Kesehatan Spiritual Lanjut Usia Di Getasan Dan Panti...
Transcript of Kesehatan Spiritual Lanjut Usia Di Getasan Dan Panti...
Kesehatan Spiritual Lanjut Usia Di Getasan Dan Panti Wredha
Salib Putih Salatiga
Tugas Akhir
Disusun Oleh :
Christian Wiga Britani
462013050
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
ii
Kesehatan Spiritual Lanjut Usia Di Getasan Dan Panti Wredha
Salib Putih Salatiga
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana keperawatan
Disusun Oleh :
Christian Wiga Britani
462013050
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
iii
iv
v
vi
vii
iv
viii
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR ................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ............................... iii
LEMBAR PENGESAHAN....... ...................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI ...... ............................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... vii
ABSTRAK ......... ........................................................................................................... viii
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
METODE ........... .............................................................................................................. 3
Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... 3
Teknik Analisa Data .................................................................................................... 3
Uji Keabsahan Data..................................................................................................... 3
Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Konsep Sehat Sakit .................................................................................................... 4
Praktik Keagamaan .................................................................................................... 5
Harapan Dalam Hidup................................................................................................ 6
Keterkaitan antara diri sendiri, orang lain dan lingkungan ........................................ 7
Kepercayaan Kepada Tuhan ...................................................................................... 7
Makna Hidup dalam Dunia ........................................................................................ 8
Pembahasan
Konsep Sehat Sakit .................................................................................................. 10
Praktik Keagamaan .................................................................................................. 10
Harapan Dalam Hidup.............................................................................................. 10
Keterkaitan antara diri sendiri, orang lain dan lingkungan ...................................... 11
Kepercayaan Kepada Tuhan .................................................................................... 11
Makna Hidup dalam Dunia ...................................................................................... 11
KESIMPULAN .. ............................................................................................................ 12
SARAN .............. ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13
vi
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent ................................................................................. 16
Lampiran 2. Panduan Wawancara di Panti ............................................................... 17
Lampiran 3. Panduan Wawancara di Rumah ............................................................ 21
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian di Panti ................................................................. 26
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian di Rumah .............................................................. 28
Lampiran 6. Letter of Acceptance ............................................................................. 29
vii
xi
Kesehatan Spiritual Lanjut Usia Di Getasan Dan Panti Wredha
Salib Putih Salatiga
Christian Wiga Britani, Yulius Yusak Ranimpi, Arwyn Weynand Nusawakan
Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Kristen Satya Wacana
Email : [email protected]
Abstrak
Masa lansia merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia. Seseorang dikatakan lanjut
usia apabila berusia 60 tahun ke atas. Hal penting yang perlu diketahui dalam proses pendampingan
atau perawatan lansia adalah aspek-aspek di dalam kehidupan lansia yang turut berubah sebagai
bagian dari tahap perkembangannya. Salah satu dari sekian banyak aspek penting adalah aspek
spiritual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesehatan spiritual lansia yang
berada di rumah dan yang berada di panti. Penelitian ini menggunakan metode kualtiatif dengan disain
studi komparatif yang dilakukan di desa Batur kecamatan Getasan dan Panti Wredha Salib Putih
Salatiga pada bulan Februari hingga Maret 2017. Enam riset partisipan diikutkan dalam penelitian ini
yang ditentukan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan field
research (penelitian lapangan) yaitu melalui observasi pasif dan wawancara mendalam dengan bentuk
semi terstruktur. Data kemudian diolah dan dianalisis menggunakan analisis fenomenologi. Hasil
penelitian ini adalah ditemukannya 6 kategori yang berkaitan dengan kesehatan spiritual partisipan,
yaitu konsep sehat sakit, agama, harapan dalam hidup, keterikatan antara diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya, kepercayaan kepada Tuhan dan makna hidup dalam dunia
Kata kunci : Lanjut usia (lansia), kesehatan Spiritual
Abstract
Health Spiritual Of Elderly In Getasan And House Of Wredha Salib
Putih Salatiga
The elderly is the most recent period of the human life cycle. Someone is said to be elderly when aged
60 and older. Important things to know in the process of facilitation or care of the elderly are aspects
in the life of the elderly who helped change as part of the stage of its development. One of the many
important aspects is the spiritual aspect. The purpose of this study is to describe the spiritual health of
the elderly who are at home and who are in the orphanage. This study used a qualitative method with
comparative study design conducted in Batur village of Getasan subdistrict and Panti Wredha Salib
Putih Salatiga from February to March 2017. 6 participant research were included in this study
which was determined using purposive sampling technique. Data collection is done by field research
(field research) that is by passive observation and deep interview with semi structured form. The data
were then processed and analyzed using phenomenological analysis. The result of this research is the
finding of 6 categories related to participant's spiritual health, that is healthy concept of illness,
religious practice, life expectancy, attachment between self, others and environment, belief in God
and meaning of life in world
Keywords: Elderly, Spiritual Health
viii
1
Pendahuluan
Setiap manusia memiliki tahap perkembangan mulai saat bayi hingga pada
tahap akhir perkembangan yaitu lanjut usia (lansia). Lansia merupakan kelompok
umur manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya yang
dimulai pada usia 60 tahun keatas [1]. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. [2]. Proporsi lansia
dunia diperkirakan dua kali lipat total populasi dunia dari 12% sampai 22% antara
tahun 2015 dan 2050 [1].
Dalam kehidupan lansia, tentunya tidak lepas dari hubungan dengan
lingkungan sekitarnya. Hubungan dengan orang lain juga diperlukan oleh lansia
untuk menjaga keharmonisan. Tidak hanya itu, lansia juga membina relasinya
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Semua hubungan itu termasuk dalam lingkup
spiritual lansia. Kata “spirit” berasal dari kata benda bahasa Latin “spiritus” yang
berarti napas dan kata kerja “spipare” yang berarti untuk bernapas. [3]. Spiritual
merupakan konsep dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal.
Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang
menuntun kehidupan seseorang. Dimensi horizontal adalah hubungan seseorang
dengan diri sendiri, orang lain dan dengan lingkungan. [4]. Dengan demikian,
spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan
seseorang [5]. Semakin tinggi spiritualitas seseorang, semakin besar kemampuannya
dalam menghadapi konflik atau masalah. [6]. Spiritual sangatlah penting bagi upaya
mewujudkan kesehatan, baik untuk memulihkan maupun menjaga kesehatan mereka
[7]. Kesehatan spiritual memberikan makna hidup dan kekuatan pada saat individu
mengalami kesulitan dalam kehidupannya seperti ketika dalam keadaan sakit. Makna
hidup dapat diwujudkan melalui kedekatan lansia kepada Tuhan, lalu merasakan
hidup sebagai suatu pengalaman yang positif membuat hidup lebih terarah, penuh
harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain [8].
Berdasarkan pendapat diatas, hal ini menunjukkan bahwa spiritual tidak hanya
berhubungan dengan konsep Tuhan namun juga sangat erat kaitannya terhadap
hubungan sosial termasuk di lingkungan rumah dan di lingkungan panti.
2
Dalam kehidupannya, lansia membutuhkan perawatan dan pendampingan
karena keadaan fisik yang sudah tidak optimal lagi. Dalam proses pendampingan
atau perawatan lansia terdapat aspek yang turut berubah sebagai bagian dari tahap
perkembangannya. Aspek yang dimaksud adalah terkait aspek spiritual. Aspek
spiritual juga dapat berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat
kerohanian atau kejiwaan dibandingkan dengan hal yang bersifat fisik ataupun
mental[3]. Penelitian berjudul “Hubungan antara Kesehatan Spiritual dengan
Kesehatan Jiwa pada Lansia Muslim di Sasana Tresna Werdha KBRP Jakarta Timur”
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kesehatan spiritual dan
kesehatan jiwa pada lansia. [9]. Disisi lain, kesehatan jiwa lansia menjadi salah satu
hal yang perlu diperhatikan terutama terkait perawatan dalam menghadapi suatu
penyakit kronis misalnya.
