KETERLIBATAN ULAMA DALAM POLITIK Studi Terhadap Peran ...
Transcript of KETERLIBATAN ULAMA DALAM POLITIK Studi Terhadap Peran ...
KETERLIBATAN ULAMA DALAM POLITIK (Studi Terhadap Peran Ulama dalam Kemenangan Idris-
Pradi pada Pemilukada Kota Depok Tahun 2015)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Akbar Faqih Maula Nahdli
1112112000061
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
v
ABSTRAK
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ulama adalah pewaris
yang ahli dalam pengetahuan agama Islam. Ulama adalah hamba Allah,
pemimimpin dan panutan, pengemban amanah Allah, pemelihara kemaslahatan
dan kelestaraian hidup manusia. Konotasi ulama diidentikkan sebagai individu
yang punya otoritas dan pemahaman yang mendalam tentang ilmu agama.
Demikian pula dalam sejarahnya peran ulama tidak hanya berkutat di wilayah
agama, akan tetapi lebih dari itu ulama sudah menyentuh dalam semua sendi
kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal ini politik.
Realitas ini menarik untuk dikaji lebih jauh, berkaitan dengan bagaimana
keterlibatan ulama dalam politik dan bagaimana pengaruhnya terhadap pilihan
masyarakat. Penelitian ini mencoba mengungkap keterlibatan ulama dalam
politik, studi terhadap peran ulama dalam kemenangan Idris-Pradi pada
Pemilukada kota Depok Tahun 2015 dengan memakai teori otoritas karismatik
dan konsep peran. Disamping menggunakan pendekatan teoritis, penelitian ini
juga menggunakan tehnik observasi dari beberapa literatur dan data-data yang
otentik.
Dalam penelitian ini, ditemukan fakta bahwa ada keterlibatan dan
pengaruh ulama dalam pemenangan pasangan Idris dan Pradi pada Pemilukada
kota Depok Tahun 2015. Beberapa ulama yang terhimpun dalam Majelis Ulama
Indoensia (MUI) melakukan mobilisasi umat untuk memenangkan pasangan Idris
dan Pradi di Pemilukada kota Depok Tahun 2015. Disamping itu, Idris sendiri
yang berlatar belakang sebagai ulama turut serta mengkristalisasi upaya
pemenangan dirinya sebagai Wali Kota. Komunitas Pesantren, lembaga-lembaga
Islam, perkumpulan pengajian, dan majelis taklim turut andil dalam Pemilukada
kota Depok untuk memenangkan pasangan Idris dan Pradi.
Kata Kunci: Ulama, Pemilukada , dan Idris-Pradi.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, inilah kata pertama sebagai ungkapan rasa syukur kehadirat
Allah SWT berkat pertolongan dan petunjuk-Nya skripsi ini bisa terselesaikan
dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan keharibaan Baginda
Rasulullah SAW yang telah berjuang untuk mengantarkan umatnya dari alam
yang sesat menuju alam yang lurus yakni dengan adanya agama Islam seperti
yang kita anut sekarang ini.
Skrispi ini bisa selesai dengan baik berkat bantuan beberapa pihak. Oleh
karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
dan Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. Dr. Dzulkifli,
MA
2. Bapak Dr. Iding R Hasan M.si dan Ibu Suryani Suaeb M.Si selaku Ketua dan
Sekretaris program studi Ilmu Politik. Mereka berdua adalah dosen saya yang
telah memberikan ilmu dengan sepenuh hati.
3. Bapak Dr. Shobahusurrur, M.A Selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan dan motivasi untuk penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Dr. Nawiruddin dan Ibu Dra. Gefarina Djohan, MA selaku dosen
penguji yang telah memberikan koreksi untuk perbaikan skripsi ini.
5. Para Dosen tercinta di Fisip yang selama ini telah memberikan ilmunya
kepada penulis dan mudah-mudahan apa yang telah diberikan dapat
bermanfaat dimasyarakat.
vii
6. Bapak KH, Khairullah, Bapak KH. Ade Yusuf Mujaddid M.A, Bapak Adi
Prayitno, M.Si, Bapak H. Moh. Hafid Nasir, Dipl. Inf, Bapak M. Supariyono,
Amd.Ak. Bapak Ir. Poltak Hutagaol, Bapak KH. Asnawi Ridwan, Bapak Drs.
KH. Farkhan AR dan Bapak H. Idrus Yahya yang telah meluangkan waktunya
untuk menjadi narasumber skripsi ini.
7. Keluarga tercinta ayah dan ibu yang selalu mendoakan agar penulis selalu
dimudahkan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
8. Saudaraku satu-satunya yang bernama Azka Yusmar Ainun Najmi yang selalu
memberikan saya semangat ketika dirumah.
9. Teman-teman ilmu politik angkatan 2012, terutama Renaldy Akbar, Andre
Albar Muharram, Ade Prasetyo, Andra Remon, M. Naufal, Miftahussurur,
Ahmad Syahrul Fadhil, Kholisi Wasakhi, Evan Gifari, M. Nurfadly, Silmi
Fatahilah, Syarah Annisa, Putri Nurafifah dan Segenap keluarga besar
TROTOAR yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu yang selama ini selalu
menemani penulis baik senang maupun sedih selama di kampus.
10. Segenap keluarga besar All Stories yang selalu menjadi pengingat tujuan
penulis ketika penulis jenuh dengan zona kampus dan butuh hiburan secara
tulus.
11. Segenap keluarga besar Ikatan Alumni MAN 2 Kota Bogor yang selalu
memberi semangat terhadap penulis agar penulis cepat-cepat menyelesaikan
skripsi ini.
12. Kepada teman masa kecil Ari dan Michel yang selalu memberi dukungan pada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
viii
13. Kepada Alvia Syafiqa selaku sahabat penulis yang selalu mengingatkan
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Dan juga terhadap teman sekaligus guru bagi penulis yaitu Ridoi Supantara
yang selalu membimbing penulis selama masa kuliah di kampus.
15. Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah banyak membantu selama
penulis menempuh pendidikan hingga berhasil mendapat gelar sarjana.
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis
sendiri khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Ciputat, 3 Oktober 2017
Akbar Faqih Maula Nahdli
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................................................ iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Pernyataan dan Pertanyaan Masalah ............................................................ 9
1. Pernyataan Masalah .................................................................................. 9
2. Pertanyaan Masalah .................................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 10
F. Metode Penelitian....................................................................................... 12
1. Jenis Metode Penelitian .......................................................................... 13
2. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 13
3. Teknik Analisis Data .............................................................................. 14
G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 14
BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP
A. Pengertian Ulama ....................................................................................... 16
B. Fungsi Ulama ............................................................................................. 18
C. Otoritas Karismatik .................................................................................... 21
D. Konsep Peran ............................................................................................. 29
x
BAB III BIOGRAFI POLITIK IDRIS ABDUL SHOMAD – PRADI
SUPRIYATNA DAN DUKUNGAN PARTAI POLITIK
A. Profil Muhammad Idris Abdul Shomad ..................................................... 31
B. Profil Pradi Supriyatna ............................................................................... 37
C. Dukungan Partai Politik ............................................................................. 38
BAB IV PERAN ULAMA DALAM KEMENANGAN IDRIS-PRADI PADA
PEMILUKADA KOTA DEPOK TAHUN 2015
A. Relasi Ulama dan Politik ............................................................................ 41
B. Kedekatan Masayarakat Depok dan Ulama ............................................... 44
C. Proses dan Kemenangan Idris-Pradi .......................................................... 46
D. Analisis terhadap Kemenangan Idris-Pradi ................................................ 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 68
B. Saran ........................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
LAMPIRAN .......................................................................................................... 76
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar IV. 1. Pendukung Idris-Pradi di lapangan Irekap .................................... 44
Gambar IV. 2. Pertemuan Idris Abdul shomad dengan para ulama...................... 46
Gambar IV. 3. KH. Abdul Shomad Rahman, ulama karismatik Depok mendukung
KH. Idris Abdul Shomad ...................................................................................... 61
xii
DAFTAR TABEL
Tabel IV. 1. Pemilh dan Pengguna Hak Pilih kota Depok .................................... 47
Tabel IV. 2. Struktur Musytasyar PC NU kota Depok ......................................... 49
Tabel IV. 3. Struktur Pengurus Syuriah PC NU kota Depok ................................ 50
Tabel IV. 4. Struktur Pengurus Tanfidyah PC NU kota Depok ............................ 51
Tabel IV. 5. Struktur Pengurus A‟WAN PC NU kota Depok .............................. 52
Tabel IV. 6. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Depok 2010-2015............. 54
Tabel IV. 7. Pimpinan Organisasi Otonom Tingkat Daerah Kota Depok ............ 55
Tabel IV. 8. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Se Kota Depok ......................... 56
Tabel IV. 9. Dewan Penasihat MUI kota Depok .................................................. 58
Tabel IV. 10. Pengurus Harian MUI kota Depok ................................................. 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ulama adalah pewaris
yang ahli dalam pengetahuan agama Islam. Terdapat pengertian ulama dari
berbagai sumber diantaranya adalah ulama merupakan hamba Allah yang
memiliki ciri-ciri tertentu, menjadi pewaris para nabi, pemimpin dan panutan,
pengemban amanah Allah, penerang bumi, pemelihara kemaslahatan dan
kelestarian hidup manusia.1 Sedangkan ulama dalam pengertian Badruddin Subky,
yakni sekelompok orang yang menguasai kajian ilmu agama Islam, yang mampu
membimbing umat berdasarkan Al-Quran dan hadits, juga mampu menghidupkan
sunnah, mengembangkan ajaran agama Islam secara totalitas, serta mampu
memberikan suri tauladan yang luhur bagi masyarakat.2
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa peran ulama dapat
mengontrol kebijakan penguasa dan menciptakan hubungan yang baik antara
pihak penguasa dan pihak oposisi. Ulama pada dasarnya ditekankan pada dua
peran yang dianggap penting. Pertama, berdasarkan oleh bobot keilmuannya,
maka para ulama sudah sepantasnya sebagai pencerah alam pikiran umat. Artinya
ikut serta dalam mencerdaskan umat. Kedua, posisi sebagai panutan umat, dalam
1Ahmad Fadhli HS. Ulama Betawi (Studi tentang Jaringan Ulama Betawi dan
Kontribusinya terhadap Perkambangan Islam Abad Ke-19. (Jakarta Pusat: Manhalun Nasyi-in
Press, 2011), hal 36. 2Badruddin Subky, Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman (Jakarta: Gema Insani Press,
1995), hal 153.
2
artian khusus keteladanan moral yang diajarkan dan dicontohkan ulama kepada
umat.3
Di dalam diri seorang ulama harus terdapat unsur cendekiawan, pemuka
agama, pahlawan, serta jaringan ke pusat kekuasaan. Dalam buku karya Rosehan
Anwar dan Andi Baharudin Malik terdapat setidaknya tiga peran ulama. Peran
ulama yang pertama yaitu ulama sebagai kelompok cendekiawan dimana sebagian
besar mereka dilahirkan dalam lingkungan pendidikan, maupun pondok pesantren.
Para ulama tersebut ikut berperan dalam memajukan pendidikan dan ilmu
pengetahuan. Peran ulama yang kedua adalah sebagai pembaharu dalam agama
Islam. Pembaharu yang dimaksud adalah dalam konteks kemasyarakatan,
pendidikan, dan pemikiran seperti organisasi. Peran ulama yang ketiga adalah
sebagai penggerak masyarakat seperti motivator, inspirator, katalisator, dan
dinamisator.4
Kajian tentang hubungan antara ulama dan politik adalah kajian yang
sangat unik dan telah menjadi objek di kalangan intelektual. Bahkan saat ini telah
berkembang dalam berbagai studi ilmu pengetahuan baik agama, fiqih,ilmu
pemerintahan, sosiologi, dan ilmu politik. Hal ini dikarenakan keterlibatan ulama
dalam kancah perpolitikan di berbagai negara yang mayoritas penduduknya
memeluk agama Islam, dan selalu saja mempunyai pengaruh yang cukup besar.
3Wahid Hasyim, Mengapa Memilih NU? (Jakarta: PT Inti Sarana Aksara, 1985), hal 102-
103. 4Rosehan Anwar dan Andi Bahrudin Malik. Ulama dalam Penyebaran Pendidikan dan
Khazanah Keagamaan. (Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur Pendidikan
Agama, 2003), hal 3.
3
Hubungan antara ulama dan politik adalah sesuatu yang wajar, karena
Islam sendiri tidak mengenal adanya pembatasan antara agama dan politik.
Dengan kata lain tidak ada institusi khusus dalam Islam yang hanya membahas
masalah politik. Hal ini sangat berbeda dengan agama Kristen yang menempatkan
Gereja sebagai institusi politik di sebuah negara.
Ulama yang tadinya hanyalah mengkhususkan diri pada ranah keagamaan
saja, saat ini sudah mulai merambah ke ranah sosial politik di masyarakat. Hal ini
dikarenakan ulama mempunyai karisma yang baik di masyarakat, maka tidak
heran ulama menjadi salah satu sumber bertanya bila ada sebuah pertanyaan dan
diminta pandangan. Ditambah keberadaan ulama menjadi pemimpin ditengah-
tengah kehidupan masyarakat. Secara dinamik berkembang lebih luas dalam
kehidupan di saat-saat tertentu misalkan menghadapi Pemilu dan Pemilukada.5
Melalui berbagai peran yang diembannya baik dalam bidang keagamaan
dan bidang sosio-kultural, ulama kemudian tampil sebagai patron yang memiliki
kekuasaan hirarkis atas masyarakat. Ditinjau dari segi ilmu politik, ulama
merupakan aktor politik yang mempunyai sumber daya politik berbasis karismatik
dan tradisional yang memungkinkan ulama membentuk sikap atau preferensi
politis tertentu dalam struktur sosial masyarakat di sekitarnya. Dengan alasan
bahwa ulama mempunyai karismatik inilah yang membuat partai politik berusaha
merangkul ulama, dengan begitu, partai politik tersebut mendapatkan kemenangan
yang diakibatkan oleh karismatik sang ulama ditengah-tengah masyarakat.
5Mohammad Tholhah, Ahlussunah Wal-Jama‟ah dalam Presepsi dan Tradisi NU
(Jakarta: Lantabora, 2005), hal 302-303.
4
Dalam zaman modern seperti sekarang ini, peran ulama diperluas dalam
bidang sosial yang meliputi berbagai kegiatan nyata untuk membantu
memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat, bukan sebatas memberikan
ceramah atau berpidato. Karena itu, dalam menjalankan tugasnya dan fungsinya
ulama dibagi ke dalam dua jenis, pertama adalah dakwah melalui lisan seperti
ceramah, tabligh, dan pidato. Yang kedua adalah dakwah melalui perbuatan
dengan memberikan contoh baik dalam setiap aspek kehidupan.6
Sedangkan dalam konteks kemasyarakatan, ulama berstatus sebagai
informal leader yang diangkat dan diakui oleh masyarakat. Ulama dianggap
sebagai pemimpin yang dipatuhi, disegani, dijadikan sumber bertanya dan sarana
tukar pikiran dalam masyarakat. Status ini disandang selama masyarakat yang
dipimpin masih mengakui hal tersebut, dan hal inilah yang memberi peran
signifikan terhadap perubahan dalam masyarakat.
Dewasa ini, sistem politik di Indonesia mulai mengikutsertakan sosok
ulama dalam implementasinya. Para ulama yang telah mendapat legitimasi dari
masyarakat dianggap dapat memengaruhi dan mengajak masyarakat untuk
mencapai kekuasaan. Ulama seakan menjadi magnet yang luar biasa ditengah-
tengah masyarakat, tentunya ini menjadi sasaran empuk para pemburu kekuasaan
untuk menjadikan ulama sebagai kandidat atau sekedar tim sukses.
Golongan ulama sering dijadikan sasaran politisi untuk meraup dukungan
politik. Dalam setiap pemilu, dukungan ulama selalu diperebutkan demi mendapat
6Ahmad Fadhli HS. Ulama Betawi (Studi tentang Jaringan Ulama Betawi dan
Kontribusinya terhadap Perkambangan Islam Abad Ke-19). (Jakarta Pusat, 2011), hal 34.
5
simpati kalangan Islam yang menjadi pengikut para ulama tersebut. Hal ini
memperluas akses politik dalam Islam dan kemudian muncul sayap Islam dalam
partai politik.
Ulama dapat dikatakan sebagai elit agama dimulai dari tingkat desa
bahkan sampai tingkat pemerintahan. Bentuk keterlibatan ulama dalam politik
mulai mencolok setelah tahun 1950, yang sebelumnya ulama hanya menempati
organisasi sosial politik yang hanya bernafaskan Islam, kini mulai meluas.7
Keterlibatan ulama sebagai advokator terjadi bilamana mereka melakukan
pembelaan terhadap rakyat kecil dalam menghadapi persoalan atau konflik
kepentingan sosial maupun politik. Ulama disebut sebagai mitra pemerintahan
jika mereka melakukan peran legitimasi terhadap kebijakan pemerintah, dan para
ulama juga dianggap sebagai rujukan dalam bersikap maupun bertindak oleh
masyarakat luas.
Dikalangan NU ulama menjadi pilar kultur umatnya, muncul beberapa
partai politik yang masing-masing mengklaim sebagai representatif politik
komunitas, ulama juga sebagai penggerak atau sekedar legitimasi. Pada masa
Orde Baru, posisi ulama sebagai pemimpin agama mulai terpinggirkan, bahkan
tidak jarang para ulama sering dicurigai oleh pemerintah pada saat itu. Meski
demikian, ulama tetap eksis dengan perjuangan dan juga pilihan politiknya. Salah
satu contoh bagaimana keterlibatan ulama pada masa orde baru yaitu pada saat
kampanye pemilihan umum tahun 1977, seorang ulama yang berlatar belakang
ulama NU dan juga sebagai ketua Majlis Pertimbangan PPP yaitu Kyai Bisyri
7Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, Transformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di
Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 2009) hal 3.
6
Syamsuri mengeluarkan “fatwa politik” bahwa setiap muslim harus memilih
PPP.8
Dukungan yang dilakukan oleh para ulama tersebut memperlihatkan para
politisi untuk menilai ulama sebagai upaya mereka membangun basis dukungan
atau hanya sekedar legitimasi bagi kepentingan politiknya. Ulama sebagai
komunitas elit agama masih dipercaya mampu memberikan sumbangan yang
signifikan bagi sukses dan tidaknya sebuah misi politik dari suatu kelompok
politik maupun perorangan.
Perbedaan bentuk keterlibatan ulama dalam politik tampaknya bisa
dikaitkan dengan beberapa kebijakan pemerintahan pada masa Orde Baru dan
dinamika politik sejak awal tahun 1970-an. Beberapa kebijakan tersebut
diantarnya:
1. Perubahan format partai politik dengan munculnya kekuatan Golongan
Karya (GOLKAR) yang didukung oleh Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI) dan pemerintah, disederhanakannya partai politik
dari multi partai menjadi tiga partai politik yaitu PPP, Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dan GOLKAR dan
memberlakukan asas tunggal bagi seluruh masyarakat. Bersamaan
lahirnya kebijakan tersebut, secara nyata kooptasi ulama oleh
organisasi yang umumnya masih baru tetapi memiliki kekuatan yang
luar biasa yaitu Golkar, dengan berbagai macam bantuan dan juga
fasilitas yang diberikan kepada ulama, tidak sedikit dari mereka yang
8Faisal Ismail, Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama Wacana ketegangan Kreatif
Islam dan Pancasila. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999) hal. 234
7
meninggalkan organisasi sosial politik yang digunakan sebagai wadah
perjuangan sebelumnya.
2. Politik yang diambil alih oleh pemerintahan Orde Baru berupa
pelembagaan aktivitas keagamaan, dengan maksud untuk
memperkukuh organisasi pemerintahan yaitu GOLKAR, maka
dikembalikanlah wadah aktivitas keagamaan seperti Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Majelis Dakwah Indonesia (MDI).
3. Pemberlakuan pegawai negeri harus masuk KORPRI, satu-satunya
organisasi bagi seluruh pegawai negeri yang lebih banyak dari guru
agama khususnya di pedesaan sebagai pilar menyangga, dan
melemahnya kekuatan keagamaan ini tampak amat besar pengaruhnya
terhadap pilihan ulama dalam keterlibatannya di politik.9
Keterlibatan golongan ulama ke dalam politik dapat menjadi sarana
saluran aspirasi masyarakat yang lebih luas sehingga sistem politik dalam
masyarakat dapat berjalan lebih baik. Golongan ulama ini kemudian menduduki
posisi-posisi strategis dalam Dewan Perwakilan Rakyat di pusat maupun daerah.
Berdasarkan penjelasan di atas, dalam skripsi ini penulis mencoba
membahas keunikan peran ulama di wilayah kota Depok, Jawa Barat. Dalam
Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) serentak pada Tahun 2015, pasangan Idris
Abdul Shomad dan Pradi Supriatna yang diusung oleh PKS, Partai Gerindra, serta
Partai Demokrat memenangkan Pemilukada kota Depok Tahun 2015. Idris Abdul
Shomad dikenal sebagai ulama yang cukup terkenal di kalangan masyarakat
9Hiroko Horikosi, Kyai dan Perubahan Sosial, (Jakarta: LP3M 1987), hal 212
8
Depok. Nama Idris mulai muncul ketika ia menjabat dalam Dewan Pimpinan
Cabang (DPC) PKS kota Depok.10
Dalam mencapai kemenangannya, Idris yang merupakan ulama yang
cukup terkenal di kota Depok tentu saja mendapat banyak dukungan dari kalangan
ulama di kota Depok. Namun yang menjadi keunikannya disini, kubu politik
Idris-Pradi yang terdiri dari hanya tiga partai koalisi dapat unggul jauh dari
pasangan rivalnya, Dimas Oky-Babai Suhaimi meskipun koalisi mereka
merupakan koalisi gemuk.
Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Depok Titik Nurhayati,
mengumumkan penetapan pasangan calon terpilih Walikota dan Wakil Walikota
Depok tahun 2016 – 2021. KPUD Kota Depok telah melaksanakan rapat pleno
untuk menetapkan pasangan calon terpilih yaitu Idris Abdul Shomad dan Pradi
Supriatna sebagai Walikota dan Wakil Walikota Depok dengan perolehan suara
sebanyak 411.367 atau 61,91 persen dari total suara sah pasangan calon.11
Dukungan besar ulama untuk Idris terlihat dari K.H Abdul Shomad
Rahman yang merupakan ulama karismatik di kota Depok mendukungnya dalam
momen Pemilukada kali ini. Dalam masa kampanyenya, Idris banyak menjaring
ulama-ulama di kota Depok untuk memilihnya, hal ini bukan hal yang aneh
karena Idris sendiri juga merupakan seorang ulama.
Penulis mengelompokkan ulama sebagai intelektual atau tokoh agama
yang berperan aktif melalui ilmu pengetahuan agama guna melakukan perubahan
10
„Pilkada Depok 2015: Wajah Lama dari PKS, Wajah Baru dari PDI-P. Terdapat di
http://www.rappler.com, diakses pada tanggal 20 November 2016 pkl 10.34 11
Pilkada Kota Depok, KPU Sahkan Idris–Pradi jadi pemenang. Terdapat di
http://news.detik.com/ diakses pada tanggal 23 Desember 2016 pkl 16:32
9
kebijakan pemerintah. Sebagai seorang intelektual atau tokoh agama, seorang
ulama sudah pasti mampu untuk terlibat dalam dunia politik, posisi ini memberi
kemudahan dalam mempengaruhi masyarakat luas untuk mendukung suatu partai
politik atau calon-calon pejabat publik. Posisi ini dimanfaat kan oleh para ulama
yang memang terlibat dalam dunia politik, karena kemudahannya dalam
mempengaruhi massa melalui acara-acara keagamaan. Baik berupa pengajian,
tabligh akbar, dan acara-acara religi lainnya, dan tidak perlu susah payah
berkampanye dan mengeluarkan dana yang begitu besar. Sehingga sangat mudah
bagi seorang ulama yang ingin mengumpulkan massa yang banyak untuk
melakukan kampanye-kampanye politik. Biasanya ini adalah cara yang ampuh
yang dilakukan oleh para ulama yang terlibat dengan partai politik.
B. Pernyataan dan Pertanyaan Masalah
1. Pernyataan Masalah
Banyak aspek yang dapat diteliti jika membahas kedudukan dan peran
ulama dalam masyarakat. Namun penulis membatasi penelitian ini pada
keterlibatan ulama dalam bidang politik khususnya dalam kemenangan Idris-Pradi
pada Pemilukada kota Depok Tahun 2015.
2. Pertanyaan Masalah
Dari beberapa hal yang sudah dibahas sebelumnya ada pertanyaan masalah
yang dapat dikemukakan yaitu: bagaimana peran politik yang dilakukan para
ulama Depok dalam mendukung Idris Abdul Shomad – Pradi Supriatna pada
Pemilukada kota Depok 2015?
10
C. Tujuan Penelitian
Menjelaskan peran politik yang dilakukan para ulama Depok dalam
mendukung Idris Abdul Shomad-Pradi Supriatna pada Pemilukada kota Depok
Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan wawasan dan pengetahuan terkait keterlibatan ulama
dalam kemenangan Idris Abdul Shomad-Pradi Supriatna pada
Pemilukada kota Depok Tahun 2015.
2. Meningkatkan kemampuan penulis dalam menganalisis peristiwa
politik dengan menggunakan landasan teori otoritas karismatik dan
konsep peran.
3. Sebagai bahan kajian kepustakaan (Library Research) di lingkungan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Program Studi Ilmu Politik.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, ada beberapa literatur yang penulis jadikan sebagai
acuan dan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk menemukan sisi
menarik atau sisi lain dan kegunaan dari penelitian skripsi yang sedang penulis
teliti. Beberapa tinjauan pustaka yang penulis temukan sebagai instrumen
perbandingan dalam melakukan penelitian mengenai Keterlibatan Ulama dalam
Politik Studi Terhadap Peran Ulama dalam Kemenangan Idris-Pradi pada
Pemilukada Kota Depok Tahun 2015 adalah:
11
Pertama, skripsi berjudul „Kyai sebagai Kekuatan Politik (Studi Kasus
Keterlibatan Kyai Dedi Suhandi pada Pilkada Kabupaten Serang 2010)‟ karya
Sudirman alumni FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang lulus pada 2010.
