Kesehatan Lingkungan

34
EVOLUSI ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KAITAN EKOLOGI DENGAN KESEHATAN MASYARAKAT MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Kesehatan Lingkungan yang dibimbing oleh Dr. Sueb, M.Kes. Disusun oleh: Offering GK-HK Kelompok 7 Afifah Nur Aini (130342603484) Elsa Mega Suryani (130342615336)

description

lingkungan yang baik mencerminkan kesehatan yang baik pula

Transcript of Kesehatan Lingkungan

Page 1: Kesehatan Lingkungan

EVOLUSI ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KAITAN EKOLOGI

DENGAN KESEHATAN MASYARAKAT

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Kesehatan Lingkungan yang

dibimbing oleh Dr. Sueb, M.Kes.

Disusun oleh:

Offering GK-HK

Kelompok 7

Afifah Nur Aini (130342603484)

Elsa Mega Suryani (130342615336)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

AGUSTUS 2015

Page 2: Kesehatan Lingkungan

KATA PENGANTAR

       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah

tentang Evolusi, Ekologi dan Kesehatan Manusia dengan baik. Dan juga kami

berterima kasih pada Bapak Dr. Sueb, M.Kes selaku Dosen mata kuliah

Kesehatan Lingkungan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai evolusi kesehatan, ekologi dan

kesehatan manusia. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah

ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami

berharap adanya kritik dan saran yang membangun.

      

Malang, Agustus 2015

Penyusun

Page 3: Kesehatan Lingkungan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungan. Makanan

manusia diambil dari sekitarnya, demikian pula minuman, pakaian, dan kebutuhan

lain. Tergantung taraf budayanya, manusia dapat sangat erat atau kurang erat

hubungannya dengan lingkungan hidupnya. Manusia yang primitif, secara erat

langsung berinteraksi dengan banyak elemen di lingkungan dan sangat bergantung

pada jumlah yang tersedia di alam. Mereka pun sangat terpengaruh oleh

lingkungan hidupnya. Oleh karenanya manusia primitif berpindah-pindah tempat

tinggal sesuai dengan kebutuhan makanan di lingkungan sekitar

Dengan kemajuan budaya manusia mulai dapat melakukan modifikasi

alam untuk memenuhi kebutuhannya yakni mulai bercocok tanam dan berternak.

Semakin lama pertumbuhan penduduk semakin pesat. Jumlah manusia yang

semakin bertambah disertai dengan semakin meningkatnya permintaan barang

konsumsi. Tantangan ini lalu diatasi dengan cara industrialisasi. Namun

industrialisasi disamping mempercepat ketersediaan segala kebutuhan hidup

manusia juga memberi dampak negatif terhadap manusia. Jumlah zat buangan

semakin bertambah dan jumlahnya melampaui kemampuan alam untuk

membersihkan diri. Sehingga perubahan dalam lingkungan telah menimbulkan

masalah pencemaran lingkungan yang mengganggu kesehatan manusia.

Sejak saat itu, konsep pemikiran mengenai faktor-faktor lingkungan hidup

eksternal yang mempunyai pengaruh terhadap masalah kesehatan manusia terus-

menerus dipelajari dan berkembang menjadi suatu disiplin ilmu yang disebut

sebagai Ilmu Kesehatan Lingkungan atau Environmental Health Science.

Kesehatan sangat penting untuk dipelihara karena kesehatan yang rendah

dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang baik misalnya terjadinya pencemaran.

Apabila kesehatan dan lingkungan tidak dijaga dengan benar akan mempengaruhi

kemakmuran dan keberlangsungan generasi muda untuk membangun bangsa.

Hal ini yang melatarbelakangi untuk membuat makalang tentang “Evolusi

Kesehatan, Ekologi dan Kesehatan Manusia”. Agar terwujud kesehatan

lingkungan yang lebih baik dan menjadikan masyarakat lebih produktif.

Page 4: Kesehatan Lingkungan

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana ha-hal pokok yang berkaitan dengan ilmu kesehatan

lingkungan?

