KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI...

35
KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU> SUF DALAM AL-QUR‘A> N Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pengkajian Islam Konsentrasi Agama Bidang Humaniora Oleh: Oka Putra Pratama 21141200000054 Pembimbing Dr.Muhbib Abdul Wahab, MA KONSENTRASI BAHASA DAN SASTRA ARAB SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M/1439 H

Transcript of KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI...

Page 1: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

KESANTUNAN BERBAHASA:

PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Magister Pengkajian Islam Konsentrasi Agama Bidang Humaniora

Oleh:

Oka Putra Pratama

21141200000054

Pembimbing

Dr.Muhbib Abdul Wahab, MA

KONSENTRASI BAHASA DAN SASTRA ARAB

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M/1439 H

Page 2: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

I

Sekapur Sirih

Assala>mu ‘alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga menjadikan penulisan buku ini dengan judul

‚Kesantunan Berbahasa: Prosa Biografi Kisah Nabi Yu>suf Dalam al-Qur’an‛ dapat terselasaikan. Shalawat besertakan salam semoga terlimpah

curah kepada Nabi Muhammad Saw dan seluruh keluarganya, sahabat, dan

para pengikutnya.

Buku ini merupakan hasil penelitian penulis dalam menyelesaikan

jenjang pendidikan Magister S2 di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada Program Studi Pengkajian Islam dengan

mengambil konsentrasi Bahasa dan sastra Arab. Meskipun dalam penyusunn

tesis ini masih terdapat kekurangannya. Oleh sebab itu, saran dan kritik

yang membangun dari para pembaca, senantiasa peneliti harapkan guna

perbaikan tesis ini.

Dalam penyelesaian penelitian ini, tentu banyak hambatan dan

rintangan yang peneliti hadapi. Namun, penulis menyadari bahwa semua ini

adalah bagian dari proses, sehingga hal ini dapat dihadapi berkat dorongan

dan motivasi dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terima kasih

yang tak terhingga penulis haturkan kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan baik bersifat materil dan moril. Pertama kepada Prof.

Dr.Dede Rosyada, MA selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Prof. Dr.Masykuri Abdillah selaku direktur Sekolah Pascasarjana (Sps) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh jajaran pimpinanny, Prof Didin

Saepudin,MA, DR. JM.Muslimin, MA, seluruh karyawan dan karyawati tata

usaha, serta perpustakaan. Terutama mas Arif, mas Adam, Bang Rofiq dan

mbak Vemi yang tidak bosan-bosannya disibukkan oleh penulis.

Kedua, kepada bapak Dr.Muhbib Abdul Wahab, MA selaku dosen

pembimbing, penulis haturkan banyak terimakasih yang tak terhingga atas

kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

Selain itu tak lupa pula kepada seluruh dosen Sekolah Pascasarjana UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, Prof. Ahmad

Thib Raya, MA, Prof.Dr.Andi Faisal, MA, Dr.Ahmad Dardiri serta para

dosen lainnya yang turut serta memberikan sumbangsih pemikiran, gagasan

demi berkualitasnya penelitian ini.

Ketiga, penulis ucapkan banyak terima kasih yang begitu dalam

kepada ayahanda Syafmaidarli dan ibunda Elyda Warnita tercinta, serta

adik-adikku tercinta Kesturi Mardhatillah, Khalilullah, dan Bilqisti yang

telah memberikan motivasi dukungan dan doa yang sangat berharga hingga

Page 3: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

II

selesainya penelitian ini. Keihklasan, kesabaran, perhatian serta kasih

sayang mereka yang selalu mendoakan agar penulis mendapatkan

kesuksesan dalam menyelesaikan studi. Ku persembahkan buku ini untuk

kalian, buku ini akan menjadi titik awal penulis untuk selalu berkarya.

Keempat, ucapan terima kasih banyak kepada rekan-rekan dan

sahabt perjuangan di Sekolah Pascasarjana (Sps) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Nawir, Akmal, Buya Ihsan, Alfauzi, kedua Aziz, Tamam, Afif,

Aceng, Muammar, Hizbullah, Mas Anang,Sahlan, Fauzan, Anwar, Athoo’,

Masayu, Zulfa, Lia, mbak Lila, Syifa, Nurul, Izzah, serta sesepuh SPs, bg

Buya Arif, Buya Isya, bg Sofi, Fadil, mas Ainun, yang selalu meluangkan

waktunya untuk bertukar pikiran, ide, gagasan dam membantu penulis demi

kelancaran penyelesaian penelitian ini. Selanjutnya akan diulas seputar

persoalan isi buku secara ringkas berdasarkan penelitian yang terlah

dilakukan.

Mu’jizat seorang Nabi dianugrahkan oleh Allah kepada Hamba

pilihan tersebut biasanya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat

atau sesuai dengan trend, kebiasaaan yang berkembang di sekitar

masyarakat tersebut, misalnya saja Nabi Musa yang diberikan mu’jizat yang

tongkatnya dapat berubah menjadi seekor ular yang besar, karena pada

masanya lagi berkembang ilmu sihir, Nabi Isa yang memiliki mu’jizat

mampu menyembuhkan orang sakit hal ini tidak lepas dari faktor pada saat

masanya sedang berkembang ilmu kedokteran. Begitupun dengan Nabi

Yu>suf yang diberi kemu’jizatan yang dapat mena’wilkan mimpi.

Surat Yu>suf merupakan sebuah fenomenal tersendiri di dalam al-

Qura>n dikrenakan satu-satunya surah yang bercerita panjang lebar, dapat

pula dikatakan penceritaannya secara utuh tentang kisah seorang Nabi yaitu

Yu>suf a.s sesuai dengan nama suratnya. Bagi kalangan bahasa yang

menjadi perhatian adalah susunan cerita di dalam surat tersebut terdiri dari

rentetan peristiwa tutur yang begitu indah, panjang, gaya bahasa yang

santun sehingga layak untuk dikaji. Mestipun sudah banyak yang

menganalis surat ini akan tetapi dari segi kebahasaaan terkhsus kepada

domain pragmatik belum pernah dilakukan.

Keunikan lainnya surat ini memiliki nilai-nilai sastra instrinsik,

kisah yang diceriitakan secara lengkap yang berawal semenjak Yusuf.a.s

kecil hinga dewasa penuh dengan peristiwa-peristiwa, cobaan demi cobaan

yang menjadikannya sukses atau happy ending.adapun nilai intrinsik yang

dimaksud yaitu adanya tokoh, plot, latar dan tema. Kisah dalam surat Yu>suf

memuat beberapa tokoh yang terdiri dari tokoh utama dan tokoh pembantu,

beberapa diantaranya mengalami perubahan karakter yang menjadikan plot

cerita ini semakin menarik. Maka dengan pertimbangan beberapa hal

demikian, peneliti memposisikan surat tersebut layaknya sebuah hasil karya

Page 4: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

III

sastra yang memiliki nilai-nilai kesastraan yang nantinya akan diuraikan

satu persatu unsur-unsur tersebut.

Penelitian ini pula mencoba menjawab tantangan aliran yang

menganggap bahwa sebuah kalimat hanya sebatas makna struktur saja.

Persoalan sebuah kalimat yang dianalisis menjadi kata perkata yang

memiliki makna sesuai bentuk formalnya saja dan mengabaikan konteks

sebuah kalimat tersebut terjadi. Jadi persoalan kalimat hanya melihat dai

aspek struktur saja, padahal sebuah tuturan tidak terjadi begitu saja, ada hal

lain yang mempengaruhi makna atau maksud penutur dalam

menuturkannya.

Makna atau pesan yang dimaksud ketika berkomunikasi dalam

fenomena kebahasaan tidak selalu linier dengan bentuk formalnya, hal itu

menjadi berbeda berdasarkan konteks tuturan tersebut terjadi. Tuturan

dalam konteks kebahasaan lebih dari sekedar tuturan yaitu adanya tindakan

di dalam ujaran tersebut yang mesti diidentifikasi, diketahui, dan dipahami

oleh mitra tutur. Hal ini disebabkan satu bentuk bahasa (kalimat) memiliki

variasi fungsi yang berbeda dari bentuk formalnya, di samping itu dilakukan

demi mempertimbangkan wajah mitra tutur (harga diri) dan keharmonisan

komunikasi. Konteks yang dimaksud pada tataran pragmatik diantaranya

penutur, mitra tutur, tempat, tema dan hal-hal yang mebantu berubahnya

sebuah makna formal menjadi makna yang sesuai dengan keinginan penutur.

Penelitian ini mencoba pula untuk dibenturkan dengan seksualitas,

kritisme dan lain sebagainya untuk melihat bagaimana kesantunan

dihadapakan dengan hal-hal demikian. pada persoalan seksualitas misalnya

penceritaan kisah yang ditulis oleh Dian Utami, tentu itu menabrak

kebiasaan masyarakat indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai

kesantunan, banyak sekali kalimat-kalimat vulgar yang ditemukan di

dalamnya yang tidak menjaga ketabuan dalam budaya masyarakat

Indonesia, berbeda dengan surat Yu>suf yang memuat persoalan seks namun

dikisahkan dengan gaya, cara bahasa, tuturan yang santun. Pada masyarakat

Minang misalnya memanggil orang yang lebih tua tanpa didahulukan

dengan kata uda, abang atau kak menjadi tidak sopan, berbeda dengan

kebiasaaan orang Inggris bahkan memanggil orangtuanya dengan kata You

padahal jika ini digunakan dalam masyarakat Minang atau Indonesia

umumnya tentu saja ini menjadi pelanggaran kesantunan berbahasa.

Pada buku ini pembaca akan disuguhkan bagaimana peneliti

menganalis, memformat bentuk tindak tuturan santun berdasarkan

pendekatan pragmatik, Balaghah dan pendekatan pendukung lainnya. Di

samping itu ada pula beberapa adab yang mesti dipatuhi dalam sebuah

percakapan berdasarkan penelitian ini.

Page 5: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

IV

Semoga Allah membalas kebaikan semua pihak yang telah berjasa

kepada penulis dengan imbalan pahala kebaikan berlipat ganda dan

kesuksesan. Penulis menyadari bahwa penelitian ini mempunyai banyak

kekurangan, dikarenakan keterbeatasan penulis. Untuk itu, kritik dan saran

sangat diharapkan guna sempurnanya penelitian ini.

