Keragaan ekspor lada indonesia dan vietnam serta strategi...

6
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Sebagai negara agraris, sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia. Sektor pertanian menyumbang sebesar 13.52 % dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun 2015. Subsektor perkebunan merupakan subsektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi PDB sektor pertanian, dengan distribusi PDB sebesar 3.57% dan laju pertumbuhan PDB subsektor tersebut sebesar 3.54% (BPS 2016). Surplus neraca perdagangan komoditas pertanian dari tahun 2012-2105 diperoleh dari sumbangan subsektor perkebunan yang memiliki nilai neraca perdagangan yang positif (Tabel 1). Adapun persentase kontribusi subsektor ini mencapai 95.61% dari total nilai ekspor komoditas pertanian (Gambar 1). Dengan demikian, subsektor perkebunan merupakan subsektor yang penting dalam pembangunan pertanian Indonesia. Tabel 1 Perkembangan nilai neraca perdagangan komoditas pertanian menurut sub sektor tahun 2012-2015 No Subsektor Nilai neraca perdagangan (USD 000) 2012 2013 2014 2015 1 Pangan -8 147 936 -7 333 101 -7 606 454 -6 577 454 2 Hortikultura -1 265 132 -1 095 439 -1 121 681 -884 094 3 Perkebunan 27 822 088 25 258 458 25 670 495 23 543 475 4 Peternakan -2 298 153 -2 582 212 -3 225 711 -2 490 844 Total 16 110 868 14 247 706 13 716 651 13 591 083 Sumber: Pusdatin Pertanian (2015) Sumber: Pusdatin Pertanian (2015) Gambar 1 Kontribusi subsektor terhadap ekspor sektor pertanian tahun 2015 Salah satu komoditas yang termasuk dalam subsektor perkebunan adalah lada. Lada dijuluki sebagai king of spices karena memiliki kedudukan yang cukup penting dari sisi produksi dan ekspor. Lada memiliki nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan rempah-rempah lainnya. Selain itu, produksi lada di Indonesia juga termasuk salah satu komoditas yang memiliki tingkat produksi yang cukup tinggi 0.76% 2.05% 95.61% 1.58% Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan

Transcript of Keragaan ekspor lada indonesia dan vietnam serta strategi...

  • 1 PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang

    melimpah. Sebagai negara agraris, sektor pertanian merupakan sektor yang penting

    dalam mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia. Sektor

    pertanian menyumbang sebesar 13.52 % dari total produk domestik bruto (PDB)

    Indonesia tahun 2015. Subsektor perkebunan merupakan subsektor yang

    memberikan kontribusi terbesar bagi PDB sektor pertanian, dengan distribusi PDB

    sebesar 3.57% dan laju pertumbuhan PDB subsektor tersebut sebesar 3.54% (BPS

    2016). Surplus neraca perdagangan komoditas pertanian dari tahun 2012-2105

    diperoleh dari sumbangan subsektor perkebunan yang memiliki nilai neraca

    perdagangan yang positif (Tabel 1). Adapun persentase kontribusi subsektor ini

    mencapai 95.61% dari total nilai ekspor komoditas pertanian (Gambar 1). Dengan

    demikian, subsektor perkebunan merupakan subsektor yang penting dalam

    pembangunan pertanian Indonesia.

    Tabel 1 Perkembangan nilai neraca perdagangan komoditas pertanian menurut

    sub sektor tahun 2012-2015

    No Subsektor Nilai neraca perdagangan (USD 000)

    2012 2013 2014 2015

    1 Pangan -8 147 936 -7 333 101 -7 606 454 -6 577 454

    2 Hortikultura -1 265 132 -1 095 439 -1 121 681 -884 094

    3 Perkebunan 27 822 088 25 258 458 25 670 495 23 543 475

    4 Peternakan -2 298 153 -2 582 212 -3 225 711 -2 490 844

    Total 16 110 868 14 247 706 13 716 651 13 591 083

    Sumber: Pusdatin Pertanian (2015)

    Sumber: Pusdatin Pertanian (2015)

    Gambar 1 Kontribusi subsektor terhadap ekspor sektor pertanian tahun 2015

    Salah satu komoditas yang termasuk dalam subsektor perkebunan adalah

    lada. Lada dijuluki sebagai king of spices karena memiliki kedudukan yang cukup

    penting dari sisi produksi dan ekspor. Lada memiliki nilai ekspor yang lebih tinggi

    dibandingkan rempah-rempah lainnya. Selain itu, produksi lada di Indonesia juga

    termasuk salah satu komoditas yang memiliki tingkat produksi yang cukup tinggi

    0.76%2.05%

    95.61%

    1.58%

    Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan

  • 2

    (Gambar 2). Area produksi lada di Indonesia dengan luas sebesar 172 615 ha

    tersebar hampir seluruh perkebunan Indonesia terutama di perkebunan Sumatera,

    Kalimantan, dan Sulawesi. Iklim yang sesuai dan ketersediaan lahan untuk

    penanaman lada di Indonesia merupakan potensi yang dimiliki Indonesia dalam

    memproduksi lada. Oleh karena itu, lada merupakan salah satu komoditas unggulan

    yang dimiliki oleh Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan.