Persamaan skripsi ini dengan skripsi Sudirman adalah sama-sama membahas
ulama dalam politik. Perbedaannya adalah Sudirman menggunakan konsep
kekuatan politik, berbeda dengan skripsi ini yang menggunakan otoritas
karismatik dan konsep peran, jadi penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya.
Kedua, skripsi berjudul „Peran Cendekiawan dalam Transisi Demokrasi
Era Reformasi: Telaah Gagasan Politik Amien Rais dan Nurcholish Madjid‟
karya Akhmad Baizuri yang lulus dari FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 2010. Dalam beberapa skripsi ini ulama dan cendekiawan diletakkan dalam
satu golongan, jadi persamaan skripsi ini dan skripsi Akhmad adalah sama sama
membahas peran cendekiawan (umum maupun agama) dan keterlibatannya dalam
politik Indonesia. Perbedaannya adalah periode keterlibatannya. Jika Akhmad
pada era reformasi, sedangkan skripsi ini pada Pemilukada Kota Depok Tahun
2015.
Ketiga, Skripsi berjudul „Publisitas Politik Pilkada Depok 2015 pada
Pasangan Idris-Pradi di Berita Online www.depoknews.id‟ karya Arie Permana
yang merupakan lulusan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 2016. skripsi ini sama-sama membahas pasangan Idris-
Pradi namun perbedaannya jelas ada pada ruang lingkup pembahasannya, skripsi
12
milik penulis menjelaskan dari sisi politik sementara skripsi Arie membahas dari
sisi komunikasi yakni publisitas.
Keempat, skripsi berjudul „Kepemimpinan Karismatik: Studi tentang
Kepemimpinan Politik Megawati Soekarnoputri dalam Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP)‟. karya Hadi Mustafa yang merupakan lulusan
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011, Walaupun dari judul sudah
sangat terlihat perbedaannya yakni skripsi Hadi secara jelas membahas Megawati
dalam PDIP, namun terdapat persamaan yakni sama-sama menganalisis masalah
menggunakan konsep kepemimpinan karismatik.
Kelima, laporan penelitian berjudul Propaganda: Studi Kasus Pilkada
Depok, merupakan laporan penelitian mahasiswa jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah 2015 mereka adalah Laras Sekar Seruni,
Tengku Abu Bakar, Puji Indah Lestari, dan Fathimah Azzahra. Persamaan laporan
penelitian para mahasiswa KPI dan skripsi ini adalah sama-sama melakukan studi
kasus pada Pemilukada Kota Depok, namun perbedaannya jelas terasa pada hal
yang dibahas, mereka membahas propaganda yang dilakukan kedua kubu politik
pada Pemilukada Depok, sedangkan skripsi ini membahas peran ulama pada
kemenangan Idris-Pradi.
F. Metode Penelitian
Setiap penelitian pasti menggunakan metode penelitian sebagai bagian dari
suatu penelitian.Dalam hal ini, penulis ingin mengetahui sejauh mana keterlibatan
ulama dalam politik khususnya dalam kemenangan Idris-Pradi pada Pemilukada
kota Depok Tahun 2015, dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
13
1. Jenis Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah menggunakan
jenis metode penelitian kualitatif. Penulis memilih menggunakan penelitian
kualitatif, karena skripsi ini cocok diteliti dengan metode tersebut.
Metode penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang berupaya
melakukan penggalian, pemahaman, dan pemaknaan terhadap apa yang terjadi
pada berbagai individu atau kelompok yang berasal dari persoalan sosial atau
kemanusiaan, penelitian kualitatif juga berfokus bagaimana peneliti memandang
suatu fenomena.12
Dalam penelitian kualitatif, studi literatur atau kajian pustaka menjadi
komponen penting. Peneliti mengkaji berbagai literatur untuk menjelaskan dan
menjawab pertanyaan penelitiannya.13
Penelitian kualitatif ini diselesaikan dengan menyampaikan data secara
naratif dari perkataan atau kutipan dari berbagai teks dan literatur. Setelah
mengumpulkan berbagai data yang relevan dengan penelitian, penulis menjadikan
teori dan konsep sebagai alat untuk menganalisis subjek penelitian tersebut.14
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data interaktif dan non-
interaktif. Pengumpulan data yang bersifat interaktif meliputi wawancara dan
observasi. Sementara pengumpulan data yang non-interaktif meliputi pencatatan
dokumen.
12Septiawan Santana. K, „Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif‟, (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor, 2010), hlm 1. 13
Septiawan Santana. K, „Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif‟,.hlm. 10 14
Septiawan Santana. K, „Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif‟, hlm. 63
14
Teknik yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam (depth
interview) yakni proses memperoleh keterangan kepada narasumber untuk
memenuhi tujuan penelitian sambil bertatap muka dengan informan maupun
tidak.15
3. Teknik Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahap pertama
dimulai dengan usulan penelitian. Tahap kedua dilakukan pengolahan data yang
lebih mendalam dengan wawancara serta berbagai pengumpulan informasi. Tahap
ketiga yakni dilakukan pemeriksaan keabsahan data wawancara dan dicocokkan
dengan informasi yang beredar di lapangan. Tahap akhir dari penelitian ini adalah
analisis data untuk menjawab pertanyaan penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang komperehensif dan saling
berkorelasi antara bab yang satu dengan bab lainnya, maka penulis merunut topik
penelitian masing-masing ke dalam lima bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti memaparkan pernyataan
masalah yang berkaitan dengan keterlibatan Ulama dalam politik khususnya
dalam kemenangan Idris-Pradi pada Pemilukada kota Depok Tahun 2015.
Selanjutnya pertanyaan penelitian yang akan dibahas pada bab berikutnya. Tujuan
dan manfaat yang akan dicapai dalam penelitian ini. Tinjauan pustaka yang
dipakai dalam penelitian yang sudah pernah dilakukan. Metode penelitian yang
digunakan dan sistematika penelitian ini.
15
Sutopo, HB. Metode Penelitian Kualitatif, (Surakarta: UNS Press, 2006), hlm. 72
15
BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. Pada bab ini membahas
tentang kerangka berfikir mengenai pengertian ulama dan fungsi ulama. Landasan
teori yang dipakai adalah teori otoritas karismatik dan konsep peran, terutama
yang berkaitan dengan sisi karismatik ulama sebagai pemimpin agama dan
bagaimana peranannya.
BAB III BIOGRAFI POLITIK IDRIS ABDUL SHOMAD – PRADI
SUPRIATNA DAN DUKUNGAN PARTAI POLITIK. Pada bab ini menjelaskan
latar belakang Idris Abdul Shomad dan Pradi Supriatna mulai dari pendidikan,
aktifitas organisasi, dan keterlibatannya dalam dunia politik. Pada bagian ini juga
dijelaskan bagaimana dukungan dari partai politik.
BAB IV PERAN ULAMA DALAM KEMENANGAN IDRIS ABDUL
SHOMAD-PRADI SUPRIATNA DALAM PEMILUKADA KOTA DEPOK
TAHUN 2015. Pada Bab ini membahas secara rinci peran ulama di kota Depok
dalam kemenangan Idris-Pradi. Dalam bab ini juga diolah hasil wawancara
penulis dengan pihak Ulama, Tim sukses dari masing-masing pasangan calon
serta pengamat politik.
BAB V PENUTUP. Bab terakhir ini adalah bab penutup yang berisi
kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan dijelaskan hasil penelitian bab I-IV dan
jawaban atas pertanyaan penelitian.
16
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
A. Pengertian Ulama
Ulama meripakan pemimpin agama yang memiliki peran yang penting dan
strategis dalam masyarakat. Ulama tidak hanya berfungsi sebagai pencerah
keagamaan tapi ulama telah jauh masuk kedalam aspek-aspek kehidupan
masyarakat termasuk aspek politik..
Ulama merupakan bentuk dari kata alim yang berarti orang yang ahli
dalam pengetahuan agama Islam. Kata alim adalah kata benda dari kata kerja
alima yang artinya “mengerti atau mengetahui”. Di Indonesia, kata Ulama yang
menjadi kata jama‟ alim, umumnya dapat diartikan sebagai “orang yang
berilmu”.1 Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para sahabat dan tabi‟in
yang memiliki ilmu dalam keislaman merumuskan apa yang dimaksud dengan
ulama, diantaranya:
1. Imam Mujahid berpendapat bahwa ulama adalah orang yang hanya
takut kepada Allah SWT. Malik bin Abbas pun menegaskan orang
yang tidak takut kepada Allah bukanlah ulama.
2. Hasan Basri berpendapat bahwa ulama adalah orang yang takut kepada
Allah disebabkan perkara gaib, melakukan kepada setiap sesuatu yang
disukai Allah, dan menjauhi segala sesuatu yang dimurkai-Nya.
1 Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Globalisasi (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), hal. 12.
17
3. Ali Ash-Shabuni berpendapat bahwa ulama adalah orang yang rasa
takutnya kepada Allah sangat mendalam disebabkan makrifatnya.
4. Ibnu Katsir berpendapat bahwa ulama adalah yang benar-benar
makrifatnya kepada Allah sehingga mereka takut kepada-Nya. Jika
makrifatnya sudah sangat dalam, maka sempurnalah takut kepada
Allah.
5. Sayyid Quthub berpendapat bahwa ulama adalah orang yang
senantiasa berpikir kritis akan kitab Al-Qur‟an (yang mendalami
maknanya) sehingga mereka akan makrifat secara hakiki kepada Allah.
Mereka makrifat karena memperhatikan tanda bukti ciptaan-Nya.
Mereka yang merasakan pula hakikat keagungan-Nya melalui segala
ciptaan-Nya. Karena itu mereka takwa kepada Allah dengan sebenar-
benarnya.
6. Syekh Nawawi Al-Bantani berpendapat bahwa ulama adalah orang –
orang yang menguasai segala hukum syara‟ untuk menetapkan sah
itikad maupun amal syariah lainnya. Sedangkan Dr. Wahbah az-
Zuhaili berkata secara naluri.
Ulama adalah orang-orang yang mampu menganalisis fenomena alam
untuk kepentingan hidup dunia dan akhirat serta takut ancaman Allah jika
terjerumus kedalam kenistaan. Orang yang maksiat hakikatnya bukan ulama.2
2 Badaruddin Hsukby, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman (Jakarta: Gema Insani
Press, 1995), hal. 45-56.
18
B. Fungsi Ulama
Ulama merupakan pengalih fungsi ke-Nabi-an. Setiap ulama harus mampu
meneruskan misi para Nabi kepada seluruh masyarakat, dalam keadaan sangat
sulit sekalipun. Umat menegakkan Islam pada setiap sisi kehidupan serta
menuntut peran aktif dengan perjuangan, kesabaran, keihklasan, dan sikap
tawakal. Dengan demikian, umat Islam dapat mengamalkan nilai keislaman dalam
kehidupan sehari-hari. Tanggung Jawab ulama yang dilaksanakan dengan baik
akan berdampak positif bagi kehidupan umat. Akan tumbuh semangat pembelaan
terhadap Islam.3
Ain Najaf, dalam Qiyadatul Ulama Wal Ummah menyebutkan enam tugas
ulama:
1. Tugas intelektual, ulama harus mengembangkan berbagai pemikiran
sebagai rujukan umat. Ia dapat mengembangkan pemikiran ini dengan
mendirikan majelis ilmu, pesantren, atau lewat menyusun kitab-
kitab yang bermanfaat bagi manusia yang meliputi ilmu Al-Qur‟an,
Al-Hadits, Fiqh, ilmu-ilmu Aqliah, dan lain-lain.
2. Tugas bimbingan keagamaan, ulama harus menjadi rujukan dalam
menjelaskan halal dan haram, ulama mengeluarkan fatwa tentang
berbagai hal yang berkenaan dengan hukum-hukum Islam.
3. Tugas komunikasi dengan umat, ulama harus dekat dengan umat yang
dibimbingnya. Ulama tidak boleh memisahkan diri dari masyarakat
misalnya dengan membentuk kelas elit khusus ulama. Akses pada
3 Badaruddin Hsukby, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman. Hal. 64-65
19
umatnya diperoleh melalui hubungan langsung, misalnya mengirim
wakil ke setiap daerah secara permanen, atau menyampaikan khotbah.
4. Tugas menegakkan syi‟ar Islam, ulama harus memelihara,
melestarikan dan menegakkan berbagia manifestasi ajaran Islam. Hal
ini dapat dilakukan dengan membangun Masjid, meramaikannya dan
menghidupkan ruh Islam di dalamnya, menyemarakkan upacara-
upacara keagamaan dan merevitalisasi maknanya dalam kehidupan
akhlak dan dengan menghidupkan sunah Rasulullah SAW, sambil
menghilangkan bid‟ah-bid‟ah jahiliyah.
5. Tugas mempertahankan hak-hak umat, ulama harus tampil membela
kepentingan umat, bila hak-hak mereka dirampas, ia harus berjuang
meringankan penderitaan mereka dan membebaskan belenggu yang
memasung kebebasan mereka.
6. Tugas berjuang melawan musuh Islam, ulama adalah Mujahidin yang
siap menhadapi lawan-lawan islam, bukan saja dengan pena dan
ibadah, tetapi dengan tangan dan dada. Mereka selalu mencari
syahadat sebagai kesaksian dan komitmennya yang total terhadap
Islam.4
Fenomena keterlibatan ulama dalam politik terlihat dalam proses
Pemilihan Kepala Daerah kota Depok tahun 2015 dimana ulama terlibat dalam
kemenangan kandidat nomor urut 2 yaitu Idris-Pradi. Ada beberapa aspek yang
membentuk peran kepemimpinan ulama dalam hubungannya dengan sosial-politik
4 Moch. Eksan, Kiai Kelana: Biografi KH. Muchith Muzadi (Yogyakarta: LKiS, 2000),
hal. 10-11.
20
terkait dengan fungsinya sebagai bagian dari civil society; Pertama, yaitu aspek
intelektualitas. Ulama tentu mempunyai kelebihan pengetahuan keagamaan.
Kedua, aspek fungsional, yaitu berkaitan dengan peran konkret ditengah-tengah
masyarakat. Ketiga, aspek status sosial, dimana ulama ditengah-tengah
masyarakat memiliki status sosial yang tinggi. Keempat, aspek kekerabatan,
dimana ulama mampu menjalin hubungan antar kelompok ditengah-tengah
masyarakat. Dari keempat hal inilah faktor kepemimpinan ulama terbentuk, yang
pada akhirnya ulama menjadi sosok yang digugu dan ditiru.5
Tokoh agama yang bertindak sebagai pelaku politik sebenarnya juga
bukanlah hal baru. Dalam sejarah dunia politik, tokoh agama yang berperan
sebagai pelaku politik sudah berlangsung lama, pada tahun 1920 biksu Buddha U
Ottama di Negara Birma memimpin perjuangan melawan pemerintah Inggris.
Pada tahun 1956 Budharakakhita salah satu biksu di Sri Langka mendirikan Front
Persatuan Biksu (United Monks Front) yang bertujuan untuk membantu
menaikkan S.W.R.D Badaraineike ke puncak kekuasaannya.6
Tokoh-tokoh agama juga banyak berperan dalam perjalanan politik India
diantaranya adalah Tilak yang menggunakan upacara kegamaan untuk
melancarkan propaganda keagamaan anti Inggris. Gandhi salah satu tokoh politik
India juga memainkan paham keagamaannya dalam dunia politik, gerakan
pertahanan tanpa kekerasan didasari pada konsep agama Hindu. Ali Jinnah salah
satu pendiri Pakistan juga menggunakan lambang keislaman untuk memperdalam
kesadaran kaum muslim India sebagai Identitas nasional tersendiri.
5Ahmad fajri, Ulama dan Politik (Tanggerang: Kenanga Pustaka Indonesia 2015) hal. 31.
6 Donald Eugene Smith “Agama dan Modernisasi Politik” (Jakarta: CV Rajawali, 1985)
hal. 168.
21
C. Otoritas Karismatik
Ada berbagai macam teori otoritas, namun perlu diketahui terlebih dahulu
apa itu yang dimaksud dengan otoritas. Otoritas adalah kemungkinan yang di
dalamnya terdapat suatu perintah untuk dipatuhi oleh seseorang atau kelompok
tertentu. Karenanya, otoritas merupakan bagian dari suatu relasi kekuasaan
sekaligus mengandung unsur perintah dan unsur kontrol.7
Yang pertama adalah otoritas legal formal. Jenis otoritas ini adalah
pemberian wewenang atau otoritas yang bersumber dari hukum atau peraturan
perundang-undangan. Model otoritas cenderung mengutamakan birokrasi (politik
dan ekonomi).8 Model kepemimpinan ini biasanya diterapkan di negara-negara
modern atau di kota-kota, badan hukum baik miliki pribadi atau serikat. Namun
demikian, tidak menutup kemungkinan dalam struktur birokrasi tersebut
dipimpinan oleh seseorang yang memiliki karismatik sehingga hasil atau
capaiannya cukup berbeda dan fleksibel.
Model kepemimpinan dengan otoritas legal-formal akan melahirkan
produk hukum yang bercorak hukum rasional dan materil. Artinya, dimana
keputusan-keputusan para pembentuk undang-undang dan hakim menunjuk pada
suatu kitab suci atau legalitas yang menjadikannya sebagai pemimpin.9
Kedua otoritas tradisional. Otoritas ini merupakan otoritas yang memiliki
keabsahan berdasarkan kesucian/kekudusan suatu tradisi tertentu yang hidup di
tengah masyarakat. Sehingga ketika seseorang taat dan patuh terhadap suatu
7 George P. Hansen, Max Weber, Charisma, and The Disenchanment of The World
(Chapter 8), (PA: Xlibris, 2001), hal. 102. 8 George P. Hansen, Max Weber, Charisma, and The Disenchanment of The World
(Chapter 8), hal. 4. 9 Bryan S. Turner, Weber and Islam, Vol. II, (London : Routledge, 1998), hlm. 109.
22
peraturan atau pada suatu struktur otoritas disebabkan karena kepercayaan mereka
terhadap sesuatu yang bersifat kontinyu.10
Hubungan yang terjalin antara tokoh yang memiliki otoritas dan bawahan
sejatinya merupakan hubungan pribadi yang cenderung mengarah sebagai bentuk
perpanjangan hubungan kekeluargaan. Adanya kesadaran yang penuh antara
pemimpin untuk melaksanakan kewajibannya dan bawahan sebagai bentuk
kesetiaan dan kecintaan kepada pemimpin. Adapun jenis hukum yang dihasilkan
oleh pemimpin yang menggunakan otoritas tradisional lebih cenderung pada
hukum irrasional dan formil. Artinya, pemimpin yang memproduk suatu hukum
berpedoman kepada kaidah-kaidah di luar akal, oleh karena didasarkan pada
wahyu dan ramalan.11
Namun yang lebih ingin ditekankan oleh penulis terkait skripsi ini yakni
seputar keterlibatan ulama dalam politik studi terhadap peran ulama dalam
kemenangan Idris-Pradi pada Pemilukada kota Depok Tahun 2015 adalah model
kepemimpinan otoritas karismatik, penulis akan mencoba memaparkan model
otoritas karismatik dengan lebih rinci pada bagian berikut.
Menurut KBBI kata otoritas memiliki arti: “1. Kekuasaan yang sah yang
diberikan kepada lembaga dalam masyarakat yang memungkinkan pejabatnya
menjalankan fungsinya. 2. Hak untuk bertindak. 3. Kekuasaan; wewenang. 4. Hak
melakukan tindakan atau hak membuat peraturan untuk memerintah orang
lain‟‟.12
10
George P. Hansen, Max Weber, Charisma, and The Disenchanment of The World
(Chapter 8), (PA: Xlibris, 2001), hal. 2-3. 11
Bryan S. Turner, Weber and Islam, Vol. II, (London : Routledge, 1998), hal. 110. 12
“Otoritas”. KBBI, dilhat 29 Mei 2017.
23
Sementara itu kata karismatik memiliki arti:”bersifat karisma”.13
Dari
kumpulan kata otoritas dan karismatik memiliki arti kekuasaaan atau kewenangan
yang dimiliki seseorang karena sifat karisma yang dimilikinya. Sehingga otoritas
ini tidak dimiliki setiap orang, hanya segelintir orang saja yang memiliki otoritas
ini, karena karisma yang dimilikinya. Wewenang ini dengan sendirinya bisa
hilang apabila seseorang yang mempunyai karisma tersebut melakukan kesalahan
fatal atau pola pikir dan paradigma masyarakat sudah berubah.14
Dalam
penjelasan Weber otoritas ini juga dimiliki seorang pemuka agama seperti ulama.
Seorang ulama memiliki otoritas karena kepercayaan yang diberikan oleh
masyarakat terhadap ulama sebagai pemuka agama, yang dari waktu ke waktu
telah terbukti memberikan solusi dalam kehidupan masyarakat, sehingga dengan
sendirinya tumbuh kepercayaan terhadap ulama ditengah-tengah masyarakat.15
Karisma bisa muncul melalui sikap asketis-profannya atas apa yang tengah
ia geluti. Maksudnya adalah semakin seorang mendalami sesuatu hal yang ia
tekuni, maka secara otomatis ia sudah melakukan sesuatu yang bisa memunculkan
karisma dalam dirinya. Para ahli pikir, para tokoh agama, dokter handal, penulis
inovatif dan beberapa profesi lain yang digeluti secara ulet bisa memunculkan apa
yang disebut sebagai karisma.16
Ulama dengan ilmu agama yang digeluti secara
terus menerus juga bisa memunculkan karisma dalam dirinya.
13
“Karisma” KBBI, dilihat 29 Mei 2017. 14
Yusran Razak, ed., Sosiologi Sebuah Pengantar: Tujuan pemikiran Sosiologi Presfektif
Islam (Jakarta: LSA, 2008) hal. 153. 15
Ahmad Abrori “Teori Sosiologi Klasik” (Jakarta: FISIP UIN Syarif Hidayatullah) hal.
146. 16
Leo Agustino “ Prihal Ilmu Politik ” (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007)hal,. 75-76.
24
Merujuk pada pendapat Charles Andrain, ada lima sumber yang bisa
menjadikan orang berkuasa: pertama, hak pemerintah berasal dari sumber-sumber
primordial atau tradisi. Artinya, kepercayaan yang telah berlangsung dan
dipelihara secara terus menerus bisa menjadi sumber kekuasaan. Seseorang yang
punya sumber ini bisa secara mudah memperoleh kekuasaan karena sifatnya
turun-temurun dan bersifat warisan. Kedua, hak memerintah berasal dari sumber-
sumber yang dianggap suci (perwahyuan), melalui sumber ini seorang individu
mempunyai kekuasaan, karena hal-hal yang bersifat gaib. Ketiga, hak pemerintah
berasal dari sumber pribadi atau berasal dari kualitas pribadi. Sumber ini bisa
diperoleh dengan kualitas pribadi yang dimilikinya baik itu karena style,
komunikasi, tubuh, dan lain sebagainya. Keempat sumber kekuasaan berasal dari
sumber instrumental seperti keahlian dan kekayaan. Keahlian disini bisa berupa
keahlian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan kekayaan disini
adalah uang, tanah, barang berharga, tabungan, dan lain sebagainya. Kelima, hak
pemerintah berasal dari sumber yang bersifat legal formal dan diatur dalam
undang-undang yang berlaku ditengah-tengah masyarakat.17
Presiden, Gubernur,
Wali Kota, Bupati hasil Pemilukada dan Pilpres merupakan individu yang
mempunyai kekuasaan bersifat legal formal.
Ada perbedaan antara otoritas karismatik dengan otoritas tradisional, dan
otoritas legal formal, jika dalam otoritas tradisional dan otoritas legal formal
selalu ingin mempertahankan status-quo, keduanya cenderung berjalan di tempat
dan ingin mempertahankan tradisi yang sudah berjalan secara turun temurun.
17
Leo Agustino “ Prihal Ilmu Politik ” ,.hal 76.
25
Berbeda halnya dengan otoritas karismatik, di mana dalam otoritas karismatik
figur berani melawan status-quo, sehingga di anggap bertentangan dengan tradisi
lama yang sudah mengakar, menuju tatanan keteraturan moral dan keteraturan
sosial baru.18
Adapun jenis hukum yang dihasilkan oleh pemimpin yang menggunakan
otoritas karismatik adalah produk hukum yang dihasilkan cenderung pada hukum
irrasional dan materil. Maksudnya, hukum yang dibentuk didasarkan semata-mata
pada nilai emosionalnya tanpa menunjuk suatu kaidah apapun.19
Loyalitas masyarakat terhadap pemimpin yang memiliki karismatik
sungguh luar biasa, mereka dalam situasi tertentu memiliki loyalitas yang sangat
tinggi. Bahkan, pengorbanan-pengorbanan yang dilakukan oleh para loyalis
kadang diluar perkiraan banyak orang, mereka rela menyerahkan jiwa dan raganya
kepada pemimpin yang sangat mereka kagumi itu. Kepatuhan masyarakat
terhadap pemimpin karismatik diatas rata-rata, ia sering meminta petuah dan
petunjuk dalam menghadapi kesulitan hidup sebelum mengambil suatu keputusan.
Pemimpin karismatik biasanya sulit melakukan regenerasi kepemimpinan bila ia
sudah meninggal, para pengikutnya sulit menpercayai penggantiya meskipun
pemimpin itu yang menunjuk langsung siapa penggantinya. Karena itu, penerus
atau penggantinya harus berusaha untuk meyakinkan para pengikutnya bahwa
kemampuannya kurang lebih sama dengan pemimpin sebelumnya.20
18
Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 1, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1994), h. 229. 19
Bryan S. Turner, Weber and Islam, Vol. II, (London : Routledge, 1998), hlm. 110. 20
Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 1, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1994), hal. 229.
26
Setidaknya ada beberapa ciri yang menunjukan bahwa seseorang memiliki
kepemimpinan karismatik.21
Diantaranya memiliki kepekaan yang tinggi terhadap
berbagai masalah yang artinya pemimpin yang memiliki karisma harus faham
dengan segala situasi, ia juga harus percaya diri sehingga mampu mempengaruhi
orang lain dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain. Pemimpin yang
berkarisma cenderung menciptakan efek mitologis dan berbagai macam kejadian
ajaib, sehingga memiliki daya tarik bagi orang awam untuk mengkultuskan dan
bahkan sampai memujanya. Pemimpin yang karismatik bagi kebanyakan orang di
Indonesia yang mayoritas orang Islam adalah seorang Ulama yang ditunggu
kedatangannya untuk memperbaiki keadaan, atau menurut kepercayaan Yahudi
bagaikan Mesies, atau umat Nasrani yang mempercayai hadirnya Yesus sang juru
selamat yang muncul dari Nazaret.22
Karisma merupakan konsep yang digunakan secara sangat luas, media dan
publik secara umum mendefinisikan karisma individual terhadap politisi, bintang
film, ataupun musisi. Pada akhirnya, karisma dimaksudkan dengan seseorang
yang memiliki kualitas diri seseorang yang luar biasa. Konsep karisma
memainkan peran penting dalam karya Max Weber, namun konsep karisma yang
dimaksudkan oleh Max Weber sangat berbeda dengan yang dimaksudkan oleh
kebanyakan orang awam saat ini.
