Kesambi_-_Seri_Teknologi_Perbenihan_Tanaman_Hutan.pdf

20
Publikasi Khusus Vol. - No. - -,- Penyusun : Eliya Suita Penyusun : Eliya Suita ISBN 000-000-000-0-0 Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl.Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor Telp./Fax : (0251) 8327768 Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl.Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor Telp./Fax : (0251) 83227768 KESAMBI (Schleicera oleosa MERR.) (Schleicera oleosa MERR.) KESAMBI Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan

Transcript of Kesambi_-_Seri_Teknologi_Perbenihan_Tanaman_Hutan.pdf

  • Pub

    lika

    si K

    husu

    s

    Vol.

    - N

    o. - -,-

    Penyusun :

    Eliya Suita

    Penyusun :

    Eliya Suita

    ISBN 0

    00-0

    00-0

    00-0

    -0

    Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

    Jl.Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor

    Telp./Fax : (0251) 8327768

    Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

    Jl.Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor

    Telp./Fax : (0251) 83227768

    KESAMBI(Schleicera oleosa MERR.)(Schleicera oleosa MERR.)

    KESAMBI

    Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

    Kementerian Kehutanan

    Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

    Kementerian Kehutanan

  • Publikasi Khusus

    ISBN : 978-979-3539-25-6

    SERI Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

    KESAMBI

    (Schleichera oleosa MERR.)

    Penyusun :

    Eliya Suita

    BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN

    TANAMAN HUTAN

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

    KEHUTANAN

    KEMENTERIAN KEHUTANAN

    2012

    Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

  • KESAMBI

    (Schleichera oleosa MERR.)

    Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan :

    Kesambi (Scheichera oleosa MERR.)

    Penyusun :

    Eliya Suita

    Penanggung Jawab:

    Ir. Suhariyanto, M.M.

    Koordinator :

    Andreas Terapi, S.Hut.

    Desain dan Tata Letak :

    Ida Saidah, S.Kom.

    ISBN : 978-979-3539-25-6

    Dipublikasikan :

    Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

    Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor 16001

    Telp./Fax. (0251)8327768

  • i

    KATA PENGANTAR

    Tanaman Kesambi (Schleicera Oleosa MERR.) termasuk salah satu tumbuhan hutan

    yang mudah beradaptasi, mempunyai manfaat yang serbaguna (multi purpose) serta bernilai

    ekonomis dan sangat potensial untuk dikembangkan. Buah pohon kesambi digemari dan

    dapat dimakan oleh manusia, binatang dan burung. Beberapa hasil penelitian menunjukkan

    bahwa bungkil/kulit biji kesambi sangat cocok dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman

    jagung. Mengingat banyaknya manfaat dan kegunaan dari pohon kesambi tersebut, maka

    pohon kesambi mempunyai potensi dan perlu dikembangkan melalui budidaya.

    Upaya penanaman jenis ini perlu didukung dengan ketersediaan benih yang

    berkualitas dan dalam jumlah yang cukup serta penguasaan teknologi perbenihan yang tepat.

    Sehubungan dengan hal tersebut Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

    merasa perlu untuk menerbitkan informasi teknik perbenihan tanaman kesambi dalam bentuk

    Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.

    Buku ini disusun secara ringkas namun cukup mengandung informasi yang

    dibutuhkan untuk meningkatkan keberhasilan penanaman kesambi mulai dari informasi

    penyebaran dan tempat tumbuh, serta penanganan benih.

    Semoga bermanfaat.

    Kepala Balai,

    Ir.Suhariyanto, M.M

    NIP.19580425 198703 1 002

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................. i

    DAFTAR ISI ............................................................................... ii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................. iii

    I. PENDAHULUAN ................................................................ 1

    II. II. PENGENALAN JENIS........................................................ 2

    III. TEKNOLOGI PERBENIHAN............................................... 5

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 13

  • iii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Pohon Kesambi....................................... 2

    Gambar 2. Ekstraksi benih Kesambi................................ 6

    Gambar 3. Oven................................................. 7

    Gambar 4.

    Gambar 5.

    Gambar 6a.

    Gambar 6b.

    Gambar 7a

    Gambar 7b

    Meja kemurnian.....................................

    Timbangan Analitik..........................................

