KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR...

14
KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN KAMPUNG GISI, KECAMATAN TELUK BINTAN, KABUPATEN BINTAN Endang Suryanti, Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH Winny Retna Melani, S.P., M.Sc. Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH Tri Apriadi, S.Pi., M.Si. Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH ABSTRAK Perubahan terhadap kualitas perairan dapat ditinjau dari kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan informasi mengenai keadaan perairan. kondisi perairan berdasarkan nilai indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi fitoplankton. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan Kampung Gisi, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan dengan menggunakan metode random sampling. Jenis fitoplankton yang terdiri atas 18 spesies tercatat bahwa komposisi tertinggi terjadi pada jenis Chaetoceros decipiens yang juga termasuk kedalam kelas Bacillariophyceae dengan komposisi mencapai 54,42%. Kelimpahan total fitoplankton di perairan Kampung Gisi tergolong sedang dengan kelimpahan rata-rata sebesar 1380 ind/L. Indeks keanekaragaman tergolong rendah, indeks keseragaman tergolong tinggi, dan indeks dominansi tergolong rendah. Nilai indeks keseragaman termasuk tinggi dan indeks dominansi rendah, namun keanekaragaman rendah mencirikan bahwa kondisi perairan dalam keadaan sedikit terganggu sehingga kestabilan komunitas fitoplanktonnya juga terganggu dilihat dari nilai keanekaragaman yang rendah. Kata Kunci : Fitoplankton, Keragaman, Perairan Kampung Gisi

Transcript of KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR...

Page 1: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan

KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN

KAMPUNG GISI, KECAMATAN TELUK BINTAN, KABUPATEN BINTAN

Endang Suryanti,

Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

Winny Retna Melani, S.P., M.Sc.

Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

Tri Apriadi, S.Pi., M.Si.

Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

ABSTRAK

Perubahan terhadap kualitas perairan dapat ditinjau dari kelimpahan dan komposisi fitoplankton.

Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan informasi mengenai keadaan perairan.

kondisi perairan berdasarkan nilai indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi

fitoplankton. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan Kampung Gisi,

Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan dengan menggunakan metode random sampling. Jenis

fitoplankton yang terdiri atas 18 spesies tercatat bahwa komposisi tertinggi terjadi pada jenis

Chaetoceros decipiens yang juga termasuk kedalam kelas Bacillariophyceae dengan komposisi

mencapai 54,42%. Kelimpahan total fitoplankton di perairan Kampung Gisi tergolong sedang

dengan kelimpahan rata-rata sebesar 1380 ind/L. Indeks keanekaragaman tergolong rendah, indeks

keseragaman tergolong tinggi, dan indeks dominansi tergolong rendah. Nilai indeks keseragaman

termasuk tinggi dan indeks dominansi rendah, namun keanekaragaman rendah mencirikan bahwa

kondisi perairan dalam keadaan sedikit terganggu sehingga kestabilan komunitas fitoplanktonnya

juga terganggu dilihat dari nilai keanekaragaman yang rendah.

Kata Kunci : Fitoplankton, Keragaman, Perairan Kampung Gisi

Page 2: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan

Phytoplankton diversity for Water Quality Indicators at Kampung Gisi, Teluk Bintan,

Bintan regency

Endang Suryanti,

Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

Winny Retna Melani, S.P., M.Sc.

Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

Tri Apriadi, S.Pi., M.Si.

Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

ABSTRACT

Changes to water quality can be evaluated from the diversity and composition of phytoplankton.

The existence of phytoplankton in the waters can provide information regarding the state of the

waters. water condition based on the value of diversity index, uniformity, and dominance of

phytoplankton. This research was conducted in July-September 2016 in the waters of Kampung Gisi,

Teluk Bintan, Bintan regency using random sampling method. Of phytoplankton which consists of

18 species was noted that the composition of the highest on the type of Chaetoceros decipiens were

also included into the composition class Bacillariophyceae reached 54.42%. Total abundance of

phytoplankton in the waters of Kampung Gisi classified as moderate with an abundance average of

1380 ind / L. Diversity index is low, the uniformity index is high, and the dominance index is low.

Uniformity index values are high and low dominance index, but lower diversity that characterizes

the condition of waters in a state slightly distorted so that the stability of the community of

phytoplankton also uninterrupted views of the value of diversity is low.

Keywords: Phytoplankton, Biodiversity, Kampung Gisi

Page 3: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan

I. PENDAHULUAN

Perubahan terhadap kualitas

perairan dapat ditinjau dari kelimpahan dan

komposisi fitoplankton. Keberadaan

fitoplankton di suatu perairan dapat

memberikan informasi mengenai keadaan

perairan. Fitoplankton merupakan parameter

biologi yang dapat dijadikan indikator untuk

mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan

suatu perairan (bioindikator). Fitoplankton

juga merupakan penyumbang oksigen

terbesar di dalam perairan karena peranan.

Fitoplankton sebagai pengikat awal energi

matahari. Dengan demikian keberadaan

fitoplankton dapat di jadikan indikator

kualitas perairan yakni gambaran tentang

banyak atau sedikitnya jenis fitoplankton

yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang

sedang blooming dapat memberikan

gambaran mengenai keadaan perairan yang

sesungguhnya (Melati, 2005).

Fitoplankton merupakan plankton

tumbuhan yang sangat penting di perairan

karena sebagai penghubung dengan

organisme laut yang lebih tinggi tingkatannya

pada rantai makanan. Keberadaan

fitoplankton di perairan sangat dibutuhkan

bagi zooplankton. Adanya fitoplankton di

perairan dapat mengindikasikan ketersediaan

makanan bagi organisme laut yang terdapat

di perairan serta dapat memberikan gambaran

tentang daya dukung perairan untuk

menunjang kehidupan organisme laut

lainnya.

Wilayah pesisir Kampung Gisi

merupakan wilayah yang terletak di Desa

Tembeling Kabupaten Bintan dengan luas

wilayah desa 20,2 km², yang memiliki zona

litoral yang sangat luas dan daerah yang

paling mudah berinteraksi dengan aktifitas

manusia. Daerah ini merupakan wilayah

peralihan antara ekosistem perairan dan

ekosistem daratan. Pada sekitaran perairan ini

banyak pemukiman penduduk yang

memberikan limbah ke dalam perairan.

Masuknya limbah tersebut ke dalam perairan

akan memyebabkan perubahan-perubahan

kualitas perairan dan mengganggu kehidupan

biota laut seperti fitoplankton di perairan

tersebut. Perairan ini sangat di pengaruhi oleh

unsur biotik maupun abiotik yang sangat

berkaitan sehingga menjadi suatu fungsi

ekosistem perairan. Masyarakat sekitaran

perairan ini mempergunakan perairan ini

sebagai aktifitas tempat mencari ikan.