Weber tidak menyangkal bahwa pemimpim karismatik dapat memiliki
ciri-ciri yang menonjol, karismanya lebih tergantung pada kelompok-kelompok
pengikut dan bagaimana mereka mendefinisikan pemimpin karismatik. Secara
21
Alfian, Menjadi Pemimpin Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), hal. 142. 22
Alfian, Menjadi Pemimpin Politik, hal. 145.
27
garis besar menurut Weber tentang hal ini, jika para pengikut mendefinisikan
tentang pemimpin mereka sebagai seseorang yang berkarisma, maka ia cenderung
sebagai pemimpin karismatik terlepas dari benar atau tidaknya ia memiliki ciri
yang menonjol. Seseorang pemimimpin karismatik bisa saja seseorang yang biasa
saja.
Bagi Weber, karisma adalah kekuatan revolusioner, salah satu kekuatan
revolusioner penting di dunia sosial. Jika otoritas tradisional sangat konservatif,
maka lahirnya pemimpin karismatik sangat mungkin menjadi ancaman bagi
sistem tersebut (maupun bagi sistem rasional-legal) dan membawa perubahan
dramatis dalam sistem tersebut.23
Perubahan-perubahan tersebut bisa saja
mengarah kepada perubahan sikap utama dan arah tindakan secara radikal
menjadi orientasi yang baru bagi semua sikap terhadap perbedaan masalah dunia
sosial. Dalam hal ini Weber memfokuskan perhatiannya kepada perubahan
struktur otoritas, yaitu kelahiran otoritas karismatik. Ketika struktur otoritas baru
muncul, dia cenderung merubah pikiran dan tindakan seseorang secara dramatis.
Kekuatan revolusioner utama yang lain dalam sistem teoritis Weber dan
kekuatan-kekuatan yang banyak menyita perhatiannya adalah kekuatan
rasionalitas (formal). Kalau karisma adalah kekuatan revolusioner internal yang
mengubah pikiran aktor, maka menurut Weber kekuatan rasionalitas (formal)
adalah kekuatan revolusioner eksternal yang terlebih dahulu mengubah struktur
masyarakat lalu mengubah pikiran dan tidakan individu. Weber lebih tertarik pada
23
Ahmad Abrori “Teori Sosiologi Klasik” (Jakarta: FISIP UIN Syarif Hidayatullah) hal.
144.
28
karakter revolusioner karisma pada struktur dan aspek dasarnya karena karakter
dasarnya dapat diubah dan dirutinkan agar dapat bertahan sebagai sistem
otoritas.24
Berdasarkan hal diatas ulama bisa dikatakan hampir memiliki semua
sumber kekuasaan. Sejak agama Islam turun sampai sekarang sudah ada doktrin
agama untuk mematuhi apa yang diperintahkan ulama, ulama adalah pemimpin
umat dan pewaris para nabi. Jadi sumber kekuasaan yang melekat pada ulama,
hakikatnya bersifat dari tradisi ajaran agama. Ulama tugas utamanya adalah
menyampaikan ajaran agama yang pernah diwahyukan kepada para nabi, atas
dasar inilah ulama pantas dan sangat layak untuk diikuti. Secara pribadi seorang
yang disebut ulama pasti memiliki kualitas yang bagus yang bisa menimbulkan
karisma dalam dirinya. Disamping itu ulama juga memiliki keahlian khusus dalam
penguasaan ilmu agama dan tidak jarang ulama juga memiliki kekayaan yang
mumpuni. Dengan segala kelebihannya ulama mampu mempengaruhi umatnya
dan memiliki otoritas ditengah-tengah masyarakat.
Otoritas sifatnya bukannya memaksa. Dengan otoritas yang dimiliki ulama
masyarakat secara sukarela mengikuti apa yang telah dititahkan sang pemilik
otoritas. Ulama dengan otoritas yang dimilikinya tentu akan mudah menggiring
umatnya untuk memilih dan ikut terlibat dalam pemenangan Pemilukada, seperti
yang terjadi di kota Depok ulama mempunyai peran vital atas kemenangan
pasangan Idris-Pradi sebagai Walikota dan Wakil Walikota Depok.
24
Ahmad Abrori “Teori Sosiologi Klasik”,.hal. 145.
29
D. Konsep Peran
Peran (role) adalah sesuatu yang diharapkan yang dimiliki oleh individu
yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dalam kehidupan masyarakat.25
.
Soekanto melanjutkan bahwa peran adalah pola perilaku yang terkait dengan
status. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa peran adalah aspek dinamis dari
kedudukan (status).26
Apabila seseorang melaksanakan kewajiban sesuai dengan
kedudukan berarti ia menjalankan suatu peran.
Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah hanya sebatas
kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak bisa dipisahkan karena keduanya
memiliki keterkaitan. Tidak ada peran tanpa adanya kedudukan dan begitu juga
sebaliknya.27
Setiap individu memiliki perannya masing-masing dalam kehidupannya.
Hal ini berarti sebuah peran dapat menentukan perbuatan individu tersebut.
Dengan adanya peran yang diperoleh dari kedudukan dapat menentukan dan
mengatur perilaku individu maupun masyarakat. Di samping itu, peran
menyebabkan, seseorang pada batas-batas tertentu, dapat meramalkan perbuatan
atau tindakan orang lain. Setiap individu yang akan menyesuaikan perilaku sendiri
dengan perilaku individu lain yang ada dalam kelompoknya. Sebagai pola
perlakuan, peran memiliki beberapa unsur, antara lain:
25
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern
English Press, 1991), hal. 1132. 26
Soerjono Soekanto, Memperkenalkan Sosiologi, (Jakarta: Rajawali, 1982), hal: 33. 27
Ralph Linton, Sosiologi suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 1984), hal. 268.
30
1. Peran ideal, adalah peran yang dirumuskan atau diharapkan oleh
masyarakat terhadap status-status tertentu. Peran tersebut merumuskan
hak dan kewajiban yang terkait dengan status tertentu.
2. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan. Ini merupakan peranan yang
sesungguhnya dilaksanakan oleh seseorang dalam kehidupan nyata.
Peranan yang dilakukan dalam kehidupan nyata mungkin saja berbeda
dengan peranan ideal, yang ideal hanya berada dalam fikiran dan belum
terealisasi dalam kehidupan yang sebenarnya.28
28
Ahmad Patoni, Peran Kiai Pesantren dalam Partai Politik, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), hal. 40.
31
BAB III
BIOGRAFI POLITIK IDRIS ABDUL SHOMAD – PRADI
SUPRIYATNA DAN DUKUNGAN PARTAI POLITIK
Dalam bab ini, penulis menjelaskan latar belakang Idris Abdul Shomad
dan Pradi Supriatna mulai dari pendidikan, aktifitas organisasi, dan
keterlibatannya dalam dunia politik. Pada bagian ini juga dijelaskan bagaimana
dukungan dari partai politik.
A. Profil Muhammad Idris Abdul Shomad
Nama lengkapnya adalah Muhammad Idris Abdul Shomad lahir di Jakarta
pada tanggal 25 Juli 1961 putra ke-6 dari tujuh bersaudara dari pasangan H. Abdul
Shomad dan Hj, Yumani. Ayah Idris Abdul Shomad berprofesi sebagai pedagang
dan mempunyai toko kelontong, ayahnya kelahiran Kampung Utan, Citayam,
Depok. Sementara itu ibu dari Idris Abdul Shomad kelahiran Limo, Cilodong,
Depok yang berprofesi sebagai tukang setrika. Kedua orang tua Idris Abdul
Shomad merantau dari kota kelahirannya, Depok ke Jakarta, tepatnya di Jalan
Sawah Lunto, Menteng Wadas, Manggarai. Idris beserta kedelapan saudaranya
lahir di Jakarta dengan lingkungan keluarga besar yang religius.1
Idris menempuh pendidikan di TK Budi Asih Jakarta Selatan, SD
Matraman Wadas 01 Pagi Jakarta Selatan dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ruhul
Islam Jakarta Selatan. Setelah menyelesaikan Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyahnya Idris Abdul Shomad melanjutkan studinya di Pondok Pesantren
Modern Darussalam Gontor. Selama di Gontor, ia belajar banyak hal mulai dari
1 Diakses dari www.depok.co.id pada pukul 22:57, 3 Agustus 2017.
32
bahasa, public speaking, seni, hingga kepemimpinan. Ilmu pengetahuan dan
pengalamann yang didapatkan di Gontor banyak berpengaruh terhadap
kehidupannya kelak.2
Setelah lulus dari Pesantren Gontor Idris Abdul Shomad kembali ke
Jakarta, di Jakarta ia kembali menimba ilmu dengan mengikuti kuliah di Akademi
Ilmu Dakwah, juga kuliyah Lembaga Pengajaran Bahasa Arab (LPBA), LBPA ini
kelak berubah nama menjadi LIPIA, LIPIA adalah sebuah lembaga pendidikan
yang berafiliasi dengan Universitas Islam Imam Muhammad Ibnu Saud Riyadh,
Arab Saudi. Disamping kuliah, sekembalinya ke Jakarta Idris Abdul Shomad
mengajar di Madarasah Ibtiadaiyah Ruhul Islam dan Pendidikan Guru Agama
(PGA) Jakarta.3
Ketika kuliah di LIPIA, Idris Abdul Shomad mendapatkan kesempatan
memperoleh beasiswa di Universitas Muhammad Ibnu Saud Riyadh, Arab Saudi
pada tahun 1983-1987. Setelah menyelesaikan studi strata 1 nya Idris melanjutkan
studi strata 2 dan 3 dikampus yang sama, semuanya bisa diselesaikan dengan dana
beasiswa. Selama di Arab Saudi Idris tidak hanya belajar, untuk menyambung
kehidupannya Idris melakukan bebarapa pekerjaan mulai dari mengajar para TKI,
petugas haji dan umrah, menjadi pengawas syariah, dan juru ketik para mahasiswa
Indonesia yang ada di Arab Saudi.4 Idris Abdul Shomad menikah dengan Elly
Farida pada tanggal 10 Juli 1998, dari pernikahan ini mereka dikaruniai 6 orang
2 Arief Muhajir, Mohammad Idris Pengabdian Tiada Henti (Jakarta: Gema Insani 2017)
hal. 3-113. 3 Arief Muhajir, Mohammad Idris Pengabdian Tiada Henti,.hal. 117-119.
4 Arief Muhajir, Mohammad Idris Pengabdian Tiada Henti, hal. 129-165.
33
anak mereka adalah: Aufa Taqiya, Hasna Zahida, Dhiya‟ Alhuda, Khansa Aidah,
Fida Faizah dan Elly Farida.
Sejak masih belia sebenarnya Idris Abdul Shomad adalah tipikal anak
yang aktif selain mengenyam pendidikan secara zigzag (pagi hari sekolah umum
dan sore hari sekolah agama), Idris juga belajar bela diri yaitu karate.5 Begitu pula
pada saat ia belajar di Pondok Pesantren Gontor, Idris Abdul Shomad aktif di
bagian bahasa dan kegiatan pramuka. 6 Selain itu, di Pondok Pesantren Gontor,
Idris aktif di Organisasi Pelajar Pondok Modern (OOPM).7 Kemudian ketika
belajar di Arab Saudi Idris Abdul Shomad juga tidak hanya menjadi mahasiswa
kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah-pulang), beliau aktif di Perhimpunan Pelajar
Indonesia (PPI).8 Setelah menyelesaikan studinya di Arab Saudi, Idris Abdul
Shomad kembali ke tanah air dengan mengajar di IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), pada tahun 2002 bersama-
sama dengan Hidayat Nur Wahid yang sekarang menjabat sebagai ketua Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) mendirikan Ikatan Da‟i Indonesia (IKADI) dan
diamanahkan menjadi Sekjen di IKADI. IKADI yang dibentuk di 30 provinsi
mempunyai misi untuk menyatukan persepsi para da‟i untuk mengukur peta
dakwah serta arah yang jelas dan terukur dalam dakwah di Indonesia. Selain itu
Idris juga aktif di Lembaga Pelayanan Pesantren dan Studi Islam (LP2I)
Alharamain. Keterlibatan beliau dalam mengawal pembangunan di Indonesia
semakin matang ketika di amanahi menjadi Sekretaris Umum di MUI Kota
5 Arief Muhajir, Mohammad Idris Pengabdian Tiada Henti, hal. 45.
6 Arief Muhajir, Mohammad Idris Pengabdian Tiada Henti, hal. 76-109.
7 Diakses dari www.depok.co.id pada pukul 22:57, 3 Agustus 2017.
8 Arief Muhajir, Mohammad Idris Pengabdian Tiada Henti (Jakarta: Gema Insani 2017)
hal. 126-165.
34
Depok. Idris Abdul Shomad adalah seorang ulama yang juga turut berpartisipasi
dan terjun langsung ditengah-tengah masyarakat untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang dialami oleh warga Depok, terutama masalah-masalah sosial.9
Berkat aktivitasnya diberbagai organisasi selama ini, Idris mendapat
banyak perhatian dan punya daya tawar yang tinggi ditengah-tengah masyarakat.
Tahun 2010 suasana politik kota Depok memanas karena memasuki suksesi
kepemimpinan Walikota Depok masa bakti 2010-2015, suasana politik pada saat
itu turut membawa Idris Abdul Shomad dalam pusaran dunia politik yang
sebenarnya bukan dunianya. Idris Abdul Shomad mendapatkan tawaran dari PKS
untuk berpasangan dengan Nur Mahmudi Ismail, yang kala itu menjadi kandidat
calon Walikota Depok priode 2010-2015.10
Ada empat kandidat yang ikut
meramaikan Pemilukada kota Depok pada saat itu yakni: pasangan no 1 Gagah
Sunu Sumantri-Derry Drajat dengan perolehan suara (9,74%), 2. Yuyun
Wirasaputra-Pradi Supriatna (22,41%), 3. Nur Mahmudi Ismail-Idris Abdul
Shomad (40,99%), dan 4. Badrul Kamal-Agus Supriyanto (26,64%). Berdasarkan
perolehan suara masing-masing pasangan, pasangan nomor urut 3 yakni Nur
Mahmudi Ismail-Idris Abdul Somad keluar sebagai pemenang.
Dibawah kepemimpinan Nur Mahmudi Ismail dan Idris Abdul Shomad
kota Depok banyak berbenah, beragam prestasi berhasil digapai, usianya masih
muda, tapi prestasinya luar biasa, diantara capaian yang berhasil ditorehakan
adalah kota Depok merhasil meraih Indeks Kepuasan Nomor 3 se-Indonesia
setelah DIY dan Jakarta Selatan dengan perolehan angka mencapai 80,26, selain
9 Diakses dari www.depok.co.id pada pukul 22:57, 3 Agustus 2017.
10Arief Muhajir, Mohammad Idris Pengabdian Tiada Henti (Jakarta: Gema Insani 2017)
hal. 213-220.
35
itu kota Depok meraih penghargaan Purna Karya Nugraha dari Presiden Republik
Indonesia, penghargaan Purna Karya Nugraha diraih karena kota Depok berhasil
memperoleh Satya Lancana Karya Bakti Praja dari tahun 2011-2012, penghargaan
ini diberikan karena pemerintah kota dinilai memperolehan kinerja terbaik.11
Setelah masa baktinya selesai sebagai Wakil Walikota Depok, nama Idris
Abdul Shomad tetap mendapatkan citra yang positif ditengah-tengah masyarakat.
Pada Pemilukada tahun 2015 Idris Abdul Shomad didorong oleh para ulama dan
suara arus bawah untuk maju sebagai kandidat Walikota Depok masa bakti 2016-
2021. Setelah melalui proses yang panjang akhirnya Idris Abdul Shomad maju
menjadi kandidat Walikota Depok berpasangan dengan Pradi Supriatna yang
didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera, Partai Gerindra, dan Partai Demokrat.
Sementara lawannya adalah Dimas Oky Nugroho dan Babai Suhaimi yang
diusung oleh PDIP, PAN PPP, PKB, Partai Nasional Demokrat (Nasdem).
Setelah dilakukan pemilihan yang demokratis, Ketua KPUD kota Depok
Titik Nurhayati mengumumkan penetapan pasangan calon sesuai berita acara
nomor 399/BA/X11/2015 tentang penetapan pasangan terpilih Walikota dan
Wakil Walikota Depok tahun 2016-2021 yaitu pasangan Idris Abdul Shomad-
Pradi Supriatna berhasil mengalahkan pasangan Dimas Oky Nugroho dan Babai-
Suhaimi.12
Terpilihnya Idris Abdul Shomad dan Pradi Supriatna sebagai pemenang
dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Depok 2015 disahkan oleh KPUD
kota Depok pada Januari 2016. Pada hari Rabu tanggal 17 Februari 2016, Idris-
11
Arief Muhajir, Mohammad Idris Pengabdian Tiada Henti, hal. 225-226 12
Arief Muhajir, Mohammad Idris Pengabdian Tiada Henti, hal. 234-235.
36
Pradi resmi dilantik menjadi Walikota dan Wakil Walikota Depok Periode 2016-
2021 yang di selenggarakan di Gedung Merdeka Bandung dan dihadiri pula oleh
Ahmad Heryawan yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur Provinsi Jawa
Barat.
”Depok a Friendly city” atau Depok Kota Sahabat menjadi sebuah brand
unik yang digagas oleh Idris Abdul Shomad dan Pradi Supriatna sebagai Walikota
dan Wakil Walikota yang ingin menjadikan kota Depok untuk selalu memberikan
manfaat dengan pelayanan yang bersahabat kepada setiap unsur yang ada, demi
memberikan yang terbaik untuk kemajuan kota Depok. Makna dari “bersahabat”
dalam hal ini mencakup pada semua bidang, baik itu dalam pelayanan dari
pemerintah terhadap masyarakat, bersahabat dengan anak-anak, dan perempuan
maupun bersahabat dengan bidang lain, misalnya dalam hal manajemen
pemerintahan akan transparan, responsif dan partisipatif, seperti yang dikatakan
Idris Abdul Shomad sebagai Walikota Depok “kami ingin membangun Depok
sebagai kota nan ramah dan bersahabat dengan capaian indeks prestasi”. Melalui
branding Depok sebagai kota Sahabat, pemerintah kota Depok mempunyai
komitmen untuk menjadi sahabat bagi seluruh warganya. Ini menjadi salah satu
upaya pemerintah kota Depok untuk membangun kebersamaan, keakraban, dan
kepedulian terhadap seluruh komponen sehingga kota Depok benar-benar bisa
menjadi kota yang bersahabat. Dengan dipimpin oleh KH. Dr, Idris Abdul
Shomad, M.A., Pemerintah kota Depok terus berbenah dalam membangun kota
Depok yang unggul, nyaman, dan religius.13
13
Arief Muhajir, Mohammad Idris Pengabdian Tiada Henti, hal. 236-242
37
B. Profil Pradi Supriyatna
Pradi Supriyatna yang lebih akrab dipanggil dengan panggilan Bang Pradi
merupakan putra asli Depok yang dilahirkan di kota yang terkenal dengan buah
belimbing ini. Pradi dilahirkan dalam lingkungan yang sederhana pada tanggal 9
Oktober 1970.
Pradi menempuh jenjang sekolah dasar di SD Muhamadiyah 01 Kukusan
Beji Depok pada Tahun 1983, lalu melanjutkan SMP 131 Ciganjur Jakarta Selatan
pada Tahun 1986, kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di SMA Bunda
Kandung Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 1989, dan menyelesaikan studi
strata 1 di Universitas Gunadarma Fakultas Ilmu Komputer Jurusan Manajemen
Informatika.14
Sebelum masuk ke dunia politik, beliau merupakan seorang pengusaha
muda di kota Depok, namanya mulai terkenal ketika ia aktif sebagai pemimpin
umum PT Aksara Depok yang menerbitkan harian umum Monitor Depok. Selain
itu, beliau juga dikenal sebagai salah satu petinggi klub sepakbola kebanggan kota
Depok yaitu Persikad Depok.
Selain aktif sebagai seorang pengusaha, Pradi juga aktif di kegiatan sosial
dimasyarakat, diantaranya sebagai penasihat Organisasi Angkutan Darat
(Organda) kota Depok, Wakil Ketua DPD Forum Komunikasi Anak Betawi
(Forkabi) kota Depok, dan juga dipercaya sebagai Ketua Dewan Pimpiinan
Cabang (DPC) Partai Gerindra kota Depok.
14
Depokrayanews, “Inilah Profil Walikota Depok Pradi Supriatna”, artikel diakses pada
tanggal 21 agustus 2017 dari http://depokrayanews.com/2016/07/08/inilah-profil-wakil-walikota-
depok-pradi-supriatna
38
Pada Pemilukada Depok 2015, ia di calonkan sebagai Wakil Walikota
untuk mendampingi Idris Abdul Shomad sebagai calon Walikota yang diusung
oleh koalisi PKS, Partai Gerindra, dan Partai Demokrat. Sudah sejak 10 tahun
beliau ikut bertarung di Pemilukada kota Depok. Bahkan pada Pemilukada
sebelumnya, seseorang yang kerap disapa Bang Pradi itu maju menjadi Wakil dari
Yuyun Wirasaputra untuk melawan pasangan Nur Mahmudi serta Idris Abdul
Shomad pada Pemilukada Depok 2010. Kekalahan itu tidak membuat Bang Pradi
patah semangat dalam upaya untuk membangun kota Depok menjadi lebih maju,
terbukti pada Pemilukada Depok 2015 ia akhirnya menjadi Wakil Walikota
terpilih yang ditetapkan oleh KPUD Kota Depok.
C. Dukungan Partai Politik
Dalam Pemilukada Depok 2015, pasangan Idris Abdul Shomad dengan
Pradi Supriatna didukung tiga partai yaitu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS 6
kursi), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra 9 kursi), dan Partai Demokrat
(PD 5 kursi). Berbeda dengan pasangan lawan yaitu Dimas Okky dan Babai
Suhaimi yang didukung oleh koalisi gemuk karena didukung oleh banyak partai
yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP 11 kursi) , Partai Amanat
Nasional (PAN 6 kursi), Partai Persatuan Pembangunan (PPP 4 kursi), Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB 1 kursi), Partai Golongan Karya (Golkar 5 kursi), dan
Partai Nasinal Demokrat (Nasdem 1 kursi).15
15
Aldi Gultom, Inilah Hasil Perolehan Kursi untuk DPRD Depok. Diakses dari
http://politik.rmol.co/read/2014/04/24/152565/Inilah-Hasil-Perolehan-Kursi-untuk-DPRD-Depok-
pada tanggal 21 Agustus 2017 pukul 20:18.
39
Ketua KPUD Depok Titik Nurhayati, mengumumkan penetapan pasangan
calon terpilih Walikota Depok dan Wakil Walikota Depok tahun 2016 – 2021.
KPU kota Depok telah melaksanakan rapat pleno untuk menetapkan pasangan
calon terpilih yaitu Idris Abdul Shomad dan Pradi Supriatna sebagai Walikota dan
Wakil Walikota Depok dengan perolehan suara sebanyak 410361 Suara (61,87%)
dan dari total suara sah pasangan calon.Dimas Oky Nugroho dan Babai Suhaimi.
SE Perolehan: 252885 Suara (38,13%).16
Pasangan calon Idris-Pradi meraih kemenangan mutlak atas pasangan
calon Dimas-Babai pada Pemilukada Kota Depok 2015, hal ini patut diamati
bagaimana peran partai pendukung dalam memenangkan pasangan calon Idris-
Pradi. Dalam setiap Pemilukada di daerah manapun di Indonesia sudah barang
tentu para calon kandidat peserta pemilu memiliki strategi masing-masing,
termasuk pasangan Idris-Pradi.
Adapun beberapa hal yang dilakukan oleh partai pendukung untuk
memenangkan pasangan calon Idris-Pradi pada Pemilukada Depok 2015 yaitu
dengan melakukan servey beberapa indikator yang mendongkrak elektabilitas
pasangan yang mereka usung.17
Dari banyaknya indikator yang muncul, ada 3
faktor yang dijadikan strategi kemenangan oleh partai pendukung dalam
pemenangan pasangan Idris-Pradi pada Pemilukada Depok 2015.
Faktor pertama adalah jumlah pemilih yang dominannya muslim. Dari
jumlah penduduk kota Depok sekarang yang tercatat sekitar 2,1 juta penduduk
16
Pilkada Kota Depok, KPU Sahkan Idris–Pradi jadi pemenang. Terdapat di
http://news.detik.com/ diakses pada Rabu 23 Agustus 2017 pukul 16:32. 17
Wawancara pribadi dengan Moh. Hafid Nasir pada tanggal 15 Agustus 2017.
40
dan yang memiliki hak suara ada sekitar 1,2 juta penduduk. Dari sekian banyak
jumlah daftar penduduk yang memiliki hak suara, sekitar 94% adalah muslim dan
6% adalah non-muslim. Sehingga strategi pemenangan pada Pemilukada lebih
menyesuaikan karena melihat dari fakta bahwa dari jumlah pemilih yang
mayoritas adalah muslim. Faktor kedua adalah melakukan survey isu-isu penting,
untuk mengetahui isu-isu apa saja yang akan mendongkrak elektabilitas pasangan
calon Idris-Pradi dan ternyata isu-isu religius tetap menjadi salah satu yang
mendominasi pemilih. Faktor ketiga adalah merangkul organisasi-organisasi
keislaman. Ada banyak organisasi keislaman yang berdiri di Kota Depok,
diantaranya adalah Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persatuan Islam dan
Persatuan Umat Islam.18
18
Wawancara pribadi dengan Moh. Hafid Nasir pada tanggal 15 Agustus 2017.
