KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN BPJS DI …
Transcript of KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN BPJS DI …
KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN BPJS
DI PUSKESMAS TAMALATEA KECAMATAN TAMALATEA
KABUPATEN JENEPONTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
HJ. NURALISLA. HB
Nomor Stambuk : 10564 01522 11
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2015
ii
PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan BPJS di
Puskesmas Tamalatea Kecamatan Tamalatea
Kabupaten Jeneponto.
Nama Mahasiswa : Hj. Nuralisla. HB
Nomor Stambuk : 10564 01522 11
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
DR. Abdul Mahsyar, M.Si DR. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si
Mengetahui,
Dekan Ketua Jurusan
Pembimbing I Ilmu Pemerintahan
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si A.Luhur Prianto, S.IP., M. Si
iii
PENERIMAAN TIM
Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan surat keputusan/undangan
menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar,
Nomor ……………………………….. sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam program studi Ilmu Pemerintahan di
Makassar pada Hari ………………. Tanggal ….. Bulan ….. Tahun …….
TIM PENILAI
Ketua Sekretaris
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si DR. Abdul Mahsyar, M.Si
Penguji :
1. Dr. H. Muhlis Madani, M.Si (Ketua) ( )
2. DR. Abdul Mahsyar, M.Si ( )
3. DR. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si ( )
4. ……………………………………… ( )
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama Mahasiswa : Hj. Nuralisla. HB
Nomor Stambuk : 10564 01522 11
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah peneltian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, Agustus 2015
Yang Menyatakan,
Hj. Nuralisla. HB
v
ABSTRAK
Hj. Nuralisla. HB. Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan BPJS di
Puskesmas Tamalatea Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto.
(dibimbimbing oleh : DR. Abdul Mahsyar, M.Si dan DR. Abdul Mahsyar,
M.Si)
Penelitian bertujuan untuk mengetahui Kepuasan Masyarakat Terhadap
Pelayanan BPJS di Puskesmas Tamalatea Kecamatan Tamalatea Kabupaten
Jeneponto yang meliputi tangibles, realibility, responsiveness, assurance dan
emphaty.
Jenis penelitian yang di gunakana adalah penelitian deskriptif kuantitatif
yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu
keadaan di dalam komunitas atau organisasi berdasarkan data yang ditemukan di
lapangan. Sedangkan tekhnik pengumpulan data yang di gunakan peneliti adalah
mengobservasi langsung dan menanyakan pelayanan seperti apa yang didapatkan
dan diukur berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada responden pada saat
penelitian berlangsung. Data tersebut dianalisis secara statistik deskriptif
kuantitatif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi secara sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan jaminan kesehatan dalam hal ini (BPJS) yang
dipengaruhi oleh faktor tangibles, realibility, responsiveness, assurance dan
emphaty.
Kata Kunci : Kepuasan Masyarakat, Pelayanan BPJS
vi
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang terindah dan teragung selain mengucapkan puji syukur
kehadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan bimbingan-Nya, sehingga skripsi
ini yang berjudul “Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan BPJS di
Puskesmas Tamalatea Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto” dapat di
selesaikan oleh penulis walaupaun jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan kepada pembaca yang budiman, agar dapat
memberikan masukan dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak DR. Abdul Mahsyar, M.Si sebagai pembimbing I dan Ibu DR. Hj. Ihyani
Malik, S.Sos., M.Si sebagai pembimbing II, yang telah mengarahkan dan
membimbing penulis sejak pengusulan judul sampai kepada penyelesaian Skripsi
ini. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Dr.H. IrwanAkib,M. Pd.
2. Dekat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar Dr. H. Muhlis Madani, M. Si
3. Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan A. Luhur Prianto, S. Ip, M. Si yang telah
membina Jurusan Ilmu Pemerintahan
vii
4. Dosen Fisipol, Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah banyak membantu penulis
selama menempuh pendidikan di kampus ini.
5. Terkhusus kepada kedua orang tua dan keluarga penulis yang membantu
penulis berupa materi maupun non materi.
6. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak memberi saran, dukungan, dan
motivasi kepada penulis.
7. Teman-teman kelas ilmu yang banyak memberi ide atau pikiran kritikan yang
bersipat membangun.
Semoga bantuan semua pihak senantiasa mendapatkan pahala yang berlipat
ganda di sisi Allah SWT, Amin.
