Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki
-
Upload
sigit-wahyudi -
Category
Documents
-
view
1.005 -
download
10
description
Transcript of Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki
KESANTUNAN BERBAHASA
SISWA SMP NEGERI 1 BESUKI KABUPATEN TULUNGAGUNG
(KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)
S K R I P S I
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
SIGIT WAHYUDI
08.073045.2110.0111
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP PGRI) TRENGGALEK
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
STATUS TERAKREDITASI
TAHUN 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bahasa menunjukkan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi
seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang ia ucapkan. Penggunaan
bahasa yang lemah lembut, sopan, santun, sistematis, teratur, jelas dan lugas
mencerminkan pribadi penuturnya berbudi. Sebaliknya, melalui penggunaan
bahasa yang tidak santun akan mencitrakan pribadi yang tidak berbudi.
Kesantunan memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun
atau etiket dalam pergaulan sehari-hari. Kesantunan sangat kontekstual, artinya
berlaku dalam masyarakat, tempat, atau situasi tertentu, tetapi belum tentu
berlaku bagi masyarakat, tempat, atau situasi lain. Kesantunan selalu memiliki
dua kutub, seperti antara anak dan orang tua, antara tuan rumah dan tamu,
antara pria dan wanita, antara murid dan guru, antara mahasiswa dan dosen,dan
sebagainya (Muslich, 2006:1).
Bahasa santun merupakan alat yang paling tepat dipergunakan dalam
berkomunikasi. Anak perlu dibina dan dididik berbahasa santun, sebab anak
merupakan generasi penerus yang akan hidup sesuai dengan zamannya. Bila anak
dibiarkan berbahasa tidak santun maka tidak mustahil bahasa santun yang sudah
adapun bisa hilang dan selanjutnya lahir generasi yang arogan, kasar, dan kering
dari nilai-nilai etika.
Pengamatan sementara menunjukkan bahwa akibat dari ungkapan bahasa
yang tidak santun sering sekali menyebabkan perselisihan dikalangan pelajar.
Sebaliknya, mereka yang terbiasa berbahasa santun dan sopan pada umumnya
mampu menjadi teladan bagi siswa yang lain.
Dalam tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki penulis sering menemukan siswa
yang menggunakan kata-kata kasar dalam bertindak tutur, sehingga melanggar
prinsip-prinsip kesantunan leech.
Salah satu fenomena kebahasaan yang penulis dapatkan adalah tuturan yang
diucapkan oleh siswa SMP Negeri 1 Besuki:
Siswa 1 : Piye ujianmu maeng?
Siswa 2 : Beres, sing tak sinauni metu kabeh, la naanmu piye?
Siswa 1 : Ra iso blas aku. awakmu kok pinter timen.
Siswa 2 : Halah andak garap ngono ae gak iso, kenemenen lakmu goblok.
Fenomena kebahasaan di atas adalah penggalan beberapa kalimat
penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa yang diucapkan oleh siswa SMP
Negeri 1 Besuki, dalam tuturan tersebut siswa 2 tidak mematuhi maksim
kerendahan hati, yaitu kurangi pujian pada diri sendiri dan tambahi cacian pada
diri sendiri, dengan kata lain siswa II telah melanggar maksim kerendahan hati.
Dalam penelitian ini penulis akan meneliti fenomena kebahasaan yang terjadi
pada bahasa Jawa, karena komunikasi sehari-hari siswa SMP Negeri 1 Besuki
sering menggunakan bahasa Jawa. Ketidaksantunan kadang bisa memancing
kemarahan siswa yang dituju, tapi kadang juga tidak berpengaruh karena itu sudah
menjadi hal yang wajar untuk keduanya.
Ucapan dan perilaku santun tersebut merupakan salah satu gambaran dari
manusia yang utuh sebagaimana tersurat dalam tujuan pendidikan umum, yaitu
manusia yang berkepribadian (Dahlan, 1988: 14). Dalam kondisi ini, pendidikan
di sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan mendidik dan mengembangkan
etika berbahasa santun agar siswa dapat berkomunikasi lebih baik.
Sepengetahuan penulis, ada beberapa yang sudah meneliti tentang kesantunan
berbahasa, diantaranya Ida Luthfiyatin (2007) dengan judul “Kesantunan
Berbahasa di Lingkungan Podok Pesantren Sunan Drajat Banjaranyar Paciran
Lamongan”. Hasil penelitian ini membahas tentang wujud pemakaian kesantunan
imperatif dalam interaksi antar santri putri.
Kesantunan dan ketidak santunan didalam berbahasa sangat perlu untuk dikaji,
karena kegiatan berbahasa tidak luput dari kehidupan manusia. Oleh karena itu
penulis akan meneliti lebih dalam tentang ”Kesantunan Berbahasa Siswa SMP
Negeri 1 Besuki Kabupaten Tulungagung”. Dari pengamatan penulis penelitian
tentang kesantunan berbahasa masih jarang dilakukan, maka penulis tertarik
untuk menelitinya.
1.2. Ruang Lingkup Masalah
Leech mendefinisikan prinsip kesantunan yaitu dengan cara meminimalkan
ungkapan yang kita yakini tidak santun. Ada enam maksim dalam prinsip
kesantunan Leech, yakni: (1) Maksim Kebijaksanaan, (2) Maksim Penerimaan,
(3) Maksim Kemurahan, (4) Maksim Kerendahan Hati, (5) Maksim Kesepakatan,
(6) Maksim Kesimpatian. (Leech, 1993:132).
1.3. Batasan Masalah
Melihat luasnya permasalahan kesantunan bahasa, maka perlu diadakan
pembatasan masalah. Hal ini dilakukan supaya penelitian lebih terarah dan tidak
menyimpang dari pokok permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, untuk itu
penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
1) Penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim kerendahan
hati pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki Kabupaten Tulungagung.
2) Penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim
kesepakatan pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki Kabupaten
Tulungagung.
3) Penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim
kesimpatian pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki Kabupaten
Tulungagung.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini secara lebih khusus dapat
dirumuskan:
1) Bagaimanakah wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang
melanggar maksim kerendahan hati pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki
Kabupaten Tulungagung?
2) Bagaimanakah wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang
melanggar maksim kesepakatan pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki
Kabupaten Tulungagung?
3) Bagaimanakah wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang
melanggar maksim kesimpatian pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki
Kabupaten Tulungagung?
1.5. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh gambaran
kesantunan berbahasa siswa SMP Negeri 1 Besuki Kabupaten Tulungagung.
Secara khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) pelanggaran maksim
kerendahan hati dan (2) pelanggaran maksim kesepakatan dan (3) pelanggaran
maksim kesimpatian, pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki kabupaten
Tulungagung.
1.6. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar rumusan berdasarkan kenyataan atau hal-hal
yang logis terkait dengan obyek penelitian. Anggapan dasar ini akan membantu
memberi arahan dan pedoman bagi pelaksanaan penelitian. Asumsi yang
berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1) Penggunaan bahasa yang baik dan benar mencerminkan kesantunan dan
kepribadian siswa.
2) Penggunaan bahasa yang baik dan benar mencerminkan tingkat
kesantunan yang dimiliki siswa.
3) Penggunaan bahasa yang baik, benar, dan santun memudahkan siswa
berinteraksi dan bekerja sama.
1.7. Kegunaan Penelitian
Manfaat teoretis yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah mendapatkan
bukti penerapan teori tindak tutur dan teori pragmatik, selain itu dapat juga untuk
membantu penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kesantunan
berbahasa, khususnya kesantunan tuturan. Selain itu dapat dijadikan sebagai
bahan acuan bagi pelaksanaan kesantunan dalam tuturan di sekolah-sekolah
sehingga upaya pembinaan kepribadian siswa dapat lebih praktis melalui aspek
bahasa.
Manfaat praktis yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah memberikan
masukan sebagai bahan pembelajaran tentang pragmatik dan kesantunan dalam
tuturan kepada pihak SMP Negeri 1 Besuki. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk
memecahkan masalah praktik kesantunan tuturan yang dihadapi sekolah-sekolah
umum, serta memberikan jalan keluar yang jelas dalam bentuk pengembangan
prinsip kesantunan dalam tindak tutur.
Dari penelitian ini terkumpul berbagai ragam bahasa yang secara praktis
digunakan oleh siswa dan dapat dianalisis dari aspek norma yang dipegang oleh
masyarakat sehingga pendidik dapat memiliki gambaran nyata prinsip kesantunan
dalam tuturan di kalangan para siswanya. Di samping itu, penelitian ini dapat
melahirkan strategi pendidikan prinsip kesantunan dalam tuturan yang dapat
dimanfaatkan secara praktis oleh pendidik maupun pengelola pendidikan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
berupa materi, metode, dan bahan pembelajaran prinsip kesantunan. Semakin
santun siswa dalam bertutur kata di sekolah dan di masyarakat, maka akan
semakin aman dan nyaman kehidupan di masyarakat. Sebaliknya, apabila siswa
semakin tidak santun di sekolah dan di masyarakat, maka akan semakin kacau
kehidupan masyarakat.
1.8. Penegasan Istilah
Penegasan istilah merupakan penjabaran definisi atau istilah-istilah yang
digunakan dalam sutau penelitian. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kesalahpahaman dari pembaca. Istilah-istilah tersebut disajikan sebagai berikut:
1) Kesantunan berbahasa adalah cara menyampaikan ungkapan/berbicara dalam
bertutur kata dengan halus, baik dan sopan dalam interaksi komunikasi
verbal.
2) Prinsip kesantunan adalah prinsip yang terdapat dalam ilmu Pragmatik yang
di dalamnya terdapat enam maksim yaitu, maksim kebijaksanaan, maksim
penerimaan, maksim kemurahan, maksim kerendahan hati, maksim
kecocokan dan maksim kesimpatian oleh Leech.
3) Sosiopragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji bahasa dengan
pendekatan sosial dan pragmatik.
4) SMP Negeri 1 Besuki adalah sekolah menengah pertama yang ada di desa
Tanggulwelahan, Kecamatan besuki, Kabupaten Tulungagung.
5) Siswa adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu pada lembaga pendidikan
formal maupun non formal.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Teori yang digunakan dalam penelitian ini bersifat elastis, artinya penelitian
ini tidak bertumpu pada satu teori tertentu, tetapi berpegang pada beberapa teori
yang dianggap cocok dan sejalan dengan penelitian ini. Adapun teori-teori yang
dijabarkan dari kajian pustaka dan ditinjau oleh penelitian sebagai landasan teori
dalam memecahkan masalah.
