KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM...

98
KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh : Mariyah NIM : 105044101414 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1430 H / 2009 M

Transcript of KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM...

Page 1: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS

ISLAM

( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat )

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Mariyah

NIM : 105044101414

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1430 H / 2009 M

Page 2: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 31 Agustus 2009

Mariyah

Page 3: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

KATA PENGANTAR

�������������������� ������������ �������� ����������������������������

������������������������������������

Assalamualaikum Wr.Wb.

Tiada untaian kata yang paling indah selain memanjatkan rasa syukur

kehadirat Illahi Robbi, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap

langkah-langkah kita di permukaan bumi ini. Tak lupa sholawat serta salam tetap

tercurahkan kepada hamba yang paling mulia, yaitu baginda Nabi Muhammad SAW,

keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang selalu Istiqamah dalam menjalankan

risalahnya hingga akhir zaman.

Dengan rasa syukur, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai

persyaratan untuk mendapatkan gelar arjana Hukum Islam di Fakultas Syariah dan

Hukum. Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit kesulitan serta hambatan yang

penulis alami dan berkat kesungguhan hati, kerja keras, dan motivasi serta bantuan

berbagai pihak, maka kesulitan tersebut dapat teratasi dengan baik.

Maka tersusunnya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, petunjuk

serta dukungan terutama kepada kedua orang tua penulis yang selalu mencurahkan

kasih sayang dan doa nya serta berharap penulis dapat menjadi anak yang berguna

dan sukses dalam menempuh hidup di dunia dan akhirat.

Ucapan terima kasih Penulis disampaikan kepada Bapak:

Page 4: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

1. Prof. Dr.H.Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Univertas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA selaku Ketua Program Studi Ahwal Al-

Sakhsyiyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Kamarusdiana S.Ag, MH selaku pembimbing penulis yang dengan penuh

kesabaran telah membimbing dan menjadi konsultan hingga skripsi ini

selesai.

4. Asmawi, S.Ag, M.Ag selaku pembimbing penulis yang dengan penuh

kesabaran telah membimbing dan menjadi konsultan hingga skripsi ini

selesai.

5. Staff Kelurahan Kapuk Cengkareng yang telah memberikan data-data yang

dibutuhkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Kyai Achya Al-Anshori, Kyai Ma’ruf Asyirun, yang telah memberikan

pendapatnya mengenai hukum waris yang berlaku di masyarakat Betawi.

7. Seluruh Ketua RT dan RW, yang telah memberikan izin untuk penulis

menyebarkan angket di wilayahnya.

8. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membekali penuis

dengan ilmu pengetahuan, dan seluruh staf Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum atas pelayanan yang sangat membantu penulis dalam

memperoleh referensi-referensi untuk karya ilmiah ini.

Page 5: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

9. Untuk keluarga penulis, khususnya kepada kedua orang tua yaitu Ayahanda

H.Maing dan Ibunda Hj.Muna.

10. Kepada semua teman-teman seperjuangan yang telah memberikan warna

hidup dalam diri penulis selama menempuh perkuliahan di Kosentrasi

Peradilan Agama kelas B Prodi Ahwal Al-Sakhsyiyah Univeritas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2005-2006.

Akhirul kalam, sekali lagi penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak ada yang dapat penulis

berikan selain harapan mudah-mudahan semua bantuan para pihak kepada penulis

dibalas yang setimpal oleh Allah SWT.

Wassalamualaikum Wr,Wb

Jakarta, September 2009

Penulis

Mariyah

Page 6: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………...iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………… 6

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian………………. 7

D. Metode Penelitian………………………………………. 9

E. Sistematika Penulisan…………………………………… 15

BAB II LANDASAN TEORETIS KESADARAN HUKUM

A. Konsep Kesadaran Hukum…………………………….. 16

B. Indikator Kesadaran Hukum……………………............ 20

C. Definisi Operasional…...………………………………. 28

BAB III SENDI-SENDI HUKUM WARIS ISLAM, HUKUM WARIS

BARAT DAN HUKUM WARIS ADAT

A. Hukum Harta Kekayaan ………………………………… 30

B. Sendi-Sendi Dasar Hukum Waris Islam…………………. 32

C. Sendi-Sendi Dasar Hukum Waris Barat………………..... 43

D. Sendi-Sendi Dasar Hukum Waris Adat ……...………..... 48

Page 7: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

BAB IV PELAKSANAAN WARIS ISLAM DI KELURAHAN KAPUK

A. Monografi Kelurahan Kapuk……………………………. 55

B. Kesadaran Hukum Masyarakat Kapuk………………….. 61

C. Kesadaran Hukum Waris Responden…………………... 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………….... 76

B. Saran……………………………………………………... 78

Daftar Pustaka ………………………………………………………….. 80

Lampiran-Lampiran ……………………………………………………

1. Kuesioner Penelitian.......................................................... 83

2. Hasil Wawancara I………………………………………. 88

3. Hasil Wawancara II……………………………………… 90

4. Hasil Wawancara III……………………………………… 92

5. Permohonan Data dan Wawancara……………………….. 94

6. Surat Keterangan Lurah, Rt dan Rw………………………. 95

7. Laporan Monografi Kelurahan Kapuk…………………….. 98

Page 8: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pasti mengalami peristiwa kelahiran dan kematian.

Peristiwa kelahiran seseorang, tentunya menimbulkan akibat-akibat hukum,

seperti timbulnya hubungan hukum dengan masyarakat sekitarnya, dan timbulnya

hak dan kewajiban pada dirinya. Peristiwa kematian pun akan menimbulkan

akibat hukum kepada orang lain, terutama pada pihak keluarganya dan pihak-

pihak tertentu yang ada hubungannya dengan orang tersebut semasa hidupnya.

Dalam hal kematian (meninggalnya) seseorang, pada prinsipnya, segala

kewajiban perorangannya tidak beralih kepada pihak lain kecuali hutang-piutang

yang apabila masih ada maka ahli warisnya yang akan menggantinya. Adapun

yang menyangkut harta kekayaan dari yang meninggal tersebut beralih kepada

pihak lain yang masih hidup, yaitu kepada orang-orang yang telah ditetapkan

sebagai pihak penerimanya. Proses peralihan harta kekayaan dari yang meninggal

kepada yang masih hidup inilah yang diatur oleh hukum Islam dengan sebutan

hukum waris/ilmu faraidh.

Hukum waris sebelum Islam sangat dipengaruhi oleh sistem sosial yang

dianut oleh masyarakat yang ada, menurut masyarakat jahiliyah ahli waris yang

berhak mendapatkan harta warisan dari keluarganya yang meninggal, adalah

Page 9: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Mereka yang laki-laki, berfisik kuat, dan memiliki kemampuan untuk memanggul

senjata serta mengalahkan musuh dalam setiap peperangan.1 Namun setelah Islam

datang sedikit demi sedikit masyarakat jahiliyah meninggalkan kebiasaan

pembagian seperti ini. Hukum kewarisan dalam Islam mendapat perhatian besar

karena pembagian warisan sering menimbulkan akibat-akibat yang tidak

menguntungkan bagi keluarga yang ditinggal mati pewarisnya.2 Sebab seseorang

mendapatkan warisan salah satunya adalah dengan pernikahan, di dalam

pernikahan mempunyai beberapa tujuan. Menurut Qur’an yaitu Litaskunu Ilaiha,

Mawaddah, Rahmah. Menurut hadist tujuan pernikahan adalah pertama, untuk

menundukkan pandangan dan menjaga faraj. Kedua, sebagai kebanggaan nabi

dihari kiamat. Dan menurut akal tujuan dari pernikahan yaitu pertama, untuk

meningkatkan jumlah manusia di muka bumi. Kedua, untuk ketertiban nasab.

Ketiga, untuk ketertiban kewarisan.3

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata hukum kewarisan adalah

hukum-hukum atau peraturan-peraturan yang mengatur, tentang apakah dan

bagaimanakah berbagai hak-hak dan kewajiban tentang kekayaan seseorang pada

waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup. 4

1 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002 ), h. 8

2 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo, 1997 ), h. 356.

3 A. Basiq Djalil, Tebaran Pemikiran Keislaman di Tanah Gayo, (Jakarta: Prenada Media

Group, 2006 ), h. 86-90.

Page 10: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Dalam hukum waris perdata berlaku suatu asas, bahwa hanyalah hak-hak dan

kewajiban-kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan harta benda saja yang

dapat diwariskan.5 Dengan kata lain hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang

dapat dinilai dengan uang saja yang dapat diwariskan. Menurut undang-undang

yang berhak untuk menjadi ahli waris ialah, para keluarga sedarah, baik sah

maupun luar kawin dan si suami atau istri yang hidup terlama.6

Secara terminologi ilmu faraidh/fiqh mawaris/hukum kewarisan adalah

ilmu yang membahas tentang hal ihwal pemindahan harta peninggalan dari

seseorang yang meninggal dunia kepada yang masih hidup, baik mengenai harta

yang ditinggalkannya, orang-orang yang berhak menerima harta peninggalan

tersebut, bagian masing-masing ahli waris, maupun cara penyelesaian pembagian

harta peninggalan itu. Hasbi Ash-Shiddiqy mendefinisikan Fiqh Mawaris sebagai

ilmu yang mempelajari tentang siapa yang mendapatkan warisan dan siapa yang

tidak mendapatkannya, kadar yang diterima oleh tiap-tiap ahli waris, dan cara

pembagiannya.7

4 M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

1992), h. 108.

5 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 2001 ), h. 95.

6 Subekti danTjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya

Paramita, 2006 ), h. 221.

7 Hasby Ash-Shiddiqy, Fiqhul Mawaris, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001 ), h. 6.

Page 11: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Hukum kewarisan menurut adat adalah pokok pangkal uraian tentang

hukum waris adat yang bertitik tolak dari bentuk masyarakat dan sifat

kekeluargaan yang terdapat di Indonesia menurut sistem keturunan.8

Secara normatif, pembagian harta warisan hanya biasa dilakukan menurut

hukum Islam atau yang biasa disebut ilmu faraidh namun kenyataannya

masyarakat lebih memilih membagikan harta warisannya dengan jalan

perdamaian pembagian semacam ini diatur dalam KHI pasal 183 yang

menyatakan: “para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam

pembagian harta warisan setelah masing-masing menyadari bagiannya.9

Mengenai pembagian warisan ini, Rasulullah SAW memerintahkan secara

tegas kepada umatnya untuk melaksanakan pembagian sesuai dengan ketentuan

yang telah digariskan dalam kitabullah (al-Qur’an) di dalam surat An-Nisâ’ ayat

7. Dari firman Allah di dalam surat An-Nisa’ ayat 7 dipahami bahwa hukum

melaksanakan dan mengamalkan pembagian waris sesuai dengan syarî’at Islam

adalah wajib (fardhu’ain) bagi setiap muslim. Pembagian warisan telah diatur al-

Qur’an, Hadits, ijma’ dan fiqih, sebagaimana yang tertera dalam surat An-Nisâ’

ayat 7, ayat 11, ayat 12 dan ayat 176.

Dalam prakteknya dimasyarakat Indonesia, khususnya di Kelurahan

Kapuk. Pembagian warisan sering tidak digunakan, meskipun penduduknya

8 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2004 ), h. 41.

9 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Akademika Presindo, , 2004 ), h. 158.

Page 12: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

mayoritas beragama Islam. Masyarakat lebih memilih untuk menyelesaikan

pembagian secara hukum perdata, secara hukum yang berlaku di masyarakat

(adat) atau secara perdamaian (kekeluargaan). Pemerintah Indonesia sendiri telah

mengatur di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 183 yang berbunyi:

“Para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta

warisan, setelah masing-masing menyadari bagiannya masing-masing”. Namun

dalam prakteknya dimasyarakat para ahli waris tidak menyadari bagian masing-

masing menurut hukum waris Islam. Hal ini sangat berkaitan dengan kesadaran

hukum masyarakat setempat terhadap hukum waris Islam.

Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa ide tentang kesadaran warga-

warga masyarakat sebagai dasar sahnya hukum positif tertulis dalam ajaran-ajaran

tentang Rechtsgefuhl atau Rechtsbewustzijn yang intinya adalah, bahwa tidak ada

hukum yang mengikat warga-warga masyarakat kecuali atas dasar kesadaran

hukumnya.10

Siapa saja yang mencari hukum berarti ia mencari suatu ketentuan yang

umum, ia tidak perlu menanyakan bagaimana isi ketentuan itu, tetapi yang perlu

ditanyakan apakah masyarakat akan memerima dan mentaatinya. Masyarakat

dimaksud tentu mencakup sejumlah elemen sosial dengan segala status dan

10 Soerjono Soekanto dan Soleman B. Taneko, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: Rajawali

Pers, 1983), h. 338.

Page 13: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

peranannya dalam kehidupan bermasyarakat.11

Dalam hal ini masyarakat kapuk

yang merupakan sebagai elemen sosial yang memiliki kesadaran hukum waris

seperti apapun kuwalitasnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengadakan sebuah

penelitian dan menuangkan dalam bentuk tulisan sehingga memberikan kejelasan

tentang “apakah penerapan hukum waris di masyarakat telah sesuai dengan

syari’at Islam”. Oleh karena itu, skripsi ini berjudul: “Kesadaran Hukum

Masyarakat Terhadap Hukum Waris Islam (Studi di Kelurahan Kapuk

Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar memudahkan penulis dalam tugas penelitian ini, penulis membatasi

ruang lingkup permasalahan ini hanya pada pelaksanaan pembagian waris pada

masyarakat Kelurahan Kapuk Kecamatan Cengkareng. Penulis memilih lokasi

tersebut supaya lebih memudahkan dan lebih fokus dalam penulisannya, serta

lokasi tersebut mudah dijangkau, dan juga penulis bertempat tinggal di daerah

tersebut.

11 Asmawi dkk, Religiusitas dan Kesadaran Hukum Islam Pada Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah, (Jakarta: t.tp., 2005), h. 3.

Page 14: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

2. Rumusan Masalah

Masyarakat Betawi yang mayoritas beragama Islam dalam pembagian

harta warisannya mestinya menggunakan Ilmu Faraidh namun dalam praktek di

masyarakat para keluarga yang menggunakan tata cara selain hukum waris Islam

namun ahli waris tidak mengetahui bagian masing-masing yang semestinya

diterima.. Memahami permasalahan di atas dapat diketahui bahwa dalam hal

pembagian warisan selain hukum waris Islam perlu adanya kesadaran dari

masing-masing ahli waris mengenai bagian masing-masing. Dalam pokok

masalah penelitian ini ialah bagaimana kesadaran hukum masyarakat terhadapa

hukum waris Islam, adapun rincian masalah yang menjadi fokus studi dapat

diketahui sebagai berikut:

1. Bagaimana pengetahuan masyarakat Kelurahan Kapuk terhadap hukum waris

Islam?