Makassar, September 2015
Hj. Nuralisla. HB
viii
DAFTAR ISI
Halaman Pengajuan Skripsi ............................................................................... i
Halaman Persetujuan .......................................................................................... ii
Penerimaan TIM ................................................................................................. iii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi ................................................................ iv
Abstrak ............................................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................... vi
Daftar Isi.............................................................................................................. vii
Daftar Tabel ....................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tentang Service Quality ....................................................... 9
B. Konsep Tentang Manajemen Pelayanan Publik ............................... 13
C. Konsep Tentang Kepuasan Masyarakat ........................................... 16
D. Konsep Tentang Pelayanan Publik ................................................... 17
E. Konsep Tentang Pelayanan Kesehatan ............................................ 21
F. Konsep Tentang BPJS ...................................................................... 25
G. Kerangka Pikir ................................................................................. 30
ix
H. Definisi Operasional .......................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ............................................................................... 34
B. Tipe dan Jenis Penelitian ................................................................... 34
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 36
E. Teknik Analisa Data .......................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................... 37
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 42
C. Pembahasan ...................................................................................... 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 66
B. Saran .................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 68
x
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1 Distribusi Frekuensi Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan
Jaminan Kesehatan di Puskesmas Tamalatea Kecamatan
Tamalatea Kabupaten Jeneponto Tahun 2015 …………………. 47
4.2 Distribusi Frekuensi Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan
Jaminan Kesehatan Berdasarkan Tangibles di Puskesmas
Tamalatea Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto Tahun
2015 …………………………………………………………….. 48
4.3 Distribusi Frekuensi Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan
Jaminan Kesehatan Berdasarkan Reliability di Puskesmas
Tamalatea Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto Tahun
2015 …………………………………………………………….. 48
4.4 Distribusi Frekuensi Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan
Jaminan Kesehatan Berdasarkan Responsiveness di Puskesmas
Tamalatea Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto Tahun
2015 …………………………………………………………….. 49
4.5 Distribusi Frekuensi Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan
Jaminan Kesehatan Berdasarkan Assurance di Puskesmas
Tamalatea Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto Tahun
2015……………………………………………………………... 49
4.6 Distribusi Frekuensi Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan
Jaminan Kesehatan Berdasarkan Emphaty di Puskesmas
Tamalatea Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto Tahun
2015……………………………………………………………... 50
4.7 Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Jaminan Kesehatan
Berdasarkan Tangibles di Puskesmas Tamalatea Kecamatan
Tamalatea Kabupaten Jeneponto Tahun 2015…………………. 50
4.8 Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Jaminan Kesehatan
Berdasarkan Reliability di Puskesmas Tamalatea Kecamatan
Tamalatea Kabupaten Jeneponto Tahun 2015…………………. 51
4.9 Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Jaminan Kesehatan
Berdasarkan Responsiveness di Puskesmas Tamalatea
Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto Tahun 2015…….. 52
xi
4.10 Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Jaminan Kesehatan
Berdasarkan Assurance di Puskesmas Tamalatea Kecamatan
Tamalatea Kabupaten Jeneponto Tahun 2015………………… 53
4.11 Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Jaminan Kesehatan
Berdasarkan Emphaty di Puskesmas Tamalatea Kecamatan
Tamalatea Kabupaten Jeneponto Tahun 2015………………… 54
1
BAB I
PENDAHALUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pemerintahan desa tidak terpisahkan dari
penyelenggaraan otonomi daerah. Pemerintahan desa merupakan unit terdepan
(ujung tombak) dalam pelayanan kepada masyarakat serta tombak strategis untuk
keberhasilan semua program. Karena itu, upaya untuk memperkuat desa
(Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasyarakatan) merupakan langkah
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan otonomi
daerah (Widjaja, 2003 : 76). Sehingga penyelenggaraan Pemerintahan Desa
merupakan sub sistem dari sistempenyelenggaraan pemerintahan, sehingga Desa
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa yang ditetap kan pada tanggal 30 Desember 2005, pada pasal 1 menyebutkan
bahwa yang dimaksud Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan permusyawaratan Desa dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.Seperti yang disebutkan dalam Undang-
undang bahwa dalam sebuah Pemerintah Kabupaten/Kota dibentuk Pemerintahan
Desa dan Badan permusyawaratan Desa.
Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.Perangkat
Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya.Sedangkan yang
1
2
dimaksud Pemerintahan Desa adalah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa. Badan
Perwakilan Desa adalah lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan
peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa dan keputusan kepala
Desa.BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah desa. Sementara
kedudukan Sekretaris Desa menjadi sangat penting dalam membantu pelaksanaan
tugas Kepala Desa. Apa yang terjadi apabila Sekretaris Desa menjadi ganjalan
kepala Desa dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan kepemerintahan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 45 Tahun 2007 tentang
persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi Pegawai Negeri
Sipil, pada pasal 1 yang disebut dengan Sekretaris Desa adalah Perangkat Desa
yang bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang tertib administrasi
pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.
Pada pasal 14 disebutkan bahwa Sekretaris Desa yang diangkat menjadi PNS
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dapat dimutasikan setelah menjalani masa
jabatan Sekretaris Desa sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun.
Hubungan antara Pemerintah Desa dan Badan perwakilan Desa. Pertama,
hubungan dominasi artinya dalam melaksanakan hubungan tersebut pihak pertama
menguasai pihak kedua; kedua, hubungan sub koordinasi artinya dalam
melaksanakan hubungan tersebut pihak kedua menguasai pihak pertama, atau
pihak kedua dengan sengaja menempatkan diri tunduk pada kemauan pihak
pertama, Ketiga, hubungan kemitraan artinya pihak pertama dan kedua setingkat
dimana mereka bertumpu pada kepercayaan, kerjasama dan saling menghargai.
3
Pemerintah Desa dalam melaksanakan tugas pembangunan dan
penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat harus benar-benar memperhatikan
hubungan kemitraan kerja dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa itu sendiri.
Kemitraan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa disini berarti bahwa dalam
melaksanakan tugas pembangunan maupun pemberian pelayanan kepada
masyarakat, semua aparatur Pemerintahan Desa, baik itu Kepala Desa, Sekretaris
Desa, dan Badan Perwakilan Desa harus benar-benar memahami kapasitas yang
menjadi kewenangan maupun tugasnyamasing-masing. Sehingga dalam
melaksanakan penyelenggaraan Pemerintahan Desa semua aparatur pemerintah
desa dalam hubungannya dapat bersinergi dan bermitra dengan baik dan tepat
dalam meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang profesional dan
akuntabel.