Wassalamu Alaikum. Wr. Wb.

Peneliti, 16 Oktober 2017

Oka Putra Pratama

NIM : 21141200000054

Page 6: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

IV

Abstrak

Penelitian ini menunjukkan bahwa kesantunan berbahasa dalam bahasa arab

itu lebih fungsional, maksudnya lebih mementingkan aspek moral ketimbang

kevulgarannya. Hal ini dibuktikan dengan gaya bahasa al-Qura>n yang santun,

pilihan kata yang bagus (diksi), ungkapannya baligh, sesuai dengan situasi dan

kondisi ketika memuat persoalan yang tabu, tanpa menghilangkan fungsi

ketabuan tersebut, seperti yang tergambar dalam surah Yu>suf. Pembaca diajak

untuk lebih fokus kepada pesan yang ingin disampaikan, baik dari aspek

kesantunan, isi (moral), dan adab ketimbang harus sibuk dengan mempersoalkan

nama, tempat, waktu dan validitas sejarah.

Penelitian ini senada dengan Mahdi Moghaddasi-nia dan Sayyed Ali

Asghar Soltani (2015), bahwa perbedaan status sosial, agama, dan politik akan

memiliki perbedaan kecenderungan dalam berkomunikasi. Ahmad Mutawakkil

(1985) dan Leech (1983) menyatakan bahwa upaya menguak hakikat bahasa

tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari pemahaman terhadap

pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi. Serupa

dengan Leech, George Yule (1996) menyatakan bahwa, komunikasi tidak hanya

memahami makna kata, tetapi juga harus mempertimbangkan maksud penutur

yang dituturkan.

Adapun metode penelitian ini memakai studi pustaka (library research). Sumber primer tesis ini adalah dialog Nabi Yu>suf dalam al-Qura>n surah Yu>suf

dan sumber sekundernya adalah bahan-bahan yang terkait dengan objek ini,

seperti dari penelitian, buku, majalah, jurnal dan surah kabar. Kemudian

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan teori tindak tutur yang

merupakan bagian dari domain pragmatik. Tindak tutur digunakan untuk

meneliti bagaimana bentuk, fungsi serta konteks tuturan yang terjadi

didalamnya. Sementara teori bantunya adalah sastra intrinsik, untuk mengupas

unsur-unsur yang membentuk prosa biografi dalam surah Yu>suf. Serta

mendiskusikan antara kesantunan dengan humanisme, objektif, kritisisme,

keadilan, dan kekuasaan.

Kata Kunci : Kesantunan berbahasa, prosa biografi, Sastra, Surah Yu>suf.

Page 7: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

5

Page 8: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

V

ملخص

ألن يالحظ ،اوظيفي ربيةعيف اللغة ال اللغوى التلطف و السالم تبني انيقصة يوسف عل عندراسة ىذه اليدة اجلاختيار كلمة ،و يؤكد على ىذا البيان بأساليب القران احملظورة. شيئ عن جانب األخالقي من

كما يصور يف سورة ،هاد وظيفييفقتبدون ظورةاحلال حينما يتكلم ان مشكلة احمل فقا مبقتضىو ،كالم بليغ .وعلى حق التاريخ ،الوقت ،املكان ،من جانب اإلسم القارء إىل رسالة اليت واردةيدعو يوسف.

اختالف الوضع)، أن 5102غر سلطاين( نيا و سيد علي أص-مهدي مقداسي ؤيدتىذه الدراسة ( و 0892) التواصل. يقول أمحد متوكلكون هلا اجتاىات خمتلفة يف تجتماعي والديين والسياسي ساال

يعين الرباغماتية، دون فهم رجوةر اللغة لن حتقق النتائج املالكشف عن جوى ة( أن حماول0891ليتش )( ينص على أن التواصل ال 0881التواصل. على غرار ليتش، جورج يول ) اللغة عند كيف يتم استخدام

.تأخذ بعني االعتبار نوايا املتكلمني املنطوقة، ولكن أيضا أن فقط الكلمات فهم يعين جمرد

و عليو السالم الة ىو حوار النيب يوسفهلذه الرس املصدر الرئيسيو . املكتيبالبحث هوفالدراسة أما منهجمستمدة من البيانات املأخوذة من الكتب واملقاالت واجملالت فهي يةثناو أما املصادر ال .فيوس سورةيف املخاطب

مث اتية،مجالربا اجملالالذي ىو جزء من االفعال الكالمياملستخدم ىو هنج نظرية مث النهج .باملوضوعاملتعلقة ومع ذلك استعمل. ارية عند التحدثظيفة وسياق الكالم اجلالو و شكلال عرفةمل االفعال الكالمياستخدم

مث ف. يوس ةالذاتية يف سور ثر السرية نالعناصر اليت تشكل عن لكشف، لكنظرية اضافية األدب اجلوىري .اإلنسانية، واهلدف، والنقد، والعدالة، والسلطة و لياقةناقشة بني الامل

.فسورة يوس ثر السرية،ن ،اتيةربامج، الالتلطف اللغوىكلمات البحث:

Page 9: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

VI

Abstract

This study shows that politeness in Arabic language is more functional,

meaning more concerned with the moral aspect than taboo. This is evidenced by

the polite style of al-Qura> n, a good choice of words (diction), the expression is

baligh, according to the circumstances when it contains taboo issues, without

removing the gray function, as illustrated in sura Yu> suf . Readers are invited to

focus more on the message to be conveyed, both in terms of politeness, content

(morality), and attitude rather than being preoccupied with questions about names,

places, times and the validity of history.

This study is similar to Mahdi Moghaddasi-nia and Sayyed Ali Asghar

Soltani (2015), that differences in social, religious, and political status will have

different trends in communication. Ahmad Mutawakkil (1985) and Leech (1983)

argue that attempts to uncover the essence of language will not bring about the

expected results without an understanding of pragmatics, ie how they are used in

communication. Similar to Leech, George Yule (1996) states that communication

not only understands the meaning of words, but also has to take into account the

intentions of the speakers spoken.

The method of this study using library research (library research). The

primary source of this thesis is the dialogue of the Prophet Yu>suf in al-Qura> n Yu's

letter> suf and its secondary source are the materials associated with this object,

such as from research, books, magazines, journals and newspapers. Then the

approach used is a speech act theory approach that is part of the pragmatic domain.

Speech action is used to examine how the form, function and context of the speech

that occurs therein. While his theory of help is intrinsic literature, to peel away the

elements that make up the biographical prose in sura Yu> suf. And discuss between

politeness with humanism, objectives, criticism, justice, and power.

Keywords: Language, Literature, Surah Yu> suf.

Page 10: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

VII

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ALA-LC ROMANIZATION TABLES

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin

Alif A ا

Ba B ب

Ta T ت

Tha th ث

Jim j ج

H{a h} ح

Kha kh خ

Dal d د

Dhal dh ذ

Ra r ر

Zay z ز

Sin s س

Shin sh ش

{S}ad s ص

Dad{ d ض

T{a t} ط

Z{a z} ظ

‘ Ayn‘ ع

Ghayn gh غ

Page 11: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

VIII

Fa f ؼ

Qaf q ؽ

Kaf k ؾ

Lam l ؿ

Mim m ـ

Nun n ف

Wawu w و

Ha h هػ

Ya y ي

2. Vokal

Seperti halnya bahasa Indonesia, vokal dalam bahasa Arab meliputi: vokal

tunggal [monoftong] dan vokal rangkap [diftong].

a. Monoftong

Tanda Nama Huruf Latin

ــــ Fath}ah a

Kasrah i ــــ

ــــ D}ammah u

b. Diftong

Tanda dan Huruf Nama Gabungan Huruf

ــــ ي Fath}ah dan Ya ay

ـــــ و Fath}ah dan Wawu aw

3. Maddah

Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda

ـا ــىـــــ ــــــــ Fath}ah dan Alif atau

Ya

a>

ــــ ي Kasrah dan Ya i>

و ـــــ D}ammah dan Wawu u>

4. Ta Marbut}ah

Page 12: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

IX

Ta Marbut}ah yang berharakat sukun (mati) dan diikuti kata lain [dalam

istilah bahasa Arabnya posisinya sebagai mud}a>f], maka transliterasinya t. Akan

tetapi, apabila tidak diikuti dengan kata lain atau bukan sebagai posisi mud}a>f, maka menggunakan h. Contoh:

al-Bi>’ah البيػئػػػػػػػػػػػػػػػة

Kulli>yat al-A<da>b ك لية اآلداب

Page 13: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

X

Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................ I

Abstrak Bahasa Arab…………………………………..…………………………. IV

Abstrak Bahasa Inggris ..................................................................................... V

Abstrak Bahasa Indonesia………………………………………………………...VI

Pedoman transliterasi Arab-Latin…………………………………………….......VII

Daftar Isi ......................................................................................................... X

