Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

23
1 Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

Transcript of Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

Page 1: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

1

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

Page 2: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

2

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

A. Latar Belakang

Indonesia mempunyai letak geografis yang sangat strategis

karena merupakan negara kepulauan yang terletak di daerah tropis.

Indonesia memiliki banyak pulau yaitu sekitar 17.500 pulau. Panjang garis

pantainya mencapai 81.000 km atau sekitar 14% dari panjang pantai

dunia. Posisi geografis Indonesia diapit oleh dua benua yaitu Asia dan

Australia, serta dua samudera (Pasifik dan Hindia). Indonesia juga

merupakan daerah pertemuan tiga lempeng besar dunia (Eurasia,

India-Australia, dan Pasifik). Selain itu, sebagian besar wilayah

teritorialnya (75%) merupakan lautan. Dengan demikian, Indonesia

mempunyai potensi kekayaan alam dengan mega-diversitas tinggi yang

berkarakteristik maritim, sehingga peran sektor pesisir, kelautan,

perikanan dan pertambangan memberikan kontribusi yang penting

bagi perekonomian Indonesia.

Namun demikian, potensi yang sedemikian besar tersebut belum

sepenuhnya dimanfaatkan. Sejauh ini, Indonesia belum mempunyai

kerangka kebijakan pengembangan pesisir dan kelautan yang

terintegrasi dibandingkan dengan negara-negara lain. Pemanfaatan

potensi sumberdaya tersebut sebagian besar masih berkiblat sektoral,

sampai dengan terbentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan

tahun 1999. Pembentukan Departemen Kelautan dan Perikanan

tersebut, tidak secara mudah mengubah pola pemanfaatan dan

pengelolaan sumber-sumber daya pesisir dan kelautan di Indonesia

menjadi lebih terintegrasi. Salah satu sebabnya adalah ketidaksiapan

daerah (provinsi dan kabupaten/kota) dalam mengimplementasi

perangkat - perangkat kebijakan pemerintah pusat dalam pengelolaan

sumber daya pesisir dan laut secara terintegrasi. Sebagai ilustrasi, belum

Page 3: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

3

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

semua daerah baik kabupaten maupun kota yang telah siap dengan

penataan serta pemanfaatan ruang pesisir dan laut. Hal itu

mengakibatkan kebijakan pembangunan, baik kebijakan pusat maupun

kebijakan lokal yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya

pesisir dan kelautan, belum sepenuhnya berjalan secara sinergis dan

terintegrasi.

Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah tingginya kerusakan

ekosistem mangrove, terumbu karang, estuarin sebagai habitat vital,

tingginya pencemaran lingkungan pesisir pantai utara yang diakibatkan

limbah industri, rumah tangga dan pertanian, menurunnya potensi

perikanan di Laut Jawa akibat dari penangkapan berlebih sehingga

makin menurun pendapatan nelayan, rendahnya tingkat kesejahteraan

dan kemampuan sebagian masyarakat pesisir dalam pendayagunaan

potensi sumberdaya kelautan dan perikanan.

Sebagian besar ekosistem habitat vital bagi biota perairan pesisir

di Jawa Tengah yang berfungsi sebagai spawning ground, nursery

ground, dan feeding ground seperti hutan bakau, padang lamun dan

terumbu karang telah mengalami degradasi fisik. Luas ekosistem

mangrove di Jawa Tengah ± seluas 15.184,15 Ha (belum termasuk

karimunjawa); terumbu karang seluas 758,17 Ha (belum termasuk

karimunjawa); dan padang lamun yang kondisinya baik hanya 120,18

Ha (belum termasuk karimunjawa). Rusaknya ekosistem pesisir

menyebabkan abrasi yang ditambah dengan adanya bangunan yang

menjorok ke laut. Luas wilayah yang terkena abrasi di Jawa Tengah

adalah 6.566,97 Ha dimana Kabupaten Brebes dan Demak menjadi

daerah yang terkena abrasi cukup parah. Namun demikian, tanah

timbul atau akresi juga terjadi di pesisir Jawa Tengah yaitu seluas

12.585,19 Ha. Luas lahan akresi tersebutlah yang menjadi potensi dalam

rehabilitasi ekosistem khususnya ekosistem mangrove.

Oleh karena itu diperlukan adanya upaya pengelolaan

sumberdaya kelautan dan perikanan yang berwawasan lingkungan,

melalui rehabilitasi dan konservasi sumberdaya kelautan dan perikanan,

maupun pembinaan, sosialisasi, pelatihan dalam rangka meningkatkan

kemampuan dan kesadaran masyarakat nelayan dalam pengelolaan

wilayah pesisir.