41
BAB IV
PERAN ULAMA DALAM KEMENANGAN IDRIS-PRADI
PADA PEMILUKADA KOTA DEPOK TAHUN 2015
Pada Pemilukada Kota Depok Pasangan Idris Abdul Shomad dan Pradi
Supriyatna yang didukung Gerindra, PKS, dan Partai Demokrat berhasil
memenangkan pertarungan melawan koalisi gemuk yakni Dimas Okky Nugroho
dan Babai Suhaimi yang didukung PDI-P, PAN, PPP, PKB, dan Nasdem.
Kemenangan Pasangan Idris Abdul Shomad dan Pradi Supriyatna tidak lepas dari
peran ulama yang turut serta berpartisipasi atas kemenangan Pasangan nomor 2
ini.
A. Relasi Ulama dan Politik
Ulama dan politik merupakan hal yang sulit dipisahkan. Sejak zaman
kemerdekaan ulama memang sudah berkaitan erat dengan politik dengan ikut
merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Pasca kemerdekaan peran ulama
semakin menguat dengan menjadi bagian penting dalam perpolitikan di Indonesia
contohnya dengan membentuk partai politik bernuansa Islam seperti NU dan
Masyumi. Sejak saat itu agama digunakan sebagai instrument dalam berpolitik.
Pasca reformasi mulai muncul tokoh-tokoh sentral ulama yang berpolitik
seperti K.H Abdurrahman Wahid yang berhasil menduduki posisi RI 1 dan
Hamzah Haz yang berhasil menduduki posisi RI 2. Hal ini memperkuat fakta
bahwa ada relasi yang cukup kuat antara ulama dan politik.1 Relasi antara ulama
dan politik tidak hanya terjadi ditingkat nasional, tapi juga dilingkup lokal. Peran
1 Wawancara Pribadi dengan Adi Prayitno pada tanggal 14 Juni 2017.
42
ulama dalam politik mempunyai peran yang berbeda-beda mulai dari sebagai
pemain inti (sebagai politisi), supporter (hanya sebagai tim sukses), atau hanya
sebagai invisible hand (sebagai guru spiritual yang memberikan do‟a restu).
Dalam perpolitikan di Indonesia ulama tidak hanya menjadi seorang ahli
agama tapi juga sebagai sosok yang memiliki banyak pengikut yang kerap kali
semua tindakannya ditiru oleh umatnya. Ulama dalam pandangan masyarakat
Indonesia bukan hanya figur biasa ditengah-tengah masyarakat, tetapi lebih dari
itu ulama dipandang sebagai wakil Tuhan yang semua prilakunya serba benar dan
harus diikuti. inilah yang menjadi daya tarik ulama sehingga mereka dibidik dan
dijadikan komoditas politik.
Secara figur dan personaliti, ulama dianggap sebagai kelompok agamis
yang mengerti isu keagamaan secara mendalam dan spesifik serta sebagai penjaga
moral dan akhlak. Para ulama umumnya memiliki basis massa seperti pesantren,
sekolah-sekolah Islam, dan pengikut setia yang tersebar di berbagai wilayah. Dua
hal inilah yang menjadi faktor pendukung mengapa ulama selalu memiliki daya
tarik politik baik hanya direkrut sebagai anggota partai maupun terjun sebagai tim
sukses dalam Pemilukada dan Pemilu.2
Ada beberapa alasan dan argumentasi mengapa ulama terjun kedalam
politik praktis. Pertama, hal ini dianggap sebagai panggilan dakwah bagi mereka.
Sebagian ulama berpandangan bahwa menjadi sholeh sendiri belumlah cukup,
karena itulah mereka harus terjun dalam lingkup yang lebih luas, salah satunya
politik. Para ulama menjadikan ranah politik sebagai medan dakwah yang lebih
2 Wawancara Pribadi dengan Adi Prayitno pada tanggal 14 Juni 2017.
43
luas untuk menyampaikan kebaikan. Para ulama berharap kebaikan dan nilai yang
mereka dapatkan dapat tertular tentunya dalam konteks politik.
Ulama dinilai menjadi faktor yang cukup efektif sebagai pendukung utama
dalam Pemilukada dan Pemilu. Pasca reformasi partai Islam seperti PKB dapat
bertahan, kerena mereka punya basis yang kuat yakni ulama. Di daerah Jawa
Timur misalnya, para ulama yang bergabung dalam PKB memiliki banyak
pesantren yang tersebar di banyak tempat. Hal ini menandakan bahwa ulama
cukup signifikan untuk mendongkrak partai politik tertentu.3 Selain PKB, PPP
juga memiliki banyak tokoh ulama seperti KH. Maimon Zubair, KH. Ahmad
Subadar, Hamzah Haz dan Suryadharma Ali. Dari PAN juga ada tokoh ulama
yakni Amien Rais yang merupakan seorang tokoh ulama dari Muhammadiyah dan
juga seorang cendekiawan muslim.
Dalam pandangan idealis ulama-ulama yang tergabung dalam PKB, PPP,
PAN, dan PKS, politik merupakan ranah yang „gaduh‟ dan harus diwarnai dengan
sentuhan kebaikan, politik selama ini hanya kerap kali diwarnai oleh individu-
individu yang tidak pernah memikirkan moral dan kemaslahatan umat. Para ulama
mencoba meniru praktik politik yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW
dimana beliau bukan hanya pemimpin agama dan spiritual tetapi juga kepala
negara dan pemimpin politik pada masa itu. Oleh karena itu ulama tidak bisa
hanya berdiam diri tetapi juga harus mampu menjadi pemimpin publik.4
3 Wawancara Pribadi dengan Adi Prayitno pada tanggal 14 Juni 2017.
4 Wawancara Pribadi dengan Adi Prayitno pada tanggal 14 Juni 2017.
44
B. Kedekatan Masayarakat Depok dan Ulama
Depok merupakan kota modern, maju dan dekat dengan Jakarta. Tapi
pada saat yang sama suasana kebatinan dan kebangsaannya masih seperti di
kampung dimana tokoh tradisional masih dianggap tokoh kunci dalam
menyampaikan kebaikan.
Gambar IV. 1. Pendukung Idris-Pradi di lapangan Irekap
Sumber : Pojok Jabar
Gambar diatas menjalaskan bahwa masyarakat Depok sangat antusias
menyambut calon Walikota Idris Abdul Shomad yang juga merupakan seorang
ulama, hal ini menjelaskan bahwa walaupun kota Depok merupakan kota yang
modern dan menjadi penyanggah Jakarta, tidak serta merta menghilangkan
suasana kebatinan masyarakat Depok yang sangat religius.5
Pada saat Nur Mahmudi menjadi Walikota periode yang lalu. Nur
Mahmudi bukan hanya dianggap sebagai Walikota tapi juga sebagai ulama oleh
masyarakat. Ini membuktikan walaupun Depok sudah menjelma menjadi kota
modern, namun daya tarik ulama masih sangat besar bagi masyarakatnya. Kota
5 Wawancara Pribadi dengan Adi Prayitno pada tanggal 14 Juni 2017.
45
boleh saja modern tapi nilai kegamaan rupanya tak bisa dilepaskan dari kehidupan
sosial maupun politik. Hal ini diperjelas oleh Adi Prayitno sebagai berikut:
Saya kira respon ulama cukup kuat, Depok inikan modern, maju dan
bersebelahan dengan Jakarta. Tapi pada saat yang bersamaan suasana kebatinan
dan kebangsaannya itu masih agak kampung karena masyarakatnya masih urban
dimana misalnya tokoh tradisional seperti ulama itu masih dianggap sebagai
tokoh kunci untuk menyampaikan kebaikan. Itu terbukti misalnya, Nur Mahmudi
bukan hanya Walikota biasa tapi dia dianggap sebagai ustad dan ulama, itu
menunjukan bahwa daya tarik ulama seperti dikota Depok masih menjadi suatu
hal yang sangat luar biasa dalam masyarakat Depok. Itu artinya meski Depok ini
maju, ada kampus UI dan infrastrukturnya juga modern tapi di Depok ini karena
dia menjadi bagian dari Jawa Barat, masyarakatnya cukup religius. Boleh modern
tapi nilai-nilai keagamaan tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan sosial politik
mereka dan kita bisa lihat secara umum bahwa Jawa Barat itu nuansa
keislamannya cukup kuat karena Jawa Barat ini dianggap sebagai tempat terakhir
dimana ajaran islam itu disebarkan. Makanya kemudian sentimen keagamaan dan
religius sentimen dibanyak tempat di Jawa Barat cukup kuat termasuk di Depok.
Bukti nyata adalah kenapa misalnya, terpilihnya Nur Mahmudi secara berturut-
turut jadi kepala daerah. Itu turut menjelaskan bahwa Nur Mahmudi ini adalah
seorang ustad dan kemudian dilanjutkan oleh Idris itu sebagai selah satu bukti
karena dia dianggap sebagai ustad, dianggap sebagai orang yang ngerti agama
ketimbang calon yang lain yang sekuler. Makanya dia kemudian yang relatif
dipilih oleh warga Depok. Itu menunjukan bahwa sekalipun Depok ini beririsan
dengan Jakarta tapi masyarakatnya cukup religius bahwa modernitas tidak serta
merta menghilangkan nilai-nilai keagamaan yang dimiliki oleh masyarakat
Depok. Biasanya kalau orang sudah modern nilai agama cenderung ditinggalkan
dan akan cenderung lebih memilih pemimpin yang sekuler, pemimpin yang tidak
beririsan dengan agama. Tapi di Depok karena dia tinggal di Jawa Barat nuansa
religiusitasnya tidak bisa dihilangkan begitu saja. Boleh modern tapi nilai agama
masih menjadi suatu hal yang harus diperhatikan oleh mereka, sebab itulah figur-
figur yang ada di Depok selama kontestasi yang pernah ada kalo saya cek, ustad-
ustad itu ataupun terindikasi memiliki paham keagamaan ulama tertentu itu
biasanya memiliki daya tarik bagi masyarakat Depok. Beda dengan Tangsel, di
Tangsel biasanya ulama tidak terlalu menjadi daya tarik ataupun tidak terlalu
laku, karena masyarakatnya sudah sekuler. Agama sudah mulai dicoba untuk
dipisahkan, atribut-atribut agama mencoba untuk dijauhkan dari hal-hal politik.6
Depok sebagai kota yang religius sudah melekat sejak zaman
kepemimpinan Walikota Badrul Kamal. Setiap periode pemerintahan kota Depok,
selalu disisipkan unsur agama agar citra Depok sebagai kota yang religius tidak
hilang. Dalam melakukan pembangunan, Walikota Depok tidak mau kebablasan
6 Wawancara Pribadi dengan Adi Prayitno pada tanggal 14 Juni 2017.
46
yakni maju secara fisik tetapi mundur secara moral. Dengan pembangunan yang
bernuansa nilai religius diharapkan Depok bisa melakukan pembangunan yang
maju secara fisik maupun moral.
C. Proses dan Kemenangan Idris-Pradi
Ulama sebagai pemimpin dalam agama Islam punya peran dan pengaruh
dalam kehidupan masyarakat, lebih-lebih bila kultur dan budaya masyarakatnya
religius seperti kota Depok. Sisi religius masyarakat ini semakin mengkristalisasi
peran dan pengaruh ulama, karena setiap apa yang dikatakan dan dilakukan akan
secara mudah diterima oleh masyarakat.
Gambar IV. 2. Pertemuan Idris Abdul shomad dengan para ulama
Sumber: Republika.co.id
Semangat keislaman kota Depok tidak hanya bersifat formalitas di KTP.
Tetapi lebih dari itu, semangat keislaman kota Depok terbawa dalam kehidupan
sehari-hari. Semangat keislaman masyarakat Depok juga berpengaruh terhadap
pilihan politik mereka dalam Pemilukada. Masyarakat kota Depok yang religius,
tentu menginginkan pemimpin yang religius juga.
47
Tabel IV. 1. Pemilh dan Pengguna Hak Pilih kota Depok
No. Pemilih dan Pengguna
Hak Pilih
Laki-laki Perempuan Total
1. Pemilih 605.352 611.890 1.225.163
2. Pengguna Hak Pilih 321.633 363.662 696.358
3. Partisipasi 53,13% 59,43% 56,84%
Sumber: KPUD Depok7
Melihat tabel diatas, jumlah suara sah pengguna hak pilih masyarakat kota
Depok laki-laki maupun perempuan yaitu 662.891 suara, sedangkan jumlah suara
tidak sah pada Pemilukada kota Depok Tahun 2015 yaitu 29.091 suara. Dapat
dikatakan bahwa sekitar 95,80% suara dinyatakan sah oleh Komisi Pemilihan
Umum kota Depok.
Terdapat sejumlah peran ulama yang turut andil dalam hasil penghitungan
tersebut. Hal ini diperkuat dengan temuan penulis di lapangan dalam wawancara
singkat dengan Ir. Poltak Hutagaol yang pada saat Pemilukada Depok 2015
menjadi Wakil Ketua Tim Pemenangan Dimas-Babai:8
secara survey kami terakhir pasangan kami berada di posisi 43% , sementara
pasangan idris 37% , dan masih ada masyarakat sekitar 20% yang belum
menentukan pilihan. Sementara dalam sejarah pilkada untuk 20% orang yang
belum menentukan pilihan itu sulit bagi pasangan calon untuk meraup 20%nya.
Yang paling bisa maksimum dengan bekerja keras, mati-matian, bagikan duit dan
lain sebagainya paling hanya akan mendapat 10%. Tetapi kenyataannya seolah-
olah 20% pemilih yang mengambang ini lari ke Idris, dan tidak terlepas dari
dukungan-dukungan ulama. Itu juga yang dikatakan oleh pak Dimas pada sesi
wawancara di metro tv, pertanyaanya sama “apa penyebab yang membuat anda
kalah pada pemilukada?” jawabannya sama yaitu isu agama. Saya nonton itu.
7 Diakses dari http://kpud-depokkota.go.id/ pada tanggal 20 Oktober 2017 pukul 16:32
8 Wawancara pribadi dengan Ir. Poltak Hutagaol pada tanggal 14 September 2017
48
Selain itu, Hal ini juga diperkuat dengan temuan penulis dilapangan
dengan melakukan wawancara pribadi bersama Moh. Hafid Nasir selaku
sekretaris umum tim sukses Idris-Pradi:9
selain karena faktor incumbent, sekitar 40% kemenangan Idris-Pradi karna ada
pula dukungan ulama, bahkan beliau mendeklarasikan untuk mendukung Pak
Idris, tapi saya tidak bisa menyebutkan namanya. Yang jelas para ulama ini
punya pengikut sebagaimana pemilukada seperti di DKI saya fikir sangat wajar
karena ini merupakan bagian dari dinamika politik, dinamika dari sebuah proses
demokrasi, pesta demokrasi, bagaimana kita bisa saling mempengaruhi pemilih
untuk memilih kita.
Mereka juga melakukan berbagai macam survey isu yang masih diminati
di kota Depok, yang lima tertinggi salah satunya adalah isu religius. Selain itu
perlu diketahui bahwa di Depok masih banyak berbagai organisasi yang
bernuansa Islam seperti NU dan Muhammadiyah. Meskipun bukan organisasi
politik, kedua organisasi ini memiliki peran yang signifikan bagi masyarakat kota
Depok, hal inilah yang membuat tim sukses Idris-Pradi memanfaatkan ulama
untuk mendongkrak jumlah pemilih Idris-Pradi.10
Ulama identik dengan massa yang cukup banyak seperti pesantren dan
sekolah Islam, massa pengikut tersebut umumnya akan mengikuti apa yang dipilih
oleh pemimpin atau ulama yang diikutinya. Oleh karena itu tim sukses Idris-Pradi
membidik ulama sebagai komoditas politik demi kemanangan Idris-Pradi. Salah
satu strategi kemenangan Idris-Pradi adalah dengan menggabungkan strategi dari
PKS dan NU yang merupakan basis dari Idris Abdul Somad. Tim sukses
menggunakan NU untuk meraih dukungan masyarakat Islam tradisional,
9 Wawancara pribadi dengan Moh. Hafid Nasir pada tanggal 15 Agustus 2017.
10 Wawancara pribadi dengan Moh. Hafid Nasir pada tanggal 15 Agustus 2017.
49
sedangkan PKS digunakan untuk meraih dukungan masyarakat Islam menengah.11
Adapun daftar nama ulama-ulama yang aktif di PC NU kota Depok sebagai
berikut:
Tabel IV. 2. Struktur Musytasyar PC NU kota Depok
No. Nama Pengurus (Musytasyar)
1. H. Yuyun Wirasaputra
2. KH. Abdurrahman Nawi
3. KH. Syihabuddin Ahmad
4. KH. Djundan Suwarman
5. KH. Maisar Yunus
6. Dr. KH. A.Dimyati Badruzzaman, MA
7. Dr. KH. Luqman Hakim, MA
8. HB. Ahmad Umar Al-Attos
9. KH. Bahrudin
10. KH. TB. Iin Dhiyauddin, SH
11. KH. Asmawi
12. KH. Baidhowi Adnan
13. KH. Abdullah Ya‟qub
14. KH. Taufiq Syam
15. KH. Ahmad Damanhuri, LC
16. KH. Burhanuddin MZ
17. KH. Abudin Shomad, S.Pdi
18. HB. Ali Al-Attos
19. Dr. H. Eddy Susanto
Sumber : pcnudepok.blogspot.co.id
11
Wawancara pribadi dengan Moh. Hafid Nasir pada tanggal 15 Agustus 2017.
50
Tabel IV. 3. Struktur Pengurus Syuriah PC NU kota Depok
No. Nama Pengurus (Syuriah) Jabatan
1. KH. Zainuddin Ma‟shum Ali Rois
2. KH. M. Abdul Mujib Wakil Rois
3. KH. Encep Hidayat, MA Wakil Rois
4. KH. Deny Abdurrohim Wakil Rois
5. KH. Muh. Junaidi HMS Wakil Rois
6. KH. Moh. Hariruddin Wakil Rois
7. KH. Kurtubi Nafis, Lc Wakil Rois
8. KH. A. Kandi Rodhin Wakil Rois
9. KH. M. Yusuf Hodayat Katib
10. KH. Fathuri Wahmad, MA Wakil Katib
11. KH. Asnawi Ridwan Wakil Katib
12. KH. Zein Rofiq F, Msi Wakil Katib
13. Ust. Azman Ridho Wakil Katib
14. Ust. H. Asnawi Syafi‟i Wakil Katib
Sumber : pcnudepok.blogspot.co.id
51
Tabel IV. 4. Struktur Pengurus Tanfidyah PC NU kota Depok
No. Nama Pengurus (Tanfidyah) Jabatan
1. Raden Salamun Adiningrat, S.Sos.I, S.Pd Ketua
2. Nasihun Syahroni, SE Wakil Ketua
3. H. Eddy Faisal Wakil Ketua
4. Slamet Riyadi Wakil Ketua
5. Drs. H. A. Cholik Mawardi, M.Ag Wakil Ketua
6. HB. Abdillah, SE, M.Si Wakil Ketua
7. Dr. Nurwahidin, MS, MA Wakil Ketua
8. Dr. Muh. Arief Budiman Wakil Ketua
9. Achmad Solechan, M.Si Wakil Ketua
10. Idham Darmawan, SE, M.Si Sekertaris
11. Muhammad Abduh, S.Ag, MM Wakil Sekertaris
12. Triyono, S.Sy Wakil Sekertaris
13. Ust. H. Mujawwid, S.Ag, MM Wakil Sekertaris
14. Abdurrahman, SE Wakil Sekertaris
15. Drs, Mardi Wakil Sekertaris
16. Drs. H. A. Bukhori Ismail, MM Bendahara
17. H. Indra Lesmana, S.Sos Wakil Bendahara
18. Abdul Rokhim, S.Pd, MM Wakil Bendahara
19. Ir. Abdul Haer Wakil Bendahara
Sumber : pcnudepok.blogspot.co.id
52
Tabel IV.5. Struktur Pengurus A’WAN PC NU kota Depok
No. Nama Pengurus (A’WAN)
1. KH. A. Fachrudin Murodih
2. Ust. Drs. Abdul Hamid
3. H. Maksum, S.Pd
4. Ust. H. Jalaluddin
5. KH. Ma‟mur Murod
6. KH. Abdullah Syafe‟i
7. Drs. H. Yayat Ruchyat
8. Ust. H. Hasan Basri, S.Ag
9. Ust. Abdul Kohar Hamim
10. H. Abdul Halim
11. Drs. H. II Naseri, MM
12. Dr. KH. Bazrakh H. MA
13. Dr. H. Suyanto
14. Drs. Moh Lutfi
15. Drs. Muslih Amin
Sumber : pcnudepok.blogspot.co.id
Berdasarkan data yang didapatkan oleh penulis dapat diprediksi bahwa
mayoritas ulama NU kota Depok memberikan pilihan dukungannya kepada
pasangan Idris-Pradi, hal ini diperkuat oleh temuan penulis dilapangan
berdasarkan wawancara pribadi dengan KH. Asnawi Ridwan selaku salah satu
pengurus Syariah PCNU kota Depok:12
Kalo saya lihat persenannya dari pengurusnya itu bisa dibaca bahwa sekitar 60%
ke Pak Idris, 20% ke Pak Dimas, dan 20% terakhir itu netral. Kenapa lebih
banyak ke Pak Idris, ya karena Pak Idris ini mempunyai cukup kedekatan
emosional di NU itu sendiri, selain itu Pak Idris juga merupakan figur seorang
ulama juga yang kemudian membuatnya mempunyai basis massa dikalangan
ulama-ulama NU walaupun tidak semuanya, karena kalo dari pihak Pak Dimas
12
Wawancara Pribadi dengan KH. Asnawi Ridwan pada tanggal 14 September 2017.
53
dan Pak Babai, Pak Babai yang punya kedekatan dengan ulama-ulama NU
namun tidak sebanyak Pak Idris. .
Jika kita bicara tentang NU, sangat erat kaitannya dengan PKB yang pada
fenomena ini justru mendukung pasangan lawan yakni Dimas-Babai. NU memilih
lebih mendekat kepada Idris-Pradi karena faktor kedekatan ulama, bukan
kedekatan partai. Walaupun NU memiliki hubungan yang erat dengan PKB tidak
lantas membuat NU mendukung Dimas-Babai seperti yang dilakukan PKB. hal ini
juga diperkuat oleh pendapat KH. Asnawi Ridwan:
Yaa selama ini tata kelola PKB di Depok ini lemah, jadi peran ulama pun kurang
signifikan kalo di Depok, karena PKB di Depok sendiri tidak berdaya, Cuma satu
kursi, apanya yang diandalkan, jadi PKBnya itu kurang greget disini.13
Selain ulama-ulama NU, Timses Idris-Pradi juga mendeketati organisasi
keislaman seperti Muhammadiyah dengan mengunakan figur Idris yang
merupakan sebagai ulama. Meskipun bukan organisasi politik, organisasi ini
memiliki peran yang signifikan bagi masyarakat kota Depok, adapun struktur
pengurus Muhammadiyah Depok Periode 2010-2015.
13
Wawancara Pribadi dengan KH. Asnawi Ridwan pada tanggal 14 September 2017.
54
Tabel IV.6. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Depok 2010-2015
No. Nama Jabatan
1. Drs. H. Farkhan AR Ketua
2. Drs. H. Muh. Muslim Wakil Ketua
3. Ir. H. Syamsul Kamar, M.Sc. Wakil Ketua
4. Drs. Syahminan Lubis Wakil Ketua
5. H. Tazmaludin Eldaad, S.Thi. Wakil Ketua
6. Drs. H. Achmad Jubaedi, MBA WakilKetua
7. Drs. H. M. Sulthon WakilKetua
8. Drs. Mahmud Yunus WakilKetua
9. Dr. Ir. H. Muchdie, M.S. WakilKetua
10. Drs. H. M. Achmadi Yusuf Sekretaris
11. Drs. Nasrudin Wakil Sekretaris
12. H. Idrus Yahya Bendahara
13. Dr. H. Heri Solehudin, MM Wakil Bendahara
14. Endang Mintarja, MA Ketua Majelis Tarjih dan
tajdid
15. Drs. Agus Salim Ketua Majelis Tabligh dan
Dakwah Khusus
16. Sutarsa,M.Pd Ketua Majelis Pendidikan
Dasar dan Menengah
17. Muhtadin Tyas,S.Pd Ketua Majelis Pendidikan
Kader
18. Ahmad Tamami Husain Ketua Majelis Ekonomi
dan Kewirausahaan
19. H.Zaenal Abidin Ketua Majelis Waka dan
ZIS
20. Dr.Al Bahri Husin Ketua Majelis Kesehatan
dan Kesejahteraan
Masyarakat
Sumber: Diakses dari depok-kota.muhammadiyah.or.id
55
Tabel IV.7. Pimpinan Organisasi Otonom Tingkat Daerah Kota Depok
No. Nama Jabatan
1. Hj. Warnisma, M.Pd. Ketua Pimpinan Daerah
Aisyiyah Kota Depok
2. Ali Wartadinata Ketua Pimpinan Daerah
Pemuda Muhammadiyah
Kota Depok
3. Sumiyati, S.Pd. Ketua Pimpinan Daerah
Nasyi‟atul Aisyiyah Kota
Depok
4. Baharudin Muhammad Idzhar,S.SI. Ketua Pimpinan Daerah
Ikatan Pelajar
Muhammadiyah Kota
Depok
5. Mulani MK Ketua Pimpinan Daerah
083 Tapak Suci Putera
Muhammadiyah Kota
Depok
6. Ketua Kwartir Daerah
Hizbul Wathan Kota
Depok
7. Muhajjjir Aslamy Ketua Pimpinan Cabang
Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Kota
Depok
Sumber: Diakses dari depok-kota.muhammadiyah.or.id
56
Tabel IV.8. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Se Kota Depok
No. Nama Jabatan
1. Drs. H.Idrus Yahya Ketua PC Muhammadiyah
Beji
2. Dr.Ir.H.Heri Solehudin Ketua PC Muhammadiyah
Cimanggis
3. Abdul Mutaqien,S.Ag Ketua PC Muhammadiyah
Depok Barat
4. Dr.Al Bahri Husin Ketua PC Muhammadiyah
Limo
5. Dr. Ir.H. Sudarto, M.Sc. Ketua PC Muh.
Pancoranmas
6. H.Tajmaludin , S,Thi. Ketua PC Muhammadiyah
Sawangan
7. Drs. H. Muh. Sulton Ketua PC Muhammadiyah
Sukmajaya
Sumber: Diakses dari depok-kota.muhammadiyah.or.id
Selain figur Idris sebagai ulama, Pradi juga merupakan penasehat
pimpinan daerah Muhammadiyah kota Depok periode 2016-2020. Hal ini yang
menjadi faktor mayoritas ulama-ulama Muhammadiyah mendukung pasangan
calon Idris-Pradi pada pemilukada Depok 2015. Selain itu penulis juga
mendapatkan temuan dilapangan dalam kesempatan wawancara singkat dengan
KH. Farkham AR selaku Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Depok:
Yang pertama kita melihat calonnya dulu, pak idris sebagai ulama namun pak
pradi saya anggap tidak ulama. Nah pasangan satu lagi yaitu Pak Dimas saya
kira bukan ulama, dan Pak Babai menurut ukuran kita juga mohon maaf
bukan ulama, tapi memang secara keseluruhan kondisi Depok itu memang
religiusitasnya cukup tinggi disini, kepercayaan masyarakat terhadap ulama
juga cukup tinggi seperti arifin ilham dan mamah dedeh juga disini, banyak
juga pondok-pondok pesantren juga banyak. Jadi tokoh semacam ulama itu
masih melekat dimasyarakat Depok. Kita sangat bersyukur karena pasangan
57
ini yang diterima oleh masyarakat, Alhamdulillah yang terpilih merupakan
seorang ulama, karena dia juga sekum di MUI sementara saya menjadi ketua
komisi harian MUI, dalam perjalanannya pak pradi juga merupakan anak
muhammadiyah sekolahnya juga di muhammadiyah, dan akhirnya menjadi
penasihat pimpinan daerah muhammadiyah Depok.14
Jika berbicara soal Muhammadiyah sangat erat kaitanyya dengan PAN,
layaknya NU dengan PKB seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi dalam
fenomena ini para ulama Muhammadiyah lebih memilih pasangan Idris-Pradi
ketimbang Dimas-Babai karena dua alasan. Pertama, Idris nampaknya memang
memiliki otoritas kharismatik di kalangan ulama Muhammadiyah, karena alasan
Muhammadiyah memilih Idris adalah karena sosok Idris yang merupakan ulama
yang diharapkan mampu membumi dan memimpin kota Depok. Alasan kedua
adalah, wakil Idris yaitu Pradi merupakan kader Muhammadiyah yang bahkan
sekarang menjadi Penasehat Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Depok
periode 2016-2020. Inilah alasan mengapa mayoritas ulama Muhammadiyah
memilih pasangan Idris-Pradi dan bukan Dimas-Babai.
