Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

19
Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________ Kewajiban Wajib Pajak Sistem pemungutan pajak yang berlaku saat ini adalah sistem Self Assessment, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan, tanggung jawab kepada masyarakat wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pemenuhan kewajiban pajak-nya kepada negara. Untuk memenuhi kewajiban tersebut dapat diuraikan dan dirinci kewajiban mereka sebagai berikut: 1. Mendaftarkan Diri Pertama-tama mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan telah diwajibkan untuk membayar pajak, mereka harus mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai wajib pajak atau untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Pendaftaran dilakukan pada pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal, tempat usaha atau tempat kedudukan wajib pajak. Kantor Ditjen Pajak dimaksud pada umumnya adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat. (Pasal 2 UU no 6 th 1983) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya. (Pasal 1 UU no 8 th 1983). Dalam hal seseorang/suatu badan telah memenuhi kewajiban subyektif maupun obyektif dibidang perpajakan, sedangkan yang bersangkutan belum mendaftarkan diri untuk mem-peroleh NPWP, maka kepada mereka diterbitkan NPWP secara jabatan. (Pasal 2 ayat (4a) UU nomor 28 tahun 2007) Fungsi NPWP a. Sebagai pengenal diri atau identitas wajib pajak; b. Untuk menjaga ketertiban dalam administrasi wajib pajak; Saat Pendaftaran Diri sebagai Wajib Pajak Paling lambat satu bulan sejak usaha dijalankan, bagi wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan bagi wajib pajak badan; Paling lambat akhir bulan berikutnya, bagi wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha bebas apabila sampai dengan suatu bulan bulan mencapai jumlah telah melebihi PTKP setahun. 2. Melaporkan Usaha untuk Mendapaftarkan Diri untuk Memperoleh Nomor Pengusaha Kena Pajak (NPKP) Setiap wajib pajak sebagai pengusaha yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal, tempat kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Kantor Ditjen Pajak dimaksud pada umumnya adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat. (Pasal 2 ayat (2) UU no 6 tahun 1983) Fungsi NPKP __________________________________________________________________________________________ _______Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.8/15/2022 1

description

Hukum Perpajakan

Transcript of Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Page 1: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

Kewajiban Wajib Pajak

Sistem pemungutan pajak yang berlaku saat ini adalah sistem Self Assessment, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan, tanggung jawab kepada masyarakat wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pemenuhan kewajiban pajak-nya kepada negara. Untuk memenuhi kewajiban tersebut dapat diuraikan dan dirinci kewajiban mereka sebagai berikut: 1. Mendaftarkan Diri

Pertama-tama mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan telah diwajibkan untuk membayar pajak, mereka harus mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai wajib pajak atau untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).Pendaftaran dilakukan pada pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal, tempat usaha atau tempat kedudukan wajib pajak. Kantor Ditjen Pajak dimaksud pada umumnya adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat.(Pasal 2 UU no 6 th 1983)Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.(Pasal 1 UU no 8 th 1983).Dalam hal seseorang/suatu badan telah memenuhi kewajiban subyektif maupun obyektif dibidang perpajakan, sedangkan yang bersangkutan belum mendaftarkan diri untuk mem-peroleh NPWP, maka kepada mereka diterbitkan NPWP secara jabatan. (Pasal 2 ayat (4a) UU nomor 28 tahun 2007)

Fungsi NPWPa. Sebagai pengenal diri atau identitas wajib pajak;b. Untuk menjaga ketertiban dalam administrasi wajib pajak;

Saat Pendaftaran Diri sebagai Wajib Pajak Paling lambat satu bulan sejak usaha dijalankan, bagi wajib pajak orang

pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan bagi wajib pajak badan;

Paling lambat akhir bulan berikutnya, bagi wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha bebas apabila sampai dengan suatu bulan bulan mencapai jumlah telah melebihi PTKP setahun.

2. Melaporkan Usaha untuk Mendapaftarkan Diri untuk Memperoleh Nomor Pengusaha

Kena Pajak (NPKP) Setiap wajib pajak sebagai pengusaha yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal, tempat kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Kantor Ditjen Pajak dimaksud pada umumnya adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat. (Pasal 2 ayat (2) UU no 6 tahun 1983)

Fungsi NPKP Untuk mengetahui identitas PKP; Untuk sarana memenuhi kewajiban PPN dan PPn BM; Untu sarana pengawassan bagi administrasi perpajakan.

Pengusaha Kena Pajak, adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Penjelasan selanjutnya tentang PPN akan diuraikan pada kuliah tentang PPN.

Penghapusan NPWP Penghapusan NWP dilakukan oleh Dirjan Pajak apabila:

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

1

Page 2: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

Diajukan permohonan oleh WP atau ahli warisnya apabila WP sudah tidak memenuhi syarat subyektif dan/atau obyektif sesuai dengan ketentuan perpajakn yang berlaku;

WP Badan yang dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha; WP BUT yang menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia; Dianggap pelu oleh Dirjen Pajak karena WP sudah tidak memenuhi

persyaratan subyektif maupun obyektif sebagai WP.{ UU no 28 tahun 2007 pasal 2 ayat (6) }

3. Mengisi dan Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahunan dengan benar, lengkap dan jelas, dalam bahasa Indonesia, dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah serta menandatangani dan menyampaikan ke Kantor Ditjen Pajak.Wajib pajak dapat menyelenggarakan pembukuan dengan bahasa asing dan mata uamg selain rupiah setelah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan.(pasal 4 UU no 6 tahun 1983)Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, obyek pajak dan atau bukan obyek pajak, harta dan kewajiban.Surat Pemberitahuan dapat dibedakan menjadi Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) dan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa. SPT Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk satu tahun pajak, sedangkan SPT Masa adalah surat pemberitahunan untuk suatu masa pajak (bulan).

Fungsi SPT Bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang terutang;

Untuk melaporkan pembayaran dan perlunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan/pemungutan pajak oleh pihak lain dalam satu tahun pajak;

Untuk melaporkan penyetoran atas pemotongan/pemungutan pajak pada suatu masa pajak atau tahun pajak;

Bagi Pengusaha Kena Pajak Untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan PPN dan PPn

BM yang terutang; Untuk melaporkan pengkreditan Pajak Masukan atas Pajak Keluaran; Untuk melaporkan pembayaran atau perlunasan pajak yang dilakukan oleh

PKP dalam suatu masa pajak;

Macam-macam SPT Tahunan meliputi : SPT Tahunan PPh WP Badan, SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi, Catatan: Sampai dengan tahun 2008 dikenal adanya SPT Tahunan PPh pasl 21. Namun sejak tahun 2009 SPT Tahunan PPh pasal 21 dihapuskan, digantikan dengan SPT bulan Desember yang berfungsi sebagai SPT Tahunan.