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Indonesia memang seringkali
mengalami persoalan-persoalan yang timbul terkait dengan hubungan tersebut,
seperti hubungan antara Kepala Desa dengan BPD. Beberapa issu yang terjadi
dalam hubungan antara pemerintah Desa (Kepala Desa) dengan BPD menurut
hasil penelitian awal (2013) sebagai berikut:
a) Adanya arogansi BPD yang merasa kedudukannya lebih tinggi dari Kepala
Desa, karena Kepala Desa bertanggung jawab kepada BPD;
b) Dualisme kepemimpinan desa, yaitu kepala desa dengan perangkatnya dan
badan perwakilan desa, yang cenderung saling mencurigai;
c) Sering terjadi mis-persepsi sehingga BPD sebagai unsur legislatif desa tetapi
melakukan tugas dan fungsi eksekutif kepala desa;
4
d) Anggota BPD sering belum bisa memilah antara fungsi pemerintahan desa
dengan pemerintah desa;
e) Kondisi sumberdaya manusia BPD yang masih belum memadai;
f) Kinerja perangkat desa menjadi tidak efektif karena banyak mantan calon
Kepala Desa yang tidak jadi kepala Desa menjadi anggota BPD dan cenderung
mencari-cari kesalahan perangkat desa bahkan ada kesan pula mereka berusaha
untuk menjatuhkan Kepala Desa ;
g) Dalam hubungan kerja organisasional, (1) dalam pelantikannya BPD dibekali
oleh DPRD; (2). BPD melakukan hubungan langsung dengan DPRD; (3). Terjadi
kontradiksi perilaku kerja BPD, misalnya BPD tidak mau berurusan dengan
Camat.
Persoalan hubungan dalam penyelenggraan Pemerintahan Desa, tidak
hanya terjadi antara hubungan Kepala Desa dengan BPD saja, namun antara
Kepala Desa dengan Sekdes juga sering menjadi kendala tersendiri. Hambatan
hubungan antara Sekdes dengan Kepala Desa biasa terjadi karena ada
ketidaksepahaman Sekdes dalam menunjang tugas-tugas Kepala Desa. Ada
anggapan bahwa Sekdes sudah mendapat tunjangan kompensasi yang dihitung
berdasarkan masa kerja selama yang bersangkutan menjadi Sekretaris
Desa.Penetapan besaran tunjangan kompensasi bagi setiap Sekretaris Desa
ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota.Disamping tunjangan yang
diperoleh, pada pasal 14 disebutkan bahwa Sekretaris Desa dapat dimutasikan
setelah menjalani masa jabatan Sekretaris Desa sekurang-kurangnya 6 (enam)
tahun. Apabila selama Sekretaris Desa menjalankan tugas belum mencapai 6
5
tahun dan ada permasalahan kinerja Sekretaris Desa dianggap tidak memuaskan
Kepala desa, maka Sekretaris Desa tidak dapat dimutasi. Jadi persoalan antara
Sekretaris Desa dan kepala Desa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Kadang terjadi dilapangan Sekretaris desa masih mendapat bagian dari kas
desa, misalnya bagian pendapatan dari tanah bengkok, padahal Sekdes sudah
mendapat tunjangan kompensasi;
b) Sekretaris Desa mendapat hak pensiun, sedang Kepala Desa tidak. Hal ini
membuat Kepala Desa ingin Sekretaris Desa mempunyai kinerja yang bagus;
c) Sekretaris Desa yang tidak disukai oleh Kepala Desa karena kinerja yang tidak
memuaskan Kepala desa, sulit untuk dimutasi ketempat lain sebelum memiliki
kinerja 6 tahun;
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang dikemukakan diatas, Kajian ini dibatasi
pada beberapa permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana pembenahan administrasi desa di Barana Kecamatan Bangkala
Barat di Kabupaten Jeneponto ?
2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pembenahan administrasi
desa di Barana Kecamatan Bangkala Barat di Kabupaten Jeneponto?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pembenahan administrasi desa di Barana
Kecamatan Bangkala Barat di Kabupaten Jeneponto.
6
2. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi
pembenahan administrasi desa di Barana Kecamatan Bangkala Barat di
Kabupaten Jeneponto?
D. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini, baik secara
teoritis maupun secara praktis antara lain:
1. Manfaat Akademik
a. Bagi peneliti,untuk menambah khasanah pengetahuan tentang sejauh mana
peran pemerintah desa dalam tertib administrasi di Desa Barana Kecamatan
Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto.
b. Bagi pemerintah dan masyarakat, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
tambahan pengetahuan bagi masyarakat dalam memahami peran pemerintah
desa dalam tertib administrasi di Desa Barana Kecamatan Bangkala Barat
Kabupaten Jeneponto.
2. Manfaat Praktis
Bagi Aparat Pemerintahan di Kantor Desa Barana Kecamatan Bangkala
Barat Kabupaten Jeneponto Secara praktis dari hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan literatur dalam upaya memperbaiki pelayanan prima
kepada masyarakat setempat serta memberikan terobosan baru dalam birokrasi
pemerintahan di Kantor Desa Barana Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten
Jeneponto dalam menyikapi kebutuhan birokrasi modern. Di sisi lain juga
membantu Pemerintah Kabupaten Jeneponto dalam mengevaluasi pejabat
publik dalam menjalankan roda pemerintahannya.
7
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
A. Pengertian Konsep dan Teori
1. Sistem Administrasi Masyarakat di Tingkat Desa
Syafiie (1997) mengemukakan bahwa desa merupakan suatu wilayah yang
ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termasuk di
dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan
langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri
dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perkembangan
perkotaan, beberapa wilayah desa yang berada di perkotaan dijadikan kelurahan,
kepala kelurahan tidak dipilih, tidak dapat secara otonom membuat keputusan
sendiri, tidak dapat menetapkan Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan
Desa (APPKD) sendiri, sehingga tidak perlu dibentuk Lembaga Musyawarah
Desa (LMD).