    Benih mulai berkecambah..................................

    Benih mulai berkecambah..................................

    Bibit siap sapih.................................................

    Penyapihan.......................................................

    8

    9

    11

    11

    12

    12

  • 1

    Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

    Kesambi (Schleicera oleosa MERR.)

    Penyusun : Eliya Suita

    I. PENDAHULUAN

    Kesambi termasuk salah satu tumbuhan hutan yang mudah beradaptasi,

    mempunyai manfaat yang serbaguna (multi purpose) serta bernilai ekonomis dan sangat

    potensial untuk dikembangkan. Buah pohon kesambi digemari dan dapat dimakan oleh

    manusia, binatang dan burung. Oleh karena itu pohon kesambi dapat menjadi alternatif

    tanaman unggulan di dalam dan di luar kawasan hutan (Bachli, 2007).

    Kesambi termasuk tanaman yang mempunyai sifat toleran terhadap tumbuhan /

    tanaman lainnya. Dalam pengembangan tanaman jati, kesambi merupakan pasangan

    yang paling ideal. Bahkan dalam berbagai literatur dikemukakan bahwa pada umumnya

    dimana ada pertumbuhan jati secara alami / liar disitu terdapat kesambi yang dapat

    tumbuh dengan baik. Selain toleran terhadap sesama pepohonan, kesambi juga

    dapat/mampu berasosiasi dengan tanaman hortikultura, seperti jagung dan kacang-

    kacangan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bungkil/kulit biji kesambi

    sangat cocok dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman jagung. Dengan demikian

    pemanfaatan ruang tumbuh sekitar tanaman kesambi dapat digunakan untuk tanaman

    pangan dan obat-obatan, sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Bachli, 2007).

    Mengingat banyaknya manfaat dan kegunaan dari pohon kesambi tersebut, maka

    pohon kesambi mempunyai potensi dan perlu dikembangkan melalui budidaya.

    Kawasan hutan produksi yang tidak produktif dan lahan kritis di luar kawasan hutan

    dapat ditanami kesambi. Kesambi termasuk jenis mudah tumbuh, tahan kekeringan dan

    bahkan tahan terhadap panas api, tajuknya rindang dan mampu bertunas sepanjang

    tahun. Manfaat dan kegunaan pohon ini dapat menjadi sumber penghidupan masyarakat

    dan sumber pandapatan bagi suatu daerah. Selain itu usaha tani lainnya dapat

    dikembangkan bersama kesambi dan manfaat utama dari kesambi yang tidak dapat kita

    peroleh dari tanaman lainnya adalah sebagai tempat memelihara dan

    mengembangkan/menularkan (inang) kutu lak yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di

    dalam dan di luar negeri. Pada umur 5-6 tahun, kesambi sudah dapat ditulari kutu lak.

  • 2

    Kutu lak adalah kutu penghasil lak. Lak berguna antara lain sebagai bahan isolasi listrik,

    piringan hitam, tinta cetak, ampelas, semir, kapsul obat, pelitur dan cat serta berbagai

    manfaat lainnya (Bachli, 2007).

    II. PENGENALAN JENIS

    1. Tempat Tumbuh

    Pohon kesambi tumbuh alami di lembah Himalaya, Sri Langka, dan Indonesia.

    Di Indonesia kesambi tumbuh baik di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku,

    Pulau Seram dan Pulau Kai. Di Jawa Timur dapat ditemukan di Panarukan,

    Probolinggo, Pasuruan dan Besuki. Jenis ini sering digunakan sebagai tanarnan pengisi

    pada tanaman jati, karena jenis ini memiliki perakaran yang dalam dan selalu tumbuh

    hijau sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pokok sekaligus berfungsi

    sebagai sekat bakar. (Heyne, 1987).

