Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

14
1 Latar Belakang Kampanye imunisasi massal untuk mencegah atau merespons Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan penyakit-penyakit berdampak tinggi/high impact disease (PD3I/HID) adalah strategi yang efektif untuk mengurangi kematian dan penyakit. Walaupun demikian, banyak negara harus menunda kampanye imunisasi tersebut dikarenakan adanya pembatasan fisik (physical distancing) yang diimplementasikan untuk mengurangi penularan COVID- 19. Bagi negara-negara yang terdampak baik PD3I/HID maupun wabah COVID-19, memutuskan tindakan yang terbaik dapat merupakan sebuah tantangan. Mempertimbangkan keuntungan dari intervensi yang aman dan efektif dalam mengurangi mortalitas dan morbiditas terhadap risiko peningkatan penularan penyakit baru yang bisa membebani layanan kesehatan esensial dapat menjadi suatu hal yang rumit. Titik awal dari pertimbangan tersebut adalah analisa risiko-keuntungan yang meninjau secara rinci bukti epidemiologis dan menilai konsekuensi kesehatan publik jangka pendek dan menengah dari pelaksanaan atau penundaan kampanye imunisasi massal, dibandingkan dengan potensi peningkatan penularan COVID-19. 1 Dalam konteks pandemi COVID-19, dokumen ini: I. menguraikan sebuah kerangka kerja umum untuk pengambilan keputusan dalam melaksanakan kampanye pencegahan dan respons terhadap wabah; II. menawarkan prinsip-prinsip untuk dipertimbangkan ketika melaksanakan kampanye imunisasi massal untuk pencegahan peningkatan risiko dari PD3I/HID di antara populasi rentan; dan III. menjelaskan secara rinci risiko dan keuntungan dalam melaksanakan kampanye imunisasi sebagai respons terhadap KLB PD3I/HID. Dokumen ini dilengkapi dengan sebuah lampiran (Lampiran 1) yang memberikan panduan tentang cara mengatur pelaksanaan kampanye imunisasi massal yang aman, serta serangkaian materi teknis tentang langkah-langkah pencegahan, respons dan pengendalian terhadap COVID-19, termasuk Prinsip-prinsip Panduan untuk kegiatan imunisasi saat pandemi COVID-19: Panduan Sementara, 2 Pertanyaan-pertanyaan yang Sering Diajukan: Imunisasi dalam konteks pandemi COVID-19, 3 dan Kontinuitas program pemberantasan polio: implementasi dalam konteks pandemi COVID-19. 4 Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi kampanye imunisasi massal dalam konteks COVID-19 Panduan sementara 22 Mei 2020

Transcript of Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

Page 1: Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

1

Latar Belakang

Kampanye imunisasi massal untuk mencegah atau merespons Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit yang

dapat dicegah dengan imunisasi dan penyakit-penyakit berdampak tinggi/high impact disease

(PD3I/HID) adalah strategi yang efektif untuk mengurangi kematian dan penyakit. Walaupun

demikian, banyak negara harus menunda kampanye imunisasi tersebut dikarenakan adanya

pembatasan fisik (physical distancing) yang diimplementasikan untuk mengurangi penularan COVID-

19.

Bagi negara-negara yang terdampak baik PD3I/HID maupun wabah COVID-19, memutuskan tindakan

yang terbaik dapat merupakan sebuah tantangan. Mempertimbangkan keuntungan dari intervensi

yang aman dan efektif dalam mengurangi mortalitas dan morbiditas terhadap risiko peningkatan

penularan penyakit baru yang bisa membebani layanan kesehatan esensial dapat menjadi suatu hal

yang rumit. Titik awal dari pertimbangan tersebut adalah analisa risiko-keuntungan yang meninjau

secara rinci bukti epidemiologis dan menilai konsekuensi kesehatan publik jangka pendek dan

menengah dari pelaksanaan atau penundaan kampanye imunisasi massal, dibandingkan dengan

potensi peningkatan penularan COVID-19.1

Dalam konteks pandemi COVID-19, dokumen ini:

I. menguraikan sebuah kerangka kerja umum untuk pengambilan keputusan dalam

melaksanakan kampanye pencegahan dan respons terhadap wabah;

II. menawarkan prinsip-prinsip untuk dipertimbangkan ketika melaksanakan kampanye imunisasi

massal untuk pencegahan peningkatan risiko dari PD3I/HID di antara populasi rentan; dan

III. menjelaskan secara rinci risiko dan keuntungan dalam melaksanakan kampanye imunisasi

sebagai respons terhadap KLB PD3I/HID.

Dokumen ini dilengkapi dengan sebuah lampiran (Lampiran 1) yang memberikan panduan tentang

cara mengatur pelaksanaan kampanye imunisasi massal yang aman, serta serangkaian materi teknis

tentang langkah-langkah pencegahan, respons dan pengendalian terhadap COVID-19, termasuk

Prinsip-prinsip Panduan untuk kegiatan imunisasi saat pandemi COVID-19: Panduan Sementara,2

Pertanyaan-pertanyaan yang Sering Diajukan: Imunisasi dalam konteks pandemi COVID-19,3 dan

Kontinuitas program pemberantasan polio: implementasi dalam konteks pandemi COVID-19.4

Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi

kampanye imunisasi massal dalam konteks COVID-19

Panduan sementara

22 Mei 2020

Page 2: Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

2

Panduan sementara ini harus digunakan bersama dengan pedoman pencegahan dan pengendalian

WHO untuk penyakit khusus yang sudah ada.

