Ketika Kopi Mengalahkan Herbalpii.or.id/wp-content/uploads/EW-72.pdf · 2018-06-07 · semua...

8
Ketika Kopi Mengalahkan Herbal NOMOR 72 EW Didukung IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Transcript of Ketika Kopi Mengalahkan Herbalpii.or.id/wp-content/uploads/EW-72.pdf · 2018-06-07 · semua...

Ketika Kopi Mengalahkan Herbal

NOMOR 72 EW

Didukung IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Ketika Kopi Mengalahkan Herbal Oleh : Dr. Ir. Agus Puji Prasetyono, M.Eng

1 Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

“Kopi” dan “Herbal” memiliki persamaan, keduanya memiliki kandungan alami yang ditemukan pada daun, biji atau buah-buahan yang terkandung dalam lebih dari 60 jenis tanaman yang berbeda. Foto: netrepro.

Tak terelakkan bahwa “mitos minum kopi” telah ada sejak dari zaman kuno. Popularitas kopi telah menciptakan kepercayaan dalam berbagai hal yang berbeda terutama tentang bagaimana kopi mempengaruhi kesehatan dan kenikmatan bagi yang meminumnya.T Tahukah anda bahwa kopi telah ditemukan dalam naskah paling tua, yaitu tertulis dalam dokumen Al Razi tahun 850-922. Seorang ilmuwan ahli kedokteran itu menyebut suatu minuman yang mempunyai ciri mirip kopi yang disebut “bunshum”. Kemudian ditegaskan kembali oleh seorang ahli sesudahnya yaitu Ibnu Sina tahun 980-1037. Pakar Kedokteran itu menegaskan bahwa ada sesuatu biji yang bisa diseduh dan berkhasiat menyembuhkan penyakit perut. Wiliam H. Ukers dalam bukunya “All About Coffee” tahun 1922, menjelaskan bahwa kata “kopi” mulai masuk ke dalam berbagai bahasa di Eropa sekitar tahun 1600-an, dari bahasa Arab yang berarti “qahwa”, atau dalam istilah Turki “kahveh”. Di Indonesia, filosofi kopi dan herbal hakikatnya merupakan turunan dari satu persamaan inovasi galenik, yaitu bagaimana memaksimalkan khasiat tumbuhan sebagai sumber nutrisi bagi tubuh manusia. Sejak tahun 772 sebelum masehi hampir semua candi-candi besar Indonesia seperti Borobudur, Prambanan, Penataran dan Tegal Wangi telah mewariskan lukisan tertua yang terdokumentasi tentang peran penting herbal bagi kehidupan dan telah mengakar menjadi budaya di seluruh suku bangsa. World Health Organization (WHO) menyampaikan bahwa 80 % dari penduduk di beberapa negara Asia

dan Afrika telah menggunakan herbal sebagai “applied science and innovation” dalam mengatasi masalah kesehatan, dan 70-80% masyarakat Negara maju telah menggunakan beberapa bentuk pengobatan komplementer tidak hanya sebagai “alternative” namun juga sebagai warisan dan tradisi budaya pengobatan yang terus diwariskan kepada generasi sesudahnya secara turun-temurun. “Kopi” dan “Herbal” memiliki persamaan, keduanya memiliki kandungan alami yang ditemukan pada daun, biji atau buah-buahan yang terkandung dalam lebih dari 60 jenis tanaman yang berbeda. Tanaman itu diproses dengan sentuhan inovasi menjadi serbuk yang aman dan menjadi minuman yang dikonsumsi setiap hari oleh 80-90% populasi orang dewasa. Jutaan orang di dunia menemukan bahwa “kopi adalah gairah yang nyata”, sebuah sensasi kenikmatan dalam kehidupan sehari-hari. Sekalipun ada banyak kesalahan persepsi bagi keduanya, namun sifat sifat dasar keduanya tidak dapat terbantahkan memiliki efek bagi kesehatan.

