KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. KRAKATAU STEEL …... · D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja,...

download KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. KRAKATAU STEEL …... · D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas ... Sebagai sarana latihan kerja bagi Penulis

If you can't read please download the document

Transcript of KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. KRAKATAU STEEL …... · D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja,...

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    LAPORAN MAGANG

    IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN

    KERJA SERTA LINGKUNGAN DI

    PT. KRAKATAU STEEL

    CILEGON

    Anisa Dyah Kusumawardhani

    R.0009014

    PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    Surakarta

    2012

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,

    karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta

    penyusunan laporan magang dengan judul Implementasi Hiperkes dan

    Keselamatan Kerja serta Lingkungan di PT. Krakatau Steel Cilegon.

    Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program

    D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

    Maret Surakarta. Di samping itu magang ini dilaksanakan untuk menambah

    wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta

    problematika yang ada mengenai penerapan keselamatan dan kesehatan kerja serta

    lingkungan hidup di perusahaan.

    Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah

    dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis

    menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. H. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta

    sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam

    penyusunan laporan ini.

    3. Ibu Dra. Cr. Siti Utari, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

    4. Ibu Reni Wijayanti, dr. M.Sc. selaku penguji yang telah menguji dan memberikan masukan demi perbaikan laporan ini.

    5. Bapak Awang Yudha Irianto, Selaku Superintendent sekaligus Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan

    laporan ini.

    6. Bapak Kornelis selaku Training Koordinator Divisi HSE yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan magang ini serta membantu Penulis dalam

    memberikan gambaran tentang SMK3.

    7. Bapak Nurkadi, Bapak Yohanes, dan Bapak Syarbini, Bapak Didi selaku Supervisor dan Bapak Freddy Cahyo sebagai Pembimbing Lapangan yang

    telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan ini.

    8. Bapak M. Ichsan dan Bapak Subiyarman yang telah memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman tentang boiler.

    9. Bapak Sunardi, Ibu Esti, Mbak Esti, Mas Ade Rizal, Mas Rian, dan Mas Eko yang telah banyak membantu dan memberikan pengetahuan serta pengalaman

    tentang laboratorium lingkungan.

    10. Bapak Nugroho atas ilmu yang diberikan kepada Penulis tentang radiasi. 11. Bapak Triyoso atas ilmu yang diberikan kepada Penulis tentang crane. 12. Bapak Yusuf atas ilmu yang diberikan kepada Penulis mengenai pengendalian

    lingkungan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    13. Mas Uus Syauqi, Bapak Prabowo, Bapak Hartono, Bapak Bachruddin yang banyak memberikan bantuan kepada Penulis selama magang.

    14. Bapak, Ibu, Adikku tercinta serta keluargaku semuanya, yang tidak henti-hentinya memberikan curahan doa dan kasih sayang kepada penulis sehingga

    penulis mampu menyelesaikan semua masalah yang Penulis hadapi.

    15. Sahabat-sahabatku Anindyah, Ritma, Syara, Novalia, Tina, Junita, Stevina, Wuri, Adi, Yogi, Amin, Setyono, Lutfi, Adin dan Yudha yang selalu

    memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis.

    16. Ajeng Ayu Vidyasari dan Setyaning Dwi Murwani sebagai tim prakerin selama magang, terimakasih untuk kerjasamanya.

    17. Teman-temanku seperjuangan Angkatan 2009, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya. Semoga kekompakan kita terus terjaga.

    18. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu.

    Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih sangat jauh dari

    sempurna sehingga Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

    pembaca sehingga dapat dijadikan masukan di waktu mendatang.

    Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat

    bagi kita semua, khususnya mahasiswa Program D.III Hiperkes Dan Keselamatan

    Kerja untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan keselamatan dan

    kesehatan kerja serta lingkungan hidup di perusahaan.

    Cilegon, Mei 2012

    Penulis,

    Anisa Dyah K

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ........................................ iii

    KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

    DAFTAR ISI .............................................................................................. vi

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Tujuan Magang ..................................................................... 4 C. Manfaat Magang .................................................................... 5

    BAB II METODE PENGAMBILAN DATA ........................................ 7

    A. Persiapan ............................................................................... 7 B. Lokasi .................................................................................... 8 C. Pelaksanaan ........................................................................... 8

    BAB III HASIL MAGANG ..................................................................... 10

    A. Gambaran Umum Perusahaan .............................................. 10 B. Proses Produksi ..................................................................... 16 C. Higiene Perusahaan ............................................................... 24 D. Kesehatan Kerja .................................................................... 32 E. Keselamatan Kerja ................................................................. 54 F. Ergonomi .............................................................................. 74 G. Manajemen K3 ...................................................................... 76 H. Lingkungan ........................................................................... 91 I. Laboratorium Lingkungan .................................................... 99

    BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................ 105

    A. Higiene Perusahaan ............................................................... 105 B. Kesehatan Kerja .................................................................... 115 C. Keselamatan Kerja ................................................................ 118 D. Ergonomi ............................................................................... 127 E. Manajemen K3 ...................................................................... 128 F. Lingkungan ........................................................................... 130 G. Laboratorium Lingkungan .................................................... 131

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 133

    A. Simpulan ............................................................................... 133 B. Saran ...................................................................................... 136

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 137

    LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Distribusi Air Minum Dispenser di Setiap Unit Kerja ............... 52

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Proses Produksi Pabrik Besi Spons ............................................. 18

    Gambar 2. Proses Produksi Pabrik Billet Baja ............................................. 19

    Gambar 3. Proses Produksi Pabrik Slab Baja ............................................... 20

    Gambar 4. Produksi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas ................... 21

    Gambar 5. Produksi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin .................. 22

    Gambar 6. Proses Pabrik Batang Kawat ....................................................... 23

    Gambar 7. Bagan Stuktur Organisasi HSE .................................................. 82

    Gambar 8. Struktur P2K3 Pusat ................................................................... 84

    Gambar 9. Struktur Sub P2K3 ..................................................................... 85

    Gambar 10. Bagan Implementasi SMK3 & SML ISO 14001 ..................... 91

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Keterangan Magang di PT. Krakatau Steel

    Lampiran 2. Pedoman Tanggap Darurat di PT. Krakatau Steel

    Lampiran 3. Laporan Hasil Pengujian Laboratorium Lingkungan

    Lampiran 4. Ijin Kerja Berbahaya

    Lampiran 5. Kebijakan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

    Lampiran 6. Limbah B3 di PT. Krakatau Steel

    Lampiran 7. Limbah Non B3 di PT. Krakatau Steel

    Lampiran 8. Permit/Surat Izin Pelaksanaan Kerja

    Lampiran 9. Peta Sistem Pemantauan & Pengendalian Lingkungan Sekitar

    Kawasan KIEC

    Lampiran 10. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat di PT. Krakatau Steel

    Cilegon

    Lampiran 11. Uraian Tugas Tim Tanggap Darurat

    Lampiran 12. Bagan Struktur Organisasi PT. Krakatau Steel

    Lampiran 13. ISO 14001:1996 Certification

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Menurut Tarwaka (2008), dalam era globalisasi dengan pesatnya

    kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan

    tanpa batas dan jarak. Dengan demikian pembangunan sumber daya manusia

    menjadi sangat penting, terlebih lagi dengan diberlakukannya perdagangan

    bebas yang berarti semua produk-produk yang dihasilkan oleh industri kita

    harus memenuhi standar kualitas yang disepakati oleh dunia internasional.

    Oleh karena itu dunia industri kita harus cerdas dan cepat mengambil

    langkah-langkah untuk mengantisipasi perkembangan teknologi tersebut agar

    semua produk yang dihasilkan mempunyai daya saing di pasar bebas.

    Kemajuan teknologi telah banyak menyumbangkan berbagai hal positif

    dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri.

    Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan

    mengurangi sumber kecelakaan, cedera dan stress akibat kerja. Namun

    demikian, di sisi lain kemajuan teknologi juga mengakibatkan berbagai

    dampak yang merugikan yaitu berupa terjadinya peningkatan pencemaran

    lingkungan, kecelakaan kerja dan timbulnya berbagai macam penyakit akibat

    kerja. Kompleknya teknologi modern, perubahan bentuk kerja, organisasi

    kerja, dan sistem produksi juga menempatkan suatu tuntutan yang tinggi pada

    daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka implementasi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    peningkatan kinerja K3 adalah suatu keharusan. Sehingga, setiap

    pengembangan dan penggunaan teknologi baru dapat diterima dan

    menguntungkan semua pihak.

    Bukan hanya K3, implementasi yang baik dan benar dari Higiene

    Perusahaan dan Kesehatan Kerja juga merupakan suatu kebutuhan dan

    keharusan. Menurut Sumamur (1996), Higiene Perusahaan dan

    Kesehatan Kerja sebagai suatu istilah yang memiliki satu kesatuan

    pengertian, adalah terjemahan resmi dari Occupational Health, yang

    cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi

    problematik kesehatan secara menyeluruh daripada tenaga kerja.

    Menyeluruh berarti usaha-usaha kuratif, preventif, penyesuaian faktor

    manusiawi terhadap pekerjaannya dan hygiene, dan lain-lain.

    Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja mempunyai maksud dan

    tujuan yang sangat mulia, yaitu menurut Sumamur (1996) :

    1. Untuk memelihara dan meninggikan kesehatan tenaga kerja sebagai

    salah satu unsur sangat penting dari kesejahteraan, dan

    2. Untuk meningkatkan kegairahan kerja, effisiensi, produktivitas, dan

    moril kerja faktor manusia dalam setiap sektor kegiatan ekonomi.

    Selaras dengan pasal 27 (2) UUD 1945 yang berbunyi Tiap-tiap

    warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

    kemanusiaan, maka pemerintah mengeluarkan peraturan melalui UU

    No.13 tahun 2003 tentang Ketentuan-ketentuan pokok tentang tenaga

    kerja dimana disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa

    baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat, dan

    UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

    Mahasiswa Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

    secara otomatis perlu mempersiapkan dirinya agar setelah terjun ke dunia

    kerja nantinya mampu mengaplikasikan ilmu dan kemampuannya. Salah

    satu mediator yang digunakan mahasiswa untuk mencapai tujuan diatas

    adalah dengan dilaksanakannya magang.

    Kebijakan program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

    Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, kegiatan

    magang ini dilaksanakan pada semester VI dengan pertimbangan

    mahasiswa telah mendapatkan bekal ilmu yang cukup dari 5 semester

    sebelumnya. Kegiatan magang ini juga sekaligus merupakan tugas akhir

    bagi mahasiswa sebagai salah satu syarat kelulusan Program Diploma III

    Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

    Pemilihan kawasan industri Cilegon sebagai lokasi magang

    dikarenakan pada kawasan ini terdapat perusahaan-perusahaan yang

    dinilai cukup baik bagi mahasiswa untuk menimba ilmu pengetahuan

    serta pengalaman-pengalaman magang yang berkenaan dengan Higiene

    Perusahaan dan Keselamatan Kerja.