2. 1. Sosiopragmatik
Sosiopragmatik merupakan telaah mengenai kondisi-kondisi atau kondisi-
kondisi ‘lokal’ yang lebih khusus ini jelas terlihat bahwa Prinsip Kerjasama dan
Prinsip Kesopanan berlangsung secara berubah-ubah dalam kebudayaan yang
berbeda-beda atau aneka mayarakat bahasa, dalam situasi sosial yang berbeda-
beda dan sebagainya. Dengan perkataan lain, sosiopragmatik merupakan tapal
batas sosiologis pragmatik. Jadi, jelas disini betapa erat hubungan antara
sosiopragmatik dengan sosiologi (Tarigan, 1990:26).
Pragmatik dan sosiolinguistik adalah dua cabang ilmu bahasa yang muncul
akibat adanya ketidakpuasan terhadap penanganan bahasa yang terlalu bersifat
formal yang dilakukan oleh kaum strukturalis. Dalam hubungan ini pragmatik dan
sosiolinguistik masing-masing memiliki titik sorot yang berbeda di dalam melihat
kelemahan pandangan kaum strukturalis. (Wijana, 1996: 6).
2.2. Sosiolinguistik
Fishman (1976:28 dalam Chaer dan Agustina 2004:27) menyebut
“masyarakat tutur adalah suatu masyarakat yang anggota-anggotanya setidak-
tidaknya mengenal satu variasi bahasa beserta norma-norma yang sesuai dengan
penggunaannya”. Dengan pengertian terhadap kata masyarakat itu, maka setiap
kelompok orang yang karena tempat dan daerahnya, profesinya, hobinya, dan
sebagainya, menggunakan bentuk bahasa yang sama, serta mempunyai penilaian-
penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa itu, mungkin
membentuk suatu masyarakat tutur.
Sosiologi mempelajari antara lain struktur sosial, organisasi kemasyarakatan,
hubungan antaranggota masyarakat, tingkah laku masyarakat. Objek utama
sosiologi bukan bahasa melainkan masyarakat. Tujuannya mendeskripsikan
masyarakat dan tingkah laku (Sumarsono dan Partara, 2004:5).
2.3. Pragmatik
Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa
secara eksternal, yakni bagaimana satuan bahasa itu digunakan di dalam
komunikasi. Pragmatik yang menjadi latar kajian ini adalah pragmatik tradisi
kontinental. Dasar pertimbangannya adalah bahwa analisis pragmatik kontinental
yang memiliki jangkauan kajian, yakni mencakup tindakan dan konteks
(Ruhendi, 2003 dalam artikel artikulasi).
Pragmatik adalah ilmu yang mengkaji makna tuturan, sedangkan semantik
adalah ilmu yang mengkaji makna kalimat; pragmatik mengkaji makna dalam
hubungannya dengan situasi ujar (Leech, 1993:21). Tujuan utama pragmatik
adalah menjawab semua persoalan tentang interpretasi ujaran yang tak dapat
dijawab dengan pengkajian makna kalimat semata-mata; segala yang implisit di
dalam tuturan tidak dapat diterangkan oleh semantik, tetapi berhasil dijelaskan
oleh ilmu pragmatik.
Pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang
merupakan dasar bagi suatu catatan/laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain:
telaah mengenai kemampuan bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-
kalimat dan konteks-konteks secara tepat (Levinson dalam Tarigan, 1990:33).
Konteks merupakan segenap informasi yang berada di sekitar pemakaian
bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada di sekitarnya. Dengan
demikian hal-hal seperti situasi, jarak, tempat, dan sebagainya merupakan konteks
pemakaian bahasa. Fungsi konteks sangat penting di dalam bahasa. Konteks dapat
menentukan makna dan maksud ujaran (Supardo,1988:46).
2.4. Kesantunan (Politenes)
Kesantunan (politeness) atau etiket adalah tata cara, adat, atau kebiasaan yang
berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang
ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga
kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh
karena itu, kesantunan ini biasa disebut "tata krama".
Prinsip kesantunan menurut Leech (1993) menyangkut hubungan antara
peserta komunikasi, yaitu penutur dan pendengar. Oleh sebab itulah mereka
menggunakan strategi dalam mengajarkan suatu tuturan dengan tujuan agar
kalimat yang dituturkan santun tanpa menyinggung pendengar.
Prinsip kesantunan adalah peraturan dalam percakapan yang mengatur
penutur (penyapa) dan petutur (pesapa) untuk memperhatikan sopan santun dalam
percakapan. Setiap kali berbicara dengan orang lain, dia akan membuat
keputusan-keputusan menyangkut apa yang ingin dikatakannya dan bagaimana
menyatakannya. Hal ini tidak hanya menyangkut tipe kalimat atau ujaran apa dan
bagaimana, tetapi juga menyangkut variasi atau tingkat bahasa sehingga kode
yang digunakan berkaitan tidak saja dengan apa yang dikatakan, tetapi juga motif
sosial tertentu yang ingin menghormati lawan bicara atau ingin
mengidentifikasikan dirinya sebagai anggota golongan tertentu.
Secara umum, santun merupakan suatu yang lazim dapat diterima oleh
umum. Santun tidak santun bukan makna absolut sebuah bentuk bahasa. Karena
itu tidak ada kalimat yang secara inheren santun atau tidak santun, yang
menentukan kesantunan bentuk bahasa ditambah konteks ujaran hubungan antara
penutur dan petutur. Oleh karena itu, situasi varibel penting dalam kesantunan.
2.4.1. Prinsip Kesantunan Leech
Leech (1993) membahas teori kesantunan dengan menitikberatkan atas dasar
nosi, (1) biaya/cost dan keuntungan/benefit, (2) kesetujuan/agreement, (3)
pujian/approbation, (4) simpati/antipati. Leech sendiri mendefinisikan prinsip
kesantunan yaitu dengan cara meminimalkan ungkapan yang kita yakini tidak
santun (Tarigan, 2009:36).
Ada enam maksim dalam prinsip kesantunan Leech yakni:
1) Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)
a. Kurangi kerugian orang lain.
b. Tambahi keuntungan orang lain.
2) Maksim Penerimaan/ Penghargan (Approbation Maxim)
a. Kurangi keuntungan diri sendiri.
b .Tambahi kerugian diri sendiri.
3) Maksim Kemurahan (Generosity Maxim)
a. Kurangi cacian pada orang lain.
b. Tambahi pujian orang lain.
4) Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)
a. Kurangi pujian pada diri sendiri.
b. Tambahi cacian pada diri sendiri.
5) Maksim Kesepakatan/Kecocokan (Agreement Maxim)
a. Kurangi ketidakcocokan antara diri sendiri dengan orang lain.
b. Tingkatkan kecocokan antara diri sendiri dengan orang lain.
6) Maksim Simpati (Sympath Maxim)
a. Kurangi antipati antara diri sendiri dengan orang lain.
b. Perbesar simpati antara diri sendiri dengan orang lain.
Maksim yang berskala dua kutub karena berhubungan dengan
keuntungan/kerugian diri sendiri dan orang lain (Wijana, 1996: 55-60).
1) Maksim yang berpusat pada orang lain.
a. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)
b. Maksim Kemurahan (Generosity Maxim)
2) Maksim yang berpusat pada diri sendiri.
a. Maksim Penerimaan/Penghargaan (Approbation Maxim)
b. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim).
3) Maksim yang berskala satu kutub karena berhubungan dengan penilaian
buruk bagi penutur terhadap dirinya sendiri/orang lain.
a) Maksim Penerimaan (Approbation Maxim)
b) Maksim Kesimpatian (Sympath Maxim)
2.4.2. Pematuhan dan Pelanggaran Prinsip Kesantunan
2.4.2.1. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)
Setiap peserta pertuturan meminimalkan kerugian orang lain atau
memaksimalkan keuntungan bagi orang lain.
Contoh pematuhan:
+ : Mari saya bawakan buku Anda.
- : Jangan tidak usah (Wijana, 1996: 56)
Dengan perkataan lain, menurut maksim ini, kesantunan dalam bertutur dapat
dilakukan apabila maksim kebijaksanaan dilaksanakan dengan baik.
2.4.2.2. Maksim Penerimaan (Approbation Maxim)
Diutarakan dengan kalimat komisif dan impositif. Agar setiap penutur
sedapat mungkin menghindari mengatakan sesuatu yang tidak mengenakan orang
lain, terutama kepada orang yang diajak bicara (lawan tutur).
Contoh pematuhan :
+ : Saya mengundangmu ke rumah untuk makan malam.
- : Terima kasih (Wijana, 1996; 57)
Dengan perkataan lain, menurut maksim ini, bahwa orang dianggap santun
dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada orang lain.
Dengan maksim ini, diharapkan agar peserta pertuturan tidak saling mengejek,
saling mencaci, atau saling merendahkan pihak yang lain.
2.4.2.3. Maksim Kemurahan (Generosity Maxim)
Dengan maksim kemurahan ini, para peserta pertuturan diharapkan dapat
menghormati orang lain. Penghormatan ini akan terjadi apabila orang dapat
mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan
bagi pihak lain. Tidak hanya dalam menyuruh dan menawarkan sesuatu seseorang
harus berlaku santun, tetapi di dalam mengungkapkan perasaan, dan menyatakan
pendapat ia tetap diwajibkan berperilaku demikian (Wijana, 1996: 55-60).
Contoh Pematuhan :
+ : Permainan Anda sangat bagus.
- : Ah, biasa saja. Terima kasih. (Wijana, 1996: 58)
2.4.2.4. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)
Diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Bila kemurahan hati
berpusat pada orang lain, maksim ini berpusat pada diri sendiri. Maksim ini
menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada
diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Contoh Pematuhan :
+ : Kamu ternyata jago masak ya!
- : Ah, biasa aja, tadi cuma iseng coba-coba kok. (Wijana, 1996:59).
2.4.2.5 Maksim Kesepakatan/Kecocokan (Agreement Maxim)
Maksim kesetujuan atau kecocokan (agreement maxim). Pusatnya pada orang
lain (other centred maxim). Ditujukan untuk menyatakan pendapat dan ekspresif.
memaksimalkan kesetujuan pada orang lain dan meminimalkan ketidaksetujuan
pada orang lain.
Contoh Pematuhan:
+ : Wah cantik banget wanita itu.
- : Iya cantik banget wanita itu. (Wijana, 1996:60)
2.4.2.6. Maksim Simpati (Sympath Maxim)
Jika lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib
memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapatkan kesusahan atau
musibah, penutur layak berduka cita, atau mengutarakan ucapan belasungkawa
sebagai tanda kesimpatian, yakni memaksimalkan rasa simpati kepada lawan
tuturnya yang mendapatkan kebahagiaan dan kedudukan.