2. Bagaimana pemahaman masyarakat Kelurahan Kapuk terhadap hukum waris

Islam?

3. Bagaimana sikap masyarakat Kelurahan Kapuk terhadap hukum waris Islam?

4. Bagaimana perilaku masyarakat terhadap hukum waris Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis mengadakan penelitian tentang praktek hukum

waris adalah:

Page 15: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

1) Untuk mengetahui dan menjelaskan / menggambarkan pengetahuan

masyarakat Kelurahan Kapuk tentang sistem kewarisan.

2) Untuk mengetahui dan mengkaji pemahaman masyarakat Kelurahan

kapuk tentang sistem kewarisan.

3) Untuk mengetahui dan mengkaji sikap masyarakat Kelurahan kapuk

tentang sistem kewarisan.

4) Untuk mengetahui dan mengkaji perilaku masyarakat Kelurahan kapuk

tentang sistem kewarisan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui tentang pengetahuan, pemahaman, sikap dan perilaku masyarakat

kelurahan kapuk terhadap hukum waris Islam.

Manfaat lain yang diharapkan penulis dari hasil penelitian ini yaitu bisa

bermanfaat untuk bahan informasi tentang praktek hukum waris Islam di dalam

masyarakat. Dan dapat dijadikan sebagai karya ilmiah yang dapat bermanfaat

untuk orang lain.

Sedangkan bagi penulis sendiri penelitian ini bermanfaat untuk menambah

keilmuan sebagai dedikasi yang dapat penulis berikan terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan.

Page 16: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

a. Penelitian kuantitatif yaitu mendeskripsikan objek penelitian yang

menjadi target penelitian dengan analisis kuantitatif mulai dari

pengumpulan data, penyajian data dan menganalisis data serta

menginterpretasikannya.12

b. Penelitian deskriptif yaitu penelitian dengan membuat pecandraan secara

sistematis, faktual dan akurat. Mengenai faka-fakta dan sifat-sifat

populasi atau daerah tertentu.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian survei yaitu penelitian yang

mengambil sample dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data yang pokok.13

3. Teknik Pengumpulan Data.

Data Primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari

sumber pertamanya, yaitu data-data yang didapatkan dari hasil penyebaran

quisoner kepada masyarakat kelurahan kapuk.

Data Sekunder adalah data yang berasal dari dokumen-dokumen ataupun

buku-buku yang diperlukan oleh peneliti seperti tentang kewarisan baik waris

Islam, perdata, adat serta data-data yang diperoleh dari kelurahan kapuk.

12 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Cet.I, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2006), h. 75.

13 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, Cet. II, (Jakarta: PT

Pustaka LP3ES Indonesia Anggota IKAPI, 1995), h. 3.

Page 17: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Adapun untuk mandapatkan data tersebut penulis menggunakan tekhnik

pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara langsung dengan para ulama dan pejabat pemerintahan

yang dianggap mengerti tentang gejala dan objek yang diteliti.

b. Kuesioner yang diberikan langsung kepada responden yaitu

masyarakat kelurahan kapuk.

c. Dokumen, yaitu Data berdasarkan laporan yang didapat dari instasi

yang diteliti dan laporan lainnya yang berkaitan dengan masalah

penelitian.

Adapun objek dari penelitian ini adalah warga Kelurahan Kapuk yang

diambil dari 2 (dua) RW yaitu RW 03 dan RW 11, masing-masing RW akan

diambil 5 (lima) RT yang nantinya akan diambil 10 kepala keluarga dari masing-

masing RT. Adapun jumlah sample pada penelitian ini adalah 100 responden,

yang terdiri dari setiap RW sebanyak 50 kepala keluarga.

Penelitiam ini menggunakan teknik sampling dengan metode

nonprobablity sampling dengan tipe accidental sampling (pengambilan sample

secara kebetulan). Accidental sampling disebut pula sebagai convenience

sampling, yaitu anggota sample yang diambil tidak direncanakan terlebih dahulu,

melainkan didapatkan atau dijumpai secara tiba-tiba.14

Page 18: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

5. Variable penelitian

Penelitian ini meneliti satu variable, yaitu kesadaran hukum masyarakat

kelurahan kapuk terhadap hukum waris Islam. Adapun indikator dari variable

tingkat kesadaran adalah (1) pengetahuan responden terhadap hukum waris Islam,

(2) pemahaman responden terhadap hukum waris Islam, (3) sikap responden

terhadap hokum waris Islam, (4) pola perilaku responden terhadap hukum waris

Islam. Instrumen penelitian untuk mengukur variable tersebut, akan dijelaskan

sebagai berikut:

Kesadaran hukum masyarakat Kelurahan Kapuk terhadap kewarisan

diukur dengan menggunakan instrumen quesioner model skor sebanyak 33 butir

pertanyaan yang mencerminkan dimensi pengetahuan, pemahaman, sikap dan

pola perilaku. Secara lengkap disajikan dalam kisi-kisi instrument (lihat table

1.1). Kisi-kisi instrumen untuk mengukur tingkat pemahaman warga Kelurahan

Kapuk terhadap kewarisan dapat dilihat pada table 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1

Kisi-Kisi Instrumen

No Dimensi Jumlah soal

1. Pengetahuan masyarakat 6 butir

14 Sukandar Rumidi, Metode Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula, cet. II,

(Jogjakarta: Gajah Mada University Press, 2004), h. 79.

Page 19: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

tentang kewarisan.

2. Pandangan masyarakat

terhadap waris Islam.

14 butir

3. Sikap masyarakat terhadap

waris Islam

8 butir

4. Perilaku masyarakat

terhadap waris Islam

5 butir

5. Teknik Pengukuran Variable

Format pengukuran variabel tingkat kesadaran hukum masyarakat

terhadap hukum waris Islam dapat diuraikan sebagai berikut. Terdapat 33 item

pertanyaan/pernyataan untuk keempat indikator tersebut ditentukan skornya.

Indikator pengetahuan responden untuk pertanyaan/pernyataan yang bersifat

positif maka skor 3 untuk jawaban Ya, skor 2 untuk jawaban Tidak Tahu, skor 1

untuk jawaban Tidak. Dan jika content item pertanyaan/pernyataan bersifat

negatif maka skor 3 untuk jawaban Tidak, skor 2 untuk jawaban Tidak Tahu, skor

1 untuk jawaban Ya.

Untuk indikator variabel pemahaman terhadap hukum waris Islam dapat

diuraikan sebagai berikut. Indikator pemahaman responden untuk

pertanyaan/pernyataan yang bersifat positif maka skor 3 untuk jawaban Benar,

skor 2 untuk jawaban Tidak Tahu, skor 1 untuk jawaban Salah. Dan jika content

Page 20: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

item pertanyaan/pernyataan bersifat negatif maka skor 3 untuk jawaban Salah,

skor 2 untuk jawaban Tidak Tahu, skor 1 untuk jawaban Benar.

Untuk indikator variabel sikap terhadap hukum waris Islam dapat

diuraikan sebagai berikut. Indikator sikap responden untuk

pertanyaan/pernyataan yang bersifat positif maka skor 3 untuk jawaban Setuju,

skor 2 untuk jawaban Ragu, skor 1 untuk jawaban Tidak Setuju. Dan jika content

item pertanyaan/pernyataan bersifat negatif maka skor 3 untuk jawaban Tidak

Setuju, skor 2 untuk jawaban Ragu, skor 1 untuk jawaban Setuju.

Untuk indikator variabel pola perilaku terhadap hukum waris Islam dapat

diuraikan sebagai berikut. Indikator pola perilaku responden untuk

pertanyaan/pernyataan yang bersifat positif maka skor 3 untuk jawaban Sudah,

skor 2 untuk jawaban Ragu, skor 1 untuk jawaban Tidak Pernah. Dan jika content

item pertanyaan/pernyataan bersifat negatif maka skor 3 untuk jawaban Tidak

Pernah, skor 2 untuk jawaban Ragu, skor 1 untuk jawaban Sudah.

Dengan demikian, jumlah skor tertinggi dari total keempat indikator-

variabel tersebut adalah 132 dan jumlah skor terendah adalah 33. dari hasil pen-

skor-an ini kemudian dibuat kategorisasi tingkat kesadaran hukum responden

terhadap hukum waris Islam, yakni:

Jumlah Skor Kategori Tingkat Kesadaran

33 – 65 Rendah

Page 21: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

66 – 95 Memadai

99 – 132 Tinggi

Dengan demikian setiap responden memiliki jumlah skor tertentu untuk

keempat indikator tersebut dapat ditentukan tingkat kesadaran hukum terhadap

hukum waris Islam apakah rendah, memadai atau tinggi. Dari sini pula diperoleh

gambaran tingkat kesadaran hukum waris responden.15

Adapun hasil dari penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik

histogram. Table silang merupakan penyajian data hasil penelitian yang berupa

perhitungan frekuensi pemunculan data dan data yang disajikan ke dalam bentuk

table pada umumnya adalah data nominal, data yang diperoleh adalah data dari

pemberian angket atau pengamatan. Sedangkan grafik histogram merupakan

sebuah grafik frekuensi yang menyajikan data ke dalam bentuk deretan kolom

persegi panjang yang digambarkan dari kiri ke kanan.

Design grafik histogram dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 1.

Grafik Histogram

15 Asmawi, Religiusitas dan Kesadaran Hukum Islam Pada Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah, h. 25-26.

Page 22: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini untuk mempermudah dalam memahami

skripsi ini, maka penulis membagi skripsi ini dalam lima bab dengan teknik

penulisan berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Adapun sistematikanya

adalah sebagai berikut:

Bab pertama, Merupakan bagian pendahuluan yang memuat latar

belakang masalah, rumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, study Review, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab kedua, Menjelaskan Pengertian dan Dasar Hukum Waris Islam,

Kewarisan dalam Islam dan beberapa teori tentang pemberlakuan hukum adat

betawi.

Bab ketiga, Menjelaskan hukum harta kekayaan, Sendi-Sendi Dasar

Hukum Waris Adat, Sendi-Sendi Dasar Hukum Islam dan Hukum Waris Perdata

Bab keempat, Membahas tentang monografi Kelurahan Kapuk,

Kesadaran Hukum Waris Masyarakat Kapuk, Kesadaran Hukum Waris

Responden.

Bab kelima, Berisi kesimpulan dan saran.

Page 23: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Kesadaran Hukum

1. Pengertian

Di dalam ilmu hukum dikenal adanya beberapa pendapat tentang

kesadaran hukum. Perihal kata atau pengertian kesadaran hukum, ada juga yang

merumuskan bahwa sumber satu-satunya dari hukum dan kekuatan mengikatnya

adalah kesadaran hukum dan keyakinan hukum individu di dalam masyarakat

yang merupakan kesadaran hukum individu, merupakan pangkal dari pada

kesadaran hukum masyarakat16

. Selanjutnya pendapat tersebut menyatakan bahwa

kesadaran hukum masyarakat adalah jumlah terbanyak dari pada kesadaran-

kesadaran hukum individu sesuatu peristiwa yang tertentu.

Kesadaran hukum mempunyai beberapa konsepsi, salah satunya konsepsi

mengenai kebudayaan hukum. Konsepsi ini mengandung ajaran ajaran kesadaran

hukum lebih banyak mempermasalahkan kesadaran hukum yang dianggap

16

Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1994), h 147

Page 24: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

sebagai mediator antara hukum dengan perilaku manusia, baik secara individual

maupun kolektif.17

Konsepsi ini berkaitan dengan aspek-aspek kognitif dan perasaan yang

sering kali dianggap sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antara

hukum dengan pola-pola perilaku manusia dalam masyarakat. Setiap masyarakat

senantiasa mempunyai kebutuhan-kebutuhan utama atau dasar, dan para warga

masyarakat menetapkan pengalaman-pengalaman tentang faktor-faktor yang

mendukung dan yang mungkin menghalang-halangi usahanya untuk memenuhi

kebutuhan utama atau dasar tersebut.

Apabila faktor-faktor tersebut dikonsolidasikan, maka terciptalah sistem

nilai-nilai yang mencakup konsepsi-konsepsi atau patokan-patokan abstrak

tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Sistem nilai-nilai

yang mencakup konsepsi-konsepsi antara lain sebagai berikut :

a. Merupakan abstraksi dari pada pengalaman-pengalaman pribadi, sebagai

akibat dari pada proses interaksi sosial yang terus menerus.

b. Senantiasa harus diisi dan bersifat dinamis, oleh karena didasarkan pada

interaksi sosial yang dinamis pula.

c. Merupakan suatu kriteria untuk memilih tujuan-tujuan di dalam kehidupan

sosial.18

17

Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat,( Jakarta

:Rajawali, 1987), h. 217.

Page 25: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

d. Merupakan sesuatu yang menjadi penggerak manusia ke arah pemenuhan

hasrat hidupnya, sehingga nilai-nilai merupakan faktor yang sangat

penting di dalam pengarahan kehidupan sosial maupun kehidupan pribadi

manusia.19

Hal-hal di atas dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mengetahui nilai-

nilai warga masyarakat maupun golongan-golongan dan individu-individu

tertentu walaupun sistem nilai-nilai timbul dari proses interaksi sosial, namun

pada akhirnya apabila sistem tersebut telah melembaga dan menjiwai, maka

sistem nilai-nilai tersebut dianggap sebagai seolah-olah berada di luar dan di atas

para warga masyarakat yang bersangkutan.

Sistem nilai-nilai menghasilkan patokan-patokan untuk proses yang

bersifat psikologis, antara lain pola-pola berfikir yang menentukan sikap mental

manusia. Sikap mental tersebut pada hakikatnya merupakan kecenderungan-

kecenderungan untuk bertingkah laku, membentuk pola perilaku maupun kaidah-

kaidah.

Dari proses tersebut nyatalah bahwa manusia sebagai warga masyarakat

senantiasa berusaha untuk mengarahkan dirinya ke suatu keadaan yang dianggap

wajar yang terwujud di dalam pola-pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu.

Dengan demikian manusia hidup di dalam suatu struktur pola perilaku dan

struktur kaidah untuk hidup, struktur mana sekaligus merupakan suatu pola hidup,

18 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi hukum, h. 146.