Lurah sebagai kepala kelurahan diangkat diangkat secara vertikal sebagai
kepala wilayah dalam waktu yang tidak ditentukan, tetapi tetap sebagai
penyelenggara dan penanggung jawab pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan di wilayahnya masing-masing. Keberadaannya diambil dari
pegawai negeri yang diangkat bupati/walikota madya ataupun walikota
administratif. Dengan demikian kelurahan dapat didefinisikan sebagai suatu
wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk, yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah, langsung di bawah camat, tetapi tidak berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.
7
8
Untuk membantu kepala desa dalam menjalankan hak, wewenang, dan
kewajiban selaku pimpinan pemerintahan desa, maka dibentuklah Sekretariat
Desa selaku unsur staf, dikepalai sekretaris desa yang membawahi kepala-kepala
urusan seperti:
1.) Kepala Urusan Administratif (TU).
2.) Kepala Urusan Keamanan.
3.) Kepala Urusan Ekonomi.
4.) Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat.
5.) Kepala Urusan Keuangan.
Apabila kepala desa berhalangan maka sekretaris desa menjalankan tugas
dan wewenang sehari-hari kepala desa. Sistem administrasi masyarakat di tingkat
desa di Indonesia sudah memiliki tata struktur yang baik dari mulai adanya kepala
desa sampai staf-staf pembantu kepala desa. Hampir di seluruh desa dalam
wilayah Indonesia menerapkan sistem pemerintahan desa yang sama antara
wilayah yang satu dengan wilayah yang lain, dan antara desa yang satu dengan
desa yang lain, sehingga tatanan pemerintahan di tingkat desa bisa berjalan
dengan baik dan tersistem.
2. Hak, Wewenang, dan Kewajiban Perangkat Desa
Perangkat desa merupakan seperangkat warga desa yang bekerja di balai
desa. Ada berbagai macam jabatan di dalam perangkat desa yaitu; kepala desa,
sekretaris desa, bendahara desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), ketua
RT/RW, dan sebagainya.
9
1. Kepala Desa
Hak, wewenang, dan kewajiban kepala desa dibagi dua jenis golongan
besar yaitu hak, wewenang, dan kewajiban kepala desa di bidang penyelenggaraan
rumah tangga desa dan hak, wewenang, dan kewajiban kepala desa di bidang
tugas pembantuan.
A. Hak, wewenang, dan kewajiban kepala desa di bidang penyelenggaraan rumah
tangga desa meliputi yaitu:
1. Bidang pemerintahan
a. Menetapkan keputusan desa bersama LMD.
b. Menetapkan keputusan kepala desa.
c. Membina LMD.
d. Melaksanakan Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa
(APPKD).
e. Mengusulkan calon sekretaris desa.
f. Mengusulkan calon kepala urusan.
g. Membina perangkat desa.
h. Menyelenggarakan rapat-rapat desa.
i. Mengendalikan jumlah penduduk desa.
j. Melayani tamu desa (pemerintah dan masyarakat).
k. Membina RT dan RK.
l. Pertanggung jawaban terhadap LMD.
m. Mendata kekayaan desa.
n. Mengawasi pertanahan desa (perkuburan, mutasi).
10
o. Berkonsultasi dengan bidangnya mengenai hal-hal teknis yang menyangkut
pembangunan dan pengembangan desa.
2. Bidang pembangunan
a. Memelihara pekerjaan umum desa, misalnya:
- Jalan
- Jembatan
- Kegotongroyongan
- Pasar
- Air bersih
- Rumah ibadah dan lain-lain.
b. Peningkatan tahap desa.
c. Pembinaan rumah jompo dan yatim piatu.
d. Membina partisipasi pembangunan LMD.
e. Mebina kerukunan beragama.
f. Peningkatan kecerdasan warga desa.
g. Membina pengembangan berbagai kegiatan, misalnya:
- Pramuka
- Karang taruna
- PKK
- Majelis taklim dan lain-lain.
h. Membina potensi ekonomi desa.
i. Membina perkoperasian.
j. Memonitor perkembangan harga.
11
k. Menjaga kelancaran hasil produksi.
l. Memanfaatkan sumber daya alam.
m. Melestarikan lingkungan hidup serasi.
n. Meningkatkan keterampilan warga desa, misalnya:
- Kelompok Tani
- Mitra Cai
- Kelompok Pendengar
- Perindustrian dan lain-lain.
o. Menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
B. Hak, wewenang, dan kewajiban kepala desa di bidang tugas pembantuan
meliputi yaitu:
1. Bidang Pembantuan Program Pemerintah Pusat
a. Pelaksanaan KB.
b. Pelaksanaan Bimas.
c. Pelaksanaan inpres SD dan madrasah.
d. Pelaksanaan kesehatan.
e. Pelaksanaan santunan fakir miskin.
f. Pelaksanaan koperasi.
g. Pelaksanaan Koran Masuk Desa.
h. Pelaksanaan penghijauan.
i. Pelaksanaan Inpres bantuan desa.
j. Pelaksanaan bantuan presiden.
k. Pelaksanaan MTQ.
12
l. Pelaksanaan wajib belajar.
m. Pelaksanaan transmigrasi.
n. Pelaksanaan padat karya.
o. Pelaksanaan pembinaan generasi muda.
p. Pelaksanaan pembinaan peranan wanita.
q. Pelaksanaan permukiman kembali.
2. Membina persatuan, kesatuan, dan kerukunan bangsa, misalnya kerukunan
umat beragama, meliputi:
a. Umat beragama dengan pemerintah.
b. Antar umat beragama (Islam, Kristen, Budha, Hindu).
c. Sesama umat beragama dalam satu aqidah.