Contoh Pematuhan :
+ : Tadi siang Huda jatuh dari sepeda saat pulang dari kampus.
- : Apakah dia baik-baik saja sekarang? Kalau dia butuh obat merah aku punya di
lemari, (Wijana, 1996:61)
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif. Data yang
dihasilkannya berupa kata-kata dan kalimat-kalimat yang termasuk kategori tidak
santun yang diucapkan oleh siswa SMP Negeri 1 Besuki Tulungagung.
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini mengkaji bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa,
yang meliputi: (a) pelanggaran maksim kerendahan hati, (b) pelanggaran maksim
kesepakatan, dan (c) pelanggaran maksim kesimpatian. Untuk mencapai tujuan
tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan dua ancangan,
yaitu (1) rancangan pragmatik dan (2) etnografi komunikasi. Penggunaan kedua
rancangan ini didasarkan pada alasan bahwa deskripsi bentuk tuturan siswa tidak
dapat dilepaskan dari unit-unit komunikasi yang oleh Hymes (1972) disebut
dengan hierarki lingkar. Unit-unit komunikasi tersebut adalah situasi tutur,
peristiwa tutur, dan tindak tutur.
Pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri (a) berlatar alamiah, (b) bersifat
deskriptif, (c) lebih mengutamakan proses daripada hasil, dan (d) analisis data
bersifat induktif (Bogdan dan Biklen, 1982:27-29). Berlatar alamiah, maksudnya
data penelitian bersumber dari peristiwa komunikasi dan situasi alamiah yang
berlangsung di SMP Negeri 1 Besuki. Tidak ada upaya dari peneliti untuk
mengendalikan subjek, baik di dalam maupun di luar kelas. Karena itu, strategi
pengumpulan data diusahakan tidak mencolok dan tidak diketahui oleh siswa.
Bersifat deskriptif, maksudnya data dikumpulkan berbentuk deskripsi wacana
antar siswa. Data dilengkapi dengan konteks terjadinya interaksi. Pendeskripsian
konteks diupayakan hingga menyentuh hal-hal kecil, seperti waktu, tempat, dan
kedudukan partisipan. Hasil analisis data dilaporkan dalam bentuk deskripsi
fenomenologis, artinya hasil analisis dipaparkan sesuai dengan temuan di
lapangan tanpa dihubungkan dengan variabel-variabel tertentu.
Lebih mengutamakan proses daripada hasil, maksudnya dalam pelaksanaan
penelitian ini, khususnya kegiatan pengumpulan lebih diorientasikan pada proses.
Pengorientasian tersebut, misalnya pengupayaan waktu pelaksanaan pengumpulan
data yang bersifat fleksibel. Karena itu, jadwal tidak dijadikan target. Demikian
hal-nya dengan perolehan data, baik jenis maupun jumlahnya tidak didasarkan
pada perencanaan atau target tertentu.
Analisis data bersifat induktif, maksudnya penelitian ini tidak diarahkan
untuk memperkuat atau menolak hipotesis tertentu. Karena itu, paparan hasil
analisis penelitian yang berkaitan dengan pelanggaran prinsip kesantunan
berbahasa di SMP Negri 1 Besuki lebih didasarkan pada data alamiah yang
terkumpul di lapangan.
3.2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif ini peneliti bertindak sebagai instrumen utama.
Peneliti sekaligus berperan sebagai pengumpul data dan penganalisis data. Selanjutnya
peneliti membuat laporan hasil penelitian dalam bentuk skripsi. Dengan peneliti
bertindak sebagai partisipan dan pengamat penuh.
3.3. Sumber Data
Data dalam penelitian ini berupa data verbal. Data verbal tersebut berupa
wujud pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa siswa di SMP Negeri 1 Besuki.
Sumber data dalam penelitian ini adalah (1) percakapan antar siswa, (2) konteks
tuturan yang diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan lapangan secara
langsung, (3) pengisian kuisioner yang dilakukan oleh siswa dan guru.
Konteks tuturan diperoleh peneliti dengan mengadakan pencatatan lapangan
setiap mengadakan perekaman. Konteks ini dimasukkan dalam sumber data
karena konteks tuturan berpengaruh terhadap pemaknaan sebuah tuturan.
Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh siswa saat
berada di ruang tata usaha, ruang kelas, perpustakaan, kopsis, kantin dan
lapangan. Semua siswa dianggap memiliki kedudukan yang sama sebagai subjek
penelitian. Pengisian lembar kuisioner oleh siswa bertujuan untuk mengetahui
data yang sebenarnya tentang tuturan yang melanggar prinsip kesantunan
berbahasa sehari-hari.
3.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data
3.4.1. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah (1) observasi partisipasi
(2) pencatatan lapangan, dan (3) perekaman. Observasi partisipan digunakan
untuk mengetahui masalah yang berhubungan langsung dengan bentuk
pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa siswa SMP Negeri 1 Besuki.
Sesuai dengan fokus penelitian tersebut, kegiatan penelitian ini berfokus pada
pelanggaran maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan dan maksim
kesimpatian. Teknik observasi partisipan dilakukan dengan mengamati perilaku
subjek dalam bertindak tutur. Dengan menggunakan teknik observasi partisipasi,
peneliti lebih leluasa bergaul dengan subjek penelitian dengan latar alami.
Teknik pencatatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks tuturan yang
berguna untuk memaknai data yang diperoleh, sedangkan teknik perekaman
dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang
sebenarnya, berupa bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa siswa di
SMP Negeri 1 Besuki. Perekaman dilakukan dengan menggunakan ponsel. Alat
perekam ini cukup peka sehingga mampu merekam data secara memadai dan
memenuhi syarat. Data hasil rekaman selanjutnya dipilih dan dipotomg untuk
mencari tuturan yang sesuai dengan masalah penelitian, alat untuk memotong
hasil rekaman berupa mp3 digunakan software sofonica mp3 cutter, software
tersebut bisa didownload pada :
http://koskomputer.blogspot.com/2011/10/sofonica-mp3-cutter-software-
pemotong.html .
3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti
itu sendiri, atau dengan bantuan orang lain yang merupakan alat pengumpul data
utama (Moleong, 1995). Hal ini dikarenakan peneliti dalam penelitian kualitatif
dipandang sebagai pencari tahu alami dalam pengumpulan data.
Peneliti sebagai instrumen, ada beberapa prasyarat yang harus diperhatikan,
yaitu: (1) peneliti ada jarak dengan objek terteliti, (2) tetap objektif, (3)
berorientasi pada tujuan penelitian, (4) tetap setia pada data penelitian, dan (5)
menyelesaikan sesuai dengan disiplin ilmu serta paradigma.
3.4.2.1 Pengumpulan Data Dengan Perekaman
Selain peneliti sebagai instrumen utama, penelitian ini menggunakan
instrumen bantu, yaitu ponsel dan catatan lapangan. Ponsel digunakan untuk
merekam tuturan siswa, sedangkan catatan lapangan yang disajikan dalam kartu
data yang digunakan untuk mencatat dan menganalisis konteks tuturan.
Tabel 3.1Kartu data Penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim
kerendahan hati dalam tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki KabupatenTulungagung.
Identifikasi
Konteks Data
Kode dataAnalisis :12.
Tabel 3.2Kartu data Penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim
kesepakatan dalam tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki KabupatenTulungagung.
Identifikasi
Konteks Data
Kode data
Analisis :12.
Tabel 3.3Kartu data Penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim
kesimpatian dalam tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki KabupatenTulungagung.
Identifikasi
Konteks Data
Kode dataAnalisis :12.
3.4.2.2 Pengumpulan Data Dengan Kuisioner
Selain dengan menggunakan perekaman, pengumpulan data juga
menggunakan kuisioner. Sample data akan diambil dari 50 responden siswa SMP
dan 4 guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Besuki Tulungagung. Format
kuisioner dapat dilihat pada tabel 3.4 dan 3.5 :
Tabel 3.4Format Kuisioner Siswa
Pertanyaan
JawabanNo
Tabel 3.5Format Kuisioner Guru
NO PERTANYAAN RESPONDEN JAWABAN
Guru 1
Guru 2
1
Guru 3
3.5 Analisis Data
Penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis berdasarkan teori tertentu. Dengan
demikian analisa yang dilakukan dalam pengolahan data kualitatif dilakukan
melalui alur analisis dengan fokus pada pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa
siswa SMP Negeri 1 Besuki. Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.
Aktifitas dalam analisis data yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data (3)
penarikan kesimpulan sementara, dan (4) penarikan kesimpulan akhir (Miles dan
Hubermen dalam Sugioyo, 2012:91).
Berikut ini adalah gambaran alur analisis data.
Sumber Data
Percakapan siswa pencatatan lapangan
Reduksi Data
Identifikasi Klasifikasi Pengkodean(seleksi data) (pengelompokkan) (pemberian identitas)
Penyajian Data
Wujud Pelanggaran prinsip kesantunan berbahasadengan menggunakan tabel
Penyimpulan
Didasarkan pada Expert opinion dan Depenability
Temuan Penelitian
Pelanggaran maksim kerendahan hati Pelanggaran maksim kesepakatan Pelanggaran maksim kesimpatian
Gambar 3.1. Alur analisis data model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:92)
Penjelasan gambar 3.1 :
Tahap pertama pengambilan sumber data dari tuturan siswa SMP Negeri 1
Besuki yang telah direkam melalui ponsel kemudian dilakukan pencatatan
lapangan untuk mencatat konteks dan data yang diperoleh.
Tahap kedua adalah mereduksi data yang telah didapat dari sumber data, data
diseleksi menurut batasan masalah kemudian data dikelompokkan menurut
pelanggaran prinsip kesantunan leech, setelah itu data diberi kode agar lebih
mudah dikenali.
Tahap Ketiga penyajian data, setelah data direduksi maka langkah selanjutnya
adalah menyajikan data kedalam bentuk tabel supaya data tersusun menurut
pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa yang menjadi batasan masalah sehingga
akan semakin mudah difahami.
Tahap Keempat setelah data disajikan penulis mengamati lagi untuk menarik
simpulan. Agar simpulan memiliki keabsahan didasarkan pada Exepert opinion
dan Dependability.
Setelah melalui tahap analisis diatas dapat ditemukan pokok masalah dalam
penelitian ini yaitu penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa yang melanggar
maksim kerendahan hati, penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa yang
melanggar maksim kesepakatan dan penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa
yang melanggar maksim kesimpatian.