Macam-macam SPT Masa : SPT Masa PPh 21 dan PPh pasal 26, SPT Masa PPh Badan/Orang Pribadi (berupa lembar-3 Surat Setoran), SPT Masa PPN.

Saat Menyampaikan SPTSPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi harus disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun pajak. Sebagai contoh apabila tahun pajak berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 maka SPT Tahunan harus dimasukkan paling lambat tangga 31 Maret 2010.SPT Tahunan PPh WP Badan disampaikan paling lambat 4 (empat) bulan setelah berakhirnya tahun pajak. Sebagai contoh apabila tahun pajak berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 maka SPT Tahunan harus dimasukkan paling lambat tangga 30 April 2010.

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

2

Page 3: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

SPT Masa Pajak Penghasilan harus disampaikan paling lambat 20 (duapuluh) hari setelah akhir masa pajak. Contoh: SPT Masa bulan Juli 2010 paling lambat harus dimasukkan ke KPP tanggal 20 bulan Agustus 2010.SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah (SPT PPN dan SPT PPn BM) harus disampaikan paling lambat akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Contoh SPT PPN dan PPn BM bulan Juli 2010 paling lambat harus dimasukkan paling lambat tanggal 31 Agustus 2010.

4. Menyetor Pajak TerutangPajak yang harus disetor meliputi :a. Angsuran bulanan PPh/PPh pasal 25: yakni jumlah pajak yang harus disetor oleh

wajib pajak badan maupun wajib pajak orang pribadi secara teratur setiap bulan. Besarnya angsuran pajak yang harus disetor adalah sama dengan 1/12 dari jumlah pajak tahun sebelumnya.

Surat Setoran PajakPenyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Surat Setoran Pajak tersebut bentuknya sudah dibakukan oleh Dirjen Pajak.

Tempat Penyetoran PajakPenyetoran pajak dapat dilakukan di Kantor Pos, Bank Pemerintah atau Bank Swasta yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Bank yang ditunjuk sebagai bank tempat penyetoran pajak disebut Bank Persepsi.

Saat PenyetoranPenyetoran angsuran bulanan PPh pasal 25 harus sudah dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Contoh: Angsuran PPh WP Badan bulan Juli 2010 paling lambat harus disetor tanggal 15 Agustus 2010.

Surat Tagihan PajakSarana untuk menagih pokok pajak dan atau sanksi bunga tersebut adalah Surat Tagihan Pajak (STP). Dengan kata lain Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat yang digunakan sebagai sarana untuk melakukan penagihan pajak dan atau sanksi bunga atau denda.

b. Setoran Akhir Tahun PPh Badan/Orang Pribadi atau PPh pasal 29Pajak penghasilan dalam suatu tahun pajak baru dapat diketahui setelah berakhirnya tahun pajak. Setelah berakhirnya suatu tahun, penghasilan wajib pajak baru dapat diketahui dengan cara menutup buku dan menyusun neraca dan Daftar Laba/Rugi. Berdasarkan laba yang secara definitif diketahui maka besarnya PPh terutang sudah dapat ditentukan. Dilain pihak selama tahun berjalan wajib pajak telah menyetor angsuran bulanan. Apabila jumlah pajak terutang lebih besar dari jumlah angsuran selama satu tahun maka kekurangnnya harus disetor dengan contoh perhitungan sebagai berikut; Contoh: Tahun 2009 PPh telah dihitung oleh wajib pajak sebesar ………

Rp150.000.000. Jumlah Angsuran PPh pasal 25 ………………………………..….…… Rp120.000.000 PPh pasal 29 (Kekurangan Pajak untuk tahun 2009) ………… Rp 30.000.000

Saat Penyetoran Wajib Pajak BadanPenyetoran PPh pasal 29 Wajib Pajak Badan harus sudah dilakukan paling lambat akhir bulan ke empat sejak tahun pajak berakhir. Contoh: Untuk Wajib Pajak Badan yang akhir tahun bukunya ditutup pada tanggal 31 Deseber 2009, maka saat penyetoran PPh pasal 29-nya paling lambat tanggal 30 April 2010.

Saat Penyetoran Wajib Pajak Orang PribadiPenyetoran PPh pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi harus sudah dilakukan paling lambat akhir bulan ke tiga sejak tahun pajak berakhir. Contoh: Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang akhir tahun bukunya ditutup pada tanggal 31

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

3

Page 4: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

Deseber 2009, maka saat penyetoran PPh pasal 29-nya paling lambat tanggal 31 Maret 2010.

c. PPh pasal 21 Masa Pajak Penghasilan pasal 21 adalah pajak penghasilan yang dipotong atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri dari pemberi kerja, bendaharawan, penyelenggara kegiatan, dana pensiun dan badan-badan tertentu.Pada setiap masa (bulan) saat pemberi penghasilan tersebut membayarkan penghasilan, kepadanya diwajibkan untuk memotong pajak penghasilan dan menyetorkannya ke Kas Negara.

Saat PenyetoranPenyetoran angsuran bulanan PPh pasal 21 harus sudah dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

d. PPh pasal 26 Pajak Penghasilan pasal 26 adalah pajak penghasilan yang dipotong atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang diperoleh wajib pajak luar negeri dari pemberi kerja, bendaharawan, penyelenggara kegiatan, dana pensiun dan badan-badan tertentu.Pada setiap masa (bulan) saat pemberi penghasilan tersebut membayarkan penghasilan, kepadanya diwajibkan untuk memotong pajak penghasilan dan menyetorkannya ke Kas Negara.

Saat Penyetoran PPh pasal 26Penyetoran angsuran bulanan PPh pasal 26 harus sudah dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

e. PPh pasal 23 Pajak Penghasilan pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dipotong atas penghasilan berupa: dividen, bunga, royalty, hadiah, sewa dan imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan jasa lainnya (sepanjang belum dipotong PPh pasal 21), yang dibayarkan atau terutang oleh: subyek pajak dalam negeri, badan pemerintah, penye-lenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan perusahaan luarnegeri, kepada wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.