Permasalahan yang dihadapi lansia bermacam-macam terutama ketika
ditinjau dari lingkungan yang berbeda. Lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan panti dan juga lingkungan rumah. Terdapat konflik yang muncul pada
lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah, yaitu
terjadinya perbedaan pendapat di antara lansia. Hal itu dibuktikan dengan beberapa
lansia yang tidak setuju jika mereka berinteraksi dengan orang lain yang berada di
panti [10]. Lansia yang tidak cocok bergaul dengan sesama penghuni panti lainnya
sering menimbulkan pertengkaran. [11]. Dengan demikian, baik tinggal di panti atau
bersama keluarga di rumah, sama-sama memiliki potensi munculnya konflik.
Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah diuraikan diatas, maka dalam penelitian
ini, peneliti ingin mendeskrpisikan kesehatan spiritual lansia berdasarkan tempat
tinggal mereka yaitu di lingkungan panti dan di lingkungan rumah.
3
Metode
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain penelitian studi
komparatif dan tipe fenomenologi deskriptif. Riset partisipan berjumlah 6 orang yang
terdiri dari 3 lansia tinggal di panti wredha dan 3 lansia tinggal di rumah. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria partisipan
dalam penelitian ini adalah ;
1. Lansia yang berusia di atas 60 tahun
2. Lansia yang tinggal di panti dan di rumah
3. Lansia yang tidak mengalami gangguan dalam berkomunikasi
Teknik Pengumpulan Data
Untuk teknik pengumpulan data menggunakan field research (penelitian
lapangan). Cara yang dilakukan dalam penelitian lapangan berupa observasi
partisipasi pasif yang bertujuan agar tidak ada kemungkinan untuk mengintervensi
atau mempengaruhi jawaban informan dan wawancara mendalam (in-depth
interview) dengan bentuk semi terstruktur. Alat pengumpulan data menggunakan
voice recorder.
Teknik Analisa Data
Analisis data yang digunakan mengacu pada pendapat dari Giorgi. Langkah
yang pertama adalah mengasumsikan/menganggap suatu fenomena yang terjadi
secara natural. Langkah kedua yaitu membaca data yang sudah tertulis secara
keseluruhan. Langkah ketiga yaitu menggambarkan maksud atau makna dari
fenomenologi tersebut. Langkah keempat yaitu mengubah maksud atau makna
tersebut secara psikologi/kejiwaan [12].
Uji Keabsahan data
Dalam penelitian ini, uji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi
sumber yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Menurut pendapat Sugiyono, trianggulasi sumber adalah
trianggulasi yang digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. [13]. Sasaran dari sumber ini
adalah tetangga maupun orang disekitar partisipan.
4
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 2 tempat yaitu ;
1. Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kota Salatiga
2. Panti Wredha Salib Putih Salatiga
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2017.
Hasil
Peneliti mengidentifikasi 6 kategori sebagai hasil penelitian yang berkaitan
dengan kesehatan spiritual lansia baik yang tinggal di panti maupun di rumah.
Konsep Sehat Sakit
Lansia yang tinggal di rumah mempunyai kesamaan pandangan tentang sehat.
Mereka menjelaskan bahwa sehat merupakan suatu keadaan ketika dapat melakukan
aktivitas sehari-hari. Aktivitas keseharian yang dimaksud meliputi bersih-bersih
rumah, berkebun, dan mencari rumput untuk makanan hewan ternaknya. Semua
aktivitas di atas termasuk dalam aktivitas fisik dari lansia. Pandangan sakit yang
dimiliki partisipan yang tinggal di rumah juga memilki kesamaan. Sakit itu ketika
mereka tidak dapat melakukan aktivitas yang biasa dilakukan setiap harinya.
Lansia yang tinggal di panti memiliki pandangan yang berbeda. Menurut
partisipan pertama yang tinggal di panti, kesehatan itu merupakan kondisi ketika ia
tidak menderita sakit maupun penyakit seperti diabetes dan darah tinggi serta dapat
memakan makanan dengan enak. Sebaliknya, sakit merupakan kondisi yang tidak
nyaman karena merasakan kelemahan fisik. Partisipan kedua yang tinggal di panti
menyampaikan sehat itu berhubungan dengan tubuh jasmani yang bersih dan
terbebas dari bakteri, sebaliknya ketika partisipan sakit, ia memandang terdapat
bakteri yang menyerang tubuhnya. Sementara itu pandangan sehat dari partisipan
ketiga yang tinggal di panti menyebutkan bahwa sehat itu terkait cara menikmati
makanan dengan nafsu yang tinggi dan juga tidak merasakan keluhan dari dalam
tubuh. Ketika ia merasakan keluhan itu, maka solusinya adalah dengan pergi ke
pelayanan kesehatan terdekat yaitu Puskesmas untuk diperiksakan.
5
Berikut ungkapan partisipan:
“Kalo saya sehat itu ya kalo mau pergi ke ladang enak, kalo mau cari rumput
ya enak” (RPR2)
“Kesehatan itu ya menjaga tubuh jasmani tetap bersih, menjauhkan dari
bakteri-bakteri” (RPW2)
”Menurut bapak kalo misalnya badan sehat itu buat makan juga enak”
(RPW3)
Praktik Keagamaan
Dalam penelitian ini, semua lansia baik yang tinggal di panti maupun di
rumah memiliki agama dan kepercayaan kepada Tuhan di dalam hidup mereka.
Partisipan yang tinggal di panti dan beragama Kristen memiliki kesamaan persepsi
dalam ibadah bahwa ketika kondisi hati sedang tidak sungguh-sungguh fokus kepada
Tuhan, maka ibadah itu akan menjadi percuma. Partisipan pertama yang tinggal di
panti menjelaskan ketika ibadah, pikiran dikosongkan dan berusaha menghayati apa
yang disampaikan. Partisipan kedua yang tinggal di panti menerangkan bahwa Tuhan
itu mengetahui isi hati setiap orang. Hubungan antara partisipan dengan Tuhan dapat
terjadi melalui doa.
Menurut partisipan yang beragama Islam, terdapat kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh setiap pengikutnya. Kewajiban itu adalah melaksanakan ibadah
sholat 5 waktu. Tiga partisipan yang tinggal di rumah melaksanakan ibadah sholat
secara rutin 5 waktu, dan 1 partisipan yang mempunyai keunikan dalam ibadah
sholatnya. Berbeda dengan 3 partisipan Islam lainnya, partisipan ini menjelaskan
bahwa ia melakukan ibadah sholat hanya 1 kali dalam sehari yaitu setiap jam 12
malam.
Berikut adalah ungkapan partisipan:
“Kalo ibadah mikir apa-apa kan percuma nda terfokus pada firman Tuhan”
(RPW1)
“Kalo sholat ya lima kali, nda pernah bolong” (RPR3)
“Nek sholat itu orang-orang kan 5 kali, kalo saya itu sekali jam 12 keluar ke
latar” (RPR1)
6
Harapan dalam Hidup
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua partisipan memiliki harapan
terkait dengan kehidupannya. Ketiga partisipan yang tinggal di rumah memiliki
kesamaan dalam salah satu harapan mereka, yaitu agar diberikan kesehatan oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa. Diterangkan bahwa kesehatan itu lebih penting daripada
harta benda. Salah satu alasan mengapa kesehatan menjadi prioritas utama adalah
agar lansia tetap dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti bekerja sebagai
petani dan pergi ke ladang.
