Kesulitan Belajar

download Kesulitan Belajar

of 90

Transcript of Kesulitan Belajar

1

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan dinyatakan sebagai suatu proses

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun potensi kreatifitas peserta didik. Dalam PP No.28/O/1995 tentang pendidikan dasar dalam pasal 25 ayat 1 menyatakan bahwa Bimbingan merupakan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka upaya menemukan pribadi mengenal lingkungan dan dan merencanakan masa depan. Seiring dengan itu SK Mendikbud No 25/O/1995 dalam buku Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah (1997:9) dijelaskan Bimbingan dan Konseling adalah : Bimbingan dan Konseling adalah merupakan layanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok agar peserta didik mampu mandiri dan berkembang secara optimal dibidang bimbingan pribadi, bimbingan belajar,bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung bedasarkan norma-norma yang berlaku. Dari pernyataan yang diungkapkan dalam SK Mendikbud no 25/O/1995 dalam buku Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah tersebut dapat diketahui bahwa ada beberapa alasan mengenai pentingnya layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Dalam hal ini dijelaskan : (1) peserta didik menghadapi masalah dalam pendidikan. Masalah tersebut bisa timbul dari masalah pribadi, hubungan dengan teman, orang tua. Setiap 1

2

pengentasan dari permasalahan tersebut tidak bisa dilakukan sendiri melainkan memerlukan bantuan orang lain yang mampu mengerti akan cara penyelesaian permasalahan yang dialami oleh peserta didik, (2) masalah belajar, setiap individu berbeda cara belajar yang dilakukannya. Setiap peserta didik yang datang ke sekolah untuk mengikuti pelajaran dengan baik, tetapi tidak selamanya demikian, ada berbagai masalah yang mereka hadapi bersumber dari stress karena ketidak mampuannya dalam mengerjakan tugas, persaingan dengan teman, motivasi belajar melemah dan lain-lain. Masalah tersebut tidak terselesaikan dalam proses belajar mengajar di kelas melainkan pelayanan secara khusus dan konselor melalui konsultasi pribadi. Bimbingan dan Konseling adalah suatu layanan yang diberikan kepada individu atau peserta didik untuk dapat mengentaskan permasalahannya. Menurut Prayitno, dkk dalam buku Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP (1997:24) menyatakan: Bimbingan dan Konseling memungkinkan peserta didik megenal dan menerima diri sendiri serta mengenal lingkungannya secara positif dan dinamis, serta mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif dan sesuai dengan peranan yang diinginkannya dimasa depan. Menurut Thomson & Rudolph 1983 (Prayitno 2004:113) menyatakan tujuan Bimbingan dan Konseling adalah : Tujuan konseling dapat terentang dari sekedar klien mengikuti kemauan-kemauan konselor sampai pada masalah pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran, pengembangan pribadi, penyembuhan dan penerimaan sendiri. Dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan di sekolah, tidak semua permasalahan yang dialami oleh peserta didik dalam

3

bentuk masalah-masalah pribadi saja, namun ada juga peserta didik tersebut yang mengalami masalah dalam bidang belajarnya. Untuk itu sebagai guru pembimbing perlu adanya melakukan layanan penguasaan konten pada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Menurut Prayitno (2004:2) menyatakan: layanan penguasan konten merupakan bantuan kepada individu (sendiri-sendiri maupun kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. Kesulitan belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan dan kesulitan belajar akademik. Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru dan orang tua ketika anak gagal menampilkan segala sesuatu atau beberapa kemampuan akademik. Berbicara mengenai kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, sebagai guru pembimbing perlu melakukan layanan bimbingan dan konseling, dan guru pembimbing juga perlu memberikan layanan penguasaan konten. Adapun tujuan dari layanan penguasaan konten ini secara umum ialah agar terkuasainya suatu konten tertentu. Penguasaan konten ini perlu bagi individu atau peserta didik untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap menguasai cara atau kebiasaan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya dalam mengatasi masalah-masalahnya. Tujuan khusus dari layanan pengusaan konten ini dapat dilihat dari pertama kepentingan individu atau klien mempelajarinya. Tujuan layanan penguasaan konten terkait dengan fungsi konseling diantaranya fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan, pengembangan dan pemeliharaan.

4

Layanan penguasaan konten pada umumnya diselenggarakan secara langsung dan tatap muka, dengan format klasikal, kelompok atau individual. Penyelenggaraan layanan secara aktif menyajikan bahan, memberikan contoh, merangsang, mendorong, dan menggerakkan peserta untuk berpartisipasi aktif untuk mengikuti dan menjalani materi layanan. Dalam pelaksanaan layanan penguasaan konten yang dilaksanakan oleh guru pembimbing di sekolah terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, sebaiknya seefektif mungkin dilaksanakan oleh guru pembimbing, agar kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat terentaskan. Dalam observasi awal penulis laksanakan pada tanggal 2 Maret 2010 mengenai layanan penguasaan konten ini, dimana tempat penulis

melaksanakan observasi di SMPN 1 Solok Selatan, dimana layanan penguasaan konten tersebut berjalan belum efektif, seperti halnya layanan informasi yang diberikan di sekolah penelitian. Berdasarkan wawancara yang dilaksanakan penulis kepada 7 orang peserta didik, dari beberapa orang peserta didik yang diwawancarai, mengatakan bahwa layanan penguasaan konten ini dilaksanakan di sekolah tersebut, namun tidak seefektif yang diharapkan seperti pemberian layanan lainnya. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia keefektifan adalah keadaan berpengaruh, hal berkesan, kemanjuran, kemujaraban dan keberhasilan (usaha atau tindakan). Wawancara yang dilakukan penulis dengan guru pembimbing pada tanggal 2 Maret 2010, hasil yang diperoleh tentang pelaksanaan layanan penguasaan konten yang dilakukan oleh guru pembimbing kepada peserta didik melalui informasi yang berisikan materi-materi keterampilan dalam

5

bidang belajar seperti cara belajar efektif dan cara belajar yang baik, sedangkan masih banyak materi-materi yang dapat diberikan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar seperti materi: (1) Cara membuat jadwal kegiatan sehari-hari, (2) cara membaca dengan baik, (3) cara mencatat dan lain-lain. Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai keefektifan pelaksanaan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik di SMPN 1 Solok Selatan, yang bertujuan untuk melihat kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan penanganannya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan masalah pokok dalam penelitian adalah Bagaimana keefektifan pelayanan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik di SMPN 1 Solok Selatan. C. Batasan Masalah Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penelitian ini, maka penulis perlu mengadakan pembatasan masalah yaitu : 1. Keterampilan peserta didik cara belajar

efektif untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik. 2. Bagaimana upaya yang dilakukan guru

pembimbing dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik melalui layanan penguasaan konten.

6

D.

Tujuan Penelitian Dari batasan masalah yang ada penelitian ini bertujuan untuk

mengungkapkan hal-hal sebagai berikut : 1. Mengetahui bagaimana pemahaman

peserta didik terhadap pelayanan penguasaan konten mengenai cara belajar efektif. 2. Mengetahui bagaimana upaya yang

dilakukan guru pembimbing dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik melalui penguasaan konten. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Manfaat praktis

Manfaat praktis yang dapat diperoleh oleh peneliti dari penelitian ini adalah: a. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pelayanan Penguasaan Konten. b. Untuk mengetahui keefektifan pelayanan Penguasaan Konten yang dilaksanakan oleh guru pembimbing di sekolah penelitian untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik. 2. a. Manfaat akademik Bagi guru pembimbing

Adapun manfaat dari penelitian ini bagi guru pembimbing adalah:

7

1)

Guru

pembimbing

dapat

melaksanakan

pelayanan

Penguasaan Konten dengan lebih efektif 2) Guru pembimbing mampu untuk mengatasi kesulitan

belajar peserta didik melalui pelayanan Penguasaan Konten yang diberikan. b. Manfaat bagi sekolah

Manfaat penilitian ini bagi sekolah adalah dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik pendidikan sebagai upaya yang strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia. F. Penjelasan Istilah 1. Keefektifan Menurut Roulette (1999:1): Keefektifan adalah dengan melakukan hal yang benar pada saat yang tepat pada jangka waktu yang panjang, baik pada organisasi tersebut dan pelanggan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia keefektifan adalah keadaan berpengaruh, hal berkesan, kemanjuran, kemujaraban dan keberhasilan (usaha atau tindakan). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keefektifan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, dalam jangka waktu yang relative panjang untuk melihat proses layanan konten di sekolah di SMPN 1 Solok Selatan.

8

2.

Pelayanan Penguasaan Konten Menurut Prayitno layanan penguasaan konten adalah layanan bantuan kepada individu (sendri-sendiri atau dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. Dalam penelitian, penguasaan konten merupakan layanan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada peserta didik untuk memberikan keterampilan di SMPN 1 Solok Selatan.

3.

Kesulitan Belajar Menurut Hallan, Kauffan dan Lloyd (1985:14): Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan dalam mendengarkan, menulis, berfikir, berbicara, membaca, mengeja atau berhitung. Dalam penelitian ini, yang di maksud dengan kesulitan belajar adalah suatu hambatan yang dialami oleh peserta didik dalam belajar di SMPN 1 Solok Selatan.