3 Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Ketika Kopi Mengalahkan Herbal

Dalam perkembangannya, sistem pengobatan tradisional terus dipraktekkan secara luas di berbagai negara. Hal itu akibat dari peningkatan populasi manusia yang tidak sebanding dengan kecukupan ketersediaan obat. Biaya pengobatan yang mahal serta efek samping dari beberapa obat sintetis menjadikan obat herbal dipakai untuk mengantisipasi “meningkatnya resistensi” terhadap obat-obatan yang digunakan saat ini. Apa yang harus dilakukan jika tidak ada dokter praktek di sekitar perkampungan dan desa?. Dokter, bagaimanapun, sama seperti penduduk profesional lainnya, sebagian besar bercita-cita untuk “tidak tinggal” di desa bahkan di kota-kota kecil. Sehingga umumnya dokter selalu membangun diri di kota-kota yang makmur. Ketika penduduk desa jatuh sakit dan membutuhkan bantuan medis, maka adat-istiadat yang berlaku adalah bagaimana penduduk desa memiliki kemampuan untuk mampu menyiapkan obat buatan sendiri. Seperti yang disampaikan Henrylito D. Tacio yaitu dengan hanya mengumpulkan jagung kering, merebusnya dengan empat gelas air dan meminum saat hangat sebelum dan sesudah makan dapat mencegah masalah pada ginjal. Itulah sebagian fakta yang terjadi di sebagian besar penduduk di daerah terpencil, terbelakang dan terluar Strategi Marketing Kopi dan Herbal (jamu) di Indonesia saat ini Menarik menyaksikan bagaimana rasa ‘pahitnya segelas kopi’ dapat disuguhkan menjadi berbagai varian perpaduan cita rasa yang sangat inovatif, cita rasa yang mengagumkan ini berdampak pada peningkatan jumlah

konsumen kopi. Sementara ‘pahitnya herbal’ tidak diimbangi dengan perpaduan inovatif rasa dan cenderung monoton, sehingga berdampak pada “runtuhnya” satu persatu industri herbal di Indonesia. Strategi marketing kopi juga berkembang pesat. Tidak sedikit perusahaan kopi menggunakan konsep dan strategi pemasaran berdasar pada bagaimana mengkomunikasikan cita rasa positif kopi dan inovasi rasa lainnya kepada segmen yang ditargetkan. Hal ini ditempuh melalui berbagai metode, seperti menempatkan posisi strategis “nikmatnya minum kopi” pada periklanan, baik di media cetak maupun media-online. Pemasaran kopi juga dilakukan secara kolaboratif dengan perusahaan minuman yang memiliki jumlah pelanggan besar dengan cara memasukkan kopi sebagai cita-rasa dan aroma pelengkap seperti pada minuman coklat, susu, strawberi dan berbagai jenis minuman lainnya. Dengan cara itu kopi tetap dapat dirasakan hingga saat ini dan berkembang sangat pesat. Sebaliknya Herbal (jamu) cenderung monoton, tidak pernah memikirkan daya saing, warung-warung herbal sejak dulu hingga kini tidak pernah berinovasi, masih bernuasa “bakul gendong” dan “warung jamu di pinggir jalan” dengan cita rasa yang tidak berinovasi, namun kedai kopi memiliki “rasa” tertentu, dan itulah sebabnya seseorang akan memilih tidak hanya satu rasa kopi hitam, namun termotivasi untuk mencoba rasa lain yang berbeda. Sementara “Herbal” tidak pernah berkonsentrasi pada pengembangan nilai tambah bagi pelanggan.

4 Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Ketika Kopi Mengalahkan Herbal

