ketahanan ekonomi

download ketahanan ekonomi

of 12

Transcript of ketahanan ekonomi

  • 8/9/2019 ketahanan ekonomi

    1/12

    KetahananEkonomiIndonesia dalam

    MenghadapiKrisis GlobalTahun 2008Dampak Krisis Bagi Indonesia Serta

    Cara Penanggulangannya

    Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraantentang ketahanan ekonomi

    POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERIBANDUNG

    Jl. Kanayakan 21, Bandung 40135 Telp 022-2500241

    http://www.polman-bandung.ac.idE-mail: [email protected]

    Anggota Kelompok :

    Aas Siti Aisah

    209131001

    Abidin Husein

    209131002

  • 8/9/2019 ketahanan ekonomi

    2/12

    2Ketahanan Ekonomi Indonesia dalam Menghadapi Krisis Global Tahun 2008

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan karunianya

    penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk

    menambah pengetahuan kepada pembaca tentang Ketahanan Ekonomi Indonesia dalam

    Menghadapi Krisis Global Tahun 2008.

    Makalah ini berisi beberapa informasi tentang dampak krisis bagi indonesia serta

    cara penanggulangannya yang kami harapkan dapat menambah wawasan dan memberikan

    perspektif kepada pembaca tentang Ketahanan Ekonomi Indonesia dalam Menghadapi

    Krisis Global Tahun 2008.

    Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

    kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

    kesempurnaan makalah ini.

    Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

    serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa

    meridhoi segala usaha kita. Amin.

    Hormat Kami,

    Penyusun

  • 8/9/2019 ketahanan ekonomi

    3/12

    3Ketahanan Ekonomi Indonesia dalam Menghadapi Krisis Global Tahun 2008

    DAFTAR ISI

    Cover.................................................................................................................................... 1Kata Pengantar..................................................................................................................... 2

    Daftar Isi...............................................................................................................................3

    BAB I Pendahuluan..............................................................................................................4

    I.1 Terminologi Ketahanan Ekonomi......................................................................... 4

    I.2 Latar Belakang Masalah........................................................................................ 4

    BAB II Pembahasan............................................................................................................. 5

    II.1 Kronologi Krisis Global 2008..............................................................................5

    II.2 Dampak Krisis Terhadap Perekonomian Indonesia.............................................6

    II.3 Langkah Pemerintah dalam Mengatasi Krisis......................................................8

    BAB III Kesimpulan............................................................................................................ 11

    Daftar Pustaka...................................................................................................................... 12

  • 8/9/2019 ketahanan ekonomi

    4/12

    4Ketahanan Ekonomi Indonesia dalam Menghadapi Krisis Global Tahun 2008

    I. PENDAHULUAN

    I.1 Terminologi Ketahanan Ekonomi

    Ketahanan Ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan

    perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional

    dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan

    gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak

    langsung untuk menjamin kelangsu-ngan perekonomian bangsa dan negara

    berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

    I.2 Latar Belakang Masalah

    Tahun 2008 adalah tahun yang kelam bagi sejarah perekonomian dunia.

    Krisis global yang melanda membuat perekonomian di sebagian besar negara di

    seluruh dunia terpuruk. Negara-negara besar seperti Amerika, Inggris, China, India,

    dan India pun terseret dalam krisis ini. Indonesia pun mau tak mau juga terkena

    imbas dari krisis global. Walaupun dampaknya tidak terlalu signifikan terhadap

    perekonomian kita, namun perekonomian Indonesia juga sempat terpuruk.

    Ketika nilai tukar rupiah turun sampai Rp 12.100/US$, Saham IHSG yang

    merosot hingga 51,17%, harga BBM yang naik, pertumbuhan ekonomi yang

    mengalami penurunan, serta dampak-dampak yang lainnya. Nah, pada momen inilah

    ketahanan ekonomi Indonesia diuji. Lalu bagaimanakah indonesia dapat bertahan

    dari krisis global ini? Langkah-langkah apa saja yang diambil oleh pemerintah untuk

    meredam dampak krisis ini?

