Keunggulan Dan Kelemahan Badan Usaha Milik Jawa Timur Berdasarkan Skor Variabel Tata Kelola...
description
Transcript of Keunggulan Dan Kelemahan Badan Usaha Milik Jawa Timur Berdasarkan Skor Variabel Tata Kelola...
49
Andriany, Keunggulan dan Kelemahan Badan Usaha, Hal :49-57
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BADAN USAHA MILIK DAERAH
JAWA TIMUR BERDASARKAN SKOR VARIABEL
TATA KELOLA PERUSAHAAN
Oleh:Lussia Mariesti Andriany*)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengungkap keunggulan dan kelemahan masing-masing Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) Jawa Timur berdasarkan skor variabel tata kelola, yaitu
pemegang saham, transparansi, dewan komisaris, dewan direksi, dan aksesbilitas teknis.
Sejumlah 11 BUMD menjadi sampel dalam penelitian ini. Data diambil menggunakan metode
survei langsung kepada jajaran manajer BUMD. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan
metode skor di mana setiap variabel diperhitungkan dengan bobot yang berbeda.
Temuan penelitian berupa keunggulan dan kelemahan setiap BUMD Jawa Timur.
Kelemahan tersebut dapat diatasi salah satunya dengan sinergi yang dibangun antara BUMD
dan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur.
Kata kunci : Keunggulan dan kelemahan, BUMD Jatim, tata kelola perusahaan
Abstract
This research aims to reveal strengths and weaknesses from regional owned enterprises
of East Java province. Those are based on corporate governance variable score, which are
shareholders, transparency, board of commissioners, board of directors, and technical
accessibility scores. Eleven regional owned enterprises become sample for this research. Data
are collected through direct survey method to manager and analyzed with different score
method.
Research finding be in the form of strengths and weaknesses of regional owned
enterprises. Those weaknesses can be resolved when there is a synergy between regional owned
enterprises and government of East Java provice.
Keywords : strengths and weaknesses, East Java province regional owned enterprises,
corporate governance
1.1. Pendahuluan
Tata kelola perusahaan atau lebih sering
disebut dengan corporate governance merupakan
hal yang fundamental bagi keberlangsungan hidup
perusahaan atau organisasi (Crowther dan Sefi,
2010). Secara definisi, corporate governance
diartikan sebagai lingkungan organisasi yang
didasari oleh kepercayaan, etika, dan nilai moral
dari seluruh pemegang kepentingan organisasi
(Crowther dan Seifi, 2011). Pada penelitian yang
lain disebutkan bahwa corporate governance
merupakan bentuk hubungan, sistem, dan proses
yang digunakan oleh organ organisasi (jajaran
direktur dan komisaris) untuk menyediakan nilai
tambah bagi pemegang saham dalam jangka
panjang (Daniri, 2005). Penyediaan nilai tambah
tersebut dilakukan dengan cara memerhatikan
pemegang kepentingan organisasi lainnya dan
tidak boleh melanggar hukum maupun norma
(Daniri, 2005). Berdasarkan penjelasan tersebut
dapat dilihat bahwa tata kelola perusahaan tidak
lepas dari aturan hukum, norma, dan etika yang
berlaku. Ketiga hal tersebut harus diperhatikan
*) Lussia Mariesti Andriany adalah dosen STIE ASIA Malang
50
ketika sebuah perusahaan atau organisasi
beroperasi.
Pelaksanaan tata kelola yang baik pada
sebuah perusahaan akan berdampak pada kinerja
bisnis. Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian
Crowther dan Sefi (2010) yang menyatakan bahwa
investor bersedia menginvestasikan dana yang
besar ketika sebuah perusahaan memiliki tata
kelola yang baik. Tata kelola yang baik tersebut
diharapkan meningkatkan kinerja perusahaan
dalam jangka panjang. Penelitian Nur’ainy et al.
(2013) menyatakan hal yang sama, bahwa tata
kelola perusahaan yang baik akan berpengaruh
pada economic value added (EVA) sebuah
perusahaan dengan mediasi ukuran perusahaan.
Sejalan dengan hasil tersebut, Amba (2013) serta
Sarwar dan Azam (2013) juga menyatakan
pengaruh tata kelola perusahaan yang baik terhadap
kinerja perusahaan. Tata kelola perusahaan itu
sendiri dipengaruhi oleh profitabilitas, likuiditas,
dividend per share, dan ukuran perusahaan (Al-
Hadad, 2011).