Pada setiap masa (bulan) saat pemberi penghasilan tersebut membayarkan penghasilan, kepadanya diwajibkan untuk memotong pajak penghasilan dan menyetorkannya ke Kas Negara.

Saat Penyetoran PPh Pasal 23Penyetoran angsuran bulanan PPh pasal 23 harus sudah dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

f. Pajak Pertambahan NilaiPajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dipungut atas penyerahan barang dan jasa yang dilakukan didaerah pabean. Barang yang dikenakan adalah barang kena pajak dan jasa yang dikanakan adalah jasa kena pajak. Uraian lebih lanjut tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) akan disampaikan pada mata kuliah Perpajakan.

Saat Penyetoran PPNPenyetoran PPN harus sudah dilakukan paling lambat akhir bulan berikutnya setelah masa bulan yang bersangkutan. Contoh: PPN Masa Juli 2010 paling lambat harus disetor tanggal 31 Agustus 2010. Ketentuan sebagaimana dikemukakan dimuka berlaku sejak 1 April 2010. Penyetoran PPN untuk masa sebelum 1 April 2010 harus dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.

5. Menyelenggarakan Pembukuan

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

4

Page 5: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

Yang diwajibkan menyelenggarakan pembukuan adalah: Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan.

Pengetian Pembukuan diatur dalam UU KUP pasal 1 angka 29 (UU no 28 th 2007) yang menyatakan bahwa pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang dan jasa, yang ditutup dengan penyusunan laporan keuangan berupa neraca dan laporan Laba Rugi pada setiap akhir tahun.

a. Syarat-Syarat Pembukuan Berdasarkan UU KUP pasal 28 telah digariskan persyaratan pembukuan sebagai berikut :1) Pembukuan harus diselenggaran dengan iktikat baik dan mencerminkan

keadaan dan kegiatan usaha yang sebenarnya;2) Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia, dengan

huruf latin, angka Arab, dengan bahasa Indonesia dengan satuan mata uang rupiah.

3) Dimungkinkan pembukuan diselenggarakan dalam bahasa Inggris dengan satuan mata uang US $ dengan ijin Menteri Keuangan.

4) Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban atau utang, modal, penghasilan dan biaya serta penjualan dan pembelian;

5) Pembukuan harus ditutup setiap akhir tahun dengan membuat neraca dan laporan Laba/Rugi berdasarkan prinsip pembukuan yang taat azas (konsisten) dengan tahun sebelumnya;

6) Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat azas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.

7) Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku harus mendapatkan persetujuan Dirjen Pajak.

8) Buku-buku dan catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang menjadi pembukuan atau pencatatan atau dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program on-line harus disimpan dalam waktu 10 tahun. Batas watu 10 tahun ini terkait dengan adanya batas kadaluwarsa tindakan penagihan pajak yang boleh dilakukan terhadap wajib pajak.

6. Kewajiban Sehubungan dengan Pemeriksaan Apabila wajib pajak diperiksa maka wajib pajak diwajibkan untuk: a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku-buku atau catatan-catatann,

dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau obyek yang terutang pajak.

b. Memberikan kesempatan kepada aparat untuk memasuki ruangan atau tempat tertentu yang dipandang diperlukan.

c. Memberikan keterangan lain yang diperlukan.

7. Tahun Pajak dan Tahun BukuPada dasarnya tahun pajak adalah sama dengan tahun takwim (tahun kalender). Sedangkan tahun buku adalah periode antara dimulainya pembukuan sampai dengan ditutupnya pembukuan. Dalam hal tahun buku sama dengan tahun takwim maka tahun pajaknya adalah sama dengan tahun takwim. Wajib Pajak dapat menggunakan tahun buku tidak sama dengan tahun takwim apabila dipandang perlu.Apabila buku pajak tidak sama dengan tahun takwim (kalender) maka penyebutan tahun pajaknya menggunakan tahun yang didalamnya terdapat enam bulan pertama atau lebih. Apabila lebih dari enam bulan berada pada tahun berikutnya maka tahun pajaknya mengikuti tahun berikutnya tersebut. Contoh : Pembukuan dimulai tanggal 1 Juli 2009 dan diakhiri tanggal 30 Juni 2010,

maka tahun pajaknya adalah tahun 2009, karena enam bulan pertama berada pada tahun 2009.

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

5

Page 6: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

Pembukuan dimulai tanggal 1 April 2009 dan diakhiri tanggal 31 Maret 2010, maka tahun pajaknya adalah tahun 2009, karena lebih lebih dari enam bulan pertama berada pada tahun 2009.

Pembukuan dimulai 1 Oktober 2009 dan ditutup tanggal 30 September 2010, maka tahun pajaknya adalah tahun 2010, karena dalam tahun 2009 jumlah bulannya tidak mencapai enam bulan, dan dalam tahun 2010 jumlah bulannya lebih dari enam bulan.

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

6

Page 7: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

Sanksi Perpajakan

Apabila kewajiban perpajakan tidak dipenuhi atau kewajiban tersebut dipenuhi tidak pada waktunya maka atas tidak dipenuhinya kewajiban tersebut atau atas keterlambatannya dikenakan sanksi. Sanksi perpajakan tersebut dapat dibedakan menjadi:1. Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi penerapannya langsung dilakukan oleh adminstrasi fiskus, tidak melibatkan institusi atau lembaga lain diluar lembaga administrasi perpajakan. Misalnya terdapat seseorang yang diketahui oleh fiskus telah melalaikan kewajiban perpajakannya, maka fiskus dapat langsung menerapkan sanksi tersebut. Sanksi administrasi terdiri dari: Sanksi Bunga Sanksi Denda Sanksi Kenaikan Sanksi Lainnya

a. Sanksi Bunga diterapkan apabila terdapat kewajiban menyetor suatu pajak, akan tetapi wajib pajak tidak atau terlambat menyetornya, maka kepadanya dikenakan sanksi bunga. Besarnya sanksi bunga adalah 2% setiap bulan keterlambatan. Dibawah ini dirinci sanksi bunga berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 yang mulai berlaku efektif sejak 1 Januari 2008.