A. BAB I: Pendahuluan…………………………………………………… 1

B. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

C. Permasalahan…………………………………………………………….. 10

1. Identifikasi Masalah………………………………………………… 10

2. Perumusan Masalah…………………………………………………. 10

3. Batasan Masalah…………………………………………………….. 11

D. Tujuan dan Urgensi Masalah…………………………………………….. 11

E. Signifikansi Masalah…………………………………………………….. 11

F. Penelitian Terdahulu Yang Relevan…………………………………….. 11

G. Metode Penelitian……………………………………………………….. 16

H. Sistematika Penulisan…………………………………………………… 18

BAB II: Bahasa, Sastra dan Konteks Kesantunan……………………………….. 21

A. Teori Sastra Moder………………………………………………………. 21

B. Prosa Biografi……………………………………………………………. 21

C. Sistem Bahasa dan Fungsi Bahasa………………………………………. 22

D. Dimensi Fungsional Bahasa……………………………………………... 24

1. Pragmatik……………………………………………………………. 24

2. Tindak tutur…………………………………………………………. 27

3. Ilmu Ma’ani…………………………………………………………. 29

4. Kesantunan………………………………………………………….. 30

E. Alat Ukur Kesantunan Berbahasa……………………………………….. 36

1. Prinsip Kerjasama……………………………………………………. 36

2. Skala Kesantunan …………………………………………………… 37

a. Skala Kesantunan Leech………………………………………… 37

b. Skala Kesantunan B&L…………………………………………. 41

F. Dilema Kesantunan………………………………………………………. 42

1. Kesantunan dan Seksualitas…………………………………………. 42

2. Kesantunan dan Objektifitas………………………………………… 43

3. Kesantunan dan Kritisisme………………………………………….. 44

4. Kesantunan dan Keadilan……………………………………………. 44

Page 14: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

XI

5. Kesantunan dan Kekuasaan………………………………………….. 45

BAB III: Surah Yu>suf dalam Tinjauan Sastra…………………………………… 47

A. Prosa Sebagai Hasil Karya Sastra…………………………………… 47

B. Struktur Prosa Biografi……………………………………………… 49

1. Sinopsis Prosa Biografi…………………………………………. 49

2. Tokoh……………………………………………………………. 57

3. Alur…………………………………………………………….... 58

4. Latar…………………………………………………………….. 58

5. Tema…………………………………………………………….. 59

C. Prosa Biografi Surah Yu>suf…………………………………………. 60

1. Tokoh……………………………………………………………. 60

2. Alur……………………………………………………………… 67

3. Latar…………………………………………………………….. 70

4. Tema…………………………………………………………….. 73

BAB IV: Kesantunan Berbahasa Pada Surah Yu>suf………………………..……. 75

A. Adab Yang Hilang Pada Surah Yu>suf…………………………………… 75

1. Keikhlasan dan Ketulusan Niat……………………………………… 75

2. Memilih Waktu Yang Tepat Untuk Hiwa>r………………………….. 77

3. Diksi Yang Bagus……………………………………………………. 77

4. Ilmu Tentang Subtansi Hiwa>r……………………………………….. 78

5. Sabar dalam Hiwa>r…………………………………………………... 79

B. Bentuk Tindak Tutur Santun……………………………………………. 80

1. Dialog Hubungan Antara Ayah dan Anak…………………………... 80

2. Dialog Hubungan Antara Senior dan Junior………………………… 84

3. Dialog Hubungan Antara Teman Sejawat…………………………... 88

4. Dialog Hubungan Antara Anak dan ibu Angkat………………….…. 93

5. Dialog Hubungan Antara Penguasa dan Rakyat…………….………. 96

6. Dialog Hubungan Antara Kakak dan Adik……………………….…. 97

7. Dialog Hubungan Antara Sang Pencipta dan Hamba Pilihan……..... 99

8. Dialog Hubungan Antara Yang Berkedudukan Tinggi dan Rendah..100

C. Kategori Kesantunan…………………………………………………… 101

1. Kesantunan dan Seksualitas………………………………………... 101

2. Kesantunan dan Objektifitas…………………………………….…. 105

3. Kesantunan danKritisisme…………………………………………. 112

4. Kesantunan dan Keadilan…………………………………………... 115

5. Kesantunan dan Kekuasaan………………………………………… 118

BAB V: Penutup……………………………………………………………….... 125

A. Kesimpulan……………………………………………………………... 125

B. Saran……………………………………………………………..……... 126

Daftar Pustaka

Page 15: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

XII

Glosarium

Indeks

Page 16: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut kaum fundamentalisme1, surah Yu>suf sangat kental

bercerita tentang cinta, sehingga kaum ini merupakan yang pertamakali

dalam kalangan islam yang menolak surah tersebut sebagai bagian dari al-

Qura>n. Kaum tersebut adalah aliran khawarij al-Ja>ridah sebagai mana yang

diungkap oleh Syahrastani dalam kitab agungnya Milal Wa Nihal.2

Pada surah Yu>suf terdapat tanda-tanda bagi mereka yang bertanya-

tanya, seperti yang tertera pada ayat 7. Menurut Rasyid Ridha tanda-tanda

yang dimaksud dalam surat ini adalah, tanda-tanda yang jelas, nyata dengan

keberadaanya. Hakikatnya, kemu’jizatannya, bentuknya bukanlah perkataan

manusia. Ungkapan itu merupakan Kalamullah yang berisikan informasi

tentang agama dan keselamatan dunia akhirat.3

Surah yang sepanjang isinya menceritakan Nabi Yu>suf, hanya

terdapat pada surat ini, tidak diulang pada surah lain, uslubnya menarik,

penuh kasih sayang, simpati, dan belas kasihan. Hal ini menjadi keunikan

tersendiri bagi surah Yu>suf.

Kisah merupakan salah satu media al-Qura>n untuk menyampaikan

pesan-pesan ilahi. 4

Tujuan utama diturunkannya al-Qura>n adalah untuk

1 Fundamentalisme adalah paham atau gerakan keagamaan yang bersifat kolot dan

reaksioner, yang selalu merasa perlu kembali pada ajaran agama yang asli seperti yang

tersurah dalam kitab suci, yang cenderung memperjuangkan keyakinannya secara radikal.

Untuk lebih lanjut lihat Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern (Jakarta:

Rajawali pers, 2012), 88. 2 Al-Ima>m Abi> fath Muhammad Ibnu ‘Abdu al-Kari>m as-Syahrastani>, al-Milal wa al-

Nihal, Bi>rut: Da>ru al-Kutub al-‘Alamiyyah, 1992), 124. 3 Sali>m bin ‘Abdi al-Hila>li, Ittiha>fu al-Ilfi bi Zikri al-Fawa>id al-Alfi wa al-Nayfi min

Su>rah yu>suf, (Maktabah al-Rusydi Na>syiru>n: Riya>dh, 2003), 9. 4Kisah menurut Khalafullah adalah sebuah karya sastra yang dihasilkan melalui daya

imajinasi dan daya konsepsi pengisah terhadap kejadian tertentu. Kejadian tersebut bisa saja

dialami atau tidak dialami oleh orang tertentu. Adapun kebenaran terjadinya kejadian dalam

kisah dapat dilihat dari kerangka kisah yang disusun berdasarkan seni retorika kisah.

Khalafullah membagi kisah di dalam al-Qura>n dalam tiga model: Pertama, model sejarah

yaitu kisah al-Qura>n yang ide ceritanya berputar sekitar tokoh-tokoh sejarah seperti para nabi

dan rasul. Inilah kisah-kisah al-Qura>n yang oleh penafsir klasik teks-teksnya dianggap sebagai

teks-teks sejarah yang valid. Kedua, model perumpamaan yaitu kisah al-Qura>n yang

digunakan untuk menjelaskan, menerangkan dan menafsirkan sesuatu yang abstrak. Oleh para

penafsir klasik kejadian-kejadian dalam perumpamaan ini tidak dikategorikan sebagai

realitas sejarah seperti yang pertama. Bahkan perumpamaan ini menurut mereka boleh dari

khayalan atau fiktif belaka. Ketiga, model mitos atau legenda yaitu kisah-kisah al-Qura>n

yang diadopsi dari salah satu mitos atau legenda yang dikenal dalam satu kaum. Bisanya

penggunaan legenda ini dimaksudkan untuk mendukung argumentasi-argumentasi ilmiah.

Page 17: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

2

mengajak manusia agar beriman.5 Melalui penggalan ayat-ayatnya, Al-

Qura>n mampu menyentuh jiwa dan menggerakkan kemauan serta

memberikan pengalaman kongkret bagi pembacanya. Di antara kisah-kisah

tersebut ada yang disebut dengan model sejarah, yaitu kisah al-Qura>n yang

ide ceritanya berputar sekitar tokoh-tokoh sejarah seperti para nabi dan

rasul. Inilah kisah-kisah al-Qura>n yang oleh penafsir klasik teks-teksnya

dianggap sebagai teks-teks sejarah yang valid. Sedangkan alat yang

digunakan dalam menyampaikannya adalah Bahasa Arab.

Salah satu surah yang diwahyukan berupa kisah adalah surah Yu>suf6,

yang di dalamnya terdapat banyak komunikasi (dialog). Adapun komunikasi

(dialog) ini tersusun dari rentetan peristiwa tindak tutur, yang mana rentetan

itu melibatkan antara penutur dan mitra tutur (pendengar). Dalam bertutur

seseorang tidak hanya menyampaikan pesan sebatas wujud formal saja, akan

tetapi mengandung tindakan yang terimplisit. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh J.L Austin bahwa dengan berbahasa kita tidak hanya

mengatakan sesuatu (To make Statements), melainkan melakukan sesuatu

(Perform Actions).7

Dalam fenomena kebahasaan, makna atau pesan yang dimaksud

dalam berkomunikasi (Dialog) oleh penutur, tidak selalu linier dengan

bentuk formalnya(ujaran) akan tetapi menjadi berbeda berdasarkan konteks

tuturan itu terjadi. Hal ini disebabkan satu bentuk bahasa memiliki variasi

fungsi, serta untuk menjalin komunikasi yang baik antara penutur dan mitra

tutur. Upaya untuk menentukan tindakan dari sebuah tuturan yang terjadi

dalam dialog bedasarkan konteks tersebut, dapat dilakukan dengan

pendekatan pragmatik.8 Pragmatik merupakan kajian bahasa berdasarkan

fungsinya. Yule menjelaskan bahwa dalam sebuah komunikasi tidak hanya

memahami makna kata, namun juga mesti mempetimbangkan maksud

Lihat Muhammad A.Khalafullah, al-Fannu al-Qashashi> fi al-Qura>n al-Kari>m (Mesir:

Maktabah al-Nahdhah al-mishriyyah, 1951), 312-313. 5 Lihat Sayyid Qutb, Ma’a>li>m Fi> Tari>q al-Qura>n (Bi>rut: Da>r al-shuru>q, 1979), 20-21 6Surah Yu>suf merupakan kisah yang termasyhur dalam al-Qura>n, salah satu kemuliaan

surah Yu>suf dibanding surah lain adalah tidak ada pengulangan cerita Yu>suf di surah lain

kecuali hanya satu kali di dalam surah itu sendiri. Selain itu, surah ini menceritakan

bagaimana Yu>suf dijaga kemuliaan farjinya, dibandingkan dengan kisah nabi lain. Lihat lebih

lanjut Sukba>nu ‘Abdullah Muhammad, al-I’ja>zu al-Ta’tsi>ri Fi> Su>rah Yu>suf, Majalatu al-

Dira>sa>h al-ta>ri>khiyyah wa al-Hadha>riyyah, Vol.4.No.14. 2012, 18. 7 Tri Sulistyaningtyas, ‚Diksi Dalam Wacana Iklan Berbahasa Indonesia. Suatu

Kajian Sosiopragmatik‛, Sosioteknologi, Edisi 15, (7 Desember 2008): 499. 8 Pragmatik mempelajari apa saja yang termasuk struktur bahasa sebagai alat

komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Serta sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang

sifatnya ekstralinguistik. Lihat J.W.M Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum (Yogyakarta:

Gadjah Mada UniversityPress, 1996), 9-16.

