Keracunan Pestisida PAK

26
Keracunan Pestisida yang disebabkan oleh Pajanan Akibat Kerja Hazirah binti Hashim* Pendahuluan Bahan kimia menjadi berbahaya bagi manusia, terutama, karena potensi toksisitasnya. Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan kimia atau zat untuk menyebabkan terjadinya keracunan sehingga merusak suatu jaringan, organ, atau sistem tubuh. Berbeda dengan istilah bahaya kerja, yang berarti setiap keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensi untuk terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja. Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomi bagi petani (economic poisons). Diharapkan pestisida tersebut memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), tetapi pada prakteknya pemakaian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organism non target. Dampak negatit terhadap organism non target itu meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran, terdapatnya residu pestisida terhadap tanaman, serta menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian terhadap manusia. Pekerjaan yang mempunyai resiko besar adalah petani penyemprot. Hal ini pada umumnya di sebabkan kerna petani tidak mengetahui efek paparan pestisida, yaitu dapat menimbulkan efek muskarinik dan nikotonik sebagai akibat 1

description

Keracunan Pestisida PAK

Transcript of Keracunan Pestisida PAK

Page 1: Keracunan Pestisida PAK

Keracunan Pestisida yang disebabkan oleh Pajanan

Akibat Kerja Hazirah binti Hashim*

Pendahuluan

Bahan kimia menjadi berbahaya bagi manusia, terutama, karena potensi toksisitasnya.

Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan kimia atau zat untuk menyebabkan terjadinya

keracunan sehingga merusak suatu jaringan, organ, atau sistem tubuh. Berbeda dengan istilah

bahaya kerja, yang berarti setiap keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensi untuk

terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja.

Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomi bagi petani (economic

poisons). Diharapkan pestisida tersebut memiliki kemampuan membasmi organisme selektif

(target organisme), tetapi pada prakteknya pemakaian pestisida dapat menimbulkan bahaya

pada organism non target. Dampak negatit terhadap organism non target itu meliputi dampak

terhadap lingkungan berupa pencemaran, terdapatnya residu pestisida terhadap tanaman, serta

menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian terhadap manusia. Pekerjaan

yang mempunyai resiko besar adalah petani penyemprot. Hal ini pada umumnya di sebabkan

kerna petani tidak mengetahui efek paparan pestisida, yaitu dapat menimbulkan efek

muskarinik dan nikotonik sebagai akibat terhambatnya kerja kolinesterase pada ujung saraf

perifer, ganglion dan otak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian keracunan pestisida antara lain umur,

jenis kelamin, pengetahuan, pengalaman, ketrampilan , pendidikan, pemakaian Alat

Pelindung Diri, status gizi dan praktek penanganan pestisida. Sedangkan dari sudut lain yang

harus diperhatikan adalah penyimpanan pestisida, pencampuran pestisida, penggunaan

pestisida dan pasca penggunaan pestisida.

*Alamat korespondensi: Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta

11510. Email: [email protected]

1

Page 2: Keracunan Pestisida PAK

Skenario

Sekelompok orang datang membawa seorang laki-laki yang pingsan ke puskesmas di

pinggiran kota. Ketika dokter akan memulai anamnesis, tiba-tiba datang lagi tiga orang dari

komunitas yang sama, masing-masing mengalami muntah-muntah, pusing dan pandangan

kabur.

Catatan tutor: komunitas tersebut merupakan sekelompok petani yang memakai pestisida

jenis baru di perkebunan mereka. Beberapa jenis pestisida diketahui berbahaya bagi susunan

saraf. TTV: frekuensi nadi 120x/menit, tekanan darah 80 mmHg per palpasi, laju pernafasan

28 x/menit. Akral teraba dingin. Pemeriksaan tiga orang lainnya menunjukkan hasil yang

cenderng serupa.

II. ANAMNESIS

Pasien yang datang dengan keluhan utama muntah-muntah, pusing dan pandangan kabur.

Anamnesis harus mencakup :

Identitas pasien : umur, pekerjaan, tempat tinggal

Sejak kapan gejala seperti diatas bermula?

Sudah berapa lama mengalami keluhan.

Pernahkah mengalami gejala seperti ini sebelum ini?

Apakah ada faktor yang memperberat keluhan?

