KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

32
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 10/MEN/2002 TENTANG PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PENGELOLAAN PESISIR TERPADU MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa wilayah pesisir memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat rentan terhadap berbagai perubahan akibat pembangunan, sehingga guna pengembangan dan pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir perlu diatur secara terencana, terpadu dan berkelanjutan; b. bahwa untuk itu perlu adanya Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan ; 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya ; 3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; 4. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia; 5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah; 7. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1990 tentang Usaha Perikanan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 141 Tahun 2000; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom; 10. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundangundangan di lingkungan Dep. Kelautan dan Perikanan; 11. Keputusan Presiden Nomor Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong; 12. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen; 13. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.01/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana terakhir telah diubah dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.30/MEN/2001; MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PENGELOLAAN PESISIR TERPADU PERTAMA : Memberlakukan Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu sebagaimana tersebut dalam Lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Keputusan ini. KEDUA : Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu sebagaimana dimaksud diktum PERTAMA digunakan sebagai acuan bagi pejabat, aparat, dan/atau masyarakat dalam melaksanakan pengelolaan pesisir yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat. KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. DITETAPKAN DI : JAKARTA TANGGAL : 9 April 2002 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN ttd ROKHMIN DAHURI Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi NARMOKO PRASMADJI Lampiran : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002

Transcript of KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

Page 1: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

KEPUTUSANMENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

NOMOR: KEP. 10/MEN/2002TENTANG

PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PENGELOLAAN PESISIR TERPADU

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Menimbang :a. bahwa wilayah pesisir memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yangsangat rentan terhadap berbagai perubahan akibat pembangunan, sehingga guna pengembangan danpemanfaatan potensi sumberdaya pesisir perlu diatur secara terencana, terpadu dan berkelanjutan;b. bahwa untuk itu perlu adanya Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu yang ditetapkandengan Keputusan Menteri.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan ;2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya ;3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;4. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia;5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah;7. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1990 tentang Usaha Perikanan sebagaimana telah diubah terakhirdengan Peraturan Pemerintah Nomor 141 Tahun 2000;9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsisebagai Daerah Otonom;10. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyusunan PeraturanPerundangundangan di lingkungan Dep. Kelautan dan Perikanan;11. Keputusan Presiden Nomor Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong;12. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Departemen;13. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.01/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata KerjaDepartemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana terakhir telah diubah dengan Keputusan Menteri Kelautan danPerikanan Nomor KEP.30/MEN/2001;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PEDOMAN UMUMPERENCANAAN PENGELOLAAN PESISIR TERPADU

PERTAMA : Memberlakukan Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu sebagaimanatersebut dalam Lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu sebagaimana dimaksud diktumPERTAMA digunakan sebagai acuan bagi pejabat, aparat, dan/atau masyarakat dalammelaksanakan pengelolaan pesisir yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

DITETAPKAN DI : JAKARTATANGGAL : 9 April 2002

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANANttd

ROKHMIN DAHURIDisalin sesuai dengan aslinyaKepala Biro Hukum dan OrganisasiNARMOKO PRASMADJI

Lampiran : Keputusan Menteri Kelautan dan PerikananNomor: KEP.10/MEN/2002

Page 2: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

Tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pesisir merupakan wilayah peralihan dan interaksi antara ekosistem darat dan laut. Wilayah ini sangat kaya akansumberdaya alam dan jasa lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Sumberdaya pesisir terdiri darisumberdaya hayati dan nir-hayati, dimana unsur hayati terdiri atas ikan, mangrove, terumbu karang, padanglamun dan biota laut lain beserta ekosistemnya, sedangkan unsur non-hayati terdiri dari sumberdaya mineral danabiotik lain di lahan pesisir, permukaan air, di kolom air, dan di dasar laut.

Sumberdaya pesisir berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untukmeningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja, dan pendapatan penduduk. Sumberdaya pesisir tersebutmempunyai keunggulan komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapatdimanfaatkan dengan biaya eksploitasi yang relatif murah sehingga mampu menciptakan kapasitas penawaranyang kompetitif. Di sisi lain, kebutuhan pasar masih terbuka sangat besar karena kecenderungan permintaanpasar global yang terus meningkat.

Kekayaan sumberdaya tersebut mendorong berbagai pihak terkait (stakeholders) seperti instansi pemerintah,dunia usaha dan masyarakat untuk meregulasi dan memanfaatkannya. Masing-masing pihak terkait tersebutmenyusun perencanaannya tanpa mempertimbangkan perencanaan yang disusun pihak lain, khususnya diwilayah pesisir yang berkembang pesat. Perbedaan fokus rencana tersebut memicu kompetisi pemanfaatan dantumpang tindih perencanaan yang bermuara pada konflik pengelolaan. Konflik ini semakin berkembang akibatlemahnya kemampuan Pemerintah dalam mengkoordinasikan berbagai perencanaan sektor dan swasta. Bilakonflik ini berlangsung terus akan mengurangi efektivitas pengelolaannya sehingga sumberdaya pesisirnyamengalami degradasi bio-fisik.

Degradasi biofisik sumberdaya pesisir dibeberapa tempat, telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, antaralain: deforestasi hutan mangrove; rusaknya terumbu karang; merosotnya kualitas taman bawah laut laut; tangkapikan lebih (overfishing); terancamnya berbagai spesies biota laut seperti penyu dan dugong; meningkatnya lajupencemaran; berkembangnya erosi pantai; meluasnya sedimentasi serta intrusi air laut.

Lahirnya otonomi daerah di wilayah pesisir melalui Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang PemerintahanDaerah (UUPD), telah memberi kewenangan bagi Pemerintah Provinsi untuk mengelola dan mengkoordinasikanpemanfaatan sumberdaya pesisir sejauh 12 mil laut yang diukur dari garis pantai ke arah laut. Pasal 10 UU NO.22/1999 memberikan kewenangan kepada Daerah Kabupaten/Kota untuk mengelola sumberdaya pesisirsepertiga dari wilayah laut Daerah Propinsi. Kewenangan ini meliputi kewenangan eksplorasi, eksploitasi,konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam, tata ruang, administrasi dan bantuan penegakan hukum, sertabantuan penegakan kedaulatan negara.

Guna mengintegrasikan berbagai perencanaan sektoral, mengatasi tumpang tindih perencanaan, konflikpengelolaan dan degradasi bio-fisik, serta memberi standarisasi Pengelolaan Pesisir Terpadu sesuai denganamanat butir 2.d PP No.25/2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai DaerahOtonom, maka perlu disusun suatu konsep berupa Pedoman Umum tentang Pengelolaan Pesisir Terpadu(Integrated Coastal Management/ICM). Pengelolaan Pesisir Terpadu (PPT) merupakan pendekatan yangmemberikan arah bagi pemanfaatan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan dengan mengintegrasikan: berbagaiperencanaan sektoral, berbagai tingkat pemerintahan, ekosistem darat dan laut, serta sains dan manajemen.Pendekatan tersebut ditempuh dimulai dengan keterpaduan perencanaan yang menyeimbangkan antarakepentingan ekonomi, sosial budaya dan konservasi sumberdaya pesisir. Karakteristik utama PPT adalahmengintegrasikan elemen-elemen pengelolaan (perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian) yang terpisahmenjadi suatu sistem yang terpadu dan serasi.

1.2. Maksud dan Tujuan

Pedoman umum ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha danMasyarakat dalam (i) mengintegrasikan berbagai perencanaan sektoral, dunia usaha, masyarakat denganperencanaan pembangunan daerah sehingga pemanfaatan sumberdaya pesisir dapat dilakukan secara optimaldan berkelanjutan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, dan (ii) mengurangi terjadinya tumpang tindih

Page 3: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

perencanaan, konflik pemanfaatan dan konflik yurisdiksi serta degradasi bio-fisik.

Tujuan Pedoman Umum PPT ini adalah untuk:1. Memberikan panduan bagi Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota, dunia usaha dan masyarakat untukmenyusun perencanaan pengelolaan pesisir terpadu di daerahnya.2. Memfasilitasi pihak terkait mengikuti proses dan tahapan perencanaan pesisir terpadu sesuai dengankarakteristik sosial, ekonomi dan kelembagaan daerahnya.3. Menstandarisasi mekanisme penyusunan perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu (PPT) sehingga dapatmengurangi konflik dan laju kerusakan sumberdaya pesisir.

1.3. Sasaran

Sasaran Pedoman Umum ini adalah:1. Terintegrasinya perencanaan dari berbagai pihak terkait dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir melaluiproses penyusunan Pengelolaan Pesisir Terpadu.2. Terumuskannya kebijakan pembangunan pesisir dan skala prioritas dalam pemanfaatan sumberdaya pesisirsesuai dengan karakteristik pesisir daerah.3. Tersusunnya dokumen perencanaan pesisir terpadu disetiap Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota yangmempunyai wilayah pesisir.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pedoman umum ini meliputi tinjauan pengelolaan pesisir terpadu dan rencana strategis, rencanapemintakatan, rencana pengelolaan dan rencana aksi.

II. KETENTUAN UMUM

Dalam pedoman umum ini yang dimaksud dengan :

Budidaya laut (mariculture) adalah cara pemeliharaan binatang dan tumbuhan laut seperti berbagai jenis ikan laut,udang-udangan, kerang-kerangan dan berbagai jenis rumput laut, di suatu tempat dan dengan menggunakanmetoda tertentu.

Daya dukung adalah batas ambang banyaknya kehidupan, atau kegiatan ekonomis, yang dapat didukung olehsuatu lingkungan; sering berarti jumlah tertentu individu dari suatu species yang dapat didukung oleh suatuhabitat atau dalam pengelolaan sumberdaya, berarti batas-batas yang wajar dari pemukiman manusia dan/ataupenggunaan sumberdaya.

DAS (Daerah Aliran Sungai) adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh dua punggung gunung dimana curah hujanyang jatuh ke daerah tersebut mengalir melalui satu saluran tertentu yaitu sungai atau aliran air lainnya.

Degradasi adalah kerusakan, penurunan kualitas atau penurunan daya dukung lingkungan akibat dariaktivitas/kegiatan manusia (anthropogenic) ataupun alami.

Ekosistem adalah suatu komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan, dan organisme lainnya serta proses yangmenghubungkan mereka, suatu sistem fungsi dan interaksi yang terdiri dari organisme hidup dan lingkungannya,seperti ekosistem mangrove, ekosistem estuari, ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun.

Estuari adalah daerah litoral yang agak tertutup (teluk) di pantai, tempat sungai bermuara dan air tawar darisungai bercampur dengan air asin dari laut, biasanya berkaitan dengan pertemuan peraian sungai dengan perairanlaut.

Garis pantai adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan garis air rendah dengan daratan pantai yang dipakaiuntuk menetapkan titik terluar di pantai wilayah laut.

Habitat adalah suatu tempat atau lingkungan hidup yang paling cocok atau sesuai bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan atau hewan, yang biasanya tipe bentuk kehidupan utama.

Jasa lingkungan adalah jasa yang dihasilkan melalui pemanfataan dengan tidak mengekstrat sumberdaya pesisir,tetapi memanfaatkan fungsinya untuk tempat rekreasi dan pariwisata, sebagai media transportasi, sumber energi

Page 4: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

gelombang dan lain-lain.