Berbeda halnya dengan partisipan yang tinggal di panti. Partisipan yang
tinggal di panti memiliki harapan yang berbeda-beda. Partisipan pertama yang
tinggal di panti menceritakan harapannya agar tetap dikuatkan imannya kepada
Tuhan dalam segala hal. Partisipan kedua yang tinggal di panti mengatakan bahwa
harapannya adalah agar diberikan kesabaran dan kasih dalam hidupnya, sedangkan
harapan partisipan ketiga yang tinggal di panti yaitu agar semua teman dan sanak
saudara selalu diberikan kesehatan serta dijauhkan dari segala sakit penyakit.
Ungkapan partisipan 3 yang tinggal di rumah, yaitu supaya diberikan kesehatan, lalu
ungkapan lainnya disampaikan riset partisipan 1 yang tinggal di panti wredha yaitu
supaya dikuatkan selalu imannya.
Keterkaitan antara diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
Penelitian ini menunjukkan bahwa dari enam partisipan terdapat dua
partisipan yang dinilai mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Partisipan
pertama yang tinggal di panti memiliki sifat malas untuk mengobrol karena
gangguan fisik pada matanya yang menyebabkan sulit untuk bergaul dengan orang
lain. Partisipan kedua yang tinggal di panti masih merasa bahwa tetangganya tidak
dapat mencerna apa yang dibicarakannya. Sementara itu, satu partisipan yang tinggal
di panti merasa kurang tenang karena harus menghadapi lingkungan yang baru.
Tiga partisipan yang tinggal di panti merasakan hal yang sama yaitu harus
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk kehidupan mereka. Salah satu
peran keluarga kepada lansia adalah memberikan dukungan sosial. Meskipun para
lansia tidak merasakan hadirnya keluarga disana namun dukungan sosial itu ada yaitu
melalui teman disekitarnya. Semua lansia yang tinggal di rumah tidak memiliki
7
masalah dalam berkomunikasi. Mereka menjalani hubungan yang baik kepada
keluarga maupun kepada tetangga di sekitar rumah.
Demikian ungkapan partisipan:
“Kadang-kadang kita berkomunikasi sama orang yang ga ngerti” (RPW2)
“Kalo matanya sehat ya bisa beraktivitas” (RPW1)
”Nda ada, karena di desa itu cuman sama tetangga, saudara jadi nda ada
kesulitan” (RPR2)
Kepercayaan kepada Tuhan
Dalam penelitian ini, semua partisipan, baik yang tinggal di panti maupun
tinggal di rumah percaya dan mengimani bahwa Tuhan itu ada. Partisipan ketiga
yang tinggal di rumah menjelaskan bahwa ia percaya bahwa Tuhan adalah pencipta
segalanya. Tuhan yang dikenal merupakan Tuhan Sang Maha Pengampun. Partisipan
pertama percaya bahwa Tuhan akan memberikan pengampunan dan pertolongan
baginya disaat yang tepat. Sementara itu, partisipan kedua yang tinggal di rumah
menerangkan bahwa Tuhan memberikan kekuasaan atas hidup manusia. Dia yang
menentukan yang terbaik bagi setiap orang. Segala keinginan manusia di dunia yang
berhak mengabulkannya adalah Tuhan. Selain itu, rasa mencintai dan dicintai akan
Tuhan juga tercermin dalam hidup partisipan.
Dua partisipan yang tinggal di panti menerangkan Yesus sebagai
juruselamatnya. Dalam konteks agama Kristen, partisipan pertama yang tinggal di
panti percaya kepada Yesus sebagai juruselamat umat manusia. Yesus rela berkorban
demi menyelamatkan manusia yang berdosa. Partisipan kedua yang tinggal di panti
mengatakan bahwa Tuhan itu merupakan Allah Sang Pencipta langit dan bumi.
Partisipan percaya akan karya penyelamatan dari Yesus. Sementara itu, partisipan
ketiga yang tinggal di panti dan beragama Islam menerangkan bahwa di dalam
kepercayaan agama Islam, Tuhan itu sudah ada dalam diri kita masing-masing.
Seperti yang diungkapkan partisipan dalam penggalan wawancara berikut:
“Tuhan itu Allah pencipta langit dan bumi yang mahakuasa maha benar”
(RPW2)
8
“Ya yang memberikan kekuasaan semuanya, mulai apa saja itu semua dari
Allah” (RPR2)
“Tuhan itu adalah juruselamat kita, Tuhan Yesus yang disembah juruselamat
kita” (RPW1)
Makna hidup di dalam dunia
Masing-masing partisipan baik yang tinggal di panti maupun di rumah
memiliki makna hidup yang berbeda. Menurut partisipan kedua yang tinggal di
rumah, hidup itu tidak ada puasnya kecuali jika sudah terbebas dari segala beban
pikiran seperti bekerja untuk menghidupi rumah tangganya. Berbeda dengan
partisipan ketiga yang tinggal dirumah, ia merasa sudah puas dengan hidup yang
dijalani sekarang. Baginya, hidup adalah ketika bisa bekerja dan mencari makan
untuk kebutuhan hidupnya. Sementara itu, makna hidup menurut partisipan pertama
yang tinggal di rumah adalah suatu keadaan dimana ia dapat terbebas dari hutang.
Menurut pandangan partisipan pertama yang tinggal di panti, arti hidup itu
adalah masih adanya roh yang bersemayam di dalam tubuh manusia. Partisipan
kedua yang tinggal di panti menyampaikan bahwa hidupnya itu tidak selalu puas. Hal
ini karena ia masih merasakan keluhan, misalnya seperti ketika sedang sakit. Definisi
hidup menurutnya adalah ketika Tuhan masih memberikan nafas pada hidupnya.
Sementara itu, bagi partisipan ketiga yang tinggal di panti, ia mengaitkan hidupnya
dengan doa dan pengharapan kepada Tuhan. Doa dan harapannya adalah supaya
diberikan umur panjang dan tidak diberi sakit penyakit.
Hal ini disampaikan seperti pada penggalan wawancara berikut:
”Hidup di dunia, berarti roh masih ada kalo mati kan rohnya dipanggil
Tuhan” (RPW1)
”Nda ada puasnya, karena masih bekerja, kalo udah pusas itu harusnya kan
udah nda mikir apa-apa karena udah tercapai” (RPR2)
“Sudah dikasih hidup ya ditanam didunia ya bagaimana didunia itu harus
bekerja cari makan” (RPR3)
Triangulasi sumber dilakukan oleh peneliti melalui keluarga dan orang-orang
terdekat dari partisipan. Hasil triangulasi sumber menunjukkan bahwa tidak terdapat
9
perbedaan antara penyampaian informasi dari partisipan dengan pendapat orang-
orang disekitar mengenai informasi yang disampaikan. Semua informasi yang
didapat berdasarkan wawancara adalah sesuai dengan kenyataan yang dimiliki oleh
partisipan.