Disamping itu, adanya pertemuan intensif dikalangan para ulama Depok
baik yang aktif secara formal dan struktural dilembaga keulamaan (MUI) tingkat
kota Depok maupun mereka yang hanya terlibat secara kultural. Pertemuan
tersebut dinamakan Forum Silaturrahmi Ulama Depok, pertemuan itu dilakukan
secara berkala sesuai dengan kebutuhan dan eskalasi politik menjelang
Pemilukada. Berikut adalah Susunan Pengurus MUI kota Depok masa bakti 2014-
2019:
14
Wawancara pribadi dengan KH. Farkhan AR pada tanggal 20 September 2017.
58
Tabel IV.9. Dewan Penasihat MUI kota Depok
No JABATAN NAMA
I. DEWAN PENASIHAT
1. Ketua KH. A. Shomad Rahman
2. Wakil Ketua Drs. KH. Mudjahid AK, M.Sc
3. Wakil Ketua Drs. H. Yuyus WS
4. Wakil Ketua KH. Syihabudin Ahmad
5. Wakil Ketua H. Ikbal Khan
6. Anggota Dr. H. Nurwahidin, M.Ag
7. Anggota Drs. KH. Wazir Nuri
8. Anggota KH. Tb Iin A Dhiyauddin, SH
9. Anggota KH. Ketut H Daimuddin, MM
10. Anggota KH. Bahrudin Anwar
11. Anggota KH. Maisar Yunus
12. Anggota KH. Baidhowi Adnan
13. Anggota Habib Muhsin Ahmad Alatas
14. Anggota Habib Muhsin Al Hinduan
15. Anggota KH. Lukman Hakim
16. Anggota Drs. H. Cholik Mawardi M, Ag
Sumber: Dokumen Majelis Ulama Indonesia kota Depok
59
Tabel IV.10. Pengurus Harian MUI kota Depok
Sumber: Dokumen Majelis Ulama Indonesia kota Depok
Dengan melihat tabel diatas, mayoritas ulama MUI kota Depok
memberikan pilihan dukungannya kepada pasangan Idris-Pradi berdasarkan
No Jabatan Nama
1. Ketua Umum Dr. KH. Ahmad Dhimyathi Bz, MA
2. Ketua Dr. KH. M. Idris Abdul Shomad, MA
3. Ketua Drs. KH. Zainudin Maksum Ali
4. Ketua KH. Abdullah Ya‟kub
5. Ketua Dr. KH. Muslih A. Karim, MA
6. Ketua Drs. KH. Farkhan AR
7. Ketua Drs. KH. Bahrudin Thoyib
8. Ketua Drs. KH. Abdullah Syafii, MM
9. Ketua Drs. H. Hasan Bisri
10. Ketua Dr. Ir. H. Ahmad Nawawi, MA
11. Sekertaris Umum Dr. H. Nurwahidin, M.Ag
12. Sekertaris Kostia Permana, SE
13. Sekertaris Drs. H. Yayat Ruhiyat, MM
14. Sekertaris Drs. H. Mukhtar Syarih
15. Sekertaris H. Khairullah Ahyari, S.Si
16. Bendahara Umum KH. Uung Ainun Najib, S.Ag
17. Bendahara Dian Efendi Hasya, MM
60
kedekatan emosional sebagai sesama pengurus MUI kota Depok, hal ini diperkuat
oleh temuan penulis dilapangan berdasarkan wawancara pribadi dengan H.
Khairullah Ahyari selaku salah satu sekertaris di MUI kota Depok:15
menurut saya sangat wajar apabila sejumlah pengurus MUI kota Depok
menjatuhkan pilihan politik pada Kiai Idris, karena beliau adalah pengurus MUI
juga. Perkiraan saya sekitar 70% ulama-ulama MUI bersimpati ke beliau.
Aktivitas ini didukung oleh para ulama dengan pertimbangan dan
kalkulasi politik yang menguntungkan bagi keterpilihan calon pemimpin yang
berasalkan dari kalangan internal ulama yaitu Idris Abdul Shomad. Forum itu
sendiri, tidaklah bersifat mengikat namun sebatas forum silaturrahmi ulama yang
bersimpati dan memberikan dukungan kepada pasangan calon Idris-Pradi.16
Forum ini dibentuk sebagai satu langkah untuk memperkuat pemenangan
pasangan Idris-Pradi melalui gerakan dakwah kultural dalam bentuk ceramah dan
silaturrahmi ulama dengan para jamaah yang dilakukan secara terus menerus pada
setiap kesempatan rutin yang mereka lakukan. Seperti pengajian mingguan,
tengah bulanan, atau bulanan. Selain itu para ulama juga membagikan kalender
dan striker kepada masyarakat, namun tidak ada unsur paksaan untuk masyarakat
agar memilih pasangan Idris-Pradi. Pertemuan intensif para ulama dalam forum
ini dihadiri oleh para ulama yang cukup berpengaruh dari berbagai kawasan yang
ada dikota Depok. Setiap personal ulama yang kembali pada komunitas
jamaahnya selain menyampaikan ceramah keagamaan juga menyelipkan ajakan
rasional kepada para jamaah untuk memilih pasangan yang berasal dan didukung
15
Wawancara Pribadi dengan Khairullah Ahyari pada tanggal 14 Juni 2017. 16
Wawancara Pribadi dengan Ade Yusuf Mujaddid pada tanggal 27 juli 2017.
61
oleh para ulama yaitu pasangan Idris-Pradi.17
Bahkan Ketua Dewan Penasihat
MUI, K.H Abdul Shomad Rahman terang terangan menyatakan dukungannya di
media sebagai berikut:
Gambar IV. 3. KH. Abdul Shomad Rahman, ulama karismatik Depok
mendukung KH. Idris Abdul Shomad
Sumber: www.indorayanews.com
Gambar diatas menjelaskan bahwa ulama kharismatik di kota Depok yaitu
KH Abdul Somad Rahman menyatakan dukungannya terhadap pasangan Idris-
Pradi. Selain ulama yang sangat disegani di kota Depok, ia juga merupakan Ketua
Dewan Penasihat MUI Kota Depok. KH Abdul Somad Rahman menyatakan
bahwa Idris memiliki pengalaman di pemerintahan dan hal inilah yang
membuatnya mantap memilih Idris. Beliau juga mengatakan bahwa ia yakin Idris
dapat mengemban amanah untuk memimpin dan menyejahterakan kota Depok.18
Dikatakan oleh Adi Prayitno, ada banyak faktor yang memengaruhi
kemenangan Idris-Pradi. Pertama, adalah faktor incumbent. Rata-rata incumbent
17
Wawancara Pribadi dengan Ade Yusuf Mujaddid pada tanggal 27 juli 2017. 18
K.H Abdul Shomad Rahman Ulana Kharismatik Depok Dukung Idris, terdapat di:
http://www.indorayanews.com/2015/08/kh-abdul-shomad-rahman-ulama-karismatik.html, diakses
pada 28 September pkl 20.18.
62
mampu meraih persentase sebanyak 65-70%. Kedua adalah mesin politik. Mesin
politik disini maksudnya adalah partai politik. Dimana mesin politik yang
mendukung Nur Mahmudi pada periode sebelumnya mendukung Idris-Pradi.
Mesin politik Nur Mahmudi Ismail selama ini berjalan dengan baik dan basisnya
sangat kuat, sehingga pasangan Idris-Pradi dapat memenangkan Pemilukada
dengan mudah. Ketiga adalah faktor pengusung yakni PKS. Di kota Depok ini
PKS memiliki solidaritas yang sangat kuat dan di atas rata-rata, walaupun PKS
hanya berkoalisi dengan sedikit partai, hal inilah yang menjadikan Idris-Pradi
tetap menang di kota Depok. Sementara itu lawannya yang memiliki koalisi
gemuk, tapi partai-partai dalam koalisi tersebut diwarnai perpecahan di dalamnya,
jadi tidak akan efektif dalam meraih dukungan. Keempat adalah faktor figur
pribadi Idris Abdul Somad. Figur Idris yang incumbent , yang sebelumnya adalah
Wakil Walikota Depok, disamping itu Idris Abdul Shomad merupakan seorang
ulama yang sepak terjangnya positif ditengah-tengah umat.19
Koalisi kubu Idris-Pradi yang kuat karena mendapatkan warisan dari tim
sukses sebelumnya yakni Nur Mahmudi. Mayoritas madrasah, sekolah, dan
pesantren di kota Depok mendukung Idris-Pradi karena sosok beliau yang juga
ulama. Banyak sekolah-sekolah di Depok yang berafiliasi dengan PKS, hal ini
semakin memudahkan kemenangan pasangan Idris-Pradi.
Ketika PKS mengusung Idris-Pradi, ulama-ulama di kota Depok ada yang
menyatakan dukungan secara terang-terangan dan ada juga yang lebih memilih
untuk bergerak di bawah tanah (underground) dan tidak terlihat di permukaan.
19
Wawancara Pribadi dengan Adi Prayitno pada tanggal 14 Juni 2017.
63
Yang bergerak di permukan hanyalah ulama-ulama yang tergabung didalam tim
sukses, partai pengusung, koalisi, dan relawan. Para ulama ini kerap melakukan
kampanye door to door, person to person, dan ada juga ulama-ulama yang
menyampaikan ajakan-ajakan atau anjuran untuk memilih pasangan Idris-Pradi
dalam pengajian majlis ta‟lim bapak-bapak atau ibu-ibu, kemudian mereka
mempromosikan Idris-Pradi sebagai sosok yang layak dipilih.20
Dapat dikatakan
para ulama ini berperan melalui peran kultural. Selain itu para ulama ini juga
biasanya berkampanye ke jaringan sekolah, keluarga, dan pertemanan dan
ternyata hal ini jauh lebih efektif dari pada kampanye biasa, setidaknya bagi
fenomena kemenangan Idris-Pradi pada Pemilukada 2015.
Selain tim sukses dan pendukung yang solid dan kuat, Idris-Pradi juga
memiliki visi dan misi atau janji-janji politik yang akan dilakukan apabila mereka
menang diantaranya menjadikan kota Depok menjadi kota yang religius meliputi
memberi perhatian lebih terhadap masjid, pesantren, serta pendidikan Islam.
Selain itu ada juga program yang menyentuh segmen UMKM.21
D. Analisis terhadap Kemenangan Idris-Pradi
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada zaman sekarang ini ulama memiliki
peran yang sangat signifikan dalam politik di Indonesia. Abdul Qadir Jailani
dalam bukunya yang berjudul Peran Ulama dan Santri menjelaskan ada dua jenis
peran yang dilakukan dalam ranah politik.
20
Wawancara Pribadi dengan Ade Yusuf Mujaddid pada tanggal 27 juli 2017. 21
Wawancara Pribadi dengan Ade Yusuf Mujaddid pada tanggal 27 juli 2017.
64
Yang pertama adalah peran formal dimana ulama berperan sebagai sosok
politisi yang terjun langsung dalam sistem politik. Dalam hal ini ulama turut serta
dalam melaksanakan kegiatan politik contohnya menjadi anggota partai politik,
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, kampanye politik, dan lain-lain.
Perwujudan peran formal dalam fenomena Pemilukada kota Depok Tahun
2015 adalah beberapa ulama kota Depok terjun langsung dalam konstelasi politik.
Seperti Idris sendiri yang terjun langsung mencalonkan diri sebagai calon
walikota Depok. Kemudian ada Abdul Shomad Rahman yang menjabat sebagai
Ketua Dewan Penasihat MUI yang secara terang-terangan menyatakan
dukungannya terhadap Idris dan Pradi.
Peran yang kedua adalah peran nonformal. Dalam hal ini ulama tetap
berperan sebagai ulama namun tidak dapat dikatakan sebagai politisi namun
secara sosial memiliki peran dalam lingkungan politik.22
Dalam fenomena
Pemilukada kota Depok Tahun 2015 dapat dikorelasikan bahwa para ulama
melibatkan diri dalam memberi dukungan terhadap Idris-Pradi namun tidak secara
terang-terangan. Dukungan diberikan dengen cara menyisipkan isi ceramah
mereka di lembaga pendidikan, pesantren, maupun majelis-majelis untuk memilih
pemimpin yang berlatar belakang ulama seperti Idris. Gerakan para ulama ini
lebih bertujuan untuk mengajak masyarakat memilih pemimpin yang baik agar
kehidupan masyarakat lebih maslahat.23
22
Abdul Qadir Jailani, Peran Ulama dan Santri, (Surabaya: Bina Ilmu, 1994), hal. 135.
23 Wawancara Pribadi dengan Ade Yusuf Mujaddid pada tanggal 27 juli 2017.
65
Setelah menganalisis bentuk-bentuk peran ulama dalam politik khususnya
pada Pemilukada kota Depok dijelaskan juga analisis melalui teori otoritas
karismatik. Ulama memiliki peran yang sangat penting dalam perpolitikan di kota
Depok, oleh karena itu peran ulama erat kaitannya dengan otoritas karismatik
yang dimiliki para ulama tersebut untuk meraih dukungan.
Otoritas merupakan bagian dari suatu relasi kekuasaan sekaligus
mengandung unsur perintah atau kontrol. Sedangkan karisma memiliki arti
kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki seseorang karena sifat karisma yang
dimilikinya. Namun otoritas ini tidaklah dapat dimiliki oleh setiap orang.24
Otoritas dapat hilang apabila seseorang yang memilikinya melakukan kekeliruan
atau kesalahan fatal yang bertentangan dengan norma sosial, norma hukum,
norma adat, terlebih lagi norma agama, sehingga dapat mengakibatkan pandangan
masyarakat terhadapnya ikut berubah.
Otoritas dimiliki seorang ulama sebagai pemuka agama karena sosok
ulama telah terbukti dapat memberikan solusi dalam banyak masalah aspek
kehidupan masyarakat, sehingga kepercayaan dalam masyarakat tumbuh dengan
sendirinya terbentuk. Otoritas karismatik yang dimiliki ulama berkat
konsistensinya mendidik dan memberikan banyak arahan dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat.
Karisma yang dimiliki seorang ulama melahirkan otoritas yang sangat
besar pengaruhnya ditengah-tengah masyarakat luas dan dengan sendirinya
muncul respon ketaatan serta sikap hormat umat terhadap ulama. Setiap perkataan
24
Ahmad Abrori “Teori Sosiologi Klasik” (Jakarta: FISIP UIN Syarif Hidayatullah,
2015) hal. 145.
66
dan sikap ulama akan menjadi acuan atau referensi umat untuk melakukan hal
yang sama. Hal ini bisa terwujud karena ulama sudah memberikan peran yang
nyata dalam kehidupan masyarakat.
Sebagai suatu relasi yang sangat kuat, segala hal yang diperintahkan oleh
seorang ulama maka dengan serta merta umat akan melaksanakan perintah
tersebut. Kalau kita tarik pernyataan ini ke dalam wilayah politik praktis, sebagai
contoh Pemilukada di kota Depok 2015 maka dengan sangat mudah dapat
dikatakan ketika ada perintah ulama kepada umat untuk memberikan dukungan
dan pilihannya pada pasangan calon tertentu dalam kontestasi dan kompetisi
Pemilukada tersebut maka umat akan mengikuti apa yang di minta oleh ulama
tersebut. Hal ini di perkuat oleh pendapat KH. Ade Yusuf Mujaddid, MA dalam
wawancara penulis dengan beliau:25
Secara terbuka mengajak para santrinya mungkin ada, walaupun saya tidak bisa
menyebutkan secara persis, tapi ada juga seorang ustad atau ulama
menyampaikan pengajian di majlis ta‟lim bapak-bapak atau ibu-ibu sering
mereka kemudian menyampaikan ajakan-ajakan atau anjuran untuk memilih
pasangan Idris-Pradi. Itu hak-hak saja dan boleh-boleh saja.
Dalam pernyataan tersebut kita bisa melihat posisi ulama sebagai simpul
perekat hubungan sosial sangatlah penting, sehingga umat ataupun masyarakat
akan terus mendengarkan dan mengikuti apa yang disampaikan oleh ulama
tersebut. Ketika problematika sosial muncul dalam kehidupan interaksi sosial,
maka ulama adalah figur yang sangat diharapkan dapat memberikan jalan keluar
atau solusi untuk mengatasi setiap masalah tersebut.
Disamping itu, ada keyakinan kuat di masyarakat, ulama menempati
kedudukan yang relatif lebih “suci” dan dekat dengan sang Maha Pencipta
25
Wawancara Pribadi dengan Ade Yusuf Mujaddid pada tanggal 27 juli 2017.
67
dibandingkan dengan masyarakat-masyarakat awam. Keyakinan yang dimaksud
karena adanya faktor “berkah” dari doa-doa yang dipanjatkan oleh para ulama atas
permintaan masyarakat itu sendiri.
Dalam fenomena kemenangan Idris-Pradi pada Pemilukada Depok Tahun
2015, pasangan ini dibantu oleh otoritas karismatik para ulama khususnya di kota
Depok dalam berbagai level dan komunitas. Ulama ini tersebar di berbagai
wilayah, otoritas yang dimiliki para ulama ini didayagunakan juga untuk meraih
dukungan politik bagi Idris-Pradi sehingga mudah untuk meyakinkan masyarakat
untuk memilih pasangan Idris-Pradi. Idris Abdul Shomad yang juga merupakan
seorang ulama memakai lingkaran karisma, artinya selain Idris sendiri sebagai
ulama yang secara otomatis punya karisma, Idris juga mendekati teman-temannya
yang sesama ulama yang semuanya punya karisma untuk bersama-bersama
memenangkan dirinya sebagai Walikota Depok. Hal ini disampaikan juga oleh M.
Supariyono yang merupakan Wakil ketua tim sukses Idris-Pradi dalam wawancara
singkat penulis: 26
“Secara emosi, para ulama dengan Pak Idris merupakan satu almamater, Jadi
karena kesamaan itu yang pada akhirnya insya Allah membuat para ulama mendukung
beliau secara ikhlas.”
26
Wawancara Pribadi dengan M. Supriyono pada tanggal 18 Agustus 2017.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membaca beberapa penjelasan diatas mulai dari pernyataan
masalah, pertanyaan masalah, rumusan masalah, kerangka teori, dan membaca
literatur yang ada, serta mengamati pernyataan narasumber mulai dari pengamat
politik, ulama kota Depok, dan tim sukses Idris-Pradi maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh ulama terhadap pilihan politik dan pola pikir masyarakat
hal ini bisa diuji melalui teori otoritasnya Max Weber yang
menjelaskan bahwa seseorang bisa mempunyai otoritas yang legitimate
ditengah-tengah masyarakat karena faktor karisma yang mereka miliki,
dan karisma ini bisa diperoleh diantaranya karena punya kelebihan
tertentu, mulai dari ilmu pengetahuannya, spritualitasnya,
idealismenya, dan pemikiran-pemikirannya, itu semua ada ada dalam
diri ulama.
2. Konsep peran dan teori otoritas karismatik terbukti cocok untuk
menganalisis fenomena ini. Dalam konsep peran, ulama mampu
memjalankan perannya dengan baik dalam masyarakat serta dapat
membuat pengikutnya untuk mendukung Idris-Pradi. Ulama juga
terbukti memiliki otoritas karismatik diantara para pengikutnya,
otoritas ini dimanfaatkan oleh ulama di kota Depok untuk
69
memobilisasi pengikutnya agar ikut memilih Idris-Pradi adar pasangan
tersebut dapat memenangkan Pemilukada kota Depok 2015.
Dengan ini pertanyaan penelitian bagaimana peran politik yang dilakukan
para ulama Depok dalam mendukung Idris Abdul Shomad-Pradi Supriatna pada
Pemilukada kota Depok 2015 dapat dijawab sebagai berikut:
1. Para ulama bergerak menyampaikan dukungannya melalui gerakan-
gerakan underground (bawah tanah), para ulama kerapkali menyisipkan
pesan tersirat kepada publik untuk memilih sosok pemimpin amanah dan
religius. Dimana hal itu merujuk sosok Idris Abdul Shomad. Selain itu
bentuk dukungan yang dilakukan para ulama untuk pasangan Idris-Pradi
terjadi dalam Forum Silaturrahmi Ulama Depok. Ulama yang terkumpul
dalam forum tersebut melakukan kampenye berupa menyisipkan ajakan
kepada masyarakat Depok untuk memilih pasangan Idris-Pradi dalam
kesempatan ceramah, pengajian majlis taklim, dan lain sebagainya. Hal ini
dimanfaatkan para ulama karena ulama masih sangat memiliki karisma
dikalangan masyarakat kota Depok.
2. Para ulama bergerak menyampaikan dukungannya secara terang-terangan.
Selain ulama yang tergabung dalam timses Idris-Pradi, ada juga ulama
yang yang menyampaikan dukungannya secara terang-terangan yaitu KH.
Abdul Shomad Rahman. selain ulama karismatik di kota Depok, ia juga
merupakan Ketua Dewan Penasihat MUI kota Depok. KH Abdul Somad
Rahman menyatakan bahwa Idris memiliki pengalaman di pemerintahan
dan hal inilah yang membuatnya mantap memilih Idris. Beliau juga
70
mengatakan bahwa ia yakin Idris dapat mengemban amanah untuk
memimpin dan menyejahterakan kota Depok
B. Saran
1. Hendaknya semua elemen bangsa diberikan kesempatan yang sama dan
berimbang untuk ikut serta berpartisipasi dalam praktek demokratisasi di
Indonesia termasuk Pemilukada. Sehingga akan lahir pemimpin yang teruji
dan merakyat setelah melalui peta kompetisi yang sangat ketat dan
bervariasi.
2. Dalam setiap momen pemilu, masyarakat diberikan ruang yang luas untuk
menentukan pilihannya dengan cerdas dan penuh kesadaran. Walaupun
tim sukses pasangan calon berlomba-lomba meraih simpati calon pemilih.
3. Kepada penyelenggara Pemilukada diberbagai tingkatan hendaklah
melaksanakan amanah dan tanggung jawabnya secara jujur dan adil.
Sehingga semua pihak dapat merasakan perlakuan yang sama dan tidak
ada yang dirugikan.
71
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abrori, Ahmad. Teori Sosiologi Klasik. Jakarta: FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2015.
Agustino, Leo. Prihal Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Alfian. Menjadi Pemimpin Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Anwar, Rosehan, dkk. Ulama dalam Penyebaran Pendidikan dan Khazanah
Keagamaan. Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur Pendidikan
Agama, 2003.
Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008.
Effendy, Bahtiar. Islam dan Negara, Transformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam
di Indonesia. Jakarta: Paramadina, 2009.
Eksan, Moch. Kiai Kelana: Biografi KH. Muchith Muzadi. Yogyakarta: LKiS, 2000.
Fadli, Ahmad HS. Ulama Betawi (Studi tentang Jaringan Ulama Betawi dan
Kontribusinya terhadap Perkambangan Islam Abad Ke-19 dan 20. Jakarta:
Manhalun Nasyi-in Press, 2011.
Fajri, Ahmad. Ulama dan Politik. Tanggerang: Kenangan Pustaka Indonesia, 2015.
Hansen, George P. Max Weber, Charisma, and The Disenchanment of The World
(Chapter 8). PA: Xlibris, 2001.
Hasyim, Wahid. Mengapa Memilih NU?. Jakarta: PT Inti Sarana Aksara, 1985.
Horikosi, Horiko. Kyai dan Perubahan Sosial. Jakarta: LP3M, 1987.
Ismail, Faisal. Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama Wacana ketegangan Kreatif
Islam dan Pancasila. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999.
K, Septiawan Santana. Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor, 2010.
Linton, Ralph. Sosiologi suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali, 1984.
Muhajir, Arif. Mohammad Idris, Pengabdian Tiada Henti. Jakarta: Gema Insani, 2017.
72
Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Globalisasi Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Mujamil, Qomar. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi. Jakarta: Erlangga, 2005.
Paul Johnson, Doyle. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 1. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1994.
Patoni, Ahmad. Peran Kiai Pesantren dalam Partai Politik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007.
Qadir Jailani, Abdul. Peran Ulama dan Santri. Surabaya: Bina Ilmu, 1994.
Razak, Yusran. Sosiologi Sebuah Pengantar: Tujuan pemikiran Sosiologi Presfektif
Islam. Jakarta: LSA, 2008.
