kerahasiaan medis

20
I. PENDAHULUAN Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 tahun 1966 yang mengatur tentang wajib simpan rahasia kedokteran mewajibkan seluruh tenaga kesehatan untuk menyimpan segala sesuatu yang diketahuinya selama melakukan pekerjaan di bidang kedokteran sebagai rahasia kedokteran. Namun PP tersebut memberikan pengecualian sebagaimana terdapat dalam pasal 2, yaitu apabila terdapat peraturan perundang-undangan yang sederajat atau yang yang lebih tinggi yang mengaturnya lain. 1 Setiap orang harus dapat meminta pertolongan kedokteran dengan perasaan aman dan bebas. Ia harus dapat menceritakan dengan hati terbuka segala keluhan yang mengganggunya, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, dengan keyakinan bahwa hak itu berguna untuk menyembuhkan dirinya. Ia tidak boleh merasa khawatir bahwa segala sesuatu mengenai keadaannya akan disampaikan kepada orang lain, baik oleh dokter maupun oleh petugas kedokteran yang bekerja sama dengan dokter tersebut. Ini adalah syarat utama untuk hubungan baik antara dokter dengan penderita. 1 Rahasia kedokteran berkaitan erat dengan hak asasi manusia, seperti tertulis dalam United Nation Declaration of Human Right pada tahun 1984 yang intinya menyatakan “Setiap manusia berhak dihargai, diakui, dihormati sebagai manusia dan diperlakukan secara manusiawi, sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan”. Oleh karena itu pasien dalam menyampaikan keluhan jasmani

description

kerahasiaan medis

Transcript of kerahasiaan medis

I. PENDAHULUANPeraturan Pemerintah RI Nomor 10 tahun 1966 yang mengatur tentang wajib simpan rahasia kedokteran mewajibkan seluruh tenaga kesehatan untuk menyimpan segala sesuatu yang diketahuinya selama melakukan pekerjaan di bidang kedokteran sebagai rahasia kedokteran. Namun PP tersebut memberikan pengecualian sebagaimana terdapat dalam pasal 2, yaitu apabila terdapat peraturan perundang-undangan yang sederajat atau yang yang lebih tinggi yang mengaturnya lain.1 Setiap orang harus dapat meminta pertolongan kedokteran dengan perasaan aman dan bebas. Ia harus dapat menceritakan dengan hati terbuka segala keluhan yang mengganggunya, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, dengan keyakinan bahwa hak itu berguna untuk menyembuhkan dirinya. Ia tidak boleh merasa khawatir bahwa segala sesuatu mengenai keadaannya akan disampaikan kepada orang lain, baik oleh dokter maupun oleh petugas kedokteran yang bekerja sama dengan dokter tersebut. Ini adalah syarat utama untuk hubungan baik antara dokter dengan penderita. 1Rahasia kedokteran berkaitan erat dengan hak asasi manusia, seperti tertulis dalam United Nation Declaration of Human Right pada tahun 1984 yang intinya menyatakan Setiap manusia berhak dihargai, diakui, dihormati sebagai manusia dan diperlakukan secara manusiawi, sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Oleh karena itu pasien dalam menyampaikan keluhan jasmani dan rohani kepada dokter yang merawat, tidak boleh merasa khawatir bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaannya akan disampaikan kepada orang lain oleh dokter yang merawat ataupun oleh petugas kesehatan yang bekerjasama dengan dokter tersebut. 1Pengungkapan rahasia medis saat ini menjadi isu yang cukup kontroversial dikalangan masyarakat, bahkan di lingkup medis sendiri. Seringkali kewajiban untuk merahasiakan catatan medis seseorang bertabrakan dengan kepentingan umum. Dokter sangat perlu memperhatikan batasan-batasan dalam merahasiakan dan mengungkapkan rahasia medis kepada umum, dimana hal yang dimaksud diatur dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia.1,2 Di samping itu profesi kedokteran merupakan suatu profesi kepercayaan dan dianggap sebagai profesi yang mulia, oleh karena pekerjaan yang dilakukan oleh seorang dokter membutuhkan suatu ketelitian yang tinggi dan dapat berakibat fatal. Profesi kedokteran baru dapat berlangsung bila ada kerelaan pasien untuk mengungkapkan keadaan dirinya termasuk hal hal yang amat pribadi. Akibatnya dapat dikatakan bahwa konstriksi hubungan dokter pasien adalah berdasarkan azas kepercayaan, artinya dokter percaya bahwa pasien akan mengungkapkan diri seutuhnya sedangkan pasien juga percaya bahwa dokter akan menjaga rahasia yang diketahuinya.1