Pembahasan
Kesehatan spiritual erat kaitannya dengan agama yang juga mempunyai
makna penting bagi manusia. Makna penting ini ditunjukkan melalui iman yang
berfungsi sebagai sumber kekuatan batin ketika menghadapi kesulitan, penghibur
dikala duka, pemicu semangat dan harapan berkat doa yang dipanjatkan, pemberi
sarana aman karena merasa selalu berada dalam lindunganNya, penghalau rasa takut
karena merasa selalu dalam pengawasanNya, tegar menghadapi masalah karena
selalu ada petunjuk melalui firman-firman-Nya. [14]
Berdasarkan hasil studi dari Perinotti-Molinatti, menyatakan bahwa
kesehatan spiritual memiliki peran penting dalam kehidupan lansia. [15]. Lansia akan
merasakan dirinya berharga dan merasakan kehidupan yang terarah melalui harapan
serta mampu mengembangkan hubungan antar manusia yang positif. [4]. Hal ini
berarti bahwa kesehatan spiritual juga mencakup tentang masa depan dan harapan
yang ingin dicapai lansia untuk kehidupannya.
Dalam kategori yang pertama yaitu konsep sehat sakit, peneliti
menghubungkan hasil penelitian dengan teori perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan
mencakup salah satunya perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) [16].
Perilaku kesehatan ditunjukkan melalui kebiasaan partisipan mengolah makanan dan
menjaga pola makan. Ketika ia tidak mengatur dan menjaga pola makan dengan
baik, maka akan memberikan dampak pada tubuhnya, yaitu menjadi tidak sehat.
Berdasarkan hasil penelitian dari Siaputra, ditemukan bahwa melakukan pola hidup
sehat sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena dapat menjauhkan dari
segala macam penyakit, ataupun obesitas dan berumur panjang [17]
Dalam kategori kedua yaitu praktik keagamaan, partisipan menerangkan
kehidupan agama mereka dan ritual yang dilakukan dari masing-masing agama.
Terdapat empat partisipan yang beragama Islam dan dua partisipan beragama Kristen
Protestan. Hasil penelitian oleh Hefner, menunjukkan bahwa agama dan
10
spiritual adalah sumber koping yang biasanya digunakan oleh lansia ketika
mengalami sedih, kesepian dan kehilangan [18]. Hal ini menunjukkan bahwa agama
dapat memberikan kontrol terhadap masalah yang sedang dihadapi lansia.
Kegiatan religi juga dapat memberikan pengaruh terhadap lansia, hal ini
didukung dengan pendapat Trisnawati, yang mengatakan bahwa sebagian besar
kegiatan religi yang baik tidak akan menyebabkan terjadinya depresi pada
lansia.[19]. Kategori baik yang dimaksud adalah kegiatan yang tidak menyimpang
dalam ajaran agama tersebut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan Destarina, di Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah
Pekanbaru melalui metode wawancara pada 10 orang lansia, 7 dari 10 lansia
mengatakan bahwa sering mengikuti kegiatan religi yang diadakan oleh petugas
panti. Kegiatan religi tersebut antara lain belajar mengaji, wirid, serta ceramah. [10].
Semua kegiatan religi yang dilakukan lansia baik yang tinggal di panti maupun di
rumah itu bermanfaat bagi mereka yang bertujuan untuk mempertahankan hubungan
dengan Tuhan.
Kategori ketiga terkait tentang harapan-harapan lansia di dalam hidupnya.
Menurut Stanley dan Beare, harapan merupakan emosi aktif yang diperlukan untuk
membuat hari–hari kehidupan lansia menjadi lebih baik. Emosi aktif tersebut terkait
keinginan dari lansia yang salah satunya untuk dapat selalu diberikan kesehatan.[20].
Harapan untuk sehat juga disampaikan partisipan untuk masing-masing keluarganya
termasuk anak cucunya melalui doa. Keluarga diharapkan menjadi pihak yang
mendukung para lansia di masa menjelang ajalnya. Jika keluarga tidak dapat
menjalankan perannya terhadap lansia, maka dapat menyebabkan lansia mengalami
masalah salah satunya kesepian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ikasi,
diperoleh bahwa lansia dengan tingkat kesepian disebabkan dukungan keluarga yang
didapatkan lansia.[21]. Dengan demikian, dukungan keluarga dapat menjadi faktor
untuk menurunkan resiko terjadinya kesepian dan stress ataupun masalah psikologis
pada lansia [22].
Kategori yang keempat menerangkan tentang hubungan lansia dengan orang
disekitarnya. Hubungan yang terjalin ditunjukkan melalui suatu komunikasi.
Komunikasi merupakan media untuk bergaul atau bersosialisasi dengan orang lain
seperti teman dan tetangga. Lansia juga perlu diberi kesempatan untuk bersosialisasi
atau berkumpul dengan orang lain sehingga dapat mempertahankan keterampilan
berkomunikasi, juga untuk menunda kepikunan [23]. Berdasarkan hasil penelitian
11
Murni, kesempatan lansia untuk berinteraksi dengan lingkungannya adalah melalui
kegiatan religi seperti pengajian bersama dengan masyarakat, aktivitas senam lansia
di panti, berolahraga, dan saat mengikuti perayaan hari besar agama seperti Natal dan
Idul Fitri. [24]. Berbeda dengan lansia yang tinggal di rumah, lansia yang tinggal
bersama keluarga di rumah tidak hanya mendapatkan perawatan fisik, namun juga
mendapatkan kasih sayang, kebersamaan, interaksi atau komunikasi yang baik, serta
menerima bantuan dari anggota keluarga yang merupakan fungsi dari keluarga [25].
Kategori yang kelima mengenai kepercayaan kepada Tuhan. Kepercayaan
kepada Tuhan dapat diwujudkan dalam kegiatan rohani. Semua partisipan dalam
penelitian ini berpartisipasi dalam kegiatan rohani. Penelitian yang dilakukan oleh
Menjalani lanjut usia yang bahagia dan sehat hanya dapat dicapai apabila lansia
tersebut merasa sehat secara fisik, mental/spiritual dan sosial, merasa dibutuhkan,
merasa dicintai, mempunyai harga diri serta dapat berpartisipasi dalam kehidupan.
[26]. Konsep ketuhanan berkaitan erat dengan spiritual termasuk pengenalan dengan
Tuhan dalam hidup lansia. Spiritual merupakan kehidupan, tidak hanya doa,
mengenal dan mengakui Tuhan[27].
Kategori yang keenam menerangkan tentang makna hidup di dalam dunia.
Berdasarkan hasil penelitian dari Bahkruddinsyah, ditemukan bahwa 7 dari 8
partisipan memiliki makna hidup positif yang dapat membawanya untuk menemukan
arti kebahagiaan dalam menjalani kehidupannya di panti tersebut [28]. Lansia dapat
menemukan makna hidup dimanapun mereka berada termasuk di dalam Panti
Wredha yang menjadi salah satu objek dalam penelitian ini. Bergabungnya lansia
dalam sebuah lembaga sosial atau sering disebut panti wredha menjadi salah satu
alternatif solusi yang cukup baik demi kelangsungan hidup lansia [29]. Sementara
itu, keluarga dapat dikatakan sebagai subjek yang berperan untuk mendukung
kehidupan lansia. Adanya dukungan dari keluarga juga dapat memberikan sebuah
kepuasan bagi para lansia Dukungan keluarga berperan dalam pencapaian kepuasan
hidup lanjut usia[30].
12
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan bahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan
spiritual lansia yang tinggal di panti maupun di rumah memiliki pemaknaan yang
sama tetapi juga ada yang berbeda. Kesamaan dan perbedaan tersebut terimplikasi
dalam setiap aspek spiritual yang diteliti.
Pada kategori pertama yaitu konsep sehat sakit, semua partisipan yang tinggal di
rumah menjelaskan bahwa sehat itu merupakan suatu keadaan dimana dapat
melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas keseharian yang dimaksud meliputi bersih-
bersih rumah, berkebun, dan mencari rumput untuk makanan hewan ternaknya.
