Kerangka Verifikasi RTM
-
Upload
rutiana-uns -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of Kerangka Verifikasi RTM
Kerangka Verifikasi Rumah Tangga Miskin
I. Latar Belakang Strategi Kebijakan
Kerangka verifikasi rumah tangga sasaran program pengurangan kemiskinan kota S
menggunakan dasar Peraturan Walikota Nomor 2 – H Tahun 2013 tentang Strategi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah kota S, merujuk pada Perpres No.
15 Tahun 2010, memiliki 3 (tiga) tujuan utama, yaitu:(a) mengurangi beban pengeluaran
masyarakat miskin melalui pemberian bantuan sosial dan peningkatan pelayanan dasar; (b)
meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin, dan; (c) mengembangkan dan
menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil (UMK).
Verifikasi penetapan rumah tangga miskin menggunakan 23 indikator yang merupakan
olahan dari indikator kemiskinan yang digunakan pada: (1) Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk
2005 oleh BPS; (2) Basis Data Terpadu untuk Program perlindungan Sosial 2011; (3) Buku
Pegangan Resmi TKPK Daerah Panduan Penanggulangan Kemiskinan, dengan
mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi lokal penduduk kota S.
Intervensi penanggulanagn atau pengurangan kemiskinan merujuk pada strategi
penanggulangan kemiskinan nasional, melalu 4 kluster, yaitu:
a. Klaster 1 : Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup penduduk miskin;
b. Klaster 2 : Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kapasitas kelompok penduduk miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat;
c. Klaster 3 : Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil; dan
d. Klaster 4 : Program-program lainnya yang baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan penduduk miskin
Berdasar 23 indikator kemiskinan di atas, dilakukanlah verifikasi dari daftar rumah
tangga miskin yang sudah ditetapkan oleh PPLS. Tujuan verifikasi adalah untuk: (1)
mendapatkan data keluarga miskin yang sudah tidak berdomisili di daerah sasaran, atau; (2)
1
menambahkan data keluarga baru yang memenuhi syarat kemiskinan namun belum terdaftar
dalam daftar PPLS, sehingga terlewat untuk menerima intervensi kebijakan pengurangan
kemiskinan di kota S. Data keluarga miskin yang belum terdaftar dalam PPLS ini akan
diintervensi dengan dana APBD untuk program pro poor.
Tabel 1. Indikator Kemiskinan Kota S
No Indikator Kriteria RT Miskin Ket Penyesuaian(1) (2) (3) (4)
I Perumahan/Tempat tinggal
1. Luas lantai kurang dari atau sama dnegan 8 m2 per kapita
2. Jenis lantai tanah/ bambu/ kayu/ semen berkualitas rendah
3. Jenis dinding bambu/ rumbia/ kayu/ tembok berkualitas rendah
4. Penerangan utama bukan listrik5. Fasilitas buang air besar tidak punya/ bersama/ umum/ lainnya6. Tempat Pembuangan
Akhir Tinja Rumah Tangga
bukan SPAL
7. Sumber air minum sumur atau mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan
diperluas dengan kategori air untuk minum dan air untuk nonminum
8. Status tempat tinggal menumpang/mengontrak9. Jumlah penghuni rumah lebih dari 1 keluarga (KK) II. Kemampuan
pendapatan/Pekerjaan10. Pekerjaan buruh tani/ bangunan atau pekerjaan
lain dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan kota S tahun berlaku
Tahun 2014 Rp.403.121. Kl 4 org/keluarga berarti pendapatan minimal Rp.1.612.484
11. Status kerja individu dalam rumah tangga:
1) Ada usia anak (di bawah 18 tahun) yang bekerja
2) Ada usia 18-60 tahun yang tidak bekerja (dan tidak sedang bersekolah)
3) Ada usia lanjut (60 + tahun) yang masih bekerja
12. Kepemilikan asset tidak mempunyai tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp500.000,- seperti sepeda motor, emas, ternak, atau barang modal lainnya.
Tahun 2014 Tidak memiliki tabungan/Barang yang dijual dengan nilai minimal Rp. 1.612.484,-. atau setara dengan garis batas kemiskinan per kapita tahun berlaku dikalikan jumlah tanggungan keluarga selama 1 bulan
13. Jumlah tanggungan keluarga
lebih dari 4 orang
14. Kepala Rumah Tangga Kepala Rumah Tangga Perempuan2
No Indikator Kriteria RT Miskin Ket Penyesuaian(1) (2) (3) (4)
PerempuanIII. Pendidikan15. Pendidikan tertinggi
kepala rumah tanggatidak sekolah/ tidak tamat SD/ hanya SD.