    PT. Krakatau Steel adalah salah satu industri baja terkemuka di

    Indonesia bahkan di Asia Tenggara adalah alternatif yang dipilih untuk

    melaksanakan magang. Sangatlah diyakini bahwa sebagai industri yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    berskala besar pastilah sarat dengan teknologi. Selain itu, PT. Krakatau

    Steel dipercaya sebagai perusahaan yang menaruh perhatian besar dalam

    bidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan. Hal yang

    telah dilakukan adalah diterapkannya pelaksanaan Keselamatan,

    Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) serta telah

    menyediakan APD bagi tenaga kerja maupun orang lain yang berada di

    tempat kerja, pengadaan pos P3K, training K3, sarana dan prasarana

    pengolahan limbah hasil industri, dan masih banyak lagi. Sebuah nilai

    penting yang dapat dipelajari dan dijadikan pengalaman selama magang.

    B. Tujuan Magang

    Tujuan dari pelaksanaan magang ini adalah :

    1. Tujuan Umum

    a. Untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari jenjang

    pendidikan yang Penulis tempuh yaitu Program D III Hiperkes dan

    Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

    Surakarta.

    b. Menciptakan lulusan D III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas

    Kedokteran UNS Surakarta yang siap memasuki dunia kerja.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui gambaran umum PT. Krakatau Steel.

    b. Mengetahui proses produksi di PT. Krakatau Steel.

    c. Mengetahui pengelolaan hygiene perusahaan, keselamatan dan

    kesehatan kerja serta lingkungan di PT. Krakatau Steel.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    d. Mengetahui pelaksanaan laboratorium lingkungan di PT. Krakatau

    Steel.

    e. Mengetahui penerapan ergonomi di PT. Krakatau Steel.

    f. Mengetahui sistem manajemen K3 di PT. Krakatau Steel.

    g. Penulis mampu menerapkan, mengetahui dan juga membandingkan

    aplikasi ilmu Hiperkes dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan

    yang dimiliki dengan ilmu terapan yang ada di tempat magang.

    C. Manfaat Magang

    Dari pelaksanaan magang yang telah Penulis lakukan diharapkan dapat

    memberikan manfaat sebagai berikut :

    1. Mahasiswa

    a. Sebagai sarana latihan kerja bagi Penulis dalam bidang Hiperkes

    dan Keselamatan Kerja.

    b. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam bidang

    Hiperkes dan Keselamatan Kerja sekaligus dapat mengaplikasikan

    ilmu yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam dunia kerja nyata.

    2. Perusahaan

    Perusahaan memperoleh bantuan dari mahasiswa magang dalam

    pengerjaan tugas kantor dan pengerjaan program Hiperkes dan

    Keselamatan Kerja serta bisa dijalin kerjasama yang saling

    menguntungkan antara perusahaan dengan pihak kampus.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    3. Program DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja

    a. Meningkatkan kemampuan dan kualitas mahasiswa dalam penerapan

    ilmu Hiperkes dan Keselamatan Kerja di dunia kerja.

    b. Menambah kepustakaan untuk perkembangan ilmu pengetahuan

    dalam bidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    BAB II

    METODE PENGAMBILAN DATA

    A. Persiapan

    Pada tahap persiapan ini dilakukan kegiatan administratif di Pusdiklat PT.

    Krakatau Steel yang meliputi :

    1. Mengajukan permohonan ijin magang ke PT. Krakatau Steel pada bulan

    Oktober yang di tujukan ke Pusdiklat PT. Krakatau Steel.

    2. Penerimaan surat balasan pernyataan persetujuan magang dari pihak

    Pusdiklat PT. Krakatau Steel pada bulan Januari.

    3. Pada tanggal 5 Maret 2012, mengurus surat ijin kegiatan magang di

    Kantor Divisi Pusdiklat (Human Capital Development Centre) bagian

    pengelola kegiatan magang dan PKL bagi mahasiswa. Kemudian

    pemberian buku kegiatan magang yang ditandatangani oleh Koordinator

    Prakerin dan Riset PT. Krakatau Steel.

    4. Tanggal 5 Maret 2012, Pengarahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

    Pusdiklat PT. Krakatau Steel.

    Tujuan training K3 :

    a. Memberikan pengetahuan mengenai aspek K3 di lingkungan

    industri.

    b. Mencegah terjadinya kecelakaan akibat kecerobohan praktikan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    Manfaat training K3 :

    a. Mendapatkan gambaran umum kondisi lingkungan kerja PT.

    Krakatau Steel.

    b. Mendapatkan pengarahan tentang bagaimana berperilaku aman,

    nyaman dan selamat di lingkungan kerja.

    5. Pada tanggal 6 Maret 2012, pemberian kartu tanda pengenal untuk izin

    masuk ke kawasan praktek, beserta pembekalan materi tentang Hiperkes,

    Keselamatan Kerja dan Lingkungan, selanjutnya mengikuti evaluasi dari

    materi yang telah didapat.

    6. Konsultasi Pembimbing Lapangan mengenai jadwal kegiatan selama

    magang di PT. Krakatau Steel.

    B. Lokasi

    Magang ini dilaksanakan di PT. Krakatau Steel yang beralamat di Jl.

    Industri No 5 PO. BOX. 14 Cilegon Banten 42435, PT. Krakatau Steel,

    Krakatau Industrial Estate Cilegon.

    C. Pelaksanaan

    Pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 5 Maret 2012

    sampai tanggal 1 Mei 2012 dengan kegiatan sebagai berikut :

    1. Observasi

    Kegiatan observasi dilaksanakan di lapangan kerja PT. Krakatau Steel.

    Kegiatan observasi ini meliputi hal-hal sebagai berikut :

    a. Pengenalan Lokasi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    1) Profil Perusahaan

    2) Proses Produksi

    b. Identifikasi dan Pengumpulan Data

    1) Higiene Perusahaan

    2) Kesehatan Kerja

    3) Keselamatan Kerja

    4) Ergonomi

    5) Pengendalian Lingkungan

    6) Laboratorium Lingkungan

    7) Manajemen K3

    2. Administratif

    Kegiatan administratif yang dilaksanakan selama magang di PT.

    Krakatau Steel meliputi hal-hal sebagai berikut :

    a. Membantu pekerjaan administratif Dinas Hiperkes.

    b. Pengambilan data baik primer maupun sekunder.

    c. Pengolahan data dan pembuatan laporan sementara.

    d. Presentasi.

    e. Penyusunan laporan baik untuk PT. Krakatau Steel maupun untuk

    Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    BAB III

    HASIL MAGANG

    A. Gambaran Umum Perusahaan

    1. Profil PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

    PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sebagai Badan Usaha Milik Negara,

    merupakan Industri baja terpadu yang didirikan 31 Agustus 1970

    mempunyai kapasitas terpasang 2,5 juta ton produk baja lembaran panas,

    baja lembaran dingin, dan kawat baja.

    PT. Krakatau Steel merupakan industri baja yang berlokasi di

    Kawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon, Banten, Indonesia yang

    menempati area seluas 270 Ha. PT. Krakatau Steel berada pada tempat

    yang sangat strategis, yaitu berada dekat pelabuhan yang merupakan

    sarana transportasi untuk mendapatkan bahan baku dan pendistribusian

    produk baik ke dalam negeri maupun ke luar negeri.

    PT. Krakatau Steel berada di Kota Cilegon, dimana sebelah utara

    terdapat pelabuhan Merak, sebelah barat terdapat pelabuhan Cigading,

    sebelah timur dan selatan terdapat Kabupaten Serang, yang semuanya

    termasuk ke dalam Provinsi Banten.

    PT. Krakatau Steel adalah satu-satunya industri baja terpadu di

    Indonesia. Perkembangan Industri baja PT. Krakatau Steel berawal dari

    ide seorang Perdana Menteri lr. H. Juanda akan kebutuhan industri besi

    baja untuk menunjang pembangunan di negara berkembang seperti

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    Indonesia. Kemudian pada tahun 1957 dilakukan penelitian awal oleh

    Biro Perencanaan Negara yang bekerjasama dengan konsultan asing dan

    pada tahun 1960 ditandatangani kontrak pembangunan Pabrik Baja

    Cilegon antara Republik Indonesia dengan All Union Export-Import

    Corporation (tja-proexpert) of Moscow dengan kontrak No. 080 tanggal

    7 juni 1960.

    Peresmian pembangunan proyek besi baja Trikora Cilegon dilakukan

    tanggal 20 Mei 1962. Direncanakan proyek tersebut selesai sebelum

    tahun 1968, namun proyek ini terhenti pada tahun 1965 akibat

    pergolakan politik dan revolusi nasional. Pada tahun 1970, pemerintah

    Indonesia kembali mengadakan survei lapangan tentang kelanjutan

    pembangunan Pabrik Baja Trikora. Dari hasil survei disimpulkan bahwa

    Pembangunan Pabrik Baja Trikora akan dilanjutkan. Keputusan ini

    diambil dengan pertimbangan kebutuhan akan besi baja di dalam negeri

    setiap tahunnya yang semakin meningkat.

    PT. Krakatau Steel secara resmi berdiri pada tanggal 31 Agustus

    1970, bertepatan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik

    Indonesia No. 35 Tahun 1970 tentang Penyertaan Modal Negara

    Republik Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (persero) PT.

    Krakatau Steel. Pembangunan Industri Baja dimulai dengan

    memanfaatkan proyek baja sebelumnya, yakni Pabrik Kawat Baja, Pabrik

    Kawat Tulangan, dan Pabrik Baja Profil. Pabrik-pabrik ini diresmikan

    oleh Presiden Republik Indonesia pada tahun 1970. Akte pendirian PT.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    Krakatau Steel disusun oleh Ibnu Suwoto dan Ir. Suhartoyo dan

    ditandatangani dihadapan notaris Tan Thory Kie di Jakarta dengan SK-

    47/MK/IX/1971.