19 Soerjono soekanto, Ibid, h. 146.

Page 26: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

walaupun kadang-kadang manusia tidak menyadari keadaan tersebut. Pola-pola

hidup tersebut merupakan suatu susunan dari pada kaidah-kaidah yang erat

hubungannya dengan adanya dua aspek kehidupan, yaitu kehidupan pribadi dan

kehidupan antara pribadi.20

Apabila pola-pola tersebut sudah mulai tidak dapat menjamin

kepentingan-kepentingan manusia, maka niscaya dia akan berusaha untuk

mengubahnya atau di dalam bentuknya yang paling ekstrim dia akan menyimpang

dari pola-pola tersebut. Dengan demikian maka sebetulnya pola-pola yang

mengatur pergaulan hidup manusia terbentuk melalui suatu proses pengkaidahan

yang tujuannya sangat tergantung pada obyek pengaturannya yaitu aspek hidup

pribadi.

Apabila arah proses pengkaidahan tersebut tertuju pada hubungan antar

pribadi atau dasar ketertiban dan ketentraman yang dihadapkan, maka proses

tersebut menuju pada pembentukan kaidah-kaidah hukum. Proses pengkaidahan

tersebut mungkin terjadi oleh para warga masyarakat atau oleh bagian kecil dari

masyarakat yang mempunyai kekuasaan dan wewenang. Maka adanya hukum

yang berproses di dalam masyarakat bukanlah semata-mata tergantung dari

adanya suatu ketetapan, walaupun ada hukum yang memang berdasarkan oleh

penguasa.21

20 ZainudinAli, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 74.

21 Djojodigoena, Asas-Asas Sosiologi, (Jakarta: Untag University Press, 1971), h. 241.

Page 27: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Di lain pihak, apabila hukum tersebut memang sudah ada, maka ketetapan

dari mereka yang mempunyai kekuasaan dan wewenang mungkin hanyalah

merupakan suatu ketegasan terhadap berlakunya hukum tersebut. Di dalam hal

pemegang kekuasaan dan wewenang mempelopori proses pengkaidahan tersebut,

maka terjadilah proses social engineering.

Sedangkan apabila yang dilakukan adalah menegaskan hukum yang telah

ada, maka yang dilakukan adalah pengendalian sosial atau social control. Dari

paparan di atas bahwa hukum merupakan kontribusi daripada sistem nilai-nilai

yang berlaku di dalam masyarakat. Dengan demikian nyatalah bahwa masalah

kesadarah hukum sebenarnya masalah nilai-nilai.

Maka kesadaran hukum adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri

manusia, tentang keserasian antara ketertiban dengan ketentraman yang

dikehendaki atau yang sepantasnya.

Kesadaran hukum berkaitan dengan nilai-nilai yang tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat. Dengan demikian masyarakat mentaati hukum

bukan karena paksaan, melainkan karena hukum itu sesuai dengan nilai-nilai yang

ada dalam masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini telah terjadi internalisasi hukum

dalam masyarakat. Validitas hukum diletakkan pada nilai-nilai yang berlaku

dalam masyarakat.22

B. Indikator-indikator dari Masalah Kesadaran Hukum

22 Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, h. 40.

Page 28: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Indikator-indikator dari kesadaran hukum merupakan petunjuk-petunjuk

yang konkrit tentang adanya taraf kesadaran hukum tertentu. Dengan adanya

indikator-indikator tersebut, seseorang yang menaruh perhatian pada kesadaran

hukum akan dapat mengetahui apa yang sesungguhnya merupakan kesadaran

hukum.23

a. Pengetahuan Hukum

Artinya seseorang mengetahui bahwa perilaku-perilaku hokum tertentu

diatur oleh hukum. Maksudnya bahwa hukum di sini adalah hukum tertulis atau

hukum yang tidak tertulis. Pengetahuan tersebut menyangkut perilaku yang

dilarang oleh hukum atau perilaku yang diperbolehkan oleh hukum.

Menurut Otje Salman pengetahuan hukum adalah pengetahuan seseorang

mengenai beberapa perilaku tertentu yang diatur oleh hukum. Sudah tentu hokum

yang dimaksud di sini adalah hokum tertulis dan hokum tidak tertulis.

Pengetahuan tersebut berkaitan dengan perilaku yang dilarang ataupun perilaku

yang diperbolehkan oleh hukum. Sebagaimana dapat dilihat di dalam masyarakat

bahwa pada umumnya seseorang mengetahui bahwa membunuh, mencuri, dan

seterusnya dilarang oleh hukum.24

b. Pemahaman Hukum

23 Zainudin Ali, Sosiologi Hukum, h. 100.

24 Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, h. 40.

Page 29: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Artinya seseorang warga masyarakat mempunyai pengetahuan dan

pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, terutama dalam segi isinya.

Pengetahuan hukum dan pemahaman hukum, secara teoritis bukan merupakan

dua indikator saling bergantung. Artinya seseorang dapat berperilaku tersebut,

akan tetapi mungkin dia tidak menyadari apakah perilaku tersebut sesuai atau

tidak sesuai dengan norma hukum tertentu. Di lain pihak mungkin ada orang yang

sadar bahwasuatu kaidah hukum mengatur perilaku tertentu, akan tetapi dia tidak

mengetahui mengenai isi hukum tersebut atau hanya mempunyai pengetahuan

sedikit tentang isinya.

c. Sikap Hukum

Artinya, seseorang mempunyai kecenderungan untuk mengadakan

penilaian tertentu terhadap hukum. Salah satu tugas hukum yang penting adalah

mengatur, kepentingan-kepentingan warga masyarakat tersebut, lazimnya

bersumber pada nilai-nilai yang berlaku yaitu anggapan tentang apa yang baik dan

apa yang harus dihindari. Ketaatan masyarakat terhadap hukum dengan demikian

sedikit banyak tergantung pada apakah kepentingan-kepentingan warga

masyarakat dalam bidang-bidang tertentu dapat ditampung oleh ketentuan-

ketentuan hukum tersebut.25

Di samping itu, ketaatan sangat banyak tergantung pada daya upaya

persuasif untuk melembagakan ketentuan-ketentuan hukum tertentu dalam

25 Zainudin Ali, Sosiologi Hukum, h. 100.

Page 30: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

masyarakat. Usaha-usaha untuk memperbesar derajat ketaatan biasanya dilakukan

dengan jalan membiarkan para warga masyarakat untuk mengerti ketentuan-

ketentuan hukum yang dihadapinya.

Hal ini akan memberikan kesempatan untuk dapat menerapkan pendirian

bahwa teladan-teladan yang paling buruk adalah perbuatan melanggar ketentuan

atau penilaian terhadap hukum, manusia telah menempuh berbagai macam jalan,

yaitu :

1) Penemuan secara kebetulan, yaitu penemuan-penemuan yang dijumpai

tanpa suatu rencana. Artinya, penemuan tadi adalah secara kebetulan

sekali

2) Metode percobaan dan kesalahan. Metode ini lebih banyak didasarkan pada

sikap untung-untungan.

3) Melalui kewibawaan, yaitu berdasarkan penghormatan pada suatu pendapat

atau penemuan yang dihasilkan oleh seseorang atau badan tertentu yang

dianggap mempunyai kewibawaan .

4) Usaha-usaha yang bersifat spekulatif yang mirip dengan metode percobaan

dan kesalahan, akan tetapi lebih teratur sifatnya. Artinya, dari sekian

banyak kemungkinan, dipilihkan satu kemungkinan walaupun pilihan

tersebut tidak berdasarkan pada keyakinan apakah pilihan tersebut

merupakan cara yang setepat tepatnya.

Page 31: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

5) Dengan menggunakan pikiran kritis, atau berdasarkan pengalaman.26

6) Melalui penelitian secara ilmiah. Penelitian secara ilmiah dilakukan

manusia untuk menyalurkan hasrat ingin tahu yang telah mencapai taraf

keilmuan, yang disertai dengan suatu keyakinan bahwa setiap gejala dapat

ditelaah dan dicari sebab-sebabnya.27

d. Perilaku Hukum

Artinya dimana seseorang berperilaku sesuai dengan hukum.28

Indikator

perilaku hukum merupakan petunjuk akan adanya tingkat kesadaran yang tinggi.

Buktinya adalah bahwa yang bersangkutan patuh atau taat pada hukum. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat kesadaran hukum akan

dapat dilihat dari derajat kepatuhan hukum yang terwujud dalam pola perilaku

manusia yang nyata. Kalau hukum ditaati, maka hal itu merupakan suatu petunjuk

penting bahwa hukum tersebut adalah efektif (dalam arti mencapai tujuannya).

Adapun dasar-dasar kepatuhan di dalam perilaku hukum yaitu :

1) Indoctrination; Sebab pertama mengapa warga masyarakat mematuhi

kaidah-kaidah adalah karena dia diberi indoktrinasi untuk berbuat

demikian. Sejak kecil manusia telah dididik agar mematuhi kaidah-kaidah

yang belaku dalam masyarakat.

26 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, h. 137-138.

27 Soerjono Soekanto, Ibid, h. 137138.

28 Zainudin Ali, Sosiologi Hukum, h. 100.

Page 32: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

2) Habituation; Oleh karena sejak kecil mengalami proses sosialisasi, maka

lama kelamaan menjadi suatu kebiasaan untuk mematuhi kaidahkaidah

yang berlaku. Memang pada mulanya adalah sukar sekali untuk mematuhi

kaidah-kaidah tadi yang seolah-olah mengekang kebebasan. Akan tetapi

apabila hal itu setiap hari ditemui, maka lama kelamaan menjadi suatu

kebiasaan untuk mematuhinya terutama apabila manusia sudah mulai

mengulangi perbuatanperbuatannya dengan bentuk dan cara yang sama.

3) Utility; Pada dasarnya manusia mempunyai suatu kecenderungan untuk

hidup pantas dan teratur. Akan tetapi apa yang pantas danteratur untuk

seeorang belum tentu pantas dan teratur bagi orang lain. Oleh karena itu

diperlukan suatu patokan tentang kepantasan dan keteraturan tersebut.

Patokan-patokan tadi merupakan pedoman-pedoman atau takaran-takaran

tentang tingkah laku dan dinamakan kaidah.

4) Group Identification; Salah satu sebab mengapa seseorang patuh pada

kaidah kaidah adalah karena kepatuhan tersebut merupakan salah satu

sarana untuk mengadakan identifikasi dengan kelompok. Seseorang

mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku dalam kelompoknya bukan karena

dia menganggap kelompoknya lebih dominan dari kelompok-kelompok

lainnya, akan tetapi justru karena ingin mengadakan identifikasi dengan

kelompoknya tadi. Bahkan kadang-kadang seseorang mematuhi kaidah-

Page 33: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

kaidah kelompok lain karena ingin mengadakan identifikasi dengan

kelompok lain tersebut.29

Dari keempat indikator di atas menunjukkan pada tingkatan-tingkatan

kesadaran hukum tertentu di dalam perwujudannya. Apabila seseorang hanya

mengetahui hukum, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesadaran hukum masih

rendah, kalau dia telah berperilaku sesuai dengan hukum, maka kesadaran

hukumnya tinggi.

Dalam literatur lain dikatakan bahwa masalah kesadaran hukum

sebetulnya merupakan masalah nilai-nilai, maka kesadaran hukum adalah

konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, tentang keserasian antara

ketertiban dengan ketentraman yang dikehendaki atau sepantasnya. Indikator-

indikator dari masalah kesadaran hukum tersebut adalah:

a. Pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum

b. Pengetahuan tentang isi peraturan-peraturan hukum

c. Sikap terhadap peraturan-peraturan hukum

d. Pola prikelakuan hukum.30

Setiap indikator tersebut di atas menunjukkan pada tingkat kesadaran

hukum tertentu mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi. Pada

masyarakat-masyarakat dengan struktur sosial dan kebudayaan sederhana, maka

29 Zainudin Ali, Ibid, h. 351-352.

30 Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, h. 159.

Page 34: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

hukum timbul dan tumbuh sejalan dengan pengalaman warga-warga masyarakat

di dalam proses interaksi sosial. Pada masyarakat dengan struktur sosial dan

kebudayaan pra modern/modern agak sulit untuk mengidentifisir kesadaran

hukum, yang timbul dan tumbuh dari warga-warga masyarakat yang kepentingan-

kepentingannya sangat berbeda yang satu dengan yang lainnya.

Pengetahuan hukum adalah pengetahuan seseorang mengenai beberapa

prilaku tertentu yang diatur oleh hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.

Pengetahuan hukum berkaitan dengan perilaku yang dilarang ataupun prilaku

yang diperbolehkan oleh hukum.

Pemahaman hukum adalah sejumlah informasi yang dimilki seseorang

mengenai isi peraturan dari suatu hukum tertentu, baik hukum tertulis maupun

hokum tidak tertulis. Dalam hal pemahaman hukum seseorang tidak disyaratkan

seseorang untuk mengetahui terlebih dahulu akan tetapi yang dilihat di sini adalah

bagaimana persepsi mereka dalam menghadapi berbagai hal, dalam kaitannya

dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pemahaman hukum ini dapat

diperoleh bila peraturan tersebut dapat atau mudah dimengerti oleh warga

masyarakat.

Adapun yang dimaksud dengan sikap hukum adalah suatu kecenderungan

untuk menerima hukum karena adanya penghargaan terhadap hukum sebagai

sesuatu yang bermanfaat atau menguntungkan jika hukum itu ditaati.

Dengan demikian pola perilaku hukum adalah merupakan hal yang utama

dalam kesadaran hukum karena di sini dapat dilihat apakah suatu peraturan

Page 35: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

hukum berlaku atau tidak dalam masyarakat. Dapat dikatakan bahwa seberapa

jauh kesadaran masyarakat terhadap suatu hukum dapat dilihat dari pola perilaku

hukum suatu masyarakat.31

C. Definisi Operasional

1. Kesadaran-Hukum Waris

Makna Konseptual: Suatu pengetahuan tentang hukum waris secara

mendalam baik dalil, bagian masing-masing ahli waris, cara pembagian, yang

menimbulkan pengakuan dan penghargaan atas ketentuan-ketentuan hukum

waris dimaksud, yang akhirnya akan membawa pada sikap penghayatan

terhadap hukum waris tersebut dan dengan sendirinya mewujudkan kepatuhan

hukum waris.

Definisi Operasional: suatu keadaan yang terbentuk pada diri individu

melalui integrasi unsur-unsur tingkat pengetahuan tentang hukum waris Islam,

tingkat pemahaman tentang hukum waris Islam, pola sikap terhadap hukum

waris Islam dan pola perilaku terhadap hukum waris Islam.

2. Pengetahuan Tentang Hukum Waris Islam

Makna Konseptual : hal-hal yang diketahui seputar hukum waris

Islam. Definisi Operasional: pengetahuan terhadap perilaku yang diatur dalam

doktrin hukum waris Islam.

