Kesimpulan Dan Penutup

23
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komponen pembentuk jaringan lalu lintas yang terdiri dari manusia, kendaraan, dan jalan merupakan tiga faktor yang tidak bisa terpisahkan dalam hal lalu lintas. Pembangunan suatu kawasan atau bangunan baru akan berdampak langsung terhadap lalu lintas disekitar kawasan tersebut. Untuk itu diperlukan data historis lalu lintas yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan pengaruh dari kawasan baru terhadap jalan-jalan disekitarnya. Oleh karena itu ilmu rekayasa lalu lintas sangat diperlukan untuk memperkirakan kondisi lalu lintas mendatang baik untuk kondisi tanpa adanya “pembangunan kawasan lau lintas” maupun “dengan pembangunan kawasan lalu lintas”. Dalam sistem transportasi tujuan dari perencanaan adalah penyediaan fasilitas untuk pergerakan penumpang/barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai pemanfaatan lahan. Sedangkan dalam sistem pengembangan lahan tujuan dari perencanaan adalah untuk tercapainya fungsi bangunan dan harus menguntungkan. Dilihat dari kedua tujuan tersebut seringkali menimbulkan konflik, hal inilah yang menjadi asumsi mendasar dari analisis dampak lalu lintas untuk menjembatani kedua tujuan diatas, atau dengan kata lain :

description

apa aja

Transcript of Kesimpulan Dan Penutup

Page 1: Kesimpulan Dan Penutup

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komponen pembentuk jaringan lalu lintas yang terdiri dari

manusia, kendaraan, dan jalan merupakan tiga faktor yang tidak bisa

terpisahkan dalam hal lalu lintas.

Pembangunan suatu kawasan atau bangunan baru akan

berdampak langsung terhadap lalu lintas disekitar kawasan tersebut.

Untuk itu diperlukan data historis lalu lintas yang digunakan sebagai

dasar untuk menetapkan pengaruh dari kawasan baru terhadap jalan-

jalan disekitarnya.

Oleh karena itu ilmu rekayasa lalu lintas sangat diperlukan

untuk memperkirakan kondisi lalu lintas mendatang baik untuk

kondisi tanpa adanya “pembangunan kawasan lau lintas” maupun

“dengan pembangunan kawasan lalu lintas”.

Dalam sistem transportasi tujuan dari perencanaan adalah

penyediaan fasilitas untuk pergerakan penumpang/barang dari satu

tempat ke tempat lain atau dari berbagai pemanfaatan lahan.

Sedangkan dalam sistem pengembangan lahan tujuan dari

perencanaan adalah untuk tercapainya fungsi bangunan dan harus

menguntungkan. Dilihat dari kedua tujuan tersebut seringkali

menimbulkan konflik, hal inilah yang menjadi asumsi mendasar dari

analisis dampak lalu lintas untuk menjembatani kedua tujuan diatas,

atau dengan kata lain :

Proses perencanaan transportasi dan pengembangan lahan

mengikat satu sama lainnya. Pengembangan lahan tidak akan terjadi

tanpa sistem transportasi, sedangkan sistem transportasi tidak

mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan ekonomi

atau aktivitas pembangunan.

Page 2: Kesimpulan Dan Penutup

Komponen – komponen pembentuk lau lintas yang terdiri dari

users (manusia) sebagai pengguna lalu lintas, Roads (jalan) sebagai

pokok dari lalu lintas itu sendiri, dan vehicles (kendaraan) sebagai

pendukung lalu lintas, merupakan tiga factor yang sangat penting dan

pasti ada saling membutuhkan satu sama lain untuk jalanya proses

lalu lintas itu sendiri.

B. Metodelogi

Metode yang dipergunakan didalam penyusunan makalah ini

adalah metode studi literatur, yaitu mencari bahan-bahan masukan

dari buku-buku, dan internet yang berkaitan dengan masalah lalu

lintas, terutama komponen – komponen pembentuk lalu lintas.

C. Permasalahan

Maraknya kemacetan lalu lintas akibat pembangunan kawasan

dan meningkatnya permintaan perjalanan serta semakin tingginya

aktifitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya di

luar rumah, semakin jauhnya jarak antara tempat tinggal dengan

tempat bekerja dan rendahnya disiplin berlalu lintas, misalnya

angkutan umum berhenti disembarang tempat, parkir di tempat yang

dilarang untuk parkir, serta pejalan kaki menyeberang jalan tidak

pada tempat yang ditentukan.