Menyediakan minuman herbal yang inovatif adalah sumber pendapatan, namun memerlukan update di segala system produksi dan pemasaran. Dari sisi model bisnis seharusnya mampu menghasilkan nilai bagi pelanggan sebagai fokus utama, dalam hal ini jika pelanggan puas maka industri minuman herbal akan maju dan pendapatan perusahaan akan meningkat. Selain itu proses penyajian minuman hendaknya berkembang mengikuti dinamika perkembangan lingkungan, dilakukan secara inheren-terstruktur. Jika model bisnis mampu mendorong bertemunya sejumlah kelompok individu yang berpikiran serupa terhadap sebuah konsep warung herbal yang modern niscaya minuman herbal akan berkembang pesat. Yang harus menjadi “patron” adalah memposisikan warung herbal sebagai tempat kegiatan bagi “single profesional muda” untuk saling bertemu dalam mindset yang sama. Strategi pemasaran mestinya diarahkan untuk menciptakan kesadaran pelanggan akan layanan yang ditawarkan, mengembangkan basis pelanggan, dan bekerja untuk membangun loyalitas pelanggan dan rujukannya. Penciptaan “hubungan strategis” dengan perusahaan yang memiliki pelanggan besar sangat penting dilakukan terutama dalam rangka kerjasama transformasi jamu kedalam berbagai varian yang memiliki cita rasa nikmat yang berfariasi. Hubungan itu perlu terus dijaga sehingga memungkinkan berbagai industri makanan dan minuman dapat mengembangkan menuman herbal dalam berbagai cita rasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan. Riset pasar perlu dikembangkan agar kerjasama dalam inovasi dapat dilakukan di beberapa kelompok segmen pasar sehingga mampu melakukan identifikasi terhadap pelanggan potensial. Hal tersebut tentu mendorong terciptanya proses pengambilan keputusan strategis yang tepat. Lebih dari itu, metode riset kolaboratif A-B-G juga perlu dikembangkan terutama untuk memperoleh keputusan strategis yang obyektif, berkualitas dan berorientasi masa depan. Jika itu dilakukan tidak

menutup kemungkinan segmen pasar herbal akan meningkat tajam melampaui segmen pasar kopi. Manfaat Kopi dan Herbal Karen S. Vaughan dalam artikel ilmiahnya berjudul Coffee Herbs, memberikan contoh analisa bauran yang cukup menarik, dimana jika campuran kopi dengan ramuan herbal yang baik akan “memoderasi efeknya”. Dan bahkan dapat menciptakan campuran yang sinergis, karena kopi dapat menurunkan kadar diabetes tipe 2 (dua) karena flavanoid, magnesium dan meningkatkan tingkat metabolisme. Penderita asma dipercaya dapat disembuhkan dengan kopi atau mandi kaki kopi. Virus Alzheimer bisa sedikit dibalikkan sehingga berdampak pada berkurangnya progresinya secara signifikan. Selain itu kopi juga dikaitkan dengan penurunan 24% kanker kolon, serta penurunan 60% pada penyakit Parkinson tergantung pada dosis yang akan mengurangi peradangan yang ditandai dengan protein C-reaktif. Penting untuk diketahui bahwa kopi bukan identik dengan kafein, meski mengandung kafein. Kopi adalah minuman herbal yang kompleks dengan efek obat yang tergantung dari resistensi penggunanya, kemungkinan bisa baik atau buruk.

5 Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Ketika Kopi Mengalahkan Herbal

Larutan kopi dalam air mengandung magnesium, potassium, flavanonids, chlorogenic acid, vitamin E, niasin dan minyak esensial serta kafein. Meskipun kafein dalam bentuk kering adalah diuretik, penelitian menunjukkan bahwa hal itu menyebabkan buang air kecil lebih cepat. Beberapa kualitas kopi “memoderasi” efek negatif lainnya, seperti kafein dapat meningkatkan gula darah, ada unsur jejak dalam kopi seperti magnesium yang menurunkannya, dan kopi dapat menyebabkan tingginya tingkat aktivitas fisik pembakaran gula akibat efek stimulannya. Demikian pula beberapa efek stimulasi dari minyak esensial selalu ada pada kopi tanpa kafein. Kopi juga memiliki tingkat flavanoid tertinggi terutama kopi yang dikonsumsi oleh orang Amerika, mengandung magnesium yang sebagian besar dari kita kekurangan. Jadi idenya adalah bagaimana meminum herbal untuk dinikmati, tetapi tidak begitu “banyak” sehingga kita secara fisik kecanduan, dan meminumnya dengan cara “yang tidak” memperparah kondisi fisik yang mendasarinya. Bauran lain adalah teh hijau, teh hitam atau teh chai (dengan ramuan seperti kayu manis, cengkeh dan kapulaga), merupakan pengganti obat kimia yang bermanfaat dan lebih sehat, berkhasiat membantu mengurangi artritis.