1) Sanksi Tidak Menyetor/Terlambat Menyetor PPh pasal 25 (Angsuran Bulanan PPh)Apabila wajib pajak tidak atau tidak sepenuhnya atau tidak pada waktunya menyetor pajak yang sudah jatuh tempo, maka pajak yang kurang/terlambat disetor tersebut akan ditagih, ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatannya. Dalam menghitung bulan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.Contoh tidak menyetor pajak : PT ABC seharusnya menyetor PPh pasal 25 bulan Juli 2010 sebesar Rp10.000.000. pada tanggal 15 Agustus 2010. PT ABC tersebut tidak/belum menyetor PPh pasal 25. Kepada PT ABC ditagih pokok pajak sebesar Rp10.000.000 ditambah dengan sanksi bunga sebesar 2% x Rp10.000.000 = Rp200.000, sehingga besarnya tagihan adalah Rp10.200.000. Pokok Pajak dan Sanksi Bunga tersebut ditagih dengan sarana Surat Tagihan Pajak (STP).Contoh terlambat menyetor pajak : PT MANDIRI seharusnya menyetor PPh pasal 25 bulan Juli 2011 sebesar Rp10.000.000 tanggal 15 Agustus 2011. Ternyata wajib pajak baru menyetor PPh tersebut tangga 10 September 2011. Kepada wajib pajak diterbitkan sanksi bunga sebesar 2% x Rp10.000.000 atau sebesar Rp200.000.

2) Sanksi Tidak Menyetor/Terlambat Menyetor PPh pasal 29 (Setoran Akhir PPh)PPh pasal 29 untuk wajib pajak badan harus disetor paling lambat akhir bulan ke empat setelah tahun pajak berakhir. Apabila wajib pajak tidak atau tidak sepenuhnya atau tidak pada waktunya menyetor pajak yang sudah jatuh tempo, maka pajak yang kurang disetor tersebut akan ditagih, ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatannya. Contoh: Tahun 2009 PPh telah dihitung oleh wajib pajak sebesar Rp150.000.000.Jumlah Angsuran PPh pasal 25 selama satu tahun ……………..…. Rp120.000.000PPh pasal 29 (Kekurangan Pajak untuk tahun 2009) ……………….. Rp 30.000.000PPh pasal 29 tersebut harus disetor tanggal 30 April 2010. Ternyata sampai dengan bulan Juni 2010 wajib pajak belum menyetor jumlah tersebut. Untuk itu kepada wajib pajak ditagih dengan pokok pajak sebesar Rp30.000.000 ditambah sanksi bunga sebesar = 2% x 2 x Rp30.000.000 = Rp1.200.000. Jumlah STP untuk wajib pajak tersebut sebesar R31.200.000 (pokok pajak + bunga).

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

7

Page 8: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

Contoh terlambat menyetor PPh pasal 29. PPh terutang tahun 2011 telah dihitung sebesar ……….. Rp150.000.000.Angsuran bulanan selama satu tahun telah disetor ……. Rp120.000.000 Kurang disetor (PPh pasal 29) sebesar ……………………… Rp 30.000.000PPh pasal 25 tesebut harus disetor tanggal 30 April 2011. Ternyata wajib pajak baru menyetor tanggal 5 Juli 2011. Untuk itu kepada wajib pajak ditagih sanksi bunga sebesar = 2 x 2% x Rp30.000.000 = Rp1.200.000.

3) Sanksi Tidak Menyetor/Terlambat Menyetor PPh pasal 21/PPh pasal 23/dan PPh pasal 26. PPh pasal 21 PPh pasal 23 atau PPh pasal 26 harus disetor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan terutangnya pajak-pajak tersebut. Apabila wajib pajak tidak atau tidak sepenuhnya atau tidak pada waktunya menyetor pajak yang sudah jatuh tempo, maka pajak yang kurang disetor tersebut akan ditagih, ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatannya. Contoh : Wajib pajak telah membayar dividen kepada para pemegang saham wajib pajak badan sebesar Rp500.000.000. Atas pembayaran tersebut terutang PPh pasal 23 sebesar = 15% x Rp500.000.000 = Rp75.000.000. Dividen tersebut dibayarkan tanggal 15 Juli 2010. Jatuh tempo penyetoran PPh pasal 23 adalah tanggal 10 Agustus 2010.

Apabila PPh pasal 23 baru disetor tanggal 9 September 2010 maka atas keterlambatan tersebut akan ditagih sanksi administrasi berupa bunga sebesar = 2% x R75.000.000 = Rp1.500.000. Jumlah STP untuk wajib pajak tersebut sebesar Rp1.500.000 (hanya sanksi bunga saja).

4) Sanksi Tidak Menyetor/Terlambat Menyetor PPN PPN dan PPn BM harus disetor paling lambat akhir bulan berikutnya setelah terutangnya pajak. Apabila wajib pajak tidak atau tidak sepenuhnya atau tidak pada waktunya menyetor pajak yang sudah jatuh tempo tersebut, maka pajak yang kurang disetor tersebut akan ditagih, ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatannya. Contoh: PPN Pajak Keluaran Masa Juli 2010 …….. Rp11.000.000 PPN Pajak Masukan Masa Juli 2010 …….. Rp10.000.000 PPN Kurang Dibayar ………………………….. Rp 1.000.000 PPN Kurang Dibayar tersebut harus disetor paling lambat tanggal 31 Agustus 2010. Apabila PPN baru disetor tanggal 10 September 2010 maka atas keterlambatan tersebut akan ditagih sanksi administrasi berupa bunga sebesar = 2% x Rp1.000.000 = Rp20.000. Jumlah STP untuk wajib pajak tersebut sebesar Rp20.000 (hanya sanksi bunga saja).

5) Sanksi Terlambat Menyetor Pajak yang Sudah DitetapkanTerhadap pajak-pajak yang telah ditetapkan oleh fiskus, pajak tersebut harus sudah disetor paling lambat satu bulan setelah tanggal surat ketetapan pajak tersebut. Apabila wajib pajak tidak atau tidak sepenuhnya atau tidak pada waktunya menyetor pajak yang sudah jatuh tempo tersebut, maka pajak yang kurang disetor tersebut akan ditagih, ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatannya. Contoh: Pajak ditetapkan dengan SKPKB tanggal 7 Oktober 2009 Rp10.000.000. Sudah disetor sampai dengan jatuh tempo ………………… Rp 6.000.000. Kurang disetor ………………………………………………………… Rp 4.000.000.Jatuh temponya adalah tanggal 6 November 2009.Pada tanggal 1 Desember 2009 diterbitkan STP dengan perhitungan sanksi bunga sebesar = 1 x 2% x Rp4.000.000 = Rp80.000. Jumlah nilai STP meliputi pokok pajak dan bunga sebesar Rp4.080.000.