    Pada tahap awal pelaksanaan operasionalnya pemerintah memberikan

    kepercayaan penuh pada PN Pertamina untuk mengelola dan menjadikan

    PT. Krakatau Steel sebagai anak perusahaan, namun pada sekitar tahun

    1973, PN Pertamina mengalami kesulitan keuangan yang secara otomatis

    berakibat langsung pada pembangunan PT. Krakatau Steel. Sehubungan

    dengan itu pemerintah mengambil suatu kebijakan yang dituangkan

    dalam Kepres No. 13 tanggal 17 April 1975 yang dilanjutkan dengan

    Kepres No. 50 tahun 1975 yang isinya adalah Keputusan Untuk

    Melanjutkan Pembangunan PT. Krakatau Steel Dengan Rencana Induk

    10 Tahun (1975-1985).

    Pada tahun 1979, diresmikan penggunaan fasilitas-fasilitas Pabrik

    Besi Spons (PBS), yaitu DRP I dan DRP II dengan kapasitas 2.3 juta ton

    per tahun dan Pabrik Batang Kawat (PBK) dengan kapasitas 220.000 ton

    per tahun, serta fasilitas infrastrukur berupa pusat Pembangkit Listrik

    Tenaga Uap 400 MW, Pusat Penjernihan Air, Pelabuhan Cigading, serta

    Sistem Telekomunikasi.

    Saat ini PT. Krakatau Steel memiliki 7 pabrik yang dibangun dalam

    jangka waktu yang berbeda-beda dan bervariasi dari yang paling tua

    sampai yang paling modern (ditinjau dari penggunaan peralatan dan

    perlengkapan pabriknya). PT. Krakatau Steel juga memiliki 10 anak

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    perusahaan antara lain : PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT.

    KIEC), PT. Krakatau Engineering (PT. KE), PT. Krakatau Bandar

    Samudra (PT. KBS), PT. KHI Pipe Industries (PT. KHI), PT. Krakatau

    Wajatama (PT. KWT), PT. Pelat Timah Nusantara (PT. Latinusa), PT.

    Krakatau Information Technology (PT. KIT), PT. Krakatau Tirta Industri

    (PT. KTI), PT. Krakatau Daya Listrik (PT. KDL), PT. Krakatau Medika

    (PT. KM).

    2. Organisasi dan Manajemen

    a. Struktur dan Organisasi PT. Krakatau Steel

    Manjemen PT. Krakatau Steel terdiri dari dewan direksi yang

    bertanggung jawab menjalankan perusahaan sesuai dengan

    Anggaran Dasar dan Anggaran Dasar Rumah Tangga (AD/ART).

    Yang dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang memimpin

    lima orang direktur dan satu deputi direktur yang bertugas membantu

    Direktur Utama dalam rangka menjalankan tugasnya. Kelima

    anggota direksi tersebut terdiri atas :

    1) Direktorat Produksi

    Direktorat produksi membawahi empat sub direktorat dan

    dua puluh divisi dimana divisi HSE berada di bawah koordinasi

    langsung dari Direktorat Produksi, tanpa melalui sub direktorat.

    Keempat sub direktorat tersebut adalah Quality Assurance, Iron

    & Steel Making, Rolling Mill dan Central Maintenance &

    Facility.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    2) Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum

    Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan

    kebijakan bidang personalia, kesehatan, kesejahteraan,

    pendidikan dan latihan kerja serta merencanakan pengembangan

    organisasi perusahaan dalam jangka panjang dan hubungan

    masyarakat, administrasi pengelolaan kawasan, keamanan dan

    keselamatan kerja.

    Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum membawahi

    tiga sub direktorat dan delapan divisi dimana divisi Program

    Kemitraan dan Bina Lingkungan berada di bawah koordinasi

    langsung dari Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum,

    tanpa melalui sub direktorat. Sub direktorat tersebut adalah

    Human Capital Planning and Development, Human Capital

    Maintenance and Administration dan Security and General

    Affair.

    3) Direktorat Logistik

    Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan

    kebijakan dan pembelian kebutuhan bahan baku atau barang-

    barang yang digunakan pada perusahaan.

    Direktorat Logistik membawahi dua sub direktorat dan

    tujuh divisi. Sub direktorat tersebut adalah Logistic Planning

    dan Procurement.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    4) Direktorat Keuangan

    Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan

    kebijakan perusahaan di bidang keuangan. Direktorat Keuangan

    membawahi empat sub direktorat yang dipimpin oleh direktur

    dan satu Head of Investor Relation. Direktorat Keuangan

    membawahi tiga belas divisi.

    Keempat sub direktorat tersebut adalah Akuntansi,

    Corporate Finance, Subsidiaries Company dan Sistem

    Informasi.

    5) Direktorat Pemasaran

    Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan

    kebijakan perusahaan di bidang pemasaran hasil produksi baik

    di dalam negeri maupun di luar negeri.

    Direktorat Pemasaran membawahi dua sub direktorat dan

    sebelas divisi dimana ada tiga divisi yang langsung berada di

    bawah koordinasi Direktorat, yaitu Profitabilitas dan Produk,

    Sistem Informasi Pemasaran dan Administrasi Penjualan dan

    Penelitian dan Pengembangan Pasar.

    b. Visi dan Misi Perusahaan

    1) Visi

    Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif,

    untuk tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan

    menjadi perusahaan terkemuka di dunia.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    2) Misi

    Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi

    kemakmuran bangsa.

    B. Proses Produksi

    PT. KS memiliki enam buah fasilitas produksi yang membuat perusahaan

    ini menjadi satu-satunya industri baja terpadu di Indonesia. Keenam buah

    pabrik tersebut menghasilkan berbagai jenis produk baja dari bahan mentah.

    Produk ini banyak digunakan untuk aplikasi Konstruksi Kapal, IPAL,

    Bangunan, Konstruksi umum, dan lain-lain. Baja lembaran Panas dapat

    diolah lebih lanjut melalui proses pengerolan ulang dan proses kimiawi di

    Pabrik Baja Lembaran Dingin menjadi produk akhir yang disebut baja

    lembaran dingin. Produk ini umumnya digunakan untuk aplikasi bagian

    dalam dan ruang kendaraan bermotor, kaleng, peralatan rumah tangga, dan

    sebagainya. Sementara itu, baja billet mengalami proses pengerolan di Pabrik

    Batang Kawat untuk menghasilkan batang kawat baja yang banyak digunakan

    untuk aplikasi kawat, mur dan baut, kawat baja, pegas, dan lain-lain.

    1. Pabrik Besi Spons (DRP)

    Pabrik besi spons menerapkan teknologi berbasis gas alam dengan

    proses Reduksi langsung menggunakan teknologi Hyl dari Meksiko.

    Pabrik ini menghasilkan besi spons (Fe) dari bahan mentahnya berupa

    biji besi pelet, dengan menggunakan gas alam.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    Pabrik Besi Spons memiliki dua buah unit produksi dan

    menghasilkan 2,3 juta ton besi spons per tahun.

    a. Hyl I (DRP I dan unit reformer DRP II) : Beroperasi sejak tahun

    1979, proses tidak kontinyu (Discharge), masing-masing memiliki

    kapasitas 1 juta besi spons per tahun. Tingkat metalisasi 88 - 89 %.

    Unit ini beropersi dengan menggunakan empat modul batch proces

    dimana setiap modulnya mempunyai dua buah reaktor.

    b. Hyl III : Memulai operasinya pada tahun 1994 dengan menggunakan

    2-shafts continuous process, memiliki kapasitas 1,3 juta ton besi

    spons per tahun. Tingkat metalisasi 91 92 %.

    Besi Spons yang dihasilkan oleh pabrik ini memiliki keunggulan

    dibanding sumber lain terutama disebabkan karena rendahnya kandungan

    residual. Sementara itu tingginya kandungan karbon menyebabkan proses

    di dalam Electric Arc Furnace (EAF) menjadi lebih efisien dan proses

    pembuatan baja menjadi lebih akurat. Sehingga hal tersebut menjamin

    konsistensi kualitas produk baja.

    Besi spons yang berbentuk butiran merupakan bahan baku utama

    pembuatan baja, yang nantinya dikirim melalui unit Conveyor Feeding

    System ke dapur listrik di SSP I, SSP II dan BSP. Urutan proses yang ada

    di Pabrik Besi Spons yaitu :

    a. Pengisian (Charging)

    b. Pendinginan (Cooling)

    c. Reduksi Primary (1000C)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    d. Reduksi Secondary (1000C)

    e. Pengeluaran (Discharging)

    Gambar 1. Proses Produksi Pabrik Besi Spons

    (Sumber : Data Sekunder)

    2. Pabrik Billet Baja/Billet Steel Plant (BSP)

    Pada pabrik billet ini memproduksi baja batangan dengan bahan baku

    utamanya yaitu spons, scrap, kapur, alloys (Al, FeMs, FeHg, FeSi).

    Kapasitas produksi mencapai 675.000 Ton/tahun. Proses produksi Billet

    Steel Plant sebagai berikut :

    a. Peleburan

    b. Secondary Process

    c. Proses pencetakan (Continues Casting)

    d. Penanganan Billet

    Hasil dari pabrik billet akan ditransfer ke WRM (Wire Rod Mill)

    untuk diolah lagi serta dijual ke PT. Krakatau Waja Tama dan konsumen.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    Pabrik billet mempunyai 70 grade yang digolongkan menjadi beberapa

    kelompok grade yaitu low carbon, medium carbon, SD40 dan special.

    Billet ini merupakan bahan yang setengah jadi serta dapat diolah lagi

    menjadi produk yang lebih spesifik lagi sesuai dengan keinginannya,

    seperti besi beton, profil, kawat, paku, dan lain-lain.

    Gambar 2. Proses Produksi Pabrik Billet Baja

    (Sumber : Data Sekunder)

    3. Pabrik Slab Baja/Slab Steel Plant (SSP)

    Pabrik Slab Baja PT. Krakatau Steel mulai berproduksi tahun 1983.

    Pabrik Slab Baja dibagi menjadi 2 divisi yaitu SSP I dan SSP II. Secara

    prinsip aliran proses produksi pada kedua pabrik tersebut sama yaitu

    peleburan (melting), secondary process, dan pengecoran (Casting).

    Tetapi perbedaan pada secondary proses SSP II dilengkapi dengan unit

    RH Vacum Dequshing. Pada awalnya pabrik slab baja ini terdiri dari 4

    dapur yang masing-masing berkapasitas 250.000 ton/tahun pada SSP 1.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    Sejak tahun 1992 pabrik ini lebih dikembangkan dengan menambah 2

    dapur dengan kapasitas 400.000 ton/tahun yaitu SSP 2.

    Gambar 3. Proses Produksi Pabrik Slab Baja

    (Sumber : Data Sekunder)

    4. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas/Hot Strip Mill (HSM)

    HSM memproduksi baja lembaran dari baja slab dengan proses

    panas. Poses produksi yang berlangsung ada 6 tahapan, yaitu :

    a. Furnace

    b. Sizing Press

    c. Roughing mill yang memproduksi coil.

    d. Finishing Mill

    e. Down Coiler

    f. Shearing Line I (SL I) dan SL II yang memproduksi plate.