Seperti halnya kopi, herbal juga memiliki “rasa kuat” yang bercampur aduk dengan ramuan tertentu dan bisa menutupi yang lain. Sehingga industri kreatif perlu didorong untuk menciptakan “citarasa” yang kompatibel, yang tidak mencairkan efek minuman secara keseluruhan, herbal dapat memoderasi efek negatif dari kopi/campuran lain, sehingga akan menguntungkan. Solusi untuk Bauran dan Sistem Pemasaran Bauran pemasaran merupakan variabel penting untuk menyelamatkan industri herbal Indonesia. Titik krusial yang harus diperhatikan adalah bagaimana penetapan harga yang didasarkan pada praktik standar industri yang berlaku termasuk “delivery system”nya. Periklanan dan promosi diharapkan mampu menciptakan hubungan strategis antara industri herbal dengan pelanggan terutama di sektor makanan dan minuman. “Pusat Layanan kepada pelanggan” perlu di bentuk sebagai media untuk melakukan interaksi kepada pelanggan, penyampaian ketidak-puasan dan lain-lain sehingga mampu mengesankan bahwa pelanggan adalah “raja”. Layanan ini meskipun bisa mengurangi keuntungan jangka pendek, hal itu akan memperkuat profitabilitas jangka panjang.

6 Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Ketika Kopi Mengalahkan Herbal

Seperti yang disampaikan oleh Dean William, orisinalitas adalah ibu dari semua penemuan, namun inovasi dan pencarian akan memperbaiki upaya kreatif pemasaran sehingga dapat meningkatkan penjualan. Namun, pemasaran terkadang menimbulkan tantangan yang “menakutkan” jika tidak dikelola dengan baik. “Kreativitas” pelaku diperlukan untuk mendapatkan hasil maksimal, dengan cara memberikan keyakinan bahwa orang-orang yang mengunjungi warung herbal semestinya seperti halnya mengunjungi kedai kopi, bukan saja tentang hal sukses dalam penjualan tetapi juga tentang derivasi varietas yang paling sesuai dengan keinginan pelanggan. Hal itu secara teknis bisa ditempuh dengan cara memberikan sampel gratis kepada pelanggan yang terpercaya untuk membantu memenangkan calon pelanggan lain dengan cara mencicipi bauran inovasi herbal untuk pertama kalinya. Sebagai bagian dari strategi pemasaran, menciptakan pilihan menu sebagai paten produk juga dapat menarik minat pelanggan. Tidak kalah penting adalah melengkapi tempat penjualan dengan Wifi gratis, sehingga masyarakat mampu melakukan “akses koneksi berkecepatan tinggi”. Jika hali tu dilakukan maka berarti tempat penjualan ramuan dan minuman herbal telah mampu menjadi magnitude pertemuan pelanggan, perusahaan, perorangan, sahabat dari manapun datangnya menuju ke tempat tersebut. Itulah sebabnya kenapa inovasi itu harus dilakukan secara terus menerus, sumberdaya manusia harus ditingkatkan komptensinya, begitu pula dengan teknologi. Minuman Herbal akan menjadi trend dan gaya hidup kedepan jika hari ini selalu melakukan langkah kreatif dan inovatif untuk memenangkan persaingan pasar yang semakin tajam di Taman Inovasi Bumi Pertiwi. Walahualam……

Penulis adalah Staf Ahli Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi bidang Relevansi dan Produktivitas, Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Sumber: dikti.go.id

7 Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

INSINYUR DALAM UU KEINSINYURAN

KEWAJIBAN INSINYUR Rudianto Handojo

Sesuai dengan bunyi Undang-Undang Keinsinyuran N0 11/ tahun 2014, bagi Insinyur perlu lebih banyak berkontribusi dalam engembangan profesi insinyur. Banyak tantangan di depan dan berlakulah kewajiban insinyur. Dalam UU Keinsinyuran tercatat ada 11 butir kewajiban Insinyur, dibandingkan dengan hanya 5 butir hak Insinyur. Akan diketengahkan di sini tujuh butir terpentingnya, yaitu: 1. Melaksanakan kode etik Insinyur; 2. Mengupayakan inovasi dan nilai tambah; 3. Melaksanakan standar Keinsinyuran; 4. Memutakhirkan Iptek; Empat hal di atas adalah kewajiban Insinyur yang sifatnya universal, artinya berlaku meliputi hampir seluruh insinyur di seluruh dunia. Dalam kompetisi global para Insinyur diminta mengembangkan keahliannya untuk menyumbang peningkatan nilai tambah dan daya saing. Semuanya dilakukan dalam situasi standar keselamatan dan kesehatan serta keberlanjutan yang selalu meningkat. Ditambah tingkat pemutakhiran teknologi yang sangat pesat. Dua kewajiban berikutnya meliputi: 5. Menerapkan keberpihakan, yang kata-kata