  • 8/9/2019 ketahanan ekonomi

    5/12

    5Ketahanan Ekonomi Indonesia dalam Menghadapi Krisis Global Tahun 2008

    II. PEMBAHASAN

    II.1 Kronologi Krisis Global 2008

    Krisis Global yang terjadi sekitar tahun 2008 berawal dari permasalahan

    kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortgagedefault) di Amerika

    Serikat (AS), krisis kemudian menggelembung merusak sistem perbankan bukan

    hanya di AS namun meluas hingga ke Eropa lalu ke Asia. Secara beruntun

    menyebabkan effect domino terhadap solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga

    keuangan di negara negara tersebut, yang antara lain menyebabkan kebangkrutan

    ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan asuransi. Krisis

    kemudian merambat ke belahan Asia terutama negara-negara seperti Jepang, Korea,

    China, Singapura, Hongkong, Malaysia, Thailand termasuk Indonesia yang

    kebetulan sudah lama memiliki surat-surat beharga perusahaan-perusahaan tersebut.

    Dari berbagai kritik para ahli, bahwa problem tersebut dipicu maraknya

    penggelembungan harga perumahan di AS yang didorong kebijakan-kebijakan Bank

    Sentral Amerika (the Fed) yang kurang pruden untuk menstabilkan sistem keuangan

    sejak bertahun-tahun. Kondisi ini didorong oleh keinginan untuk memelihara

    permintaan properti perumahan agar tetap tinggi, maka bank-bank di AmerikaSerikat banyak mengucurkan kredit perumahan terutama bagi kalangan

    berpenghasilan rendah yang tidak memiliki kapasitas keuangan yang memadai

    (ninja loan yaitu pinjaman terhadap nasabah yang no income, no job, & no asset).

    Kredit perumahan ini kemudian disekuritisasi secara hibrid agar lebih menarik bagi

    investor yang terdiri dari bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan

    asuransi. Celakanya, banyak kredit tak terbayar dalam jumlah besar dan merata.

    Akibatnya, bank-bank kesulitan untuk membayar dan investor dengan cepat menarik

    dananya dari produk-produk perbankan disaat harga masih tinggi sehingga hal ini

    memacetkan perputaran uang di pasar hipotik. Hal ini menyebabkan pula struktur

    pasar uang yang produknya saling terkait satu sama lain menjadi terganggu.

    Termasuk juga jaminan obligasi utang (collaterlaised debt obligation/CDO) sebagai

    bentuk investasi kolektif darisub-prime mortgage .

  • 8/9/2019 ketahanan ekonomi

    6/12

    6Ketahanan Ekonomi Indonesia dalam Menghadapi Krisis Global Tahun 2008

    II.2 Dampak Krisis Terhadap Perekonomian Indonesia

    a. Dampak terhadap Perbankan

    1. Pasar Surat Utang Negara (SUN) mengalami tekanan hebat tercermin dari

    penurunan harga SUN atau kenaikan yield SUN secara tajam yakni dari rata-

    rata sekitar 10% sebelum krisis menjadi 17,1% pada tanggal 20 November

    2008; (catatan: setiap 1% kenaikan yield SUN akan menambah beban biaya

    bunga SUN sebesar Rp1,4 Triliun di APBN)

    2. Credit Default Swap (CDS) Indonesia mengalami peningkatan secara tajam

    yakni dari sekitar 250 bps awal tahun 2008 menjadi diatas 980 bps pada bulan

    November 2008. Hal ini menunjukkan bahwa pasar menilai country risk

    Indonesia yang tinggi pada saat itu;

    3. Banking Pressure Index (dikeluarkan oleh Danareksa Research Institute) dan

    Financial Stability Index (dikeluarkan oleh BI) yang sudah memasuki dalam

    ambang batas kritis.Banking Pressure Index per Oktober 2008 sebesar 0,9 atau

    lebih tinggi dari ambang normal 0,5. Sementara itu, Financial Stability Index

    per November 2008 sebesar 2,43 atau di atas angka indikatif maksimum 2,0. Ini

    menunjukkan bahwa sistem perbankan dan sistem keuangan domestik dalam

    keadaan genting. Semakin tinggi nilai BPI (positif), semakin vulnerable sistem

    perbankan negara yang bersangkutan;

    b. Dampak terhadap Bursa Saham

    Bursa saham Indonesia juga mengalami penurunan indeks yang signifikan,

    sampai melebihi 51,17%, sehingga memaksa Otoritas Bursa untuk melakukan

    penghentian perdagangan selama 3 hari untuk mencegah lebih terpuruknya bursa

    akibat sentimen negatif. Untuk memitigasi kemungkinan lebih terpuruknya indeks

    yang tidak mencerminkan fundamental perusahaan, maka telah diambil berbagai

    langkah antar lain.