II. DEFINISI RAHASIA MEDISDokter harus sadar bahwa masyarakat kita sekarang ini sudah kritis dan dapat merespon terhadap segala sesuatu yang dirasa tidak sesuai dan merugikan mereka. Sering timbul masalah yang menyangkut hubungan dokter - pasien yaitu pembocoran rahasia. Harus disadari bahwa tanggungjawab dari profesi kedokteran ini sangatlah besar dan harus sesuai dengan hukum yang berlaku termasuk kode etik kedokteran dan kondisi masyarakat.2Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Bagian Kedua Pengelolaan Klinik Pasal 38, yang dimaksud dengan rahasia kedokteran adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang ditemukan oleh dokter dan dokter gigi dalam rangka pengobatan dan dicatat dalam rekam medis yang dimiliki pasien dan bersifat rahasia.3Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran Pasal 1, yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.1Rahasia kedokteran ini meliputi 2 hal yaitu :1. Rahasia pekerjaan ; Adalah segala sesuatu yang diketahui dan harus dirahasiakan berdasarkan lafal sumpah yang diucapkan pada waktu menerima gelar seorang dokter.2. Rahasia jabatan ; Adalah segala sesuatu yang diketahui dan harus dirahasiakan berdasarkan lafal sumpah yang diucapkan pada waktu diangkat sebagai pegawai negeri, yang berbunyi : Bahwa saya akan memegang rahasia sesuai menurut sifat atau menurut perintah harus saya rahasiakan.

III. HAL-HAL YANG DIRAHASIAKANMenurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Bagian Keempat Hak Pasien Pasal 32 menyatakan setiap pasien mempunyai hak: mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.3Dengan kata-kata "segala sesuatu yang diketahui", dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran Pasal 1 dimaksud : Segala fakta yang didapat dalam pemeriksaan penderita, interpretasinya untuk menegakkan diagnosa dan melakukan pengobatan: dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dengan alat-alat kedokteran dan sebagainya. Juga termasuk fakta yang dikumpulkan oleh hal lain yang membantu untuk menegakkan sebuah diagnosa medis. Seorang ahli obat dan mereka yang bekerja dalam apotek harus pula merahasiakan obat dan khasiatnya yang diberikan dokter kepada pasiennya. Merahasiakan resep dokter adalah sesuatu yang penting dari etik pejabat yang bekerja dalam Apotek.1Selain itu, peraturan yang mengatur tentang wajib simpan rahasia kedokteran, diantaranya : 41. PP No. 26 tahun 1960 tentang lafal sumpah dokterSaya bersumpah/berjanji bahwa saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter.72. Pasal 12 dalam KODEKISeorang dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien karena kepercayaan yang diberikan kepadanya, bahkan juga setelah pasien meninggal dunia.

Berdasarkan Permenkes RI No.269/Menkes/Per/III/2008 bab IV Penyimpanan, Pemusnahan, dan Kerahasiaan, Pasal 10 ayat (1) menyatakan informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.5

IV. PIHAK-PIHAK YANG WAJIB MENJAGA KERAHASIAN MEDISPada waktu menerima ijazah seorang dokter bersumpah: "Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter".1Dan sebagai pemangku suatu jabatan ia wajib merahasiakan apa yang diketahuinya karena jabatannya, menurut pasal 322 KUHP yang berbunyi:

"Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang ia wajib menyimpan oleh karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya enam ratus rupiah".1"Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seseorang yang tertentu maka ini hanya dituntut atas pengaduan orang itu".1