Fitoplankton merupakan salah satu

biota laut yang memiliki peranan bagi suatu

perairan karena sebagai produsen bagi

produsen primer perairan, plankton juga

memegang peranan kunci sebagai gambaran

kesuburan suatu perairan serta dapat

menyebabkan perubahan kualitas perairan

dan mengganggu kehidupan biota laut seperti

fitoplankton di perairan tersebut. Dengan

demikian perlu dilakukan penelitian tentang

Keragaman Fitoplankton Sebagai Indikator

Kualitas Perairan Kampung Gisi Kecamatan

Teluk Bintan, Kabupaten Bintan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Fitoplankton adalah organisme yang

hidup melayang-layang di dalam air, relatif

tidak memiliki daya gerak, sehingga

eksistensinya sangat dipengaruhi oleh

gerakan air seperti arus, dan lain-lain (Odum,

1971). Menurut Reynolds (1984),

fitoplankton yang hidup di air tawar terdiri

dari tujuh kelompok besar filum, yaitu:

Cyanophyta (alga biru), Cryptophyta,

Chlorophyta (alga hijau), Chrysophyta,

Pyrrhophyta (dinoflagellates),

Raphydophyta, dan Euglenophyta. Setiap

jenis fitoplankton yang berbeda dalam

kelompok filum tersebut mempunyai respon

yang berbeda-beda terhadap kondisi perairan,

sehingga komposisi jenis fitoplankton

bervariasi dari satu tempat ke tempat lain

(Welch, 1952). Keberadaan plankton di

perairan mengalir dipengaruhi oleh

lingkungan sungai yang seringkali

komposisinya berubah yang berkaitan

dengan pergerakan air, kekeruhan, suhu, dan

nutrien (Hynes, 1972).

Hunter (1970) dalam Basmi (1988)

juga mengungkapkan bahwa melimpahnya

fitoplankton di suatu perairan berkaitan

dengan pemanfaatan unsur hara dan radiasi

sinar matahari. Selain itu, suhu, lingkungan,

dan pemangsaan oleh zooplankton juga ikut

berperan. Besar kecilnya konsentrasi nutrien

sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan itu

sendiri maupun masukan dari luar.

Fitoplankton merupakan tumbuh-

tumbuhan air dengan ukuran yang sangat

kecil dan hidup melayang di dalam air.

Page 4: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan

Fitoplankton mempunyai peranan yang

sangat penting dalam ekosistem perairan,

sama pentingnya dengan peranan tumbuh-

tumbuhan hijau yang lebih tingkatannya di

ekosistem daratan. Fitoplankton juga

merupakan produsen utama zat-zat organik

dalam ekosistem perairan, seperti tumbuh-

tumbuhan hijau yang lain. Fitoplankton

membuat ikatan-ikatan organik sederhana

melalui fotosintesa (Hutabarat dan Evans,

1986).

Fitoplakton dikelompokkan dalam 5

divisi yaitu: Cyanophyta, Crysophyta,

Pyrrophyta, Chlorophyta dan Euglenophyta

(hanya hidup di air tawar), semua kelompok

fitoplankton ini dapat hidup di air laut dan air

tawar kecuali Euglenophyta (Sachlan, 1982).

Fitoplankton yang dapat tertangkap dengan

planktonet standar adalah fitoplankton yang

memiliki ukuran ≥ 20 µm, sedangkan yang

biasa tertangkap dengan jarring umumnya

tergolong dalam tiga kelompok utama yaitu

diatom, dinoflagellata dan alga biru (Nontji,

1993).

Fitoplankton dapat ditemukan di

beberapa jenis perairan, yaitu laut, danau,

sungai, kolam dan waduk. Fitoplankton dapat

hidup di berbagai kedalaman, asalkan masih

terdapat cahaya matahari yang mencukupi

untuk melakukan fotosintesis (Fachrul,

2007). Sifat khas fitoplankton menurut

(Nontji 1974 dalam Fachrul 2007) adalah

mampu berkembang secara berlipat ganda

dalam waktu yang relatif singkat, tumbuh

dengan kerapatan tinggi, melimpah dan

terhampar luas. Fitoplankton memperoleh

energi melalui proses yang dinamakan

fotosintesis, sehingga harus berada pada

bagian permukaan permukaan (disebut

sebagai zona euphotik) laut, danau atau

perairan lainnya.

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan

Juli-September 2016 di Perairan Kampung

Gisi, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten

Bintan. Analisis sampel dilakukan di

Laboraturium Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali

Haji.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian pada penelitian

ini meliputi pengumpulan data, penentuan

titik sampling, pengambilan sampel

fitoplankton, pengukuran dan analisis data.

1. Pengumpulan data

Perosedur pengumpulan data dalam

penelitian ini yaitu berupa data primer dan

data sekunder. Data primer merupakan data

yang langsung didapatkan oleh peneliti di

lokasi penelitian, seperti data fitoplankton

dan data kualitas perairan. Sedangkan data

sekunder merupakan data pendukung yang

diperoleh dari lembaga / instansi terkait.

2. Penentuan Titik Sampling

Penentuan titik sampling dalam

pengambilan sampel dilakukan setelah

peninjauan langsung ke lokasi penelitian

survei awal. Untuk mendapatkan data yang

diharapkan sehingga mewakili daerah yang

diteliti maka penentuan pengambilan titik

sampling dengan menggunakan metode

random sampling. Metode random sampling

diharapkan dapat mewakili lokasi sampling

secara keseluruhan.

Penentuaan titik sampling untuk

penelitian ini dengan menggunakan aplikasi

sampling planner (software Arc Gis, 9.0),

sehingga di dapat 31 titik pengambilan

sampling. Peta titik sampling dapat dilihat

pada Gambar.

Gambar. Peta Titik Sampling

3. Pengambilan Sampel

Fitoplankton

Pengambilan fitoplankton di laut

dapat dilakukan secara tegak (kedalaman),

dan mendatar (permukaan) (Fachrul, 2007).

Sampel diambil sesuai dengan titik sampel

yang ditentukan yaitu sebanyak 31 titik dan

akan ditandai koordinatnya dengan

menggunakan GPS. Pengambilan sampel

fitoplankton dilakukan secara vertikal dengan

menggunakan ember yang kemudian di

Page 5: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan

saring menggunakan planktonnet.

Pengambilan sampel dilakukan menyaring

air dimulai dengan kedalaman 0 cm sampai

batas kedalaman secchi disc dengan volume

100 L dengan menggunakan ember ukuran 10

L yang dilakukan pengulangan sebanyak 10

kali.

4. Pengawetan Fitoplankton

Pengawetan ini dimaksudkan untuk

tetap menjaga keutuhan dan bentuk

fitoplankton agar mudah diidentifikasi

(Nontji, 2008). Untuk tetap menjaga

keutuhan diawetkan dengan lugol 4%

selanjutnya diamati dan diidentifikasi di

laboratorium darat.

5. Identifikasi Fitoplankton

Sampel fitoplankton yang telah

diawetkan kemudian diamati di laboratorium

Ilmu Kelautan dan Perikanan UMRAH.

Pengamatan fitoplankton dilakukan dengan

menggunakan mikroskop Nikon Binokuler

dan mikroskop Optima Binokuler dengan

pembesaran 40 - 400 kali. Fitoplankton yang

akan diamati di bawah mikroskop, pertama

diteteskan ke atas gelas objek (object glass)

yang kemudian ditutup dengan gelas penutup

(cover slip) yang tipis (Nontji, 2008).

