Ketentuan umum pajak--bagian 2

8
D. PENDAFTARAN DIRI SEBAGAI WAJIB PAJAK 1. Subjek Pajak Subjek pajak adalah: a. - Orang Pribadi - Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak b. Badan c. Bentuk Usaha Tetap (BUT) Subjek pajak dibedakan menjadi: 1. Subjek Pajak Dalam Negeri a. Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria: 1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan 2. Pembiayannya bersumber dari APBN atau APBD 3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah, dan 4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2. Subjek Pajak Luar Negeri a. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan b. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan. Bentuk Usaha Tetap dapat berupa: a. Tempat kedudukan manajemen b. Cabang perusahaan c. Kantor perwakilan

Transcript of Ketentuan umum pajak--bagian 2

Page 1: Ketentuan umum pajak--bagian 2

D. PENDAFTARAN DIRI SEBAGAI WAJIB PAJAK

1. Subjek Pajak

Subjek pajak adalah:

a. - Orang Pribadi

- Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak

b. Badan

c. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Subjek pajak dibedakan menjadi:

1. Subjek Pajak Dalam Negeri

a. Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di

Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu

12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada

di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit

tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

2. Pembiayannya bersumber dari APBN atau APBD

3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah

Daerah, dan

4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara

c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

2. Subjek Pajak Luar Negeri

a. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu

12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan

di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha

tetap di Indonesia; dan

b. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu

12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan

di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak

dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di

Indonesia.

Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat

tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan

puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

Perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan. Bentuk Usaha Tetap dapat

berupa:

a. Tempat kedudukan manajemen

b. Cabang perusahaan

c. Kantor perwakilan

Page 2: Ketentuan umum pajak--bagian 2

d. Gedung kantor

e. Pabrik

f. Bengkel

g. Gudang

h. Ruang untuk promosi dan penjualan

i. Pertambangan dan penggalian sumber alam

j. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi

k. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan

l. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan

m. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan

lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan

n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas

o. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia,

dan

p. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan

oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

Yang tidak termasuk Subjek Pajak adalah sebagai berikut:

a. Kantor perwakilan negara asing

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara

asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat

tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia

tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta

negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik

c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:

1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan

2. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari

Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari

iuran para anggota.

Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional ini dengan syarat bukan warga negara

Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia. Organisasi internasional yang tidak termasuk subjek pajak

tersebut ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

2. Kewajiban Subjek Pajak untuk Mendaftarkan Diri

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif (sesuai ketentuan pasal 2 ayat

3 UU nomor 36 tahun 2008) dan objektif (menerima atau memperoleh penghasilan sesuai Pasal 4 ayat 1 UU nomor 36 tahun 2008) wajib mendaftarkan diri pada kantor DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan dan kepadanya diberikan

NPWP. (Pasal 2 ayat (1) UU KUP No. 28 Tahun 2007) . Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di

bidang perpajakan, wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan tempat kegiatan usaha Wajib Pajak, dan kepada Wajib Pajak diberikan NPWP (Pasal 2 ayat (1) PER-20/PJ/2013) . Tempat tinggal atau tempat

kedudukan merupakan tempat tinggal atau tempat kedudukan menurut keadaan yang sebenarnya. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, selain wajib mendaftarkan diri

Page 3: Ketentuan umum pajak--bagian 2

pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak, juga wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib

Pajak. (Pasal 2 ayat (4) PER-20/PJ/2013).

a. Yang Wajib Memiliki Npwp :

WP yang wajib mendaftarkan diri meliputi: (Pasal 2 ayat (3) PER-20/PJ/2013)

1. WP OP yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak, (Pasal 2 ayat (3) huruf a PER-

20/PJ/2013) WP OP ini termasuk juga wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah

karena: a. hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim; b. menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan

dan harta; atau c. memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya

terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, WP ini wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling

lama pada akhir bulan berikutnya setelah penghasilan WP tersebut pada suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak

Kena Pajak. (Pasal 2 ayat (5) PMK-73/PMK.03/2012) dan (Pasal 3 ayat (1) PER-20/PJ/2013)

Wanita kawin yang tidak menghendaki untuk melaksanakan hak dan

memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya dan anak yang belum dewasa, harus melaksanakan hak dan memenuhi

kewajiban perpajakannya menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak suami atau kepala keluarga. (Pasal 2 ayat (5) PER-20/PJ/2013)