Kawasan adalah suatu daerah yang memiliki karakteristik fisik, biologi, sosial, ekonomi dan budaya yangdibentuk oleh kriteria tertentu untuk mengidentifikasinya.

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasarkondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidupyang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Kawasan pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yangditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu, seperti karakteristik fisik, biologi,sosial, dan ekonomi, untuk dipertahankan keberadaannya.

Kekeruhan adalah berkurangnya kejernihan air karena adanya benda atau partikel yang melayang ataubanyaknya bahan tersuspensi air dengan ukuran yang halus.

Konservasi laut adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati laut yang pemanfaatannya dilakukan secarabijaksana untuk menjamin kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitaskeanekaragaman dan nilainya, serta merehabilitasi sumberdaya alam laut yang rusak.

Lamun adalah sejenis ilalang laut yang tumbuh di dasar laut berpasir yang tidak begitu dalam dan sinar mataharimasih dapat menembus ke dasar sehingga memungkinkan ilalang tersebut berfotosintesa.

Mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yangmampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur atau berpasir, seperti pohon api-api(Avicennia spp), bakau (Rhizophora spp). Nutrien adalah setiap bahan yang diasimilasi oleh organisme hidupuntuk pertahanan tubuh atau meningkatkan pertumbuhan.

Pantai berbatu adalah pantai yang mempunyai tebing pantai (cliff), biasanya dicirikan dengan dinding pantai terjalyang langsung berhubungan dengan laut. Jenis pantai tebing dapat ditemukan dalam dua tipe: tebing pantaidengan material lepas yang gampang hancur atau runtuh, dan tebing karang yang umumnya keras dan tidakmudah hancur.

Pantai berpasir adalah pantai yang material penyusunnya terdiri dari pasir bercampur batu, yang umumnyaberasal dari daratan dibawa oleh aliran sungai ataupun yang berasal dari hulu daratan. Material yang menyusunpantai ini dapat juga berasal dari berbagai jenis biota laut seperti terumbu karang yang ada di daerah pantai itusendiri.

Pasang surut adalah gaya eksternal utama yang membangkitkan arus dan merupakan faktor yang penting didalam proses siltasi. Pasang surut merupakan faktor dasar di dalam menentukan perilaku perubahan tinggi mukaair dan arus di estuari dan perairan pantai.

Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta paraMenteri, sebagaimana dimaksud dalam UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah.

Pemerintah Daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutifdaerah, sesuai dengan UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah.

Pemintakatan (Zonasi) adalah sebagai salah satu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang, untuk menetapkanbatas-batas fungsional suatu peruntukan (kawasan budidaya dan lindung) sesuai dengan potensi sumberdaya,daya dukung dan proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam sistem tersebut.

Penataan ruang laut adalah proses pengalokasian dan perencanaan ruang perairan laut, pemanfaatan ruang laut,dan pengendalian pemanfaatan ruang laut.

Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yangmenyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya.

Pengelolaan Pesisir Terpadu (PPT) adalah suatu proses pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan jasalingkungan yang mengintegrasikan antara kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, perencanaan

Page 5: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

horizontal dan vertikal, ekosistem darat dan laut, sains dan manajemen sehingga pengelolaan sumberdayatersebut berkelanjutan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

Penegakan hukum adalah proses pencegahan atau penindakan terhadap orang dan/atau badan hukum yangmelakukan suatu pelanggaran atau kejahatan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya pesisir yang dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasimanusia pada saat ini tanpa mengorbankan potensi pemenuhan kebutuhan dan aspirasi manusia di masa datang.

Pengendalian pencemaran adalah setiap upaya atau kegiatan pencegahan dan/atau penanggulangan dan/ataupemulihan pencemaran.

Peran serta masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dimana masyarakat ikutambil bagian dan menentukan dalam mengembangkan, mengurus dan mengubah rencana secara komprehensif.

Perairan pesisir adalah perairan laut teritorial yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk,perairan dangkal, rawa payau, lagoon, dan daerah lainnya.

Pulau-pulau kecil/gugusan pulau adalah kumpulan pulau-pulau yang secara fungsional saling berinteraksi dari sisiekologis, ekonomi, sosial, dan budaya, baik secara individual maupun secara sinergis dapat meningkatkan skalaekonomi dari pengelolaan sumberdaya.

Rehabilitasi adalah proses pengembalikan ekosistem atau populasi yang telah rusak ke kondisi yang tidak rusak,yang mungkin berbeda dari kondisi semula.

Rencana Pengelolaan (management plan) adalah suatu kegiatan normatif yang boleh atau tidak boleh dilakukandi suatu zona, dimulai dari pengumpulan data dan informasi secara sistematik yang digunakan untukpengembangan strategi ke bentuk aksi yang spesifik untuk menghasilkan keluaran yang diharapkan.

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah,tempat manusia dan makhluk hidup lainnya melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.

Salinitas adalah derajat konsentrasi garam yang terlarut dalam air. Ditentukan dengan cara pengukuran densitaslarutan dengan salonometer, dengan cara titrasi atau pengukuran konduktifitas elektrik larutan.

Sempadan pantai adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi pengamanan dan pelestarian pantai.

Sumberdaya binaan atau buatan adalah unsur-unsur fisik dan non-fisik yang terdapat di wilayah pesisir, yangdiproses berdasarkan hasil rekayasa manusia. Sumberdaya binaan/buatan dapat berupa tambak, sawah pasangsurut, kawasan pariwisata, kawasan pelabuhan, kawasan industri, dan kawasan permukiman.

Sumberdaya pesisir adalah sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat diwilayah pesisir. Sumberdaya alam terdiri atas sumberdaya hayati dan nirhayati. Sumberdaya hayati, antara lainikan, rumput laut, padang lamun, hutan mangrove, dan terumbu karang, biota perairan serta ekosistemnya,sedang unsur nir-hayati terdiri dari lahan pesisir, permukaan air, sumberdaya di airnya, dan di dasar laut sepertiminyak dan gas, pasir, timah, dan mineral lainnya.

Terumbu buatan adalah habitat buatan yang dibangun di laut dengan maksud memperbaiki ekosistem yang rusaksehingga dapat memikat jenis-jenis organisme laut untuk hidup dan menetap; biasanya terbuat dari timbunanbahan-bahan, seperti bekas ban mobil, cor-coran semen/beton, bangkai kerangka kapal, badan mobil dansebagainya.

Terumbu karang adalah jenis hewan laut berukuran kecil yang disebut polip, hidupnya menempel pada substratseperti batu atau dasar yang keras dan berkelompok membentuk koloni yang terakumulasi menjadi terumbu.

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang terbatasdan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan atau aspek fungsional.

Wilayah pesisir (coastal zone) adalah wilayah peralihan ekosistem darat dan laut yang saling mempengaruhidimana kearah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu untuk kabupaten/kotadan kearah darat batas administrasi kabupaten/kota. Wilayah laut adalah ruang laut yang merupakan kesatuan

Page 6: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspekadministratif dan atau aspek fungsional.

Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) adalah zona maritim yang berdekatan dengan atau yang membentang 200 mil lautdari garis pangkal yang digunakan untuk mengukur wilayah laut, dan kewenangan diberikan secara international.Negara pantai mempunyai hak berdaulat secara eksklusif untuk kegiatan eksplorasi, eksploitasi, konservasi danpengelolaan sumberdaya alam di zona tersebut.

III. TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN PESISIR TERPADU

3.1. Pendahuluan

Bab ini menguraikan prinsip-prinsip umum, manfaat, tahapan, dan unsur-unsur perencanaan PPT. Prinsip-prinsipumum menguraikan mengenai kaidah keterpaduan perencanaan, desentralisasi pengelolaan, pembangunanberkelanjutan dan keterbukaan dan partisipasi masyarakat. Manfaat Pengelolaan Pesisir Terpadu menjelaskankeuntungan langsung maupun manfaat tidak langsung yang dapat diperoleh apabila menerapkannya secarakonsisten. Tahapan pengelolaan pesisir terpadu menguraikan secara terinci proses penyusunan dokumen PPTmulai tahap inisiasi sampai adopsi PPT secara formal. Unsur-unsur perencanaan menjelaskan peranan dan hirarkiperencanaan dari empat unsur utama kerangka kerja PPT.

3.2. Prinsip Dasar (Azas) Umum Pengelolaan Pesisir Terpadu

Prinsip dasar (azas) pengelolaan pesisir terpadu meliputi: i.) Keterpaduan; ii.) desentralisasi pengelolaan; iii.)Pembangunan berkelanjutan; iv.) Keterbukaan dan peranserta masyarakat dan v.) Kepastian hukum, denganuraian sebagai berikut:

3.2.1. Keterpaduan

Keterpaduan Perencanaan Sektor Secara HorisontalKeterpaduan perencanaan horisontal, memadukan perencanaan dari berbagai sektor, seperti sektor pertanian dansektor konservasi yang berada di hulu, sektor perikanan, sektor pariwisata, sektor perhubungan laut, sektorindustri maritim, sektor pertambangan lepas pantai, sektor konservasi laut, dan sektor pengembangan kota, yangberada dalam satu tingkat pemerintahan yaitu: kabupaten/kota, propinsi, atau pemerintah pusat.

Keterpaduan Perencanaan Secara VertikalKeterpaduan perencanaan vertikal meliputi Keterpaduan kebijakan dan perencanaan mulai dari tingkat Desa,Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, sampai Nasional.

Keterpaduan Ekosistem Darat dengan Laut.Perencanaan pengelolaan pesisir terpadu diprioritaskan dengan menggunakan kombinasi pendekatan batasekologis misalnya daerah aliran sungai (DAS), dan wilayah administratif Propinsi, Kabupaten/Kota, danKecamatan sebagai basis perencanaan. Sehingga dampak dari suatu kegiatan di DAS, seperti kegiatan pertaniandan industri perlu diperhitungkan dalam pengelolaan pesisir.Keterpaduan Sains dengan ManajemenPengelolaan Pesisir Terpadu perlu didasarkan pada input data dan informasi ilmiah yang valid untuk memberikanberbagai alternatif dan rekomendasi bagi pengambil keputusan dengan mempertimbangkan kondisi, karakteristiksosial-ekonomi budaya, kelembagaan dan bio-geofisik lingkungan setempat.

Keterpaduan antar NegaraPengelolaan pesisir di wilayah perbatasan dengan negara tetangga perlu diintegrasikan kebijakan danperencanaan pemanfaatan sumberdaya pesisir masing-masing negara tersebut. Keterpaduan kebijakan ataupunperencanaan antar negara antara lain mengendalikan faktorfaktor penyebab kerusakan sumberdaya pesisir yangbersifat lintas negara, seperti di pesisir antar Pulau Batam dengan Singapura.

3.2.2. Desentralisasi Pengelolaan

Sejalan dengan otonomi daerah, maka kewenangan pengelolaan pesisir telah didevolusikan kepada PemerintahDaerah sebagaimana diamanatkan dalam pasal 10 UU NO. 22/1999. Urusan pemerintahan yang didevolusikantersebut meliputi bidang eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut, tata ruang danadministrasi serta penegakan hukum di laut. Untuk itu perlu diperkuat kemampuan kelembagaan perencanaannyauntuk mengembangkan perencanaan pengelolaan sumberdaya pesisir di daerah.