Identifikasi Fitoplankton dilakukan dengan

menggunakan metode sensus dengan acuan

buku identifikasi. Kemudian jenis

fitoplankton yang diamati difoto dengan

menggunakan kamera digital.

C. Analisis Data

Dari data yang diperoleh kemudian

dilakukan analisis untuk mengukur

kelimpahan fitoplankton, indeks

keanekaragaman, indeks keseragaman

fitoplankton dan indeks dominansi

fitoplankton sebagai berikut :

1. Kelimpahan Fitoplankton

Kelimpahan adalah jumlah individu

plankton per volume air. Penentuan

kelimpahan fitoplankton dilakukan

berdasarkan metode sapuan di atas gelas

objek Segwick Rafter. Kelimpahan

fitoplankton dihitung berdasarkan rumus

(Fachrul, 2007) :

N = n x Vr x 1

Vo Vs

Keterangan :

N = Jumlah Sel/ liter

n = Jumlah sel yang diamati

Vr = Volume air yang tersaring (mL)

Vo = Volume air yang diamati (mL)

Vs = Volume air yang disaring (L)

2. Indeks keanekaragaman (H’)

Untuk mengetahui keanekaragaman

fitoplankton, maka digunakan indeks

keanekaragaman Shannon-Wiener

(Odum,1993 dalam Fachrul 2007) sebagai

pentunjuk pengolahan data sebagai berikut :

H′ = − ∑(𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖)

N

i=1

Keterangan :

H′ = Indeks keanekaragaman

Pi = ni/N

ni = Jumlah individu/spesies

N = Jumlah individu keseluruhan

Kisaran nilai indeks keanekaragaman dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

H’<2,306 = Keanekaragaman rendah

2,306<H’<6,9076 = Keanekaragaman sedang

H’>6,9076 = Keanekaragaman tinggi

3. Indeks Keseragaman (E)

Untuk menghitung keseragaman,

maka digunakan indeks keseragaman

(Odum,1993 dalam fachrul 2007) untuk

menunjukan sebaran fitoplankton dalam

suatu komunitas. Indeks keseragaman juga

dapat dihitung dengan persamaan indeks

Shannon-Wiener sebagai berikut :

𝐸 =H′

𝐻 ′𝑚𝑎𝑥

Dimana :

E = Indeks Keseragaman

H’ = Indeks Keanekaragaman

Hmax = ln S

S = Jumlah genus

Nilai indeks keseragaman berkisar

antara 0-1. Semakin kecil nilai E

menunjukkan semakin kecil pula

keseragaman populasi fitoplankton, artinya

penyebaran jumlah individu tiap genus tidak

sama dan ada kecenderungan bahwa suatu

genus mendominansi populasi tersebut.

Sebaliknya semakin besar nilai E, maka

populasi menunjukkan keseragaman, yaitu

bahwa jumlah individu setiap genus dapat

Page 6: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan

dikatakan sama atau jauh berbeda (Odum,

1993).

4. Indeks Dominansi (C)

Indeks Dominansi dihitung dengan

menggunakan rumus indeks dominanasi

daroi Simpson (Odum, 1993) sebagai berikut

:

C = ∑ (ni

N)

2s

i=1

Keterangan :

C = Indeks dominansi Simpson

ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu

S = Jumlah genus

Nilai C berkisar antara 0 nilai C

mendekati 0 berarti hampir tidak ada individu

yang mendominansi dan biasanya diikuti

dengan nilai E yang besar (mendekati 1),

sedangkan apabila nilai C mendekati 1 berarti

terjadi dominansi jenis tertentu dan dicirikan

dengan E lebih kecil atau mendekati 0.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kampung Gisi adalah suatu wilayah

yang termasuk kedalam wilayah administrasi

Desa Tembeling dengan luasan wilayah

mencapai 20,2 km2. Jarak dari pusat kota

Tanjungpinang adalah sekitar 16 km. Kondisi

iklim di wilayah ini temasuk kedalam

wilayah beriklim tropis dengan suhu udara

rata-rata berkisar 25-30oC. Ketinggian

wilayahnya berada pada kemiringan 32oC

dengan kondisi iklim terdiri dari 2 musim,

yakni musim hujan dan musim kemarau.

B. Komunitas Fitoplankton di

Perairan Kampung Gisi

1. Identifikasi Jenis Fitoplankton di

Perairan Kampung Gisi

Jenis-jenis fitoplankton yang

dijumpai di perairan Kampung Gisi berbagai

macam jenisnya dan tergolong dari berbagai

kelompok. Kelompok-kelompok tersebut

dibedakan menurut kelasnya sesuai yang

tertera pada buku identifikasi. Kelompok

kelas fitoplankton yang dijumpai di perairan

Kampung Gisi dapat dilihat pada Tabel.

Tabel. Jenis fitoplankton yang dijumpai

menurut kelompok kelas.

Kelas Jenis

Kelimpahan (Sel/L)

Bacillariophyceae

Bacteriastrum elongatum 360

Biddulphia aurita 60

Cerataulina bergonii 60

Chaetoceros decipiens 23280

Cocconeis costata 780

Corethron hystrix 1140

Fragilaria crotonensis 300

Rhizosolenia sp. 240

Synedra sp. 12180

Tabellaria sp. 660

Uroglena sp. 660

Coscinodiscophyceae

Coscinodiscus rothu 540

Stephanodiscus niagarae 120

Zygnematophyceae

Gonatozygon kinahani 1920

Hyalotheca dissiliens 60

Dinophyceae Karenia brefish 120

Flavobacteria Melosira sp. 240

Chlorophyceae Pachycladon umbrinus 60

Sumber data : Hasil Analisis (2016)

Jenis-jenis fitoplankton di perairan

Kampung Gisi terdiri dari 18 spesies dengan

tergolong kedalam 6 kelas fitoplankton.

Kelas yang paling banyak di tempati oleh

jenisnya adalah kelas Bacillariophyceae

dengan jumlah sebanyak 11 jenis. Kemudian

pada kelas Coscinodiscophyceae dan

Zygnematophyceae yang masing-masing

memiliki 2 jenis di dalam kelasnya. Untuk

kelas Dinophyceae, Flavobacteria, dan

Chlorophyceae masing-masing terdiri dari 1

jenis fitoplankton.

Kelas yang memiliki jenis terbanyak

adalah kelas Bacillariophyceae yang

menandakan bahwasanya kelas ini memang

umumnya dijumpai di perairan laut dan

memiliki sistem adaptasi yang baik terhadap

berbagai kemungkinan perubahan faktor

lingkungan perairan. Sebagai buktinya adalah

kelas ini mampu bertahan hidup dan

berkembang baik pada perairan Kampung

Gisi yang terpapar berbagai aktivitas berupa

permukiman, transportasi kapal yang

menghasilkan buangan minyak, penimbunan

Page 7: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan

untuk pembangunan jembatan. Jika melihat

penelitian yang dilakukan oleh Widianingsih,

dkk. (2007) di perairan laut Bangka bahwa

kelas Bacillariophyceae juga dominan

dengan jumlah jenis mencapai 15 spesies,

yang berasumsi bahwa pada kelas

Bacillariophyceae mampu beradaptasi baik

dengan perubahan faktor lingkungan

diantaranya nutrien, salinitas, dan penetrasi

cahaya.