Kerangka acuan kerja ini diharapkan dapat menjadi pedoman

dalam pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan. Dimana pada kegiatan ini terdiri dari sosialisasi

kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan, penanaman bakau (mangrove), penebaran benih ikan,

Page 4: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

4

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

transplantasi karang dan penenggelaman Terumbu Karang Buatan

(TKB).

B. Kerangka pikir Kegiatan

Kerangka pikir Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan Tahun 2016 sebagaimana dasar pelaksanaan

tersebut di atas adalah :

(1) Program : Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan

dan Perikanan.

(2) Kegiatan : Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan

dan Perikanan.

(3) Masukan : dana yang tersedia sebesar Rp. 1.681.200.000,-

(4) Keluaran :

Sosialisasi Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan melalui Sosialisasi Rehabilitasi Ekosistem

Mangrove dan Sosialisasi Rehabilitasi Sumberdaya Kelautan

dan Perikanan.

Terwujudnya Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan

dan Perikanan dengan melakukan Rehabilitasi Ekosistem

Mangrove melalui penanaman bibit bakau/mangrove di 4

(empat) lokasi yaitu Kab. Pemalang, Kendal, Demak, dan

Kebumen; serta melalui penebaran benih ikan/rajungan di 2

(dua) lokasi yaitu Kab. Rembang dan Demak. Rehabilitasi dan

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan juga

diwujudkan dengan melakukan Rehabilitasi Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan melalui transplantasi karang dan

pembuatan terumbu karang buatan di tiga (3) lokasi yaitu

Kabupaten Jepara, Rembang dan Tegal.

Monitoring evaluasi transplantasi dan terumbu karang buatan.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Kajian ini dilakukan

sebagai pendukung revisi Perda Jawa Tengah No. 4 Tahun

2014 tentang RZWP3K.

(5) Hasil :

Tolok ukur dan target kinerja :

Terlaksananya Sosialisasi Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan pada masyarakat sekitar

lokasi di Kab. Pemalang, Kendal, Demak, dan Kebumen pada

Page 5: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

5

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

Sosialisasi Rehabilitasi Ekosistem Mangrove; serta masyarakat

sekitar lokasi kegiatan di Kabupaten Jepara, Rembang dan

Tegal untuk Sosialisasi Rehabilitasi Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan dengan harapan mereka dapat turut serta menjaga

dan memelihara kelestarian lingkungan.

Terlaksananya penanaman bibit bakau/mangrove sebanyak

173.000 batang untuk mencegah terjadinya abrasi di wilayah

pesisir Kab. Pemalang, Kendal, Demak, dan Kebumen serta

meningkatkan kualitas dan kondisi lingkungan ekosistem pesisir

serta sumberdaya kelautan dan perikanan.

Tercapainya penebaran benih ikan/rajungan sebanyak 100.000

ekor untuk ekosistem mangrove di Kab. Rembang dan Demak

dengan maksud untuk menambah/meningkatkan jumlah stok

sumberdaya ikan di wilayah pesisir/laut.

Terlaksananya pemasangan transplantasi karang sebanyak 60

unit di lingkungan pesisir dan laut Kabupaten Jepara,

Rembang dan Tegal.

Terlaksananya pemasangan Terumbu Karang Buatan (TKB)

sebanyak 60 unit di lingkungan pesisir dan laut Kabupaten

Jepara, Rembang dan Tegal.

Terlaksananya sistem informasi mitigasi bencana dan adaptasi

berupa penyebaran informasi cuaca dari BMKG yang dikirim

melalui sms.

Tersusunya dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

sebagai data pendukung dalam merevisi Perda Jawa Tengah

No. 4 Tahun 2014 tentang RZWP3K.

(6) Manfaat

Mengurangi dan mencegah terjadinya abrasi pantai.

Meningkatkan fungsi dan mengurangi kerusakan ekosistem

pesisir.

Memulihkan sumberdaya kelautan dan perikanan yang telah

mengalami degradasi.

Memberikan informasi mengenai cuaca dari BMKG yang

diperlukan bagi nelayan dan masyarakat yang memerlukan

melalui pelayanan sms.

Dokumen KLHS menjadi bahan pertimbangan untuk

menentukan kebijakan revisi Perda Jawa Tengah No. 4 Tahun

2014 tentang RZWP3K.

(7) Dampak

Page 6: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

6

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

Terjaganya kondisi garis pantai di wilayah pesisir serta

mengurangi dampak wilayah pesisir dari bencana gelombang

besar.

Pulihnya sumberdaya kelautan dan perikanan sebagai sumber

penghidupan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

(8) Kondisi sebelum kegiatan dilaksanakan :

Terjadinya abrasi di Kab. Pemalang, Kendal, Demak, dan

Kebumen yang ditunjukkan berkurangnya garis pantai di

wilayah pesisir tersebut.

Pemanfaatan lahan hasil akresi di Kab. Pemalang, Kendal,

Demak, dan laguna di Kab. Kebumen.