Pengguna

Panduan sementara ini ditujukan untuk digunakan oleh otoritas kesehatan nasional (dan sub-nasional

jika diperlukan), bersama dengan mitra program imunisasi.

Kerangka kerja umum untuk pengambilan keputusan

Meskipun urgensi dan keharusan untuk melakukan kampanye imunisasi massal baik untuk upaya

preventif atau sebagai respons terhadap wabah berdasarkan keharusan kesehatan masyarakat (public

health) mungkin berbeda, metode pengambilan keputusan dari keduanya serupa. Kerangka kerja yang

diuraikan di sini secara umum dapat diimplementasikan untuk kedua skenario tersebut dan

menawarkan penilaian komparatif dari risiko relatif dan keuntungan yang dievaluasi berdasarkan

kasus per kasus, dengan mengambil pendekatan tindakan bertahap (step-wise approach).

Gambar 1 menunjukkan diagram pengambilan keputusan yang menggambarkan lima langkah:

Langkah 1: Menilai potensi dampak KLB PD3I/HID menggunakan kriteria kunci epidemiologis (lihat

detail, Tabel 1)

Langkah 2: Menilai potensi keuntungan dari kampanye imunisasi massal dan kapasitas negara untuk

mengimplementasikannya secara aman dan efektif (lihat detail, Tabel 2)

Langkah 3: Mempertimbangkan potensi risiko dari peningkatan penularan COVID-19 yang

berhubungan dengan kampanye imunisasi massal.

Langkah 4: Menentukan tindakan yang paling sesuai menimbang situasi epidemiologi COVID-19 (lihat

detail, Tabel 3)

Langkah 5: Jika keputusan diambil untuk melanjutkan kampanye imunisasi massal, implementasikan

praktik yang terbaik. Ini harus memperhitungkan:

• Koordinasi; perencanaan; pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI); pendekatan

strategi vaksinasi; keterlibatan masyarakat; dan kesamaan akses untuk pasokan

logistik/supply. (lihat detail, Tabel 4),

• Pelaksanaan operasi sesuai dengan: panduan penyakit tertentu WHO untuk

pengendalian wabah, panduan WHO untuk PPI dalam konteks wabah COVID-19, dan

langkah-langkah dan peraturan lokal pencegahan dan pengendalian COVID-19. 5-9

Lima langkah ini diimplementasikan secara umum secara berurutan tapi tidak dengan sangat

kronologis. Tumpang tindih proses bertahap pada tingkat tertentu dapat terjadi.

Page 3: Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

3

Gambar 1: Diagram pengambilan keputusan

Pengendalian PD3I/HID

Menilai dampak potensial dari KLB PD3I/HID

menggunakan risiko kunci epidemiologis,

terlepas dari transmisi COVID-19

LANGKAH 1

Menilai manfaat potensial dari kampanye

imunisasi massal dan kapasitas negara untuk

mengimplementasikannya secara aman dan

efektif, terlepas dari transmisi COVID-19

LANGKAH 2

Apakah kampanye imunisasi massal

dianggap bermanfaat?

Ya Tidak

Dapatkah kampanye imunisasi

massal berkualitas tinggi

dilaksanakan dengan tindakan

Pencegahan & Pengendalian Infeksi

(PPI) yang memadai?

Pertimbangkan risiko potensial

peningkatan penularan COVID-

19 yang terkait dengan

kampanye imunisasi massal

Ya LANGKAH 3

Tentukan tindakan yang paling

tepat dengan

mempertimbangkan situasi

epidemiologis COVID-19

LANGKAH 4

Apakah kampanye imunisasi

massal merupakan prioritas

mengingat situasi epidemiologis

COVID-19?

Bekerja sama dengan mitra

untuk mengakses sumber

daya yang diperlukan

Tidak

Menilai kembali secara mingguan dan

memperkuat imunisasi rutin,

surveilans, manajemen kasus, dan

keterlibatan masyarakat

Tidak

Melaksanakan kampanye

berdasarkan best practice

sesegera mungkin

Rencanakan strategi untuk catch up

imunisasi jika diperlukan

LANGKAH 5

Page 4: Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

4

Pelaksanaan kampanye imunisasi massal sebagai upaya preventif

Saat negara-negara mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai transmisi lokal virus COVID-

19 dan mengingat peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas yang dihasilkan dari gangguan

terhadap layanan imunisasi, negara-negara mempertimbangkan penundaan lebih lanjut dari

kampanye imunisasi massal dan mencari opsi mengenai implementasinya.

Otoritas kesehatan disarankan untuk mengadopsi proses pengambilan keputusan yang sistematis,

seperti yang digambarkan pada Gambar 1, untuk menentukan dan bagaimana kampanye imunisasi

massal harus dilakukan dan melibatkan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI)

dalam memberikan rekomendasi terhadap penundaan dan/atau pemulihan kembali dari strategi

vaksinasi massal.

Daftar di bawah ini, meskipun tidak lengkap, memberikan prinsip-prinsip kunci untuk dipertimbangkan

penundaan sementara apa pun terhadap pelaksanaan vaksinasi massal sebagai upaya preventif.