2. Bagaimana evolusi ilmu kesehatan lingkungan?

3. Apa manfaat mempelajari evolusi ilmu kesehatan lingkungan?

4. Bagaimana keterkaitan ekologi dan kesehatan manusia?

5. Bagaimana mekanisme pemaparan factor lingkungan terhadap kesehatan

manusia?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:

1. Mengetahui hal-hal pokok yang berkaitan dengan ilmu kesehatan

lingkungan.

2. Mempelajari evolusi ilmu kesehatan lingkungan.

3. Memahami manfaat mempelajari evolusi ilmu kesehatan lingkungan.

4. Mengetahui keterkaitan ekologi dan kesehatan manusia.

5. Mengetahui mekanisme pemaparan factor lingkungan terhadap kesehatan

manusia.

Page 5: Kesehatan Lingkungan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tentang Ilmu Kesehatan Lingkungan

2.1.1 Definisi Ilmu Kesehatan Lingkungan

Ilmu kesehatan lingkungan merupakan ilmu multidisipliner yang

mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia dengan

berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat

menimbulkan gangguan kesehatan. Ilmu kesehatan lingkungan juga mempelajari

upaya untuk menanggulangi dan mencegah gangguan kesehatan yang timbul

(Chandra, 2007).

2.1.2 Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan

Menurut Hendrik L. Blum faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang

sangat besar terhadap derajat kesehatan masyarakat (Blum, 1974). Yang termasuk

ke dalam lingkungan adalah :

a. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik dapat berupa

Keadaan tanah (pegunungan, rawa, subur atau tidak subur),

Keadaan air (bersih, kotor, mudah atau sulit didapat),

Keadaan cuaca (seperti panas, dingin, lembab, atau kering), dan lain

sebagainya.

b. Lingkungan biologis

Adanya hewan atau makhluk hidup lainnya yang berguna serta yang

merugikan manusia. Yang berguna misalnya ternak, dan yang merugikan

misalnya bakteri, virus, cacing parasit, dan lain-lain.

Adanya tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi manusia berupa bahan

pangan, sedangkan yang merugikan dapat berbentuk jamur penyebab

penyakit, dan lain-lain.

c. Lingkungan sosial budaya

Lingkungan sosial budaya dapat berupa :

Tingkat pendidikan

Adat istiadat dan kepercayaan seperti tahayul, dan pantangan-pantangan

yang tidak sesuai dengan kesehatan.

Page 6: Kesehatan Lingkungan

Adanya lembaga-lembaga masyarakat yang dapat menjadi wadah

kerjasama.

Upacara-upacara

Struktur politik kenegaraan

d. Lingkungan ekonomi

Yang termasuk dalam lingkungan ekonomi antara lain adalah :

Struktur ekonomi

Status ekonomi

2.1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua,

secara umum dan secara khusus (Chandra, 2007).

Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain:

1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada

kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber

lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan

hidup manusia.

3. Melakukan kerjasama dan menerapkan program terpadu di antara

masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam

menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.

Tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan

atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:

1. Penyediaan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.

2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi

secara luas oleh masyarakat.

3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan,

dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan

menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.

4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian,

peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain.

5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan

cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.

Page 7: Kesehatan Lingkungan

6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.

7. Kebisingan, radiasi dan kesehatan kerja.

8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program

kesehatan lingkungan.

2.2 Evolusi Ilmu Kesehatan Lingkungan

Ilmu Kesehatan Lingkungan berevolusi selama ratusan tahun mulai

sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah

ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period) (Notoatmodjo, 2003).

a. Periode Sebelum Berkembangnya Ilmu Pengetahuan

Dari kebudayaan-kebudayaan tertua di dunia yakni Babylonia, Mesir,

Yunani dan Romawi diketahui bahwa manusia telah melakukan usaha untuk

menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Pada zaman

tersebut juga telah dibangun tempat pembuangan kotoran umum, meskipun alasan

pembuatannya bukan karena kotoran manusia dapat menularkan penyakit tetapi

karena tinja menimbulkan bau tak enak dan pandangan yang tidak sedap.