    Sumber: Pusdatin Pertanian (2015)

    Gambar 2 Nilai ekspor dan jumlah produksi beberapa komoditas rempah-rempah

    Indonesia tahun 2012-2015

    Indonesia merupakan salah satu negara produsen dan pengekspor lada

    terbesar di dunia setelah Vietnam. Negara tujuan utama ekspor komoditas lada

    Indonesia adalah Vietnam, Amerika Serikat, Singapura, India, dan Jerman. Adapun

    Vietnam merupakan pasar lada terbesar bagi Indonesia di tahun 2015 dengan

    pangsa ekspor sebesar 39% (Gambar 3). Namun, selain sebagai pasar lada terbesar

    bagi Indonesia, Vietnam merupakan negara pesaing utama Indonesia dalam

    mengekspor lada di pasar internasional. Vietnam menjadi produsen dan pengekspor

    lada terbesar di dunia sejak tahun 2002 dan tetap mempertahankan posisinya hingga

    saat ini (UNComtrade 2016). Dalam hal ini, Indonesia mengekspor sebagian besar

    lada ke Vietnam yang menjadi negara pengekspor lada terbesar di dunia.

    Sumber: Pusdatin Pertanian (2015)

    Gambar 3 Pangsa ekspor lada Indonesia per negara tujuan ekspor tahun 2015

    0

    100000

    200000

    300000

    400000

    500000

    600000

    2012 2013 2014 2015Nila

    i eks

    po

    r (0

    00

    USD

    )

    Lada Pala

    Kayu manis Cengkeh

    Panili

    0

    50000

    100000

    150000

    2012 2013 2014

    Pro

    du

    ksi (

    ton

    )Lada Pala

    Kayu manis Cengkeh

    Panili

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    Vietnam AmerikaSerikat

    Singapura India Jerman China Belanda Jepang

  • 3

    Total nilai impor lada Vietnam dari dunia tahun 2014 sebesar USD 69 283

    983 dengan jumlah 4 999 ton. Sebanyak 51% dari nilai impor lada Vietnam tersebut

    berasal dari Indonesia dengan nilai USD 35 529 150 dan jumlah ekspor sebesar 4

    964 ton (UNComtrade 2016). Adapun seluruh impor lada dari Indonesia ke

    Vietnam tersebut berbentuk lada utuh. Ditinjau dari ekspor Vietnam, negara tujuan

    utama ekspor lada Vietnam adalah Amerika Serikat, Singapura, Uni Emirat Arab,

    dan India. Negara tujuan ekspor lada Vietnam ini sebagian besar juga menjadi

    negara tujuan ekspor lada Indonesia seperti Amerika Serikat, Singapura, dan India,

    kecuali Uni Emirat Arab. Adapun bentuk lada yang diekspor dari Vietnam ke dunia

    sebagian besar berbentuk lada utuh yang belum diolah. Lada olahan yang diekspor

    dari Vietnam hanya sebesar 14% dari total ekspor Vietnam (Gambar 4).

    Sumber: UNComtrade (2016)

    Gambar 4 Nilai ekspor lada Indonesia dan Vietnam (USD 000) berdasarkan bentuk

    lada tahun 2014

    Tabel 2 menunjukkan harga FOB lada Indonesia ke negara tujuan ekspor

    utama. Harga free on board (FOB) lada Indonesia ke Amerika Serikat dan

    Singapura jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga FOB lada ke Vietnam,

    sedangkan diketahui bahwa Amerika Serikat dan Singapura juga merupakan pasar

    utama lada Vietnam. Oleh karena itu, Indonesia sebenanrnya memiliki peluang

    untuk memperbesar volume ekspor lada ke negara-negara tujuan tersebut sehingga

    nilai ekspor yang diperoleh dapat lebih tinggi dibandingkan diekspor ke Vietnam

    dalam jumlah banyak.

