KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf ·...

75

Transcript of KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf ·...

Page 1: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan
Page 2: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

KEPUTUSAN KEPALA PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION PAPUA

Nomor : SK- 04 /P3E.Papua-TU/01/2016

TENTANG

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION PAPUA TAHUN 2015-2019

Menimbang : a. Dalam rangka mendukung pelaksanaan Rencana Strategis

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Sekretaris JenderalKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.8/Setjen-Rocan/2015 tentang Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019, perlu menetapkan Rencana Strategis Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua Tahun 2015-2019;

b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu menetapkan Keputusan Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua tentang Rencana Strategis Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua Tahun 2015-2019;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Page 3: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019;

6. Peratuan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

7. Peraturan Menteri Perencanaan dan Pembangunan/ Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Renstra 2015-2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20a14 Nomor 860);

8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 713);

9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.30/MenLHK-Setjen/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2015-2019;

10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.40/MenLHK-Setjen 2015 tentang Pedoman Penyusunan Renstra Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 713);

11. Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.8/Setjen-Rocan/2015 tentang Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019;

Page 4: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION PAPUA TENTANG RENCANA STRATEGIS PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION PAPUA TAHUN 2015-2019

Pasal 1

Rencana Strategis Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua Tahun 2015-2019 sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Pasal 2

Rencana Strategis Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua Tahun 2015-2019 ini menjadi arahan, sasaran dan strategi pelaksanaan kegiatan pengendalian pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan di Ekoregion Papua Sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pasal 3

Keputusan Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Biak Tanggal : 4 Januari 2016

Kepala Pusat,

Drs. Ir. Wirjono Koesmoedjihardjo NIP. 19581113 198903 1 001

Page 5: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

i

KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR

Rencana Strategis Pusat Pengendalian Pembangunan

Ekoregion Papua 2015 – 2019 disusun berdasarkan

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor

P.39 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2015–2019. Selain itu

Rencana Strategis ini disusun untuk masa 5 tahun dengan

mengacu pada Renstra Sekretariat Jenderal Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Mempertimbangkan keragaman karakter dan ekologis, sebaran penduduk dan

SDA, kearifan lokal, aspirasi masyarakat dan perubahan iklim diharapkan dapat menjadi

arah pertimbangan dalam pelaksanaan program-program kegiatan. Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 121/P tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 18

Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan sebagai dasar adanya perubahan struktur Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE)

berganti nama menjadi Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (PPPE).

Renstra Pusat Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua Tahun 2015 –

2019 digunakan sebagai pedoman dan arah dalam pencapaian sasaran program yang

diamanahkan kepada Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua, dan

merupakan dasar serta acuan untuk: (1) Menyusun dan menetapkan rencana kerja

tahunan dan RKA-KL; (2) Pelaksanaan rencana kerja tahunan; (3) Pemantauan dan

evaluasi. Guna menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program dan

kegiatan secara efisien, efektif, transparan dan akuntabel secara terintegrasi, sinergis

dan berkesinambungan diharapkan Dokumen Renstra ini dapat dipahami dan

dimanfaatkan sebagai acuan.

Tak lupa dalam kesempatan ini pula kami sampaikan salam hormat dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berperan secara

Page 6: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

ii

langsung maupun tidak langsung, dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) ini.

Semoga Allah SWT memberikan petunjuk bagi kita semua agar kinerja Pusat

Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua periode 2015–2019 dapat lebih

berkontribusi secara aktif bagi pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan pada

ekoregion Papua.

Kepala Pusat

Pengendalian Pembangunan

Ekoregion Papua,

Drs. Ir. Wirjono Koesmoedjihardjo

NIP. 19581113 198903 1 001

Page 7: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

iii

DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Landasan Hukum 2

1.3 Paradigma Tata Kelola Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion

Papua

4

1.4 Kondisi Umum 4

1.4.1 Pencapaian Sasaran Program, Kegiatan dan Serapan Anggaran

Sebelumnya

4

1.4.2 Potensi, Permasalahan, dan Isu Strategis di Ekoregion Papua 7

BAB II SASARAN KINERJA YANG AKAN DICAPAI 36

2.1 Sasaran Strategis Kementerian LHK dan Program Setjen KLHK 36

2.2 Sasaran Kegiatan dan Unit Kegiatan 39

2.3 Analisis SWOT 39

BAB III SASARAN DAN KINERJA UNIT KERJA 44

3.1 Unit Kegiatan, Sasaran dan Indikator Unit Kegiatan 44

3.2 Unit Elemen Kegiatan, Sasaran dan Indikator Elemen Kegiatan 47

BAB IV KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN 52

4.1 Kerangka Regulasi, Kerangka Kelembagaan dan kerangka Pendanaan 52

BAB V Penutup 60

LAMPIRAN

Page 8: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

iv

Pemandian masyarakat di Biak Utara. Foto : Ikhwan A

Persiapan Pentas Budaya Yosfan. Foto : Ikhwan A

Page 9: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

v

AksiPelepasan Satwa Endemik Hasil Sitaan. Foto : Fahrul Dari Kiri: Ketua DPRD Kab. Biak Numfor, DANLANAL Manuhua , Kapus P3E Papua, Staf Ahli BUPATI

Page 10: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

1

BAB IBAB IBAB IBAB I

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paradigma masyarakat terkait pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam

dan lingkungan mengalami perubahan menyikapi fenomena-fenomena yang terjadi.

Pandangan masyarakat secara umum semakin kritis terhadap kinerja Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan beserta jajarannya di daerah. Pertumbuhan penduduk

serta pemekaran dan pengembangan wilayah perlu adanya penyikapan dalam hal

pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam. Perwujudan pengendalian

pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup, pengendalian kerusakan dan

pencemaran serta pelestarian fungsi lingkungan hidup dan kehutanan, UU Nomor

32/2009 memandatkan perlu diperkuatnya perencanaan perlindungan dan pengelolaan

LH (RPPLH). Rencana perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan

terdiri dari empat muatan, yaitu: (1) pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber daya

alam; (2) pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi lingkungan hidup; (3)

pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam;

dan (4) adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Guna memperkuat

perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebut, UU Nomor

32/2009 memandatkan bahwa untuk menyusun rencana perlindungan dan pengelolaan

LH harus berbasis ekoregion yang mempertimbangkan karakteristik wilayah.

Memperhatikan keragaman karakter dan ekologis, sebaran penduduk dan SDA,

kearifan lokal, aspirasi masyarakat dan perubahan iklim. Diharapkan urusan yang

diamanatkan tersebut akan menjadi arah pertimbangan dalam pelaksanaan program-

program kegiatan. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 121/P tahun 2014

tentang Pembentukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 18 Tahun 2015 Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai dasar adanya perubahan

struktur Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) berganti nama menjadi Pusat Pengendalian

Pembangunan Ekoregion (PPPE). Perubahan struktur berdampak pada perbedaan tugas

Page 11: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

2

dan fungsi pada Pusat Pengelolaan Ekoregion Papua dengan Pusat Pengendalian

Pembangunan Ekoregion Papua. Tugas Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion

Papua yakni melaksanakan penyelenggaraan pengendalian pembangunan lingkungan

hidup dan kehutanan di wilayah ekoregion. Juga akan menghasilkan dokumen

perencanaan pengelolaan SDA dan LH di Ekoregion Papua yang dapat dimanfaatkan oleh

semua pihak. Selain itu dengan adanya perubahan tugas tersebut maka P3E Papua juga

melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh Unit

Pelaksana Teknis (UPT) dan unit-unit yang lain yang ada di Provinsi Papua dan Papua

Barat.

Pencapaian hal tersebut diperlukan pendekatan-pendekatan melalui serangkaian

program-program, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap. Serangkaian

program dan kegiatan yang akan dilaksanakan, perlu disusun dalam bentuk Rencana

Strategis (Renstra) yang berisikan sasaran dan indikator sasaran selama periode waktu 1

- 5 tahun ke depan. Renstra yang disusun, diharapkan juga memberi hasil berupa

rencana yang dapat digunakan sebagai alat pemantauan dan evaluasi, maupun sebagai

alat pertanggunganjawab pelaksanaan tugas pokok dan fungsi lembaga.

Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua, merupakan Satuan Kerja

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang sehari-harinnya dibina oleh

Sekretariat Jenderal. Oleh karenanya, Renstra Pusat Pengendalian Pembangunan

Ekoregion Papua, tidak dapat terlepas dari Renstra Setjen Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan. Diharapkan dengan tersusunnya Renstra P3E Papua dapat

memberikan manfaat sebagai penjabaran rencana jangka menengah dan memberi

arahan penyusunan rencana jangka pendek.

1.2 Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam

Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Page 12: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

3

Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang

Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-undang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4412);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

8. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

9. Peraturan Menteri Perencanaan dan Pembangunan/Kepala Bappenas Nomor 5

Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Renstra 2015-2019 (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 860);

10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P. 18/Menlhk-II/2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 713);

11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.39/Menlhk-

Setjen/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Dan

Kehutanan Tahun 2015-2019

Page 13: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

4

12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.40/Menlhk-

Setjen/2015 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Lingkup

Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Tahun 2015-2019.

1.3 Paradigma Tata Kelola Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion

Papua

Rencana Strategis Pusat Pegendalian Pembangunan Ekoregion Papua disusun

berdasarkan paradigma tata kelola guna menjalankan tugas pokok dan fungsi dalam

pelaksanaan kegiatan dengan mengedepankan aspek sebagai berikut :

1. Keterbukaan dan responsif yang menciptakan dan memberikan sistem informasi

yang dapat dengan mudah diakses, tepat, akurat dan saling percaya serta

merespon terhadap masukan dan kritikan yang membangun.

2. Profesional yang memiliki kapabilitas, kompetensi dan integritas.

3. Pelayanan prima dengan mengutamakan kemudahan, ketepatan dan kecepatan

kepada seluruh pemangku kepentingan.

4. Efektif dan efisien yang menandakan kemampuan dalam memecahkan

permasalahan dengan manajerial organisasi dan penganggaran yang memadai.

5. Akuntabilitas, dimaknai dengan kemampuan menjelasakan dan menguraikan

rencana kerja, standar prosedur dan mekanisme kerja yang baik yang dapat

dipertanggungjawabkan.

6. Pemberdayaan dan pelibatan masyarakat, dengan memberikan kesempatan

kepada masyarakat untuk terlibat pada pengambilan keputusan baik secara

langsung maupun tidak langsung.

1.4 Kondisi Umum

1.4.1 Pencapaian Sasaran Program Sebelumnya

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 121/P tahun 2014 tentang

Pembentukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 18 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai dasar adanya perubahan

struktur Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) berganti nama menjadi Pusat Pengendalian

Page 14: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

5

Pembangunan Ekoregion (PPPE). Perubahan struktur berdampak pada perbedaan tugas

dan fungsi pada Pusat Pengelolaan Ekoregion Papua dengan Pusat Pengendalian

Pembangunan Ekoregion Papua.

Pusat Pengelolaan Ekoregion Papua telah menetapkan 7 (tujuh) sasaran strategis

yang telah dicapai pada tahun 2014. Rincian capaian kinerja masing-masing indikator

tiap sasaran strategis tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel berikut :

Tabel 1.1 Capaian Kinerja Pusat Pengelolaan Ekoregion Papua

Sasaran Strategis 1

Tersedianya Database Lingkungan Hidup Ekoregion Papua

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Jumlah dokumen Blue Print

PPLH Tanah Papua yang

dihasilkan

1 Dokumen 1 Dokumen 100

Jumlah Dokumen

Pengembangan SLHD yang

dihasilkan

1 Dokumen 1 Dokumen 100

Jumlah Dokumen

Pengembangan Data

Spasial

1 Dokumen 1 Dokumen 100

Rata-Rata Capaian Kinerja pada sasaran strategis 1 100

Sasaran Strategis 2

Meningkatnya pertukaran informasi Lingkungan Hidup

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Jumlah Edisi Buletin Bumi

Papua

2 Edisi 1 Edisi 50

Jumlah Media Cetak dan

Elektronik yang dihasilkan

• Leaflet dan Brosur • Leaflet dan Brosur 100

Jumlah Publikasi Media

Cetak dan Elektronik yang

dilaksanakan

PLI 1 kali

Film Dokumenter 1

buah

PLI 1 kali

Film Dokumenter 1

buah

100

Jumlah Website yang

dibangun

1 buah 1 buah 100

Rata-Rata Capaian Kinerja pada sasaran strategis 2 100

Sasaran Strategis 3

Menurunnya tingkat pencemaran dari kegiatan industri dan pelaku usaha kegiatan

dan limbah domestic

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Jumlah Kota Bersih dan

Hijau yang dibina

3 Kota 3 Kota 100

Jumlah taman hijau yang

terbangun

1 taman 1 taman 100

Jumlah dokumen 6 dokumen 6 dokumen 100

Page 15: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

6

lingkungan hidup/izin

lingkungan hasil

pengawasan pasif

Rata-Rata Capaian Kinerja pada sasaran strategis 3 100%

Sasaran Strategis 4

Meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan dalam perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Jumlah Kota/Kab yang

telah diberikan Bintek dan

asistensi PPLH

8 Kab/Kota 8 Kab/Kota 100

Jumlah Kab/Kota yang

telah dibentuk Kelompok

Peduli dan Pelestarian LH

8 Kab/Kota 5 Kab/Kota 63

Jumlah orang yang

mengikuti Bimtek

Pengelolaan Laboratorium

30 orang 30 orang 100

Jumlah kampung organik

yang dibangun

3 lokasi 3 lokasi 100

Rata-Rata Capaian Kinerja pada sasaran strategis 4 100

Sasaran Strategis 5

Meningkatnya peran serta masyarakat dalam mengelola LH

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Jumlah orang yang

mengikuti asistensi dan

Bimtek PPLH

1.390 orang 3060 orang 220

Jumlah Kelompok Mitra

strategis yang dibentuk dan

diberdayakan

2 Kelompok 2 Kelompok 100

Jumlah sekolah yang

mengikuti asistensi dan

Bimtek PPLH

22 sekolah 26 sekolah 118

Rata-Rata Capaian Kinerja pada sasaran strategis 5 146

Sasaran Strategis 6

Terpenuhinya sarana dan prasarana pendukung laboratorium lingkungan di

Ekoregion Papua

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Jumlah Laboratorium yang

ditingkatkan kapasitasnya

6 Laboratorium 5 Laboratorium 83

Rata-Rata Capaian Kinerja pada sasaran strategis 6 83

Sasaran Strategis 7

Meningkatnya dukungan pelayanan perkantoran PPE Papua

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Jumlah Bulan Layanan

Perkantoran Ekoregion

Papua

12 Bulan 12 Bulan 100

Page 16: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

7

Jumlah Dokumen

Pengembangan

Perencanaan Program dan

Kegiatan

1 Laporan 1 Laporan 100

Jumlah Laporan

Pengembangan

Administrasi Keuangan

1 Laporan 1 Laporan 100

Jumlah Laporan

Pengembangan Program

Eco Office

1 Laporan 1 Laporan 100

Jumlah Laporan

Pengembangan

Manajemen Perkantoran

1 Laporan 1 Laporan 100

Rata-Rata Capaian Kinerja pada sasaran strategis 7 100

Dalam pelaksanaan penyerapan anggaran, nilai akuntabilitas keuangan secara

kuantitatif terdapat sisa anggaran. Dari alokasi dana Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp.

13.052.667.000,- (Tiga belas milyar lima puluh dua juta enam ratus enam puluh tujuh

ribu rupiah) yang dapat diserap sebesar Rp. 12.940.983.947,- (Dua belas milyar sembilan

ratus empat puluh juta sembilan ratus delapan ratus delapan puluh tiga ribu sembilan

ratus empat puluh tujuh rupiah) atau persentase realisasi sebesar 99.14%.

1.4.2 Potensi, Permasalahan, dan Isu Strategis di Ekoregion Papua

Wilayah kerja Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua, meliputi

Ekoregion Papua, yang secara administratif mencakup 2 (dua) Provinsi yaitu Provinsi

Papua dan Provinsi Papua Barat. Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua

memiliki mitra kerja unit pelaksana teknis UPT, pemerintah daerah/provinsi yang

membidangi lingkungan hidup dan kehutanan, peguruan tinggi dan lembaga swadaya

masyarakat.

Tabel 1.2 UPT Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Wilayah Prov. Papua

No Nama UPT Alamat

1. Balai Besar KSDA Jln. Raya Abepura-Kotaraja, Papua

Telp. (0967) 5815596; Fax. (0967) 585529

2. Balai Taman Nasional Wasur

Marauke, Papua

Jln. Garuda Leproseri No. 3 Po Box. 109 Merauke-99611;

Telp/Fax. (0971) 324532

3. Balai Taman Nasional

Lorentz, Timika

Jln. Sd Percobaan Potikelek Po Box. 176 Papua-99511;

Telp/Fax. (0969) 34098

Page 17: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

8

4. Balai Pengelolaan DAS

Mamberamo, Jayapura

Jln. Raya Abepura-Kotaraja, Papua Kotak Pos 1334,

Jayapura 99351

Telp. (0967) 583349; Fax. (0967) 583329

5. Balai Pemantauan

Pemanfaatan hutan Produksi

(BPPHP) Wilayah XVII

Jayapura

Jln. Raya Abepura-Kotaraja Komp.Kotaraja Grand, Blok

A/25 Jayapura-99351

Telp/Fax. (0967) 581032

6. Balai Pemantauan Kawasan

Hutan (BPKH) Wilayah X

Jayapura

Jln. Raya Abepura-Kotaraja, Jayapura

Telp/Fax. (0967) 582529

Tabel 1.3 UPT Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Wilayah Papua Barat

No Nama Instansi Alamat

1. Balai Besar KSDA Papua

Barat

Jln. Jenderal Sudirman No.40 Sorong. Telp. (0951) 321986;

Fax. (0951) 334073

2. Balai Besar Taman Nasional

Teluk Cenderawasih, Papua

Jln. Drs. Essau Sesa Sowi Gunung Manokwari, Papua Barat.