3.6 Pengecekan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas
dan reliabilitas. Dalam penelitian kuantitatif, kriteria utama terhadap data hasil
penelitian penelitian adalah, valid, reliabel dan obyektif. Validitas merupakan
derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang
dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data "yang
tidak berbeda" antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian (Sugioyo, 2012:117-127). Uji
keabsahan data dalam penelitian ini adalah:
a) Expert opinion, yaitu pengecekan terhadap temuan-temuan penelitian oleh
pakar yang profesional di bidang ini, yakni Dosen Pembimbing. Pada tahapan ini
dapat dilakukan perbaikan, modifikasi, atau penghalusan berdasarkan arahan atau
opini pembimbing, selanjutnya analisis yang dilakukan akan meningkatkan derajat
kepercayaan penelitian yang dilakukan.
Gambar 3.2. Expert opinion
Data Temuan
Arahan Pakar/DosenPembimbing
Revisi
Skripsi
b) Depenability
Dalam penelitian kuantitatif, depenability disebut reliabilitas. Suatu penelitian
yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses
penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji depenability dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak
melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti
seperti ini perlu diuji depenabilitynya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi
datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel atau dependable. Untuk itu
pengujian depenability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan
penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah atau fokus, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji
keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh
peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukkan "jejak aktivitas
lapangannya", maka depenbabilitas penelitiannya patut diragukan. Sanafiah
(Sugiyono2012: 131).
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Paparan data dan temuan penelitian merupakan tahapan untuk menjelaskan
mencatat hasil data yang diperoleh dari hasil rekaman. Inti dari semua yang akan
dibahas disini adalah berupa tuturan siswa yang melanggar prinsip kesantunan
berbahasa. Hasil dari rekaman adalah sebagai berikut.
4.1 Paparan Data
Paparan data merupakan tahapan untuk memaparkan data yang diperoleh
setelah diadakannya penelitian dan pengumpulan data di lapangan secara
langsung. Dalam mengumpulkan data penulis harus membaur dengan siswa SMP
Negeri 1 Besuki selama beberapa hari, penulis mengamati kejadian yang ada
dengan melakukan observasi, perekaman dan pembagian kuisioner kepada siswa
dan guru Bahasa Indonesia.
4.2 Pemaparan data hasil rekaman
Teknik perekaman dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh data yang sebenarnya, berupa bentuk data dalam tuturan antar siswa
dengan siswa dan siswa dengan guru/karyawan. Perekaman ini dilakukan dengan
menggunakan alat ponsel. Untuk lebih jelasnya maka penulis memaparkan hasil
rekaman tuturan siswa yang masuk kedalam kategori pelanggaran prinsip
kesantunan berbahasa dalam bentuk tabel 4.1 :
Tabel 4.1 Tuturan siswa pada alat perekam
NO TANGGAL TUTURAN
1 3 Maret 2012 Siswa 1 : Wingi aku eruh Bambang numpak satria Fanyar.Siswa 2 : Gek opo kuat tuku kae, paling yo lak nyilih,kene sing numpak mobil ae ra sombong kok….
2 3 Maret 2012 Siswa 1 : Piye ujianmu maeng?Siswa 2 : Beres, sing tak sinauni metu kabeh, lanaanmu piye?Siswa 1 : Ra iso blas aku. awakmu kok pinter timen.Siswa 2 : Halah andak garap ngono ae gak iso,kenemenen lakmu goblok.
3 3 Maret 2012 Siswa 1 : Engko tugase IPA gawanen nek ruang guruyo ?Siswa 2 : Karo kowe lo, aku ra iso gowo dewe.Siswa 1 : Aku arep nek UKS, awakku ra penak.Siswa 2 : Halah, bocah kok penyakiten.
4 5 Maret 2012 Siswa 1 : Piye lakmu melok olimpiade wingi?Siswa 2 : Pesertane pinter-pinter, aku ora oleh nomer.Siswa 1 : Kapok, goblok kemlelet melok olimpiade.Mbendino bimbingan gur bati kesel we.
5 7 Maret 2012 Siswa 1 : Bukumu ki mbok disampul, mosok lencretngono arep kok balekne.Siswa 2 : Sanguku kurang lek karo tak ngge tukusampul.Siswa 1 : Andak Sampul regane 300 ae to, jan kere…lak ra kuat tuku tak tukokne po piye?
6 9 Maret 2012 Siswa 1 : Nyapo kok metu keri?Siswa 2 : Wong pinter yo ngene iki, ra koyok kowe.Goblok metu disek, nggenah lek ngawut!
7 10 Maret 2012 Siswa 1 : Pak Mu lak ngulang jan ndak menakne,garai ngantuk.Siswa 2 : Jarene sopo? Cah gonmu pancen goblok-goblok, lak neng kelasku malah akeh guyone.
8 13 Maret 2012 Siswa 1 : Isekno tinta ne,Siswa 2 : Sik tak nek perpus balekne buku terus ngisitinta.Siswa 1 : Tintamu isinen disek nyuk, kui selak digae.
9 14 Maret 2012 Siswa 1 : Ayo nek kantine pak kiman.Siswa 2 : Cegeh, Koyok ra mbondo ae, mending nekkopsis karo golek coca cola.
10 14 Maret 2012 Siswa 1 : Hoe cah cilik, ki ra enek jujule, tak ngeipermen yo?Siswa 2 : Halah, enek-enek…. Panggah kok jujulipermen ae, sesok lak tuku dwitku tak ganti permenlo.Siswa 1 : Ojo ngewes ae, arep opo emoh?
11 15 Maret 2012 Siswa 1 : Soal matematika jan garai pusing.Siswa 2 : Bocah lak ra gelem mikir yo ngongo kui,aku garap nyantai gene yo lancar jaya.Siswa 1 : Ngono ki yo pener tenan?Siswa 2 : Ngenyek, aku pinter ora koyok kowe.
12 17 Maret 2012 Siswa 1 : Om… Jaluk dungane.Satpam : Engko yo, sik repot.Siswa 1: Jan sombong, metek dosamu, dijaluki dungoae gak gelem. Paling yo ora mandhi dongomu!
13 19 Maret 2012 Siswa 1 : Melu neng MCK njoh.Siswa 2 : Gah, cegeh mlaku aku.Siswa 1: Asem, titenono lak ngongkon aku sok.Siswa 2 : Andak rono ae ra gelem dewe. Jan koyokcah cilik ngompolo ae.
14 21 Maret 2012 Siswa : Mbak, mbalekne turahan daftar absen.Karyawan : Ora iso boso to? Kekno nek tempate.Siswa : Kesusu mbak, aku ape ulangan tak keknekene yo?
15 27 Maret 2012 Siswa 1 : Sepatumu kok apik.Siswa 2 : Lak nukone masku iki.Siswa 1 : Gek piro regane ngono ki?Siswa 2 : Yo mesti larang, palingno mbokmu yorakuat nukokne… hahhah.
16 2 April 2012 Siswa 1 : Wes mbayar daftar ulang?Siswa 2 : Ki arep mbayar.Siswa 1 : Titip yo!Siswa 2 : Cegeh, ra iso mlaku dewe mbrangkango.Cacat po pie!Siswa 1 : Tak mbayar dewe leknu.Siswa 2 : mbok yow ngunuw ra nyusahne koncone.
17 11 April 2012 Siswa 1 : Heh, hape ku anyar!Siswa 2 : Engko eroh pak Mul lo, disita engko.Siswa 1 : Bene pameri pisan, disita paling melekhapeku. Wonge kan ra kuat tuku hape ngene ki.
18 12 April 2012 Siswa 1 : Wingi Cahyadi tibo pas mulih sekolah.Siswa 2 : Ben dirasakne numpak motor ugal-ugalanyo ngono kui.
19 19 April 2012 Siswa 1 : Nyapo gae sandal?Siswa 2 : Sepatuku durung garing kudanan wingi.Siswa 1 : Makane tuku sepatu neh kono, ancensepatu kok mek sitok, elek pisan.
4.3 Pengumpulan Data dengan Kuisioner
4.3.1. Penyajian Data tentang Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa
pada Tuturan Siswa Berdasarkan Jawaban Siswa.
Dalam penelitian ini, penulis membagikan kuisioner kepada 50 responden
dari siswa SMP Negeri 1 Besuki. Responden adalah siswa yang sering melanggar
tata tertib sekolah yang tertulis pada buku pelanggaran sekolah. Setiap responden
diwajibkan menjawab 6 pertanyaan yang telah disediakan.
Pada tabel 4.2 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari
pertanyaan pernah mengeluarkan kata cacian di sekolah. Hasil dari jawaban
responden dapat dilihat pada tabel 4.2 :
Tabel 4.2 Jawaban responden berdasarkan pernah mengeluarkan kata-kata kasardisekolah
No. Jawaban Responden JumlahResponden
Persentase (%)
1 Sering 16 32 %
2 Pernah 28 56 %
3 Tidak pernah 6 12 %
Jumlah 50 100 %
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, siswa
mengatakan sering berkata kasar disekolah sebanyak 28 siswa, siswa yang pernah
berbicara kasar sebanyak 16 siswa dan yang tidak pernah sebanyak 6 siswa.
Pada tabel 4.3 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari
pertanyaan pernah mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan kepada guru di
sekolah. Hasil dari jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.3 :
Tabel 4.3 Jawaban responden berdasarkan pernah mengeluarkan kata-kata yangtidak sopan kepada guru di sekolah
No. Jawaban Responden JumlahResponden
Persentase (%)
1 Sering - -
2 Pernah 3 6 %
3 Tidak pernah 47 94 %
Jumlah 50 100 %
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, tidak
ada siswa yang menjawab sering berkata kasar kepada guru/karyawan disekolah, 3
siswa pernah berbicara kasar dan 47 siswa tidak pernah berbicara kasar kepada
guru.
Pada tabel 4.4 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari pertanyaan
pernah mengucapkan kata yang tidak santun diluar lingkungan sekolah.
Tabel 4.4 Jawaban responden berdasarkan pernah mengucapkan kata yang tidaksantun diluar lingkungan sekolah
No. Jawaban Responden JumlahResponden
Persentase (%)
1 Sering 45 90 %
2 pernah 5 10 %
3 Tidak pernah - -
Jumlah 50 100 %
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, 45
siswa mengatakan sering berkata kasar diluar lingkungan sekolah, 5 siswa pernah
berbicara kasar dan tidak ada siswa yang tidak pernah berbicara kasar.