Rusaknya ekosistem mangrove karena bencana alam dan

perbuatan manusia.

Rusaknya ekosistem karang di perairan Kabupaten Jepara,

Rembang dan Tegal.

Antusiasme para penerima sms yang berisi informasi cuaca di

tahun 2015 semakin tinggi dan dianggap sangat penting untuk

mereka mengetahui kondisi cuaca sebelum melaut.

C. Tujuan Kegiatan

Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan Tahun 2016 bertujuan :

(a) Terkendalinya kerusakan sumberdaya kelautan dan perikanan di

Provinsi Jawa Tengah.

(b) Berkurangnya volume kerusakan habitat vital sumberdaya kelautan

dan perikanan di Provinsi Jawa Tengah.

(c) Meningkatnya kesadaran masyarakat di wilayah pesisir dalam

menjaga kelestarian lingkungan, khususnya kelestarian sumberdaya

kelautan dan perikanan.

(d) Mengurangi resiko kecelakaan dan bahaya dari ancaman

bencana untuk nelayan dan masyarakat pesisir.

D. Sasaran

1. Masyarakat peserta Sosialisasi Rehabilitasi Ekosistem Mangrove di 4

(empat) lokasi kegiatan yaitu Kab. Pemalang, Kendal, Demak, dan

Kebumen.

2. Masyarakat peserta Sosialisasi Rehabilitasi Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan di tiga (3) lokasi kegiatan yaitu Kabupaten Jepara,

Rembang dan Tegal.

Page 7: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

7

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

3. Hamparan pesisir yang vegetasi bakau/mangrovenya mengalami

kerusakan sehingga dilakukan penanaman bibit mangrove

sebanyak 173.000 batang di Kab. Pemalang, Kendal, Demak, dan

Kebumen.

4. Stok sumberdaya ikan menurun akan dilakukan penebaran benih

ikan/rajungan sebanyak 100.000 ekor di perairan pesisir Kab.

Rembang dan Demak.

5. Laut/Perairan di Kabupaten Jepara, Rembang dan Tegal yang

ekosistem karangnya mengalami kerusakan sehingga dilakukan

penenggelaman Terumbu Karang Buatan (TKB) sebanyak 20 unit dan

transplantasi karang sebanyak 20 unit di tiap lokasi.

6. Kabupaten/Kota Pesisir Utara dan Selatan Jawa Tengah

E. Lokasi Kegiatan

(a) Sosialisasi Rehabilitasi Ekosistem Mangrove di 4 (empat) Kabupaten

meliputi Kab. Pemalang, Kendal, Demak, dan Kebumen

dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2015 di calon lokasi

penanaman / Rehabilitasi Ekosistem Mangrove.

(b) Sosialisasi Rehabilitasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan di

Kabupaten Jepara, Rembang dan Tegal dilaksanakan pada bulan

Maret 2015.

(c) Penanaman Bakau (Mangrove) sebanyak 50.000 batang

(mangrove) di Kab. Kendal, Demak, Kebumen dan 23.000 batang

(cemara) di Kab. Pemalang dengan total bibit sebanyak 173.000

batang.

(d) Pengadaan bibit untuk stakeholder dialokasikan sebanyak 27,000

batang dengan lokasi sesuai permohonan stakeholder.

(e) Penebaran Benih Ikan/rajungan sebanyak 100.000 ekor di

Kabupaten Rembang dan Demak.

(f) Penenggelaman Terumbu Karang Buatan (TKB) sebanyak 20 unit

dilakukan di Perairan Kabupaten Jepara; sebanyak 20 unit untuk

Perairan Kabupaten Rembang dan sebanyak 20 unit dilakukan di

Perairan Kabupaten Tegal.

(g) Transplantasi karang sebanyak 20 unit dilakukan di Perairan

Kabupaten Jepara; sebanyak 20 unit dilakukan di Perairan

Kabupaten Rembang dan sebanyak 20 unit dilakukan di Perairan

Kabupaten Tegal.

(h) Penyusunan dokumen KLHS dilakukan di Kab./Kota pesisir Jawa

Tengah

Page 8: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

8

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

F. Pembiayaan

Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan dibiayai melalui APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran

2016 dengan total anggaran sebesar Rp. 1.681.200.000,- (Satu Milyar

Enam Ratus Delapan Puluh Satu Juta Dua Ratus Ribu Rupiah), meliputi :

a. Belanja Pegawai Rp. 95.600.000,-

- Honorarium PNS Rp. 59.600.000,-

- Honorarium Non PNS Rp. 36.000.000,-

b. Belanja Barang dan Jasa Rp. 1.585.600.000,-

- Belanja ATK Rp. 10.353.000,-

- Belanja Bahan Material Rp. 1.163.400.000,-

- Belanja Jasa Pengajar/Narasumber Rp. 135.000.000,-

- Belanja cetak & Penggandaan Rp. 13.942.000,-

- Belanja Sewa Ruang Rapat Rp. 2.800.000,-

- Belanja Sewa Peralatan Elektronik Rp. 2.100.000,-

- Belanja Makanan & Minuman Rp. 24.525.000,-

- Belanja Perjalanan Dinas Rp. 203.480.000,-

- Belanja Jasa Konsultansi Non Konstruksi Rp. 30.000.000,-

Page 9: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

9

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

A. Rencana Pelaksanaan Pembiayaan

1) Pengelolaan Anggaran

Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan yang dibiayai oleh APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2016

mengelola anggaran sebesar Rp. 1.681.200.000,- (Satu Milyar Enam Ratus

Delapan Puluh Satu Juta Dua Ratus Ribu Rupiah) yang terhitung sejak

1 Januari – 31 Desember 2016.

2) Rencana Kemajuan Pembiayaan

Mengenai gambaran target kemajuan pembiayaan selama

1 (satu) tahun anggaran pelaksanaan (Januari s/d Desember 2016)

seperti tertera pada tabel 1 berikut :

No. Bulan Target (Rp.) Persentase (%)

1. Januari 9.833.000 0,58

2. Februari 28.340.000 1,69

3. Maret 16.740.000 1,00

4. April 74.065.000 4,41

5. Mei 193.830.000 11,53

6. Juni 106.982.000 6,36

7. Juli 413.700.000 24,61

8. Agustus 223.440.000 13,29

9. September 16.740.000 1,00

10. Oktober 26.990.000 1,61

11. Nopember 558.440.000 33,22

12. Desember 12.100.000 0,72

TOTAL 1.681.200.000 100,00

Page 10: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

10

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

B. Pelaksanaan Fisik

1. Rencana Kemajuan Fisik

Sampai dengan 31 Desember 2016 (satu tahun pelaksanaan),

realisasi kemajuan fisik yang akan dicapai adalah 100 %. Jadi seluruh

kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana secara keseluruhan

dengan baik.

2. Gambaran Target Kemajuan Fisik

Gambaran target kemajuan fisik secara keseluruhan selama tahun

anggaran pelaksanaan (Januari s/d Desember 2016) seperti tertera

pada tabel 2 berikut :

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

0,58 1,69 1,00 4,41 11,53 6,36 24,61 13,29 1,00 1,61 33,22 0,72

0,58 2,27 3,27 7,67 19,20 25,56 50,17 63,46 64,46 66,06 99,28 100

Page 11: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

11

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

A. Persiapan

Pada tahap persiapan, disusun Kerangka Acuan Kerja, Rencana

Kerja Operasional, Jadwal Kegiatan, dan Surat Keputusan, sebagai

perangkat lunak kegiatan untuk mempermudah arah kegiatan selama

kegiatan berlangsung. Disamping itu juga dilakukan penunjukan personil

pelaksanaan kegiatan dan koordinasi dengan Dinas/Kantor

/Subdin/Bagian yang membidangi Kelautan dan Perikanan Kab/Kota

lokasi kegiatan.

B. Rencana Teknis Kegiatan

1) Penanaman Mangrove

Kegiatan rehabilitasi sumberdaya hayati merupakan kegiatan

pemulihan ekosistem yang rusak sehingga dapat pulih kembali. Hal ini

disebabkan tingkat kerusakan ekosistem sangat tinggi akibat faktor

alam, maupun manusia. Kegiatan rehabilitasi sumberdaya ini

dilakukan melalui pelibatan/partisipasi masyarakat untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat pesisir terhadap upaya-upaya

rehabilitasi. Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan meliputi rehabilitasi

mangrove/vegetasi pantai, dan rehabilitasi terumbu karang. Namun

karena penurunan luasan hutan mangrove dan kerusakan ekosistem

mangrove terjadi hampir di semua daerah di Indonesia, maka

kegiatan rehabilitasi sumberdaya hayati yang dalam hal ini adalah

rehabilitasi ekosistem mangrove menjadi lebih dominan. Kegiatan

rehabilitasi mangrove/vegetasi pantai maupun rehabilitasi terumbu

Page 12: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

12

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

karang yang dilaksanakan mengacu pada kesesuaian dengan

prioritas lokasi yang perlu direhabilitasi.

Tujuan kegiatan ini adalah :

Mewujudkan ekosistem mangrove untuk menjaga kelestarian

sumberdaya hayati laut dan sumberdaya perikanan.

Membantu mencegah terjadinya abrasi pantai, bencana alam

gelombang besar, maupun terjadinya tsunami.