Sanatana, Septiawan, K. Menulis Ilmiah Metodologi Penilitian Kualitatif. Jakarta:
Yayasan Pustakan Obor, 2010.
Salim, Petr dan Yeni Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern
English Press, 1991.
Smith, Donald Eugene. Agama dan Modernisasi Politik. Jakarta: CV. Rajawali, 1985.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press, 2003.
Soekanto, Soerjono. Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: Rajawali, 1982.
Subky, Badruddin. Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman. Jakarta: Gema Insani
Press, 1995.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.
Sutopo, HB. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press., 2006.
Tholhah, Muhammad. Ahlussunah Wal-Jama‟ah dalam Presepsi dan Tradisi NU.
Jakarta: Lantabora, 2005.
Turner, Bryan S. Weber and Islam, Vol. II. London: Routledge, 1998.
SKRIPSI
Baizuri, Akhmad. Peran Cendekiawan dalam Transisi Demokrasi Era Reformasi:
Telaah Gagasan Politik Amien Rais dan Nurcholish Madjid FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2010.
73
Latif, Abdul. N.S, Ulama dan Politik: Peran Ulama dalam Kemenangan Rachmat Yasin
sebagai Bupati Bogor 2008 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.
Mikail, Ahmad. Ulama sebagai Kekuatan Politik: Peran Ulama Nahdlatul Ulama
dalam Kemenangan Ipong Muchlissonidi Pilkada Langsung Kabupaten Ponorogo
2015. FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.
Mustafa, Hadi. Kepemimpinan Karismatik: Studi tentang Kepemimpinan Politik
Megawati Soekarnoputri dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.
Permana, Arie. Publisitas Politik Pilkada Depok 2015 pada Pasangan Idris-Pradi di
Berita Online www.depoknews.id‟ Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.
Ridoi, M. Kekuatan Figur dalam Partati Politik (Studi terhadap Abdurrahman Wahid di
Partai Kebangkitan Bangsa) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.
Seruni, Laras Sekar. Dkk, laporan penelitian berjudul Propaganda: Studi Kasus Pilkada
Depok, UIN Syarif Hidayatullah 2015.
Sudirman, Kyai sebagai Kekuatan Politik (Studi Kasus Keterlibatan Kyai Dedi Suhandi
pada Pilkada Kabupaten Serang 2010) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.
Internet
“Aher-Dede Reunian Kompak Dukung Idris-Pradi” Diakses dari
http://jabar.pojoksatu.id/depok/2015/12/05/aher-dede-reunian-kompak-dukung-
idris-pradi/ pada tanggal 29 September 2017 pukul 18:40.
“Biografi Muhammad Idris Walikota Depok” Diakses dari www.depok.co.id pada
tanggal 3 Agustus 2017 pukul 22:57.
Dokumen Majelis Ulama Indonesia kota Depok diperoleh pada tanggal 11 September
2017.
“Idris Ingin Jadikan Kota Depok Unggul, Nyaman dan Religius” Diakses dari
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/15/10/26/nwswa4374-idris-ingin-jadikan-kota-depok-unggul-nyaman-
dan-religius pada tanggal 29 September 2017 pukul 20:31.
74
“Inilah Profil Wakil Walikota Depok Pradi Supriatna” Diakses dari
http://depokrayanews.com/2016/07/08/inilah-profil-wakil-walikota-depok-pradi-
supriatna pada tanggal 21 agustus 2017 pukul 20:44.
“K.H Abdul Shomad Rahman Ulana Kharismatik Depok Dukung Idris” terdapat di:
http://www.indorayanews.com/2015/08/kh-abdul-shomad-rahman-ulama-
karismatik.html, diakses pada tanggal 28 September pkl 20.18.
“ KPUD kota Depok” Diakses dari http://kpud-depokkota.go.id/ pada tanggal 20
Oktober 2017 pukul 16:32
“Otoritas” Terdapat di kbbi.web.id diakses pada tanggal 29 Mei 2017 pukul 11.56.
„Pilkada Depok 2015: Wajah Lama dari PKS, Wajah Baru dari PDI-P‟. diakses dari
http://www.rappler.com, pada tanggal 20 November 2016 pukul 10.34.
“Pilkada Kota Depok, KPU Sahkan Idris–Pradi jadi pemenang.” Terdapat di
http://news.detik.com/ diakses pada tanggal 23 Dec 2015 pukul 16:32.
“Profil Muhammad Idris‟‟ diakses dari www.depok.co.id pada tanggal 3 Agustus 2015
pukul 22.57.
“Struktur PCNU kota Depok” Diakses dari https://pcnudepok.blogspot.co.id/p/blog-
page_6.html pada tanggal 16 September 2017, pukul 07:30.
“Struktur PDM Kota Depok Periode 2010-2015” Diakses dari http://depok-
kota.muhammadiyah.or.id/content-20-sdet-struktur-pdm-kota-depok-periode-
20102015.html pada tanggal 21 September 2017, pukul 17:39.
“Teori-teori Kekuasaan‟‟ diakses dari http://hanaweasley.blogspot.com/2009/10/teori-
teori-kekuasaan_5384.html, diakses pada tanggal 20 November 2016 pukul 13.48.
WAWANCARA
Wawancara Pribadi dengan Adi Prayitno Pengamat Politik Fisip UIN Jakarta. 14
Juni 2017 di Tanggerang Selatan.
Wawancara Pribadi dengan KH.Ade Yusuf Mujadid Anggota Komisi Fatwa MUI
Depok, 27 Juli 2017 di Depok.
Wawancara Pribadi dengan KH. Asnawi Ridwan Anggota Dewan Syuriah PNU
Depok. 14 September 2017 di Depok.
Wawancara pribadi dengan KH. Farkhan AR Ketua Komisi Ekonomi MUI
Depok. 20 September 2017 di Depok.
75
Wawancara probadi dengan KH. Idrus Yahya Ketua PDM Depok. 20 September
2017 di Depok.
Wawancara Pribadi dengan KH. Khairullah Sekertaris Umum MUI Depok. 14
Juni 2017 di Depok.
Wawancara pribadi dengan Moh. Hafid Nasir, Sekertaris Tim Sukses Idris-Pradi.
15 Agustus 2017 di Depok
Wawancara Pribadi dengan M. Supariyono Wakil Ketua Tim Sukses Idris-Pradi.
27 Agustus 2017 di Depok.
Wawancara Pribadi dengan Poltak Hutagaol Wakil Ketua Tim Sukses Dimas-
Babai. 14 September 2017 di Depok.
KH. Khoirullah, Sekertaris Umum MUI Kota Depok
1. Kira-kira menurut pandangan Bapak MUI seperti apa secara instansi?
MUI itu ya kumpulan ulama, kumpulan cendekiawan yang berkhidmat untuk
umat dan terdiri dari ulama-ulama ormas Islam dari NU, Muhammadiyah, Matholiul
Anwar, PERSIS, IKADI, dan lain-lain. Jadi dia sebuah majelis bersama, dia merangkum
semua ormas Islam yang ada di Indonesia. Jadi MUI itu semua pemikiran ada didalamnya
seperti itu, dia perwakilan dari kelompok-kelompok, dari ormas-ormas.
2. Kalau hubungan MUI sama pemerintah?
Mitra. MUI itu mitra pemerintah, tapi MUI bersifat independen dalam hal
keagamaan, tapi MUI sama pemerintah selalu bekerja sama, artinya bekerjasama itu MUI
memberikan pertimbangan-pertimbangan keagamaan, terus pemerintah juga memberikan
apa namanya bantuan juga kepada MUI, bantuan operasional seperti itu. Sehingga MUI
itu mitra pemerintah dalam masalah-masalah keagamaan, wabil khusus masalah-masalah
keagamaan yang menjadi pertanyaan dtengah-tengah masyarakat. Makanya MUI itu
mengeluarkan fatwa.
3. Kira-kira Pak sejauh mana Pak respon masyarakat terhadap MUI? MUI sejak kelahirannya memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan
wabilkhusus di masyarakat-masyarakat perkotaan yang mereka membutuhkan
pencerahan, membutuhkan hukum, membutuhkan penjelasan, membutuhkan apa
namanya bayan fatwa. Itu sangat membantu masyarakat. Juga bukan hanya masalah itu,
perceraian, masalah keluarga, masalah warisan, masalah-masalah lain juga
dipertanyakan. Juga terkait dengan ajaran-ajaran yang mungkin mereka mendapatkannya
diluar, mereka ragu, mereka mempertanyakannya kepada MUI
4. Siapa saja sih Pak ulama yang direngrut menjadi pengurus MUI dan kriterianya
kayak gimana?
Pertama Ulama yang merupakan pimpinan dari ormas Islam Muhammadiyah,
NU, PERSIS. Terus juga cendekiawan dikampus itukan , terus juga da’i, juru da’wah,
muballigh caramah, juga tokoh masyarakat. Artinya di MUI itu tidak mungkin satu
kapasitas keilmuan, tapi mungkin ada administrasinya, terus juga keuangannya, terus
juga ahli sainnya. Meskipun memang didominasi oleh ulama.
5. Apa saja problem MUI yang dirasakan oleh masyarakat? Pertama masalah-masalah fatwa, terus juga pembinaan kepada khotib da’i itukan.
Makanya kita ada pendidikan kader ulama, terus juga bimbingan kemasyarakatan,
bimbingan keagamaan, terus juga mendorong apa namanya masyarakat untuk
berkehidupan yang islami dan seterusnya, itu sangat dirasakan oleh masyarakat, juga
sertifikasi halal, itu sangat dirasakan oleh masyarakat.
6. Sosok pemimpin apa yang mendapatkan rekomendasi MUI? Ya kalau dalam masalah kepemimpinan kita mengacunya pada kepemimpinan
Rasul tentu saja. Meskipun mungkin ini baru acuan. Pertama Rasul itu kan amanah,
fatonah, sidiq, tablig, ya kita mengacunya pada yang seperti itu dan tentu saja yang
muslim. Muslim yang cerdas, muslim yang pintar, muslim yang amanah, muslim yang
benar, itu yang kita dorong seperti itu.
7. Bagaimana Pak kira-kira cara MUI untuk mendekatkan diri kepada masyarakat? Seperti dibulan Ramadhan ini kita mengadakan safari keliling itu di sebelas
kecamatan. Kita juga ada pengajian ulama umaro itu tiap dua bulan sekali itu kita undang
masjid, kita undang ormas Islam, kita undang tokoh masyarakat ulama umaro, terus kita
juga melakukan pelatihan-pelatihan, pelatihan da’wah, terus juga seminar-seminar, terus
juga kita juga ada pengajian setiap hari senin ba’da Dhuhur, terus ada pengajian ahad
pagi, itu cara mendekatkan diri kepada masyarakat, sosialisasi fatwa.
8. Sejauh mana Pak MUI berada pada posisi netral ditengah-tengah upaya tarik
menarik pengaruh politik misalnya pada pilkada kemarin? MUI selalu secara kelembagaan netral. Artinya tidak terlibat secara praktis, tidak
menggunakan nama MUI. Kalau ada pengurus MUI yang terlibat dalam politik ya
silahkan. Tapi tidak membawa nama MUI. Artinya dia sebagai pribadi itu kan dan itu
boleh, karena memang hak warga negara untuk berpolitik praktis. Tapi tidak membawa
nama MUI, kita tidak memfasilitasi dan seterusnya.
9. Kira-kira siapa saja Pak tokoh-tokoh MUI Depok yang dianggap kharismatik? Pertama Ketua Umum itu kan Pak Kyai Dimyati, terus juga Pak Ketua I Pak Idris
itu kan dulu Sekum, awalnya di komisi fatwa, terus ke Sekum, terus sekarang menjadi
Ketua I, Terus apa namanya Pak Kyai Shomad Rahman banyaklah.
10. Ada gak sih Pak tokoh dari MUI yang masuk timses calon Pak Idris-Pradi pada
pilkada kemarin Pak? Seberapa banyak? Kalau timses kayaknya gak ya, tapi kalau mendukung pasti ada. menurut saya
sangat wajar apabila sejumlah pengurus MUI kota Depok menjatuhkan pilihan politik
pada Kiai Idris, karena beliau adalah pengurus MUI juga. Perkiraan saya sekitar 70%
ulama-ulama MUI bersimpati ke beliau
11. Kira-kira Pak kalau di MUI Bapak tahu gak Pak Kyai-Kyai siapa saja, ulama-
ulama siapa saja? Ya tahu, tapi tidak untuk disebutkan, karena itu kan subjektif nanti ya seperti itu.
12. Kalau kyai yang mendukung calon lain? Ada juga, tapi kita kan tidak berpolitik praktis. Artinya ya silahkan saja, kalau
lembaga sih gak. Dia sebagai pribadi, makanya kan tidak kapasitas saya untuk
menjelaskan, nanti saya salah menafsirkan.
Adi Prayitno, Pengamat Politik UIN Jakarta
1. Bagaimana relasi Ulama dan Politik menurut pandangan Bapak?
Secara umum ulama dan politik itu sulit dipisahkan, dalam konteks pra-
kemerdekaan ulama juga turut andil dalam merebut kebangsaan dan kemerdekaan. Pasca
kemerdekaan ulama juga bagian-bagian penting dalam partai-politik Islam untuk meraih
insentif elektoral, itu bisa di cek di NU, Masyumi, dan seterusnya itu juga menggunakan
agama sebagai salah satu instrument untuk memperkuatdan mendongkrak elektabilitas
mereka. Pasca reformasi juga begitu, tokoh-tokoh sentral masih jadi daya tarik elektoral
politik di Indonesia. Misalnya, Gus Dur dan Hamza Haz dan seterusnya itu adalah sebuah
bukti nyata betapa seorang ulama dan kyai itu memang tidak bisa dilepaskan secara
politik baik secara personal maupun secara kepentingan politik. Memisahkan ulama
dengan politik itu menjadi suatu hal yang mustahil dalam konteks politik kita, karena
ulama di kita itu bukan hanya ahli agama tapi dianggap jadi sebuah figur yang
pengikutnya banyak dan disitulah kemudian kenapa ulama ini selalu menarik dan bahkan
menjadi bidikan dari partai-partai politik untuk dijadikan sebagai komoditas politik.
2. Kenapa ulama kerap kali jadi rebutan para politisi-politisi partai politik?
Banyak faktor, pertama, secara figur dan personality ulama dianggap kelompok
agamis yang mengerti terhadap isu-isu keagamaan dan mereka juga diangggap sebagai
penjaga moralitas juga intregritas akhlak. Dalam konteks politik itu perlu tokoh yang
dianggap menjaga moralitas, menjaga kebaikan dan seterusnya. Pada saat yang
bersamaan. kedua, karena ulama memiliki basis masa terutama misalnya ulama memiliki
pesantren, sekolah-sekolah Islam dan pengikut-pengikut yang tersebar dibanyak tempat.
Dua hal inilah yang kemudian menjadi faktor kenapa ulama selalu menjadi daya tarik
partai politik, entah direkrut sebagai pengurus partai ataupun sebagai partner dalam
pilkada atau pemilu.
3. Seberapa efektif ulama sebagai pendukung di pemilu? Tentu saja efektif, kalau mau kita cek partai-partai Islam yang kalau diacak secara
umum waktu kemerdekaan partai Islam cukup signifikan artinya dia masuk dua ataupun
tiga besar itu tidak terlepas dari peran ulama-ulama NU dan Muhammadiyah. Pasca
reformasi juga begitu, bertahannya PKB itu kan dalam banyak hal menggunakan peran
ulama sebagai instrumen politik mereka. Kita bisa cek basis PKB itu di Jawa Timur dan
mayoritas di Jawa Timur adalah ulama-ulama yang memiliki basis pesantren-pesantren
yang tersebar dibanyak tempat. Ini menunjukan bahwa ulama cukup signifikan untuk
mendongkrak suara elektoral partai politik tertentu. Di PPP kan banyak tokohnya, dulu
ada Hamzah Haz kemudian Suryadarma Ali sebelum ditetapkan sebagai tersangka dan
seterusnya. Di PAN ada Amin Rais, dia adalah ulama Muhamadiyah dan juga seorang
intelektual. Ini menunjukan bahwa ulama ini cukup efektif dalam mendongkrak suara.
Bahkan kalau mau dicek bertahannya partai-partai Islam sampai sekarang PKB, PPP,
PAN, bahkan PKS sekalipun itu tidak terlepas dari jaringan ulama yang mereka miliki di
tingkat desa yang cukup berjejaring dan ulama itu bukan hanya pengikutnya bahkan
banyak simpatisannya juga. Apa yang dikatakan ulama maka masyarakat cenderung
mengikuti. Inilah yang kemudian kenapa ulama itu selalu menjadi daya tarik insentif
elektoral. Bagi partai Islam khususnya ulama ini menjadi cukup signifikan dan penting
untuk meraih suara. Sekalipun partai-partai sekulerpun masih menjadikan ulama sebagai
kekuatan politiknya karena banyak upaya-upaya dari partai sekuler untuk merangkul
ulama sebagai bagian demi kepentingan politik mereka.
4. Mengapa banyak ulama yang terjun ke dunia politik?
Pertama, ini dianggap sebagai bagian panggilan dakwah. Jadi bagi ulama itu tidak
cukup sholeh secara pribadi, tidak cukup dia baik dengan Tuhannya, sebab itulah
kemudian dia harus terjun ke dunia yang lebih sosial dan lebih luas. Dunia politik bagi
kaum ulama dianggap sebagai medan dakwah yang lebih luas untuk menyampaikan
kebaikan-kebaikan. Politik itu adalah sebagai wilayah untuk menegakan amar ma’ruf
nahi munkar, ulama pada prinsipnya begitu. Banyak tipologi ulama, ada ulama yang
kerjaannya menyendiri baca kitab dan tidak mau berpolitik, pada saat yang bersamaan
ada ulama yang memang mereka selain ahli agama suka ngaji dan memberikan tausiyah
dibanyak tempat pada saat yang bersamaan dia tidak cukup dengan itu, dia mencoba
menjadikan dunia politik sebagai medan dakwah yang lebih luas untuk menyampaikan
kebaikan-kebaikan yang dia dapat dari pelajaran agama. Dengan dia masuk partai politik,
dengan dia masuk menjadi anggota dewan, dengan dia menjadi menteri, dengan dia
menjadi kepala daerah, dia berharap bahwa kebaikan dan nilai-nilai yang dia pelajari itu
tertular dalam konteks politik yang lebih luas. Itu kenapa yang kemudian kenapa ulama di
kita itu memiliki daya tarik dan hasrat berpolitik, karena dia menganggap politik itu
adalah sebagai medan dakwah yang lebih luas apalagi misalnya ada sebuah hadis bahwa
sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang berguna bagi orang lain. Ini adalah satu
terminologi dalam politik islam yang sering kali membuat daya tarik para ulama untuk
terjun dalam politik. Seperti ulama-ulama yang ada di PKB, PPP, PAN maupun PKS
mereka menganggap politik yang serba gaduh begitu, lalu tidak diwarnai sentuhan
kebaikan dan nilai-nilai agama justru akan dipenuhi dan dijejali oleh kaum penjahat yang
tidak pernah memikirkan masa depan kemaslahatan umat. Ini kemudian mereka mencoba
meradu peruntungan di politik inilah seabagai wilayah dimana mereka sebenarnya
mempertarungkan dan menghadang ajaran-ajaran yang dianggap bertentangan dengan
agama. Disitulah esensi yang tentu saja ada alasan-alasan historis, Jadi mereka mencoba
untuk mereplika praktek politik yang dilakukan oleh Nabi. Nabi itu bukan hanya
pemimpin agama dan juga pemimpin spiritual tapi juga adalah kepala Negara dan juga
pemimimpin politik. Nah ulama-ulama yang sadar secara politik itulah yang kemudian
mencoba untuk mereplika dan mengikuti jejak nabi bahwa seorang ulama itu tidak harus
berdiam diri tapi seorang ulama juga harus mampu menjadi pemimpin publik, tokoh
publik yang kehadirannya cukup dinanti.
5. Bagaimana respon masyarakaat perkotaan seperti kota Depok terhadap sikap
politik agama?
Saya kira respon ulama cukup kuat, Depok inikan modern, maju dan bersebelahan
dengan Jakarta. Tapi pada saat yang bersamaan suasana kebatinan dan kebangsaannya itu
masih agak kampung karena masyarakatnya masih urban dimana misalnya tokoh
tradisional seperti ulama itu masih dianggap sebagai tokoh kunci untuk menyampaikan
kebaikan. Itu terbukti misalnya, Nur Mahmudi bukan hanya Walikota biasa tapi dia
dianggap sebagai ustad dan ulama, itu menunjukan bahwa daya tarik ulama seperti dikota
Depok masih menjadi suatu hal yang sangat luar biasa dalam masyarakat Depok. Itu
artinya meski Depok ini maju, ada kampus UI dan infrastrukturnya juga modern tapi di
Depok ini karena dia menjadi bagian dari Jawa Barat, masyarakatnya cukup religius.
Boleh modern tapi nilai-nilai keagamaan tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan sosial
politik mereka dan kita bisa lihat secara umum bahwa Jawa Barat itu nuansa
keislamannya cukup kuat karena Jawa Barat ini dianggap sebagai tempat terakhir dimana
ajaran islam itu disebarkan. Makanya kemudian sentimen keagamaan dan religius
sentimen dibanyak tempat di Jawa Barat cukup kuat termasuk di Depok. Bukti nyata
adalah kenapa misalnya, terpilihnya Nur Mahmudi secara berturut-turut jadi kepala
daerah. Itu turut menjelaskan bahwa Nur Mahmudi ini adalah seorang ustad dan
kemudian dilanjutkan oleh Idris itu sebagai selah satu bukti karena dia dianggap sebagai
ustad, dianggap sebagai orang yang ngerti agama ketimbang calon yang lain yang
sekuler. Makanya dia kemudian yang relatif dipilih oleh warga Depok. Itu menunjukan
bahwa sekalipun Depok ini beririsan dengan Jakarta tapi masyarakatnya cukup religius
bahwa modernitas tidak serta merta menghilangkan nilai-nilai keagamaan yang dimiliki
oleh masyarakat Depok. Biasanya kalau orang sudah modern nilai agama cenderung
ditinggalkan dan akan cenderung lebih memilih pemimpin yang sekuler, pemimpin yang
tidak beririsan dengan agama. Tapi di Depok karena dia tinggal di Jawa Barat nuansa
religiusitasnya tidak bisa dihilangkan begitu saja. Boleh modern tapi nilai agama masih
menjadi suatu hal yang harus diperhatikan oleh mereka, sebab itulah figur-figur yang ada
di Depok selama kontestasi yang pernah ada kalo saya cek, ustad-ustad itu ataupun
terindikasi memiliki paham keagamaan ulama tertentu itu biasanya memiliki daya tarik
bagi masyarakat Depok. Beda dengan Tangsel, di Tangsel biasanya ulama tidak terlalu
menjadi daya tarik ataupun tidak terlalu laku, karena masyarakatnya sudah sekuler.
Agama sudah mulai dicoba untuk dipisahkan, atribut-atribut agama mencoba untuk
dijauhkan dari hal-hal politik.
6. Apa saja faktor yang kira-kira mempengaruhi kemenangan pasangan calon nomor
urut 2 Idris-Pradi di Pemilukada Depok 2015?
Faktornya banyak, pertama, tentu saja faktor incumben. Pak Idris ini incumbent,
dalam banyak tempat kalau melihat presentasenya incumbent itu rata-rata tingkat
keterpilihannya itu diantara 65-70%. Artinya incumbent entah dia wakil ataupun dia
sebagai kepala daerah kalau mencalonkan lagi kemungkinan besar akan terpilih kembali
itu dibanyak tempat. Yang kedua menurut saya adalah soal mesin politik, terutama mesin
politik yang memang menyokong Nur Mahmudi selama ini, jadi mesin politik penyokong
Nur Mahmudi ini berbarengan dengan ataupun berbanding lurus dengan sokongannya
terhadap Pak Idris. Dia didukung PKS terutama di Depok PKS itu kuat, kalau dilevel
Nasional PDIP nya lah. Yang ketiga itu faktor pengusung. PKS di Depok ini memiliki
tingkat soliditas yang diatas rata-rata, sekalipun dia hanya berkoalisi dengan dua partai
sekalipun tapi mesin politik dan soliditasnya diatas rata-rata. Inilah yang kemudian
menghantarkan Nur Mahmudi itu beberapa kali jadi Walikota Depok, sekalipun dia
digoyang, didemo dan sebagainya tapi tidak pernah jatuh. Faktor itulah juga turut
mewarnai kemenangan Idris, pada saat yang bersamaan sekalipun itu lawannya babay
didukung oleh koalisi gemuk tapi pada saat itu partai-partai pengusungnya diwarnai
perpecahan terutama Golkar, masih terbagi faksinya kubu Abu Rizal Bakrie dan kubu
Agung Laksono, itu juga berpengaruh ditingkat bawah. Jadi partai-partai penyokong
lawannya Idris ini banyak yang tidak solid terutama Golkar. Bahkan PPP juga pecah,
kubunya Romi dan kubu Dzan Farid. Inilah sekalipun partainya koalisi gemuk lawan
idris, mereka itu keropos didalam. Yang keempat, dalam konteks pemilukada figure itu
cukup menentukan, mesin politik itu nomor sekian, figur Idris karena dia incumbent dan
dia juga seorang ulama memiliki jejaring yang cukup luas ketika dia bersama Nur
Mahmudi itulah yang kemudian turut mengantarkan dia menjadi Walikota Depok
sekarang.
7. Apakah ulama masih relevan untuk dijadikan sebagai kekuatan politik ditengah
masyarakat perkotaan seperti kota Depok? Sangat masih, bukan hanya di kota Depok tapi hampir semua wilayah. Tokoh
agamawan itu masih menjadi simbol kekuatan politik tertentu, tokoh agama itu dianggap
sebagai insentif elektoral bagi partai politik tertentu. Misalnya yang kita tahu PKB, PKB
inikan selalu berada dan berlindung dibawah nama besar Gus Dur. Begitupun PAN, itu
suka tidak suka berlindung dibalik nama besar Amien Rais, PPP juga begitu dia
berlindung dibawah nama besar Mbah Maimon dan seterusnya, PKS juga begitu masih
berlindung dibawah nama besar ustad-ustadnya seperti Salim Assegaf dan seterusnya. Itu
menunjukan bahwa para pemuka agama bukan hanya didepok memang menjadi daya
tarik yang sangat luar biasa di politik kita. Daya tarik ulama ini menjadi penting kalau
dia terutama ditengah-tengah masyarakat-masyarakat yang masih urban dan memiliki
sentimen keagamaan yang cukup kuat. Tapi ditengah kota yang modern dan sudah maju
ulama-ulama ini cenderung sedikit tidak laku dan cenderumg akan memilih pemimpin-
pemimpin yang sekuler tidak memiliki irisan keagamaan tertentu. Biasanya begitu….