    Pabrik ini menghasilkan baja lembaran berupa sheet, plate, dan coil.

    Dimana sebelum slab diroling maka dipanaskan terlebih dahulu di dapur

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    pada suhu 900 C. Dalam proses produksinya pabrik ini menggunakan

    metode pengeluaran panas. Kapasitas produksinya 2.000.000 ton/tahun.

    Gambar 4. Produksi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas

    (Sumber : Data Sekunder)

    5. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin/Cold Rolling Mill (CRM)

    Pabrik pengeloran baja lembaran dingin memproduksi baja lembaran

    tipis dengan ketipisan hingga 0.18 mm. Bahan baku adalah lembaran

    dengan ketebalan kurang lebih 3 mm yang dipasok dari pabrik HSM,

    kemudian dilakukan pengeloran tanpa pemanasan, ketika mengalami

    reduksi temperatur maksimum adalah 135 oC. Aliran Proses produksi

    yang ada dalam pabrik sebagai berikut :

    a. Coil Yard

    b. Continues Pickling (CPL)

    c. Tandem Cold Mill

    d. Elektolic Cold Mill (ECL)

    e. Batch Annelling Furnace (BAF)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    f. Continues Annelling line (CAL)

    g. Dehumidity

    h. Temper Mill

    i. Cold Rolling Finssshing (CRF)

    Gambar 5. Produksi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin

    (Sumber : Data Sekunder)

    6. Pabrik Batang Kawat/Wire Rod Mill (WRM)

    Pabrik batang kawat ini menggunakan bahan baku yang dipakai

    adalah billet dengan kualifikasi yang ditentukan Pabrik Billet Baja.

    Aliran proses produksi yang dilakukan dalam pabrik adalah sebagai

    berikut :

    a. Bahan baku (Billet baja) dipanaskan dalam furnace dengan

    temperatur mencapai 1300 oC selama 2 3 jam.

    b. Direduksi pada Roughing dan intermediate, roughing tram terdiri

    dari 10 stand sedangkan intermediat terdiri dari 12 stand. Pada setiap

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    stand dilakukan penyemprotan air untuk mengurangi tingkat

    keasaman pada roll di tiap stand.

    c. Pada Finshing area billet baja direduksi menjadi batang kawat sesuai

    ukuran yang diminta konsumen.

    d. Batang kawat dalam bentuk bar diubah menjadi bentuk gulungan

    melalui LHD. Setelah digulung setiap 1-10 gulungan diambil satu

    sampel untuk digunakan sebagai bahan pengujian kualitas sesuai

    dengan kualifikasi yang diinginkan.

    e. Hasil dari pabrik batang kawat berupa coil batang kawat dengan

    ukuran diameter 5,5 mm 20 mm sedangkan kapasitas produksinya

    adalah 600.000 ton per tahun.

    Gambar 6. Proses Produksi Pabrik Batang Kawat

    (Sumber : Data Sekunder)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    C. Higiene Perusahaan

    Berdasarkan hasil identifikasi faktor dan potensi bahaya yang dilakukan

    pada 7 pabrik yang ada di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. diperoleh faktor

    dan potensi bahaya sebagai berikut :

    1. Faktor Bahaya

    a. Pabrik Besi Spons

    1) Faktor fisika : Panas dari proses pemanasan gas dan proses

    reformasi gas, bising dari proses transportasi pellet dan proses

    gas.

    2) Faktor kimia : debu dari proses transportasi, debu dari kapur,

    pellet, korosi pada peralatan, bahan-bahan kimia yang

    digunakan dalam proses kimia.

    3) Faktor biologi : penjamahan makanan serta tempatnya panas dan

    lembab memudahkan berkeringat sehingga mempermudah

    perkembangbiakan bakteri dan jamur.

    4) Faktor fisiologis : karyawan yang berulang-ulang, dan peralatan

    yang tidak sesuai antropometri tubuh.

    5) Faktor mental-psikologis : shift kerja, monotoni kerja, takut

    terkena ledakan.

    b. Pabrik Billet Baja

    Pabrik ini memiliki beberapa faktor bahaya diantanya :

    1) Faktor fisika : Panas dari proses charging, melting (di dapur

    peleburan), ladle furnace, concast, pemotongan dan di billet

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    yard; Bising dari proses pencampuran saat melting di dapur,

    furnace, dan pemotongan; Radiasi dari radioaktif yang

    digunakan untuk memotong Billet; Dan getaran dari mesin-

    mesin produksi.

    2) Faktor kimia : debu dari proses charging dan melting, debu dari

    kapur, scale, korosi pada peralatan, bahan-bahan kimia yang

    digunakan dalam proses ladle furnace.

    3) Faktor biologi : penjamahan makanan serta tempatnya panas dan

    lembab memudakan berkeringat sehingga mempermudah

    perkembangbiakan bakteri dan jamur.

    4) Faktor fisiologis : karyawan yang berulang-ulang, peralatan

    injeksi oksigen yang berat.

    5) Faktor mental-psikologis : shift kerja, monotoni kerja, takut

    terkena pijaran.

    c. Pabrik Slab Baja 1

    Ada beberapa faktor yang terdapat dalam pabrik Slab Baja 1

    ini. Namun yang paling dominan adalah Panas dan debu. Akan tetapi

    perlu diketahui juga faktor-faktor bahaya yang diantaranya :

    1) Faktor fisika : Panas pada seluruh proses dari awal reparation

    ladle ketika perbaikaan ladle yang aus karena proses melting,

    pada proses charging, melting, refining, pouring, ladle furnace,

    penuangan, membuang kotoran (slag), concast, pemotongan,

    slab yard, dan scraping; Kebisingan pada proses charging,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    melting, ladle furnace (menaikkan temperatur), pemotongan,

    scraping, crane; Getaran pada crane, proeses melting, refining,

    pouring, concast dan ladle furnace; Radiasi pada proses concast

    untuk meratakan permukaan slab.

    2) Faktor kimia : Debu dari kapur dan beberapa proses yaitu

    melting, refining, pouring, concast; Slag dari buangan leburan

    baja; Uap dari melting, refining, pouring, concast, air yang

    mendidih pada saat pemotongan, dan bahan kimia yang

    ditambahkan ketika komposisi baja kurang sesuai.

    3) Faktor biologi : penjamahan makanan serta pada tempat yang

    panas memudahkan bakteri dan jamur mudah berkembang.

    4) Faktor fisiologis : pada saat memasukkan Mg ada karyawan

    yang harus naik untuk memperbaiki peralatan dengan posisi

    kepala menengadah ke atas, shift kerja.

    5) Faktor mental psikologis : takut terkena panas, monotoni kerja.

    d. Pabrik Slab Baja 2

    Pabrik ini memiliki beberapa faktor bahaya diantanya :

    1) Faktor fisika : Panas dari proses charging, melting (di dapur

    peleburan), ladle furnace, concast, pemotongan dan di slab

    handling; Bising dari proses pencampuran saat melting di dapur,

    furnace, dan pemotongan; Radiasi sinar UV pada laser yang

    digunakan untuk memotong Slab; Dan getaran dari mesin-mesin

    produksi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    2) Faktor kimia : debu dari proses charging dan melting, debu dari

    kapur, scale, korosi pada peralatan, bahan-bahan kimia yang

    digunakan dalam proses ladle furnace.

    3) Faktor biologi : penjamahan makanan serta tempatnya panas dan

    lembab memudakan berkeringat sehingga mempermudah

    perkembangbiakan bakteri dan jamur.

    4) Faktor fisiologis : karyawanan yang berulang-ulang, peralatan

    injeksi oksigen yang berat.

    5) Faktor mental-psikologis : shift kerja, monotoni kerja, takut

    terkena pijaran.

    e. Pabrik Wire Rod Mill

    Pabrik Wire Rod Mill memiliki faktor bahaya antara lain :

    1) Faktor fisika : Tekanan panas pada furnace, intermediet,

    preroughing, roughing, NTM, SMC, Mandiel, C Hook; Getaran

    pada unit SMC, NTM, Preroughing, roughing, dan intermediet;

    Kebisingan pada unit SMC.

    2) Faktor kimia : bahan kimia di unit NTM.

    3) Faktor biologi : mikroorganisme atau lalat pada penyajian

    makanan.

    f. Pabrik Hot Strip Mill

    Pada pabrik Hot Strip Mill ini faktor yang dominan adalah faktor

    fisika. Namun, selain faktor fisika ada pula faktor bahaya lain,

    diantaranya:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    1) Faktor fisik : Tekanan panas pada proses furnace, sizing press,

    preroughing, roughing, finishing, recoiler, pengelasan;

    Kebisingan pada sizing press; Radiasi pada proses finishing dan

    pengelasan.

    2) Faktor kimia : scale sisa pembersihan hasil dari pabrik Hot Strip

    Mill.

    3) Faktor biologi : mikroorganisme atau lalat pada penyajian

    makanan.

    g. Pabrik Cold Rolling Mill

    Analisa faktor bahaya pada proses Cold Rolling Mill antara lain :

    1) Faktor fisika : Panas dari mesin furnace, Getaran dari mesin

    produksi tempa, dan penerangan yang kurang.

    2) Faktor kimia : Infeksi dari hasil coil yang korosif atau mesin

    yang korosif, bekas pelumas yang menempel pada pegangan

    tangga, bahan kimia yang dipakai pada waktu cleaning (HCl).

    3) Faktor ergonomi : shift kerja malam.

    4) Faktor biologi : mikroorganisme atau lalat pada penyajian

    makanan.

    5) Mental psikologis : monotoni kerja.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    2. Pengendalian yang Ada di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.

    Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada 7 pabrik yang ada di PT.

    Krakatau Steel telah dilaksanakan pengendalian faktor dan potensi

    bahaya :

    a. Faktor Fisik

    1) Kebisingan

    PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. telah melakukan program

    pengendalian dengan melakukan pengukuran berkala 1 bulan

    sekali pada area kebisingan, menyediakan alat pelindung diri

    (ear plug, ear muff, dan busa), penyediaan control room agar

    karyawan tidak banyak terpapar bising, adanya administratif

    control seperti adanya rotasi jam kerja (shift) antara karyawan,

    pemasangan rambu-rambu keselamatan (intensitas kebisingan,

    slogan K3, dan APD yang harus dipakai), dan tes audiometric

    pada Medical Check Up (MCU).

    2) Penerangan

    Pengendalian pada penerangan antara lain : dengan menerapkan

    standar penerangan sesuai dengan kebutuhan dilokasi.