16. anak usia sekolah yang tidak bersekolah:
di keluarga tsb ada anak yang berusia 7-12 tahun; 13-15 tahun; 16-18 tahun tidak bersekolah
IV. Kesehatan17. Kemampuan
berobat/kepemilikan jaminan kesehatan
tidak mampu berobat atau tidak memiliki asuransi/ jaminan kesehatan
18. Penderita kecacatan Dalam keluarga tsb ada yang menderita kecacatan, dalam kelompok umur: (a) usia 0-15 tahun; (b)15-45 tahun; (c) 45-60 tahun; (d)60+ tahun
Jenis kecacatan yang dimaksud meliputi: (a)Tuna daksa / cacat tubuh; (b) Tuna netra; (c)Tuna rungu; (d)Tuna wicara; (e)Kecacatan ganda; (e)Kecacatan mental
19. Penderita Penyakit Kronis
Dalam rumah tangga tsb ada yang menderita penyakit kronis, dalam kelompok umur: (a)kelompok usia dibawah 15 tahun; (b)Kelompok usia 15-45 tahun; (c)Kelompok usia 45-60 tahun; (d)60+ tahun.
(a) Jenis penyakit kronis yang dimaksud meliputi: (a)Hipertensi; (b) Rematik; (c) Asma; (d)Masalah jantung; (e) Diabetes; (f) Tuberculosis; (g) Stroke; (h)Kanker /tumor; (i)Lainnya
20. Konsumsi pakaian Rumahtangga tersebut hanya membeli pakaian tidak lebih dari (maksimal)1 stel dalam 1 tahun
di Kota S kriteria ini diperluas kemampuan membeli pakaian 1 stel untuk tiap anggota keluarga
V. Ketahanan Pangan21. Bahan bakar masak Menggunakan bahan bakar kayu/
arang/ minyak tanahdi thn 2014 kota S menambahkan kelompokmiskin adalah pengguna gas 3 kg
22. Konsumsi makanan hanya bisa membeli daging/ ayam/ susu maksimal 1 x dalam seminggu
23. Frekuensi makan hanya bisa makan maksimal 2 x sehari
II. Kerangka Logis Kategori Kelompok Sasaran
APBD kota S mempunyai keterbatasan kapasitas untuk alokasi program pro poor,
sehingga harus ada pemilahan kategori prioritas atas kelompok keluarga miskin yang ditemukan
3
dari verifikasi keluarga miskin ini. Tujuan pemilahan kategori ini untuk mengimplementasikan
asas transparansi dan asas keadilan dalam perencanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan
kota S. Mengapa demikian? Kategori prioritas kelompok akan menunjukkan kegawatan
masalah kemiskinan yang dialami kelompok sasaran berdasar fokus sasaran kebijakan
penanggulangan kemiskinan kota S, yaitu (1) Pendidikan; (2) Kesehatan; (3)
Perumahan/pemukiman/ prasarana dasar; (4) Ketahanan Pangan; (5) Lapangan Pekerjaan
(Peraturan Walikota S Nomor 2 – H Tahun 2013 tentang Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Daerah Kota S).
Diagram 1. Kerangka sebab akibat kemiskinan (ketidakmampuan membiayai pemenuhan kebutuhan hidup minimal)
Sumber: Analisis Kerangka Logis dan Data Primer Lapangan
4
a)Konsumsi makanan utk bertahan hidup
b)Kebutuhan sandang utk hidup layak
c) kebutuhan Kesehatan
e)Tempat tinggal dengan sarpras yang sehat
d)kebutuhan biaya Pendidikan
Kondisi Kemiskinan: dalam arti ketidak mampuan membiayai pemenuhan kebutuhan hidup minimal:
Pendapatan rendah
Tingkat Pendidikan rendah
Tingkat kesehatan: Gangguan
kesehatan Penyakit
kronis Kecacatan
Peluang bekerja
/berusaha/ memproduksi barang/jasa yang bernilai
ekonomisBeban Tanggungan keluarga besar
Ancaman Darurat Daya Tahan Hidup
Ancaman Daya Tahan Hidup Jangka Menengah
Janda (Perempuan Kepala Rumah Tangga/PEKA)
kepemilikan aset rendah
kontrol prioritas
Penjelasan:
Kemiskinan dalam konteks strategi penanggulangan kemiskinan kota S dimaknai sebagai
ketidakmampuan atau keterbatasan kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup
pada batas minimum kesejahteraan ekonomi. Manifestasi keterbatasan atau kekurangmampuan
dalam lima bidang fokus prioritas penanggulangan kemiskinan kota S 2010-2015 adalah: (1)
keterbatasan/ketidakmampuan memenuhi asupan kalori dan protein untuk bertahan hidup; (2)
keterbatasan/ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan sandang untuk hidup layak; (3)
keterbatasan/ketidakmampuan memenuhi kebutuhan biaya kesehatan; (4_
keterbatasan/ketidakmampuan memenuhi kebutuhan biaya; (5) keterbatasan/ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan tempat tinggal yang memiliki sarana minimal penunjang kesehatan.