Telp. (0986) 212303; Fax. (0986) 214719

3. Balai Penelitian Kehutanan

Manokwari

Jln. Inamberi Susweni Po Box. 159 Manokwari, Papua

Barat. Telp. (0986) 213437, 213440; Fax. (0986) 213437

4. Balai Pengelolaan DAS Remu

Ransiki Manokwari

Jln. Serma Suwandi Komp. BLK Sanggeng Manokwari-

98312. Telp. (0986) 2704021

5. Balai Pemantauan

Pemanfaatan Hutan Produksi

(BPPHP) Wilayah XVIII

Manokwari

Jln. Drs. Essau Sesa Sowi Gunung Manokwari, Papua Barat-

983150. Telp/Fax. (0986) 213996

6. Balai Pemantapan Kawasan

Hutan (BPKH) Wilayah XVII

Manokwari

Jln. Angkasa Mulyono No.17 Amban, Manokwari. Telp.

(0986) 2700012; Fax. (0986) 213006

7. SMK Kehutanan Manokwari Jln. Serma Suwandi Komp. BLK/SMK Kehutanan

Manokwari. Telp. (0986) 212107

8. Balai Pengamanan dan

Penegakan Hukum Wilayah

Maluku dan Papua

Manokwari

9. Balai Pengendalian

Perubahan Iklim dan

Kebakaran Hutan dan Lahan

Manokwari

Tabel 1.4 Kantor Lingkungan Hidup Wil Prov. Papua

No Nama Instansi Alamat

1. Badan Pengelola Lingkungan

Hidup Provinsi Papua

Gedung B Dinas Otonom Provinsi Papua Jl. Raya Abepura,

Kotaraja - Jayapura, Papua Telp. +62-967-587694. Fax.

+62-967-587694

2. BLH Kota Jayapura Dinas otonom Kota jayapura Lt.2; Jl. Balai Kota Entrop,

Jayapura Selatan –Papua

Page 18: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

9

3. BLH Kabupaten Biak Numfor Jl. Majapahit No. 1 Kabupaten Biak Numfor

4. BLH Kabupaten Keerom Jl. Merak Jalur 3 Arso II Distrik Arso-Kabupaten Keerom

5. BLH Kabupaten Lanny Jaya Kelurahan Bokon, Distrik Tiom Kabupaten Lanny Jaya

6. Bapedalda Kabupaten Sarmi Kantor Bupati, Petam-Sarmi

7. KLH Kabupaten Waropen Jl. Urfas- Waren, Waropen

8. BLH Kabupaten Yapen Jl. Sumatra-Serui

9. BLH Jayawijaya Jl. A.Yani Wamena-Kabupaten Jayawijaya

Tabel 1.5 Kantor Lingkungan Hidup Wil Prov. Papua Barat

No Nama Instansi Alamat

1. BLH Kota Sorong Jl. Benih Unggul Km. 14 Kota Sorong

2. BLH Kabupaten Fakfak Jl. Pameran Wagon F7, Kabupaten Fakfak

3. Bapeda-LH Kabupaten

Kaimana

Jl. Casuarina No.3 Krooy Kabupaten Kaimana

4. KLH Kabupaten Manokwari Jl. Percetakan Negara Kabupaten Manokwari

5. KLH Kabupaten Pegunungan

Arfak

Jl. Drs D. mandacan, Ullong, Kabupaten Peg. Arfak

6. KLH Kabupaten teluk Bintuni Jl. Sungai Kodok, Bintuni

Keadaan topografi Papua bervariasi mulai dari dataran rendah berawa sampai

dataran tinggi yang dipadati dengan hutan hujan tropis, padang rumput dan lembah

dengan alan-alangnya. Dibagian tengah berjejer rangkaian pegunungan tinggi sepanjang

650 km. Salah satu bagian dari pegunungan tersebut adalah pegunungan Jayawijaya

yang terkenal karena disana terdapat 3 puncak tertinggi yang walaupun terletak didekat

khatulistiwa namun selalu diselimuti oleh salju abadi yaitu puncak Jayawijaya dengan

ketinggian 5,030 m (15.090 ft); puncak Trikora 5.160 m (15.480 ft) dan puncak Yamin

5.100 m (15.300 ft).

Adapun Kondisi topografi Provinsi Papua Barat sangat bervariasi membentang

mulai dari dataran rendah, rawa sampai dataran tinggi, dengan tipe tutupan lahan

berupa hutan hujan tropis, padang rumput dan padang alang-alang. Ketinggian wilayah

di Provinsi Papua Barat bervariasi dari 0->1000 meter dpl. Pembagian wilayah Provinsi

Papua Barat berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut dapat digolongkan ke

dalam empat kelompok yaitu: (1) wilayah dengan ketinggian 0-100 meter dpl; (2)

wilayah dengan ketinggian >100-500 meter dpl; (3) wilayah dengan ketinggian >500-

1000 meter dpl; dan wilayah dengan ketinggian >1000 meter dpl.

Page 19: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

10

Sarana angkutan di wilayah Papua dan Papua Barat berupa angkutan darat, laut

dan udara. Angkutan darat yang berada dalam satu daratan dengan Kota Biak hanya

satu Kabupaten yakni Supiori, sedangkan Kota/Kabupaten lain berada terpisah pulau,

sarana tranportasi tidak semuanya tersedia untuk menjangkau wilayah di dalam atau

antar kabupaten/kota. Angkutan laut yang tersedia berupa pelayaran laut nusantara,

antar pulau, lokal dan fery. Angkutan udara, tidak selamanya menjangkau ibu kota

kabupaten, bahkan angkutan udara dan laut yang tersedia dari Kota Biak tidak

selamanya dapat menjangkau ibu kota Provinsi di Papua dan Papua Barat.

1.4.2.1 Potensi Sumber Daya Alam

1. Provinsi Papua Barat

a. Keadaan Geografis

Provinsi Papua Barat secara geografis terletak pada 124°-132° BT dan 0°- 4° LS,

tepat berada di bawah garis khatulistiwa dengan ketinggian 0-100 meter dari

permukaan laut. Batas wilayah Provinsi Papua Barat, sebelah Utara berbatasan dengan

Samudera Pasifik, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda (Provinsi Maluku),

sebelah Barat berbatasan dengan Laut Seram (Provinsi Maluku), dan sebelah Timur

berbatasan dengan Provinsi Papua.

b. Iklim

Provinsi Papua Barat terletak pada sebelah selatan equator yang mempunyai

iklim tropika basah. Iklim ini cenderung panas, basah dan lembab. Musim di wilayah ini

merupakan perbedaan curah hujan yang dipengaruhi oleh angin pasat tenggara yang

bertiup mulai pertengahan April sampai September, dan angin musim barat laut yang

bertiup mulai bulan Oktober sampai akhir Maret. Selain itu, iklim dan cuaca wilayah ini

sangat dipengaruhi oleh topografi yang tidak datar (berbukit dan bergunung) (Petocz,

1984). Hampir seluruh wilayah Papua Barat memiliki kelas curah hujan tipe III pola C,

dengan curah hujan sekitar 2000-3000 mm/tahun. Rata-rata jumlah hari hujan di

Provinsi Papua Barat berkisar antara 150-288 hari hujan. Kelembaban udara rata-rata di

wilayah Provinsi Papua Barat berkisar antara 81,25 % -87,00%

Page 20: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

11

c. Topografi

Kondisi topografi Provinsi Papua Barat sangat bervariasi membentang mulai dari

dataran rendah, rawa sampai dataran tinggi, dengan tipe tutupan lahan berupa hutan

hujan tropis, padang rumput dan padang alang-alang. Ketinggian wilayah di Provinsi

Papua Barat bervariasi dari 0->1000 m dpl. Pembagian wilayah Provinsi Papua Barat

berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut dapat digolongkan ke dalam empat

kelompok yaitu: (1) wilayah dengan ketinggian 0-100 meter dpl; (2) wilayah dengan

ketinggian >100-500 meter dpl; (3) wilayah dengan ketinggian >500-1000 meter dpl; dan

wilayah dengan ketinggian >1000 meter dpl.

d. Luas Wilayah

Provinsi Papua Barat memiliki luas wilayah 97.117 km2. Luas wilayah dan penduduk per

kabupaten/kota di provinsi Papua Barat tahun 2012 sebagai berikut:

Tabel 1.6 Luas Wilayah dan Persentase menurut Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat

No Kabupaten/Kota Luas Planemetrik

(km2)

Persentase

(%)

1. Kabupaten Fakfak 11.036 11,36

2. Kabupaten Kaimana 16.241 16,72

3. Kabupaten Teluk Wondama 3.959 4,08

4. Kabupaten Teluk Bintuni 20.840 21,46

5. Kabupaten Manokwari 14.250 14,67

6. Kabupaten Sorong Selatan 3.946 4,06

7. Kabupaten Sorong 7.515 7,74

8. Kabupaten Raja Ampat 8.034 8,27

9. Kota Sorong 656 0,67

10. Kabupaten Tambrauw 5.179 5,33

11. Kabupaten Maybrat 5.461 5,62

Jumlah 97.117 100,00

e. Pulau dan Sungai

Wilayah Provinsi Papua Barat dilewati beberapa sungai yang tersebar di

beberapa wilayah kabupaten/kota. Dari sungai besar di Papua Barat sebagian besar

mengalir di wilayah pengembangan Sorong. Sungai-sungai tersebut menjadi sebuah

sistem daerah aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun. Sungai-sungai besar hingga

kecil yang berasal dari wilayah pegunungan di bagian tengah Kepala Burung yang

mengalir ke arah dataran rendah (berawa) dan bermuara di Teluk Bintuni. Selain itu,

Page 21: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

12

terdapat pula sejumlah sungai yang mengalir ke arah Selatan dan bermuara di pantai

Selatan pada dan pantai Utara. Beberapa sungai besar yang bermuara di Teluk Bintuni

adalah Sungai Arandai, Wiryagar, Kalitami, Seganoi, Kais, Kamundan, Teminabuan,

Sermuk, Maambar, Woronggei dan Sanindar.

Selain sungai juga dijumpai danau di daerah pegunungan, yaitu Danau Anggi Giji

dan Anggi Gita serta Danau Ayamaru. Di Provinsi Papua Barat terdapat beberapa sungai

yang membentuk beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS). Sebagian besar Daerah Aliran

Sungai yang terbentuk adalah pada kabupaten-kabupaten di Wilayah Pengembangan

Sorong. Sungai-sungai yang termasuk dalam kategori terpanjang adalah Sungai

Kamundan (425 km), Sungai Beraur (360 km), dan Sungai Warsamsan (320 km),

sedangkan sungai-sungai yang termasuk kategori terlebar adalah Sungai Kaibus (80-2700

m), Sungai Minika (40-2200 m), Sungai Karabra (40-1300 m), Sungai Seramuk (45-1250

m), dan Sungai Kamundan (140-1200 m). Sungai-sungai ini sebagian besar terletak di

kabupaten-kabupaten di Wilayah Pengembangan Sorong. Berdasarkan data-data pada

tabel di atas, beberapa sungai yang memiliki kecepatan arus paling deras antara lain

adalah Sungai Seramuk (3,06 km/jam), Sungai Kaibus (3,06 km/jam), Sungai Beraur (2,95

km/jam), Sungai Aifat (2,88 km/jam), dan Sungai Karabra (2,88 km/jam). Sungai-sungai

tersebut terletak pada Wilayah Pengembangan Sorong.

2. Provinsi Papua

a. Keadaan Geografis

Secara geografis Provinsi Papua terletak antara 130°- 141° Bujur Timur dan 2°25'

Lintang Utara - 9° Lintang Selatan. Batas-batas wilayah Provinsi Papua, sebelah Utara

berbatasan dengan Samudera Pasifik, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafura,

sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Papua Barat, dan sebelah Timur berbatasan

dengan Papua New Guinea.

b. Iklim

Keadaan iklim Papua termasuk iklim tropis, dengan keadaan curah hujan sangat

bervariasi terpengaruh oleh lingkungan alam sekitarnya. Curah hujan bervariasi secara

lokal, mulai dari 1.500 mm sampai dengan 7.500 mm setahun. Curah hujan di bagian

Page 22: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

13

utara dan tengah rata-rata 2000 mm per tahun (hujan sepanjang tahun). Cuaca hujan di

bagian selatan kurang dari 2000 mm per tahun dengan bulan kering rata-rata 7 (tujuh)

bulan. Jumlah hari-hari hujan per tahun rata-rata untuk Jayapura 160, Biak 215,

Enarotali 250, Manokwari 140 dan Merauke 100.

c. Topografi

Keadaan topografi Papua bervariasi mulai dari dataran rendah berawa sampai

dataran tinggi yang dipadati dengan hutan hujan tropis, padang rumput dan lembah

dengan alang-alangnya. Dibagian tengah berjejer rangkaian pegunungan tinggi

sepanjang 650 km. Salah satu bagian dari pegunungan tersebut adalah pegunungan

Jayawijaya yang terkenal karena disana terdapat 3 puncak tertinggi yang walaupun

terletak didekat khatulistiwa namun selalu diselimuti oleh salju abadi yaitu puncak

Jayawijaya dengan ketinggian 5,030 m (15.090 ft); puncak Trikora 5.160 m (15.480 ft)

dan puncak Yamin 5.100 m (15.300 ft).

d. Luas wilayah

Secara fisik, Papua merupakan Provinsi terluas di Indonesia, dengan luas daratan

21,9% dari total tanah seluruh Indonesia yaitu 421.981 km², membujur dari barat ke

timur (Sorong-Jayapura) sepanjang 1,200 km (744 mile) dan dari utara ke selatan

(Jayapura-Merauke) sepanjang 736 km (456 mile). Selain tanah yang luas, Papua juga

memiliki banyak pulau yang berjejer disepanjang pesisirnya. Provinsi Papua terdiri dari

28 kabupaten, 1 kota, 389 kecamatan, 3.619 Kelurahan/Desa.

Tabel 1.7 Luas Wilayah dan Persentase menurut Kabupaten/Kota Provinsi Papua

No Kabupaten/Kota Luas Planemetrik

(km2)

Persentase

1 Kabupaten Merauke 430,240.95 56.51

2 Kabupaten Jayawijaya 27,649.45 3.63

3 Kabupaten Jayapura 14,350.95 1.88

4 Kabupaten Nabire 11,544.68 1.52

5 Kabupaten Yapen Waropen 2,424.56 0.32

6 Kabupaten Biak Numfor 1,965.05 0.26

7 Kabupaten Paniai 11,479.21 1.51

8 Kabupaten Puncak Jaya 5,329.30 0.70

9 Kabupaten Mimika 22,903.78 3.01

10 Kabupaten Boven Digoel 27,880.73 3.66

Page 23: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

14

11 Kabupaten Mappi 25,944.01 3.41

12 Kabupaten Asmat 18,427.31 2.42

13 Kabupaten Yakuhimo 12,955.75 1.70

14 Kabupaten Pegunungan Bintang 16,043.91 2.11

15 Kabupaten Tolikara 5,176.42 0.68

16 Kabupaten Sarmi 10,704.98 1.41

17 Kabupaten Keerom 8,767.58 1.15

18 Kabupaten Waropen 15,255.78 2.00

19 Kabupaten Supiori 969.26 0.13

20 Kabupaten Mamberamo Raya 16,852.18 2.21

21 Kabupaten Nduga 4,748.97 0.62

22 Kabupaten Lanny Jaya 2,961.09 0.39

23 Kabupaten Mamberamo Tengah 9,100.01 1.20

24 Kabupaten Yalimo 36,739.30 4.83

25 Kabupaten Puncak 10,421.83 1.37

26 Kabupaten Dogiyai 5,258.67 0.69

27 Kabupaten Intan Jaya 3,922.02 0.52

28 Kabupaten Deiyai 537.39 0.07

29 Kota Jayapura 786.18 0.10

Jumlah 761,341.30 100.00

e. Pulau dan sungai

Papua memiliki banyak pulau yang berjejer disepanjang pesisirnya. Dipesisir

utara terdapat pulau Biak, Numfor, Yapen dan Mapia. Di sebelah barat pulau Salawati,

Batanta, Gag, Waigeo dan Yefman. Di pesisir Selatan terdapat pulau Kalepon, Komoran,

Adi, Dolak dan Panjang, sedangkan di bagian timur berbatasan dengan Papua New

Guinea. Sungai-sungai besar beserta anak sungainya mengalir ke arah selatan dan utara.

Sungai Digul yang bermula dari pedalaman Kabupaten Merauke mengalir ke Laut

Arafura. Sungai Warenai, Wagona dan Mamberamo yang melewati Kabupaten

Jayawijaya, Paniai dan Jayapura bermuara di Samudera Pasifik. Sungai-sungai tersebut

mempunyai peranan penting bagi masyarakat sepanjang alirannya baik sebagai sumber

air bagi kehidupan sehari-hari, sebagai penyedia ikan maupun sebagai sarana

penghubung ke daerah luar. Selain itu terdapat pula beberapa danau, diantaranya yang

terkenal adalah Danau Sentani di Jayapura, Danau Yamur, Danau Tigi dan Danau Paniai

di Kabupaten Nabire dan Paniai.

Page 24: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

15

1.4.2.2 Potensi dan Keunggulan Wilayah

Sebagaimana termaktub dalam RPJMN 2015-2019, wilayah Papua sebagai salah satu

pulau terbesar di Indonesia dengan potensi sumber daya alam sangat besar di sektor

pertambangan, migas dan pertanian.

1. Komoditas sektor pertambangan dan penggalian yang paling dominan adalah

minyak, gas dan tembaga. Pada Tahun 2013, sektor pertambangan dan penggalian

sudah berkontribusi sebesar 33,56 % untuk seluruh Wilayah Papua.

2. Wilayah Papua memiliki potensi gas bumi sebesar 23,91 TSCF (Trillion Square Cubic

Feet) atau sebesar 23,45 persen dari potensi cadangan gas bumi nasional.

Sementara itu, cadangan minyak bumi di Wilayah Papua mencapai sekitar 66,73

MMSTB atau sebesar 0,91 persen dari cadangan minyak bumi nasional yang

mencapai 7.039,57 MMSTB (Million Stock Tank Barrels/Cadangan Minyak Bumi).