Pada tabel 4.5 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari
pertanyaan apakah marah jika teman kamu mengucapkan kata kasar terhadapmu.
Hasil dari jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.5 :
Tabel 4.5 Jawaban responden berdasarkan marah jika teman kamu mengucapkankata kasar
No. Jawaban Responden JumlahResponden
Persentase (%)
1 Marah 47 94 %
2 Biasa Saja 3 6 %
Jumlah 50 100 %
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, siswa
yang akan marah jika temannya mengucapkan kata kasar terhadapnya sebanyak
47 dan 3 siswa memberi jawaban biasa saja.
Pada tabel 4.6 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari
pertanyaan pernah mendengar teman mengucapkan kata kasar atau cacian. Hasil
dari jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.6 :
Tabel 4.6 Jawaban responden berdasarkan pernah mendengar teman mengucapkankata kasar atau cacian
No. Jawaban Responden JumlahResponden
Persentase (%)
1 Sering 39 78 %
2 pernah 10 20 %
3 Tidak pernah 1 2 %
Jumlah 50 100 %
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, siswa
sering mendengar temannya mengucapkan kata kasar sebanyak 39 siswa, 10 siswa
pernah mendengar dan 1 siswa mengaku tidak pernah mendengar temannya
berbicara kasar.
Pada tabel 4.7 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari
pertanyaan ada pelajaran mengenai kesantuanan berbahasa di kelas. Hasil dari
jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.7 :
Tabel 4.7 Jawaban responden berdasarkan ada pelajaran mengenai kesantuananberbahasa di kelas
No. Jawaban Responden JumlahResponden
Persentase (%)
1 Ada 2 4 %
2 Tidak ada 48 96 %
Jumlah 50 100 %
Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, 2
siswa menyatakan ada pelajaran tentang kesantunan berbahasa dikelas. 48 siswa
mengatakan belum pernah ada pelajaran kesantunan.
Gambar 3.2 Pembagian Kuisioner
4.3.2. Penyajian Data tentang Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa
pada Tuturan Siswa Berdasarkan Jawaban Guru Bahasa Indonesia
Dalam penelitian ini, penulis membagikan lembar kuisioner kepada 4 orang
guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Besuki. Dimana setiap responden
diwajibkan menjawab 5 pertanyaan. Tujuan penulis membagikan lembar kuisioner
kepada guru Bahasa Indonesia mengenai kesantunan berbahasa siswa SMP Negeri
1 Besuki adalah untuk mengetahui bagaimana reaksi mereka mengenai tuturan
siswa tentang kesantunan berbahasa yang siswa di lingkungan sekolah.
Tabel 4.8 respon guru Bahasa Indonesia terhadap tuturan siswa yang melanggarprinsip kesantunan.
NO PERTANYAAN RESPONDEN JAWABAN
Drs. Sirat Pernah
Murtiningsih, S.Pd. Pernah
Agus Suyuti, S.Pd. Pernah
1 Apakah Anda
pernah mendengar
tuturan kasar
siswa disekolah?
Malik Khoiriyah, S.Pd. Pernah
Drs. Sirat Tidak
Murtiningsih, S.Pd. Sering
Agus Suyuti, S.Pd. Tidak
2 Apakah sering
Anda mendengar
tuturan siswa
yang kurang
santun? Malik Khoiriyah, S.Pd. Sering
Drs. Sirat Ada
Murtiningsih, S.Pd. Ada
Agus Suyuti, S.Pd. Ada
3 Apakah ada siswa
yang
mengucapkan
tuturan tidak
santun terhadap
guru?Malik Khoiriyah, S.Pd. Ada
Drs. Sirat Semuanya terutama yanglaki-laki
Murtiningsih, S.Pd. Kelas VII dan VIII
Agus Suyuti, S.Pd. Kelas VIII
4 Kelas berapa yang
biasanya sering
mengucapkan
tuturan tidak
santun? Malik Khoiriyah, S.Pd. Kelas IX
Drs. Sirat Belum ada
Murtiningsih, S.Pd. Belum ada
Agus Suyuti, S.Pd. Belum ada
5 Apakah sudah ada
guru yang
menerapkan
pelajaran
mengenai
kesantunan
berbahasa di
sekolah ini?
Malik Khoiriyah, S.Pd. Belum ada
Dari hasil jawaban responden terhadap guru bahasa Indonesia ternyata
semuanya pernah mendengar tuturan kasar yang diucapkan siswa SMP Negeri 1
Besuki termasuk bertutur kata yang tidak santun terhadap guru. Menurut mereka
kelas VII, VIII dan IX sering menggunakan bahasa yang tidak santun dalam
bertutur kata terutama yang laki-laki. Meskipun demikian, menurut mereka belum
ada yang mencoba menerapkan pelajaran tentang kesantunan berbahasa untuk
meminimalkan tuturan yang tidak santun siswa.
4.4 Temuan Penelitian
Dalam temuan penelitian, data yang dipaparkan akan dikelompokkan sesuai
dengan maksim dan akan diberikan kode data untuk mempermudah pada
pembahasan. Pada tabel 4.1 tuturan siswa yang menggandung pelanggaran
maksim akan dianalisa.
Tabel. 4.1 Temuan data hasil rekaman
NO TANGGAL KODEDATA MAKSIM TUTURAN
1 3 Maret 2012 PMKH 1 KerendahanHati
Siswa 1 : Wingi aku eruh Bambangnumpak satria F anyar.Siswa 2 : Gek opo kuat tuku kae,paling yo lak nyilih, kene singnumpak mobil ae ra sombongkok….
2 3 Maret 2012 PMKH 2 KerendahanHati
Siswa 1 : Piye ujianmu maeng?Siswa 2 : Beres, sing tak sinaunimetu kabeh, la naanmu piye?Siswa 1 : Ra iso blas aku. awakmukok pinter timen.Siswa 2 : Halah andak garap ngonoae gak iso, kenemenen lakmugoblok.
3 3 Maret 2012 PMS 1 Kesimpatian Siswa 1 : Engko tugase IPAgawanen nek ruang guru yo ?Siswa 2 : Karo kowe lo, aku ra isogowo dewe.Siswa 1 : Aku arep nek UKS,awakku ra penak.Siswa 2 : Halah, bocah kokpenyakiten.
4 5 Maret 2012 PMS 2 Kesimpatian Siswa 1 : Piye lakmu melokolimpiade wingi?Siswa 2 : Pesertane pinter-pinter,aku ora oleh nomer.Siswa 1 : Kapok, goblok kemleletmelok olimpiade. Mbendinobimbingan gur bati kesel we.
5 7 Maret 2012 PMKH 3 KerendahanHati
Siswa 1 : Bukumu ki mbokdisampul, mosok lencret ngonoarep kok balekne.Siswa 2 : Sanguku kurang lek karotak ngge tuku sampul.Siswa 1 : Andak Sampul regane300 ae to, jan kere… lak ra kuattuku tak tukokne po piye?
6 9 Maret 2012 PMKH 4 KerendahanHati
Siswa 1 : Nyapo kok metu keri?Siswa 2 : Wong pinter yo ngene iki,ra koyok kowe. Goblok metu disek,nggenah lek ngawut!
7 10 Maret2012
PMKS 1 Kesepakatan Siswa 1 : Pak Mu lak ngulang janndak menakne, garai ngantuk.Siswa 2 : Jarene sopo? Cah gonmupancen goblok-goblok, lak nengkelasku malah akeh guyone.
8 13 Maret2012
PMKS 2 Kesepakatan Siswa 1 : Isekno tinta ne,Siswa 2 : Sik tak nek perpusbalekne buku terus ngisi tinta.Siswa 1 : Tintamu isinen diseknyuk, kui selak digae.
9 14 Maret2012
PMKS 3 Kesepakatan Siswa 1 : Ayo nek kantine pakkiman.Siswa 2 : Cegeh, Koyok ra mbondoae, mending nek kopsis karo golekcoca cola.
10 14 Maret2012
PMKS 4 Kesepakatan Siswa 1 : Hoe cah cilik, ki ra enekjujule, tak ngei permen yo?Siswa 2 : Halah, enek-enek….Panggah kok jujuli permen ae,sesok lak tuku dwitku tak gantipermen lo.Siswa 1 : Ojo ngewes ae, arep opoemoh?
11 15 Maret2012
PMKS 5 Kesepakatan Siswa 1 : Soal matematika jan garaipusing.Siswa 2 : Bocah lak ra gelem mikiryo ngongo kui, aku garap nyantaigene yo lancar jaya.Siswa 1 : Ngono ki yo pener tenan?Siswa 2 : Ngenyek, aku pinter orakoyok kowe.
12 17 Maret2012
PMKS 6 Kesepakatan Siswa 1 : Om… Jaluk dungane.Satpam : Engko yo, sik repot.Siswa 1: Jan sombong, metekdosamu, dijaluki dungo ae gakgelem. Paling yo ora mandhidongomu!
13 19 Maret2012
PMKS 7 Kesepakatan Siswa 1 : Melu neng MCK njoh.Siswa 2 : Gah, cegeh mlaku aku.Siswa 1: Asem, titenono lakngongkon aku sok.Siswa 2 : Andak rono ae ra gelemdewe. Jan koyok cah cilikngompolo ae.
14 21 Maret2012
PMKS 8 Kesepakatan Siswa : Mbak, mbalekne turahandaftar absen.Karyawan : Ora iso boso to? Keknonek tempate.Siswa : Kesusu mbak, aku apeulangan tak kekne kene yo?
15 27 Maret2012
PMKH 5 KerendahanHati
Siswa 1 : Sepatumu kok apik.Siswa 2 : Lak nukone masku iki.Siswa 1 : Gek piro regane ngonoki?Siswa 2 : Yo mesti larang, palingnombokmu yo rakuat nukokne…hahhah.
16 2 April 2012 PMKS 9 Kesepakatan Siswa 1 : Wes mbayar daftar ulang?Siswa 2 : Ki arep mbayar.Siswa 1 : Titip yo!Siswa 2 : Cegeh, ra iso mlaku dewembrangkango. Cacat po pie!Siswa 1 : Tak mbayar dewe leknu.Siswa 2 : mbok yow ngunuw ranyusahne koncone.
17 11 April2012
PMKH 6 KerendahanHati
Siswa 1 : Heh, hape ku anyar!Siswa 2 : Engko eroh pak Mul lo,disita engko.Siswa 1 : Bene pameri pisan, disitapaling melek hapeku. Wonge kan rakuat tuku hape ngene ki.
18 12 April2012
PMS 3 Kesimpatian Siswa 1 : Wingi Cahyadi tibo pasmulih sekolah.Siswa 2 : Ben dirasakne numpakmotor ugal-ugalan yo ngono kui.