Ahli keluarga atau teman sejawat ada keluhan yang sama atau tidak?

Terakhir kapan konsumsi makanan, jenis makanan dan dari mana sumber makanan.

Apakah punya riwayat penyakit hipertensi atau DM? Apakah ada pada ahli keluarga?

- Sekiranya ada apakah mendapat pengobatan dan terkontrol.

Buat pasien DM apakah mendapat insulin karena khawatir terjadi hipoglikemi.

Riwayat konsumsi obat yang lain-lain.

-Mengikut aturan atau tidak.

-Dosis sesuai atau tidak. Khawatir overdosis.

III. PEMERIKSAAN

A. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital :

2

Page 3: Keracunan Pestisida PAK

-Suhu badan, frekuensi nadi dan napas, tekanan darah.

Tingkat kesadaran:

-Kompos mentis, somnolen

Sistem kardiopulmoner

- Curah jantung.

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: frekuensi nadi 120x/menit, tekanan darah 80 mmHg per

palpasi, laju pernafasan 28 x/menit. Akral teraba dingin

B. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap:

urin, gula darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap,

osmolalitas serum, elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati

EKG

Foto toraks/ abdomen

Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat

Tes toksikologi kuantitatif.

IV. DIAGNOSIS

7 LANGKAH DIAGNOSIS OKUPASI

1. Diagnosis Klinis

a. Anamnesis

Riwayat penyakit : riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga

Riwayat perkerjaan : pada kasus ini pasien adalah seorang petani jadi harus

ditanyakan :

Sudah berapa lama bekerja sebagai petani.

Riwayat pekerjaan sebelumnya

Alat kerja apa saja yang digunakan di lapangan kerja

Bahan kerja yang digunakan , dalam kasus ini didapatkan pasien menggunakan

pestisida jenis baru. Jadi harus ditanyakan apakah jenis peptisida yang digunakan serta

sudah berapa lama terpapar dengan peptisida itu. Ditanyakan juga jenis peptisida

sebelumnya dan berapa lama juga paparan.

Apakah jenis tanaman yang diusahakan.

3

Page 4: Keracunan Pestisida PAK

Dalam sehari bekerja berapa jam. Waktu lakukan penyemprotan peptisida sering berapa

lama.

Saat bekerja apakah ada merokok. Sekiranya ada ditanyakan sebelumnya cuci tangan apa

tidak.

Habis kerja apakah cuci tangan.

Saat menyiapkan dan menyemprot apakah memakai alat pelindung diri seperti masker

yang menutupi leher, sarung tangan karet dan berpakaian baju lengan panjang dan celana

panjang.

Pekerja lain adakah menderita gejala yang sama.

b. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital : tekanan darah, pulsed rate, frekuensi napas, suhu

Reaksi pupil

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan kadar kolinesterase di plasma dan sel darah merah : kurang 50% dari

nilai normal ( paparan ringan 20-50% dari nilai normal ; paparan moderate 10-

20% dari nilai normal ; paparan berat <10% dari normal.

Skrinning toksikologi pada urin : ditemukan insektisida

Pemeriksaan darah yang lain : FBC, serum kreatinin , glukosa darah, Arterial

blood gas.

Foto toraks

EKG

CT scan : sekiranya kesadaran menurun dan diagnosis belum pasti.

2. Pajanan yang Dialami

Pasien terpajan dengan zat kimia yaitu pestisida saat bekerja. pestisida bisa masuk

kedalam tubuh manusia melalui 2 cara yaitu:

1. Kontaminasi lewat kulit

Pestisida yang menempel di permukaaan kulit bisa meresap masuk ke dalam tubuh

dan timbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi lewat kulit merupakan kontaminasi paling

sering terjadi, meskipun tidak seluruhnya berakhir dengan keracunan akut. Lebih 90% kasus

keracunan di seluruh dunia disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit.

2. Terhisap lewat hidung

4

Page 5: Keracunan Pestisida PAK

Keracunan karena partikel pestisida atau butiran semprot yang terhisap lewat hidung

merupakan kasus kedua terbanyak setelah kontaminasi kulit. Partikel pestisida yang

menempel di selaput lendir hidung dan kerongkongan akan masuk ke dalam tubuh lewat kulit

hidung dan mulut bagian dalam.

Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan berdasarkan penggunaannya seperti berikut :

1. Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon, dll.

2. Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contohn: tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.

3. Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salah satu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.

4. Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contoh : Warangan.

5. Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.

6. Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh: ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.

Tabel 1. Klasifikasi Pestisida

Klasifikasi Bentuk Kimia Bahan Aktif Keterangan

5

Page 6: Keracunan Pestisida PAK

1. Insektisida Botani

Carbamat

Organophosphat

Organochlorin

NikotinePyrethrineRotenonCarbarylCarbofuranMethiocorb

ThiocarbDichlorovosDimethoat

PalathionMalathion

DDTLindaneEldrinEndosulfangammaHCH

TembakauPyrtrum-toksik kontaktoksik sistemikbekerja pada lambungjuga moluskisidatoksik kontaktoksik kontak, sistemik

toksik kontaktoksik kontak

kontak, ingestipersistenkontak, ingestikontak, ingesti

Herbisida Aset anilidAmidaDiazinoneCarbamate

Triazine

Triazinone

AtachlorPropachlorBentazaoneChlorprophanAsulamAthrazinMetribuzineMetamitron

Sifat residu

Kontak

Toksin kontakFungisida Inorganik

Benzimidaz

Bordeaux mixtureCopper oxychloridMercurous chlorideSulfurThiabendazole

ProtektanProteoktan

Protektan, sistemik

Pada umumnya jenis pestisida yang biasa di gunakan adalah golongan organofosfat dan

karbamat, mengingat jenis dan golongan pestisida ini dapat mengurangi penguraian oleh

unsur alam. Namun demikian golongan ini sangat mudah terabsorbsi pada saluran cerna,

saluran pernapasan, atau melalui kulit.

Di indonesia peptisida yang sering digunakan adalah organophosphate. Organofosfat adalah

insektisida yang paling toksik di antara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan

keracunan pada manusia. Bila tertelan, meskipun hanya dalam jumlah sedikit, dapat

menyebabkan kematian pada manusia. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase

6

Page 7: Keracunan Pestisida PAK

dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim

tersebut secara normal menghidrolisis acetylcholine menjadi asetat dan kholin. Pada saat

enzim dihambat, mengakibatkan jumlah acetylcholine meningkat dan berikatan dengan

reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut

menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.

3. Hubungan Pajanan dengan Penyakit

Untuk melihat hubungan pajanan dengan adalah hubungan gejala dengan waktu kerja

dimana yang menyemprot pestisida tidak boleh terpapar melebihi 4-5 jam karena akan

menyebabkan timbul gejala intoksikasi pestisida. Setelah sudah tahu apakah jenis pestisida

yang digunakan jadi dilihat gejala-gejala keracunan apa saja yang bisa timbul kemudian

dilihat apakah sama dengan keluhan pekerja-pekerja.

Tabel 2. Klasifikasi Pestisida dan Gejala Keracunan yang Timbul

GOLONGAN

PESTISIDA

CARA BEKERJA GEJALA KERACUNAN YANG

TIMBUL

ORGANOKLORIN Mempengaruhi susunan syaraf

pusat terutama otak

Mual

sakit kepala tak dapat

berkonsentrasi.

pada dosis tinggi dapat

terjadi:

kejang-kejang

muntah

hambatan pernapasan

ORGANOFOSFAT menghambat aktivitas enzim

kolinesterase sakit kepala

pusing-pusing

lemah, pupil mengecil

gangguan penglihatan

sesak nafas,

mual, muntah

kejang pada perut

7

Page 8: Keracunan Pestisida PAK

sesak pada dada

detak jantung menurun.

KARBAMAT Menghambat aktivitas enzim

kolinesterase, tetapi reaksinya

reversibel dan lebih banyak

bekerja pada jaringan, bukan

dalam darah atau plasma

Tanda- tanda keracunan

umumnya lambat sekali baru

terlihat

Tabel 3. Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat.

Efek Gejala

1. Muskarinik

Berkembang lebih

awal, 12-24 jam

setelah ingesti.