    Gambar 1. Pohon kesambi

    Kesambi ditemukan tumbuh di daratan rendah yang beriklim kering sampai

    ketinggian 600 m dpl, biasanya ditanam pada daerah pantai sampai ketinggian 250 m

    dpl. Di Jawa sendiri kesambi ditemukan pada ketinggian rendah, namun dapat juga

    ditemukan pada ketinggian hingga (9001200) m. Kesambi membutuhkan curah hujan

    tahunan 750 2500 mm. Tumbuhan ini mampu hidup pada suhu maksimum 35

    47.5oC dan suhu minimum 2.5

    oC. Kesambi tumbuh pada tanah kering, hingga

    terkadang pada tanah yang berawa. Kondisi tanah kadang berbatu, kerikil, dan liat,

    memiliki drainase yang baik dan lebih disukai tanah yang sedikit masam. Kawasan

  • 3

    hutan produksi yang tidak produktif dan lahan kritis di luar kawasan hutan dapat

    ditanami kesambi (Iwasa, 1997 dalam Agussalim, 2012).

    2. Nama Daerah

    Kesambi atau kosambi (Schleichera oleosa) adalah nama sejenis pohon daerah

    kering, berkerabat dengan jenis rambutan yang berasal dari suku Sapindaceae. Beberapa

    nama daerah lainnya adalah : kasambi (Sd.); kesambi, kusambi, sambi (Jw., Bal.);

    kasambhi (Md.); kusambi, usapi (Tim.); kasembi, kahembi (Sumba); kehabe (Sawu);

    kabahi (Solor); kalabai (Alor); kule, ule (Rote); bado (Mak.); ading (Bug.) (Wikipedia,

    2012)

    3. Deskripsi Botanis

    Pohon kesambi dapat mencapai tinggi hingga 40 m, dengan diameter hingga 2

    m. Biasanya batang pohon kesambi selalu bengkok dan bermata kayu serta berbanir.

    Kulitnya halus, berwarna abu-abu. Batangnya silindris, berkerut, dan tipis, berbulu

    pendek berwarna kuning kemerahan ketika muda dengan kelenjar tertentu, hitam,

    kemudian coklat kekuningan seperti abu. Daunnya bersirip genap, anak daun terakhir

    seringkali seperti ujung anak daun. Bentuk daunnya lanset, berseling, panjang 11-25

    cm, lebar 2-6 cm, tepi rata, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai bulat, panjang +

    1 cm dan berwarna hijau. Bunga terletak pada bagian cabang yang tidak berdaun,

    kadang-kadang terletak diketiak daun, warna kuning pucat hingga hijau pucat. Bunga

    kesambi adalah bunga majemuk, berbentuk tandan, di ketiak daun atau ujung batangan,

    kelopak 4-6 lembar, bersatu di pangkal, berduri, hijau dan warna mahkotanya putih.

    Buah dan biji berbentuk bulat dengan diameter biji 6-10 cm, buah terdiri atas 1 - 2 biji,

    biji dikelilingi oleh kulit berwarna cokelat kehitaman. Termasuk akar tunggang dan

    berwarna cokelat muda. (Heyne, 1987)

    4. Manfaat

    Kayu kesambi mempunyai struktur padat, rapat, kusut sangat keras dan lebih

    berat dari kayu besi. Karena itu apabila dapat mencapai umur yang lebih matang,

    kayunya berubah warna dari warna merah muda menjadi warna kelabu dan tidak

  • 4

    berurat. Oleh karena itu dahulu lebih banyak digunakan sebagai bahan pembuatan

    jangkar untuk perahu kecil. Bahkan di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, kayu

    kesambi merupakan bahan dasar untuk membuat perahu. Kesambi sebagai sumber kayu

    bakar potensial (Bachli, 2007).

    Selain itu, kayu kesambi sangat kuat dan keras. Namun demikian salah satu

    kelemahan dari kayu kesambi adalah tergolong kurang awet , tetapi sangat unggul

    sebagai kayu bakar dan pembuatan arang. Arang dari kayu kesambi sangat cocok untuk

    pembakaran dan bahkan lebih baik dari pada arang kayu jati dan kayu asam. Oleh

    karena itu, penanaman kesambi untuk produksi kayu bakar perlu dikembangkan

    terutama pada daerah pengembangan industri pembakaran dan wilayah yang sulit bahan

    bakar untuk rumah tangga (Bachli, 2007).

    Kulit kayu kesambi dapat digunakan sebagai bahan penyamak kulit, karena

    menurut hasil penelitian, dalam kulit kesambi ditemukan 6,1-14,3 % zat penyamak.