Fasilitas pendukung lalu lintas yang kurang memadai, tidak

tersedianya fasilitas pejalan kaki (trotoar, penyeberangan), tidak

tersedianya fasilitas pemberhentian angkutan umum (halte),

terbatasnya lahan parkir dan akses keluar masuk pada pusat kegiatan

Dominannya penggunaan angkutan pribadi,komposisi

(Prosentase) Akivitas Lalu Lintas Berdasarkan Moda Menurut Kategori

Kota, ketidakkonsistenan pengembangan tata guna lahan, adanya

perubahan peruntukan seringkali hanya diikuti dengan perubahan

terhadap rencana tata ruang yang ada. Namun dalam perubahan

rencana tata ruang seringkali tidak diikuti dengan perubahan rencana

jaringan transportasinya.

Page 3: Kesimpulan Dan Penutup

Pemanfaatan jalan dan fasilitas LLAJ diluar kepentingan lalu

lintas. seperti pedagang kaki lima, akan berakibat pada tidak

optimalnya pemanfaatan prasarana, seperti: berkurangnya lebar

efektif jalan, meningkatnya hambatan samping dan menurunnya

tingkat keselamatan pengguna jalan, pemanfaatan jalan untuk

kegiatan di luar kepentingan lalu lintas mengakibatkan bottleneck

arus lalu lintas yang berdampak pada penurunan kecepatan dan

bertambah panjang antrian kendaraan.

D. Pengertian

Kecepatan adalah tingkat pergerakan lalu-lintas atau

kendaraan tertentu yang sering dinyatakan dalam kilometer per jam.

Terdapat dua kategori kecepatan rata-rata. Yang pertama adalah

kecepatan waktu rata-rata yaitu rata-rata dari sejumlah kecepatan

pada lokasi tertentu. Yang kedua adalah kecepatan ruang rata-rata

atau kecepatan perjalanan yang mencakup waktu, perjalanan dan

hambatan. Kecepatan ruang rata-rata dihitung berdasarkan jarak

perjalanan dibagi waktu perjalanan pada jalan tertentu. Kecepatan ini

dapat ditentukan melalui pengukuran waktu perjalanan dan

hambatan.

Karakteristik dari waktu perjalanan/kecepatan perjalanan

diperlukan untuk aktivitas-aktivitas sebagai berikut :

a. Untuk menentukan perlunya peraturan lalu-lintas dan penempatan

alat-alat pengatur seperti: batas kecepatan, rute sekolah,

penyeberangan pejalan kaki, lokasi rambu-rambu lalu-lintas dan

lampu lalu-lintas.

b. Studi untuk mengatasi tingkat kecelakaan yang tinggi pada lokasi-

lokasi tertentu, dimana dapat ditentukan korelasi antara

kecepatan dan kecelakaan.

c. Evaluasi tingkat perbaikan lalu-lintas, misalnya mempelajari

sebelum dan sesudah peningkatan jalan.

d. Menganalisa daerah kritis yang banyak terjadi keluhan.

Page 4: Kesimpulan Dan Penutup

e. Untuk penentuan elemen-elemen perencanaan geometrik jalan,

seperti gradien, super elevasi dan persimpangan.

f. Untuk menentukan tingkat keperluan penegakan hukum.

g. Untuk evaluasi ekonomi seperti menghitung biaya operasi

kendaraan dari peningkatan jalan atau pengaturan lalu-lintas.

h. Penentuan rute yang efisien untuk arus lalu-lintas.

i. Untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi kemacetan lalu-lintas.

j. Untuk studi perencanaan transportasi seperti pada proses alokasi

lalu-lintas.

Lalu Lintas merupakan jumlah kendaraan masuk/keluar rata-

rata perhari atau selama jam puncak, yang dibangkitkan oleh

pengembangan kawasan, sedangkan kapasitas didefinisikan sebagai

jumlah maksimum kendaraan yang melewati segmen ruas tertentu

atau lajur tertentu selama periode waktu tertentu dalam kondisi jalan

dan lalu lintas yang umum.