3. Pemahaman Terhadap Hukum Waris Islam

31 Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, h. 40-42.

Page 36: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Makna Konseptual : hal-hal yang dipahami seputar hukum waris

Islam. Definisi Operasional : pemahaman terhadap isi kandungan yang

terdapat dalam teori-teori hukum waris Islam.32

4. Sikap Terhadap Hukum Waris Islam

Makna Konseptual : reaksi diwujudkan terhadap hukum waris Islam.

Makna Operasional : kesediaan untuk bereaksi secara positif atau secara

negative terhadap ketentuan-ketentuan isi hukum waris Islam.

5. Perilaku Hukum Waris Islam

Makna Konseptual : suatu hal yang dilakukan yang berhubungan

dengan hukum waris Islam. Makna Operasional : suatu laku perbuatan yang

ditentukan secara imperative oleh ketentuan hukum waris Islam.

6. Masyarakat

Makna Konseptual : sekelompok individu yang hidup dan berdomisili

di suatu wilayah. Makna Operasional : sekelompok individu yang terdaftar

pada wilayah tertentu.33

32 Asmawi dkk, Religiusitas dan Kesadaran Hukum Islam Pada Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah, (Jakarta: t.tp., 2005), h. 18-19.

33Asmawi dkk, Ibid, h. 18-19.

Page 37: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

BAB III

SENDI-SENDI HUKUM WARIS ISLAM, HUKUM WARIS PERDATA DAN

HUKUM WARIS ADAT

A. Hukum Harta Kekayaan

Harta dari segi etimologi ialah setiap barang yang benar-benar dimiliki

dan dikawal (hiyazah) oleh seseorang. Sama ada barang itu ‘ain atupun manfaat.

Contoh harta ‘ain adalah seperti emas, perak, binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Contoh harta manfaat adalah seperti menunggang, memakai, dan mendiami

rumah. Barang yang tidak dikawal oleh seseorang, tidak dinamakan harta dari

segi bahasa. Umpamanya burung di udara, ikan di laut, pokok hutan dan galian di

perut bumi.34

Menurut Islam harta kekayaan dalam perkawinan adalah harta benda milik

suami dan harta benda milik isteri adalah terpisah dengan kata lain bahwa harta

yang mereka miliki masing-masing, yang dibawa pada saat mereka melakukan

pernikahan adalah menjadi hak milik masing-masing.

34 Wahbah Zuhaili, Fiqh dan Perundangan Islam: Penerjemah Akhir Haji Yacoob dkk,jil.IV,

(Kuala lumpur, Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1991), h. 41.

Page 38: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Menurut hukum perdata mengenai harta benda dalam perkawinan, bahwa

pada hakekatnya terdapat campur harta benda dari suami isteri secara bulat

artinya bahwa seluruh harta benda masing-masing pada saat melakukan.

Page 39: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

pernikahan maupun harta benda yang mereka dapat selama pernikahan adalah

tidak terpisah yang merupakan harta benda milik bersama

Menurut hukum adat yang dimaksud dengan harta benda dalam

perkawinan yaitu harta benda yang bisa dikatakan ada kemungkinan sebagian dari

harta benda suami isteri itu terpisah dan juga ada kemungkinan pula sebagian dari

harta benda itu tercampur menjadi harta benda bersama.2

Bahasan tentang harta perkawinan diharapkan dapat memberikan

gambaran tentang objek kewarisan. Adapun macam-macam harta dalam

perkawinan adalah sebagai berikut:

a. Harta masing-masing suami isteri yang telah dimilkinya sebelum mereka

kawin baik berasal dari warisan, hibah atau usaha mereka sendiri-sendiri.

b. Harta suami isteri yang dimilkinya sesudah mereka berada dalam

hubungan perkawinan, tetapi diperolehnya bukan dari usaha mereka

melainkan merupakan hibah , wasiat atau warisan untuk masing-masing.

c. Harta yang diperoleh sesudah mereka dalam perkawinan atas usaha

mereka berdua atau usaha salah seoranag mereka.3

Adapun harta kekayaan jika dilihat dari segi asalnya dibedakan menjadi

dua macam, sebagai berikut :

2 Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Azas-Azas Hukum Perkawinan di Indonesia, cet.I

(Jakarta: PT Bina Aksara, 1987), h. 166-169.

3 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Cet V, (Jakarta: UI-Press, 1986), h. 83.

Page 40: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

1. Harta asal, yaitu semua harta kekayaan yang dikuasai dan dimiliki oleh

pewaris sejak mula pertama, baik harta bawaan dan lainnya yang dibawa

masuk ke dalam perkawinan dan kemungkinan bertambah sampai akhir

hayatnya.

2. Harta gono-gini, yaitu semua harta yang diperoleh selama berlangsungnya

perkawinan baik yang diperoleh suami isteri atau suami sendiri.37

Masing-masing jenis harta di atas proses peralihan dan pengoperannya

dikuasai oleh peraturan-peraturan sendiri. Setiap jenis harta di atas dibagi-bagikan

kepada ahli waris menurut sifat, macam dan hukum yang mengikatnya.

B. Sendi-Sendi Dasar Hukum Waris Islam

Masalah waris bagi umat Islam bukan hanya proses penerusan dan

pengoperan harta peninggalan dari satu generasi kepada generasi yang lain,

melainkan merupakan salah satu ibadah yang pihak-pihak penerima warisnya

telah ditentukan.

Adapun sumber-sumber hukum yang merupakan sendi-sendi dalam

pembagian waris Islam adalah sebagai berikut:

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan sumber hukum yang tertinggi dalam pengambilan

suatu hukum. Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan ketentuan-ketentuan

pembagian warisan secara jelas antara lain :

37 Imam Muchlas, Waris Mewarisi Dalam Islam, Cet I, ( Pasuruan: PT. Garuda Buana indah,

1996), h. 86-87.

Page 41: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

a. Surat An-Nisa,/4: 7 yaitu:

����������� ���� !" �#☺�%& ⌧(!�)* +,!���- �.�� !,�/0!�.�12� 3 �4��5��%6��� 3

���� !" �#☺�%& ⌧(!�)* +,!���- �.�� 78�/0!�.�12� 3 �#☺�& 9:)�

/��;�& �33< =>6⌧? @ �6A�� !" �;B3�.D9& ) 7 /4 / ا����ء(

Artinya:“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan

ibu bapak dan kerabatnya. Dan bagi wanita pula ada bagian hak (pula) harta

peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut

bagian yang telah ditetapkan”. (An-Nisa, /4: 7)

b. Surat An-Nisa,/4: 11 yaitu:

E�4F��G�H I�� JK�L MNOP�Q�)��33< R ��⌧?S��� :�T�&

�UV�� +L�W X)T"Y2� @ ,�Z)[ #�4? ☯4��5��] )^M�)[ +L�W!_!`.�� #�bc�)[ �)T>�>� �!& ⌧(!�)* R ,�d 3 ef!"�⌧? ;g�Q��- 3 ��bc�)[

� �%;�� @ ���H �!0h2 3 +U:4F�� AQ�c- 3 ��☺ij�k�%&

l9Qm��� �#☺�& ⌧(!�)* ,�d !,�⌧? n/�)� o�)� 3 @ ,�Z)[ ��S� �4F!H n<S� o�)� 3 Dn/�3�q 3 3

/c �!03< ���%&r5)[ k>�sY�� @ ,�Z)[ !,�⌧? Dn<)� tg ��u�d

���%&r5)[ l9Qm��� @ ?��& �Q�>!0 Av�X�G 3 o���H ��vjw �33< �L.x��

F MN4?4!��!0 4 MN4?4!��g6M03< 3 yz !,3lqeQ)*

MNb{H3< |}!�.�3< M04F)� �6>.D!" @ ;vy�H��)[ 7~�%& ��� F 9,�d S��

!,�⌧? ��☺���! �T☺��F�� )11 / 4 / ا����ء (

Artinya: “Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka

untuk) anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang anak laki-laki sama dengan

bagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya

perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang

ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh

separoh harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya

seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu

Page 42: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan

ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga;

jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya

mendapat seperenam. (pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah

dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar

utangnya.(tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak

mengetahui siapa diantara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya

bagi kamu. Ini adalah ketetapan Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (An-Nisa,/4 : 11).

c. Surat An-Nisa,/4: 12 yaitu:

MNO�)� 3 � �" �!& ⌧(!�)* MNO��- 3.�3< ,�d ��S� �4F!H #�bS�

o�)� 3 @ ,�Z)[ !,�yP �~b)� o�)� 3 NO�c�)[ �/0���� �#☺�& u��P!�)* @ ?��& �Q�>!0 Av�X�G 3 7�W�G�H

���b�0 �33< <�.x�� @ �~b)� 3 �/0���� �#☺�& ��/1.?!�)* ,�d

MNS� �O�!H MN4FS� oQ)� 3 @ ,�Z)[ !,�yP MNO�)� o�)� 3 #�bc�)[ �☺sT�� �#☺�& h4��P!�)* @ ?��%& �Q�>!0

Av�X�G 3 78�G�>* ���b�0 �33< <L.x�� F ,�d 3 78�⌧? t:� q ` q�H

��)�c�yP 33< tg3<!�.&� Dn<)� 3 ��3< �33< tf�u�< +U:4F��)[ AQ�c- 3

��☺b�6�%& l9Qm��� @ ,�Z)[ RJ�/"�yP =)6�P3< ��& �A��-)�

efb)[ l4��yP =O� K�L �k>�sY�� @ ?��& �Q�>!0 Av�X�G 3 @o5��H

��vjw �33< �L.x�� =M�⌧� ��q��y�& @ ;v�X�G 3 u��%& ��� F I�� 3

����!� ����� )12 /4 /ا����ء ( ��

Artinya: “Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang

ditinggalkan oleh isteri-isteri-mu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika

isteri-isteri-mu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat

dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat

atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh

seperempat harta yang ditinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak.

Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan

dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat

atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik

laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak

meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu

Page 43: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

saja), atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka masing-

masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika

saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu

dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuatnya atau

sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli

waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari’at yang

benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Penyantun.” (An-Nisa,/4: 12).

d. Surat An-Nisa,/4: 176 yaitu:

�A!"�/1.D!_��g� +:>� I�� MNO�X�1.DH K�L ��)�c�)F.�� @ +,�d R�!l�M�� �Ac��� ��.�)� n/�)�

o�)� 3 Dn<)� 3 tf�u�< ��bc�)[ � �" �!& ⌧(!�)* @ �>� 3

���b>���!H ,�d MNS� �4F!H �g��� o�)� 3 @ ,�Z)[ �!1!"�⌧?

+L�W!1 ;.�� ��☺bc�)[ +,�)T>�sT�� ��DB ⌧(!�)* @ ,�d 3

RJ�/"�⌧? ;g ��u�d ;z����q ☯4��5��] 3 ��⌧?S���)[ :�Y�&

�UV�� +L�W X)☯"Y2� F L�%W!�H I�� MNO�)� ,3< R�����)* F I�� 3

+U:4F�0 }4�o⌧� A���� )176/ 4 /ا����ء (�!

Artinya: “Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah).

Katakanlah: “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu):

jika seseorang meninggal dunia, dan ia mempunyai anak dan ia

mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan

itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-

laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak

mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka

bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang

meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara

laki-laki dan perempuan, maka bagian saudara laki-laki sebanyak bagian

dua orang saudara perempuan, Allah menerangkan (hukum ini)

kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala

sesuatu.” (An-Nisa,/4: 176).

2. Al-Sunnah

Page 44: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Selain Al-Qur’an sumber hukum Islam yang dijadikan sebagai dasar

pengambilan suatu hukum yaitu Al-Sunnah. Adapun hadits-hadits yang

menerangkan tentang waris Islam adalah sebagai berikut:

a. Hadits tentang diberikannya warisan kepada yang berhak

��س ر�� ا� ��� ��ل���# ص: �� ا � ��ا�)'& . : م. ��ل ا��روا; ا��:�رى (ا�8(ا67 �ه�14 �32 '� 12& 0 و�. ر-, ذآ(

38)وم�4>

Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a. berkata: Nabi saw bersabda:

“Berikanlah harta warisan kepada orang-orang yang berhak. Sesudah

itu, sisanya, untuk orang laki-laki yang lebih utama. (H.R. Bukhari dan

Muslim).

b. Hadits tentang orang yang meninggal dunia maka harta yang

ditinggalkannya untuk ahli warisnya.

آ�ن ?BC. � ا�(�-, . م. ا� ��� ان� رس& ل ا� ص�� ا � ه(?(ة ر��اM4� NM3�� ا�?H� M2��ل ه, B(ك H�?�� م� KL�ء ؟ 2�ن حHث ان� B(ك

342 <O��. M4�� وا0 �� ل 4P&ا �P .4�ح4P ح و�2ء&S8ا� �M4� ا� TS2 ��4� �L� ؤ; : ��لV2 �?د �M4�2. و&B �32 <1�2 ان �م �M�مC3�ان� او�. �ا

�SYك م� 0 12& �&ر)B �وم

39)روا; م�4> (

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Rsulullah SAW pernah

dihadapkan dengan jenazah seorang lelaki yang mempunyai hutang. Lalu

beliau bertanya: Apakah ia meninggalkan sesuatu untuk membayar

hutangnya? Kalau beliau diberi kabar bahwa orang yang wafat itu

meninggalkan sesuatu untuk membayar hutangnya, maka beliau mau

menshalatkannya. Akan tetapi jika mayat tersebut tidak meninggalkan

38Muhammad Nashrudin al-Bani, Mukhtashar Shahih Muslim. Penerjemah Imam Rosadi, ,

cet. I (Jakarta: Islam Rahmatan,2003), h. 697.

39 Imam Abi al-Husain bin al-hajjaj, Shahih Muslim, juz. II(Beirut: Daar al-Fikr,t.th), h. 58.

Page 45: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

sesuatu untuk membayar hutangnya, maka beliau akan berkata:

Shalatkanlah mayat temanmu itu. Ketika Allah memberikan berbagai

kemenangan kepada kaum muslimin dalam menaklukan banyak negeri,

beliau bersabda: Aku lebih berhak terhadap orang-orang yang beriman

dari pada diri mereka sendiri, oleh karena itu, barang siapa diantara

kamu ada yang meninggal dunia sedangkan ia mempunyai hutang, maka

akulah yang akan membayarnya, dan barang siapa meninggalkan harta

maka hartanya itu untuk ahli warisnya. (HR. Muslim).

c. Hadist tentang anak yang baru lahir mendapat warisan

�حHY�ه �Z� � م���ح.�ر3HY���ح.ر [H� M � ا�(HY�ا�\#& � ا M� )�- �) ,�� ل�S1اسذم ا.ل ا� ص&س�ل ر�,� � ا�P �4�� 4Mم� (ثرو� و �روا; ا

�-(40

Artinya: Telah berkata kepada kami Hisyam bin ‘Amar. Telah berkata

kepada kami Rabi’ bin Badr. Telah berkata kepada kami Abu Zubair Dari

Jabir r.a. berkata: bersabda Rasulullah SAW: Jika menangis seorang

anak yang baru dilahirkan maka ia mendapat warisan. (HR. Abu Daud).