    Tabel 2 Volume, nilai, dan harga FOB ekspor lada Indonesia tahun 2015

    Negara tujuan Volume (kg) Nilai (USD) Harga FOB (USD/kg)

    Vietnam 22 694 608 179 910 318 7.93

    Amerika Serikat 10 114 410 104 755 803 10.36

    Singapura 6 631 828 78 175 336 11.79

    India 4 272 659 31 620 283 7.40

    Jerman 2 866 198 32 561 617 11.36

    China 2 149 012 21 823 462 10.16

    Belanda 1 895 254 23 814 405 12.57

    Jepang 1 820 325 23 990 254 13.18

    Sumber: Pusdatin Pertanian (2015)

    0

    50000

    100000

    150000

    200000

    250000

    AmerikaSerikat

    Singapura UniEmiratArab

    Vietnam India Belanda Jerman UnitedKingdom

    Jepang

    Lada utuh Vietnam Lada utuh Indonesia Lada olahan Vietnam Lada olahan Indonesia

  • 4

    Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan kajian lebih lanjut

    mengenai keragaan ekspor lada di Indonesia dan Vietnam. Hal ini dilakukan untuk

    mengetahui aliran perdagangan lada yang terjadi di Indonesia sehingga diperoleh

    faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor lada Indonesia di pasar internasional,

    posisi daya saing serta mengetahui bagaimana kinerja ekspor di Indonesia dan

    Vietnam. Tujuan dilakukan perbandingan dengan Vietnam sebagai negara

    produsen dan pengekspor lada terbesar di dunia agar menjadi patokan bagi

    Indonesia dalam merumuskan strategi sebagai upaya pengembangan ekspor lada

    Indonesia di pasar internasional.

    Perumusan Masalah

    Lada Indonesia memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan

    berdasarkan keunggulan komparatifnya. Kondisi iklim dan geografis yang sesuai

    serta ketersediaan lahan merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dalam

    memproduksi lada. Tingginya nilai ekspor komoditas ini dibandingkan komoditas

    rempah-rempah lainnya mengindikasikan bahwa komoditas ini cukup diminati oleh

    negara-negara di dunia sehingga pengembangan ekspor pada komoditas ini perlu

    dilakukan.

    Proses globalisasi di dunia meningkatkan hubungan saling ketergantungan

    antarnegara bahkan menimbulkan proses menyatunya ekonomi dunia (Halwani

    2005). Tuntutan yang terjadi dari adanya globalisasi adalah munculnya

    perdagangan bebas atau liberalisasi perdagangan yang manfaatnya dapat dinikmati

    oleh negara-negara yang mempunyai daya saing produk yang lebih tinggi dari

    negara lain (Mardianto dan Hadi 2004). Liberalisasi perdagangan dapat menjadi

    peluang bagi Indonesia karena semakin terbukanya pasar sehingga Indonesia dapat

    memperluas pasar komoditasnya. Namun, liberalisasi perdagangan juga

    memberikan tantangan karena timbul persaingan antar negara produsen dan

    pengekspor dalam memenuhi permintaan dunia. Ancaman persaingan dari negara

    produsen dan pengekspor lada inilah menjadi salah satu tantangan yang perlu

    dihadapi oleh Indonesia. Tingginya tingkat persaingan antar negara pengekspor ini

    mendorong Indonesia untuk meningkatkan posisi dan daya saingnya dalam

    perdagangan lada di dunia.

    Data ekspor lada tahun 2015 menunjukkan lada Indonesia sebagian besar

    diekspor ke Vietnam yang merupakan produsen dan eksportir lada terbesar di dunia,

    sedangkan sebagian besar pasar negara tujuan ekspor lada Indonesia dan Vietnam

    sama. Hal ini diduga disebabkan oleh tingkat daya saing sebagian besar lada

    Indonesia masih belum mencapai kualifikasi standar mutu yang diterapkan oleh

    negara-negara tujuan utama ekspor di dunia sehingga lada Indonesia lebih banyak

    diekspor ke Vietnam dibandingkan langsung diekspor ke negara-negara tersebut.

    Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis daya saing lada Indonesia dan Vietnam

    untuk mengetahui perbandingan daya saing lada Indonesia dan Vietnam di pasar

    internasional.

    Faktor lain yang diduga menjadi penyebab Indonesia mengekspor sebagian

    besar lada ke Vietnam adalah tingkat distribusi pasar antara kedua negara tersebut

    berbeda sehingga hubungan perdagangan bilateral antara Indonesia dengan negara

    tujuan ekspor lada Indonesia juga perlu dianalisis. Selain itu, perlu diketahui faktor-

  • 5

    faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan lada Indonesia di pasar internasional

    sehingga strategi prioritas pengembangan ekspor lada Indonesia di pasar

    internasional dapat dirumuskan berdasarkan faktor-faktor tersebut. Pengembangan

    ekspor lada Indonesia penting dilakukan mengingat potensi dan peluang lada

    Indonesia sebagai komoditi unggulan ekspor Indonesia.

    Berdasarkan uraian tersebut, rumusan permasalahan yang diajukan dalam

    penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana keragaan ekspor lada Indonesia dan Vietnam di pasar internasional?