Contohnya, dari sebuah situs kuno di Roma, Itali terdapat sisa-sisa bangunan

tempat pembuangan kotoran untuk umum, terbuat dari batu yang berbentuk

tempat duduk dengan lubang ditengahnya sedangkan bagian bawahnya terhubung

dengan saluran air.

Gambar 2.1. WC umum peninggalan bangsa Romawi

Page 8: Kesehatan Lingkungan

Gambar 2.2. Ilustrasi suasana WC umum di zaman Romawi

Berbagai macam penyakit menular mulai menyerang sebagian besar

penduduk dunia dan merenggut banyak nyawa. Namun, karena keterbatasan ilmu

pengetahuan pada saat itu, setiap kejadian yang luar biasa selalu diasosiasikan

dengan hal-hal yang bersifat mistik.

Pada abad ke 14 (tahun 1345) pernah terjadi sebuah wabah mematikan

yang dikenal dengan nama Black Death atau Wabah Hitam. Dinamakan Black

Death karena adanya ciri khusus pada penderita berupa munculnya bintik–bintik

hitam pada tubuh dan sekujur kulit pada orang yang terjangkit penyakit ini. Selain

menelan banyak korban di Benua Eropa, juga menyerang hingga ke wilayah

Timur Tengah di Asia dengan tingkat kematian mencapai 95%.

Dengan keterbatasan pengetahuan modern pada saat itu, wabah Black

Death kerap kali dikaitkan dengan kejadian mistis yang tak dapat terpecahkan

oleh akal sehat. Minimnya informasi pada masa itu membuat masyarakat

menuding kaum gypsi, dukun dan praktisi mistis sebagai penyebab utama

munculnya ‘penyakit kutukan’ ini. Sehingga terjadi pembantaian besar–besaran

terhadap kaum–kaum tersebut pada masa itu. Namun hal tersebut tidak

menghilangkan wabah Black Death.

Hingga saat ini, belum ditemukan kesimpulan pasti mengenai jenis

penyakit apa wabah Black Death tersebut. Kesimpulan yang dirangkum oleh

peneliti modern menyebutkan bahwa Wabah Hitam atau Black Death adalah

penyakit pes yang ditimbulkan oleh virus Yersinia pestis. Virus ini dibawa oleh

kutu bangkai tikus yang menular ke hewan mamalia.

Page 9: Kesehatan Lingkungan

Gambar 2.3. Ilustrasi terjadinya wabah penyakit Black Death

Penyakit kolera telah tercatat sejak abad ke 7 menyebar dari Asia

khususnya Timur Tengah dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan sejak abad

ke 7 tersebut telah menjadi pusat endemi kolera. Di samping itu lepra juga telah

menyebar mulai dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui para emigran.

Penyakit-penyakit lain yang menjadi wabah pada waktu itu antara lain

difteri, tifus, disentri dan sebagainya. Dari catatan-catatan tersebut di atas dapat

dilihat bahwa masalah kesehatan masyarakat khususnya penyebaran-penyebaran

penyakit menular sudah begitu meluas dan dahsyat, namun upaya pemecahan

masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh belum dilakukan oleh orang

pada zamannya.

b. Periode Setelah Berkembangnya Ilmu pengetahuan

Masa silih berganti, pada abad ke 19 terjadi Revolusi Industri di Inggris.

Era industrialisasi ini menimbulkan masalah baru pada masyarakat Inggris berupa

munculnya daerah permukiman kumuh, akumulasi buangan dan kotoran manusia,

masalah sosial dan kesehatan, yang terutama terjadi di kota-kota besar. Kotoran

manusia banyak dijumpai di sekeliling terutama di bawah jembatan sungai

Themes sehingga menimbulkan bau tak sedap.

Pada tahun 1832, terjadi wabah penyakit kolera yang dahsyat di Inggris

dan membawa banyak korban jiwa manusia. Masyarakat saat itu menganggap

bahwa wabah kolera terjadi akibat miasma. Teori miasma menyatakan bahwa

Page 10: Kesehatan Lingkungan

yang menjadi penyebab penyakit dan wabah adalah uap yang keluar dari sesuatu

yang membusuk atau dari buangan air limbah yang tergenang. Pada zaman itu

orang percaya bila seseorang menghirup miasma atau uap busuk tadi maka ia akan

terjangkit penyakit.