Ketidakmampuan atau keterbatasan memenuhi kebutuhan hidup ada yang beresiko
memberi ancaman darurat untuk keberlangsungan hidup, yaitu jika tidak mampu memenuhi
asupan pangan, sandang, dan mengatasi kesehatan pada batas minimal. Resiko yang lebih
mengancam ini menuntut penanganan pengentasan kemiskinan lebih utama. Intervensi
penanganan lebih memerlukan kebijakan karikatif, semisal bantuan sosial, bantuan langsung, dan
sejenisnya.
Jenis resiko ketidakmampuan atau keterbatasan memenuhi kebutuhan hidup yang kedua
lebih bersifat ancaman jangka menengah, yaitu apabila warga masyarakat memiliki keterbatasan
modal untuk meningkatkan kemampuan pendapatan dan daya beli memenuhi kebutuhan yang
mutlak untuk kesejahteraan dasar. Resiko jenis kedua ini bersumber pada keterbatasan modal
pendidikan, gangguan modal kesehatan, dan beban keluarga yang harus ditanggung. Intervensi
penanganan resiko kemiskinan jenis kedua ini memerlukan kebijakan yang berbasis
pemberdayaan ekonomi.
Jenis resiko ketiga juga bersifat jangka menengah atau jangka panjang, yaitu
ketidakmampuan atau keterbatasan memenuhi kebutuhan hidup yang disebabkan oleh buruknya
daya dukung lingkungan fisik untuk produkif. Semisal, rumah atau lingkungan pemukiman yang
tidak sehat rentan mengancam kesehatan, dan pada gilirannya mengancam kemampuan produktif
untuk memperoleh penghasilan. Kondisi rumah atau lingkungan pemukiman sebenarnya juga
produk atau cerminan kondisi kemiskinan itu sendiri. Intervensi penanganan resiko kemiskinan
jenis kedua ini memerlukan kebijakan yang berbasis pemberdayaan ekonomi, dan pemberdayaan
5
komunitas sosial, dan jika memungkinkan dilengkapi kebijakan karikatif berwujud subsidi atau
bantuan sosial.
Berdasar analisa kerangka logis kondisi kemiskinan di kota S, berikut disusun skenario
kategori prioritas kelompok sasaran penerima intervensi kebijakan pengurangan kemiskinan.
I. Kriteria Tingkat Kesejahteraan Prioritas I: Tanggap Darurat (Kategori Skor 12-23)
Rumah tangga atau keluarga miskin yang termasuk kelompok prioritas I adalah rumah
tangga atau keluarga yang sangat rawan keberlangsungan hidupnya,yaitu rawan pendapatan,
rawan asupan pangan dan rawan kesehatan.
Kemampuan pendapatan sebagai daya ungkit utama kemampuan hidup sehari-hari.
Keluarga yang menderita beban kesehatan sangat rentan menjadi miskin, apalagi jika
penderita pada kategori usia produktif. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pendidikan
membawa resiko signifikan dengan keterbatasan akses mendapatkan tingkat penghasilan.
Secara tehnis profil rumah tangga atau keluarga sasaran prioritas I diukur dari keluarga
yang memenuhi 12 dari 23 indikator kemiskinan kota S, dengan minimal memenuhi 3
indikator wajib dari 8 indikator ini.