Referensi lebih lengkap dapat ditemukan pada Bagian III dalam dokumen. Dalam konteks penularan

COVID-19, negara-negara sangat disarankan untuk:

a) Memantau secara rutin risiko yang berkembang dari KLB PD3I/HID yang berkaitan dengan

gangguan pada layanan kesehatan esensial dan imunisasi rutin dikarenakan pandemi COVID-19;

b) Hanya melaksanakan kampanye imunisasi preventif yang berkualitas tinggi yang dapat dilakukan

dalam kondisi aman, tanpa menyebabkan kerugian yang tidak seharusnya pada petugas

kesehatan dan masyarakat;

c) Mengevaluasi kapasitas negara untuk mengimplementasikan kampanye imunisasi massal –

nasional ataupun subnasional – secara aman dan efektif terlepas dari wabah COVID-19 dengan

menilai: kecukupan sumber daya manusia; kapasitas cold chain; hambatan transportasi dan

logistik; kemampuan kepatuhan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi; alur material; dan

kebutuhan finansial (lihat detail, Tabel 2);

d) Memahami perilaku masyarakat dalam memperoleh layanan kesehatan dalam konteks COVID-

19 dan melibatkan tokoh masyarakat dalam pengambilan keputusan, perancangan, dan

perencanaan kegiatan untuk menjamin permintaan dan implementasi yang tinggi, bersamaan

dengan pengembangan strategi komunikasi risiko yang sesuai; (lihat detail, Tabel 2);

e) Membuat koordinasi dan mekanisme pengawasan yang kuat untuk bersama-sama

merencanakan dengan gugus tugas COVID-19 terkait strategi imunisasi yang tidak tradisional

yang mematuhi aturan menjaga jarak fisik. Pendekatan baru ini mungkin membutuhkan

perpanjangan durasi operasi, meningkatkan jumlah pekerja kesehatan yang terlibat atau

mengadaptasi strategi komunikasi (lihat detail, Tabel 4);

f) Jika memungkinkan, usahakan untuk mengintegrasikan layanan yang efektif dengan mengadopsi

pendekatan khusus sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat;

g) Memastikan ketersediaan logistik PPI yang memenuhi syarat, dalam jumlah yang memadai,

dapat diakses oleh seluruh petugas kesehatan pada semua tingkatan, dan secara ketat

melakukan monitoring pelaksanaannya secara benar (lihat detail, Tabel 4);

h) Memprioritaskan pelatihan terhadap petugas kesehatan termasuk pemberi vaksinasi untuk

benar-benar mematuhi rekomendasi infeksi, pencegahan, dan pengendalian untuk organisasi

maupun saat pelaksanaan layanan Imunisasi (lihat Lampiran 1);

i) Memastikan pembentukan sistem supervisi yang kuat dan sistem monitoring terhadap Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Page 5: Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

5

Pelaksanaan kampanye imunisasi massal sebagai respons terhadap wabah

Berdasarkan diagram pengambilan keputusan yang digambarkan pada Gambar 1, bagian ini

memberikan detail lebih jauh pada masing-masing dari lima langkah yang digambarkan pada Bagian I,

dalam konteks KLB PD3I/HID akut.

Langkah 1: Menilai potensi dampak KLB PD3I /HID menggunakan kriteria epidemiologis kunci

Tabel 1 menunjukkan kriteria kunci yang harus dipertimbangkan oleh otoritas kesehatan saat menilai

dampak dari KLB PD3I/HID. Daftar tersebut tidak lengkap dan dimaksudkan sebagai panduan untuk

pengambilan keputusan. Walaupun kriteria tersebut dapat diaplikasikan untuk PD3I/HID apa pun,

penilaian harus mempertimbangkan kekhasan masing-masing PD3I/HID serta tren sejarah dalam area

yang terinfeksi.

Tabel 1. Pertimbangan epidemiologi kunci dan risiko lainnya saat menilai dampak dari KLB penyakit

PD3I/HID, terlepas dari skenario penularan COVID-19

Kriteria epidemiologi Pertimbangan kunci

1 Kerentanan populasi Bagaimana tingkatan endemisitas penyakit? Apakah area tersebut pernah terdampak oleh wabah? Apakah pelaksanaan imunisasi untuk pencegahan atau respons wabah pernah dilakukan dalam 2-3 tahun terakhir? Bagaimana estimasi cakupan imunisasi (pada anak-anak dan populasi umum)? Bagaimana proporsi kasus yang sudah divaksinasi? Bagaimana tingkat kelahiran dalam area tersebut? Apakah ada pergerakan populasi massal yang sedang terjadi atau diharapkan?

2 Intensitas dan besaran penularan

Berapa banyak kasus dan kematian yang sudah dilaporkan dan bagaimana tren wabah secara keseluruhan? Apakah ini wabah baru atau apakah sudah terjadi selama beberapa minggu atau bulan? Kelompok usia dan gender manakah yang paling banyak terdampak (tingkat serangan dan fatalitas kasus)? Berapa tingkatan komplikasi parah dan kematian dari penyakit tersebut? Berapa cepat penularan, dan angka reproduksi efektif?

3 Penyebaran geografis Apakah ada kasus yang muncul pada area geografis lokal? Apakah ada beberapa area dalam negara yang terdampak oleh wabah? Apakah wabah tersebut berdampak pada area yang berpenduduk padat? Apakah wabah tersebut menyebar ke negara lainnya atau adakah risiko penyebaran internasional?