tepatnya menerapkan keberpihakan pada sumber daya manusia Keinsinyuran nasional, lembaga kerja Keinsinyuran nasional, dan produk hasil Keinsinyuran nasional dalam kegiatan Keinsinyuran;

yang maknanya bahwa keberpihakan harus dimulai oleh insinyur sendiri, untuk diterapkan di lingkungan keinsinyuran terdekat. 6. Melaksanakan secara berkala darma bakti

masyarakat yang bersifat sukarela; Butir ini diartikan melakukan transfer Iptek kepada angkatan Kerja yang karena kesempatan yang terbatas hanya sempat mengecap pendidikan dasar. Seperti dari kajian yang dilakukan, populasi Insinyur di Indonesia sekarang sekitar 900.000 hingga I juta atau sekitar 1,16% dari jumlah angkatan kerja.

Angkatan kerja Indonesia yang paling besar adalah yang berpendidikan dasar (tidak sekolah, tidak lulus SD, lulus SD dan lulus SMP) dengan jumlah pada tahun 2016 sebesar 62,30 %. Yang menengah (SMA,SMK) 26,69%. Yang berpendidikan tinggi 11,01%. Betul-betul berbentuk piramid yang landai. Bayangkan bahwa kita harus berkompetisi dengan negara-negara lain yang komposisi angkatan kerjanya jauh lebih baik. Malaysia, sebagai contoh, memiliki angkatan dengan pendidikan dasar hanya 24,3%, yang menengah (SMA,SMK) 56,3% dan yang tinggi 20,3%. Kedua hal tersebut merupakan kewajiban bagi kepentingan nasional. Untuk mendekatkan kesenjangan yang kita hadapi, para Insinyur diharapkan melakukan transfer IPTEK kepada rekan angkatan kerja yang berpendidikan dasar. Bila mereka memahami standar yang harus dicapai dengan kiat-kiat efisiensi dan produktifitas, niscaya akan membantu banyak. Sedangkan yang ketujuh: 7. Melakukan pencatatan rekam kerja keinsinyuran, atau log-book, Butir ini memberi manfaat untuk pribadi kita masing-masing sebagai Insinyur. Agar kita selalu memiliki rekaman kegiatan keinsinyuran, standard yang kita terapkan dan kode etik yang kita tegakan. Ini supaya kita terlindung saat ada permasalahan di kemudian hari yang menyangkut tugas kita. Kita harus menghindarkan dimasalahkan di kemudian hari atas pekerjaan kita yang sudah benar dilakukan. Namun kalau kita tidak cukup memiliki bukti tertulis bahwa kita telah melaksanakan sesuai standar dan menegakkan kode etik posisinya akan menjadi rawan. Karena itu sudah seharusnya catatan rekam kerja tersebut selalu diisi. Hal ini juga akan memudahkan penyusunan Laporan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan atau CPD (Continuing Professional Development) yang sekaran masih dirasakan oleh sebagian Insinyur sebagai beban yang menyulitkan.

Engineer Weekly Pelindung: A. Hermanto Dardak, Heru Dewanto Penasihat: Bachtiar Siradjuddin Pemimpin Umum: Rudianto Handojo, Pemimpin Redaksi: Aries R. Prima, Pengarah Kreatif: Aryo Adhianto, Pelaksana Kreatif: Gatot Sutedjo,Webmaster: Elmoudy, Web Administrator: Zulmahdi, Erni Alamat: Jl. Bandung No. 1, Menteng, Jakarta Pusat Telepon: 021- 31904251-52. Faksimili: 021 – 31904657. E-mail: [email protected]

Engineer Weekly adalah hasil kerja sama Persatuan Insinyur Indonesia dan Inspirasi Insinyur.

LARGEST AGRICULTURAL OUTPUT, 2015 ($bn)

25

30

33

36

53

54

55

65

77

100

117

224

332

977

26. Malaysia

21. Philipines

17. Vietnam

16. Thailand

10. Japan

9. Turkey

8. Russia

7. Pakista

6. Brazil

5. Nigeria

4. Indonesia

3. USA

2. India

1. China