Page 7: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

3.2.3. Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan utama dari pengelolaan pesisir terpadu adalah untuk memanfaatkannya sumberdaya pesisir dalam rangkameningkatkan taraf hidup masyarakat dan pelaksanaan pembangunan nasional, dengan tidak mengorbankankelestarian sumberdaya pesisir di dalam memenuhi kebutuhan baik untuk generasi sekarang maupun bagigenerasi yang akan datang. Untuk itu, laju pemanfaatan sumberdaya pesisir harus dilakukan kurang atau samadengan laju regenerasi sumberdaya hayati atau laju inovasi untuk menemukan substitusi sumberdaya nirhayati dipesisir. Dalam hal ketidakmampuan manusia mengantisipasi dampak lingkungan di pesisir akibat berbagaiaktivitas, maka setiap pemanfaatan harus dilakukan dengan hati-hati (precaunary principles), sambilmengantisipasi dampak negatifnya.

3.2.4. Keterbukaan dan Peranserta Masyarakat

Dengan adanya keterbukaan di dalam penyusunan peraturan perundang-undangan memberikan kesempatankepada masyarakat untuk memahami bahwasannya perencanaan perundang-undangan yang ditetapkan olehPemerintah pada dasarnya untuk kepentingan masyarakat; selain itu memberikan kesempatan kepadamasyarakat berperan serta dalam menyusun perencanaan, melaksanakan, dan turut serta melakukanpemantauan sekaligus pengendalian dalam pelaksanaannya.

Keterbukaan Pemerintah dalam menginformasikan rumusan kebijakan dan rencana kegiatan sebelum ditetapkanoleh pihak yang berwenang merupakan kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi di dalam menyampaikangagasan, persepsi, keberatannya, usulan perubahan ataupun gagasan yang berkaitan dengan pengelolaansumberdaya pesisir.

Keterbukaan tersebut, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menambah wawasan di dalam prosespengambilan keputusan yang dilakukan oleh Pemerintah. Sehingga kebijakan atau kegiatan yang dilaksanakanPemerintah dapat mengurangi potensi konflik pemanfaatan atau konflik yuridiksi yang diakibatkan oleh penetapankebijakan itu sendiri. Oleh sebab itu konsultasi publik yang melibatkan stakeholder utama sejak prosesperencanaan, pelaksanaan sampai tahap pengendalian adalah sangat penting.

3.2.5. Kepastian Hukum

Kepastian hukum merupakan prinsip utama dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan yang bersih danberwibawa. Masyarakat perlu mengetahui proses perumusan peraturan perundang-undangan mulai dari tahapinisiasi sampai disyahkan oleh lembaga legislatif. Misalnya bagaimana, kapan dan untuk apa undang-undangtersebut diterapkan. Masyarakat juga perlu mengetahui isi dari perundang-undangan tersebut, misalnya objek danlingkup pengaturan serta dampak pengaturan tersebut dalam kehidupan mereka.

Kepastian hukum sangat penting untuk menentukan siapa yang mempunyai akses, hak memiliki, danmemanfaatkan sumberdaya pesisir. Pemilikan dan penguasaan sumberdaya tersebut dilindungi oleh negara dandiakui oleh stakeholders lainnya. Sehingga setiap orang atau kelompok dapat mengelola pesisir secara terencanadan memiliki rasa kepemilikan (stewardship) yang menjadi nilai dasar pelestarian tersebut. Kepastian hukumdapat memberikan rasa keadilan dan keamanan pada masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatansumberdaya pesisir tanpa intervensi oleh pihak penguasa atau pengguna sumberdaya dari daerah lain. Bagi duniausaha, kepastian hukum memberikan jaminan keamanan investasinya dalam jangka panjang serta mengurangiresiko berusaha. Sedangkan bagi Pemda, kepastian hukum dapat menjamin konsistensi dan kebijakanpelaksanaan otonomi daerah secara penuh dan bertanggung jawab.

3.3. Kelembagaan

Untuk melaksanakan penyusunan Pengelolaan Pesisir Terpadu, maka diperlukan kelembagaan tersendiri yangberperan membantu instansi perencana yang ada seperti Bappeda provinsi atau kabupaten/kota. Kelembagaan inibersifat lintas sector dan tidak permanen (ad hoc) yang dibentuk selama proses penyusunan dokumenPerencanaan PPT.

Pelaksanaan dan pengendalian Program PPT-nya akan dikoordinasikan Bappeda bersama Dinas Perikanan danKelautan serta instansi teknis atau unit pelaksana teknis di daerah. Lembaga adhoc ini terdiri dari tiga kelompok:i.) Tim Pembina/Tim Pengarah Provinsi atau Kabupaten/Kota; ii.) Tim Teknis Provinsi atau Kabupaten/Kota; daniii.) Kelompok Kerja (Pokja) Perencanaan PPT. Tim Pembina terdiri dari pimpinan dari instansi terkait, lembagapenelitian atau UPT yang berfungsi untuk mengambil keputusan terhadap perencanaan serta alokasi sumberdaya

Page 8: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

p y g g g p p p ydarui instansinya. Tim Teknis merupakan perwakilan staf senior yang mempunyai posisi untuk mengambilkeputusan di instansinya, untuk meformulasikan draft Perencanaan PPT sebelum diajukan ke Tim Pembina.Dalam Tim Teknis ini dapat ditunjuk pimpinan LSM atau Dunia Usaha yang mempunyai perhatian dan komitmenterhadap pengelolaan pesisir. Kelompok kerja terdiri dari staf dari masing-masing instansi terkait, LSM dan DuniaUsaha serta pakar atau ahli dari perguruan tinggi yang berperan dalam menyusun dokumen perencanaan sehari-hari.

3.4. Manfaat

Manfaat Program PPT dapat diperoleh berbagai tingkat pemerintahan mulai dari tingkat Nasional, Propinsi, danKabupaten/Kota, serta Desa, baik secara bersamaan atau terpisah. Pelaksanaan program PPT yang konsistensesuai dengan tujuan nasional dan daerah, akan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang ikutberperan serta. Pelestarian atau rehabilitasi terumbu karang bisa meningkatkan ketersediaan sumberdaya ikanterutama yang bernilai ekonomis penting, serta mempunyai nilai tambah terhadap jasa lingkungannya sepertitempat lokasi wisata bahari.

Besarnya manfaat PPT tergantung pada pandangan, persepsi, penilaian dan tujuan yang dikehendaki olehmasyarakat itu sendiri dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir. Ada beberapa manfaat keikutsertaanmasyarakat didalam program PPT yang perlu dipertimbangkan, antara lain untuk:

a. Keberlanjutan sumberdaya pesisir, seperti sumberdaya ikan, mangrove, terumbu karang, padang lamun.b. Menghindari pencemaran dan melindungi kesehatan masyarakat.c. Meningkatkan manfaat ekonomi yang diperoleh dari jasa lingkungan laut (pariwisata, energi non-konvensional,dan industri maritim).d. Mengembangkan bio-teknologi sumberdaya pesisir untuk produk farmasi, kosmetika, soaculent, dansebagainya.e. Mengembangkan sistem perekonomian yang berbasis pada masyarakat.f. Mengembangkan kearifan lokal bagi kelestarian ekosistem pesisir.

3.5. Tahapan

Pengelolaan Pesisir Terpadu terdiri dari enam tahap meliputi: i.) tahap persiapan, ii.) tahap inisiasi; iii.) tahappengembangan; iv.) tahap sertifikasi; v.) tahap implementasi; serta vi.) tahap pelembagaan (Gambar 3.1). Tahappersiapan meliputi penyiapan mekanisme pengelolaan proyek, rencana kerja dan penganggaran, alokasi personil,fasilitas bekerja dan pendanaan, pembentukan tim perencana dan pelatihan staf.

Tahap inisiasi meliputi identifikasi permasalahan dan penetapan prioritas penanganan, valuasi nilai lingkungan,penggalangan konsensus, pelaksanaan kampanye kepedulian masyarakat, penyusunan strategi pesisir, danpembangunan sistem informasi terpadu.

Tahap pengembangan mencakup pengumpulan data khususnya data sosial, ekonomi, kelembagaan, biofisik danteknologi dan penyusunan profil lingkungan pesisir, identifikasi pemilikan dan pengusahaan sumberdaya pesisir,penyusunan rencana strategis pengelolaan pesisir terpadu, pembuatan pemintakatan , penyusunan rencanapengelolaan dan rencana aksi, penataan kelembagaan, analisis ekonomi proyek, dan peningkatan peransertamasyarakat.

Tahap sertifikasi meliputi mekanisme hukum, persetujuan kepala daerah mengenai PPT, penerangan kemasyarakat mengenai PPT daerah dan mengakomodir tanggapan, penaguan Rencana PPT untuk disertifikasiinstansi yang berwenang, pengesahan perda atas PPT yang telah disertifikasi, serta mekanisme alokasipembiayaan.

Tahap implementasi meliputi mekanisme koordinasi dan pelaksanaan program PPT, pengawasan dan penegakanhukum, klarifikasi pemilikan dan pengusahaan sumberdaya pesisir, penataan perizinan, riset dan pengembangan,pemberdayaan masyarakat, pengembangan mata pencaharian alternatif, pen gelolaan berbasis masyarakat,pendidikan dan penyadaran masyarakat.

Tahap pelembagaan meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi, revisi strategi dan rencana aksi, danpenyempurnaan rencana PPT dan pemantapan kelembagaan untuk siklus kegiatan PPT tahap berikutnya.

Dengan dilaluinya tahapan tersebut, maka Pengelolaan Pesisir Terpadu dapat dilakukan secara terencana, danterakomodasikannya berbagai kepentingan-kepentingan sehingga secara keseluruhan akan memberikan manfaat

Page 9: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

y g p g p g ggbagi berbagai pihak yang berperan tanpa mengorbankan keberlanjutan sumberdaya pesisir.

Gambar 3.1. Tahapan Pengelolaan Pesisir Terpadu

3.6. Unsur-unsur Perencanaan

Unsur-unsur utama Pengelolaan Pesisir Terpadu terdiri dari (i) rencana strategis; (ii) rencana pemintakatan ; (iii)rencana pengelolaan dan (iv) rencana aksi. Kerangka kerja PPT dapat digambarkan sebagai piramida hierarkiyang terdiri dari empat unsur utama dengan masingmasing unsur mempunyai peran khusus (Gambar 3.2), yaitu :

1. Rencana Strategis (Strategic Plan) berperan dalam menentukan visi/wawasan dan misi serta tujuan dansasaran berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya pesisir, serta penetapan strategi untuk mencapai tujuan yangtelah dicanangkan;2. Rencana Pemintakatan (Zonasi) berperan dalam pengalokasian ruang, memilah kegiatan yang sinergis dalamsatu ruang dan kegiatan yang tidak sinergis di ruang lain dan pengendalian pemanfaatan ruang laut sesuaidengan tata cara yang ditetapkan;3. Rencana Pengelolaan (Management Plan) berperan untuk menuntun pengelolaan sumberdaya alam sesuaidengan skala prioritas maupun dalam pemanfaatan sumberdaya sesuai karakteristik suatu wilayah;4. Rencana Aksi (Action Plan) berperan dalam menuntun penetapan tindakan berkaitan dengan pelaksanaanproyek sebagai upaya dalam mewujudkan rencana pengelolaan.