Spesifikasi teknis pekerjaan penanaman mangrove adalah:

a) Nama pekerjaan : Penumbuhan bibit mangrove untuk rehabilitasi

dan konservasi sumberdaya mangrove

b) Lokasi pekerjaan pesisir Kab. Pemalang, Kendal, Demak, dan

Kebumen.

c) Lokasi penanaman merupakan lahan pesisir berupa hamparan

tanah timbul dengan status kepemilikan tanah negara atau

bengkok desa, dibuktikan dengan surat keterangan desa atau

pemerintah kabupaten.

d) Lama pekerjaan adalah 90 (sembilan puluh) hari kalender, terbagi

dalam proses penanaman 30 (tiga puluh) hari dan pemeliharaan

sampai berdaun minimal 2 (dua) selama 90 (sembilan puluh) hari

kalender.

e) Jumlah bibit mangrove di Kab. Kendal, Demak, Kebumen

sebanyak 50.000 batang (mangrove) dan Kab. Pemalang

sebanyak 23.000 batang (cemara) atau sesuai perhitungan harga

terakhir di lokasi.

f) Bibit mangrove yang ditaman Jenis Rhizophora sp dalam bentuk

propagul dan dihitung sebagai hasil pekerjaan setelah tumbuh

menjadi berdaun dua atau lebih dengan ketinggian minimal 40

cm atau bibit Rhizophora dalam polybag yang telah berdaun 2 –

4 lembar atau jenis spesies mangrove lain sesuai kondisi alam dan

kisaran harga yang sama.

g) Sumber bibit mangrove jenis rhizophora diupayakan berasal dari

daerah setempat atau lokasi terdekat untuk mengurangi tingkat

mortalitas.

h) Penanaman bibit mangrove dilakukan dengan mengikat pada

ajir (bilah bambu) untuk meningkatkan kestabilan dan daya hidup

bibit bakau.

i) Pekerjaan dapat dimulai setelah Penyedia barang dan jasa

memberi tahukan rencana pelaksanaan penanaman bakau

kepada pemberi pekerjaan dan dinas kelautan dan perikanan

kabupaten lokasi pekerjaan.

Page 13: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

13

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

j) Penyedia barang dan jasa berkewajiban memelihara tanaman

bakau selama 2 (dua) bulan.

k) Pemeliharaan tanaman mangrove/bakau meliputi penyulaman,

penyiangan, pengendalian hama dan mengganti tanaman

bakau yang mati sehingga jumlah tanaman yang hidup sejumlah

kontrak.

l) Lokasi penanaman bakau dipasang papan himbauan dengan

spesifikasi terbuat dari papan kayu bengkirai berukuran panjang,

lebar, tebal 100 x 60 x 3 cm, dengan kayu penyangga ukuran 5/7,

tinggi 1,5-3 meter. Papan dan tiang dicat warna putih dengan

tulisan hitam.

m) Pelaksanaan pemeriksaan pekerjaan dan pembayaran

dilaksanakan secara 2 (dua) tahap, yaitu setelah penanaman

propagul (30 hari pelaksanaan) dan setelah 2 bulan penanaman

(akhir masa pelaksanaan pekerjaan).

n) Pada akhir kegiatan akan dilakukan penyerahan hasil pekerjaan

dari Kuasa Pengguna Anggaran / Pengguna Anggaran kepada

Kelompok Mangrove/petani tambah terdekat dengan lokasi

untuk dikelola dengan baik.

2) Terumbu Karang Buatan

Tujuan kegiatan adalah :

Penyediaan tempat tumbuhnya (media) terumbu karang sebagai

upaya rehabilitasi ekosistem sumberdaya kelautan;

Penyediaan tempat perlindungan sumberdaya ikan di kawasan

ekosistem pantai.

Spesifikasi teknis pekerjaan adalah:

a) Nama pekerjaan : pembuatan terumbu karang buatan (TKB)

sebanyak 20 unit untuk rehabilitasi sumberdaya kelautan dan

perikanan.

b) Lokasi pekerjaan di kawasan perairan pesisir laut Kab. Tegal,

Jepara, Rembang.

c) Lokasi penenggelaman TKB merupakan kawasan perairan

dengan kondisi terumbu karang yang telah rusak namun masih

memiliki potensi tumbuh dan berkembangnya terumbu karang.

d) Lama pekerjaan adalah 60 (enam puluh) hari kalender.

e) pekerjaan ini ditunjang dengan pekerjaan jasa konsultasi

perencana dan konsultan pengawas pekerjaan yang dialokasikan

melalui rekening yang berbeda pada kegiatan APBD ini.

f) Pekerjaan dapat dimulai setelah Penyedia barang dan jasa

memberi tahukan rencana pelaksanaan pembuatan, jadwal

Page 14: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

14

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

penenggelaman dan lokasi penenggelaman kepada pemberi

pekerjaan dan dinas kelautan dan perikanan kabupaten lokasi

pekerjaan.

g) Pemberdayaan kelompok nelayan melalui keterlibatan kelompok

nelayan dalam penentuan lokasi penenggelaman dan proses

penenggelaman TKB.

h) Monitoring dan evaluasi pertumbuhan dan keberhasilan

transplantasi karang dilakukan setelah 2 (dua) bulan pemasangan

atau sebelum datangnya musin penghujan.