    c. Dampak terhadap Nilai Tukar dan Inflasi

    Dampak krisis keuangan jelas terlihat pada nilai tukar Rupiah yang melemah

    terhadap dolar AS bahkan sempat mencapai RP 12.600/USD pada minggu kedua

    November 2008. Hal ini lebih dikarenakan adanya aliran keluar modal asing akibat

    kepanikan yang berlebihan terhadap krisis keuangan global.

    Dampak sejenis juga akan terjadi pada inflasi. Karena melemahnya Rupiah

    terhadap USD, maka harga barang-barang juga akan terimbas untuk naik, karena

    Indonesia masih mengimpor banyak kebutuhan termasuk tepung dan kedelai.

  • 8/9/2019 ketahanan ekonomi

    7/12

    7Ketahanan Ekonomi Indonesia dalam Menghadapi Krisis Global Tahun 2008

    Grafik Nilai Tukar Rupiah-Dollar Tahun 2008

    d. Dampak terhadap Ekspor dan Impor

    Krisis keuangan global ini sudah pasti akan sangat berdampak kepada ekspor

    Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor, bukan hanya ke AS. Selama 5 tahun

    terakhir ini, ekspor Indonesia ke Amerika menempati urutan ke-2 setelah Jepang

    dengan kisaran masing-masing 12% 15%. Selain itu, negara-negara importir

    produk Indonesia pada urutan ke-3 s.d. 10 (Singapura, RRC, India, Malaysia,

    Korsel, Belanda, Thailand, Taiwan) menyumbang sekitar 45% dari total ekspor

    Indonesia. Dari informasi tersebut, hampir dapat dipastikan bahwa keseluruhan

    negara-negara tersebut sedang mengalami dampak krisis keuangan global yang

    berakibat pada perlambatan ekonomi di setiap negara. Lebih lanjut hal ini akan

    mengakibatkan penurunan kemampuan membeli atau bahkan membayar produk

    ekspor yang dihasilkan Indonesia, sehingga pada akhirnya akan memukul industri

    yang berorientasi ekspor di Indonesia. Hal ini sudah terkemuka di publik melalui

    media massa, terutama untuk sektor garmen, kerajinan, mebel dan sepatu, banyak

    keluhan para pelaku bisnis yang mengatalami penurunan order dan kelambatan

    pembayaran dari rekanan bisnis yang mengimport barangnya. (Data statistik belum

    dapat diperoleh).

    Dampak yang tidak menguntungkan juga terjadi di sisi impor, karena dengan

    melemahnya Rupiah, maka nilai impor akan melonjak yang selanjutnya akan

    menyulitkan para importir untuk menyelesaikan transaksi impor. Dampak

    berikutnya adalah melonjaknya harga-harga bahan yang berasal dari impor di pasar

  • 8/9/2019 ketahanan ekonomi

    8/12

    8Ketahanan Ekonomi Indonesia dalam Menghadapi Krisis Global Tahun 2008

    sehingga inflasi meningkat dan daya beli masyarakat juga akan menurun. Hal ini

    selanjutnya mengakibatkan turunnya daya serap masayrakat terhadap barang-barang

    impor sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan jumlah impor.

    e. Dampak terhadap Sektor Riel dan Pengangguran

    Dampak terhadap sektor riel dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:

    Menurunnya order dari rekanan di luar negeri sehingga banyak

    perusahaan kesulitan memasarkan produknya yang pada akhirnya harus

    melakukan efisiensi atau rasionalisasi supaya dapat bertahan hidup.

    Melemahnya daya beli masyarakat Indonesia karena melemahnya

    mata uang Rupiah dan kenaikan inflasi serta kesulitan likuiditas atau modal

    kerja dari perbankan yang mengetatkan kebijakan pemberian kreditnya.