Cadangan gas bumi di sekitar Teluk Bintuni. Sementara itu, cadangan migas

terbesar terdapat di sekitar Sorong, Blok Pantai Barat Sarmi, dan Semai.

3. Tembaga merupakan hasil tambang yang sangat potensial untuk dikembangkan di

Wilayah Papua karena memiliki lebih dari 45 persen cadangan tembaga nasional

yang sebagian eksplorasi dan pengolahannya terpusat di Timika (Kabupaten

Mimika).

4. Pengembangan MIFEE (Merauke Integrated Food & Energy Estate) dialokasikan

seluas 1,2 juta Ha yang terdiri dari 10 Klaster Sentra Produksi Pertanian (KSPP).

5. Dari sektor pertanian terutama perkebunan, Wilayah Papua merupakan produsen

kelapa sawit yang besar di Asia, yaitu sebesar 7,80 persen per tahun lebih tinggi

dibandingkan Malaysia yang hanya sebesar 4,20 persen per tahun.

6. Wilayah Ekoregion Papua juga memiliki beberapa potensi pengembangan

pariwisata terutama wisata bahari yang merupakan tujuan wisatawan

mancanegara maupun wisatawan lokal yang salah satunya terdapat di Raja Ampat,

Provinsi Papua Barat.

Berdasarakan rencana tata ruang yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Tahun 2010 – 2030 yang berada pada Ekoregion Papua terdapat

7 lokus strategis yang termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan

Page 25: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

16

Strategis Papua yakni Teluk Cendrawasih-Biak-Mamberamo-Jayapura; Bagian Tengah

Papua; Arafura-TN Lorent-MIFFE; Region Fakfak; Teluk Bintuni; Danau Ayamaru dan

Kepulauan Raja Ampat.

1.4.2.3 Isu Strategis

1. Ketahanan air

a. Kerusakan dan Pencemaran Danau

Pada Sub Agenda Prioritas Ketahanan Air disebutkan bahwa salah satu sasaran

yang akan dicapai adalah Pemeliharaan dan Pemulihan Sumber Air dan Ekosistem

melalui Pengelolaan danau. Di Ekoregion Papua, pengelolaan terhadap pencemaran dan

kerusakan danau yaitu pada Danau Sentani dan Danau Rawa Biru. Danau sentani

termasuk dalam program Germadan (Gerakan Penyelematan Danau) dan Pengelolaan

Terpadu 15 Danau Prioritas Nasional.

Danau Sentani yang memiliki luas 9.630 hektar (ha) dan kedalaman 70 m dpl

merupakan satu kesatuan dengan Cagar Alam Pegunungan Cycloops (Jayapura) dengan

luas areal 245.000 ha. Pegunungan Cycloops yang berbatasan dengan Kota Jayapura

ditetapkan menjadi cagar alam (tahun 1995), sebagai pusat penelitian, dan

pengembangan ilmu pengetahuan. Danau Sentani merupakan badan perairan yang

potensial untuk pengembangan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan

Gambar 1.1

Lokus Strategis

berdasarkan

Rencana Tata

Ruang Papua

2010 -2030

Sumber:

Bappeda

Pemerintah

Provinsi Papua

Page 26: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

17

kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Saat ini Danau Sentani dimanfaatkan untuk

mendukung sektor pertanian, pariwisata, transportasi, dan perikanan.

Hasil studi Universitas Cenderawasih (2010) mengenai kondisi sungai di wilayah

Kabupaten Jayapura, diketahui bahwa jumlah seluruh sungai yang mengalir ke Danau

Sentani sebanyak 26 sungai dengan total panjang mencapai 208,45 km dan hanya

sebagian kecil dari sungai tersebut yang merupakan sungai yang mengalir sepanjang

tahun (parenial). Namun dari pengamatan yang dilakukan Tim Badan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Provinsi Papua (2013) didapatkan hanya 10 sungai yang masih

mengalirkan air, yaitu delapan sungai di bagian utara dan dua sungai di bagian selatan.

Studi dan Detail Desain Pengembangan Danau Sentani (PT Pramathana Konsultan, 2002)

mencatat sungai-sungai yang berpengaruh dominan terhadap pasokan air Danau

Sentani adalah sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan Cyclops di utara danau, yaitu

Sungai Doyo, Kemiri, Sentani, Jaferi, Nimebem, Haway, Yabawi, Yapataita, Hoboi,

Younolo, Klandili, Dofroko, dan Kuyabu. Sedang di bagian barat adalah Sungai Dombule

dan Boroway dan di bagian selatan adalah Sungai Tenak Sawe dan Ayapo. Sungai-sungai

yang mengalir dari arah utara bersumber dari beberapa mata air yang terdapat di

Pegunungan Cycloop. Satu-satunya outlet Danau Sentani adalah Sungai Jaifuri di bagian

selatan yang menyatu dengan Sungai Sungrum, Skamto, dan Tami di Kabupaten Keerom

yang berjarak sekitar 10 km dari outlet danau, kemudian bermuara di Teluk Youtefa di

Samudera Pasifik. Kawasan Danau Sentani memiliki Daerah Tangkapan Air (catchment

area) di wilayah sekeliling danau dan gugusan pulau kecil di danau dengan luas

keseluruhan 54.353 Hektar (BPLH Prov. Papua 2013). Daerah Tangkapan Air Danau

Sentani di bagian utara dibatasi oleh puncak Pegunungan Cycloop.

Permasalahan umum yang terjadi di ekosistem Danau Sentani adalah kerusakan

Daerah Tangkapan Air (DTA), kerusakan sempadan dan kawasan perairan danau, dan

pencemaran perairan. Kerusakan DTA disebabkan bertambah luasnya lahan kritis. Luas

lahan kritis di DAS Sentani adalah 14.847 ha atau 19,04 % dari luas total DAS Sentani

77.967 ha (BPDAS, 2012). Kerusakan sempadan dan kawasan perairan danau karena

adanya pemanfaatan danau yang berlebihan menjadi penyebab terjadinya penurunan

kualitas sehingga menjadikan kondisi kawasan danau yang mengalami pencemaran,

sedimentasi dan kerusakan-kerusakan lain. Pencemaran kualitas perairan Danau Sentani

Page 27: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

18

disebabkan oleh adanya buangan limbah domestik pemukiman penduduk di sekitar

danau dan buangan (oli dari PLTD, buangan limbah rumah sakit, dan sebagainya).

Tanah yang terlarut akibat erosi menyebabkan sedimentasi di bagian hilir badan

air sehingga mengakibatkan pendangkalan di danau. Sebagian bahan sedimentasi itu

diakibatkan oleh penggalian, penambangan, penebangan hutan, pembukaan lahan, dan

pembangunan jalan di Pegunungan Cycloops. Erosi tanah yang memasuki badan air

dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas perairan, antara lain peningkatan

nilai kekeruhan dan padatan tersuspensi. Laju erosi pada daerah tangkapan air (DTA)

Sentani sebesar 94,52 ton/ha/tahun (BPDAS 2002 dalam Mandosir et al. 2004), kondisi

ini diakibatkan oleh vegetasi hutan yang rusak. Kondisi perairan yang tercemar berat

juga ditandai oleh warna air yang berwarna kehijauan sebagai akibat meningkatnya

bahan organik, dan disebabkan oleh pembuangan sampah ke danau. Hasil pengukuran

kualitas air Danau Sentani pada tahun 2013, berdasarkan status mutu air dengan

menggunakan Metode Perhitungan Indeks Pencemaran dengan mengacu pada Kepmen

LH Nomor: 115 Tahun 2003 ditunjukkan pada Tabel 1.8 sebagai berikut.

Tabel 1.8 Hasil Perhitungan Indeks Pencemaran (IP) Kualitas Air Danau Sentani

No. Station

Pengamatan

Hasil Perhitungan IP Evaluasi terhadap Nilai IP

April Juli Okt Baku

Mutu

Cemar

Ringan

Cemar

Sedang

Cemar

Berat

1. Sosiri 2.68 2.98 3.20 - √ - -

2. Ifale 2.80 2.30 2.60 - √ - -

3. Ayapo 2.70 5.30 1.88 - √ √ -

4. Puai 3.40 1.80 1.60 - √ - -

5. Jembatan II 2.70 3.20 2.03 - √ - -

6. Tanjung Elmo 2.50 1.90 1.83 - √ - -

Sumber: Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua, 2013

Danau Rawa Biru merupakan salah satu sumber air bersih PDAM Merauke untuk

memenuhi kebutuhan domestik masyarakat di Kabupaten Merauke. Permasalahan

utama yang terjadi pada ekosistem Rawa Biru yaitu penurunan ketersediaan air karena

makin menyempitnya badan Rawa Biru akibat invasi vegetasi liar di badan air.

Penurunan debit air di Danau Rawa Biru menjadi indikasi menurunnya cadangan air

bersih di Merauke. Berdasarkan hasil analisis model SWAT terhadap kondisi hidrologi

DAS Rawa Biru, terlihat bahwa akibat perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi

dengan cepat mempengaruhi respon hidrologi pada setiap sub-sub DAS di DAS Rawa

Page 28: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

19

Biru. Perubahan respon hidrologi tersebut dilihat dari tingginya nilai koefisien regim

sungai (KRS) yang merupakan perbandingan debit air sungai yang maksimum dan

biasanya terjadi pada musim hujan dan debit air sungai minimum yang biasaya terjadi

pada musim kemarau, seperti yang disajikan pada Tabel 1.9. sebagai berikut.

Tabel 1.9 Koefisien Regim Aliran Sungai Sub-Sub DAS di DAS Rawa Biru selama Periode

Tahun 2004-2013

No. Sub DAS Luas (HA) PANJANG

SUNGAI (Km)

Qmax Qmin KRS

1 Rawa Biru 1 10.906,38 60,59 693,98 14,35 48,35

2 Rawa Biru 2 36.066,60 212,63 2.376,87 13,76 172,76

3 Rawa Biru 3 4.878,81 25,78 321,69 29,43 10,93

4 Rawa Biru 4 4.453,20 21,23 250,58 13,28 18,87

5 Rawa Biru 5 31.620,60 181,48 1.888,25 3,67 514,97

6 Rawa Biru 6 11.791,26 65,6 663,23 12,63 52,53

7 Rawa Biru 7 12.127,14 66,61 642,23 1,80 356,39

8 Rawa Biru 8 2.673,63 14,11 99,26 4,35 22,80

9 Rawa Biru 9 3.094,02 15,6 102,22 1,56 65,50

10 Rawa Biru 10 2.140,11 8,25 92,24 26,05 3,54

11 Rawa Biru 11 3.938,67 21,94 226,51 11,82 19,16

12 Rawa Biru 12 1.133,01 4,4 18,88 0,50 38,03

Sumber: Hasil Analisis Model SWAT (P3E Papua).

Tingkat erosi di DAS Rawa Biru tergolong tingkat erosi sedang dan ringan.

Sehingga dari hasil tersebut faktor erosi di kajian pengelolaan ekosistem Rawa Biru dari

dimensi ekologi kurang sensitif dengan nilai RMS 2,35 atau dibawah rata-rata nilai RMS

semua attribut. Hasil analisis model SWAT (Soil and Water Assessment Tools) diperoleh

hasil analisis tingkat erosi di DAS Rawa Biru seperti yang disajikan pada Tabel 1.10

berikut.

Tabel 1.10 Tingkat Erosi di DAS Rawa Biru

Sumber: Hasil Analisis Model SWAT (P3E Papua).

No Kelas Erosi Nilai Tingkat

Erosi

(ton/ha)

Periode 2004-2008 Periode 2009-2013

Luas

(ha)

Persen

(%)

Luas

(ha)

Persen

(%)

1 Sangat

Ringan

<15 38.656,35 30,97 31.493,07 25,23

2 Ringan 15-60 82.486,26 66,08 87.324,21 69,96

3 Sedang 60-180 3.680,82 2,95 6.006,15 4,81

4 Berat 180-480 0 0 0 0

5 Sangat Berat >480 0 0 0 0

Total 129.795,57 100,00 129.795,57 100,00

Page 29: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

20

Faktor erosi di suatu DAS perlu diperhatikan karena dampak dari proses erosi

tersebut akan meningkatkan proses sedimentasi di hilir yang mengakibatkan

pendangkalan dan penyusutan Danau. Proses pendangkalan tersebut merupakan

tahapan akhir dari proses kehilangan tanah di hulu DAS yang sungai-sungainya

bermuara di Rawa Biru.

b. Kerusakan dan Pencemaran DAS

Pengelolaan DAS di Ekoregion Papua untuk tahun 2015-2019 difokuskan pada

dua lokus yaitu DAS Maruni dan DAS Remu Ransiki. Daerah Aliran Sungai (DAS) Maruni

memiliki luas wilayah 10.991,7 hektar dengan sebaran menurut bentuknya yakni 63,89%

berbentuk linear dan lainnya iregullar. Berdasarkan data /informasi pada peta Daerah

Aliran Sungai Maruni menunjukkan bahwa posisi DAS Maruni dengan hulu berada pada

Pegunungan Arfak dan bermuara di Pantai Maruni. Sungai Maruni termasuk dalam Sub

DAS Warmare yang memiliki panjang ± 19,2 Km. Sungai Maruni merupakan sungai yang

mengalir sepanjang tahun dan mempunyai fluktuasi debit yang tinggi dengan debit

banjir relatif kecil, karena waktu tiba banjir dari anak-anak sungai berbeda-beda, namun

waktu banjir berlangsung agak lama. Hulu Sungai Maruni berada di daerah Pegunungan

Arfak dan bermuara di Samudera Pasifik.

Secara fisiografi sungai ini mengalir dari satuan fisiografi Pegunungan Tengah

Kepala Burung dimana bagian barat daya daerah ini bergunung dan tertoreh dalam-

dalam (dengan timbulan mencapai 500 m) oleh sejumlah sungai yang mengalir kearah

utara dan secara stratigrafi sungai ini berada pada formasi Bongkah Arfak. Formasi

Bongkah Arfak meliputi dua satuan, yang lebih tua adalah batuan Gunung Arfak dari

busur kepulauan, dan umumnya terdiri dari batuan klastika gunung api dan piroklastik,

lava dan terobosan dari menengah hingga basa. Batu gamping Maruni yang berada di

muara Sungai Maruni sendiri merupakan satuan dari bongkah Arfak. Sehingga di Sungai

Maruni banyak dijumpai batuan-batuan yang berasal dari formasi ini. Daerah Aliran

Sungai Maruni menyimpan berbagai kekayaan alam yang belum termanfaatkan. Salah

satu potensi yang ada adalah pemanfaatan air Sungai Maruni untuk memenuhi

kebutuhan air seluruh penduduk yang bermukim di Kota Manokwari dan sekitarnya.

Karena hingga saat ini hanya sedikit masyarakat yang memperoleh akses ke air bersih.

Page 30: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

21

Namun demikian, dengan berbagai aktivitas manusia akan memberikan tekanan

pada DAS Maruni dan akan menjadi semakin parah jika dilakukan pada areal DAS yang

tidak mendukung, artinya pemanfaatan lahan tidak sesuai peruntukannya. Sebagai

contoh, pembangunan disegala bidang sedang digalakkan di Manokwari sebagai Ibukota

Provinsi Papua Barat termasuk pembangunan pabrik semen yang sedikit banyak akan

mempengaruhi DAS Maruni.

Pertambahan penduduk diprediksi akan terus meningkat, sedangkan lahan

produktif untuk pertanian selalu menurun luasnya. Kondisi ini menyebabkan Daya

Dukung Lahan DAS Maruni dalam kondisi defisit. Belum lagi aktivitas penduduk, industri,

dan transportasi akan memberikan tambahan limbah pada air Sungai Maruni. Saat ini,

pada daerah hilir sungai telah tercemar oleh beberapa parameter antara lain residu

terlarut, residu tersuspensi, pH, BOD, COD, DO, Tembaga, dan Minyak Lemak.

Tekanan terhadap lahan disekitar DAS Maruni terjadi karena pertambahan

jumlah penduduk yang terus memaksakan terpenuhinya kebutuhan hidup. Secara

administratif ada sejumlah kampung yang bergantung pada keberadaan DAS Maruni

khususnya Kampung Tanah Merah, Hingk, Misapmesi, dan Doput. Ketiga kampung

tersebut memiliki jumlah penduduk sebanyak 978 jiwa.

Berdasarkan evaluasi kondisi tata air dan lahan dengan mengacu pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku, maka status daya tampung dan daya dukung lahan

pada DAS Maruni dapat disimpulkan sebagai berikut:

� Ketersediaan lahan (SL) sebesar 52 ha, sedangkan kebutuhan lahan 407,5 ha

sehingga SL < DL yang mencirikan bahwa daya dukung lahan pada DAS Maruni

berada pada kondisi Defisit.

� Ketersediaan air (SA) pada DAS Maruni sebanyak 12.997.954.773,96 m3/tahun

lebih besar dari kebutuhan air (DA) sebesar 1.564.800 m3/tahun sehingga daya

dukung air berada pada kondisi Surplus.

� Daya tampung Sungai Maruni berdasarkan Baku Mutu Air Kelas II menggunakan

Metode Storet menunjukkan bahwa status air memenuhi baku mutu sampai

tercemar berat, sedangkan menggunakan indeks pencemaran menunjukkan

status mutu air dari normal sampai tercemar ringan.

Page 31: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

22

Sungai Remu terletak di Kota Sorong yang merupakan sungai penting bagi

masyarakat Kota Sorong. Namun sayangnya masyarakat yang berdomisili di bantaran

Sungai Remu hingga saat ini masih membuang sampah plastik dan limbah rumah tangga

ke sungai yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Air Sungai Remu sudah

tercemar berat berdasarkan uji kualitas air yang sudah dilakukan pengukuran oleh

Badan Lingkungan Hidup Kota Sorong bekerja sama dengan Laboratorium Daerah

Kementerian Lingkungan Hidup.