6) Sanksi Terhadap Kekurangan Penyetoran Pajak karena Pembetulan SPT

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

8

Page 9: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

Dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar maka kepadanya dikenakan sanksi bunga sebesar 2% per bulan atas jumlah kekurangannya.Contoh : Wajib Pajak telah menyampaikan SPT PPh pasal 23 masa Juli 2010 dengan jumlah pajak terutang sebesar Rp50.000.000 Jumlah pajak tersebut telah disetor tanggal 15 Agustus 2010. Tanggal 1 September 2010 wajib pajak mengetahui bahwa jumlah pajak yang terutang seharusnya Rp75.000.000 dan WP membetulkan SPT-nya. Untuk kejadian tersebut terhadap WP dikenakan sanksi bunga sebesar 2% x Rp25.000.000 = Rp500.000.

b. Sanksi DendaSanksi Denda pada umumnya diterapkan apabila wajib pajak terlambat menyampaikan SPT, baik SPT Masa maupun SPT Tahunan. Dibawah ini dirinci sanksi denda berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 yang mulai berlaku efektif sejak 1 Januari 2008.1) Sanksi Terlambat Memasukkan SPT Masa PPh

Apabila wajib pajak terlambat memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh (Pajak Penghasilan) pasal 25, PPh pasal 21, PPh pasal 23/26 maka kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp100.000 per SPT. SPT Masa PPh harus disampaikan paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak.Contoh: SPT Masa PPh pasal 21 bulan Juli 2010 disampaikan ke KPP tanggal 1 September 2010, padalah seharusnya SPT disampaikan paling lambat tanggal 20 Agustus 2010. Atas keterlambatan tersebut dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp100.000. Penagihan atas sanksi tersebut dilakukan dengan penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP).

2) Sanksi Terlambat Memasukkan SPT Masa PPNApabila wajib pajak terlambat memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) / Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn BM) maka kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp500.000 per SPT. SPT Masa PPN harus disampaikan paling lambat akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Contoh: SPT Masa PPN bulan Juli 2010 disampaikan ke KPP tanggal 20 September 2010, padalah seharusnya SPT tersebut disampaikan paling lambat tanggal 31 Agustus 2010. Atas keterlambatan tersebut dikenakan sanksi admi-nistrasi berupa denda sebesar Rp500.000. Penagihan atas sanksi tersebut dilakukan dengan penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP).

3) Sanksi Terlambat Memasukkan SPT Tahunan PPh WP Orang PribadiApabila wajib pajak orang pribadi terlambat memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunannya maka kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp100.000 per SPT. SPT PPh Tahunan WP Orang Pribadi harus disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan berikutnya setelah berakhirnya tahun pajak.Contoh: SPT Tahunan PPh tahun 2009 Tn Adi dimasukkan tanggal 20 April 2010. SPT Tahunan tersebut seharusnya paling lambat dimasukkan tanggal 31 Maret 2010. Karena SPT baru dimasukkan tanggal 20 April maka atas keterlambatan tersebut dikenakan sanksi denda sebesar Rp100.000.

4) Sanksi Terlambat Memasukkan SPT Tahunan PPh WP BadanApabila wajib pajak badan terlambat memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan-nya maka kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp1000.000 per SPT. SPT PPh Tahunan WP Badan harus disampaikan paling lambat 4 (empat) bulan berikutnya setelah berakhirnya tahun pajak.Contoh: SPT Tahunan PPh tahun 2009 PT ABC dimasukkan tanggal 20 Mei 2010. SPT Tahunan tersebut seharusnya paling lambat dimasukkan tanggal 30 April 2010. Karena SPT baru dimasukkan tanggal 20 Mei maka atas keterlambatan tersebut dikenakan sanksi denda sebesar Rp1.000.000.

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

9

Page 10: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

5) Sanksi atas ketidakbenaran yang diungkap sendiri oleh Wajib Pajak (WP) dan terhadap WP sudah dilakukan pemeriksaan namun belum dilakukan penyidikan. Dalam hal wajib pajak karena kelalaiannya tidak memasukkan SPT atau memasukkan SPT yang isinya tidak benar dan wajib pajak mengungkap sendiri hal tersebut maka wajib pajak dikenakan sanksi denda sebesar 150% dari jumlah pajak yang kurang dibayar dan terhadap wajib pajak tidak dilakukan penyidikan.Contoh: Wajib Pajak telah mengisi SPT PPh Tahunan tahun 2009 dengan jumlah pajak terutang sebesar Rp200.000.000 dan telah disetor seluruhnya. Bulan Juli 2010 wajib pajak diperiksa oleh fiskus. Wajib pajak sadar bahwa PPh terutang seharusnya Rp250.000.000 sehingga terdapat kekurangan setor Rp50.000.000. Dalam hal demikian wajib pajak dapat mengungkapkan kesalahan tersebut dengan disertai penyetoran kekurangan pajak sebesar Rp50.000.000 dan sanksi kenaikan sebesar Rp75.000.000 agar terhadapnya tidak dilakukan penyidikan.

c. Sanksi Kenaikan Sanksi Kenaikan diterapkan apabila terdapat ketidakbenaran pelaporan pajak dalam SPT, dimana hal tersebut diungkapkan sendiri oleh wajib pajak dan ketidakbenaran tersebut menyebabkan pajak kurang dibayar.

1) Sanksi atas ketidakbenaran yang diungkap sendiri oleh Wajib Pajak (WP) dan terhadap WP sudah dilakukan pemeriksaan namun belum diterbitkan surat ketetapan pajak. Dalam hal terjadi demikian maka kepada WP dikenakan sanksi denda sebesar 50% dari pajak yang kurang dibayar, dan denda tersebut harus sudah dilunasi sebelum laporan pengungkapan tersebut disampaikan.Contoh: Wajib Pajak telah mengisi SPT PPh Tahunan tahun 2009 dengan jumlah pajak terutang sebesar Rp200.000.000 dan telah disetor seluruhnya. Bulan Juli 2010 wajib pajak diperiksa oleh fiskus. Wajib pajak baru tahu bahwa PPh terutang seharusnya Rp250.000.000 sehingga terdapat kekurangan penyetoran sebesar Rp50.000.000. Dalam hal demikian wajib pajak dapat mengungkapkan kesalahan tersebut dengan disertai penyetoran kekurangan pokok pajak sebesar Rp50.000.000 dan sanksi kenaikan sebesar Rp25.000.000.