Peraturan Pemerintah ini diperlukan untuk mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan pelanggaran rahasia kedokteran yang tidak dapat dipidana menurut pasal 322 KUHP tersebut atau pasal 112 KUHP tentang pengrahasiaan sesuatu yang bersifat umum.1Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran Pasal 2 menyatakan pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi daripada Peraturan Pemerintah ini menentukan lain. Berdasarkan pasal ini orang selain dari pada tenaga kesehatan yang dalam pekerjaannya berurusan dengan orang sakit atau mengetahui keadaan si sakit, baik yang tidak maupun yang belum mengucapkan sumpah jabatan, berkewajiban menjunjung tinggi rahasia mengenai keadaan si sakit. Dengan demikian para mahasiswa kedokteran "kedokteran gigi, ahli farmasi, ahli laboratorium, ahli sinar, bidan, para pegawai, murid para medis dan sebagainya termasuk dalam golongan yang diwajibkan menyimpan rahasia. Menteri Kesehatan dapat menetapkan, baik secara umum, maupun secara insidental, orang-orang lain yang wajib menyimpan rahasia kedokteran, misalnya pegawai tata usaha pada rumah-rumah sakit dan laboratorium-laboratorium.1Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran Pasal 3 menyatakan yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1963 No. 79).b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.1

Menurut Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Rahasia Kedokteran Paragraf 3 Rekam Medis Pasal 47 : 6(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien. (2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. (3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Paragraf 4 tentang Rahasia Kedokteran Pasal 48 ayat (1) setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran.6Dalam Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Paragraf 6 tentang Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter Gigi Pasal 51 menyebutkan dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban : merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.6Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bagian Kedua Tenaga Kesehatan pada Pasal 53 ayat (2) menyebutkan tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan mengormati hak pasien. Yang dimaksud dengan hak pasien antara lain ialah hak informasi , hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia kedokteran, dan hak atas pendapat kedua (second opinion).7Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan pada Bab II Jenis tenaga Kesehatan Pasal 2 merupakan; 8(1) Tenaga kesehatan terdiri dari : a. tenaga medis; b. tenaga keperawatan; c. tenaga kefarmasian; d. tenaga kesehatan masyarakat; e. tenaga gizi; f. tenaga keterapian fisik; g. tenaga keteknisian medis.(2) Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. (3) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan. (4) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.(5) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.(6) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. (7) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara. (8) Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.

V. DASAR HUKUM DAN ETIKA KERAHASIAAN MEDISUndang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Bagian Keenam Perlindungan Hukum Rumah Sakit Pasal 44 : 3(1) Rumah Sakit dapat menolak mengungkapkan segala informasi kepada publik yang berkaitan dengan rahasia kedokteran.(2) Pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah Sakit dan menginformasikannya melalui media massa, dianggap telah melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum.(3) Penginformasian kepada media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan kewenangan kepada Rumah Sakit untuk mengungkapkan rahasia kedokteran pasien sebagai hak jawab Rumah Sakit.Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran Pasal 4 menyebutkan terhadap pelanggaran ketentuan mengenai: wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Menteri Kesehatan dapat melakukan tindakan administratif berdasarkan pasal 11 Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan. Berdasarkan pasal 322 KUHP, maka membocorkan rahasia jabatan, dalam hal ini rahasia kedokteran, adalah suatu tindak pidana yang dituntut atas pengaduan (klachdelict), apabila kejahatan itu ditujukan pada seseorang tertentu. Demi kepentingan umum Menteri Kesehatan dapat bertindak terhadap pembocoran rahasia kedokteran, meskipun tidak ada suatu pengaduan. Sebagai contoh : Seorang pejabat kedokteran berulang kali mengobrolkan di depan orang banyak tentang keadaan dan tingkah laku pasien yang diobatinya.Dengan demikian ia merendahkan martabat jabatan kedokteran dan mengurangi kepercayaan orang kepada penjabat-penjabat kedokteran.1Menurut Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bagian Kedua Tenaga Kesehatan pada Pasal 55: 7(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan. (2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