    2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi aliran perdagangan lada Indonesia di pasar internasional?

    3. Bagaimana strategi prioritas pengembangan ekspor lada Indonesia di pasar internasional?

    Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan

    yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Menganalisis keragaan ekspor lada Indonesia dan Vietnam di pasar internasional.

    2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan lada Indonesia di pasar internasional.

    3. Menentukan strategi prioritas pengembangan ekspor lada Indonesia di pasar internasional.

    Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

    1. Memberikan informasi kepada pemerintah dan para pelaku usaha mengenai keragaan ekspor lada Indonesia seperti kondisi daya saing lada Indonesia,

    faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan sehingga dapat dilakukan upaya

    yang tepat dalam pengembangan ekspor lada Indonesia.

    2. Menjadi bahan pustaka dan pembanding bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis untuk dikembangkan lebih lanjut dan lebih rinci.

    3. Mengaplikasikan teori dan pengetahuan, serta memperdalam kompetensi penulis sesuai bidang ilmu yang dikaji dalam penelitian ini.

    Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini dibatasi dalam ruang lingkup perbandingan keragaan ekspor

    lada Indonesia dan Vietnam menggunakan indikator daya saing, aliran

    perdagangan, dan beberapa rasio perdagangan. Pemilihan negara Vietnam sebagai

    negara yang dibandingkan dalam analisis ini didasarkan pada pertimbangan bahwa

    negara tersebut merupakan negara pengekspor lada terbesar di dunia yang menjadi

    pesaing utama Indonesia dalam mengekspor lada dan negara ini juga menjadi pasar

  • 6

    ekspor utama lada Indonesia. Selain itu, analisis aliran perdagangan lada Indonesia

    dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor lada di pasar

    internasional. Waktu yang digunakan adalah tahun 2002-2014 dengan

    pertimbangan ketersediaan data dan bertujuan untuk melihat perkembangan daya

    saing yang signifikan dalam perdagangan internasional, serta memperluas data

    pengamatan sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih representatif. Bentuk produk

    lada yang dianalisis adalah berdasarkan kode harmonized system (HS) lada yaitu

    kode HS 090411 untuk biji lada utuh (tidak dihancurkan/ditumbuk) dan kode HS

    090412 untuk lada olah (dihancurkan/ditumbuk).

    Adapun strategi pengembangan ekspor lada di pasar internasional

    dirumuskan dengan batasan menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran

    perdagangan lada Indonesia ke pasar internasional dan perbandingan keragaan

    ekspor Indonesia dan Vietnam. Penetapan strategi pengembangan ekspor lada di

    pasar internasional dilakukan sampai pada tahap penentuan strategi alternatif

    berdasarkan tingkat prioritas alternatif strategi yang ada.

    2 TINJAUAN PUSTAKA

    Teori Perdagangan Internasional

    Perdagangan internasional adalah pembelian, penjualan, atau pertukaran

    barang dan jasa melintasi batas negara. Perdagangan internasional membuka

    peluang bagi para pengusaha untuk memanfaatkan peluang bisnis antar negara

    (Wild dan Wild 2012). Perdagangan internasional ini diperlukan untuk

    mendapatkan manfaat dari spesialisasi produksi dengan memproduksi barang dan

    jasa yang dapat dilakukan oleh suatu negara secara efisien, sementara melakukan

    perdagangan untuk memperoleh barang dan jasa lain yang tidak diproduksinya

    (Lipsey 1997).

    Perdagangan internasional mengkaji saling ketergantungan antar negara.

    Saling ketergantungan ekonomi antar negara ini dipengaruhi dan mempengaruhi

    hubungan politik, sosial budaya, dan militer negara. Teori perdagangan

    internasional menganalisis dasar terjadinya perdagangan internasional dan manfaat

    yang diperoleh dari perdagangan (Salvatore 2014). Secara teoritis, perdagangan

    internasional terjadi karena dua alasan utama. Pertama, negara-negara berdagang

    karena pada dasarnya mereka berbeda satu sama lain yang memperoleh keuntungan

    dengan melakukan sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua, negara-negara

    melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economies

    of scale) dalam produksi (Basri dan Munandar 2010). Perbedaan kondisi suatu

    negara menyebabkan timbulnya ketergantungan suatu negara dengan negara lain

    dalam pemenuhan kebutuhan di negara-negara tersebut sehingga terjadi

    perdagangan antar negara. Selain itu menurut Gonarsyah (1987), faktor yang

    mendorong timbulnya perdagangan internasional suatu negara dengan negara lain

    yaitu keinginan memperluas pemasaran komoditas ekspor, memperbesar

    penerimaan bagi kegiatan pembangunan, adanya perbedaan penawaran dan