3) Transplantasi Karang

Tujuan kegiatan adalah:

Memulihkan sumberdaya terumbu karang di kawasan perairan

pesisir yang telah mengalami penurunan kualitas ataupun

kerusakan.

Penyediaan modul meja transplantasi karang sebagai habitat

tumbuhnya karang.

Meningkatkan populasi dan penutupan karang melalui

transplantasi karang sehingga kelestarian terumbu karang dapat

ditingkatkan

Spesifikasi teknis pekerjaan adalah:

a) Nama pekerjaan : Transplantasi karang sebanyak 20 unit untuk

rehabilitasi sumberdaya kelautan dan perikanan.

b) Lokasi pekerjaan pesisir laut Kab. Tegal, Jepara, Rembang.

c) Lokasi transplantasi karang terintegrasi dengan penenggelaman

TKB merupakan kawasan perairan dengan kondisi terumbu karang

yang telah rusak namun masih memiliki potensi tumbuh dan

berkembangnya terumbu karang.

d) Lama pekerjaan adalah 60 (enam puluh) hari kalender, dimana

pelaksanaan pekerjaan dilakukan setelah penenggelaman TKB.

e) Pekerjaan dapat dimulai setelah Penyedia barang dan jasa

memberi tahukan rencana pelaksanaan pekerjaan kepada

pemberi pekerjaan dan dinas kelautan dan perikanan kabupaten

lokasi pekerjaan.

f) Penyedia barang/jasa mencatat lokasi titik koordinat

pemasangan transplantasi karang.

g) Transplantasi karang dengan tujuan pemulihan terumbu karang

yang telah rusak dilakukan dengan memindahkan potongan

karang hidup dari terumbu karang yang kondisinya masih baik ke

lokasi terumbu karang telah rusak. Teknik dan prosedurnya

sebagai berikut:

Page 15: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

15

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

(1) Lokasi pengambilan bibit diutamakan dari lokasi di sekitar

terumbu karang yang telah rusak atau daerah lain dengan

kondisi terumbu karang yang masih baik.

(2) Antara lokasi pengambilan bibit dengan lokasi terumbu

karang yang telah rusak mempunyai kondisi lingkungan

(kedalaman dan keadaan arus) yang mirip.

(3) Pengambilan bibit dilakukan dengan memotong cabang

karang induk di tempat, dan tidak melakukan pemotongan

koloni karang induk yang letaknya saling berdekatan untuk

menghindari kerusakan ekosistem secara menyolok.

(4) transportasi bibit dari lokasi pengambilan bibit dengan lokasi

transplantasi tidak lebih dari satu jam.

h) Monitoring dan evaluasi pertumbuhan dan keberhasilan

transplantasi karang dilakukan setelah 2 (dua) bulan pemasangan

atau sebelum datangnya musin penghujan.

4) Sosialisasi Rehabilitasi Ekosistem Mangrove

Tujuan kegiatan adalah:

Meningkatkan pengetahuan masyarakat (peserta) mengenai

peran dan fungsi ekosistem mangrove.

Meningkatkan kesadaran masyarakat (peserta) tentang

pentingnya ekosistem mangrove.

Spesifikasi kegiatan:

Sosialisasi dilaksanakan di Kab. Pemalang, Kendal, Demak, dan

Kebumen yang masing-masing lokasi diikuti oleh 25 (dua puluh

lima) orang yang merupakan masyarakat sekitar dan dinas terkait

yang memiliki wewenang dan dapat berkontribusi sinergis dengan

kegiatan.

Sosialisasi menghadirkan 3 (tiga) narasumber dengan materi yang

telah ditentukan yaitu mengenai Kebijakan Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah dalam pengelolaan wilayah pesisir khususnya

pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem mangrove, Kebijakan

Pemerintah Kab./Kota dalam pengelolaan wilayah pesisir, dan

materi yang terkait dengan rehabilitasi ekosistem mangrove.

5) Sosialisasi Rehabilitasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

Tujuan kegiatan adalah:

Meningkatkan pengetahuan masyarakat (peserta) mengenai

peran dan fungsi ekosistem terumbu karang.

Page 16: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

16

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

Meningkatkan kesadaran masyarakat (peserta) tentang

pentingnya ekosistem terumbu karang.

Spesifikasi kegiatan:

Sosialisasi dilaksanakan di Kab. Tegal, Jepara dan Rembang yang

masing-masing lokasi diikuti oleh 25 (dua puluh lima) orang yang

merupakan masyarakat sekitar dan dinas terkait yang memiliki

wewenang dan dapat berkontribusi sinergis dengan kegiatan.