8. Menurut bapak sebagai pengamat politik, bagaimana sikap ulama terhadap politik
sesuai khitahnya? Tergantung perspektifnya, Cuma saya termasuk salah satu orang yang setuju
ulama ini mengambil peran penting ataupun turut andil dalam persoalan-persoalan
politik. Karena ulama ini memiliki tingkat keimanan dan religiusitas diatas rata-rata,
artinya back up moral, budi pekerti, nilai-nilai integritas dan kejujuranitu setidaknya
sudah dimiliki oleh seorang ulama dan itu modal penting menjadi seorang aktivis politik.
9. Sejauh mana keterlibatan ulama dalam kemenangan Pak Idris dalam pemilukada
Depok? Idris itu kan dikenal dengan jaringan ulama yang cukup kuat, karena sebenarnya
jejaring ulama yang mendukung Pak Idris itu juga memback up Nur Mahmudi dulu. Jadi
kalau mau jujur pendukungnya Idris sekarang itu adalah copy paste dari jaringan-jaringan
yang dimiliki oleh Nur Mahmudi, karena pendukung-pendukung Nur Mahmudi ini relatif
tidak ada konflik, tidak ada kegaduhan-kegaduhan maka kemudian mereka itu satu arah
dan lurus mendukung Idris. Inilah yang kemudian Idris ini menang mudah di Depok
nyaris tanpa perlawanan, padahal lawan tandingnya bukan main-main dia tokoh golkar
dan koalisinya juga gemuk. Ini dianggap sebagai momentum bahwa ustad-ustad ini akan
dijungkalkan di Depok, tapi nyatanya enggak bisa. Itu menunjukan bahwa kinerja partai
politik pendukung Idris itu seiring seirama dengan kekuatan ulama yang dimiliki oleh
Nurmahmudi, jadi di madrasah-madrasah kemudian sekolah-sekolah Islam terutama,
karena pesantren-pesantren itu sedikit di Depok itu semua mendukung Idris. Itu
menunjukan bahwa keulamaan dia, keustadan dia, itu masih relatif diterima apalagi
misalnya banyak sekolah-sekolah Islam di Depok ini berafiliasi dengan PKS. Itu yang
kemudian turut mengantarkan Idris ini mampu meraup suara islam yang cukup mayoritas
di Depok. Jadi kalau mau dilihat seberapa besar dukungan Islam, kan ulama ini
pengertiannya luas yaaaa umat islam lah yang memiliki sekolahan atau pesantren. Kalau
melihat di Depok ya mayoritas dukung Idris, karena banyak sekolah-sekolah di Depok ini
berterbaran mulai dari SDIT, SMPIT, SMAIT dan seterusnya itu berafiliasi dengan PKS,
meski mereka tidak pernah mencantumkan diri sebagai pendukung partai tertentu tapi
mayoritas ustad-ustad dan guru-guru disitu menjadi simpatisan PKS. Itu juga turut
mewarnai kenapa Idris ini menang. Yang kedua, pada saat yang bersamaan penantangnya
Idris ini relatif tidak bisa menembus kalangan ulama dan barisan islam, mungkin ada juga
ulama yg dukung penantang Idris tapi tidak dominan karena tidak semua umat islam ke
Idris. Tapi misalkan ulama ataupun pemimpin-pemimpin islam yang garis utama yang
mainstream di Depok ini lebih memilih Idris karena dia juga orang MUI, karena dia juga
dianggap sebagai sebuah simbol ulama memiliki simbol keagamaan seperti MUI dan
Islam, maka dia lebih relatif diterima ketimbang calon yang lain yang relatif sekuler.
Inilah yang kemudian turut mewarnai momen Idris menjadi dan terpilih sebagai Walikota
Depok. Dibandingkan dengan Babay yang tidak memiliki irisan keagamaan, yaaaa di
Depok agak susah, itu menunjukan bahwa Depok meski sudah modern dan maju sekali
lagi sentimen keagamaan tidak bisa dihilangkan. Pemilihnya masih menggunakan
sentimen sosiologis dimana sentimen agama itu masih menjadi faktor penting dalam
menentukan perilaku pemilih.
10. Bagaimana langkah-langkah ulama yang dilakukan pada pemilukada Depok 2015? Kalau yang saya liat mereka lebih bergerak di underground, mereka tidak tampak
kepermukaan, mereka lebih berperan di backstage, dipanggung belakang namanya. Kalau
yang bergerak dipanggung muka itu ya tim sukses, partai pengusung, PKS, relawan dan
sebagainya itu yang muncul ke depan. Tapi pada tim yang dimiliki Pak Idris ini yang di
belakang panggung meski mereka itu tidak mengklaim mendukung Idris tapi mereka
kerjaanya itu bekerja untuk Idris. Misalnya, melalui sekolah-sekolah Islam, melalui
pendidikan-pendidikan Islam, merka bekerjanya dari situ. Mereka melakukan door to
door campaign, dari mulut ke mulut, person to person memperkenalkan Idris sebagai
sosok yang layak untuk dipilih. Jadi mereka berperan melalui peran kultural, lebih pada
peran-peran dibelakang panggung yang tidak muncul ke permukaan tapi sikap dan
pilihan politiknya adalah ke Idris dan mereka juga tidak berdiam diri, mereka
mengkampanyekan dengan jaringan-jaringan yang mereka miliki, bisa jaringan sekolah,
jaringan keluarga, jaringan pertemanan dan seterusnya. Pertalian-pertalian inilah yang
kemudian menjadi alat ustad-ustad atau ulama-ulama pendukung Idris untuk
memenangkan dia Depok. Jadi gak tampak ke permukaan, dimana-mana ulama ini kan
tidak tampak secara vulgar karena dia menjaga ke tokohannya di depan umum, tapi
bahwa dia bekerja untuk salah satu kelompok tertentu itu iya.
KH. Ade Yusuf Mujaddid, Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Depok
1. Bagaimana respon bapak terhadap kemenangan Idris-Pradi pada pemilukada
Depok 2015?
Yang pertama, sebagai bagian dari ulama tentu saja merasa sangat bergembira,
karena bagaimanapun sosok pasangan ini adalah pasangan yang mencirikan kehadiran
ulama yang akhirnya Alhamdulillah terpilih sebagai pemimpin Kota Depok.
2. Apakah ada peran Ulama pada pemilukada Depok 2015?
Ulama ini kan bergerak dalam semua lini kehidupan, memang tugas utamanya
adalah untuk mengajak masyarakat untuk amar ma’ruf nahi munkar, mengajarkan
masyarakan melalui majlis ta’lim, melalui pesantren, melalui ceramah-ceramah, melalui
dakwah dan sebagainya. Peran ulama dalam politik ada yang keliatan ada yang tidak
keliatan. Kalau yang tampak misalnya tergabung dalam tim sukses dalam partai tetentu
atau dalam ormas tertentu. Tapi selebihnya dari itu, gerakan apa yang dilakukan oleh
ulama itu lebih banyak pada gerakan mengajak kepada umat untuk bagaimana supaya
kehidupan di Kota Depok itu lebih maslahat
3. Apa bisa disimpulkan bahwa ulama itu terlibat dalam pemilukada Depok 2015?
Terlibat dalam sifatnya praktis ya mereka-mereka yang memang aktif di gerakan-
gerakan politik misalnya di partai politik yang mengusung pasangan calon yang terpilih
ataupun di gerakan-gerakan sosial melalui dakwah dengan melakukan ajakan-ajakan
kepada masyarakat untuk mendukung dan memilih pasangan yang memang termasuk
representasi masyarakat muslim di Kota Depok.
4. Apa ulama secara terbuka ikut kampanye dengan memobilisasi umat pada
pemilukada depok 2015?
Secara pribadi mereka terbuka ada yang ikut menjadi tim sukses, tim pendukung
dan lain sebagainya dan mengajak umat untuk mendukung calon yang didukung yaitu
Kiai Idris dan Pradi. Tapi ada juga yang tidak terbuka misalnya mereka bagian dari pada
lembaga tertentu atau ormas tertentu mereka tidak menunjukan dirinya sebagai bagian
dari itu, lebih kepada mereka aktif secara pribadi-pribadi.
5. Apa ada salah satu ulama yang memiliki sekolah islam termasuk pesantren untuk
mendukung secara terbuka pasangan calon Idris-Pradi?
Secara terbuka mengajak para santrinya mungkin ada, walaupun saya tidak bisa
menyebutkan secara persis, tapi misalnya seorang ustad atau ulama menyampaikan
pengajian di majlis ta’lim bapak-bapak atau ibu-ibu sering mereka kemudian
menyampaikan ajakan-ajakan atau anjuran untuk memilih pasangan Idris-Pradi. Itu hak-
hak saja dan boleh-boleh saja.
6. Kira-kira apa yang memotivasi ulama untuk terlibat dalam pemilukada Depok
2015?
Yang pertama diantara visi-misi Kota Depok itukan adalah ingin membangun
Kota Depok sebagai Kota yang religius, agar lebih terarah apabila yang memimpin kota
Depok ini adalah yang memang dari kalangan ahli agama. Kebetulan calon yang muncul
pada pemilukada itu adalah calon yang mumpuni dari segi pendidikan, dari segi
pengalaman organisasi masa kemudian dari segi lain-lain yang mendapat dukungan yang
besar dari hampir seluruh lapisam masyarakat. Makanya dari pemilukada kemarin itu
hampir bisa dikatakan menang secara mutlak.
7. Apa bisa disebutkan ulama-ulama yang mendukung pasangan Idris-Pradi secara
terbuka?
Secara terang-terangan mendukung tidak, tapi bagi pribadi setiap ulama iya.
Yaaaa mungkin karena pak Idris ini dari komoditas pengurus MUI kota Depok ya
mungkin dapat dikatakan seluruh pengurus MUI Kota Depok secara pribadi-pribadi
mendukung beliau ataupun MUI dikecamatan atau dari ormas-ormas tertentu yang lain
termasuk ulama-ulama yang masuk dalam partai pendukung.
8. Apa ada aktivitas-aktivitas tertentu yang dilakukan oleh kalangan ulama yang
mendukung Idris?
Sebenarnya ada, tapi sifatnya tidak memaksa, hanya ulama-ulama yang
bersimpati dan mendukung Pak Idris, namanya Forum Silaturrahmi Ulama Depok. Di
forum itu membahas tentang bagaimana silaturrahmi ulama dengan jamaah dalam setiap
kesempatan dakwah atau ceramah dengan mengindikasi Idris sebagai calon pemimpin
yang pantas dipilih, ya saya rasa itu sah sah saja karena di Islam juga mengajarkan
kriteria pemimpin itu ya harus sesama Islam apalagi Idris juga merupakan ulama.
9. Kapan biasanya forum itu diselenggarakan?
Setiap hari jumat malam sabtu kita melakukan pengajian ulama dan umaro diaula MUI
Depok, selain dihadiri oleh ulama-ulama yang dating dari berbagai daerah di Depok,
pengajian ini juga dihadiri oleh Walikota maupun Wakil Walikota, dan Idris itu kan dulu
selain menjabat jadi Wakil, beliau juga merupakan Sekum di MUI, jadi beliau selalu
hadir dipengajian itu. Nah biasanya forum itu dilakukan setelah pengajian tersebut.
10. Apa ada ulama yang mendukung paslon Dimas-Babai di pemilukada Depok 2015?
Ya itu rahasia mungkin ya jadi tidak bisa disebutkan, tapi kalau melihat apa-apa
yang Nampak secara dzohir ya walau dalam kesempatan-kesempatan acara MUI ya
tampak sekali dukungan dari pribadi-pribadi ulama-ulama yang ada di MUI. Jadi
mungkin bisa dibilang kemenangan bagi Idris adalah kemenangan bagi MUI juga. Jadi
secara persis saya tidak bisa menyatakan ada atau tidak ulama yang mendukung pasangan
calon Dimas-Babai, tapi mungkin saja tidak ada ulama yang tertarik untuk mendukung
pasangan calon Dimas-Babai. Tapi kalau melihat permukaan politik yang ada di Kota
Depok hampir mayoritas para ulama, ustadz, ustadzah yang ada dikampung-kampung
yang ada di pelosok Kota Depok itu banyak yang mengharapkan pasangan calon Idris-
Pradi. Terbukti ketika ada kunjungan-kunjungan baik yang kampanye secara langsung
atau dukungan pribadi-pribadi itu antausiasme dari masyarakat kepada Idris itu tinggi
sekali.
11. Apa ada feed back dari pasangan Idris-Pradi terhadap para ulama? Ya pasti dalam kampanye ada janji-janji yang kadang-kadang hanya sebagai
pemanis, masalah janji itu akan dipenuhi atau tidak itu jadi tanggung jawab dari pasangan
Idris-Pradi. Cuma yang jelas melihat dari apa yang disampaikan dari orasi-orasi
kampanye atau dalam kesempatan bertatap muka dengan masyarakat atau ulama,
pasangan Idris-Pradi ini sangat menjanjikan sekali untuk menjadikan Kota Depok itu
menjadi Kota yang religi termasuk perhatian terhadap masjid, perhatian terhadap
pesantren, terhadap pendidikan Islam InsyaAllah akan dibantu, ya kita liat aja dalam
masa-masa kepemimpinan beliau sampai akhir masanya beliau nanti.
12. Bagaimana Idris bisa terpilih yang latar belakangnya seorang ulama sedangkan
Kota Depok ini Kota penyanggah Ibu Kota yang seharusnya dipimpin oleh
pemimpin yang latar belakangnya arsitek dan lain sebagainya?
Itulah politik, politik terbuka bagi siapa saja dan latar belakang apapun, di
Indonesia ini kan dengan latar belakang apapun bisa jadi pemimpin, latar belakang
arsitek bisa jadi pemimpin baik ditingkat Menteri, tingkat Presiden ataupun di tingkat
Bupati maupun Wali Kota dikalangan politisi itu lumrah, nah sekarang semua
kesempatan itu bisa didapatkan, baik dari kalangan ulama dan Presiden pun pernah dari
kalangan ulama ya seperti Gus Dur, Gubernur juga banyak, Menteri juga banyak dan
kebetulan sekarang Wali Kota dari kalangan ulama. Jadi sebagai dalam pimpinan top
leader atau pimpinan tertinggi di tingkat Kota ya masalah-masalah tehnis pembangunan
bisa diserahkan kepada tim atau ahli yang ditunjuk oleh Wali Kota itu yang penting
pemutusan akhir dari setiap kebijakan ada di tangan Wali Kota.
H. Moh. Hafid Nasir, Sekertaris Umum Timses Idris-Pradi
1. Faktor apa saja yang menjadi kemenangan pasangan Idris-Pradi pada Pemilukada
Depok?
yang pertama perlu kita ketahui juga bahwa dari jumlah penduduk kota Depok
sekarang yang tercatat sekitar 2,1 juta penduduk, kalau di tahun 2015 ketika pemilukada
mungkin dikisaran 2 jutaan mungkin. Dari sekian jumlah penduduk ada sekitar 1,2 juta
jumlah penduduk yang sudah punya hak pilih. Dari 1,2 juta sekian itu di Depok memang
itu hampir 94% daftar pemilih itu beragama Islam, jadi waktu itu ada semacam dominan
muslim di Kota Depok yang secara signifikan keberadaannya, sehingga kalau sudah kita
tahu bahwa peta demografi Kota Depok untuk jumlah pemilih yang sudah punya hak
pilih sekitar 94% muslim maka tentu harus ada nuansa religiusnya yang harus kita
kembangkan. Kemudian kita juga melakukan survey indikator-indikator yang memang
menjadi pendongkrak baik popularitas ataupun elektabilitas pasangan yang akan kita
usung. Jadi dari sekian banyak indikator yang bisa menjadi penyebab kemenangan Pak
Idris dan Pak Pradi itu adalah dari sector religiusnya. Mungkin karena berpengalaman
lalu juga dari sisi kompetensi, religius termasuk lima besar yang memberikan indikator
kemenangan Pak Idris dan Pak Pradi sehingga selain jumlah muslimnya banyak yaitu
94% lalu kita juga melakukan survey beberapa indikator yang memang bisa
mendongkrak elektabilitas pasangan yang kita usung itu lima besar dan yang terbesar
yaitu yang berpengalaman dan religius itu termasuk yang lima besar, sehingga nanti
strategi kemenangan pemilukada akan menyesuaikan karena kita melihat dari fakta dulu
pertama itu dari jumlah pemilihnya lalu juga kita survey ternyata isu-isu religius tetap
memang menjadi salah satu yang mendominasi pemilih. Nah perlu kita sadari juga bahwa
banyak organisasi-organisasi yang ada di Kota Depok yang bernuansa Islam artinya kita
punya organisasi besar Islam seperti NU dan juga Muhammadiyah itu ada dimana-mana.
Jadi kan ketika kita berbicara di Depok ya dua organisasi besar Islam ini ada di Depok.
Dan kita tahu bahwa memang NU ini bukan organisasi politik maka memang murni
sebagai organisasi keagamaan, sehingga bagaimana kita menyentuh mereka maka harus
ada strategi. Jadi yang pertama masalah jumlah pemilih yang dominannya muslim, yang
kedua hasil survey isu-isu yang religius masuk dalam lima besar, dan yang ketiga
organisasi keislaman yang nampaknya perlu kita rangkul juga gitu kan, ya salah satunya
dari segmen beberapa organisasi Islam yang ada di Kota Depok ada NU ada
Muhammadiyah, ada Persis, ada PUI meskipun gak banyak tapi mereka punya peranan
dalam memberikan pengaruhnya terhadap masyarakat Depok. Nah itu yang di rasa
memang menjadi penyebab kenapa peran ulama dalam pemilukada sangat strategis kita
mainkan, nah kemudian juga pak idris yang kita usung adalah seorang ulama dan umaro,
ulama nya ya memang karna ia berlatar belakang yang agamis dan pernah juga jadi dosen
di UIN dan aktif di MUI juga. Jadi faktor ulamanya sudah dapat. Nah umaronya dia
sudah punya pengalaman 5 tahun menjabat sebagai wakil walikota ini juga menjadi poin
beliau bisa besar disisi elektabilitas, dari yang sisi berpengalaman ada trus dari sisi
religius nya juga ada. Sisi ke ustadan nya juga bisa dipertanggung jawabkan. Sehingga
segmen-segmen keislaman organisasi-organisasi Islam di Depok bisa kita rangkul,
dengan mengedepankan sosok Muhammad Idris sebagai sosok ulama yang bisa jadi gak
bisa tersentuh oleh partai, karena mereka bukan organisasi politik, mereka organisasi
keagamaan sehingga bisa disentuh dengan sosok seorang ulama itu kira-kira yang
menjadi dasar basic kami dalam rencana pemenangan dalam pemilukada.
2. Sejauh mana ulama menjadi faktor kemenangan Idris-Pradi pada pemilukada
kemarin?
selain karena faktor incumbent, sekitar 40% kemenangan Idris-Pradi karna ada
pula dukungan ulama, bahkan beliau mendeklarasikan untuk mendukung Pak Idris, tapi
saya tidak bisa menyebutkan namanya. Yang jelas para ulama ini punya pengikut
sebagaimana pemilukada seperti di DKI saya fikir sangat wajar karena ini merupakan
bagian dari dinamika politik, dinamika dari sebuah proses demokrasi, pesta demokrasi,
bagaimana kita bisa saling mempengaruhi pemilih untuk memilih kita
3. Apa ada Ulama yang ikut berkampanye menemani Pak Idris saat masa kampanye?
Sebenarnya kalau dari sisi keulamaannya jelas ada bahkan beliau
mendeklarasikan untuk mendukung Pak Idris, tapi saya tidak bisa menyebutkan namanya.
Yang jelas para ulama ini punya pengikut sebagaimana pemilukada seperti di DKI saya
fikir sangat wajar karena ini merupakan bagian dari dinamika politik, dinamika dari
sebuah proses demokrasi, pesta demokrasi, bagaimana kita bisa saling mempengaruhi
pemilih untuk memilih kita. Ya artinya memang justru yang menjadi potensial
menangnya pemilukada bagaimana kita bisa meyakinkan para guru-guru dan ulama-
ulama yang memang punya basis masa yang jelas dan real. Jadi ketika memang ulamanya
atau gurunya mendukung Pak Idris, pengikutnya pun akan mendukung. Itu merupakan
strategi umum penguasaan basis massa yang mereka miliki.
4. Kira-kira apa saja penyampaian program Pak Idris yang diterima masyarakat dan
juga ulama?
Program-programnya ya sebenarnya memang kalau bicara apa saja yang diterima
masyarakat dan juga ulama, karena dia itu kan incumbent sehingga sudah ada program
yang kongkrit yang dilakukan dan menjadi program unggulan. Seperti misalnya, program
santunan kematian untuk keluarga Kota Depok yang memang praktis jarang ada kota-
kota. Kalau progam-program lainnya kan umum, nah tentu dalam pemilukada kita harus
membuat janji-janji kampanye yang dirasa bisa memberikan feed back dukungan kepada
pasangan Idris-Pradi sehingga isu-isu yang kita kembangkan ada yang dari segmen untuk
menyentuh organisasi keagamaan, ada juga untuk menyentuh segmen UMKM, ada juga
segmen untuk menyentuh guru sebagai tenaga pendidik. Ini yang kita munculkan
sehingga visi dari Kota Drpok yang sekarang kan merupakan visi yang kita lakukan pada
kampanye saat itu. Sehingga kalau tadi bicara tentang segmen keagamaan, ada janji dari
Pak Idris-Pak Pradi untuk memberikan semacam insentif kepada para pembimbing rohani
karena tidak hanya para ulama, pembimbing rohani dari kalangan gereja, konghucu dan
juga hindu itu juga diberikan dan sudah terealisasi setiap tahun. Kemudian dari sisi
tenaga pendidik seperti guru, Idris-Pradi juga janji memberikan semacam insentif dan
juga sudah terealisasi ketika Pak Idris memimpin, sehingga dari sektor industri kreatif
UMKM seribu kios, nah ini memang kita jual kepada masyarakat. Sehingga harapan
semua segmen masyarakat juga tersentuh.
5. Apa bapak ikut terjun langsung kampanye pada pemilukada Depok kemarin? Saya sebagai ketua DPD PKS dan juga termasuk sebagai sekertaris umum pada
struktur Timses Idris-Pradi, maka saya terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan
kordinasi internal PKS, rapat koalisi, termasuk juga beliau sebagai calon wali kota saya
ikut langsung, termasuk juga jajaran pengurus di tingkat kecamatan di tingkat kelurahan
juga kita rutin melakukan rapat-rapat kordinasi.
6. Apa yang membuat PKS dapat berkoalisi dengan Partai Gerindra dan juga Partai
Demokrat?
Sebenarnya yang menjadi partai pengusung adalah PKS dan Partai Gerindra saja
untuk mendukung Idris-Pradi saat itu, Demokrat pada saat itu terlambat dalam
mendaftarkan ke KPUD Depok. Sehingga secara adminstrasi sebenarnya yang menjadi
partai pengusung hanya PKS dan Gerindra, tapi karena kita juga menilai itikad baik dari
teman-teman Demokrat meskipun mereka tidak tercatat sebagai partai pengusung di
KPUD Depok, kita tetap mengakui Demokrat sebagai partai pengusung. Kalau bicara
mengenai kenapa bisa berkoalisi dengan Gerindra dan PKS itu sebenarnya kebijakan
pusat, baik kami ini PKS maupun Gerindra di Depok tetap memang tergantung kebijakan
yang ada di pusat. Kami hanya memberikan referensi yang artinya sosok yang kita usung
yaitu Pak Idris pada saat itu karena memang sudah 5 tahun mendampingi Pak Nur
Mahmudi sebagai walikota sebelumnya, kenudian jika berkoalisi Gerindra juga memiliki
calon yaitu Pak Pradi. Bagaimana diantara mereka tentang siapa calon Walikota atau
Wakil Walikota yang akan ditetapkam itu kita serahkan ke pusat tapi juga didukung
dengan data-data. Kami juga sudah melakukan survey ternyata elektabilitas ketika Idris
ditempatkan sebagai calon Walikota lebih mendongkrak suaranya, makanya kita usul Pak
Idris sebagai calon Walikota dan Pak Pradi yang diusung oleh Gerindra menjadi Wakil
Walikota dan itu murni memang dari keputusan pimpinan PKS dan juga Gerindra pusat.
7. Apa ulama yang tidak ikut berkampanye dapat dikatakan bahwa ulama itu
mendukung pasangan calon lawan dari Idris-Pradi?
Sebenarnya para ulama dan pendukungnya juga mempunyai hak pilih
sebagaimana para PNS dan juga Guru itu juga kan punya hak pilih, tentu mereka juga
perlu kita sentuh dengan janji-janji yang artinya tetep harus kita rangkul mereka, kita
lakukan semacam kunjungan-kunjungan menyampaikan secara kongkrit tujuan kami
sebagai tim sukses dengan memohon dukungan. Adapun mereka-mereka muncul sebagai
ulama yang mendukung Idris-Pradi, ada juga ulama yang mendukung Idris secara pribadi
dan tidak diekspose. Kita tidak bisa memaksakan tapi yang jelas mereka punya hak pilih.
8. Apakah strategi kemenangan Idris dengan Nur Mahmudi yang sebelumnya terpilih
menjadi Walikota Depok sama? Jika tidak, apa perbedaanya?
Tentu beda, kalau Pak Nurmahmudi murni PKS tanpa koalisipun juga punya hak
untuk mengusung, artinya ketika Pak Nurmahmudi pada saat itu disanding dengan Pak
Idris sebagi wakil walikota sebenarnya PKS sudah punya 11 kursi di DPRD sehingga
punya suara penuh untuk mengusulkan pasangan baik calon Walikota dan Wakil
Walikota. Tapi kalau era Pak Idris kemarin kami Cuma dapet 6 kursi sedangkan Gerindra
9 kursi. Jadi beda karena kita berkoalisi, artinya strategi pemenangannya juga beda.