Dari sumber lain yaitu penelitian

yang dilakukan oleh Wulandari (2009)

diketahui bahwa komposisi jenis fitoplankton

yang ditemukan selama pengamatan

didominasi oleh kelas Bacillariophyceae

(diatom) dengan komposisi kelas

Bacillariophyceae mencapai 53,19 % hingga

67,57 %. Menurutnya hal ini disebabkan

karena kelas Bacillariophyceae mampu

menyesuaikan diri dengan kondisi

lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan

kelas lainnya. Menurut Arinardi dkk. (1997)

dalam Wulandari (2009) menyimpulkan

bahwa kelas Bacillariophyceae lebih mampu

beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang

ada, kelas ini bersifat kosmopolitan serta

mempunyai toleransi dan daya adaptasi yang

tinggi.

Tingginya komposisi kelas

Bacillariophyceae juga dipengaruhi oleh

adanya peningkatan kandungan nitrat dan

fosfat diperairan Kampung Gisi.

Meningkatnya kandungan nitrat dan fosfat

akan dimanfaatkan oleh fitoplankton kelas

Bacillariophyceae untuk tumbuh kembang.

Diketahui bahwa ciri-ciri fitoplankton pada

kelas Bacillariophyceae berbentuk rantai

yang panjang sehingga memungkinkan jenis

ini untuk lebih banyak menyerap bahan

organik sehingga komposisinya lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas lainnya.

2. Komposisi Fitoplankton di

Perairan Kampung Gisi

Komposisi fitoplankton dianalisis

berdasarkan jenis-jenis yang ditemukan

sehingga diperoleh nilai dalam persentase

(%) jenis mana yang paling banyak dijumpai

di perairan Kampung Gisi yang dapat dilihat

secara lengkap pada Gambar.

Gambar. Komposisi Jenis Fitoplankton

Komposisi jenis fitoplankton yang

terdiri atas 18 spesies tercatat bahwa

komposisi tertinggi terjadi pada jenis

Chaetoceros decipiens yang juga termasuk

kedalam kelas Bacillariophyceae dengan

komposisi mencapai 54,42%. Sedangkan

terendah pada jenis Biddulphia Aurita,

Cerataulina Bergonii, Hyalotheca dissiliens,

dan Pachycladon umbrinus yang

komposisinya hanya sebesar 0,14%. Jika

melihat dari gambaran umum jenis

fitoplankton Chaetoceros decipiens sangat

memungkinkan jika komposisinya paling

tinggi, jenis ini secara umum bentuknya

seperti rantai dengan satu inti sel pada setiap

rantainya membentuk rantai panjang yang

dapat membelah diri menjadi organisme

baru. Dengan sistem rantai panjang ini, jenis

Chaetoceros decipiens memungkinkan

mendapatkan asupan nutrien yang juga lebih

banyak karena bagian dari tubuhnya dapat

menempati area yang lebih luas.

Menurut Hallegraef (1993) dalam

Thoha (2007) menyebutkan bahwa jenis

fitoplankton Chaetoceros sp. berbentuk valva

bersudut 4 atau 6, jarang berbentuk elips.

Ukuran lebar sel bervariasi antara 18 – 60

µm. Setae muncul dari sudut-sudut bagian

apikal sel dengan bagian dasar setae yang

pendek dan kokoh. Setae ini menonjol keluar

dengan arah agak diagonal. Setae dari ujung

sel ujung bawah rantai berukuran lebih

pendek, seringkali lebih tebal, mula-mula

mengarah ke samping, kemudian sejajar

dengan sumbu rantai. jenis ini umum

dijumpai di perairan laut.

Melimpahnya Chaetoceros

decipiens di duga karena kandungan nitrat

dan fosfat yang cukup tinggi sehingga akan

mendukung jenis ini untuk tumbuh. Namun

Bacteriastrum

elongatum, 0.84

Biddulphia Aurita, 0.14

Cerataulina Bergonii, 0.14

Chaetoceros decipiens,

54.42

Cocconeis costata, 1.82

Corethron hystrix, 2.66

Coscinodiscus Rothu, 1.26

Fragilaria Crotonensis,

0.70

Gonatozygon kinahani, 4.49

Hyalotheca dissiliens, 0.14

Karenia Brefish, 0.28

Melosira, 0.56

Pachycladon umbrinus, 0.14

Rhizosolenia, 0.56

Stephanodiscus Niagarae, 0.28

Synedra, 28.47

Tabellaria, 1.54

Uroglena, 1.54

Page 8: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan

dengan pertumbuhannya yang kian

bertambah banyak, mengkawatirkan akan

terjadi blomming alga sehingga juga akan

mempengaruhi kestabilan ekosistem. Jenis

Chaetoceros decipiens juga berlimpah

karena pada perairan Kampung Gisi

merupakan perairan tenang, pada alur sungai

dan area muara sehingga keberadaannya

lebih stabil karena arus yang lemah dan

tenang.

3. Kelimpahan Jenis Fitoplankton

di Perairan Kampung Gisi

Perhitungan kelimpahan jenis

fitoplankton di perairan Kampung Gisi

dilakukan dengan menggunakan mikroskop

dengan mengugunakan metode sensus. Hasil

perhitungan kelimpahan jenis fitoplankton

secara keseluruhan pada sebanyak 31 titik

sampling disajikan seperti pada Gambar .

Gambar. Kelimpahan Jenis Fitoplankton di

Kampung Gisi

Kelimpahan total fitoplankton untuk

seluruh titik sampling berkisar antara 120

ind/L hingga 4740 ind/L dengan rata-rata

kelimpahan sebesar 1380 ind/L. Soegianto

(1994) dalam Madinawati (2010)

menyatakan bahwa kelimpahan dengan nilai

< 1.000 ind/L termasuk rendah, kelimpahan

antara 1.000 – 40.000 ind/L tergolong

sedang, dan kelimpahan > 40.000 ind/L

tergolong tinggi. Jika mengacu pada sumber

tersebut maka kondisi kelimpahan total

fitoplankton di perairan Kampung Gisi

tergolong sedang dengan kelimpahan rata-

rata sebesar 1380 ind/L. Kondisi kelimpahan

yang tinggi ini dikeranakan secara umum

perairan Kampung Gisi belum memiliki

banyak aktivitas yang merusak dan area

ekosistem mangrovenya masih baik dan

kerapatannya tinggi. Perairan Kampung Gisi

pada area penelitian merupakan perairan

muara dengan ciri perairan berarus tenang.

Dengan kondisi arus yang tenang ini, sangat

mendukung fitoplankton untuk berkembang

biak karena tidak mudah terbawa arus yang

kencang. Dari kondisi tersebut maka

kelimpahan fitoplankton termasuk kedalam

kelimpahan yang sedang.