Hasil pengukuran itu menyatakan bahwa air Sungai Remu tercemar dan

terkandung bahan berbahaya dan logam berat yang berpengaruh langsung terhadap

kehidupan manusia seperti chrome dan beberapa jenis logam berat lainnya. Selain

logam berat, air Sungai Remu juga mengandung senyawa fosfat, nitrat dan kandungan

oksigen terlarut yang sangat berbahaya terhadap sistem perairan dan makhluk hidup.

Hasil penelitian dari tim Hidrologi dan Kualitas Air Fakultas Geografi UGM tahun 2010

menunjukkan sifat fisika, kimia dan biologi perairan Sungai Remu berdasarkan PP. No

82/2001, telah melewati ambang batas baku mutu air untuk golongan I yaitu perairan

Sungai Remu tercemar sedang sampai berat sehingga tidak layak dijadikan sebagai

sumber air minum. Hasil uji korelasi spearman’s menunjukkan bahwa berbagai bentuk

penggunaan lahan baik pertanian maupun permukiman berpengaruh nyata terhadap

penurunan kualitas air Sungai Remu yaitu untuk aktivitas pertanian, (rs) = -1,34, (rs2)

sekitar 18 %, sedangkan aktivitas permukiman, (rs) = -17, (rs2) sekitar 29 %. Bila

dibandingkan antara besarnya pengaruh aktivitas penggunaan lahan oleh masyarakat,

maka aktivitas permukiman masyarakat mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar

daripada aktivitas pertanian masyarakat terhadap penurunan kualitas perairan Sungai

Remu. Penyebab rusaknya Sungai Remu adalah daerah aliran sungai yang seharusnya

dijadikan fungsi konservasi, daerah tangkapan hujan dan didominasi oleh tanaman

hutan kini banyak dialihfungsikan untuk kegiatan pertanian dan permukiman.

2. Ketahanan pangan

Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang

untuk mengaksesnya. Didalam RPJMN 2015-2019, pengembangan potensi ekonomi

wilayah Papua sebagai lumbung pangan melalui pengembangan 1 kawasan MIFEE

Page 32: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

23

(Merauke Integrated Food and Energy Estate) di Merauke, pengambangan 1 kawasan

KAPET (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu) di Biak dan kawasan KPE (Kawasan

Pengembangan Ekonomi) di Wamena.

Kabupaten Merauke memiliki potensi lahan dengan topografi yang datar dan

memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, keadaan ini memberikan daya tarik tersendiri

sehingga Pemerintah pusat dalam program MP3EI atau Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia menetapkan Kabupaten Merauke sebagai

lumbung pangan dan energi di Kawasan Timur Indonesia, kegiatan tersebut diwujudkan

dengan nama MIFEE atau Merauke Integrated Food and Energy Estate. Program

tersebut dinilai oleh pemerintah pusat dapat menjawab tantangan topik kedaulatan

pangan nasional.

Pengembangan MIFEE (Merauke Integrated Food & Energy Estate) dialokasikan

seluas 1,2 juta Ha yang terdiri dari 10 Klaster Sentra Produksi Pertanian (KSPP). Empat

Klaster Sentra Produksi Pertanian yang dikembangkan yaitu: Greater Merauke, Kali

Kumb, Yeinan, dan Bian di Kabupaten Merauke. Untuk jangka menengah (kurun waktu

2015 – 2019) diarahkan pada terbangunnya kawasan sentra produksi pertanian

tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta perikanan darat di

Klaster Okaba, Ilwayab, Tubang, dan Tabonji. Sedangkan untuk jangka panjang (kurun

waktu 2020 – 2030) diarahkan pada terbangunnya kawasan sentra produksi pertanian

tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan.

Pengembangan pengelolaan KAPET Biak dengan fokus komoditas perikanan,

rumput laut, dan pariwisata (bahari, budaya, sejarah). Percepatan pembangunan

kawasan ekonomi lokal Papua berbasis kesatuan adat, meliputi (1) Wilayah Mamta,

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 dengan pusat pertumbuhan di Jayapura, dan fokus

industri pengolahan komoditas sagu, kakao, kelapa, pariwisata kawasan wisata Danau

Sentani; (2) Wilayah Saireri dengan pusat pertumbuhan di Biak, dan focus industri

pengolahan komoditas rumput laut, perikanan tangkap, udang, teripang, kelapa dalam,

produk kayurakyat, kawasan wisata bahari Padaido; (3) Wilayah LaPago dengan pusat

pertumbuhan di Wamena, dan focus industri komoditas buah merah, kopi, ubi-ubian,

ternak babi, wisata budaya; (4) Wilayah Me Pago dengan pusat pertumbuhan di Timika,

dan fokus industri pengolahan komoditas Sagu, Kopi, Buah Merah, Kepiting, Emas, Batu

Page 33: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

24

Bara, Kayu Rakyat, Perikanan Air Tawar; (5) Wilayah Anim Ha dengan pusat

pertumbuhan di Merauke, dan fokus industri pengolahan komoditas pengolahan karet,

minyak kayu putih, padi, perikanan tangkap, pengolahan perikanan.

Pelaksanaan program-program tersebut erat kaitannya dengan pembukaan

lahan baru yang akan merubah fungsi awal lahan menjadi lahan untuk tanaman pangan.

Kondisi tersebut menimbulkan potensi gangguan keseimbangan lingkungan dan

perubahan daya dukung dan daya tampung lingkungan, antara lain ketersediaan sumber

daya alam khususnya sumber daya lahan yang mendukung kehidupan masyarakat,

kondisi pemanfaatan lahan secara faktual dalam hubungannya kebutuhan ruang untuk

penduduk, dan kualitas air sungai berkaitan dengan daya tampungnya terhadap beban

pencemaran akibat aktivitas manusia dan pengaruh alam lainnya.

3. Pengelolaan kawasan peisisir dan laut

Sektor kelautan merupakan salah satu sektor pembangunan berbasis pada

sumber daya alam dan jasa lingkungan. Pengelolaan sektor kelautan dapat dikakukan

dengan pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu. Di Ekoregion Papua, tata

ruang yang merupakan basis pengembangan wiayah pesisir daln laut adalah di Taman

Nasional Teluk Cenderawasih. Taman Nasional Teluk Cenderawasih merupakan taman

nasional perairan laut terluas di Indonesia, terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0,9%),

daratan pulau-pulau (3,8%), terumbu karang (5,5%), dan perairan lautan (89,8%). Taman

Nasional ini terletak di Teluk Cenderawasih, Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua.

Taman Nasional Teluk Cenderawasih meliputi pulau Mioswaar, Nusrowi, Roon,

Rumberpon dan Yoop.

Potensi karang Taman Nasional Teluk Cendrawasih tercatat 150 jenis dari 15

famili, dan tersebar di tepian 18 pulau besar dan kecil. Persentase penutupan karang

hidup bervariasi antara 30,40% sampai dengan 65,64%. Umumnya, ekosistem terumbu

karang terbagi menjadi dua zona yaitu zona rataan terumbu (reef flat) dan zona lereng

terumbu (reef slope). Jenis-jenis karang yang dapat dilihat antara lain koloni karang biru

(Heliopora coerulea), karang hitam (Antiphates sp.), famili Faviidae dan Pectiniidae,

serta berbagai jenis karang lunak. Taman Nasional Teluk Cendrawasih terkenal kaya

akan jenis ikan. Tercatat kurang lebih 209 jenis ikan penghuni kawasan ini di antaranya

Page 34: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

25

butterflyfish, angelfish, damselfish, parrotfish, rabbitfish, dan anemonefish. Jenis

moluska antara lain keong cowries (Cypraea spp.), keong strombidae (Lambis spp.),

keong kerucut (Conus spp.), triton terompet (Charonia tritonis), dan kima raksasa

(Tridacna gigas). Terdapat empat jenis penyu yang sering mendarat di taman nasional

ini yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu

lekang (Lepidochelys olivaceae), dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Duyung

(Dugong dugong), paus biru (Balaenoptera musculus), ketam kelapa (Birgus latro),

lumba-lumba, dan hiu sering terlihat di perairan Taman Nasional Teluk Cendrawasih.

Terdapat goa alam yang merupakan peninggalan zaman purba, sumber air panas

yang mengandung belerang tanpa kadar garam di Pulau Misowaar, goa dalam air

dengan kedalaman 100 kaki di Tanjung Mangguar. Sejumlah peninggalan dari abad 18

masih bisa dijumpai pada beberapa tempat seperti di Wendesi, Wasior, dan Yomber.

Umat Kristiani banyak yang berkunjung ke gereja di desa Yende (Pulau Roon), hanya

untuk melihat kitab suci terbitan tahun 1898.

Masalah yang sering terjadi adalah pemanfaatan berlebihan dan tidak

bertanggung jawab oleh oknum yang merusak alam TNTC untuk kepentingan pribadi.

Sebagai contoh bencana banjir bandang di Wasior, Ibukota Kabupaten Teluk Wondama,

yang menyebabkan ratusan tewas dan hilang pada 4 Oktober 2010 dan dianggap

sebagai bencana yang diakibatkan oleh kerusakan hutan yang dipicu curah hujan tinggi.

Pakar lingkungan melihat bencana banjir bandang tersebut sebagai akibat dari

penggundulan hutan sehingga tanah dan lahan tidak mampu menyerap curah hujan

yang tinggi.

Menurut Laporan Tahunan Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Tahun 2015, meningkatnya aktivitas masyarakat dalam kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih menyebabkan perubahan penggunaan ruang atau zona-zona yang sudah

ditetapkan sejak 2009. Untuk itu diperlukan evaluasi untuk mengetahui apakah

penetapan zona-zona tersebut masih sesuai atau sudah berubah dengan kriteria awal

penetapan. Berdasarkan hasil analisis Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Tahun 2015, sebesar 33 %atau (2 titik) zona rimba yang berada di kawasan BBTN

Wilayah II Wasior dipertimbangkan untuk dialihkan fungsikan peruntukannya karena

sebagian wilayah terutama dibagian vegetasi pantai sudah terlihat kerusakan baik

Page 35: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

26

karena abrasi dan potensi fauna yang mulai berkurang. Ada 3 (tiga) titik yang

mempunyai hasil rekomendasi yang fungsi peruntukannya dipertimbangkan untuk

dialih-fungsikan dikarenakan dari hasil analisis potensi diketahui terjadi penurunan

potensi yang signifikan, adapun 3 (tiga) titik tersebut adalah pulau Pepaya di wilayah

BBTN I Nabire serta 2 (dua)titik lainnya berada di BBTN II Wasior yaitu pulau Roon dan

perairan kampung Sobey sebelah utara.

Selain itu peningkatan upaya pengelolaan Taman Nasional Teluk Cenderawasih

perlu dilakukan untuk meningkatkan daya tarik sektor pariwisata. Saat ini BBTNTC

sedang mengembangkan wisata hiu paus (whale shark). Hiu paus tersebut memiliki

karakter unik yang tidak dimiliki oleh habitat hiu paus lainnya di dunia sehingga menjadi

daya tarik sendiri bagi wisatawan. Sebagai suatu produk wisata karakter lingkungan

Teluk Cenderawasih dapat mewakili Karakter lingkungan Indonesia. Teluk Cenderawasih

memiliki geodiversitas, biodiversitas, dan kragaman kultur yang tinggi.

Teluk Cenderawasih memiliki bentuk-bentuk geomorfologi unik seperti pulau-

pulau Purup dan pulau-pulau karang Auri di Wondama, Cenote (gua vertical berair) dan

Blue hole (gua vertical bawah laut di rataan terumbu karang), marine lakes (danau air

asin tertutup atau terbuka) di pulau-pulau karst (Carbonat island), Gua-gua karst di

Yapen dan Biak, rataan wetland di Waropen dan Mamberamo, pulau-pulau Padaido dan

pulau-pulau oseanik di daerah terdepan seperti Mapia atoll, pulau brass, dan pulau kecil

oseanik lainnya. Teluk Cenderawasih merupakan sisi timur dari Bird Head Seascape,

memiliki kekayaan jenis ikan dan jenis karang terumbu (bukan jenis terumbu karang)

terbanyak di bumi, serta memiliki endemisitas flora fauna pulau yang sangata tinggi.

Kekayaan kultural teluk cenderawasih sangat tinggi dan beragam. Kekayaan dan potensi

Teluk Cenderawasih adalah sebagai suatu region bentang laut Teluk Cenderawasih, akan

sangat sayang dan kehilangan potensinya apabilapengelolaannya dipilah secara

administratif.

4. Pengembangan Tata Ruang Perkotaan

Penataan tata ruang kawasan perkotaan menjadi isu yang dipertimbangkan

untuk membangun kota berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Permasalahan

sektor perkotaaan yang terjadi Ekoregion Papua antara lain peningkatan alih fungsi

Page 36: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

27

hutan secara illegal (misalnya untuk perkebunan) oleh masyarakat lokal, pengelolaan

persampahan yang belum optimal, dan pengelolaan kawasan Ruang Terbuka Hijau

masih rendah. Pengendalian pembangunan di Ekoregion Papua di fokuskan pada

konservasi kawasan hutan kota. Persentase hutan kota yang rendah (kurang dari 30%)

luas wilayah perkotaan menjadi tantangan dalam menjaga keseimbangan SDA dan LH

perkotaan. Pencegahan dan penganggulangan kebakaran hutan dengan cepat dan tepat

diperlukan untuk mencegah terjadinya peningkatan hotspot kebakaran hutan. Sesuai

dengan sasaran RPJMN 2015-2019, diperlukan kebijakan dan strategi untuk

meningkatkan upaya konservasi hutan dan tata kelola hutan.

5. Kenakeragaman Hayati

Potensi keanekaragaman hayati di Ekoregion Papua perlu dikelola dengan baik

untuk menjaga kesinambungan ekosistem dan keseimbangan ekosistem. Berdasarkan

data Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan

dan Perikanan, kawasan konservasi perairan di Ekoregion Papua terdiri dari 9 kawasan,

yaitu Taman Nasional Teluk Cenderawasih, kawasan konservasi Kabupaten Raja Ampat,

kawasan konservasi perairan nasional Padaido, kawasan konservasi perairan nasional

Waigeo sebelah barat, kawasan konservasi perairan nasional Raja Ampat, kawasan

konservasi Kabupaten Kaimana, suaka margasatwa laut Jamursba Medi, kawasan

konservasi kabupaten Tambrauw (Abun) dan kawasan konservasi Kabupaten Biak

Numfor. Selain itu terdapat juga Jenis-jenis vegetasi daratan pulau yang diketahui hingga

saat ini adalah sebanyak 64 jenis, mulai dari jenis-jenis vegetasi hutan pantai sampai

vegetasi hutan pegunungan daratan pulau.

Potensi keanekaragaman hayati di Ekoregion Papua sangat beragam, diantaranya

berbagai jenis spesies ikan, karang, moluska, beberapa jenis penyu yang sering

mendarat di taman nasional ini yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau

(Chelonia mydas), penyu lekang (Lepidochelys olivaceae), dan penyu belimbing

(Dermochelys coriacea). Selain itu, duyung (Dugong dugong), paus biru (Balaenoptera

musculus), ketam kelapa (Birgus latro), lumba-lumba, dan hiu. Ancaman kerusakan

keanekaragaman hayati akan terjadi apabila pengelolaan tidak dilakukan dengan baik.

Hal ini sebabkan hasil laut menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat setempat

Page 37: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

28

sehingga pemanfaatan hasil laut secara berlebihan akan mengganggu keseimbangan

ekosistem didalamnya.

Menurut laporan akhir penyusunan renstra pengelolaan terumbu karang

Kabupaten Raja Ampat tahun 2007. Permasalahan yang terjadi adalah kerusakan dan

pencemaran akibat penangkapan ikan yang penangkapan ikan praktis terkonsentrasi di

daerah perairan pantai dan teluk, ada kecenderungan terjadi illegal fishing yang

merusak (destructive fishing) seperti penggunaan bom, bahan-bahan beracun serta alat

tangkap yang tidak ramah lingkungan khususnya untuk ikan-ikan karang. Permasalahan

lainnya yang juga perlu menjadi perhatian adalah makin menurunnya sumberdaya non-

ikan seperti teripang. Kondisi terumbu karang juga mulai mengalami kerusakan.

kerusakan terumbu karang umumnya disebabkan oleh penggunaan bahan peledak dan

racun untuk mencari ikan. Selain itu terumbu karang juga bisa rusak karena peningkatan

laju sedimentasi akibat erosi, pengambilan karang untuk bahan bangunan, berjalan-jalan

di atas karang, dan mencungkil-cungkil karang untuk mengambil biota tertentu.

Aktifitas pariwisata yang tinggi tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan juga

dapat menyebabkan kerusakan terhadap terumbu karang. Pembuangan sampah ke laut

juga menjadi penyebab turunnya kondisi keanekaragaman hayati. Keberadaan Raja

Ampat terancam dengan adanya penumpukan sampah. Beberapa tahun terakhir ini

jumlah sampah di perairan Raja Ampat meningkat nyata. Hal ini merupakan masalah

yang memprihatinkan bagi semua pihak dan berikut adalah fakta-fakta yang terkait

sampah di Raja Ampat:

� Sebagian besar sampah yang ada bukan berasal dari pulau ini sendiri.

� Bukan hanya para wisatawan yang sadar dan prihatin mengenai masalah ini,

tetapi juga masyarakat setempat.

� Tumpukan sampah yang terlihat di dekat beberapa homestay berasal dari para

tamu dan terdapat pula sampah yang dikumpulkan melalui pembersihan pantai.

� Sistem pengelolaan sampah yang baik yang belum memadai untuk menangani

jumlah sampah yang semakin bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah

wisatawan dan pendatang.

� Sebagian besar sampah di perairan Raja Ampat berasal dari pemukiman yang

berkembang di Sorong dan Waisai. Meskipun penanganan sampah lokal selalu

Page 38: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

29

bisa diperbaiki, sangat jelas terlihat bahwa peningkatan jumlah sampah

belakangan ini terjadi seiring dengan perkembangan pesat wilayah Sorong dan

Waisai, di samping juga perkembangan industri pariwisata itu sendiri. Penyebab

signifikan lainnya adalah sampah yang berasal dari kapal penumpang antar-pulau

PELNI (Pelayaran Nasional Indonesia) dan kapal nelayan yang masih saja

membuang limbah mereka ke laut.