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Layanan Penguasaan Konten 1. Pengertian Layanan Penguasaan Konten Dalam perkembangan dan kehidupan, setiap individu menguasai berbagai kemampuan dan kompetensi. Kemampuan dan kompetensi itulah manusia bisa berkembang. Banyak atau bahkan sebagian besar kemampuan atau kompetensi itu harus dipelajari. Untuk itu individu harus belajar dan belajar. Kegiatan belajar ini tidak memandang waktu dan tempat, artinya dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Dalam kegiatan belajar individu yang bersangkutan menjalani proses pembelajaran dengan mengaktifkan diri sendiri dengan bantuan orang lain. Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dapat mengamati orang tersebut. Bahkan hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh dari hasil belajar. Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan seperti bergaul dengan orang lain. Belajar adalah merupakan terjadinya proses perubahan dari belum tahu menjadi tahu, dan dari belum mampu kearah menjadi mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya perubahan dalam

9

10

pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi belajar. Setiap individu dalam belajar ada yang mengalami kesulitan dalam belajar begitupun juga dengan peserta didik yang mengikuti proses belajar baik disekolah maupun diluar sekolah. Sebagai guru pembimbing di sekolah perlu memberikan pelayanan penguasaan konten untuk membantu peserta didik yang mengalami masalah kesulitan belajar. Menurut Prayitno adalah: Layanan bantuan yang diberikan kepada individu (sendiri-sendiri atau kelompok) untuk membantu peserta didik untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. 2. Tujuan Layanan Penguasaan Konten

Tujuan dari pelayanan penguasaan konten ini terbagi atas 2 bagian yaitu : a. Tujuan umum Tujuan pelayanan penguasaan konten ini perlu bagi individu untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-cara atau kebiasaan tertentu, untuk memenuhi

kebutuhannya untuk mengatasi masalah-masalahnya. Dengan penguasaan konten yang dimaksud itu individu yang bersangkutan lebih mampu menjalani kehidupannya lebih efektif. b. Tujuan khusus Tujuan khusus layanan penguasaan konten terkait dengan fungsifungsi konseling yaitu : a. Fungsi pemahaman, menyangkut konten-konten yang isinya

merupakan berbagai hal yang perlu dipahami. Dalam hal ini seluruh aspek konten (yaitu fakta, data, konsep, proses hokum dan aturan, nilai

11

dan bahkan aspek yang menyangkut persepsi, afektif, sikap dan tindakan) memerlukan pemahaman yang memadai. b. Fungsi pencegahan dapat menjadi muatan layanan penguasaan konten apabila kontennya memang terarah kepada terhindarkannya individu dari mengalami masalah tertentu. c. Fungsi pengentasan akan menjadi arah layanan apabila penguasaan konten memang untuk mengatasi masalah yang sedang dialami oleh klien. d. Penguasaan konten dapat secara langsung mengembangkan di satu sisi, dan sisi lain memelihara potensi individu atau klien. e. Penguasaan konten yang tepat terarah memungkinkan individu membela diri sendiri terhadap ancaman atau pelanggaran atas hakhaknya. 3. Materi-Materi Layanan Penguasaan Konten yang diberikan kepada Peserta Didik Materi yang dapat diangkat melalui layanan penguasaan konten ada berbagai macam yaitunya : 1. Pengenalan peserta didik yang mengalami masalah belajar tentang

kemampuan, motivasi, sikap dan kebiasaan belajar. 2. 3. Pengembangan motivasi sikap, dan kebiasaan belajar yang baik. Pengembangan keterampilan belajar : membaca, mencatat,

bertanya dan menjawab, dan menulis. 4. 5. Pengajaran perbaikan. Program pengayaan.

12

Materi layanan penguasaan konten dalam bidang-bidang bimbingan meliputi : 1. Layanan penguasaan konten dalam bimbingan pribadi (No.2A),

meliputi kegiatan pengembangan pemahaman dan keterampilan untuk memantapkan pada diri siswa: a. Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b. Pengenalan dan penerimaan perubahan, pertumbuhan dan

perkembangan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri. c. Pengenalan terhadap kelemahan diri sendiri dan upaya

penanggulangannya. d. Pengenalan tentang kemampuan bakat dan minat diri sendiri serta penyaluran dan pengembangannya. e. Kemampuan mengambil keputusan dan pengarahan diri sendiri. 2. Layanan penguasaan konten dalam bimbingan sosial (No.4B),

meliputi kegiatan pengembangan pemahaman dan keterampilan untuk memantapkan pada diri peserta didik : a. Kemampuan berkomunikasi, serta menerima dan menyampaikan pendapat secara logis, efektif, dan produktif. b. Kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial (di rumah, sekolah dan di masyarakat) dengan menunjang tinggi tata krama, norma dan nilai-nilai agama, adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku. c. Hubungan dengan teman sebaya di sekolah dan di masyarakat.

13

d. Pemahaman dan pelaksanaan disiplin dan peraturan sekolah. e. Pengenalan dan pengalaman pola hidup sehat sederhana dan sehat. 3. Layanan penguasaan konten dalam bimbingan belajar (No.4C),

meliputi kegiatan pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar yang baik keterampilan belajar, program pengajaran perbaikan, dan program pengayaan: a. Peningkatan motivasi belajar peserta didik antara lain dengan: 1) 2) Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Menyesuaikan pembelajaran dengan kemampuan bakat,

dan minat. 3) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang,

merangsang, dan menyenangkan. 4) 5) Memberikan hadiah (penguatan). Menciptakan hubungan yang hangat dan dinamis antara

guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik. 6) yang Menghindarkan peserta didik dari tekanan dan suasana menakutkan, mengecewakan, membingungkan dan

menjengkelkan. 7) 8) Melengkapi sumber dan sarana belajar. Mempelajari hasil belajar yang diperoleh.

b. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik antara lain untuk: 1) 2) Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar. Memelihara kondisi kesehatan.

14

3)

Mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah,

membuat jadwal belajar. 4) 5) Memilih tempat yang baik. Belajar dengan menggunakan sumber-sumber belajar yang

kaya (seperti buku teks, kamus dan berbagai referensi lain, bahan/hasil percobaan/penelitian). 6) Tidak segan-segan untuk bertanya untuk hal-hal yang tidak

diketahui (kepada guru, teman dan siapapun). 7) Mengembangkan motivasi dan sikap positif terhadap semua

materi yang dipelajari. c. Peningkatan keterampilan belajar antara lain dengan: 1) 2) 3) Membuat catatan sewaktu guru mengajar. Membuat ringkasan dari buku yang dibaca. Membuat laporan(laporan peninjauan, diskusi, pelaksanaan

kegiatan tertentu). 4) Mengembangkan cara menjawab / memecahkan soal-soal

ujian/ulangan. 5) 6) 7) Menyusun makalah. Membaca efektif. Berbahasa efektif (lisan dan tulisan).

4. Layanan pembelajaran dalam bimbingan karier (No.4D), meliputi kegiatan pengembangan pemahaman, sikap dan kebiasaan belajar, program pengayaan yang diharapkan dapat memantapkan pada diri peserta didik :

15

a. b.

Pilihan karier dan latihan keterampilan. Orientasi dan informasi karier atau pekerjaan, dunia kerja

dan upaya memperoleh penghasilan. c. Orientasi dan informasi lembaga-lembaga keterampilan

(lembaga industri/kerja) sesuai dengan pilihan pekerjaan dan arah pengembangan karier. d. Pilihan, orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai

dengan arah pengembangan karier. B. Cara belajar efektif 1. Pengertian belajar Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia dapat melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya dapat berkembang. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Berikut ini dikemukakan defenisi tentang pengertian belajar menurut para ahli. Menurut James O. Witteker (Psikologi Pendidikan 2006:89) mengungkapkan belajar adalah: belajar sebagai proses dimana tingkah laku diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Skinner (Pengantar Psikologi Umum 2004:144) mengungkapkan bahwa: belajar adalah merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa akibat dari belajar adanya sikap progresivitas adanya tendensi kearah yang lebih baik atau sempurna dari keadaan sebelumnya.

16

Menurut Mc. Geoch (Pengantar Psikologi Umum 2004:144) mengungkapkan bahwa belajar adalah: membawa perubahan dan

performance dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan. Latihan ini dimaksudkan bahwa adanya usaha dari individu yang belajar. Capplin (Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru 2007:134) membatasi belajar dengan macam rumus. Rumus pertama belajar adalah: perolehan perubahan tingkah laku yang menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya adalah belajar ialah: proses memperoleh respon-respon sebagai adanya latihan khusus. Hintzman (Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru 2007:134) mengungkapkan belajar adalah: suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Witting (Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru 2007:134) mengungkapkan bahwa belajar adalah:

perubahan yang menetap yang terjadi dalam segala macam organisme sebagai hasil pengalaman. Biggs (Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru 2007:135) mendefenisikan belajar dalam tiga rumusan yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institional dan rumusan kualitaitf. Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah) belajar adalah: kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi belajar dalam arti sudut banyak materi yang dikuasai oleh peserta didik. Secara institional belajar dipandang sebagai proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari. Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) adalah : proses memperoleh arti-arti pemahaman-pemahaman serta cara-cara

17

menafsirkan dunia disekeliling peserta didik. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya fikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti yang akan dihadapi oleh peserta didik. 2. Tujuan belajar Menurut M. Dalyono (2007:49) belajar adalah: suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan yang ada pada diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan: a. Belajar adalah usaha perbuatan yang dilakukan secara sungguhsungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik visi, mental, dan aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat, minat dan motivasi. b. Belajar bertujuan mengadakan perubahan didalam diri antara lain tingkah laku, misalnya seorang anak kecil yang sebelumnya masuk sekolah bertingkah laku cengeng, manja, egois dan sebgainya, tetapi setelah beberapa bulan masuk sekolah dasar, tingkah lakunya berubah menjadi anak baik, tidak lagi cengeng dan mau bergaul dengan teman-temannya. c. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan yang buruk menjadi yang baik. Kebiasaan yang buruk adalah penghambat atau perintang jalan menuju kebahagiaan tetapi sebaliknya adalah sebagai pelicin jalan menuju kemelaratan. Cara menghilangkannya adalah belajar untuk

18

melatih diri menjauhkan kebiasaan buruk dengan modal keyakinan dan tekad bulat untuk harus berhasil. d. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap dari negatif kearah yang positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang dan sebagainya. e. Dengan belajar dapat mengubah keterampilan, misalnya olah raga, kesenian, jasa, pertanian, dan sebagainya f. Belajar bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu, misalnya tidak bisa membaca, menulis, berhitung, berbahsa inggris menjadi bisa semuanya. 3. Prinsip-prinsip belajar a. Kematangan jasmani dan rohani Salah satu prinsip belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajari. Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada atas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar.

Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya kemapuan berfikir, ingatan, fantasi, dan sebagainya. b. Memahami tujuan Setiap orang yang belajar harus memahami apa tujuannya, kemana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat selesai dan berhasil. Belajar tanpa memahami tujuan dapat menimbulkan

19

kebingungan. Orang yang belajar tanpa tujuan ibarat kapal berlayar tanpa tujuan terombang-ambing tak tentu arah yang dituju sehingga akhirnya bisa terlanggar batu karang atau terdampar disuatu pulau. c. Memiliki kesiapan Setiap orang yang belajar harus memiliki kesiapan untuk memulai kegiatan belajar dengan kemampuan fisik maupun mental. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlengkapan akan banyak mengalami kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil yang baik. d. Memiliki kesungguhan Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan, selain itu akan banyak waktu yang terbuang dengan percuma. Sebaliknya belajar dengan sungguh-sungguh serta tekun akan memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu yang lebih efektif. e. Ulangan dan latihan Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan tidak mudah untuk dilupakan. Bagaimanapun pintarnya seseorang harus mengulang pelajarannya atau berlatih sendiri di rumah agar bahan-bahan yang dipelajarinya tambah meresap dalam otak, sehingga tahan lama dalam ingatan.

20

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar a. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri ) 1. Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bersemangat dalam belajar. 2. bakat Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cendrung baik. Sebaliknya orang yang memiliki intelegensi rendah cendrung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah, bakat juga berpengaruh dalam menentukan keberhasilan belajar. Bila seseorang mempunyai intelegensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajarinya maka proses belajarnya akan lancar dan sukses dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat saja tetapi interlegensinya rendah. Demikian pula jika dibandingkan dengan orang yang memiliki intelegensi tinggi tetapi bakatnya tidak ada dalam bidang tersebut, maka dengan memiliki intelegensi yang tinggi maka ia bisa berhasil dalam kariernya. 3. motivasi Minat dan Intelegensi dan

21

Minat yang besar terhadap sesuatu, merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diamati itu. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Motivasi berbeda dengan minat. Motivasi adalah daya penggerak atau mendorong untuk melakukan suatu pekerjaan. Seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh semangat. 4. Cara belajar Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologi, psikologis dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Teknik-teknik belajar perlu diperhatikan, bagaimana cara membaca, cara mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan / kesimpulan, apa yang harus dicatat dan sebagainya. b. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) 1. Keluarga Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semua itu mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.

22

Disamping itu, faktor keadaan rumah juga turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Besar kecilnya rumah tempat tinggal, ada atau tidak peralatan atau media belajar seperti papan tulis, gambar, peta, ada atau tidak kamar atau meja belajar dan sebagainya, semua itu juga turut menentukan keberhasilan belajar seseorang. 2. Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar juga mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib, maka peserta didik kurang mematuhi perintah guru dan akibatnya peserta didik tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh di sekolah maupun di rumah. Hal ini akan mengakibatkan hasil belajar peserta didik menjadi rendah. 3. Masyarakat Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar peserta didik. Bila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anak yang

berpendidikan tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak untuk belajar lebih giat. 4. sekitar Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi prestai belajar peserta didik. Keadaan lalu lintas yang membisingkan, suara hiruk pikuk orang disekitar, suara pabrik, polusi Lingkungan

23

udara, iklim yang terlalu panas, semuanya akan mempengaruhi semangat belajar.

5. Cara belajar efektif a. Belajar efektif Belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari (Bari Djamarah, 1994:21). Menurut James O. Wittaker belajar dapat

mendefenisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Howard L. Kingsley belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan (Dalyono, 2006:104). Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan 2 unsur yaitu dan raga. Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan sebagai hasil dari proses belajar. Sehingga dilihat dari pengertian pengertian prestasi dan belajar tersebut maka dapat diambil kesimpulan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan. Bentuk perubahan dari hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu: 1. Aspek kognitif meliputi perubahan-perubahan dalam segi

penguasaan pengetahuan dan pengembangan keterampilan atau

24

kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuam tersebut. 2. Aspek afektif meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan dan kesadaran. 3. Aspek psikomotor meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik. Prestasi belajar peserta didik yang diperoleh dalam proses belajarmengajar di sekolah dapat dilihat dan diketahui dari nilai hasil belajar peserta didik yang kemudian dituangkan dalam daftar nilai raport. Nilai tersebut merupakan nilai yang dapat dijadikan acuan berhasil tidaknya proses belajar mengajar di kelas. Penilaian prestasi peserta didik yang dicantumkan dalam raport yang berbentuk angka dan juga huruf. Prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu yang telah dipelajari akan tetapi keberhasilan juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan di tempat belajar. b. -ciri belajar efektif Adapun ciri-ciri belajar efektif yang menganut unsur dalam proses belajar adalah: 1. Motivasi belajar yang tinggi Ciri

Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi tertentu sehingga seseorang mampu melakukan sesuatu. Motivasi dapat dirangsang dari luar tetapi motivasi tumbuh didalam diri seseorang.

25

2.

Bahan belajar yang cukup

Segala informasi yang fakta, prinsip dan serta konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi maka perlu diusahakan isi pengajaran untuk membangkitkan semangat belajar peserta didik. 3. Alat bantu belajar yang baik

Dalam belajar kita memerlukan alat bantu untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik. Informasi yang kita sampaikan harus dapat diteriam peserta didik dengan baik melalui alat indra mereka. 4. Suasana belajar yang nyaman

Suasana yang menimbulkan aktivitas belajar peserta didik apabila: a. Adanya komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik sehingga terciptanya hubungan yang akrab antar peserta didik dengan guru. b. Adanya semangat belajar. Hal ini dapat terjadi apabila isi

materi pelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik. 5. Kondisi peserta didik dalam belajar Selama proses belajar mengajar, tercipanya suasana yang aman dan nyaman. Hal ini karenakan setiap peserta didik itu berbeda dan unik dan kesamaan peserta didik yaitu memiliki perkembangan potensi dan langkah-langkah perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran. C. Cara belajar efektif Adapun cara belajar efektif yang dapat dilakukan adalah :

26

1. Berdoa sebelum belajar. Menurut Abu Ahmadi (1993:42) ini penting dilakukan agar dimudahkan dalam belajar dan juga dapat diberikan kemudahan dalam belajar. 2. Memiilih waktu yang tepat. Menurut Abu Ahmadi (1993:43)

sebelum belajar dilakukan kita sebaiknya memilih waktu yang tepat untuk belajar, apakah waktunya pagi hari, siang, atau malam hari. 3. Suasana yang tenang. Menurut Abu Ahmadi (1993:43) dalam belajar perlu memperhatikan suasana yang nyaman agar belajar konsentrasi dan tidak tergangu oleh suara-suara yang dapat menganggu belajar. 4. Membaca yang baik. Menurut Abu Ahmadi (1993:47)dalam membaca buku pelajaran kita harus memusatkan perhatian kita terhadap buku yang dibaca, dan membuat pertanyaan agar dapat memahami isi bacaan buku yang dibaca. 5. Membuat ringkasan. Menurut Abu Ahmadi (1993:45)dengan membuat ringkasan akan memudahkan kita dalam belajar, menghafal dan memahami. 6. Membuat belajar kelompok. Abu Ahmadi (1993:44)

mengemukakan dengan dibentuknya belajar kelompok maka akan memudahkan waktu belajar dan dapat membahas materi-materi pelajaran yang dirasakan sangat sulit. 7. Menandai tulisan yang bisa dibaca. Menurut Abu Ahmadi (1993:45) menandai tulisan memudahkan kita untuk mengingat materi pelajaran yang telah pelajari.

27

8. Membuat ringkasan bacaan. Menurut Abu Ahmadi (1993:46) membuat ringkasan dari sumber buku yang dibaca dengan menuliskan hal-hal yang sudah ditandai dan memberikan tanda pada hal-hal yang pokok dan penting. 9. Mengulang pelajaran. Menurut Abu Ahmadi (1993:45) disiplin waktu dalam mengulang pelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dengan rajin dan semangat. 10. Menghafal pelajaran dengan baik. Abu ahmadi (1993:45)

mengungkapkan bahwa dalam membaca buku-buku pelajaran tidak hanya sekedar menghafal saja, namun kita musti memhami dari isi buku tersebut. Selama membaca kita harus memusatkan perhatian terhadap buku yang kita baca, ulangi secara teratur dan ajukan pertanyaan terhadap diri sendiri untuk mengasah otak untuk memahami materi pelajaran. 11. Mengatur jadwal belajar. Menurut Abu Ahmadi (1993:44)

sebelum melakukan kegiatan belajar, kita harus mengatur jadwal belajar terlebih dahulu. Jika tidak memiliki jadwal untuk belajar, maka tidak akan memiliki cara mengalokasikan waktu yang berharga ketika hal tidak terduga muncul. D. Kesulitan Belajar 1. Pengertian kesulitan belajar Disetiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memilki peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tetapi juga dirasakan

28

oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaan hanya yang membedakan pada sifat, jenis dan faktor perbedaanya. Setiap kali kesulitan belajar peserta didik yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kesulitan belajar dari peserta didik yang lain. Walaupun sebenarnya masalah yang menganggu keberhasilan belajar peserta didik sangat tidak disenangi oleh guru dan bahkan oleh anak itu sendiri. Tetapi disadari kesulitan belajar datang kepada peserta didik, namun begitu usaha harus diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan agar peserta didik dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dirasakan oleh peserta didik bermacam-macam yaitu : 1. a. b. 2. a. b. 3. a. b. 4. a. b. Dilihat dari kesulitan belajar: Ada yang berat. Ada yang sedang. Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari : Ada yang sebagian mata pelajaran. Ada yang sifatnya sementara. Dilihat dari segi faktor penyebabnya: Ada yang karena faktor intelegensi. Ada yang karena faktor non-intelegensi. Dilihat dari sifat kesulitannya: Ada yang sifatnya menetap. Ada yang sifatnya sementara.