Morfologi atau bentuk perairan

Kampung Gisi yang memiliki arus lemah

juga membuat kandungan nutrien yang

terkandung di dalam perairan akan bertahan

lama di badan air sehingga dapat

dioptimalkan oleh fitoplankton. Jika arus

kuat, maka bahan-bahan organik berupa

nutrien akan dengan mudah terbawa oleh arus

(Nontji, 2007). Selain itu, kelimpahan

fitoplankton yang tinggi juga didukung

dengan adanya hutan mangrove yang luas

yang tentunya akan menghasilkan bahan

organik berupa serasah yang

dihancurkan/diurai oleh bakteri dan

kemudian menjadi bahan organik yang dapat

dimanfaatkan oleh kelompok hewan

fitoplankton.

Menurut Barus (2004) dalam

Siregar (2009), nutrien merupakan bentuk

nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh

organisme fitoplankton, alga yang digunakan

untuk pertumbuhan dan perkembangan sel.

Sehingga dari kandungan nutrien tersebut

akan dimanfaatkan secara optimal untuk

diserap oleh fitoplankton sebagai bahan

makanan. Kelimpahan fitoplankton di

perairan Kampung Gisi masih tergolong baik

karena kelimpahannya tergolong sedang.

Kelimpahan tersebut dipengaruhi oleh

adanya peningkatan kandungan nitrat dan

fosfat yang tinggi dapat dimanfaatkan oleh

fitoplanlton untuk tumbuh kembang.

4. Indeks Keanekaragaman,

Keseragaman, dan Dominansi

Fitoplankton di Perairan

Kampung Gisi

Indeks keanekaragaman,

keseragama, dan dominansi di perairan

Kampung Gisi dianalisis untuk setiap titik

sampling dan hasil dipaparkan secara lengkap

seperti pada Tabel.

Tabel. Indeks Keanekaragaman,

Keseragaman, dan Dominansi

Indeks Kisaran

Rata-

rata Kategori

Keanekaragaman 0 – 1,58 0,82 Rendah

Keseragaman 0 - 1,0 0,68 Tinggi

Dominansi 0,22 - 1,0 0,54 Rendah

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Kel

imp

ahan

(se

l/L)

Titik Sampling

Page 9: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan

Pada Tabel dapat dilihat bahwa

indeks keanekaragaman fitoplankton di

perairan Kampung Gisi berkisar antara 0 –

1,58 untuk indeks keseragaman kisaran

nilainya antara 0 – 1, dan untuk indeks

dominansi diperoleh hasil kisaran 0,22 – 1.

Diantaranya keanekaragaman dan

keseragaman terendah terjadi pada titik 4 dan

titik 5. Sedangkan indeks keanekaragaman

tertinggi terjadi pada titik 1 dan indeks

keseragaman tertinggi terdapat pada titik 16.

Untuk indeks dominansi tertinggi pada titik 3

dan titik 4, sedangkan terendah terdapat pada

titik 13.

Nilai indeks keanekaragaman rata-

rata untuk keseluruhan titik sampling sebesar

0,82. Kisaran H’<2,306 keanekaragaman

tergolong rendah, 2,306<H’6,9076

keanekaragaman tergolong sedang,

H’>6,9076 keanekaragaman tergolong

tinggi. Melihat dari hasil penelitian, bahwa

indeks keanekaragaman tergolong dengan

nilai keanekaragaman yang rendah meskipun

jenis-jenis yang dijumpai sebanyak 18

spesies. Dengan demikian kondisi perairan

mengalami gangguan sehingga

keanekaragaman jenis fitoplanktonnya

tergolong kecil.

Menurut Handayani dan Tobing

(2008), kualitas perairan yang buruk akan

menyebabkan keanekaragaman jenis

fitoplankton semakin kecil, karena semakin

sedikit jenis yang dapat toleran dan

beradaptasi terhadap kondisi perairan

tersebut. Berdasarkan perbedaan daya

toleransi dan kemampuan adaptasi jenis-jenis

fitoplankton terhadap habitatnya, maka

kelimpahan dan keanekaragaman

fitoplankton dapat dijadikan untuk menilai

kualitas suatu perairan. Nilai indeks

diversitas dan equitabilitas yang tinggi

merupakan cerminan dari terjaganya

keseimbangan lingkungan perairan. Hal ini

terjadi karena kondisi lingkungan perairan

masih cukup baik sehingga masih dapat

ditolerir oleh berbagai jenis fitoplankton.

Untuk kedua indeks yang lain, yakni

indeks keseragaman jenis fitoplankton rata-

rata sebesar 0,68 sedangkan indeks

dominansi rata-rata sebesar 0,42. Indeks

keseragaman kurang dari 0,4 maka ekosistem

tersebut berada dalam kondisi tertekan dan

mempunyai keseragaman rendah. Jika indeks

keseragaman antara 0,4 sampai 0,6 maka

ekosistem tersebut pada kondisi kurang stabil

dan mempunyai keseragaman sedang. Nilai

indeks dominansi berkisar antara 0-1.

Semakin besar nilai indeks semakin besar

kecenderungan salah satu spesies yang

mendominasi (Fachrul, 2007).

Dengan demikian nilai indeks

keseragaman tergolong tinggi artinya jumlah

atau selisih jumlah antara jenis tidak berbeda

jauh/seragam, sedangkan indeks dominansi

tergolong kecil yang artinya tidak ada jenis

fitoplankton yang mendominansi. Menurut

Handayani dan Tobing (2008), nilai indeks

keseragaman yang tinggi menunjukkan

bahwa, tidak terdapat satu jenis pun

fitoplankton yang mendominasi; artinya

penyebaran kelimpahan masing-masing jenis

fitoplankton sebagai suatu komunitas adalah

relatif merata (sama) namun sebaliknya, jika

nilai indeks keseragaman rendah, maka ada

suatu jenis yang dominan.

Dari hasil pengukuran nilai indeks

dominansi, maka tergolong dominansi yang

rendah, namun mendekati tinggi dengan nilai

0,54. Dengan demikian mencirikan, adanya

peningkatan suatu jenis fitoplankton yakni

Chaetoceros decipiens yang dikhawatirkan

akan terjadinya dominansi jenis ini.

Blooming alga dapat terjadi mengingat

kandungan nutrient cukup mendukung dan

melebihi baku mutu yang ditentukan.

C. Parameter Perairan di Perairan

Kampung Gisi

1. Suhu

Berdasarkan pengukuran suhu di

perairan Kampung Gisi diperoleh hasil rata-

rata suhu sebesar 28,9 oC dengan suhu

terendah 28,7 oC dan tertinggi 29,3 oC.

berdasarkan Kepmen LH No. 51 (2004)

bahwa suhu yang baik untuk kehidupan biota

perairan adalah 28 – 32 oC pada sekitar

perairan di area mangrove. Namun lebih

lanjut bahwa kisaran optimal suhu untuk

kehidupan organisme plankton umumnya

adalah berkisar antara 20 – 30 oC meskipun

ada beberapa jenis plankton yang masih dapat

hidup pada suhu hingga 90 oC (Odum, 1998

dalam Nontji, 2008). Dengan demikian, suhu

perairan masih layak untuk kehidupan

fitoplankton.