Indonesia yang merupakan salah satu negara
berkembang dengan kondisi ekonomi menjanjikan
tidak lepas dari isu tata kelola perusahaan
(Nur’ainy et al., 2013). Praktisi dan akademisi
Indonesia bahkan menyetujui bahwa penyebab
utama dari krisis ekonomi tahun 1997 adalah
lemahnya tata kelola perusahaan di Indonesia
(Krismatono et al., 2005; Indonesia, 2007).
Berdasarkan penjelasan tersebut terlihat pentingnya
tata kelola yang baik bagi perusahaan untuk
menjamin kelangsungan hidup perusahaan
(Indonesia, 2007), termasuk Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD). BUMD merupakan perusahaan
yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah
(Wikipedia, 2014). Seiring dengan perkembangan
dunia yang semakin pesat, peran BUMD memiliki
peran ganda. Menurut Gresik (2005), peran ganda
BUMD yaitu melayani masyarakat dengan cara
menyediakan produk dan jasa untuk meningkatkan
kesejahteraan dan menggerakkan perekonomian
daerah dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Peran tersebut membuat BUMD
diwujudkan dalam kegiatan usaha yang memiliki
nilai strategis dan ekonomis.
Jawa Timur, provinsi dengan pertumbuhan
ekonomi melampaui pertumbuhan ekonomi
nasional (Farmita, 2014), memiliki sebelas BUMD
yang dapat dijadikan sumber peningkatan PAD.
Sesuai dengan arah kebijakan pendapatan daerah
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Jawa Timur tahun 2009,
diperlukan adanya peningkatan kontribusi BUMD
pada PAD. Peningkatan kontribusi tersebut dapat
terwujud apabila dalam pengelolaan BUMD
dikedepankan penerapan good governance
(RPJMD, 2009). Permasalahan mendasar yang
terdapat dalam BUMD Jawa Timur berkaitan
dengan GCG adalah minimnya penerapan GCG
pada kelompok perusahaan tersebut. Selain itu,
belum adanya standar tentang penerapan GCG
pada BUMD Jawa Timur membuat kelompok
perusahaan tersebut tidak memiliki patokan khusus
bagaimana seharusnya penerapan GCG pada
perusahaan.
Berdasarkan uraian sebelumnya, pada
penelitian kali ini peneliti mencoba
mengungkapkan keunggulan dan kelemahan
BUMD di Jawa Timur. Keunggulan dan kelemahan
Adbis Jurnal Administrasi dan Bisnis, Volume 8, Nomor2, Desember 2014, ISSN 1978-726X
51
tersebut diolah berdasarkan lima kategori tata
kelola perusahaan milik Grzybkowski dan Wójcik
(2006), yaitu pemegang saham, transparansi,
jajaran komisaris (board of commissioner-BOC),
jajaran direksi (board of director-BOD), dan
aksesibilitas teknis. Terungkapnya keunggulan dan
kelemahan BUMD Jawa Timur diharapkan
menjadi pijakan masing-masing BUMD untuk
berbenah dalam hal tata kelola perusahaan.
Pembenahan tata kelola tersebut diharapkan dapat
mengarah pada pengelolaan BUMD yang lebih
baik sehingga kinerja perusahaan meningkat, salah
satunya dengan adanya peningkatan kontribusi
pada PAD Jawa Timur. Selain itu, hasil dari
penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan
gambaran bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur
selaku pembuat kebijakan dan pengambil
keputusan tentang kondisi BUMD sehubungan
dengan tata kelola masing-masing perusahaan.
Penelitian ini terbagi menjadi lima bagian.
Pertama, peneliti mengungkapkan alasan mengapa
penelitian dilakukan. Kedua, dijabarkan teori yang
berkaitan dengan judul yang diangkat. Pada bagian
ketiga, dijelaskan tentang metode yang digunakan
dalam penelitian. Keempat, dijabarkan mengenai
hasil penelitian yang dilakukan. Kelima, dijelaskan
kesimpulan penelitian dan saran untuk penelitian
selanjutnya.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah
apa saja keunggulan dan kelemahan BUMD Jawa
Timur berdasarkan skor variabel tata kelola
perusahaan?