3. Ijma’ dan Ijtihad

Ijma’ dan Ijtihad para sahabat, imam-imam madzhab dan mujtahid-

mujtahid kenamaan mempunyai peranan yang tidak kecil sumbangannya terhadap

pemecahan-pemecahan masalah mawaris yang belum djelaskan dalam nash-nash

yang sarih. Seperti pembagian muqasamah (bagi sama) dalam masalah al-Jaddu

wal-Ikhwah (kakek bersama-sama saudara-saudara), pembagian bagi cucu yang

ayahnya lebih dahulu meninggal dunia dalam masalah wasiat wajibah,

pengurangan dan penambahan bagian ahli waris dalam masalah ‘Aul dan Raad,

40 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Daarul Fikr, 1995), h. 117.

Page 46: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

pembagian tsulutsul baqi (sepertiga sisa) bagi ibu jika hanya bersama bapak dan

suami atau isteri dalam masalah Gharrawain.41

Hukum Kewarisan Islam mengandung beberapa asas yang mengandung

beberapa hal berlaku pula dalam hukum kewarisan yang bersumber dari akal

manusia. Berbagai asas hukum ini memperlihatkan bentuk karakteristik dari

Hukum Kewarisan Islam itu sendiri.

Adapun lima asas yang berkaitan dengan sifat peralihan harta kepada ahli

waris, cara pemilikan harta oleh yang menerima, kadar jumlah harta yang

diterima dan waktu terjadinya peralihan harta itu. Asas tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Asas Ijbariy

Kata ijbariy dalam terminologi Ilmu Kalam mengandung arti paksaan,

dengan arti semua perbuatan yang dilakukan seorang hamba, bukanlah atas

kehendak dari hamba tersebut tetapi adalah sebab kehendak dan kekuasaan

Allah.42

Adapun maksud Asas ijbariy dalam waris Islam adalah peralihan harta

dari yang meninggal kepada orang yang masih hidup tanpa adanya usaha atau

kehendak dari orang yang akan meninggal maupun dari orang yang akan

menerima.

41 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h. 21.

42 Harun Nasution, Theologi Islam, Cet II, (Jakarta: UI Press, 2002), h. 36.

Page 47: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Adanya unsur ijbariy dalam hukum kewarisan Islam dapat dilihat dari

beberapa segi yaitu:

a). Unsur Ijbariy Dari Segi Peralihan Harta yaitu Unsur ijbariy dari segi ini

mengandung arti bahwa harta orang yang meninggal itu dengan sendirinya

beralih kepada keturunannya, bukan dialihkan oleh manusia melainkan

dialihkan oleh Allah. Dalam peralihan ini dapat dilihat pada firman Allah

dalam surat al-Nisa’ : 7. Ayat ini menjelaskan bahwa bagi seseorang laki-

laki maupun perempuan ada ‘nasib’ dari harta peninggalan orang tua dan

kerabat. Dari kata ‘nasib’ itu dapat dipahami bahwa dalam jumlah harta

yang ditinggalkan si pewaris, disadari atau tidak, telah terdapat hak ahli

waris. Dalam hal ini pewaris tidak perlu menjanjikan sesuatu sebelum ia

meninggal; begitu pula ahli waris tidak perlu meminta haknya.

b). Unsur Ijbariy Dari Segi Jumlah yaitu Adanya unsur ijbariy dari segi ini

dapat dilihat dari kata “mafrudan” yang secara etimologis berarti ‘telah

ditentukan atau telah diperhitungkan’. Kata-kata tersebut dalam

terminologi Ilmu Fiqh berarti sesuatu yang telah diwajibkan Allah kepada

hambanya. Dengan menggabungkan kedua kemungkinan pengertian itu,

maka maksudnya ialah: “sudah ditentukan jumlahnya dan harus dilakukan

sedemikian rupa secara mengikat dan memaksa.

Page 48: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

c). Unsur Ijbariy Dari Segi Penerimaan Peralihan Harta Yaitu Adanya unsure

ijbariy ini dapat dipahami dari kelompok ahli waris sebagaimana

disebutkan Allah dalam ayat-ayat 11, 12 dan 176 surat al-Nisa’.43

2. Asas Bilateral

Asas bilateral yaitu bahwa seseorang menerima hak kewarisan dari pihak

kerabat laki-laki dan kerabat perempuan. Asas ini dapat dilihat, antara lain dalam

surat An-Nisa, ayat 7, 12, dan 176.

3. Asas Individual

Berarti bahwa harta peninggalan diberikan terhadap ahli waris untuk

dimiliki secara perorangan.

4. Asas Keadilan Berimbang

Bahwa harus ada keseimbangan antara hak dan kewajiban, antara hak

yang diperoleh seseorang dengan kewajiban yang harus dilakukannya.44

5. Asas Akibat Kematian

Bahwa kewarisan hanya terjadi kalau ada yang meninggal dunia. Hal ini

berbeda dengan kewarisan pada hukum adat waris, yang memandang proses

pewarisan dapat pula berlangsung pada saat pewaris masih hidup.45

43 Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Cet I, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 18-19.

44 Muhammad Daud Ali, Asas-Asas Hukum Islam (Hukum Islam I): Pengantar Ilmu Hukum

dan Tata Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), h. 126.

Page 49: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Kaitannya dengan hal di atas, dalam waris Islam telah ditentukan tiga

rukun pewarisan. Adapun tiga rukun tersebut adalah:

(1) Mauruts (warisan), yaitu harta benda yang ditinggalkan oleh si mati yang

bakal dipusakai oleh para ahli waris setelah diambil untuk biaya-biaya

perawatan, melunasi hutang-hutang, dan melaksanakan wasiat. Harta

peninggalan itu oleh para fardhiyun disebut juga dengan tirkah atau turats.

(2) Muwarits, yaitu orang yang meninggal dunia, baik mati haqiqi maupun

mati hukmi.

(3) Waris, yaitu orang yang akan mewarisi harta peninggalan si mawarits

lantaran mempunyai sebab-sebab untuk mempusakai, seperti adanya

ikatan perkawinan, hubungan darah (keturunan), dan hubungan hak

perwalian dengan muwarits.46

Dalam Islam mereka yang mempunyai hak dan dapat menerima waris

adalah yang mempunyai sebab-sebab sebagai berikut:

1. Pernikahan; seseorang yang berhak mendapat harta peninggalan oleh

sebab hubungan pernikahan adalah Janda dan Duda.

2. Keturunan; mereka yang berhak menerima harta peninggalan karena

hubungan keturunan adalah ayah, ibu, kakek, nenek, anak perempuan,

anak laki-laki, cucu perempuan, cucu laki-laki, saudara laki-laki kandung,

45 Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, Cet I, (Bandung:

Alumni, 1993), h. 66-67.

46 Komite Fakultas Syari’ah Universitas Al-Azhar Mesir, Ahkamul-Mawaarits fil-Fiqhil-

Islami: Hukum Waris,Penerjemah Addys Aldizar dan Faturrahman, h. 28.

Page 50: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

saudara perempuan kandung, saudara laki-laki sebapak, saudara

perempuan sebapak, saudara perempuan seibu,saudara laki-laki seibu.

3. Wala; seseorang yang mendapatka waris karena hubungan wala’ adalah

orang yang memerdekakan budaknya hal ini disebabkan adanya

pembebasan budak, atau antara seseorang dengan seorang lainnya

disebabkan adanya akad muwalah atau muhalafah. 47

Adapun Faktor-faktor yang menyebabkan gugurnya seseorang

mendapatkan harta warisan dari harta peninggalan al-muwarris adalah:

1). Pembunuhan

Apabila ada seorang waris yang membunuh Muwaris-nya, maka ia tidak

berhak mewarisi harta Muwaris itu, karena membunuh Muwaris menghalangi

waris menerima warisan. Sesuai dengan sabda Nabi:

م .ل ا� ص��ل رس&:�� 3�( � شMV_ �� ا � �� -H; ��ل aاث ش)Mم ,B �'� bM�)�-م� �48)روا; ا

Artinya : “ Dari Umar bin Su’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata

Rasulullah saw bersabda: tidak ada pusaka bagi si pembunuh.” (HR.

Ibnu Majah)

2). Perbedaan Agama

Yang dimaksud dengan perbedaan agama yang menghalangi pusaka ialah

adanya perbedaan agama antara ahli waris dengan Muwaris, sehingga ahli waris

gugur haknya dalam memperoleh harta warisan. Rasulullah bersabda:

47 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, h. 29.

48 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, juz.II, (Beirut: Daarul Fikr, 1995), h. 884.

Page 51: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

�� ص�49)روا; احH3(, مMS4� aZ م ��ل S? 0&ارث اه.�� ��Hا � � 3�(و ان� ا��

Artinya: “orang Islam tidak mewarisi orang kafir demikian juga

orang kafir tidak mewarisi orang Islam.” (Riwayat Jamaah).

3). Beralih Agama atau Murtad

Orang murtad ialah orang yang meninggalkan Agama Islam dengan

kemauan sendiri. Para ulama sependapat menetapkan bahwa orang yang murtad,

laki-laki atau perempuan, tidak berhak menerima warisan dari keluarganya yang

beragama Islam. Demikian juga keluarganya yang Islam tidak berhak menerima

warisan dari Muwaris yang murtad.

Dalam hal besar kecilnya perolehan harta peninggalan untuk masing-

masing ahli waris didasarkan pada derajat kekerabatan mereka. Oleh karena itu

kerabat-kerabat yang derajat kekerabatannya lebih kuat mendapatkan bagian yang

lebih banyak. Bahkan tidak semua kerabat akan mendapatkan waris karena hak-

hak yang dimiliki oleh sebagian kerabat baru timbul jika tidak terdapatnya kerabat

tertentu hal tersebut semuanya telah diatur secara jelas pada al-Qur’an dan al-

Hadits.

C. Sendi-Sendi Dasar Hukum Waris Perdata

Hukum Waris menurut Hukum Perdata adalah suatu proses menggantikan

hak dan kewajiban seseorang yang meninggal dunia. Pada umumnya yang

digantikan adalah hanya hak dan kewajiban di bidang hukum kekayaan saja.

49 Imam Ahmad bin Hambal, al-musnad li al- Imam Ahmad bin Hanbal, juz.II, (t.tp.,t.p.,

t.th.,), h. 594.

Page 52: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Fungsi dari yang mewariskan yang bersifat pribadi atau yang bersifat hukum

keluarga (misalnya suatu perwalian) tidaklah beralih.50

Dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) hak dan kewajiban di

bidang hukum kekayaan adalah hak dan kewajiban yang diatur dalam buku ke II

KUHPerdata tentang benda dan buku ke III KUHPerdata tentang perikatan.51

Hukum waris yang diatur dalam KUHPerdata atau yang sering disebut

hukum waris BW tidak berlaku untuk semua golongan penduduk, hukum waris

BW tersebut hanya berlaku untuk:

a. Golongan orang-orang Eropa dan mereka yang dipersamakan dengan

golongan orang-orang tersebut.

b. Golongan orang-orang Timur Asing Tionghoa dan

c. Golongan orang-orang Timur Asing lainnya dan orang-orang Pribumi

yang menundukan diri.52

Dalam KUH.Perdata terdapat dua cara untuk mendapatkan warisan

sebagai berikut:

i. Seseorang menjadi ahli waris menurut ketentuan undang-undang atau ab

intestate;

50 H.F.A. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Cet II, (Jakarta: Rajawali, 1989), h. 375.

51 Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah, Hukum Kewarisan Perdata Barat “Kewarisan

Menurut Undang-Undang”, Cet II, (Jakarta: Kencana Renada Media Group, 2006), h. 7.

52 Anisitus Amanat, Membagi Warisan Berdasarkan Pasal-Pasal Hukum Perdata BW, Cet I,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 2.

Page 53: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

ii. Seseorang mendapatkan harta peninggalan dari si meninggal karena

ditunjuk dalam surat wasiat atau testamentair.

Adapun yang menjadi syarat umum pewarisan di dalam KUHPerdata

yaitu:

1. Ada orang yang meninggal dunia. Pasal 830 KUHPerdata menyebutkan,

bahwa peawarisan hanya berlangsung karena kematian. Kematian di sini

adalah kematian alamiah. (wajar).

2. Untuk memperoleh harta peninggalan ahli waris harus hidup pada saat

Pewaris meninggal. Menurut pasal 836 KUHPerdata, Seseorang yang

bertindak sebagai ahli waris, si ahli waris harus hadir pada saat harta

peninggalan jatuh meluang (warisan terbuka).53

Dalam KUH.Perdata dijelaskan tentang orang-orang yang berhak

mewarisi harta peninggalan dari si meninggal yang tercantum di dalam pasal 852-

861 KUH.Perdata bagian ke-Dua tentang perwarisan para keluarga sedarah yang

sah, dan suami atau isteri yang hidup terlama. Menurut Subekti untuk menentukan

siapa yang berhak mewarisi harta peninggalan, anggota keluarga si meninggal

dibagi dalam beberapa golongan sebagai berikut:

1. Ahli waris dalam golongan pertama, dimasukkan suami, isteri dan anak-

anak beserta turunan-turunan dalam garis lencang kebawah, dengan tidak

53 Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, h. 221-222.

Page 54: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

membedakan laki-laki atau perempuan dan dengan tidak membedakan

urutan kelahiran.

2. Ahli waris dalam golongan kedua, dimasukkan orang tua dan saudara-

saudara dari si meninggal. Bagi orang tua diadakan peraturan-peraturan

yang menjamin bahwa ia pasti mendapat bagian yang tidak kurang dari

seperempat harta peninggalan.