4 Pola musiman Bagaimana variasi musiman dan siklus mempengaruhi evolusi wabah? Pada saat musim apa wabah tersebut muncul?

5 Konteks sosial-politik Apakah wabah tersebut muncul dalam kondisi yang rapuh, konflik dan rentan, misalnya pada perkemahan untuk orang terlantar internal (IDPs) atau pengungsi? Apakah wabah ini memengaruhi populasi rentan (sebagai contoh balita, wanita hamil, lansia, kelompok yang sulit diraih, tahanan, dan lainnya)? Bagaimana wabah dirasakan oleh masyarakat?

Page 6: Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

6

Langkah 2: Menilai potensi keuntungan dari kampanye imunisasi massal dan kapasitas negara untuk

mengimplementasikannya secara aman dan efektif

Jika memungkinkan, ketentuan dari imunisasi kepada populasi yang rentan pada peningkatan risiko

morbiditas dan mortalitas karena PD3I/HID harus diprioritaskan. Namun, negara-negara harus

melakukan penilaian risiko-keuntungan secara hati-hati sebelum memutuskan apakah kampanye

imunisasi massal adalah respons yang paling tepat selama pandemi COVID-19. Untuk memfasilitasi

pengambilan keputusan, Tabel 2 memberikan pertimbangan kunci kepada pengambil keputusan

terhadap kriteria risiko-keuntungan.

Tabel 2. Pertimbangan kunci saat menilai risiko-keuntungan untuk mengimplementasikan

kampanye imunisasi massal, terlepas dari skenario penularan COVID-19

Kriteria risiko-keuntungan Pertimbangan kunci

Menilai dampak kampanye imunisasi massal pada penularan PD3I/HID

Mengestimasi efek potensial pada gangguan penularan PD3I/HID

Mengestimasi tingkat potensi penurunan morbiditas dan mortalitas

Mengestimasi potensi penyebab perlindungan komunitas

Mempertimbangkan dampak COVID-19 pada surveilans PD3I

Menentukan kapasitas negara untuk mengimplementasikan kampanye imunisasi massal berkualitas tinggi

Menilai kapasitas dan ketersediaan sumber daya manusia termasuk pemetaan staf terlatih (misal., polio) dan mitra pembangunan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi masyarakat (ormas)

Menentukan kebutuhan sumber material dan mengevaluasi kemampuan pengadaan dan logistik: ketersediaan sumber daya yang cukup dan merata termasuk masker dan peralatan perlindungan diri tambahan (APD) yang dibutuhkan 9-11 (Lampiran 1)

Mempertimbangkan potensi gangguan pada transportasi kargo persediaan karena pembatasan COVID-19

Mengestimasi kapasitas ekonomi dan finansial termasuk dana yang dibutuhkan dan yang tersediaa.

Menentukan kebutuhan pada monitoring surveilans Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dan surveilans setelah imunisasi COVID-19

Mengestimasi dampak kesehatan publik jika tidak melakukan kampanye imunisasi massal

Mengestimasi risiko kelebihan morbiditas dan mortalitas dan peningkatan risiko amplifikasi dan penyebaran yang cepat

Mempertimbangkan tekanan pada layanan kesehatan karena kelebihan beban penyakit PD3I/HID dan efek tidak langsung terhadap mortalitas penyakit lainnya (misal., peningkatan pada kematian karena malaria, campak, HIV/AIDS dan kematian TB yang diamati selama wabah Ebola 2014-2015 karena gangguan layanan kesehatan)12

_______________

a Untuk negara-negara yang memenuhi syarat GAVI pasokan vaksin dan biaya operasional untuk operasi respons wabah

(sampai batas atas) ditanggung untuk kolera, meningitis meningokokus, tipus, dan demam kuning. Untuk vaksin campak,

biaya ditanggung oleh M&RI Outbreak Response Fund

Page 7: Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

7

Mempertimbangkan gangguan pada layanan kesehatan esensial dan pengalihan sumber daya dari program rutin dan dari respon COVID-19

Mengestimasi peningkatan risiko paparan infeksi COVID-19 karena peningkatan permintaan perawatan kesehatan oleh kasus PD3I/HID

Menilai kekuatan pelibatan masyarakat

Menentukan bagaimana masyarakat dan populasi target merasakan risiko yang dikaitkan dengan COVID-19 dan dengan KLB PD3I/HID

Mempertimbangkan untuk mengajak perwakilan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan dalam perencanaan dan pengimplementasian intervensi

Mempertimbangkan penyesuaian pelibatan masyarakat dan strategi komunikasi untuk memberitahukan kepada publik terhadap potensi keuntungan dan potensi risiko yang berhubungan dengan mengadopsi langkah-langkah pengendalian

Mengerti kebutuhan komunikasi risiko dalam kasus KIPI atau pertambahan COVID-19

Langkah 3: Mempertimbangkan potensi risiko dari peningkatan penularan COVID-19 yang

berhubungan dengan kampanye imunisasi massal

Pengumpulan massa pada saat kampanye imunisasi massal dapat meningkatkan risiko introduksi