Untuk memperlancar jalannya pemerintahan desa dalam setiap desa
dibentuklah dusun yang dikepalai oleh kepala dusun sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan Menteri Dalam Negeri. Jadi, kepala dusun adalah unsure pelaksana
tugas kepala desa dengan wilayah kerja tertentu. Sedangkan dalam wilayah
kelurahan dibentuk lingkungan yang dikepalai oleh kepala lingkungan sebagai
unsur pelaksana tugas kepala kelurahan (lurah) dengan wilayah kerja tertentu
pula.
2. Sekretaris Desa
Sekretaris desa bertugas membantu kepala desa di bidang pembinaan
administrasi dan memberikan pelayanan teknis administrasi kepala seluruh
perangkat desa. Pada umumnya, tugas sekretaris desa adalah menulis surat dan
mengatur dan menyimpan dokumen penting dari surat yang dikeluarkan oleh
13
kelurahan dan surat yang diterima kelurahan atas persetujuan kepala desa.
Sekretaris desa selalu menggantikan posisi kepala desa secara sementara apabila
kepala desa sedang ada tugas keluar kota atau tuntutan yang lain yang
mengharuskan kepala desa tidak berada di tempat (kelurahan), sehingga kapan
saja warga desa membutuhkan surat atau keterangan apapun dari desa atau
kelurahan setempat, bisa secara langsung ditangani oleh sekretaris desa. Hal itu
dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sekretaris desa, maka jalannya perangkat
desa tetap berjalan dengan lancar walaupun kepala desa sedang tidak ada ditempat
(balai desa).
3. Bendahara desa
Bendahara desa diarahkan pada upaya mewujudkan pengelolaan keuangan
desa yang tertib dan dapat dipertanggungjawabkan serta mengacu pada Pedoman
Administrasi Keuangan Desa. Tugas dan wewenang bendahara desa yaitu:
a.) Memimpin dan menyelenggarakan kegiatan pengelolaan keuangan desa yang
meliputi penerimaan, pengeluaran dan pembukuan
b.) Mengeluarkan uang atas persetujuan Kepala Desa
c.) Membagi tugas diantaraa wakil bendahara dan anggota pengurus bendahara
lainnya.
d.) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh wakil bendahara
e.) Memberikan saran dan pertimbangan yang dipandang perlu kepada ketua/
wakil ketua baik diminta maupun tidak diminta
14
f.) Menyiapkan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran yang sah sesuai dengan
ketentuan ysng berlaku. Untuk diverifikasi satu kali dalam satu tahun atau
sewaktu-waktu diperlukan.
4. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil
dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. BPD
mempunyai tugas dan wewenang yaitu:
a.) Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa
b.) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan
Peraturan Kepala Desa
c.) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa
d.) Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa
e.) Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi
masyarakat
f.) Member persetujuan pemberhentian/ pemberhentian sementara perangkat desa
g.) Menyusun tata tertib BDP
BPD juga mempunyai hak yaitu:
a.) Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa
b.) Menyatakan pendapat
Sedangkan anggota BPD mempunyai hak yaitu:
a.) Mengajukan rancangan Peraturan Desa
b.) Mengajukan pertanyaan
15
c.) Menyampaikan usul dan pendapat
d.) Memilih dan dipilih
e.) Memperoleh tunjangan
5. Ketua RT dan RW
RT/RW mempunyai tugas membantu pemerintah desa dan lurah dalam
penyelenggaraan urusan Pemerintah. RT/RW dalam melaksanakan tugasnya
mempunyai fungsi yaitu:
a.) Pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya
b.) Pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga
c.) Pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan
mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat
d.) Penggerak swadaya gotomg royong dan partisipasi rakyat masyarakat di
wilayah lainnya.
3. Sumber Keuangan Desa
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara
optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian
sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada
Undang-Undang yang mengatur Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan
pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah. Semua sumber keuangan
yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah
menjadi sumber keuangan daerah.
16
Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara
lain berupa kepastian tersedianya pendanaan dari Pemerintah sesuai dengan
urusan pemerintah yang diserahkan. Kewenangan memungut dan
mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi
hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan dana
perimbangan lainnya. Hak untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan
sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan.
Dengan pengaturan tersebut, dalam hal ini pada dasarnya pemerintah
menerapkan prinsip uang mengikuti fungsi. Di dalam Undang-Undang yang
mengatur Keuangan Negara, terdapat penegasan di bidang pengelolaan keuangan,
yaitu bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan, dan kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari
presiden sebagian diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah
daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Ketentuan tersebut berimplikasi pada pengaturan pengelolaan keuangan
daerah, yaitu bahwa Kepala daerah (gubernur/bupati/walikota) adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan bertanggungjawab atas pengelolaan
keuangan daerah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Dalam
melaksanakan kekuasaannya, kepala daerah melimpahkan sebagian atau seluruh
kekuasaan keuangan daerah kepada para pejabat perangkat daerah. Dengan
demikian pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah
17
melekat dan menjadi satu dengan pengaturan pemerintahan daerah, yaitu dalam
Undang-Undang mengenai pemerintahan daerah.
Sumber pendapatan desa antara lain:
1.) Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi:
(a) hasil pajak daerah;
(b) hasil retribusi daerah;
(c) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
(d) lain-lain PAD yang sah.
2.) Dana perimbangan yang meliputi: Dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan
dana alokasi khusus
3.) Hibah dan sumbangan dari pihak ke tiga yang tidak mengikat. APB Desa
terdiri atas bagian pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan. Rancangan
APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala
desa bersama BPD menetapkan APB Desa setiap tahun dengan peraturan desa.