Dr. John Snow, seorang ahli anestesi, mendemostrasikan kegunaan

pemetaan pada kasus wabah penyakit kolera. Dr. John Snow memetakan dan

mencatat rumah-rumah orang yang sakit, dan menemukan bahwa rumah-rumah

tersebut berkelompok pada area tertentu dan memakai sumber air dari pompa

yang sama. John Snow sangat yakin, wabah kolera disebabkan sumber air yang

digunakan masyarakat. Ia mencabut pompa air yang digunakan masyarakat

sehingga sumber air tersebut tidak dapat digunakan dan wabah kolera kemudian

mereda.

Gambar 2.4. Ilustrasi masyarakat London abad ke 19 yang menggunakan pompa

air yang tercemar kuman kolera (kiri) dan pompa tiruan yang dibangun di dekat

lokasi pompa asli di Broad Street London saat ini (kanan).

Page 11: Kesehatan Lingkungan

Gambar 2.5. Dr. John Snow Gambar 2.6 Peta yang dibuat oleh

(15 Maret 1813-16 Juni 1858) Dr. John Snow

Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke 19

mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia,

termasuk kesehatan. Kalau pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan

khususnya penyakit hanya dilihat sebagai fenomena biologis dan pendekatan yang

dilakukan hanya secara biologis yang sempit, maka mulai abad ke 19 masalah

kesehatan adalah masalah yang kompleks. Oleh sebab itu pendekatan masalah

kesehatan harus dilakukan secara komprehensif, multisektoral.

Di samping itu pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan

berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit. Louis

Pasteur telah berhasil menemukan vaksin untuk mencegah penyakit cacar, Joseph

Lister menemukan asam karbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruang operasi dan

William Marton menemukan eter sebagai anestesi pada waktu operasi.

Page 12: Kesehatan Lingkungan

2.3 Manfaat Mempelajari Evolusi Ilmu Kesehatan Lingkungan

Mempelajari kembali sejarah kasus-kasus wabah penyakit di masa lalu

bisa memberi manfaat bagi masalah-masalah penyakit di masa kini. Karena

meskipun dunia kesehatan telah mengalami kemajuan yang luar biasa dalam abad

ke 21 ini, namun penyakit menular tetap menjadi penyebab utama kematian di

seluruh dunia karena: (1) muncul penyakit infeksi baru (emerging disease); dan

(2) muncul kembali penyakit menular lama (re-emerging disease) (Dalri, 2010).

Re-emerging disease adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali

setelah penurunan yang signifikan dalam insiden dimasa lampau. Contohnya,

Oktober 2010 wabah kolera menyerang Haiti. Saat itu, lebih dari 8.000 orang

tewas dan ratusan ribu lainnya sakit akibat terjangkiti bakteri (Husnantiya, 2014).

Para peneliti telah meneliti kembali kasus lama yaitu wabah kolera yang

menyerang Inggris tahun 1832 untuk mencari pemecahan masalah penyakit kolera

yang muncul kembali di zaman modern ini. Museum Mutter telah menyimpan

enam usus penderita kolera saat terjadi wabah di Inggris tahun 1849 dan

mengawetkannya dalam alkohol. DNA kolera berhasil diekstrak dari salah satu

spesimen ini, dan memberikan informasi penting tentang evolusi kolera serta

membuka jalan untuk penelitian biologi lebih lanjut (Tien, 2014).

Perkembangan terakhir yang dilansir oleh Museum of London

Archaeology pada Maret 2013 lalu, beberapa ilmuwan akan meneliti ke 13 rangka

tengkorak yang berasal dari abad ke 13 (yang diperkirakan sebagai salah satu

korban Black Death) di Charterhouse Square, London, Inggris (Antoine and

Hillson, 2014). Hingga saat ini masih menunggu perkembangan berikutnya dari

kesimpulan final apakah wabah hitam merupakan penyakit pes atau bukan.

