Ketentuan islam tentang hukum keluarga

18
Tentang Hukum Keluarga Oleh : Kelompok 4 Fadhila Amalina Galang Gumilar A. Sri Nurhidayati Yulia Fauzi

Transcript of Ketentuan islam tentang hukum keluarga

Page 1: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

Ketentuan Hukum Islam Tentang Hukum Keluarga

Oleh :Kelompok 4Fadhila AmalinaGalang Gumilar A.Sri Nurhidayati Yulia Fauzi

Page 2: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

A. Ketentuan Hukum Islam Tentang Pernikahan

1. PengertianKata dasar pernikahan adalah nikah. Kata

nikah memiliki persamaan dengan kata kawin. Dalam bahasa Indonesia, nikah berati berkumpul atau bersatu. sedangkan dalam istilah syari’at, nikah adalah melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar sukarela dan persetujuan bersama demi terwujudnya keluarga(rumah tangga) bahagia, yang diridhai Allah SWT.

Page 3: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

2. Hukum Nikah Menurut sebagian bessar ulama, hukum nikah

pada dasarnya adalah mubah. Namun jika ditinjau dari segi kondisi orang yang akan melakukannya maka hukum nikah dapat berubah menjadi

Sunnah WajibMakruh Haram

Page 4: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

3. Tujuan Pernikahan

Untuk memperoleh rasa cinta dan kasih sayangUntuk memperoleh ketenangan hidupUntuk memenuhi kebutuhan seksual (birahi) secara sah dan diridhai AllahUntuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakatUntuk mewujudkan keluarga bahagia di dunia dan akhirat

Page 5: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

4. Rukun NikahIalah ketentuan-ketentuan dalam pernikahan

yang harus dipenuhi agar pernikahan itu sah, yaitu : Ada calon suami laki-laki yang sudah

berusia dewasa (19 thn), beragama islam, tidak dipaksa/terpaksa, tidak sedang dalam ihram haji atau umrah dan bukan mahram calon istrinya.

Ada calon istri wanita cukup umur (16 thn), bukan perempuan musyrik, tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang laim, bukan mahram bagi calon suami, tidak dalam ihram haji atau umrah

Page 6: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

Lanjutan ….

Ada Wali nikah yaitu orang yang menikahkan mempelai laki-laki dengan mepelai wnaita atau mengizinkan pernikahannya. Wali nikah dibagi menjadi 2 macam :

1. Wali Nasab yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan mempelai wanita yang akan dinikahkan.

2. Wali hakim yaitu kepala kantor urusan agama islam yang berada disetiap kecamatan

Ada dua orang saksi Ada akad nikah yakni ucapan ijab kabul

Page 7: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

5. MuhrimAdalah wanita yang haram dinikahi, yaitu :

a. Karena keturunan ibu kandung, anak perempuan kandung, saudara perempuan kandung, saudara perempuan dari bapak atau ibu, anak perempuan dari saudara laki-laki maupun saudara perempuan.

b. Karena hubungan sesusuan ibu yang menyusui dan saudara perempuan sesusuan.

c. Karena perkawinan ibu dari istri (mertua), anak tiri, ibu tiri dan menantu.

d. Karena mempunyai pertalian muhrim dengan istri.

Page 8: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

6. Kewajiban Suami Istri• Kewajiban Suami• Memberi nafkah• Memimpin serta membimbing istri dan anak-

anaknya• Bergaul dengan istri dan anak-anak dengan baik• Memelihara istri dan anak dari bencana• Membantu istri dalam tugas sehari-hari

• Kewajiban Istri• Taat pada suami• Memelihara diri serta kehormatan dan harta benda

suami• Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan

dan keselamatan keluarganya• Menerima dan menghormati pemberian suami

walaupun sedikit• Hormat dan sopan kepada suami• Memelihara, mengasuh, dan mendidik anak agar

menjadi anak yang soleh.

Page 9: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

7. PerceraianIalah pemutusan ikatan

perkawinan antara suami dan istri yang biasanya sisebabkan perselisihan atau pertengkaaran suami-istri yang sudah tidak dapat didamaikan lagi. Hal-hal yang dapat memutskan ikatan perkawinan adalah :a. meninggalnya salah satu pihak

suami atau istri, b. talak, c. fasakh, d. khulu, e. li’an, f. ila’, g. zihar.