    3) Tekanan Panas

    Dalam hal ini perusahaan telah melakukan program

    pengendalian terhadap tekanan panas antara lain dengan

    melakukan pengukuran berkala terhadap iklim kerja,

    menyediakan alat pelindung diri (baju tahan api, sarung tangan,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    sepatu safety, tameng muka, capucon dan helm khusus), adanya

    rotasi kerja antara karyawan, penyediaan air minum dan

    dispenser, extra fooding berupa susu pasteurisasi, control room

    dengan fasilitas AC, ruang istirahat dan ruang crane yang

    dilengkapi dengan fasilitas AC.

    4) Vibrasi

    Sebagai upaya pengendalian terhadap getaran ini perusahaan

    telah melakukan beberapa langkah pengendalian antara lain :

    desain tempat kerja seperti control room, ruang istirahat dan

    crane telah dilengkapi dengan karet peredam, dan perawatan

    dan pemeliharaan rutin untuk alat berat.

    5) Radiasi

    Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu

    dengan adanya pemantauan pada area radiasi, pemasangan

    rambu-rambu keselamatan tanda radiasi, dan safety line. Selain

    itu karyawan telah dilengkapi dengan alat pelindung diri

    (kacamata cobalt dan film badge), adanya rotasi kerja antara

    karyawan dan MCU terhadap paparan radiasi.

    b. Faktor Kimia

    1) Debu

    Pengendalian paparan debu beserta dampak debu terhadap

    karyawan, perusahaan telah melakukan program yaitu dengan

    melakukan pengukuran untuk memantau debu jatuh dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    lingkungan, Dedusting Plant yaitu alat untuk menghisap dan

    memadatkan debu ambient yang dipasang di Pabrik Billet Baja,

    Pabrik Slab Baja 1 dan Pabrik Slab Baja 2, menyediakan alat

    pelindung diri (masker, kacamata dan capucon), adanya rotasi

    kerja antara karyawan, pemberian extra fooding berupa susu

    pasteurisasi untuk menetralkan racun di dalam tubuh, control

    room, memasang rambu-rambu keselamatan terutama jenis APD

    yang harus dikenakan serta menyediakan compressor yang

    merupakan udara bertekanan untuk membersihkan debu yang

    menempel pada baju.

    2) Gas

    Pengendalian dilakukan dengan melakukan pengukuran gas

    untuk melakukan pemantauan, pada gas-gas yang dapat

    menimbulkan bahaya tertentu dilakukan pemasangan dipasang

    rambu-rambu bahaya kebakaran dan peledakan, rambu dilarang

    merokok dan tanda bahaya dilarang membuat api, untuk gas

    yang beracun dipasang rambu-rambu pemakaian respirator,

    tanda gas beracun dan korosi serta menyediakan APD berupa

    masker dan respirator.

    3) Uap

    Area-area yang terdapat faktor kimia berupa uap beracun,

    dipasang rambu-rambu pemakaian respirator.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    c. Faktor Biologi

    Pengendalian yang dilakukan oleh pihak perusahaan yaitu

    dengan menyediakan tempat mencuci tangan, udara bertekanan,

    control room dengan fasilitas AC dan sanitasi (toilet) serta menjamin

    bahan makanan yang diolah berasal dari bahan yang bersih,

    peralatan yang digunakan untuk memasak juga bersih, petugas

    kantin diwajibkan menggunakan alat pelindung berupa celemek,

    tutup kepala, sarung tangan juga masker wajah, penyajian makanan

    di kantin juga harus di tutup dengan tutup saji. Hal ini dimaksudkan

    untuk mengurangi penyebaran kuman dan penyakit pada makanan.

    D. Kesehatan Kerja

    Kesehatan kerja di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. berada pada Dinas

    Hiperkes dan merupakan salah satu dinas yang berada di bawah divisi HSE.

    1. Struktur Organisasi

    Dinas Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) dipimpin

    oleh Superintendent yang membawahi fungsional, yaitu :

    a. Engineer Ergonomi

    b. Spesialis Gizi Kerja

    c. Spesialis Kesehatan Kerja

    d. Engineer Higiene Industri

    e. Paramedis Pos P3K

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    PT. Krakatau Steel belum mempunyai dokter perusahaan. Oleh

    karena itu, yang biasanya dimintai konsultasi oleh karyawan/tenaga kerja

    adalah spesialis kesehatan kerja dan spesialis gizi kerja.

    2. Pemeriksaan Kesehatan

    a. Pemeriksaan Kesehatan karyawan meliputi :

    1) Pemeriksaan kesehatan calon karyawan.

    2) Pemeriksaan kesehatan berkala (Medical Check Up atau MCU).

    3) Pemeriksaan kesehatan khusus yaitu :

    a) Audiometri untuk karyawan yang terpapar bising.

    b) Spirometri untuk karyawan yang terpapar debu dan B3.

    c) Pemeriksaan mata untuk karyawan yang terpapar sinar

    menyilaukan.

    d) Pemeriksaan karyawan radiasi radio aktif untuk

    mengidentifikasi terjadinya penyakit kanker.

    e) Mengidentifikasi karyawan wanita dengan papsmear yang

    sudah berkeluarga dan berumur 40 tahun.

    f) Rekomendasi kesehatan kerja.

    4) Pemeriksaan khusus pada kelompok karyawan sesuai dengan

    indikasi kasus (temuan penyakit akibat kerja), pemantauan

    kesehatan meliputi :

    a) Pemantauan penyakit degeneratif berdasarkan hasil MCU.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    b) Pemantauan trend dan pola penyakit akibat kerja dan

    pemeriksaan kesehatan secara khusus serta penyakit

    menular.

    c) Pemantauan status gizi karyawan.

    b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala (PKB)

    1) Pengertian dan Tujuan

    Pengertian dari Pemeriksaan Kesehatan Berkala (PKB)

    adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara periodik

    terhadap karyawan organik PT. Krakatau Steel dengan

    rekomendasi oleh dokter penguji kesehatan PT. Krakatau Steel.

    Tujuan dilaksanakan Pemeriksaan Kesehatan Berkala adalah :

    a) Mempertahankan derajat kesehatan dan produktivitas

    karyawan.

    b) Mengetahui adanya Penyakit Umum dan Penyakit Akibat

    Kerja sedini mungkin akibat pengaruh karyawanan dan

    lingkungan kerja atau proses usia.

    c) Dasar perancangan tindakan pencegahan.

    2) Dasar Hukum PKB di Perusahaan :

    a) UU No. 1 tahun 1970 pasal 8 tentang norma-norma

    mengenai pemeriksaan kesehatan berkala.

    b) PERMENAKERTRANS No. 2 tahun 1980 tentang

    Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam

    Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    c) PERMENAKERTRANS No. 1 tahun 1981 tentang

    Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja.

    d) PERMENAKERTRANS No. 3 tahun 1982 tentang

    Pelayanan Kesehatan Kepada Tenaga Kerja.

    e) KEP.333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan

    Penyakit Akibat Keja.

    f) UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

    g) SK Direksi PT. Krakatau Steel No. 43/C/DD-KS/Kpts/1996

    tentang Peraturan Perusahaan PT. Krakatau Steel (pasal 54,

    77 dan 78).

    h) SE Kasubdit SDM dan Umum tentang Pertanggungan Biaya

    Pemeriksaan Kesehatan Berkala oleh Perusahaan.

    3) Langkah Pelaksanaan PKB

    a) Divisi Personalia memberikan daftar karyawan disusun

    dengan menurut Tanggal Masuk Bekerja (TMB).

    b) Dinas Hiperkes meneliti daftar karyawan untuk membuat

    daftar calon peserta.

    c) Daftar peseta PKB diserahkan Dinas Hiperkes untuk dibuat

    surat pemberitahuan tentang hak karyawan mendapat PKB

    dan menyusun jadwal panggilan.

    d) Dinas Hiperkes membuat surat panggilan PKB dan

    didistribusikan pada karyawan secara langsung atau

    menggunakan jasa pos terpadu.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    e) Karyawan menerima panggilan dan melaksanakan PKB di

    Rumah Sakit Krakatau Medika. Karyawan yang tidak dapat

    memenuhi panggilan atau menunda pelaksanaan PKB

    memberitahukan kepada Dinas Hiperkes untuk dijadwal

    ulang atau diganti pada hari lain.

    f) Peserta PKB melakukan regristasi di Rumah Sakit Krakatau

    Medika.

    g) Pesrta PKB mendapat pengarahan dari koordinator PKB.

    h) Peserta PKB melaksanakan pemeriksaan PKB dengan

    mekanime sebagai berikut :

    (1) Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium

    yang meliputi pemeriksaan darah, urine dan feces.

    (2) Peserta melakukan buka puasa setelah melaksanakan

    puasa selama 10 jam, kemudian melanjutkan puasa

    selama 2 jam untuk pemeriksaan gula darah.

    (3) Selama waktu 2 jam ini peserta mengikuti kegiatan

    pemeriksaan Rongent dan pemeriksaan jantung serta

    pemeriksaan jasmani.

    (4) Setelah puasa 2 jam maka peserta kembali diambil

    darahnya untuk pemeriksaan gula darah setelah makan.

    (5) Kemudian buku diserahkan pada Koordinator PKB dan

    para peserta boleh pulang.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    (6) Koordinator PKB mengumpulkan dokumen hasil PKB

    dan mencatatnya pada buku Medical Record (MR) dan

    komputer.

    (7) Buku MR yang sudah diisi oleh koordinator PKB

    kemudian diserahkan pada dokter penanggung jawab

    PKB Rumah Sakit Krakatau Medika untuk dibuat

    kesimpulan dan saran.

    (8) Buku MR kemudian diserahkan pada dokter PKB untuk

    dibuat rekomendasi kesehatan. Jenis Rekomendasi PKB

    adalah:

    (a) Dapat bekerja seperti biasa (DBSB)

    (b) Sementara DBSB dengan pengobatan atau tanpa

    pengobatan

    (c) Tidak DBSB perlu penyesuaian pekerjaan :

    (1) Dengan Pengobatan

    (2) Tanpa Pengobatan

    (9) Buku Medical Record yang telah selesai

    direkomendasikan oleh dokter penguji kesehatan Kerja

    untuk dilakukan :

    1) Administrasi PKB

    2) Medical Record

    (10) Inspektor kesehatan Kerja mengecek kehadiran peserta

    dengan melihat buku yang telah selesai.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    (11) Distribusikan hasil PKB pada pesrta dilakukan secara

    langsung atau pos terpadu.

    (12) Karyawan yang mempunyai kelainan kesehatan

    dilakukan pemeriksaan lanjut (rujukan/periksaan

    khusus).

    (13) Karyawan melaksanakan pemeriksaan rujukan dan

    menyerahkan hasil pemeriksaan tersebut pada dokter

    PKB untuk dilakukan rekomendasi pekerjaan.