29

Suatu pendapat yang keliru dengan mengatakan bahwa kesulitan belajar peserta didik disebabkan oleh rendahnya intelegensi karena dengan kenyataan cukup banyak peserta didik yang berintelegensi tinggi tetapi hasil belajarnya rendah jauh dari yang diharapkan. Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah (2002:198) mengatakan bahwa: kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Peserta Didik Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:109) faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik peserta didik yaitu: 1. Bersifat kognitif (ranah cipta) anatara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi peserta didik. 2. Bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. 3. Bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran. Sedangkan faktor yang bersifat eksteren meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar peserta didik. Faktor lingkungan ini yaitunya: 1. Lingkungan keluarga, misalnya ketidak harmonis hubungan

keluarga, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. 2. Lingkungan perkampungan atau masyarakat, misalnya wilayah

perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal. 3. Lingkungan sekolah, misalnya kondisinya letak gedung sekolah

yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

30

Selain faktor yang bersifat umum diatas, ada faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar peserta didik. Faktor ini dipandang sebagai faktor khusus, misalnya sindrom psikis berupa learning disability (ketidak mampuan belajar). sindrom (syndrom) berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar. Sindrom itu misalnya diseleksia (dyselexsia), yaitunya ketidak mampuan belajar membaca, diskalkulia (discalculia), yaitu ketidak mampuan belajar matematika. Faktor penyebab kesulitan belajar dapat dibagi menjadi: 1. Faktor Peserta Didik Peserta didik adalah subjek yang belajar. Kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik tidak hanya bersifat menetap, tetapi juga yang bisa dihilangkan dengan usaha tertentu. Faktor intelegensi adalah kesulitan belajar peserta didik yang bersifat menetap, sedangkan kesehatan yang kurang baik atau sakit, kebiasaan belajar yang tidak baik dan sebagainya adalah faktor non-intelektual yang bisa dihilangkan. Untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar peserta didik dapat dikemukan sebagai berikut: a.Intelegensi IQ yang kurang baik. b. Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan

pelajaran yang dipelajari yang diberikan oleh guru.

31

c.Faktor emosional yang kurang stabil. Misalnya mudah tersinggung, pemarah, selalu bingung dalam menghadapi masalah, selalu sedih dengan tanpa alasan yang tidak jelas. d. Aktivitas belajar yang kurang, lebih banyak malas dalam

melakukan kegiatan belajar. e.Kebiasaan belajar yang kurang baik. Belajar dengan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan, tidak dengan pengertian (insight), sehingga sukar ditransfer kesituasi lain. f. Penyesuaian sosial yang sulit. Cepatnya penyerapan bahan pelajaran oleh peserta didik susah menyesuaikan diri untuk mengimbangi dalam belajar. g. Latar belakang yang pahit, misalnya peserta didik sambil

bekerja, kemiskinan ekonomi, orang tua memaksa anak harus bekerja demi membiayai sendiri yang sekolah. h. Cita-cita yang tidak relevan (tidak sesuai dengan bahan

pelajaran yang dipelajari). i. Latar belakang pendidikan yang dimasuki dengan sistem sosial dan kegiatan belajar mengajar di kelas yang kurang baik. j. Seks atau pernikahan yang tidak terkendali. 2. Faktor Sekolah Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah rehabilitasi peserta didik. Faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang dianggap dapat menimbulkan kesulitan belajar peserta didik yaitu:

32

a. Pribadi guru yang kurang baik. b. Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang digunakan ataupun dalam penguasaan mata pelajaran yang di pegangnya. c. Hubungan guru dengan peserta didik kurang harmonis. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh peserta didik. d. Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan peserta didik. e. Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik. f. Alat atau media yang kurang memadai. g. Perpustakaan di sekolah yang kurang memadai dan kurang merangsang penggunaannya oleh peserta didik. h. Fasilitas fisik sekolah yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat kesehatan dan tidak terpelihara dengan baik. i. Suasana sekolah yang kurang menyenagkan misalnya suasana bising karena letak sekolah berdekatan dengan jalan raya, tempat lalu lintas hilir mudik, berdekatan dengan rumah penduduk, dekat pasar, bengkel dan pabrik. 3. Faktor Keluarga Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang diakui keberadaannya dalam dunia pendidikan. Beberapa faktor dalam keluarga yang menjadi kesulitan belajar peserta didik adalah :

33

a.

Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar di

rumah sehingga kebutuhan belajar yang diperlukan itu tidak ada, maka kegiatan belajar anak pun terhenti untuk beberapa waktu. b. Kurangnya biaya pendidikan yang

disediakan, anak harus memikirkan bagaimana mencari uang untuk biaya sekolah hingga tamat. c. Anak tidak mempunyai uang dan tempat

belajar yang khusus di rumah. d. Ekonomi keluarga yang lemah atau tinggi

sehingga membuat anak menjadi berlebih-lebihan. e. Kesehatan keluarga yang kurang baik. Orang

tua yang sakit-sakitan misalnya membuat anak harus memikirknnya dan merasa prihatin. f. Perhatian orang tua yang tidak memadai.

Anak merasa kecewa dan mungkin frustasi melihat orang tua yang tidak pernah memperhatikannya. g. Kebiasaan orang tua yang tidak menunjang.

Dimana kebiasaan belajar yang tidak dicontohkan tidak terjadwal dan sesuka hati atau dekat waktu ulangan baru belajar, maka kebiasan itulah yang ditiru oleh anak walaupun sebenarnya hal itu kebiasaan belajar yang salah. h. Kedudukan anak dalam keluarga yang

menyedihkan. Orang tua pilih kasih dalam mengayomi anak, seolaholah ada anak kandung dan anak tiri.

34

i.

Anak yang terlalu banyak membantu orag

tua. Untuk keluarga tertentu sering ditemukan anak yang terlibat langsung dalam pekerjaan orang tua seperti mencuci pakain, memasak, kepasar berjualan, dan juga ikut mengasuh adik-adiknya. 4. Faktor Masyarakat Sekitar Jika keluarga adalah komunitas masyarakat terkecil, maka masyarakat dalam kehidupan sosial yang terbesar. Peserta didik hidup dalam komunitas masyarakat yang heterogen adalah suatu kenyataan yang harus diakui. Kegaduhan, kebisingan, keributan, pertengkaran, kemalingan dan kejahilan, sudah merupakan bagian tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Kesulitan belajar bagi peserta didik tidak hanya bersumber dari obat-obatan dan lingkungan masyarakat yang buruk, tetapi juga bersumber dari media elektronik. Media elektronik seperti televisi, yang seharusnya berfungsi sebagai media informasi dan sebagai media hiburan, ternyata sangat mengecewakan. Kepentingan bisnis sampai hati melantarkan aspek moral, etika dan susila. Kebangkitan prilaku seksual, disebabkan oleh faktor diluar diri remaja seperti buku porno, majalah porno, film cabul, dan gambar porno. Peserta didik yang sudah pernah melakukan perbuatan jahiliyah itu sulit untuk menerima pelajaran di sekolah karena mereka cendrung untuk berkhayal tentang kenikmatan seks. Keinginan untuk selalu bersama berdampingan dengan lawan jenis lebih besar dari keinginan belajar. Akhirnya mereka termasuk kedalam kelompok peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar.

35

Sedangkan menurut Muhibin Syah (Psikologi Belajar 2005:199) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar adalah : 1. Faktor interen peserta didik, yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam diri peserta didik Faktor interen peserta didik meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-pisik peserta didik yakni : 1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta)

antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual intelegensi peserta didik. 2. Yang bersifat afektif (ranah rasa)

anatara lain seperti labilnya emosi dan sikap. 3. Yang bersifat psikomotor (ranah

karsa), anatara lain terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). 2. Faktor eksteren peserta didik hal-hal atau keadaan yang datang dari luar peserta didik: Faktor eksteren peserta didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar peserta didik. Faktor lingkungan ini meliputi: b. Keluarga

Seperti : ketidak harmonisan hubungan ayah dan ibu, ekonomi yang rendah c. Lingkungan masyarakat

36

Seperti wilayah perkampungan kumuh, dan teman sepermainan yang nakal d. Lingkungan sekolah

Seperti kondisi dan letak gedung sekolah yang dekat dengan keramaian. 3. Jenis Kesulitan Belajar yang dialami Peserta Didik Membuat klasifikasi kesulitan belajar tidak mudah karena kesulitan belajar merupakan sekelompok kesulitan yang heterogen. Kesulitan belajar memiliki banyak tipe yang masing-masing memerlukan diagnosis dan remediasi yang berbeda-beda. Betapapun sulitnya membuat klasifikasi kesulitan belajar, klasifikasi memang tampaknya perlu karena bermanfaat untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Mulyono Abdurrahman (2003:11), secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok: 1. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan

(developmental learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik, persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian prilaku sosial. 2. Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities).