� Lokasi Raja Ampat dan arus air di Samudera Pasifik juga menyebabkan

terperangkapnya limbah yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dan

pengelolaan sampah yang kurang baik di wilayah kepulauan ini. Sampah plastik

ada yang berasal dari Filipina dan mengotori pantai-pantai di Raja Ampat dan

sebuah kontainer yang terbawa arus ekuatorial selatan dari Meksiko yang

demikian jauhnya. Kelestarian keanekaragaman hayati kelautan juga perlu dijaga

sesuai dengan, sebagai bagian dari Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle)

meliputi:

- Pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan

berfungsi lindung yang terdegradasi;

- Pemertahanan kawasan hutan yang bervegetasi sesuai dengan

ekosistemnya;

- Pemertahanan dan pelestarian kawasan perairan yang memiliki nilai

ekologis tinggi.

6. Kerusakan lingkungan pasca tambang secara illegal

Pertambahan penduduk ataupun penduduk musiman bersamaan dengan

pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi global, sumber daya alam mengalami tekanan

yang sangat besar. Kebutuhan manusia terutama ekonomi masyarakat seharusnya

menjadi perhatian pemerintah sehingga diambillah kebijakan investasi dengan

mempromosikan Sumber Daya Alam (SDA) untuk mengatasi persoalan-persoalan

tersebut seperti pendulangan emas secara liar (illegal mining).

Provinsi Papua terutama Distrik Uwapa, Distrik Siriwo dan selanjutnya adalah Distrik

Mapia Kabupaten Nabire menjadi salah satu daerah sasaran investasi para gurandil

terhadap kandungan SDA terutama Emas (Au) yang cukup potensial. Perencanaan dan

Page 39: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

30

pengelolaan yang akan dilakukan tidak dijalankan dengan baik serta melibatkan semua

pihak yang berkepentingan terutama masyarakat adat pemilik Hak Ulayat (pemilik

dusun) maka sangatlah riskan. Apabila terdapat kawasan yang pengelolaanya tidak

memperhatikan peraturan yang berlaku, maka akan banyak kawasan yang rusak akibat

eksploitasi SDA yang dilakukan secara illegal yang memberikan tekanan semakin kuat

sampai mengancam kawasan konservasi.

Sebagaimana aktifitas penambangan di Topo (Distrik Uwapa) Kabupaten Nabire

tahun 1997 agar tidak terulang di Wegema, Deneidago Distrik Siriwo, bahwa perlu

adanya pengelolaan sumber daya alam yang ditata dengan baik. Penetapan kawasan

penting ditetapkan sebagai kawasan untuk dimanfaatkan (eksploitasi) dan kawasan

untuk konservasi. Dalam penetapan fungsi kawasan perlu menjadi perhatian terhadap

masyarakat adat secara proporsional.

7. Potensi hutan dan perubahannya

Kawasan Hutan dan Tutupan Lahan, Kawasan hutan merupakan wilayah

tertentu, yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan

keberadaannya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu ditetapkan untuk menjamin

kepastian hukum mengenai status kawasan hutan, letak batas dan luas suatu wilayah

tertentu yang sudah ditunjuk sebagai kawasan hutan menjadi kawasan hutan tetap.

Penetapan kawasan hutan juga ditujukan untuk menjaga dan mengamankan

keberadaan dan keutuhan kawasan hutan sebagai penggerak perekonomian lokal,

regional dan nasional serta sebagai penyangga kehidupan lokal, regional, nasional dan

global. Luas Penutupan Lahan dalam Kawasan Hutan dan Luar Kawasan Hutan (Tabel

1.10)

Indeks Kualitas Lingungan Hidup (IKLH), Perhitungan indeks termasuk Indeks

Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) memiliki sifat komparatif yang berarti nilai satu

provinsi relatif terhadap provinsi lainnya. Dalam perspektif IKLH, angka indeks ini bukan

semata-mata peringkat, namun lebih kepada suatu dorongan upaya perbaikan kualitas

lingkungan hidup. Dalam konteks ini para pihak di tingkat provinsi terutama pemerintah

provinsi dapat menjadikan IKLH sebagai titik referensi untuk menuju angka ideal, yaitu

100.

Page 40: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

31

Tabel 1.11 Indeks kualitas di Provinsi Papua dan Papua Barat mengalmi tren yang naik

turun dari tahun 2011 – 2014.

NO PROVINSI TAHUN

2011 2012 2013 2014

1. Papua 81,71 82,55 82,98 80,65

2. Papua Barat 84,12 83,50 83,45 84,51

Rata-Rata 82,915 83,03 83,22 82,58

Deforestasi dan Luas Lahan Kritis, deforestasi merupakan perubahan kondisi

penutupan lahan dari hutan menjadi bukan hutan (termasuk perubahan untuk

perkebunan, pemukiman, kawasan industri, dan lain-lain). Pada saat suatu hutan

mengalami kerusakan, maka hal tersebut bisa berakibat terjadinya peningkatan suhu

bumi serta perubahan iklim yang ekstrem. Deforestasi tidak hanya mempengaruhi

jumlah karbondioksida yang merupakan gas rumah kaca, akan tetapi deforestasi juga

berdampak pada pertukaran uap air dan karbondioksida yang terjadi antara atmosfer

dan permukaan tanah yang berkaitan dengan terjadinya perubahan iklim, dimana

perubahan konsentrasi yang ada di lapisan atmosfer akan memiliki efek langsung

terhadap. Selain itu deforestasi juga berdampak pada hilangnya habitat berbagai jenis

spesies yang tinggal di dalam hutan. Deforestasi hutan tropis dan konversi hutan

menjadi sistem penggunaan lahan lainnya merupakan salah satu alasan penting

terhadap hilangnya keanekaragaman hayati (Beck et al. 2002; Scheffler 2005) dan

merupakan ancaman terhadap fungsi ekosistem dan penggunaan lahan secara

berkelanjutan (Hoekstra et al., 2005). Laju deforestasi di dalam dan di luar kawasan

hutan setiap tahun (ha/ tahun) untuk periode tahun 2012/2013 di Ekoregion Papua

(Tabel 1.12).

Penetapan lahan kritis mengacu pada lahan yang telah sangat rusak karena

kehilangan penutupan vegetasinya, sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya

sebagai penahan air, pengendali erosi, siklus hara, pengatur iklim mikro, dan retensi

karbon. Berikut Luas lahan kritis di Ekoregion Papua Tahun 2011 dan Tahun 2013.

Page 41: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

32

Tabel 1.13 Luas Lahan Kritis Tahun 2011 dan Tahun 2013 di Ekoregion Papua.

No Provinsi

Luas Lahan Kritis Hasil Inventarisasi

Tahun 2011 Tahun 2013

Kritis Sangat Kritis Jumlah Kritis Sangat Kritis Jumlah

1 Papua Barat 410.601 76.742 487.343 128.244 50.997 179.241

2. Papua 971.464 105.235 1.076.699 1.973.165 266.064 2.239.229

3. Ekoregion 138.2065 181.977 1.564.042 2.101.409 317.061 2.418.470

Potensi kebakaran hutan di hutan Papua rata-rata terjadi karena kondisi alam

yang sudah sangat kering karena musim kemarau panjang. Berdasarkan data BNPB

tahun 2015, jumlah titik api di seluruh Indonesia meningkat drastis menjadi lebih dari

3.000 titik pada tahun 2015. Untuk kondisi di wilayah timur Indonesia berdasarkan data

satelit Terra Aqua, terdapat 819 titik api yang mayoritas terdapat di Provinsi Papua. Di

Papua ada sekitar 584 titik api, sedangkan Papua Barat ada 48 titik yang banyak

ditemukan di Fakfak.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) stasiun Jeffman di Kota

Sorong sudah mencatat ada lebih dari 40 titik api yang tersebar di wilayah hutan Papua

Barat. Bahkan lansiran terakhir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, jika

ditotal secara keseluruhan, jumlah titik api di seluruh Papua ada 584 titik api.

Salah satu penyumbang catatan bencana kebakaran hutan terparah di Papua ada

di kawasan Merauke dan Mappi. Jika permasalahan titik api di Merauke dan Mappi

belum tuntas terselesaikan, maka daerah kabupaten/kota yang berada disekitarnya dan

termasuk Kota Timika di mana perusahaan pertambangan besar PT Freeport Indonesia

beroperasi, bisa menerima dampak buruk berupa kabut asap.

8. Alih Fungsi lahan dan pembangunan kawasan perbatasan

Pengelolaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil perlu dintegrasikan

dengan baik, sehingga dapat mengantisipasi ancaman yang akan terjadi, diantaranya

adalah kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan dapat terjadi oleh alam maupun

sebagai akibat ulah manusia berdampak terhadap berubahnya batas negara di laut yang

berpotensi mengurangi luas wilayah. Di Ekoregion Papua terdapat 2 kabupaten yang

berbatasan dengan Negara Papua New Guinea, yaitu Kabupaten Keerom dan Kabupaten

Page 42: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

33

Merauke. Kabupaten Keerom merupakan pemekaran dari Kabupaten Jayapura pada

tahun 2002 dengan luas wilayah ± 9.267,34 km² berdasarkan Undang-Undang Nomor 26

Tahun 2002. Keerom merupakan kabupaten yang benilai strategis di Papua khususnya

dan Indonesia pada umumnya karena berbatasan langsung dengan Negara Papua New

Guinea di sebelah Timur. Karena itu pembangunan di berbagai sektor menjadi prioritas

bagi Kabupaten Keerom dalam rangka pengembangan wilayah sekaligus mewujudkan

kesejahteraan bagi masyarakat perbatasan.

Kabupaten Keerom memiliki kawasan hutan seluas ± 815.354 ha atau 86,96%

dari luas wilayah Kabupaten Keerom. Kawasan hutan tersebut meliputi Kawasan Suaka

Alam dan Kawasan Pelestarian Alam seluas ± 7.970 ha, Hutan Lindung (HL) seluas ±

332.717 ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas ± 182.118 ha, Hutan Produksi Tetap

(HP) seluas ± 222.732 ha dan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) seluas ±

68.817 ha. Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya hutan, penyiapan ruang

kelola bagi masyarakat, pengembangan daerah tertinggal, pengembangan investasi dan

percepatan pembangunan kawasan perbatasan serta untuk menjamin kepastian hukum

dan keberlangsungan usaha di bidang kehutanan maka Pemda Keerom mengajukan

usulan perubahan fungsi.

Perubahan fungsi sebagian kawasan hutan lindung (HL) Sobger menjadi kawasan

hutan produksi seluas ± 177.370 ha di Kabupaten Keerom, Provinsi Papua diusulkan

Pemerintah Kabupaten Keerom dalam rangka optimalisasi fungsi kawasan guna

melakukan pengembangan di Kabupaten Keerom pada umumnya dan pengembangan

daerah perbatasan negara pada khususnya.

Sota merupakan sebuah Distrik di kabupaten Merauke, Papua yang menjadi garis

terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua

New Guinea. Sota merupakan distrik yang berada dalam wilayah administrative

Kabupaten Merauke, dimana wilayahnya dikelilingi oleh Taman Nasional Wasur,

sehingga sebagian besar wilayahnya berupa tutupan lahan hutan dan semak belukar.

Dengan posisi yang berada pada wilayah perbatasan perlu pengawasan secara khusus

terkait dengan luas wilayah administratif agar tidak terjadi alih fungsi lahan atau

perluasan batas wilayah atau kawasan.

Page 43: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

18

34

Tabel 1.10 Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan dalam Kawasan Hutan dan Luar Kawasan Hutan N

O

PROVINSI KAWASAN HUTAN APL TOTAL

HUTAN TETAP HPK JUMLAH JUMLAH %

KSA-KPA HL HPT HP JUMLAH

1 PAPUA BARAT

A. HUTAN 1.665,6 1.489,0 1.756,0 1.706,5 6.617,0 2.054,5 8.671,5 116,1 8787,5 91,4

- Hutan Primer 1.549,5 1.294,7 1.287,1 964,2 5095,4 1.026,3 6.121,8 5,4 6.127,2 63,7

- Hutn Sekunder 116,1 194,3 468,8 742,3 1.521,5 1.028,1 2.549,7 110,7 2.660,3 27,7

- Hutan Tanaman* - - - - - - - - - 0,0

B. Non Hutan 75,7 162,8 93,3 137,5 469,4 237,0 706,4 124,7 831,1 8,6

Sub Total 1.741,3 1.651,8 1.849,2 1.844,0 7.086,4 2.291,5 9.377,9 240,8 9.618,6 100,0

2 PAPUA

A. HUTAN 5240,0 7002,0 5237,5 3933,6 21413,8 2758,5 24172,3 1101,6 25273,9 81,1

- Hutan Primer 4567,2 6238,3 4283,7 2636,2 17725,5 1623,5 19348,9 669,1 20018,1 64,2

- Hutan Sekunder 673,5 763,6 953,7 1296,9 3687,8 1133,8 4821,6 432,3 5253,9 16,9

- Hutan Tanaman* - 0,1 0,0 0,5 0,6 1,2 1,8 0,1 1,9 0,0

B. Non Hutan 1495,5 813,3 723,8 805,7 3838,3 1357,9 5196,2 703,4 5899,5 18,9

Sub Total 6736,3 7815,3 5691,2 4739,3 25252,1 4116,4 29368,5 1804,9 31173,4 100

3 EKOREGION PAPUA

- Hutan Primer 6906,3 8491,0 6993,4 5640,1 28030,8 4812,9 32843,8 1217,6 34061,4 83,5

- Hutan Sekunder 6116,7 7533,0 5570,8 3600,4 22820,9 2649,8 25470,7 674,5 26145,3 64,1

- Hutan Tanaman* 789,6 957,9 1422,6 2039,2 5209,3 2162,0 7371,3 543,0 7914,3 19,4

C. Non Hutan - 0,1 0,0 0,5 0,6 1,2 1,8 0,1 1,9 0,0

Total 1571,2 976,1 817,0 943,3 4307,7 1594,9 5902,6 828,1 6730,6 16,5

8477,5 976,1 817,0 943,3 4307,7 1594,9 5902,6 828,1 6730,6 16,5

Sumber:

- Hasil Penafsiran citra Landsat 8 OLI liputan tahun 2013, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan

- Data digital kawasan hutan dan perairan berdasarkan SK Penunjukan Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi

Perairan per Desember 2013, Direktorat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Kehutanan

Page 44: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

19

35

Tabel 1.12. Angka Deforestasi di dalam dan di Luar Kawasan Hutan Periode 2012-2013 (Ha/Th).

NO PROVINSI KAWASAN HUTAN APL TOTAL

HUTAN TETAP HPK JUMLAH JUMLAH

KSA-KPA HL HPT HP JUMLAH

1 PAPUA BARAT

A. Hutan Primer 218,9 667,0 756,0 281,9 1.923,8 369,1 2.293,0 528,2 2.821,2

B. Hutan Sekunder 126,0 799,6 1.003,3 526,0 2.455,0 1.718,1 4.173,1 3.625,9 7.799,0

C. Hutan Tanaman* -- - - - - - - - -

SuB Total 345 1.466,6 1.759,3 808,0 4.379 2.087,2 6.446,1 4.154,1 1.0620,2

2 PAPUA

A. Hutan Primer 405,8 102,2 211,3 158,6 877,9 44,0 921,9 2.484,0 3.405,9

B. Hutan Sekunder 195,6 258,2 - 320,9 774,7 409,7 1.184,4 8.629,9 9.814

C. Hutan Tanaman* - - - - - - - - -

SuB Total 601,4 360,4 211,3 479,5 1.653 453,8 2.106,3 11.113,9 13.220,2

3 EKOREGION PAPUA

A. Hutan Primer 624,7 769,2 967,3 440,5 2.801,7 413,1 3.214,9 3.012,2 6.227,1

B. Hutan Sekunder 321,6 1.057,8 1.003,3 846,9 3.229,7 2.127,8 5.357,5 12.255,8 17.613,0

C. Hutan Tanaman* - - - - - - - - -

TOTAL 946,4 1827 1970,6 1287,5 6032 2541 8552,4 15268 23840,4

Sumber : Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan/Directorate General of Forestry Planning

Page 45: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

20

Page 46: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

Foto : Persiapan Aksi Bersih di jalan poros Kota Biak. Foto: Abid Zainal Abidin

Foto : Kebersamaan pimpinan bersama staf P3E Papua. Foto: Abid Zainal Abidin

Page 47: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

36

BAB IBAB IBAB IBAB IIIII

SASARAN KINERJA YANG SASARAN KINERJA YANG SASARAN KINERJA YANG SASARAN KINERJA YANG HENDAKHENDAKHENDAKHENDAK DICAPAIDICAPAIDICAPAIDICAPAI

Sasaran kinerja yang hendak dicapai memberikan gambaran tentang peran yang

diamanahkan terhadap Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua dalam

pemenuhan kinerja unit. Berikut menguraikan tahapan pencapaian milestone untuk

memenuhi sasaran unit kerja pada Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan. Pada tingkatan kementerian disebut dengan sasaran strategis, pada

tingkatan program disebut dengan sasaran program dan pada tingkatan kegiatan

disebut dengan sasaran kegiatan. Kemudian berturut-turut adalah sasaran unit kegiatan

dan sasaran elemen kegiatan. Penyebutan mulai program, kegiatan, unit kegiatan, dan

elemen kegiatan hanya pembeda pada tingkatan renstra.

2.1 Sasaran Strategis

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah merumuskan tujuan

pembangunan Tahun 2015-2019 yaitu memastikan kondisi lingkungan berada pada

toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan sumberdaya berada pada

rentang populasi yang aman; serta secara pararel meningkatkan kemampuan

sumberdaya alam untuk memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional. Untuk

mencapai tujuan tersebut, selanjutnya telah dirumuskan 3 sasaran strategis

pembangunan LHK Tahun 2015 – 2019, yakni :

1. MENJAGA KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP (S1) untuk meningkatkan daya dukung

lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat. Indikator keberhasilannya

adalah Indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) berada pada kisaran 66,5 – 68,5.