d. Sanksi Lainnya1) Sanksi Tidak Menyelenggarakan Pembukuan

Bagi Wajib Pajak yang seharusnya menyelenggarakan pembukuan namun yang bersangkutan tidak menyelenggarakan pembukuan dikenakan sanksi sbb : Pajak penghasilannya ditetapan berdasarkan Penghasilan Netto yang

dihitung berdasarkan Norma Penghitungan. Besarnya Pajak Penghasilan yang kurang dibayar ditambah dengan sanksi

ad-ministrasi sebesar 50 % dari pajak yang kurang dibayar.[ Pasal 14 ayat (5) UU PPh jo pasal 13 ayat (1) huruf d KUP. ]Contoh: Wajib Pajak Tn Adi pengusaha foto copy yang peredaran brutonya dalam satu tahun Rp6.000.000.000. Yang bersangkutan seharusnya menyelenggarakan pembukuan karena peredaran brutonya sudah diatas Rp4.800.000.000. Karena Tn Adi tidak menyelenggarakan pembukuan maka dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% dari PPh yang kurang dibayar disamping penghasilan netonya dihitung berdasarkan norma penghitungan sebagai berikut:Peredaran Bruto ……………………….……. Rp6.000.000.000Penghasilan Neto 35% ………………….… Rp2.100.000.000PTKP Kawin tanpa anak ………………….. Rp 18.480.000PKP ……………………………………….……… Rp2.081.520.000 PPh terutang5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.00015% x Rp200.000.000 = Rp30.000.00025% x Rp250.000.000 = Rp62.500.00030% x Rp1.581.520.000 = Rp474.456.000Jumlah PPh terutang ………………………… Rp569.456.000

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

10

Page 11: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

PPh telah disetor ……………………………… NihilPPh Kurang dibayar ………………………….. Rp569.456.000Sanksi Kenaikan 50% ………………………. Rp284.728.000 Jumlah yang harus dibayar ………………. Rp854.184.000

2) Sanksi Tidak Menunujukkan Buku atau Catatan CatatanBagi WP yang diperiksa yang tidak menunjukkan buku-buku atau catatan-catatan dikenakan sanksi: Pajak penghasilannya ditetapan didasarkan pada Penghasilan Netto yang

dihitung berdasarkan Norma Penghitungan. Besarnya Pajak Penghasilan yang kurang dibayar ditambah dengan sanksi

ad-ministrasi sebesar 50 % dari pajak yang kurang dibayar.[ Pasal 14 ayat (5) UU PPh jo psl 13 ayat (1) huruf d KUP. ]

2. Sanksi PidanaSanksi pidana diterapkan apabila terdapat tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang. Apakah seseorang telah melakukan tindakan pidana atau tidak, hal tersebut ditentukan oleh hakim pidana dalam suatu sidang. Masyarakat awam tidak dapat menentukan apakah seseorang tersebut telah melakukan tindak pidana atau tidak, yang dapat dilakukan hanyalah menduga bahwa seseorang tersebut telah melakukan tindak pidana atau tidak melakukan.Undang Undang Perpajakan banyak mengatur ketentuan-ketentuan pidana, baik yang menyangkut diri wajib pajak maupun yang menyangkut pejabat pajak. Dibawah ini dirinci sanksi pidana berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 yang mulai berlaku efektif sejak 1 Januari 2008.

1) Sanksi karena kealpaanSanksi karena kealpaan diterapkan kepada setiap orang yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban perpajakan sehingga menimbulkan kerugian negara. Sanksi Tidak Menyampaikan SPT atau Menyampaikan SPT yang Isinya Tidak Benar atau Tidak LengkapBagi mereka yang karena kealpaanya: tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT yang isinya tidak benar atau tidak lengkapsehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan pebuatan pertama kali dilakukan didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 6 (enam) bulan.( Pasal 38 KUP mulai berlaku sejak 1 Januari 2008)

2). Sanksi Karena Kesengajaan Sanksi karena kesengajaan diterapkan kepada setiap orang yang karena kesengajaannya tidak memenuhi kewajiban perpajakannya sehingga menimbulkan kerugian negara.

Sanksi Tidak Mendaftarkan Diri Bagi mereka yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri sehingga menimbulkan keru-gian negara, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar. ( Pasal 39 ayat (1) KUP mulai berlaku sejak 1 Januari 2008)

Sanksi Tidak Melaporkan Usahanya Bagi mereka yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri sehingga menimbulkan kerugian negara, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar. ( Pasal 39 ayat (1) KUP mulai berlaku sejak 1 Januari 2008)

Sanksi Tindak Pidana Lainnya Bagi mereka yang dengan sengaja:

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

11

Page 12: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

Tidak Menyampaikan SPT; Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau

tidak lengkap; Menolak untuk dilakukan pemeriksaan; Meperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen yang palsu atau

dipalsukan seolah-olah benar atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;

Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan; Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar( Pasal 39 ayat (1) KUP mulai berlaku sejak 1 Januari 2008 )

Bagi mereka yang dengan sengaja tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan atau dokumen lain termasuk hasil pengolahan data atau pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara aplikasi on-line sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar. ( Pasal 39 ayat (1) KUP mulai berlaku sejak 1 Januari 2008 )

Sanksi atas Tindak Pidana PengulanganApabila seseorang mengulang tindakan pidana sebagaimana disebutkan diatas, sanksi tersebut ditambah 1 kali menjadi dua kali sanksi pidana. Penerapan sanksi tersebut dengan syarat apabila tindakan pidana dilakukan dalam waktu sebelum lewat satu tahun dari tindakan pidana sebelumnya.( Pasal 39 ayat (2) KUP mulai berlaku sejak 1 Januari 2008 )

Sanksi atas Tindakan PercobaanKarena melakukan percobaan untuk melakukan tindakan pidana dikenakan sanksi pidana penjara paling singakt 6 bulan dan paling lama 2 tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali dan paling tinggi 4 (empat) kali jumlah restitusi/kompensasi yang dimintakan. Tindakan percobaan tersebut berupa:

Meyalahgunakan tanpa hak NPWP atau PKP atau; Menyampaikan SPT yang isinya tidak benar atau keterangan yang isinya tidak

benardalam rangka untuk mengajukan permohonan restitusi atau kompensasi pajak.( Pasal 39 ayat (3) KUP mulai berlaku sejak 1 Januari 2008 )