2.4 Keterkaitan Ekologi dan Kesehatan Manusia

Ernest Haeckel (1869), seorang ahli biologi bangsa Jerman, menggunakan

ekologi yang berasal dari kata Yunani “eikos” berarti rumah atau tempat hidup.

Kata tersebut secara harfiah berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan

total antara organisme dengan lingkungannya yang bersifat organik maupun

anorganik (Chandra, 2007).

Page 13: Kesehatan Lingkungan

Undang-undang RI No. 23 tahun 2009 tentang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup pasal 1 ayat (1) menyebutkan:

“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengansemua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”.

Dari pengertian di atas terlihat bahwa lingkungan hidup sangat berperan dalam

mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusi aserta

makhluk hidup lainnya. Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya

merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan

sampai ia meninggaldunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya

dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Udara, air,

makanan, sandang, papan dan seluruh kebutuhan manusi harus diambil dari

lingkungan hidupnya. Kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan yang

ada didalamnya sering diistilahkan dengan daya dukung lingkungan, daya

toleransi dan daya tenggang. Lingkungan tidak dapat mendukung jumlah

kehidupan yang tanpa batas. Apabila daya dukung lingkungan itu terlampaui

maka manusia akan mengalami berbagai kesulitan (Mulia, 2005).

Pencemaran lingkungan (environmental pollution) merupakan satu dari

beberapa factor yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan. Undang-undang

R.I. No. 23 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

pasal 1 ayat (14) menyebutkan:

“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan

hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan

hidup yang telah ditetapkan.”

Makhluk hidup, zat atau energy yang dimasukkan kedalam lingkungan hidup

tersebut biasanya merupakan sisa suatu usaha dan kegiatan manusia. Sisa suatu

usaha dan kegiatan manusia disebut juga limbah. Karena itu dikatakan bahwa

salah satu penyebab pencemaran lingkungan adalah sebagai akibat adanya limbah

yang dibuang ke dalam lingkungan hingga daya dukungnya terlampaui.

Page 14: Kesehatan Lingkungan

Pencemaran lingkungan tersebut merupakan sumber penyebab terjadinya

gangguan kesehata pada masyarakat.(Mulia, 2005).

Untuk mengetahui apakah telah terjadi perusakan atau pencemaran

lingkungan, indikator yang digunakan adalah baku mutu lingkungan hidup.

Undang-undang R.I. No. 23 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup pasal 1 ayat (13) menyebutkan:

“Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk

hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur

pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya

tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.”

Di Indonesia dikenal adanya baku mutu air, baku mutu air limbah, baku mutu

udara ambien, baku mutu udara emisi dan baku mutu air laut dengan pengertian

sebagai berikut:

1. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,

atau komponen yang ada atau harus ada, dan/atau unsur pencemar yang

ditenggang keberadaannya di dalam air.

2. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar polutan yang

ditenggang untuk dimasukkan ke media air .

3. Baku mutu air laut adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,

energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar

yang ditenggang keberadaannya di dalam air laut.

4. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,

dan/atau komponen yang seharusnya ada, dan/atau unsur pencemar yang

ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.

5. Baku mutu emisi adalah ukuran batas atau kadar polutan yang ditenggang

untuk dimasukkan ke media udara.

6. Baku mutu gangguan adalah ukuran batas unsur pencemar yang

ditenggang keberadaannya yang meliputi unsur getaran, kebisingan, dan

kebauan.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, komponen-komponen

limbah yang dibuang ke lingkungan hidup tidak diizinkan melebihi ketentuan

yang ditetapkan dalam Baku Mutu Lingkungan Hidup.

Page 15: Kesehatan Lingkungan

Adapun cara untuk memulihkan kerusakan yang terjadi hal ini sesuai

Undang-undang R.I No.23 ayat 2 pasal 54 mengenai Pemulihan fungsi

lingkungan:

a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;

b. remediasi adalah adalah upaya pemulihan pencemaran lingkungan hidup untuk

memperbaiki mutu lingkungan hidup.

c. rehabilitasi adalah upaya pemulihan untuk mengembalikan nilai, fungsi, dan

manfaat lingkungan hidup termasuk upaya pencegahan kerusakan lahan,

memberikan perlindungan, dan memperbaiki ekosistem.

d. restorasi adalah upaya pemulihan untuk menjadikan lingkungan hidup atau

bagian-bagiannya berfungsi kembali sebagaimana semula.

e. dan cara lain.