3. Ahli waris dalam golongan ketiga ini akan mendapat harta peninggalan

jika tidak terdapat keluarga dari golongan kedua. Orang-orang yang

termasuk dalam golongan ini adalah sanak keluarga dari pancar ayah si

yang meninggal dan sanak keluarga dari pancar ibu si yang meninggal.54

Dalam hukum waris perdata seseorang yang dianggap tidak patut menjadi

ahli waris dan karenanya pun dikecualikan dari pewarisan terdapat dalam pasal

838 KUH.Perdata tentang pewarisan karena kematian adalah sebagai berikut:

1. Mereka yang telah dihukum karena dipersalahkan telah membunuh, atau

mencoba membunuh si yang meninggal.

2. Mereka yang dengan putusan hakim pernah dipersalahkan karena secara

fitnah telah mengajukan pengaduan terhadap si yang meninggal, ialah

suatu pengaduan telah melakukan sesuatu kejahatan yang terancam

dengan hukuman penjara lima tahun lamanya atau hukuman yang lebih

berat.

54 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia, Cet II, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 35-

36.

Page 55: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

3. Mereka yang dengan kekerasan atau perbuatan telah mencegah si yang

meninggal untuk membuat atau mencabut surat wasiatnya.

4. Mereka yang telah menggelapkan, merusak atau memalsukan surat wasiat

si yang meninggal.55

Asas-asas KUH.Perdata (BW) yang merupakan sendi-sendi dasar hukum

waris perdata adalah sebagai berikut:

1. Dalam hukum waris berlaku suatu asas bahwa apabila seorang meninggal

dunia seketika itu juga segala hak dan kewajibannya beralih pada sekalian

ahli warisnya meskipun seorang bayi yang baru lahir adalah cakap untuk

tampil sebagai ahli waris mewarisi harta peninggalan orang tua.56

Seperti

yang tercantum pada pasal 833 KUHPer tentang pewarisan karena

kematian yang berbunyi:”bahwa sekalian ahli waris dengan sendirinya

karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang, segala hak dan

segala piutang si yang meninggal”. Selanjutnya dijelaskan pula dalam

pasal 834 yang berbunyi:”bahwa tiap-tiap waris berhak memajukan

gugatan guna memperjuangkan hak warisnya, terhadap segala mereka,

yang baik atas dasar hak yang sama, baik tanpa dasar sesuatu hak pun

55 Subekti dan Tjitrosudibio, Ibid, h. 223.

56 Surini Ahlan Syarif, Dalam Intisari Hukum Waris Menurut Buurgerlijk Wetboek, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1983), h. 10.

Page 56: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

menguasai seluruh atau sebagian harta peninggalan, seperti pun terhadap

mereka, yang secara licik telah menghentikan penguasaannya.57

2. Di samping itu berlaku juga asas, bahwa hanyalah hak-hak dan kewajiban

dalam lapangan hukum harta kekayaan harta benda saja yang dapat

diwariskan.

3. Bahwa dalam waris perdata berlaku juga asas kematian artinya pewarisan

hanya berlaku jika si pemilik harta meninggal dunia.

4. Asas individual dimana yang menjadi ahli waris adalah perorangan bukan

kelompok ahli waris dan bukan kelompok lain, suku atau keluarga. Hal ini

dapat dilihat dalam pasal 852 852a.

5. Asas Bilateral artinya bahwa seseorang tidak hanya mewarisi dari bapak

saja tetapi juga mewarisi dari ibu juga, demikian juga saudara laki-laki

mewarisi dari saudara laki-lakinya, maupun saudara perempuannya. Hal

ini tercantum dalam pasal 850, 853, dan 856.

6. Asas perderajatan maksudnya ahli waris yang derajatnya dekat dengan si

pewaris menutup ahli waris yang lebih jauh derajatnya.58

E. Sendi-Sendi Dasar Hukum Waris Adat

Seperti yang telah dijelaskan pada bab II bahwa waris adat adalah

penerusan dan pengalihan harta kekayaan dari si pemilik harta kepada ahli waris

57 Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, h. 2

58 Muhammad Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Pelaksanaan Kewarisan Perdata Barat, Cet

VI, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), h. 46-47.

Page 57: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

yang dilakukan pada saat setelah si pemilik harta meninggal ataupun masih hidup.

Orang yang berhak menerima harta kekayaan yaitu orang-orang yang mempunyai

hak atas harta tersebut menurut hukum adat yang berlaku. Pada masyarakat

betawi dalam hal pembagian warisan menggunakan sistem kewarisan individual,

dimana harta peninggalan dibagikan secara merata kepada ahli waris baik laki-

laki maupun perempuan.

Masyarakat Indonesia yang menganut berbagai macam agama dan

kepercayaan yang berbeda-beda mempunyai bentuk-bentuk kekerabatan dengan

sistem keturunan yang berbeda-beda. Sistem keturunan yang berbeda-beda ini

akan berpengaruh dalam sistem kewarisan yang berlaku di masyarakat. Adapun

sistem keturunan itu adalah sebagai berikut:

1. Sistem patrilineal, yaitu system keturunan yang ditarik menurut garis

bapak, dimana kedudukan pria lebih menonjol pengaruhnya dari

kedudukan wanita di dalam pewarisan.

2. Sistem matrilineal, yaitu sistem keturunan yang ditarik menurut garis ibu,

dimana kedudukan wanita lebih menonjol pengaruhnya dari kedudukan

pria di dalam pewarisan.

3. Sistem parental atau bilateral, yaitu system keturunan yang ditarik

menurut garis orang tua atau menurut garis dua sisi (bapak-ibu), dimana

Page 58: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

pada sistem keturunan ini kedudukan pria dan wanita tidak dibedakan di

dalam pewarisan.59

Setelah mengetahui tentang sistem keturunan yang mempunyai pengaruh

dalam hal pewarisan menurut penulis pada masyarakat betawi sistem keturunan

yang dipakai adalah sistem keturunan parental atau bilateral yang terlihat pada

sistem pembagian warisan yang tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan

perempuan dalam perolehan dari harta peninggalan.

Asas-asas yang menjadi sendi-sendi dasar dari hukum waris adat dihayati

dan diamalkan sesuai dengan filsafat hidup pancasila. Adapun unsur-unsur

pandangan hidup pancasila sebagai asas dalam proses pewarisan adalah sebagai

berikut:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila ini mempunyai asas bahwa rejeki dan harta kekayaan yang dapat

dikuasai dan dimilkinya adalah karunia Tuhan. Kaitannya dengan pewarisan

adalah bahwa terbagi atau tidak terbaginya harta warisan bukan tujuan tetapi yang

penting adalah tetap menjaga kerukunan hidup diantara para ahli waris dan semua

anggota keluarga keturunan pewaris.

2. Sila Kemanusiaan

59 Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Azas-Azas Hukum Perkawinan di Indonesia, Cet I,

(Jakarta: Bina Aksara, 1987), h. 26-28.

Page 59: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Di dalam proses pewarisan sila kemanusiaan berperan mewujudkan sikap

saling cinta mencintai antara sesama ahli waris, sikap tenggang rasa dan tepo

seliro antara ahli waris yang satu dengan yang lain dan mewujudkan sikap untuk

tidak sewenang-wenang, oleh karena adanya sikap tersebut maka di dalam hukum

waris adat sesungguhnya bukan penentuan banyaknya bagian warisan yang harus

diutamakan , tetapi kepentingan dan kebutuhan para ahli waris yang dapat dibantu

oleh adanya warisan itu.

3. Sila Persatuan

Pada sila persatuan ini dapat dilihat tentang asas kerukunan, yaitu asaa

yang tetap dipertahankan untuk teteap memelihara hubungan kekeluargaan yang

tenteram dan damai dalam mengurus, menikmati dan memanfaatkan warisan yang

tidak terbagi-bagi ataupun dalam menyelesaikan masalah pembagian, pemilikan

harta warisan yang terbagi dua.60

4. Sila Kerakyatan

Pada sila kerakyatan ini terdapat asas musyawarah dan mufakat, artinya

dalam mengatur dan menyelesaikan harta warisan setiap anggita waris

memepunyai tanggung jawab yang sama dan atau hak kewajiban yang sama

berdasarka musyawarah dan mufakat yang sama.

5. Sila Keadilan

60 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Cet II, (Tanjung Karang: t.p., 1983), h. 24-30.

Page 60: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Di dalam hukum waris adat sila keadilan, bukan berarti umum seperti

sebagaimana dikatakan “ Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia“, tetapi

keadilan bagi semua anggota waris mengenai pembagian harta warisan, baik ahli

waris maupun ahli waris yang bukan karena hubungan darah tetapi karena

pengakuan hubungan saudara dan lain sebagainya menurut hukum adat

setempat.61

Pada sistem hukum waris yang berlaku di masyarakat betawi setelah

penulis melakukan wawancara kepada para ulama betawi cengkareng dijelaskan

bahwa pada masyarakat betawi tidak terdapat sistem pembagian waris secara

khusus sebagaimana sistem kewarisan yang berlaku di daerah sumatera selatan,

minang kabau, bali, jawa barat.

Menurut K.H. Ma’ruf ‘Asyirun bahwa di masyarkat betawi dalam hal

pembagian warisan terdapat dua macam cara yang digunakan yaitu:

1. Kesepakatan maksudnya adalah pada pembagian jenis ini sebelum harta

peninggalan dibagikan ahli waris melakukan musyawarah lalu kemudian

bersepakat untuk membagikan harta warisan dengan seadil-adilnya tanpa

membedakan bagian untuk laki-laki ataupun perempuan.

2. Menggunakan pembagian secara Islam maksudnya adalah pada

pembagian jenis ini ahli waris membagikan harta peninggalan secara

61 Hilman Hadikusuma, Ibid, h. 24-30.

Page 61: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

hukum Islam yaitu laki-laki mendapatkan harta warisan lebih banyak

dibandingkan bagian yang diterima oleh perempuan.

3. Menggunakan Wasiat Maksudnya adalah dengan meninggalkan pesan baik

dalam bentuk tulisan ataupun tulisan sebelum pewaris meninggal kepada

ahli waris atau pihak selain ahli waris. Namun dalam pembagian semacam

ini kyai Ma’ruf ‘Asyirun berpendapat bahwa tidak sah wasiat yang

diberikan kepada ahli waris.

4. Menggunakan Pemberian Maksudnya adalah dengan cara membagikan

harta warisan kepada ahli waris sebelum pewaris meninggal yang biasa

disebut dengan hibah. Menurut kyai Achya Anshori hibah bukan termasuk

kedalam kategori warisan beliau berpendapat bahwa dalam Islam yang

dikatakan harta warisan adalah harta yang ditinggalkan oleh orang yang

telah meninggal dunia.62

K.H. Achya Anshori menambahkan bahwa terdapat beberapa macam cara

pembagian harta warisan di masyarkat betawi terdapat faktor yang melatar

belakanginya. Pada pembagian warisan dengan cara kesepakatan digunakan oleh

keluarga yang kurang berpegang teguh pada hukum Islam sedangkan keluarga

yang membagikan harta warisan dengan cara farâid digunakan oleh keluarga

yang berpegang teguh pada hukum Islam selain itu dalam pembagian harta

62 Wawancara Pribadi dengan Ma’ruf Asyirun. Jakarta, 29 Mei 2009.

Page 62: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

warisan secara kesepakatan dipilih untuk menghindari adanya perselisihan antara

para ahli waris.63

Menurut Firmansyah SE, selaku Sekertaris Lurah menambahkan bahwa

pada dasarnya masyarakat Kelurahan Kapuk mengetahui tentang pembagian

waris secara Islam namun untuk masalah pembagian masing-masing ahli waris

tidak tahu secara mendalam. Lalu pada prakeknya masyarakat betawi lebih

memilih membagikan warisan menurut mufakat atau kesepakatan keluarga agar

tidak terjadi perselisihan.64

Setelah mengetahui sistem waris adat yang ada di Indonesia dan

pembagian warisan di masyarkat betawi terdapat dua macam pembagian warisan

menurut penulis bahwa masyarkat betawi mempunyai sistem kewarisan

individual bahwa setiap ahli waris berhak untuk mendapatkan harta peninggalan

dan dalam hal pembagian warisan setiap keluarga mempunyai sistem pembagian

tersendiri yaitu membagikan dengan cara kesepakatan, membagikan dengan cara

farâid, membagikan dengan cara wasiat atau membagikan dengan cara pemberian

atau hibah.

63 Wawancara Pribadi dengan Achya al-Anshori. Jakarta, 8 Juni 2009.

64 Wawancara Pribadi dengan Firmansyah, Jakarta, 30 Juni 2009.

Page 63: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

BAB IV

KEWARISAN ISLAM DI KELURAHAN KAPUK

A. Monografi Kelurahan Kapuk

Dalam pembahasan terdahulu penulis telah menguraikan tentang serta

lainnya yang berkenaan dengan kewarisan Islam. Kemudian dalam bab ini penulis

akan menguraikan tentang selayang pandang masyarakat kelurahan kapuk

mengenai keberadaannya, struktural masyarakat, kebudayaan/kultur, serta hal-hal

yang berkaitan erat dengan masyarakat terkait.

Wilayah masyarakat Kelurahan Kapuk berada di bagian Barat DKI Jakarta

dengan luas wilayah 562,68 Ha. Di sebelah Utara kelurahan kapuk berbatasan

dengan kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara Kecamatan

penjaringan Kotamadya Jakarta Utara, di sebelah Timur berbatasan dengan

Sungai Cisadane dan Kelurahan Kedaung Kali Angke, di sebelah Selatan

berbatasan dengan Kelurahan Cengkareng Timur dan Kedaung Kali Angke, dan

di sebelah Barat berbatasan dengan Cengkareng Timur.65

Adapun pembagian luas wilayah Kelurahan Kapuk terdiri dari 16 (enam

belas) RW yang terdapat 222 RT dengan jumlah penduduk sebanyak 54.564

warga. Dari jumlah tersebut terdapat warga negara asing (WNA) sebanyak 6

65 Sumber Data dari Kantor Kelurahan Kapuk.

Page 64: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

orang, yang berarti jumlah warga negara Indonesia (WNI) sebanyak 54.558

orang.