Page 10: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

8 ‘Iddah‘Iddah berarti masa menunggu bagi istri yang

ditinggal mati atau bercerai dari suaminya untuk dibolehkan menikah kembali dengan laki-laki lain. Lama masa ‘iddah adalah sebagai berikut :a) ‘Iddah karena suami wafatBagi istri yang tidak sedang hamil, baik sudah

campur dengan suaminya yang sudah wafat atau belum, masa’iddahnya 4 bulan sepuluh hari, sesuai firman Allah dalam QS. Al-Baqarah 2:234

Bagi istri yang sedang hamil, masa ‘iddahnya sampai ia melahirkan, sesuai dengan Al-Qur’an QS. At-Talaq 65:4

Page 11: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

Lanjutan…

b) ‘Iddah karena talak, fasakh, dan khulu’ Bagi istri yang belum campur dengan suaminya yang baru saja bercerai dengannya tidak ada masa iddah, sesuai dalam QS. Al-Ahzab 33:49 Bagi istri yang sudah campur, masa ‘iddahnya adalah :o Bagi yang masih mengalami menstruasi, masa ‘iddahnya 3 Kali suci, tercantum dalam QS. Al-Baqarah 2:338o Bagi istri yang tidak mengalami menstruasi, ,asa iddahnya 3 bulan tercantum dalam QS.At-Talaq 65:4o Bagi istri yang sedang mengandung, masa ‘iddahnya sampai ia melahirkan kandungannya, ketentuan berdasarkan QS. At-Talaq 65:4

Page 12: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

9 RujukRujuk berarti kembali, yaitu kembalinya suami

kepada ikatan nikah dengan istrinya sebagaimana semula, selama istrinya masih berada dalam masa ’iddah raj’iyah.Hukum rujuk :1) Sunah 2) Wajib 3) Makruh 4)Haram

Rukun rujuk ada empat macam, yaitu :1) Istri sudah bercampur dengan suami yang mentalaknya dan masih berada pada masa ‘iddah raj’iyah2) Keinginan rujuk suami atas kehendak sendiri3) Ada dua orang saksi yaitu dua orang laki-laki yang adil4) Ada sigat atau ucapan rujuk.

Page 13: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

B. Hikmah Pernikahan

Fuqaha (ulama fiqih) menjelaskan tentang hikmah-hikmah pernikahan yang islami , yaitu :1) Memenuhi kebutuhan seksual dngan cara yang diridhai Allah(cara yang islami)dan menghindari cara yang dimurkai Allah seperti perzinahan atau homoseks(gay dan lesbian)2) Penikahan merupakan cara yang benar, baik dan dan diridhai Allah untuk memmperoleh anak serta mengembangkan keturunan yang sah.3) Melalui pernikahan, suami-istri dapat memupuk rasa tanggung jawab membaginya dalam rangka memelihara, mengasuh dan mendidik anak-anaknya.4) Menjalin hubungan silaturahmi antara keuarga suami dan keluarga istri.

Page 14: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

Perkawinan Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

Perundang-undangan perkawinan di Indonesia bersumber kepada menteri republic Indonesia nomor 154 1991 tentang Pelaksanaan Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 1 tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991 mengenai kompilasi hukum islam dibidang hokum perkawinan.

Page 15: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

III.1 Pengertian dan Tujuan PerkawinanDalam pasal 2 dan pasal 3 dari kompilasi

hokum islam dibidang hokum perkawinan dijelaskan bahwa pengertian perkawinan menurut hokum islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau misaqan gamizan untuk mentaati perintah Allah dan melaksankannya merupakan ibadah. Sedangkan tujuan perkawinan ialah mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawdah dan warahmah.

III.2 Sahnya PerkawinanDalam pasal 4 dari kompilasi hokum islam

dibidang hokum perkawinan dijelaskan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hokum islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1) UUD RI no.1 tahun 1974 tentang perkawinan, yang menegaskan perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hokum masing-masing agamanya dan kepercayaan agamanya itu.

Page 16: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

III.3 Pencatatan PerkawinanDalam pasal 5 dan 6 kompilasi hokum islam dibidang hokum perkawinan dijelaskan:o Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat islam setiap perkawinan harus dicatato Pencatatan perkawinan dilakukan oleh pegawai pencatat nikah(Kantor Urusan Agama Kecamatan dimana calon mempelai temapat tinggal)

III.4 Akta NikahAkta nikah atau surat nikah adalah surat yang dibuat

pegawai nikah yakni KUA Kecamatan tempat diolangsungkannya pernikahan yang menerangkan bahwa pada hari, tanggal, bulan , tahun dan jam telah terjadi akad nikah antara : seorang laki-laki, dengan seorang perempuan dan yang menjadi wali nikah (dituliskan nama, tanggal dan tempat lahir, pekerjaan dan tempat tinggal).

Page 17: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

III.5 Kawin Hamil

Dalam pasal 53 ayat (1),(2), dan (3) dari kompilasi hokum islam dibidang hokum perkawinan dijelaskan :• Seorang wanita hamil diluar nikah dapat

dikawinkan dengan pria yang menghamilinya• Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut

pada ayat (1) dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya

• Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandungnya lahir.

Page 18: Ketentuan islam tentang hukum keluarga

Terima Kasih