D Diare

U Urinasi

M Miosis (absent pada 10% kasus)

B Bronchorrhoe/bronkospasme/bradikardi

E Emesis (muntah)

L lacrimasi

S salivation dan Hipotensi

(DUMBELS)

2. nikotinik           Pegal-pegal, lemah

          Tremor

          Paralysis

          Dyspnea

          Tachicardia

2.   3. sistem saraf

pusat

          Bingung, gelisah, insomnia, neurosis

          Sakit kepala

          Emosi tidak stabil

          Bicara terbata-bata

          Kelemahan umum

          Convulsi

          Depresi respirasi dan gangguan jantung

          Koma

8

Page 9: Keracunan Pestisida PAK

4. Pajanan Cukup Besar

Bagi ingin menilai apakah pajanan cukup besar atau tidak dengan dilihat

kenyataannya. Jadi harus memahami bagaimana proses penyakit dengan melihat

patofisiologinya dan komplikasi yang bias terjadi.

Patofisiologi

Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan menginaktivasikan enzim

asetilkolinesterase. Enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin yang dilepaskan oleh

susunan saraf pusat, gangglion autonom, ujung-ujung saraf parasimpatis, dan ujung-ujung

saraf motorik. Hambatan asetilkolinesterase menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar

asetilkolin pada tempat-tempat tersebut. Asetilkholin itu bersifat mengeksitasi dari neuron –

neuron yang ada di post sinaps, sedangkan asetilkolinesterasenya diinaktifkan, sehingga tidak

terjadi adanya katalisis dari asam asetil dan kholin. Terjadi akumulasi dari asetilkolin di

sistem saraf tepi, sistem saraf pusat, neuromuscular junction dan sel darah merah, Akibatnya

akan menimbulkan hipereksitasi secara terus menerus dari reseptor muskarinik dan nikotinik.

Komplikasi

Komplikasi keracunan selalu dihubungkan dengan neurotoksisitas lama dan

Organophosphorus – Induceddeleyed Neuropathy ( OPIDN ). Sindrom ini berkembang dalam

8 – 35 hari sesudah pajanan terhadap organofosfat. Kelemahan progresif dimulai dari tungkai

bawah bagian distal, kelemahan pada jari dan kaki berupa food drop. Kehilangan sensori

sedikit terjadi serta refleks tendon dihambat.

Epidemiologi

Keracunan pestisida adalah masalah skala besar, terutama di negara-negara

berkembang. Sebagian besar perkiraan mengenai tingkat keracunan pestisida telah didasarkan

pada data dari penerimaan pasien di rumah. Perkiraan terbaru oleh kelompok tugas WHO

menunjukkan bahwa mungkin ada 1 juta kasus keracunan yang tidak disengaja. Di samping

itu terdapat 2 juta orang dirawat di rumah sakit akibat usaha bunuh diri dengan pestisida, dan

hal ini mencerminkan hanya sebagian kecil dari masalah yang sebenarnya.. Atas dasar survei

yang dilaporkan sendiri keracunan ringan dilakukan di kawasan Asia, diperkirakan bahwa

mungkin ada sebanyak 25 juta pekerja pertanian di negara berkembang menderita sebuah

episode dari keracunan setiap tahun .Di Kanada pada tahun 2007 lebih dari 6000 kasus

9

Page 10: Keracunan Pestisida PAK

keracunan pestisida akut. Untuk memperkirakan jumlah keracunan pestisida kronis di seluruh

dunia sangat sulit.

5. Faktor Individu

Faktor individu merupakan faktor yang sulit diubah dan bisa menjadi sebab terjadinya

gejala penyakit. Jadi dilihat status kesehatan fisik sekiranya ada masalah alergi. Hygiene

perorangan juga harus diperhatikan seperti apakah pasien membasuh tangan setelah

mengendalikan bahan-bahan beracun. Pasien yang makan tanpa basuh tangan menyebabkan

kontaminasi pada diri sendiri karena pestisida diserap di usus dengan sempurna dan apabila

pulang dirumah dapat menyebabkan keracunan pada ahli keluarga yang lain karena pestisida

mudah kontaminasi lewat kulit.