Sebaliknya, sakit merupakan keadaan ketika mereka tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari.
Kategori yang kedua yaitu praktik keagamaan menjelaskan bahwa semua
partisipan yang tinggal di panti memiliki kesamaan persepsi dalam hal ibadah.
Kesamaan yang dimaksud seperti menaruh pikiran dan fokus kepada Tuhan agar
ibadah mereka menjadi tidak percuma.
Kategori yang ketiga yaitu harapan dalam hidup. Partisipan yang tinggal di
rumah memiliki kesamaan dalam harapan mereka, yaitu agar diberikan kesehatan
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Sementara itu, partisipan yang tinggal di panti
menyampaikan harapan yang berbeda-beda seperti dijauhkan dari segala penyakit,
diberikan kesabaran dalam hidup, dan dikuatkan imannya kepada Tuhan.
Kategori keempat yaitu keterkaitan antara diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya. Dari enam partisipan terdapat dua partisipan yang tinggal di panti
yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena memiliki gangguan fisik
pada matanya dan menyebabkan mereka menjadi sulit untuk bergaul dengan orang
lain. Untuk satu partisipan yang tinggal di panti merasakan kurang tenang karena
harus menghadapi lingkungan yang baru dengan orang panti. Sementara itu, semua
lansia yang tinggal di rumah menjalani hubungan yang baik kepada keluarganya
maupun dengan tetangga di sekitar rumah.
Dalam kategori kelima yaitu kepercayaan kepada Tuhan, semua partisipan baik
yang tinggal di panti maupun di rumah memiliki kepercayaan kepada Tuhan sesuai
dengan agamanya masing-masing.
13
Pada kategori terakhir, masing-masing partisipan baik yang tinggal di panti
maupun di rumah memiliki makna hidup yang berbeda. Partisipan yang tinggal di
rumah menganggap hidup itu bermakna apabila terbebas dari segala beban pikiran
dunia seperti bekerja dan mencari nafkah dan terbebas dari segala urusan hutang.
Partisipan yang tinggal di panti memaknai hidup itu dengan berpendapat masih
adanya roh yang bersemayam di dalam tubuh manusia, kemudian yang lain
menjelaskan bahwa hidupnya itu tidak selalu puas karena masih merasakan keluhan,
seperti ketika sedang sakit, lalu mengaitkan hidupnya dengan doa dan pengharapan
kepada Tuhan. Doa dan harapannya adalah supaya diberikan umur panjang dan tidak
diberi sakit penyakit.
Saran
Peneliti mengalami kesulitan dalam menstrukturkan konsep-konsep spiritual
yang sangat kompleks dari tiap individu yang berbeda-beda. Saran untuk peneliti
selanjutnya adalah agar dapat memfokuskan penelitian kedalam satu konsep spiritual
secara terperinci.
Daftar pustaka
[1] World Health Organization (WHO).The Top 10 cases of death. 2015.
[2] F. dan M. Effendi, Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek
Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2009.
[3] W. Hasan, “Aplikasi Strategi Dan Model Kecerdasan Spiritual (SQ)
Rasulullulah di Masa Kini. Yogyakarta. Rineka Cipta,” 2006.
[4] A. Hamid, “Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta.
EGC,” 2009.
[5] Tamami, “Psikologi Tasawuf. Cetakan Satu. Bandung. Pustaka Setia.,” 2011.
[6] A. Ardiman, “Ardiman, A. (2006). Hubungan Spiritualitas dengan Proactive
Coping Survivor Bencana Gempa Bumi di Bantul. Tidak dipublikasikan.
Universitas Islam Indonesia. Yogyakata.,” 2006.
[7] MacKinlay, “The Spiritual Dimension of Ageing. 2nd printing. London &
Philadelphia: Jessica Kingsley Publishers,” 2004.
14
[8] C. M. Puchalski, “Spirituality and the care of paients at the end of Life : An
essential component of care. Vol 56. Washingon,” 2005.
[9] A. Syam, “Hubungan antara kesehatan spiritual dengan kesehatan jiwa pada
lansia muslim di sasana tresna werdha. Tidak dipublikasikan. Fakultas Ilmu
Keperawatan. .Universitas Indonesia,” 2010.
[10] Y. Destarina, V, Agrina, Dewi, I, “Gambaran Spiritualitas Lansia di Panti
Sosial Tresna Wredha Khusnul Khotimah Pekanbaru. Jurnal Online
Mahasiswa. Program Studi Ilmu Keperawatan Vol.1No.2.,” 2014.
[11] dan I. Damaiyanti, Mukhripah, “Asuhan Keperawatan Jiwa. Refika Aditama.
Bandung.,” 2012.
[12] A. Giorgi, “The descriptive phenomenological method in psychology: A
modified Husserlian approach. Pittsburg, PA. Duquesne University.,” 2009.
[13] Sugiyono, “‘Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D’. Bandung:
Alfabeta,” 2006.
[14] Lubis, “Iman dan Ilusi Psikiatri. Tidak dipublikasikan Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia.,” 2002.
[15] J. Perinotti-Molinatti, “The significance of spirituality in the elderly.,” 2005.
[16] B. Budioro, “Pengantar Pendidikan (penyuluhan) Kesehatan Masyarakat edisi
2. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang.,”
2007.
[17] A. Siaputra, H, Emmiati, A, Wibisono, F, WIdjaja, “Pola Perilaku Hidup
Sehat Pra Lansia dalam Mengkonsumsi Makanan Sehari-hari di Maureen
Studio. Thesis. Jurnal Hospitality dan Manajemen Jasa. Diakses pada tanggal
10 November 2017. https://www.nel,” 2015.
[18] L. Hefner, “Comparing, discussing two spiritual assessment tool. Counseling
older adults. Diakses pada tanggal 21 Juli 2017. Dari http://.lorihefner.com,”
2008.
[19] D. Trisnawati, “Hubungan Aktivitas Religi dengan Tingkat Depresi pada
Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werda Unit Budi Luhur Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada 02 (2). 3.,” 2011.
[20] Stanley, “Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Jakarta. EGC,” 2007.
[21] A. Ikasi, “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kesepian (Lonelinnes)
Pada Lansia. Jurnal Online Mahasiswa. Vol. 1 No.2. Oktober. Program Studi
Ilmu Keperawatan. Universitas Riau.,” 2014.
15
[22] dkk Maryam, R Siti, “Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta.
Salemba Medika.,” 2008.
[23] Nugroho, “Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi-3. Jakarta. EGC,” 2008.
[24] N. Murni, “Interaksi Sosial Klien dengan Lingkungan Sosial Studi pada
PSTW Budi Dharma. Bekasi. Sosio Konsepsia. Diakses pada tanggal 10
November 2017.
https://www.neliti.com/id/search?q=Interaksi+Sosial+Klien++dengan+Lingku
ngan+,” 2008.
[25] Y. Mahareza, “Perbedaan Kualitas Hidup Lanjut Usia yang Tinggal di Panti
Werdha dan yang Tinggal bersama Keluarga. Karya Tulis Ilmiah strata satu.
Universitas Airlangga, Surabaya.,” 2008.
[26] T. Sumiati, “Pemahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual
klien pada lansia di RSU Mardi Lestari Kabupaten Sragen. Tidak
dipublikasikan. Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Diponegoro.
Semarang.,” 2009.
[27] J. . Nelson, “Psychology, Religion and Sprituality. New York; Springer
Science.,” 2009.