Anasir utama pembangun dari besarnya indeks ini yang akan ditangani yaitu air,

udara dan tutupan lahan.

2. MEMANFAATKAN POTENSI SUMBERDAYA HUTAN DAN LINGKUNGAN HUTAN (S2)

secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang

berkeadilan. Indikator keberhasilannya adalah peningkatan kontribusi SDH dan LH

Page 48: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

37

terhadap devisa dan PNBP. Komponen pengungkit yang akan ditangani yaitu

produksi hasil hutan baik kayu maupun non kayu dan ekspor.

3. MELESTARIKAN KESEIMBANGAN EKOSISTEM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

SERTA KEBERADAAN SDA (S3) sebagai sistem penyangga kehidupan untuk

mendukung pembangunan berkelanjutan. Indikator keberhasilannya adalah derajat

keseimbangan ekosistem meningkat setiap tahun. Kinerja ini merupakan agregasi

berbagai penanda (penurunan jumlah hotspot kebakaran hutan dan lahan,

peningkatan populasi spesies terancam punah, peningkatan kawasan ekosistem

esensial yang dikelola oleh para pihak, penurunan konsumsi bahan perusak ozon,

dll).

Dalam rangka mencapai 3 Sasaran Strategis Pembangunan LHK, telah dirumuskan 13

Program yaitu:

1. Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (P1)

2. Program Pengendalian DAS dan Hutan Lindung (P2)

3. Program Hutan Lestari dan Usaha Kehutanan (P3)

4. Program Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (P4)

5. Program Peningkatan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (P5)

6. Program Pengendalian Perubahan Iklim (P6)

7. Program Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (P7)

8. Program Penelitian dan Pengembangan Lingkunga Hidup dan Kehutanan (P8)

9. Program Planologi dan Tata Lingkungan (P9)

10. Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (P10)

11. Program Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (P11)

12. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Bidang LHK (P12)

13. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA

KLHK (P13)

Sekretariat Jenderal KLHK diamanahkan untuk melaksanakan Program Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya KLHK (P13) dengan sasaran

meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dengan 5 indikator kinerja yaitu :

1. Keterbukaan informasi dan komunikasi publik meningkat seiap tahun

Page 49: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

38

2. Partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan meningkat setiap tahun

3. Kapasitas birokrasi meningkat setiap tahun

4. Kualitas pelayanan publik eningkat setiap tahun

5. Nilai SAKIP Kemnterian LHK memperoleh nilai 78 (kategori A) ditahun 2019

Sasaran Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

diwujudkan melalui 19 kegiatan yaitu :

1. Penyiaran dan Penyebarluasan Informasi Pembangunan LHK (K1)

2. Penyelenggaraan Data & Informasi KLHK (K2)

3. Koordinasi Kegiatan Perencanaan &Evaluasi (K3)

4. Penyelenggaraan Kebijakan Strategis bidang LHK (K4)

5. Penyelenggaraan Ketatausahaan Kerumahtanggaan dan Pengelolaan

Perlengkapan Kemen LHK (K5)

6. Kegiatan Penyelenggaraan Keteknikan LHK (K6)

7. Pembiayaan Pembangunan LHK (K7)

8. Pembinaan dan Koordinasi Kerjasama Luar Negeri (K8)

9. Pengendalian Ekoregion Jawa (K9)

10. Pengendalian Ekoregion Bali-Nusra (K10)

11. Pengendalian Ekoregion Kalimantan (K11)

12. Pengendalian Ekoregion Sulawesi (K12)

13. Pengendalian Ekoregion Maluku (K13)

14. PENGENDALIAN EKOREGION PAPUA (K14)

15. Pengendalian Ekoregion Sumatera (K15)

16. Penyelenggaraan Administrasi Keuangan Kementerian LHK (K16)

17. Penyelenggaraan Administrasi dan Penataan Kepegawaian Kementerian LHK

(K17)

18. Pembinaan Standarisasi Pengelolaan LHK (K18)

19. Pengembangan Telaahan Kebijakan, Perundang-undangan Bidang LHK (K19)

Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua merupakan salah satu

Satuan Kerja berada pada lingkup Sekretariat Jenderal yang diamanahkan untuk

melaksanakan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

diwujudkan melalui kegiatan Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua (K14).

Page 50: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

39

2.2 Sasaran Kegiatan dan Unit Kegiatan

Guna mewujudkan sasaran yang ditetapkan yakni Meningkatnya Pengendalian

Pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Ekoregion Papua sebagaimana telah

diamanahkan pada Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua untuk

melaksanakan Kegiatan yakni Pengendalian Kegiatan Ekoregion Papua memiliki

indikator kinerja yaitu :

1. Persentase capaian strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di

Ekoregion Papua 95%.

2. Jumlah Rencana pengenlolaan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan

berbasis daya dukung dan daya tampung berdasarkan 8 isu strategis di Ekoregion

Papua

2.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk menentukan pilihan kegiatan pengendalian

pembangunan Ekoregion Papua.

Tabel 2.1 Analisis SWOT Rencana Strategis

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

1. Terlaksananya beberapa kegiatan

sinkronisasi dan sinergitas

pembangunan lingkungan hidup dan

kehutanan

2. Dukungan kewenangan

pengendalian pembangunan

lingkungan hidup dan kehutanan

yang termuat dalam Permenhut

Nomor 18/MenLHK-II/2015;

3. Kapasitas SDM yang ada (CPNS dan

PNS) berpendidikan sarjana

1. Belum tersedia pedoman atau petunjuk teknis dalam

menjalankan tupoksi (perhitungan capaian sasaran strategis)

2. Belum tegas tata hubungan kerja antara Pusat Pengendalian

Pembangunan Ekoregion Papua dengan Unit Pelaksana Teknis

dan Badan/Kantor/Dinas sebagai pelaksana program pada

Ekoregion Papua.

3. Jumlah SDM masih terbatas

4. Sarana kerja/perkantoran masih kurang (komputer, buku

pustaka);

PELUANG (O) ANCAMAN (T) 1. Potensi para pihak (Perguruan

Tinggi, UPT,Dinas/BLH dan Litbang)

belum banyak dimanfaatkan;

2. Potensi sumber daya alam

3. Respon daerah untuk mendapatkan

penghargaan dalam kompetisi

lingkungan hidup.

1. Ekoregion terdiri dari pulau-pulau kecil, rentan terhadap

kerusakan ekosistem;

2. Wilayah kerja sangat luas dengan ekosistem yang beragam

menyebabkan biaya pelayanan tinggi.

3. Terbatasnya sarana informasi dan komunikasi di beberapa

daerah.

4. Adanya pemekaran wilayah berdampak pada pertumbuhan

infrastruktur

5. Belum terimplementasinya program di tingkat daerah berkaitan

dengan pencapaian kualitas air, udara dan tutupan lahan.

6. Beban pencemaran dan atau kerusakan dampak

pertambangan

Page 51: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

40

Tabel 2.2 Perumusan Strategi

PERUMUSAN STRATEGI

Strategi S – O Strategi W – O 1. Penguatan koordinasi dengan para pihak dalam

rangka pengendalian pembangunan LHK

2. Penyelenggaraan kajian dan penyusunan

perencanaan pengelolaan sumber daya alam

3. Penggiatan dan advoksi penerapan aktifitas

ramah terhadap sumber daya alam

4. Penyebaran informasi (public campaign)

berkaitan dengan pembangunan lingkungan

hidup dan kehutanan

1. Penyediaan pedoman dan juknis dalam

pengendalian pembangunan lingkungan

hidup dan kehutanan

2. Mengupayakan penyelenggaraan Rapat

Kerja Teknis dan/atau Koordinasi tingkat

Ekoregion

Strategi S – T Strategi W – T 1. Pemantauan pelaksanaan program pembangunan

lingkungan hidup dan kehutanan pada tingkat

tapak

2. Mengupayakan terbentuknya jaringan

komunikasi antar instansi yang membidangi

lingkungan hidup dan kehutanan

3. Penguatan uji kualitas air, udara dan tutupan

lahan

1. Peningkatan SDM dan sarana prasarana

pendukung

2. Penguatan informasi melalui media

elektronik dan cetak

Memperlihatkan matriks SWOT diatas, strategi yang dapat dikembangkan dalam

pelaksanaan Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua diuraikan sebagai berikut :

1. Strategi S – O (Kekuatan – Peluang); Strategi ini bersifat agresif yang didasarkan

pada pemanfaatan seluruh kekuatan internal yang dimiliki untuk memanfaatkan

peluang yakni:

a. Koordinasi

Sesuai tugas dan fungsinya, kegiatan koordinasi dilaksanakan secara aktif kepada

para pihak baik pusat maupun daerah di tingkat ekoregion lingkup wilayah kerja

yakni provinsi, kabupaten, dengan para pihak pada UPT, Perguruan Tinggi dan

para pihak lainnya yang membidangi pembangunan lingkungan hidup dan

kehutanan serta pelaksana program kementerian. Koordinasi dilakukan untuk

mewujudkan kesamaan pandang maupun sinergisme pelaksanaan tugas.

b. Sosialisasi

Pelaksanaan pengendalian pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan yang

perlu diketahui dan dipahami oleh para pihak, demikian juga tahapan kegiatan

ataupun kegiatan yang terkait. Pemahaman tentang program dan kegiatan bagi

para pihak dilakukan melalui sosialisasi. Kegiatan sosialisasi juga dimaksudkan

agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dengan pihak lain, melainkan

Page 52: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

41

terkandung harapan dalam pelaksanaannya saling mendukung dan sinergis

dengan kegiatan pihak lainnya. Kegiatan sosialisasi diharapkan juga untuk

mendapatkan suatu persepsi yang sama antar para pihak, sehingga masing-masing

komponen kegiatannya dapat berperan aktif serta sesuai dengan peran dan

kemampuan yang dimilikinya.

c. Kemitraan

Pelaksanaan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan agar berjalan dan

mencapai sasarannya, diperlukan kemitraan dengan para pihak terkait dan

masyarakat. Dengan adanya kemitraan, para pihak dapat melaksanakan perannya

masing-masing untuk mencapai sasaran strategis.

d. Pengkajian

Kegiatan pengkajian aspek-aspek yang dapat mempertahankan daya dukung dan

daya tampung dilakukan dengan menganalisis hasil pelaksanaan kebijakan, hasil

pengendalian dan pengawasan, ataupun hasil kegiatan yang diselenggarakan pihak

lain terkait sebagai bahan masukan dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan

serta sinkronisasi kegiatan-kegiatan penerapan pengelolaan sumber daya alam di

tingkat ekoregion.

e. Advokasi

Kebijakan dan strategi yang disusun dalam perencanaan pengelolaan sumber daya

alam sebagai guide dalam penerapan pengelolaan sumber daya alam oleh

berbagai pihak baik pemerintah pusat dalam hal ini Unit Pelaksana teknis (UPT)

dan pemerintah daerah dalam hal ini Dinas/Badan yang membidangi Lingkungan

Hidup dan Kehutanan beserta Lembaga Swadaya Masyarakat.

f. Fokus

Pemilihan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan difokuskan/dikonsentrasikan pada

kegiatan yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi organisasi dan selaras

dengan program prioritas, khususnya kegiatan yang dapat meningkatkan kinerja,

dan berdampak terhadap kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat sekitar

kawasan hutan.

Page 53: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

42

2. Strategi W – O (Kelemahan – Peluang); Strategi W – O merupakan strategi turn

around yang didasarkan pada pemanfaatan seluruh peluang untuk mengatasi

kelemahan dengan peluang yang ada. Alternatif strategi W – O adalah

a. Fasilitasi

Pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai sasaran strategis yang berbasis

pada tingkat tapak dengan subjek pelaksana pemerintah daerah yang belum

memadai baik SDM, sarana-prasarana dan pendukung lainnya, perlu dilakukannya

fasilitasi berupa pelatihan-pelatihan dan bantuan sarana pendukung. Fasilitasi dan

kemudahan ataupun pelayanan terhadap program ataupun kegiatan yang

diselenggarakan oleh para pihak terkait, diberikan agar kegiatan koordinasi dan

sinkronisasi dapat berjalan efektif dan efisien. Fasilitasi dilakukan dengan

memberikan dorongan dan dukungan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan-

kegiatan ataupun program. Pendekatan terhadap para pihak dilakukan untuk

menghilangkan kesan atau anggapan terjadinya intervensi tugas pokok dan fungsi

para pihak yang terkait dalam pelaksanaan koordinasi.

b. Pemberdayaan

Pencapaian tugas pokok dan fungsi lembaga diwujudkan dengan meningkatkan

kinerja di dalam lingkungan organisasi perlu adanya keterlibatan para pihak.

Pemberdayaan perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan, mensinergikan dan

menyinkronkan antar para pihak. Pemberdayaan para pihak dilakukan guna saling

mengisi dan melengkapi (sinkronisasi, terintegrasi) dalam penyusunan rencana

maupun dalam pelaksanaannya di lapangan, disamping itu untuk memberikan

keleluasaan akan tetapi tetap terkendali dan terintegrasi dalam pelaksanaan

program-program yang telah menjadi kebijakan.

3. Strategi S – T (Kekuatan – Ancaman); Strategi S – T merupakan strategi

diversifikasi yang didasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan untuk menghindari

atau meminimalisir ancaman. Alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah

a. Kelompok Kerja/Sekretariat Bersama

Proses kegiatan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan, akan lebih

mudah berlangsung dan terkendali dilaksanakan dengan membentuk kelompok

Page 54: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

43

kerja atau tim. Pembentukan kelompok kerja juga dilakukan untuk melaksanakan

pengendalian dan pengawasan. Di samping itu, kelompok kerja juga merupakan

suatu forum koordinasi dan sinkronisasi untuk saling memberikan data dan

informasi untuk diperoleh suatu kesamaan persepsi yang dapat melancarkan

terwujudnya pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan lingkungan hidup dan

kehutanan. Kelompok kerja/sekretariat bersama dapat difungsikan sebagai

pengikat dalam pelaksanaan program antara tingkat daerah dan pusat.

b. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan

program atau kegiatan yang telah atau sedang dilaksanakan dengan yang

direncanakan. Kegiatan monitoring diharapkan dapat memberi masukan atau

informasi tentang pelaksanaan program atau kegiatan di tingkat lapangan. Dengan

diketahuinya hasil pelaksanaan kegiatan melalui monitoring maupun evaluasi,

akan mempermudah pengendalian dan pengawasan pelaksanaan program atau

kegiatan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan.

4. Strategi W – T (Kelemahan – Ancaman); Strategi ini bersifat defensif dengan

meminimalisir kelemahan untuk menghindari ancaman. Alternatif strategi yang dapat

dilakukan yakni

a. Penguatan Data dan Informasi

Penguatan data dan informasi perlu disediakan dan disebarluaskan untuk

mendukung terselenggaranya koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kegiatan

sesuai yang diharapkan. Data dan informasi pembangunan lingkungan hidup dan

kehutanan yang disiapkan dapat digunakan sebagai bahan pendukung penyusunan

rencana dan kebijakan para pihak maupun untuk bahan koordinasi. Data dan

informasi pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan yang disiapkan,

dikomunikasikan pada berbagai kesempatan dan forum serta media masa yang

ada.

Page 55: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

Foto : Sinkronisasi antar sektor dalam pengelolaan Ekosistem Danau Sentani. Foto: Angger

Foto : Lokasi Pesisir Biak Utara. Foto: Abid Zainal Abidin

Page 56: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

44

BAB IBAB IBAB IBAB IIIIIIIII

SASARAN DAN KINERJA UNIT KERJASASARAN DAN KINERJA UNIT KERJASASARAN DAN KINERJA UNIT KERJASASARAN DAN KINERJA UNIT KERJA

Kegiatan Pengendalian Ekoregion Papua (K14)

Sasaran Kegiatan : Meningkatnya pengendalian pembangunan LHK di Ekoregion Papua

(S1,S2,S3.P13.K14)

Tabel 3.1 Unit Kegiatan, Sasaran Unit Kegiatan dan Indikator Unit Kegiatan Pengendalian

Ekoregion Papua

Unit Kegiatan/

Sasaran Unit

Kegiatan

Indikator Unit

Kegiatan Satuan

Target

2015 2016 2017 2018 2019

1. Inventarisasi daya dukung dan daya tampung (UK1)

Tersedianya data

dan informasi Daya

Dukung Daya

Tampung (DDDT)

berbasis jasa

ekosistem yang

dimanfaatkan

stakeholders

(S1,S2,S3.P13.K14.

UK1)

a. Tersedianya data

dan informasi

DDDT di

ekoregion Papua

(S1,S2,S3.P13.K1

4.UK1.IUKa)

Do

kum

en

1 2 4 6 8

b. Jumlah Pemda

yang difasilitasi

dalam

penyusunan

DDDT

(S1,S2,S3.P13.K1

4.UK1.IUKb)

Pro

v. da

n

(kota

/kab

)

- 1

(2)

1

(5)

2

(8)

2

(10)

2. Penyusunan dan penerapan rencana pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan

Lingkungan Hidup (LH) (UK2)

Terlaksananya

perencanaan

pengelolaan SDA &

LH berdasarkan

DDDT lingkungan

Ekoregion Papua

a. Jumlah

perencanaan &

pengelolaan SDA

& LH berbasis

DDDT(S1,S2,S3.P

13.K14.UK2.IUKa)

Do

kum

en

1 2 4 6 8

Page 57: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

45

Unit Kegiatan/

Sasaran Unit

Kegiatan

Indikator Unit

Kegiatan Satuan

Target

2015 2016 2017 2018 2019

(S1,S2,S3.P13.K14.

UK2)

b. Jumlah

stakeholder yang

menerapkan

rencana

pengelolaan SDA

& LH

berdasarkan

DDDT dan

instrumen LHK

lainnya

(S1,S2,S3.P13.K1

4.UK2.IUKb)

Institu

si

1 2 4 6 8

3. Evaluasi dan Tindak Lanjut Pengelolaan SDA dan LH (UK3)

Terlaksananya

evaluasi dan tindak

lanjut pelaksanaan

pengelolaan SDA &

LH di wilayah

ekoregion Papua

yang efektif dan

efisien

(S1,S2,S3.P13.K14.