Dalam jaringan jalan, sekumpulan ruas-ruas jalan yang

merupakan satu kesatuan yang terjalin dalam hubungan hirarki.

Manajemen dan rekayasa lalu lintas sering dilakukan untuk

mengoptimalkan penggunaan seluruh jaringan jalan, guna

peningkatan keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas

supaya masyarakat pengguna lalu lintas terhindar dari kecelakaan,

hal ini tentu harus diimbangi dengan prilaku tertib berlalu lintas.

Volume lalu lintas atau jumlah kendaraan yang melewati suatu

titik tertentu pada ruas jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam

kendaraan/jam atau satuan mobil penumpang (smp)/jam. Sedangkan

kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung

volume lalu lintas ideal persatuan waktu.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan dan Ruang Lingkup

Page 5: Kesimpulan Dan Penutup

Manajemen dan rekayasa lalu lintas dilaksanakan dengan

tujuan untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan guna

meningkatkan keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di

jalan, dengan ruang lingkup seluruh jaringan jalan nasional, jalan

provinsi, jalan kabupaten/kota dan jalan desa yang terintegrasi,

dengan mengutamakan hirarki jalan yang lebih tinggi.

Kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan,

dilaksanakan melalui tahapan :

a. perencanaan lalu lintas;

b. pengaturan lalu lintas;

c. rekayasa lalu lintas;

d. pengendalian lalu lintas; dan

e. pengawasan lalu lintas.

Sedangkan kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi:

1. Inventarisasi tingkat pelayanan yaitu kegiatan pengumpulan data

untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan/

atau persimpangan, yang meliputi :

a. Data dimensi dan geometrik jalan, terdiri dari antara lain:

1) Panjang ruas jalan;

2) Lebar jalan;

3) Jumlah lajur lalu lintas;

4) Lebar bahu jalan;

5) Lebar median;

6) Lebar trotoar;

7) Lebar drainase,

8) Alinyemen horisontal;

9) Alinyemen vertikal.

b. Data perlengkapan jalan meliputi jumlah, jenis dan kondisi

perlengkapan jalan terpasang

c. Data lalu lintas meliputi antara lain:

1) volume dan komposisi lalu lintas;

2) kecepatan lalu lintas (operating speed);

Page 6: Kesimpulan Dan Penutup

3) kecepatan perjalanan rata-rata (average overall travel

speed);

4) gangguan samping;

5) operasi alat pemberi isyarat lalu lintas;

6) jumlah dan lokasi kejadian kecelakaan;

7) jumlah dan lokasi kejadian pelanggaran berlalu lintas.

2. Evaluasi tingkat pelayanan yaitu kegiatan pengolahan dan

pembandingan data untuk mengetahui tingkat pelayanan dan

indikasi penyebab masalah lalu lintas yang terjadi pada suatu

ruas jalan dan/ atau persimpangan. Dengan indicator antara lain

a. Kecepatan lalu lintas (untuk jalan luar kota);

b. Kecepatan rata-rata (untuk jalan perkotaan);

c. Nisbah volume/kapasitas (V/C ratio);

d. Kepadatan lalu lintas;

e. Kecelakaan lalu lintas;

3. Penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan;

4. Penetapan pemecahan permasalahan lalu lintas; dan

5. Penyusunan rencana dan program pelaksanaan perwujudannya.

2.2 Faktor Lalu Lintas

A. Volume

Volume adalah jumlah kenderaan yang melalui suatu titik dalam

satuan waktu (hari, jam, menit). Pada suatu jalan, volume yang

terjadi dapt berubah – ubah menurut suatu pola yang dikatakan

tetap. Beberapa hal yang berhubungan erat dengan variasi

volume tersebut antara lain :

Waktu, seperti musim dalam satu tahun, hari dalam satu

minggu, dst

Page 7: Kesimpulan Dan Penutup

Komposisi lalu lintas, pembagian jurusan, dan susunan jalur

jalan

Jenis tata guna lahan

Kalsifikasi jalan

Volume biasanya diukur dengan cara mekanik dan manual.