    Bahkan dahulu orang Bali dan Madura menggunakan kulit kesambi sebagai obat kulit

    yang sangat manjur, terutama terhadap penyakit kudis dan penyakit kulit lainnya

    (Bachli, 2007).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memasukkan kulit kesambi pada

    saat penyadapan nira, terbukti bahwa nira dapat dipertahankan kesegarannya dengan

    memberikan pengawet (kulit kesambi) sebanyak 5gram dan 7,5gram. Peningkatan kadar

    sukrosa bahan semakin nyata pada kosentrasi pengawet 5 gram dan 7,5 gram, yaitu

    masing-masing 15,72 % dan 18,58 %. Pada konsentrasi pengawet ini pula menunjukkan

    belum terdeteksinya asam asetat setelah penyimpanan 10 jam. Dengan demikian

    pemberian pengawet pada saat penyadapan nira dapat dipertahankan kesegarannya

    antara 22 jam hingga 28 jam tanpa dilakukan pemanasan sebelumnya (Manjilala, Y.

    2007).

    Biji kesambi dilapisi dan diselimuti oleh kulit yang berwarna coklat. bentuknya

    bulat panjang dengan ukuran antara 6-14 mm. Mudah pecah dan daging bijinya

    mengandung 70 persen minyak sangat berguna sebagai bahan pembuatan minyak

    gosok. Minyak yang berasal dari biji kesambi sangat baik untuk mengobati penyakit

    dalam, kudis dan luka-luka. Dalam upaya pengembangan biodisel, biji kesambi dapat

    diolah menjadi minyak pelumas, pembuatan lilin, industri batik, dan bahan membuat

  • 5

    sabun. Menurut beberapa hasil penelitian, kulit biji kesambi dapat dijadikan kompos

    dan sangat cocok untuk pertumbuhan jagung lokal (Bachli, 2007).

    Daun kesambi berkhasiat sebagai obat eksem, obat kudis, obat koreng dan obat

    radang telinga. Untuk obat eksem dipakai 15 gram daun segar kemudian dicuci dan

    direbus dengan 3 gelas air selama 25 menit selanjutnya disaring. Hasil saringan

    didinginkan sampai airnya hangat untuk mencuci eksim sampai bersih. Daun kesambi

    yang masih muda dapat dimakan sebagai sayur asam. Bahkan dapat dimakan mentah

    sebagai lalapan, walaupun rasanya agak sepat. Di Sulawesi Selatan, daun kering dari

    pohon kesambi dapat dibakar dan asapnya digunakan untuk pengobatan (pengasapan)

    penyakit kudis dan gatal-gatal (Bachli, 2007).

    Buah yang masih hijau dapat dimakan dan diolah sebagai asinan. Buah yang

    sudah masak berwarna kuning atau kemerah-merahan, dapat dijadikan buah meja

    dengan ciri rasa asam agak manis. Buah kesambi yang sudah masak sangat digemari

    oleh monyet dan burung, termasuk anak-anak. Dibeberapa daerah buah kesambi yang

    sudah masak dapat dibuat manisan (Bachli, 2007).

    III. TEKNOLOGI PERBENIHAN

    1. Sebaran tanaman kesambi

    Sumber benih jenis ini terdapat di Bojonegoro (Perum Perhutani Unit II Jawa

    Timur), Kebunharjo, Soroweyo, dan Telawa (Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah)

    (Danu. 2004; Sudrajat, dkk. 2007). Sumber benih kesambi terletak pada ketinggian 180

    meter dpl, dengan curah hujan rata-rata per tahun sebesar 2297mm, dan jenis tanah

    grumusol. Taksiran produksi benih mencapai 200kg/tahun. ( Nurhasybi, dkk. 2000)

    Di Indonesia kesambi tumbuh baik di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi,

    Maluku, Pulau Seram dan Pulau Kai. Di Jawa Timur dapat ditemukan di Panarukan,

    Probolinggo, Pasuruan dan Besuki. (Heyne, 1987).