Page 18: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

3

tuturan penutur. Kajian mengenai maksud penutur inilah yang disebut Yule

dengan Pragmatik.9

Surah Yu>suf merupakan surah Makkiyah yang terdiri dari 114 ayat,

yang dipaparkan secara sempurna dan dalam pelbagai bidang kehidupannya.

Diceritakan pula berbagai macam ujian dan cobaan yang menimpanya, serta

sikap beliau ketika itu khususnya dalam berbahasa. Karena dalam kondisi

serumit apapun al-Qur’an menceritakan nabi Yu>suf selalu menjaga

Tuturannya. Cobaan itu dapat diperhatikan yang bermula mendapatkan

gangguan dari saudara-saudaranya, dilemparkan masuk ke dalam sumur tua,

selanjutnya terdampar ke negeri yang jauh(Mesir), lalu rayuan wanita cantik

kaya dan merupakan istri penguasa, dan bagaimana pada akhirnya sukses

setelah berhasil istiqamah dan bersabar. Menurut Quraish Shihab10

sabar dan

istiqamah itulah yang menjadi kunci keberhasilan, dan hal tersebut pula

yang dipesankan kepada nabi Muhammad SAW pada akhir surah Hu>d.

Kendatipun mengalami berbagai macam cobaan, al-Qura>n tetap menjaga

nabi Yu>suf dalam bertutur. Selain itu ada hal uni yang terdapat pada surah

ini yaitu, mengandung nilai sastra intrinsik. Jika hendak menghasilkan

sebuah karya sastra(prosa biografi) yang berkualitas, hendaklah merujuk

kepada surah ini.

Sastra merupakan kumpulan teks-teks tertulis yang terkandung di

dalamnya ide-ide baik berupa karangan atau seni tulisan.11

al-Qura>n

bukanlah merupakan hasil sebuah karya sastra, namun di dalamnya memiliki

nilai-nilai sastra yang sangat tinggi, bahkan disebut sebagai kitab sastra

terbesar. Sebagai korpus yang telah selesai, tidak ada jalan lain untuk

menelitinya melainkan melalui teks. Sebagaimana yang telah disebutkan

diawal, al-Qura>n bukan merupakan hasil sebuah karya sastra, namun

memiliki nilai sastra yang sangat tinggi. Hemat peneliti, surah Yu>suf

memiliki nilai sastra yang mengandung unsur intrinsik. Karena didalamnya

terdapat plot, tema, latar, dan tokoh, sehingga surah Yu>suf bisa dikatan

sebagai prosa jenis biografi.12

Meskipun jenis karya sastra berbeda-beda,

namun menurut Vladimir Propp13

pada dasarnya memiliki peran karakter

9 George Yule, The Study of Language (New York: Cambridge University Press,

2010), 127. 10 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Cet.I, 376. 11 Hanna al-Fa>khuri, Tari>kh al-A>dab al-‘Arabi (al-Maktabah al-Bu>li>siyah, 1987), 34. 12Hal ini didukung oleh Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern

(Jakarta: Rajawali pers, 2012), 88. 13Vladimir Propp merupakan kritikus Rusia dan juga penulis cerita rakyat. Bukunya

yang terkenal dan sudah diterjemahakan adalah MorfologyFolk Tale (pertama kali

diterbitkan pada tahun1928) dalam Gill Branston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book (London: Routledge, 2003), 33.

Page 19: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

4

yang bisa dikelompokkan menjadi delapan.14

Berdasarkan pendapat itu

peneliti akan mengklasifikasikan karakter tersebut dalam surah Yu>suf.

Karena keberadaan karakter itu pula yang telah membentuk sebuah

komunikasi melalui tuturan-tuturan. Sehingga ada pentingnya ditentukan

terlebih dahulu karakter tersebut, sebelum meneliti tindak tutur lebih lanjut.

Tuturan merupakan suatu tindakan, tindakan manusia dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan non verbal. Bertutur itu

merupakan tindakan verbal, produknya adalah tuturan. Tindak verbal adalah

tindak yang mengekpresikan kata-kata/bahasa. Tuturan tidak hanya

menyatakan sesuatu, atau menginformasikan sesuatu, namun berfungsi

untuk melakukan tindakan yang dimaksud. Sebagai suatu tindakan tidak

ubahnya sebagai tindakan mencubit. Hanya saja bagian tubuh berperan yang

berbeda. Pada tindakan mencubit tentu tangan yang berperan, sedangkan

bertutur alat ucaplah yang berperan.

Karya sastra tidak lahir di ruang yang hampa, keberadaannya

menuntut pembaca untuk memahaminya dari pelbagai aspek.15

Apalagi allah

SWT mewahyukan al-Qura>n kepada Nabi Muhammad yang membawa misi

tertentu. Salah aspek yang menjadi fokus penelitian ini adalah dari aspek

bahasa. Ada dua unsur yang mesti dipahami dari sastra, yaitu unsur intrinsik

dan ekstrinsik. Unsur intrinsik menuntut pembaca untuk memahaminya dari

karya itu sendiri, di dalamnya terdapat unsur plot, alur, latar, dan tokoh.

Sedangkan unsur ekstrinsik, pembaca dituntut memahami hasil karya sastra

dari unsur yang berada diluarnya. Unsur ini mengaitkan bahwa sastra erat

kaitannya dengan keadaan sosial, politik, dan geografis sastra itu lahir.

Sebagaimana yang telah disampaikan di awal, Untuk surah Yu>suf termasuk

ke dalam kategori sastra intrinsik.

Fungsi utama sastra16

selain penyampaian pesan adalah

estetika(keindahan). Karena ia dibungkus dengan bahasa, maka ia masih

14Vladimir Propp dalam Gill Branston dan Roy Stafford, The Media Student’s Book,

33-34. Telah meneliti ratusan contoh jenis cerita rakyat, untukmelihat strukturnya. Dia

berpendapat bahwa meskipun pada dasarnya ada perbedaan pada cerita-cerita tersebut, tetapi

peran karakter bisa dikelompokkan menjadi delapan, yaitu: 1)Penjahat (Villian), 2)Pahlawan

(Hero), 3)Donor , 4)Penolong (Helper), 5)Putri (Princess), 6)Ayah (Father), 8)Dispatcher, 9)False Hero

15Terry Egleaton, Teori Kesusastraan (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka,

1988) Pent. Muhammad H.J Salleh, 4. 16Menurut beberapa ahli, sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta

artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui

bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia

(kemanusiaan), Mursal esten (1978: 9). Sastra juga merupakan suatu bentuk dan hasil

pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa

sebagai mediumnya, Semi, (1988: 8). Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki

berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan

Page 20: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

5

memiliki fungsi utama bahasa yaitu komunikasi. Kendatipun bahasa sastra

memiliki bentuk yang berbeda dengan bahasa sehari-hari, namun keduanya

sama-sama menyampaikan pesan kepada pembaca/pendengar.

Bahasa merupakan salah satu bagian yang penting bagi manusia,

dengan bahasa manusia dapat berinteraksi, bermasyarakat, dan bekerja sama

dengan orang lain. Karena pada hakikatnya bahasa adalah alat komunikasi.

Tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi secara sempurna dalam

penyampaian pesan.17

Komunikasi juga merupakan satu tindakan mendorong

pihak lain untuk menginterpretasikan suatu ide dalam cara yang diinginkan

pembicara atau penulis. Pembicara merupakan orang yang melakukan

aktivitas bicara, sehingga bentuk pesan yang disampaikan berupa lisan.

Sementara penulis merupakan orang yang melakukan aktivitas tulis,

sehingga bentuk pesan yang disampaikan berupa tuturan tertulis.

Menurut Rogers18

komunikasi adalah proses suatu ide yang

dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud

mengubah perilaku. Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh perilaku

orang lain karena telah terjadi komunikasi atau hubungan, baik dalam

komunikasi iterpersonal maupun komunikasi kelompok. Pengertian lain

menurut Changara19

, komunikasi adalah sesuatu yag tidak bisa dipisahkan

dari aktivitas seorang manusia. Tentunya dalam hal ini masing-masing orang

mempunyai cara sendiri mengenai tujuan apa yang akan didapatkan dan

melalui siapa. Menurut sifatnya komunikasi dibedakan menjadi dua, yaitu

Komunikasi Diadik (Communication Dydic) dan komunikasi kelompok kecil

(Small Group Communication). Komunikasi diadik adalah proses

komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka.

Sementara komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang

berlangsung antara dua orang atau lebih secara tata muka yang anggotanya

berinteraksi satu sama lain.

ungkapannya., Panuti Sudjiman (1986: 68). Kesusastraan adalah kegiatan seni yang

mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alat, dan bersifat imajinatif,

Ahmad Badrun (1983: 16). Sastra adalah karya tulisan yang mencatatkan bahasa harian dalam

berbagaicara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjang tipiskan dan

dibalikkan serta dijadikan ganjil, Egleton (1988:4). Memaparkan bahwa sastra itu adalah

lembaga sosisal yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan

ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah

suatu kenyataan sosial, Sapardi (1979: 1). Sastra adalah karya cipta atau fiksi yang bersifat

imajinatif atau sastra adalah penggunaan bahasa yang indah dan berguna untuk menandakan

hal-hal lain.Yoseph Yapi Taum, (1997: 13). 17Dalam Santoso, Imam, Seni Komunikasi Kunci Sukses Abad Ini (Semarang: Media

Wiyata, 1993), 6. 18Rogers, Communication Technology (New York: The Free Press, 1986), 20. 19Changara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Press, 2000), 20-

23.