Kesulitan belajar akademik menunjukkan pada adanya kegagalankegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesui dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup punguasaan

keterampilan dalam membaca, menulis,dan matematika.

37

4. Upaya Guru Pembimbing dalam Mengentaskan Kesulitan Belajar Peserta Didik Dalam rangka usaha untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik, seorang guru pembimbing sebaiknya melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan cara: 1. data Untuk dapat mengetahui penyebab kesulitan belajar peserta didik, guru pembimbing melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang bermasalah. Baik dengan cara wawancara maupun dengan observasi. Usaha lain yang dapat dilakukan dalam pengumpulan data adalah dengan cara: (1) Kunjungan rumah , (2) Case study, (3) Case history, (4) Daftar pribadi, (5) Meneliti pekerjaan anak, (6) Meneliti tugas kelompok, (7) Melaksanakan tes, baik tes IQ maupun tes pribadi. 2. Melakukan pengolahan data Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah secara cermat. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar peserta didik jelas tidak dapat diketahui karena data yang terkumpul itu masih mentah, belum dianalisis dengan seksama. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah sebagai berikut: a. b. c. d. Identifikasi kasus. Memperbandingkan antar kasus. Memperbandingkan dengan hasil tes. Menarik kesimpulan. Melakukan pengumpulan

38

3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Tentu saja keputusan yang diambil setelah dilakukan analisis terhadap data yang yang diolah itu. Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut: 1. Keputusan

mengenai jenis kesulitan belajar peserta didik yaitu berat ringannya tingkat kesulitan belajar yang dirasakan peserta didik. 2. Keputusan

mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar peserta didik. 3. Keputusan

mengenai fakor utama yang menjadi penyebab kesulitan belajar peserta didik.

4. n Prognosis

Melakuka

Keputusan diambil berdasarkan hasi diagnosis menjadi dasar pijakan dalam prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar untuk dapat keluar dari permasalahannya. 5. an Treatment Memberik

39

Treatment adalah perlakuan. Perlakuan di sini dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah di susun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang mungkin di berikan adalah: a. Melalui bimbingan belajar individual. b. Memberikan belajar kelompok. c. Memberikan remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu. d. Melalui bimbingan orang tua di rumah. e. Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis. f. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum. g. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran. Ketetapan treatment yang di berikan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sangat tergantung kepada ketelitian dalam pengumpulan data. 6. uasi Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal sama sekali. Ada kemungkinan data yang terkumpul kurang lengkap, program disusun tidak jelas dan tepat, atau diagnosis yang diambil tidak Mengeval

40

akurat karena kesalahan membaca data, sehingga berdampak langsung pada treatment. Kemungkinan lain juga bisa terjadi datanya lengkap, pengolahan datanya dengan cermat dan teliti, akurasi diagnosis meyakinkan, dan prognosis dengan jelas dan sistematis, tetapi karena treatment yang diberikan kepada anak yang mengalami kesulitan dalam belajar tidak sunguh-sungguh, terkesan asal-asalan, juga menjadi pangkal penyebab gagalnya usaha mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

Kerangka Konseptual

Keefektifan konten

pelayanan

penguasaan

41

Cara belajar efektif

Keseulitan belajar

Peserta didik

Keterangan: Dari kerangka konseptual di atas dapat disimpulkan bahwa keefektifan pelayanan penguasaan konten berhubungan dengan cara belajar efektif seperti memilih waktu yang tepat, suasana yang nyaman, membaca yang baik, membuat ringkasan dan membuat kelompok belajar. Layanan penguasaan konten adalah layanan bantuan yang diberikan kepada individu atau kelompok untuk membantu peserta didik untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. Tujuannya adalah untuk membantu peserta didik untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan yang dialami oleh peserta didik dalam belajar, maka dengan efektifnya pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif

42

yang diberikan oleh guru pembimbing di sekolah dapat membantu kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik dalam belajar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif pada penelitian ini penulis berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang

43

dengan kata lain penelitian deskritif mengambil masalah atau memusatkan penelitian pada masa aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan. Mengenai metode ini dapat dilihat pada penjelasan Suharsimi Arikunto penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variable gejala atau keadaan. Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai pemecahan yang disadari dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya tanpa bermaksud mengkompersikan, sedangkan menurut Arikunto adalah penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis tertentu tapi hanya

menggambarkan tentang suatu variable, gejala keadaan apa adanya. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Suharsimi Arikunto (2005:102) menyatakan populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian. Sejalan dengan itu A. Muri Yusuf (2005:181) juga mengatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang diteliti. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian adalah peserta didik kelas VII dan kelas VIII, serta guru pembimbing yang berjumlah 2 orang 42 untuk data sekunder. Peserta didik kelas VII yang berjumlah 180 orang, kelas VIII 190 orang, jadi jumlah keseluruhan kelas VII dan kelas VIII sebanyak 370 orang. Tabel 1 Populasi

44

No Populasi 1 Peserta didik kelas VII VII-1 VII-2 VII-3 VII-4 VII-5 2 Peserta didik kelas VIII VIII-1 VIII-2 VIII-3 VIII-4 VIII-5

Jumlah 37 35 35 36 37 39 37 37 38 39

Jumlah 370 Data diperoleh dari Tata Usaha SMPN 1 Solok Selatan Tahun Ajaran 2009-2010 2. Sampel Sampel yaitu sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Untuk mengambil sampel penulis berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto (1989:102) bahwa apabila populasi kurang dari seratus maka semuanya dijadikan sampel, apabila populasinya lebih besar maka dapat diambil 10-15% atau 20-25%. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling, penulis hanya mengambil sampel sebanyak 20% dari jumlah peserta didik yang berjumlah 370 orang untuk mengetahui gambaran kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik di SMPN 1 Solok Selatan. Untuk lebih jelas tentang sampel yang penulis gunakan dilihat tabel dibawah ini : Tabel 2 Sampel Random Sampling

45

No Sampel 1 Peserta didik kelas VII VII-1 VII-2 VII-3 VII-4 VII-5 2

Jumlah 37 35 35 36 37

20% 8 7 7 8 8

Peserta didik kelas VIII VIII-1 39 VIII-2 37 VIII-3 37 VIII-4 38 VIII-5 39 Jumlah 370 Data diperoleh dari Tata Usaha SMPN 1 Solok Selatan Tahun Ajaran 2009-2010

8 8 8 8 8 78

C. Sumber Data Sumber data ialah orang atau subjek peneliti yang dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah yang dilakukan penelitian oleh peneliti. Jenis data dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Menurut Winarno Surahman (1982:163) menjelaskan bahwa : 1. Sumber data primer atau sumber data utama adalah orang atau

informasi yang dianggap paling penting mengetahui tentang masalah penelitian, yang menjadi sumber data primer adalah perserta didik dan data sekunder adalah guru pembimbing. Sumber data dari guru pembimbing digunakan untuk memperoleh data tentang layanan apa saja yang telah diberikan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar sedangkan peserta didik digunakan untuk memperoleh data

46

mengenai kesulitan belajar apa saja yang dialami oleh peserta didik dalam mengikuti pelajaran. 2. Sumber data sekunder adalah sumber data pelengkap yaitu orang

atau informasi yang mengetahui tentang masalah penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah Tata Usaha (TU), Kepala Sekolah, wali kelas dan guru mata pelajaran.

D. Alat Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang lengkap dan tepat, maka sumber yang lengkap juga ditentukan oleh alat pengumpulan data. Adapun alat pengumpulan data penulis gunakan adalah berupa: 1. Angket Menurut A. Muri Yusuf (2003:249) angket adalah satu rangkaian pertanyaan yang behubungan dengan topik tertentu yang diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud untuk memperoleh data. Angket dirancang sesuai dengan pertanyaan penelitian yaitu untuk mengungkap keefektifan pelayanan penguasaaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik di SMP N 1 Solok Selatan. Angket yang diberikan kepada responden yang menjadi objek penelitian yaitu peserta didik. Menurut Sugiono (2003:162), angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan secara lisan atau tertulis kepada responden untuk dijawab. Dalam skripsi ini penulis melakukan pengumpulan data dengan cara membagikan angket yang akan dijawab oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil yang valid dan reliable.

47

Berdasarkan

teknik

pengumpulan

data

untuk

angket

dengan

menggunakan empat alternatif jawaban, dimana angket yang menyediakan pilihan pernyataan dengan menchecklist salah satu jawaban yang telah disediakan. Berdasarkan sudut pandang tertentu alternatif jawaban dari item pernyataan diberi skor Subana dan Sudrajat, (2006: 136), sebagai berikut: Nilai Skala (+) (-) 4 0 3 1 2 2 1 3 0 4

a. b. c. d. e.

Sangat setjuu (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)

Untuk mengumpulkan data tentang keefektifan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik di SMPN 1 Solok Selatan, digunakan angket yang diberikan pada peserta didik. Agar pengumpulan data ini dapat berjalan dengan lancar maka peneliti menjalankan prosedur sebagai berikut: a. Peneliti membaca berbagai sumber untuk menguatkan landasan sehingga memudahkan peneliti untuk mengembangkan

teoritis

instrumen peneliti. b. c. Membuat kisi-kisi angket berdasarkan objek yang akan diteliti. Menyusun sejumlah pernyataan yang menggambarkan keseluruhan

ruang lingkup objek yang akan diukur. Pernyataan yang disusun terdiri dari pernyataan positif dan negatif. d. Selanjutnya instrument dijudge oleh 3 orang dosen. Dari 60 item

pernyataan yang dijudge, ternyata ada beberapa item yang dibuang yang memiliki makna ganda sehingga item pernyataan menjadi 55 item.