Perhitungan dapat dilakukan terhadap kenderaan- kenderaan

pada satu atau beberapa jalur gerak yang sejajar, misalnya

semua kenderaan yang memasuki perpotongan jalan dari suatu

jalan tertentu ataupun semua kenderaan yang memasuki

perpotongan dari arah mana aja.

B. Kecepatan

Ada beberapa definisi yang dipakai untuk menjelaskan kecepatan

dalam hubungannya dengan gerakan kenderaan pada jalur gerak

misalnya kecepatan rata-rata ruang ( Space Mean Speed) adalah

kecepatan rata-rata kenderaan yang didapat dengan membagi

jumlah jarak yang ditempuh dengan jumlah waktu yang

dibutuhkan. Kecepatan Gerak ( Running speed) adalah kecepatan

yang diukur dengan mengabaikan hambatan-hambatan waktu

henti, seperti hambatan persimpangan dan penyeberangan

pejalan kaki. Jadi kecepatan gerak merupakan perbandingan

jarak tempuh pejalanan dengan waktu tempuh dikurangi waktu

berhenti.

2.3 Satuan Mobil Penumpang ( SMP )

Untuk menghilangkan klasifikasi kenderaan pada perhitungan

arus lalu lintas dapat dilakukan dengan menyatakan arus lalu lintas

kedalam satuan mobil penumpang dalam satu satuan waktu. Jenis

dan pengaruh suatu kenderaan yang melintasi suatu ruas jalan dan

Page 8: Kesimpulan Dan Penutup

persimpangan berbeda satu sarna lainnya menurut katagorinya. Nilai

ekivalen setiap kenderaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain jenis kenderaan, lokasi jalan, keadaan topografi, serta kelandaian

jalan.

2.4 Manusia

Faktor manusia da!am lalu lintas umumnya bervariasi dan sulit

ditentukan karena interaksinya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan

keterampilan dan pengaruh sosial. Adapun faktor-faktor manusia ini

mencakup antara lain:

2.4.1 Pengemudi

Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat manusia sebagai

pengemudi diantaranya adalah :

Tujuan perjalanan, Berdasarkan tujuan perjalanan sifat-sifat

manusia sebagai pengemudi akan berbeda sehubungan dengan

interaksinya dalam karakteristik lalu lintas.

Kondisi cuaca, Pengemudi akan lebih berhati-hati dalam

mengemudikan kenderaannya pada kondisi cuaca buruk dan

cenderung untuk menurunkan kecepatannya.

Umur dan jenis kelamin. Pada umumnya pengemudi yang

berumur tua atau wanita akan lebih berhati - hati dalam

mengemudi kenderaannya dibandingkan dengan pengemudi

yang berusia muda atau laki-laki.

Kondisi kenderaan. Sifat-sifat pengemudi dipengaruhi oleh jenis I

model serta kekuatan mesin kenderaan

Keadaan lingkungan. Sifat pengemudi pada jalan yang dikenalnya

tidak akan sama dengan apabila berada pada jalan yang belum

dikenalnya, dalam hat ini pengemudi cenderung untuk mengikuti

kelakuan pengemudi lain dan akan lebih berhati hati.

2.4.2 Pejalan kaki

Page 9: Kesimpulan Dan Penutup

Pejalan kaki cenderung tidak mengenal batasan umur ataupun

persyaratan lainnya sehingga perilakunya akan sulit diramalkan.

Sebagian darinya mungkin belum pernah menjadi pengemudi ataupun

tidak mengenal peraturan lalulintas akibatnya berjalan dan

menyeberang tidak pada tempatnya merupakan hal yang sering

dijumpai pada persimpangan.

2.3 Perencanaan Lalu Lintas

Tingkat pelayanan pada ruas jalan diklasifikasikan atas:

a. Tingkat pelayanan A, dengan kondisi:

1) Arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan

tinggi;

2) Kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang

dapat dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan

kecepatan maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan.

3) Pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang

diinginkannya tanpa atau dengan sedikit tundaan.

b. Tingkat pelayanan B, dengan kondisi:

1) arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan

mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas;

2) kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum

mempengaruhi kecepatan;

3) pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih

kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan.

c. Tingkat pelayanan C, dengan kondisi:

1) arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan

dikendalikan oleh volume lalu lintas yang lebih tinggi;

2) kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas

meningkat;

Page 10: Kesimpulan Dan Penutup

3) pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan,

pindah lajur atau mendahului.

d. tingkat pelayanan D, dengan kondisi:

1) arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan

kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh

perubahan kondisi arus;

2) kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas

dan hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan

kecepatan yang besar;

3) pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam

menjalankan kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini

masih dapat ditolerir untuk waktu yang singkat.

e. tingkat pelayanan E, dengan kondisi:

1) arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume

lalu lintas mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat

rendah;

2) kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas

tinggi;

3) pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi

pendek.

f. tingkat pelayanan F, dengan kondisi:

1) arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang;

2) kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi

kemacetan untuk durasi yang cukup lama;

3) dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0.

Penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan merupakan

kegiatan penentuan tingkat pelayanan ruas jalan dan/atau

persimpangan berdasarkan indikator tingkat pelayanan. Tingkat

pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan pada sistem jaringan

jalan primer sesuai fungsinya, untuk:

a. jalan arteri primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya B;

b. jalan kolektor primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya B;

c. jalan lokal primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C;

Page 11: Kesimpulan Dan Penutup

d. jalan tol, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya B.

Tingkat pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan pada sistem

jaringan jalan sekunder sesuai fungsinya untuk:

a. jalan arteri sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C;

b. jalan kolektor sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C;

c. jalan lokal sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya D;

d. jalan lingkungan, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya D.

Setiap pengembangan/pembangunan pusat kegiatan dan/atau

permukiman yang berpotensi menimbulkan dampak lalu lintas yang

dapat mempengaruhi tingkat pelayanan yang diinginkan, wajib

dilakukan analisis dampak lalu lintas. Hasil analisis dampak lalu lintas

merupaka penyempurnaan perencanaan lalu lintas. Pemecahan

permasalahan lalu lintas dilakukan untuk mempertahankan tingkat

pelayanan yang diinginkan melalui upaya-upaya antara lain:

a. peningkatan kapasitas ruas jalan, persimpangan dan/atau jaringan

jalan;

b. pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pengguna jalan

tertentu;

c. penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat

pelayanan tertentu dengan memperimbangkan keterpaduan intra

dan antar moda;

d. penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah bagi

pengguna jalan.

Teknik-teknik pemecahan permasalahan lalu lintas dalam

upaya mempertahankan tingkat pelayanan dilakukan:

a. pada ruas jalan, mencakup antara lain:

1) jalan satu arah;

2) lajur pasang surut (tidal flow);

3) pengaturan pembatasan kecepatan;

4) pengendalian akses ke jalan utama;

5) kanalisasi; dan/atau

Page 12: Kesimpulan Dan Penutup

6) pelebaran jalan.

b. pada persimpangan, mencakup antara lain:

a. simpang prioritas;

b. bundaran lalu lintas;

c. perbaikan geometrik persimpangan;

d. pengendalian persimpangan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas;

dan/atau

e. persimpangan tidak sebidang.

Penyusunan rencana dan program pelaksanaan perwujudan

manajemen dan rekayasa lalu lintas meliputi antara lain:

a. penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas

jalan dan persimpangan;

b. usulan pemecahan permasalahan lalu lintas yang ditetapkan

pada setiap ruas jalan dan persimpangan;

c. usulan pengaturan lalu lintas yang ditetapkan pada setiap ruas

jalan dan persimpangan;

d. usulan pengadaan dan pemasangan serta pemeliharaan

perlengkapan jalan;

e. usulan penyuluhan kepada masyarakat.

Penyusunan rencana dan program sebagaimana dimaksud

dalam penjelasan diatas dilakukan secara terkoordinasi dengan

instansi terkait dengan mempertimbangkan:

a. aspek sosial;

b. kondisi lingkungan setempat

c. perencanaan transportasi nasional, regional, dan lokal.