Di dalam Pedum ini, Renstra PPT merupakan landasan bagi pengintegrasian pelaksanaan rencana pengelolaandari masing-masing sektor, dunia usaha, pemerintah daerah dan masyarakat.

Rencana Strategis

Pengelolan Pesisir Terpadu

Rencana

Zonasi

Rencana

Pengelolaan

Rencana

Aksi

Gambar 3.2. Kerangka Kerja Pengelolaan Pesisir Terpadu

Gambar 3.2. menjelaskan hubungan antar unsur PPT tersebut berbentuk hierarki piramida,

yaitu unsur yang di bawahnya merupakan landasan bagi unsur yang di atasnya. Perpaduan

unsur-unsur tersebut merupakan dasar yang komprehensif dan konsisten untuk alokasi,

sumberdaya dan ruang pemanfaatan dan pengendalian sumberdaya pesisir yang dikelola oleh

Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat.

Dalam konteks pengelolaan terpadu, suatu Rencana Aksi (Action Plan), merupakan panduan praktis,disusun mengacu pada Rencana Pengelolaan (Management Plan) Rencana Pengelolaan disusun

Page 10: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

disusun mengacu pada Rencana Pengelolaan (Management Plan). Rencana Pengelolaan disusunberdasarkan Rencana Pemintakatan (Zonation Plan) yang diprioritaskan berdasarkan kebijakanperencanaan strategis. Sebagai contoh, pada zona yang telah ditetapkan prioritas peruntukannya, makapembangunan prasarana pendukung atau kegiatankegiatan lainnya harus mempunyai konsistensi dan sinergisdengan kegiatan yang ada.

Kegiatan yang tidak sinergis harus ditolak atau dipindah, agar tidak saling merugikan.

Memberikan

sumbangan

pada sasaran

nasional

dan aspirasi

masyarakat

Mencerminkan

perhatian/

kebutuhan daerah

Memberikan efek

spasial terhadap

kebijakan

Menuntun dan

memprioritaskan

Menuntun dan

memprioritaskan

Memberikan kontribusi pada

kebijakan kawasan/ sumberdaya/

kegiatan

Memberi arahan pada formulasi, pengendalian

dan bantuan dalam penyusunan prioritas

pembiayaan

Secara progresif memberikan sumbangan pada

pencapaian wawasan

Page 11: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

pencapaian wawasanMenberikan efek terhadap

Mengidentifikasi dan

menyusun prioritas

Pengendalian rinci

Dukungan dan

Kontribusi dalam

identifikasi kebutuhan

RENCANA AKSI

RENCANA

PENGELOLAAN

RENCANA

PEMINTAKATAN

RENCANA STRATEGIS PPT DAERAH

Gambar 3.3. Manfaat Praktis Rencana Strategis PPT

IV. RENCANA STRATEGIS (STRATEGIC PLAN)

4.1. Pendahuluan

Bab ini menjabarkan mengenai mekanisme penyusunan rencana strategis pengelolaan pesisir terpadu.Rencana strategis pengelolaan ini berisi tujuan; pendekatan; isi rencana strategis; proses penyusunan rencanastrategis; dan masa berlaku rencana strategis.

4.2. Tujuan Rencana Strategis

1. Untuk menyusun visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah disepakati bersama dari segenap pihakterkait, dan memberikan landasan yang konsisten bagi Penyusunan Rencana Pemintakatan (zonasi),Rencana Pengelolaan, dan Rencana Aksi di suatu Daerah.

2. Untuk mengidentifikasi tujuan, sasaran dan indikator kinerja (performance indicators) sehinggabisa diukur tingkat keberhasilan pengelolaan pesisir dalam mencapai out come dan out put.

3. Untuk menyusun suatu standar perencanaan yang konsisten, sinergis dan terpadu bagi pengelolaanpesisir, dan alat pengendalian pembangunan di wilayah pesisir bagi aparat Daerah, masyarakatsetempat, dunia usaha.

4. Untuk memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan pesisir didaerah propinsi, daerah kabupaten/kota dan nasional yang relevan, sebagaimana tercantum dalam

Page 12: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

Propeda dan Repelita Nasional/Propenas.

4.3. Pendekatan

Pendekatan koordinatif yang bersifat kewilayahan yang dalam pelaksanaannya mengandung unsur-unsur yangbersifat akomodatif, partisipatif, protektif dan antisipatif.

4.4. Isi Rencana Strategis

Dokumen Renstra PPT sebaiknya singkat tetapi padat, memuat data sumberdaya pesisir seminimal mungkintetapi memberikan informasi yang berguna. Dokumen utama berisikan sekitar 25 sampai 30 halaman. Datasumberdaya dan peta yang lebih lengkap, hasil proses konsultasi yang demokratis, terbuka dan intensif, danlainnya dapat disajikan dalam bentuk dokumen pendukung (lampiran). Renstra hendaknya berorientasi padapencapaian tujuan, dan sedapat mungkin mengurangi pemuatan kegiatan menyimpang atau utopis yang justrudapat Pedoman Umum Pengelolaan Pesisir Terpadu menurunkan kemampuan para pengelola (yangmenggunakan dokumen renstra) untuk mengelola sumberdaya pesisir secara integratif, adaptif, responsif dankreatif.

Untuk membuat konsistensi perencanaan secara nasional, dokumen Renstra Pengelolaan Pesisir Terpadusetiap daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang dituliskan secara sistematis dan berisikan unsur-unsur, seperti;

i. Kata Pengantar

ii. Pendahuluan

iii. Profil Pesisir Daerah (Propinsi/Kabupaten/Kota)

iv. Visi Pembangunan Wilayah Pesisir

v. Tujuan dan sasaran

vi. Strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran

vii. Proses Implementasi

viii. Prosedur Pengkajian Ulang, Pemantauan dan Evaluasi

ix. Informasi lanjutan.

Rincian dari setiap bab (bagian) di atas dapat berbeda antara satu Propinsi atau Kabupaten/Kota denganlainnya, bergantung pada kondisi biogeofisik, ekonomi, sosial dan budaya serta faktor kelembagaan danteknologi dari Propinsi atau Kabupaten/Kota bersangkutan serta skala prioritas pembangunan daerah.

Adapun uraian dari isi rencana strategis tersebut adalah :

i. Kata Pengantar

Bagian ini memberikan kesempatan kepada Kepala Daerah untuk memperkenalkan Renstra PPT Daerahnya.Tanda tangan Kepala Daerah mengisyaratkan pentingnya Renstra PPT dan mempertegas komitmen jajaraninstansinya untuk melaksanakan Renstra. Bagian ini maksimum berisi satu halaman.

ii. Pendahuluan

Page 13: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

Bagian ini memuat latar belakang perlunya disusun Renstra Propinsi/Kabupaten/Kota, seperti konteks global,nasional dan daerah, serta harapan manfaat dan kegunaannya bagi masyarakat, dunia usaha dan pemerintah.

iii. Profil Wilayah Pesisir Propinsi

Bagian ini harus m emuat secara tegas seberapa jauh batas wilayah pesisir ke arah laut dan kearah darat,yang digambarkan dalam sebuah peta. Dalam hal ini dapat mengacu pada UU NO. 22/1999 batasan wilayahpesisir propinsi ke arah laut sejauh 12 mil laut dari garis pantai (coastline), dan ke arah darat bisamenggunakan batas ekologi DAS hulu jika berada dalam Pedoman Umum Pengelolaan Pesisir Terpadu satukabupaten/kota atau batas administrasi wilayah desa pantai/kecamatan tergantung pada kesepakatan daerahdan isu pengelolaan pesisir yang ditangani.

iv. Visi Pembangunan Pesisir Terpadu

Visi adalah suatu pernyataan umum yang mengungkapkan keinginan atau harapan semua pihak yang terkait(stakeholders) tentang masa depan pemanfaatan sumberdaya pesisir suatu daerah bagi kepentingan bersama.Harapan ini harus mencerminkan tujuan pembangunan nasional (GBHN dan Propenas) dan tujuanpembangunan daerah (Pola Dasar dan Propeda).

Visi juga harus mengantisipasi perubahan atau dinamika pembangunan yang terjadi baik pada tahun sekarangmaupun masa depan di tatanan (level) daerah, nasional, maupun global. Pernyataan visi tersebut ditulisberdasarkan konsensus semua stakeholders dan ditulis dengan bahasa yang jelas, lugas, dan singkat.Penyusunan visi akan lebih efektif bila dilakukan dengan cara musyawarah, curah pendapat (brainstorming),diskusi fokus group (focus group discussion), rapat desa atau forum pertemuan interaktif lainnya.

v. Tujuan

Mengingat visi adalah merupakan harapan masyarakat tentang masa depan sumberdaya pesisir yangdinyatakan secara sangat ringkas, maka harapan tersebut perlu dijabarkan secara lebih rinci dalam bentukempat kategori tujuan, yaitu:

(a) Tujuan Ekologi

(b) Tujuan Ekonomi

(c) Tujuan Sosial Budaya

(d) Tujuan Kelembagaan

Tujuan ekologi lebih menitik beratkan pada pelestarian dan konservasi sumberdaya pesisir.

Tujuan ekonomi lebih difokuskan pada eksploitasi sumberdaya pesisir untuk menghasilkan komoditi yangdapat dipasarkan. Kepentingan ekonomi ini sering lebih kuat untuk mengeksploitasi daripadamengkonservasi. Tujuan sosial-budaya lebih difokuskan pada revitalisasi nilai-nilai budaya masyarakat pesisirdalam memanfaatkan sumberdaya dan nilai-nilai masyarakat terhadap sumberdaya tersebut. Tujuankelembagaan lebih difokuskan pada aturan-aturan pengelolaan (management rules) dalam meregulasipemanfaatan sumberdaya pesisir serta institusi yang yang melaksanakannya.

Keempat tujuan tersebut pada umumnya ada dalam setiap kegiatan pengelolaan pesisir, hanya saja bobotpenekanannya berbeda-beda. Ada yang dititikberatkan pada kepentingan ekonomi seperti pertambangan,ada juga untuk kepentingan konservasi seperti taman nasional laut.

Page 14: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

Tujuan tersebut harus sesuai dengan kebijakan pembangunan nasional dan daerah, khususnya yang berkaitanpemanfaatan sumberdaya pesisir, guna mewujudkan visi yang telah disepakati bersama oleh segenapstakeholders.