1.3. Batasan Masalah
Penelitian ini terbatas pada keunggulan dan
kelemahan BUMD Jawa Timur berdasarkan skor
variabel tata kelola perusahaan.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan
keunggulan dan kelemahan BUMD Jawa Timur
berdasarkan skor variabel tata kelola perusahaan.
2. Tinjauan Pustaka
Tata kelola perusahaan atau corporate
governance merupakan sebuah lingkungan
perusahaan yang saling memiliki kepercayaan,
etika, dan nilai moral yang tercipta melalui usaha
dari masing-masing bagian yang terlibat (Crowther
dan Seifi, 2011). Pada penelitian yang lain, Al-
Hadad (2011) menyebutkan bahwa tata kelola
perusahaan merupakan serangkaian hubungan
antara pihak manajemen, direksi, pemegang saham,
dan pemangku kepentingan lainnya dalam
perusahaan. Tata kelola perusahaan juga disebut
sebagai seperangkat tata hubungan diantara
manajemen, direksi, dewan komisaris, pemegang
saham, dan para pemangku kepentingan lain yang
mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan
(OECD, 2004). Berdasarkan berbagai penjelasan
mengenai tata kelola perusahaan, dapat dilihat
bahwa tata hubungan antara berbagai pihak yang
terlibat di dalam kegiatan perusahaan akan
menciptakan sebuah lingkungan yang memiliki
kepercayaan, etika, dan nilai moral.
Pada konsep tata kelola perusahaan, terdapat
empat prinsip (Crowther dan Sefi, 2010; Indonesia,
2007), yaitu:
Andriany, Keunggulan dan Kelemahan Badan Usaha, Hal :49-57
52
1. Transparansi -- diperlukan kejelasan dalam
semua prosedur tata kelola yang terdapat
dalam sebuah organisasi.
2. Akuntabilitas – struktur pelaporan dalam
organisasi harus jelas.
3. Responsibilitas – pihak dalam organisasi
memiliki tanggung jawab terhadap perbuatan
masing-masing.
4. Keadilan dan Kewajaran – sistem dalam
organisasi harus beroperasi secara simultan
dan tanpa prasangka.
Pengelolaan yang baik dalam sebuah
perusahaan akan berimbas pada peningkatan
kinerja perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu
telah mengungkapkan hasil yang mendukung
pernyataan tersebut. Penelitian Crowther dan Sefi
(2010) menyatakan bahwa tata kelola yang baik
pada sebuah organisasi akan menarik investor
untuk berinvestasi dan diharapkan meningkatkan
kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Sejalan
dengan penelitian tersebut, Nur’ainy et al. (2013)
mengemukakan bahwa tata kelola perusahaan yang
baik akan berpengaruh pada economic value added
(EVA) sebuah perusahaan. Pada penelitian itu juga
disebutkan bahwa ukuran perusahaan menjadi
faktor mediasi antara variabel tata kelola dan
kinerja perusahaan. Penelitian Amba (2013) serta
Sarwar dan Azam (2013) juga menyatakan adanya
pengaruh tata kelola perusahaan yang baik dengan
kinerja perusahaan. Tata kelola perusahaan itu
sendiri dipengaruhi oleh profitabilitas, likuiditas,
dividend per share, dan ukuran perusahaan (Al-
Hadad, 2011).
Berdasarkan uraian penelitian tentang
bagaimana pengaruh tata kelola pada kinerja
sebuah perusahaan, diketahui betapa pentingnya
perusahaan mengetahui sejauh mana mereka
menerapkan tata kelola dalam perusahaan.
Perusahaan dapat mengetahui penerapan tata kelola
tersebut melalui pengukuran yang menghasilkan
skor tata kelola perusahaan. Penelitian milik
Grzybkowski dan Wójcik (2006) mengungkapkan
lima kategori yang dapat digunakan untuk melihat
sampai sejauh mana perusahaan telah menerapkan
konsep GCG pada perusahaan mereka. Kategori
tersebut terdiri atas pemegang saham, transparansi,
jajaran komisaris, manajemen eksekutif/jajaran
direksi, dan aksesbilitas teknis. Pada penelitian
yang sama, Grzybkowski dan Wójcik (2006)
menggunakan kelima kategori tersebut untuk
melihat bagaimana skor tata kelola 20 perusahaan
teratas di Inggris dan Polandia dengan sistem
pelaporan dan penyebaran informasi berbasis
internet.