19 19 April2012
PMS 4 Kesimpatian Siswa 1 : Nyapo gae sandal?Siswa 2 : Sepatuku durung garingkudanan wingi.Siswa 1 : Makane tuku sepatu nehkono, ancen sepatu kok mek sitok,elek pisan.
BAB V
PEMBAHASAN
Berbicara tidak selamanya berkaitan dengan masalah yang bersifat tekstual,
tetapi seringkali pula berhubungan dengan persoalan yang bersifat interpersonal.
Prinsip Kesantunan memiliki sejumlah maksim, yakni maksim kebijaksanaan,
maksim penerimaan, maksim kemurahan, maksim kerndahan hati, maksim
kecocokan dan maksim kesimpatian.
Pada keenam maksim di atas terdapat bentuk ujaran yang digunakan untuk
mengekspresikannya. Bentuk-bentuk ujaran yang dimaksud adalah bentuk ujaran
impositif, komisif, ekspresif, dan asertif. Bentuk ujaran komisif adalah bentuk
ujaran yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran. Ujaran impositif
adalah ujaran yang digunakan untuk menyatakan perintah atau suruhan. Ujaran
ekspresif adalah ujaran yang digunakan untuk menyatakan sikap psikologis
pembicara terhadap sesuatu keadaan. Ujaran asertif adalah ujaran yang lazim
digunakan untuk menyatakan kebenaran proposisi yang diungkapkan.
Berkaitan dengan penelitian yaitu pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa
pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki Kabupaten Tulungagung telah
memberikan beberapa data. Berdasarkan data yang telah diambil dari hasil
observasi melalui perekaman dan kuisioner yang disebarkan kepada responden,
maka dapat dijabarkan jika siswa sering dan pernah menuturkan kata yang tidak
sopan di lingkungan sekolah. Berikut ini adalah pembahasan mengenai tuturan
siswa dikelompokkan sesuai pelanggaran maksim yang menjadi batasan masalah
dalam penelitian ini.
5. 1. Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati
Maksim Kerendahan Hati menuntut penutur untuk selalu mengurangi pujian
pada dirinya sendiri dan memaksimalkan cacian pada dirinya sendiri. Pelaku
komunikasi yang menaati maksim ini akan dianggap sebagai seorang yang rendah
hati dan tidak sombong.
Pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati secara terus menerus akan
membentuk stigma kepada si pelaku sebagai orang yang sombong, bersikap anti
sosial, dan bahkan yang terburuk penutur seperti itu akan dijauhi lawan tuturnya,
karena bagaimanapun bertransaksi komunikasi dengan orang yang selalu
melanggar maksim kerendahan hati akan sangat tidak nyaman. Seperti tuuran
berikut ini:
Hari/Tanggal : Sabtu, 3 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yangmembicarakantemannya yangmempunyai sepedamotor baru.
Siswa 1 : Wingi aku eruh Bambangnumpak satria F anyar.Siswa 2 : Gek opo kuat tuku kae,paling yo lak nyilih, kene singnumpak mobil ae ra sombong kok….PMKH 1
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada gengsi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Pembahasan :
Tuturan yang diucapkan oleh kedua siswa di atas kurang enak didengar
karena mengandung sindiran. Saat siswa pertama memberitahukan bahwa ada
temannya yang mengendarai motor baru kepada siswa tapi jawaban siswa kedua
malah menyindir temannya dengan mengatakan “Gek opo kuat tuku kae” setelah
itu siswan kedua menyombongkan diri dengan mengatakan “kene sing numpak
mobil ae ra sombong kok”. Tuturan ini termasuk ke dalam Pelanggaran Prinsip
Kesantunan dengan Maksim Kerendahan Hati, karena telah meminimalkan
ketidakhormatan pada diri sendiri, dan memaksimalkan rasa hormat pada diri
sendiri.
Hari/Tanggal : Sabtu, 3 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yangmembicarakan hasilujian yang baru sajaselesai dikerjakan.
Siswa 1 : Piye ujianmu maeng?Siswa 2 : Beres, sing tak sinaunimetu kabeh, la naanmu piye?Siswa 1 : Ra iso blas aku. awakmukok pinter timen.Siswa 2 : Halah andak garap ngonoae gak iso, kenemenen lakmu goblok.
PMKH 2
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada prestasi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Pembahasan :
Tuturan yang diucapkan oleh salah satu siswa di atas kurang enak didengar
karena mengandung olok-olok. Saat siswa pertama bertanya kepada siswa kedua,
ia bertutur dengan santun dan baik-baik. Tetapi ternyata jawaban dari siswa kedua
tidak mengenakan karena ia menyombongkan diri, sebab dirinya sudah merasa
mampu mengerjakan soal dengan lancar. Akhirnya tuturan selanjutnya yang
dituturkan oleh siswa pertama sangatlah kasar. “kenemenen lakmu goblok!”. Dari
tuturan siswa pertama tersebut telihat sekali bahwa ia kesulitan mengerjakan soal
ujian. Lebih menyakitkan lagi, ternyata siswa kedua bukannya memberikan
semangat kepada temannya, tapi justru mengolok-olok dan menyombongkan diri.
Tuturan tersebut dikategorikan tuturan yang melanggar Maksim Kerendahan Hati.
Hari/Tanggal : Rabu, 7 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang menyuruhtemannya supayamemberi sampul padabuku yang dipinjamdari perpustakaan.
Siswa 1 : Bukumu ki mbokdisampul, mosok lencret ngono arepkok balekne.Siswa 2 : Sanguku kurang lek karotak ngge tuku sampul.Siswa 1 : Andak Sampul regane 300ae to, jan kere… lak ra kuat tuku taktukokne po piye?
PMKH 3
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada gengsi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Pembahasan :
Tuturan yang diucapkan oleh siswa di atas kurang enak didengar karena
mengandung olok-olok dan sindiran. Tuturan siswa pertama yang mengomentari
buku siswa kedua dijawab oleh siswa kedua dengan rendah hati tetapi siswa
pertama malah menyombongkan diri dan mengatakan bahasa yang tidak sopan
“Andak Sampul regane 300 ae to, jan kere”. Seharusnya siswa pertama kalau
mempunyai keinginan membelikan sampul siswa kedua tidak perlu
menyombongkan diri dan mengolok-olok.
Tuturan ini termasuk ke dalam Pelanggaran Prinsip Kesantunan dengan
Maksim Kerendahan Hati, karena telah meminimalkan ketidakhormatan pada diri
sendiri, dan memaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Hari/Tanggal : Jum’at, 9 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang tanyakenapa temannya keluarkelas belakangan waktuulangan harian.
Siswa 1 : Nyapo kok metu keri?Siswa 2 : Wong pinter yo ngene iki,ra koyok kowe. Goblok metu disek,nggenah lek ngawut!PMKH 4
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada gengsi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Pembahasan :
Ketika siswa pertama menanyakan kepada siswa kedua kenapa dia keluar
kelas belakangan waktu ulangan harian, dengan nada sombong siswa kedua
menjawab pertanyaan siswa pertama dengan kalimat “Wong pinter yo ngene iki”
dan mengucapkan kalimat yang tidak enak didengar yaitu “ra koyok kowe!
Goblok”.
Seharusnya siswa kedua tidak boleh mengucapkan hal yang demikian, karena
sangat menyakitkan hati siswa pertama apalagi dengan mengeluarkan kata
“goblok” yang sangat mengarah kepada prestasi.
Dari tuturan itu terlihat siswa kedua agak merendahkan temannya, bahwa
temannya tersebut tidak sepintar dirinya. Tuturan ini termasuk ke dalam
Pelanggaran Prinsip Kesantunan dengan Maksim Kerendahan Hati, karena telah
meminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan memaksimalkan rasa
hormat pada diri sendiri.
Hari/Tanggal : Selasa, 27 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yangmengomentari sepatubaru temannya.
Siswa 1 : Sepatumu kok apik.Siswa 2 : Lak nukone masku iki.Siswa 1 : Gek piro regane ngono ki?Siswa 2 : Yo mesti larang, palingnombokmu yo rakuat nukokne…hahhah.
PMKH 5
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada gengsi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Pembahasan :
Dalam tuturan di atas jelas sekali melanggar maksim kerendahan hati, karena
siswa pertama berusaha memaksimalkan lawan tuturnya. Namun yang terjadi
justru si lawan tutur yaitu siswa kedua justru berlaku tidak sopan.
Siswa pertama dalam tuturan di atas seharusnya berterima kasih telah dipuji
oleh siswa kedua, bukan malah mencela dengan mengatakan “Yo mesti larang,
palingno mbokmu yo rakuat nukokne”. Disini jelas terlihat bahwa ada
pelanggaran prinsip kesantunan Leech yaitu dalam maksim kerendahan hati.
Hari/Tanggal : Rabu, 11 April 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yangmemperlihatkan hapebarunya kepadatemannya.
Siswa 1 : Heh, hape ku anyar!Siswa 2 : Engko eroh pak Mul lo,disita engko.Siswa 1 : Bene pameri pisan, disitapaling melek hapeku. Wonge kan rakuat tuku hape ngene ki.
PMKH 6
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada gengsi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Pembahasan :
Tuturan yang diucapkan oleh salah satu siswa di atas mengandung
kesombongan. Saat siswa pertama memamerkan hape barunya kepada siswa
kedua, siswa kedua memberi peringatan kalau ketahuan gurunya bisa disita
dengan nada baik-baik tapi jawaban siswa pertama malah menyombongkan diri
dengan mengatakan bahwa gurunya tidak mampu membeli hape seperti miliknya.
Tuturan tersebut dikategorikan tuturan tidak santun dan melanggar prinsip
kesantunan maksim kerendahan hati.
5.2. Pelanggaran Maksim Kesepakatan.
Bila komunikasi dalam maksim ini diharuskan untuk meminimalkan
ketidaksesuaian antara dirinya dengan yang lain. Pelaku yang menaati maksim ini
akan dicap sebagai seorang yang santun dan selalu perhatian terhadap topik yang
dibicarakan. Dalam konteks umum atau kontroversial pelaku pelanggaran
terhadap maksim ini akan mendapat cap sebagai seorang yang tidak santun dan
tidak berwawasan luas. Yang terburuk, lawan tutur akan merasa enggan
berkomunikasi dengannya.
Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yangmembicarakan caramengajar gurunya.
Siswa 1 : Pak Mu lak ngulang janndak menakne, garai ngantuk.Siswa 2 : Jarene sopo? Cah gonmupancen goblok-goblok, lak nengkelasku malah akeh guyone.