    (14) Inspektor Kesehatan Kerja melakukan pemantauan

    terhadap karyawan dengan temuan kesehatan.

    4) Parameter PKB

    a) Pemeriksaan jasmani penyakit dalam.

    b) Pemeriksaan gigi geligi meliputi gigi, extra oral dan intra

    oral.

    c) Pemeriksaan mata meliputi kelompok mata, bolamata,

    kornea, iris, pupil, lensa.

    d) Pemeriksaan THT meliputi telinga, hidung, dan

    tenggorakan.

    e) Pemeriksaan Kardiologi meliputi Elektro Kardio Gram

    (EKG).

    f) Periksaan Radiolagi meliputi jantung, diafragma, dan paru

    paru.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    g) Pemeriksaan kebidanan dan penyakit kandungan (untuk

    karyawan tertentu).

    h) Hasil pemeriksaan laboratorium meliputi :

    (1) Pemeriksaan darah lengkap kecil yang meliputi Hb,

    lekosit, Basofil, Eosinofil (batang dan segmen) Limfosit,

    Monosit, Laju Endap Darah (LED).

    (2) Pemeriksaan urine lengkap meliputi protein, reduksi,

    keton, bilirubin, urobili sedimen (lekosit, eritrosit,

    kristal, epitel, silinder)

    (3) Pemeriksaan feces rutin meliputi konsistensi, darah,

    lendir, amuba, kista, lekosit, telur telur cacing

    (Ascaris lumbicoides, Trichuris, Strongyoides dan

    Oxyuris).

    (4) Pemeriksaan kimia darah meliputi gula darah puasa

    (nucher), gula darah 2 jam setelah makan, cholesterol,

    triglicerida, ureum, kreatinin, asam urat, HDL.

    3. Pembinaan dan Pengawasan Penyesuaian Pekerjaan terhadap Tenaga

    Kerja

    a. Pengawasan ergonomi fisik dan pembinaan tindak lanjut

    ketidaksesuaian meliputi :

    1) Pemantauan kinerja ergonomi unit produksi.

    2) Pemantauan risiko WMSDs (Work Muscolosceletal Disolder).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    3) Pembinaan dan pengawasan Hygiene dan sanitasi tempat kerja

    (House Keeping) dan tindak lanjut ketidaksesuaian.

    4) Pengawasan dan pembinaan karyawan yang terpapar faktor

    lingkungan kerja ekstrim.

    b. Penyesuaian karyawanan akibat keterbatasan kemampuan fisik.

    4. Pembinaan dan Pengawasan Lingkungan Kerja

    Dilakukan pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja, yaitu

    berupa pengendalian lingkungan dan pengendalian faktor-faktor bahaya

    di tempat kerja untuk mencegah karyawan terpapar faktor bahaya

    sehingga tidak mengganggu kesehatannya.

    5. Pembinaan dan Pengawasan Perlengkapan Sanitasi

    Merupakan program preventif yaitu pembinaan dan pengawasan

    Hygiene dan sanitasi tempat kerja (House Keeping) dan tindak lanjut

    ketidaksesuaian.

    6. Pembinaan dan Pengawasan Kesehatan untuk Tenaga Kerja

    a. Promotif

    Upaya promotif adalah upaya peningkatan derajat kesehatan

    karyawan melalui peningkatan pengetahuan dan pelaksanaan pola

    hidup sehat di tempat kerja dan perbaikan gizi kerja. Adapun ruang

    lingkup kegiatan promotif, yaitu :

    1) Induction Course untuk karyawan baru.

    2) Sosialisasi Pola Hidup Sehat.

    3) Sosialisasi Program Konservasi Pendengaran (HCP).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    4) Sosialisai Ergonomi Kerja.

    5) Konseling Kesehatan.

    6) Edukasi Hasil PKB (Pemeriksaan Kesehatan Berkala) untuk

    kelompok umum penyakit degeneratif dan kelompok penyakit

    kronis.

    7) Sosialisai profil Hiperkes unit kerja.

    8) Pelatihan Satgas Medis (Tim TKTD Unit Kerja).

    9) Pembinaan dan Pengawasan kantin.

    10) Pembinaan dan Pengawasan air minum di perusahaan (air

    minum kemasan kelas A).

    11) Pembinaan dan pengawasan extra fooding.

    12) Pembinaan dan pengawasan pola makan karyawan.

    13) Vaksinasi Hepatitis sesuai indikasi (kasus).

    14) Sosialisasi pengendalian risiko Diabetes Mellitus dan

    Dislipedemia

    b. Preventif

    1) Sasaran kegiatan preventif adalah :

    a) Pencegahan timbulnya kasus baru baik penyakit umum

    maupun penyakit akibat kerja.

    b) Mengendalikan risiko keparahan penyakit.

    c) Mengendalikan risiko kecacatan (anatomi atau fisiologi

    akibat kerja atau kecelakaan kerja).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    2) Ruang lingkup program preventif :

    a) Pengawasan ergonomi fisik dan pembinaan tindak lanjut

    ketidaksesuaian meliputi :

    (1) Pemantauan kinerja ergonomi unit produksi.

    (2) Pemantauan risiko WMSDs (Work Muscolosceletal

    Disolder).

    (3) Pembinaan dan pengawasan Hygiene dan sanitasi

    tempat kerja (House Keeping) dan tindak lanjut

    ketidaksesuaian.

    (4) Pengawasan dan pembinaan karyawan yang terpapar

    faktor lingkungan kerja ekstrim.

    c. Kuratif dan Rehabilitatif

    Pemantauan pada karyawan dengan indikasi sakit berdasarkan

    evaluasi kunjungan karyawan pada poliklinik perusahaan atau rumah

    sakit rujukan meliputi : rawat jalan, rawat inap, darurat medis dan

    konsul/rujukan kesehatan.

    Kegiatan-kegiatan kuratif dan rehabilitatif, sebagai berikut :

    1) Pemantauan kunjungan poliklinik.

    2) Pemantauan biaya perawatan kesehatan.

    3) Pemantauan trend dan pola penyakit karyawan.

    4) Pemantauan prevalensi kasus baru.

    5) Pemantauan status penyembuhan penyakit.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    6) Pemantauan rehabilitasi medis pada rawat inap, kecelakaan

    kerja dan kecacatan fisik.

    7) Pemantauan sakit berkepanjangan.

    8) Pemantauan dan pengendalian karyawan yang mangkir sakit.

    9) Pelayanan pengobatan pemeriksaan medis dan penunjang serta

    rujukan pada karyawan dan keluarga.

    10) Pelayanan darurat medis (Pos P3K Pabrik, UGD RSKM, UGD

    RS rujukan lainnya).

    11) Penyesuaian karyawanan akibat keterbatasan kemampuan fisik

    7. Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Umum dan Penyakit Akibat Kerja

    (PAK)

    Merupakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif seperti

    pembinaan dan pengawasan kesehatan untuk tenaga kerja, sudah

    termasuk di dalamnya seperti :

    a. Edukasi Hasil PKB (Pemeriksaan Kesehatan Berkala) untuk

    kelompok umum penyakit degeneratif dan kelompok penyakit

    kronis.

    b. Vaksinasi Hepatitis sesuai indikasi (kasus).

    c. Sosialisasi pengendalian risiko Diabetes Mellitus dan Dislipedemia

    d. Pemantauan risiko WMSDs (Work Muscolosceletal Disolder).

    e. Pelayanan pengobatan pemeriksaan medis dan penunjang serta

    rujukan pada karyawan dan keluarga

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    f. Pelayanan darurat medis (Pos P3K Pabrik, UGD RSKM, UGD RS

    rujukan lainnya).

    8. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

    Terjadinya kecelakaan yang tidak ketahui kapan waktu terjadinya dan

    korban yang menderita perlu pertolongan, maka dibutuhkan

    kesiapsiagaan dan penanganan korban secara cepat dan tepat dengan

    tujuan korban dapat terselamatkan dan tidak terjadi keparahan cidera atau

    sakit. Untuk mengantisipasi kecelakaan maka perlu adanya tim tenaga

    medis dan kelompok yang dapat memfungsikan diri sebagai satgas

    medis.

    Pertolongan Pertama Pada kecelakaan (P3K) mempunyai fungsi

    memberikan penanganan terhadap kecelakaan atau sakit agar dapat

    sembuh atau mencegah terjadinya keparahan cidera atau sakit.

    Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, PT. Krakatau Steel

    mendirikan Pos P3K yang dibawah pengawasan Dinas Hiperkes. Dalam

    melaksanakan fungsinya, Pos P3K siap siaga 24 jam dengan empat

    tenaga medis yang bertugas. Pos P3K disiapkan sebuah mobil ambulance

    untuk operasional yang siaga 24 jam. Pada setiap pabrik didirikan shelter

    yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara korban

    kecelakaan sebelum dibawa ke pos P3K atau ke rumah sakit rujukan.

    Pada shelter dikelola oleh satgas medis dari tenaga kerja yang dibentuk

    pada setiap shift yang secara rutin dilakukan pelatihan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    45

    Pos P3K selain memberikan pertolongan pada kecelakaan juga

    mempunyai fungsi pelayanan distribusi obat P3K pada setiap pabrik.

    Prosedur Distribusi obat P3K yang dilaksanaan adalah sebagai berikut :

    a. Divisi atau dinas yang memerlukan obat P3K mengajukan surat

    permintaan yang ditujukan kepada Divisi HSE.

    b. Spesialis/Engineering Dinas Hiperkes bersamasama Plant Inspektor

    atau petugas dinas/divisi pemohon, melakukan pengecekan

    lapangan. Hasil rekomendasi Inspektor Kesehatan Kerja dijadikan

    pedoman dalam menentukan jumlah obat P3K.

    c. Dinas Hiperkes mengajukan surat permintaan pengadaan obat P3K

    otonom Rumah Sakit Krakatau Medika.

    d. Rumah Sakit Krakatau Medika menyediakan obat P3K sesuai

    dengan permintaan dan mendistribusilkan pada Dinas Hiperkes.

    e. Spesialis/Engineeing Dinas Hiperkes melakukan pengecekan

    permintaan yang dikirim RS Krakatau Medika, kemudian

    pengelompokan yang masingmasing paket terdiri 7 macam obat

    P3K.

    f. Inspektor Kesehatan Kerja menginformasikan pada Dinas/Divisi

    permohonan untuk mengambil obat P3K tersebut.

    g. Divisi atau Dinas permohonan mendistribusikan obat P3K pada

    unitunit kerja yang terkait sesuai dengan ketentuan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    46

    Sedangkan Isi dan Fungsi paket obat P3K sebagai berikut :

    a. Septadine (cair) berfungsi untuk membersihkan luka, mengompres

    luka dan membunuh kuman.

    b. Bioplacenton yang berfungsi untuk mengobati luka bakar.

    c. Rivanol yang berfungsi untuk membersihkan luka dari segala

    kotoran dan menutup luka yang sudah bersih.

    d. Perban untuk menutup luka, pembersih luka dan pengikat bidai.

    e. Kapas untuk membersihkan luka kecil.

    f. Plaster untuk melekatkan perban sehingga luka tertutup.