3. Metode Penelitian
3.1. Konteks Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif karena adanya model empiris dan
pengukuran berdasarkan teori yang ada serta data
yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan
statistik untuk menjawab permasalahan penelitian
(Creswell, 2009). Pendekatan kuantitatif tersebut
akan dilengkapi dengan informasi kualitatif agar
dapat memberikan pemahaman yang menyeluruh
pada pengguna penelitian ini. Pada penelitian ini,
kategori tata kelola milik Grzybkowski dan Wójcik
(2006) akan digunakan pada BUMD dengan sistem
pelaporan dan
Adbis Jurnal Administrasi dan Bisnis, Volume 8, Nomor2, Desember 2014, ISSN 1978-726X
53
penyebaran informasi berbasis kertas (paper
based).
3.2. Populasi, Sampel, Responden, dan
Instrumen Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
BUMD yang terdapat di wilayah Pemerintahan
Provinsi (Pemprov) Jawa Timur sejumlah 11
perusahaa dengan metode sensus. Metode tersebut
digunakan karena seluruh perusahaan yang
merupakan BUMD Jawa Timur diambil sebagai
sampel penelitian, dapat dilihat di Tabel 1.
Responden dari penelitian ini adalah manajer
dari masing-masing BUMD Jawa Timur. Manajer
dipilih menjadi responden penelitian didasarkan
pada alasan bahwa manajer mengetahui tentang
operasional perusahaan dan memiliki akses pada
data yang dibutuhkan, seperti laporan keuangan,
AD/ART, dan prospektus perusahaan.
Responden akan menerima angket berisi
daftar pernyataan yang berkaitan dengan tata kelola
perusahaan. Selain itu, peneliti juga melakukan
wawancara kepada manajer BUMD untuk
menggali informasi penerapan tata kelola
perusahaan dalam BUMD, sekaligus sebagai
pengayaan data kuantitatif yang diperoleh dari hasil
angket.
3.3. Variabel Penelitian, Pengukuran Variabel,
dan Analisis Data
Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi
lima sesuai dengan kategori yang digunakan untuk
melihat kelemahan dan keunggulan masing-masing
BUMD di Jawa Timur, yaitu:
1. Pemegang saham
Variabel pemegang saham didefinisikan
sebagai keterbukaan BUMD pada semua
pemegang saham. Item yang berkaitan dengan
variabel shareholders adalah pernyataan hak
dan kewajiban perusahaan, fungsi kepemilikan,
dan kesamaan akses pada informasi.
2. Transparansi
Transparansi merupakan keterbukaan BUMD
pada pemangku kepentingan berkaitan dengan
dokumen keuangan dan non-keuangan. Item
dalam variabel transparansi adalah transparansi
prosedur, penyajian data keuangan, serta dasar
penyajian laporan keuangan dan non-keuangan.
3. Jajaran komisaris (Board of Commisioner –
BOC)
Variabel jajaran komisaris merupakan
keterbukaan BUMD pada pemangku
Andriany, Keunggulan dan Kelemahan Badan Usaha, Hal :49-57
54
kepentingan berkaitan dengan fungsi, hak,
kewajiban, dan data pribadi komisaris. Item
variabel komisaris adalah pernyataan aturan
komisaris, komite dalam jajaran komisaris,
komposisi jajaran komisaris, remunerasi, dan
laporan jajaran komisaris.
4. Jajaran Direksi (Board of Director – BOD)
Variabel jajaran direksi merupakan
keterbukaan BUMD pada pemangku
kepentingan berkaitan dengan fungsi, hak,
kewajiban, dan data pribadi direksi. Item
variabel komisaris adalah pernyataan aturan
direksi, komite dalam jajaran direksi,
komposisi jajaran direksi, remunerasi, dan
laporan jajaran direksi.
5. Aksesibilitas Teknis
Variabel aksesibilitas teknis berkaitan dengan
ketersediaan alat pendukung pada BUMD yang
berfungsi untuk memudahkan koordinasi
antara berbagai pihak dalam perusahaan.