PMKS 1
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Saat siswa pertama mengeluh tentang cara mengajar seorang guru. Siswa
kedua justru menjawab dengan menghina “Cah gonmu pancen goblok-goblok”.
Tuturan tersebut kurang enak didengar. Sasaran ujarannya mengarah kepada
prestasi. Seharusnya siswa kedua, tidak boleh mengucapkan hal yang demikian,
karena sangat menyakitkan hati.
Tuturan antara siswa tesebut melanggar maksim kesepakatan, karena telah
meminimalkan kesepakatan diantara mereka, dan memaksimalkan
keidaksepakatan diantara mereka. Maksim kesepakatan menggariskan setiap
penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kesepakatan diantara mereka, dan
meminimalkan ketidaksepakatan diantara mereka. Maksim kesepakatan
diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif.
Hari/Tanggal : Selasa, 13 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang menyuruhtemannya untuk segeramengisi tinta.
Siswa 1 : Isekno tinta ne,Siswa 2 : Sik tak nek perpus baleknebuku terus ngisi tinta.Siswa 1 : Tintamu isinen disek nyuk,kui selak digae.
PMKS 2
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Tuturan siswa pada tuturan di atas merupakan tuturan yang kurang enak
didengar dan mengandung olok-olok. Saat siswa pertama meminta bantuan
kepada siswa kedua untuk mengisikan tinta yang akan segera dipakai untuk
menulis dipapan tulis. Siswa kedua menjawab ingin mengembalikan buku
keperpustakaan terlebih dahulu. Mendengar jawaban siswa kedua, siswa pertama
merasa kata-katanya tidak di dengarkan oleh siswa kedua. Akhirnya siswa
pertama melontarkan nada kasar dan mengolok-olok dengan menyebut siswa
pertama dengan panggilan “nyuk”. Panggilan itu sama dengan hewan munyuk
yang berarti kera. Panggilan yang diucapkan oleh siswa pertama tersebut sangat
tidak memiliki kemanusiaan, karena menyamakan antara manusia dengan hewan.
Karena itu, tuturan diatas dikategorikan sebagai tuturan yang sangat tidak santun.
Hari/Tanggal : Rabu, 14 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang megajaktemannya membelijajanan di kantin.
Siswa 1 : Ayo nek kantine pakkiman.Siswa 2 : Cegeh, Koyok ra mbondoae, mending nek kopsis karo golekcoca cola.
PMKS 3
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada ekonomi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Saat siswa pertama mengajak siswa kedua untuk membeli jajanan ke salah
satu kantin yang ada di sekolah. Siswa kedua justru menjawab dengan sombong
dan ucapan yang menghina “koyok ra mbondo ae”. Tuturan tersebut kurang enak
didengar karena mengandung sindiran. Sasaran ujarannya mengarah kepada
ekonomi yang seolah-olah temannya tidak memiliki uang untuk membeli jajanan
yang lebih mahal. Seharusnya siswa kedua tidak boleh mengucapkan hal yang
demikian, karena sangat menyakitkan hati siswa pertama apalagi dengan
mengeluarkan kata ‘ra mbondo’ yang sangat mengarah kepada ekonomi seseorang
yang menyatakan dia miskin.
Tuturan antara siswa pertama dan siswa kedua tesebut melanggar maksim
kesepakatan, karena telah meminimalkan kesepakatan di antara mereka, dan
memaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka. Maksim kesepakatan
menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kesepakatan
di antara mereka, dan meminimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Hari/Tanggal : Rabu, 14 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Tuturan siswa yangmenjadi pengurusdengan siswa yangmembeli barang dikoperasi.
Siswa 1 : Hoe cah cilik, ki ra enekjujule, tak ngei permen yo?Siswa 2 : Halah, enek-enek….Panggah kok jujuli permen ae, sesoklak tuku dwitku tak ganti permen lo.Siswa 1 : Ojo ngewes ae, arep opoemoh?
PMKS 4
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Kejadian diatas terjadi di koperasi siswa saat seorang siswa sedang menjadi
petugas koperasi siswa yang melayani siswa lainnya. Saat siswa pertama
memberikan kembalian kepada siswa kedua dengan mengganti permen. Siswa
kedua tidak mau menerima permen tersebut karena sering menerima kembalian
dengan permen. Tapi jawaban siswa pertama malah sedikit tidak sopan “ojo
ngewes ae” padahal dia sedang berhadapan dengan pembeli yang seharusnya
lebih dihormati walaupun pembeli itu adik kelasnya.
Hari/Tanggal : Kamis, 15 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang mengeluhkarena tidak bisamengerjakan soal ujian.
Siswa 1 : Soal matematika jan garaipusing.Siswa 2 : Bocah lak ra gelem mikiryo ngongo kui, aku garap nyantaigene yo lancar jaya.Siswa 1 : Ngono ki yo pener tenan?Siswa 2 : Ngenyek, aku pinter orakoyok kowe.
PMKS 5
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Ketika siswa pertama mengeluarkan unek-uneknya kepada siswa kedua
tentang soal matematika yang membuatnya menjadi pusing ternyata siswa kedua
justru menjawab dengan ucapan yang menghina dan kurang enak didengar karena
mengandung sindiran. Karena mendengar ucapan siswa kedua maka membuat
siswa pertama menjadi tersindir oleh ucapan siswa pertama. Karena itu siswa
pertama menjawab dengan ucapan yang menyindir hasil pekerjaan siswa pertama
“ngono ki yo pener tenan?”. Karena mendengar ucapan yang bernada sindiran
siswa pertama, maka siswa kedua menjawab dengan nada sindiran dan sombong
“ngenyek, aku pinter ora koyok kowe”.
Hari/Tanggal : Kamis, 17 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang minta do’apada seorang satpammenjelang ujiannasional.
Siswa 1 : Om… Jaluk dungane.Satpam : Engko yo, sik repot.Siswa 1: Jan sombong, metekdosamu, dijaluki dungo ae gakgelem. Paling yo ora mandhidongomu!
PMKS 6
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Seorang siswa yang akan mengikuti ujian meminta do’a kepada satpam
disekolahnya. Ketika dia meminta do’a restu malah satpam itu menolak karena
masih sibuk. Mendengar ucapan satpam, siswa itu menjadi sangat kecewa dengan
mengucapkan “Jan sombong, metek dosamu, dijaluki dungo ae gak gelem” dan
kesal sehingga mengucapkan kalimat “Paling yo ora mandhi dongomu!.
Seharusnya siswa bersikap sopan, karena yang ia hadapi saat berbicara adalah
orang yang lebih tua yang seharusnya dihormati.
Hari/Tanggal : Senin, 19 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang memintatemannya menemani kekamar mandi.
Siswa 1 : Melu neng MCK njoh.Siswa 2 : Gah, cegeh mlaku aku.Siswa 1: Asem, titenono lakngongkon aku sok.Siswa 2 : Andak rono ae ra gelemdewe. Jan koyok cah cilik ngompoloae.
PMKS 7
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatan di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Tuturan yan diucapkan oleh kedua siswa diatas kurang sopan dan kurang
enak didengar. Saat siswa pertama meminta siswa kedua untuk mengantarkan ke
kamar kecil dengan nada menolak siswa kedua tidak mau mengantarkan. Karena
sangat kecewa dengan jawaban siswa kedua maka siswa pertama merasa marah
dan mengancam siswa kedua. Siswa kedua pun tidak terima dengan ancaman
siswa pertama maka siswa kedua mengucapkan kalimat sindiran “Jan koyok cah
cilik”. Seandainya siswa kedua menolak dengan menggunakan bahasa yang lebih
sopan maka tidak akan terjadi olok-olokan diantara mereka.
Hari/Tanggal : Rabu, 21 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang sedangmengembalikan daftarabsensi siswa padasalah satu karyawan tatausaha.
Siswa : Mbak, mbalekne turahandaftar absen.Karyawan : Ora iso boso to? Keknonek tempate.Siswa : Kesusu mbak, aku apeulangan tak kekne kene yo?
PMKS 8
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Tutuan diatas terjadi antara siswa dan salah satu karyawan di sekolah. Siswa
yang merasa karyawan masih muda maka dia seenaknya berbicara seperti dengan
temannya sendiri. Tuturan siswa diatas sangat tidak sopan karena lawan bicara dia
adalah orang yang lebih tua darinya. Seharusnya siswa tersebut mengatakan
dengan bahasa yang lebih sopan.
Tuturan siswa tesebut melanggar maksim kesepakatan, karena telah
meminimalkan kesepakatan di antara siswa dan karyawan, dan memaksimalkan
ketidaksepakatan di antara mereka. Maksim kesepakatan menggariskan setiap
penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kesepakatan di antara mereka, dan
meminimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Hari/Tanggal : Senin, 2 April 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang menitipkanbayaran untuk daftarulang kepada siswalainnya.
Siswa 1 : Wes mbayar daftar ulang?Siswa 2 : Ki arep mbayar.Siswa 1 : Titip yo!Siswa 2 : Cegeh, ra iso mlaku dewembrangkango. Cacat po pie!Siswa 1 : Tak mbayar dewe leknu.Siswa 2 : mbok yow ngunuw ranyusahne koncone.
PMKS 9
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Dalam tuturan di atas jelas sekali melanggar maksim kesepakatan, karena
siswa pertama berusaha memaksimalkan lawan tuturnya. Namun yang terjadi
justru si lawan tutur yaitu siswa kedua justru berlaku tidak sopan.
Siswa kedua dalam tuturan di atas seharusnya tidak mengucapkan kata yang kasar
“ra iso mlaku dewe mbrangkango” dan menyebut temannya “cacat”. Tuturan
siswa kedua pasti menyakitkan siswa pertama.
5.3. Pelanggaran Maksim Kesimpatian.
Penutur yang senantiasa selalu menaati maksim ini akan dianggap sebagai
seorang yang santun dan tahu akan pentingnya sebuah hubungan antarpersonal
dan sosial. Penutur akan dianggap sebagai seorang yang pandai memahami
perasaan orang lain.
Simpati adalah suatu model kesantunan dimana setiap pelaku tutur
diwajibkan untuk ikut memahami perasaan lawan tuturnya, terutama disaat lawan
tuturnya sedang sedih karena suatu persoalan. Dengan pemahaman rasa seperti ini
diharapkan lawan tutur menjadi sedikit terhibur atau merasa nyaman saat
melakukan transaksi komunikasi sosial bersama sang pelaku tutur.