Data potensi wilayah antara lain: (1) Aparat Pemerintah Kelurahan dan

Aparat Instansi lain, (2) Mata pencaharian, (3) Tingkat Pendidikan penduduk

Kelurahan Kapuk sangatlah beragam, hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel I

Aparat Pemerintah Kelurahan dan Instansi lain

Aparat Pemerintah Kelurahan dan

Aparat Instansi Lain

Jumlah

Golongan I

Golongan II

Golongan III

Golongan IV

Golongan I

Golongan II

Golongan III

0

6

5

0

0

1

5

Total 17

Sumber: Data Monografi Kelurahan Kapuk (Laporan Tahun 2008)

Page 65: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Tabel II

Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Kapuk

N=54097

Mata Pencaharian Jumlah

TNI

POLRI

Pegawai Negeri Sipil

Pensiunan TNI

Pensiunan POLRI

Pensiunan PNS

Karyawan Swasta

Pedagang/Swasta

Buruh

Jasa

Lain-Lain

46

49

701

36

59

158

15073

3022

3997

805

30151

Jumlah 54097

Sumber: Data Monografi Kelurahan Kapuk (Laporan Tahun 2008)

Page 66: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Tabel III

Tingkat Pendidikan Masyarakat Kapuk

N=27591

Tingkat Pendidikan Jumlah

SD

SLTP

SLTA

Akademi

S1

S2

S3

Tamat SD

Tamat SLTP

Tamat SLTA

Tamat Akademik

Tamat Universitas

2816

3126

529

291

290

225

0

9106

5577

4637

501

439

Total 27591

Sumber: Data Monografi Kelurahan Kapuk (Laporan Tahun 2008)

Page 67: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Adapun fasilitas umum yang terdapat di Kelurahan Kapuk antara lain: (1)

Sarana Keagamaan, (2) Sarana Pendidikan, (3) Sarana Kesehatan. Dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel I

Sarana Keagamaan

N=290

Sarana Keagamaan Jumlah

Masjid

Musholla

Gereja

Kelenteng

Pura

Kuil

Vihara

Majelis Taklim

Persatuan Gereja

Remaja Masjid

Remaja Gereja

Pesantren

34

78

2

1

0

0

6

31

6

37

0

95

Total 290

Sumber: Data Monografi Kelurahan Kapuk (Laporan Tahun 2008)

Page 68: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Tabel II

Sarana Pendidikan Kelurahan Kapuk

N=82

Sarana Pendidikan Jumlah

Taman Kanak-kanak

Sekolah Dasar

Madrasah Ibtidaiyyah

SLTP

Madrasah Tsanawiyah

SLTA

Madrasah Aliyah

Pasca Sarjana

Kursus Komputer

Kursus Menjahit

Kursus Tata Boga

Kursus Tata Busana

Kursus Montir Mobil/Motor

Kursus Seni Tari/Musik

17

31

3

12

3

3

2

5

1

1

1

1

1

1

Total 82

Sumber: Data Monografi Kelurahan Kapuk (Laporan Tahun 2008)

Page 69: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Tabel III

Sarana Kesehatan Kelurahan Kapuk

N=41

Sarana Kesehatan Jumlah

Puskesmas

Rumah Bersalin

Poliklinik

Balai Pengobatan

Praktek Dokter Umum

Praktek Dokter Gigi

Depo Obat

Posyandu

Klinik Keluarga Berencana

2

2

2

2

12

1

16

2

2

Total 41

Sumber: Data Monografi Kelurahan Kapuk (laporan Tahun 2008)

B. KESADARAN HUKUM MASYARAKAT KAPUK

1. Profil Responden

Obyek yang menjadi penelitian penulis adalah masyarakat Kelurahan

Kapuk Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Adapun deskripsi profil responden

Page 70: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

mengacu pada tiga indikator, yaitu: (1) Jenis Kelamin, (2) Tingkat Pendidikan, (3)

Pekerjaan.

Dari sebaran responden ternyata lebih didominasi oleh masyarakat yang

berjenis kelamin laki-laki, yakni 68 %. Dan sebagian responden yang berjenis

kelamin perempuan berjumlah 32 %.

Tabel 1

Jenis Kelamin Responden

N=100

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-laki

Perempuan

68

32

68

32

Total 100 100

Diagram Histogram

0

10

20

30

40

50

60

70

%

Laki-Laki

Perempuan

Berdasarkan perbedaan tingkat pendidikan jumlah responden untuk setiap

tingkat pendidikan yaitu: tingkat pendidikan tidak tamat SD (0) berjumlah 21 %,

Page 71: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

tingkat pendidikan SD yakni, 30 %, tingkat pendidikan SMP yaitu, 13 %, tingkat

pendidikan SMA adalah, 27 %, tingkat pendidikan Perguruan Tinggi berjumlah 9

%.

Tabel 2

Tingkat Pendidikan

N=100

Tingkat Pendidikan Frekuensi %

Tidak tamat (0)

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

21

30

13

27

9

21

30

13

27

9

Total 100 100

Diagram Histogram

0

5

10

15

20

25

30

%

Tidak Tamat

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

Page 72: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Mengacu kepada indikator pekerjaan ternyata sebagian besar adalah

pekerja sebagai Karyawan, Buruh dan Wiraswasta yang berjumlah 68 %. Ibu

Rumah Tangga yakni, 24 %. Dan masyarakat yang berprofesi sebagai pengajar

baik sebagai pengajar formal maupun non formal berjumlah 8 %.

Tabel 3

Jenis Pekerjaan

N=100

Pekerjaan Frekuensi %

Pekerja

Ibu Rumah Tangga

Pengajar

68

24

8

68

24

8

Total 100 100

Diagram Histogram

0

10

20

30

40

50

60

70

%

Pekerja

Ibu Rumah Tangga

Pengajar

Page 73: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

2. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Hukum Waris Islam

Pengetahuan merupakan salah satu indikator dari kesadaran hukum. Untuk

itu pada bagian ini akan dikemukakan pengetahuan masyarakat terhadap hukum

waris Islam. Dari pengisian kuesioner kepada 100 responden ternyata 32 %

pengetahuan masyarakat kurang terhadap hukum waris Islam. Pengetahuan

masyarakat pada tingkat cukup yaitu, 53 %. Dan tingkat pengetahuan yang tinggi

pada masyarakat yakni, 15%.

Tabel 4

Pengetahuan Masyarakat Terhadap Hukum Waris Islam

N=100

Pengetahuan Masyarakat Terhadap Hukum Waris

Islam

Frekuensi %

Kurang

Cukup

Tinggi

32

53

15

32

53

15

Total 100 100

Diagram Histogram

0

10

20

30

40

50

60

%

Kurang

Cukup

Tinggi

Page 74: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

3. Pemahaman Masyarakat Terhadap Hukum Waris Islam

Pemahaman tentang suatu sistem hukum merupakan indikator kedua dari

kesadaran hukum. Untuk itu akan dikemukakan pemahaman masyarakat terhadap

hukum waris Islam. Pemahaman masyarakat terhadap hukum waris Islam pada

tingkat kurang berjumlah 15 % dan pemahaman pada masyarakat pada tingkat

cukup yakni, 84 % sedangkan pemahaman pada tingkat tinggi yaitu, 1 %.

Tabel 5

Pemahaman Masyarakat Terhadap Hukum Waris Islam

N=100

Pemahaman Masyarakat Terhadap Hukum Waris

Islam

Frekuensi %

Kurang

Cukup

Tinggi

15

84

1

15

84

1

Total 100 100

Diagram Histogram

0

20

40

60

80

100

%

Kurang

Cukup

Tinggi

Page 75: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

4. Sikap Masyarakat Terhadap Hukum Waris Islam

Salah satu indikator dari kesadaran hukum adalah sikap terhadap suatu

sistem hukum. Untuk itu maka pada bagian ini akan dikemukakan sikap

masyarakat terhadap hukum waris Islam. Adapun sikap masyarakat yang

memberikan tanggapan negatif terhadap hukum waris Islam yakni, 10 %.

Masyarakat yang bersikap netral berjumlah 70 %. Masyarakat yang bersikap

positif terhadap hukum waris Islam berjumlah 20 %.

Tabel 6

Sikap Masyarakat Terhadap Hukum Waris Islam

N=100

Sikap Masyarakat Terhadap Hukum Waris Islam Frekuensi %

Negatif

Netral

Positif

10

70

20

10

70

20

Total 100 100

Page 76: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Diagram Histogram

0

20

40

60

80

%

Negatif

Netral

Positif

5. Perilaku Masyarakat Terhadap Hukum Waris Islam

Perilaku masyarakat terhadap suatu sistem hukum merupakan indikator

keempat dari kesadaran hukum. Maka dapat dikemukakan perilaku masyarakat

terhadap hukum waris Islam. Dari pengisian kuesioner diketahui bahwa

masyarakat yang berperilaku positif terhadap hukum waris Islam berjumlah 20 %.

Dan masyarakat yang berprilaku netral berjumlah 70 %. Sedangkan yang

berprilaku negatif sebanyak 49 %.

Tabel 7

Perilaku Masyarakat Terhadap Hukum Waris Islam

N=100

Perilaku Masyarakat Terhadap Hukum Waris Islam Frekuensi %

Negatif

Netral

Positif

10

70

20

49

70

20

Total 100 100

Page 77: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Diagram Histogram

0

10

20

30

40

50

60

70

%

Negatif

Netral

Positif

C. Kesadaran Hukum Waris Responden

Deskripsi kesadaran hukum waris Islam responden pada uraian berikut ini

akan di- crosstab-kan dengan keempat indikator di atas yang mengacu pada

kepada (1) Jenis Kelamin, (2) Pekerjaan, (3) Pendidikan.

Secara umum tingkat kesadaran hukum waris Islam hampir seluruh

responden memiliki tingkat kesadaran hukum yang cukup dengan jumlah 93%.

Kesadaran hukum responden lain yang berkadar rendah berjumlah 2%. Dan

kesadaran hukum waris Islam sebagian responden yang berkadar tinggi berjumlah

5 %.

Page 78: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Tabel 8

Kesadaran Hukum Waris Islam Responden

N=100

Tingkat Kesadaran Hukum Waris Islam Frekuensi %

Tinggi

Cukup

Rendah

5

93

2

5

93

2

Total 100 100

Diagram Histogram

0

20

40

60

80

100

%

Tinggi

Cukup

Rendah

Dengan mengacu pada indikator jenis kelamin, pada responden laki-laki di

dominasi oleh tingkat kesadaran hukum waris yang berkadar cukup berjumlah 94

%. Kemudian tingkat kesadaran hukum waris yang berkadar rendah berjumlah 3

%. Dan disusul pada tingkat kesadaran hukum waris Islam yang berkadar tinggi

berjumlah 3%. Demikian pula pada responden perempuan mayoritas responden

memiliki kadar kesadaran hukum waris Islam yang cukup yaitu 91 %. Lalu

Page 79: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

responden yang memilki kadar kesadaran hukum waris Islam yang rendah pada

responden perempuan tidak ada atau 0 %. Sedangkan tingkat kesadaran hukum

waris Islam yang berkadar tinggi berjumlah 9 %.

Tabel 9

Tingkat Kesadaran Hukum Waris Responden Menurut Jenis Kelamin

N=100

Tingkat Kesadaran Hukum Waris Responden Jenis

Kelamin Rendah

F %

Cukup

F %

Tinggi

F %

Total

F %

Laki-laki 2 3 64 94 2 3 68 100

Perempuan 0 0 29 91 3 9 32 100

Diagram Histogram

0

20

40

60

80

100

Laki-Laki Perempuan

Rendah

Cukup

Tinggi

Dilihat dari segi jenis pendidikan dikalangan responden ternyata tingkat

pendidikan 0 (tidak tamat SD) yang mendominasi adalah tingkat kesadaran

Page 80: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

berkadar cukup yang berjumlah 85 %. Untuk tingkat kesadaran yang berkadar

rendah berjumlah 10 %. Dan tingkat kesadaran yang berkadar tinggi berjumlah 5

%.

Lalu pada tingkat pendidikan SD lebih mendominasi tingkat kesadaran

yang berkadar cukup dengan jumlah yakni, 30 %. Tingkat kesadaran yang

berkadar rendah berjumlah 0 %. Tingkat kesadaran yang berkadar tinggi

berjumlah 0 %.

Kemudian pada tingkat pendidikan SMP tingkat kesadaran yang berkadar

cukup yakni, 92 %. Tingkat kesadaran yang berkadar rendah berjumlah 0 %.

Sedangkan tingkat kesadaran yang berkadar tinggi berjumlah 8 %.

Adapun pada tingkat pendidikan SMA ternyata yang lebih mendominasi

adalah tingkat kesadaran berkadar cukup dengan jumlah yaitu, 96 %. Pada tingkat

kesadaran berkadar rendah berjumlah 0 %. Dan tingkat kesadaran berkadar tinggi

berjumlah 4 %.

Sedangkan pada tingkat pendidikan Perguruan Tinggi, tingkat kesadaran

yang berkadar rendah berjumlah 0 %. Dan pada tingkat kesadaran yang berkadar

tinggi berjumlah 22 %. Untuk tingkat kesadaran yang berkadar cukup

mendominasi dengan jumlah 78 %.

Page 81: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Tabel 10

Tingkat Kesadaran Hukum Waris Responden Menurut Tingkat Pendidikan

N=100

Tingkat Kesadaran Hukum Waris Responden Tingkat

Pendidikan Rendah

F %

Cukup

F %

Tinggi

F %

Total

F %

0 2 10 18 85 1 5 21 100

SD 0 0 30 100 0 0 30 100

SMP 0 0 12 92 1 8 13 100

SMA 0 0 26 96 1 4 27 100

PT 0 0 7 78 2 22 9 100

Diagram Histogram

0

20

40

60

80

100

0 SD SMP SMA PT

Rendah

Cukup

Tinggi

Dengan mengacu pada indikator jenis pekerjaan diketahui bahwa pada

jenis pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga yang mendominasi adalah tingkat

Page 82: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

kesadaran berkadar cukup dengan jumlah 96 %. Tingkat kesadaran yang berkadar

rendah yakni, 0 %. Dan tingkat kesadaran yang berkadar tinggi yaitu, 4 %. Lalu

pada jenis pekerjaan sebagai pekerja (Wiraswasta, Karyawan, Buruh) tingkat

kesadaran berkadar rendah berjumlah 1 %. Disusul dengan tingkat kesadaran

yang berkadar cukup mendominasi dengan jumlah 99%. Dan pada tingkat

kesadaran berkadar tinggi berjumlah 0 %. Sedangkan pada jenis pekerjaan

sebagai pengajar (formal/ non formal) ternyata separuh responden tingkat

kesadarannya berkadar cukup dengan jumlah 50 %. Pada tingkat kesadaran yang

berkadar rendah berjumlah 0 %. Dan separuh untuk tingkat kesadaran yang

berkadar tinggi yakni, 50 %.