COVID-19 dan menambah penularan COVID-19 antar individu dalam komunitas dan antar petugas

kesehatan. 13 Ukuran dari risiko tersebut belum dipahami benar, tapi hasil dari studi modelling yang

sedang berlangsung mungkin akan segera memberikan bukti untuk lebih lanjut menginformasikan

pengambilan keputusan. Sementara itu, saat menilai potensi risiko penularan COVID-19 yang

diasosiasikan dengan kampanye imunisasi massal, negara-negara sangat disarankan untuk

mempertimbangkan hal-hal berikut:

a) Skenario penularan COVID-19 di dalam negara dan area yang terdampak.14

b) Tipe dan tingkat tindakan pengendalian dan intervensi yang diterapkan oleh pemerintah

dan kepatuhan komunitas kepada tindakan-tindakan tersebut: Risiko penularan COVID-19

selama imunisasi massal bisa berbeda pada area dengan tindakan restriksi pergerakan

masyarakat yang sangat baik dan kuat dibandingkan dengan area dengan di mana tindakan

restriksi pergerakan masyarakat tidak diterapkan dengan baik oleh masyarakat ataupun

diterapkan dengan lemah.

c) Strategi vaksinasi dan jenis administrasi vaksin: Risiko penularan COVID-19 bisa dikurangi

dengan (i) desentralisasi pemberian vaksin melalui pos imunisasi yang lebih maju atau

pelayanan keliling dan/atau menambah jumlah tempat vaksinasi untuk membatasi

perkumpulan besar, dan (ii) mengawasi administrasi mandiri atau pemberian vaksin oral

dengan botol kecil dalam dosis tunggal yang diawasi langsung (misal., vaksin oral kolera) yang

membatasi kontak antara pemberi vaksin dan penerima.

Kapasitas untuk mengimplementasikan tindakan ketat PPI COVID-19 selama pelaksanaan dan untuk

mengomunikasikan dan melibatkan masyarakat secara efektif Risiko penularan COVID-19 bisa

dikurangi dengan implementasi skrining COVID-19, melaksanakan jaga jarak fisik di antara pengunjung

Page 8: Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

8

dan tim vaksinator (1 meter), kepatuhan terhadap praktik PPI dan ketersediaan yang cukup untuk

masker dan APD tambahan yang dibutuhkan. 9,10 (lihat Lampiran 1) Operasi vaksinasi akan lebih efektif

jika masyarakat yakin pada PPI dan tindakan kesehatan publik yang diambil.

Langkah 4: Menentukan tindakan yang paling sesuai situasi epidemiologi COVID-19

Berdasarkan analisis risiko-keuntungan yang dilakukan pada Langkah 1-3, otoritas kesehatan

kemudian bisa menentukan tindakan yang paling tepat kepada risiko epidemiologi dari KLB PD3I/HID

dan skenario penularan COVID-19 sedang dialami oleh negara. Grafis pada Tabel 3 memandu

intervensi yang direkomendasikan dalam merespons kemungkinan risiko ganda.

Langkah 5: Jika keputusan diambil untuk melanjutkan operasi vaksinasi massal, implementasikan

praktik yang terbaik

Beberapa strategi cocok digunakan untuk memberikan kampanye imunisasi massal. Dengan itu

negara-negara didorong untuk melakukan pendekatan alternatif, non-tradisional atau vaksinasi

campuran saat tahap perencanaan baru dimulai, dan untuk mengikuti rekomendasi WHO dalam

mengorganisasi operasi imunisasi yang berkualitas tinggi dalam konteks COVID-19, dengan bantuan

pemangku kepentingan lokal, regional, dan internasional (Lampiran 1).

Tabel 3. Intervensi yang direkomendasikan menurut risiko epidemiologi wabah VPD/HID dan

skenario COVID-1914

Karakteristik epidemiologi KLB PD3I dan HID

Skenario penularan COVID-19b

Tidak ada

kasus

Kasus spora

dis

Kelompok

Kasus

Penularan

komunitas

Risiko rendah

Risiko sedang

Risiko tinggi

Tindakan yang direkomendasikan (Semua skenario)

Mengimplementasikan imunisasi sebagai respons KLB dengan langkah pencegahan standar PPI

Penilaian ulang mingguan, implementasikan langkah pengendalian KLB PD3I/HID, pertimbangkan operasi vaksinasi preventif

Penilaian ulang dan implementasikan langkah pengendalian KLB PD3I/HID

Baik implementasi atau penundaan operasi dapat berdampak negatif. Keputusan harus diambil secara per kasus.

Risiko rendah: kasus sporadis pada area lokal geografis di mana adanya kekebalan komunitas

Risiko sedang: kelompok kasus/klaster pada area lokal geografis tanpa atau dengan kekebalan

komunitas yang rendah

_______________

b Skenario penularan COVID-19 WHO dikembangkan untuk mengklasifikasikan negara-negara dan juga bisa diaplikasikan

pada tingkatan sub-nasional

Page 9: Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

9

Risiko tinggi: risiko cepatnya penambahan kasus pada dua atau lebih distrik terdampak, di area rawan

konflik serta populasi yang rentan

Jika memungkinkan dan layak, pelaksanaan imunisasi massal bisa dipertimbangkan sebagai “jendela

peluang” untuk intervensi lainnya termasuk pelaksanaan imunisasi multi-antigen, atau pemberian

terintegrasi dari intervensi kesehatan lainnya, seperti vitamin A, obat anti cacing, dan kelambu

berinsektisida. Namun, dampak positif yang diantisipasi dan kelayakan intervensi yang terintegrasi

harus dinilai secara hati-hati karena integrasi semacam itu bisa meningkatkan ukuran kerumunan

secara signifikan, memperpanjang waktu pengimplementasian, dan meningkatkan durasi kontak

antara petugas kesehatan dan penerima. Kualitas dari operasi vaksinasi massal seharusnya jangan

terlalu dikompromikan.