2. WP OP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas (Pasal 2 ayat (3) huruf b PER-

20/PJ/2013) WP OP ini termasuk juga wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah

karena:

a. hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim; b. menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan

dan harta; atau

c. memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak

terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, WP ini wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling

lambat 1 (satu) bulan setelah saat usaha, atau pekerjaan bebas nyata-

nyata mulai dilakukan. (Pasal 2 ayat (3) PMK-73/PMK.03/2012) dan (Pasal 3 ayat (2) PER-20/PJ/2013)

Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, selain wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak, juga wajib mendaftarkan diri pada KPP yang

wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak. (Pasal 2 ayat (4) PER-20/PJ/2013)

Page 4: Ketentuan umum pajak--bagian 2

Wanita kawin yang tidak menghendaki untuk melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya dan anak yang

belum dewasa, harus melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak suami atau

kepala keluarga. (Pasal 2 ayat (5) PER-20/PJ/2013) 3. Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak,

pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan, termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi; (Pasal 2 ayat (3) huruf c PER-20/PJ/2013)

WP ini wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lambat 1 (satu) bulan setelah saat pendirian. (Pasal 3 ayat (3) PER-20/PJ/2013)

4. Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong

dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk kerja sama operasi (Joint Operation) (Pasal 2 ayat (3) huruf d PER-

20/PJ/2013); dan WP ini wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lambat 1 (satu)

bulan setelah saat pendirian. (Pasal 3 ayat (3) PER-20/PJ/2013)

5. Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 2 ayat (3) huruf e PER-

20/PJ/2013) wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling

lambat sebelum melakukan pemotongan dan/atau pemungutan pajak. (Pasal 3

ayat (4) PER-20/PJ/2013)

b. Yang boleh memiliki npwp :

Wajib Pajak orang pribadi selain Wajib Pajak yang wajib memiliki NPWP dapat memilih untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak. (Pasal 2 ayat (6)

PER-20/PJ/2013)

c. NPWP Secara Jabatan

Direktur Jenderal Pajak menerbitkan NPWP secara jabatan apabila WP tidak melaksanakan kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP (Pasal 2 ayat (4)

UU KUP No. 28 Tahun 2007)

Kewajiban perpajakan bagi WP yang diterbitkan NPWP dan/atau yang dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan dimulai sejak saat WP memenuhi persyaratan subjektif

dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP. (Pasal 2 ayat (4a) UU KUP No. 28 Tahun 2007)

Penerbitan NPWP dan/atau pengukuhan PKP oleh Direktur Jenderal Pajak secara jabatan dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan atau hasil verifikasi (Pasal 2 ayat

(10) PMK-73/PMK.03/2012) Pemeriksaan atau Verifikasi dalam rangka penerbitan NPWP secara jabatan dilakukan

berdasarkan data dan informasi perpajakan yang dimiliki atau diperoleh Direktorat

Jenderal Pajak. (Pasal 8 ayat (3) PER-20/PJ/2013)

Page 5: Ketentuan umum pajak--bagian 2

Tanggal terdaftar yang tercantum dalam Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar yang diterbitkan secara jabatan sesuai dengan tanggal penerbitan Kartu NPWP dan

Surat Keterangan Terdaftar. (Pasal 8 ayat (4) PER-20/PJ/2013)

E. PENCATATAN, PEMBUKUAN, DAN PELAPORAN PAJAK

a. Pencatatan dan Pembukuan

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data

dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah

harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan

berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

Pencatatan yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau

penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang

terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.

Yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah : Pasal 28 ayat (1) UU Nomor 28 TAHUN 2007

1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan 2. Wajib Pajak badan di Indonesia.

Yang tidak wajib menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan

adalah : Pasal 28 ayat (2) UU Nomor 28 TAHUN 2007

1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan

menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto; dan

2. Berdasarkan Pasal 14 ayat (2) UU nomor 36 tahun 2008, WP OP yang melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam 1 tahun kurang dari Rp. 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) boleh menghitung

penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, dengan syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

3. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

b. Pelaporan Pajak

Di pasal 3 UU Nomor 8 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan tercantum

ketentuan bahwa Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan (SPT), menandatangani, dan

menyampaikannya ke Direktorat Jenderal Pajak dalam wilayah Wajib Pajak bertempat tinggal atau

berkedudukan.