VI. SITUASI YANG BOLEH DIBUKA KERAHASIAAN MEDISSeperti yang telah dibicarakan diatas, bahwa pada dasarnya kewajiban menyimpan rahasia kedokteran sesungguhnya berlaku bagi setiap dokter yang menjalankan tugas dan profesinya. Seorang dokter yang melanggar kewajiban menyimpan rahasia kedokteran tanpa alasan-alasan yang dapat dibenarkan dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dan tak ketinggalan pula akan mndapat sanksi administrasi.Namun terhadap kewajibannya ini sifatnya tidak mutlak. Artinya dalam situasi-situasi tertentu seorang dokter dapat memberitahukan atau membeberkan tentang rahasia kedokteran yang diketahuinya.Menurut Herkutanto sebagai mana disitir oleh J.Guwandi ada beberapa keadaan dimana dokter dapat membuka rahasia kedoktera tersebut tanpa sanksi hukum. Keadaan tersebut dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu : 91. Adanya kerelaan atau izin pasien 2. Pembukaan rahasia kedokteran atas dasar KUHP pasal 48, 50, dan 51 KUHP pasal 48 Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa (overmacht), tidak dipidana.12

KUHP Pasal 50Barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan kepentingan Undang-undang, tidak dipidana. Ketentuan ini terutama berkaitan dengan kewajiban seorang dokter melaporkan peristiwa kelahiran, kematian dan penyakit menular. 12

KUHP Pasal 51(1) Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang, tidak dipidana.(2) Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika yang diperintah, dengan itikad baik mengira bahwa perintah diberikan dengan wewenang dan pelaksanaannya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya.Ketentuan ini menyangkut dokter militer dan dokter majelis penguji kesehatan, misalnya : melaksanakan tes kesehatan untuk penerimaan anggota TNI.

Sementara itu, Eck mengemukakan 4 justifikasi untuk pengecualian pengungkapan rahasia kedokteran yaitu : 101. Ijin dari yang pasien2. Keadaan yang mendesak atau terpaksa3. Peraturan perundang-undangan4. Perintah jabatan yang sah

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Fred Amelin yang mengatakan bahwa ada 6 hal yang memungkinkan seorang dokter untuk membuka rahasia kedokteran, yaitu : 101. Diatur oleh undang-undang2. Pasien membahayakan umum atau membahayakan orang lain.3. Pasien dapat memperoleh hak khusus 4. Pasien secara sadar dan jelas memberikan izin.5. Pasien menginginkan untuk ditemani seorang pendamping saat memasuki ruang periksa dokter.

Berdasarkan Permenkes RI No.269/Menkes/Per/III/2008 bab IV penyimpanan, pemusnahan, dan kerahasiaan, Pasal 10 ayat (2) menyatakan informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal : 5a. Untuk kepentingan kesehatan pasien;b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan;c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien.

Permenkes RI No.269/Menkes/Per/III/2008 bab IV penyimpanan, pemusnahan, dan kerahasiaan, Pasal 10 ayat (3) menyebutkan permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.5Menurut Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Paragraf 4 tentang Rahasia Kedokteran Pasal 48 ayat (2) menyebutkan rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.6

VII. SANKSI MEMBUKA KERAHASIAAN MEDISSeorang dokter di Indonesia tanpa kecuali, dianggap sudah mengetahui peraturan-peraturn hukum yang berlaku terutama yang berhubungan dengan ilmu kedokteran pada umumnya dan rahasia kedokteran pada khususnya. Apabila terjadi pembocoran rahasia jabatan, si pelaku dapat dikenai sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Sanksi-sanksi tersebut adalah : 9

1. Sanksi pidana, diatur dalam :KUHP Pasal 112Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-berita atau keterangan-keterangan yang diketahuinya bahwa harus dirahasiakan untuk kepentingan negara atau dengan sengaja memberitahukan atau memberikannya kepada negara asing, kepada seorang raja atau suku bangsa, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. KUHP Pasal 3221. Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang wajib disimpan karena jabatan atau pekerjaannya yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.1. Jika kejahatan dilakukan pada seorang tertentu maka perbuatannya itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang tersebut. 1. Sanksi perdata, diatur dalam : 11KUH Perdata Pasal 1365 Setiap perbuatan yang melanggar hukum yang berakibat kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya mengakibatkan kerugian itu, mengganti kerugia tersebut.