Pengelompokan tujuan pengelolaan pesisir terpadu menjadi empat kategori mengisyaratkan, bahwaperumusan tujuan didasarkan atas permasalahan dan isu utama yang ada saat ini maupun kecenderungan yangdiperkirakan akan muncul dikemudian hari. Pemeringkatan (ranking) dari masing-masing kategori tujuantersebut disesuaikan dengan bobot dalam bentuk persen (%) yang disepakai stakeholders di daerah,misalnya untuk suatu daerah pertambangan lepas pantai, bobot tujuan ekonomi lebih besar persentasenyadibandingkan

tujuan konservasi, sosial budaya, dan kelembagaan. Sedang untuk daerah wisata bahari, bobot tujuankonservasi menduduki ranking yang lebih tinggi dari tujuan ekonomi, sosial budaya, dan kelembagaan.

Dalam penetapan tujuan berdasarkan prioritas, maka kegiatan pelaksanaannya harus saling terkait dengantujuan lainnya dan tidak secara parsial dalam pelaksanaannya, tetapi harus sinergi dengan tujuan lainnyasehingga terdapat suatu integritas dalam pengelolaan pesisir.

vi. Sasaran dan Strategi

Dokumen Renstra PPT berperan dalam memberikan suatu kerangka kerja atau pedoman dalam penyusunanstrategi dan jenis-jenis kegiatan yang harus diimplementasikan oleh para pengelola atau pengguna sumberdayapesisir guna mencapai visi bersama, tujuan, dan sasaran pengelolaan sumberdaya pesisir. Perlu diperhatikanbahwa peran Renstra bukan untuk menuntun para pengelola di dalam menyusun jenis-jenis kegiatan secararinci, akan tetapi Renstra berperan mengarahkan para pengelola apa yang seharusnya dicapai melaluipenyusunan rencana strategis dan selanjutnya menjabarkan Renstra menjadi rencana pemintakatan, rencanapengelolaan, rencana aksi.

Dari setiap tujuan yang ditetapkan perlu disusun sejumlah sasaran guna mencapai visi dan tujuan dimaksud.Sasaran adalah suatu pernyataan yang spesifik, sedapat mungkin bersifat kuantitatif dan terukur, tentang caradan upaya untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Sasaran juga mencerminkan hasil yangdiharapkan melalui strategi yang dikembangkan guna mencapai tujuan dimaksud.

Seperti halnya pada visi dan tujuan, sasaran juga akan berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya, tergantungpada isu pemanfaatan sumberdaya pesisir dan skala prioritas pembangunan dari suatu propinsi yangdiidentifikasi selama proses penyusunan Renstra.

Struktur standar tentang penyusunan komponen-komponen Renstra secara sistematis disajikan pada Tabel4.1. Struktur ini menguraikan komponen utama Renstra yang terdiri dari visi, tujuan, sasaran, dan strategi.Untuk memantapkan penyusunan Renstra tersebut, perlu digunakan analisis SWOT (strenght, weakness,opportunity, threat) terhadap kondisi dan karakteristik wilayah pesisir sebagaimana diuraikan dalam profilwilayah pesisir.

Berdasarkan analisis SWOT dirumuskan sejumlah strategi guna mencapai sasaran dimaksud. Denganperkataan lain strategi adalah suatu pendekatan spesifik untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.Secara umum strategi ini dapat dikelompokan antara lain strategi pengelolaan berkelanjutan, proteksi,konservasi, rehabilitasi, pemanfaatan berwawasan lingkungan, dan komunikasi.

Tabel 4.1. Standar penulisan dan hubungan antar komponen Renstra.

Page 15: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

KOMPONEN ISI

A. Visi Memberikan landasan pembangunan masa depan yang diinginkan

B. Tujuan � Suatu pernyataan umum berisikan tentang kondisi atau hasil yang diinginkan olehpihak yang terkait.

� Tujuan sebaiknya dikelompokkan menjadi empat katagori: ekologi, ekonomi,sosial budaya dan kelembagaan.

� Setiap kategori boleh lebih dari satu tujuan.

C. Sasaran � Suatu pernyataan yang lebih spesifik untuk mencapai tujuan

� Pernyataan sasaran mewakili pendirian dari instansi pengambil keputusan mengenaisuatu isu/permasalahan yang akan ditangani.

� Suatu sasaran tidak boleh bertentangan dengan visi dan tujuan.

� Sasaran harus konsisten dengan kebijakan pembangunan nasional dan daerah.

� Analisis SWOT pada tahap ini harus dilakukan.

� Indikator keberhasilan disusun untuk mengukur keberhasilan strategi dan programdalam mencapai sasaran.

� Untuk setiap tujuan dapat dirumuskan satu atau lebih sasaran.

D. Strategi � Pendekatan spesifik untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.

� Setiap strategi harus dilengkapi tiga hal, yaitu: (1) instansi penanggung jawab; (2)prioritas: (3) jangka waktu.

� Perlu ditentukan lembaga yang harus terlibat dalam pelaksanaan strategi danprogram, dan ditetapkan instansi koordinator yang dapat menjamin pelaksananrencana strategi.

� Skala prioritas perlu ditetapkan untuk mengimplementasikan setiap strategi selamamasa berlakunya Renstra.

vii. Proses Implementasi

Proses implementasi mencakup perumusan visi, tujuan, dan sasaran serta penyusunan Renstra secarakeseluruhan (Gambar 4.1). Gambar ini menguraikan posisi Renstra dalam proses perencanaan danpembangunan daerah Propinsi, Kabupaten/Kota dan Nasional. Gambar ini menerangkan bagaimana RenstraPPT digunakan dan oleh siapa, serta langkah-langkah untuk menjamin pelaksanaan Renstra. Dalam bagan inidijelaskan proses tindak lanjut dari Renstra yakni untuk menyusun rencana yang lebih spesifik, meliputiRencana Pemintakatan (zonasi), Rencana Pengelolaan, dan Rencana Aksi. Untuk menentukan langkah-langkah pelaksanaan perlu dibuatkan matrik yang memuat: (i) strategi yang diusulkan, (ii) instansi yangbertanggung jawab atas pelaksanaan setiap strategi, (iii) skala prioritas pelaksanaan strategi dan (iv) jadwal

Page 16: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

pelaksanaan strategi, (v) tingkat keberhasilan.

viii. Prosedur Pengkajian Ulang Pemantauan dan Evaluasi

Pengkajian ulang, pemantauan dan evaluasi atas dokumen PPT perlu dilakukan secara berkesinambungan.Antisipasi terhadap isu-isu pengelolaan pesisir dilakukan dengan merumuskan perencanaan yang berorientasimasa depan serta adaptif terhadap perkembangan yang baru. Sehingga strategi-strategi yang telahdiformulasikan tidak ketinggalan tetapi adaptif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Oleh karena itu,strategi dalam renstra perlu dikaji ulang dan dimodifikasi seiring dengan berjalannya waktu. Selanjutnya,pemantauan kinerja rencana-rencana yang telah dibuat merupakan sesuatu yang dapat dijadikan dasarpeningkatan efektivitas evaluasi pengelolaan. Pengkajian ulang dapat dilakukan oleh lembaga ad-hoc sepertiTim Teknis atau Kelompok Kerja Pengelolaan Pesisir Terpadu (Pokja PPT) yang melaporkan secaraberkala (jangka pendek, menengah) kaji ulang mengenai pelaksanan kebijakan. Prosedur dan jadwalpengkajian ulang dan evaluasi serta mekanisme peran serta masyarakat harus dirumuskan.

Dalam upaya untuk menghasilkan proses yang efisien dan efektif, maka setiap sasaran yang ada dalamRenstra hendaknya memiliki indikator kinerja (performance indicators). Indikator tersebut dikembangkanuntuk mengukur kesuksesan, efisiensi, dan efektifitas penerapan strategi dari Renstra. Evaluasi hasil atau nilaiindikator kinerja ini akan memungkinkan untuk merevisi rencana dan menyesuaikan strategi yang diperlukandalam rangka menghadapi perubahan yang terjadi. Proses pemantauan dan evaluasi berguna untukmenyempurnakan pelaksanaan kegiatan dan penentuan apakah sasaran perencanaan dapat dicapai.

ix. Informasi Lanjutan

Renstra PPT merupakan dokumen publik dan diharapkan tersebar luas ke semua pihak yang terkait. Biladibutuhkan informasi atau penjelasan lebih lanjut tentang isi dari Renstra ini, maka pengguna atau pemanfaatdianjurkan untuk menghubungi instansi atau administratur penanggung jawab penyusunan Renstra PPT.Alamat lengkap dan terinci dari Sekretariat Tim

PPT di instansi tersebut atau Tim Pokja yang bertanggungjawab untuk penyusunan Renstra

diinformasikan untuk memudahkan komunikasi.

PELAKSANAAN TINJAUAN DAN PENGESAHAN PENYUSUNAN

Pemantauan dan Tinjauan

Rencana Strategis PPT

Penyebarluasan & Pelaksanaan

Rencana Strategis PPT

Pengesahan Tim Pembina dan

Kepala Daerah serta DPRD

Penyiapan Konsep Akhir

Rencana Strategis PPT

Tinjauan Konsep Renstra

Page 17: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

Tinjauan Konsep Renstra

Tingkat Nasional

Tinjauan Konsep Renstra

Tingkat Daerah

Penyiapan Konsep

Rencana Strategis PPT

Konsultasi dengan masyarakat,

dunia usaha dan instansi terkait

Pertemuan Tim Teknis - Pokja

PPT Provinsi/Kabupaten/Kota

Gambar 4.1. Tahapan Penyusunan Rencana Strategis Pengelolaan Pesisir Terpadu

4.5. Proses Penyusunan Rencana Strategis

Proses penyusunan Renstra PPT secara garis besar diperlihatkan dalam Gambar 4.1. Tiap tahapan dariproses ini dijelaskan lebih lanjut. Garis utuh menunjukkan alur dari tiap tahapan, sedangkan garis putus-putusmenunjukkan umpan balik dari tiap tahapan. Tahapan tersebut terdiri dari pertemuan awal tim teknis,konsultasi publik, penyusunan konsep dasar, tinjauan konsep strategi, revisi konsep strategi, persetujuan tim,penyebarluasan dan implementasi, pemantauan, serta tinjauan dan revisi.

Pertemuan Awal Tim Teknis - Pokja PPT Propinsi/Kabupaten/Kota menandai dimulainya prosesperencanaan strategis dan dilakukan di tahap awal penyusunan Renstra. Pedoman Umum ini harus sudahberada ditangan Tim Teknis paling lambat dua minggu sebelum pertemuan untuk persiapan dan pembekalandalam pertemuan. Tim Teknis nantinya dalam pertemuan tersebut harus menyusun:

(a) Daftar prioritas masalah yang perlu diperhitungkan dalam strategi Program Pembangunan Daerah. Daftarini harus didasarkan pada tinjauan terhadap isu-isu pengelolaan pesisir yang aktual dan potensial di masadatang.

(b) Daftar instansi, kelompok dan perorangan terkait yang diketahui mempunyai kepentingan dalampemanfaatan sumberdaya pesisir di daerah bersangkutan. Daftar ini harus dibuat dalam suatu format.

(c) Rincian semua kebijakan dan kegiatan pengelolaan pesisir yang menjadi tanggung jawab masing-masinginstansi terkait.