Page 21: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

6

Komunikasi dengan bahasa dapat terjadi dalam dua bentuk, yatu

bentuk lisan dan bentuk tulis. Adapun fungsinya terdapat enam macam,

yaitu refensial (pengacu pesan), emotif (pengungkap keadaan pembicara),

metalingual(penerang terhadap sandi atau kode yang diinginkan), fatis

(pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara pembicara

dan penyimak),dan puitis (penyandi pesan).20

Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan

antara dua orang atau lebih dalam bermasyarakat guna mengungkapkan

keinginan untuk diketahui khalayak. Bahasa sebagai fungsi sosial, di antara

memberi nilai sosial pada ilmu pengetahuan dan gagasan manusia, bahasa

dapat melestarikan warisan budaya dan tradisi masyarakat. menjadi sarana

untuk menentukan jalan atau cara berperilaku dalam hidup seseorang. serta

menjadi media untuk mengungkap pikiran dan gagasan. Karena bahasa

merupakan cerminan budaya.21

Santun berarti: (1) halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya)

sabar dan tenang, sopan, (2) penuh rasa belas kasihan, suka menolong, sopan

adalah: (1)hormat dan takzim (akan, kepada) tertib menurut adat yang baik

(2) beradab tentang tingkah laku, tutur kata, pakaian, dsb. (3) baik

kelakuannya (tidak lacur dan tidak cabul).22

Berkenaan dengan kesantunan

cukup banyak tertera dalam al-Qura>n.23

Menurut Mislikhah24

, kesantunan itu dapat tercermin dalam cara

berpakaian (berbusana), cara berbuat (bertindak), dan cara bertutur

(berbahasa). Dalam kesantunan berpakaian (berbusana, berdandan), ada dua

hal yang perlu diperhatikan. Pertama, berpakaianlah yang sopan di tempat

umum, kedua, berpakaianlah yang rapi dan sesuai dengan keadaan, yaitu

berpakaian resmi pada acara resmi, berpakaian santai pada situasi santai,

kesantunan perbuatan adalah tatacara bertindak atau gerak-gerik ketika

menghadapi sesuatu atau dalam situasi tertentu. Misalnya ketika menerima

20Sudaryanto, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Yogyakarta: University

Press, 1993), 12. 21M.Faisol Fatani, Tafsir Sosiolinguistik (Malang: UIN-Malang Press, 2009), 118. 22Tim Penyusun KBI. Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Pembinaan

Pengembangan Bahasa, 1983), 1866. 23 1. ‚... sungguh, Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.‛

(QS. At-Taubah [9]: 114).

2. ‚Mereka berkata, ‚Wahai Syu’aib! ... sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai.‛ (QS. Hud [11]: 87).

3. ‚... tetapi Allah benar-benar telah memaafkan mereka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun.‛ (QS. Ali Imron [3]: 155).

4. ‚Sungguh, Dia (Allah) pasti akan memasukkan mereka ke tempat masuk surga) yang mereka sukai. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun.‛ (QS.

Al-Hajj [22]: 59). 24 St.Mislikhah, ‚Kesantunan Berbahasa‛, Ar-Raniry: International Journal of Islamic

Studies, Vol.1, No.2, (Desember 2014): 288.

Page 22: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

7

tamu, bertamu ke rumah orang, duduk di ruang kelas, menghadapi orang

yang kita hormati, berjalan di tempat umum, dan sebagainya. Masing-

masing situasi dan keadaan tersebut memerlukan tatacara yang berbeda.

Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi melalui

tanda verbal atau tatacara berbahasa, terutama dalam mempertimbangkan

muka si mitra tutur.25

Dalam islam santun adalah bagian dari akhlak. Kata akhlak

menunjukkan budi pekerti yang kadangkala kata akhlak sendiri sering

disamakan dengan adab. Akhlak menjadi kata kunci dalam setiap pembahasa

tentang tingkah laku manusia, karena secara pemakaiannya kata akhalak

lebih dikenal, bahkan secara teks kata akhlak terdapat dalam al-Qura>n dan

hadis nabi.26

Ibrahim anas mengatakan akhlak ialah ilmuyang objeknya

membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat

disifatkan dengan baik dan buruknya.27

Ahmad amin mengatakan bahwa

akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk. Contohnya apabila kebiasaan

memberi sesuatu yang baik, maka disebut akhlak karimah dan bila perbuatan

itu tidak baik disebut akhlak madzmumah.28

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Oleh

karena itu, setiap pelajaran agama akan berorientasi pada pembentukan dan

pembinaan akhlak yang terpuji (mulia) yang disebut akhlaqul karimah.

Akhlak ini adalah yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW. Yang sering

disebut akhlak islam. Akhlak islam adalah akhlak yang bersumber dari al-

Qura>n dan hadis. Akhlak islam mempunyai ciri tertentu dan ciri itu berbeda

dengan akhlak yang berasal dari manusia. Ciri yang dimaksud:1)kebaikannya

bersifat mutlak, yakni kebaikan yang murni, baik untuk individu maupun

masyarakat dalam lingkungan, waktu dan keadaan bagaimanapun,

2)kebaikannya bersifat menyeluruh, yang merupakan kebaikan untuk seluruh

umat, segala zaman, dan semua tempat,3)tetap, langgeng, dan mantap, 4)

merupakan kewajiban yang mesti dipatuhi, yang berarti merupakan suatu

hukum yang harus dipatuhi dan jika tidak dipatuhi terdapat sanksi hukum

bagi orang yang melanggarnya, 5) pengawasannya bersifat menyeluruh dan

pengaruhnya kepada manusia sangat kuat.29

25 Penelope Brown, ‚Politeness and language‛ International Encyclopedia of the

Social and Behavioural Sciences (IESBS), 2nd ed.Vol.18 (2015) (pp. 326-330). 26 Dalam al-Qura>n antara lain disebutkan dalam surah al-Qalam ayat 4 ‚ dan

sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung‛ dan Surah al-Shu’a>ra ayat 137‛

(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. 27Ibrahim Anas, al-Mu’jam al-Wasi>th (Mesir: Da>r al-Ma’a>rif, 1972), 202. 28Ahmad Amin, Kita>b al-Akhlak (Kairo: Da>rul Kutu>b al-Mishriyah, 1929), 15. 29Ichtiar BaruVan Hoeve, (Ensiklope Islam jilid1, 1993) dalam Markhamah, dkk,

Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa (Depok: UI Press, 2009),119.

Page 23: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

8

Wujud akhlak mulia dalam islam ada banyak, di antara adalah jujur

dan sabar dalam menghadapi cobaan. Dalam kaitannya dengan komunikasi,

beberapa akhlak islam itu dapat disejajarkan dengan norma tutur, khususnya

norma interaksi yang dikemukakan oleh Hymes sebagaimana yang dikutip

oleh Suwito.30

Norma tutur adalah aturan-aturan bertutur yang

mempengaruhi alternatif-alternatif pemilihan bentuk tutur. Dengan

demikian, norma tutur bertalian dengan santun bertutur dan santun itu harus

tampak dalam pemilihan bentuk tutur yang diungkapkan oleh penuturnya.31

Hymes membedakan norma tutur menjadi dua macam, yaitu 1)

norma iteraksi adalah norma yang bertalian dengan boleh tidaknya sesuatu

dilakukan oleh masing-masing penutur ketika interaksi verbal berlangsung,

2) norma ini menyangkut hal-hal yang merupakan etika umum dalam

bertutur sehingga sifatnya relatif obyektif. Norma interpretasi sekelompok

masyarakat tertentu terhadap suatu aturan yang dilatarbelakangi oleh nilai

sosio-kultural yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan. Norma

interaksi tampak apabila terjadi interaksi verbal langsung antar penutur.

Untuk dapat mencapai komunikasi seperti itu, kedua pihak harus selalu

menjaga apa-apa yang sebainya dilakukan, dan apa-apa yang seyogyanya

tidak dilakukan waktu saling bertutur. Norma interaksi memberi batas-batas

apakah sebaiknya dilakukan terhadap lawan tutur dan apa pula yang

sebaiknya tidak dilakukan terhadapnya. Norma ini berlaku secara umum dan

untuk semua bahasa.

Tindak tutur32

merupakan pernyataan konkret dari fungsi-fungsi

bahasa yang merupakan pijakan analisis pragmatik.33

Menurut J.L Austin

bahwa secara analisis dapat kita pisahkan menjadi 3 tindak tutur yang

terjadi secara bersamaan, yaitu: 1) Lokusi sebagai makna dasar; 2) Ilokusi

sebagai pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan dan

sebagainya; dan 3) Perlokusi sebagai efek yang ditimbulan oleh ungkapan itu

pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu.34

30Suwito, Kebermaknaan Norma-norma Sosio-Kultural dalam Pemakaian Bahasa:

Beberapa Konsep dengan Sedikit Ilustrasi. Dalam Transformasi Budaya seperti Tercermin dalam Perkembangan Bahasa-bahasa di Indonesia, (Lembaran Sastra, 1992), 141. Dalam

Markhamah, dkk, Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa, 119. 31Suwito, Kebermaknaan Norma-norma Sosio-Kultural dalam Pemakaian Bahasa:

Beberapa Konsep dengan Sedikit Ilustrasi, 141. 32Tindak Tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu caba ilmu bahasa yang mengkaji

bahasa dari aspek penggunaannya. Geoffrey Leech, Principle of Pragmatics (New York:

Longman Linguistic Library, 1983), 5-6. 33Kunjana Rahardi, Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia (Jakarta:

Erlangga, 2000), 6. 34Contoh kalimat: ‚Nilai rapormu bagus sekali‛. Dari segi lokusi, ini hanya sebuah

pernyataan bahwa nilai rapor itu bagus (makna dasar). Dari segi ilokusi, bisa berarti pujian

atau ejekan. Pujian kalau memang nilai itu bagus, dan ejekan kalau nilai rapor itu memang

tidak bagus. Dari segi perlokusi, dapat membuat si pendengar itu menjadi sedih (muram) dan

Page 24: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

9

Dengan analisis J.L Austin ini kita akan bisa menentukan daya yang

terkandung dalam sebuah tuturan, yaitu daya lokusi, ilokusi dan perlokusi.