3. Sanksi bagi Pejabat Disamping mengatur sanksi terhadap wajib pajak yang melalaikan kewajiban perpajakannya, undang-undang perpajakan juga mengatur sanksi terhadap pejabat yang karena kelaiannya atau kesengajaannya telah merugikan wajib pajak. Pejabat dimaksud termasuk didalamnya adalah pegawai pajak/fiskus. Adapun sanksi dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Sanksi Melanggar Rahasia Jabatan Karena KealpaannyaPejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan segala sesu-atu yang diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka jabatannya atau pe-kerjaannya, dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu tahun dan denda paling banyak Rp25.000.000.( Pasal 41 ayat (1) KUP mulai berlaku sejak 1 Januari 2008 )

b. Sanksi Melanggar Rahasia Jabatan Karena KesengajaanPejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban merahasiakan segala sesuatu yang diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka jabatannya atau peker-jaannya, dipidana dengan pidana kurungan paling lama dua tahun dan denda paling banyak Rp50.000.000.Tindak pidana dimaksud diatas hanya dilakukan penuntutan apabila ada pengaduan dari wajib pajak yang merasa dirugikan.[Pasal 41 KUP Baru)

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

12

Page 13: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

Hak Hak Wajib Pajak

1. Mengajukan Keberatana. Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia saat ini adalah sistem Self Assessment, yang artinya wajib pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Namun tidak mungkin sistem pemungutan tersebut tidak diawasi oleh aparat Ditjen Pajak (fiskus). Dalam rangka menjamin terlaksananya Undang Undang Perpajakan, Dirjen Pajak diberi kewenangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak [psl 29 ayat (1)].Sebagai hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh fiskus tersebut antara lain berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB). SKPKB diterbitkan apabila dari hasil pemeriksaan fiskus diketahui bahwa pajak yang terutang berdasarkan hasil pemeriksaan fiskus lebih besar dari pajak yang telah disetor dan dilaporkan wajib pajak.Respon wajib pajak atas SKPKB bisa menerima dan menyetujui SKPKB hasil pemeriksaan fiskus, atau sebaliknya tidak menerima/menolak SKPKB tersebut. Dalam hal wajib pajak menolak SKPKB, wajib pajak dapat mengajukan keberataan. Surat Keberatan ditujukan kepada Direktur Jenderal Pajak [psl 25 ayat (1)].Syarat-syarat Keberatan: diajukan secara tertulis; dalam bahasa Indonesia; mengemukakan jumlah pajak yang seharusnya terutang; dalam jangka waktu tiga bulan sejak diterimanya SKPKB; kecuali dalam keadaan

luar biasa (force majeur) tidak dimungkinkan untuk memenuhi jangka waktu tersebut.

b. Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)Pajak yang telah ditetapkan berdasarkan pemeriksaan fiskus bukan merupakan jaminan bahwa besarnya telah benar. Ada kemungkinan terdapat:

data baru yang diketahui setelah selesainya pemeriksaan atau data yang semula belum terungkap oleh fiskus sewaktu pemeriksaan

dilakukan; yang membuktikan bahwa pajak yang telah ditetapkan oleh fiskus ternyata tidak benar /kurang ditetapkan.Dalam hal demikian Dirjen Pajak masih dapat menetapkan kembali pajak terutang dengan cara menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT). Ketetapan pajak tambahan tersebut dapat diterbitkan dalam jangka waktu sepuluh tahun sesudah pajak terutang, berakhirnya masa pajak, tahun pajak atau bagian dari tahun pajak.[psl. 15 (1) KUP].Jumlah pajak yang terutang dalam SKPKBT ditambah dengan sanksi kenaikan 100% dari jumlah kekurangannya.Dalam hal wajib pajak tidak dapat menerima jumlah pajak terutang berdasarkan SKBKBT tersebut, dia berhak mengajukan surat keberatan kepada Dirjen Pajak.

c. Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)Pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) dimulai pada tahun berjalan dengan menyetor angsuran bulanan PPh (PPh pasal 25). Dengan demikian selama tahun berjalan wajib pajak telah mengangsur PPh sebanyak dua belas kali angsuran. Padahal besarnya PPh terutang secara definitif baru dapat diketahui setelah wajib pajak menutup buku pada awal tahun berikutnya. Apabila besarnya PPh terutang secara definitif lebih kecil dari dari angsuran yang telah dibayar, maka akan terdapat kelebihan penyetoran pajak. Kelebihan penyetoran PPh ini dapat dimintakan pengembaliannya oleh wajib pajak. Permohonan pengembalian kelebihan penyetoran pajak diajukan kepada Dirjen Pajak. Fiskus setelah melakukan pemeriksaan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). (pasal 17 KUP)

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

13

Page 14: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

Apabila SKPLB tersebut dinilai oleh wajib pajak tidak benar (misalnya kelebihan pajaknya terlalu kecil), maka wajib pajak dapat mengajukan keberatan atas SKPLB tersebut yang ditujukan kepada Dirjen Pajak.Kelebihan penyetoran pajak dapat pula terjadi pada Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yakni apabila Pajak Masukan Lebih besar dari Pajak Keluaran. Penjelasan selanjutnya tentang PPN akan diuraikan pada kuliah tentang PPN.

d. Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKP Nihil)Apabila besarnya PPh terutang berdasarkan hasil pemeriksaan fiskus ditetapkan sama dengan penyetoran yang telah dilakukan oleh wajib pajak, maka oleh fiskus diterbitkan SKP Nihil. Apabila ketetapan pajak Nihil tersebut dinilai tidak benar, maka wajib pajak dapat mengajukan keberatan atas SKP Nihil tersebut yang ditujukan kepada Dirjen Pajak.

2. Meminta Penjelasan atas Hasil Pemeriksaan FiskusUntuk keperluan mengajukan keberatan, wajib pajak dapat meminta penjelasan atau kete-rangan kepada fiskus untuk hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak atau penghitungan kerugian.