Variabel penelitian diukur dengan
menggunakan metode skor (scoring method) atau
pembobotan di mana setiap variabel
diperhitungkan dengan bobot yang berbeda. Sistem
penilaian dilakukan berdasarkan respon ya dan
tidak. Apabila informasi yang diminta dalam
angket dapat disediakan oleh pihak BUMD, maka
poin yang diperoleh sebesar 1 untuk setiap
pernyataan. Sebaliknya apabila informasi tidak
tersedia, maka tidak ada poin yang diperoleh. Tabel
2 akan memperlihatkan jumlah pertanyaan dan
bobot masing-masing variabel berdasarkan
penelitian Grzybkowski dan Wójcik (2006).
Skor terbobot per variabel dari masing-
masing BUMD akan menjadi dasar perumusan
keunggulan dan kelemahan perusahaan dilihat
dari sisi tata kelola. Setelah diketahui
kelemahan dari masing-masing BUMD, maka
dapat diketahui strategi yang dapat digunakan
untuk mengatasi kelemahan tersebut. Ketika
BUMD dapat mengatasi kelemahan yang
dimiliki pada sisi tata kelola perusahaan,
diharapkan kinerja perusahaan juga akan
meningkat.
4. Hasil Dan Pembahasan
Pada bagian ini, akan dibahas mengenai hasil
pengolahan data dari angket yang telah diisi oleh
manajer masing-masing BUMD di Jawa Timur.
Tabel 3 di bawah ini menunjukkan skor hasil
perhitungan data dari angket yang telah
disampaikan pada masing-masing BUMD di Jawa
Timur.
Adbis Jurnal Administrasi dan Bisnis, Volume 8, Nomor2, Desember 2014, ISSN 1978-726X
55
4.1. Hasil Penelitian Secara Umum
Berdasarkan Tabel 3 di atas diketahui bahwa
PT Jatim Investment Management (JIM)
memperoleh skor tertinggi pada variabel pemegang
saham, yaitu sebesar 79.17%. PT Bank Jatim, Tbk.
dan PT Bank UMKM Jatim meraih skor tertinggi
pada variabel transparansi yang berkaitan dengan
informasi keuangan dan non-keuangan dengan skor
sebesar 72.41%. Skor tertinggi pada variabel
jajaran komisaris diraih oleh PT Bank Jatim, Tbk.
dengan nilai sebesar 80%. Hal tersebut berarti
ketersediaan informasi yang dimiliki oleh PT Bank
Jatim, Tbk. sehubungan dengan pernyataan aturan
komisaris, komite dalam jajaran komisaris,
komposisi jajaran komisaris, remunerasi, dan
laporan jajaran komisaris mencapai 80%. Skor
jajaran direksi paling tinggi diraih oleh Bank
UMKM Jatim dengan nilai 70.59%. Hal tersebut
berarti ketersediaan informasi tentang pernyataan
komposisi jajaran direksi, remunerasi, dan laporan
jajaran direksi yang dimiliki oleh Bank UMKM
Jatim mencapai 70.59%. Pada variabel aksesbilitas
teknis, PT Bank Jatim, Tbk. meraih skor 100%. Hal
tersebut menandakan bahwa BUMD tersebut
mampu menyediakan alat pendukung yang
berfungsi untuk memudahkan koordinasi antara
berbagai pihak dalam perusahaan. Apabila dilihat
dari total keseluruhan skor tata kelola yang
terbobot, maka skor tertinggi diraih oleh PT Bank
Jatim, Tbk sebesar 78.42%. Hal tersebut berarti PT
Bank Jatim, Tbk. merupakan BUMD di Jawa
Timur yang paling mampu menyediakan informasi
tentang pemegang saham, laporan keuangan dan
non keuangan, jajaran komisaris, dan jajaran
direksi kepada pemangku kepentingan mereka.
Selain itu, PT Bank Jatim, Tbk. juga secara umum
mampu menyediakan alat pendukung untuk
berkoordinasi dengan berbagai pihak dalam
perusahaan yang terangkum dalam variabel
aksesibilitas teknis.
4.2. Keunggulan dan Kelemahan BUMD
Keunggulan dan kelemahan masing-masing
BUMD di Jawa Timur dirumuskan berdasarkan
skor yang diraih dari masing-masing variabel
seperti tersaji pada Tabel 3.