[28] R. Bahkruddinsyah, “Makna hidup dan arti kebahagiaan pada lansia di panti
werdha nirwana puri samarinda,” eJournal Psikol., vol. 4, no. 4, pp. 431–445,
2016.
[29] R. Bahkruddinsyah, “Makna Hidup dan Arti Kebahagiaan Pada Lansia di
Panti Wredha Nirwana Puri Smarinda. EJournal Psikologi 4 (4) : 431-445)..
Fakultas Psikologi. Universitas Mulawarman. Diakses pada tanggal 10
November 2017. http://ejournal.psikologi.fisipunmul.ac.id/site/wp,” 2016.
[30] M. Fauzi, “Hubungan Dorongan Keluarga dan Kepuasan Hidup Lanjut usia
Berdasarkan Status Perkawinan. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, 280-
294.,” 2013.
16
Lampiran I
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RISET PARTISIPAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Hari/tanggal wawancara :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi partisipan dalam penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan – Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan
Nama : Christian Wiga Britani
NIM : 462013050
Penelitian yang dilakukan berjudul “Kesehatan Spiritual Lanjut Usia Di Getasan Dan
Panti Wredha Salib Putih Salatiga”. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan
memberikan sesuatu yang negatif untuk saya. Data mengenai diri saya dalam
penelitian ini tidak akan disebarluaskan dan akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.
Segala berkas yang mencatumkan identitas saya hanya akan digunakan untuk
keperluan pengambilan data. Dosen pembimbing dan peneliti yang dapat mengetahui
kerahasiaan data penelitian tersebut.
Demikian, surat ini dibuat tanpa unsur pemaksaan
Salatiga,................................2017
Peneliti,
Christian Wiga Britani
Partisipan,
(.............................................)
17
Lampiran II
“Daftar Pertanyaan untuk Partisipan di Panti”
1. Siapakah nama bapak/ibu?
2. Sudah berapa lama bapak/ibu tinggal di panti?
3. Apa yang melatarbelakangi bapak/ibu berada di panti?
4. Apa sajakah kegiatan yang biasa bapak/ibu lakukan di panti?
5. Apa sajakah kegiatan yang biasa bapak/ibu lakukan di luar panti?
6. Menurut bapak/ibu, apakah pengertian dari kesehatan?
7. Menurut bapak/ibu, seseorang dikatakan sehat apabila?
8. Apa sajakah upaya yang bapak/ibu lakukan untuk menjaga kesehatan
anda?
9. Menurut bapak/ibu, apakah pengertian dari sakit?
10. Menurut bapak/ibu, seseorang dikatakan sakit apabila?
11. Menurut bapak/ibu, apa itu spiritualitas?
12. Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang spritualitas?
13. Bagaimana spiritualitas itu berpengaruh terhadap kehidupan bapak/ibu?
A. Mempertahankan keharmonisan / keselarasan dengan dunia luar.
14. Apakah ada kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain?
Bagaimana masalah itu bisa dihadapi?
Bagaimana masalah itu diselesaikan?
15. Menurut bapak/ibu, apa pengertian dari teman?
Mengapa bisa demikian?
16. Siapa sajakah teman yang dekat dengan bapak/ibu di panti?
Bagaimana perasaan bapak/ibu ketika bisa berkenalan dengan teman
di panti?
17. Hal apa sajakah yang biasa diceritakan kepada teman anda?
Adakah tetangga yang bapak/ibu tidak suka? Mengapa bisa demikian?
Apakah itu mempengaruhi cara berinteraksi bapak/ibu?
18. Menurut bapak/ibu, apa makna kehadiran teman disaat anda membutuhkan
pertolongan?
19. Menurut bapak/ibu, dukungan yang seperti apa yang pernah diberikan
teman-teman kepada anda?
Bagaimana perasaan anda ketika menerima dukungan itu?
Mengapa bisa demikian?
20. Menurut bapak/ibu, apa pengertian dari motivasi?
21. Menurut bapak/ibu, bagaimana motivasi yang bapak/ibu rasakan terkait
dengan berkomunikasi dengan teman-teman di panti?
Menurut bapak/ibu, kapan motivasi yang bapak/ibu rasakan itu
muncul?
Bagaimanakah bapak/ibu dapat menjelaskan motivasi yang
dirasakan?
Mengapa bisa demikian?
18
22. Menurut bapak/ibu hal-hal apa saja yang bisa membuat senang atau bangga
di sini?
Mengapa hal itu membuat senang dan bangga?
23. Apakah bapak/ibu menerima keberadaan untuk tinggal di panti?
Mengapa bisa demikian?
24. Menurut bapak/ibu, bagaimana kualitas relasi dengan teman-teman di
panti?
Bagaimana cara membentuk kualitas tersebut?
Bagaimana mempertahankan kualitas tersebut?
Bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas relasi tersebut?
Apakah ada hambatan dalam hal ini?
Bagaimana solusinya?
25. Menurut bapak/ibu, apa harapan anda kedepan terkait relasi anda dengan
orang lain?
Mengapa bisa demikian?
26. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah kondisi alam disekitar sini?
27. Bagaiamana bapak/ibu memaknai hubungan anda dengan kondisi alam di
sekitar yang bukan dengan sesama manusia?
28. Menurut bapak/ibu, apakah hubungan itu mempengaruhi kehidupan anda?
Mengapa bisa demikian?
B. Berjuang untuk menjawab / mendapatkan kekuatan (Inner Strength).
29. Menurut bapak/ibu apakah pengertian dari bersyukur?
30. Menurut bapak/ibu, dalam kondisi apa sajakah anda bersyukur kepada
Tuhan?
31. Menurut bapak/ibu bagaimanakah cara untuk menunjukkan rasa syukur
atas hidup yang telah diberikan Tuhan?
Mengapa cara itu dapat menunjukkan rasa syukur atas hidup yang
telah diberikan kepada Tuhan?
32. Bagaimana bapak/ibu menjelaskan aspek positif yang ada dalam diri
anda?
Mengapa bisa demikian?
Dalam kondisi apa saja aspek positif yang ada dalam diri anda itu
muncul?
33. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah sikap anda terkait dengan kehidupan
yang dijalani sekarang?
Mengapa hal itu bisa terjadi?
34. Menurut bapak/ibu, bagaiamanakah anda menjelaskan tentang gambaran
diri anda?
35. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah masa depan yang anda pikirkan terkait
dengan gambaran diri?
19
C. Self, Others and God
36. Bagaimana bapak/ibu memandang diri bapak/ibu sendiri?
37. Bagaimanakah bapak/ibu menilai diri sendiri terkait dengan perjuangan
hidup yang dilalui hingga saat ini?
38. Menurut bapak/ibu siapakah yang disebut dengan sesama itu?
39. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah cara anda menghargai sesama?
Mengapa bisa demikian?
40. Menurut bapak/ibu siapakah Tuhan itu?
41. Bagaimana bapak/ibu memaknai penyertaanTuhan dalam kehidupan anda?
Apakah pertolongan Tuhan itu memberikan kekuatan kepada
hidup anda?
Mengapa bisa demikian?
42. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang kebesaran Tuhan dalam hidup
anda?
Mengapa bisa demkian?
43. Menurut bapak/ibu, bagaimana harapan anda kedepan terkait relasi anda
dengan Tuhan?
D. Keagamaan (Religiousity)
44. Adakah kegiatan ibadah yang dilakukan di panti?
Seberapa sering bapak/ibu mengikuti kegiatan ibadah itu dalam
seminggu?
Apakah arti ibadah yang dilakukan dalam…kali dalam seminggu
menurut bapak/ibu?
