Kewarganegaraan

6
Muhammad Ega Nugroho Perdana Kelas G 11010114130394 Tugas Pengganti 13 November 2014 Berikan komentar saudara apakah putusan Prof. Bismar Siregar menjatuhkan pidana mati terhadap Albert Togas bertentangan dengan HAM ? Sekilas pidana mati memang bertentangan dengan HAM. Prof. Bismar Siregar menjatuhkan pidana mati tersebut bukan tanpa alasan. Kasusnya adalah Albert Togas yang membunuh secara keji seorang staf ahli perusahaan PT Bogasari yang bernama Nurdin Kotto. Padahal selama Albert menganggur, Albert justru ditolong oleh Nurdin. Albert membunuh Nurdin karena dia di-PHK. Yang membuat kasus ini dianggap sebagai sesuatu yang keji adalah karena bukan hanya dibunuh saja, melainkan sehabis itu juga dagingnya dipotong-potong, dagingnya dicincang, dicuci bersih, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dibuang ke sebuah kali di Tanjung Priok. Hal inilah yang membuat Prof.Bismar Siregar menjatuhkan pidana mati kepada Albert tersebut. Menurutnya, perbuatan tersebut sama saja dengan air susu dibalas air tuba. Kekejaman yang dilakukan Albert-lah yang membuat Prof.Bismar menjatuhkan pidana mati padanya. Menurut saya, apa yang dilakukan Prof. Bismar Siregar atas kasus tersebut sudah benar dan tepat pada tindakannya. Bukan tanpa alasan melakukan hal tersebut. 1

description

hai

Transcript of Kewarganegaraan

Muhammad Ega Nugroho PerdanaKelas G11010114130394Tugas Pengganti 13 November 2014Berikan komentar saudara apakah putusan Prof. Bismar Siregar menjatuhkan pidana mati terhadap Albert Togas bertentangan dengan HAM ?Sekilas pidana mati memang bertentangan dengan HAM. Prof. Bismar Siregar menjatuhkan pidana mati tersebut bukan tanpa alasan. Kasusnya adalah Albert Togas yang membunuh secara keji seorang staf ahli perusahaan PT Bogasari yang bernama Nurdin Kotto. Padahal selama Albert menganggur, Albert justru ditolong oleh Nurdin. Albert membunuh Nurdin karena dia di-PHK. Yang membuat kasus ini dianggap sebagai sesuatu yang keji adalah karena bukan hanya dibunuh saja, melainkan sehabis itu juga dagingnya dipotong-potong, dagingnya dicincang, dicuci bersih, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dibuang ke sebuah kali di Tanjung Priok. Hal inilah yang membuat Prof.Bismar Siregar menjatuhkan pidana mati kepada Albert tersebut. Menurutnya, perbuatan tersebut sama saja dengan air susu dibalas air tuba. Kekejaman yang dilakukan Albert-lah yang membuat Prof.Bismar menjatuhkan pidana mati padanya. Menurut saya, apa yang dilakukan Prof. Bismar Siregar atas kasus tersebut sudah benar dan tepat pada tindakannya. Bukan tanpa alasan melakukan hal tersebut. Ibaratnya menurut saya pada kasus tersebut seseorang yang diberi pertolongan oleh orang lain tetapi tidak tahu balas budi. Pidana mati memang bisa dilakukan dan dijatuhkan untuk sesuatu hal yang sudah sangat di luarkemanusiaan. Pidana mati itu sendiri sebenarnya juga telah diatur dalam kitab suci Al-Quran yang istilahnya di dalamnya dikenal dengan qishas. Hal ini dapat memberikan efek jera pada tersangkanya dan memberikan gambaran pada masyarakat bahwa setiap perbuatan jahat yang dilakukan pasti selalu ada hukumannya dan setiap hukuman yang diberikan tergantung dari ukuran kejahatan yang dilakukan. Pidana mati memang bertentangan dengan HAM. Tetapi bisa memberikan gambaran bahwa setiap kejahatan yang dilakukan akan selalu ada balasannya tergatung dari ukuran kejahatan itu.Muhammad Ega Nugroho Perdana11010114130394Kelas G