Perusahaan dengan kelemahan pada sisi
pemegang saham dapat mengungkapkan lebih
lengkap lagi terutama mengenai tata cara Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Pengungkapan
tersebut dalam laporan perusahaan menandakan
keterbukaan perusahaan pada pemangku
kepentingan tentang bagaimana RUPS
dilaksanakan setiap tahunnya. Pada perusahaan
Andriany, Keunggulan dan Kelemahan Badan Usaha, Hal :49-57
56
dengan kelemahan pada sisi transparansi dapat
lebih detail melaporkan aktivitas mereka terutama
pada sisi non-keuangan. Aktivitas non-keuangan
menjadi poin yang sering tidak dilaporkan oleh
BUMD, sehingga bobot dari sisi transparansi
menjadi tidak maksimal.
Pada sisi dewan komisaris, perusahaan
dengan kelemahan tersebut dapat mengungkapan
lebih lengkap mengenai peran komisaris dalam
laporan perusahaan. Tidak tersedianya informasi
tersebut, menandakan fungsi pengawasan terhadap
perusahaan sebagaimana mestinya. Sejalan dengan
cara mengatasi kelemahan di sisi dewan komisaris,
pada sisi dewan direksi, perusahaan juga harus
mengungkapkan lebih detail tentang informasi
dewan direksi. Tidak adanya informasi tersebut
dapat menjadi indikasi pemangku kepentingan
bahwa dewan direksi perusahaan tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Pada kelemahan poin
aksesbilitas teknis, perusahaan sebaiknya
membangun situs yang digunakan untuk
menginformasikan berbagai hal yang terkait
dengan aktivitas perusahaan kepada pemangku
kepentingan dengan cepat.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga
berperan penting dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang terjadi terkait dengan tata
kelola BUMD Jawa Timur. Peran tersebut diemban
oleh Pemprov karena hasil penelitian ini diolah
berdasarkan informasi/ ketersediaan data dalam
laporan keuangan, AD/ART, dan prospektus
masing-masing BUMD. Masing-masing BUMD
membuat ketiga laporan tersebut berdasarkan
pemahaman masing-masing perusahaan atau tidak
terdapat standar dalam pelaporan, padahal
pelaporan dilakukan pada satu pihak yang sama.
Hal tersebut membuat pihak Pemprov kesulitan
untuk melihat BUMD yang telah menjalankan tata
kelola dengan baik dan kurang baik. Peran pihak
Pemprov Jawa Timur dapat berupa standar yang
ditetapkan untuk laporan BUMD yang harus
disetor pada Pemprov. Standar tersebut meliputi
poin-poin apa saja yang masuk dalam laporan.
Adanya standarosaso laporan BUMD, Pemprov
Jawa Timur akan lebih mudah mengawasi masing-
masing BUMD dalam hal tata kelola perusahaan.
Perbaikan pada sisi tata kelola perusahaan
diharapkan dapat meningkatkan kinerja BUMD.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang
disampaikan oleh Crowther dan Sefi (2010),
Nur’ainy et al. (2013), Amba (2013), Sarwar dan
Azam (2013), (Al-Hadad, 2011).Peningkatan
kinerja BUMD salah satunya diwujudkan dengan
adanya peningkatan setoran PAD (Pendapatan Asli
Daerah) dari BUMD kepada Pemprov Jawa Timur.
5. Simpulan dan Saran
Penelitian ini telah mengungkapkan
keunggulan dan kelemahan BUMD di Jawa Timur
berdasarkan skor variabel tata kelola perusahaan,
yaitu pemegang saham, transparansi, dewan
komisaris, dewan direksi, dan aksesbilitas teknis.
Apabila dilihat secara keseluruhan atau
berdasarkan skor tata kelola terbobot, maka BUMD
dengan tata kelola paling baik yaitu PT Bank Jatim,
Tbk. Hal tersebut disebabkan oleh status PT Bank
Jatim, Tbk sebagai perusahaan publik sehingga
aturan tata kelola perusahaan diterapkan secara
utuh oleh BUMD tersebut. Kelemahan yang
Adbis Jurnal Administrasi dan Bisnis, Volume 8, Nomor2, Desember 2014, ISSN 1978-726X
57
dimiliki oleh setiap BUMD dapat diatasi dengan
membangun sinergi antara pihak BUMD dengan
Pemerintah Provinsi Jawa TImur. Sinergi tersebut
dapat diwujudkan dalam penetapan aturan atau
standarisasi pembuatan laporan BUMD setiap
tahunnya.