    Kesambi digunakan sebagai tanaman penghijauan pada beberapa daerah di Jawa,

    seperti di Tuban, Desa Karanganyar, Purwodadi, Grobogan. Pohon kesambi dapat pula

    ditemukan di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Taman Nasional Baluran, Cagar Alam

    Pulau Sangiang di Kabupaten Bima Provinsi NTB, dan di Taman Nasional Bali Barat.

  • 6

    Di Jawa kebanyakan hutan kesambi merupakan hasil reboisasi yang dilakukan

    oleh Perum Perhutani. Pengembangan jenis kesambi oleh Perhutani pada tahun 2004

    dilakukan di wilayah BKPH Sadang, RPH Cibungur, KPH Purwakarta sebagai tanaman

    pengisi. Di tahun 2004 KPH Probolonggo memiliki kelas perusahaan kesambi seluas

    3.375,1 ha. Pada 2007 Perhutani KPH Banten melakukan redesain kelas perusahaan,

    areal seluas 4.267 ha diubah untuk pohon kesambi. Pohon kesambi juga banyak terdapat

    di Kabupaten Alor dan Rote-ndao. Di Tahun 2002 diketahui pada daerah Rote-ndao

    terdapat kesambi pada luasan 11.000 ha, dan pada tahun 2009 ada sekitar 1,8 juta pohon

    kesambi. Kesambi terdapat pula di pulau Timor, Desa Langgero (Sumba Barat) dan

    Kabupaten Flores Timur. Di daerah tersebut kesambi dimanfaatkan untuk

    pengembangan kutu lak. Di Pulau Timor, kesambi dijumpai tumbuh merata, namun

    kurang produktif dalam menghasilkan kutu lak dalam jumlah yang banyak. (Agussalim,

    2012)

    2. Pembungaan dan Pembuahaan

    Di Indonesia kesambi berbunga dan berbuah hampir sepanjang tahun, dengan

    musim buah masak umumnya pada bulan Januari Februari. Pengumpulan buah

    dilakukan dengan mengunduh benih yang masak fisiologi yaitu ditandai dengan kulit

    buah berwarna hijau kekuningan sampai coklat dan daging buah sudah mulai lunak

    (Suita, 2008b).

    3. Ekstraksi Buah

    Buah yang telah diunduh kemudian diekstraksi dengan cara ekstraksi basah,

    buah dimasukkan ke dalam karung kemudian dipukul-pukul atau diinjak-injak,

    kemudian benih dipisahkan dari kulit buahnya secara manual. Untuk membersihkan dari

    sisa-sisa daging buah, digunakan pasir halus yang digosok-gosokan baru dibilas dengan

    air sampai bersih. Setelah diekstraksi tidak dijemur tetapi diangin-anginkan saja dalam

    ruang kamar (Suita, 2008b).

    Gambar 2. Ekstraksi benih kesambi

  • 7

    4. Pengujian Mutu Benih

    a). Pengujian kadar air benih

    Kadar air merupakan hal penting dalam hubungannya dengan penyimpanan dan

    daya hidup benih. Pengujian kadar air di laboratorium menggunakan metode oven

    (ISTA, 1999).

    Gambar 3. Oven1 Oven2

    Penentuan kadar air menggunakan metode temperatur rendah 1032C selama

    24 jam. Kandungan air yang hilang ini mencerminkan kadar air benih (Sudrajat, 2007).

    Tahapan yang dilakukan dalam pengukuran kadar air adalah:

    - Wadah tahan panas termasuk tutupnya ditimbang (M1)

    - Benih ditempatkan pada wadah dan ditimbang bersama wadahnya (M2)

    - Benih ditempatkan pada oven pada suhu temperatur rendah 1032C selama 24

    jam.

    - Setelah selesai pengeringan benih diletakkan dalam desikator untuk

    pendinginan, kemudian ditimbang (M3).

    Kadar air dinyatakan dalam persen berat dan dihitung dalam 1 desimal terdekat (ISTA,

    2006) dengan rumus sebagai berikut :

    Kadar air = (M2 - M3) x 100%

    (M2-M1)

    dimana M1:berat wadah dan penutup dalam gram; M2:berat wadah, penutup, dan benih

    sebelum pengeringan; M3: berat wadah, penutup, dan benih sesudah pengeringan.

    Pengujian kadar air menggunakan 3 ulangan @ 5 gram benih.