Menurut Chandra (2007) dalam usaha pencegahan dan pengendalian efektif

terhadap penyakit, perlu dipelajari mekanisme interaksi yang terjadi antara agen

penyakit, manusia, dan lingkungannya. Interaksi tersebut antara lain:

1. Interaksi agen penyakit dengan lingkungan

Interaksi ini merupakan suatu keadaan saat agens penyakit langsung

dipengaruhi oleh lingkungan dan menguntungkan agens penyakit itu seta

terjadi pada saat prepatogenesis dari suatu penyakit. Contoh Viabilitas

bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang terkandung dalam

sayuran di dalam pendingin, dan penguapan bahan kimia beracun akibat

proses pemanasan global.

2. Interaksi manusia dengan lingkungan

Interaksi ini merupakan keadaan saat manusia langsung dipengaruhi oleh

lingkungannya dan terjadi pada saat prepatogenesis dari suatu penyakit.

Contoh: udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan menyediakan

makanan.

3. Interaksi manusia dan agen penyakit

Interaksi ini merupakan suatu keadaan saat agen penyakit menetap,

berkembang biak, dan merangsang manusia untuk membentuk respon

berupa tanda-tanda dan gejala penyakit. Contoh demam, perubahan

fisiologis, pembentukan kekebalan, atau mekanisme pertahanan tubuh

Page 16: Kesehatan Lingkungan

lainnya. Interaksi ini dapat berupa sembuh sempurna , cacat,

ketidakmampuan, atau kematian.

4. Interaksi agen penyakit, manusia, dan lingkungan.

Interaksi ini merupakan suatu keadaan saat agens penyakit, manusia, dan

lingkungan bersama-sama saling memepengaruhi dan memeperberat satu

sama lain sehingga agens penyakit baik secara langsung maupun tidak

langsung mudah masuk ke dalam tubuh manusia.

2.5 Mekanisme pemaparan factor lingkungan terhadap

kesehatan manusia

Menurut Mulia (2005), lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan

manusia jika manusia tersebut terpapar (exposed) dengan lingkungan yang

tercemar terutama pada tingkat yang tidak dapat ditoleransi keberadaannya. Pada

dasarnya pemaparan faktor-faktor lingkungan tersebut dapat dilihat pada bagan di

bawah ini:

Gambar 2.7 Mekanisme Pemaparan Faktor-Faktor Lingkungan (Moeler, 1992 dalam Mulia).

Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi

kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja

antara lain factor fisik, faktor kimia, dan faktor biologis. Lingkungan kerja

ataupun jenis pekerjaan dapat menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit

(Subaris dan Haryono, 2008).

Kulit merupakan jalur pemaparan yang paling umum dari suatu zat. Begitu

menembus kulit, zat tersebut akan memasuki aliran darh dan terbawa ke seluruh

Page 17: Kesehatan Lingkungan

bagian tubuh. Kemampuan suatu zat untuk menembus kulit bergantung pada daya

larut zat tersebut dalam lemak. Semakin tinggi daya larut suatu zat dan lemak,

semakin besar kemungkinannya untuk menembus kulit (Mulia, 2005).

Kulit merupakan organ terbesar manusia, kulit berfungsi untuk melindungi

jaringan dibawahnya dari cidera, mengatur suhu, menghasilkan minyak,

mentransmisikan sensasi melalui reseptor syaraf, menghasilkan dan mengabsorpsi

vitamin D (Saryono dan Widianti, 2011).

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari

pengaruh lingkungan. Kulit sebagai organ yang berfungsi sebagai proteksi, kulit

memegang peranan penting dalam meminimalkan setiap gangguan dan ancaman

yang masuk melewati kulit (Isro’in dan Andarmoyo, 2012).

Menurut Potter (2005), pemeliharaan kulit tidak terlepas dari kebersihan

lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari.