6. Faktor Lain di Luar Pekerjaan

Hobi

Kebiasaan buruk : merokok, tidak hygiene

Pajanan di rumah

Pekerjaan sambilan

7. Diagnosis Okupasi

Sebagian penyakit terkait pestisida memiliki tanda dan gejala yang mirip dengan kondisi

medis umum, seperti pada gejala keracunan, sehingga riwayat lingkungan dan pekerjaan

yang lengkap dan rinci sangat penting untuk mendiagnosis dengan benar sebuah keadaan

keracunan pestisida. Pertanyaan skrining tambahan tentang pekerjaan pasien dan

lingkungan rumah juga dapat menunjukkan apakah ada potensi keracunan pestisida.

Jika seseorang terpapar secara teratur menggunakan pestisida karbamat danorganofosfat, penting untuk dilakukan pengujian kadar enzim Cholinesterase sebagai data awal. Cholinesterase adalah enzim yang penting dari sistem saraf. Dan terdapat kelompok-

10

Page 11: Keracunan Pestisida PAK

kelompok kimia yang mampu membunuh hama juga berpotensi berbahaya atau bahkan dapat membunuh manusia melalui mekanisme penghambat enzim cholinesterase, salah satunya adalah golongan pestisida. Jika seseorang telah memiliki tes awal dan kemudian tersangka keracunan, kita dapat mengidentifikasi tingkat masalah dengan perbandingan tingkat cholinesterase saat ini dengan kadar cholinesterase pada data awal. Hal ini sangat bermanfaat untuk mendiagnosis keracunan pestisida terkait kerja pada pekerja beresiko.

Umumnya gejala keracunan organofosfat atau karbamat baru akan dilihat jikaaktivitas kolinestrase darah menurun sampai 30%. Namun penurunan sampai 50% pada

pengguna pstisida diambil sebagai batas, dan disarankan agar penderita menghentikan pekerjaan yang berhubungan dengan pestisida.

Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan  terjadinya gejala penyakit dan sejarah

kejadiannya yang saling berhubungan. Pada keracunan yang berat , pseudokholinesterase

dan aktifits erytrocyt kholinesterase harus diukur dan bila kandungannya jauh dibawah

normal,kercaunan mesti terjadi dan gejala segera timbul.

V. PENATALAKSANAAN

Semua insektisida bentuk cair dapat diserap melalui kulit dan usus dengan

sempurna. Jenis yang paling sering menimbulkan keracunan di Indonesia

adalah golongan organofosfat dan organoklorin. Golongan karbamat efeknya

mirip efek organofosfat, tetapi jarang menimbulkan kasus keracunan.

Tindakan gawat darurat:

1. Buat saluran udara.

2. Pantau tanda-tanda vital.

3. Berikan pernapasan buatan dengan alat dan beri oksigen.

4. Berikan atropin sulfat 2 mg secara i.m, ulangi setiap 3 – 8 menit sampai gejala

keracunan parasimpatik terkendali.

5. Berikan larutan 1g pralidoksim dalam air secara i.v, perlahan-lahan, ulangi

setelah 30 menit jika pernapasan belum normal. Dalam 24 jam dapat diulangi

2 kali. Selain pralidoksim, dapat digunakan obidoksim (toksogonin).

6. Sebelum gejala timbul atau setelah diberi atropine sulfat, kulit dan selaput

lendir yang terkontaminasi harus dibersihkan dengan air dan sabun.

7. Jika tersedia Naso Gastric Tube, lakukan bilas lambung dengan air dan berikan

sirup ipeca supaya muntah.

Tindakan umum:

1. Sekresi paru disedot dengan kateter.

11

Page 12: Keracunan Pestisida PAK

2. Hindari penggunaan obat morfin, aminofilin, golongan barbital, golongan

fenotiazin dan obat-obat yang menekan pernapasan.

Keracunan kronik:

Jika keracunan melalui mulut dan kadar enzim kolinesterase menurun, maka

perlu dihindari kontak lebih lanjut sampai kadar kolinesterase kembali normal.

VI. PENCEGAHAN

Setiap orang yang dalam pekerjaannya sering berhubungan dengan pestisida seperti

petani penyemprot, harus mengenali dengan baik gejala dan tanda keracunan pestisida.

Tindakan pencegahan lebih penting daripada pengobatan. Sebagai upaya pencegahan

terjadinya keracunan pestisida sampai ke tingkat yang membahayakan kesehatan, orang yang

berhubungan dengan pestisida harus dapat memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a.       Memilih Pestisida

Memilih bentuk atau formulasi pestisida juga sangat penting dalam penggunaan pestisida.