UK3)

a. Data dan

informasi capaian

sasaran strategis

LHK

(S1,S2,S3.P13.K1

4.UK3.IUKa)

Do

kum

en

1 1 1 1 1

b. Tersedianya data

IKLH ekoregion

yang up to date

dan

dipublikasikan

(S1,S2,S3.P13.K1

4.UK3.IUKb)

Do

kum

en

1 1 1 1 1

c. Hasil evaluasi

kualitas lingkungan

yang

ditindaklanjuti

(S1,S2,S3.P13.K14.

UK3.IUKc)

Pe

rsen

20 30 40 50 60

Page 58: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

46

Unit Kegiatan/

Sasaran Unit

Kegiatan

Indikator Unit

Kegiatan Satuan

Target

2015 2016 2017 2018 2019

4. Penyelenggaraan tata laksana perkantoran (UK4)

Tatalaksana

perkantoran yang

handal

(S1,S2,S3.P13.K14.

UK4)

a. Tersusunnya

rencana dan

program

anggaran yang

tepat sasaran

(renstra, renja,

perjanjian

kinerja, rkakl)

(S1,S2,S3.P13.K1

4.UK4.IUKa)

Do

kum

en

4 4 4 4 4

b. Pengelolaan

BMN sesuai

ketentuan dan

dilaporkan tepat

waktu

(S1,S2,S3.P13.K1

4.UK4.IUKb)

Lap

ora

n

1 1 1 1 1

c. Pengelolaan

keuangan sesuai

dengan

ketentuan dan

dilaporkan tepat

waktu

(S1,S2,S3.P13.K1

4.UK4.IUKc)

Lap

oran

1 1 1 1 1

d. Tersusunnya

laporan

pembangunan

LHK (laporan

tahunan dan

LAKIP)

(S1,S2,S3.P13.K9.

UK4.IUKd)

Lap

ora

n

2 2 2 2 2

Page 59: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

47

Unit Kegiatan/

Sasaran Unit

Kegiatan

Indikator Unit

Kegiatan Satuan

Target

2015 2016 2017 2018 2019

e. Pelayanan

administrasi

kepegawaian

akurat dan tepat

waktu

(S1,S2,S3.P13.K1

4.UK4.IUKe)

Pe

rsen

100 100 100 100 100

f. Realisasi

anggaran

(S1,S2,S3.P13.K1

4.UK4.IUKf)

Pe

rsen

90 91 92 93 94

Tabel 3.2 Unit Elemen Kegiatan, Sasaran dan Indikator Elemen Kegiatan Pengendalian

Ekoregion Papua

Unit Kegiatan/

Sasaran Unit

Kegiatan

Indikator Unit

Kegiatan Satuan

Target

2015 2016 2017 2018 2019

1.a. Inventarisasi daya dukung dan daya tampung sektor Hutan dan Hasil Hutan

Tersedianya data

dan informasi Daya

Dukung Daya

Tampung (DDDT)

Hutan dan Hasil

Hutan

a. Tersedianya data

dan informasi

DDDT Hutan dan

Hasil Hutan

Do

kum

en

1 2 4 6 8

b. Jumlah Pemda

yang difasilitasi

dalam

penyusunan

DDDT Hutan dan

Hasil Hutan

Pro

v. da

n

(kota

/kab

)

- 1

(2)

1

(5)

2

(8)

2

(10)

1.b. Inventarisasi daya dukung dan daya tampung sektor Pertambangan, Energi,

Pertanian, dan Kelautan

Tersedianya data

dan informasi Daya

Dukung Daya

Tampung (DDDT)

Pertambangan,

Energi, Pertanian,

a. Tersedianya data

dan informasi

DDDT

Pertambangan,

Energi, Pertanian,

dan Kelautan

Do

kum

en

1 2 4 6 8

Page 60: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

48

Unit Kegiatan/

Sasaran Unit

Kegiatan

Indikator Unit

Kegiatan Satuan

Target

2015 2016 2017 2018 2019

dan Kelautan b. Jumlah Pemda

yang difasilitasi

dalam

penyusunan

DDDT

Pertambangan,

Energi, Pertanian,

dan Kelautan

Pro

v. da

n

(kota

/kab

)

- 1

(2)

1

(5)

2

(8)

2

(10)

1c. Inventarisasi daya dukung dan daya tampung sektor Transportasi, Manufaktur,

Industri dan Jasa

Tersedianya data

dan informasi Daya

Dukung Daya

Tampung (DDDT)

Transportasi,

Manufaktur, Industri

dan Jasa

c. Tersedianya data

dan informasi

DDDT

Transportasi,

Manufaktur,

Industri dan Jasa

Do

kum

en

1 2 4 6 8

d. Jumlah Pemda

yang difasilitasi

dalam

penyusunan

DDDT

Transportasi,

Manufaktur,

Industri dan Jasa

Pro

v. da

n

(kota

/kab

)

- 1

(2)

1

(5)

2

(8)

2

(10)

2a. Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup sektor

Pertambangan, Energi, Pertanian, dan Kelautan

Terlaksananya

perencanaan

pengelolaan SDA &

LH berdasarkan

DDDT sektor Hutan

dan Hasil Hutan

a. Jumlah

perencanaan &

pengelolaan SDA

& LH berbasis

DDDT sektor

Hutan dan Hasil

Hutan

Do

kum

en

1 2 4 6 8

Page 61: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

49

Unit Kegiatan/

Sasaran Unit

Kegiatan

Indikator Unit

Kegiatan Satuan

Target

2015 2016 2017 2018 2019

b. Jumlah

stakeholder yang

menerapkan

rencana

pengelolaan SDA

& LH

berdasarkan

DDDT sektor

Hutan dan Hasil

Hutan.

Institu

si

1 2 4 6 8

2c. Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup sektor

Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa

Terlaksananya

perencanaan

pengelolaan SDA &

LH berdasarkan

DDDT sektor

Transportasi,

Manufaktur, Industri

dan Jasa

a. Jumlah

perencanaan &

pengelolaan SDA

& LH berbasis

DDDT sektor

Transportasi,

Manufaktur,

Industri dan Jasa

Do

kum

en

1 2 4 6 8

b. Jumlah

stakeholder yang

menerapkan

rencana

pengelolaan SDA

& LH sektor

Transportasi,

Manufaktur,

Industri dan Jasa

Institu

si

1 2 4 6 8

3a. Evaluasi pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Tersedianya data

dan informasi

capaian sasaran

strategis LHK di

Ekoregion Papua

a. Tersedianya data

dan informasi

capaian strategis

LHK di Ekoregion

Papua

Do

kum

en

1 1 1 1 1

Page 62: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

50

Unit Kegiatan/

Sasaran Unit

Kegiatan

Indikator Unit

Kegiatan Satuan

Target

2015 2016 2017 2018 2019

b. Capaian sasaran

strategis

pembangunan

LHK di Ekoregion

Papua

Persen 80 85 90 90 95

3b. Pelaksanaan Uji Kualitas Lingkungan

Tersedianya data

dan Informasi

kualitas lingkungan

hidup

a. Tersedianya Data

Kualitas Air,

Udara dan

Tutupan Lahan

yang

dipublikasikan

Data dan

Provinsi

3

2

3

2

3

2

3

2

3

2

b. Jumlah

laboratorium

yang difasilitasi

dalam

menyediakan

data IKLH

Kota/Kab 1 3 5 7 10

3c. Tindak Lanjut Pengelolaan SDA dan LH

Terlaksananya

tindak lanjut hasil

evaluasi kualitas

lingkungan hidup

a. Hasil

rekomendasi

evaluasi kualitas

lingkungan hidup

yang

ditindaklanjuti

Persen 20 30 40 50 60

4a. Penyusunan Rencana dan Program Anggaran

Tersusunnya

rencana dan

program anggaran

yang tepat sasaran

a. Rencana dan

program

anggaran yang

tepat sasaran

berupa renstra,

renja, perjanjian

kinerja dan rkakl

Do

kum

en

4 4 4 4 4

Page 63: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

51

Unit Kegiatan/

Sasaran Unit

Kegiatan

Indikator Unit

Kegiatan Satuan

Target

2015 2016 2017 2018 2019

b. Laporan

Pembangunan

LHK berupa

Laporan Tahunan

Dan Laporan

Kinerja

Pemerintahan

Lap

ora

n

2 2 2 2 2

4b. Tata Kelola Keuangan

Terlaksananya

pengelola keuangan

yang handal

a. Laporan

keuangan yang

dikelola sesuai

ketentuan

Lap

ora

n

1 1 1 1 1

b. Realisasi

Anggaran

Persen 90 91 92 93 94

4c. Pelayanan Umum dan Admnistrasi Kepegawaian

Terlaksananya

pelayanan umum

dan administrasi

kepegawaian yang

akurat dan tepat

waktu

a. Laporan

pengelolaan

BMN yang sesuai

ketentuan dan

tepat waktu per

semester dan per

tahun

Lap

oran

1 1 1 1 1

b. Pelayanan

administrasi

kepegawaian

yang akurat

Persen 100 100 100 100 100

Page 64: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

52

BAB IBAB IBAB IBAB IVVVV

KERANGKA REGULASIKERANGKA REGULASIKERANGKA REGULASIKERANGKA REGULASI, , , , KERANGKA KERANGKA KERANGKA KERANGKA KELEMBAGAANKELEMBAGAANKELEMBAGAANKELEMBAGAAN DAN DAN DAN DAN

KERANGKA PENDANAANKERANGKA PENDANAANKERANGKA PENDANAANKERANGKA PENDANAAN

4.1 Kerangka Regulasi

Dalam rangka pencapaian indikator kinerja dan mengatur tata hubungan kerja

antara Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua dengan Unit Pelaksana

Teknis Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Provinisi dan Kota

yang membidangi lingkungan hidup dan kehutanan perlu didukung dengan aturan serta

norma, standar, prosedur dan kriteria yang memadai. Dalam pelaksanaanya tata

hubungan kerja maupun payung hukum dapat dijadikan sebagai landasan dalam

pelaksanaan kegiatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Berikut rincian jenis regulasi

yang dibutuhkan :

Tabel 4.1 Kebutuhan Dukungan Regulasi

No Jenis Urgensi

1. Permen LHK tentang Tata Hubungan

Kerja

Memberikan kejelasan batasan

pengendalian pembangunan ekoregion

dan hubungan kerja para pihak dalam

bentuk koordinasi fungsional, administrasi

operasional, dan atau teknis operasional

untuk mencapai sasaran dan tujuan

organisasi.

2. Permen LHK tentang pedoman

penetapan DDDT dan Penyusunan

Rencana Pengelolaan SDA dan LH

Memberikan kepastian hukum atas

pelaksanaan dan penetapan hasil.

3. Permen LHk tentang Pengelolaan

Sistem Data dan Informasi

Kejelasan dalam mempermudah

penyususnan dan akses data dan

informasi yang tepat dan akurat.

4. Permen LHK yang berkaitan dengan

Tata Kelola Pemerintahan

Memberikan kejelasan tugas, fungsi

pokok dan kompetensi.

4.2 Kerangka Kelembagaan

Perubahan struktur organisasi sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan No. 18/MenLHK/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Page 65: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

53

Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan terbentuknya Pusat Pengendalian

Pembangunan Ekoregion Papua menjalankan tugas dan fungsi antara Pusat Pengelolaan

Ekoregion Papua dan Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan. Pusat Pengendalian

Pembangunan Ekoregion mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan

pengendalian pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan di wilayah ekoregion.

Dalam melaksanakan tugas Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion

menyelenggarakan fungsi:

� penyusunan kebijakan teknis pengendalian pembangunan ekoregion;

� pelaksanaan inventarisasi daya dukung dan daya tampung sumber daya

alam dan lingkungan hidup di wilayah ekoregion;

� pelaksanaan perencanaan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup di wilayah ekoregion;

� pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup di wilayah ekoregion; dan

� pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga pusat;

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi Pusat Pengendalian

Pembangunan Ekoregion Papua terdiri dari 1 (satu) Bagian Tata Usaha dan 3 (tiga)

Bidang yang masing-masing mempunyai beban tugas berbeda, sebagai berikut :

Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi:

� koordinasi penyusunan rencana, program dan anggaran;

� pengelolaan urusan keuangan; dan

� pengelolaan urusan tata usaha, rumah tangga, kearsipan, dan dokumentasi,

pengelolaan barang milik negara, kepegawaian, pengelolaan data dan

informasi, serta hubungan masyarakat.

Bagian Tata Usaha terdiri atas:

a. Subbagian Program mempunyai tugas melakukan pengumpulan dan pengolahan

bahan koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran.

b. Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan pengelolaan urusan keuangan

dan tindak lanjut hasil pemeriksaan.

c. Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan pengelolaan

urusan tata usaha, rumah tangga, perlengkapan, pengelolaan barang milik

Page 66: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

54

negara, kearsipan, dokumentasi, kepegawaian, data dan informasi, serta

hubungan masyarakat.

2. Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup

Tugasnya adalah melaksanakan inventarisasi daya dukung dan daya tampung

sumber daya alam dan lingkungan hidup di wilayah ekoregion. Bidang Inventarisasi Daya

Dukung dan Daya Tampung Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

menyelenggarakan fungsi:

� pelaksanaan inventarisasi dan perhitungan daya dukung dan daya

tampung hutan dan hasil hutan di wilayah ekoregion;

� pelaksanaan inventarisasi dan perhitungan daya dukung dan daya

tampung pertambangan, energi, pertanian, kelautan di wilayah

ekoregion;

� pelaksanaan inventarisasi dan perhitungan daya dukung dan daya

tampung transportasi, manufaktur, industri dan jasa di wilayah

ekoregion; dan

� penyiapan bahan pelaporan kinerja bidang inventarisasi dan perhitungan

daya dukung dan daya tampung sumber daya alam dan lingkungan hidup

di wilayah ekoregion.

Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup terdiri atas:

a. Subbidang Hutan dan Hasil Hutan mempunyai tugas melakukan pengumpulan

dan pengolahan bahan penyiapan pelaksanaan inventarisasi dan perhitungan

daya dukung dan daya tampung sumber daya hutan dan hasil hutan.

b. Subbidang Pertambangan, Energi, Pertanian dan Kelautan mempunyai tugas

melakukan pengumpulan dan pengolahan bahan penyiapan pelaksanaan

inventarisasi dan perhitungan daya dukung dan daya tampung sumber daya

pertambangan, energi, pertanian dan kelautan.

c. Subbidang Manufaktur, Prasarana, Jasa, dan Transportasi mempunyai tugas

melakukan pengumpulan dan pengolahan bahan penyiapan pelaksanaan

Page 67: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

55

inventarisasi dan perhitungan daya dukung dan daya tampung sumber daya

manufaktur, prasarana, jasa dan transportasi.

3. Bidang Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Tugasnya melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan dan penerapan rencana pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup. Bidang Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

menyelenggarakan fungsi:

� penyusunan rencana dan penerapan pengelolaan sumberdaya hutan dan

hasil hutan;

� penyusunan rencana dan penerapan pengelolaan sumber daya

pertambangan, energi, pertanian, kelautan;

� penyusunan rencana dan penerapan pengelolaan sumber daya

transportasi, manufaktur, industri dan jasa; dan

� pemantauan, evaluasi dan pelaporan kinerja bidang perencanaan

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan sumber daya alam dan

lingkungan hidup.

Bidang Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup terdiri atas:

a. Subbidang Hutan dan Hasil Hutan mempunyai tugas melakukan pengumpulan

dan pengolahan bahan penyiapan penyusunan rencana dan penerapan

pengelolaan hutan dan hasil hutan.

b. Subbidang Pertambangan, Energi, Pertanian dan Kelautan mempunyai tugas

melakukan pengumpulan dan pengolahan bahan penyiapan penyusunan rencana

dan penerapan rencana pengelolaan sumber daya pertambangan, energi,

pertanian dan kelautan.

c. Subbidang Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa mempunyai tugas

melakukan pengumpulan dan pengolahan bahan penyiapan penyusunan rencana

dan penerapan rencana pengelolaan sumber daya transportasi, manufaktur,

industri dan jasa.

Page 68: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

56

4. Bidang Evaluasi dan Tindak Lanjut Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Hidup

Tugasnya adalah melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan pemantauan, evaluasi, uji kualitas lingkungan, dan tindak lanjut pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan hidup serta koordinasi pelaksanaan kebijakan

kelembagaan di wilayah ekoregion. Bidang Evaluasi dan Tindak Lanjut Pengelolaan

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi:

� koordinasi pelaksanaan kebijakan kelembagaan lingkungan hidup dan

kehutanan;

� pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengelolaan sumber daya alam

dan lingkungan hidup;

� pelaksanaan uji kualitas lingkungan;

� tindak lanjut pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup; dan

� pemantauan, evaluasi dan pelaporan kinerja bidang evaluasi dan tindak

lanjut pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Bidang Evaluasi dan Tindak Lanjut Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Hidup terdiri atas:

a. Subbidang Evaluasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan dan

pengolahan bahan pemantauan dan evaluasi pengelolaan serta kebijakan

kelembagaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

b. Subbidang Uji Kualitas Lingkungan mempunyai tugas melakukan pengumpulan

dan pengolahan bahan penyiapan pelaksanaan uji kualitas lingkungan dalam

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

c. Subbidang Tindak Lanjut mempunyai tugas melakukan pengumpulan dan

pengolahan bahan penyiapan tindak lanjut pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup.

Ruang lingkup tugas pokok dan fungsi Pusat Pengendalian Pembangunan

Ekoregion Papua meliputi berbagai macam stakeholders dan instansi terkait serta

wilayah kerja yang luas, maka diperlukan dukungan SDM yang profesional dan handal.