    Peralatan P3K yang didistribusikan di seluruh unit kerja pada titik-

    titik yang ditentukan meliputi :

    a. Tandu

    b. Spalk

    c. Mitella

    d. Oksigen kit

    e. Buku Saku P3K

    Penempatan kotak Obat P3K di pabrik-pabrik dengan jumlah lokasi

    sebagai berikut :

    a. Divisi PBS terdiri 25 lokasi

    b. Divisi HSM terdiri 30 lokasi

    c. Divisi CRM terdiri 25 lokasi

    d. Divisi WRM terdiri 13 lokasi

    e. Divisi SSP I terdiri 44 lokasi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    47

    f. Divisi SSP II terdiri 23 lokasi

    g. Divisi BSP terdiri 16 lokasi

    h. Divisi Utility terdiri 15 lokasi

    9. Pendidikan Kesehatan untuk Tenaga Kerja dan Pelatihan P3K

    Program promosi kesehatan tahun 2012 ditujukan pada karyawan

    yang mempunyai resiko terhadap penyakit jantung, hipertensi, dan

    diabetes militus serta karyawan yang ijin sakit tinggi.

    Jenis-jenis promosi kesehatan :

    a. Konseling MCU Medical Check Up

    b. Edukasi MCU

    c. Sosialisasi pola hidup sehat

    d. Infomasi kesehatan

    e. Progam-progam khusus promosi kesehatan seperti senam.

    f. Kecukupan gizi

    g. Road show tim promkes

    h. Seminar kesehatan

    i. Induction Course karyawan baru

    Materi yang digunakan untuk promosi pola hidup sehat adalah gizi

    seimbang, pola makan, IMT, fungsi air minum, dan olahraga kesehatan

    dengan berlokasi di Human Capital Training Education Center.

    Telah dilakukan pelatihan P3K yaitu pelatihan terhadap satgas medis

    pos P3K.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    48

    10. Pemberian Nasihat tentang Tempat Kerja, APD, Gizi dan

    Penyelenggaraan Makanan di Tempat Kerja

    Telah dilakukan pembinaan dan pengawasan kantin, pembinaan dan

    pengawasan air minum di perusahaan (air minum kemasan kelas A). serta

    pembinaan dan pengawasan extra fooding yang merupakan upaya

    promotif.

    Selain itu, salah satu upaya pemenuhan kesehatan karyawan yang

    baik dan menyehatkan adalah dengan pengadaan kantin. Dalam

    penyajian makanan bahan makanan yang diolah berasal dari bahan yang

    bersih, peralatan yang digunakan untuk memasak juga bersih bebas dari

    debu dan lalat, ada ventilasi (exhauster atau AC) untuk sirkulasi udara,

    petugas kantin diwajibkan menggunakan alat pelindung berupa celemek,

    tutup kepala, sarung tangan juga masker wajah, serta penyajian makanan

    di kantin juga harus di tutup dengan tutup saji untuk menghindarkan dari

    hewan pembawa penyakit. Selain itu, ruangan kantin juga harus dalam

    keadaan bersih yaitu : lantai, meja, kursi dan peralatan makan serta

    menyediakan peralatan mencuci tangan, wastafel, tissue pada setiap meja

    makan untuk karyawan yang masuk ke kantin.

    11. Membantu Rehabilitasi Penyakit Akibat Kerja

    Termasuk upaya kuratif fan rehabilitatif. Diantaranya adalah

    pemantauan rehabilitasi medis pada rawat inap, kecelakaan kerja dan

    kecacatan fisik; pemantauan dan pengendalian karyawan yang mangkir

    sakit; pelayanan pengobatan pemeriksaan medis dan penunjang serta

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    49

    rujukan pada karyawan dan keluarga; dan pelayanan darurat medis (Pos

    P3K Pabrik, UGD RSKM, UGD RS rujukan lainnya).

    12. Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kerja yang Memiliki Kelainan

    Tertentu

    Dilakukan Pemeriksaan Kesehatan Berkala (PKB), yaitu pemeriksaan

    kesehatan yang dilakukan secara periodik terhadap karyawan organik PT.

    Krakatau Steel dengan rekomendasi oleh dokter penguji kesehatan PT.

    Krakatau Steel.

    Apabila ditemukan karyawan dengan kelainan kesehatan, dilakukan

    pemeriksaan lanjut (rujukan/pemeriksaan khusus). Karyawan

    melaksanakan pemeriksaan rujukan dan menyerahkan hasil pemeriksaan

    tersebut pada dokter PKB untuk dilakukan rekomendasi pekerjaan.

    13. Pelaporan secara Berkala

    Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala, dilakukan

    pelaporan hasil pemeriksaan yaitu sebagai berikut :

    a. Koordinator PKB mengumpulkan dokumen hasil PKB dan

    mencatatnya pada buku Medical Record (MR) dan komputer.

    b. Buku MR yang sudah diisi oleh koordinator PKB kemudian

    diserahkan pada dokter penanggung jawab PKB Rumah Sakit

    Krakatau Medika untuk dibuat kesimpulan dan saran.

    c. Buku MR kemudian diserahkan pada dokter PKB untuk dibuat

    rekomendasi kesehatan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    50

    d. Buku Medical Record yang telah selesai direkomendasikan oleh

    dokter penguji kesehatan Kerja untuk dilakukan :

    1) Administrasi PKB

    2) Medical Record

    e. Inspektor kesehatan Kerja mengecek kehadiran peserta dengan

    melihat buku yang telah selesai.

    f. Distribusikan hasil PKB pada peserta dilakukan secara langsung atau

    pos terpadu.

    14. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kerja

    a. Rumah Sakit Perusahaan dan Rujukan

    PT Krakatau Steel adalah perusahaan yang memperhatikan

    kesehatan tenaga kerja. Hal ini dibuktikan dengan adanya

    pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Hasil dari

    pemeriksaan tersebut, diuji lebih lanjut ke Rumah Sakit Krakatau

    Medika (RSKM), yang bertempat di Cilegon. RSKM merupakan

    bagian dari PT Krakatau Steel, yang berfungsi memberikan

    pelayanan kesehatan tenaga kerja khususnya dan pada masyarakat

    umumnya.

    Selain RSKM, PT Krakatau Steel juga bekerjasama dengan

    beberapa rumah sakit rujukan tersebut diantaranya: Rumah Sakit

    kanker Darmais, Rumah Sakit Pertamina, Rumah Sakit Jantung

    Harapan Kita, Rumah Sakit Paru Cipto Mangunkusumo, Rumah

    Sakit Siloam dan Rumah Sakit Darmawangsa. Rumah sakit rujukan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    51

    tersebut difungsikan sebagai tempat pengobatan bagi tenaga kerja

    yang mengalami gangguan kesehatan yang memerlukan penanganan

    lebih lanjut.

    Pemeriksaan berkala dilakukan secara periodik setahun sekali

    dan pemeriksaan khusus secara periodik sesuai dengan tingkat resiko

    penyakit akibat kerja.

    b. Sarana Olah Raga

    Sarana olahraga perusahaan terdiri dari lapangan sepak bola

    standar international, kolam renang standar international, lapangan

    golf, lapangan bola volley yang tersebar di seluruh unit kerja,

    lapangan tenis, lapangan bola basket, GOR bulu tangkis dan area

    unit kerja untuk kegiatan senam massal dilakukan setiap hari jumat.

    15. Gizi Kerja

    Pada awalnya kebijakan pelayanan gizi kerja di PT. Krakatau Steel

    adalah dengan memberikan makan dan extra fooding, dimana extra

    fooding yang diberikan dalam bentuk susu pasteurisasi dan UHT secara

    rutin. Pelayanan extra fooding ini ditujukan pada seluruh Direktorat

    Produksi maupun Direktorat Non Produksi.

    Pada bulan Juli 1998 Divisi Personalia mengeluarkan Surat Edaran

    yang intinya meminta Dinas Hiperkes untuk melakukan evaluasi

    penelitian guna menetapkan karyawan yang berhak untuk mendapatkan

    extra fooding berdasarkan kriteria :

    1) Karyawan dengan waktu kerja shift.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    52

    2) Karyawan yang bekerja pada faktor lingkungan berbahaya.

    3) Karyawan yang bekerja dengan beban fisik berat/karyawan yang

    kerjanya 70 % di pabrik/di bengkel dan di lapangan.

    Untuk air minum, perusahaan menyediakan fasilitas dispenser dan

    gallon air minum dalam jumlah cukup. Pemeriksaan kualitas diteliti

    secara rutin oleh PT. Quelle dan secara periodik dilakukan pemeriksaan

    pada lab independent.

    Tabel 1. Distribusi air minum dispenser di setiap unit kerja

    NO TEMPAT KERJA JUMLAH DISPENSER

    1. Pabrik Besi Spons 29

    2. PRWT Pabrik Besi Spons 30

    3. Pabrik Billet Baja 34

    4. SSP I dan PPSB 46

    5. SSP II dan PPSB 26

    6. PPBLD dan PP III 21

    7. PPBLD 19

    8. PRWT PPBLD 31

    9. WRM 31

    10. PHP 12

    11. Utility 16

    12. PL dan P 26

    13. Pengendalian Kualiatas 22

    TOTAL 343

    (Sumber : Data Sekunder)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    53

    Selain itu, salah satu upaya pemenuhan kesehatan karyawan yang

    baik dan menyehatkan adalah dengan pengadaan kantin. Di PT. Krakatau

    Steel terdapat 13 kantin yang beroperasi secara aktif guna memenuhi

    kebutuhan makan dan gizi yang menunjang. Adapun nama-nama kantin

    tersebut adalah kantin ADB, kantin Logistik, kantin Pusdiklat, kantin

    Pabrik Besi Spons (PBS), kantin Gedung Produksi, kantin P2P, kantin

    Billet Steel Plan (BSP), kantin Slab Steel Plan (SSP), kantin Wire Rod

    Mill (WRM), kantin Hot Strip Mill (HSM), kantin Keamanan, kantin

    PPC, dan kantin Cold Rolling Mill (CRM).