9. Secara umum bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat Depok ketika
dipimpin oleh Pak Idris? Pak Idris kan dilantik tahun 2016, ini udah masuk tahun kedua. Kalau saya liat
yang pertama memang kalau dari sisi generasio itu memang tingkat kemiskinan agak
sedikit menaik, karena Depok ini sebuah Kota urban yang jumlah populasinya bukan
karena angka kelahiran tapi dikarenakan banyaknya mutasi dari luar Depok yang masuk
ke Depok nah mereka-mereka ini yang berpenghasilan cukup maupun yang
berpenghasilan rendah masuk ke Depok yang mengakibatkan generasionya tinggi. Tapi
ini bukan dikarenakan buruknya pemerintahan, tapi lebih kepada kondisi dimana Depok
ini adalah kota urban. Sehingga ini harus di pahami bahwa ketika generasionya tinggi
naik sekitar 0,6% itu mengartikan tingkat kemiskinan naik sedikit lalu juga penyediaan
lapangan berkurang tapi dikarenakan begitu, kondisi dimana Depok ini merupakan kota
urban. Sehingga itu salah satu faktor, tapi ini sedang direkayasa untuk mengaktifkan para
pelaku-pelaku UKM (usaha kecil menengah) Kota Depok, para pelaku-pelaku industri
kreatif juga sedang diberdayakan, ini juga termasuk bagaimana merealisasikan janji-janji
kampanye Pak Idris untuk pengadaan seribu kios untuk UKM. Ini sudah dilakukan secara
bertahap, pertahun itu ada sekitar 200 kios dan itu akan bertahap terus, itu merupakan
salah satu yang diberikan perhatian pada para pelaku UKM dan industry kreatif. Nah
inikan secara pasar juga sudah dibangun, mudah-mudahan itu salah satu bentuk
pemberdayaan kepada masyarakat.
10. Menurut bapak, apakah Pak Idris sebagai ulama mempunyai sosok integritas dan
kapabilitas untuk membangun Depok? Saya fikir sosok seorang pemimpin secara umum harus mempunyai jiwa
managerial ada sosok semacam karismatiknya juga, tidak harus apakah dia berlatar
belakang ahli tehnik sipil atau tehnik dalam penataan kota dan sebagainya. Dan
bagaimana keberadaan dia sebagai Walikota itu bisa memanag keuangannya. Sehingga
saya fikir sosok latar belakang tidak harus menjadi penyebab dia itu bisa atau tidaknya
menjabat sebagai pemimpin pemerintah, tapi bagaimana seorang pemimpin itu bisa
memanage semua hal agar terjalin sebuah kerja sama yang baik. Kalau seorang pemimpin
yang bagus dengan latar belakang yang bagus tapi tidak mempunyai jiwa managerial saya
fikir tidak optimal keberadaannya. Jadi yang terpenting bagaimana sosok seorang
pemimpin itu bisa melakukan fungsi managerialnya sebagai seorang pemimpin dan saya
yakin jiwa managerialnya itu ada di Pak Idris dan sosok karismatiknya juga ada disisi
beliau. Sehingga sosok keulamaan nya juga bisa terback-up dalam mengelola
pemerintahan dan kapasitas beliau untuk memanage dinas-dinas yang ada di bawah
beliau.
M. Supariyono, Wakil Ketua Timses Idris-Pradi
1. Kota Depok dikenal dengan slogan Kota yang religius, apakah bisa dikatakan
bahwa Kota Depok adalah kota yang memiliki banyak ulama?
Kota religius itu memang visi yang melekat pada tiga Walikota, dulu Pak Walikota Pak
Badru Kamal ada kata religius dalam visinya, zaman Pak Nurmahmudi juga ada, dan
zaman Pak Idris juga ada. Memang kita ingin bahwa pembangunan kita ini tidak
kebablasan, jadi agama tetap menjadi faktor yang dominan mengenai pertimbangan
dalam proses pembangunan itu, karena kalau tidak begitu nanti pembangunan kita
menjadi pembangunan yang kebablasan, maju dari segi fisik tapi mundur dari segi moral.
Kita mau dari segi moral maju dan dari segi fisik juga maju. Jadi itu kenapa kita
memasukan visi itu dalam setiap pencalonan Walikota. Kalau pertanyaannya banyak
ulama disini itu relatif karena banyak itu kan harus ada batasannya, kalau didalam bahasa
Arab banyak itu lebih dari dua, kalau dalam bahasa Inggris lebih dari satu sudah bisa
disebut banyak, jadi banyak ini yang dimaksud seperti apa. Atau banyak itu juga bisa
diambil dari jumlah penduduknya berapa, jumlah ulamanya berapa, presentasenya jadi
berapa. Nah kita tidak punya data itu, sehingga kita juga tidak bisa mengatakan ulama di
Depok ini banyak atau sedikit. Ulama itu juga sebenarnya kan gelar yang diberikan oleh
masyarakat, karena gelar ulama itu beda dengan gelar akademis. Gelar ulama bukan gelar
yang formal sehingga seseorang itu bisa disebut ulama oleh orang lain tapi orang lainnya
juga tidak menyebut dia sebagai ulama, itu yang jadi persoalan. Sehingga banyak atau
sedikit disini itu relative, saya tidak bisa mengatakan itu banyak atau sedikit.
2. Apakah ada ulama Depok yang terlibat aktif dalam politik?
Kader PKS sendiri sebenarnya banyak yang mempunyai kapasitas sebagai ulama tapi
mereka tidak disebut sebagai ulama, jadi saya sulit untuk mengatakannya. Kalau gelar-
gelar sosial itu kan ada banyak, ada kyai, ada ulama, ada ustadz, ada mubaligh dan
sebagainya. Nah itu semua merupakan gelar-gelar sosial yang bisa jadi yang
bersangkutan tidak merasa. Seperti misalnya saya sering khotbah jumat, kemudian orang
memanggil saya ustad, padahal saya ini tidak merasa kalau saya ini ustad. Nah kalau
yang dimaksud itu banyak, tapi kalau mereka memang punya pimpinan pesantren yang
biasanya kan disebut kyai, saya tidak melihat mereka secara langsung, tapi saya yakin
sekali bahwa mereka turut terlibat dalam pemenangan Pak Idris, karena mereka juga
harus menjaga netralitas dan juga siswa-siswi nya juga datang dengan latar belakang
yang banyak sehingga mereka juga harus menjaga netralitas itu jadi tidak terjun secara
langsung. Tapi saya yakin bahwa mereka juga terlibat dalam kemenangan Pak Idris, apa
lagi yang diusungnya juga merupakan seorang ulama.
3. Apa yang memotivasi ulama untuk mendukung Pak Idris?
Secara emosi, para ulama dengan Pak Idris merupakan satu almamater, Jadi karena
kesamaan itu yang pada akhirnya insya Allah membuat para ulama mendukung beliau
secara ikhlas.
4. Seperti apa peran ulama dalam pemenangan Idris-Pradi pada pemilukada Depok
2015?
Biasanya ulama itu kan identik dengan punya massa yaaa, guru ngaji maupun pesantren.
Sehingga dari situ diharapkan ini akan mempersingkat waktu bagi para kandidat, jadi kan
misalnya ulama itu kan sebuah rujukan bagi masyarakat, misalkan ulama ini pasang
gambar calon yang akan dia pilih maka masyarakat dengan sendirinya cenderung
mengikuti pilihan ulama tersebut. Sehingga kandidat ini tidak harus datang door to door
ke rumah-rumah. Itu bukan ulama saja tapi tokoh masyarakat maupun tokoh agama,
disitulah para politisi harus pandai-pandai mengelola mereka sehingga itu bisa
memangkas dari segi biaya, waktu dan juga energi bagi calon.
5. Apa alasan koalisi partai memilih pak Idris menjadi calon walikota?
Banyak pertimbangannya, yang pertama beliau sudah pernah menjadi Wakil Walikota
dulu Wakilnya Pak Nurmahmudi, sehingga masyarakat juga lebih mengenal beliau,
kedua mungkin mempunyai pengalaman dalam memerintah, yang ketiga beliau memang
orang asli Depok juga, jadi keluarganya banyak di Depok dan peluang menangnya pun
lebih terbuka.
6. Apa strategi timses pada pemenangan idris kemarin?
Strategi ini kan banyak ya, dari beliau secara pribadi punya strategi, dari PKS sebagai
partai pendukung juga punya strategi, nah disitulah kita berbagi. Kalau Pak Idris ini kan
basis massanya adalah NU tradisional, kalau PKS ini basis massanya adalah Islam
menengah. Nah kita gabungkan itu sehingga Pak Idris banyak meraup suara dari basis-
basis Islam tradisonal dan juga Islam menengah.
7. Apa ada ulama yang mendukung lawan Idris-Pradi pada pemilukada kemarin? Kalau Pak Dimas kan dia relatif bukan orang Depok dan dia kalangannya juga dari PDIP,
biasanya PDIP tidak terlalu dekat dengan ulama, yang dekat dengan ulama itu Pak Babay
sebagai wakilnya, saya juga sempat dengar beliau mengunjungi pesantren-pesantren.
Siapapun yang akan maju menjadi kepala daerah mau tidak mau harus mendekati simpul-
simpul massa itu, dan diantaranya ulama. Tinggal ulamanya yang menilai siapa yang
harus mereka dukung, tapi kalau ulama lebih cenderung kepada Pak Idris karena beliau
juga merupakan sosok ulama.
8. Apa srategi pemenangan Pak Nurmahmudi (Walikota sebelumnya) dengan Pak
Idris ini merupakan strategi copy-paste yang dilakukan oleh timses?
Kalau Pak Nurmahmudi tidak cuma ulama, semua kalangan didekati terutama pada
periode pertama. Karena pada periode pertama beliau belum cukup dikenal, nah kalau
periode kedua sedikit lebih ringan karena hasil-hasil pembangunannya juga sudah terasa
jadi gak terlalu berat. Kalau Pak Idris memang cenderung lebih banyak didukung oleh
ulama karena almamater yang sama sebagai ulama.
9. Apa ada ulama yang ikut terlibat langsung dalam mendampingi kampanye Pak
Idris? Pak idris ini kan punya tim sendiri, saya sebagai struktur timses juga punya wilayah
sendiri dan punya tim sendiri. Kalau di tim saya praktis tidak ada karena kebanyakan
anak-anak muda, kalau di tim Pak Idris mungkin ada tapi saya tidak tahu siapa saja ulama
yang mendampingi beliau.
Poltak Hutagaol, Wakil Ketua Tim Sukses Dimas-Babai
1. Apa saja Faktor yang membuat pasangan calon Dimas-Babai kalah dalam
Pemilukada Depok 2015?
Hanya isu agama.
2. Apa bisa dibilang Ulama menjadi faktor terbesar terkait kekalahan Dimas-Babai?
Ya kalau kita bicara agama, sudah pasti bicara ulama juga. Tidak terlepas dari
ulama dan itu dimainkan juga pada pilkada DKI, dan tidak terkecuali isu agana itu akan
dipakai di pilkada Jawa Barat. Karena isu agama adalah isu yang paling cepat, jadi kalau
isu agama itu dimainkan dan biasanya sebulan sebelum pemilu isu agama dimainkan sulit
bagi lawan yang terkena isu agama untuk merecover. Kenapa saya katakan sulit yang
pertama apabila ia mencoba menjelaskan kepada masyarakat boomerangnya adalah
masyarakat semakin tahu berita itu, sementara didiamkan pun kendala buat mereka. Jadi
menurut saya isu agama juga akan dimainkan di pilkada Jawa Barat, karena Depok juga
tergabung dalam Jawa Barat.
3. Berapa persen isu agama menjadi penyebab kekalahan Dimas-Babai?
Saya katakan 100% , secara survey kami terakhir pasangan kami berada di posisi
43% , sementara pasangan idris 37% , dan masih ada masyarakat sekitar 20% yang belum
menentukan pilihan. Sementara dalam sejarah pilkada untuk 20% orang yang belum
menentukan pilihan itu sulit bagi pasangan calon untuk meraup 20%nya. Yang paling
bisa maksimum dengan bekerja keras, mati-matian, bagikan duit dan lain sebagainya
paling hanya akan mendapat 10%. Tetapi kenyataannya seolah-olah 20% pemilih yang
mengambang ini lari ke Idris, dan tidak terlepas dari dukungan-dukungan ulama. Itu juga
yang dikatakan oleh pak Dimas pada sesi wawancara di metro tv, pertanyaanya sama
“apa penyebab yang membuat anda kalah pada pemilukada?” jawabannya sama yaitu isu
agama. Saya nonton itu.
4. Apakah ada ulama yang mendukung dimas-babai? Secara didalam koalisi ada PPP,
PKB, dan PAN?
Ada juga pasti, namun tidak sebanyak paslon sebelah. PKS ini kan mendominasi
di Depok, jadi hanya beberapa saja.
5. Apa ada ulama yang ikut berkampanye mendampingi dimas-babai?
Ada juga, cuman kembali lagi, isu agama ini udah susah buat di recover.
6. Apa ada ulama-ulama yang melakukan ajakan untuk mendukung pasangan Idris-
Pradi dalam ceramah-ceramah atau dakwah?
Secara langsung enggak, tapi secara tersirat. Ya seperti adanya sindiran-sindaran
untuk pilih idris karena dia juga ulama, ya itu biasalah, banyak yang begitu.
7. Apa secara garis besar ulama-ulama di Depok lebih banyak mendukung Dimas-
Babai atau Idris Pradi?
Kalo secara mayoritas ulama tentunya Pak Idris, kenapa saya katakan begitu,
karena Pak Idris ini mempunyai basis massa dari kalangan Ulama-ulama NU tradisional,
meskipun kami berkoalisi dengan PPP, PAN, dan juga PKB, yang notabennya merupakan
Partai Islam yg memiliki ulama-ulama, tidak cukup kuat untuk melawan PKS yang
mempunyai basis massa militan di Depok. Lain halnya kalo di daerah-daerah Jawa.
8. Apa bapak beserta jajaran timses Dimas-Babai mendekati ormas-ormas islam yang
ada dikota Depok?
Ya itu sudah pasti, setiap calon yang ingin mencalonkan diri di pilkada manapun
pasti mendekati setiap ormas yang memiliki basis masa, cuman kan kembali lagi. Pilihan
menjadi hak mereka mau mendukung siapa.
9. Lalu menurut bapak mereka (NU, Muhammadiyah) secara langsung maupun tidak
langsung lebih cenderung mendukung dimas-babai atau idris-pradi?
Kalo ulama-ulama NU cenderung ke Idris, mereka mendukung karena sosok
Idrisnya, jadi tidak dari sosok PKSnya, karena NU sudah harga mati tidak akan
nyambung dengan PKS. Namun tidak semua ulama NU dukung Idris, ada beberapa yang
dukung babai juga karena pak babai pun dekat dengan beberapa ulama NU, namun secara
mayoritas ya dukung Idris. Kalo muhammadiyah masih nyambung lah ke PKS, karena
banyak yang masuk PKS itu dari Muhammadiyah.
10. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat Depok ketika dipimpin Pak Idris?
saya melihat situasi kondisi di Depok lebih kondusif disbanding dipimpin oleh pak
Nurmahmudi, karena saya adalah orang yang paling tidak setuju dengan pak
Nurmahmudi. Selama 5 tahun pemerintahan pak Nurmahmudi saya selalu demo, tapi
begitu Pak Idris naik, saya tidak pernah demo sama sekali. Bukan berarti saya kenal Idris,
tidak sama sekali, tapi saya kenal Pradi, tapi saya lihat pemerintahan dia sekarang yaaa
lebih gak sombong lah, lebih dengerin omongan orang, siapapun menemui dia bisa deh,
kalo dulu orang susah setengah mati. Jadi pak Nurmahmudi ini komunikasinya kurang.
Jadi praktis pemirintahan yang sekarang menurut saya lebih baik dari yang kemarin.
KH. Asnawi Ridwan, Anggota Dewan Syuriah PCNU Depok
1. Bagaimana peran ulama ketika pemilukada depok 2015?
Jadi peran ulama pada perhelatan pilkada kemarin, ulama itu terbelah menjadi
tiga, ya itu bukan sebuah drama pertarungan, tapi itu adalah bukti bahwa para ulama itu
sangat mengenal demokrasi. Ya itu biasa, ada yang pro calon nomor, ada yang pro calon
nomor 2, dan ada yang netral. Tapi kalo saya posisinya ada di nomor 3, yaitu yang netral.
Pertarungan dua jargon ini luar biasa cuman yang saya sayangkan pilkada kemarin mirip
sekali dengan pertarungan syara, akhirnya politik di depok itu rasanya kurang sedap gitu,
bukan pertarungan ide atau pemikiran tapi malah pertarungan sentimental ideologi yang
dibangun.
2. Respon bapak terhadap kemenangan Pak Idris?
Saya sendiri siapapun yang menang oke saja, asalkan tetap komitmen dengan
tugasnya mengayomi masyarakat, siapapun oke. Jadi kalo saya tidak bisa terikat dengan
figure kalo saya itu.
3. Apa ulama NU mempunyai peran pada saat pemilukada?
Untuk ulama di NU sendiri ya sama seperti yang saya bilang diawal, mereka
terbelah menjadi 3 juga, para ulama ini mewakili aroma NU itu tadi.
4. Kalo di hitung secara persenan, berapa persen ulama NU maupun MUI yang turut
mendukung Idris-Pradi maupun Dimas-Babai?
Kalo saya lihat persenannya dari pengurusnya itu bisa dibaca bahwa sekitar 60%
ke Pak Idris, 20% ke Pak Dimas, dan 20% terakhir itu netral. Kenapa lebih banyak ke
Pak Idris, ya karena Pak Idris ini mempunyai cukup kedekatan emosional di NU itu
sendiri, selain itu Pak Idris juga merupakan figure seorang ulama juga yang kemudian
membuatnya mempunyai basis massa dikalangan ulama-ulama NU walaupun tidak
semuanya, karena kalo dari pihak Pak Dimas dan Pak Babai, Pak Babai yang punya
kedekatan dengan ulama-ulama NU namun tidak sebanyak Pak Idris, begitu pula yang
terjadi di MUI. Justru yang menjadi ruginya adalah ulama-ulama itu sampai sekarang
masih belum cair gitu, masih ada rasa-rasa pilkada sedikit itu masih ada.
5. Apa peran yang dilakukan ulama NU pada Pemilukada kemarin?
Ya kalo yang saya lihat, ada ulama yang terlihat mendampingi masing-masing paslon
pada kampanye-kampanye ke daerah-daerah, ada juga ulama-ulama yang melakukan
ajakan-ajakan untuk mendukung Pak Idris dalam kesempatan dakwah maupun ceramah-
ceramah walaupun secara tersirat, ada juga ulama yang hanya menempelkan stiker
pasangan calon Idris-Pradi dirumahnya, ya banyak berbagai macam dilakukan namun
tetap sesuai porsinya tanpa meninggalkan nilai-nilai agama. Dan saya rasa itu sah-sah
saja.
6. Apa bapak aktif juga di PKB?
Kalo di Depok saya enggak begitu aktif, saya aktifnya di pusat.
7. Lalu bagaimana Peran ulama PKB terhadap paslon Dimas-Babai sebagai partai
pengusung? Yaa selama ini tata kelola PKB di Depok ini lemah, jadi peran ulama pun kurang
signifikan kalo di Depok, karena PKB di Depok sendiri tidak berdaya, Cuma satu kursi,
apanya yang diandalkan, jadi PKBnya itu kurang greget disini.
8. Apa sekolah-sekolah Islam di kota Depok berafiliasi dengan PKS?
Pasti sebagian besar di kota Depok itu punya kedekatan emosional dengan PKS, ya ini
tidak ada bukti realnya ya. Tapi secara emosional itu pasti. Program-program di PKS itu
pasti ada.
9. Secara umum bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat Depok setelah
dipimpin pak Idris?
Stagnan, jadi belum ada sebuah gerakan secara massif atau program yang membuat
ekonomi di Depok menjadi lebih baik itu belum ada. Dan berbagai problematika yang
ada di Depok itu seperti ya lewat-lewat begitu saja, belum ada hal yang luar biasa yang
dilakukan pemerintah sekarang ini belum ada.
KH. Farkhan AR, Ketua Komisi Ekonomi MUI Depok
1. Bagaimana respon bapak terhadap kemenangan Idris-Pradi pada Pemilukada
kemarin?
Yang pertama kita melihat calonnya dulu, pak idris sebagai ulama namun pak
pradi saya anggap tidak ulama. Nah pasangan satu lagi yaitu Pak Dimas saya kira bukan
ulama, dan Pak Babai menurut ukuran kita juga mohon maaf bukan ulama, tapi memang
secara keseluruhan kondisi Depok itu memang religiusitasnya cukup tinggi disini,
kepercayaan masyarakat terhadap ulama juga cukup tinggi seperti arifin ilham dan
mamah dedeh juga disini, banyak juga pondok-pondok pesantren juga banyak. Jadi tokoh
semacam ulama itu masih melekat dimasyarakat Depok. Kita sangat bersyukur karena
pasangan ini yang diterima oleh masyarakat, Alhamdulillah yang terpilih merupakan
seorang ulama, karena dia juga sekum di MUI sementara saya menjadi ketua komisi
harian MUI, dalam perjalanannya pak pradi juga merupakan anak muhammadiyah
sekolahnya juga di muhammadiyah, dan akhirnya menjadi penasihat pimpinan daerah
muhammadiyah Depok.
2. Apa ulama muhammadiyah ikut berperan terhadap kemenangan Idris-Pradi?
Ya secara pribadi ada misalkan Idris maupun Pradi ini teman saya dan lain
sebagainya itu ada, tapi muhammadiyah tidak mengeluarkan deklarasi untuk mendukung
salah satu calon seperti itu, jadi mungkin dukungannya itu tidak terlihat kasat mata.
3. Seperti apa peran yang dilakukan ulama muhammadiyah memobilisasi
masyarakat untuk mendukung pasangan Idris-Pradi?
ya mungkin dalam kesempatan dakwah maupun ceramah secara langsung maupun
tidak langsung memberikan arahan untuk memilih calon pemimpin yang Islam, yang taat
beragama, yang dapat dipercaya berdasarkan asas-asas Islam. Namun tidak disebut nama
calonnya. Ya saya kira seperti itu
4. Kalo di dalam struktur Muhammadiyah sendiri, berapa persen yang mendukung
pasangan Idris-Pradi?
Kalau dilihat secara kasat mata saya tidak tahu persenannya itu berapa karena
kitapun jarang membahas tentang pilkada kemarin, tapi kalo melihat hasilnya itu Idris-
Pradi yang terpilih. sepertinya mayoritas aktivis-aktivis muhammadiyah itu mendukung
Idris-Pradi.
5. Apakah MUI juga berperan dalam kemenangan Idris-Pradi?
Waktu itu yang salya lihat MUI juga terbawa ya, karena mungkin Idris ini juga
bagian dari MUI.
6. Apakah ada aktivis Muhammadiyah yang mendampingi Pak Idris berkampanyeu?
Kalo mendampingi Idris saya kira enggak ada yaa, tapi kalo Pradi ada, karena kan
baik Idris maupun Pradi punya timnya masing-masing.
7. Apa motivasi aktivis Muhammadiyah turut berperan dalam kemenangan Idris?
Ya saya kira itu semua karena faktor keulamaan Idris yang sama-sama ulama dan
lain sebagainya, tapi kalo untuk money politic atau jabatan saya yakin enggak.
H. Idrus Yahya, Ketua PDM Muhammadiyah Depok 2016-2020
1. Bagaimana respon bapak terhadap kemenangan Idris-Pradi pada Pemilukada
kemarin?
Kita ini memang tidak melihat partai, tapi melihat figur. Figur keluamaan dan disamping
itu beliau juga punya pengalaman 5 tahun menjadi wakil. Jadi mudah-mudahan
kepemimpinananya lebih luas lebih dapat memilih apa saja yang harus diambil. Dan saya
yakin masyarakat yang memilih dia itu karna keulamaannya dia. Dan saya bersyukur
untuk itu.
2. Apa ulama muhammadiyah ikut berperan terhadap kemenangan Idris-Pradi?
Secara pribadi, karena kalo di muhammadiyah tidak mengarahkan, namun secara pribadi
ya, karena seperti yang saya bilang tadi bahwa kita tidak melihat partai tapi melihat
secara figur keulamaan Idris dan kebetulan wakilnya pun aktif di muhammadiyah Depok.
3. Seperti apa peran yang dilakukan ulama muhammadiyah dalam memobilisasi
masyarakat untuk mendukung pasangan Idris-Pradi?
bentuk dukungannya itu seperti angin, tidak bisa dilihat tapi bisa dirasakan bahwa
dukungannya mengarahkan kepada pasangan Idris-Pradi, jadi bergeraknya ya dibawah
tanah saja seperti itu.
4. Kalo di dalam struktur Muhammadiyah sendiri, berapa persen yang mendukung
pasangan Idris-Pradi?
Karena pasangan yang terpilih itu Idris-Pradi, saya kira memang mayoritas di
muhammadiyah sendiri mendukung beliau, namun untuk persenanannya saya tidak
begitu mengetahui.
5. Apakah ada aktivis Muhammadiyah yang mendampingi Pak Idris berkampanyeu?
Kalo mendampingi sepertinya tidak, kalo dibalik layar itu ada. Tapi tidak tampil
mendampingi didepan.ya seperti pembisik lah
6. Apa motivasi aktivis Muhammadiyah turut berperan dalam kemenangan Idris?
Ya salah satunya faktor agama, kan harus se ideologi dan juga seagama.
Wawancara Pribadi dengan KH. Khairullah, Sekertaris Umum MUI Depok. 14 Juni 2017.
Wawancara Pribadi dengan Adi Prayitno Pengamat Politik Fisip UIN Jakarta. 14 Juni 2017.
Wawancara Pribadi dengan KH.Ade Yusuf Mujadid, Anggota Komisi Fatwa MUI Depok, 27 Juli 2017.
Wawancara pribadi dengan Moh. Hafid Nasir, Sekertaris Tim Sukses Idris-Pradi. 15 Agustus
2017.
Wawancara Pribadi dengan M. Supariyono Wakil Ketua Tim Sukses Idris-Pradi. 27 Agustus 2017.
Wawancara Pribadi dengan Poltak Hutagaol Wakil Ketua Tim Sukses Dimas-Babai. 14 September 2017.
Wawancara Pribadi dengan KH. Asnawi Ridwan Anggota Dewan Syuriah PNU Depok, 14 September 2017.
Wawancara pribadi dengan KH. Farkhan AR Ketua Komisi Ekonomi MUI Depok, 20 September 2017.