Tabel 11

Tingkat Kesadaran Hukum Waris Responden Menurut Tingkat Pekerjaan

N=100

Tingkat Kesadaran Hukum Waris Responden Jenis

Pekerjaan Rendah

F %

Cukup

F %

Tinggi

F %

Total

F %

IRT 0 0 23 96 1 4 24 100

Pekerja 1 1 67 99 0 0 68 100

Pengajar 0 0 4 50 4 50 8 100

Page 83: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Diagram Histogram

0

20

40

60

80

100

IRT Pekerja Pengajar

Rendah

Cukup

Tinggi

Page 84: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melihat dan menganalisa dari hasil penelitian yang penulis

lakukan kepada warga Kelurahan Kapuk Kecamatan Cengkareng Jakarta

Barat,untuk penulis ada berapa kesimpulan yang dapat diambil, yaitu :

1. Dari hasil penyebaran angket kepada 100 responden ternyata 32 %

pengetahuan masyarakat kurang terhadap hukum waris Islam. Adapun

pengetahuan masyarakat pada tingkat cukup yaitu, 53 %, dan tingkat

pengetahuan yang tinggi pada masyarakat hanya, 15%. Dari prosentase ini

dapat disimpulkan bahwa sebagian masyarakat mengetahui hukum waris telah

diatur dalam Islam.

2. Pemahaman masyarakat Kapuk terhadap hukum waris Islam dilihat dari hasil

penyebaran angket yaitu, pada tingkat kurang berjumlah 15 % dan

pemahaman pada masyarakat pada tingkat cukup yakni, 84 % sedangkan

pemahaman pada tingkat tinggi yaitu, 1 %. Dari hasil prosentase di atas dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat kapuk tidak begitu memahami

secara mendalam terhadap hukum waris Islam.

Page 85: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

3. Sikap masyarakat Kapuk tentang hukum waris Islam yang memberikan

tanggapan negatif terhadap hukum waris Islam yakni, 10 %. Masyarakat yang

bersikap netral berjumlah 70 %. Masyarakat yang bersikap positif terhadap

hukum waris Islam berjumlah 20 %. Dari prosentase seperti ini mencerminka

Page 86: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

bahwa sikap warga Kapuk pada umumnya tentang hukum waris Islam

pada tingkat netral artinya Masyarakat bersikap netral baik dalam

mempelajari maupun mempraktekan hukum waris Islam di dalam

keluarga mereka masing-masing.

4. Perilaku masyarakat Kapuk tentang hukum waris Islam yang memberikan

tanggapan negatif yakni, 49 %. Masyarakat yang berperilaku netral

terhadap hukum waris Islam berjumlah 70 %, dan masyarakat yang

berperilaku positif terhadap hukum waris Islam yaitu, 20 %. Dari hasil

prosentase seperti ini penulis menyimpulkan bahwa masyarakat kapuk

baik yang tingkat pemahaman pengetahuan tinggi, cukup ataupun rendah

dalam hal pembagian harta warisan jarang sekali menggunakan hukum

waris Islam, masyarakat lebih menyukai pembagian dengan sistem

pembagian melalui jalan musyawarah keluarga.

Sehingga apabila kita melihat dari hasil di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa pemahaman, pengetahuan, sikap dan perilaku warga Kapuk tentang hukum

waris adalah pada tingkat cukup atau memadai, karena setelah penulis

menyebarkan angket kepada responden serta mewawancara ulama dan pejabat

pemerintahan yang dalam hal ini adalah pegawai kelurahan sebagian besar warga

kapuk hanya mengetahui bahwa dalam pembagian waris dalam hukum Islam

Page 87: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

telah diatur , tetapi apabila ditinjau dari segi tehnik pembagian waris secara Islam

sebagian besar masyarakat tidak menguasai dengan baik. Hal ini dikarenakan

mereka tidak memiliki dasar atau pengetahuan dasar tentang tata cara pembagian

hukum waris Islam.

B. Saran – saran

Setelah kita perhatikan data di atas, menurut penulis ada beberapa hal

yang bisa menjadi catatan atau saran bagi semua pihak tentang pelaksanaan

hukum waris Islam khususnya di masyarakat Kelurahan Kapuk. Adapun saran-

saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kepada para guru atau ustadz/ustadzah baik di bidang formal atau

informal lebih diperhatikan lagi tentang pemberian materi atau

pembelajaran kepada semua pihak tentang pelaksanaan hukum waris.

Memasukkan materi-materi tentang ilmu waris Islam kedalam mata

pelajaran di sekolah.

2. Kepada masyarakat Kapuk agar lebih ditekankan pemahaman tentang

pelaksanaan hukum waris melalui pengajian-pengajian yang diadakan oleh

warga sekitar dan lebih banyak bertanya kepada para pihak yang lebih

memahami seperti kepada para ustadz/ustadzah sehingga ketika terjadi

pembagian waris secara Islam dapat dilakukan dengan baik tanpa adanya

pihak yang dirugikan.

Sehingga apabila hal ini dapat dilakukan, maka kesadaran hukum

masyarakat terhadap hukum waris Islam akan berjalan dengan baik. Masyarakat

Page 88: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

akan lebih mengetahui dan memahami hukum waris Islam, jika masyarakat sudah

mengetahui dan memahami maka masyarakat akan bersikap positif dan berprilaku

sesuai dengan hukum waris Islam. Dari sikap dan perilaku positif akan tercipta

sebuah kesadaran hukum yang baik terhadap hukum waris Islam.

Page 89: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Daftar Pustaka

Al-Qur’an dan Terjemah.

Amanat, Anisitus, Membagi Warisan Berdasarkan Pasal-pasal Hukum Perdata

BW, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. Ke-1.

Asmawi dkk, Relegiusitas Dan Kesadaran Hukum Islam Pada Mahasiswa UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta: t.tp., 2005.

Ash-Shidieqy, Hasby, Fiqhul Mawaris, Semarang: Pustaka Rizki Putra,2001, Cet.

Ke-3.

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika Pressindo, 2004,

Cet. Ke-4.

Abu, Imam al-Hajaj al-Husain, Shahih Muslim, Beirut: Daarul Fikr, 1993, Juz II.

Ahlan, Surini Syarif, Dalam Intisari Hukum Waris Menurut Burgerlijk Wet Boek,

Jakarta Ghalia Indonesia, 1983.

Ali, Zainudin, Sosiologi Hukum, Jakarta: Sinar Grafika 2006.

Djalil, Ahmad Basiq. Tebaran Pemikiran Keislaman di Tanah Gayo, Jakarta:

Prenada Media Group, 2006, Cet. Ke-1.

Daud, Muhammad Ali, Asas-Asas Hukum Islam (Hukum Islam I): Pengantar

Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press,

1990.

Djojodigoeno, Asas-Asas Sosiologi, Jakarta: Untag University Press, 1971.

Elmiyah, Nurul dan Surini Ahlan Syarif, Hukum Kewarisan Perdata Barat

Kewarisan Menurut Undang Undang, Jakarta: Kencana Prenada Group,

2006, Cet. Ke-2.

Hadikusuma, Hilman, Hukum Waris Adat, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1983,

Cet. Ke-4.

Majah, Ibnu, Sunan Ibnu Majah, Beirut: Daarul Fikr, 1995, Juz II.

80

Page 90: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Mustafa, Abdullah dan Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat,

Jakarta: Rajawali, 1987.

Nasution, Harun, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 2002, Cet. Ke-2.

Prakoso, Djoko dan I Ketut Murtika, Azas-Azas Hukum perkawinan di Indonesia,

Jakarta: PT Bina Aksara, 1987, Cet. Ke-1.

Ramulyo, Muhammad Idris, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1992, Cet. Ke-1.

Rafiq, Ahmad, Fiqh Mawaris, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002, Cet. Ke-4.

--------------, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997,

Cet. Ke-2.

Rumidi, Sukandar, Metode Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,

Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004, Cet. Ke-2.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2001, Cet. Ke-29.

Soleman B. Taneko dan Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta:

Rajawali Press, 1983.

Soekanto, Soerjono, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1994.

--------------, Kesadaran Dan Kepatuhan Hukum, Jakarta: CV Rajawali, 1982,

Cet. Ke-1.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2006, Cet. Ke-1.

Salman, Otje, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, Bandung:

Alumni, 1993, Cet. Ke-1.

Suparman, Eman, Hukum Waris Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2007, Cet.

Ke-2.

Syarifudin, Amir, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004, Cet.

Ke-1.

Page 91: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta: PT

Pustaka LP3ES Indonesia Anggota IKAPI, 1995, Cet. Ke-2.

Tjitrosudibio, Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya

Paramita, 2006, Cet. Ke-37.

Thalib, Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: UI-Press, 1986, Cet. Ke-

5.

Vollmar, H.F.A, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jakarta: Rajawali, 1983, Cet.

Ke-2.

Usman, Suparman, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2002, Cet. Ke-2.

Zuhaili, Wahbah, Fiqh dan perundangan Islam: Penerjemah : Akhir Haji Yacoob

dkk, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan

Malaysia, 1991, Cet. Ke-1.

Page 92: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

HASIL WAWANCARA I

Nama : Firmansyah, S.E

Jabatan : Sekertaris Lurah

Hari / Tanggal : 22 Mei 2009

Tempat : Kantor Kelurahan

1. Bagaimana pengetahuan masyarakat tentang hukum waris Islam?

Jawab : Masyarakat kita ini sebenarnya tahu kalau untuk masalah pembagian

warisan diatur dalam hukum Islam.

2. Lalu bagaimana dengan pemahaman mereka terhadap hukum waris Islam?

Jawab : Kalau ditanya mengenai pemahaman kan berarti mengetahui lebih dalam

tentang hukum waris baik tata cara pembagian maupun ahli waris yang

berhak menerima atau tidak menerima warisan. Menurut saya

masyarakat di sini hanya sebagian kecil saja yang mengerti betul

masalah teori dari hukum waris Islam dan sebagian yang lain hanya

Page 93: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

sekedar mengetahui bahwa laki-laki mendapat bagian lebih besar

daripada wanita.

3. Bagaiman sikap masyarakat terhadap hukum waris Islam?

Jawab : Hanya orang-orang atau keluarga yang mengerti betul dengan waris Islam

yang memberikan sikap positif dan menggunakan tata cara pembagian

waris menurut hukum Islam.

4. Lalu bagaimana perilaku masyarakat terhadap hukum waris Islam?

Jawab : Perilaku di sini maksudnya prakteknya ya. Kalau prakteknya selama ini

jarang sekali masyarakat kapuk membagikan warisan dengan cara

hukum Islam, ujung-ujungnya dibagikan dengan cara mufakat, karena

mereka berfikir dan merasa tidak adil kalau harta warisan dibagikan

tidak sama rata.

Page 94: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

HASIL WAWANCARA II

Nama : K.H. Achya Al-Anshori, Lc

Jabatan : Pendiri Pondok Pesantren Minhajut-Thalibin

Hari / Tanggal : Senin, 8 Juni 2009

Tempat : Rumah K.H. Achya Al-Anshori

1. Bagaimana pembagian waris yang ada di masyarakat ?

Jawab : Pembagian waris yang ada di masyarakat mengikuti pembagian menurut

tradisi keluarga yaitu tidak mengacu pada syariat. Hanya keluarga yang

keimanannya kuat yang membagikan warisan menurut ketentuan syariat,

orang yang tahu hukum dan paham akan waris Islam juga belum tentu

bisa menggunakan pembagian waris secara syariat akan tetapi jangan

disalah artikan jika suatu keluarga yang tidak menggunakan pembagian

waris menurut syariat tidak kuat imannya bisa juga karena pihak

keluarga ingin menghindari terjadinya perselisihan.

2. Menurut Pak Kyai bagaimana pengetahuan dan pemahaman masyarakat

terhadap hukum waris Islam?

Jawab: Masyarakat yang paham betul tentang ilmu faraidh pada zaman sekarang

ini sangat jarang sekali ini dikarenakan bagi masyarakat ilmu faraidh itu

Page 95: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

sulit sekali untuk dipelajari dan kaitannya dengan harta yang menurut

sebagian orang harta merupakan akar dari permusuhan keluarga. Selain

karena itu di negara kita ini Undang-Undang juga sudah mengatur bagi

keluarga muslim diperbolehkan membagikan warisan dengan cara

kesepakatan asalkan masing-masing pihak ahli waris sudah tahu bagian

masing-masing.

Page 96: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

HASIL WAWANCARA III

Nama : K.H. Ma’ruf ‘Asyirun

Jabatan : Pendiri Pondok Pesantren Al-Itqon

Hari / Tanggal : Senin, 2 Juni 2009

Tempat : Kantor Pondok Al-Itqon

1. Bagaimana cara masyarakat dalam membagikan harta warisan?

Jawab: Pada masyarakat terdapat dua macam cara pembagian yang pertama

menggunakan cara pembagian menurut hukum Islam (syariat) laki-laki

mendapat bagian lebih besar daripada perempuan yaitu 2:1. Tata cara

cara seperti ini digunakan oleh keluarga yang meang bisa dikatakan taat

akan hukum Islam yang berlaku karena mereka sudah tahu dan

memahami tentang firman-firman Allah yang mengatur tentang warisan.

Lalu cara yang kedua menggunakan cara kesepakatan keluarga artinya

keluarga bermusyawarah untuk membagikan harta warisan secara

merata kepada semua pihak, keluarga yang menggunakna tata cara sperti

ini biasanya keluarga yang kurang begitu memahami hukum waris

Islam, mereka tidak mau melibatkan orang yang berkompeten dalam hal

pmbagian warisan dan tidak ingin terjadi perselisihan antar saudara

karena warisan.

Page 97: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk

2. Apakah masyarakat mengetahui bahwa dalam Islam diatur tentang tata cara

pembagian waris?

Jawab : Masyarakat yang awam artinya yang kurang pengetahuannya tentang

agama hanya tahu saja kalau dalam Islam telah diatur hukum waris tapi

kalau untuk lebih mendalam lagi mengenai ilmu waris bisa dikatakan

hanya sebagian kecil saja yang memahami.

3. menurut bapak sebagai seorang ulama, bagaimana sikap masyarakat terhadap

hukum waris Islam?

Jawab : Hukum waris Islam di masyarakat sebenarnya bisa dikatakan kurang

begitu diminati dalam membagikan harta warisan mereka lebih senang

kalau membagikan harta warisan tanpa memanggil orang yang

berkompeten dalam hal ini ulama, ulama dipanggil cuma buat tahlilan

atau ceramah saja.

4. Lalu apakah pada masyarakat Betawi terdapat sistem pembagian sendiri seperti

yang ada di daerah lain misalnya pada daerah padang dan laian-alain?

Jawab : Sepengetahuan saya kalau di masyarakat Betawi tidak ada sistem secara

khusus seperti yang ada di daerah lain.

Page 98: KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM · PDF fileKESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP HUKUM WARIS ISLAM ( Studi di Kelurahan Kapuk Cengkareng Jakarta Barat ) Skripsi Diajukan untuk