Formulasi pestisida yang bagainana yang harus kita pilih, apakah cairan, butiran, atau bentuk

lainnya. Kalau dilihat dari bahaya pelayangan di udara, pestisida berbentuk butiran paling

sedikit kemungkinannya untuk melayang. Pestisida yang berbentuk cairan, bahaya

pelayangannya lebih kecil jika dibandingkan dengan pestisida berbentuk tepung. Disamping

itu pertimbangan lain dalam memilih formulasi pestisida adalah alat yang akan digunakan

untuk menyebarkan pestisida tersebut. Bila kita memiliki alat penyemprot tentunya kita lebih

tepat menggunakan pestisida berbentuk cairan Emulsible Concentrate (EC), Wettable Powder

(WP), atau Soluble Powder (SP). Apabila tidak ada alat sama sekali, kita pilih pestisida yang

berbentuk butiran.

b.      Alat Yang Digunakan dalam Aplikasi Pestisida

Alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida tergantung formulasi yang digunakan.

Pestisida yang berbentuk butiran (granula) untuk menyebarkan tidak membutuhkan alat

khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa digunakan untuk menampung

pestisida tersebut dan sarung tangan agar tangan tidak berhubungan langsung dengan

pestisida. Pestisida berwujud cairan Emulsible Concentrate (EC) atau bentuk tepung yang

dilarutkan Wettable Powder (WP) atau Soluble Powder (SP) memerlukan alat penyemprot

untuk menyebarkan. Sedangkan pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat

12

Page 13: Keracunan Pestisida PAK

penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat penyuntik pohon

kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang. Alat

penyemprot yang biasa digunakan yaitu penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe

gendong (Power Mist Blower and Duster), mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure

Power Sprayer), dan jenis penyemprot lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan

dengan kebutuhan terutama yang berkaitan dengan luas areal pertanian sehingga pemakaian

pestisida menjadi efektif.

c.       Teknik dan Cara Aplikasi

Teknik dan cara aplikasi ini sangat penting diketahui oleh pengguna pestisida, terutama

untuk menghindarkan bahaya pemaparan pestisida terhadap tubunya, orang lain dan

lingkungannya. Ada beberapa petunjuk dan teknik serta cara aplikasi pestisida yang diberikan

oleh pemerintah yaitu:

1.      Gunakanlah pestisida yang telah terdaftar dan memperoleh izin dari menteri Pertanian R.I

Jangan sekali-sekali menggunakan pestisida yang belum terdaftar dan memperoleh izin.

2.      Pilihlah pestisida yang sesuai dengan hama atau penyakit tanaman serta jasad sasaran

lainnya yang akan dikendalikan, dengan cara lebih dahulu membaca keterangan kegunaan

pestisida dalam label pada wadah pestisida.

3.      Belilah pestisida dalam wadah asli yang tertutup rapat dan tidak bocor juga tidak rusak,

dengan label asli yang berisi keterangan lengkap dan jelas, jangan membeli dan

menggunakan pestisida dengan label dalam bahasa asing.

4.      Bacalah semua petunjuk yang tercantum pada label pestisida sebelum bekerja dengan

pestisida itu.

5.      Lakukanlah penakaran, pengenceran atau pencampuran pestisida di tempat terbuka atau

dalam ruangan dalam ventilasi baik.

6.      Pakailah sarung tangan dan gunakanlah wadah, alat pengaduk dan alat penakar khusus

untuk pestisida.

7.      Gunakanlah pestisida sesuai dengan takaran yang dianjurkan. Jangan menggunakan

pestisida dengan takaran yang berlebihan atau kurang karena dapat mengurangi

keefektifannya.

8.      Periksalah alat penyemprot dan usahakanlah supaya dalam keadaan baik, bersih dan tidak

bocor.

9.      Hindarkanlah pestisida terhirup melalui pernafasan atau terkena kulit, mata, mulut dan

pakaian.

13

Page 14: Keracunan Pestisida PAK

10.  Apabila ada luka pada kulit, tutuplah luka tersebut dengan baik sebelum bekerja dengan

perban. Pestisida lebih mudah terserap melalui kulit yang terluka.