Tim penyusun atau pakar perencanaan PPT mempresentasikan kerangka kerja penyusunan PerencanaanPesisir Terpadu dan Petunjuk Teknisnya. Selanjutnya penanggung jawab pelaksanaan menjelaskanketersediaan sumberdaya (pembiayaan, personil, dan fasilitas) dan kurun waktu yang tersedia untukpenyusunan Renstra PPT Daerah. Setiap anggota Tim Teknis yang mewakili instansinya harusmempresentasikan materi-materi yang telah mereka persiapkan. Organisasi non-pemerintah menguraikanberbagai aspirasi yang berkembang dari masyarakat atau LSM lainnya. Materi ini akan menjadi dokumenpenting bagi lembaga perencanaan daerah yang bertanggungjawab dalam pengelolaan pesisir.

Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) dan Sekretariat merupakan bagian akhir dari pertemuan ini yaitu

Page 18: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) dan Sekretariat merupakan bagian akhir dari pertemuan ini yaitu

membentuk suatu Kelompok Kerja yang anggotanya 3-5 orang. Pokja ini harus bertindak sebagai tim intidalam penyusunan draft Renstra PPT Daerah. Pokja harus didukung oleh sekretariat dalam mengumpulkaninformasi, mengatur pertemuan dan penyiapan konsep Renstra PPT Daerah.

Pedoman Umum Pengelolaan Pesisir Terpadu

Konsultasi Awal Unsur Terkait Tingkat Propinsi

Setelah pertemuan awal Tim Teknis, Pokja membuat risalah pertemuan awal termasuk materi presentasianggota Tim Teknis. Ringkasan ini disusun dalam tiga bagian, yaitu:

(a) Kumpulan daftar pihak yang berkepentingan (stakeholders) di tingkat Daerah,

(b) Kondisi sumberdaya pesisir dan kecenderungan pemanfaatannya, dan

(c) Daftar prioritas isu pengelolaan pesisir.

Informasi diatas akan digunakan untuk merencanakan serangkaian konsultasi dengan unsur terkait di tiapKabupaten/Kota yang mempunyai wilayah pesisir. Tim Pokja memutuskan berapa kali konsultasi yangdiperlukan, metode apa yang diterapkan (pertemuan, surat, telpon, internet, pengumuman melalui suratkabar/radio/televisi dan sebagainya) dengan memperhatikan sarana dan kemampuan instansi penangungjawabserta keterbatasan sumberdaya dan waktu. Tujuan utama dari konsultasi awal ini adalah untuk mendapatkangambaran dari pihak yang berkepentingan tentang:

(a) Visi atau pandangan mereka tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir

di tingkat Propinsi; dan

(b) Perhatian mereka tentang isu-isu, dampak lingkungan, serta konflik pemanfaatan dan

konflik kewenangan yang terjadi saat ini atau yang akan datang.

Hasil konsultasi ini akan dikumpulkan oleh Sekretariat dan dilaporkan kepada Pokja.

Penyusunan Konsep Rencana Strategis PPT

Berdasarkan pertemuan konsultasi awal Tim Teknis dengan unsur terkait, Pokja didukung

oleh sekretariat dan konsultan/pakar menyiapkan Konsep Rencana Strategis PPT Daerah.

Konsep Renstra PPT harus didistribusikan kepada semua anggota Tim Teknis untuk

dipelajari selama kurang lebih 1-2 minggu sebelum diselenggarakan pertemuan khusus Tim

Teknis. Dalam pertemuan ini segala bentuk perubahan/revisi harus didiskusikan untuk

mencapai kata sepakat tentang konsep Renstra yang akan dibahas pada proses selanjutnya.

Tinjauan Tingkat Daerah

Konsep Strategis akan disampaikan dan ditinjau dalam tingkat Daerah yang pelaksanaannya

dapat dilakukan melalui dua alternatif yaitu :

Page 19: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

dapat dilakukan melalui dua alternatif, yaitu :

(a) Mengirimkan salinan konsep tersebut kepada semua pihak terkait, guna memperoleh

komentar (melalui fax, email atau surat dalam 30 hari); dan/atau

(b) Melampirkan konsep tersebut dalam undangan konsultasi publik yang diumumkan

kepada masyarakat. Bila memungkinkan, konsultasi tersebut dilakukan di beberapa

lokasi dalam satu Daerah tergantung pada kemampuan yang ada. Pertemuan dikoordinir

oleh Sekretaris Tim Teknis PPT bekerjasama dengan BAPPEDA Provinsi atau

Kabupaten/Kota. Setiap pertemuan akan dipresentasikan secara singkat konsep strategi

oleh anggota Pokja, dilanjutkan dengan diskusi dan pemberian tanggapan.

Pedoman Umum Pengelolaan Pesisir Terpadu

25

Semua tanggapan yang diperoleh akan dikumpulkan Sekretariat dan risalahnya disajikan pada

pertemuan Tim Teknis berikutnya. Beberapa tanggapan barangkali menghendaki revisi

konsep Renstra tersebut sebelum pertemuan Tim Teknis berikutnya

Tinjauan Tingkat Nasional

Pada saat yang bersamaan dengan tinjauan strategi di daerah, salinan konsep Renstra juga

harus dikirim ke Ditjen P3K-DKP (Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,

Departemen Kelautan dan Perikanan) untuk didistribusikan ke instansi pusat terkait seperti

Depdagri, Bappenas, LIPI, Bakosurtanal, BPPT, Depkimpraswil dan internal DKP.

Setelah tinjauan konsep strategis di Daerah, Pokja selanjutnya menghadiri pertemuan tinjauan

di Pusat yang dihadiri oleh wakil dari instansi pusat dan LSM. Dalam pertemuan ini, instansi

dan LSM ini harus menyajikan tanggapan resmi tentang konsep strategis dari tiap Daerah.

Setelah pertemuan tinjauan tingkat pusat, Instansi Penanggung Jawab menyatakan bahwa

Renstra Daerah sejalan dengan kebijakan nasional. Mekanisme ini merupakan cikal bakal

proses sertifikasi program Pengelolaan Pesisir Terpadu.

Revisi Konsep Strategis

Setelah konsultasi tingkat Pusat, Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dan telah dilakukan

revisi seperlunya, Pokja akan mengkoordinir penyiapan konsep akhir Strategis. Konsep akhir

Page 20: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

ini akan mengakomodir segala tanggapan yang diberikan oleh peninjau dan kemudian dicetak

sebaik mungkin. Konsep Renstra yang telah direvisi secara resmi dipresentasikan dalam rapat

terpadu antara semua Tim Teknis Propinsi/Kabupaten/Kota dengan para pimpinan instansi

perencana. Setelah presentasi, semua peserta diminta membuat tanggapan atau saran akhir

yang berkaitan dengan Renstra. Tanggapan yang relevan dapat digunakan untuk membuat

perubahan sebelum konsep Renstra difinalkan dan diserahkan kepada Tim Pembina.

Persetujuan Tim Pembina Daerah dan Kepala Daerah

Konsep final Renstra dikirim kepada semua anggota Tim Pembina sekurang-kurangnya dua

minggu sebelum pertemuan khusus Tim Pembina. Dalam pertemuan ini, Pokja secara resmi

menyajikan Renstra PPT Daerah dan menjelaskan kepada Tim Pembina proses yang telah

ditempuh dalam penyusunan Renstra tersebut. Pertemuan ini adalah kesempatan penting

untuk menjelaskan implikasi dari Renstra bagi kepentingan instansi terkait dan stakeholders

utama. Setelah penyajian konsep final Renstra, diminta pengesahan konsep tersebut dari Tim

Pembina dalam bentuk "Surat Rekomendasi" kepada Kepala Daerah.

Dalam dua minggu setelah pertemuan Tim Pembina dan Pokja, Ketua Tim Pembina harus

mempersiapkan pertemuan dengan Kepala Daerah. Dalam pertemuan ini akan disampaikan

Konsep Akhir Renstra (disertai Rekomendasi dari Tim Pembina) untuk mendapatkan

Pedoman Umum Pengelolaan Pesisir Terpadu

26

pengesahan/keputusan dan tandatangan Kepala Daerah. Surat keputusan Kepala Daerah berisi

lampiran dokumen PPT yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat keputusan

dimaksud.

Penyebarluasan dan Implementasi

Setelah terbitnya surat keputusan oleh Kepala Daerah tersebut, dokumen Renstra dicetak dan

disebarluaskan secara resmi. Penyebarluasan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu:

(a) Kepala Daerah dan/atau instansi yang berwenang menyampaikan dokumen Renstra

secara resmi kepada publik, dalam suatu acara khusus atau pertemuan lainnya.

Page 21: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

(b) Tim Pokja melakukan suatu jumpa pers yang menjelaskan tujuan utama dari Renstra

dan merinci beberapa salinan yang dibuat.

(c) Menyampaikan salinan strategi ini melalui pos kepada semua pihak yang terkait.

Salinan tersebut harus dikirim kepada semua instansi terkait di Daerah Propinsi atau

Kabupaten/Kota yang terlibat selama masa penyiapan konsep ini.

Penyebarluasan Renstra PPT tersebut akan dibatasi oleh ketersediaan asupan (input) yang ada

(pembiayaan, personil dan fasilitas). Namun, segala usaha harus dilakukan untuk memastikan

agar semua pihak yang berkepentingan dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir mengetahui

adanya Renstra tersebut dan bagaimana cara mendapatkan salinannya. Lembaga perencanaan

daerah harus menyiapkan salinan Renstra PPT Daerah yang cukup sebagai persediaan untuk

dibagikan kepada pihak yang memerlukannya (LSM, investor, lembaga pendidikan) dan

mengiklankannya melalui surat kabar daerah dan radio. Karena Renstra ini mengikat kepada

semua instansi di Daerah, maka strategi ini harus dipakai sebagai dasar untuk pengambilan

keputusan dan penyusunan anggaran proyek. Tim Teknis dan Tim Pembina akan

menindaklanjuti pelaksanaan dalam hal ini.

Pemantauan

Tim Pembina menyampaikan laporan tentang kemampuan pelaksanaan Renstra ini yang

harus menguraikan antara lain :

(a) Kemajuan umum dalam mencapai Visi dan Tujuan pembangunan Daerah;

(b) Hasil pemantauan dari setiap kebijakan dalam Renstra tersebut; dan

(c) Segala masalah khusus dan pelaksanaannya untuk mengatasi masalah tersebut.

Secara tahunan Tim Pembina harus menyampaikan laporan yang disajikan pada pertemuan

Tim tidak lebih dari 2 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran (misalnya bulan Februari

setiap tahun). Salinan laporan tahunan tersebut didistribusikan kepada instansi terkait.

Tinjauan dan Revisi Strategi

Strategi Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu Daerah perlu ditinjau kembali secara

teratur dan direvisi. Untuk keperluan itu direncanakan 3 bentuk tinjauan, yaitu :

Page 22: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

Pedoman Umum Pengelolaan Pesisir Terpadu

27

(a) Tinjauan Resmi Tahunan

(b) Tinjauan Lima Tahun

(c) Tinjauan Periodik

Tinjauan resmi tahunan harus dilakukan oleh Tim Teknis Daerah dan Tim Pembina Daerah.