4.) Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan.
Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan
pinjaman hutang luar negeri dari Menteri Keuangan atas nama Pemerintah pusat
setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Pemerintah daerah
dapat melakukan penyertaan modal pada suatu Badan Usaha Milik Pemerintah
dan/atau milik swasta. Pemerintah daerah dapat memiliki BUMD yang
pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya
ditetapkan dengan Perda yang berpedoman pada peraturan perundangundangan.
18
Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD
merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Kepala
daerah mengajukan rancangan Perda tentang APBD disertai penjelasan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD untuk memperoleh persetujuan
bersama.
4. Tertib Administrasi
Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, telah membawa perubahan yang mendasar dalam sistem
dan struktur Pemerintahan Daerah serta membawa dampak yang sangat luas bagi
penyelenggaraan pemerintahan, perencanaan pembangunan, pengelolaan
keuangan dan sistem penganggaran dalam menunjang penyelenggaraan
pemerintahan di Daerah, khususnya pada tingkat Pemerintahan Desa.Untuk
meningkatkan manajemen Pemerintahan Desa perlu dilakukan penataan
administrasi agar lebih effektif dan effisien, penataan administrasi merupakan
pencatatan data dan informasi dalam mendukung penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, maka perlu dilakukan langkah penyempurnaan terhadap pelaksanaan
administrasi
a. Pengertian
1. Administrasi Desa adalah keseluruhan proses kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dengan memanfaatkan kemampuan Aparat
Desa serta segala sumber yang ada untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
19
yaitu terwujudnya peningkatan partisipasi dalam pemerintahan dan
pembangunan serta penyelenggaraan administrasi yang makin meluas dan
efektif.
2. Administrasi Umum adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai
kegiatan Pemerintahan Desa pada Buku Administrasi Umum di Desa .
3. Administrasi Penduduk adalah kegiatan pencatatan data dan informasi
mengenai penduduk pada Buku Administrasi Penduduk di Desa.
4. Administrasi Keuangan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi
mengenai pengelolaan Keuangan Desa pada Buku Adminitrasi Keuangan di
Desa .
5. Administrasi Pembangunan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi
pembangunan yang akan, sedang dan telah dilaksanakan pada Buku
Administrasi Pembangunan di Desa .
b. Maksud dan Tujuan Penataan Administrasi Negara
1. Maksud
Untuk menata kembali pelaksanaan Administrasi Desa agar dapat
digunakan bagi Aparat pemerintah Desa sehingga dapat bekerja lebih baik dalam
menyelenggrakan Administrasi Desa yang semakin luas dan effektif sejalan
dengan dinamika yang berkembang dalam masyarakat.
2. Tujuan
Sebagai Pedoman bagi aparat Pemerintah Desa dalam melakukan kegiatan
pencatatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
20
Teknis Penyelenggaraan Administrasi Desa
a. Peranan Pencatatan Data
Peranan Pencatatan Data dilakukan untuk :
1) Pengelolaan administrasi pada semua tingkatan organisasi termasuk
organisasi Pemerintahan Desa dan Kelurahan merupakan suatu tuntutan
yang sangat diperlukan, karena dengan terbentuknya administasi yang baik
di bidang pemerintahan, pembangunan maupun kemasyarakatan dengan
kata lain bahwa suatu kegiatan pemerintahan pada tingkat Desa akan
berhasil dengan baik apabila didukung oleh suatu sistem adminitrasi yang
tertib dan teratur.
2) Sistem pengelolaan administrasi Pemerintahan Desa diarahkan kepada suatu
pencatatan data melalui Buku-buku Administrasi Desa sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dicatat secara tertib dan
teratur berdasarkan kegiatan-kegiatan setiap harinya sehingga diharapkan
akan selalu tersedia data yang diperlukan dalam berbagai hal.
3) Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan dari tahun ke tahun, maka keadaan demikian itu
menuntut pula pengembangan sistem administrasi terutama di tingkat Desa
khususnya dalam upaya mewujudkan Desa yang mampu berfungsi sebagai
sumber data dan informasi bagi semua kegiatan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan secara nasional.
4) Penyelenggaraan pemerintahan desa yang merupakan subsistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan menjadikan desa sebagai tumpuan dan ujung
21
tombak dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan sekaligus sumber data dan informasi dalam penentuan
berbagai kebijaksanaan pemerintahan secara nasional. Dalam posisi seperti
ini salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan desa adalah terwujudnya penyelenggaraan sistem administrasi
pemerintahan desa yang berdaya guna dan berhasil guna. Dengan semakin
meningkatnya penyelenggaraan administrasi pemerintahan pada tingkat desa
semakin penting artinya dalam upaya mewujudkan otonomi desa yang kuat
sebagaimana diharapkan oleh UU No. 32 tahun 2004 dan sekaligus
mendukung otonomi daerah.
5) Ketertiban dalam penyelenggaraan administrasi pada tingkat Desa
merupakan salah satu bukti keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan. Telah menjadi kenyataan
bahwa Desa dalam kedudukannya sebagai sumber data dan informasi bagi
segala kegiatan pemerintahan dan pembangunan mempunyai peranan yang
sangat menentukan karena keberhasilan terhadap pelaksanaan berbagai
program pemerintahan dan pembangunan pada semua tingkatan sangat
tergantung kepada penyusunan perencanaan yang berpangkal pada data dan
informasi yang akurat.