11.  Selama menyemprot pakailah alat pengaman, berupa masker penutup hidung dan mulut,

sarung tangan, sepatu boot, dan jaket atau baju berlengan panjang.

12.  Jangan menyemprot melawanan dengan arah angin.

13.  Waktu yang baik untuk penyemprotan adalah pada waktu terjadi aliran udara naik (thermik)

yaitu antara pukul 08.00-11 WIB atau sore hari pukul 15-18.00 WIB. Penyemprotan terlalu

pagi atau terlalu sore mengakibatkan pestisida yang menempel pada bagian tanaman akan

terlalu lama mengering mengakibatkan tanaman yang disemprot keracunan.

14.  Peyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan pakaian yang digunakan

segera dicuci.

15.  Jangan makan dan minum atau merokok pada saat melakukan penyemprotan.

16.  Alat penyemprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air bekas cucian sebaiknya

dibuang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan sungai.

d.      Tempat menyimpan Pestisida

Tempat menyimpan pestisida biasa berupa almari atau peti khusus atau biasa juga

ruangan khusus yang tidak mudah dijangkau anak-anak atau hewan piaraan. Bila perlu

tempat penyimpanan ini dikunci kemudian letakkan tempat penyimpanan ini jauh dari tempat

bahan makanan, minuman, dan sumber api. Peletakan pestisida tidak dianjurkan di gudang

bahan makanan. Usahakan tempat pestisida mempunyai ventilasi yang cukup, tidak terkena

matahari langsung, dan tidak terkena air hujan agar pestisida tidak rusak.

e.       Mengelola wadah Pestisida

Pestisida harus tetap tersimpan dalam wadah atau bungkus aslinya yang memuat label

atau keterangan mengenai penggunaannya. Dengan demikian bila ata keracunan akan

digunakan lagi petujukya masih jelas. Wadah tidak bocor dan tertutup rapat. Bila terkena uap

air atau zat asam, pestisida bias rusak dan tidak efektif lagi. Pindahkan isi bila wadah bocor

ke tempat yang merek dagangnya sama dengan petunjuk yang masih jelas. Bila tidak ada,

pindahkan ke tempat lain yang tertutup rapat dengan menuliskan keterangan mengenai merek

dagangnya, bahan aktifnya, kegunaannya, dan cara penggunaanya. Wadah pestisida yang

sudah tidak berguna dirusak agar tidak dimanfaatkan untuk keperluan lain atau dengan cara

mengubur wadah tersebut jauh dari sumber air.

14

Page 15: Keracunan Pestisida PAK

f. Pencucian alat-alat aplikasi

Proses pencucian alat setelah penggunaan pestisida dapat menyebabkan lingkungan

sekitar pencucian alat terpapar pestisida. Walaupun proses pencucian alat-alat aplikasi pada

umumnya sangat jarang menimbulkan kasus keracunan, karena produk yang terkena telah

mengalami pengenceran oleh air yang digunakan untuk mencuci alat-alat tersebut, namun

harus diperhatikan perlakuan terhadap wadah dan alat penyemprot pestisida.

1. Bekas wadah pestisida harus dirusak agar tidak dimanfaatkan untuk keperluan lain.

2. Wadah bekas pestisida harus ditanam jauh dari sumber air.

3. Alat penyemprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air bekas cucian

sebaiknya dibuang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan sungai.

4. Penyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan pakaian yang telah

digunakan segera dicuci.

g. Alat Pelindung Diri (APD)

Berdasarkan Keputusan Dirjen P2PL Depkes RI Nomor 31-I/PD.03.04.LP Tahun 1993

tentang perlengkapan alat pelindung diri minimal yang harus digunakan berdasarkan jenis

pekerjaan dan klasifikasi pestisida, beberapa jenis APD yang harus digunakan untuk

penyemprotan di luar gedung antara lain : (a) pelindung kepala (topi/caping); (b) pelindung

muka atau pelindung pernapasan (masker); (c) pelindung badan (baju lengan panjang dan

celana panjang yang terusan maupun yang terpisah; (d) pelindung tangan (sarung tangan);

dan (e) pelindung kaki (sepatu boot yang berlaras panjang, terbuat dari karet, tidak mudah

robek dan tidak mudah mengkerut).