Saluran pernafasan merupakan jalur pemaparan yang paling penting pada

lingkungan industry. Berbagi jenis zat dapat terbawa dalam udara lingkungan

kerja. Efek paparan zat melalui saluran pernafasan sangat beragam, tergantung

pada konsentrasi dan lamanya pemaparan serta status kesehatan orang yang

terpapar (Mulia, 2005).

Saluran pencernaan merupakan jalur utama masuknya zat-zat yang

mengontaminasi makanan. Zat-zat yang ditelan masuk melalui absorbs di saluran

gastrointestinal. Absorbsi zat-zat tersebut dapat berlangsung sepanjang saluran

pencernaan, tetapi lokasi utama absorpsi adalah usus halus karena fungsi

fisiologisnya di dalam mengabsorbsi zat gizi (Mulia, 2005).

Lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit, misalnya malaria. Data

WHO menyebutkan tahun 2010 tercatat 544.470 kasus malaria di Indonesia,

dimana tahun 2009 terdapat 1.100.000 kasus klinis dan tahun 2010 meningkat lagi

menjadi 1.800.000 kasus dan telah mendapat pengobatan. Pada tahun 2011,

jumlah kasus malaria di Indonesia sebanyak 256.592 orang dari 1.322.451 kasus

malaria yang diperiksa sampel darahnya dengan tingkat kejadian tahunan

1,75/1000 penduduk. Artinya, setiap 1000 penduduk terdapat 2 orang terkena

malaria ( Dirjen PP&PL Depkes RI, 2011).

Page 18: Kesehatan Lingkungan

Hasil penelitian Santoso, dkk. (2012) bahwa gejala klinis yang ditemukan

pada penderita malaria berupa menggigil, sakit kepala, pusing, anoreksia dan

nyeri otot. Menurut Arsin (2012) bahwa ada dua gejala malaria. Pertama, gejala

malaria ringan yakni; demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai sakit

kepala, pucat karena kurang darah, kadang-kadang di mulai dengan badan terasa

lemah, mual/muntah tidak nafsu makan. Kedua, gejala malaria berat; kejang-

kejang, kehilangan kesadaran, kuning pada mata, panas tinggi, kencing berwarna

teh tua, nafas cepat, muntah terus, dan pingsan bahkan sampai koma.

Berdasarkan hasil penelitian Nurdin (2011) tingginya kejadian malaria

dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga

terhadap pencegahan dan pemberantasan malaria. Penyakit yang ditimbulkan

berkaitan dengan fenomena alam dan lingkungannya. Disinilah pentingnya peran

kesehatan lingkungan, yaitu untuk mencegah menyebarnya penyakit lewat

lingkungan.

Page 19: Kesehatan Lingkungan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini yaitu:

1. Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari dinamika

hubungan antara sekelompok manusia dengan berbagai perubahan

komponen lingkungan hidupnya yang diduga dapat menimbulkan

gangguan kesehatan, serta mempelajari upaya untuk menanggulangi dan

mencegah gangguan kesehatan yang timbul.

2. Ilmu kesehatan lingkungan mengalami evolusi sejak periode sebelum

berkembangnya ilmu pengetahuan dimana suatu wabah mematikan sering

dikaitkan dengan kejadian mistis alias kutukan. Pada periode sesudah

berkembangnya ilmu pengetahuan, hasil penelitian Dr. John Snow pada

tahun 1832 bahwa wabah kolera berasal dari sumber air yang digunakan

masyarakat membuat ilmu kesehatan lingkungan mulai didalami.

3. Manfaat mempelajari evolusi ilmu kesehatan lingkungan adalah untuk

mencari pemecahan masalah penyakit masa kini yang juga pernah muncul

di masa lalu.

4. Keterkaitan antara ekologi dan kesehatan manusia adalah

ekologi sebagai ilmu dasar untuk lingkungan. Mempelajari

interaksi antara manusia dengan lingkungannya, keduanya

saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Semakin baik

Page 20: Kesehatan Lingkungan

kondisi lingkungan maka semakin baik pula kesehatan

manusia dan sebaliknya.

