KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU BELUM OPTIMAL

4
KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU BELUM OPTIMAL Penyebab : Kesejahteraan guru merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam menunjang terciptanya kinerja yang semakin membaik di kalangan pendidik. Berdasarkan UU No.14/2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 14 sampai dengan 16 menyebutkan tentang Hak dan Kewajiban diantaranya, bahwa hak guru dalam memperoleh penghasilan adalah di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, mendapatkan promosi dan penghargaan, berbagai fasilitas untuk meningkatkan kompetensi, berbagai tunjangan seperti tunjangan profesi, fungsional, tunjangan khusus bagi guru di daerah khusus, serta berbagai maslahat tambahan kesejahteraan. Undang-undang tersebut memang sedikit membawa angin segar bagi kesejahteraan masyarakat pendidik, namun dalam realisasinya ternyata tidak semanis redaksinya. Sebagai contoh, Kompas (6/2/2007) memberitakan bahwa sejumlah guru di Kota Bandung menyesalkan pernyataan Menteri Pendidikan Nasional yang berencana memperberat penerimaan insentif rutin dan mengaitkan dengan syarat sertifikasi. Pandangan keberatan ini beberapa di antaranya dilontarkan Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Bandung Kustiwa dan Sekretaris Jendral Forum Aksi Guru Independen (FAGI) Kota Bandung Iwan Hermawan. Keduanya sependapat, tunjangan

Transcript of KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU BELUM OPTIMAL

Page 1: KESEJAHTERAAN  DAN KINERJA GURU BELUM OPTIMAL

KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU BELUM OPTIMAL

Penyebab :

Kesejahteraan guru merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh

pemerintah dalam menunjang terciptanya kinerja yang semakin membaik di

kalangan pendidik. Berdasarkan UU No.14/2005 tentang Guru dan Dosen, pasal

14 sampai dengan 16 menyebutkan tentang Hak dan Kewajiban diantaranya,

bahwa hak guru dalam memperoleh penghasilan adalah di atas kebutuhan hidup

minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, mendapatkan promosi dan

penghargaan, berbagai fasilitas untuk meningkatkan kompetensi, berbagai

tunjangan seperti tunjangan profesi, fungsional, tunjangan khusus bagi guru di

daerah khusus, serta berbagai maslahat tambahan kesejahteraan.

Undang-undang tersebut memang sedikit membawa angin segar bagi

kesejahteraan masyarakat pendidik, namun dalam realisasinya ternyata tidak

semanis redaksinya. Sebagai contoh, Kompas (6/2/2007) memberitakan bahwa

sejumlah guru di Kota Bandung menyesalkan pernyataan Menteri Pendidikan

Nasional yang berencana memperberat penerimaan insentif rutin dan mengaitkan

dengan syarat sertifikasi. Pandangan keberatan ini beberapa di antaranya

dilontarkan Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Bandung

Kustiwa dan Sekretaris Jendral Forum Aksi Guru Independen (FAGI) Kota

Bandung Iwan Hermawan. Keduanya sependapat, tunjangan fungsional tidak ada

kaitan sama sekali dengan syarat sertifikasi guru. Hal ini karena keberadaan

tunjangan fungsional dan profesi secara prinsip sebetulnya tidak saling terkait.

Tunjangan fungsional lebih dianggap sebagai kebijakan yang melekat secara

otomatis pada profesi guru, terlepas sejauhmana profesionalnya bersangkutan.

Jadi, jelas berbeda dengan tunjangan profesi yang pada prinsipnya bertujuan

memacu profesionalitas guru.

Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya

kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru

Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru

menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata

guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru

honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti

Page 2: KESEJAHTERAAN  DAN KINERJA GURU BELUM OPTIMAL

itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang

mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek,

pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya

(Republika, 13 Juli, 2005). Permasalahan kesejahteraan guru biasanya akan

berimplikasi pada kinerja yang dilakukannya dalam melaksanakan proses

pendidikan.

Guru sebagai tenaga kependidikan juga memiliki peran yang sentral dalam

penyelenggaraan suatu sistem pendidikan. Sebagai sebuah pekerjaan, tentu

dengan menjadi seorang guru juga diharapkan dapat memperoleh kompensasi

yang layak untuk kebutuhan hidup. Dalam teori motivasi, pemberian reward dan

punishment yang sesuai merupakan perkara yang dapat mempengaruhi kinerja dan

mutu dalam bekerja, termasuk juga perlunya jaminan kesejahteraan bagi para

pendidik agar dapat meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan yang selama ini

masih terpuruk. Dalam hal tunjangan, sudah selayaknya guru mendapatkan

tunjangan yang manusiawi untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya

mengingat peranan dari seorang guru yang begitu besar dalam upaya

mencerdaskan suatu generasi.

Solusi :

Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang

dapat diberikan yaitu:

Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang

berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat

berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di

Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme

(mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan

tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.

Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut

kesejahteraan guru, berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada

yakni sistem ekonomi yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan

menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.

Page 3: KESEJAHTERAAN  DAN KINERJA GURU BELUM OPTIMAL

Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait

langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah

kualitas guru.

Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya

praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru,

misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi

dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan

memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru, meningkatkan

alat-alat peraga, sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.