Hari/Tanggal : Sabtu, 3 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang memintatolong kepadatemannya untukmembawakan tugasIPA ke ruang guru.
Siswa 1 : Engko tugase IPA gawanennek ruang guru yo ?Siswa 2 : Karo kowe lo, aku ra isogowo dewe.Siswa 1 : Aku arep nek UKS,awakku ra penak.Siswa 2 : Halah, bocah kokpenyakiten.
PMS 1
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesimpatian, karena pesertapertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkanrasa antipati kepada lawan tuturnya.
Pembahasan :
Ketika siswa pertama minta tolong kepada siswa kedua untuk membawakan
tugas dari gurunya dikarenakan dia tidak enak badan dan mau ke UKS. Tapi
jawaban dari siswa kedua malah tidak enak didengar dan tidak ada rasa simpati ke
temannya yang sedang sakit dia justru mengatakan “Halah, bocah kok
penyakiten”.
Tuturan siswa kedua tersebut melanggar maksim kesimpatian, karena peserta
pertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkan rasa antipati kepada
lawan tuturnya. Seharusnya siswa kedua tersebut memaksimalkan rasa simpati
dan meminimalkan rasa antipati saat siswa kedua mengatakan tidak enak badan.
Hari/Tanggal : Senin, 5 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang menayakankepada temannyatentang hasil olimpiadedi SMPN 1Sumbergempol.
Siswa 1 : Piye lakmu melokolimpiade wingi?Siswa 2 : Pesertane pinter-pinter, akuora oleh nomer.Siswa 1 : Kapok, goblok kemleletmelok olimpiade. Mbendinobimbingan gur bati kesel we.
PMS 2
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada prestasi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesimpatian, karena pesertapertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkanrasa antipati kepada lawan tuturnya.
Pembahasan :
Ketika siswa pertama menanyakan hasil olimpiade kepada siswa kedua.
Siswa kedua menjawab kalau dirinya tidak berhasil mendapatkan juara. Namun,
siswa pertama malah menghina dan mengolok-olok dengan sebutan “goblok”
bukannya bersimpati kepada temannya. Kata goblok merupakan salah satu kata
kasar yang sangat tidak enak didengar.
Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan dan prestasi. Tuturan
yang dituturkan oleh siswa pertama tersebut melanggar maksim kesimpatian.
Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim
kesimpatian ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalakn
rasa simpati, dan meminimalkan ras antipati kepada lawan tuturnya. Tuturan
siswa pertama tersebut justru sebaliknya. Yakni meminimalkan rasa simpati dan
memaksimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya.
Hari/Tanggal : Kamis, 12 April 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang memberikabar kepada temannyaada siswa yangkecelakaan.
Siswa 1 : Wingi Cahyadi tibo pasmulih sekolah.Siswa 2 : Ben dirasakne numpakmotor ugal-ugalan yo ngono kui.PMS 3
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesimpatian, karena pesertapertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkanrasa antipati kepada lawan tuturnya.
Pembahasan :
Tuturan dua siswa diatas kurang enak didengar. Saat siswa pertama bercerita
kepada siswa kedua tentang temannya yang kecelakaan. Namun siswa kedua
justru tidak bersimpati dan mengatakan “Ben dirasakne numpak motor ugal-
ugalan yo ngono kui”.
Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan. Tuturan yang dituturkan
oleh siswa kedua tersebut melanggar maksim kesimpatian. Maksim ini
diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim kesimpatian ini
mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalakn rasa simpati, dan
meminimalkan ras antipati kepada lawan tuturnya. Tuturan siswa tersebut justru
sebaliknya. Yakni meminimalkan rasa simpati dan memaksimalkan rasa antipati
kepada lawan tuturnya.
Hari/Tanggal : Kamis, 19 April 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang heranmelihat temannyamemakai sandal disekolah.
Siswa 1 : Nyapo gae sandal?Siswa 2 : Sepatuku durung garingkudanan wingi.Siswa 1 : Makane tuku sepatu nehkono, ancen sepatu kok mek sitok,elek pisan.
PMS 4
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesimpatian, karena pesertapertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkanrasa antipati kepada lawan tuturnya.
Pembahasan :
Tuturan diatas tidak enak didengar seharusnya siswa pertama tidak
mengatakan “ancen sepatu kok mek sitok, elek pisan” karena tidak semua siswa
mampu memiliki sepatu lebih dari satu. Seharusnya siswa pertama bersimpati
kepada temannya yang datng ke sekolah hanya dengan memakai sandal.
Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan. Tuturan yang dituturkan
oleh siswa pertama tersebut melanggar maksim kesimpatian. Maksim ini
diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim kesimpatian ini
mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalakn rasa simpati, dan
meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Tuturan siswa pertama
tersebut justru sebaliknya. Yakni meminimalkan rasa simpati dan memaksimalkan
rasa antipati kepada lawan tuturnya.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Setelah melakukan observasi terhadap tuturan langsung di SMP Negeri 1
Besuki, penulis menarik beberapa simpulan sebagai berikut :
1) Wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim
kerendahan hati yang diucapkan oleh siswa SMP Negeri 1 Besuki meliputi
kata-kata yang kurang sopan mengarah kepada kesombongan dan prestasi.
Siswa sering kali berbicara seakan dirinya yang lebih baik dari pada siswa
lainnya. Maksim Kerendahan Hati menuntut penutur untuk selalu mengurangi
pujian pada dirinya sendiri dan memaksimalkan cacian pada dirinya sendiri.
Pelaku komunikasi yang menaati maksim ini akan dianggap sebagai seorang
yang rendah hati dan tidak sombong.
2) Wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim
kesepakatan yang diucapkan oleh siswa SMP Negeri 1 Besuki, kebanyakan
siswa menyatakan ketidaksepakatannya dengan tuturan yang kurang enak
didengar. Bila komunikasi dalam maksim kesepakatan diharuskan untuk
meminimalkan ketidaksesuaian antara dirinya dengan yang lain. Pelaku yang
menaati maksim kesepakatan akan dicap sebagai seorang yang santun dan
selalu perhatian terhadap topik yang dibicarakan. Dalam konteks umum atau
kontroversial pelaku pelanggaran terhadap maksim ini akan mendapat cap
sebagai seorang yang tidak santun dan tidak berwawasan luas. Yang terburuk,
lawan tutur akan merasa enggan berkomunikasi dengannya.
3) Wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim
kesimpatian yang diucapkan oleh siswa SMP Negeri 1 Besuki adalah ketika
siswa mengetahui temannya mendapatkan musibah bukannya bersimpati tapi
malah mengeluarkan tuturan yang bernada kurang simpati. Penutur yang
senantiasa selalu menaati maksim ini akan dianggap sebagai seorang yang
santun dan tahu akan pentingnya sebuah hubungan antarpersonal dan sosial.
Penutur akan dianggap sebagai seorang yang pandai memahami perasaan
orang lain.
4) Berdasarkan data dari 50 siswa yang mengisi pada lembar kuisioner
menjawab pernah mengeluarkan kata kasar di sekolah sebanyak 56 %, 92 %
siswa tidak pernah mengucapkan kata tidak santun kepada guru disekolah, 90
% siswa sering mengucapkan kata yang kurang sopan dilingkungan luar
sekolah, 94 % akan marah jika ada temannya mengucapkan kata kasar kepada
dirinya, siswa yang sering mendengarkan temannya mengucapkan kata yang
kurang sopan sebanyak 78 % dan 96 % tidak pernah mendapatkan pelajaran
kesantunan berbahasa di kelas.
6. 2. Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan simpulan yang telah penulis kemukakan
di atas, pada bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1) Penulis berharap ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik terhadap realisasi
kesantunan berbahasa di lingkungan terminal, dengan kajian yang menarik,
sample yang lebih besar, dan teknik analisis yang lebih mendalam untuk
mendapatkan hasil kajian yang sempurna.
2) Seiring dengan masih jarangnya penelitian mengenai kesantunan berbahasa,
maka penelitian ini perlu mendapatkan perhatian dari para ahli bahasa.
Terutama dosen Bahasa Indonesia dari STKIP PGRI Trenggalek memberikan
bantuan demi melancarkan penelitian.
3) Berharap jika ada penelitian lanjutan, peneliti selanjutnya lebih berani
mengungkapkan fakta-fakta yang sebenarnya terjadi di lapangan, tidak
terpaku pada apa yang dilihat dan didengar saja.
DAFTAR RUJUKAN
Bogdan, R.C. dan Biklen, S.K.1982. Riset Kualitatif untukPendidikan. Terjemahan oleh Munandir. Jakarta: Depdikbud.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Dahlan, M.D. 1992. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalamKeluarga, di Sekolah dan di Masyarakat. Bandung : Diponegoro.
Dhieni. 1989. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Harras, Kholid A. Santun Berbahasa. Bandung : Universitas PendidikanIndonesia.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta : PT. Gramedia.
Lutfiah, Ida. 2007. Kesantunan Berbahasa di Lingkungan Podok Pesantren SunanDrajat Banjaranyar Paciran Lamongan dalamhttp://kesantunanberbahasa.wordpress.com/bab-i-pendahuluan/. Diaksespada 1 Maret 2012.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan oleh M.D.D. Okadari judul asli The Principles of Pragmatics. Jakarta: Penerbit UniversitasIndonesia.
Mahsun, 2005. Metode penelitian bahasa: tahapan strategi, metode dantekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Muslich, Masnur. 2006. Kesantunan Berbahasa Indonesia Sebagai PembentukKepribadian Bangsadalam http//researchengingnes.com/1006masnur2.html. Diakses padatanggal 28 Maret 2012.
Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja RosdaKarya.
Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistilk Kualitatif. Bandung: Tarsito
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik, Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.Jakarta : Erlangga.
Ruhendi Saefullah, Aceng. 2003. Pragmatik Dari Morris Sampai Van Dijk DanPerkembangannya Di Indonesia. Jurnal @rtikulasi volume 3. Bandung :FPBS.
Sumarsono, dan Paina Partama. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta : PustakaPelajar dan Sabda.
Supardo, Susilo. (1988). Bahasa Indonesia dalam Kontelcs. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan Dinas Pendidikan Tinggi: Jakarta.
Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Wicaksana, Muhlis Fajar. 2011. Pembinaan Bahasa Indonesia Pada MahasiswaMelalui Pengimplementasian Kesantunan Berbahasa Indonesia Yang BaikDan Benar Guna Memajukan Bahasa Persatuan Bangsa dalamhttp://muhlis-ikippgri-madiun.blogspot.com/2011/03/pembinaan-bahasa-indonesia-pada.html. diakses pada tanggal 28 Maret 2012.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.