Tabel 4 mengkarakterisasi area praktik terbaik yang diperlukan untuk secara sukses

mengimplementasikan operasi vaksinasi massal dalam konteks COVID-19.

Tabel 4. Pertimbangan kunci untuk mengimplementasikan praktik terbaik untuk operasi vaksinasi

massal

Area praktik terbaik

Pertimbangan kunci

Koordinasi Membuat koordinasi yang kuat dan mekanisme bekerja bersama dengan gugus tugas COVID-19 beserta rekan program imunisasi, organisasi masyarakat sipil, pemimpin komunitas, badan kesehatan internasional, dan donatur.

Perencanaan Perencanaan yang detail harus mencakup: informasi terkini untuk target populasi (seperti migrasi internal, seperti perpindahan dari perkotaan ke pedesaan sebelum/pada saat karantina), estimasi terbaik untuk kebutuhan masker dan alat perlindungan diri tambahan (APD), dan langkah yang memadai baik untuk pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) dan manajemen limbah. 9,10,15

Mempertimbangkan tambahan kebutuhan sumber daya finansial dan manusia untuk memastikan implementasi operasi berkualitas tinggi, mempertimbangkan implikasi dari jaga jarak fisik atau langkah pengendalian dan pencegahan spesifik COVID-19.

Memastikan standar prosedur operasi dan pelatihan dalam PPI terkini, penggunaan APD, dan semua pendekatan vaksinasi yang dimodifikasi.

Pencegahan dan pengendalian infeksi 9,10

Aktivitas harus dilakukan hanya jika sesuai dengan panduan COVID-19 WHO yang sudah ada untuk meminimalisasi penularan.

Mematuhi dengan ketat pada praktik PPI yang baik termasuk akses yang memadai untuk pasokan PPI yang sesuai, seperti masker, pembersih tangan atau unit pencuci tangan dengan air dan sabun, untuk memastikan penerapan tindakan pencegahan berbasis standar dan penularan untuk melindungi petugas kesehatan tidak hanya terhadap COVID-19, tapi juga patogen lainnya yang berpotensi menular melalui kontak antar manusia atau cedera jarum suntik, sesuai rekomendasi WHO. 16

Strategi vaksinasi

Menyesuaikan strategi yang paling aman, dalam melakukan penyampaian kampanye imunisasi yang paling efektif.

Page 10: Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

10

Mempertimbangkan peningkatan jangka waktu dan jumlah tempat vaksinasi, jadi lebih sedikit orang yang divaksinasi per tempat/hari sejalan dengan usaha menjaga jarak fisik.

Mempertimbangkan penyesuaian operasi pada area berisiko tinggi dan/atau kelompok berisiko tinggi.

Mempertimbangkan desentralisasi tempat vaksinasi dengan tempat yang lebih baik atau bergerak, menggunakan tempat umum atau pribadi yang kosong sebagai tempat vaksinasi, seperti sekolah dan stadion. Vaksinasi rumah-ke-rumah juga bisa dipertimbangkan jika sumber daya manusia mencukupi, dan kapasitas IPC dan logistik tersedia.

Menggunakan tindakan operasional yang berbeda atau non-tradisional untuk memberikan vaksin. Sebagai contoh, vaksin oral kolera (OCV) diberikan menggunakan botol dosis tunggal (single dose vial) dan tahan panas. Hal itu tidak membutuhkan tenaga ahli untuk administrasi dan bisa diberikan melalui administrasi mandiri yang diawasi langsung, menghindari kontak fisik antara pemberi vaksin dan penerima.

Pelibatan masyarakat

Melibatkan pemimpin masyarakat dan peran lainnya yang tepercaya dalam masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan imunisasi, penyebaran pesan kesehatan (contohnya radio dan media sosial) mengenai pencegahan COVID-19 mendorong individu untuk mencari penanganan jika mereka mengalami gejala potensi COVID-19. 10,17

Membangun kepercayaan publik dan keyakinan dalam kemampuan operasi untuk menghindari peningkatan risiko infeksi COVID-19.

Bekerja sama dengan komunitas untuk meminimalisir risiko penularan COVID-19 selama operasi vaksinasi, sebagai contoh orang dengan gejala gangguan pernapasan dan demam harus didorong untuk mencari penanganan sebelum vaksinasi.

Akses yang adil

Memastikan vaksin cadangan darurat untuk merespons wabah kolera, campak, meningitis, polio, dan demam kuning tersedia. Mengizinkan akses yang cepat dan adil kepada persediaan vaksin dan biaya operasionalnya untuk organisasi yang menjalankan operasi vaksinasi massal. c

_______________

c Cadangan darurat kolera, meningitis, dan demam kuning dikelola oleh International Coordinating Group (ICG) dan didanai

oleh GAVI, aliansi vaksin. Vaksin campak tersedia melalui M&RI Outbreak Reponse Fund

https://measlesrubellainitiative.org/resources/outbreak-response-fund/. Cadangan global Vaksin Oral Polio (OPV) Tipe 2

diatur oleh World Health Organization (WHO) atas nama negara-negara anggotanya. Kelompok penasihat, terdiri dari

perwakilan dari rekan Inisiatif Penghapusan Polio Global (CDC, WHO, UNICEF, BMGF) dan anggota-anggota independen,

menganjurkan Direktur Jenderal WHO mengenai pengeluaran vaksin ini dari cadangan global

Page 11: Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

11

Lampiran – Organisasi untuk operasi vaksinasi massal dalam konteks COVID-19

Rekomendasi untuk mengatur tempat vaksinasi

• Pelaksanaan layanan vaksinasi pada tempat yang berventilasi bagus dan secara rutin diberi

disinfektan.