Sosialisasi menghadirkan 3 (tiga) narasumber dengan materi yang

telah ditentukan yaitu mengenai Kebijakan Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah dalam pengelolaan wilayah pesisir khususnya

pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem terumbu karang, Kebijakan

Pemerintah Kab./Kota dalam pengelolaan wilayah pesisir, dan

materi yang terkait dengan rehabilitasi ekosistem terumbu karang.

6) Penyusunan Dokumen KLHS

Tujuan kegiatan ini adalah :

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) bertujuan untuk

memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan.

KLHS digunakan untuk merencanakan dan mengevaluasi

kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau

risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan,

sedangkan dalam evaluasi kebijakan, rencana dan/atau

program, KLHS digunakan untuk mengidentifikasi dan memberikan

alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program

yang menimbulkan dampak dan/atau risiko negatif terhadap

lingkungan.

KLHS bermanfaat untuk memfasilitasi dan menjadi media proses

belajar bersama antara pelaku pembangunan, dimana seluruh

pihak yang terkait penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana

dan/atau program dapat secara aktif mendiskusikan seberapa

jauh substansi kebijakan, rencana dan/atau program yang

dirumuskan telah mempertimbangkan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan. Melalui proses KLHS, diharapkan

pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan dan evaluasi

kebijakan, rencana dan/atau program dapat mengetahui dan

memahami pentingnya menerapkan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan dalam setiap penyusunan dan

evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program.

Page 17: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

17

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

Spesifikasi kegiatan:

Penyusunan dokumen KLHS dilaksanakan dengan metode

pembahasan bersama dalam bentuk workshop yang akan

dilakukan 3 (tiga) kali yang dibagi berdasarkan wilayah (pantura

barat, pantura timur, dan pansela). Data yang akan dibahas

pada workshop adalah data yang dihimpun dari 17 Kab./Kota

pesisir Jawa Tengah baik data primer maupun data sekunder.

Workshop akan diikuti oleh 35 (tiga puluh lima) orang peserta dari

17 Kab./Kota pesisir Jawa Tengah.

Page 18: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

18

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan (Monevpel) merupakan salah

satu bagian dari unsur pengendalian yang dalam pelaksanaannya

sangat diperlukan dan berfungsi sebagai kontrol dan tolok ukur setiap

program/kegiatan yang dilaksanakan. Monevpel adalah suatu cara,

sistem dan pola penyajian informasi formal yang obyektif dan teratur

dengan dukungan fakta yang tersusun dalam bentuk yang tertata dan

terstruktur. Dengan pengertian tersebut, maka Monevpel mampu

menyajikan semua informasi yang berkaitan dengan perkembangan

pelaksanaan kegiatan secara obyektif sehingga dapat dilakukan

tindakan koreksi secara cepat dan tepat apabila dalam

pelaksanaannya ditemui permasalahan yang diperkirakan dapat

mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran program/kegiatan

yang telah ditetapkan.

Berkaitan dengan pelaksanaan program/kegiatan di bidang

Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kepala Seksi selaku pelaksana

teknis kegiatan secara berkala berkewajiban melaporkan hasil

pelaksanaannya kepada Kepala Bidang.

A. Monitoring

Monitoring dapat diartikan sebagai usaha terus menerus atau

berkala mengamati/mempelajari mengenai indikator kinerja (input,

output, outcome) dan proses pelaksanaan terhadap pencapaian

tujuan dari program/kegiatan.

Dalam rangka mencapai efektifitas dan efisiensi, pembagian

peranan dan tanggung jawab pelaksanaan monitoring dalam lingkup

Bidang Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilakukan secara

Page 19: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

19

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

berjenjang mulai pelaksana teknis lapangan kabupaten/kota sampai

tingkat Kepala Bidang dan Kepala Dinas.

Kepala seksi sebagai pelaksana teknis kegiatan akan selalu

berkoordinasi dengan petugas Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten lokasi kegiatan

Selanjutnya akan melaporkan secara berkala ke Kepala Bidang

sebagai Kuasa Pengguna Anggaran / Barang.

Kepala Bidang sebagai Kuasa Pengguna Anggaran / Barang akan

melaporkan kepada Pengguna Anggaran dalam Rapat

Pelaksanaan Operasional Kegiatan yang secara rutin diadakan.

Monitoring dimulai sejak masa persiapan, masa pelaksanaan

dan masa paska kegiatan untuk melihat indikator kinerja (input, output

dan outcome) yang dicapai, proses pembinaan dan pemeliharaan

output sampai dengan dihasilkannya outcome dari setiap kegiatan dan

program.