    Kisaran kadar air benih kesambi adalah 15-23% (Suita dkk, 2007).

  • 8

    b). Kemurnian benih

    Gambar 4. Meja Kemurnian

    Kemurnian mencerminkan seberapa bersih kondisi lot benih. Kemurnian lot

    benih menunjukkan proporsi benih murni suatu jenis dan banyaknya kotoran dan benih

    lain yang terkandung di dalamnya. ISTA (1999), menggambarkan proporsi benih murni

    mengandung :

    - Benih lengkap dari jenis tersebut termasuk yang mati, mengkerut, berpenyakit,

    tidak masak dan benih pra- kecambah.

    - Proporsi serpihan/pecahan benih, yang jumlahnya lebih dari setengah jumlah

    total.

    Ambil benih setara dengan 2500 butir benih, pisahkan antara benih murni, benih

    lain dan kotoran, kemudian timbang dan hitung persen masing-masing komponen

    dengan rumus sebagai berikut ;

    Benih Murni = K1

    X 100% K1+ K2+ K3

    Benih lain = K2

    X 100% K1+ K2+ K3

    Kotoran = K3

    X 100% K1+ K2+ K3

    Dimana: K1 = benih murni

    K2 = benih lain

    K3 = kotoran

    Selisih antara berat contoh kerja dengan berat benih keseluruhan setelah dipisahkan

    tidak boleh lebih dari 5%. Setiap proporsi benih murni dipisahkan dari sampel kerja.

    Kemurnian ditunjukkan sebagai persen berat dari benih murni terhadap berat total

    sampel kerja. Kisaran kemurnian benih kesambi dapat mencapai 99-100%.

  • 9

    c). Berat 1000 butir

    Gambar 5. Timbangan analitik

    Berat 1000 butir benih lebih banyak dipakai untuk menggambarkan berat benih.

    Ukuran tersebut dapat dengan mudah diubah menjadi berat benih per kilogram.

    Penentuan berat 1000 butir dilakukan dengan 8 ulangan x 100 butir. Kisaran berat 1000

    butir benih kesambi adalah 480-598 gram dan jumlah benih per kilogram adalah 1.672-

    2.083 butir.

    Penentuan berat benih dilakukan dari beberapa kelompok benih sebanyak 8 ulangan,

    dimana masing-masing ulangan terdiri dari 100 butir.

    Timbang tiap ulangan (dalam gram). Hitung keragaman, simpangan baku dan koefisien

    keragaman (ISTA. 1999) yaitu sebagai berikut:

    n(x2) - (x)2 Keragaman =

    n (n-1)

    dimana :

    x = berat setiap ulangan dalam gram

    n = jumlah ulangan

    = jumlah

    Simpangan baku (s) = keragaman s

    Koefisien keragaman = x 100

    x

    Dimana x = rata-rata berat 100 butir

    Koefisien keragaman tidak boleh lebih dari 6,0 untuk benih rumput atau 4,0 untuk benih

    lainnya. Apabila koefisien keragaman lebih dari nilai tersebut, hitung berat 100 butir

    sebanyak 8 ulangan lagi dan selanjutnya hitung simpangan baku untuk 16 ulangan.

  • 10

    Hapuskan ulangan yang menyimpang dari rata-rata sebanyak 2 kali simpangan baku

    kemudian hitung lagi rata-ratanya. Berat 1000 butir benih diperoleh dengan mengalikan

    berat rata-rata 100 benih (x) dengan nilai 10.

    Berat 1000 butir benih dapat diubah ke dalam jumlah benih per kg dengan rumus

    (DPTH. 2002) :

    1000

    Jumlah benih per kg = x 1000

    Berat 1000 benih

    Berat 1000 butir benih dan jumlah benih per kilogram sangat penting diketahui sebagai

    informasi yang mendasar untuk pengadaan benih dalam penanaman.