Terkait dengan surah Yu>suf, didalamnya kita tidak hanya akan menemukan

makna secara struktural saja. Akan tetapi kita juga akan mendapatkan

makna dibalik teks tersebut, khususnya dalam berbahasa. Seperti dalam

fragmen antara Yu>suf dan Zulaikha, dapat kita perhatikan dialognya berikut

ini:

Imraa>atul ‘Aziz (Mengajak): Marilah ke sini. Aku) هيت لك

untukmu)

Yusuf (Menolak)>: المون ه ل يفلح الظه إنهه ربي أحسن مثواي إنه معاذ للاه(Perlindungan Allah sungguh dia tuhanku, dia telah memperlakukan

aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung). (12:24-25)

Dari segi lokusi, ini hanya merupakan perintah bahwa perintah

untuk menghampiri Imraa>atul ‘Aziz. Adapun dari segi daya ilokusi yang

terdapat pada kalimat ‚Marilah ke sini. Aku untukmu‛ bisa memiliki daya

ilokusi tawaran, ajakan ataupun basa-basi. Basa-basi jika kalau memang

ajakan itu tidak sebenarnya yang diinginkan. Begitupun sebaliknya, akan

menjadi ajakan kalau memang hal demikian yang diinginkan. Dari segi

perlokusi, dapat membuat pendengar(Yu>suf) menjadi senang ataupun

sebaliknya. Adapun dari segi kesantunan, terlihat dari strategi Yu>suf dalam

menolak dengan cara tidak langsung dalam menyatakan penolakannya.

Yu>suf lebih menyembunyikan maksud penolakannya setelah melihat tanda

kekuasaan-Nya, karena posisi Yu>suf di samping sebagai anak didik raja yang

telah melayaninya dengan fasilitas yang baik, ia juga sebagai seorang hamba

pilihan Allah.

Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan yang telah dikemukan di

atas, bahwa penelitian ini layak untuk dilakukan. Diharapkan hasil dari

sebaliknya dapat mengucapkan terimakasih. Ucapan yang tidak langsung itu tidak

menyatakan pujian atau ejekan mengharuskan si pendengar mengolahnya sehingga makna

yang sebenarnya dapat ditentukannya. Ini dapat diketahui dari kaidah perbincangan. Maka,

kalimat: ‚Nilai rapormu bagus sekali‛, bermakna dasar sebuah rapor bernilai bagus. Prinsip

operatifnya disini dijalankan karena si pembicara menyatakan sesuai dengan pembicaraan itu.

Dari segi evaluatifnya, dapat dikatakan sebagai berikut: pembicara menyatakan sesuatu

dengan terang dan jelas dan ini biasanya mempunyai makna di baliknya. Disini konteks dan

penuturannya memegang peranan penting untuk menyatakan nilai evaluatifnya, kalau yang

menyatakan itu adalah orantuanya kepada anaknya yang menunjukkan rapornya dan air muka

orang tuanya itu keliatan tidak jernih, jelas daya ilokusi pernyataan itu adalah kesalahan.

Kesimpulan ini menentukan bagaimana respons si pendengar atau anak yang mempunyai

rapor tersebut. Ia mungkin akan menyatakan bahwa guru-gurunya tidak jujur atau mungkin

juga cuma merasa sedih atau mungkin juga ia akan menangis, atau ia akan mengatakan

bahwa ia telah berusaha sekuat mungkin. Dan inilah nilai perlokusi. Lihat A. Hamid Hasan

Lubis, Analisis Wacana Pragmatik (Bandung: CV ANGKASA, 2015), 10-11.

Page 25: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

10

penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi kajian bahasa dan

kesusastraan, khususnya menambah khazanah kebahasaan domain

pragmatik.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Penelitian mengenai dialog kisah-kisah yang diabadikan didalam al-

Qura>n, tidak akan menyinggung perihal kebenaran (validitas) sejarah dari al-

Qura>n. Akan tetapi kita memposisikannya sebagai kisah dari kejadian

sejarah yang benar-benar terjadi. Dari sini nanti kita akan dapat mengetahui

bagaimana cara al-Qura>n memformat sebuah kejadian sejarah dan

pendeskripsian tokoh-tokohnya. Banyak persoalan yang dapat kita tinjau

dari berbagai macam aspek yang muncul.

Berbagai permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan

sebagai berikut:

a. Kisah Yu>suf hanya diceritakan dalam Surat Yu>suf secara utuh.

b. Kesantunan berbahasa arab lebih mementingkan aspek moral

ketimbang vulgar.

c. Kajian mengenai surah Yu>suf masih membahas seputar semantik.

d. Upaya menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil seperti

yang diharapkan tanpa disadari oleh pemahaman pragmatik.

e. Kecendrungan untuk menjelaskan bahasa berdasarkan sistem

formalnya menjadikan komunikasi itu kaku.

f. Kajian bahasa secara struktural belum mampu mengungkap makna

yang dimaksud penutur.

g. Rentetan tindak tutur merupakan rangkaian peristiwa tutur yang

menimbulkan makna berbeda sesuai konteks tuturan itu terjadi.

h. Dalam berkomunikasi, semakin tidak langsung maksud tuturan

maka semakin santun komunikasi tersebut.

i. Surah Yu>suf sebagi prosa biografi.

2. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka penelitian ini

merumuskan masalah utama yang mampu mewakili keseluruhan subtansi

permasalahan yang diajukan dalam latar belakang masalah kemudian

disederhanakan dalam dua bentuk pertanyaan, yaitu pertanyaan mayor dan

minor:

a. Mayor

Mengapa kesantunan berbahasa arab dalam prosa biografi surat

Yu>suf itu cenderung mementingkan aspek moral ketimbang kevulgarannya?

b. Minor

Page 26: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

11

1. Seperti apa kesantunan berbahasa dalam surah Yu>suf sebagai prosa

biografi?

2. Apa saja adab hiwa>r dalam surah Yu>suf?

3. Bagaimana dilema kesantunan berbahasa dalam surah Yu>suf?

3. batasan Masalah

Luasnya ruang lingkup pembahasan masalah sebagaimana yang

dirumuskan di atas, akan menjadikan penelitian ini tidak fokus. Maka dari

itu, peneliti membatasi penelitian ini secara spesifik. Langkah awal dalam

penelitian ini peneliti memposisikan surah Yu>suf sebagai prosa biografi

(unsur intrinsik), yaitu dengan cara menemukan alur, tema, tempat, tokoh

dll. Selanjutnya dialog-dialog yang terdapat dalam surah tersebut Peneliti

membatasinya pada tokoh Yu>suf dan mitra tuturnya. Peneliti melakukan

langkah terkait dialog tersebut dengan cara menganalisa secara krtitis

bentuk dan jenis tindak tutur yang digunakan. Hasil dari analisa tersebut

akan didapatkan adab kesantunan berbahasa Nabi Yu>suf.

C. Tujuan Penelitian

a. Membuktikan kesantunan berbahasa dalam surah Yu>suf sebagai

prosa biografi.

b. Menemukan adab hiwa>r dalam surah Yu>suf.

c. Menjelaskan dilema kesantunan berbahasa dalam surah Yu>suf.

D. Signifikansi Penelitian

Penelitian ini mempunyai signifikansi teoritis dan praktis.

Secara teoritis, bahwa telaah tindak tutur domain pragmatik dan

kesantunan berbahasa, merupakan salah satu upaya akademis

dalam upaya mengembangkan kajian bahasa yang selama ini

mengabaikan konteks. Kedua hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberi kontribusi ilmiah dalam aplikasi penelitian bahasa

selanjutnya.

Sedangkan signifikansi praktis penelitian ini yaitu penelitian ini

dapat dijadikan bahan pemeikiran dalam rangka pengembangan kajian

bahasa dan sastra. Serta hasil penelitian ini nantinya dapat diambil nilai-

nilai untuk dijadikan acuan dalam penulisan karya sastra seperti yang

dikehendaki al-Qura>n. Kedua, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi

inspirasi bagi peneliti, pemikir, dan peminat kajian kebahasaan dan sastra.

Page 27: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

12

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berbicara tindak tutur, beberapa penelitian terdahulu telah

dilakukan oleh beberapa peneliti, misalnya Tresnati35

dalam tesisnya

yangberjudul ‚Tindak Tutur Percakapan dalam Novel Sekayu Karya N.H.Dini‛. dalam penelitiannya, Tresnati menggunakan teori tindak tutur

yang dikemukakan oleh Searle, yang membagi jenis tindak tutur menjadi

beberapa bagian, yaitu tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, komisif,

dan deklarasi. Jenis tindak tutur tersebut membentuk satu komposisi atau

satu bagian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi jenis-jenis

tindak tutur yang muncul dalam Novel Sekayu ini bervariasi, antara lain

tindak tutur representatif dan tindak tutur ekpresif. Penelitian ini memiliki

perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan, karena objek yang

digunakan berbeda.

Penelitian berikutnya yang berkaitan dengan tindak tutur, penelitian

Imam Asrori36

dalam Tindak Tutur dan Operasi Prinsip Sopan Santun dalam Wacana Rubrik Konsultasi Jawa Pos (Warkonjapos). Penelitian ini mencoba

menemukan bentuk-bentuk tindak tutur dalam Wacana Rubrik Konsultasi Jawa Pos (Warkonjapos) serta menganalisis kepatuhannya terhadap prinsip

sopan santun. Namun pada hasil penelitiannya masih terdapat pelanggaran

prinsip sopan santun. Yaitu maksim kesimpatian yang dilanggar oleh

konsulan dan konselor, masing-masingdalam bentuk kelangkaan ucapan

terimakasih (konsulan) dan langkanya sapaan (konselor). Selain itu

Warkonjapos dicirikan dengan adanya pelanggaran kontekstual terhadap

prinsip sopan santun. Pelanggaran kontekstual merupakan pelanggaran

karena tuntutan konteks komunikasi. Pelanggaran ini hanya dilakukan oleh

konselor, khususnya terhadap maksim pujian-kedermawanan. Dari segi

tindak tutur dan kesantunan, penelitian ini memiliki persamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan. Namun dari segi objek penelitian tentunya

memiliki perbedaan.