Tabel 2. Indikator Prioritas pada Kelompok Prioritas 1
No Fokus Sektor Kriteria Indikator No Pertanyaan
1. Ketahanan Pangan Frekuensi makan frekuensi makan semua anggota keluarga KURANG dari 2 x sehari
21
2 hanya bisa membeli daging/ ayam/ susu maksimal 1 x dalam seminggu
22
3 Menggunakan bahan bakar kayu/ arang/ minyak tanah/gas 3 kg 234 Kemampuan memenuhi
kebutuhan kesehatanKemampuan berobat: tidak mampu ke puskesmas, atau tidak memiliki asuransi / jaminan kesehatan
17
5. Rumahtangga tersebut hanya membeli pakaian tidak lebih dari (maksimal)1 stel dalam 1 tahun untuk setiap anggota keluarga
20
6. Kemampuan pendapatan/Pekerjaan
Kepala keluarga menganggur/ buruh tani/ buruh bangunan /pekerja keluarga yg tidak dibayar/ pekerjaan lain dengan pendapatan dibawa garis kemiskinan Tahun 2014 Tahun 2014 Rp.403.121. Kl 4 org/keluarga berarti pendapatan minimal Rp.1.612.484
10
7. Tidak memiliki tabungan/Barang yang dijual dengan nilai minimal Rp. 1.612.484,-. atau setara dengan garis batas kemiskinan per kapita tahun berlaku dikalikan jumlah tanggungan keluarga selama 1 bulan
12
8. Kepala Keluarga Perempuan/janda 14
6
II. Kriteria Tingkat Kesejahteraan Prioritas II: Menguatkan Keberdayaan (Kategori skor
9-11)
Rumah tangga atau keluarga miskin yang termasuk kelompok prioritas II adalah rumah
tangga atau keluarga yang tidak terlalu rawan untuk melanjutkan bertahan hidup, namun
memiliki keterbatasan modal untuk meningkatkan kemampuan pendapatan dan daya beli
memenuhi kebutuhan yang mutlak untuk kesejahteraan dasar.
Secara tehnis profil rumah tangga atau keluarga sasaran prioritas II diukur dari keluarga
yang memenuhi 9 dari 23 indikator kemiskinan kota S, dengan minimal memenuhi 2 indikator
wajib dari 6 indikator berikut ini.
Tabel 3. Indikator Prioritas pada Kelompok Prioritas II
No Fokus Sektor Kriteria Indikator No Pertanyaan
1. Pendidikan Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah/ tidak tamat SD/ hanya SD.
15
2. di keluarga tsb ada anak yang berusia 7-18 tahun tidak bersekolah
16
3. Kemampuan pendapatan/Pekerjaan
1) Ada usia anak (di bawah 18 tahun) yang bekerja2) Ada usia 18-60 tahun yang tidak bekerja (dan tidak sedang
bersekolah)3) Ada usia lanjut (60 + tahun) yang masih bekerja
11
4. Jumlah tanggungan keluarga lebih dari 4 orang 135. Kemampuan memenuhi
kebutuhan kesehatanDalam keluarga tsb ada yang menderita kecacatan 18
6. Anggota keluarga ada yang menderita penyakit kronis 19
III. Kriteria Tingkat Kesejahteraan Prioritas III: Menguatkan daya dukung lingkungan
(Kategori skor 6-8)
Rumah tangga atau keluarga miskin yang termasuk kelompok prioritas III adalah rumah
tangga atau keluarga yang tidak terlalu rawan untuk melanjutkan bertahan hidup, namun
memiliki keterbatasan lingkungan fisik yang beresiko memperburuk kondisi kesehatan dan daya
produktivitas ekonominya.
Kategori III ini memusatkan perhatian pda pendekatan kondisional lingkungan yang
memperburuk kondisi kemiskinan, yaitu kondisi rumah atau lingkungan tempat tinggal.
Secara tehnis profil rumah tangga atau keluarga sasaran prioritas III diukur dari keluarga
yang memenuhi 6 dari 23 indikator kemiskinan kota S, dengan minimal memenuhi 3 indikator
wajib dari 6 indikator berikut ini.
7
Tabel 3. Indikator Prioritas pada Kelompok Prioritas II
No Fokus Sektor Kriteria Indikator No Pertanyaan
1. Rumah/Lingkungan tempat tinggal
Luas lantai kurang dari atau sama dengan 8 m2 per kapita 1
2. Jenis dinding bambu/ rumbia/ kayu/ tembok berkualitas rendah 23. Lantai terbuat dari tanah/ bambu/ kayu/ semen berkualitas rendah 34. Penerangan utama rumah menggunakan: Penerangan
minyak/lainnya (bukan listrik)4
5. Tidak punya fasilitas buang air besar 56. Tempat pembuangan akhir tinja rumah tangga: Pembuangan akhir
tinja selain tangki/SPAL6
7. Sumber air minum dari sumur atau mata air yang tidak terlindung/sungai/airhujan
7
8. Status tempat tinggal menumpang 89. Jumlah Penghuni Rumah Tangga Lebih dari 1 keluarga ( KK) dalam
1 rumah tangga9
8