48

e.

Setelah instrument dijudge oleh 3 orang dosen dan direvisi dengan

jumlah item pernyataan sebanyak 55 item, maka peneliti kembali mengujicobakannya untuk menguji validitas dan menyeleksi

pernyataan-pernyataan yang dapat dipakai untuk penelitian. Menurut Sugiyono (Ridwan, 2004:97) instrument dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, sehingga instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam pengujian validitas ini, peneliti

menggunakan rumus Product Moment dari Pearson. Berikut ini dikemukakan satu contoh perhitungannya. Sedangkan untuk item lainnya, hasil perhitungannya dikemukakan dalam lampiran. Contoh perhitungan item nomor 2 adalah sebagai berikut: Table 3 Uji Validitas dengan Menggunakan Program SPSS Sistem Komputerisasi Item Pernyataan No 2 X Y X Y XY 4 159 16 25281 636 4 190 16 36100 760 4 197 16 38809 788 4 198 16 39204 792 3 172 9 29584 516 4 165 16 27225 660 3 153 9 23409 459 2 101 4 10201 202 3 141 9 19881 423 3 83 9 6889 249 3 161 9 25921 483 4 175 16 30625 700 2 103 4 10609 206 3 166 9 27556 498 4 198 16 39204 792 3 185 9 34225 555 3 192 9 36864 576 1 122 1 14884 122

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

49

19 20 21 22 Jumlah

3 2 3 4 X 69

163 158 166 202 Y 3550

9 4 9 16 X 231

26569 24964 27556 40804 Y 596364

489 316 498 808 XY 11528

Keterangan: X = Skor item nomor 2 Y = Total skor minus skor item Dengan rumus:

rhitung =

{n. X

n( XY ) ( X )( Y )2

( X)

2

}{n. Y

2

( Y)

2

}

=

{22.231 ( 69) } {22.596364 ( 3550) }2 2

22(11528 ) ( 69 )( 3550 )

=

{5082 - 4761 }{131200088666 12877 ,29

253616 - 244950 12602500

}

=

= 0,67

Keterangan: X = Jumlah skor masing-masing item Y = Jumlah skor seluruh item (total) XY = Jumlah skor antara X dan Y N X = Banyaknya subjek = Kuadrat dijumlah skor tiap item

50

Y

= Kuadrat dari skor total

Kritera : Bila t hitung> t tabel, maka perangkat angket dikatakan valid. Ternyata dari perhitungan di atas diperoleh koefisien kolerasi 0,67. Hal ini perlu diuji rhitung ini signifikan atau tidak signifikan, maka untuk mengujinya, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut: thitung =r n 2 1 r 20,67 22 22

=

1 0,670,67

=

4,47

1 0,4489

=

1,41 0,551

= 0,74 = 1,90 Ternyata diperoleh hasil t-hitung 1,90 pada derajat kebebasan 8 dan taraf signifikan 0,05 dengan uji satu pihak, maka diperoleh t-tabel 1,7. Sehingga nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel maka item pernyataan nomor 2 adalah valid atau signifikan. f. Angket uji validitas yang dilakukan maka dapat disimpulkan

1 1 ,4

bahwa terdapat 5 item pernyataan yang gugur, sehingga jumlah item yang dipakai dalam penelitian ini adalah berjumlah 50 item. g. Setelah uji validitas dilakukan, maka dilakukan uji realibilitas

instrumen. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:154) realibilitas adalah suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

51

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen dikatakan realibel jika instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Pengujian realibilitas

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: Langkah 1 : Memilah dan menghitung item ganjil dan genap, dalam hal ini item ganjil menjadi sumbu X dan item genap menjadi sumbu Y, sehingga dapat melihat dalam tabel dibah ini :

Tabel 4 Item ganjil dan item genap pengujian realibilitas

No 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9

X 2 78 95 104 102 89 82 79 47 85

Y 3 81 95 97 99 85 83 73 47 83

X 4 6084 9025 10816 10404 7921 6724 6241 2209 7225

Y 5 6561 9025 9409 9801 7225 6889 5329 2209 6889

XY 6 6318 9025 10088 10098 7565 6806 5767 2209 7055

52

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Jumlah

45 83 91 59 84 101 93 105 64 83 80 84 93 X 1826

38 78 85 49 82 101 92 87 62 80 66 82 95 Y 1740

2025 6889 8281 3481 7056 10201 8649 11025 4096 6889 6400 7056 8649 X 157346

1444 6084 7225 2401 6724 10201 8464 7569 3844 6400 4356 6724 9025 Y 143798

1710 6474 7735 2891 6888 10201 8556 9135 3968 6640 5280 6888 8835 XY 150132

Langkah 2 : menghitung kolerasi Product Moment dengan rumus:rb = = = = =

[n.x

n.( xy ) ( x ).( y )2 2

( x ) . n. y 2 ( y )2

[22 .(157346 ) (1826 ) ].[22 .(143798 ) (1740 ) ]2

22 .(150132 ) (1826 ).(1740 ) 3302904 3177240

][

2

])

( 3461612

3334276 ).( 3163556 3027600

(127336 ).(135956 )125664 6 ).

125664

(1731209321

= 0,95

53

Langkah c : menghitung realibilitas seluruh tes Harga rb = 1,285 ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes, untuk itu perlu dicari reliabilitas seluruh tes dengan menggunakan rumus Sperman Brown yaitu:

2. rb r11 = 1 +rb =

2. ( 0,95 ) 1 +0,95 1,9 = 1,95 =0,97

Langkah d : Mencari r tabel Apakah diketahui signifikasi = 0,05 dan dk = 22 2 =20, maka diperoleh r tabel = 0,37

Langkah e : Membuat keputusan Membuat keputusan dengan membandingkan r 11 dengan rtabel.

Kaidah keputusan: Jika r 11 > r tabel berarti Reliabel Jika r 11 < r tabel berarti Tidak Reliabel Jadi r 11 =0,97 dan r tabel = 0,37, sehingga r 11 > r tabel berarti Reliabel. Item-item yang di uji realibilitasnya adalah item-item yang telah valid. Temuan ini dapat didukung teori yang menyatakan bahwa suatu tes yang valid pasti reliable.

54

h.

Setelah indeks reliabilitas diperoleh, lalu dihitung standar error of

measurement (SEM) nya, SEM digunakan untuk melihat beberapa besar perubahan skor yang diperoleh individu apabila angket diberikan pada waktu yang berbeda terhadap objek penelitian yang sama, yaitu dengan menggunakan rumus seperti yang dikemukakan Anastasi 1997 (Helma 2001:73) berikut ini: SEM = = = 0,98 = koofisien realibilitas internal seluruh item 2. Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Menurut A. Muri Yusuf (2005:278) menjelaskan bahwa wawancara (interviewer) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewancara (interviewer) dengan reponden atau orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung. Dapat juga dikatakan bahwa wawancara merupakan

percakapan tatap muka (face to face) antara pewancara dengan responden bertanya langsung tentang suatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya. Wawancara ditujukan kepada 2 orang guru pembimbing di SMPN 1 Solok Selatan untuk mengetahui apakah layanan penguasaan konten dilaksanakan secara efektif bila dibandingkan dengan layanan lain. E. Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini berbentuk kuantitatif yang diolah secara statistik. Jenis data dalam penelitan ini adalah data primer yang ditujukan kepada siswa dan data skunder kepada guru pembimbing, dalam

55

pengolahan data-data ini langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Seleksi Data Seleksi data ini dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut memenuhi syarat atau tidak. Penyeleksian ini khusus untuk data yang berasal dari angket. 2. Klasifikasi Data Pengelompokkan yang dimaksud disini adalah menentukan datadata yang sejenis dari data yang bersifat heterogen, sehingga kekacauan dalam mengolah data yang dilakukan serta memudahkan untuk melakukan interprestasi data. P= Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi yang sedang dicari pengentasannya N = Number of cases ( jumlah frekuensi/ banyak individu) Berdasarkan data yang telah diperoleh dari responden, maka kriteria data interprestasi data menurut Arikunto Suharsimi (1992:244) adalah sebagai berikut : Angka 76% - 100% Angka 50% - 75% Angka 40% - 55% Angka < 40% = Sangat baik = Baik = Kurang baik = Tidak baikF x 100% N

56

F. Teknik Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka data diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Verifikasi Data Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi atau memilih data yang memadai untuk diolah. Proses seleksi ditempuh dengan cara memeriksa dan menseleksi kelengkapan pengisian yang dilakukan oleh siswa baik identitas maupun jawaban dari angket yang disebarkan. 2. Penyekoran Data yang ditetapkan dari angket untuk diolah kemudian diberi skor untuk setiap jawaban sesuai dengan system yang telah ditetapkan. 3. Pengelompokan Data Data yang diperoleh dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu pengelompokkan sumber data primer dan sumber data sekunder yang didasarkan pada kriteria ideal. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Pada bab ini dibahas mengenai pengumpulan data, verifikasi data, deskripsi data dan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan keefektifan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik di SMP Negeri 1 Solok Selatan. Penjabarannya adalah sebagai berikut:

57

1. Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data terlebih dahulu dipenuhi persyaratan administrasi berupa surat izin melakukan penelitian. Pada awalnya, penulis mengajukan surat permohonan untuk melakukan penelitian ke Program Studi pada tanggal 20 Mei 2011, dan surat dikeluarkan pada tanggal 23 Mei 2011. Selanjutnya surat permohonan diajukan kepada Dinas Pendidikan Solok Selatan pada tanggal 26 Mei 2011 guna mendapatkan izin penelitian di SMPN 1 Solok Selatan. Setelah surat penelitian selesai di Dinas Pendidikan Solok Selatan, penulis melanjutkan surat tersebut ke SMPN 1 Solok Selatan, kemudian peneliti melakukan penyabaran angket dan wawancara pada tanggal 30 Mei 2011. 2. Verifikasi Data Sebelum data diolah dengan statistik yang telah ditentukan, terlebih dahulu dilakukan verifikasi data yang terkumpul dari responden/sampel. Hal ini perlu 56 dilakukan, karena data yang tidak memenuhi persyaratan tidak diolah. Selanjutnya peneliti melukan penyebaran angket kepada 78 orang responden yang menjadi sampel dengan jumlah pernyataan 50 item. Dari keseluruhan angket yang disebarkan semua responden mengisi pernyataan angket dengan sempurna sehingga angket yang dapat diolah memenuhi syarat sebanyak 78 buah angket dari 78 orang responden. 3. Deskripsi Hasil Penelitian

58

Sesuai dengan variable penelitian, dalam deskripsi hasil penelitian ini akan dideskripsikan data tentang Keefektifan Pelayanan Penguasaan Konten Cara Belajar Efektif Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik di SMPN 1 Solok Selatan, dapat dilihat dibawah ini: Table 5 Pengolahan Data secara Umum Keefektifan Pelayanan Penguasaan Konten Cara Belajar Efektif Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik di SMPN 1 Solok Selatan

Kriteria 76-100% 56-75% 40-55% >40%

Klasifikasi Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik

Telly I IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII III IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII I

F 1 10 28 36

% 1 13 36 46

Data mentah terlampir pada daftar lampiran Tabel di atas diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh A. Muri Yusuf (2003:365) adalah sebagai berikut: P=F x 100% N

Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi yang sedang dicari pengentasannya N = Number of cases ( jumlah frekuensi/ banyak individu) 100 = Jumlah angka yang mutlak Jadi sampel persentase diperoleh dengan jalan sebagai berikut: P

%=1%

59

Setelah peneliti mendapatkan data di atas, maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara visual pada grafik histogram di bawah ini:50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 sangat baik baik kurangbaik tidak baik frekuensi %

Pada grafik di atas dapat dilihat secara umum keefektifan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik pada kategori sangat baik sebanyak 1%, pada kategori baik sebanyak 13%, pada kategori kurang baik sebanyak 36% dan kategori tidak baik sebanyak 46%. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan keefektifan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik di SMPN 1 Solok Selatan tidak baik yaitu sebanyak 46%. a. Memilih Waktu yang Tepat Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada 78 orang responden dengan indikator dari memilih waktu yang tepat diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 6

60

Kriteria 76-100% 56-75% 40-55% >40%

Pengolahan data memilih waktu yang tepat Klasifikasi Telly F Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik II IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII II IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 2 9 32 34

% 3 12 41 44

Setelah peneliti memperoleh data di atas, maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara visual pada grafik histogram sebagai berikut:

50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 sangat baik baik kurangbaik tidak baik frekuensi %

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa memilih waktu yang tepat pada kategori sangat baik sebanyak 3%, pada kategori baik sebanyak 12%, pada kategori kurang baik sebanyak 41% dan kategori tidak baik sebanyak 44%. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan belajar peserta didik pada indikator memilih waktu yang tepat adalah tidak baik sebanyak 44%. b. Suasana Belajar

61

Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada 78 orang responden dengan indikator suasana belajar diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 7 Pengolahan data suasana belajar Telly F IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 0 10 30

Kriteria 76-100% 56-75% 40-55% >40%

Klasifikasi Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik

% 0 13 38

IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 38 49 III Setelah peneliti memperoleh data di atas, maka untuk lebih

jelasnya dapat dilihat secara visual pada grafik histogram sebagai berikut:

90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 sangat baik baik kurangbaik tidak baik Colum n1 %

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa suasana belajar pada kategori sangat baik sebanyak 0%, pada kategori baik sebanyak 10%, pada kategori kurang baik sebanyak 38% dan kategori tidak baik sebanyak 49%.

62

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan belajar peserta didik dari segi suasana belajar adalah tidak baik sebanyak 49%. c. Mengatur Jadwal Belajar Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada 78 orang responden dengan indikator mengatur jadwal belajar diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 8 Pengolahan Data Mengatur Jadwal Belajar Kriteria 76-100% 56-75% 40-55% >40% Klasifikasi Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik Telly IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII II F 0 10 30 37 % 0 13 38 47

Setelah peneliti memperoleh data di atas, maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara visual pada grafik histogram sebagai berikut:

63

50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 sangat baik baik kurangbaik tidak baik frekuensi %

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa suasana belajar pada kategori sangat baik sebanyak 0%, pada kategori baik sebanyak 13%, pada kategori kurang baik sebanyak 38% dan kategori tidak baik sebanyak 47%. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan belajar peserta didik pada indikator mengatur jadwal belajar adalah tidak baik sebanyak 47%.

d. Membuat Kelompok Belajar Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada 78 orang responden dengan indikator membuat kelompok belajar diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 9 Pengolahan Data Membuat kelompok belajar Kriteria 76-100% Klasifikasi Sangat baik Telly F 0 % 0

64

56-75% 40-55% >40%

Baik Kurang baik Tidak baik

IIII IIII IIII I IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII I

16 30 31

21 38 40

Setelah peneliti memperoleh data di atas, maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara visual pada grafik histogram sebagai berikut:

80 70 60 50 40 30 20 10 0 sangat baik baik kurangbaik tidak baik Series3 %

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa membuat kelompok belajar pada kategori sangat baik sebanyak 0%, pada kategori baik sebanyak 38%, pada kategori kurang baik sebanyak 38% dan kategori tidak baik sebanyak 40%. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan belajar peserta didik dari segi membuat kelompok belajar adalah tidak baik sebanyak 40%. e. Mengulang Pelajaran Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada 78 orang responden pada indikator mengulang pelajaran diperoleh hasil sebagai berikut:

65

Kriteria 76-100% 56-75% 40-55% >40%

Tabel 10 Pengolahan Data Mengulang Pelajaran Klasifikasi Telly F Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik I IIII IIII I IIII IIII IIII IIII IIII III IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII I 1 11 28 36

% 1 14 36 46

Setelah peneliti memperoleh data di atas, maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara visual pada grafik histogram sebagai berikut:

100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% sangat baik baik kurangbaik tidak baik

Colum n1 %

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa mengulang pelajaran pada kategori sangat baik sebanyak 1%, pada kategori baik sebanyak 14%, pada

66

kategori kurang baik sebanyak 36% dan kategori tidak baik sebanyak 46%. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan belajar peserta didik dari segi mengulang pelajaran adalah tidak baik sebanyak 46%. f. Membuat ringkasan Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada 78 orang responden dengan indikator membuat ringkasan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 11 Pengolahan Data Membuat Ringkasan Kriteria 76-100% 56-75% 40-55% >40% Klasifikasi Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik Telly I IIII IIII II IIII IIII IIII IIII III IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII F 1 12 23 42 % 1 15 29 54

Setelah peneliti memperoleh data di atas, maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara visual pada grafik histogram sebagai berikut:

67

10 0% 9% 0 8% 0 7% 0 6% 0 5% 0 4% 0 3% 0 2% 0 1% 0 0 % s n a b ik a gt a b ik a k ra gb ik u n a tid kb ik a a % frek e s u ni

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa membuat ringkasan pada kategori sangat baik sebanyak 1%, pada kategori baik sebanyak 15%, pada kategori kurang baik sebanyak 29% dan kategori tidak baik sebanyak 54%. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan belajar peserta didik pada indikator membuat ringkasan adalah tidak baik sebanyak 54%. g. Menghafal Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada 78 orang responden pada indikator menghafal diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 12 Pengolahan Data Menghafal Telly III IIII IIII IIII II IIII IIII IIII IIII IIII II IIII IIII IIII IIII IIII IIII

Kriteria 76-100% 56-75% 40-55% >40%

Klasifikasi Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik

F 3 17 27 30

% 4 22 35 38

68

Setelah peneliti memperoleh data di atas, maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara visual pada grafik histogram sebagai berikut:

40 35 30 25 20 15 10 5 0 sangat baik baik kurangbaik tidak baik frekuensi %

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa menghafal pada kategori sangat baik sebanyak 4%, pada kategori baik sebanyak 22%, pada kategori kurang baik sebanyak 35% dan kategori tidak baik sebanyak 38%. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan belajar peserta didik pada indikator menghafal adalah tidak baik sebanyak 54%. h. Membaca yang Baik Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada 78 orang responden dengan indikator membaca yang baik diperoleh hasil sebagai berikut:

69

Kriteria 76-100% 56-75% 40-55% >40%

Tabel 13 Pengolahan Data Membaca yang Baik Klasifikasi Telly Sangat baik Baik Kurang baik Tidak baik IIII IIII IIII III IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII

F 0 18 24 35

% 0 23 31 45

Setelah peneliti memperoleh data di atas, maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara visual pada grafik histogram sebagai berikut:90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 sangat baik baik kurangbaik tidak baik % frekuensi

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa membaca yang baik pada kategori sangat baik sebanyak 0%, pada kategori baik sebanyak 23%, pada kategori kurang baik sebanyak 31% dan kategori tidak baik sebanyak 45%. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan belajar peserta didik dari segi membaca yang baik adalah tidak baik sebanyak 45%.