    5. Penyimpanan Benih

    Untuk menjamin persedian benih yang bermutu untuk suatu program penanaman

    maka diperlukan penyimpanan. Jika waktu penyemaian dilaksanakan segera setelah

    pengumpulan dan pemrosesan benih, maka benih dapat langsung digunakan di

    persemaian dan penyimpanan tidak diperlukan. Akan tetapi kasus semacam ini jarang

    sekali terjadi. Dalam iklim musiman dengan musim tanam yang relatif pendek, waktu

    penyemaian biasanya ditentukan oleh ukuran bibit yang memadai untuk ditanam pada

    saat awal musim tanam. Dengan demikian benih harus disimpan selama periode

    pemanenan sampai penyemaian, atau penyimpanan jangka pendek kurang dari satu

    tahun.

    Perlakuan penyimpanan terbaik untuk mempertahankan viabilitas benih kesambi

    adalah menyimpan benih kesambi di ruang kamar (suhu 27 30 C dan kelembaban

    relatif 60 70 %) dengan menggunakan wadah simpan kantong blacu selama 3 bulan

    dengan daya berkecambah dan kecepatan berkecambah rata-rata sebesar (75% dan

    4,14%KN/etmal), dengan kadar air 7,79 % . (Suita, 2011)

    6. Perkecambahan Benih

    Benih kesambi sebelum ditabur, sebaiknya diturunkan dulu kadar airnya dengan

    diangin-anginkan di ruang kamar serta disimpan dulu beberapa saat untuk

    menghilangkan sifat dormannya karena benih kesambi kalau langsung ditabur daya

  • 11

    berkecambah hanya sekitar 16% tetapi setelah disimpan selama 3 minggu dapat

    mencapai 55% (Suita et al. 2008a).

    Penentuan metode perkecambahan benih adalah perkecambahan pada media

    pasir dengan perlakuan pendahuluan perendaman air dingin selama 24 jam. Hitungan

    awal dan akhir perkecambahan dilakukan pada hari ke-12 dan hari ke 28 (Sudrajat,

    2007).

    Gambar 6a. Benih mulai berkecambah Gambar 6b. Sudah mulai tumbuh daun

    7. Penyapihan

    Setelah benih berkecambah dan sudah keluar 2-3 helai daun baru, kemudian

    disapih. Dalam penyapihan ini sekaligus dilaksanakan seleksi semai (Suita, 2008)

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

    - Pergunakan semai yang tegak lurus, segar dan sehat.

    - Pencabutan kecambah harus dilakukan hati-hati agar bagian akar tidak rusak

    - Penyapihan dilakukan di tempat teduh atau pada waktu pagi dan sore hari

    - Media sapih cukup sarang dan subur, dapat digunakan media tanah + arang sekam

    padi + kompos sabut kelapa (1:2:2) (Kurniaty, dkk. 2007)

    - Sebelum dilakukan penyapihan, media sapih dalam kantong plastik/poly bag

    disiram terlebih dahulu.

    - Setelah disapih, bibit di letakkan di bawah naungan

  • 12

    Gambar 7a. Bibit siap sapih Gambar 7b. Penyapihan

    8. Pembibitan dan penanaman

    Kesambi dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan vegetatif. Perbanyakan

    secara vegetative dapat dilakukan dengan stek pucuk dan cangkok. Pembiakan vegetatif

    stek pucuk dilakukan dengan cara stek pucuk diberi hormone tumbuh IBA (Indole

    Butyric Acid) konsentrasi 1000 ppm (dalam bentuk tepung) dan di tanam pada media

    pasir, yang diletakkan di ruang pengakaran dengan sungkup yang memiliki sistem

    pengkabutan. Cara ini dapat menghasilkan stek bertunas sebesar 51,10%. (Danu, 2004).

    Regenerasi dengan cara stump dapat dilakukan setelah bibit kesambi berusia

    satu tahun atau ketika batang bibit telah mencapai diameter 1 cm. Batang dipotong

    sekitar 10-15 cm, akar dipotong hingga panjangnya 25 cm. Bibit kesambi ditanam pada

    lubang tanam yang dibuat dengan dalam dan lebar 30 cm. Pemeliharaan yang dilakukan

    pada kesambi yaitu memberikan penyiangan yang teratur dan pelindungan tanaman dari

    rumput (Iwasa, 1997 dalam Agussalim, 2012).