5. Mekanisme pemaparan factor lingkungan terhadap

kesehatan manusia yaitu berawal dari lingkungan di sekitar

kita kemudian akan masuk ke tubuh melalui kulit, saluran

pernapasan, dan saluran pencernaan.

DAFTAR PUSTAKA

Antoine, Daniel and Hillson, Simon. 2005. Famine, the Black Death, and health in

fourteenth-century London. Archaeology International Journal.

Arsin Arsunan A, 2012. Malaria di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi.

Makassar: Masagena Press.

Blum, Hendrik L. 1974. Planning for Health, Development and Aplication of

Social Changes Theory. New York: Human Sciences Press.

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Dalri. 2010. Emerging and Re-emerging Disease: Menghadapi Masalah

Pandemik (Online), (http://healthstalker.blogspot.com/2010/11/emerging-

and-re-emerging.html). Diakses tanggal 22 Agustus 2015.

Depkes RI. 2011. Pedoman Penatalaksanaann Kasus Malaria Di Indonesia.

Jakarta: Direktorat Jenderal P2PL, Depkes RI.

Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2011.Peringatan Hari Malaria Sedunia.

Available at

http://www.infopenyakit.com/def_menu.asp?menuId=17&menutype=1

Page 21: Kesehatan Lingkungan

(diakses 30 Januari 2013).

Husnantiya, Muamaroh. 2014. Wabah Kolera yang Mematikan Dikhawatirkan

Kembali Menyerang Haiti (Online), (http://health.detik.com/read/2014/04/

29/104309/2568387/763/wabah-kolera-yang-mematikan-dikhawatirkan-

kembali-menyerang-haiti). Diakses tanggal 22 Agustus 2015.

Isro’in, L dan Andarmoyo, S., 2012. Personal Hygiene; Konsep, Proses dan

Aplikasi Praktik Keperawatan, Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mulia, R.M., 2005. Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nurdin, E. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria Di

Wilayah Tambang Emas Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Tahun

2011. (Skripsi). Padang : Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Potter., 2005. Fundamental Keperawatan, Edisi keempat. Jakarta: EGC.

Saryono & Widianti, A.T., 2011. Catatan Kuliah Kebutuhan dasar Manusia

(KDM), Cetakan Kedua. Yogyakarta: Nuha Medika.

Santoso, dkk 2012. Perbedaan Gejala Klinis Dan Efek Samping Pengobatan

Pada Malaria Falciparum dan Vivax Di Kabupaten Ogan Komering Ulu

(OKU) Provinsi Sumatera Selatan. (Jurnal). Baturaja : Departemen

Parasitologi, Fak.Kedokteran Univ.Gadjah Mada. Pembangunan Manusi ;

6 (2) 8-9.

Subaris, H & Haryono., 2008. Hygiene Lingkungan Kerja. Yogyakarta: Mitra

Cendikia Press.

Tien, Joseph H. 2014. John Snow's cholera outbreaks revisited: from blackboard

to bench. The Ohio State University Journal.

Page 22: Kesehatan Lingkungan

Kesehatan Lingkungan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 66 Tahun 2014 Tenatang Kesehatan Lingkungan Bab I Ketentuan Umum

Pasal 1, yaitu:

“Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau

Gangguan kesehatan dari factor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.”

Tujuan Pengaturan Kesehatan Lingkungan menurut Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tenatang Kesehatan Lingkungan Bab

I Ketentuan Umum Pasal 2, yaitu:

“Pengaturan Kesehatan Lingkungan bertujuan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat, baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial,

yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi

tingginya.”

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014

Tenatang Kesehatan Lingkungan Bab VII Peran Serta Masyarakat Pasal 58, yaitu:

1. Masyarakat berperan serta dalam penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan

untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Page 23: Kesehatan Lingkungan

2. Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilaksanakan melalui:

a) perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, penilaian, dan

pengawasan;

b) pemberian bantuan sarana, tenaga ahli, dan finansial;

c) dukungan kegiatan penelitian dan pengembangan Kesehatan

Lingkungan;

d) pemberian bimbingan dan penyuluhan serta penyebarluasan

informasi; dan

e) sumbangan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan

penentuan kebijakan dan/atau penyelenggaraan Kesehatan

Lingkungan.