Suhu perairan kampung Gisi masih

layak untuk kehidupan fitoplankton sehingga

kelimpahan jenis fitoplanktonnya tergolong

Page 10: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan

sedang dengan nilai keseragaman jenis yang

tergolong tinggi.

2. Salinitas

Berdasarkan Gambar 6 didapatkan

hasil pengukuran salinitas dengan rata-rata

sebesar 23,45 ‰ dengan kisaran salinitas

antara 22 -26 ‰. menurut KEPMEN LH

(2004) bahwa kisaran salinitas yang baik bagi

pertumbuhan biota laut adalah 30-34 ppt.

Dengan demikian salinitas pada lokasi

penelitian lebih rendah dibandingkan dengan

baku mutu. Salinitas laut terbuka umumnya

hanya berkisar antara 33-37 ‰ tergantung

dari seberapa besar proses evaporasi dan

curah hujan yang terjadi (Royce,1973 dalam

Effendi, 2003).

Sedangkan kondisi salinitas yang

tergolong rendah dipengaruhi oleh kondisi

wilayah yang terletak di bagian muara hingga

masuk ke aliran sungai, sehingga salinitasnya

lebih rendah karena adanya pengaruh

pencampuran dan pengadukan sumber-

sumber air tawar dari sungai maupun dari

aliran-aliran daratan. Umumnya pada area

muara kondisi salinitas mengalami

fluktuasi/perubahan dari waktu ke waktu,

kondisi ini tentunya akan mengakibatkan

kondisi lingkungan yang berubah-ubah

sehingga jenis-jenis fitoplankton yang hidup

di wilayah ini adalah jenis yang memiliki

toleransi yang tinggi terhadap perubahan

salinitas. Dengan demikian

kaeanekaragaman jenis fitoplankton

tergolong rendah dengan hanya 18 jenis saja,

jika dibandingkan dengan jenis-jenis

fitoplankton di perairan laut yang lebih

banyak karena lebih stabil/cenderung tidak

berubah-ubah secara signifikan.

Salinitas yang rendah mungkin

dapat memberikan pengaruh yang besar

terhadap jenis-jenis fitoplankton yang hidup

pada area tersebut. Jenis-jenis fitoplankton

yang dijumpai adalah jenis yang memiliki

kisaran toleransi yang luas terhadap

perubahan salinitas, mengingat lokasi

penelitian adalah area muara hingga alur

sungai yang memungkinkan terjadinya

campuran air tawar yang berasal dari aliran

sungai. Dengan demikin hanya sebagian jenis

yang mampu bertahan hidup sehingga nilai

keanekaragamannya tergolong rendah.

3. Kecerahan

Kecerahan perairan yang didapatkan

rata-rata sebesar 166 cm (1,6 meter) dengan

kisaran kecerahan antara 139,5 – 205,5 cm

(1,4 – 2 meter). Jika mengacu pada Kepmen

LH No. 51 (2004) maka kecerahan yang baik

untuk kehidupan biota akuatik adalah > 3

meter, dengan demikian kondisi perairan

Kampung Gisi memiliki tingkat kecerahan

yang rendah. Kecerahan yang rendah

mencirikan perairan yang keruh dan akan

berdampak pada penetrasi cahaya matahari

yang masuk ke perairan.

Pada perairan Kampung Gisi yang

kecerahannya rendah dipengaruhi oleh faktor

substrat yang diketahui secara visual

berbentuk lumpur sehingga terlarut dalam air

yang menimbulkan kecerahan yang rendah.

Sama halnya dengan pendapat Nyabakken

(1992) dalam bahwasanya semakin banyak

volume air maka partikel-partikel tersuspensi

semakin sedikit sehingga tidak menghalangi

cahaya yang masuk ke kolom perairan, hal ini

disebabkan oleh lokasi pengukuran dekat

dengan perairan dangkal sehingga padatan

tersuspensi dapat menghalangi cahaya yang

akan masuk ke perairan.

Kecerahan yang rendah pada lokasi

penelitian disebabkan oleh tipikal substrat

dasar perairan Kampung Gisi yang bertkstur

lumpur sehingga pengadukan yang terjadi

akan meningkatkan kekeruhan perairan dan

akan menghambat penentrasi cahaya.

Penetrasi cahaya yang berkurang akan

berpengaruh pada kelimpahan jenis yang

rendah karena fotosintesis tidak dapat terjadi

secara optimal. Kecerahan yang rendah

mengakibatkan kelimpahan dan

keanekaragaman jenis fitoplankton di

Kampung Gisi tidak tergolong tinggi.

4. Arus

Arus perairan Kapung Gisi berada

pada kisaran 0,04 – 0,08 m/detik dengan nilai

rata-rata 0,06 m/detik. Bila melihat dari rata-

rata, arus di perairan Kampung Gisi tergolong

rendah/lemah. Arus yang lemah sangat

mendukung kehidupan plankton khusunya

fitopalnkton karena lebih stabil keadaannya,

sehingga dapat lebih cepat berkembang biak.

Seperti yang diketahui bahwa kelimpahan

fitoplankton di perairan Kampung Gisi

tergolong sedang meskipun

keanekaragamnnya rendah. Kecepatan arus

air dari suatu badan air ikut menentukan

Page 11: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan

penyebaran organisme yang hidup di badan

air tersebut. Penyebaran plankton, baik

fitoplankton maupun zooplankton ditentukan

oleh aliran air. Tingkah laku hewan air juga

ikut ditentukan oleh aliran air. Selain itu,

aliran air juga ikut berpengaruh terhadap

kelarutan udara dan garam-garam dalam air,

sehingga secara tidak langsung akan

berpengaruh terhadap kehidupan organisme

air (Suin, 2002 dalam Iswandi, 2016).

Arus yang lemah pada perairan

Kampung Gisi di pengaruhi oleh tipikal

perairan yang tenang karena terletak pada

area muara sungai menuju alur sungai.

Pengamatan dilakukan pada saat kondisi air

pasang sehingga arusnya lebih lemah dan

akan mendukung terjadinya fotosintesis

fitoplankton. Arus yang lemah akan sangat

mendukung kehidupan fitoplankton karena

kelompok fitoplankton cenderung hidup

mengikuti arus, sehingga pada arus yang kuat

kondisi fitoplankton tidak stabil.

5. Derajat Keasaman

Pengukuran derajat keasaman

perairan Kampung Gisi rata-rata sebesar 6,97

dengan kisaran keasaman perairan antara

6,15 – 7,65. Jika mengacu pada KEPMEN

LH (2004) bahwa nilai keasaman perairan

yang baik bagi biota perairan adalah pada

kisaran 7-8,5. Derajat keasaman perairan

Kampung Gisi tergolong rendah (kondisinya

cenderung ke arah asam) akan tetapi belum

berdampak pada kelimpahan jenis

fitoplanktonnya namun hanya

keanekaragamannya yang rendah. Namun

jika menurut pendapat Effendi (2003) bahwa

perairan yang produktif dan ideal bagi

kehidupan biota akuatik adalah yang pH nya

berkisar 6,5-8,5.