• Memastikan ketersediaan pembersih tangan atau tempat cuci tangan dengan air dan sabun

untuk digunakan penerima dan pengantar di pintu masuk tempat vaksinasi dan fasilitas

kesehatan.

• Membatasi jumlah anggota keluarga yang menemani orang yang akan divaksinasi (satu

pengantar) dan menjaga jarak 1 meter antar penerima setiap waktu. Menjaga jarak 1 meter antar

pengantar juga diterapkan.

• Melakukan skrining terhadap penerima dan pengantar sebelum pendaftaran ke tempat vaksinasi

untuk mencegah penyebaran COVID-19. Menjaga jarak 1 meter antara penyeleksi dan

penerima/pengantar setiap saat. Dalam penyeleksian, harus juga termasuk penilaian mengenai:

i. risiko paparan COVID-19 (yaitu kontak dengan kasus terduga atau positif COVID-19 atau

orang lain dengan gejala COVID-19 di rumah tangga, perjalanan pribadi ke atau kontak

dengan wisatawan dari area yang diketahui memiliki kasus), dan

ii. gejala-gejala seperti yang dijelaskan dalam definisi kasus COVID-19 untuk dewasa dan anak-

anak.

Jika hasil skrining negatif, vaksinasi bisa dilanjutkan.

Jika hasil skrining positif tawarkan masker medis, jangan lakukan vaksinasi di tempat vaksinasi,

mengacu pada layanan untuk evaluasi untuk COVID-19, dan jika mungkin, tawarkan vaksinasi di

tempat evaluasi COVID-19. Jika tidak memungkinkan, tunda vaksinasi selama 14 hari setelah

gejala selesai.

Orang dengan hasil penyaringan positif dianggap sebagai kasus terduga COVID-19 dan harus

dikelola sebagaimana dalam panduan WHO. 10

• Hindari tempat tunggu atau ruangan yang padat. Beberapa strategi untuk hal ini termasuk:

o mengintegrasikan aktivitas vaksinasi dengan layanan kesehatan esensial lainnya yang sesuai

o rencanakan sesi vaksinasi kecil dan perpanjang durasi operasi;

o gunakan area luar ruangan dan patuhi rekomendasi jaga jarak fisik di dalam fasilitas, atau

tempat vaksinasi

o buat sesi vaksinasi eksklusif untuk orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada

sebelumnya (seperti memiliki tekanan darah tinggi, penyakit jantung, penyakit pernapasan,

atau diabetes).

• Apabila memungkinkan, pisahkan tempat vaksinasi dengan layanan pengobatan, contohnya

dengan mengalokasikan waktu dan tempat yang berbeda.

Rekomendasi untuk pemberi vaksin

• Lakukan pembersihan tangan setelah melayani kunjungan dengan menggunakan sabun dan air

atau pembersih tangan yang mengandung alkohol 60-80%.

• Pemberi vaksin tidak harus menggunakan sarung tangan, kecuali kulit penerima memiliki kondisi

tertentu misalnya ada ruam, terluka atau tergores. Jika menggunakan sarung tangan dirasa perlu,

pemberi vaksin harus mengganti sarung tangan antara setiap penerima vaksin dan membuang

Page 12: Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

12

sarung tangan bekas secara benar ke dalam tempat tertutup, kemudian lakukan pembersihan

tangan.

• Pada area dengan penularan COVID-19 oleh masyarakat secara luas, pemberi vaksin bisa

mempertimbangkan penggunaan masker medis/bedah, seperti menggunakan masker yang sama

selama melakukan vaksinasi. Pada area tanpa penularan COVID-19 oleh masyarakat secara luas,

penggunaan masker medis oleh pemberi vaksin tidak dipertimbangkan sebagai suatu keharusan.

Pada area di mana penularannya tidak diketahui atau sistem surveilans lemah, pertimbangkan

penggunaan masker untuk pemberi vaksin. Saat tidak ada kontak langsung dengan individu,

seperti administrasi mandiri untuk OCV, penggunaan APD tidak dibutuhkan.10

• Untuk pelaksanaan dengan vaksin oral dosis tunggal, seperti OCV, administrasi mandiri oleh

penerima direkomendasikan dilakukan di bawah pengawasan dari tim vaksinasi untuk

mengurangi kontak fisik antara pemberi vaksin dan penerima.

• Pemberi vaksin tidak boleh melakukan vaksinasi jika mereka merasakan gejala penyakit

pernapasan apa pun dan harus mencari perawatan, seperti yang direkomendasikan secara

nasional.

Vaksinasi untuk kasus COVID-19 (positif ataupun terduga)

Saat ini, tidak ada kontraindikasi medis yang diketahui untuk memberikan vaksinasi kepada orang

yang terinfeksi COVID-19.