VII. PENGELOLAAN

1. Pemeriksaaan Kesihatan (MCU)

Dilakukan pemeriksaan kesihatan meliputi 3 tahap yaitu:

Awal :

Yaitu sebelum berkerja bagi memastikan pekerja yang mahu berkerja di bagian

pertanian orangnya sehat.

Berkala :

Pengukuran dan evaluasi meliputi pemeriksaan kesehatan petani, utamanya yang

terpapar dengan agrikimia atau pestisida dan memeriksa apakah terjadi perubahan

anatomi tubuh akibat dari factor ergonomic kerja yang tidak diperhatikan.

15

Page 16: Keracunan Pestisida PAK

Dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala setiap satu tahun sekurang-kurangnya

sekali

Khusus

2. Pelayanan Kesehatan

Untuk membangun kualitas kesehatan dan produktivitas petani diperlukan

kemampuan atau kapasitas pengelolaan program. Kemampuan pemerintah dalam

mengelolah tenaga kerja khususnya petani perlu melibatkan kemampuan

profesionalisme tenaga ahli seperi dokter, perawat, dan petugas kesehatan

masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang harus dilakukan adalah secara :

Promotif :

- Edukasi pada para petani bahawa gejala seperti pusing,mual, dan lemah yang

sering dianggap biasa dan tidak memudaratkan adalah merupakan gejala

tersering keracunan peptisida masyarakat dan memerlukan terapi khusus.

- Penyuluhan pada ahli keluarga dan juga para pekerja tentang pestisida agar

mereka dapat memberikan pertolongan pertama pada korban.

Preventif

- Memberi pelatihan dan pemahaman terhadap masalah kesehatan sebagai

modal awal maupun kesehatan yang berkenaan dengan pekerjaan harus dikelola

secara tepat.

- Alat pelindung diri (APD)

Kuratif

Rehabilitatif

3. Pemeriksaan Lingkungan Kerja

Masalah kesehatan dan keselamatan kerja petani bukan hanya memperhatikan

factor risiko yang ada dalam pekerjaannya, namun juga harus menjangkau tingkat

kesehatan sebagai modal awal untuk bekerja. Untuk itu program penyediaan air

16

Page 17: Keracunan Pestisida PAK

bersih, perumahan sehat juga mendukung tingkat kesehatan dan kesejahteraan

petani.

VIII. KESIMPULAN

Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari penggunaannya untuk

mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya. Pestisida tidak saja membawa dampak

yang positif terhadap peningkatan produk pertanian, tapi juga membawa dampak negatif

terhadap lingkungan disekitarnya. Pengarahan dan penggunaan yang lebih tepat kepada para

penggunaan dalam hal pemberian dosis, waktu aplikasi, cara kerja yang aman, akan

mengurangi ketidakefisienan penggunaan pestisida pada lingkungan dan mengurangi sekecil

mungkin pencemaran yang terjadi.

Di masa yang akan datang diharapkan penggunaan pestisida akan berkurang dan lebih

selektif dan didukung oleh adanya penemuan-penemuan baru yang lebih efektif dalam

mengatasi gangguan dari jasad pengganggu ini.

IX. DAFTAR PUSTAKA

1. Suma’mur. Pendahuluan,Gangguan kesehatan dan daya kerja,Penyakit akibat kerja.

Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Penerbit CV Sagung

Seto; 2009. h. 1-6, 81-102.

2. Ladou J,editor. Current occupational and environmental medicine. 4th ed. New York :

The McGraw Hill companies; 2007.p.719-24.

3. Levy BS, Wegman DH, Baro SL, Sokas RK. Ocuupational and environmental health.

5th ed. Philadelphia : Lippincot williams and wilkins; 2006.p.415-17.

4. Jonathan G. At a glance, anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta:Penerbit Erlangga;

2007.h.116.

5. Sudoyo WA, Setiohadi W, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S.. Buku ajar ilmu penyakit

dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.1583-1681.

17

Page 18: Keracunan Pestisida PAK

6. RubensteinD, Wayne D, Bradley J. Kedokteran klinis. Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga

Medical Series; 2005.h.68-88.

7. Neal MJ. At a glance, farmakologi medis. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Erlangga;

2005.h.42-3.

18