Model ideal dalam mewujudkan social welfare policy dan social defence policy ?Dalam suatu negara pasti dibutuhkan suatu kebijakan untuk mengatur dalam rangka mencapai suatu tujuan nasional suatu negara tersebut. Oleh karena itu, maka dibentuklah suatu kebijakan nasional yang dibuat dengan tujuan untuk mencapai tujuan nasionalnya. Kebijakan nasional dalam suatu negara bisa dikenal dalam dua bentuk. Dua bentuk itu yaitu social welfare policy dan social defence policy. Social welfare policy mengandung arti kebijakan nasional dalam upaya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Sedangkan social defence policy mengandung arti kebijakan nasional dalam upaya memberikan perlindungan masyarakat. Jika keduanya digabungkan, maka akan membentuk suatu kebijakan yang dikenal dengan nama kebijakan kriminal (criminal policy). Kebijakan kriminal atau criminal policy itu dapat dibuatkan dalam pengertian yang secara sempit dan luas. Secara sempit, kebijakan kriminal artinya adalah keseluruhan azas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana. Sedangkan dalam arti luas, kebijakan kriminal dapat dimaknai sebagai keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukum, termasuk di dalamnya cara kerja dari pengadilan dan polisi. Dua pengertian ini dikutip dari pendapat Prof.Soedarto. Kebijakan kriminal ini dapat dibagi dalam penal policy dan non penal policy. Penal policy dapat diartikan sebagai penerapan hukum pidana. Sedangkan non penal policy dapat diartikan sebagai pencegahan tanpa penerapan hukum pidana (prevention without punishment) yaitu dengan pemberian sanksi administratif dan sanksi perdata atau mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pembinaan lewat media massa (influencing views of society on crime and punishment). Dengan kata lain, penal policy lebih menitikberatkan pada upaya yang bersifat pembalasan atau upaya represif sedangkan non penal policy lebih menitikberatkkan pada upaya yang bersifat pencegahan atau upaya preventif. Namun sekarang yang menjadi fokus dari hal utama adalah bagaimana membuat suatu model ideal dalam mewujudkan social welfare policy dan social defence policy. Model ideal yang dimaksud di sini adalah berbentuk suatu peraturan atau kebijakan. Untuk social welfare policy, berarti di sini adalah menciptakan suatu kebijakan untuk kesejahteraan sosial masyarakatnya. Kebijakan itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk yang dapat memenuhi kesejahteraan sosialnya. Di Indonesia sendiri, dapat dikatakan kebijakan untuk mewujudkan social welfare policy itu sendiri sudah cukup terpenuhi walaupun terkadang masih ada yang menggantung sedikit. Kebijakan yang sudah pernah dilakukan di Indonesia dalam mencapai hal itu contohnya adalah program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dicanangkan pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sedangkan pada masa pemerintahan yang baru ini, yaitu era Presiden Joko Widodo sedang digalakkan suatu program atau kebijakan untuk mencapai kesejahteraan sosial masyarakatnya. Kebijakan yang sedang digalakkan sekarang adalah program Kartu Sakti Presiden Jokowi. Kartu Sakti tersebut terdiri dari tiga bentuk yaitu Kartu Jakarta Sehat, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Keluarga Sejahtera. Tiga Kartu Sakti tadi menjadi harapan Pak Jokowi dalam mencapai kebijakan untuk kesejahteraan sosial masyarakat Indonesia di era pemerintahannya sekarang ini. Sedangkan untuk social defence policy atau kebijakan untuk melindungi masyarakat biasanya berada dalam naungan payung hukum. Di sini, para penegak hukum menjadi senjata untuk melindungi masyarakat. Kebijakan yang dapat dilakukan untuk melindungi masyarakat biasanya adalah dengan membuat suatu peraturan dalam rangka melindungi masyarakat tersebut. Di Indonesia, untuk melindungi masyarakat biasanya pemerintah membentuk suatu aparat penegak hukum yang dapat memberikan perlindungan pada masyarakat itu sendiri. TNI dan polisi adalah contoh sebagian dari kebijakan dalam bentuk suatu upaya dalam melindungi masyarakat. Contoh lainnya adalah kebijakan-kebijakan berupa peraturan yang dibuat untuk melindungi masyarakat itu sendiri. Begitu banyak model ideal yang sering diterapkan untuk mencapai dua kebijakan di atas oleh para pemimpin di negara ini. Terkadang, seringkali kebijakan itu justru bertentangan dengan masyarakat dan seringkali tidak memperhatikan pihak-pihak tertentu. Kemudian, hal itulah yang membuat seringkali kebijakan itu tidak bisa berdampak banyak bagi kehidupan masyarakat baik dalam melaksanakan kesejahteraan sosial dan juga memberikan perlindungan kepada masyarakat tersebut. Umumnya dalam menciptakan suatu model ideal harus memperhatikan seluruh pihak-pihak terkait dan juga sasaran dari model ideal itu sendiri. Supaya nantinya jika model ideal itu diwujudkan untuk dua kebijakan di atas, dapat berlangsung dengan baik dan justru membawa keberuntungan ataupun kebaikan kepada pihak-pihak yang menjadi sasaran dari kebijakan itu. Bukan mendatangkan sesuatu yang pada akhirnya justru menimbulkan sesuatu yang tidak baik bagi masyaraka tersebut. Model ideal atas kebijakan itu juga harus dinaungi oleh payung hukum tertentu. Dengan kata lain, harus ada suatu landasan hukum yang menjadi payung dari dicanangkannya hal tersebut. Tidak boleh ada suatu kebijakan yang diterapkan tanpa ada payung hukum tersebut. Hal itu juga justru mendatangkan hal yang tidak baik nantinya. Di Indonesia sendiri, dua kebijakan tersebut selalu dibuat oleh para pemimpin negara ini selama masa pemerintahannya. Hal positif dan negatif tentu mewarnai kebijakan tersebut. Negara Indonesia sekarang ini sudah memasuki era pemerintahan yang baru yaitu era Presiden Joko Widodo. Semoga nantinya apapun kebijakan yang beliau ambil untuk mengatur dua hal di atas dapat mendatangkan kebaikan dan manfaat untuk seluruh lapisan masyarakat yang ada di negara Indonesia tersebut.

Web terkait :http://nurulhidayati.files.wordpress.com/2011/05/analisis-kebijakan-publik1.ppthttp://stih-malang.blogspot.com/2013/06/materi-kuliah-kebijakan-hukum-pidana.htmlhttp://kilometer25.blogspot.com/2012/09upaya-non-penal-dalam-menanggulangi.html

4