Keasaman perairan kampung Gisi

tegolong rendah atau kondisi yang asam

sehingga nilainya dibawah baku mutu yang

ditetapkan. Kondisi PH yang asam, karena

penelitian yang dilakukan pada area yang

dekat dengan mangrove. Pada akar mangrove

tejadinya pengasaman yang terjadi pada

substrat oleh adanya aktifitas bakteri

sehingga kondisi keasaman perairan lebih

tinggi. dengan demikian, nilai

keanekaragamannya tergolong rendah,

artinya hanya ada sebagian jenis fitoplankton

saja yang mampu untuk bertahan hidup pada

kondisi dengan kadar keasaman rendah.

6. Oksigen terlarut

Hasil pengukuran oksigen terlarut di

perairan di dapatkan hasil rata-rata sebesar

5,48 mg/L dengan kisaran antara 5,1 – 6,8

mg/L. Menurut Kepmen LH No.51 (2004)

bahwa nilai baku mutu oksigen terlarut yang

sesuai untuk kehidupan biota laut berkisar

(>5) mg/L. dengan demikian nilai oksigen

terlarut masih baik bagi kehidupan plankton

di perairan Kampung Gisi. Sesuai dengan

pendapat Effendi (2003) bahwa sumber

oksigen di perairan merupakan kadar

oksigen alami yang berada dari difusi

atmosfer dan dari hasil fotosintesis.

Kandungan oksigen terlarut

melebihi baku mutu, dikarenakan pada siang

hari melalui proses fotosintesis fitoplankton

akan menghasilkan oksigen yang dapat

dimanfaatkan oleh organisme akuatik

lainnya. Namun pada malam hari, kebutuhan

oksigen akan meningkat karena fitoplankton

juga akan memanfaatkan oksigen untuk

proses pertumbuhannya.

7. Nitrat dan Fosfat

Dilihat dari nilai kandungan nitrat di

perairan Kampung Gisi berkisar antara 0,6 –

1,70 mg/L dengan rata-rata kandungan nitrat

sebesar 0,98 mg/L. Bila mengacu pada

Kepmen LH (2004) baku mutu nitrat

diperairan 0,008 mg/L. Dengan demikian,

kandungan nitrat di perairan Kampung Gisi

malebihi baku mutu bagi kehidupan

fitoplankton karena melebihi baku mutu yang

diharapkan sehingga asupan bahan organik

bagi pertumbuhan dan kehidupan

fitoplankton bukan saja terpenuhi, namun

berlebihan. Dari hasil yang didapatkan bahwa

kandungan nitrat tertinggi terjadi pada titik 6,

namun jika dilihat dari kelimpahan

fitoplakton justru yang tinggi terjadi pada

titik 14 dengan nilai kelimpahan 4740 sel/L

kandungan nitratnya sebesar 0,7 mg/L.

Diasumsikan bahwa senyawa nitrat dapat

berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang

terjadi di perairan Kampung Gisi dan dapat

menyebar keseluruh badan perairan karena

adanya arus.

Meningkatnya kandungan nitrat

diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan

permukiman yang terdapat sekitar bibir

sungai yang akan dibawa arus menuju

kawasan muara sehingga terjadi penumpukan

bahan organik pada muara sungai. Kondisi ini

memang akan mendukung kehidupan suatu

Page 12: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan

jenis fitoplankton sehingga jumlahnya

dominan, namun pada kondisi yang ekstrem

akan mengakibatkan terjadinya peningkatan

pertumbuhan (blooming) satu jenis

fitoplankton yang berimbas pada penurunan

kualitas ekosistem dan mengancam

keberlangsungan hidup biota lain. Hal ini bias

saja terjadi mengingat kondisi

keanekaragaman jenis fitoplankton yang

tergolong rendah, namun indeks

dominansinya cenderung mengalami

peningkatan.

Kandungan fosfat pada perairan

Kampung Gisi berkisar antara 0,02 – 0,09

mg/L dengan rata-rata kandungan fosfat

sebesar 0,06 mg/L. Mengacu pada Kep Men

LH (2004) baku mutu fosfat di perairan

adalah senilai 0,015 mg/L. Dengan

demikian, kandungan fosfat di perairan

Kampung Gisi kurang baik bagi kehidupan

fitoplankton karena terlalu tinggi diatas baku

mutu optimal. Dari hasil yang didapatkan

bahwa kandungan fosfat tertinggi terjadi pada

titik 13, namun jika dilihat dari kelimpahan

fitoplakton justru yang tinggi terjadi pada

titik 14 dengan nilai kelimpahan 4740 sel/L

kandungan fosfat sebesar 0,04 mg/L. Namun

diketahui kandungan fosfat sebesar 0,04

mg/L sudah melewati ambang baku mutu

yang ditentukan sehingga kurang baik untuk

mendukung keseagaman jenis fitoplankton.

Kandungan fosfat yang melebihi

baku mutu juga dapat mengakibatkan

terjadinya ledakan pertumbuhan alga

(blooming) suatu jenis fitoplankton yang

ditandai dengan meningkatnya nilai indeks

dominansi jenis. Di perairan Kampung Gisi

diperoleh nilai keseragaman sebesar 0,68 dan

indeks dominansi sebesar 0,54. Indeks

keseragaman pada saat ini memang masih

tergolong tinggi, namun nilai indeks

dominansi cenderung mendekati kondisi

yang tinggi pula (mendekati 1) yang

mencirikan terjadinya peningkatan

pertumbuhan/dominansi suatu jenis

fitoplankton di perairan Kampung Gisi. Jika

hal ini terus berlanjut, maka akan

berpengaruh terhadap kestabilan komunitas

fitoplankton karena terjadi dominansi jenis.

D. Indikator Perairan Berdasarkan

Indeks Ekologi

Nilai indeks keanekaragaman

fitoplankton di perairan Kampung Gisi

tergolong rendah mencirikan bahwa kondisi

lingkungan mengalami gangguan sehingga

berpengaruh terhadap komunitas

fitoplankton. Indeks keanekaragaman

mencirikan adanya perubahan kondisi

lingkungan akibat dari kondisi aktifitas yang

terdapat di sekitar perairan tersebut berupa

permukiman, transportasi serta beberapa

aktivitas lainnya. Nilai indeks keseragaman

memang tergolong tinggi namun mendekati

rendah dengan nilai hanya sebesar 0,68 juga

mencirikan terjadinya perubahan kondisi

lingkungan perairan. Didukung lagi dengan

nilai indek dominansi fitoplankton sebesar

0,54 yang terkatogorikan rendah namun

cenderung ke arah tinggi mencirikan

terjadinya peningkatan dominansi suatu jenis

fitoplankton di perairan Kampung Gisi yang

mengindiksikan terjadinya kerusakan kondisi

lingkungan.

E. Aspek Pengelolaan Kawasan

Perairan

Untuk aspek pengelolaan kawasan

perairan Kampung Gisi dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Upaya Pengelolaan Kawasan

Perairan Kampung Gisi Hasil Penelitian

Aktifitas Pengelolaan

Kelimpahan

fitoplakton tergolong sedang

dan

Keanekaragaman jenis fitoplankton

tergolong rendah

Mengindikasikan

terjadinya perubahan

lingkungan

dengan adanya aktifitas

permukiman

Meningkatkan

kesadaran masyarakat

dengan

memberikan pemahaman

untuk menjaga

lingkungan perairan.