2.4 Pengaturan Lalu Lintas

Kegiatan pengaturan lalu lintas, meliputi kegiatan penetapan

kebijakan lalu lintas pada jaringan atau ruas jalan dan/atau persimpangan

tertentu. Aturan lalu lintas yang bersifat perintah dan/atau larangan

dinyatakan dengan rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, atau alat

Page 13: Kesimpulan Dan Penutup

pemberi isyarat lalu lintas (APILL). Lokasi rambu-rambu lalu lintas, marka

jalan, dan atau alat pemberi isyarat lalu lintas harus ditetapkan dengan:

a. Peraturan Direktur Jenderal untuk jalan nasional dan jalan tol;

b. Peraturan Gubernur untuk jalan provinsi;

c. Peraturan Bupati untuk seluruh jalan kabupaten dan jalan desa;

d. Peraturan Walikota untuk seluruh jalan kota.

Pada suatu lokasi di jalan yang sama, dipasang rambu lalu lintas,

marka jalan dan alat pemberi isyarat lalu lintas (APIL), maka urutan

prioritas yang berupa perintah atau larangan yang berlaku pertama yaitu

alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL), kedua rambu lalu lintas dan ketiga

marka jalan. Apabila pada suatu lokasi di jalan ada petugas yang

berwenang mengatur lalu lintas, maka perintah atau larangan yang

diberikan oleh petugas yang berwenang yang harus didahulukan.

2.5 Rekayasa Lalu Lintas

Kegiatan rekayasa lalu lintas meliputi perencanaan, pembangunan,

dan pemeliharaan jalan, dilaksanakan oleh Pembina jalan. Perencanaan,

pengadaan, pemasangan, dan pemeliharaan perlengkapan jalan terdiri

dari menginventarisasi kebutuhan perlengkapan jalan, perhitungan,

penetapan jumlah kebutuhan dan lokasi pemasangan perlengkapan jalan,

serta penyusunan program pengadaan dan/ atau pemasangan, dan

pemeliharaan perlengkapan jalan.

Pengadaan dan pemasangan perlengkapan jalan yang meliputi

penetapan lokasi rinci pemasangan perlengkapan jalan, penyusunan

spesifikasi teknis yang dilengkapi dengan gambar teknis perlengkapan

jalan, yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku, setelah melewati hal

tersebut tentu dilakukan pemeliharaan perlengkapan dengan memantau

keberadaan dan kinerja perlengkapan jalan, yaitu menghilangkan/

menyingkirkan benda – benda yang dapat mengurangi/ menghilangkan

fungsi/ kinerja perlengkapan jalan, memperbaiki atau mengembalikan

pada posisi sebenarnya apabila terjadi perubahan/ pergeseran posisi

perlengkapan jalan, serta mengganti perlengkapan jalan yang rusak,

cacat, atau hilang, perlengkapan jalan meliputi :

Page 14: Kesimpulan Dan Penutup

a. rambu-rambu lalu lintas;

b. marka jalan;

c. alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL);

d. alat pengendali pemakai jalan, terdiri dari:

1) alat pembatas kecepatan;

2) alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan

e. alat pengaman pemakai jalan, terdiri dari:

1) pagar pengaman;

2) cermin tikungan;

3) tanda patok tikungan (delineator);

4) pulau-pulau lalu lintas;

5) pita penggaduh.

f. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan terdiri dari:

1) fasilitas pejalan kaki, mencakup :

a) trotoar;

b) tempat penyeberangan yang dinyatakan dengan marka jalan

dan/atau rambu-rambu;

c) jembatan penyeberangan;

d) terowongan penyeberangan.

2) parkir pada badan jalan;

3) halte;

4) tempat istirahat;

5) penerangan jalan.

2.6 Pengendalian Lalu Lintas

Kegiatan pengendalian lalu lintas yang meliputi pemberian

arahan dan petunjuk dalam penyelenggaraan manajemen dan rekayasa

lalu lintas, pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat

mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan

lalu lintas,pemberian arahan dan petunjuk dalam penyelenggaraan

manajemen dan rekayasa lalu lintas berupa penetapan pedoman dan tata

cara penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas, pemberian

arahan dan bimbingan teknis terhadap penyelenggaraan manajemen dan

Page 15: Kesimpulan Dan Penutup

rekayasa lalu lintas, serta pemberian pelatihan teknis kepada pejabat dan

petugas dalam rangka penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu

lintas.