45. Apakah yang bapak/ibu pikirkan ketika beribadah?
Apakah ada hubungannya dengan masa lalu?
Mengapa hal itu bisa muncul dalam pemikiran bapak/ibu?
Apakah ada hubungannya dengan harapan?
Mengapa hal itu bisa muncul dalam pemikiran bapak/ibu?
Apakah ada hubungannya dengan kekuatiran?
Mengapa hal itu bisa muncul dalam pemikiran bapak/ibu?
46. Apa yang bapak/ibu alami ketika mengikuti ibadah?
47. Ketika sedang beribadah, apakah yang bapak/ibu rasakan?
Pada bagian mana bapak/ibu merasakan hal itu?
48. Ketika sedang beribadah, doa apa saja yang biasa diucapkan?
49. Apakah yang bapak/ibu harapkan setelah mengikuti ibadah?
E. Untuk menghadapi : Stres emosional, penyakit fisik, kematian
50. Apa sajakah permasalahan yang bapak/ibu hadapi saat ini?
Apakah ada permasalahan fisik yang bapak/ibu alami saat ini?
o Bagaimana masalah itu bisa dihadapi?
o Bagaimana masalah itu diselesaikan?
Apakah ada hubungannya dengan keluarga bapak/ibu?
o Bagaimana masalah itu bisa dihadapi?
o Bagaimana masalah itu diselesaikan?
51. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah permasalahan itu berpengaruh dalam
hidup anda?
20
52. Menurut bapak/ibu, hal-hal apa sajakah yang biasa dilakukan ketika anda
sedang menghadapi masalah?
Mengapa bisa demikian?
53. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah cara anda menemukan solusi masalah
yang sedang dihadapi?
54. Apakah bapak/ibu pernah mengalami kehilangan seseorang dalam hidup
anda?
Siapakah seseorang yang dimaksud bapak/ibu itu?
Bagaimana perasaan yang bapak/ibu rasakan dalam menghadapi
keadaan itu?
Bagaimanakah cara anda untuk melepas kepergian seseorang dalam
hidup anda?Mengapa bisa demikian?
55. Menurut bapak/ibu, apakah kematian dari orang-orang yang ada disekitar
atau peristiwa kematian itu sendiri yang membuat anda merasakan
demikian?
56. Bagaimana kematian orang-orang yang ada disekitar anda itu
memepengaruhi anda dalam memaknai hidup?
Mengapa bisa demikian?
57. Menurut bapak/ibu, bagaimana menjalani hidup tanpa seseorang yang telah
tiada itu?
58. Menurut bapak/ibu, apa makna dari kematian?
59. Apakah bapak/ibu pernah mengalami ketakutan ketika kehilangan
seseorang?
Bagaiamana anda mengatasi ketakutan-ketakutan yang pernah
dirasakan ketika kehilangan seseorang?
Mengapa cara yang dilakukan bisa demikian?
F. Nilai-nilai hidup yang utama
60. Menurut bapak/ibu apakah kehidupan itu?
61. Menurut bapak/ibu apa sajakah makna dan tujuan hidup anda?
62. Dalam kehidupan bapak/ibu apa prinsip yang paling mendasar yang
dijalankan selama ini?
63. Apakah prinsip yang dijalani itu berpengaruh pada hidup anda?
Mengapa bisa demikian?
64. Menurut bapak/ibu apa pengalaman hidup yang paling berkesan hingga
sekarang?
Apakah pengalaman itu berpengaruh terhadap kehidupan anda?
Mengapa bisa demikian?
65. Menurut bapak/ibu, apakah sudah puas dengan hidup yang sudah dijalani
sampai saat ini?Mengapa demikian?
66. Menurut bapak/ibu, keinginan apakah yang diutamakan dalam hidup anda
sekarang?
Mengapa bisa demikian?
G. Memaafkan (Forgiveness)
67. Apakah bapak/ibu pernah melakukan suatu kesalahan di masa lalu?
68. Apakah dari kesalahan itu berpengaruh terhadap kepercayaan anda terhadap
orang lain?
21
Mengapa bisa demikian?
69. Apakah bapak/ibu sudah memaafkan diri anda sendiri?
Mengapa bisa demikian?
70. Apakah bapak/ibu pernah disakiti seseorang?
Mengapa bisa demikian?
71. Bagaimanakah respon bapak/ibu ketika ada orang yang menyakiti perasaan
anda?
Apakah anda memaafkannya?
Mengapa bisa demikian?
72. Menurut bapak/ibu, apa sajakah hal-hal yang dialami di masa lalu yang
sampai sekarang belum selesai?Mengapa belum selesai?
73. Menurut bapak/ibu, apa sajakah hal-hal yg terjadi di masa lalu yang cukup
membekas tetapi sudah diselesaikan sekarang?
Bagaimanakah anda mengatasinya?
Lampiran III
“Daftar Pertanyaan untuk Partisipan di Rumah”
1. Siapakah nama bapak/ibu?
2. Sudah berapa lama bapak/ibu tinggal di rumah?
3. Apa sajakah kegiatan yang biasa bapak/ibu lakukan di rumah?
4. Apa sajakah kegiatan yang biasa bapak/ibu lakukan di luar rumah?
5. Menurut bapak/ibu, apakah pengertian dari kesehatan?
6. Menurut bapak/ibu, seseorang dikatakan sehat apabila?
7. Apa sajakah upaya yang bapak/ibu lakukan untuk menjaga kesehatan anda?
8. Menurut bapak/ibu, apakah pengertian dari sakit?
9. Menurut bapak/ibu, seseorang dikatakan sakit apabila?
10. Menurut bapak/ibu, apa itu spiritualitas?
11. Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang spritualitas?
12. Bagaimana spiritualitas itu berpengaruh terhadap kehidupan bapak/ibu?
A. Mempertahankan keharmonisan / keselarasan dengan dunia luar.
13. Apakah ada kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain?
Bagaimana masalah itu bisa dihadapi?
Bagaimana masalah itu diselesaikan?
14. Siapa saja orang-orang yang sering anda temui di masa-masa tua ini?
Bagaiamana hubungan anda dengan mereka?
15. Siapakah orang yang anda anggap dekat dengan anda dan sering berbagi
curahan hati anda dengan mereka?dengan dirinya?
16. Menurut bapak/ibu, apa pengertian dari teman?
Mengapa bisa demikian?
17. Hal apa sajakah yang biasa diceritakan kepada teman anda?
22
Adakah tetangga yang bapak/ibu tidak suka? Mengapa bisa demikian?
Apakah itu mempengaruhi cara berinteraksi bapak/ibu?
18. Menurut bapak/ibu, apa makna kehadiran teman disaat anda membutuhkan
pertolongan?
19. Menurut bapak/ibu, dukungan yang seperti apa yang pernah diberikan
teman-teman kepada anda?
Bagaimana perasaan anda ketika menerima dukungan itu?
Mengapa bisa demikian?
20. Menurut bapak/ibu, apa pengertian dari motivasi?
21. Menurut bapak/ibu, bagaimana motivasi yang bapak/ibu rasakan terkait
dengan berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar anda?
Menurut bapak/ibu, kapan motivasi yang bapak/ibu rasakan itu
muncul?
Bagaimanakah bapak/ibu dapat menjelaskan motivasi yang
dirasakan?
Mengapa bisa demikian?
22. Menurut bapak/ibu, bagaimana kualitas relasi dengan teman-teman di
sekitar rumah?
Bagaimana cara membentuk kualitas tersebut?
Bagaimana mempertahankan kualitas tersebut?
Bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas relasi tersebut?
Apakah ada hambatan dalam hal ini?