3. Mengajukan Banding Dalam hal keberatan wajib pajak ditolak oleh fiskus, maka wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding. Permohonan banding ditujukan kepada Pengadilan Pajak (sebelumnya bernama BPSP = Badan Penyelesaian Sengketa Pajak). Pengajuan banding dilakukan dengan syarat: diajukan secara tertulis; dalam bahasa Indonesia; dengan alasan yang jelas; dalam waktu tiga bulan terhitung sejak keputusan diterima.Dalam hal wajib pajak mengajukan banding, maka kewajiban penyetoran pajak tetap harus dilaksanakan.(Pasal 17 KUP)

Pengadilan Pajak dalam hal banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan keberatan. Disamping itu Pengadilan pajak juga memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan penagihan pajak atau gugatan atas pelaksanaan Surat Paksa, atau kepu-tusan pembetulan yang telah diterbitkan Dirjen Pajak.

4. Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran PajakSebagaimana diuraikan pada angka 1 huruf c tersebut dimuka, dalam sistem self assessment dimungkinkan terjadi kelebihan penyetoran pajak, baik PPh maupun PPN. Sehubungan de-ngan hal tersebut wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian pajak [pasal 11 ayat (1)]. Apabila disamping mempunyai hak atas kelebihan penyetoran pajak juga mem-punyai utang pajak, maka kelebihan penyetoran pajak tersebut langsung diperhitungkan untuk melunasi utang pajak yang masih tersisa.Pengembalian pajak dilakukan dalam waktu satu bulan sejak diterimanya permohonan pe-ngembalian kelebuhan pembayaran pajak.

5. Mendapatkan Imbalan BungaApabila wajib pajak terlambat menyetor pajak dikenakan sanksi bunga, maka sebaliknya apabila fiskus terlambat mengembalikan kelebihan penyetoran pajak wajib pajak berhak un-tuk mendapatkan bunga.Imbalan bunga diberikan dalam hal:a. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak terlambat diberikan atau melebihi

jangka waktu satu bulan dari saat diajukan oleh wajib pajak; b. Permohonan keberatan atau banding diterima seluruhnya atau sebagian yang

meng-akibatkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak maka disamping kelebihan pembayaran pajaknya dikembalikan, diberikan pula imbalan bunga kepada wajib pajak;

Imbalan bunga yang diberikan sebesar 2% sebulan dengan maksimum jumlah sebesar 24%.Pasal 11 ayat (3) KUP.

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

14

Page 15: Kewajiban Sanksi Hak KUP (Repaired)

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti _____ _______________________________

6. Membetulkan SPT Salah satu kewajiban wajib pajak adalah memasukkan SPT. Salah satu jenis SPT, misalnya SPT Tahunan antara lain berisikan laporan jumlah penghasilan kena pajak, dan jumlah pajak terutang. Apabila SPT PPh tersebut tidak benar isinya, wajib pajak berhak untuk membe-tulkannya dengan syarat-syarat: Dalam kurun waktu dua tahun terhitung sesudah tahun pajak; Dirjen Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan; dikenakan sanksi bunga 2% sebulan dari jumlah pajak yang kurang dibayar: Dalam hal jangka waktu dua tahun telah berakhir, wajib pajak masih dapat mengungkap ketidak benaran isian SPT-nya dengan syarat Dirjen Pajak belum memenerbitkan surat kete-tapan pajak dan pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar, atau rugi men-jadi lebih kecil, atau jumlah harta/modal menjadi lebih besar. ( Pasal 8 ayat (4) KUP mulai berlaku sejak 1 Januari 2008 )

7. Menangguhkan Pemasukan SPTDalam hal wajib pajak belum dapat menyampaikan SPT dalam waktu yang ditentukan, wajib pajak dapat mengajukan permohonan untuk perpanjangan pemasukan SPT. Perpajangan waktu dimungkinkan untuk diberikan dalam jangka waktu paling lama dua bulan. ( Pasal 3 ayat (4) KUP mulai berlaku sejak 1 Januari 2008 )

8. Mencegah Tindakan Penyidikan

Dalam hal telah dilakukan pemeriksaan namun belum dilakukan tidakan penyidikan, wajib pajak masih dapat membetulkan isian SPT-nya. Hal ini dapat dilakukan apabila isian SPT wajib pajak mengandung ketidakbenaran karena ketidaksengajaan.Pembetulan SPT tersebut dilakukan dengan disertai perlunasan kekurangan pajak yang terutang beserta denda sebesar 150% jumlah pajak yang kurang dibayar. ( Pasal 8 ayat (3) KUP mulai berlaku sejak 1 Januari 2008 )

9. Menunda/Mengasur PembayaranSebagaimana diuraikan pada butir 1a sebagai hasil dari pemeriksaan fiskus dapat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB). Utang pajak yang tertuang dalam SKPKB tersebut harus dilunasi oleh wajib pajak dalam waktu satu bulan setelah SKPKB diterbitkan.Dalam hal wajib pajak mengalami kesulitan likuiditas, sedangkan utang pajak telah jatuh tempo, maka wajib pajak berhak untuk mengajukan permohonan mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya. Dalam hal demikian wajib pajak dibebani bunga sebesar 2% sebulan. [Pasal 19 ayat (2) KUP].Utang pajak yang dapat dimintakan penundaan pembayarannya meliputi utang pajak berdasarkan SKPKB, SKPKBT, Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding.

10. Mengajukan Permohonan Pengurangan PPh pasal 25Sebagaimana diuraikan dimuka, bahwa wajib pajak PPh harus menyetor PPh pasal 25 setiap bulan sebesar 1/12 dari jumlah pajak terutang pada tahun sebelumnya.Dalam hal usaha wajib pajak mengalami kemunduran yang mengakibatkan jumlah pajak terutang untuk tahun yang bersangkutan menurun/lebih kecil dari jumlah pajak tahun sebelumnya wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan angsuran PPh pasal 25, dengan syarat: waktu sudah berjalan tiga bulan atau lebih; diperkirakan pajak terutang untuk tahun yang bersangkutan kurang dari 75% dari

pajak terutang yang menjadi dasar perhitungan PPh pasal 25. diajukan secara tertulis; disertai dengan perhitungan perkiraan besarnya PPh terutang.

Permohonan pengurangan PPh pasal 25 tersebut harus sudah diputuskan oleh fiskus dalam jangka waktu satu bulan. Apabila dalam jangka waktu satu bulan permohonan tidak dipu-tuskan, maka permohonan dianggap diterima dan wajib pajak menyetor PPh pasal 25 sesuai dengan jumlah yang diajukan dala

_________________________________________________________________________________________________Kewajiban-Sanksi-Hak Wajib Pajak, di up date sesuai dengan KUP/ UU PPN yang baru, tgl.4/10/2023

15