    Kedua hal tersebut mengakibatkan industri di sektor riel menjadi tertekan,

    sehingga apabila hal ini berlarut-larut akan melemahkan daya tahan

    perusahaan yang akan berimbas pada kemungkinan melakukan PHK bagi

    para karyawannnya demi mengurangi beban perusahaan atau karena memang

    perusahaan sudah tidak mampu lagi beroperasi.

    II.3 Langkah Pemerintah dalam Mengatasi Krisis

    a. Pengamanan Pasar Finansial

    Hal ini dilakukan dengan cara menghindari mark to market atas

    portofolio dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) serta memberi kebebasan

    emiten melakukan buyback pada satu hari bursa tanpa pembatasan pembelian

    dari volume perdagangan harian. Emiten juga diberi kesempatan untuk membeli

    kembali saham, terutama yang mengalami koreksi tanpa melalui Rapat Umum

    Pemegang Saham (RUPS) saat IHSG anjlok dan perdagangan dihentikan otoritas

    bursa.

    Disamping itu, pemerintah mempercepat pencairan belanja kementrian

    untuk melonggarkan likuiditas. Pemerintah juga mengambil langkah hukum bagi

    pihak-pihak yang memunculkan rumor atau melanggar aturan dan menimbulkan

    kepanikan pasar saham. Revisi auto rejection (naik/turunnya harga saham

    maksimal hanya 10% dari sebelumnya 30%) juga diterapkan.

  • 8/9/2019 ketahanan ekonomi

    9/12

    9Ketahanan Ekonomi Indonesia dalam Menghadapi Krisis Global Tahun 2008

    b. Pengamanan Likuiditas

    Kebijakan ini direalisasikan dengan antara lain pemerintah menyediakan

    pasokan valas bagi korporasi, menurunkan rasio Giro Wajib Minumum (GWM)

    valas dari 3% menjadi 1%, pencabutan pasal 4 PBI No.7/1/2005 tentang batasan

    Posisi Saldo Harian Pinjaman Luar Negeri Jangka Pendek, penyederhanaan

    perhitungan GWM rupiah 7,5% dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terdiri dari

    5% GWM utama (statutory reserve) dan 2,5% GWM sekunder (secondary

    reserve).

    Kebijakan yang cukup melegakan nasabah bank adalah dinaikkannya

    jaminan dana nasabah dari Rp 100 juta menjadi Rp 2 miliar oleh Lembaga

    Penjamin Simpanan, yang menurut Menteri Keuangan sudah mencakup 90%

    dana pihak ketiga dan 97% rekening nasabah.

    Kebijakan lain adalah turunnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

    undang (Perpu) Bank Indonesia (amandemen Pasal 11 UU No 3/2004) terkait

    dengan pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek, yang mana BI dapat

    menerima portofolio kredit yang berkolektibilitas lancar untuk dijadikan agunan

    pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek.

    c. Implementasi Jaring Pengaman Sektor Keuangan

    Pemerintah juga mengeluarkan Perpu menyangkut implementasi jaring

    pengaman sektor keuangan bila terjadi keadaan yang membahayakan stabilitas

    keuangan, dimana pemerintah dapat menyertakan modal sementara ke bank dan

    lembaga keuangan bukan bank.

    Bank yang kesulitan likuiditas dapat memperoleh fasilitas pembiayaan

    darurat (FPD) dari BI yang dijamin pemerintah dan BI berhak mengganti

    pengurus bank yang mendapat FPD. Pemerintah juga memberi insentif bank atau

    lembaga keuangan bukan bank (LKBB) mengakuisisi bank atau LKBB lain.

    Untuk memaksimalkan kekuatan kebijakan ini maka Menteri Keuangan,

    Gubernur BI, dan pihak lain yang melaksanakan kebijakan sesuai Perppu tidak

    dapat dihukum. Ini untuk menghindari jika suatu saat akibat dari kebijakan yang

    diambil mungkin berdampak negatif.

    Pemerintah nampaknya masih kurang yakin dengan kebijakan yang

    diambil (akibat terus menurunnya nilai tukar Rupiah ke level 10.800/USD),

    maka pada tanggal 28 Oktober 2008 pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk

  • 8/9/2019 ketahanan ekonomi

    10/12

    10Ketahanan Ekonomi Indonesia dalam Menghadapi Krisis Global Tahun 2008

    menjaga stabilitas ekonomi sebagai berikut. Pertama, menjaga kesinambungan

    neraca pembayaran/devisa dengan mewajibkan BUMN menempatkan valuta

    asing di bank dalam negeri dalam satu clearing house. Perusahaan juga wajib

    melaporkan pendapatan dan kebutuhan valas ke Kementrian BUMN.