Bagaimana solusinya?
23. Menurut bapak/ibu, apa harapan anda kedepan terkait relasi anda dengan
orang lain?
Mengapa bisa demikian?
24. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah kondisi alam disekitar sini?
25. Bagaiamana bapak/ibu memaknai hubungannya dengan kondisi alam di
sekitar yang bukan dengan sesama manusia?
26. Menurut bapak/ibu, apakah hubungan itu mempengaruhi kehidupan anda?
Mengapa bisa demikian
B. Berjuang untuk menjawab / mendapatkan kekuatan (Inner Strength).
27. Menurut bapak/ibu apakah pengertian dari bersyukur?
28. Menurut bapak/ibu, dalam kondisi apa sajakah anda bersyukur kepada
Tuhan?
29. Menurut bapak/ibu bagaimanakah cara untuk menunjukkan rasa syukur
atas hidup yang telah diberikan Tuhan?
23
Mengapa cara itu dapat menunjukkan rasa syukur atas hidup yang
telah diberikan kepada Tuhan?
30. Bagaimana bapak/ibu menjelaskan aspek positif yang ada dalam diri
anda?
Mengapa bisa demikian?
Dalam kondisi apa saja aspek positif yang ada dalam diri anda itu
muncul?
31. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah sikap anda terkait dengan kehidupan
yang dijalani sekarang?
Mengapa hal itu bisa terjadi?
32. Menurut bapak/ibu, bagaiamanakah anda menjelaskan tentang gambaran
diri anda?
33. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah masa depan yang anda pikirkan terkait
dengan gambaran diri?
C. Self, Others and God
34. Menurut bapak/ibu siapakah diri sendiri itu?
35. Bagaimanakah bapak/ibu menilai diri sendiri terkait dengan perjuangan
hidup yang dilalui hingga saat ini?
36. Menurut bapak/ibu siapakah yang disebut dengan sesama itu?
37. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah cara anda menghargai sesama?
Mengapa bisa demikian?
38. Menurut bapak/ibu siapakah Tuhan itu?
39. Bagaimana bapak/ibu memaknai penyertaan Tuhan dalam kehidupan
anda?
Apakah pertolongan Tuhan itu memberikan kekuatan kepada
hidup anda?
Mengapa bisa demikian?
40. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang kebesaran Tuhan dalam hidup
anda?
Mengapa bisa demkian?
41. Menurut bapak/ibu, bagaimana harapan anda kedepan terkait relasi anda
dengan Tuhan?
D. Keagamaan (Religiousity)
42. Adakah kegiatan ibadah yang dilakukan di rumah?
Seberapa sering bapak/ibu mengikuti kegiatan ibadah itu dalam
seminggu?
Apakah arti ibadah bagi bapak/ibu?
43. Apakah yang bapak/ibu pikirkan ketika beribadah?
Apakah ada hubungannya dengan masa lalu?
Mengapa hal itu bisa muncul dalam pemikiran bapak/ibu?
Apakah ada hubungannya dengan kekuatiran?
Mengapa hal itu bisa muncul dalam pemikiran bapak/ibu?
24
44. Apakah kegiatan ibadah yang sering anda lakukan ada hubungannya
dengan harapan anda kedepan?
45. Apa yang bapak/ibu alami ketika mengikuti ibadah?
46. Ketika sedang beribadah, apakah yang bapak/ibu rasakan?
Pada bagian mana bapak/ibu merasakan hal itu?
47. Ketika sedang beribadah, doa apa saja yang biasa diucapkan?Mengapa?
48. Apakah yang bapak/ibu harapkan setelah mengikuti ibadah?
E. Untuk menghadapi : Stres emosional, penyakit fisik, kematian
49. Apa sajakah permasalahan yang bapak/ibu hadapi saat ini?
Apakah ada permasalahan fisik yang bapak/ibu alami saat ini?
o Bagaimana masalah itu dihadapi?
o Bagaimana masalah itu diselesaikan?
Apakah ada hubungannya dengan keluarga bapak/ibu?
o Bagaimana masalah itu dihadapi?
o Bagaimana masalah itu diselesaikan?
50. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah permasalahan itu berpengaruh dalam
hidup anda?
51. Menurut bapak/ibu, hal-hal apa sajakah yang biasa dilakukan ketika anda
sedang menghadapi masalah?
Mengapa bisa demikian?
52. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah cara anda menemukan solusi masalah
yang sedang dihadapi?
53. Apakah bapak/ibu pernah mengalami kehilangan seseorang dalam hidup
anda?
Siapakah seseorang yang dimaksud bapak/ibu itu?
Bagaimana perasaan yang bapak/ibu rasakan dalam menghadapi
keadaan itu?
Bagaimanakah cara anda untuk melepas kepergian seseorang dalam
hidup anda?Mengapa bisa demikian?
54. Menurut bapak/ibu, apakah kematian dari orang-orang yang ada disekitar
atau peristiwa kematian itu sendiri yang membuat anda merasakan
demikian?
55. Bagaimana kematian orang-orang yang ada disekitar anda itu
memepengaruhi anda dalam memaknai hidup?
Mengapa bisa demikian?
56. Menurut bapak/ibu, bagaimana anda menjalani hidup tanpa seseorang yang
telah tiada itu?
57. Menurut bapak/ibu, apa makna dari kematian?
58. Apakah bapak/ibu pernah mengalami ketakutan ketika kehilangan
seseorang?
Bagaiamana anda mengatasi ketakutan-ketakutan yang pernah
dirasakan ketika kehilangan seseorang?
Mengapa cara yang dilakukan bisa demikian?
F. Nilai-nilai hidup yang utama
59. Menurut bapak/ibu apakah kehidupan itu?
60. Menurut bapak/ibu apa sajakah makna dan tujuan hidup anda?
25
61. Dalam kehidupan bapak/ibu apa prinsip yang paling mendasar yang
dijalankan selama ini?
62. Apakah prinsip yang dijalani itu berpengaruh pada hidup anda?
Mengapa bisa demikian?
63. Menurut bapak/ibu apa pengalaman hidup yang paling berkesan hingga
sekarang?
Apakah pengalaman itu berpengaruh terhadap kehidupan anda?
Mengapa bisa demikian?
64. Menurut bapak/ibu, apakah sudah puas dengan hidup yang sudah dijalani
sampai saat ini?Mengapa demikian?
65. Menurut bapak/ibu, keinginan apakah yang diutamakan dalam hidup saat
ini?
Mengapa bisa demikian?
G. Memaafkan (Forgiveness)
66. Apakah bapak/ibu pernah melakukan suatu kesalahan di masa lalu?
67. Apakah dari kesalahan itu berpengaruh terhadap kepercayaan anda terhadap
orang lain?
Mengapa bisa demikian?
68. Apakah bapak/ibu memaafkan diri anda sendiri?
Mengapa bisa demikian?
69. Apakah bapak/ibu pernah disakiti seseorang?
Mengapa bisa demikian?
70. Bagaimanakah respon bapak/ibu ketika ada orang yang menyakiti perasaan
anda?
Apakah anda memaafkannya?
Mengapa bisa demikian?
71. Menurut bapak/ibu, apa sajakah hal-hal yang dialami di masalalu yang
sampai sekarang belum selesai?Mengapa belum selesai?
72. Menurut bapak/ibu, apa sajakah hal-hal yg terjadi di masalalu yang cukup
membekas tetapi sudah diselesaikan sekarang?
Bagaimanakah anda mengatasinya?
26
Lampiran IV
27
Lampiran
28
Lampiran V
29
Lampiran VI