KUH Perdata Pasal 1366Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.

KUH Perdata Pasal 1367Seseorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan karena perbuatan orang-orang yang berada dibawah pengawasannya.

1. Sanksi Administratif. Diatur dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1963 pasal 11 yang bunyinya sebagai berikut : Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan dalam KUHP dan peraturan perundang-undangan yang lain, maka terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan administratif dalam hal sebagai berikut : 12a. Melalaikan kewajiban, b. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya ataupun sebagai tenaga kesehatan, c. Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan, d. Melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang ini.

1. Sanksi SosialYaitu sanksi yang datangnya dari masyarakat itu sendiri. 12 Contohnya : Masyarakat enggan berobat ke dokter tersebut.

VIII. HAK UNDUR DIRI DOKTERHak ini dapat dipakai oleh seorang dokter apabila dia diminta untuk memberikan kesaksian dipengadilan yang menyangkut rahasia kedokteran. Seorang dokter sebagai saksi atau ahli mungkin sekali diharuskan memberikan keterangan tentang seseorang (misalnya terdakwa) yang sebelumnya telah menjadi penderita yang ditanganinya. Ini seolah-olah dokter tersebut diharuskan melanggar rahasia kedokterannya. Kejadian yang bertentangan tersebut diatas dapat dihindarkan karena adanya hak kuat undur diri, dimana seorang dokter mendapatkan perlindungan hukum berdasarkan : 12

Pasal 120 KUHAP (1) Dalam hal penyidik perlu, ia dapat minta pendapat ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji dimuka penyidik bahwa ia akan memberikan keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya, kecuali bila disebabkan harkat dan martabat pekerjaan jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia, dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta

Pasal 170 KUHAP Mereka yang pekerjaan, harkat, martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat diminta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepadanya(1) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan manusia tersebut

Pasal 277 HIR(1) Barangsiapa yang karena martabatnya, pekerjaannya atau jabatannya yang sah, diwajibkan menyimpan rahasia, boleh minta mengundurkan diri dari pada memberi kesaksian, akan tetapi hanya dan terutama mengenai hal yang diketahuinya dan dipercayakan padanya karena martabat, pekerjaan atau jabatannya (2) Pertimbangan apakah permintaan untuk mengundurkan diri itu beralasan atau tidak, diserahkan kepada pengadilan negara atau jika orang yang dipanggil untuk memberikan kesaksian itu orang asing, maka pertimbangan itu diserahkan kepada ketua pengadilan Negara

IX. KESIMPULANBerdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dokter tersebut telah mengikuti aturan perundang-undangan untuk menyimpan rahasia pasiennya. Kewajiban dokter untuk menyimpan rahasia kedokteran dapat gugur dan dokter tidak dikenai sanksi hukum bila ada ijin dari pasien, dokter dalam keadaan terpaksa, dokter menjalankan peraturan perundang-undangan, dokter melakukan perintah jabatan, demi kepentingan umum. Seorang dokter juga mendapatkan perlindungan hukum.

DAFTAR PUSTAKA

0. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 tahun 19660. Ko Tjay Sing. Rahasia Pekerjaan Dokter dan Advokat. Gramedia. 20030. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 20090. Kode Etik Keokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia. 20020. Permenkes RI No.269/Menkes/Per/III/20080. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 20040. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 19920. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Thun 19960. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek Van Strafrecht) http://hukum.unsrat.ac.id/uu/kuhpidana.htm#b2_170. Guswandi, J. Trilogi Rahasia Kedokteran. FKUI. 20050. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek voor Indonesie)0. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1963