Tinjauan ini didasarkan pada hasil pemantauan pelaksanaan tahunan yang dibandingkan

dengan indikator kinerja, serta segala bentuk perkembangan baru. Tinjauan ini difokuskan

terutama pada pengalaman pelaksana kebijakan yang ada serta kemajuan yang dicapai unsur

lain dari perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu.

Tinjauan lima tahun merupakan bagian dari proses perencanaan pembangunan lima tahun,

yang perlu dilakukan untuk mensinkronkan Renstra PPT Daerah dengan rencana

pembangunan lainnya. Tinjauan ini akan memberikan kesempatan untuk mengkaji kembali

dan memperbaharui Visi dan Tujuan Daerah dan melibatkan komunikasi dengan semua unsur

terkait. Tinjauan lima tahun dilaksanakan dibawah arahan Tim Pembina Daerah.

Tinjauan periodik diperlukan saat muncul masalah atau proyek baru atau saat diperolehnya

pengalaman baru selama pelaksanaan Strategi tersebut. Ketiga bentuk tinjauan tersebut

memfokuskan diri utamanya pada keberadaan kebijakan khusus dan diprakarsai oleh Tim

Pembina. Strategi Daerah dapat direvisi dan revisi Strategi harus mengikuti proses yang sama

sebagaimana pembuatan suatu Strategi. Sebagaimana suatu revisi, alasan untuk perubahan

harus didokumentasikan dan dikonsultasikan dengan semua pihak yang berkepentingan.

4.6. Masa Berlaku

Renstra mencakup perencanaan jangka menengah dan jangka panjang. Dokumen Renstra Pengelolaan PesisirTerpadu yang akan disusun Pemda sebaiknya mencakup 10-20 (sepuluh sampai dua puluh) tahun periodeperencanaan, sehingga Renstra ini akan sesuai dengan target secara nasional untuk masuk globalisasi tahun2020.

V. RENCANA PEMINTAKATAN (ZONING PLAN)

5.1. Pendahuluan

Page 23: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

Bab ini menjabarkan mengenai mekanisme penyusunan rencana pemintakan (zoning plan)pesisir. Pembahasan penyusunan rencana pemintakatan berisi uraian tentang tujuan,

pendekatan, isi rencana pemintakatan, proses penyusunan rencana pemintakatan, dan masa

berlaku rencana pemintakatan .

5.2. Tujuan Rencana Pemintakatan

Tujuan penyusunan rencana pemintakan ini adalah untuk membagi wilayah pesisir dalam

zona-zona yang sesuai dengan peruntukan dan kegiatan yang bersifat saling mendukung

(compatible) serta memisahkannya dari kegiatan yang saling bertentangan (incompatible).

Penentuan zona tersebut difokuskan berdasarkan kegiatan utama dan prioritas pemanfaatan

sumberdaya pesisir guna mempermudah pengendalian dan pemanfaatan. Rencana

pemintakatan menjelaskan fokus kegiatan dan nama zona yang dipilih berdasarkan kondisi

dan kegiatan yang diizinkan atau dapat dilakukan dengan persyaratan tertentu. Kegiatan

bersyarat tersebut tidak perlu ditujukan untuk suatu zona tetapi pada waktu yang bersamaan

dapat dipertimbangkan berkesinambungan pada suatu zona khusus. Penetapan rencana

pemintakatan dimaksudkan untuk memelihara keberlanjutan sumberdaya pesisir dalam

jangka panjang serta mengeliminir berbagai faktor tekanan terhadap ekosistem pesisir akibat

kegiatan yang tidak sesuai (incompatible).

5.3. Pendekatan

Penyusunan rencana pemintakatan dilakukan melalui tiga pendekatan. Pertama, penyusunan

rencana pemintakatan mempertimbangkan kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan

oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, kepentingan masyarakat dan hak-hak ulayat, serta

kepentingan yang bersifat khusus. Kedua, pendekatan bio-ekoregion dimana ekosistem

pesisir dibentuk oleh sub-ekosistem yang saling terkait satu sama lainnya. Oleh sebab itu

kombinasi penggunaan data biogeofisik yang menggambarkan kondisi bio-ekoregion

merupakan persyaratan yang dibutuhkan (necessary condition) dalam menetapkan zona-zona

yang akan dipilih. Pendekatan ketiga, dilakukan melalui pengumpulan data dan informasi

yang dapat digali dari persepsi masyarakat yang hidup di sekitar ekosistem tersebut, terutama

kontek historis mengenai kejadian yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir

Page 24: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

dari masa lampau sampai saat ini, serta implikasinya terhadap keberlanjutan sumberdaya

pesisir tersebut. Misalnya, apakah jumlah tanggapan nelayan berkurang sejalan

perkembangan waktu, atau kejadian coral bleaching.

5.4. Isi Rencana Pemintakatan

Identifikasi zona tidak terbatas pada peruntukan, namun yang lebih penting ialah deskripsi

yang sesuai dengan yang diberikan untuk tiap zona dalam dokumen rencana pemintakatan .

Deskripsi untuk zona-zona pilihan dibuat dalam bentuk "Pernyataan Pemintakatan".

Pernyataan pemintakatan merupakan elemen kunci dari rencana pemintakatan . Dokumen

tersebut menyajikan informasi berdasarkan tiga pendekatan di atas, yaitu informasi

mengenai: kebijakan dan dasar hukum, kondisi bio-ekoregion dan perspektif masyarakat

terhadap bagaimana sebaiknya sumberdaya tersebut dikelola. Disamping itu, pernyataan

pemintakatan menyajikan keterangan rinci yang membantu para pembuat keputusan dan

mereka yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan rencana untuk menjelaskan tentang zona

itu sendiri. Rencana pemintakatan berisi informasi terinci yang disajikan dengan sistematika

sebagai berikut:

i. Pendahuluan,

ii. Isi Pernyataan,

iii. Tujuan Zona,

iv. Kegiatan yang Diizinkan, Dilarang, dan Bersyarat, dan

v. Pedoman Pengelolaan

i. Pendahuluan

Bagian ini memuat latar belakang perlunya disusun Rencana Pemintakatan

Propinsi/Kabupaten/Kota, seperti konteks global, nasional dan daerah, serta harapan manfaat

dan kegunaannya.

ii. Isi Pernyataan

Isi pernyataan pemintakatan secara spesifik berasal dari suatu analisis data dan karakteristik

sumberdaya pesisir dan sosial ekonomi yang relevan dengan tiap zona. Pertimbangan

Page 25: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

pemintakatan harus mencerminkan kenyataan yang ada di lapangan. Pernyataan

pemintakatan mempertimbangkan serangkaian data sebagai berikut:

� bio-ekoregion wilayah pesisir,

� kesesuaian dan peruntukan sumberdaya pesisir,

� penggunaan masa lalu, sekarang dan mendatang,

� alokasi sumberdaya pesisir,

� kepekaan lingkungan pesisir, dan

� keterkaitan pemintakatan dengan pengembangan peruntukannya dan keterkaitannya

dengan pemintakatan lainnya yang berdekatan.

� Keterkaitan pemintakatan dengan ruang lainnya di hulu dan di luar pesisir.

Pedoman Umum Pengelolaan Pesisir Terpadu

30

Pernyataan pemintakatan ditentukan berdasarkan peruntukan sumberdaya yang paling sesuai

dan dominan. Pernyataan tersebut berisikan pernyataan zona, tujuan zona, dan menyajikan

suatu daftar tentang penggunaan yang diizinkan, yang tidak diizinkan dan yang bersyarat

serta pedoman pengelolaannya. Format rencana pemintakatan diuraikan dalam Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Format Pernyataan Kebijakan Zona

Isi RINCIAN

Zona Zona ditentukan sebagai hasil analisis spasial pengelompokkan yang mempunyaikemampuan dan karakteristik yang sama

Maksud Zona Maksud yang ditentukan memberikan arah pengelolaan dan perencanaanmenyeluruh untuk zona

Pernyataan Zona Mendiskripsikan daerah pesisir termasuk kualitas fisik dan pernyataan mengenaikecocokan dan pola pemanfaatan sekarang

Tujuan Zona Tujuan zona adalah spesifik bagi zona yang dipertimbangkan dan memberikanketerangan dengan perincian tertentu untuk menentukan kegiatan yang diizinkan

Penggunaan yang

diizinkan

Ditentukan oleh sasaran kebijakan Perundang-undangan dan kemampuankelembagaan daerah.

Page 26: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

Pedoman

Pengelolaan

Ditentukan secara sektoral dan mencerminkan kebijakan dan perundang-undangan. Dititik beratkan pada perlindungan lingkungan, konservasi danpengelolaan sumberdaya yang lestari.

iii. Tujuan zona

Tujuan zona harus dinyatakan secara jelas dan menerangkan maksud pengelolaan zona.

Sebagai contoh pernyataan tentang tujuan zona dapat berbunyi sebagai berikut :

"Tujuan zona perlindungan laut ialah untuk melindungi ekosistem pesisir dari berbagai

intervensi dengan membiarkan ekosistem tersebut tumbuh dan berkembang secara alami,

serta menjamin ketersediaan plasma nutfah ke perairan sekitarnya"

Penentuan tujuan zona memberikan pedoman dan bantuan teknis guna merumuskan dan

menentukan pengendalian perencanaan yang memberi arah kepada penggunaan sumberdaya

pesisir yang disepakati. Pernyataan zona dan kegiatan dominan yang dizinkan berikut

pedoman pengelolaan yang menyertainya memberikan sarana kebijakan dan teknis untuk

mencapai sasaran.

iv. Kegiatan yang diizinkan, dilarang, dan bersyarat

Penetapan zona untuk kegiatan yang diizinkan, dilarang, dan bersyarat ditetapkan

berdasarkan maksud pembentukan zona tersebut dan persyaratan-persyaratan yang telah

Pedoman Umum Pengelolaan Pesisir Terpadu

31

disusun, serta kesesuaian peruntukan. Informasi peruntukan zona bersifat mudah dimengerti

dan diinterpretasikan.

v. Pedoman Pengelolaan

Pedoman pengelolaan diperlukan untuk mengurangi atau meminimalkan dampak lingkungan

yang mungkin terjadi dari kegiatan pemanfaatan dan pembangunan yang telah ada maupun

yang diusulkan. Hal ini diharapkan dapat mendorong kelestarian lingkungan dalam jangka

panjang dan mempermudah penyusunan langkah-langkah antisipatif untuk memperbaiki

lingkungan. Sebagai contoh, suatu pedoman pengelolaan konservasi dapat berbunyi sebagai

Page 27: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

berikut :

"Penentuan batas untuk semua daerah yang dikonservasi harus dilakukan dengan jelas

dengan menggunakan batas-batas alami atau titik-titik koordinat dipeta yang dapat

ditetapkan secara mudah dan murah"

Pedoman pengelolaan harus spesifik untuk menjamin bahwa apa yang dimaksudkan adalah

jelas bagi pembaca untuk memudahkan implementasinya. Secara ringkas, pedoman

pengelolaan memuat langkah-langkah dalam menentukan :

(a) Kondisi, persyaratan atau standar untuk kegiatan-kegiatan yang mempunyai pengaruh

langsung ataupun tidak langsung terhadap pengguna sumberdaya;

(b) Kegiatan pengumpulan informasi; dan

(c) Tatacara pengambilan keputusan.