Penelitian selanjutnya juga dapat
mengambil obyek penelitian yang lain sehingga
hasil penelitian dapat digeneralisasi.
6. Daftar Rujukan
Al-Hadad, W., Alzurqan, S.T., Al-Sufy, F.J. 2011.
The Effect of Corporate Governance on
The Performance of Jordanian Industrial
Companies: An Empirical Study on
Amman.
Amba, S.M. 2013. Corporate Governance and
Firms’ Financial Performance. Journal of
Academic and Business Ethics. pp. 1-12
Creswell, J.W. 2009. Research Design Qualitative,
Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. Third Edition. Sage
Publication. California, USA.
Crowther, D., dan Sefi, S. 2010. Corporate
Governance and Risk Management
[www] bookboon.com. Diambil dari:
http://bookboon.com/en/corporate-
governance-and-risk-management-ebook
[Diakses pada: 08/14]
Crowther, D., dan Seifi, S. 2011. Corporate
Governance and International Business
[www] bookboon.com. Diambil dari:
http://bookboon.com/en/corporate-
governance-and-international-business-
ebook [Diakses pada: 09/14]
Daniri, M.A. 2005. Good Corporate Governance –
Konsep dan Penerapannya dalam Konteks
Indonesia. Gloria Printing. Jakarta,
Indonesia.
Farmita, A. R. 2014. Pertumbuhan Ekonomi Jawa
Timur Lampaui Nasional [www]
tempo.co. Diambil dari:
http://www.tempo.co/read/news/2014/08/
05/092597483/ Pertumbuhan-Ekonomi-
Jawa-Timur-Lampaui-Nasional [Diakses
pada: 05/12/14].
Gresik. Pemerintah Kabupaten Gresik. 2005.
Peraturan Daerah Kabupaten Gresik
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Badan
Usaha Milik Daerah. Gresik : Pemerintah
Kabupaten Gresik. pp. 1-16.
Grzybowski, M. Dan Wójcik. 2006. Internet and
Corporate Governance. 4th International
Conference on Corporate Governance:
Global Developments in Corporate
Governance. SSRN-id914520.
Indonesia. Komisi Pemberantasan Korupsi,
Direktorat Penelitian dan Pengembangan.
2007. Studi Implementasi Good
Corporate Governance di Sektor Swasta,
BUMN, dan BUMD. Jakarta: Komisi
Pemberantasan Korupsi. pp. 1-32.
Johnston, D.J. 2004. OECD Principles of
Corporate Governance (Organisation for
Economic Co-operation and
Development). Perancis: OECD
Publications Service.
Krismatono, et al. 2005. Internalisasi Good
Corporate Governance dalam Proses
Bisnis (Laporan Corporate Governance
Perception Index 2004). Jakarta: The
Indonesian Institute for Corporate
Governance.
Nur’ainy, R. et al .2013. Implementation of Good
Corporate Governance and Its Impact on
Corporate Performance: The Mediation
Role of Firm Size (Empirical Study of
Indonesia). Global Business and
Management Research: An International
Journal. Vol. 5, Nos. 2&3, pp. 91-104.
Sarwar A., Azam S.M.F. 2013. Practice of Good
Corporate Governance and Its Effect on
Company Performance: A Case Study on
Malaysian Public Listed Companies.
Research Journal of Economics &
Business Studies. Vol. 2, No. 3.
Stock Exchange. International Journal of
Humanities and Social Science. Vol. 1,
No. 4, pp. 55-69.
Surabaya. Propinsi Jawa Timur. 2009. Arah
Kebijakan Pengelolaan Pendapatan
Daerah (RPJMD Propinsi Jawa Timur
2009-2014 Bab XXII). Surabaya :
Propinsi Jawa Timur. pp. 393-398.
Wikipedia. 2014. Badan Usaha Milik Daerah.
[Online]. Tersedia pada:
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Usaha
_Milik_Daerah. [Diakses pada: 05/12/14]
Andriany, Keunggulan dan Kelemahan Badan Usaha, Hal :49-57