Misalnya

dapat dilakukan

dengan

membuat poster sadar

menggunakan bahasa yang

mudah di

pahami oleh masyarakat.

Kandungan nitrat

dan fosfat yang

terlampau tinggi

Limbah organik

yang dihasilkan

dari limbah permukiman

membuat nilai

kandungan nutrient (nitrat

dan fosfat) tidak

terkontrol di perairan

Memberikan

pengertian dan

informasi yang tepat

berdasarkan

hasil studi yang

dilakukan,

untuk menjaga lingkungan

perairan

dengan membuat

Page 13: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan

tempat

sampah sederhana di

lingkungan

permukiman masyarakat

kampung gisi.

Nilai derajat

keasaman yang tergolong rendah

(dibawah batas

normal)

Terjadi akibat

dari pengomposan

serasah daun

mangrove dan bahan organik

oleh bakteri (area

penelitian terdapat di sekitar

area mangrove)

Pada

umumnya area mangrove

memeng

memiliki nilai keasaman

yang cukup

rendah (asam) yang terjadi

secara alami

akibat dari penguraian

bahan organik.

Yang dapat dilakukan

adalah

memberikan pemahaman

kepada masyarakat

untuk tidak

membuang sampah

organik

maupun anorganik

pada area

mangrove sehingga

penguraian

terjadi secara alami atau

tidak

menambah beban

penguraian.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini

meliputi:

1. Jenis fitoplankton yang terdiri atas

18 spesies tercatat bahwa komposisi

tertinggi terjadi pada jenis

Chaetoceros decipiens yang juga

termasuk kedalam kelas

Bacillariophyceae dengan

komposisi mencapai 54,42%.

2. Kelimpahan total fitoplankton di

perairan Kampung Gisi tergolong

sedang dengan kelimpahan rata-rata

sebesar 1380 ind/L. Indeks

keanekaragaman tergolong rendah,

indeks keseragaman tergolong

tinggi, dan indeks dominansi

tergolong rendah.

3. Nilai indeks keseragaman termasuk

tinggi dan indeks dominansi rendah,

namun keanekaragaman rendah

mencirikan bahwa kondisi perairan

dalam keadaan sedikit terganggu

sehingga kestabilan komunitas

fitoplanktonnya juga terganggu

dilihat dari nilai keanekaragaman

yang rendah.

B. Saran

Dari hasil penelitian mengenai

komunitas fitoplankton di perairan Kampung

Gisi mencirikan bahwa perairan Kampung

Gisi dalam kondisi yang terganggu, sehingga

penulis menyarankan agar bagi masyarakat

sekitar, pemerintah, serta pihak terkait untuk

turut membantu dalam menjaga

keberlangsungan kualitas lingkungan

perairan agar tetap sesuai bagi kehidupan

biota dan organisme akuatik.

DAFTAR PUSTAKA

Arinardi O.H, Sutomo A.B. Yusuf S.A.

Trimaningsih. Elly A.Riyono

S.H 1997. Kisaran

Kelimpahan dan Plankton

Predominan Di Perairan

Kawasan Timur Indonesia.

Jakarta : LIPI. Hlm 19-56

Asriyana dan Yuliana, 2012. Produktivitas

Perairan. Bumi Aksara,

Jakarta.

Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi

Studi Tentang Ekosistem Air

Daratan.USU Press. Medan.

Basmi, J. 1988. Perkembangan Komunitas

Fitoplankton Sebagai

Indikasi Perubahan Tingkat

Kesuburan Kwalitas

Perairan. Jurusan ilmu

Perairan. Fakultas Pasca

Sarjana. Institut Pertanian

Bogor.

Basmi, J. 1999. Planktonologi: Plankton

sebagai Bioindikator Kualitas Perairan.

Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air.

Jurusan Manajemen

Sumberdaya Perairan.

Fakultas Perairan dan

Kelautan . IPB. Bogor.

Page 14: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2016 di Perairan

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi

Pengelolaan Sumberdaya

dan Lingkungan Perairan.

Kaninus. Yogyakarta.

Fachrul. F. M. 2007. Metode Sampling

Bioekologi, Bumi Aksara, Jakarta

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara.

Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Goldman, C. R. dan A. J. Horne. 1983.

Limnology. McGraw Hill

International Book

Company. Barkeley : xvi +

464 hlm.

Hutabarat, S. dan S.M. Evans. 1986. Kunci

Indentifikasi Zooplankton.

Jakarta: Universitas

Indonesia.

Hynes, H.B.N. 1972. The Ecology of Runing

Water. Liverpool University

Press. England.

Melati. 2005. Komunitas Fitoplankton

Sebagai Bio-Indikator

Perairan di Teluk Jakarta.

Seminar nasional MIPA

2005. Depok.

Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk

Penyelidikan Lapangan dan

Laboratorium. UI press,

Jakarta.

Mulia, R. M. 2006. Kesehatan Lingkungan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI Press.

Indonesia

Nontji, A.1993. Laut Nusantara. Penerbit

Djambatan. Jakarta. 79-129

hlm.

Nyabaken, J. W. 1992. Biologi Laut. Suatu

pendekatan Ekologis.

Diterjemahkan oleh M.

ediman, D. G. Bengen, M.

Hutomo dan S. Suharjo.

Gramedia. Jakarta. 402 hal.

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology

3rd edition. W. B. Sounders

Co. Philadepnia.

Odum, P.E. 1993. Dasar-dasar Ekologi,

Edisi Ketiga. Yogyakarta :

UGM Press.

Reynolds, C. S. 1984. The Ecology of

Freshwater Phytoplankton.

Cambridge University Press.

Cambridge.

Romimohtarto Kasijian dan Sri Juwana.

2001. Biologi Laut. Jakarta :

penerbit Djambatan hlm 36-

39.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Semarang :

Fakultas Peternakan dan

Perikanan Universitas

Diponegoro.

Soewignyo, P., H. Siregar, E. Suwandi dan

W. Sumarsini. 1986. Indeks

Mutu Lingkungan Perairan

Ditinjau dari Segi Biologis.

Asisten I Menteri Negara

Kependudukan dan

Lingkungan Hidup. Jakarta.

Welch, P. S. 1952. Limnology. New York :

Mc. Graw Hill Book

Company.

Widianingsih, H. R., Djamali A., dan

Sugestiningsih. 2007.

Kelimpahan dan Sebaran

Horizontal Fitoplankton di

Perairan Pantai Timur Pulau

Belitung. Ilmu Kelautan

UNDIP-Pusat Penelitian

Oseanografi Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia.

Wulandari, Dewi. 2009. Keterikatan Antara

Kelimpahan Fitoplankton

Dengan Parameter Fisika

Kimia Di Estuaria Sungai

Brantas (Porong) Jawa

Timur. Skripsi. Departemen

Manajemen Sumberdaya

Perairan. Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan. IPB.