    Penanaman kesambi di lapangan dapat dilakukan secara monokultur maupun

    campuran dengan jenis lain. Perhutani menggunakan dua pola tanam kesambi dalam

    rencana pengembangan tanaman sela di KPH Banten. Pola tanam monokultur jarak

    tanam 6 x 4 m, dan yang digunakan untuk campuran, pola tanam kesambi dicampur

    dengan kaliandra merah (Calliandra calothyrsus) jarak tanam 6 x 4 m dengan

    komposisi 75 : 25. Pola tanam yang menggabungkan kesambi dan kaliandra merah

    sebagai inang lebih cepat dari segi tata waktu pengembalian investasi dan lebih

    menguntungkan dibandingkan pola tanam monokultur (SPH Banten, 2008 dalam

    Agussalim, 2012).

  • 13

    DAFTAR PUSTAKA

    Agussalim. 2012. Kesambi. xa.yimg.com/kq/groups/25896088/.../name/Kesambi-

    editku.docx. ( diakses, 18-4-2012)

    Bachli, Y. 2007. Tanaman Kesambi dan Beternak Kutu Untuk Kesejahteraan. Buletin

    BPTP, Volume 1(3). Sulawesi Selatan.

    Danu. 2004. Kesambi (Schleichera oleosa Merr.). Atlas Benih Tanaman Hutan

    Indonesia Jilid II. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

    DPTH (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan). 2002. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu

    Fisik-Fisiologi Benih. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan

    Sosial. Departemen Kehutanan.

    Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Litbang Kehutanan.

    Jakarta.

    ISTA. 1999. International rules for seed testing: Rules 1999. Seed Science and

    Technology. Suplement. Zurich. Switzerland.

    ISTA. 2006. International rules for seed testing: Edition 2006. The International Seed

    Testing Association. Bassersdorf. Switzerland.

    Kurniaty, R., B. Budiman, R.U. Damayanyi, M. Suartana. 2007. Pengaruh Media dan

    Naungan terhadap Bibit. LHP. No. 476. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan

    Bogor.

    Manjilala. 2007. Pengaruh Pemberian Pengawet (Kulit Kesambi).

    http://manjilala.blogster.com/pengaruh pemberian pengawet.

    Nurhasybi, A.A. Pramono, S. Mokodompit, A.Z.Abidin, A. Rohandi, O. Marom, dan

    Darmawati. 2000. Peta Perwilayahan Sumber Benih 9 (Sembilan) Jenis

    Tanaman Hutan di Jawa. Jilid I. Publikasi Khusus. Vol.2 (5).Balai Teknologi

    Perbenihan. Bogor.

    Suita, E., Nurhasybi, E. Ismiati, dan E.R. Kartiana. 2007. Pengaruh Berat Dan Ukuran

    Benih Terhadap Perkecambahan Dan Pertumbuhan Bibit Mangium (Acacia

    Mangium) dan Kesambi (Schleichera oleosa). Laporan Hasil Penelitian. Balai

    Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

    Suita, E. dan E. Ismiati. 2008a. Pengaruh Penurunan Kadar Air Terhadap

    Perkecambahan Benih Kesambi (Schleichera oleosa Merr.). Info Benih Volume

    12(2). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman

  • 14

    Suita, E. 2008b. Potensi dan manfaat pohon kesambi (Schleichera oleosa Merr.) serta

    budidayanya. Klik Benih N0 1. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

    Suita, E. dan E. Ismiati. 2011. Pengaruh Ruang, Wadah dan Periode Simpan Terhadap

    Perkecambahan Benih Kesambi (Schleichera oleosa Merr.). Jurnal Pemulian

    Tanaman Hutan, Vol.5(2). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan

    Tanaman Hutan.

    Sudrajat, D.J, Megawati, E.R. Kartianan, N. Nurochim. 2007. Standarisasi Pengujian

    Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Tanaman Hutan (Schleichera oleosa dan Styrax

    benzoin). LHP. No. 478. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

    Wikipedia. 2012. Kesambi. [terhubung berkala]. http://id.wikipedia.org/wiki/ Kesambi,

    (diakses, 18-4-2012).

    COVER KESAMBI final.pdfPage 1

    COVER WORD KESAMBIKATA PENGANTAR-SERI TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN-IBU ELIYA1KESAMBI- IBU ELIYA FINAL1