Monitoring dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode yaitu

monitoring secara tidak langsung dan monitoring langsung.

1. Monitoring tidak langsung

Dilakukan melalui laporan hasil pelaksanaan monitoring secara

berkala oleh petugas teknis lapangan di kabupaten yang

disampaikan melalui surat, faximili, telpon, sms, e-mail, dll.

2. Monitoring langsung

Monitoring langsung adalah monitoring yang dilakukan melalui

peninjauan ke lapangan (on the spot) secara berkala agar

kegiatan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

B. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan relevansi,

efisiensi, efektivitas dan dampak program/kegiatan sesuai dengan

tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan obyektif. Evaluasi ini

berupaya menerangkan “mengapa” output, efek, maupun dampak

kegiatan tercapai atau tidak. Kegiatan evaluasi utama adalah untuk

melihat secara menyeluruh pelaksanaan dan dampak dari suatu

kegiatan sebagai landasan bagi penyusunan kebijaksanaan dan

rancangan kegiatan yang akan datang.

Evaluasi dilakukan bertujuan untuk dapat mengetahui dengan

pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai

dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari

Page 20: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

20

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang

akan datang.

Evaluasi dilakukan terhadap hasil monitoring pelaksanaan

kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahap pra pelaksanaan, tahap

pelaksanaan, dan tahap paska pelaksanaan untuk menilai

tercapainya efisiensi dan efektifitas setiap kegiatan.

C. Pelaporan

Laporan merupakan cerminan pertama dan utama yang secara

cepat dapat menjawab pertanyaan apakah sebuah unit kerja telah

menjalankan fungsinya dengan baik, apakah sebuah unit kerja telah

melaksanakan tertib administrasi, apakah sasaran dan tujuan unit kerja

telah tercapai, dengan kata lain laporan merupakan barometer

pertama yang dengan mudah dilihat oleh pihak luar dalam

mengevaluasi sebuah satker. Apabila laporan yang disajikan oleh

sebuah unit kerja dapat dilakukan tepat waktu, akurat, lengkap, realistis

dan akuntabel maka dapat dipastikan satker tersebut telah

menjalankan fungsinya dengan baik, namun apabila laporan tidak ada,

tidak lengkap atau terlambat tentu ini sudah merupakan sebuah

indikator yang menunjukkan unit kerja tersebut belum optimal dalam

menjalankan fungsinya.

Oleh sebab itu setiap unit kerja diharapkan dapat menyiapkan

dan menyajikan laporan secara tepat waktu, karena keterlambatan

pengiriman laporan dari salah satu unit kerja akan mengakibatkan

keterlambatan konsolidasi laporan dan mempengaruhi kinerja DKP.

Fungsi pemantauan, evaluasi dan pelaporan adalah saling terkait

dan saling mendukung satu dengan lainnya. Dalam pelaksanaannya,

ketiga aktivitas tersebut tidak dapat dipisahkan karena merupakan

suatu kesatuan sistematis sebagai bagian dari fungsi pengendalian

dalam organisasi. Laporan yang disusun harus dapat menyajikan semua

informasi faktual yang terkait dengan hasil pelaksanaan monitoring atau

evaluasi yang telah dilaksanakan sebelumnya. Beberapa tujuan dan

fungsi pelaporan adalah:

Sebagai wujud pertanggungjawaban pelaksanaan program,

kegiatan dan anggaran kepada pemangku kepentingan yang lebih

tinggi

Untuk memberikan data dan Informasi setiap pelaksanaan

program/kegiatan, termasuk tingkat pencapaian dan permasalahan

yang dihadapi secara periodik dengan menyajikan laporan cepat,

tepat, akurat dan akuntabel

Page 21: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

21

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

Sebagai media komunikasi antar pihak yang berkepentingan

Sebagai alat kontrol agar pelaksanaan program/kegiatan tetap

pada jalur yang benar, sesuai dengan sasaran dan tujuan yang

telah ditetapkan

Sebagai umpan balik bagi penyusunan rancangan

program/kegiatan serta anggaran tahun berikutnya

Sebagai bahan konsolidasi penyusunan laporan pada tingkatan

yang lebih tinggi.

Sebagai bahan pengambilan keputusan pimpinan.

Page 22: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

22

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016

Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan

Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang dibiayai melalui

APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2016 ini dalam rangka

meningkatkan koordinasi antar semua pihak yang terkait untuk

pengembangan kelautan, pesisir, dan pulau-pulau kecil sesuai visi dan

misi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah.

Dengan adanya Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini, diharapkan

dapat menjadi pedoman untuk meningkatkan efektifitas pencapaian

tujuan dan sasaran program dan kegiatan dalam pengembangan

bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil di daerah sesuai target

yang telah ditetapkan.

Page 23: Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan ...

23

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan & Perikanan Tahun 2016