Selanjutnya, penelitian serupa dilakukan oleh Moh.Ainin37

yang

meneliti tentang ‚Pertanyaan dalam Teks Bahasa Indonesia Terjemahan al-Qura>n. Penelitian ini menjelaskan bahwa bentuk pertanyaan dalam teks

bahasa Indonesia terjemahan al-Qura>n menjadi dua, yaitu pertanyaan perihal

dan pertanyaan ‚ya‛ atau ‚tidak‛. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

35 Tesis Tjetje Tresnati, Tindak Tutur Percakapan dalam Novel Sekayu Karya N.H.

Dini (Semarang : IKIP Semarang, 1998) 36Imam Asrori, ‚Tindak tutur dan operasi prinsip sopan santun dalam wacana rubrik

konsultasi jawa pos (warkonjapos)‛ BAHASA DAN SENI, Tahun 33, Nomor 1, Februari.

(2005 ) 37 Ainin, Moh, ‚Pertanyaan Dalam Teks Bahasa Indonesia Terjemahan Al-

Qur>an‛BAHASA DAN SENI, Tahun 40, Nomor 1, Februari 2012

Page 28: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

13

pertanyaan dalam teks bahasa Indonesia terjemahan al-Qura>n dapat

dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu tindak asertif, tindak direktif, dan

tindak ekspresif. Persamaan penelitian terletak pada objek penelitian, yaitu

al-Qura>n. Namun perbedaanya jelas terlihat dari berbagai aspek, misalnya

masih dalam objek penelitian, karena penelitian yang akan dilakukan bukan

terhadap terjemahan teks secara umum, tetapi dikhususkan kepada dialog

nabi Yu>suf dalam surah Yu>suf. Selain itu, penelitian pun akan dikaitkan

dengan relasi tindak tutur dengan kesantunan berbahasa.

Berbicara kesantunan, beberapa penelitianterdahulu pernah

dilakukan, misalnya oleh Mahdi Moghaddasi-nia dan Sayyed Ali Ashgar

Soltani38

dalam Pragmatics and Politeness Strategies in Some Shi’a Supplications. Penelitian ini dilakukan untuk melihat strategi kesantunan

yang dilakukan oleh penganut aliran Syi’ah ketika beribadah. Menurut

peneliti, perbedaan status sosial, agama, dan politik akan memiliki

perbedaan kecendrungan dalam berbicara. Dalam konteks ibadah, strategi

tertentu pun akan dilakukan dalam upaya mempertahankan posisinya

sebagai seorang hamba. Melalui pisauanalisideskriptif, penelitian ini

menunjukkan bahwa ada beberapa strategi yang digunakan oleh kalangan

Syi’ah ketika beribadah sebagai bentuk kesantunan. Salah satu misalnya

ketika berdoa, manusia cendrung menggunakan strategi ‚menundukkan diri‛

sedang yang lainnya ‚meninggikan diri‛ dalam artian memuji kebesaran

Tuhan dengan cara menyebut-nyebut Asma dan Kebesaran-Nya, sambil

membenci diri mereka sendiri dengan mengungkapkan dosa yang mereka

miliki dalam waktu yang bersamaan. Persamaan dengan penelitian ini

terlihat dari konsep kesantunan yang digunakanserta relasi manusia dengan

Tuhan. Sedang perbedaannya terletak pada pendekatan dan objek yang akan

dikaji.

Dalam konteks keindonesiaan, penelitian serupa tentang kesantunan

berbahasa pernah dilakukan oleh Sri Minda Murni dan Matsyuhito Solin39

dalam penelitian yang berjudul The Islamic Melalui pengiriman beberapa

tema, penelitian ini berupaya menganalisis ekspresi ketidaksetujuan, strategi

kesantunan yang digunakan, identifikasi ucapan yang tidak disukai, serta

memahami lebih jauh posisi ideologi islam dalam sistem kesantunan

linguistik masyarakat Indonesia. Secara garis besar, hasil penelitian

menunjukkan bahwa ideologi islam terkait Ideology of Indonesian Linguistic Politeness. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan wacana seputar

38 Mahdi Moghaddasi-nia, Sayyed Ali Asghar Soltani ‚Pragmatics and Politeness

Strategies in Some Shi'a Supplications‛, Language Related Research, Vol.5, No.5 (Tome 21),

January, February, March 2015, 23. 39 Sri Minda Murni and Mutsyuhito Solin‚ The Islamic Ideology of Indonesian

Lingusitic Politeness‛, Aceh International Journal of Social Sciences, 2 (1) (June,

2013).pp.46-57

Page 29: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

14

islam kepada 25 anggota Indonesia Moslem Society in America (IMSA)

melalui email. Hal ini dilakukan untuk melihat potensi ekspresi yang akan

diberikan oleh penerima terkait kesantunan berbahasa. dengan sistem

kesantunan penduduk Indonesia direalisasikan melalui pemahaman ayat

yang berbunyi wa tawa> s}aubi al-haq, wa tawa> s}aubi al-s}abr (saling

menasehati supaya taat kepada kebenaran, dan saling menasehati supaya

menetapi kesabaran). Ideologi ini berimplikasi bahwa kesantunan berbahasa

tidak hanya diwujudkan dalam konteks kekinian melalui bahasa, namun

diyakini memiliki konsekuensi terhadap kehidupan di akhirat kelak. Selain

itu, ideologi ini memahami bahwa kesantunan berbahasa tidak serta merta

berbentuk komunikasi dan hidup harmonis damai dengan yang lain, namun

lebih kepada upaya menjaga tali persaudaraan sebagai bentuk aktualisasi

diri dan pengabdian kepada Sang Maha Pencipta. Dari segi kesantunan

berbahasa, penelitian ini memiliki kesamaan. Namun dari aspek objek

penelitian, penelitian ini memiliki perbedaan terkait konteks analisis

kesantunan bahasa dalam dialog Nabi Yu>suf dalam al-Qura>n.

Adapun penelitian yang berkaitan dengan kesantunan berbahasa

dalam Kitab Suci telah dikaji oleh beberapa peneliti, misalnya Andy

Warren-Rothlin40

dalam Politeness Strategies in Biblical Hebrew and West African Languages. Menurut peneliti, setiap bahasa memiliki budaya yang

berbeda dalam mengkomunikasikan kesantunan, misalnya dalam

penggunaan salam, partikel modal, serta varian referensi yang dikutip dalam

memaknai kesantunan. Salah satu contoh dalam konteks Alkitab Ibrani,

inisial menyapa dimaknai sebagai bentuk keinginan atau berkah, sedangkan

dalam bahasa masyarakat Afrika Barat, inisial ini bermakna keinginan yang

tertunda, mendapatkan berkah ketika cuti, serta bentuk terima kasih. Hal ini

berdampak pada banyaknya transliterasi literal yang disalahpahami.

Sehingga perlu dilakukan beberapa strategi secara tidak langsung agar bisa

menemukan bentuk yang mungkin memiliki fungsi pragmatis, meskipun

bentuknya akan berbeda dengan bahasapenduduk Afrika Barat. Penelitian ini

memilki kesamaan dalam menerapkan strategi kesantunan berbahasa,

walaupun bentuk dari objek penelitian tentu berbeda.

Penelitian serupa dilakukan oleh Benjamin Thomas41

dalam The Language of Politeness in Ancient Hebrew Letters. Melalui pendekatan

filologi, penelitian ini berupaya menganalisis tulisan ibrani kuno dalam

kaitannya dengan kesantunan berbahasa dalam konteks hirarki masyarakat

Levantine sekitar abad6-8 SM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar unsur kesantunan telah diterapkan dalam surah yang disebut

40 Andy Warren-Rothlin, ‚Politeness Strategies in Biblical Hebrew and West African

Languages‛, Journal of Translation, Vol.3, No.1. (2007) 41 Benjamin Thomas ‚Language Of Politeness In Ancient Hebrew Letters‛, National

Association Of Professors Of Hebrew (NAPH), Vol.50 (2009).pp.17-39

Page 30: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

15

dengan praescripto yang berarti pesanan, misalnya tertuang dalam bentuk

alamat, ucapan atau sapaan, ungkapan yang mengandung berkah, yang

terletak pada awal surah. Kemudian untuk mengetahui konteks situasi dalam

surah tersebut bisa diekplorasi dari Arad dan Lakhis. Upaya ini dilakukan

untuk memahami konteks situasi di mana surah itu dibuat, agarbisa

memahami karakteristik sosiolinguistik serta strategi kesantunan yang

terlampirkan dalam surah tersebut. Penelitian ini memiliki kesamaan dalam

mengungkapkan konsep kesantunan berbahasa dalam kitab suvi, namun

penelitian ini tentu memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti,

khususnya dalam pendekatan dan pisau analisis.

Penelitian tentang Kitab suci lainnya terkait kesantunan berbahasa

pernah dilakukan oleh Mahmoud A. Al-Khatib dalam penelitiannya yang

berjudul Politeness in the Holy Qur’an: A Sociolinguistic and Pragmatic Perspective. Penelitian ini berupaya memahami makna kesantunan dalam

beberapa ayat al-Qura>n terkait dengan relasi antara hubungan manusia

dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia. Melalui pisau

analisis teori kesantunan yang dikemukan oleh Brown dan Levinson serta

Leech, penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Dari segi struktural

dan fungsional, penelitian ini menemukan beberapa strategi kesantunan yang

dilakukan untuk menyampaikan sejumlah pesan etika melalui wahyu.

Strategi kesantunan ini berkaitan erat dengan jenis informasi yang

disampaikan kepada penerima. Penelitian ini tentu memberikan kontribusi

yang berkaitan erat dengan relasi dan makna kesantunan dalam konteks

moral dan agama. Perbedaan penelitian, di mana topik yang akan diteliti

adalah dialog Nabi Yu>suf dalam surah Yu>suf yang sifatnya lebih spesifik.