    Kedua, mempercepat pelaksanaan proyek dengan biaya bilateral dan

    multilateral. Ketiga, menjaga stabilitas likuiditas dan mencegah perang harga

    dengan menginstruksikan BUMN tidak memindahkan dana antarbank. Keempat,

    menjaga kepercayaan pasar terhadap SUN dengan membeli SUN di pasar

    sekunder secara bertahap. Kelima, menjaga kesinambungan neraca pembayaran

    dengan memanfaatkan bilateral swap arrangement dari bank Jepang, Korea dan

    Cina.

    Keenam, menjaga kelangsungan ekspor dengan memberikan garansi

    terhadap risiko pembayaran dari pembeli. Ketujuh, menurunkan pungutan ekspor

    Crude Plam Oil (CPO) menjadi 0%. Kedelapan, menjaga kesinambungan fiskal

    2009 dengan menyusun APBN 2009 yang memungkinkan pemerintah

    melakukan perubahan bujet segera. Kesembilan, mencegah impor ilegal.

    Garmen, elektronik, makanan, mainan anak dan sepatu hanya bisa diimpor oleh

    importir terdaftar. Terakhir, meningkatkan pengawasan barang beredar di pasar.

    Disini nampak terlihat bahwa pemerintah telah belajar dari krisis 1998 agar tidak

    terulang lagi dengan cara melakukan pemagaran yang sangat rapat sehingga

    serangan terhadap sektor finansial dan ekonomi dapat diminimalisir. Pemerintah

    dan Bank Indonesia tidak mau bersantai-santai sambil menunggu gejolak

    internasional mereda, namun terus memantau dan mengantisipasi dengan

    mengeluarkan kebijakan lanjutan untuk menyempurnakan kebijakan

    sebelumnya.

  • 8/9/2019 ketahanan ekonomi

    11/12

    11Ketahanan Ekonomi Indonesia dalam Menghadapi Krisis Global Tahun 2008

    III. KESIMPULAN

    Krisis global tahun 2008 yang menghantam perekonomian dunia memang

    tidak terlalu dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Ini menunjukan bahwa ketahanan

    ekonomi Indonesia cukup bagus dalam menghadapi krisis.

    Hal ini disebabkan oleh fundamental ekonomi yang lebih baik saat itu,

    disamping kesiapan pemerintah dan Bank Indonesia sendiri dalam menanggapi

    krisis tersebut yang ditunjukkan oleh komprehensifnya kebijakan yang diambil.

    Sektor perbankan juga lebih tahan menghadapi krisis saat itu karena dari sisi

    internal, yaitu permodalan dan prudensialitas operasional, jauh lebih baik

    dibandingkan krisis 1998.

    Namun tak berarti penanganan krisis tak luput dari masalah. Bailout pada

    bank Century ternyata mendapat kecaman keras dari masyarakat. Tapi di balik itu,

    langkah-langkah yang diambil pemerintah, terutama Menkeu Sri Mulyani tergolong

    bagus dalam menanggulangi krisis global tahun 2008.

  • 8/9/2019 ketahanan ekonomi

    12/12

    12Ketahanan Ekonomi Indonesia dalam Menghadapi Krisis Global Tahun 2008

    DAFTAR PUSTAKA

    http://www.opensubscriber.com/message/[email protected]/10510614.html

    http://kompas.co.id/read/xml/2008/10/02/23553141/kekhawatiran.krisis.ekonomi.global.ben

    amkan.saham.dunia

    http://indonesiarecovery.org/krisis-keuangan-global-2008/krisis-2008-terparah-sejak-the-

    great-depression.html

    http://indonesiarecovery.org/krisis-keuangan-global-2008/dampak-krisis-indonesia-dan-

    negara-tetangga.html

    Sasadara, Rudy N. 2008.Dampak Krisis Finansial Global Terhadap Sektor Ekonomi dan

    Perbankan. Jakarta : Economic Review No. 213.http://bisnis.vivanews.com/news/read/18493-selama_2008__ihsg_menyusut_51_17