SDM yang profesional dan handal ini disamping dimulai dari proses rekruitmen tenaga

juga tidak kalah pentingnya melalui pelatihan/training. Saat ini P3E Papua memiliki

Page 69: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

57

sumber daya manusia sebanyak 28 Pegawai Negeri Sipil dengan tingkat pendidikan

terdiri dari S1 dan S2. Pegawai yang saat ini ada berstatus PNS berjumlah 17 orang dan

11 orang masih bersatatus CPNS. Adapun pegawai yang bersatatus PNS merupakan

pegawai yang memiliki jabatan struktural. Pelaksanaan kegiatan didukung 19 tenaga

honorer dengan tingkat pendidikan bervariasi dari SMU sampai S1. Adapun secara rinci

termuat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Status Tahun 2015

NO URAIAN PNS HONORER JUMLAH

PEGAWAI %

1 Kepala Pusat 1 - 1 2.13

2 Bagian Tata Usaha 7 12 19 40.43

3 Bidang Inventarisasi Daya

Dukung dan Daya

Tampung Sumber Daya

Alam dan Lingkungan

Hidup

7 2 9 19.15

4 Bidang Perencanaan

Pengelolaan Sumber Daya

Alam dan Lingkungan

Hidup

7 2 9 19.15

5 Bidang Evaluasi dan

Tindak Lanjut Pengelolaan

Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup

6 3 9 19.15

JUMLAH 28 19 47 100

Dari tabel di atas pegawai honorer diperlukan untuk membantu dalam melaksanakan

tugas mengelola keuangan, sekretaris, sopir dan menjaga keamanan serta membantu

pelaksanaan kegiatan bidang. Dalam melaksanakan tugasnya pegawai honorer tersebut

dikoordinasi oleh Bagian Tata Usaha.

Tabel 4.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Tahun 2015

GOLONGAN JUMLAH PEGAWAI %

I - -

II - -

III 22 78.57

IV 6 21.43

JUMLAH 28 100

Page 70: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

58

Tabel 4.4 Jumlah Pegawai dan Honorer Berdasarkan Jenjang Pendidikan tahun 2015

JENJANG

PENDIDIKAN

JUMLAH PEGAWAI Jumlah %

PNS Honorer

SMA - 15 15 31.91

D3 - - - -

S1 17 4 21 44.68

S2 11 - 11 23.40

S3 - - - -

JUMLAH 28 19 47 100

Dari tabel Jumlah pegawai dan jumlah pegawai berdasarkan pendidikan dapat dilihat

bahwa komposisi pegawai Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua

didominasi oleh pegawai golongan III (78,57%) dengan jenjang pendidikan Sarjana S1

(44,68%).

Sebagai pusat pengendalian pembangunan pada tingkat ekoregion, dukungan

sarana prasarana merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan. Saat ini P3E

Papua memiliki sarana dan prasarana dirasa belum memadai. Adapun sarana dan

prasarana yang mendukung pelaksanaan tugas Pusat Pengendalian Pembangunan

Ekoregion Papua meliputi tanah, bangunan, inventaris/peralatan kantor, kendaraan

dinas dan perlengkapan lainnya. Luas tanah, bangunan dan jumlah kendaraan terlihat

pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Sarana Kantor Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua

Tahun 2015

NO URAIAN JUMLAH SATUAN STATUS

1 Tanah 2.159 M2 Milik Pemda

2 Bangunan 433 M2 Pinjam Pakai

3 Kendaraan Roda 2

(operasional)

7 Unit

4 Kendaraan Roda 2

(Lapangan)

2 Unit

5 Kendaraan Roda 4 5 Unit

Page 71: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

59

4.3 Kerangka Pendanaan

Proyeksi kebutuhan anggaran Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua

Tahun 2015–2019 sebesar Rp. 112.94 Milyar dengan rician sebagaimana Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Alokasi Anggaran Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua Tahun

2015-2019

No Program/Kegiatan

Alokasi Anggaran (Milyar) Jumlah

2015 2016 2017 2018 2019

Dukungan Manajemen & Tugas Teknis Lainnya

Pengendalian Ekoregion

Papua (K14)

18.50 20.35 22.38 24.62 27.08 112.94

1. Inventarisasi DDDT SDA dan

LH

3.310 3.641 4.004 4.405 4.845 20.205

1.1 Hutan dan Hasil Hutan 0.993 1.274 1.201 1.542 1.696

1.2 Pertambangan, Energi,

Pertanian dan Kelautan

1.159 1.092 1.401 1.542 1.453

1.3 Transportasi, Manufaktur,

Industri dan jasa

1.159 1.274 1.401 1.321 1.696

2. Perencanaan Pengelolaan

SDA dan LH

3.320 3.663 4.028 4.432 4.874 20.329

2.1 Hutan dan Hasil Hutan 0.996 1.282 1.209 1.551 1.706

2.2 Pertambangan, Energi,

Pertanian dan Kelautan

1.162 1.099 1.410 1.551 1.462

2.3 Transportasi, Manufaktur,

Industri dan jasa

1.162 1.282 1.410 1.329 1.706

3. Evaluasi dan Tindak Lanjut 3.090 3.460 3.805 4.185 4.604 19.200

3.1 Evaluasi 0.927 1.211 1.141 1.465 1.611

3.2 Uji Kualitas 1.082 1.038 1.332 1.465 1.381

3.3 Tindak Lanjut

1.082 1.211 1.332 1.256 1.611

4. Tata Laksana Perkantoran 8.780 9.768 10.742 11.818 12.998 54.211

4.1 Program 1.250 1.425 1.567 1.723 1.896

4.2 Keuangan 0.490 0.611 0.671 0.739 0.812

4.3 Umum dan Kepegawaian 7.040 7.733 8.504 9.356 10.290

Page 72: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

60

BAB VBAB VBAB VBAB V

PENPENPENPENUTUPUTUPUTUPUTUP

Renstra Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua sebagai perwujudan

Renstra Setjen KLHK memuat rincian kegiatan, unit kegiatan dan elemen kegiatan

disertai dengan sasaran maupun indikatornya pada setiap level dan langkah-langkah

kerja operasional setiap tahun (rencana kerja) maupun perencanaan kebutuhan

penganggaran untuk pencapaian target. Renstra yang tersusun diharapkan dapat

menjadi pedoman dan arah dalam pencapaan sasaran program yang diamanahkan

kepada Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua.

Kegiatan Pengendalian Pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada

Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua meliputi 2 (dua) indikator sasaran

kegiatan. Pertama, prosentase sasaran capaian stategis KLHK sebesar 95%. Kedua,

jumlah rencana pengelolaan pembangunan LHK berbasis daya dukung dan daya

tampung berdasarkan 8 isu strategis di Ekoregion Papua, selama kurun waktu 2015-

2019. Renstra dirinci dalam rencana kerja tahunan menjadi dokumen rujukan atau

panduan operasional pelaksanaan kegiatan, unit kegiatan dan komponen kegiatan

secara efektif, tertib, dan tepat sasaran. Renstra disusun berdasarkan panduan dan

rujukan ketentuan diatasnya, dan merepresentasikan pelaksanaan tugas fungsi dalam

pengendalian pembangunan guna capaian outcomes dalam memberikan dukungan tata

kelola pemerintahan yang baik.

Demikian Rencana Strategis Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua

ini disusun semoga dapat memberikan pengaruh yang baik dalam pelaksanaan dan

pengendalian pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Ekoregion Papua.

Page 73: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

K14 Pengendalian Ekoregion Papua

(K14)

27.92 20.37 28.56 30.00 31.00

Meningkatnya pengendalian

pembangunan LHK di Ekoregion Papua

18,49 20.37 28.56 30.00 31.00

(S1,S2,S3.P13.K14)

a. Persentase capaian sasaran strategis

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

di Ekoregion Papua 95%

(S1,S2,S3.P13.K14.IKK.a)

persen 80 85 90 90 95

b.Jumlah rencana pengelolaan pembangunan

LHK berbasis daya dukung dan daya tampung

berdasarkan 8 isu strategis di Ekoregion Papua

selama 5 tahun (S1,S2,S3.P13.K14.IKK.b)

Dokumen

(tematik)

1 2 4 6 8

Unit Kegiatan Sasaran Unit Kegiatan

1 Inventarisasi DDDT (UK1) a. Tersedianya data dan informasi DDDT di

ekoregion Papua (S1,S2,S3.P13.K14.UK1.IUKa)

Dokumen 1 2 4 6 8

b. Jumlah Pemda yang difasilitasi dalam

penyusunan daya dukung dan daya tampung

Provinsi dan

Kab/ Kota

- 1 1 2 2

(S1,S2,S3.P13.K14.UK1.IUKb) (2) (5) (8) (10)

2 Perencanaan dan Pengelolaan

SDA dan LH (UK2)

a. Jumlah rencana pengelolaan SDA & LH berbasis

DDDT (S1,S2,S3.P13.K14.UK2.IUKa)

Dokumen 1 2 4 6 8

b. Jumlah stakeholder yang menerapkan rencana

pengelolaan SDA & LH berdasarkan DDDT dan

instrumen LHK lainnya

(S1,S2,S3.P13.K14.UK2.IUKb)

Institusi 1 2 4 6 8

3 Evaluasi dan Tindak Lanjut

Pengelolaan SDA dan LH (UK3)

a. Data dan informasi capaian sasaran strategis

LHK (S1,S2,S3.P13.K14.UK3.IUKa)

Dokumen 1 1 1 1 1

b. Tersedianya data IKLH ekoregion yang up to

date dan dipublikasikan

(S1,S2,S3.P13.K14.UK3.IUKb)

Dokumen 1 1 1 1 1

c. Hasil evaluasi kualitas lingkungan yang

ditindaklanjuti (S1,S2,S3.P13.K14.UK3.IUKc)

Persen 20 30 40 50 60

Terlaksananya evaluasi dan tindak

lanjut pelaksanaan pengelolaan SDA

dan LH di wilayah ekoregion Papua

yang efektif dan efisien

(S1,S2,S3.P13.K14.UK3)

MATRIKS RENCANA STRATEGIS PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION PAPUA

TAHUN 2015-2019

Indikator

Indikator Kinerja Unit Kegiatan

(IKUK)

Tersedianya data dan informasi Daya

Dukung Daya Tampung (DDDT)

berbasis jasa ekosistem yang

dimanfaatkan stakeholders

(S1,S2,S3.P13.K14.UK1)

ALOKASI (Rp. Miliar)No.

Program/Kegiatan/Unit

Kegiatan/Elemen KegiatanSasaran Satuan

TARGET

Terlaksananya perencanaan

pengelolaan SDA & LH berdasarkan

DDDT lingkungan Ekoregion Papua

(S1,S2,S3.P13.K14.UK2)

Page 74: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

IndikatorALOKASI (Rp. Miliar)

No.Program/Kegiatan/Unit

Kegiatan/Elemen KegiatanSasaran Satuan

TARGET

4 Penyelenggaraan tata laksana

perkantoran (UK4)

Tatalaksana perkantoran yang handal

(S1,S2,S3.P13.K14.UK4)

a. Tersusunnya rencana dan program anggaran

yang tepat sasaran (renstra, renja, perjanjian

kinerja, rkakl) (S1,S2,S3.P13.K14.UK4.IUKa)

Dokumen 4 4 4 4 4

b. Pengelolaan BMN sesuai ketentuan dan

dilaporkan tepat waktu

(S1,S2,S3.P13.K14.UK4.IUKb)

Laporan 1 1 1 1 1

c. Pengelolaan keuangan sesuai dengan

ketentuan dan dilaporkan tepat waktu

(S1,S2,S3.P13.K14.UK4.IUKc)

Laporan 1 1 1 1 1

d. Tersusunya laporan pembangunan LHK

(laporan tahunan dan LAKIP)

(S1,S2,S3.P13.K14.UK4.IUKd)

Laporan 2 2 2 2 2

e. Pelayanan administrasi kepegawaian akurat

dan tepat waktu (S1,S2,S3.P13.K14.UK4.IUKe)

Persen 100 100 100 100 100

f. Realisasi anggaran (S1,S2,S3.P13.K14.UK4.IUKf) Persen 90 91 92 93 94

Elemen Kegiatan Sasaran Elemen Kegiatan Indikator Kinerja Elemen Kegiatan

(IKEK)

1 Inventarisasi daya dukung dan

daya tampung hutan dan hasil

hutan

a. Jumlah data dan/ atau informasi daya dukung

dan daya tampung hutan dan hasil hutan

Dokumen 1 2 4 6 8

b. Jumlah Pemda yang difasilitasi dalam

menyusun data dan/ atau informasi daya

dukung dan daya tampung hutan dan hasil

hutan

Prov, dan

(Kota/Kab)

- 1 1 2 2

Inventarisasi daya dukung dan

daya tampung pertambangan,

energi, pertanian dan kelautan

a. Jumlah data dan/ atau informasi daya dukung

dan daya tampung pertambangan, energi,

pertanian, dan kelautan

Dokumen 1 2 4 6 8

b. Jumlah Pemda yang difasilitasi dalam

menyusun data dan/ atau informasi daya

dukung dan daya tampung pertambangan,

energi, pertanian, dan kelautan

Prov, dan

(Kota/Kab)

- 1 1 2 2

Inventarisasi daya dukung dan

daya tampung transpotrasi,

manufaktur, industri dan jasa

a. Jumlah data dan/ atau informasi daya dukung

dan daya tampung transpotrasi, manufaktur,

industri dan jasa

Dokumen 1 2 4 6 8

b. Jumlah Pemda yang difasilitasi dalam

menyusun data dan/ atau informasi daya

dukung dan daya tampung transpotrasi,

manufaktur, industri dan jasa

Prov, dan

(Kota/Kab)

- 1 1 2 2

2 Perencanaan pengelolaan SDA

dan LH sektor hutan dan hasil

hutan

Terlaksananya perencanaan

pengelolaan SDA & LH berdasarkan

DDDT sektor Hutan dan Hasil Hutan

a. Jumlah perencanaan & pengelolaan SDA & LH

berbasis DDDT sektor Hutan dan Hasil Hutan

Dokumen 1 2 4 6 8

Tersedianya data dan informasi Daya

Dukung Daya Tampung (DDDT) Hutan

dan Hasil Hutan

Tersedianya data dan informasi Daya

Dukung Daya Tampung (DDDT)

Pertambangan, Energi, Pertanian dan

Kelautan

Tersedianya data dan informasi Daya

Dukung Daya Tampung (DDDT)

transpotrasi, manufaktur, industri dan

jasa

Page 75: KEPUTUSAN - p3epapua.menlhk.go.idp3epapua.menlhk.go.id/files/Renstra P3E Papua 2015-2019.pdf · (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. ... Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

IndikatorALOKASI (Rp. Miliar)

No.Program/Kegiatan/Unit

Kegiatan/Elemen KegiatanSasaran Satuan

TARGET

b. Jumlah stakeholder yang menerapkan rencana

pengelolaan SDA & LH berdasarkan DDDT

sektor Hutan dan Hasil Hutan.

Institusi 1 2 4 6 8

Perencanaan pengelolaan SDA

dan LH sektor pertambangan,

energi, pertanian dan kelautan

a. Jumlah perencanaan & pengelolaan SDA & LH

berbasis DDDT sektor pertambangan, energi,

pertanian, dan kelautan

Dokumen 1 2 4 6 8

b. Jumlah stakeholder yang menerapkan rencana

pengelolaan SDA & LH berdasarkan DDDT

sektor pertambangan, energi, pertanian, dan

kelautan

Institusi 1 2 4 6 8

Perencanaan pengelolaan SDA

dan LH sektor transportasi,

manufaktur, industri dan jasa

a. Jumlah perencanaan & pengelolaan SDA & LH

berbasis DDDT sektor transportasi,

manufaktur, industri dan jasa

Dokumen 1 2 4 6 8

b. Jumlah stakeholder yang menerapkan rencana

pengelolaan SDA & LH berdasarkan DDDT

transportasi, manufaktur, industri dan jasa

Institusi 1 2 4 6 8

3 Evaluasi pengelolaan SDA dan LH a. Tersedianya data dan informasi capaian

strategis LHK di Ekoregion Papua

Dokumen 1 1 1 1 1

b. Capaian sasaran strategis pembangunan LHK di

Ekoregion Papua

Persentase 80 85 90 90 95

a. 3 3 3 3 3

2 2 2 2 2

b. Jumlah laboratorium yang difasilitasi dalam

menyediakan data IKLH

Kota/kab 1 3 5 7 10

Tindak lanjut pengelolaan SDA

dan LH

Terlaksananya tindak lanjut hasil

evaluasi kualitas lingkungan hidup

a. Hasil rekomendasi evaluasi kualitas lingkungan

hidup yang ditindaklanjuti

Persen 20 30 40 20 60

4 Penyusunan rencana, program

dan anggaran

Tersusunnya rencana dan program

anggaran yang tepat sasaran

a. Rencana dan program anggaran yang tepat

sasaran berupa renstra, renja, perjanjian

kinerja dan rkakl

Dokumen 4 4 4 4 4

b. Laporan Pembangunan LHK berupa Laporan

Tahunan Dan Laporan Kinerja Pemerintahan

Laporan 2 2 2 2 2

Tata Kelola Keuangan a. Laporan keuangan yang dikelola sesuai

ketentuan

Laporan 1 1 1 1 1

b. Realisasi Anggaran Persen 90 91 92 93 94

a. Laporan pengelolaan BMN yang sesuai

ketentuan dan tepat waktu per semester dan

per tahun

Laporan 1 1 1 1 1

b. Pelayanan administrasi kepegawaian yang

akurat

Persen 100 100 100 100 100

Data dan

Provinsi

Tersedianya Data Kualitas Air, Udara dan

Tutupan Lahan yang dipublikasikan

Tersedianya data dan informasi

kualitas lingkungan

Pelaksanaan uji kualitas

lingkungan

Terlaksananya pengelola keuangan

yang handal

Pelayanan Umum dan

Admnistrasi Kepegawaian

Terlaksananya pelayanan umum dan

administrasi kepegawaian yang akurat

dan tepat waktu

Tersedianya data dan informasi

capaian sasaran strategis LHK di

Ekoregion Papua

Terlaksananya perencanaan

pengelolaan SDA & LH berdasarkan

DDDT sektor transportasi, manufaktur,

industri dan jasa

Terlaksananya perencanaan

pengelolaan SDA & LH berdasarkan

DDDT sektor pertambangan, energi,

pertanian, dan kelautan