Persamaan objek penelitian pernah dilakukan oleh Andi Hadiyanto42

dalam ‚Kajian Semiotik Kisah Yu>suf: Sebuah Tinjauan Sastra terhadap

Kisah al-Qura>n‛. Penelitian ini melihat makna konotatif melalui kajian

semiotik sebagai tinjauan sastra terhadap al-Qura>n. Hasil dari penelitian ini

menyarankan kepada sebuah pemaknaan secara totalitas tentang bagaimana

menjadi seorang juru da’wah, penganjur moral, dan visioner. Di antara

karakteristik da’i yang baik menurut pembacaan kisah ini adalah: visi yang

jelas, konsistensi dalam menjalankan misinya, memberikan warna terhadap

lingkungan, memiliki cakrawala berpikir yang luas, senantiasa optimis,

mempertimbangkan segala kondisi dan situasi, visioner, anti kemapanan,

memberikan wujud kontribusi positif baik dalam atau luar sistem, tujuan

akhirnya adalah umat tauhid. Penelitian ini tentu berbeda dengan penelitian

yang akan dikaji, khususnya dari segi pendekatan penelitian, dimana

penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan pragmatik dan

42 Andi Hadiyanto, Kajian Semiotik Kisah Yu>suf (Uin Syarif Hidayatullah, 2004)

Page 31: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

16

bukan semiotik. Selain itu, penelitian ini menganalisa nilai-nilai pendidikan

komunikasi melalui kesantunan berbaha Yu>suf.

Berdasarkan beberapa literatur yang penulis paparkan tersebut,

penelitian tentang dialog nabi Yu>suf dalam al-Qura>n terkait tindak tutur dan

kesantunan berbahasa belum pernah dilakukan. Maka penelitian ini akan

berupaya mendeskripsikan dan menganalisis lebih jauh terkait kesantunan

tindak tutur dalam surah Yu>suf.

F. Metode Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Metode penelitian mencakup tigal hal yaitu bentuk penelitian,

pengorganisasian data, dan analisis data.43

Bentuk Penelitian ini dilihat dari

sumber data merupakan studi kepustakaan (Library Research), yaitu

memperoleh data dan informasi objek penelitiannya melalui buku-buku atau

alat audiovisual lainnya. Kajian kepustakaan ini juga merupakan analisis

data secara induktif yang lebih menekankan kepada produk untuk

memperoleh makna yang berada dibalik semua yang teramati.44

Melihat masalah pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka

bentuk penelitian jika dilihat dari persfektif analisisnya merupakan

penelitian kualitatif. Penelitian ini tidak berdasarkan angka-angka,

melainkan teks(dialog) al-Qura>n dalam hal ini terkhusus pada surah yu>suf

sebagai prosa biografi.

2. Sumber data

Sumber data dibedakan menjadi sumber data primer dan sumber data

sekunder.Sumber data primer penelitian ini adalah al-Qura>n yang dlam hal

ini akan fokus kepada surah Yu>suf. Seumber sekunder yang digunakan

sebagai pendukung dalam penelitian ini adalah menggunakan data yang

diperoleh dari buku-bukui, jurnal, artikel yang terkait serta penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.

3. Metode Analisis Data

a. Kerangka Pendekatan

Tindak tutur merupakan salah satu cabang teori dalam domain

pragmatik. Suatu teori yang menganalisis sebuah tuturan berrdasarkan

konteks tuturan iu terjadi. Seorang yang mengucapkan sesuatu, berarti

sekaligus melakukan sebuah tindakan yang tuturannya tidak selalu linier

dengan maksud yang diinginkan. Maksud tersebut menjadi berbeda ketika

berkaitan dengan konteks tuturan yang terjadi. Satu ucapan (bentuk bahasa

formal) dalam fenomena kebahasaan menjadi berbeda ketika konteksnya

43 Pedoman Akademik magister dan Doktor 2016-2020, 66. 44 Sugiono, Metode Penelitan kuantitatif, kualitatif dan R dan D, (Bandung: Alfabta,

2012), 13.

Page 32: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

17

berbeda. Hal demikian dikarenakan satu bentuk(tuturan) memiliki alternatif-

alternatif tuturan atau variasi fungsi yang sesuai dengan maksud penutur.

Selain itu bertujuan pula untuk menjalin komunikasi yang baik serta santun.

Upaya untuk menentukan tindakan dalam sebuah tuturan yang terikat

dengan konteks dapat dilakukan dengan teori tindak tutur.

Ada beberapa penggagas dalam teori tindak tutur yang dapat dijadikan

sandaran untuk menganalisis, di antaranya J.L Austin. Ia mengatakan bahwa

setiapkali pembicara mengatakan suatu kalimat, ia sedang berupaya

mengerjakan sesuatu dengan kata-kata (dalam Kalimat itu). Menurut istilah

Austin terkenal dengan ungkapan ‚By Saying or in saying something we are doing something‛. Ketika seseorang bertutur berarti ia sekaligus melakukan

tindakan yang mengandung tiga daya. J.L Austin membagi daya tersebut

dengan nama yang pertama yaitu daya lokusi, daya yang sesuai dengan

tuturan tersebut(harfiah), kedua daya ilokusi, daya yang bisa berupa ajakan,

tawaran, perintah, permintaan dll, ketiga perlokusi, daya yang berefek

kepada mitra tutur (pendengar).45

Ketika seseorang ingin berbahasa santun dapat memperhatikan atau

mematuhi beberapa prinsip atau maksim yang ditawarkan oleh Grice dan

Leech. Grice menawarkan sebuah kaidah yang diukenbal dengan Principle Cooperatif, sedangkan Leech dikenal dengan Politeness Principle.

Beberapa pendekatan yang diklasifikasikan oleh J.L Austion, Grice dan

Leech akan sangat membantu dalam mengkaji surah Yu>suf. Hal demikian

karena teori tersebut memberikan sebuah kaidah yang dapat digunakan

ketika hendak bertutur yang santun.

b. Teknik analisis

Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analisis

isi(Content Analysis). Sebuah teknik analisis yang memberikan penafsiran

dan perhatian yang fokus kepada isi pesan.46

Sederhananya cara menganlisis

data penelitian ini dengan memilah dan mengelompokkan data sehingga

dapat dibangun sebuah tipologi atau kategorisasi. Teknik Pengumpulan dan

Sumber Data.

Jika dilihat dari objek Penelitian, objek penelitian ini adalah surah Yu>suf

sebagai prosa biografi. Kajian pokok penelitian ini adalah dialog yang

terdapat dalam surah Yu>suf tersebut. Langkah awal dalam penelitian ini

adalah membaca sumber primer yaitu al-Qura>n. Peneliti membaca, menelaah

dalam hal ini terkhusus pada surah Yu>suf. Langkah kedua mengumpulkan

45 J.L.Austin , How To Do Things With Words (Massachussetts: Harvard University,

12. 46 Nyoman Kutha ratna, Teori, Metode, dan teknik Penelitian Sastra,

(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008), 40.

Page 33: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

18

sumber sekunder dari bahan-bahan yang terkait dengan objek ini, seperti dari

penelitian, buku, majalah, jurnal, dan surah kabar. Seterusnya semua

dokumen yang terkait dengan objek penelitian dikelompokkan berdasarkan

objek atau fokus penelitian.

Setelah data dikumpulkan yang terbagi pada sumber primer(surah

Yu>suf) dan sekunder. semua data tersebut dinalisis menggunakan

pendekatan sastra, dalam hal ini menganalisis unsur intrinsik sumber

tersebut. Pendekatan sastra intrinsik dipakai sebagai pintu masuk. Peneliti

terlebih dahulu menganalisa unsur intrinsik yang terkandung di dalamnya,

barulah dapat ditentukan tokoh, latar, plot, tema, dialog, dll yang terjadi di

dalamnya. Terutama dalam melihat surah Yu>suf sebagai prosa biografi,

kemudian menggunakan pendekatan pragmatik sebagai pisau analisisnya

yang dalam hal ini menggunakan teori tindak tutur serta teori pendukung

lainnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana tuturan

yang santun melalui pendekatan pragmatik sebagai pendekatan utama.

Pendekatan seperti balaghah, skala kesantunan, pronsip kerjasama dll

sebagai teori pembantu. Sumber primernya adalah al-Qura>n, khususnya pada

surah Yu>suf, yang peneliti posisikan sebagai prosa biografi. Selanjutnya

kesantunan bertutur akan disimpulkan dan ditulis dengan bahasa peneliti

sendiri.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini penulis kelompokkan menjadi lima bab, masing-

masing bab dibahas dalam beberapa su bab yang saling berkaitan satu dan

lainnya. Adapun sistematika penulisan itu sebagai berikut:

Bab pertama merupakan gambaran umum untuk memberikan

kerangka pemikiran bagi keseluruhan proposal tesis ini. Didalamnya

meliputi latar belakang masalah yang berisi alasan-alasan pentingnya

permasalahan ini untuk diangkat menjadi sebuah penelitian, kemudian

identifikasi masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, selanjutnya

penelitian terdahuluyang relevan, tujuan dan kegunaan penelitian, metode

penelitian, dan terakhir sistematika penulisan.

Bab kedua berisi seputar kerangka teori yang akan digunakan dalam

penelitian ini. Teori itu disebut dengan pragmatik, karena pragmatik sebagai

salah satu ilmu yang mampu menjangkau kajian eksternal bahasa yang tidak

mampu terjawab oleh kajian struktural. Selanjutnya digunakan teori tindak

tutur domain pragmatik, untuk memunculkan bentuk-bentuk tuturan yang

digunakan dalam surah Yu>suf. Serta mendiskusikan persoalan kesantunan

dan membenturknnya dengan persoalan seks, objektif, kritis, keadilan dan

kekuasaan.

Page 34: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

19

Bab ketiga mendeskripsikan seputar surah nabi Yu>suf sebagai prosa

biografi. Karena surah ini disebut sebagai prosa biografi, maka perlu untuk

dianalisis unsur intrinsiknya. Adapun yang terdapat dalam unsur intrinsik

yaitu, tema, latar, alur, dan tokoh.

Bab keempat merupakan analisis terhadap surah Yu>suf dengan

menggunakan teori tindak tutur dan teori bantu lainnya. Terutama

memunculkan dialog yang terjadi antara nabi Yu>suf dengan mitra tuturnya,

yang akan melihat bagaimana adab, bentuk tuturan yang santun berdasarkan

surah ini. Selanjutnya dianalisis dengan membenturkannya dengan persoalan

seks, objektif, kritis, keadilan dan kekuasaan.

Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan

yang menyajikan hasil atau jawaban pertanyaan penelitian ini. dalam bab ini

peneliti juga mengemukakan beberapa saran kepada peneliti selanjutnya.

Page 35: KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41634/1/Oka...KESANTUNAN BERBAHASA: PROSA BIOGRAFI KISAH NABI YU>SUF DALAM AL-QUR‘A>N

20