6) Pelaksanaan pencatatan data pada Buku Administrasi Pemerintahan Desa
dikelompokkan menjadi 6 jenis Buku Administrasi Desa.
b. Jenis Administrasi Desa
Jenis Administrasi Desa terdiri dari 6 jenis yaitu:
22
a. Administrasi Umum;
b. Administrasi Penduduk;
c. Administrasi Keuangan;
d. Administrasi Pembangunan;
e. Administrasi Badan Permusyawaratan Desa;
f. Administrasi Lainnya;
IV. Model Buku Administrasi Desa
1. Buku Administrasi Umum
a. Model A.1 : Buku Data Peraturan Desa
b. Model A.2 : Buku Data Keputusan Kepala Desa
c. Model A.3 : Buku Data Inventaris Desa
d. Model A.4 : Buku Data Aparat Pemerintah Desa
e. Model A.5 : Buku Data Tanah Milik Desa/Tanah Kas Desa
f. Model A.6 : Buku Data Tanah Desa
g. Model A.7 : Buku Agenda
h. Model A.8 : Buku Ekspedisi
2. Buku Administrasi Penduduk
a. Model B.1 : Buku Data Induk Penduduk
b. Model B.2 : Buku Data Mutasi Penduduk
c. Model B.3 : Buku Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Akhir Bulan
d. Model B.4 : Buku Data Penduduk Sementara
3. Buku Administrasi Keuangan Desa
a. Model C.1.a : Buku Anggaran Penerimaan
23
b. Model C.1.b : Buku Anggaran Pengeluaran Rutin
c. Model C.1.c : Buku Anggaran Pengeluaran Pembangunan
d. Model C.2 : Buku Kas Umum
e. Model C.3.a : Buku Kas Pembantu Penerimaan
f. Model C.3.b : Buku Kas Pembantu Pengeluaran Rutin
g. Model C.3.c : Buku Kas Pembantu Pengeluaran Pembangunan
4. Buku Administrasi Pembangunan
a. Model D.1. : Buku Rencana Pembangunan
b. Model D.2. : Buku Kegiatan Pembangunan
c. Model D.3 : Buku Inventaris Proyek
d. Model D.4 : Buku Kader-Kader Pembangunan
5. Buku Administrasi Badan Permusyawaratan Desa
a. Model E.1. : Buku Data Anggota BPD
b. Model E.2. : Buku Data Keputusan BPD
c. Model E.3 : Buku Data Kegiatan BPD
d. Model E.4.a : Buku Agenda BPD
e. Model E.4.b : Buku Ekspedisi BP
6. Buku Administrasi Lainnya
a. Model F.1 : Buku Data Pengurus Dan Anggota Lembaga Kemasyarakatan
b. Model F.2 : Buku Register
c. Model F.3 : Buku Profil Desa
24
B. Kerangka Pikir
C. Fokus Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian, maka sasaran atau fokus pada penelitian
ini adalah kantor Desa Barana Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.
Sedangkan permasalahan pada penelitian ini difokuskan pada sejauh mana
hubungan interaksi aparatur pemerintah desa di Kabupaten Jeneponto.
D. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Aparatur Desa adalah seperangkat warga desa yang bekerja di balai desa.
Ada berbagai macam jabatan di dalam perangkat desa yaitu; kepala desa,
sekretaris desa, bendahara desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD),
ketua RT/RW, dan sebagainya.
1. Tertib Admistrasi Umum
2. Tertib Admistrasi Penduduk
3. Tertib Admistrasi Keuangan
4. Tertib Admistrasi
Pembangunan
5. Tertib Admistrasi BPD
6. Ketua RT dan RW
Aparatur Pemerinta Desa
Optimalisasi
Administrasi Desa
Faktor Penghambat Faktor Pendukung
25
2. Kepala Desa adalah orang yang dipilih langsung oleh masyarakat untuk
mengurus desa.
3. Sekretaris Desa adalah orang yang bertugas membantu kepala desa di
bidang pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan teknis
administrasi kepala seluruh perangkat desa
4. Bendahara Desa adalah orang yang bertugas mengelola keuangan desa
yang tertib dan dapat dipertanggungjawabkan serta mengacu pada
Pedoman Administrasi Keuangan Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah merupakan lembaga
perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
6. RT/RW mempunyai tugas membantu pemerintah desa dan lurah dalam
penyelenggaraan urusan Pemerintah.
7. Optimalisasi Administrasi Desa adalah keseluruhan proses kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan memanfaatkan
kemampuan Aparat Desa serta segala sumber yang ada untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan yaitu terwujudnya peningkatan partisipasi dalam
pemerintahan dan pembangunan serta penyelenggaraan administrasi yang
makin meluas dan efektif.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 s/d April 2014 di
Kantor Desa Barana Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto, tempat
dimana terdapat banyak pelayanan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat
yang ada di Jeneponto.Alasan memilih lokasi ini didasarkan pada pertimbangan
kesesuaian topik dengan kondisi di lapangan yang dimana merupakan pusat
pelayanan masyarakat dalam mengurusi masalahnya.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif.
Menurut Poerwandari (1998) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi
wawancara , catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain.
peneliti kualitatif perlu menekankan pada pentingnya kedekatan dengan
orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas
tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata.( Patton dalam Poerwandari, 1998)
C. Sumber Data
Dalam penelitian terdapat dua tahap penelitian, yaitu :
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan
demensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang dihadapi subjek.
26
27
Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya
akan berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun,
ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembibing penelitian
untuk mendapat masukan mengenai isi pedoman wawancarara. Setelah mendapat
masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap
pedoman wawancara dan mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara.
Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti membuat pedoman observasi yang
disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara
dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya
terhadap perilaku subjek dan pencatatan langsung yang dilakukan pada saat
peneliti melakukan observasi. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti
sesegera mungkinmencatatnya setelah wawancara selesai.
Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik
subjek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya
kepada subjek tentang kesiapanya untuk diwawancarai. Setelah subjek bersedia
untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan subjek tersebut
mengenai waktu dan temapat untuk melakukan wawancara.
2. Tahap pelaksanaan penelitiaan
Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat
untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah
wawancara dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman berdasrkan
wawancara dalam bentuk verbatim tertulis. Selanjutnya peneliti melakukan
analisis data dan interprestasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan
28
pada bagian metode analisis data di akhir bab ini. setelah itu, peneliti membuat
dinamika psikologis dan kesimpulan yang dilakukan, peneliti memberikan saran-
saran untuk penelitian selanjutnya.
D. Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Moleong 2000 :
97). Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang
akan diteliti.
Dalam penelitian ini terdapat 2 informan diantaranya:
1. Informan kunci, yaitu orang-orang yang sangat memahami permasalahan yan
diteliti. Adapun yang dimaksud sebagai informan kunci dalam penelitian ini
adalah Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa
2. Informan non kunci, yaitu orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang
diteliti yaitu masyarakat yang memiliki kepentingan di Kantor Desa Barana
Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan data, yaitu :
1. Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data
dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah
dengan bercakap-cakap secara tatap muka.
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses
29
wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview
dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu
yang harus diliput tampa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak
terbentuk pertanyaan yang eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer
mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek
(check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan.
Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan
tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus
menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung
(Patton dalam poerwandari, 1998)
Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan
metode wawancara :
a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang
diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan
memberikan penjelasan.
b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.
c. Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak
dapat dilakukan.
Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga
memiliki kelemahan, yaitu :
a. Retan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang
penyusunanya kurang baik.
30
b. Retan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang
sesuai.
c. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang
akurat.
d. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar
oleh interviwer.
2. Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi.
Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau
gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses
terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.
Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek
selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap
relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah
mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari
perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting,
namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi.
31
Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting
karena :
a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal
yang diteliti akan atau terjadi.
b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada
penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk
mendekati masalah secara induktif.
c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian
sendiri kurang disadari.
d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang
karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka
dalam wawancara.
e. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif
terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan
menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk
memahami fenomena yang diteliti.
F. Teknik Analisis Data
Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk
proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif
terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman
dalam Kabalmay, 2002), diantaranya :
32
1. Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara
mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape
recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan
mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara
verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti
benar data atau hasil yang telah di dapatkan.
2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data,
perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa
Syang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti
menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam
mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca
transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang
relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan
singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka
analisis yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.
Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal
diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti
dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata
kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan
dinamika yang terjadi pada subjek.
33
3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data
tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini
kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kemabali berdasarkan
landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan
apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai.
Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan
teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan
factor-faktor yang ada.
4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,
peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang
telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau
alternative penjelasan lain tetnag kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam
penelitian kualitatif memang selalu ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil
analisis, ada kemungkinan terdpat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau
tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain
melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada
bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
5. Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu
hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang
dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakaiadalah presentase
34
data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan
wawancara mendalam dan observasi dengan subjek dan significant other. Proses
dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca
berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian
dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari
subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di
dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.
G. Pengabsahan Data
Studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitataif. Yin
(2003) mengajukan emmpat criteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan
dalam suatu penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah Sebagai
berikut :
1. Keabsahan Konstruk (Construct validity)
Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang
berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga
dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya
adalah dengan proses triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
Sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Patton (dalam Sulistiany 1999)
ada 4 macam triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan,
yaitu :
35
a. Triangulasi data
Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil
wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu
subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.
b. Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan
data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak Sebagai
pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil
pengumpulan data.
c. Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data
yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori
telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya
data tersebut.
d. Triangulasi metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat
wawancara dilakukan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Bintarto. 1983.Interaksi Desa-Kota Dan Permasalahannya: Yogyakarta. Gmalia
Hariyanto, 2011. Pengertian interaksi sosial. Di Makassar, Indonesia pada 14
Herimanto dan Winarno.(2010). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kansil, C., S., T., dan S.,T., Kansil, Cristine. Kitab Undang-Undang Otonomi
Daerah 1999-2001 (Kitab 1), Jakarta: PT Pradnya Paramitha
Madani, Muhlis, 2011. Dimensi Interaksi Aktor dalam Proses Perumusan
Kebijakan Publik, Yogyakarta: Graha Ilmu
Makmur, 2013.Kriminologi Administrasi Dalam Pemerintahan. Jakarta : Reflika
Aditama
Nain, Umar .2011.Perangkat Desa dan Pengangkatan Sekdes Menjadi PNS.
Bulukumba : Pustaka Refleksi
Nugroho, Riant.D. 2003. Kebijakan Publik : Formulasi, Implementasi, dan
Evaluasi. Jakarta : Kelompok Gramedia.
Sajogyo dan Pudjiwati Sajogjo.1992. Sosiologi Pedesaan: Yogyakarta. UGM
Press
Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung, Alfabeta.
Santoso,Purwo.2006.Pembaharuan Desa Secara Partisifatif. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Wijaja, H,AW, 1993, Pemerintah Desa dan Administrasi Desa, Palembang :
Rajawali Pers,
Wijaya, HAW. 2002. Pemerintahan Desa/ Marga: Berdasarkan Undang-Undang
Nomor22 tahun 2011 Tentang Pemerintahan Daerah (Suatu Telaah Administrasi
Negara). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
UU No. 6/2014 Tentang Desa
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
(http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/)