    Dalam penyajian makanan bahan makanan yang diolah berasal dari

    bahan yang bersih, peralatan yang digunakan untuk memasak juga bersih

    bebas dari debu dan lalat, ada ventilasi (exhauster atau AC) untuk

    sirkulasi udara, petugas kantin diwajibkan menggunakan alat pelindung

    berupa celemek, tutup kepala, sarung tangan juga masker wajah, serta

    penyajian makanan di kantin juga harus di tutup dengan tutup saji untuk

    menghindarkan dari hewan pembawa penyakit. Selain itu, ruangan kantin

    juga harus dalam keadaan bersih yaitu : lantai, meja, kursi dan peralatan

    makan serta menyediakan peralatan mencuci tangan, wastafel, tissue

    pada setiap meja makan untuk karyawan yang masuk ke kantin. Akan

    tetapi, tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap penjamah

    makanan.

    Perusahaan tidak memberikan makan siang kepada pekerja,

    melainkan memberikan jatah uang makan sebagai pengganti makan siang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    54

    tersebut. Pekerja di PT. Krakatau Steel rata-rata bekerja dengan kategori

    beban kerja yang sedang, dimana kebutuhan kalori untuk pekerja sedang

    adalah 1200 kalori untuk makan siang. Diperkirakan uang yang diberikan

    pada pekerja untuk menu makan siang yang sesuai dengan gizi sudah

    mencukupi kalori yang dibutuhkan.

    E. Keselamatan Kerja

    1. Struktur Organisasi

    Dinas Keselamatan Kerja, dipimpin oleh seorang Superintendent

    yang membawahi beberapa fungsional yaitu :

    a. Engineer Pembinaan dan Pengawasan Keselamatan Kerja

    b. Engineer Safety Pesawat Uap dan Bejana Tekan

    c. Engineer Peraturan dan Standar Keselamatan Kerja

    d. Engineer Pesawat Angkat & Angkut

    e. Engineer Safety Radiasi

    2. Potensi Bahaya

    a. Pabrik Besi Spons

    1) Ledakan

    Ledakan dapat terjadi pada proses pemanasan gas di area gas

    heater, steam dan area reformer.

    2) Kebakaran

    Potensi kebakaran dapat terjadi pada proses reformasi gas di

    area gas heater, steam dan area reformer.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    55

    3) Tertimpa

    Kejatuhan benda bijih besi atau pellet dapat terjadi pada saat

    proses conveyor sedang beroperasi menyalurkan bijih besi atau

    pellet ke reactor. Selain itu Kejatuhan benda bawaan dari crane

    dan bawaan dari truk yang membawa peralatan atau besi yang

    aus keluar dari pabrik besi spons.

    4) Terpeleset

    Terpeleset oleh bijih besi atau pellet dapat terjadi pada saat

    karyawan berjalan di area DRP I dan HYL III, terpeleset oleh

    genangan air yang membuat becek, dan beberapa sampah plastik

    yang tidak pada tempatnya.

    5) Tertabrak

    Tertabrak alat transportasi (forklift, mobil, crane, buldozer,

    tractor, ladle car, truck, dan lain-lain) dapat terjadi pada saat

    karyawan berada di area transportasi.

    6) Terjatuh

    Pada saat menaiki tangga, terpeleset sisa spons yang ada di atas,

    terjatuh dari ketinggian, terjatuh pada tempat lift naik-turun.

    7) Terjepit

    Terjepit pintu lift.

    8) Tersandung

    Tersandung barang-barang/besi-besi bekas perbaikkan, besi

    bekas yang tidak bisa diperbaiki dan bebatuan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    56

    9) Terbentur

    Terbentur besi ketika melewati penyimpanan gas.

    b. Pabrik Billet Baja

    1) Ledakan

    Ledakan dapat terjadi pada proses peleburan di dalam furnace

    yaitu pada proses peleburan terdapat bahan baku yang

    mengandung air (sponge iron dan scrap basah) dan adanya

    elektroda di dalam furnace.

    2) Percikan Baja Cair

    Percikan baja cair dapat terjadi pada proses peleburan di

    furnace, proses sekunder di ladle furnace, proses pencetakan di

    concast, pengambilan sampel, pengecekan temperatur, injeksi

    oksigen, injeksi grafit dan pada saat melempar split.

    3) Kejatuhan benda

    Kejatuhan benda dapat terjadi pada saat pengangkutan material

    oleh crane scrap, crane charging, crane ladle, crane tundish

    dan crane billet handling (scrap, sponge iron, kapur, grafit,

    elektroda, ladle, tundish dan billet).

    4) Kebakaran

    Pada saat melting membuang slag, ladle menumpahkan kotoran

    dari melting yang belum sepenuhnya terbuang, percikan baja

    cair pada proses peleburan di furnace, proses sekunder di ladle

    furnace, proses pencetakan di concast, pengambilan sampel,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    57

    pengecekan temperatur, injeksi oksigen, injeksi grafit dan pada

    saat melempar split.

    5) Tertabrak

    Tertabrak alat transportasi (forklift, mobil charging, crane dan

    truck) dapat terjadi pada saat karyawan berada di area

    transportasi dan berjalan di lintasannya.

    6) Tersandung

    Tersandung material dapat terjadi pada saat penempatan alat

    alat peleburan, materialmaterial produksi dan sampah karung

    plastik sisa kapur, grafit, material, elekroda, sisa sampel,

    temperatur dan selang air yang tidak pada tempatnya.

    7) Tersentuh Benda Panas (tersengat)

    Tersentuh benda panas dapat terjadi pada saat proses finishing

    billet, di billet yard, pengambilan sampel, cek temperatur,

    injeksi oksigen dan injeksi grafit.

    c. Pabrik Slab Baja

    1) Ledakan

    Ledakan dapat terjadi pada proses peleburan di dalam furnace

    yaitu pada proses peleburan terdapat bahan baku yang

    mengandung air (sponge iron dan scrap basah) dan adanya

    tabung di dalam furnace.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    58

    2) Percikan Baja Cair

    Percikan baja cair dapat terjadi pada proses peleburan di

    furnace, proses sekunder di ladle furnace, proses pencetakan di

    concast, pengambilan sampel, pengecekan temperatur, injeksi

    oksigen, injeksi grafit dan pada saat melempar split.

    3) Kejatuhan benda

    Kejatuhan benda dapat terjadi pada saat pengangkutan material

    oleh crane scrap, crane charging, crane ladle, crane tundish

    dan crane billet handling (scrap, sponge iron, kapur, grafit,

    elektroda, ladle, tundish dan slab).

    4) Tertabrak

    Tertabrak alat transportasi (forklift, mobil charging, dan truck)

    dapat terjadi pada saat karyawan berada di area transportasi.

    5) Tersandung

    Tersandung material dapat terjadi pada saat penempatan alat

    alat peleburan, materialmaterial produksi dan sampah karung

    plastik sisa kapur, grafit, material, elekroda, sisa sampel,

    temperatur dan ganum tidak pada tempatnya.

    6) Tersentuh Benda Panas

    Tersentuh benda panas dapat terjadi pada saat proses finishing

    slab, pengambilan sampel, cek temperatur, injeksi oksigen,

    injeksi grafit, pemanasan tundish, area peleburan, area ladle

    furnace, area pencetakan dan pemotongan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    59

    d. Pabrik Baja Lembaran Panas

    1) Ledakan

    Ledakan dapat terjadi pada saat pemanasan slab di furnace

    dengan menggunakan gas.

    2) Kejatuhan benda

    Kejatuhan benda dapat terjadi pada saat pengangkutan material

    oleh crane slab yard, crane coil yard, dan crane plat yard (slab,

    coil dan plat).

    3) Tergores

    Tergores dapat terjadi pada saat pengikatan coil dan plat dengan

    sabuk coil dan plat.

    4) Tertabrak

    Tertabrak alat transportasi (forklift, truck dan mobil) dapat

    terjadi pada saat karyawan berada di area transportasi.

    5) Terpeleset

    Terpeleset dapat terjadi pada saat karyawan melewati area

    proses produksi karena adanya ceceran oli di lantai.

    6) Tersentuh Benda Panas

    Tersentuh benda panas dapat terjadi pada saat proses pemanasan

    di furnace, hot rolled coil dan pada saat pengikatan coil dan plat

    dengan sabuk coil dan plat.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    60

    e. Pabrik Cold Rolling Mill

    1) Ledakan

    Ledakan dapat terjadi pada proses pemanasan di area batch

    annealing furnace dan area continous annealing line.

    2) Kejatuhan benda

    Kejatuhan benda dapat terjadi pada saat pengangkutan material

    oleh crane coil yard dan crane plat yard (coil dan plat).

    3) Tergores

    Tergores dapat terjadi pada saat pengikatan coil dan plat dengan

    sabuk coil dan plat.

    4) Tertabrak

    Tertabrak alat transportasi (forklift, truck dan mobil) dapat

    terjadi pada saat karyawan berada di area transportasi.

    5) Terpeleset

    Terpeleset dapat terjadi pada saat karyawan melewati area

    proses produksi karena adanya ceceran oli dilantai.

    6) Tersentuh Benda Panas

    Tersentuh benda panas dapat terjadi pada saat proses batch

    annealing furnace dan continous annealing line.

    f. Pabrik Batang Kawat (Wire Rod)

    1) Ledakan

    Ledakan dapat terjadi pada saat pemanasan bilet di WB

    reheating furnace dengan menggunakan gas.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    61

    2) Kejatuhan benda

    Kejatuhan benda dapat terjadi pada saat pengangkutan material

    oleh crane billet yard, crane coil batang kawat (billet dan coil

    batang kawat).

    3) Tergores

    Tergores dapat terjadi pada saat pengikatan coil batang kawat

    dengan sabuk coil, pengambilan sampel dan pemotongan kepala

    ekor wire rod.

    4) Tertabrak

    Tertabrak alat transportasi (forklift, truck dan mobil) dapat

    terjadi pada saat karyawan berada di area transportasi.

    5) Terpeleset

    Terpeleset dapat terjadi pada saat karyawan melewati area

    proses produksi karena adanya ceceran oli dilantai.

    6) Tersentuh Benda Panas

    Tersentuh benda panas dapat terjadi pada saat proses pemanasan

    di WB reheating.

    3. Pengendalian Potensi Bahaya

    a. Kebakaran

    Berdasarkan potensi bahaya yang ada telah dilakukan langkah

    pengendalian bahaya kebakaran sebagai upaya pengurangi dampak

    kebakaran. Hal ini dilakukan dengan upaya pencegahan terjadi

    ledakan dalam proses peleburan bahan baku yang digunakan harus

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    62

    bebas dari air, karena air akan bereaksi membentuk gas H2 yang

    kemudian dapat menyebabkan ledakan, pemasangan rambu-rambu

    (d