70

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Mengacu pada hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, pada bagian ini akan dikemukakan pembahasan sesuai dengan batasan masalah. Dalam pembahasan ini keefektifan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk megatasi kesulitan belajar peserta didik di SMPN 1 Solok Selatan dikelompokkan kepada lima kategori yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Berdasarkan dari analisis yang telah dilakukan, maka dalam bagian ini akan dilanjutkan dengan pembahasan terhadap hasil temuan tersebut, diantaranya: 1. Keefektifan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik di SMPN 1 Solok Selatan Berdasarkan hasil temuan dari angket yang telah diberikan kepada 78 orang responden dengan variabel keefektifan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik, dengan 50 item pernyataan. Secara umum diperoleh hasil dari pengolahan instrumen bahwa keefektifan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik dikategorikan tidak baik dengan persentase 46%. Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan kepada guru pembimbing, layanan penguasaan konten diberikan pada peserta didik kurang efektif terutama materi keterampilan dalam belajar. Materi keterampilan belajar diberikan oleh guru pembimbing tidak begitu sering dan guru pembimbing tidak menggunakan media sehingga peserta didik tidak begitu semangat mengikuti pelajaran. Disamping itu selama guru pembimbing memberikan materi

71

keterampilan belajar, peserta didik banyak yang kurang berminat mendengarkan di karenakan media yang digunakan kurang menunjang semangat peserta didik mengikuti pelajaran bimbingan dan konseling. Adapun subvariabelnya adalah keterampilan peserta terhadap cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar, dengan indikator (1) memilih waktu yang tepat, (2) suasana belajar, (3) mengatur jadwal belajar, (4) membuat kelompok belajar, (5) mengulang pelajaran, (6) membuat ringakasan, (7) menghafal, (8) membaca yang baik. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Hintzman (Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru 2007:134) mengungkapkan belajar adalah: suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa keefektifan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik sangat diperlukan karena dengan keterampilan belajar yang diberikan oleh guru pembimbing terhadap peserta didik maka peserta didik mampu untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. 2. Memilih waktu yang tepat Berdasarkan hasil angket yang telah diberikan kepada 78 responden, dapat diketahui dari hasil pengolahan instrumen terungkap bahwa keefektifan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar pada indikator memilih waktu yang tepat dikategorikan tidak baik dengan pesentase 46 % dan dari hasil wawancara dengan guru pembimbing hal ini di karenakan faktor materi keterampilan belajar efektif kurang diberikan pada peserta didik di sekolah,

72

sehingga keterapilan belajar peserta didik tidak sepert yang diharapkan, serta dalam memberikan materi media yang digunakan kurang sehingga menyebabkan peserta didik kurang berminat untuk mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru pembimbing. Seharusnya guru pembimbing lebih aktif untuk memberikan materi tentang keterampilan belajar dengan menggunakan media yang cukup menunjang sehingga peserta didik menjadi semangat untuk mengikuti pelajaran dan peserta didik mampu untuk mempraktekkan materi yang telah diajarkan oleh guru pembimbing untuk membantu kesulitan belajar yang dialaminya. Berdasarkan temuan di atas, sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi

(1993:43) mengungkapkan sebelum belajar dilakukan kita sebaiknya memilih waktu yang tepat untuk belajar, apakah waktunya pagi hari, siang, atau malam hari. 3. Suasana Belajar Berdasarkan hasil angket yang telah diberikan kepada 78 responden, dapat diketahui dari hasil pengolahan instrumen terungkap bahwa keefektifan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar pada indikator suasana belajar dikategorikan tidak baik dengan pesentase 49 % dan dari hasil wawancara dengan guru pembimbing hal ini di karenakan faktor materi keterampilan belajar efektif kurang diberikan pada peserta didik di sekolah, sehingga keterapilan belajar peserta didik tidak sepert yang diharapkan, serta dalam memberikan materi media yang digunakan kurang sehingga menyebabkan peserta didik kurang berminat untuk mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru pembimbing. Seharusnya guru pembimbing lebih aktif untuk memberikan materi tentang keterampilan belajar dengan menggunakan media yang cukup

73

menunjang sehingga peserta didik menjadi semangat untuk mengikuti pelajaran dan peserta didik mampu untuk mempraktekkan materi yang telah diajarkan oleh guru pembimbing untuk membantu kesulitan belajar yang dialaminya.

Berdasarkan temuan di atas, sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi (1993:43) mengungkapkan bahwa dalam belajar perlu memperhatikan suasana yang nyaman agar belajar konsentrasi dan tidak tergangu oleh suara-suara yang dapat menganggu belajar. 4. Mengatur Jadwal Belajar Berdasarkan hasil angket yang telah diberikan kepada 78 responden, dapat diketahui dari hasil pengolahan instrumen terungkap bahwa keefektifan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar pada indikator mengatur jadwal belajar dikategorikan tidak baik dengan pesentase 47 % dan dari hasil wawancara dengan guru pembimbing hal ini di karenakan faktor materi keterampilan belajar efektif kurang diberikan pada peserta didik di sekolah, sehingga keterapilan belajar peserta didik tidak sepert yang diharapkan, serta dalam memberikan materi media yang digunakan kurang sehingga menyebabkan peserta didik kurang berminat untuk mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru pembimbing. Seharusnya guru pembimbing lebih aktif untuk memberikan materi tentang keterampilan belajar dengan menggunakan media yang cukup menunjang sehingga peserta didik menjadi semangat untuk mengikuti pelajaran dan peserta didik mampu untuk mempraktekkan materi yang telah diajarkan oleh guru pembimbing untuk membantu kesulitan belajar yang dialaminya.

74

Berdasarkan temuan di atas, sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi (1993:44) mengungkapan bahwa sebelum melakukan kegiatan belajar, kita harus mengatur jadwal belajar terlebih dahulu. Jika tidak memiliki jadwal untuk belajar, maka tidak akan memiliki cara mengalokasikan waktu yang berharga ketika hal tidak terduga muncul. 5. Membuat Kelompok Belajar Berdasarkan hasil angket yang telah diberikan kepada 78 responden, dapat diketahui dari hasil pengolahan instrumen terungkap bahwa keefektifan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar pada indikator membuat kelompok belajar dikategorikan tidak baik dengan pesentase 40 % dan dari hasil wawancara dengan guru pembimbing hal ini di karenakan faktor materi keterampilan belajar efektif kurang diberikan pada peserta didik di sekolah, sehingga keterapilan belajar peserta didik tidak sepert yang diharapkan, serta dalam memberikan materi media yang digunakan kurang sehingga menyebabkan peserta didik kurang berminat untuk mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru pembimbing. Seharusnya guru pembimbing lebih aktif untuk memberikan materi tentang keterampilan belajar dengan menggunakan media yang cukup menunjang sehingga peserta didik menjadi semangat untuk mengikuti pelajaran dan peserta didik mampu untuk mempraktekkan materi yang telah diajarkan oleh guru pembimbing untuk membantu kesulitan belajar yang dialaminya.

Berdasarkan temuan di atas, sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi (1993:44) mengungkapan bahwa dengan dibentuknya belajar kelompok maka

75

akan memudahkan waktu belajar dan dapat membahas materi-materi pelajaran yang dirasaka sangat sulit. 6. Mengulang Pelajaran Berdasarkan hasil angket yang telah diberikan kepada 78 responden, dapat diketahui dari hasil pengolahan instrumen terungkap bahwa keefektifan pelayanan penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar pada indikator mengulang pelajaran dikategorikan tidak baik dengan pesentase 46% dan dari hasil wawancara dengan guru pembimbing hal ini di karenakan faktor materi keterampilan belajar efektif kurang diberikan pada peserta didik di sekolah, sehingga keterapilan belajar peserta didik tidak sepert yang diharapkan, serta dalam memberikan materi media yang digunakan kurang sehingga menyebabkan peserta didik kurang berminat untuk mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru pembimbing. Seharusnya guru pembimbing lebih aktif untuk memberikan materi tentang keterampilan belajar dengan menggunakan media yang cukup menunjang sehingga peserta didik menjadi semangat untuk mengikuti pelajaran dan peserta didik mampu untuk mempraktekkan materi yang telah diajarkan oleh guru pembimbing untuk membantu kesulitan belajar yang dialaminya.

Berdasarkan temuan di atas, sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi (1993:45) mengungkapkan bahwa disiplin waktu dalam mengulang pelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dengan rajin dan semangat. 7. Membuat Ringkasan Berdasarkan hasil angket yang telah diberikan kepada 78 responden, dapat diketahui dari hasil pengolahan instrumen terungkap bahwa keefektifan pelayanan

76

penguasaan konten cara belajar efektif untuk mengatasi kesulitan belajar pada indikator membuat ringkasan dikategorikan tidak baik dengan pesentase 54% dan dari hasil wawancara dengan guru pembimbing hal ini di karenakan faktor materi keterampilan belajar efektif kurang diberikan pada peserta didik di sekolah, sehingga keterapilan belajar peserta didik tidak sepert yang diharapkan, serta dalam memberikan materi media yang digunakan kurang sehingga menyebabkan peserta didik kurang berminat untuk mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru pembimbing. Seharusnya guru pembimbing lebih aktif untuk memberikan materi tentang keterampilan belajar dengan menggunakan media yang cukup menunjang sehingga peserta didik menjadi semangat untuk mengikuti pelajaran dan peserta didik mampu untuk mempraktekkan materi yang telah diajarkan oleh guru pembimbing untuk membantu kesulitan belajar yang dialaminya. Berdasarkan temuan di atas, sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi (1993:45) mengungkapkan bahwa dengan membuat ringkasan akan memudahkan kita dalam belajar, menghafal dan memahami. 8. Menghafal Berdasarkan hasil angket yang telah diberikan kepada 78 responde