Namun, seseorang yang positif atau terduga COVID-19 dan tidak tinggal di dalam fasilitas kesehatan

berisiko menyebarkan infeksinya kepada orang lain. Oleh karena itu, individu tersebut harus

menunda vaksinasi sampai gejala mereka selesai, sebaiknya setelah dua tes COVID-19 berturut-turut

yang dilakukan dalam jangka waktu 24 jam. Jika tes tidak memungkinkan, WHO merekomendasikan

menunda vaksinasi selama 14 hari setelah gejala selesai.

Page 13: Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

13

Referensi

1. Vaccination in Acute Humanitarian Emergencies: A Framework for Decision Making. Geneva: World Health Organization ;2017( https://apps.who.int/iris/handle/10665/255575, accessed 11 May 2020)

2. Guiding principles for immunization activities during the COVID-19 pandemic: Interim guidance. Geneva: World Health Organization; 2020 (https://apps.who.int/iris/handle/10665/331590, accessed 11 May 2020)

3. Frequently Asked Questions: Immunization in the context of COVID-19 pandemic. Geneva: World Health Organization, the United Nations Children’s Fund (UNICEF); 2020 (https://apps.who.int/iris/handle/10665/331818 , accessed 11 May 2020)

4. Polio eradication programme continuity: implementation in the context of the COVID-19 pandemic. World Health Organization; 2020 (http://polioeradication.org/wp-content/uploads/2020/03/COVID-POL-programme-continuity-planning-20200325.pdf, accessed 11 May 2020)

5. Response to measles outbreaks in measles mortality reduction settings. Geneva: World Health Organization; 2009 (https://apps.who.int/iris/handle/10665/70047 ,accessed 11 May 2020)

6. Managing meningitis epidemics in Africa: A quick reference guide for health authorities and health-care workers. Geneva: World Health Organization; 2015 (https://apps.who.int/iris/handle/10665/154595 ,accessed 11 May 2020)

7. Cholera outbreak response: Field manual. The Global Task Force on Cholera Control (GTFCC); 2019 (https://www.gtfcc.org/wp-content/uploads/2020/04/gtfcc-cholera-outbreak-response-field-manual.pdf, accessed 11 May 2020)

8. Managing yellow fever epidemics. Geneva: World Health Organization; 2019 (https://apps.who.int/iris/handle/10665/329432, accessed 11 May 2020)

9. Rational use of personal protective equipment for coronavirus disease (COVID-19) and considerations during severe shortages: interim guidance. Geneva: World Health Organization; 2020 (https://apps.who.int/iris/handle/10665/331695, accessed 11 May 2020)

10. Community-based health care, including outreach and campaigns, in the context of the COVID-19 pandemic. World Health Organization (WHO) and the United Nations Children’s Fund (UNICEF); 2020 (https://apps.who.int/iris/handle/10665/331975, accessed 11 May 2020)

11. Coronavirus disease (COVID-19) technical guidance: Essential resource planning: WHO surge calculators- Forecasting supplies, diagnostics and equipment requirements. Geneva: World Health Organization; 2020 (https://www.who.int/who-documents-detail/covid-19-essential-supplies-forecasting-tool, accessed 11 May 2020)

12. Parpia, A. S., Ndeffo-Mbah, M. L., Wenzel, N. S., & Galvani, A. P., 2016. Effects of Response to 2014-2015 Ebola Outbreak on Deaths from Malaria, HIV/AIDS, and Tuberculosis, West Africa. Emerging infectious diseases, 22(3), 433– 441. (https://doi.org/10.3201/eid2203.150977, accessed 11 May 2020)

13. Key planning recommendations for Mass Gatherings in the context of COVID-19. Geneva:

World Health Organization; 2020 (https://apps.who.int/iris/handle/10665/331004, accessed

20 May 2020)

14. Global surveillance for COVID-19 caused by human infection with COVID-19 virus: interim guidance. Geneva: World Health Organization; 2020 (https://apps.who.int/iris/handle/10665/331506, accessed 11 May 2020)

15. Water, sanitation, hygiene, and waste management for the COVID-19 virus: interim guidance.

Geneva: World Health Organization; 2020 (https://apps.who.int/iris/handle/10665/331499,

accessed 11 May 2020)

16. Coronavirus disease (COVID-19) outbreak: rights roles and responsibilities of health workers,

including key considerations for occupational safety and health. Geneva: World Health

Organization; 2020 (https://apps.who.int/iris/handle/10665/331510, accessed 11 May 2020)

17. The COVID-19 risk communication package for healthcare facilities. WPRO: World Health

Organization; 2020 (https://iris.wpro.who.int/handle/10665.1/14482, accessed 11 May 2020)

Page 14: Kerangka kerja pengambilan keputusan: implementasi ...

14

Pernyataan

Dokumen ini dikembangkan melalui konsultasi dengan Kantor Regional WHO, UNICEF, Gavi, CDC, dan

MSF.

WHO terus memantau situasi dengan cermat untuk setiap perubahan yang dapat memengaruhi

panduan sementara ini. Jika ada perubahan, WHO akan mengeluarkan pembaruan lebih lanjut. Jika

tidak, dokumen panduan sementara ini akan berlaku hingga 2 tahun setelah tanggal publikasi.

© World Health Organization 2020. Sebagian hak dilindungi. Karya ini tersedia di bawah lisensi CC BY-NC-

SA 3.0 IGO.

Nomor Referensi WHO : WHO/2019-nCoV/Framework_Mass_Vaccination/2020.1