Page 6: Ketentuan umum pajak--bagian 2

1. Pengisian SPT

1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas. (Pasal 3 ayat

(1) UU Nomor 28 TAHUN 2007

2. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah (Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 28 TAHUN 2007

Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah,

wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain Rupiah yang diizinkan (Pasal 3 ayat (1a) UU Nomor 28 TAHUN 2007)

3. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi menandatangani SPT (Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 28 TAHUN 2007

Penandatanganan dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda tangan elektronik atau digital, yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama, yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat (1b) UU Nomor 28 TAHUN 2007) (Pasal 6 dan 7 PMK-181/PMK.03/2007)

4. Setiap Wajib Pajak wajib wajib menyampaikan SPT ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat WP terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. (Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 28 TAHUN 2007

5. Wajib Pajak mengambil sendiri SPT di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat (2) UU Nomor 28 TAHUN 2007) (Pasal 5 PMK-181/PMK.03/2007) Di Pasal 3 PER-9/PJ./2009 disebutkan bahwa :

a. SPT yang berbentuk formulir kertas (hardcopy) dapat diambil langsung di

tempat-tempat sebagai berikut :

i. Kantor Pelayanan Pajak (KPP);

ii. Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP);

iii. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;

iv. Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak;

v. Pojok Pajak;

vi. Mobil Pajak.

vii. Atau mengunduh/mendownload dari situs internet Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat http://www.pajak.go.id.

b. Aplikasi e-SPT yang dapat digunakan untuk membuat e-SPT dapat diambil

langsung di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau mengunduh/mendownload dari situs internet Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat http://www.pajak.go.id.

Page 7: Ketentuan umum pajak--bagian 2

2. Pelaporan SPT

a. Pelaporan

Apabila SPT tidak disampaikan sesuai batas waktu atau batas waktu perpanjangan

penyampaian SPT Tahunan, dapat diterbitkan Surat Teguran. (Pasal 3 ayat (5a) UU Nomor 28 TAHUN 2007)

1. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 (satu) Surat Pemberitahuan Masa. (Pasal 3 ayat (3a) UU Nomor 28 TAHUN 2007). Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dan tata cara pelaporan

diatur dengan PMK-182/PMK.03/2007 2. Batas waktu dan tata cara pelaporan atas pemotongan dan pemungutan pajak

yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan badan tertentu diatur dengan atau berdasarkan PMK. (Pasal 3 ayat (3c) UU Nomor 28 TAHUN 2007) (PMK-184/PMK.03/2007 jo PMK-80/PMK.03/2010)

3. Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan

secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat (4) UU Nomor 28 TAHUN 2007) (PMK-181/PMK.03/2007).

Pemberitahuan ini harus disertai dengan penghitungan sementara pajak yang terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai bukti

pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat (5) UU Nomor 28 TAHUN 2007) (PMK-181/PMK.03/2007)

4. Bentuk dan isi SPT serta keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan, dan cara yang digunakan untuk menyampaikan SPT diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat (6), Pasal 6 ayat (2) UU Nomor 28 TAHUN 2007) (Pasal 2, 3, 4, 8 PMK-181/PMK.03/2007) SPT meliputi :

a. SPT Tahunan Pajak Penghasilan b. SPT Masa yang terdiri dari :

i. SPT Masa Pajak Penghasilan ii. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai

iii. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

SPT berbentuk : a. fourmulir kertas (hardcopy); atau b. e-SPT

b. Kriteria Sebagai SPT Dianggap Tidak Disampaikan

SPT dianggap tidak disampaikan apabila:

1. SPT tidak ditandatangani 2. SPT tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen; 3. SPT yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun

sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis; atau

4. SPT disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan pajak.

Page 8: Ketentuan umum pajak--bagian 2

Apabila SPT dianggap tidak disampaikan, Direktur Jenderal Pajak wajib memberitahukan kepada Wajib Pajak. (Pasal 3 ayat (7a) UU Nomor 28 TAHUN

2007)

c. Wp Yang Dikecualikan Dari Kewajban Penyampaian SPT PPh

Dikecualikan dari kewajiban penyampaian SPT adalah Wajib Pajak Pajak Penghasilan tertentu yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan. (Pasal 3 ayat (8) UU Nomor 28 TAHUN 2007) (lihat di PMK-183/PMK.03/2007)