5.5. Masa Berlaku Rencana Pemintakatan

Masa berlaku rencana pemintakatan adalah 5 - 10 tahun dengan mengacu kepada Rencana

Tata Ruang provinsi/kabupaten/kota. Perubahan terhadap masa berlaku rencana pemintakatan

ini dimungkinkan sebagai antisipasi terhadap berbagai dinamika di wilayah pesisir dengan

memperhatikan dampaknya secara menyeluruh didalam cakupan ruang.

VI. RENCANA PENGELOLAAN (MANAGEMENT PLAN)

6.1. Pendahuluan

Bagian ini menjelaskan mekanisme penyusunan rencana pengelolaan pesisir yang meliputi

uraian tentang tujuan, pendekatan, isi rencana pengelolaan, proses penyusunan, dan masa

berlaku rencana pengelolaan.

6.2. Tujuan Rencana Pengelolaan

Tujuan rencana pengelolaan adalah menyajikan arahan bagi stakeholders tentang skala

prioritas pemanfaatan sumberdaya pesisir.

6.3. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan rencana pengelolaan hendaknya bersifat

akomodatif, suportif, protektif, dan antisipatif. Akomodatif dalam arti dokumen diharapkan

Page 28: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

memenuhi kebutuhan berbagai macam pengguna sumberdaya. Suportif berarti mampu

mendorong pembangunan ekonomi di daerah yang sesuai. Protektif mengandung makna

melindungi wilayah pesisir yang secara ekologis sangat penting (termasuk mangrove, padang

lamun, terumbu karang) dan aspek-aspek lain tentang lingkungan pesisir. Antisipatif dalam

arti diharapkan mampu mengatasi konflik dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan potensi

kerusakan sumberdaya pesisir.

6.4. Isi Rencana Pengelolaan

Dokumen rencana pengelolaan direkomendasikan memiliki daftar isi sebagai berikut:

i. Ringkasan Eksekutif

ii. Kerangka Acuan

iii. Permasalahan Mintakat Pesisir

iv. Mintakat Pesisir dan Pengelolaan

v. Kondisi Sumberdaya pesisir

vi. Evaluasi Pilihan

vii. Perubahan Pemanfaatan Sumberdaya yang Disarankan

viii. Rencana Pemintakatan

ix. Rencana Pelaksanaan

x. Prosedur Pemantauan dan Revisi

xi. Informasi Penunjang

Pedoman Umum Pengelolaan Pesisir Terpadu

33

Adapun uraian isi rencana pengelolaan adalah:

i. Ringkasan eksekutif merupakan ringkasan sasaran yang memuat perubahan yang

diusulkan dalam penggunaan sumberdaya pesisir dan metode pelaksanaan.

ii. Kerangka acuan mencakup daerah, permasalah dan tujuan.

iii. Permasalahan Mintakat Pesisir, menyajikan gambaran sistem pemintakatan pesisir

yang ada dan permasalahan pemanfaatan.

Page 29: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

y g p p

iv. Mintakat Pesisir dan Pengelolaan, menyajikan sistem baru pemanfaatan

sumberdaya yang disarankan untuk wilayah pesisir.

v. Kondisi Sumberdaya, berisi peta, tabel, dan penjelasan yang menunjukkan

kemampuan fisik setiap jenis sumberdaya dan kecenderungan pemanfaatannya.

vi. Evaluasi Pilihan, berisi tentang analisis dampak terhadap lingkungan, ekonomi,

dan sosial dari berbagai pilihan dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir.

vii. Perubahan Pemanfaatan Sumberdaya pesisir yang disarankan, berisi pernyataan

mengenai zona yang telah dipilih beserta alasan penetapannya dan dampak dari

perubahan tersebut berkaitan dengan zona lainnya.

viii. Rencana Pemintakatan Pesisir, berisi peta dan penjelasan yang menunjukkan

pemintakatan yang diusulkan dan perubahan pemanfaatan sumberdaya pesisir.

ix. Rencana Pelaksanaan, meliputi prosedur perbaikan yang direncanakan dapat

dilaksanakan, kebutuhan staf, pelatihan, penyuluhan, prasarana, perlengkapan,

penelitian, jadwal waktu dan anggaran.

x. Prosedur Pemantauan dan Evaluasi, menjelaskan prosedur pemantauan dan

evaluasi tingkat keberhasilan, serta upaya penyesuaian yang dibutuhkan.

xi. Informasi Penunjang, berisi informasi terinci yang dikumpulkan dalam rangka

melaksanakan rencana pengelolaan (misalnya inventarisasi mangrove, data

penduduk, peta dan statistik, penggunaan lahan, pengkajian prasarana, pemasaran,

ringkasan wawancara dengan stakeholders, dan sebagainya).

6.5. Proses Penyusunan

Penyusunan dokumen rencana pengelolaan terdiri dari enam tahap yang meliputi (i)

identifikasi dan penyajian gambaran umum pesisir, (ii) pemaduserasian pengelolaan pesisir,

(iii) pemintakatan, (iv) penetapan jadual usulan zona pesisir, (v) pernyataan maksud zona

pesisir, dan (vi) penetapan matriks kegiatan yang berhubungan dengan setiap zona pesisir

6.6. Masa Berlaku

Masa berlaku dokumen Rencana Pengelolaan adalah tiga sampai lima tahun, namun

Page 30: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

g g p ,

dimungkinkan untuk melakukan penyesuaian apabila muncul isu-isu atau permasalahan

mendasar yang diperkirakan mempengaruhi kinerja pengelolaan pesisir.

VII. RENCANA AKSI (ACTION PLAN)

7.1. Pendahuluan

Bab ini mendeskripsikan proses dan mekanisme penyusunan rencana aksi pesisir yang meliputi uraian tentangtujuan, pendekatan, isi rencana aksi, proses penyusunan, dan masa berlaku rencana aksi.

7.2. Tujuan Rencana Aksi

Tujuan rencana aksi adalah menyiapkan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan rencanapengelolaan. Rencana aksi merupakan rencana sektoral yang menyajikan kegiatan program dan proyek, yangbisa berbentuk Daftar Usulan Proyek Daerah (DUP/DUPDA) dan Daftar Usulan Kegiatan (DUK).

7.3. Pendekatan

Pendekatan yang perlu untuk diperhatikan adalah pendekatan secara administaratif dan ekologis sertakarakteristik dari masing-masing daerah.

7.4. Isi Rencana Aksi

Dokumen rencana aksi merupakan format rinci pengembangan rencana pengelolaan terpadu kawasan pesisirsecara garis besar. Dokumen rencana aksi disarankan memiliki daftar isi sebagai berikut:

i. Konteks;

ii. Pernyataan sasaran;

iii. Tujuan;

iv. Strategi pelaksanaan;

v. Program;

vi. Pemantauan dan evaluasi rencana aksi.

Uraian isi rencana aksi adalah sebagai berikut :

i. Konteks: merupakan pengulangan bagian yang berkaitan dengan pengembangan

rencana aksi dan instansi sektor tertentu yang menyusun rencana aksi.

ii. Pernyataan sasaran: menggambarkan sasaran rencana aksi dalam satu kalimat dengan

menguraikan sasaran jangka pendek, menengah dan/atau panjang.

iii. Tujuan: menjabarkan secara seksama tujuan yang ingin dicapai dalam rencana aksi,

yang terdiri dari tujuan fisik, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan dan lingkungan.

Page 31: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

iv. Strategi pelaksanaan: menjelaskan tindakan atau cara-cara yang akan dilakukan secara

strategis.

v. Program: mendeskripsikan kegiatan tertentu yang diperlukan untuk mencapai sasaran

dan tujuan strategis. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah program pada

rencana aksi harus diurut dalam suatu daftar kegiatan. Setiap program harus harus

mencerminkan setiap tujuan rencana aksi, dan mekanisme pembiayaan.

vi. Pemantauan dan evaluasi rencana aksi: berisi penjelasan tentang instansi penanggung

jawab, instansi pelaksana, dan jangka waktu pemantauan dan evaluasi.

7.5. Proses Penyusunan Rencana Aksi

Rencana aksi dijabarkan dari kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam rencana pengelolaan, rencanapemintakatan , dan rencana strategis. Dari rencana strategis biasanya setiap strategi yang dipilih memerlukansatu atau beberapa kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran.

Sebagai contoh, strategi dalam merehabilitasi mangrove adalah dengan cara menanam kembali mangrove ataumengeleminir factor-faktor yang menyebabkan kerusakan mangrove dan membiarkannya tumbuh secaraalami. Dalam konteks menanam kembali maka dalam rencana aksinya disusun berapa batang mangrove yangakan ditanam dalam satu tahun anggaran, teknologi yang digunakan, serta input lainnya.

Dokumen rencana aksi yang memuat kegiatan ekonomi biasanya dibiayai melalui investasi swasta atauinvestasi masyarakat. Sedangkan kegiatan yang bersifat prasarana umum seperti pembangunan jalan,dermaga, papan pengumuman, dan tempat sampah biasanya dibiayai dari anggaran pemerintah. Dalampembangunan prasarana umum disusun rencana tapak (site plan) untuk selanjutnya diimplementasikan padatahun berikutnya, serta biaya pelaksanaan yang dianggarkan pada DUP/DUPDA.

Untuk kegiatan yang dibiayai lembaga perbankan memerlukan proposal sebagai persyaratan yang dibutuhkandalam keputusan kelayakan usaha. Kriteria umum yang dipersyaratkan bagi kelayakan suatu usaha adalahbenefit cost ratio (B/C) lebih besar atau sama dengan satu, dan net present value (NPV) lebih besar darinol. Penilaian tersebut harus mempertimbangkan biaya ekonomi lingkungan sebagai bagian dari biaya internalbukan eksternal.

7.6. Masa Berlaku Rencana Aksi

Masa berlaku rencana aksi adalah satu sampai dua tahun. Perbaikan rencana aksi dimungkinkan apabilaterdapat perubahan isu-isu utama yang mengubah rencana pengelolaan.

VIII. MEKANISME PENGESAHAN

Dokumen perencanaan dimaksud ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota. Secara bertahapdisosialisasikan dan disempurnakan selanjutnya ditetapkan dengan Perda sehingga mempunyai kekuatanhukum yang sah. Kekuatan hukum tersebut mengikat setiap pelaku pembangunan dan investasi di wilayahpesisir untuk mengikuti dan konsisten dengan Program PPT. Kegiatan pembangunan yang bertentangandengan PPT tidak diberikan izin rekomendasi atau izin pembangunan. Jika pelanggaran masih berlangsung,

Page 32: KepMen Lutkan 2002-No.10 Pedoman Umum Perencanaan PPT

dengan PPT tidak diberikan izin rekomendasi atau izin pembangunan. Jika pelanggaran masih berlangsung,diberi peringatan atau sanksi administratif.

IX. PENUTUP

Pedoman Umum ini dikeluarkan untuk menjadi arahan bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalammenyusun perencanaan pengelolaan pesisir terpadu yang berkelanjutan.

DITETAPKAN DI : JAKARTATANGGAL : OKTOBER 2002

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

ROKHMIN DAHURI