2.7 Pengawasan Lalu Lintas

Kegiatan pengawasan lalu lintas melalui pemantauan terhadap

pelaksanaan kebijakan lalu lintas, untuk mengetahui tingkat pelayanan

dan penerapan kebijakan lalu lintas meliputi:

1) kecepatan lalu lintas;

2) volume lalu lintas termasuk Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR);

3) jumlah kecelakaan lalu lintas;

4) jumlah pelanggaran berlalu lintas.

Penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan lalu lintas untuk mengetahui

efektifitas kebijakan lalu lintas, dilakukan sebagai tindak lanjut

pemantauan meliputi:

1) penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan;

2) analisis tingkat pelayanan;

3) analisis tingkat kecelakaan;

4) analisis tingkat pelanggaran.

Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijakan lalu lintas,

untuk penyempurnaan terhadap kebijakan lalu lintas bersifat legal/

hukum, teknis dan/ atau penegakkan hukum. Pemantauan yg dilakukan

melewati tahapan sebagai berikut:

a. pemantauan awal pelaksanaan kebijakan lalu lintas dilakukan setiap

hari selama 3 (tiga) bulan sejak dimulainya penerapan kebijakan lalu

lintas;

b. setelah pemantauan awal sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

dilakukan pengumpulan data setiap 6 (enam) bulan sekali.

2.8 Sistem Informasi

Untuk keperluan pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu

lintas di jalan diselenggarakan sistem informasi manajemen dan rekayasa

lalu lintas terdiri dari:

Page 16: Kesimpulan Dan Penutup

a. sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas nasional meliputi

subsistem informasi jaringan jalan dan perlengkapannya, dan subsistem

informasi lalu lintas

b. sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas provinsi;

c. sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas kabupaten;

d. sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas kota.

Dalam hal terjadi gangguan kelancaran arus lalu lintas yang

berpengaruh terhadap mobilitas orang dan barang secara nasional,

Direktur Jenderal dapat melakukan tindakan korektif terhadap manajemen

dan rekayasa lalu lintas di jalan provinsi dan kabupaten/kota. Dalam hal

terjadi gangguan kelancaran arus lalu lintas yang berpengaruh terhadap

mobilitas orang dan barang secara regional, Gubernur dapat melakukan

tindakan korektif terhadap manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan

kabupaten/kota. Dalam hal terputusnya pelayanan jalan yang

mengakibatkan gangguan kelancaran arus lalu lintas yang berpengaruh

terhadap mobilitas orang dan barang secara nasional, Direktur Jenderal

dapat melakukan pengaturan lalu lintas sementara yang memanfaatkan

jalan provinsi, kabupaten, kota dan atau desa. Dalam hal terputusnya

pelayanan jalan yang mengakibatkan

gangguan kelancaran arus lalu lintas yang berpengaruh terhadap

mobilitas orang dan barang secara regional, Gubernur dapat melakukan

pengaturan lalu lintas sementara yang memanfaatkan jalan nasional,

kabupaten, kota dan atau desa. Dalam hal terputusnya pelayanan jalan

yang mengakibatkan gangguan kelancaran arus lalu lintas yang

berpengaruh terhadap mobilitas orang dan barang secara lokal,

Bupati/Walikota dapat melakukan pengaturan lalu lintas sementara yang

memanfaatkan jalan nasional dan provinsi.

Page 17: Kesimpulan Dan Penutup

BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Kesimpulan

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

sebenarnya permasalahan lalu lintas, terutama lalu lintas darat

mempunyai masalah yang sangat konflik, karenanya mahasiswa teknik

sipil dituntut mampu menyelesaikan segala permasalahan dimaksud.

Beberapa macam komponen – komponen pembentuk lalu lintas pasti

saling berhubungan satu sama lain, dan ilmu rekayasa lalu lintas sangat

mendukung hal pembahasan mengenai lalu lintas tersebut.

Penutup

Dari penyusunan makalah ini penulis berharap mendapatkan

sedikit ilmu mengenai lalu lintas, dan tentunya sebagai penyelesaian

tugas yang diberikan dosen pembimbing. Tugas ini tentu jauh dari

sempurna, saran dan kritik dari dosen pembimbing sangat kami harapkan,

terima kasih.

Page 18: Kesimpulan Dan Penutup