat terhadap hutan adatnya harus segera diakhiri.B. KESIMPULANA. Kesimpulan1. Kekayaan alam yang ada di Indonesia dikuasai oleh negara. Arti dikuasai oleh negara bukanlah berarti dimiliki tetapi berarti hak yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk mengatur (wewenang regulasi): 2. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan SDA;3. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa;4. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang menganai bumi, air dan ruangf angkasa.5. Asas dan tujuan penyelenggaraan kehutanan adalah, berasaskan manfaat dan lestari dengan tujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.6. Kebijakan pemerintah dalam menerapkan asas manfaat dan lestari, tampaknya belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini terbukti dengan makin rusaknya hutan di Indonesia yang menyebabkan timbulnya bencana alam yang berkepanjangan. Kerusakan hutan ini antara lain disebabkan oleh: adanya pembalakan liar dan konversi hutan menjadi perkebunan serta pemberian hak Pengusahaan Hutan yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan7. Kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan penyelenggaraan kehutanan yaitu sebesar-besar kemakmuran rakyat juga belum dapat dicapai secara memuaskan. Hal ini ditandai dengan semakin terpuruknya tingkat kemakmuran rakyat khususnya yang bermukim di sekitar hutan.